Nabela Syahdiladara
A.15.3
18120125
Lauk nabati :
Tempe 1 x/hr, cara pemasakan di goreng, bacem jumlah 2 ptg
Tahu 3x/mg, cara pemasakan di goreng jumlah 1 ptg
Sayuran
Sawi 3x/mg, cara pemasakan tumis jumlah
Daun pepaya 2x/mg, cara pemasakan tumis jumlah 1 ctg syr
Bayam 3 x/mg, cara pemasakan bening jumlah
Wortel 3x/mg, cara pemasakan bening jumlah
Buah-buahan
Pisang x/hr/mg, jumlah 1 ptg
Pepaya x/hr/mg, jumlah. 1 ptg
Minuman
Kopi 3 x/mg, jumlah 1 gls
Teh 1 x/hr, jumlah 1 gls
Snack/Selingan/Makanan kecil
Gorengan 1x/hr , jumlah 4 ptg
Snack ringan 3 x/mg, jumlah 1 bks
Kesimpulan Riwayat Diet :
Pola makan pasien sudah normal. Namun, seharusnya tidak mengkonsumsi makanan
yang mengandung gas seperti sawi serta batasi juga mengkonsumsi kopi dan teh karena hal
ini yang menyebabkan pasien mengalami colik abdomen dan batasi juga mengkonsumsi
gorengan dan snack. Pisang yang dikonsumsi oleh pasien tidak diketahui jenisnya. Serat
tinggi yang terkandung dalam bayam dan wortel bermanfaat mengurangi resiko
hiperglikemia.
FH.2.1.2 Pengalaman Diet
Kode IDNT Jenis Data Hasil
FH-2.1.2.1 Pernah mendapatkan preskripsi diet di -
masa lalu
(ya/tidak, beri penjelasan singkat)
FH-2.1.2.2 Pernah mendapat edukasi/konseling -
diet pada masa lalu
(ya/tidak, beri penjelasan singkat)
FH-2.1.2.4 Upaya diet yang pernah dilakukan -
FH-2.1.2.5 Alergi makanan Tidak ada
FH-2.1.2.6 Intoleransi makanan -
Kesimpulan Pengaman Diet :
Pasien tidak memiliki alergi makanan.
FH.2.1.3. Lingkungan Makan
Kode Jenis Data Hasil
IDNT
FH-2.1.3.1 Lokasi -
FH-2.1.3.2 Suasana/atmosfir (bising, -
pencahayaan, temperature ruang,
kenyamanan meja makan)
FH-2.1.3.3 Pengasuh/teman -
(pengaruh pengasuh atau teman
dalam pemilihan makanan, apakah
sering ditemani, dll.)
FH-2.1.3.4 Ruang/fasilitas menyusui yang -
memadai (bila menyusui)
FH-2.1.3.5 Makan sendirian -
Kesimpulan Lingkungan Makan:
-
Kesimpulan faktor yang memperngaruhi akses makanan dan terkait suplai makanan/gizi
Akses makanan pasien dalam menyiapkan makanan yaitu memasak sendiri dan fasilitas
untuk menyimpan makanan yaitu tudung saji dan lemari makan.
FH 7 Aktivitas dan fungsi fisik
Kode Data Hasil
IDNT
FH 7 Aktivitas dan fungsi fisik Pasien bisa menyiapkan makan sendiri
Jumlah jam kerja : ±9 jam
(Kemampuan makan sendiri, Jumlah jam tidursehari : ± 7 jam
kemampuan mempersiapkan
makan sendiri, riwayat aktifitas
fisik, tipe aktifitas fisik, frekuensi,
durasi, intensitas, lama menonton
TV/HP/games, ada tidaknya
sedentary life style)
Kesimpulan Aktivitas dan fungsi fisik
Pasien bisa menyiapkan makanan sendiri, Riwayat aktifitas fisik pasien yaitu jumlah jam
kerja pasien ±9 jam dan Jumlah jam tidur sehari ± 7 jam.
DATA FISIK YANG BERKAITAN DENGAN GIZI (PD) (apabila ada, sesuaikan data yang
diambil dengan keadaan klien)
PD-1.1. Data fisik yang berhubungan dengan gizi
Kode
Data Fisik Hasil
IDNT
PD-1.1.1 Penampilan keseluruhan CM (compos mentis)
(keadaan umum)
PD-1.1.3 Cardiovascular-pulmonary -
(edema pulmo, sesak napas dll.)
PD-1.1.4 Ekstremitas, otot, tulang -
(edema ekstrimitas, penampakan
lemak subkutan, massa otot,
penampakan kuku/tangan,
ada/tidaknya gangguan otot dan
sendi)
PD-1.1.5 Sistem pencernaan Nyeri ulu hati (ya), Mual (ya),
(gangguan gigi, stomatitis, Muntah (ya), Perubahan
kesulitan mengunyah, menelan, pengecapan (ya), Sulit menelan
perubahan pengecapan dan (tidak), Stomatitis (tidak), Gigi
penciuman, nafsu makan, nyeri lengkap (tidak)
ulu hati,
mual,muntah,diare,konstipasi,dll
.)
PD-1.1.6 Kepala dan mata -
(pusing, penampakan rambut,
sklera ikterik,bintik bitot,
conjunctiva anemis dll.)
