REHABILITASI
DI RUANG ANAK
Oleh
175070307111005
JURUSAN GIZI
2021
HALAMAN PERSETUJUAN
Oleh:
Yuliana Dewi Suryaningrum
NIM 175070307111005
Menyetujui:
Clinical Supervisor Clinical Instructor
2
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah S.W.T. yang telah senantiasa memberikan hidayah dan petunjuk-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penyelesaian kasus wajib untuk kegiatan Pre
Penulisan dari laporan hasil penyelesaian kasus ini disusun dalam rangka mengasah
kemampuan berfikir kritis untuk menyelesaikan berbagai permasalahan gizi yang ada di
Indonesia sebagai calon ahli gizi nantinya, dan juga sebagai bentuk salah satu penyelesaian
kewajiban akademik yang harus dituntaskan, yaitu dalam mata kuliah Pre-Dietetic Internship
rotasi klinik.
terutama kepada:
1. Ibu Ayu Dian Ariestiningsih, S.Gz., MP., sebagai dosen pengampu kegiatan Pre Dietetic
Internship rotasi klinik yang senantiasa memberikan arahan dan bimbingan agar teknis
pelaksanaan kegiatan Pre Dietetic Internship di rotasi klinik berjalan dengan baik.
2. Ibu Ida Restiani, SST, M. Kes., selaku Cinical supervisor dalam membimbing kelompok
kami di kegiatan Pre Dietetic Intership ini yang juga senantiasa dengan sabar memberikan
3. Bapak Adji Hambali, SST, RD., selaku Clinical Instructor yang sudah sangat sabar
kasus-kasus yang dikerjakan selama kegiatan Pre Dietetic Internship di rotasi klinik.
Dengan tersusunnya Laporan akhir penyelesaian kasus wajib Pre Dietetic Internship rotasi
klinik stase anak ini, penulis menyadari bahwa laporan ini masih sangat jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu penulis sangat terbuka untuk segala jenis kritik dan saran yang membangun.
Semoga kedepannya laporan ini dapat memberikan manfaat akademik, maupun praktisi terutama
3
Malang, 01 April 2021
4
DAFTAR ISI
5
4.2 Monitoring dan Evaluasi Pemeriksaan Fisik/Klinis ............................................................ 92
4.3 Monitoring dan Evaluasi Pemeriksaan Antropometri ........................................................ 93
4.4 Monitoring dan Evaluasi Pemeriksaan Laboraturium ....................................................... 94
4.5 Monitoring dan Evaluasi Edukasi Gizi ................................................................................... 94
BAB V ........................................................................................................................................................ 96
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................ 96
5.1 Gambaran Umum Penyakit Pasien ......................................................................................... 96
5.2 Pengkajian Data Dasar Pasien ................................................................................................. 97
5.3 Diagnosa Gizi pada Pasien ....................................................................................................... 99
5.4 Intervensi Gizi kepada Pasien ................................................................................................ 100
5.5 Monitoring dan Evaluasi pada Pasien ................................................................................. 101
5.5.1 Monitoring dan Evaluasi Data Antropometri .................................................................. 101
5.5.2 Monitoring dan Evaluasi Data Biokimia ........................................................................... 102
5.5.3 Monitoring dan Evaluasi Data Fisik dan Klinis .............................................................. 102
5.5.4 Monitoring dan Evaluasi Data Asupan Makan ............................................................... 103
5.5.1 Monitoring dan Evaluasi Pengetahuan Pasien .............................................................. 110
BAB VI ..................................................................................................................................................... 112
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................................................... 112
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................................. 114
LAMPIRAN ............................................................................................................................................. 116
Leaflet Edukasi/Konsultasi Penyuluhan Gizi............................................................................ 116
Contoh Susunan Menu Diet .......................................................................................................... 118
Hasil Dietary Assessment denegn Metode Recall 24 Jam .................................................... 122
Grafik CDC 2000 BB/U dan TB/U .................................................................................................. 124
Grafik WHO BMI/U ............................................................................................................................ 125
6
DAFTAR TABEL
Tabel 3.4 Hasil Recall 24- Hours Pasien (Tanggal 12 Maret 2020)…………………………….30
Tabel 3.6 Formula WHO F-75 untuk Gizi Buruk Fase Stabilisasi..…………………………….40
Tabel 3.8 Jadwal Pemberian Formula WHO F-100 untuk Gizi Buruk Fase Transisi…….….43
Tabel 3.10 Jadwal Pemberian Formula WHO F-100 untuk Gizi Buruk Fase Rehabilitasi….46
Tabel 3.11 Menu Makanan Lunak untuk Pasien Gizi Buruk Fase Rehabilitasi..…………….48
7
DAFTAR GAMBAR
8
BAB 1
PENDAHULUAN
Anak merupakan masa depan bangsa, dan untuk menjadi bangsa yang besar tentunya
diperlukan pula Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Salah satu cara untuk
menjaga dan meningkatkan kualitas dari Sumber Daya Manusia yaitu dengan adanya suatu
yang harus sangat diperhatikan. Kebiasaan maupun kesehatan anak saat dewasa nantinya
akan menjadi cerminan dari bagaimana kondisi kesehatan anak pada saat dalam masa anak-
anak maupun remaja. Kualitas kesehatan yang baik pada anak dapat diwujudkan salah
satunya dengan memberikan asuhan gizi yang tepat. Namun tidak bisa dipungkiri, bahwa
kurangnya akses serta keterbatasan orang tua maupun pengasuh sang anak sering kali
menjadi salah satu factor dalam munculnya permasalahan kesehatan pasa anak. Padahal,
orang tua maupun pengasuh pada anak sangatlah berperan penting dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan yang akan berpengaruh terhadap kondisi kesehatan anak
Selain dari tindakan pencegahan terhadap permasalahn kesehatan pada anak yang
muncul, proses penanganan juga perlu diperhatikan. Karena tidak jarang bahwa anak-anak
yang sudah terlanjur menderita permasalahan kesehatan maupun permasalahan gizi yang
diderita sejak kecil, akan membutuhkan perawatan dan penanganan khusus yang tentu
dengan tujuan utama dari segi gizi yaitu agar status gizi pada anak tidak buruk. Agar
terciptanya suatu bentuk pola pikir yang kritis, mendalam, dan tepat dalam penanganan dari
permasalahan, khususnya terkait kesehatan dan gizi, maka perlu dilakukan latihan dalam
proses penyelesaian kasus terkait permasalahan gizi dan kesehatan pada anak, yang salah
satu contohnya yaitu proses penyelesaian kasus pada Anak dengan penyakit Non Hodgkin
9
Lymphoma + Neutropenia berat + Gizi Buruk Marasmus Fase Rehabilitasi, yang proses
Tentu saja permasalahan gizi pada anak yang disertai dengnan komplikasi masalah
kesehatan lainnya memerlukan sebuah penanganan yang tepat. Oleh karena itu, laporan ini
disusun dengan tujuan untuk mengasah kemampuan berfikir kritis dalam menangani
permasalahan terkait kesehatan dan gizi pada anak serta melakukan tindakan pencegahan
Tujuan dari studi kasus ini yaitu untuk mengidentifikasi, merencanakan penyelesaian
pasien
4. Menyusun kegiatan pemantauan dan evaluasi terkait dari hasil intervensi yang
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gizi Buruk atau Kurang Energi Protein (KEP) merupakan keadaan kurang gizi yang
disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari atau
disebabkan oleh gangguan penyakit tertentu sehingga asupan makanan sehari-hari tidak
memenuhi angka kecukupan gizi (AKG). Dalam mengidentifikasi adanya KEP (Kurang
Energi dan Protein), terdapat beberapa jenis indicator yang biasnaya digunakan yaitu Berat
Badan (BB), Tinggi Badan (TB), Lingkar Lengan Atas (LLA), Lingkar Kepala (LP), lingkar
dada, Lapisan Lemak Bawah Kulit (LLBK). Untuk lebih memberikan makna pada indicator-
indikator antropometri tersebut, maka dilakukannya sebuha proses kombinasi dari indicator-
indikator yang akan membentuk sebuah indeks antropometri. Diantara beberapa indeks
antropometri tersebut yang paling sering digunakan yaitu BB/U (Berat Badan menurut Umur),
TB/U (Tinggi Badan menurut Umur), dan BB/TB (Berat badan menurut Tinggi Badan). BB/TB
merupakan sebuah indicator yang baik untuk mengidentifikasi status gizi Kurang Energi
Pada gizi buruk marasmus, gejala klinis yang dapat ditemukan yaitu tampak sangat
kurus, wajah seperti orang tua, cengeng, kulit keriput, perut cekung, rambut tipis,
jarang, dan kusam, tulang iga Nampak jelas (iga ngambang), pantat kendur dan keriput
(baggy pants), serta tekanan darah, jantung, dan pernafasan berkurang (Nadila dkk,
2016).
Pada kondisi gizi buruk kwarshiorkor terdapat gejala klinis seperti adanya edema di
seluruh tubuh terutama pada kaki, tangan, atau anggota badan lainnya, wajah
membulat dan sembab (moon face), pandangan mata terlihat sayu, rambut tipis
11
berwarna kemerahan seperti rambut jadung, terdapat perubahan status mental yaitu
cengeng, rewel, pembesaran hati (hepatomegaly), otot tubuh mengecil, kelainan kulit
berupa bercak merah muda yang meluas, adanya diare, dan anemia. (Nadila dkk,
2016).
gabungan/campuran dari gejala klinis yang ada pada gejala klinik marasmus dan
a. Fase Stabilisasi
Pemberian terapi gizi di awal fase stabilisasi yang diberikan pada anak gizi buruk
harus segera dilakukan terutama pada kondisi yang tidak memerlukan tindakan
kegawat-daruratan dan pada balita gizi buruk dengan dehidrasi, hipotermi, dan
renjatan sepsis. Pemberian terapi gizi diberikan secara bertahap. Pada fase ini
balita yang gizi buruk diberikan formula F-75, yang merupakan formula rendah
protein, rendah laktosa, mengandung zat gizi mikro dan makro yang seimbang
untuk menstabilkan kondisi balita. Hal yang harus diperhatikan dalam pemberian
2) Makanan diberikan secara oral atau melalui NGT (Naso Gastric Tube),
dengan jumlah dan frekuensi yang menyesuaikan konsisi anak. Pada fase
menghasbiskan formula F-75 kurang dari 80% dari jumlah yang diberikan
12
3) Jumlah energo/kalori: 100 kkal/kgBB/hari dan protein 1-1,5 g/kgBB/hari
4) Cairan: 130 ml/kgBB/hari (bila terdapat edema berat maka cairan diberi
100ml.kgBB/hari)
5) Bila anak masih mendapatkan ASI, maka lanjutkan namun pastikean sang
dengan gizi buruk yang memiliki kondisi sangat lemah, gunakan sendok,
bertahap apabila makanan dapat dihabiskan dan tidak ada reaksi muntah
b. Fase Transisi
Fase transisi pada tatalaksana gizi buruk dimulai ketika beberapa kondisi ini pada
anak sudah teratasi, antara lain komplikasi medis sudah teratasi, tidak ada
1) Formula F-75 diganti menjadi F-100 dalam volume yang sama seperti
pemberian F-75 terakhir selama 2 hari. Berikan formula tumbuh kejar (F-
100 atau RUTF) yang mengandung 100 kkal/100 ml dan 2,9 g protein/100
ml
2) Pada hari ke-3 perawatan fase transisi, apabila menggunakan F-100 maka
13
3) Apabila diberikan RUTF, maka pemberian RUTF dimulai dengan porsi kecil
kali/hari, dan kemudian dapat menjadi 5-6 kali/hari). Apabila balita tidak
mampu menghabiskan jumlah RUTF yang dibutuhkan pda fase transisi ini,
c. Fase Rehabilitasi
Pada fase ini, kebutuhan energi pada balita diberikan 150-22- kkal/kgBB/hari,
ml/kgBB/hari. Pada fase rehabilitasi ini, hal yang harus dihindari yaitu terjadinya
gagal jantung. Perlu juga diamati gejala-gejala yang ada seperti pernafasan naik
hingga 5x/menit dan nadi naik 25x/menit yang menetap selama 2 kali pemeriksaan
masing-masing dengan jarak 4 jam berturut-turut, maka hal ini emrupakan tanda
2.2.1 Definisi
Limfoma merupakan sekumpulan keganasan primer pada kelenjar getah bening dan
jaringan limfoid tubuh. Berdasarkan dari tipe histologiknya, limfoma dapat dibagi
menjadi dua kelompok besar yang terdiri atas Limfoma Non Hodgkin dan Limfoma
yang besar di kelenjar getah bening dan jaringan ekstra nodal yang dapat berasal dari
limfosit B, limfosit T, dan sel Natural Killer (NK). (KEMENKES RI. 2016). Limfoma non-
14
hidgkin ini bisa muncul dibagian tubuh manapun, bahkan bisa menyebar ke organ
dalam tubuh. LNH ini terdiri dari beberapa jenis, namun yang paling sering terjadi yaitu
limfoma sel B.
yang menginduksi pertumbuhan selektif dari sel yang bersifat ganas. Translokasi
rekurens yang terjadi pada bebrapa tahap diferensiasi sel B seringkali adalah tahap
sel. Pembetukan sel B di sumsum tulang dimulai dengan rekombinasi gen secara
random yang mengkode region antibody rantai berat dan rantai ringan untuk
Pada aktivasi sel B yang dirangsang oleh antigen, terjadi reaksi pusat germinal di
jaringan limfoid sekunder. Pada saat ini terjadi minimal dua modifikasi DNA yang
berbeda yaitu hipermutasi somatic (SHM) dan class switch recombination (CSR).
mutasi, delesi atau insersi sehingga membentuk antibodi dengan peningkatan afinitas
terhadap antigen. Sebaliknya CSR merupakan proses dimana kelas rantai berat
mengalami perubahan dari IgM menjadi IgG, IgA atau IgE. Setelah terjadi reaksi pusat
mengalami kesalahan dan limfoma akan terbentuk. Rekombinasi V(D)J, SHM, dan
khususnya CSR merupakan proses yang berperan pada keganasan ini. SHM juga
15
dimana AID menjadi mediator translokasi karena AID diperlukan untuk terjadinya
Tanda maupun gejala umum yang muncul pada penderita limfoma pada umumnya
Adanya benjolan yang bersifat tidak nyeri pada bagian leher, ketiak, atau pangkal
paha, atau sesak nafas yang disebabkan karena adanya pembesaran kelenjar
Tiga gejala pertama pada kondisi limfoma harus diwaspadai karena terkait dengan
prognosis yang kurang baik, begitu pula apabila terdapat Bulky Disease yang
Kondisi malnutrisi merupakan sebuah kondisi yang ditemukan hampir 85% pada
pasien yang menderita kanker. Kondisi malnutrisi pada pasien kanker apabila tidak
16
a. Penurunan berat badan sebanyak 5% atau lebih yang terjadi selama 12 bulan
terakhir
aktifitas fisik, atau ektidak mampuan untuk terus melakukan aktivitas fizik
d. Indeks massa bebas lemak yang rendah (dicirikan dengan lingkar lengan atas
kurang dari percentile 10 untuk umur dan jenis kelaminnya, indeks oto rangka
Interleukin/IL-6)
European Partnership for Action Against Cancer (EPAAC) dan The European
Society for Clinical Nutrition and Metabolism (ESPEN) menyatakan bahwa pasien
kanker perlu dilakukan skrining gizi untuk mendeteksi gangguan nutrisi, asupan nutrisi,
penurunan berat badan, dan indeks makssa tubuh sedini mungkin sejak pasien
didiagnosis kanker. Pada pasien yang mengalami hasil skrining abnormal, perlu
dilakukan penilaian objektif dan kuantitatif asupan nutrisi, kapasitas fungsional, dan
17
Pada pasien yang menderita NHL, dalam tatalaksana gizinya jalur pemberian
makanan pilihan pertama dilakukan dengan menggunakan jalur oral. Apabila pasien
dalam 10-14 hari asupannya kurang dari 60% dari kebutuhan, maka indikasi untuk
diberikan makanan enteral. Pemberian enteral jangka pendek yaitu selama <4-6
(NGT). Sedangkan untuk pemberian formula enteral dalam jangka panjang yaitu >4-6
nasigastric tidak emmberikan efek terhadap respon tumor maupun efek negative yang
secara rutin, kecuali apabila terdapat ancaman ileus atau asupan gizi yang tidak
adekuat.
