Diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan Mata Kuliah Bidang Gizi Diestetik
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT dan shalawat serta salam tidak
lupa dicurahkan kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW karena berkat rahmat
dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Laporan Studi Kasus yang berjudul
“Proses Asuhan Gizi Terstandar Pada Pasien Higroma Colli Sinistra di Ruang Rawat Inap
Bedah Anak RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Tanggal 23 – 26 Agustus 2018” yang
kemudian diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam kegiatan Praktik Kerja Lapangan
(PKL) mahasiswa S1 Gizi FKM UI di RSCM periode tahun 2018/2019. Penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
laporan ini. Secara khusus penulis sampaikan rasa terima kasih kepada orang-orang
tercinta di sekitar antara lain:
1. Kak Suci Fitrianti, S.Gz, RD. sebagai pembimbing laporan di stase anak yang telah
memberikan banyak masukan dalam penyelesaian laporan.
2. Kak Ariek Ratnawati, S.Gz. sebagai pembimbing lapangan di ruang rawat inap bedah
anak RSCM yang telah memberikan banyak masukan saat praktik dilapangan.
3. Kak Widya Putri, Amd.Gz. sebagai pembimbing ruangan di ruang rawat inap bedah
anak RSCM yang telah memberikan dukungan dan banyak bantuan selama penulis
melakukan penelitian.
4. Ibu Diah Mulyawati Utari, Ir, Mkes. sebagai pembimbing akademis yang telah
memberikan dukungan moral serta masukan bagi penulis.
5. Orang tua penulis yang dengan sabar mendampingi penulis, mencurahkan segala
kasih sayangnya dan senantiasa menjadi penguat, penyemangat, serta penolong
dalam segala hal yang diperlukan penulis khususnya dalam proses pembuatan
laporan ini.
6. Dinda Hafitri dan Nadiya Rizki teman terdekat yang telah memberikan dukungan
moral dan semangat serta dengan sabar mendengarkan segala keluh kesah penulis
selama menjalani PKL.
7. Khaerani Suci Lestari teman terdekat dan teman seperjuangan di FKM UI yang telah
memberikan segala dukungan ketika penulis merasa lelah dengan semua urusan di
kehidupan dunianya.
iii
8. Teman-teman PI BEM FKM UI 2017 yang dengan sabar mendengarkan cerita
penulis selama menjalani PKL serta memberikan dukungan moral dan semangat.
9. Teman-teman PKL Gizi UI RSCM gelombang 3 yang senantiasa menjawab dan
menemani diskusi kasus, serta teman-teman seperjuangan Gizi UI 2015 yang selalu
setia memberikan dukungan dan semangat.
Penulis berharap bahwa laporan ini akan memberikan manfaat dan menambah
wawasan bagi kita semua serta menjadi sumbangan pemikiran bagi RSCM dan
Universitas Indonesia.
iv
DAFTAR ISI
viii
Universitas Indonesia
3.4.1.6 Riwayat Personal ............................................................................ 22
3.4.2 Diagnosis Gizi .................................................................................... 22
3.4.3 Intervensi Gizi .................................................................................... 23
3.4.3.1 Tujuan Intervensi ............................................................................ 23
3.4.3.2 Implementasi .................................................................................. 23
3.4.4 Monitoring dan Evaluasi .................................................................... 23
3.4.4.1 Monitoring Antropometri ................................................................ 23
3.4.4.2 Monitoring Klinis dan Fisik ............................................................ 24
3.4.4.3 Monitoring Asupan ......................................................................... 25
3.4.4.4 Evaluasi .......................................................................................... 26
BAB 4 PEMBAHASAN ............................................................................................ 27
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 32
5.1 Kesimpulan................................................................................................... 32
5.2 Saran ............................................................................................................ 33
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 34
LAMPIRAN ............................................................................................................... 35
ix
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
x
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
xi
Universitas Indonesia
DAFTAR GRAFIK
Grafik 3.1. Persentase Asupan Energi dan Zat Gizi SMRS dan MRS .......................... 21
Grafik 3.2. Perkembangan Asupan Energi, Protein, Lemak dan Karbohidrat Pasien .... 25
xii
Universitas Indonesia
DAFTAR SINGKATAN
xiii
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Universitas Indonesia
2
Angka kematian akibat kelainan ini dilaporkan sebesar 2-6%, yang biasanya
merupakan sekunder dari pneumonia, bronkiektasis, dan gangguan jalan napas akibat
lesi yang besar. Lesi ini juga dapat menekan struktur di sekitarnya seperti saraf,
pembuluh darah, dan pembuluh limfe sehingga menimbulkan berbagai kelaian
berdasarkan struktur yang terkena (Trager, 2008).
