Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH ANATOMI FISIOLOGI

EBOLLA

Disusun Oleh:
1. Erlis Agustiningrum (18120099)
2. Khusnul Oktaviani (18120103)
3. Yuliana Desna Mori Uma Baliloko (18120104)
4. Kadek Widya Ariyati (18120107)
5. I Wayan Dimas Ariawan (18120119)
6. Nabela Syahdiladara (18120125)
7. Erfilia Rose Widya Nissa (18120126)
8. Mita Purnama Sari (18120128)

PRODI S1 ILMU GIZI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2018/2019
EBOLLA

Tidak bisa dipungkiri, Ebola merupakan jenis virus yang paling ditakuti di dunia.
Bagaimana tidak, virus tersebut membawa vonis kematian bagi mereka yang terjangkit. Jika
tidak ditangani secara tepat, laju kematian pasien Ebola adalah 90 persen. Pun jika
mendapatkan penanganan medis optimal, jika terlambat didiagnosa, angka mortalitas Ebola
tinggi, sekitar 60 persen.
Apa yang sebenarnya menyebabkan Ebola begitu berbahaya? Melansir Huffington
Post, saat virus Ebola berpindah masuk ke tubuh manusia, dengan segera virus tersebut
masuk ke dalam sel tubuh dan menggandakan diri.
“Setelah itu, sel tubuh akan pecah dan mengeluarkan virus-virus baru yang akan
menginfeksi sel tubuh lain dan mengacaukan sistem tubuh secara keseluruhan,” tutur Dr.
Nahid Bhadelia, M.D, epidemiologis Boston Medical Center, Amerika Serikat.
Lebih lanjut, Bhadelia mengatakan virus Ebola memproduksi protein yang disebut
ebolavirus glycoprotein, yang langsung menempel pada sel dalam pembuluh darah. Protein
tersebut akan menipiskan lapisan pembuluh, yang memicu kebocoran darah dalam tubuh.
“Virus Ebola menurunkan kemampuan tubuh dalam mengkoagulasi darah dan menyebabkan
pendarahan internal,” papar Bhadelia.
Selain itu, virus Ebola juga melemahkan sistem kekebalan tubuh, seperti yang
dilakukan virus HIV yang menyebabkan AIDS. Bedanya, virus Ebola akan memengaruhi sel
darah putih dan membuat sel tersebut tidak bisa memperingatkan tubuh akan bahaya
kesehatan yang mengancam, terutama dari hati, ginjal, empedu, dan otak.
Ketika sel darah putih dilemahkan Ebola, tubuh akan memproduksi molekul yang
disebut sitokin. Dalam tubuh yang sehat, keberadaan sitokin akan merangsang otak untuk
melepaskan sel penangkal penyakit. Namun, dalam kasus Ebola, sitokin yang dilepaskan
terlalu berlebihan sehingga menyebabkan gejala mirip flu.
“Itu merupakan gejala awal Ebola,” terang Bhadelia.
Dimulai dengan flu berakhir dengan pendarahan Secara umum, tahap pertama Ebola
memang dimulai dengan gejala mirip flu. Namun, virus ini mendapatkan cap mengerikan
karena menyebabkan pendarahan yang berujung kematian. Kendati demikian, Bhadelia
mengatakan hanya 20 persen pasien Ebola yang mengalami gejala ekstrim tersebut.
“Kebanyakan pasien Ebola justru meninggal karena dehidrasi dengan pendarahan minor yang
terjadi pada gusi atau memar di beberapa bagian tubuh,” sebutnya.
Jika Ebola tidak segera ditangani, dari gejala mirip flu, virus akan semakin
melemahkan pertahanan tubuh dan membuat pasien mengalami dehidrasi parah dari muntah,
diare, dan tekanan darah yang rendah. “Pendarahan hanya akan muncul dalam tahap terakhir
serangan Ebola. Pada akhirnya, pasien Ebola akan meninggal karena shock dan kegagalan
fungsi multi organ,” tutur Bhadelia.
Lalu, bagaimana pasien Ebola bisa bertahan setelah terinfeksi? Bhadelia menjawab,
sistem imunitas yang sehat adalah kuncinya. “Jika sistem kekebalan tubuh berada dalam
kondisi optimal, semua infeksi virus bisa dimentahkan,” terangnya.
Selain itu, kecepatan diagnosa juga menentukan. Semakin cepat penanganan medis
diberikan setelah terinfeksi, semakin tinggi angka kelangsungan hidup pasien. Jika Ebola
diketahui masih dalam tahap awal, sel penanda yang menjadi gerbang masuk virus tersebut
bisa diisolasi dan dimutasis, ehingga virus tidak bisa keluar dari sel tersebut dan menginfeksi
sel lain.
Kendati demikian, Bhadelia mengatakan para ilmuwan masih melakukan penelitian
secara intensif untuk mencari vaksin penangkal Ebola, selain mencari metoda perawatan
medis alternatif untuk menahan penyebaran virus dalam tubuh. (asp)Tanda & Gejala
 Gejalanya biasanya dimulai dengan
- Influensa yang tiba-tiba dimana penderita merasa lemas
- demam
- lemah (weakness)
- tidak suka makan (anorexia)
- nyeri otot (myalgia)
- nyeri sendi (arthralgia)
- sakit kepala
- sakit tenggorokan
- Demam biasanya lebih tinggi dari 38,3 °C
- Sering diikuti muntah-muntah
- Mencret-mencret (diarrhea)
- Sakit perut bagian atas dan bawah
Pada beberapa kasus, pendarahan dalam dan luar dapat saja terjadi 5-7 hari,
setelah gejala pertama terjadi. Semua penderita yang terinfeksi menderita kesulitan
pembekuan darah.