Nutrisi yang diberikan dengan jalur parenteral digunakan apabila nutrisi yang
diberikan secara oral dan enteral tidak memenuhi kebutuhan nutrisi pasien, atau bila
saluran cerna pasien tidak berfungsi normal misalnya adanya pendarahan massif pada
saluran cerna, kondisi diare berat, obstruksi usus total atau mekanik, dan malabsorbsi
berat. Zat gizi spesifik juga perlu diberikan kepada pasien lymphoma sebagai salah
atas konsumsi energi yang tinggi untuk mengimbangi imbang protein yang
negative akibat dari adanya proses inflamasi kronis yang disebabkan oleh
kanker. Bahan makanan sumber BCAA yaitu putih telur, protein hewani, kacang
kedelai.
18
Asam lemak omega-3 dapat membantu mendorong produksi prostaglandin
PGE3 dan leukotriene LTE5, sehingga kondisi imunitas pasien membaik dan
menurunkan prosuksi PGE 2 dan LTE4. Secara keseluruhan, efek asam lemak
dan asam lemak omega-3 telah terbukti dapat memperbaiki daya tahan tubuh
dan prognosis dari pasien kanker. Sumber bahan makanan yang mengandung
normal usus dapat bersifat protektif bagi tubuh. Bahan makanan yang
Menurut European Society for Parenteral and Enteral Nutrition, berikut merupakan
- Energi dari lemak mencakup 30-50% dari total energi yang dibutuhkan, dengan
19
(KEMENKES RI, 2016)
2.3 Neutropenia
2.3.1 Definisi
Neutropenia merupakan sebuah kondisi penurunan jumlah neutrophil di dalam darah, yang
dapat dicirikan sebagai neutropenia ringan apabila ANC (Absolute Neutrophil Count) dari
1000-1500/ μL, neutropenia moderat dengan ANC (Absolute Neutrophil Count) 500-1000/μL,
atau neutropenia berat dengan jumlah ANC (Absolute Neutrophil Count) <500/ μL. Stratifikasi
ini membantu dalam memprediksi adanya risiko infeksi piogenik pada pasien yang memiliki
peningkatan kerentanan yang signifikan terhadap terjadinya indeksi yang dapat mengancam
jiwa, pasien yang telah memiliki neutropenia berat akbiat dari efek samping kemoterapi.
Menurunnya jumlah neutrophil dalam darah akan menyebabkan tubuh sulit untuk
melawan bakteri jahat, sehingga tubuh penderita neutropenia akan rentan untuk
terkena berbagai macam jenis infeksi. Neutrophil merupakan bagian dari sel dara putih
yang diproduksi tubuh di bagian sumsum tulang belanag. Darah putih sangat berperan
penting dalam melawan bakteri maupun jamur penyebab infeksi yang masuk ke dalam
lebih banyak sel yang rusak atau mati, sehingga jumlah sel tersebut di dalam darah
akan semakin berkurang seiring dengan berjalannya waktu. Beberapa hal yang juga
demam berdarah
20
Pembengkakan limfa
Efek samping obat-obatan tertentu misalnya antibiotic, obat epilepsy, serta obat
Malnutrisi/kekurangan gizi
Kelainan kongenital.
Pada umumnya, kondisi neutropenia tidak memilikis uatu gejala khusus, sehingga
yang muncul pada penderita neutropenia biasanya bersifat ringan hingga berat.
Demam
Sariawan berkepanjangan
Tidak terdapat suatu diet atau tatalaksana gizi khusus pada penderita Neutopenia.
pasien. Namun, karena pada penderita neutropenia biasanya memiliki daya tahan
tubuh yang rendah sehingga rentan untuk terkena infeksi, sehingga harus lebih
21
diberikan kepada pasien untuk mencegahnya infeksi bakteri maupun virus pada pasien
dengan neutropenia.
22
BAB III
Nama : An. CF
Umur : 14 tahun
Agama : Islam
Asal : Probolinggo
3.2.1 Antropometri
Lingkar Kepala : 53 cm
𝐵𝐵 29
IMT= = = 12,8 𝑘𝑔/𝑚2
𝑇𝐵2 1,5 𝑥 1,5
BB/U
TB/U
23
= percentile 3-10 (CDC, 2000)
IMT/U
LILA/U
3.2.2 Biokimia
Nilai
Data Lab Hasil Satuan Interpretasi
Normal
24
MCV rendah mengindikasikan
adanya anemia defisiensi zat besi
MCV 77,50 fL 80 - 93 pada pasien
SGOT 24 U/L 0 - 32
25
Ureum 17,00 mg/dL 16,6 – 48,5 Normal
3.2.3 Fisik/klinis
PEMERIKSAAN FISIK
26
- Tanda Gizi buruk = iga gambang (+), Old Face (+), kulit keriput (+)
PEMERIKSAAN KLINIS
Kesadaran CM CM
RR 26 x/menit 12-20x/menit
FREKUENSI PORSI
BAHAN URT BERAT x/
MAKANAN x /hr mgg kcl bsr sdg
Makanan Pokok
Nasi ½ ctg 50 g 3 v
Roti tawar 2 lbr 40 g 2 v
Mie instan ½ bks 40 g 1 v
27
Lauk hewani
Telur 1 btr 60 g 1 v
Ikan lele 1 ptg 60 g 1 v
Ayam 2 ptg 100 g 2 V
Bakso 5 biji 25
pentol bakar 5 v
Ikan tongkol 1 ptg 50 g 2 v
nugget 3 ptg 60 g 1
Lauk nabati
Tempe 1 ptg 50 g 1 v
Tahu 1 ptg 50 g 1 v
Perkedel 3 bh 60 g
jagung 2 v
Sayuran
Wortel 1 irus 30 g 2 v
Kentang 1 irus 30 g 2 v
buncis 1 irus 30 g 2 v
kangkung 1 irus 30 g 1 v
Buah
Kelengkeng 10 bh 100 g 2 v
Apel 1 bh 120 g 1 v
Pisang mas 10 bh 200 g 1 v
Rambutan 10 bh 100 g 1 v
Lainnya
Chiki 1 bks 30 g 2 v
Teh gelas 1 gls 180 ml 1 v
Chitato 1 bks 20 g 1 v
Pop Ice 1 bks 25 g 2 v
Gula pasir 1 sdm 13 g 1 v
Minyak 2 sdm 5 g 2 v
28
Susu bubuk 2 sdm 20 1
Kecap 4 sdm 10 1
Keterangan:
Sdm: Sendok makan; Ptg: Potong; Gls: Gelas, Bks: Bungkus, Btr: Butir
a) Frekuensi makan utama 3x sehari, susunan menu yaitu makanan pokok + lauk
+ sayuran.
29
- Kangkung 1x seminggu dengan porsi makan 1 ctg sayur @ 30 gram.
g) Lainnya
- Teh manis (gula 1 sdm) dengan porsi minum ½ gelas = 100 ml.
20 gram.
Nafsu makan pasien saat ini kurang, mual (+). Hasil recall 24 jam pasien yaitu
Tabel 3.4 Hasil Recall 24- Hours Pasien (Tanggal 12 Maret 2020)
30
daging ayam (suwir) 10
Susu F 100
(100 ml) Susu F 100 20
Pagi Susu F 100
(05.00) (100 ml) Susu F 100 20
Malam Susu F 100
(21.00) (100 ml) Susu F 100 20
Malam Susu F 100 Susu F 100 20
(19.00) (100 ml) susu dancow coklat 10
Makan Nasi putih Beras 37,5
Sore Telur ceplok telur ayam 30
(17.30)
minyak kelapa 2,5
Tempe goreng tempe goreng 20
Cah wortel Carrot fresh 10
minyak kelapa 0,6
Chiky ciki chitato 20
3.2.5 Obat
31
No Nama
4. Vitamin C 1x100mg
5. Vitamin E 1x 100 IU
mid)
8 MST 2x 1 (Morfin)
21 hari
10 Doxorubicin55,5 mg (iv)
Riwayat Personal
Anak keempat dari 4 bersaudara. Saat ini pasien sekolah kelas 1 SMP
Imunisasi lengkap.
Saat ini pasien pelajar di SMP dengan aktifitas sehari-hari sekolah, les, dan
Pekerjaan orang tua: Ayah seorang wiraswasta dan ibu tidak bekerja (IRT).
32
Pasien dan keluarga belum pernah mendapatkan edukasi gizi terkait
Adanya kebiasaan jajan makanan di pinggir jalan yang tidak tahu kebersihannya.
Riwayat penyakit
Dahulu:
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya. Riwayat penyakit keluarga pasien
Sekarang:
Pasien MRS dari Poliklinik anak RS tanggal 7 Maret 2020 dengan keluhan demam
sejak semalam dan muntah (+) 2 x semalam. Wajah tampak pucat, nafsu makan
berkurang, terasa nyeri di kedua kaki. Pasien terdiagnosa NHL sejak bulan Januari
Antropometri
status gizi buruk dengan perawakan pendek berdasarkan LILA/U, BB/U, TB/U, dan
IMT/U
Biokimia
Hemoglobin rendah karena pasien menderita anemia defisiensi zat besi akibat dari
kanker NHL
MCV rendah mengindikasikan adanya anemia defisiensi zat besi pada pasien
Leukosit rendah akibat sistem kekebalan tubuh pasien yang melemah karena
kanker NHL
33
Trombosit rendah karena kanker NHL yang diderita pasien
Neutrofil rendah karena penyakit neutropenia tingkat berat yang diderita pasien
Limfosit tinggi yang disebabkan kanker non hodgkin lymphoma pada pasien
Monosit tinggi yang disebabkan kanker non hodgkin lymphoma pada pasien
Fisik Klinis
Pasien menderita gizi buruk dengan tanda iga ngambang, old face, dan kulit
keriput
Rongga mulut dan tenggorokan pasien sariawan yang merupakan gejala dari
Nafsu makan pasien berkurang akibat dari kemoterapi yang dilakukan pasien
Dietary
Porsi konsumsi buah dan sayur per hari pada pasien kurang
34
Hasil perhitungan sq-ffq:
- Energi: 49%
- Protein: 53%
- Lemak: 38%
- Karbohidrat: 41,9%
Sosial Ekonomi
Pasien memiliki kebiasaan untuk jajan di pinggir jalan yang tidak diketahui
kebersihannya
Pasien dan keluarga belum pernah mendapatkan edukasi gizi terkait makanan
35
3.3.2 Analisis Masalah (Kerangka Analisis Masalah)
Perawatan kemoterapi
Menekan produksi
Berkurangnya
neutrofil
nafsu makan pada
pasien
Jumlah leukosit
dalam tubuh Neutropenia
Intake energi dan zat menurun, pasien
gizi makro pada rentan terkena
pasien tidak adekuat infeksi
Penurunan aktivitas
Terjadi penurunan fagositosis makrofag,
status gizi kemotaksis leukosit,
perubahan proses
sitokin t-helper
Malnutrisi
- BB/U < percentile 5 Penurunan sistem
- TB/U < percentile 5 imun/daya tahan tubuh
- IMT/U < -3SD
- LILA/U < percentile 5
36
3.3.3 Diagnosis Gizi
NI-5.2 Malnutrisi
Malnutrisi berkaitan dengan kurangnya asupan terdahulu pasien terutama energi dan
zat gizi makro protein serta penyakit gizi buruk marasmus yang diderita oleh pasien
yang ditandai dengan status gizi pasien yaitu buruk (dari nilai %BBI <70% median,
BB/U < percentile 3, dan LILA/U <percentile 5), riwayat terdahulu asupan energi dan
protein deficit tingkat berat (67,5% dan 53,3 %), hemoglobin rendah, eritrosit rendah,
trombosit rendah, MCV rendah, hematocrit rendah, trombosit rendah serta kondisi fisik
Peningkatan kebutuhan zat gizi tertentu (Protein), berkaitan kurangnya asupan zat gizi
makro protein pasien dalam jangka waktu yang lama, gizi buruk marasmus pada
pasien, dan kondisi penyakit kanker non Hodgkin lymphoma yang ditandai dengan
hasil sq ffq asupan protein pasien 53,3% (deficit tingkat berat), hasil pemeriksaan fisik
klinis iga gambang, old face, dan kulit keriput, serta hasil pemeriksaan nilai lab
Asupan makanan dan minuman per oral tidak adekuat berkaitan dengan penurunan
kemampuan untuk konsumsi energi yang cukup yang ditandai dengan kondisi mual,
muntah, sariawan pada rongga mulut dan tenggorokan, nafsu makan pasien yang
berkurang, serta asupan makan pasien deficit tingkat berat (Energi 49%, protein 53%,
37
Kurangnya pengetahuan tentang gizi dan makanan berkaitan belum pernahnya pasien
mendapat edukasi gizi terkait makanan sehat ditandai dengan kebiasaan pasien untuk
1) FASE STABILISASI
PRESKRIPSI DIET
Tujuan Diet
1. Menstabilkan status metabolic tubuh pada anak dengan kondisi gizi buruk
Prinsip Diet
Cukup Energi dan Cukup Protein (sesuai fase stabilisasi tatalaksana gizi buruk)
Syarat Diet
1. Energi diberikan sebanyak 2335 kkal menggunakan rumus RDA x BBI= 55,6 kkal/kg
x 42 kg, dengan target konsumsi sebanyak 50% dari total energi yaitu 1167,5 kkal
(PERMENKES, 2013)
2. Protein diberikan 1,5 gram/kgBB/hari yaitu 43,5 gram dengan target asupan minimal
80% yaitu 34,8 g. Pemberian protein dilakukan dengan mengutamakan jenis protein
= 59% Energi
38
5. Vitamin C diberikan dengan dosis 100 mg/hari dengan diberikan melalui suplemen
tablet (2 tablet)
6. Asam folat diberikan dengan suplemen sebanyak 5 mg/hari pada hari pertama dan
10. Diberikan mineral mix sebanyak 20 ml/1000 ml formula (tersusun atas zat gizi mikro
11. Porsi formula diberikan dengan porsi kecil namun sering untuk menghindari terjadinya
hipoglikemi dan beban pada saluran cerna dan ginjal, diberikan sebanyak 2 jam sekali