Dalam laporan ini, mahasiswa melakukan asuhan gizi terstandar pada pasien
anak dengan diagnosis medis Higroma Colli Sinistra.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui, memahami dan melakukan proses asuhan gizi terstandar pada
pasien anak dengan Higroma Colli Sinistra di Ruang Rawat Inap Bedah Anak
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui identitas/karakteristik pasien melalui studi kasus pada pasien anak
dengan Higroma Colli Sinistra.
2. Mengidentifikasi risiko malnutrisi melalui skrining gizi menggunakan Strong
Kids pada pasien anak.
3. Mengidentifikasi derajat malnutrisi pada pasien anak menggunakan Subjective
Global Nutrition Assessment (SGNA).
4. Melakukan pengkajian gizi pada pasien anak dengan Higroma Colli Sinistra
meliputi antropometri, biokimia, klinis/fisik dan asupan makanan.
5. Membuat diagnosis gizi pada pasien anak dengan Higroma Colli Sinistra yang
mencakup problem, etiology, sign/symptoms.
6. Merencanakan intervensi dan implementasi diet sesuai dengan kebutuhan
individu pada pasien anak dengan Higroma Colli Sinistra.
Universitas Indonesia
3
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
Universitas Indonesia
5
Proses tersebut dilakukan pada pasien yang teridentifikasi risiko gizi atau
sudah mengalami malnutrisi dan membutuhkan dukungan gizi yang bersifat
individual. Identifikasi dilakukan melalui proses skrining gizi (Academy of Nutrition
and Dietetics, 2013).
Dalam praktek asuhan gizi, diperlukan keseragaman bahasa (terminologi)
untuk berkomunikasi dan mendokumentasikan PAGT. Terminologi dietetik dan gizi
secara international telah di publikasikan oleh Academy of Nutrition and Dietetics
dalam buku Internatinal Dietetics&Nutrition Terminology (IDNT) Reference
Manual: Standardized Language for the Nutrition Care Process yang berisi
terminologi menganai 4 langkah Proses Asuhan Gizi Terstandar dapat dilihat pada
gambar berikut:
Universitas Indonesia
6
Universitas Indonesia
7
Universitas Indonesia
8
Universitas Indonesia
9
Universitas Indonesia
10
Universitas Indonesia
11
bertambah berat badannya. Ketika berumur empat hingga enam bulan, berat bayi
harus mencapai dua kali berat lahirnya. Pada saat bayi berusia 6-12 bulan,
pertumbuhannya tidak secepat saat mereka berusia empat hingga enam bulan. Antara
usia satu dan dua tahun, berat badan akan hanya akan bertambah sekitar 2 kg.
Penambahan berat badan akan tetap pada 2 kg pada usia dua hingga lima tahun.
Antara rentang usia dua hingga sepuluh tahun, anak akan tumbuh pada kecepatan
yang konstan. Pertumbuhan yang cepat dimulai saat remaja, antara usia sembilan
hingga lima belas tahun (MedlinePlus, 2016).
Kebutuhan nutrisi anak berhubungan dengan perubahan kecepatan tumbuh.
Bayi akan membutuhkan kalori yang lebih dibandingkan dengan anak pada usia
sebelum dan saat masa sekolah. Hal ini menyebabkan kebutuhan nutrisi meningkat
kembali pada masa remaja (MedlinePlus, 2016).
Anak dengan nutrisi yang cukup akan mengikuti kurva pertumbuhan normal,
untuk itu perlu diberikan variasi yang cocok dengan kebutuhan anak berdasarkan
usianya. Kebiasaan makanan yang sehat harus dibiasakan sejak masa bayi, dengan
demikian anak akan terhindar dari penyakit seperti tekanan darah tinggi dan obesitas
(MedlinePlus, 2016).