PD-1.1.7 Saraf dan kognitif -
(gangguan sistem saraf cranial
tertentu, loss of consentration,
dizziness, gangguan motoric)
PD-1.1.8 Kulit -
(dermatitis, kulit kering bersisik,
erythema, kuning (jaundice),
terdapat luka, ulcer, gangren,
dll)
PD-1.1.9 Vital sign
- Tekanan darah (mmHg) 116/80 mmHg
- Nadi (kali/menit) 96x/menit
- Suhu (0C) 360C
- Respirasi (kali/menit) 24x/menit
Kesimpulan Pemerikasan Fisik/Klinis :
Pasien dalam kondisi compos mentis yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya. Pasien juga
memiliki beberapa gangguan pencernaan yaitu Nyeri ulu hati, Mual, Muntah, Perubahan pengecapan
dan gigi tidak lengkap. Tekanan darah pasien rendah karena rentang normal tekanan darah yaitu
120/80 mmHg. Nadi pasien mengalami takikardi karena rentang nadi yaitu 60-100x/menit, suhu
pasien normal karena rentang suhu normal 36-370C dan respirasi pasien normal karena rentang
normal respirasi yaitu 16-24x/menit.
C. DIAGNOSIS GIZI
FORMAT INTERVENSI
D. INTERVENSI GIZI
I. PLANNING
PEMBERIAN MAKAN DAN ATAU ZAT GIZI (NUTRITION DELIVERY/ND)
a. Tujuan
- Mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal.
- Mempertahankan status gizi pasien untuk tetap normal.
- Memberikan asupan energi dan zat gizi sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi kesehatan pasien
- Memberikan makanan yang tidak memperberat kerja saluran
pencernaan
a. Prinsip/syarat Diet
1. Mengkonsumsi makanan yang bervariasi
2. Mengkonsumsi makanan tepat jumlah, tepat jadwal tepat jenis
3. Memberikan makanan dengan porsi kecil namun sering
4. Berikan jus tanpa gula dan minuman tanpa kafein
5. Energi cukup 25 kkal/kgBB ideal dengan faktor aktivitas 10%, faktor stress 20%,
dan faktor umur -5%
6. Protein 1,2 g/kg BB ideal/hari
7. Lemak 25% dari total kebutuhan
8. Karbohidrat cukup yaitu sisa dari total perhitungan protein dan lemak berkisar
45%-60%
PEMBAHASAN
Kolik abdomen adalah rasa nyeri pada perut yang bersifat hilang timbul dan bersumber dari
organ yang terdapat dalam abdomen atau perut, yang disebabkan oleh infeksi di dalam organ perut.
Faktor penyebab kolik abdomen adalah konstipasi yang tidak dapat terobati dan gejala klinis kolik
abdomen adalah kram pada abdomen, distensi, muntah, dan adanya nyeri tekan pada abdomen.
Kejadian penyakit kolik abdomen terjadi karena pola hidup yang tidak sehat sehingga berdampak
pada kesehatan tubuh (Bare, 2011).
Hiperglikemia merupakan pengertian dari suatu kondisi ketika kadar glukosa darah
meningkat melebihi batas normalnya. Hiperglikemia menjadi salah satu gejala awal seseorang
mengalami gangguan metabolik yaitu diabetes mellitus (Kementerian Kesehatan RI, 2014)
Hiperglikemia yang tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan dampak negatif bagi
pasien DM tipe 2. Dampak hiperglikemia yaitu hiperglikemia menyebabkan kondisi imunosupresan
sehingga memperparahkan kondisi inflamasi, dapat memicu kematian sel miokardium sehingga
terjadinya gagal jantung, mengakibatkan peningkatan tekanan darah sistolik-diastolik, menyebabkan
jaringan mengalami hipoperfusi di bagian otak berkembang menjadi infark kemudian terjadi
kerusakan sel otak dan stroke (Kresnoadi, 2017).
Peningkatan usia mampu menurunkan fungsi organ endokrin. Penurunan semua sistem organ
termasuk sistem endokrin terjadi akibat faktor usia. Penurunan sistem organ endokrin khususnya
organ pankreas menyebabkan terjadinya resistensi insulin yang membuat reseptor sel kurang optimal
dalam menggunakan insulin sehingga terjadi penumpukan insulin di pembuluh darah dan terjadinya
hiperglikemia (Isnaini & Ratnasari, 2018).
Diabetes Melitus ialah suatu penyakit yang disebabkan oleh hiperglikemia atau kadar glukosa
yang banyak dalam darah serta adanya kelainan pada proses metabolisme karena kekurangan insulin.
Peran genetik riwayat keluarga dapat meningkatkan risiko kejadian DM. Apabila keluarga ada yang
menderita DM maka akan lebih beresiko mengalami DM.
Pada perencanaan menu pasien diberikan Diet DM karena pasien memiliki riwayat diabetes
melitus dari keluarga yaitu ayahnya. Menu yang diberikan mengandung sayur dan buah sebagai
sumber serat untuk membantu menghilangkan masalah konstipasi. Sayuran yang diberikan
merupakan sayuran yang tidak menghasilkan gas, karena hal ini yang menyebabkan pasien
mengalami colic abdomen. Untuk mengatasi rasa mual makanan diberikan dalam porsi kecil dan
sering serta mudah dicerna, tidak mengandung bahan makanan berbau tajam, tidak menggunakan
bumbu yang tajam serta menu pada pasien dibatasi pada konsumsi gula untuk mengendalikan kadar
gula dalam tubuh pasien menjadi normal.
DAFTAR PUSTAKA
Isnaini, N., & Ratnasari, R. 2018. Faktor risiko mempengaruhi kejadian Diabetes mellitus tipe dua.
Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan Aisyiyah. 14(1). 59–68.
Tina L, Lestika M, Yusran S. 2019. Faktor Risiko Kejadian Penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 di
Wilayah Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Umum 2018. 4(2):25–9
Kementrian Kesehatan RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI
Kresnoadi, E. 2017. Stress Hiperglikemia. Fakultas Kedokteran Universitas Mataram. 2(3). 51–60.