(12 kali) dengan volume sekali pemberian yaitu 120 ml, dan ditingkatkan secara
13. Kebutuhan cairan pasien, dengan rumus Holliday segar yaitu 1680 cc.
= 55,6 kkal/kg x 42 kg
= 2335 kkal (fase stabilisasi 50% dari total kebutuhan energi yaitu: 1167,5 kkal)
= 1500 mL + (180)
= 1680 mL
39
3. Menu dan jadwal pemberian formula pada pasien:
FORMULA WHO
Tabel 3.6 Formula WHO F-75 untuk Gizi Buruk Fase Stabilisasi
FORMULA WHO
Air ml 1680
NILAI GIZI
Protein g 15,12
Lemak g 50,4
karbohidrat g 186,5
Laktosa g 21,84
Natrium mmol 10
Seng mg 33,6
Tembaga mg 3,4
JADWAL PEMBERIAN
40
WAKTU PEMBERIAN (12X
JUMLAH / VOLUME PEMBERIAN
PEMBERIAN)
140 ml 06.00
140 ml 08.00
140 ml 10.00
140 ml 12.00
140 ml 14.00
140 ml 16.00
140 ml 18.00
140 ml 20.00
140 ml 22.00
140 ml 24.00
140 ml 02.00
140 ml 04.00
2) FASE TRANSISI
PRESKRIPSI DIET
Tujuan Diet
1. Mencukupi kebutuhan energi, zat gizi makro, dan zat gizi mikro pada anak untuk
Prinsip Diet
Syarat Diet
41
1. Energi diberikan sebanyak 2335 kkal menggunakan rumus RDA x BBI = 55,6 kkal/kg
x 42 kg, dengan target konsumsi sebanyak 75% dari total energi yaitu 1751,3 kkal
(PERMENKES, 2013)
59% Energi
5. Vitamin C diberikan dengan dosis 100 mg/hari dengan diberikan melalui suplemen
tablet (2 tablet)
6. Asam folat diberikan dengan suplemen sebanyak 5 mg/hari pada hari pertama dan
8. Diberikan formula WHO F-100 yang diberikan pada hari ke 3 hingga hari ke 7 pasien
10. Porsi formula diberikan dengan porsi kecil namun sering untuk menghindari terjadinya
hipoglikemi dan beban pada saluran cerna dan ginjal, diberikan sebanyak 4 jam sekali
(6 kali)
11. Kebutuhan cairan pasien, dengan rumus Holliday segar yaitu 1680 cc.
42
= RDA untuk umur TB x BBI
= 55,6 kkal/kg x 42 kg
= 2335 kkal (fase transisi 75% dari total kebutuhan yaitu 1751,3 kkal)
= 1500 mL + (180)
= 1680 mL
FORMULA WHO
Tabel 3.8 Jadwal Pemberian Formula WHO F-100 untuk Gizi Buruk Fase
Transisi
BAHAN MAKANAN PER 1680 ml F100
FORMULA WHO
Gula pasir g 84
Air ml 1680
NILAI GIZI
Protein g 48,72
Lemak g 99
karbohidrat g 588
Laktosa g 70,56
43
Kalium mmol 105,84
Natrium mmol 32
Seng mg 38,64
Tembaga mg 4,2
JADWAL PEMBERIAN
280 ml 06.00
280 ml 10.00
280 ml 14.00
280 ml 18.00
280 ml 22.00
280 ml 02.00
3) FASE REHABILITASI
PRESKRIPSI DIET
Tujuan Diet
1. Mencukupi kebutuhan zat gizi dasar pasien (energi, karbohidrat, protein, dan lemak)
untuk menggantikan zat gizi yang hilang akibat penyakit pasien, memberikan
makanan yang adekuat untuk tumbuh kejar, dan mengusahakan status gizi pasien
44
2. Memberikan makanan sesuai dengan peningkatan kebutuhan pasien (protein) untuk
Prinsip diet
Syarat Diet
1. Energi diberikan tinggi sesuai dengan kebutuhan pasien untuk mempercepat proses
penyembuhan pasien, menggunakan rumus RDA x BBI yaitu 55,6 kkal/kg x 42 kg=
2. Kebutuhan protein diberikan tinggi yaitu 4g/kgBB/hari yaitu 116 g. Protein diberikan
jaringan tubuh yang rusak, dan mempercepat proses penyembuhan penyakit, dan
3. Lemak diberikan cukup yaitu 25% x Energi= 583,75 kkal = 64,9 g, dengan sumber
lemak yaitu lemak tidak jenuh, lemak MCT (lebih mudah diserap) dan omega 3 untuk
sumber yaitu minyak kelapa sawit, daging ayam, hati ayam, telur, dan jenis omega 3
4. Karbohidrat diberikan dengan porsi yang cukup yaitu sisa dari perhitungan kebutuhan
protein dan lemak, yaitu 2335 – (464 + 583,75) = 1287,3 kkal= 321,8 g, dengan
5. Pasien diberikan formula WHO F100 sebagai asupan untuk membantu sang anak
untuk tumbuh kejar yang diberikan di antara makanan utama dan snack sebanyak 4
6. Diet pada pasien diberikan berupa makanan lunak yang diberikan per oral
45
7. Makanan diberikan porsi kecil namun diberikan sering, dengan densitas energi yaitu
8. Makanan diberikan dengan frekuensi 3 kali makanan utama dan 3 kali makanan
selingan
9. Kebutuhan cairan pasien, dengan rumus Holliday segar yaitu 1680 cc.
= 55,6 kkal/kg x 42 kg
= 2335 kkal
= 1500 mL + (180)
= 1680 mL
Resep F100
Tabel 3.10 Komposisi Formula WHO F-100 untuk Gizi Buruk Fase Rehabilitasi
BAHAN MAKANAN PER 800 ml F100
FORMULA WHO
Air ml 800
46
NILAI GIZI
Protein g 23,49
Lemak g 47,7
karbohidrat g 71,7
Laktosa g 34
Magnesium mmol 6
Seng mg 18,6
Tembaga mg 2
47
Menu makanan lunak
Tabel 3.11 Menu Makanan Lunak untuk Pasien Gizi Buruk Fase Rehabilitasi
kacang
bubur 30 34,8 2,3 0,2 6,2 0,6 0 62,4 0 1,2 7,2 0,8
hijau
snack pagi kacang
(09.00) hijau gula aren 30 110,7 0,2 0 28,3 0 0 0,3 0 11,4 113,1 0,5
santan 50 35,5 0,3 3,3 1,5 0 0 2,5 0,5 2 1,5 0,3
F100 200
Nasi tim beras 50 180,4 3,3 0,3 39,8 0 0 3 0 0 4 0,3
Makan tumis
siang hati hati ayam 60 94,2 14,6 3,3 0,5 6795 0 354 13,8 30,6 8,4 5,1
(12.00) ayam
cincang minyak 2,5 21,6 0 2,5 0 0 0 0 0 0 0 0
48
rolade
tahu tahu 150 114 12,2 7,2 2,8 0 0 22,5 0 10,5 157,5 8,1
kukus
sayur
labu labu siam 50 10 0,4 0,2 2,2 14,5 0 10 3 0,5 13,5 0,2
bening
buah
jeruk jeruk 55 25,9 0,5 0,1 6,5 4,4 0 16,5 29,1 0 22 0,1
manis
F100 200
setup
snack pepaya 75 29,2 0,5 0,1 7,4 101,3 0,8 28,5 46,5 2,3 18 0,1
pepaya
siang
(14.00) F100 200
ayam
tumis ayam tanpa
40 114 10,8 7,6 0 15,6 0 2 0 29,2 5,2 0,6
cincang kulit
Makan bumbu
malam kecap
minyak 2,5 21,6 0 2,5 0 0 0 0 0 0 0 0
(18.00)
pepes
tahu 25 19 2 1,2 0,5 0 0 3,8 0 1,8 26,3 1,4
tahu
sayur
bening bayam 25 9,3 0,9 0,1 1,8 129,8 0 26 8,3 2,8 52,8 0,8
bayam
jagung
jagung 25 27 0,8 0,3 6,3 3,3 0 11,5 1,5 4,3 0,5 0,2
49
buah
melon buah melon 95 36,3 0,6 0,2 7,9 31,4 0,1 4,8 5,7 0,9 10,4 0,4
snack potong
malam susu
susu skim 150 52,3 5,1 0,3 7,4 1,5 0 7,5 1,5 78 184,5
(19.00) skim cair
F100 200
TOTAL 2345 102 87,3 294,2 7720,2 2,5 647,8 124,5 258,8 770,5 22,7
50
3.4.2 Terapi Edukasi
yang sehat saat sudah mulai rawat jalan/rehabilitasi (keluar dari rumah
sakit)
Materi:
- diet untuk penyakit kanker dan gizi buruk yaitu Tinggi Energi Tinggi
pasien
51
3.5 RENCANA MONITORING EVALUASI GIZI
FASE STABILISASI
PD-1.1 Pemantauan Observasi dan Dilakukan setiap hari Dengan kolaborasi target semua gejala
terkait kondisi fisik klinis wawancara secara bersama perawat tersebut sudah kembali
pada pasien terkait data normal (-)
52
klinis frekuensi nafas dan langsung kepada
nadi, ada tidaknya pasien/keluarga pasien
kondisi mual dan
muntah, defekasi dan
konsistensi feses, kondisi
hipoglikemia, hipotermia,
kondisi dehidrasi, dan
ada tidaknya kondisi
edema
FH-1.1 Pemantauan dan Melakukan wawancara Setiap hari Dilakukan oleh ahli gizi - Asupan energi pasien
evaluasi asupan energi 24-h recall kepada pasien minimal 80% dari total
dan zat gizi makro pada dan keluarga pasien kebutuhan gizi
pasien, serta ada terpenuhi (50% dari
tidaknya refeeding total kebutuhan energi
syndrome sehari pasien)
- Tidak adanya
refeeding syndrome
pada pasien
FASE TRANSISI
53
MONEV METODE WAKTU PETUGAS TARGET
AD-1.1 Melakukan Pengukuran secara Setiap kunjungan ulang Oleh ahli gizi - Ukuran LLA mendekati
pemantauan dan evaluasi langsung menggunakan ke pasien nilai normal
terkait perubahan lingkar metlin untuk LLA dan - Terdapat kenaikan
lengan atas dan berat timbangan untuk BB berat badan pasien
badan pasien yang signifikan
BD 1.6 Melakukan Dengan melihat rekam Dilakukan menyesuaikan Oleh tim dokter, perawat, dengan target nilai
pemeriksaan profil medis pasien dengan jadwal kunjungan dan ahli gizi laboraturium mendekati
biokimia pada pasien perawat/setiap jadwal nilai normal
terutama terkait data pemeriksaan
keseimbangan elektrolit laboraturium,
dan infeksi
PD-1.1 Pemantauan Observasi dan Dilakukan setiap hari Dengan kolaborasi target semua gejala
terkait kondisi fisik klinis wawancara secara bersama perawat tersebut sudah kembali
pada pasien terkait langsung kepada pasien normal (-)
hipoglikemia, kondisi
nafsu makan, dan ada
atau tidaknya edema
54
FH-1.1 Pemantauan dan Melakukan wawancara Setiap hari Dilakukan oleh ahli gizi Asupan energi pasien
evaluasi asupan energi 24-h recall minimal 80% dari total
dan zat gizi makro pada kebutuhan gizi terpenuhi
pasien (dari 75% kebutuhan
energi dan zat gizi
pasien)
FASE REHABILITASI
55
BD 1.6 Melakukan Dengan melihat rekam Dilakukan menyesuaikan Oleh tim dokter, perawat, dengan target nilai
pemeriksaan profil medis pasien dengan jadwal kunjungan dan ahli gizi laboraturium mendekati
biokimia pada pasien perawat/setiap jadwal nilai normal
pemeriksaan
laboraturium,
PD-1.1 Pemantauan Observasi dan Dilakukan setiap hari Dengan kolaborasi semua gejala abnormal
terkait kondisi fisik klinis wawancara secara bersama perawat tersebut sudah kembali
pada pasien terkait nadi langsung kepada pasien normal (-)
dan nafas, tidak adanya
edema, dan ada tidaknya
peningkatan nafsu
makan
FH-1.1 Pemantauan dan Melakukan wawancara Setiap hari Dilakukan oleh ahli gizi Asupan energi pasien
evaluasi asupan energi 24-h recall minimal 80% dari total
dan zat gizi makro pada kebutuhan gizi terpenuhi
pasien (dari 100% kebutuhan
energi dan zat gizi
pasien)
FH-4.1 melakukan pretest dan posttest Diberikan saat hari Diberikan oleh ahli gizi Pasien dapat menjawab
penilaian pengetahuan secara lisan kepada pertama visit setelah dengan benar minimal
pemberian edukasi dan
56
terkait materi edukasi pasien dan pada pihak sebelum pasien 80% dari total pertanyaan
yang diberikan keluarga pasien melakukan rawat jalan yang diajukan
(H-1)
57
Nama : An. CF Jenis Kelamin: Perempuan
Umur : 14 tahun Registered : 11423xxx
Tanggal : 08-03-2020
Diagnosa Medis : Leuchemic Phase of Lymphoma / Non Hodgkin Lymphoma + Neutropenia
Berat + Gizi Buruk Marasmus fase Rehabilitasi
Berdasarkan dari screening gizi yang dilakukan kepada pasien dengan menggunakan STRONG-Kids, didapatkan
bahwa pasien berada dalam risiko malnutrisi tinggi, dengan total skor hasil screening yaitu 4 58
An. CF 08 Maret 2019
14 tahun 29 kg
150 cm
Perempuan
Berdasarkan dari screening gizi yang dilakukan kepada pasien dengan menggunakan PYMS, didapatkan bahwa
pasien berada dalam risiko malnutrisi tinggi, dengan total skor hasil screening yaitu 5
59
60
3.6 FORM NCP DAN MONEV
Tanggal : 08-03-2020
Diagnosa Medis : Leuchemic Phase of Lymphoma / Non Hodgkin Lymphoma + Neutropenia Berat + Gizi Buruk
Assessment Monitoring