 Penyebab
Virus mungkin ditularkan melalui kontak melalui darah atau cairan tubuh hewan yang
terinfeksi (biasanya monyet atau kelelawar). Penyebaran lewat udara belum pernah tercatat
dalam lingkungan alami. Begitu terjadi infeksi pada manusia, penyakit ini dapat menyebar
pada orang lain di sekitar. Pria yang selamat dari penyakit ini dapat menularkannya lewat
sperma selama hampir dua bulan. Pada proses diagnosis, biasanya penyakit lain dengan
gejala serupa, seperti malaria, kolera dan demam berdarah virus lainnya harus dikecualikan
terlebih dahulu. Untuk memastikan diagnosis, sampel darah diuji untuk antibodi virus, RNA
virus, atau virus itu sendiri.
 Pencegahan
- Gunakan cairan pembersih
Mencuci tangan adalah cara yang paling sederhana untuk mencegah masuknya
virus ke dalam tubuh Anda. Agar proses pembersihan lebih maksimal, gunakan cairan
pembersih tangan khusus.
- Tutup luka
Luka yang terbuka bisa dengan mudahnya terpapar virus dari luar termasuk
virus Ebola. Oleh karena itu jika Anda memiliki luka, segera tutup luka tersebut
dengan perban.
- Jangan mengonsumsi daging kualitas buruk
Virus ebola bisa menular lewat daging merah yang berkualitas buruk. Sehingga
jika Anda tidak yakin dengan kualitas daging yang Anda konsumsi, maka sebaiknya
jangan mengonsumsinya.
- Hati-hati mengonsumsi daging babi
Peternakan babi terutama di wilayah Afrika menjadi salah satu sumber terbesar
tumbuhnya virus ebola. Sehingga jika Anda mengonsumsi daging ini, sebaiknya
pastikan bahwa daging yang Anda konsumsi bersih dan baik kualitasnya.
- Kenakan sarung tangan
Selain menggunakan masker, Anda juga bisa mengenakan sarung tangan untuk
mencegah masuknya virus ebola di dalam tubuh. Kenakan sarung tangan terutama
jika Anda berada di sekitar pasien ebola.
- Hindari perjalanan ke negara yang terserang virus
Menghindari untuk bepergian ke negara yang terserang atau menjadi asal
tumbuhnya virus ebola juga merupakan cara terbaik agar Anda terhindar dari virus ini.
Jika Anda baru saja mengunjungi negara tersebut, lebih baik jalani masa karantina
terlebih dahulu.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.viva.co.id/gaya-hidup/kesehatan-intim/526861-ini-yang-terjadi-saat-tubuh-
diserang-ebola

Anda mungkin juga menyukai