Diagnosis Gizi Intervensi Gizi
Data Dasar Identifikasi Masalah Evaluasi
1. Antropometri (12 Maret 2020) status gizi buruk NI-5.2 Malnutrisi ND-1 Makanan AD-1.1 Melakukan
AD 1.1 dengan perawakan Malnutrisi berkaitan dengan utama dan snack pemantauan dan
BB Aktual: 29 kg pendek berdasarkan kurangnya asupan terdahulu Pemberian makanan evaluasi oleh ahli gizi
Tinggi Badan: 150 cm LILA/U, %BBI, dan pasien terutama energi dan utama dan snack terkait perubahan
LLA: 16 cm IMT/U protein serta penyakit gizi dengan konsistensi lingkar lengan atas
Lingkar Kepala: 53 cm buruk marasmus yang lunak porsi kecil tapi dan berat badan
BB Ideal: 42 kg (grafik CDC, diderita oleh pasien yang sering kepada pasien
61
= 0,69 x 100%= 69% (gizi terdahulu asupan energi dan Metode: pengukuran
buruk) protein deficit tingkat berat secara langsung
(Waterlow, 1072) (67,5% dan 53,3 %), yaitu menggunakan
Status gizi berdasarkan BB/U hemoglobin rendah, eritrosit metlin untuk LLA dan
= < percentile 3 (CDC, 2000) rendah, trombosit rendah, timbangan untuk
Status gizi berdasarkan IMT/U MCV rendah, hematocrit berat badan
= Z score= < -3 SD rendah, trombosit rendah Target: ukuran LLA
(KEMENKES, 2020) serta kondisi fisik pasien sesuai dengan status
Status gizi berdasarkan TB/U terdapat iga ngambang, old gizi normal dan berat
= percentile 3-10 (CDC, 2000) face, kulit keriput, dan skor badan mendekati
Status gizi berdasarkan mclaren 2 nilai Berat badan
LILA/U ideal pasien (dengan
= < percentile 5 (Rosalind S. target penambahan
Gibson) BB >10 gram/kgBB)
Kesimpulan: status gizi buruk
dengan perawakan pendek
berdasarkan LILA/U, %BBI, dan
IMT/U
62
BD-1.10 Hemoglobin rendah NI-5.1 Peningkatan BD 1.6 Melakukan
HGB= 9,80 g/Dl (N: 11, 4 – karena pasien kebutuhan zat gizi tertentu pemeriksaan profil
15,1) menderita anemia (Protein) biokimia pada pasien
Eritrosit (RBC)= 3,47x10 defisiensi zat besi Peningkatan kebutuhan zat terkait kondisi
6/µL (N: 4,0 – 5,0) akibat dari kanker NHL gizi tertentu (Protein), penyakit yang
Leukosit (WBC)= 1,9610 Eritrosit rendah karena berkaitan kurangnya diderita sang anak
3/µL (N: 4,7 – 11,3) anemia defisiensi zat asupan zat gizi makro yaitu nilai Hemglobin
Hematokrit= 26,90 % (N: 38 besi pada pasien protein pasien dalam jangka rendah, Eritrosit
– 42) MCV rendah waktu yang lama, dan rendah, Leukosit
Trombosit (PLT)= 90x10 3/µL mengindikasikan kondisi penyakit kanker non rendah, Hematocrit
(N: 142 – 424) adanya anemia Hodgkin lymphoma yang rendah, Trombosit
MCV= 77,50 fL (N: 80 – 93) defisiensi zat besi pada ditandai dengan hasil sq ffq rendah, MCV
MCH= 28,20 pg (N: 27 – 31) pasien asupan protein pasien rendah, Neutrofil
MCHC= 36,40 g/dL (N: 32 – Hematocrit rendah 53,3% (deficit tingkat berat), rendah, Limfosit
36) karena pasien serta hasil pemeriksaan nilai tinggi, Monosit tinggi,
RDW= 14,00 % (N: 11.5 – menderita anemia lab hemoglobin rendah, SGPT tinggi, Natrium
defisiensi zat besi eritrosit rendah, trombosit rendah, Klorida
14,5)
Leukosit rendah akibat rendah, MCV rendah, tinggi, Metode:
PDW= 10,7 fL (N: 9 – 13)
MPV= 10,1 fL (N: 7,2 – 11,1) sistem kekebalan tubuh hematocrit rendah, dengan melihat
63
Monosit= 14,3 % (N: 2 – 5) Neutrofil rendah ke ruangan rawat
karena penyakit inap pasien/setiap
Faal Hati (8/03/2020) neutropenia tingkat jadwal pemeriksaan
SGOT= 24 U/L (N: 0 – 32) berat yang diderita laboraturium
SGPT= 38 U/L (N: 0 – 33) pasien Target: nilai
Albumin= 3,92 g/dL (N: 3,5 – Limfosit tinggi yang laboraturium
5,5) disebabkan kanker non mendekati nilai
hodgkin lymphoma normal.
Faal Ginjal (08/03/2020) pada pasien
Ureum= 17,00 mg/dL (N: Monosit tinggi yang
16,6 – 48,5) disebabkan kanker non
Kreatinin= 0,33 mg/dL (N: < hodgkin lymphoma
1,2) pada pasien
SGPT tinggi karena
Elektrolit Serum (08/03/2020) kanker NHL yang
Natrium= 135 mmol/L (N: diderita pasien
136 – 145) Natrium rendah akibat
Kalium= 3,79 mmol/L (N: 3,5 kanker NHL yang
– 5,0) diderita pasien
Klorida= 111 mmol/L (N: 98 – Klorida tinggi akibat
106) NHL yang diderita
Kalsium= 9,3 mg/dl (N: 7,6 – pasien
11,0)
64
3. Fisik/Klinis Pasien menderita gizi RC-1 Kolaborasi PD-1.1 Pemantauan
PD-1.1 buruk marasmus dan rujukan asuhan terkait kondisi fisik
PEMERIKSAAN FISIK dengan tanda iga gizi klinis pada pasien
- Tanda Gizi buruk = iga ngambang, old face, Melakukan yang dilakukan
gambang (+), Old dan kulit keriput kolaborasi antara dengan kolaborasi
Face (+), kulit keriput Kulit pasien tampak ahli gizi, dokter , dan dokter dan perawat.
(+) pucat karena anemia perawat terkait (iga ngambang, old
- Skor gizi buruk Mata pasien pemberian obat pada face, kulit keriput,
mclarren = 2 = gizi menunjukkan gejala pasien, pemantauan pucat, muntah,
buruk marasmus anemia data laboraturium sariawan, nafsu
- Keluhan yang dirasakan Pasien mengalami pada pasien dan makan, nyeri di
pasien adalah demam muntah 2x semalam pemantauan kondisi kedua kaki)
dan muntah. Demam karena penyakit klinis pada pasien Frekuensi:
dikeluhkan sejak neutropenia dan terkait dilakukan setiap hari
semalam Rongga mulut dan Metode: dengan
- Kulit tampak pucat (+) tenggorokan pasien wawancara dan
- Muntah (+), 2x semalam sariawan yang observasi secara
- Nafsu makan berkurang merupakan gejala dari langsung kepada
- Nyeri di kedua kakinya neutropenia pada pasien
- Pasien terdiagnosa pasien Target: semua
NHL sejak bulan Nafsu makan pasien gejala tersebut
Januari 2020 dan berkurang akibat dari sudah kembali
menjalani kemoterapi kemoterapi yang normal
sejak 26 januari 2020. dilakukan pasien
65
- Kulit = dalam batas Pasien merasakan
normal nyeri di kedua kaki
- Kepala = Hidung pasien
normocephali, simetris mengeluarkan secret
- Telinga = sekret (-)
- Hidung = Sekret (+)
dengan hasil
lymphomia
- Rongga mulut dan
tenggorokan =
Sariawan (+)
- Mata = anemia (+)
PEMERIKSAAN KLINIS
11 Maret 2020
Kesadaran Umum:
Cukup (N: Cukup)
Kesadaran: CM (N:
CM)
Nadi: 89 x/menit (N:
75-110x/menit)
RR: 26 x/menit (N:
12-20x/menit)
Suhu: 37oC (N:
36,1-37,2 oC)
66
4. Dietary RIWAYAT GIZI DAHULU NI-2.1 Asupan makanan FH-1.1 Pemantauan
RIWAYAT GIZI DAHULU Porsi konsumsi makanan dan minuman per oral asupan energi dan
FH-1.2.2 lauk pasien per hari tidak adekuat zat gizi makro pada
Pasien tidak memiliki alergi kurang Asupan makanan dan pasien
makanan Porsi konsumsi buah dan minuman per oral tidak Metode: dengan
Pasien tidak memiliki sayur per hari pada adekuat berkaitan dengan melakukan
pantangan makanan pasien kurang penurunan kemampuan wawancara 24-hour
Nafsu makan pasien Pasien suka konsumsi untuk konsumsi energi yang recall
berkurang makanan ringan (snack) cukup yang ditandai Frekuensi:
Frekuensi makan utama Pasien suka konsumsi dengan kondisi mual, dilakukan oleh ahli
3x sehari, susunan menu minum-minuman muntah, sariawan pada gizi setiap hari
yaitu makanan pokok + kemasan dan bubuk rongga mulut dan Target: asupan
lauk + sayuran. Hasil perhitungan sq-ffq: tenggorokan, nafsu makan energi dan zat gizi
Makanan pokok yang - Energi= (67,5%) pasien yang berkurang, makro pasien
sering dikonsumsi: deficit tingkat berat serta asupan makan pasien mencapai minimal
- Nasi putih 3x sehari - Karbohidrat= (54,5%) deficit tingkat berat (Energi 80% dari kebutuhan
dengan porsi makan ½ deficit tingkat berat 49%, protein 53%, lemak
67
makan ½ bungkus. = Hasil 24-hour recall
40 gram asupan pasien:
Lauk hewani yang sering - Energi: 49%
dikonsumsi: - Protein: 53%
- Telur ayam 1x sehari - Lemak: 38%
dengan porsi makan 1 - Karbohidrat: 41,9%
butir = 60 gram. (deficit tingkat berat)
- Ayam 2x seminggu
dengan porsi makan 2
potong = 100 gram.
- Ikan lele 1x seminggu
dengan porsi makan 1
potong = 60 gram.
- Ikan tongkol 2x
seminggu dengan porsi
makan 1 potong = 50
gram
- Nugget ayam 1 x
seminggu dengan
porsi makan 3 potong
= 60 gram
Lauk nabati yang sering
dikonsumsi:
68
- Tahu 1x sehari dengan
porsi makan 1 potong
= 50 gram.
- Tempe 1x sehari
dengan porsi 1
potong kecil = 50
gram.
- Perkedel jagung 2 x
seminggu dengan porsi
3 potong = 60 gram
- Cara pengolahan:
goreng, tumis.
Sayur yang sering
dikonsumsi:
- Wortel 2x seminggu
dengan porsi makan 1
ctg sayur @ 30 gram.
- Kentang 2x seminggu
dengan porsi makan 1
ctg sayur @ 30 gram.
- Buncis 2x seminggu
dengan porsi makan 1
ctg sayur @ 30 gram.
69
- Kangkung 1x seminggu
dengan porsi makan 1
ctg sayur @ 30 gram.
- Cara pengolahan:
rebus, tumis, di buat
sup
Buah yang sering
dikonsumsi:
- Kelengkeng 2x
seminggu dengan porsi
makan 10 buah = 100
gram.
- Apel fuji 1x seminggu
dengan porsi makan 1
buah @ 120 gram.
- Pisang mas 1 x
seminggu dengan porsi
makan 10 buah = 200
gram
- Rambutan 1x
seminggu dengan porsi
makan 10 buah = 100
gram
Lainnya
70
- Chicky 2x sehari
dengan porsi makan 1
bungkus = 30 gram
- Teh gelas 1x sehari
dengan porsi minum 1
gelas = 180 ml.
- Chitato snack 1x
seminggu dengan porsi
makan 1bungkus = 20
gram.
- Minuman bubuk 2x
seminggu dengan porsi
minum 1 bks = 25
gram.
- Teh manis (gula 1
sdm) dengan porsi
minum ½ gelas = 100
ml.
- Sering konsumsi
bakso pentol bakar
5 x/ minggu
dengan porsi 5
buah pentol = 25
gram
71
- Susu bubuk 1x
sehari @100 ml
dengan
penambahan susu
2 sdm = 20 gram.
- Kecap 1x sehari
dengan porsi 1 sdm
= 10 gram
Air putih 1,5 liter /hari
Hasil perhitungan
asupan energi dan zat
gizi makro pasien
berdasarkan sq-ffq:
- Energi= 1577,8
kkal (67,5%)
- Karbohidrat=
175,22 g (54,5%)
- Lemak= 69 g
(106%)
- Protein= 62,23 g
(53,3%)
Kebutuhan energi Ceftraxione (antibiotic)
anak: menimblukan efek
samping seperti nyeri
72
- Energi= 2335 perut, mual, muntah,
kkal dan sakit kepala, serta
- Karbohidrat= 321 penggunaannya
g meningkatkan risiko
- Lemak= 65 g terjadinya
- Protein= 116,75 pengendapan kristal
g pada paru dan ginjal
RIWAYAT GIZI SEKARANG serta menimbulkan efek
Hasil 24-hour recall pada samping fatal jika
pasien: digunakan bersama
- Energi: 1150,6 cairan yang
- Karbohidrat: 153,4 g mengandung kalsium
- Protein: 37,98 g Prednison
- Lemak: 25 g (kortikosteroid)
FH-1.3 menimbulkan efek
Konsumsi obat samping mual, muntah,
1. iv. Ceftriaxon 2x1 g (100 anemia, dan penurunan
g/kgBB/hr) nafsu makan.
2. iv. paracetamol 3x 200 gram Konsumsi obat ini
(10 mg/kg/hr) sebaiknya bersama
3. Vitamin B complex 1x1 tab dengan makanan atau
4. Vitamin C 1x100mg susu untuk mencegah
5. Vitamin E 1x 100 IU terjadinya nyeri pada
6. Asam Folat 1x1 mg lambung
73
4. CPA 835 mg (IV) Morfin (Pereda nyeri),
(Cyclophosphamid) menimbulkan efek
5. MST 2x 1 (Morfin) samping pusing & sakit
6. Prednison 40 mg diberi 4 seri kepala, mual dan
tiap 21 hari muntah, konstipasi
7. Doxorubicin 55,5 mg (iv) Doxorubicin (obat
kanker), menimbulkan
efek samping mual dan
muntah, diare,
kehilangan nafsu
makan
Cyclophosphamid (obat
kemoterapi),
menimbulkan efek
samping mual, muntah,
sakit perut, hilang nafsu
makan. Berinteraksi
dengan doxorubicin jika
digunakan dalam waktu
yang bersamaan
5. Sosial Ekonomi Pasien memiliki NB- 1.1 Kurangnya NE-2.1 Edukasi FH-4.1 melakukan
CH-1.1 kebiasaan untuk jajan pengetahuan tentang gizi Gizi-Konten pretest dan posttest
Anak keempat dari 4 di pinggir jalan yang dan makanan Memberikan edukasi secara lisan kepada
bersaudara. Saat ini kepada pasien dan pasien dan pada
74
pasien sekolah kelas 1 tidak diketahui Kurangnya pengetahuan keluarga pasien pihak keluarga
SMP kebersihannya tentang gizi dan makanan terkait: pasien terkait Tips
Dahulu rutin dibawa ke Pasien dan keluarga pada pasien dan keluarga - Tips untuk untuk pencegahan
posyandu dan berat badan belum pernah berkaitan belum pernahnya pencegahan kanker, diet untuk
terus meningkat. mendapatkan edukasi pasien serta keluarga kanker penyakit kanker dan
Imunisasi lengkap. gizi terkait makanan mendapat edukasi gizi - diet untuk gizi buruk yaitu
Saat ini pasien pelajar di sehat bagi anak dan terkait makanan sehat bagi penyakit kanker Tinggi Energi Tinggi
SMP dengan aktifitas diet bagi pasien kanker. anak dan diet bagi pasien dan gizi buruk Protein dan
sehari-hari sekolah, les, kanker ditandai dengan yaitu Tinggi antioksidan,
dan setiap jumat kebiasaan pasien untuk Energi Tinggi makanan yang
melakukan olahraga serta jajan sembarangan tanpa Protein dan dianjurkan, dibatasi,
pramuka. diketahui kebersihannya, antioksidan, dan dihindari sesuai
Pendidikan terakhir orang dan porsi makanan lauk, - makanan yang dengan kondisi
tua: ayah SMA dan ibu sayur mayur beserta buah- dianjurkan, penyakit pasien,
SMP buahan kurang berdasarkan dibatasi, dan serta edukasi
Pekerjaan orang tua: Ayah hasil sq-ffq dihindari sesuai mengenai gizi
75
Pasien MRS dari Poliklinik melakukan rawat
anak RS tanggal 7 Maret jalan (H-1) yang
2020 dengan keluhan diberikan oleh ahli
demam sejak semalam gizi
dan muntah (+) 2 x Metode:
semalam. Wajah tampak menggunakan media
pucat, nafsu makan leaflet, DBMP, dan
berkurang, terasa nyeri di flipchart, dengan
kedua kaki. Pasien metode ceramah.
terdiagnosa NHL sejak Target: pasien dapat
bulan Januari 2020 dan menjawab dengan
menjalani kemoterapi benar minimal 80%
sejak 26 Januari 2020. dari total pertanyaan
CH-3.1 terkait materi yang
Pasien dan keluarga diajukan
belum pernah
mendapatkan edukasi gizi
terkait makanan sehat bagi
anak dan diet bagi pasien
kanker.
76
FORM MONITORING EVALUASI
Tanggal : 08-03-2020
Diagnosa Medis : Leuchemic Phase of Lymphoma / Non Hodgkin Lymphoma + Neutropenia Berat + Gizi Buruk
Hari/Tanggal Identifikasi
Antropometri Biokimia Fisik Klinis Asupan makan Edukasi Rencana tindak
masalah
Monev lanjut
baru
Klinis Asupan Makan Sebelum
Skor - Dilakukan
- KU: Cukup - Energi= Intervensi
pemantauan
- Kesadaran: 1050, 75
Pasien belum dan
Compos kkal (90%)
memahami apa pengawasan
Mentis - Karbohidrat=
yang dimaksud 5% - Timbulnya terhadap
- TD: 110/80 150 g (80%)
Hari 1 Fase - BB: 29 kg dengan diet TKTP keadaan kemungkinan
- Nadi: - Protein=
stabilisasi - LLA: 16 antioksidan pusing efek samping
100x/menit 34,8 g (80%)
10/03/2020 cm pada yang
- RR: - Lemak= Pasien dan
pasein ditimbulkan
24x/menit 45,4 g (80%) keluarga pasien
oleh
- Suhu: 35,8 - Cairan= belum mengetahui 5%
penggunaan
oC 1000 ml makanan yang
obat pada
(60%) harus dihindari
Fisik
pasien
- Mual (+)
77
- Sedikit Pasien dan
pusing (+) keluarga pasien
belum mengetahui
10%
makanan yang
termasuk sumber
antioksidan
Pasien dan
keluarga pasien
hanya sedikit
10%
mengetahui
susunan menu
seimbang
78
- Nadi: - Protein=
100x/menit 46,4 g (80%)
- RR: - Lemak=
24x/menit 74,72 g
- Suhu: 35,8 (80%)
oC - Cairan=
Fisik 1176 ml
- Sedikit
pusing (+)
Hari 3 Antropometri Klinis Asupan Makan - Asupan - Evaluasi
(rehab) - BB: 30 kg - KU: Cukup - Energi= energi dan terkait menu
13/03/2020 - LLA: 16 - Kesadaran: 1470,4 g zat gizi makanan
cm Compos (63%) makro yang
Mentis - Karbohidrat= pada diberikan
- TD: 110/80 171,3 g pasien kepada
- Nadi: (53%) mengalami pasien (agar
100x/menit - Protein= 53 penurunan target
- RR: g (46%) pemenuhan
24x/menit - Lemak= 80% tercapai)
- Suhu: 35,8 53,1 g (81%)
oC - Cairan= 955
Fisik ml (57%)
- Mual (+)
79
- Sedikit
pusing (+)
- Demam (-)
Hari 5 Antropometri Klinis Asupan Makan Sesudah Skor
(rehab) - BB: 31 kg - KU: Cukup - Energi= Intervensi
Pasien mampu
15/03/2020 - LLA: 16 - Kesadaran: 1423,6 kkal menjelaskan apa 85%
cm Compos (61%) yang dimaksud
Mentis - Karbohidrat= dengan diet TKTP
179 g (26%)
antioksidan
80
- Nadi: - Protein= 48 Pasien dan
92x/menit g (41,3%) keluarga pasien 80%
tips tentang
pencegahan
kanker
81
BAB IV
Proses monitoring dan evaluasi pada pasien dilakukan selama 5 hari yaitu dimulai pada
tanggal 10 Maret hingga tanggal 15 maret 2020. Proses monitoring dan evaluasi pada pasien
dilakukan dengan menggunakan metode 24-hour recall, dengan target pasien memenuhi
80% dari total asupan energi dan zat gizi yang diberikan di tiap fasenya, termasuk dari
asupan makanan pada pasien yang dibeli sendiri atau diperoleh dari luar perencanaan menu
awal. Data hasil recall pada pasien yang didapatkan selanjutnya dianalisis dengan
menggunakan software nutrisurvey. Asupan yang dimonitoring pada pasien terdiri atas
energi, zat gizi makro berupa karbohidrat, protein, lemak; zat gizi mikro berupa vitamin C,
vitamin B1, B2, B6, B9, dan zat besi; serta asupan cairan pada pasien.
Diet untuk pasien pada gizi buruk diberikan mulai saat fase stabilisasi yaitu pemberian
F-75, selnjutnya pada fase transisi pasien diberikan diet F-100, dan saat masuk fase
82
rehabilitasi pasien tetap diberikan diet F-100 namun ditambah dengan asupan
makanan biasa, dengan konsistensi makanan yang lunak. Berdasarkan grafik tersebut,
diketahui untuk asupan energi pasien pada fase stabilisasi mencapai target sebesar
90% dengan total kebutuhan energi diberikan sebanyak 50% dari kebutuhan dasar
pasien, lalu selanjutnya pada fase transisi asupan pasien juga memenuhi target yaitu
sebesar 80% dari total kebutuhan 75% dari kebutuhan dasar pasien. Berikutnya
memasuki fase rehabilitasi, dimana pasien diberikan makanan dengan total energi 1--
% dari kebutuhan dasar pasien, dan didapatkan pemenuhan energi berada di bawah
target pada fase rehabilitasi hari 1 yaitu 63%, lalu selanjurnya terdapat sedikit
peningkatan pada rehabilitasi hari 2 sebanyak 65%, dan pada fase rehabilitasi hari 3
Berdasarkan grafik tersebut, asupan pasien pada fae stabilisasi memenuhi target
dengan total pemenuhan yaitu sebanyak 161%, selanjutnya pada fase stabilisasi
fase stabilisasi terjadi penurunan dari target yang sudah ditetapkan. Pada fase
83
rehabilitasi hari pertama aspan karbohidrat pasien hanya terpenuhi sebesar 53%,
selanjutnya pada fase rehabilitasi hari kedua asupan karbohidrat pasien terjadi
peningkatan hingga 61%, dan pada hari ke 3 fase rehabilitasi asupan karbohidrat
pasien mengalami penurunan kembali menjadi 56% dari total asupan yang diberikan
kepada pasien.
Berdasarkan pada grafik di atas, hasil monitoring dan evaluasi asupan protein pada
pasien, didapatkan pada fase stabilisasi, pasien sudah mencukupi asupan protein
yang diberikan dari target yang sudah ditentukan sebelumnya, yaitu terpenuhi
sebanyak 158% dari jumlah yang direncanakan pada pasien. Selanjutnya pada fase
transisi asupan protein pada pasien meningkat dan memenuhi sebesar 106% dari
hari pertama yaitu sebesar 46%, lalu pada hari kedua mengalami peningkatan
84
menjadi 50%, dan pada hari ke 3 pemenuhan pasien mengalami penurunan kembali
Berdasarkan pada grafik asupan lemak di atas, dapat terlihat bahwa target asupan
lemak pasien terpenuhi mulai dari fase stabilisasi hingga pada fase rehabilitasi. Pada
fase stabilisasi pemenuhan asupan lemak pasien tercapai sebesar 180% dari total
kebutuhan yang direncanakan kepada pasien. Selanjutnya pada fase transisi asupan
lemak pasien mengalami peningkatan, dan memenuhi dari target asupan yang
direncanakan sebesar 1-7%. Lalu berikutnya pada fase rehabilitasi, asupan lemak
mengalami penurunan, namun masih mencukupi dari target asupan yang sudah
direncanakan yaitu sebesar 82%, selanjutnya pada fase rehabilitasi hari kedua
didapatkan asupan lemak pada pasien mengalami sedikit penurunan, dengan total
pemenuhan asupan sebesar 80% dari kebutuhan yang direncanakan. Lalu pada fase
rehabilitasi di hari ketiga, asupan lemak pasien mengalami sedikit peningkatan kembali
85
4.1.5 Tingkat Asupan Vitamin C
Gambar 4.5 Grafik Asupan Vitamin C pada Pasien
Berdasarkan pada grafik kecukupan asupan zat gizi mikro vitamin C di atas, dapat
terlihat sudah mencukupi target dari minimal pemenuhan dari diet dan suplemen yang
didapatkan yaitu 80% dari total kebutuhan pasien dalam sehari. Selanjutnya pasien
masuk ke fase transisi, dan untuk asupan dari vitamin C nya juga sudah mencukupi
80% dari total kebutuhan dalam sehari. Selanjutnya pada fase rehabilitasi hari 1,
terlihat untuk asupan vitamin C dari pasien sudah melewati target minimal yang harus
dicukupi dengan total asupan vitamin C pada pasien yaitu 102%. Berikutnya pada hari
kedua di fase rehabilitasi, terjadi penurunan asupan vitamin C oleh pasien dan hanya
terpenuhi sebanyak 43% dari total kebutuhan. Lalu pada hari ke 3 fase rehabilitasi,
terdapat kenaikan kembali asupan vitamin C oleh pasien dengan terpenuhinya target
86
Berdasarkan grafik di atas, dapat terlihat untuk asupan vitamin B1 pasien sudah
mencapai target yaitu 80% dari total kebutuhan. Lalu berikutnya masuk ke fase
transisi juga pasien sudah mencukupi kebutuhan vitamin B1 nya yaitu 80% dari total
kebutuhan untuk fase transisi. Selanjutnya pasien memasuki fase rehabilitasi di hari
1, terjadi penurunan asupan vitamin B1 pada pasien, dan hanya tercukupi 50% dari
total kebutuhan. Berikutnya pada rehabilitasi hari kedua, asupan vitamin B1 pasien
mengalami penurunan kembali dan hanya tercukupi 40% dari total kebutuhan. Lalu
yang terakhir pada fase rehabilitasi hari ke 3, asupan vitamin B1 pasien mengalami
peningkatan dan total target tercukupi yaitu 80% dari total kebutuhan pasien.
87
Berdasarkan pada grafik di atas, asupan vitamin B2 pasien pada fase stabilisasi,
terlihat sudah memenuhi target dari pasien yaitu 80% dari total kebutuhan. Selanjutnya
pada fase transisi, asupan vitamin B2 pasien juga mengalami peningkatan, dan terlihat
sudah mencukupi dari total target pada pasien yaitu 80% dari total kebutuhan.
Memasuki fase rehabilitasi, terjadi penurunan asupan vitamin B2 pada pasien, dan
hanya mencukupi 50% dari total kebutuhan pasien perhari. Berikutnya di fase
rehabilitasi hari kedua, terjadi peningkatan asupan vitamin B2 pada pasien yaitu 90%
dari total kebutuhan. Selanjutnya di fase rehabilitasi hari ke 3, asupan vitamin B2 pada
pasien mengalami penurunan, namun masi mencukupi dari total target yang diberikan
88
Berdasarkan pada grafik di atas, pemenuhan asupan vitamin B6 pada pasien, di fase
stabiliasi terlihat sudah memenuhi target pada pasien yaitu 80% dari total kebutuhan.
Berikutnya masuk ke fase transisi, asupan vitamin B6 pada pasien juga sudah
memenuhi target yaitu 80% dari total kebutuhan. Selanjutnya memasuki fase
rehabilitasi. Asupan vitamin B6 pasien juga sudah mencapai target yang ditetapkan
pada pasien, yaitu 83%. Pada fase rehabilitasi hari kedua, asupan vitamin B6 pada
pasien mengalami peningkatan kembali yaitu mencapai 125% dari total kebutuhan
sang pasien. Berikutnya di hari ketiga asupan vitamin B6 pada pasien mengalami
penurunan, dan hanya mencukupi 58% dari total kebutuhan perhari sang pasien.
89
Berdasarkan data pada grafik di atas, dapat terlihat untuk asupan vitamin B9 pada fase
stabilisasi sudah mencapai target asupan dari pasien yaitu 80%. Lalu berikutnya di fase
transisi terjadi peningkatan, dan tercukupi 80% dari total kebutuhan pasien. Pada hari
pertama fase rehabilitasi, terjadi penurunan asupan vitamin B9 pada pasien dan tidak
memenuhi target minimal, karena hanya tercapai 37% dari total kebutuhan perhari.
Berikutnya pada hari kedua fase rehabilitasi, asupan vitamin B9 pada pasien
mengalami penurunan, dan hanya tercukupi 32% dari total kebutuhan pasien. Terakhir
penignkatan, namun masih belum memenuhi target minimal pasien, karena hanya
90
Asupan zat gizi mikro zat besi pada pasien hanya dilakukan pada fase rehabilitasi.
Pada hari pertama, asupan zat besi pada pasien yaitu 86%, dan sudah memnuhi target
minimal perhari pada pasien. Berikutnya di hari kedua terjadi peningkatan asupan zat
besi hingga mencapai 113% dari total kebutuhan per hari. Lalu di hari ke 3 asupan zat
besi pasien mengalami penurunan namun jumlahnya masih di atas target perhari pada
91
Asupan pasien terakhir yang dimonitor yaitu terkait asupan cairan pada pasien. Seperti
yang terlihat pada grafik di atas, dapat dikethaui untuk asuopan cairan pasien pada
fase stabilisasi sudah memenuhi target dari asupan cairan yang direncanakan, yaitu
terpenuhi sebesar 119% dari total kebutuhan yang direncanakan pada fase rehabilitasi.
Selanjutnya pada fase transisi terjadi peningkatan pemenuhan cairan dari pasien
sebesar 93% dari target yang sudah direncanakan. Berikutnya masuk ke fase
rehabilitasi, terlihat bahwa asupan cairan pasien mengalami penurunan, dan hanya
terpenuhi sebesar 57% dari total kebutuhan yang sudah direncanakan kepada pasien.
Selanjutnya pada fase rehabilitasi di hari kedua, asupan cairan pasien kembali
mengalami sedikit penurunan denga total pemenuhan terhadap kebutuhan yang sudah
direncanakan yaitu sebesar 56%. Lalu pada fase rehabilitasi hari ketiga asupan cairan
pasien mengalami peningkatan hingga 61% dari total target yang direncanakan.
Indikator yang dimonitor pada kondisi fisik dan klinis pasien yaitu terkait kesadaran umum,
kesadaran, tekanan darah, denyut nadi, respiratory rate, suhu, kondisi fisik terkait mual,
pusing, serta kondisi dari gizi buruk marasmus (iga ngambang, kulit keriput). Berdasarkan
hasil pemantauan pada kondisi fisik maupun klinis pasien, didapatkan untuk kondisi klinis
sudah tercapai kestabilannya di tahap penananganan fase stabilisasi, namun untuk kondisi
fisik pasien masih didapatkan gejala mual dan sedikit pusing. Kondisi mual dan sedikit pusing
ini berlangsung pada awal fase stabilisasi, lalu masih berlanjut hingga fase transisi dan
terakhir pada fase rehabilitasi awal. Di hari kedua penanganan pasien fase rehabilitasi untuk
gejala fisik pasien sudah tidak ada rasa pusing, namun masih ada rasa mual. Dan terakhir di
hari ketiga fase rehabilitasi, menurut hasil monitoring dan evaluasi sudah tidak terdapat
92
4.3 Monitoring dan Evaluasi Pemeriksaan Antropometri
Indicator antropometri yang dipantau pada pasien yaitu terkait berat badan dan LILA (Lingkar
Lengan Atas). Pada penanganan kondisi gizi buruk fase stabilisasi dan fase transisi,
pencapaian untuk target berat badan belum menjadi prioritas utama yang di rencanankan
pada pasien, karena pasien masih butuh untuk menstabilkan kondisinya agar penyakitnya
tidak makin parah. Oleh sebab itu, ukuran lingkar lengan atas dan berat badan pasien pada
fase stabilisasi dan fase transisi tidak ada perubahan yang signifikan. Ketika memasuki fase
rehabilitasi hari pertama, didapatkan bahwa kenaikan berat badan pasien bertambah 1kg,
namun dengan ukuran lingkar lengan yang tetap (karena membutuhkan waktu yang relative
lama untuk melihat perubahan yang signifikan pada ukuran lingkar lengan atas). Selanjutnya
di fase rehabilitasi ini pasien ditargetkan untuk mendapat kenaikan berat badan sebanyak
10g/kgBB/harinya untuk membantu pasien yang gizi buruk tumbuh kejar. Meskipun terdapat
peningkatan berat badan pada pasien, namun peningkatan ini masih belum mencapai berat
93
4.4 Monitoring dan Evaluasi Pemeriksaan Laboraturium
Data laboraturium terkait penyakit pasien yang perlu dipantau yaitu data hemoglobin,
eritrosit, leukosit, hematocrit, trombosit, MCV, neutrophil, limfosit, monosit, SGPT, natrium,
dan klorida. Pada saat dilakukannya proses monitoring dan evaluasi pada pasien, data terkait
hasil pemeriksaan lab yang terbaru belum didapatkan sehingga tidak bisa dilakukan proses
Kegiatan monitoring dan evaluasi dari intervensi edukasi gizi di pada pasien dilakukan
dengan target pasien dapat menjawab minimal 80% dari total pertanyaan yang diberikan.
Pemberian edukasi kepada pasien dilakukan mulai dari pasien MRS dan menjalani
mulai saat masuk fase rehabilitasi. Materi yang akan dinilai terkait pemahamannya kepada
pasien dan keluarga yaitu terkait diet TKTP dan antioksidan, makanan yang harus dhihindari
oleh pasien terkait kondisi penyakitnya, jenis makanan yang termasuk sumber antioksidan,
susunan menu seimbang, dan tips terkait pencegahan kanker. Pada awal fase stabilisasi,
94
skor pemahaman/pengetahuan pasien yaitu 5% pada poin diet TETP antioksidan, 5% pada
poin makanan yang harus dihindari terkait kondisi penyakit pasien, 10% terkait poin makanan
yang termasuk sumber antioksidan, 10% pada susunan menu seimbang, dan 10% pada poin
penilaian terakhir yang dilakukan di fase rehabilitasi, dapat diketahui bahwa pasien beserta
keluarga pasien sudah berhasil menjawab minimal 80% dari materi yang berkaitan dengan
penyakit yang diderita oleh pasien, dengan skor 85% pada poin diet TKTP dan antioksidan,
skor 80% pada poin makanan yang harus dihindari, skor 90% terkait poin makanan sumber
antioksidan, skor 90% terkait susunan menu seimbang, dan 90% terkait poin tips
pencegahan kanker.
95
BAB V
PEMBAHASAN
Proses asuhan gizi dilakukan kepada pasien yang merupakan seorang anak perempuan
dengan usia 14 tahun, dan dirawat di rumah sakit karena penyakit yang diderita yaitu Non
Hodgkin Lymphoma, Neutropenia berat, dan adanya kondisi gizi buruk tipe marasmus.
Limfoma Non Hodgkin (LNH) merupakan sekumpulan keganasan primer yang besar di
kelenjar getah bening dan jaringan ekstra nodal yang dapat berasal dari limfosit B, limfosit T,
dan sel Natural Killer (NK). (KEMENKES RI. 2016). Kondisi adanya kanker NHL pada pasien
ini merupakan salah satu factor risiko dari terjaidnya neutropenia pada pasien yang salah
satunya disebabkan oleh kemoterapi yang dijalani pasien. Neutropenia merupakan sebuah
kondisi penurunan jumlah neutrophil di dalam darah, yang dapat dicirikan sebagai
neutropenia ringan apabila ANC (Absolute Neutrophil Count) dari 1000-1500/ μL,
neutropenia berat dengan jumlah ANC (Absolute Neutrophil Count) <500/ μL. Kondisi
penyakit pada pasien ini lah yang memiliki peran besar dalam mempengaruhi status gizi
pasien yang keadaan status gizi terkininya yaitu gizi buruk, lalu selanjutnya kondisi gizi buruk
ini lah yang apabila tidak diberikan perawatan yang tepat makan juga akan memperparah
Pasien diketahui masuk rumah sakit pada tanggal 08 Maret 2020, lalu dilakukan
perawatan terkait penyakitnya, terutama terkait kondisi gizi buruk. Pasien menjalani
perawatan gizi buruk mulai dari fase stabilisasi, fase transisi, hingga masuk ke fase
rehabilitasi. Lalu pada awal fase rehabilitasi, dilakukan rescreening pada pasien dengan
menggunakan screening tools untuk mendeteksi adanya risiko malnutrisi pada anak atau
tidak. Screening tools yang digunakan kepada pasien untuk melihat tingkat risiko
96
malnutrisinya yaitu PYMS dan STRONG-Kids. Setelah dilakukannya screening, didapatkan
hasil bahwa pasien masih berada dalam risiko tinggi untuk menderita malnutrisi. Selain itu,
dilakukan juga penilaian jenis gizi buruk pada pasien, dan berdasarkan dari penilaian skor
mclaren, didapatkan bahwa pasien menderita gizi buruk marasmus dengan total skor
mclaren yaitu 2, dengan rincian skor 1 pada keadaan adanya perubahan warna rambut pada
pasien dan skor 1 lainnya untuk jumlah albumin dalam darah pasien. Sebagai bagian dari
penatalaksanaan terapi gizi, dilakukan pula proses asuhan gizi pada pasien yang dimulai
dari proses pengkajian terkait data antropometri, biokimia, data fisik klinis, data asupan
makan, dan data social ekonomi pasien; proses diagnose gizi; intervensi gizi; lalu yang
pada pasien. Data antropometri yang diketahui yaitu berat badan actual 29 kg, tinggi badan
150 cm, lingkar lengan atas 16 cm, dan lingkar kepala 53 cm. berdasarkan dari data-data
didapatkan status gizi pasien yaitu gizi buruk dengan perawakan pendek berdasarkan indeks
antropometri LILA/U, BB/U, TB/U, dan IMT/U. Hasil pengkajian data antropometri ini juga
sesuai dengan diagnose medis pasien yang ada, yaitu pasien menderita gizi buruk
marasmus. Selanjutnya dari hasil data biokimia yang didapatkan dari rekam medis pasien,
beberapa data yang nilainya abnormal yaitu hemoglobin rendah karena pasien menderita
anemia defisiensi zat besi akibat dari kanker non hodgkin lymphoma, eritrosit rendah karena
anemia defisiensi zat besi pada pasien, MCV rendah mengindikasikan adanya anemia
defisiensi zat besi pada pasien, hematocrit rendah karena pasien menderita anemia
defisiensi zat besi, leukosit rendah yang diakibatkan oleh sistem kekebalan tubuh pasien
yang melemah karena kanker non hodgkin lymphoma, trombosit rendah karena kanker non
hodgkin lymphoma yang diderita pasien, neutrofil rendah karena penyakit neutropenia tingkat
97
berat yang diderita pasien, limfosit dan monosit tinggi yang disebabkan kanker non hodgkin
lymphoma pada pasien, SGPT tinggi karena kanker non hodgkin lymphoma yang diderita
pasien, natrium rendah , dan nilai klorida tinggi akibat NHL yang diderita pasien. (Herawati
dkk, 2011)
Selanjutnya berkaitan dengan data hasil pengkajian fisik dan klinis pasien, didapatkan
data pasien menderita gizi buruk dengan tanda iga ngambang, old face, dan kulit keriput
yang disebabkan karena hilangnya lemak subkutan pada pasien akibat asupan energi dan
protein yang defisit dalam jangka waktu yang panjang, kulit pasien tampak pucat karena
adanya kondisi anemia defisiensi zat besi pada pasien, mata pasien menunjukkan gejala
anemia, pasien mengalami muntah 2x semalam karena penyakit neutropenia, rongga mulut
dan tenggorokan pasien sariawan yang merupakan gejala dari neutropenia pada pasien,
nafsu makan pasien berkurang akibat dari efek samping yang ditimbulkan oleh kemoterapi
yang dilakukan pasien, pasien merasakan nyeri di kedua kaki, dan hidung pasien
mengeluarkan secret sebagai reaksi dari adanya kondisi infeksi oleh bakteri pada tubuh
pasien, yang disebabkan melemahnya sistem daya tahan tubuh pasien akibat dari kanker
yang dideritanya.
Lalu data berikutnya terkait data riwayat asupan makan pasien. Pada riwayat gizi
terdahulu berdasarkan dari data hasil pengkajian SQ-FFQ terdapat beberapa permasalahan
pola makan yang ditemukan pada pasien, yaitu permasalahan mengenai porsi konsumsi
makanan lauk pasien per hari kurang, porsi konsumsi buah dan sayur per hari pada pasien
kurang, pasien suka konsumsi makanan ringan (snack), pasien suka konsumsi minum-
minuman kemasan dan bubuk, serta Hasil perhitungan SQ-FFQ yaitu energi= 67,5% (deficit
tingkat berat), Karbohidrat= 54,5%, (deficit tingkat berat), lemak= 106% (cukup), dan protein=
53,3% (deficit tingkat berat). Konsumsi terkait lauk yang kurang ini merupakan salah satu
penyebab dari kondisi gizi buruk pada pasien saat ini. Seperti yang diketahui bahwa lauk
98
pauk merupakan sumber protein yang sangat penting sebagai zat pembentuk otot pada
tubuh. Ketika asupan protein kurang dalam jangka waktu yang lama, maka tidak menutup
kemungkinan kondisi gizi buruk dapat terjadi. Kebiasaan makan pasien terkait suka minum-
minuman kemasan bubuk dan makanan ringan juga berperan besar dalam asupan energi
dan zat gizi makro pasien terkait makanan utama. Ketika pasien lebih sering untuk makan-
makanan ringan/snack, maka pasien akan merasakan kenyang lebih cepat sehingga zat gizi
yang seharusnya didapatkan dari makanan utama tidak terpenuhi dengan maksimal.
Selanjutnya terkait data riwayat gizi sekarang pasien berdasarkan data 24-hour recall yaitu
energi 49%, protein 53%, lemak 38%, dan karbohidrat 41,9 % (semua termasuk kategori
defisit tingakt berat). Faktor utama yang menyebabkan sangat rendahnya asupan energi dan
zat gizi makro pada pasien yaitu karena hilangnya nafsu makan pasien akibat efek samping
kemoterapi dan adanya luka pada rongga mulut paien. Lalu yang terakhir yaitu data hasil
pengkajian riwayat social ekonomi pasien, dapat diketahui bahwa sang pasien memiliki
kebiasaan untuk jajan dipinggir jalan dan pasien beserta keluarga belum pernah
mendapatkan edukasi giz terkait makanan sehat bagi anak dan diet untuk pasien kanker.
Dari beberapa permasalahan yang ada pada pasien ini terdapat beberapa diagnose gizi yang
ditegakkan, yaitu yang pertama NI-5.2 Malnutrisi, berkaitan dengan kurangnya asupan
terdahulu pasien (dari hasil pengkajian SQ-FFQ) terutama energi dan zat gizi makro protein
serta penyakit gizi buruk marasmus yang diderita oleh pasien yang ditandai dengan status
gizi pasien yaitu buruk (dari nilai %BBI <70% median, BB/U < percentile 3, dan LILA/U
<percentile 5), riwayat terdahulu asupan energi dan protein deficit tingkat berat (67,5% dan
53,3 %), hemoglobin rendah, eritrosit rendah, trombosit rendah, MCV rendah, hematocrit
rendah, trombosit rendah serta kondisi fisik pasien terdapat iga ngambang, old face, dan kulit
keriput, dan skor mclaren yaitu 3. Diagnosa yang kedua yaitu NI-5.1 Peningkatan kebutuhan
99
zat gizi tertentu (Protein), berkaitan kurangnya asupan zat gizi makro protein pasien dalam
jangka waktu yang lama (berdasarkan dari formulir SQ-FFQ), adanya gizi buruk marasmus
pada pasien, dan kondisi penyakit kanker non Hodgkin lymphoma yang ditandai dengan hasil
SQ-FFQ asupan protein pasien 53,3% (deficit tingkat berat), hasil pemeriksaan fisik klinis iga
gambang, old face, dan kulit keriput, serta hasil pemeriksaan nilai lab hemoglobin rendah,
eritrosit rendah, trombosit rendah, MCV rendah, hematocrit rendah, trombosit rendah.
Diagnose gizi yang ketiga yaitu NI-2.1 Asupan makanan dan minuman per oral tidak adekuat,
berkaitan dengan penurunan kemampuan untuk konsumsi energi yang cukup pada pasien
yang ditandai dengan kondisi mual, muntah, sariawan pada rongga mulut dan tenggorokan,
nafsu makan pasien yang berkurang, serta asupan makan pasien deficit tingkat berat (Energi
49%, protein 53%, lemak 38%, karbohidrat 41,9%). Dan diagnose yang terakhir yaitu NB-
1.1, Kurangnya pengetahuan tentang gizi dan makanan berkaitan belum pernahnya pasien
mendapat edukasi gizi terkait makanan sehat ditandai dengan kebiasaan pasien untuk jajan
Langkah selanjutnya dalam proses asuhan gizi yang diberikan kepada pasien yaitu
intervensi yang diberikan kepada pasien yang pertama terkait makanan utama dan makanan
selingan. Karena pasien memiliki permasalahan gizi buruk, maka untuk makanan yang
diberikan kepada pasien diberikan secara bertahap sesuai dengan kemampuan penerimaan
pasien dan juga fase gizi buruk sang pasien. Intervensi yang kedua yaitu terkait tingkat
pengetahuan pasien, dimana pasien dan keluarga diberikan edukasi tentang penyakit pasien
sekarang dan diet yang dapat membantu mempercepat proses penyembuhan penyakit yang
diderita oleh sang pasien. Lalu bentuk intervensi terakhir yang diberikan kepada pasien yaitu
100
intervensi terkait kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya. Intervensi ini dilakukan
karena dalam menangani penyakit pasien, tidak hanya dilakukan dari aspek asupan gizi saja,
namun juga perlu adanya peran dari tenaga kesehatan lain seperti dokter dan perawat guna
memantau data-data pada pasien seperti data pemeriksaan lab, data fisik klinis pada pasien,
dan data lainnya yang tidak bisa hanya ditangani oleh ahli gizi seorang.
Langkah terakhir dalam asuhan gizi yang diberikan kepada pasien yaitu terkait kegiatan
pemantauan/monitoring dan evaluasi. Proses monitoring dan evaluasi atau yang lebih sering
disebut dengan monev ini terdiri atas monev terhadap antropometri, data biokimia, data fisik
klinis, data asupan makanan, dan data tingkat pengetahuan pasien/keluarga. Monev pada
pasien dilakukan setiap hari kepada pasien, dimulai dari awalnya pasien masuk rumah sakit
dan berada pada fase stabilisasi gizi buruk, berlanjut hingga fase transisi, dan selanjutnya
masuk ke fase rehabilitasi. Untuk mencapai keberhasilan dari proses monev yang dilakukan
kepada pasien, maka penyusunan rencana terkait poin yang akan dimonev kepada pasien
perlu dilakukan.
Poin monev yang pertama yaitu terkait data antropometri khususnya berat badan dan
lila pasien, dengan target terjadi peningkatan BB pada pasien (10g/kgBB/hari) terutama
ketika masuk ke fase rehabilitasi. Target ini berhasil pada pasien, dengan hasil monev
yaitu pasien mengalami pengingkatan berat badan sebanyak 1 kg ketika masuk fase
intervensi berupa diet formula WHO F-100 dan makanan lunak naik menjadi 30 kg.
Untuk ukuran lila pada pasien, belum terjadi perubahan yang signifikan selama
dilakukan proses monitoring dan evaluasi karena perubahan pada lila umumnya tidak
dapat terjadi hanya dalam jangka waktu yang pendek. Hasil dari monev ini berkaitan
101
dengan sign and symptom yang terdapat pada diagnose gizi malnutrisi yang ditandai
Poin monev kedua yang dilakukan kepada pasien yaitu mengenai perkembangan data
laboraturium yang khususnya berkaitan dengan kondisi penyakit pasien. Pada kasus
ini, saat dilakukannya proses monev, pasien belum melakukan cek data lab kembali
sehingga untuk poin monev terhadap data laboraturium belum bisa dilakukan.
Poin monev yang selanjutnya yaitu berkaitan dengan data fisik klinis pada pasien,
dengan target yaitu semua gejala fisik maupun data klinis yang abnormal pada pasien
segera kembali ke keadaan yang optimal. Dari proses pemantauan yang dilakukan
kepada pasien, didapatkan hasil pemeriksaan yaitu data klinis pasien sudah kembali
stabil yaitu sudah tidak adanya kondisi iga ngambang pada pasien, old face, dan kulit
keriput, kulit pasien tampak pucat karena anemia, dan mata pasien yang menunjukkan
gejala anemia. Namun, pada fase stabilisasi, transisi, hingga rehabilitasi hari pertama
pasien masih terdapat pusing dan juga mual. Hal ini dapat berkaitan juga dengan terapi
medis yang diberikan kepada pasien, yaitu kemoterapi terkait dengan kanker non
Ceftraxione (antibiotic) yang dapat menimblukan efek samping seperti nyeri perut,
mual, muntah, dan sakit kepala; Prednison (kortikosteroid) menimbulkan efek samping
mual, muntah, anemia, dan penurunan nafsu makan; Morfin (Pereda nyeri),
menimbulkan efek samping pusing & sakit kepala, mual dan muntah, konstipasi;
Doxorubicin (obat kanker), menimbulkan efek samping mual dan muntah, diare,
samping mual, muntah, sakit perut, dan juga hilang nafsu makan. Untuk mengatasi
102
terjadinya efek samping dari penggunaan obat pada pasien, maka perlu dan penting
untuk dilakukan kegiatan kolaborasi dengan tenaga medis lainnya seperti dokter dan
perawat. Selain itu, kondisi fisik dan klinis pasien yang masih bermasalah juga
diselesaikan dengan adanya pemberian intervensi gizi berupa diet makanan tinggi
energi dan tinggi protein. Pemberian diet dengan prinsip TETP ini dapat membantu
untuk mengatasi kondisi fisik pada pasien terkait tanda-tanda anemia seperti kulit yang
pucat, serta tanda-tanda fisik adanya gizi buruk seperti iga ngambang, old face, dan
kulit keriput.
Poin monev berikutnya yaitu terkait asupan makanan pasien. Pada kasus ini, karena
pasien menderita gizi buruk, maka proses monev asupan juga dilakukan secara
fasenya. Monitoring dan evaluasi pada asupan makan pasien dilakukan dengan
menggunakan 24-hour recall. Kegiatan monev pertama pada fase stabilisasi, yaitu
target pemenuhan asupan makanan pasien sejumlah 80% dari total asupan makanan
perhari yang diberikan sebanyak 50% dari total kebutuhan energi pada pasien. Target
ini berhasil karena pada fase stabilisasi pasien sudah berhasil untuk memenuhi
minimal 80% dari asupan energi dan zat gizi makro yang sudah direncanakan.
Selanjutnya yaitu pada fase transisi, diberikan target kepada pasien dengan
mengonsumsi setidaknya 80% dari total 75% asupan energi pada pasien tersebut. Poin
ini juga berhasil karena pasien sudah berhasil menghabiskan minimal 80% dari asupan
yang sudah direncanakan kepada pasien. Lalu yang terakhir yaitu pada fase
rehabilitasi, juga dengan target pemenuhan asupan sebanyak 80%, namun dari total
100% asupan energi pada pasien. Pada fase rehabilitasi ini, pasien tidak hanya
diberikan intervensi makanan berupa formula WHO saja (F-100), namun juga sudah
diberikan intervensi diet dalam bentuk makanan biasa dengan konsistensi yang lunak.
103
Pada fase ini, target pemenuhan 80% belum sepenuhnya dicapai. Sehingga perlu
dilakukan proses evaluasi kembali terkait makanan yang diberikan kepada pasien,
apakah porsinya terlalu banyak atau terkait dari bentuk menu yang disesuaikan dengan
tingkat kesukaan oleh pasien agar target asupan sebanyak 80% dapat segera dipenuhi
oleh pasien. Proses ini berkaitan dengan diagnose gizi pasien yaitu intake makanan
peroral tidak adekuat dengan sign and symptom yaitu asupan energi dan zat gizi makro
a. Asupan Energi
Data yang ditunjukkan dari hasil 24-hour recall pasien selama dilakukannya proses
menunjukkan terjadi peningkatan asupan energi pada pasien di awal fase stabilisasi
menuju transisi. Ketika masuk ke fase rehabilitasi, asupan energi pasien juga
bawah target yang ditetapkan yaitu 80% dari total kebutuhan yang sudah
direncanakan. Selanjutnya pada hari kedua fase rehabilitasi juga mengalami sedikit
peningkatan dengan jumlah yang masih di bawah target. Lalu terjadi penutunan
pada hari ketiga. Terjadinya ketidakstabilan asupan energi pasien terutama pada
fase rehabilitasi, dapat disebabkan karena salah satunya kesesuaian dari jenis
menu yang diberikan kepada pasien, terutama karena pasien juga merupakan
seorang pasien anak-anak. Selain itu, tingkat asupan energi pasien juga dapat
dipengaruhi dari makanan atau snack yang dikonsumsi pasien dari luar. Apabila
pasien lebih suka mengkonsumsi makanan selingan yang diperoleh dari luar rumah
sakit, maka hal ini akan membuat pasien merasakan kenyang lebih cepat sehingga
kebutuhan pasien tidak dikonsumsi sampai habis. Hal lainnya yang mempengaruhi
nafsu makan pasien yaitu karena adanya kondisi mual dan pusing pada pasien.
104
Sehingga, hal ini juga perlu diatasi dengan melakukan kolaborasi antara dokter dan
perawat untuk memberikan obat antimual kepada pasien agar asupan makanannya
tidak terganggu.
b. Asupan Karbohidrat
Hasil pengkajian asupan karbohidrat pasien yang didapatkan dari 24-hour recall
yaitu pasien defisit tingkat berat. Lalu setelah dilakukannya intervensi, pada fase
karbohidrat pada pasien, dan jumlah asupannya sudah memenuhi dari nilai target
karbohidrat yang signifikan pada pasien, dan jumlahnya tidak mencukupi target
yang sudah ditentukan. Asupan karbohidrat yang defisit ini antara lain dapat
disebabkan oleh factor yang sama seperti pada asupan energi, yaitu terkait
konsumsi makanan dari luar rumah sakit, serta kondisi klinis pasien yaitu adanya
mual. Pada dasarnya, pemenuhan asupan karbohidrat yang cukup ini perlu
diperhatikan pada pasien, karena akan menjadi sumber karbohidrat utama dan
c. Asupan Protein
Asupan protein pasien saat di awal pengkajian diketahui defisit tingkat berat. Lalu
setelah diberikan intervensi, di awal fase penatalaksanaan gizi buruk yaitu fase
stabilisasi pasien diberikan diet dengan prinsip protein yang cukup, berdasarkan
grafik terlihat bahwa asupan protein pasien sudah memenuhi target. Selanjutnya
pada fase transisi asupan protein ditingkatkan dari fase stabilisasi dan terjadi
peningkatan asupan protein juga dan jumlahnya sudah sesuai dengan target yang
ditetapkan. Lalu memasuki fase rehabilitasi pasien mulai diberikan diet dengan
105
prinsip tinggi energi dan tinggi protein, pada fase rehabilitasi ini asupan protein
pasien juga mengalami peningkatan, namun peningkatan ini tidak memenuhi target
dari asupan makan pasien yang sudah direncanakan sebelumnya. Begitu pula pada
fase rehabilitasi di hari kedua, asupan protein pasien juga mengalami peningkatan
namun jumlahnya masih belum mencapai target yang direncanakan. Lalu di fase
jumlah asupannya tidak memenuhi target yang di rencanakan. Oleh karena itu,
dengan daya terima pasien, serta pemantauan kondisi fisik klinis pasien yang dapat
mempengaruhi nafsu makan dari pasien. Karena, pemenuhan asupan protein pada
pasien yang mengalami gizi buruk harus sangat diperhatikan, dan juga berkaitan
dengan penyakit kanker yang didertia oleh pasien agar kondisi pasien bisa segera
membaik dengan cepat dan mengembalikan jaringan tubuh pasien yang hilang
pertumbuhan/peningkatan berat badan pada pasien agar status gizi yang optimal
d. Asupan Lemak
diketahui asupan makan pasien dari jumlah lemak yaitu defisit tingkat berat. Namun
setelah pasien diberikan intervensi, tergambar pada awal fase stabilisasi bahwa
asupan lemak pasien sudah mencukupi sesuai dengan target yang direncanakan.
Lalu selanjutnya memasuki fase transisi, terjadi peningkatan pada supan lemak
pasien, dan juga sudah sesuai dengan target yang ditentukan. Berikutnya pada fase
rehabilitasi ini pasi diberikan diet dengan prinsip tinggi energi dan tinggi protein,
106
sehingga proporsi lemak diberikan dengan jumlah yang cukup. Penurunan asupan
lemak pasien pada fase ini masih sesuai dengan target yang sudah ditentukan
sebelumnya, begitu pula asupan lemak pasien pada fase rehabilitasi hari kedua dan
besar dibandingkan karbihidrat dan protein, dengan setiap gram lemak menganduk
energi sebanyak 9 kkal. Penelitian yang dilakukan oleh Waruis dkk. (2015)
menunjukkan bahwa asupan lemak dengan status gizi (IMT/U) memiliki korelasi
e. Asupan Vitamin C
Asupan vitamin C pasien apabila dilihat dari grafik tampak meningkat hingga
rehabilitasi hari pertama. Namun memasuki hari kedua asupan pasien mengalami
penurunan. Hal ini dapat disebabkan oleh bahan makanan yang dikonsumsi oleh
pasien yang memiliki kandungan vitamin C yang tidak adekuat. Padahal pada
kondisi pasien dengan adanya kanker dan kondisi gizi buruk ini, peran vitamin C
infeksi pada pasien dan membantu untuk mencegah terjadinya kanker kembali pada
f. Asupan Vitamin B1
pada pasien mengalami kenaikan hanya pada fase stabilisasi dan transisi saja, dan
asupannya menurun pada saat memasuki rehabilitasi hari pertama hingga kedua,
dan kembali meningkat di hari ketiga. Hal ini juga salah satunya dapat disebabkan
karena asupan makanan pasien yang rendah kandungan vitamin B1. Namun
107
peningkatan, dan kembali mencapai target minimal yang sudah ditetapkan kepada
pasien. Vitamin B1 ini memiliki manfaat untuk aktivitas saraf dan juga berperan
dalam metabolism karbohidrat pada pasien. Selain itu vitamin B1 juga memiliki
tubuh terhadap infeksi. Namun, tubuh tidak bisa menghasilkan vitamin B1 sehingga
g. Asupan Vitamin B2
Pada pemenuhan asupan vitamin B2 pasien, dapat terlihat bahwa vitamin B2 ini
terpenuhi oleh pasien di semua fase kecual fase rehabilitasi hari pertama. Pada
rehabilitasi di hari pertama, pasien hanya mencukupi 50% saja vitamin B2 dari total
kebutuhannya dalam sehari. Namun pada hari kedua dan ketiga, nampak bahwa
asupan vitamin B2 pada pasien meningkat kembali dan sudah melampaui dari target
dikonsumsi juga berkaitan dengan asupan zat gizi lainnya pada pasien yang defisit,
karena vitamin B2 ini bersumber dari makanan hewani dan nabati contohnya susu,
keju, daging dan sayuran hijau. Riboflavin ini memiliki manfaat untuk
memetabolisme suatu zat asam amino triptofan yang sangat berperan penting
h. Asupan Vitamin B6
Berdasarkan hasil dari pemantauan asupan yang dilakukan kepada pasien, dapat
dari target minimal yang diberikan kepada pasien hingga di fase rehabilitasi hari
kedua, namun mengalami penurunan di fase rehabilitasi hari ketiga dan tidak
memnuhi target minimal yang diberikan kepada pasien. Hal ini terjadi dapat
108
asupan vitamin B6 pasien yang didapat dari makanan pun juga mengalami defisit.
Vitamin B6 ini dalam tubuh memiliki manfaat dalam membantu metabolism asam
amino dan asam lemak serta membantu pertumbuhan dan pembentukan dari sel
darah merah. Sehingga kecukupan dari jumlahnya sangatlah penting untuk dipenuhi
pada pasien, juga untuk menghindari adanya anemia. Sumber vitamin B6 ini banyak
i. Asupan Vitamin B9
bahwa asupan vitamin B9 pada pasien hanya tercukupi di fase stabilisasi dan fase
transisi saja. Saat memasuki fase rehabilitasi hari pertama, terlihat asupan vitamin
direncanakan. Lalu menurun kembali di hari kedua dan meningkat saat memasuki
hari ketiga. Vitamin B9 atau yang sering disebut dengan asam folat ini merupakan
vitamin yang penting dalam pertumbuhan dan perkembangan sel darah merah.
Apabila asupan vitamin B9 ini jumlahnya tidak tercukupi dalam jangka waktu yang
lama, maka akan menyebabkan pasien menderita anemia defisiensi asam folat
gangguan saluran cerna. Asam folat ini dapat ditemukan terutama di dalam sayuran
hijau, hati, daging tanpa lemak, sereal utuh, biji-biian, dan kacang-kacangan
(Mubarokah, 2008).
Asupan terkait zat besi pada pasien mulai dipantau hanya saat memasuki fase
rehabilitasi saja. Karena, saat fase stabilisasi dan transisi, tubuh pasien masih
belum terdapat protein yang cukup akibat dari kondisi gizi buruk pada pasien,
sehingga pemberian zat besi di fase stabilisasi dnan transisi akan berisiko
109
menimbulkannya penumpukkan dari zat besi tersebut dan akan bersifat racun bagi
tubuh. Secara keseluruhan, dari hasil 3 hari pemantauan asupan pada pasien dapat
terlihat bahwa asupan zat besi pada pasien targetnya sudah tercukupi, meskipun di
kebutuhan pasien dalam sehari. Zat besi ini memiliki peran yang sangat penting
dalam pembentukan sel darah merah pada tubuh. Oleh karena itu, asupan zat besi
perlu dipantau kecukupannya agar kondisi anemia defisiensi zat besi pada pasien
dapat segera teratasi, dan pasien dapat segera pulih dari penyakit yang dideritanya
k. Asupan Cairan
bertahap. Namun pada hasil monitoring didapatkan asupan cairan pada pasien tidak
meningkat secara konsisten. Pada fase stabilisasi, terlihat bahwa asupan cairan
pasien sudah memnuhi dari target yang direncanakan. Selanjutnya memasuki fase
transisi terjadi peningkatan asupan cairan pada pasien yang juga jumlahnya sesuai
dnegan target. Namun pada fase rehabilitasi, asupan cairan pada pasien mengalami
diketahui bahwa pemenuhan asupan cairan ini sangat penting untuk diperhatikan
pada asupan cairan pasien agar jumlahnya sesuai dengan target yang sudah
Poin monev terakhir yang dilakukan kepada pasien yaitu terkait tingkat pengetahuan
sang pasien yang berkaitan dengan intervensi edukasi yang sudah diberikan kepada
110
pasien sebelumnya. Penilaian terhadap poin tingkat pengetahuan ini dilakukan kepada
pasien sebelum masuk ke fase rehabilitasi, dengan target pasien dapat menjawab
pertanyaan terkait materi yang diberikan setidaknya benar sebanyak 80%. Poin ini
dikatakan berhasil karena tingkat pengetahuan pasien skornya rata-rata diatas 80%
setrelah dilakukannya intervensi berupa edukasi. Hasil dari monev ini berkaitan dengan
pengetahuan tentang gizi dan makanan yang berkaitan dengan belum pernahnya
111
BAB VI
6.1 Kesimpulan
Pasien merupakan seorang anak perempuan yang berusia 14 tahun dengan diagnose
medis penyakit Non Hodgkin Lymphoma + Neutropenia berat + Gizi Buruk Marasmus fase
rehabilitasi
Berdasarkan hasil pengkajian data dasar pasien, permasalahan terkait medis dan gizi
yang dialami pasien yaitu status gizi pasien buruk dengan klasifikasi marasmus yang
ditandai dengan adanya kondisi iga ngambang, kulit keriput, dan wajah nampak tua; data
biokimia yang abnormal seperti neutrophil tinggi, limfosit tinggi, natrium rendah, kalium
tinggi, monosit tinggi, dan SGPT meningkat yang merupakan akibat dari Non Hodgkin
Limpoma yang diderita pasien; Hb rendah, eritrosit rendah, MCV rendah akibat adanya
anemia defisiensi zat besi pada pasien; lalu kondisi nafsu makan pasien yang berkurang
yang disebabkan karena terdapat luka pada bagian rongga mulut pasien sehingga
makan pasien berdasarkan pengkajian 24-hour recall defisit tingkat berat. Selain itu juga
pasien belum pernah menerima edukasi gizi dan kesehatan sebelumnya, dengan ditandai
oleh hasil pengkajian sq-ffq pada pasien kebiasaan jajan sembarangan, suka minum
minuman kemasan bubuk, gemar konsumsi makanan ringan dan porsi makan lauk pauk
kurang.
Berkaitan dengan permasalahan medis dan gizi pada pasien, maka pasien diberikan
intervensi berupa makanan utama dan selingan prinsip tinggi energi tinggi protein dengan
pemberian F-100, frekuensi makan 3 kali makan utama dan 3 kali makan selingan dengan
porsi kecil namun sering; Pemberian edukasi kepada pasien berkaitan dengan materi
112
permasalahan yang pasien alami sekarang; serta kolaborasi antar tenaga kesahatan
Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi, didapatkan hasil bahwa pemantauan terkait
antropometri dikatakan berhasil karena BB pasien naik sebanyak 1 kg; pemantauan data
biokimia tidak diketahui; hasil pemeriksaan fisik klinis dikatakan berhasil saat pengukuran
di fase rehabilitasi hari ke 3 karena gejala abnormal sudah tidak ditemui; monev terkait
asupan masih belum sepenuhnya berhasil karena peningkatan asupan makan pasien
tidak signifikan, dan yang terakhir monev terkait pengetahuan pasien dikatakan berhasil
karena skor pengetahuan di atas 80% saat pengukuran di hari ke 3 fase rehabilitasi
6.2 Saran
Sebaiknya, semua data terkait keperluan untuk melakukan monitoring dan evaluasi pada
pasien didapatkan secara lengkap agar pencapaian rencana monev yang sebelumnya
113
DAFTAR PUSTAKA
114
15. Smarter Health. 2020. Makanan untuk Pasien Kanker yang Boleh Dikonsumsi dan
Dihindari. diakses dari: https://www.smarterhealth.id/makanan-untuk-pasien-kanker-
yang-boleh-dikonsumsi-dan-dihindari/ 19 Maret pukul 21.30 WIB.
16. Suharyati, dkk. 2019. PENUNTUN DIET DAN TERAPI GIZI EDISI 4. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
17. Supariasa, I. D. N., dkk. 2019. ASUHAN GIZI KLINIK. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
115
LAMPIRAN
116
117
Contoh Susunan Menu Diet
Resep F100
FORMULA WHO
Air ml 800
NILAI GIZI
Protein g 23,49
Lemak g 47,7
karbohidrat g 71,7
Laktosa g 34
Magnesium mmol 6
Seng mg 18,6
Tembaga mg 2
118
Menu makanan lunak
kacang
bubur 30 34,8 2,3 0,2 6,2 0,6 0 62,4 0 1,2 7,2 0,8
hijau
snack pagi kacang
(09.00) hijau gula aren 30 110,7 0,2 0 28,3 0 0 0,3 0 11,4 113,1 0,5
santan 50 35,5 0,3 3,3 1,5 0 0 2,5 0,5 2 1,5 0,3
F100 200
Nasi tim beras 50 180,4 3,3 0,3 39,8 0 0 3 0 0 4 0,3
tumis
hati hati ayam 60 94,2 14,6 3,3 0,5 6795 0 354 13,8 30,6 8,4 5,1
Makan
siang ayam
cincang minyak 2,5 21,6 0 2,5 0 0 0 0 0 0 0 0
(12.00)
rolade
tahu tahu 150 114 12,2 7,2 2,8 0 0 22,5 0 10,5 157,5 8,1
kukus
119
sayur
labu labu siam 50 10 0,4 0,2 2,2 14,5 0 10 3 0,5 13,5 0,2
bening
buah
jeruk jeruk 55 25,9 0,5 0,1 6,5 4,4 0 16,5 29,1 0 22 0,1
manis
F100 200
setup
snack pepaya 75 29,2 0,5 0,1 7,4 101,3 0,8 28,5 46,5 2,3 18 0,1
pepaya
siang
(14.00) F100 200
ayam
tumis ayam tanpa
40 114 10,8 7,6 0 15,6 0 2 0 29,2 5,2 0,6
cincang kulit
Makan bumbu
malam kecap
minyak 2,5 21,6 0 2,5 0 0 0 0 0 0 0 0
(18.00)
pepes
tahu 25 19 2 1,2 0,5 0 0 3,8 0 1,8 26,3 1,4
tahu
sayur
bening bayam 25 9,3 0,9 0,1 1,8 129,8 0 26 8,3 2,8 52,8 0,8
bayam
jagung
jagung 25 27 0,8 0,3 6,3 3,3 0 11,5 1,5 4,3 0,5 0,2
snack buah
malam melon buah melon 95 36,3 0,6 0,2 7,9 31,4 0,1 4,8 5,7 0,9 10,4 0,4
(19.00) potong
120
susu
susu skim 150 52,3 5,1 0,3 7,4 1,5 0 7,5 1,5 78 184,5
skim cair
F100 200
TOTAL 2345 102 87,3 294,2 7720,2 2,5 647,8 124,5 258,8 770,5 22,7
121
Hasil Dietary Assessment denegn Metode Recall 24 Jam
Peyek 5 keping
Minyak 1 sdm
Minyak 2 sdm
Minyak 1 sdm
122
Ketela 1 ptg besar tipis
Minyak 1 sdm
Gula 2 sdm
Minyak 1 sdm
123
Grafik CDC 2000 BB/U dan TB/U
124
Grafik WHO BMI/U
125
126