2.2.2 Bayi
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari usia kehamilan 37 minggu
sampai 42 minggu dengan berat badan lahirnya 2500 gram sampai dengan 4000 gram,
lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital yang berat (Kosim, 2012).
Bayi baru lahir adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran berusia
antara 0-28 hari (Raharjo, 2012). Bayi baru lahir menurut masa gestasi digolongkan
menjadi tiga yaitu:
1. Bayi Baru Lahir kurang bulan dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu
dan berat badan kurang dari 2500 gram.
2. Bayi Baru Lahir cukup bulan dengan usia kehamilan 37 minggu sampai 42
minggu dan berat badan antara 2500 gram sampai 4000 gram.
Universitas Indonesia
12
3. Bayi Baru Lahir lebih bulan dengan usia kehamilan 42 minggu atau lebih dan
berat badan lebih dari 4000 gram.
Saat lahir, bayi mengalami perubahan fisiologis yang banyak dan cepat.
Perubahan tersebut tergantung pada pertukaran oksigen dengan karbondioksida yang
cepat dan benar (Cunningham, 2006).
Menurut Dewi (2010), ciri-ciri bayi normal yaitu lahir aterm antara 37-42
minggu, berat badan 2500-4000 gram, panjang badan 48-52 cm, lingkar dada 30-38
cm, lingkar kepala 33-35 cm, lingkar lengan 11-12 cm, frekuensi denyut jantung 120-
160 x/menit, pernapasan 40-60 x/menit, kulit kemerah-merahan dan licin karena
jaringan subkutan yang cukup, rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala
biasanya telah sempurna, kuku agak panjang dan lemas, nilai apgar > 7, gerak aktif,
bayi lahir langsung menangis kuat, reflek rooting (mencari puting susu dengan
rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik, reflek
sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik, genitalia pada laki-laki
kematangan ditandai dengan testis yang berada pada skrotum dan penis yang
berlubang, pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra yang
berlubang, serta adalanya labia minora dan mayora, eliminasi baik yang ditandai
dengan keluarnya mekonium dalam 24 jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan.
Menurut Pantiawati (2011), faktor yang mempengaruhi berat badan bayi lahir
adalah genetik, asupan nutrisi (makan, minum, dan kudapan), penyerapan dan
pengeluaran usus, aktifitas fisik, metabolisme tubuh dan hormon, penyakit kronik,
seperti jantung, Infeksi Saluran Kemik (ISK) dan TBC, kadar air dan lemak tubuh.
Kenaikan berat badan anak pada tahun pertama kehidupan, apabila anak
mendapat gizi yang baik, menurut Wong, D.L. (2003) adalah berkisar antara:
1. Bayi lahir – 6 bulan : Pertambahan setiap minggu 140-200 gram, berat
badan lahir dua kali pada akhir 6 bulan pertama.
2. 6-12 bulan : Pertambahan setiap minggu 85-400 gram, berat
badan tiga kali berat badan lahir pada akhir tahun pertama.
Universitas Indonesia
13
Universitas Indonesia
14
Faktor lingkungan:
Infeksi virus maternal seperti Parvovirus
Maternal substance abuse, seperti konsumsi alkohol selama kehamilan
Faktor genetik yang berhubungan dengan hrgoma:
Sebagian besar diagnosis prenatal dari higroma berhubungan dengan sindrom
Turner, yaitu abnormalitas kromosom sex pada wanita dimana hanya terdapat
satu kromosom X
Abnormalitas kromosom lain seperti trisomi 13, 18, dan 21
Sindrom Noonan
Saluran limfe terbentuk pada usia kehamilan minggu keenam. Dari saluran
ini, akan terbentuk sakus yang akan menyediakan drainase ke sistem vena.
Kegagalan drainase ke sistem vena ini akan menyebabkan dilatasi dari saluran limfe,
dan apabila berukuran besar maka akan menjadi suatu higroma. Pada embrio,
drainase sistem limfatiknya menuju ke sakus limfatik jugularis (Wiley, 2003).
Hubungan antara struktur primitif sistem limfatik dengan vena jugularis
terbentuk pada usia 40 hari kehamilan. Kegagalan pembentukan hubungan struktur
ini menyebabkan terjadinya stasis aliran limfe dan sakus limfatik jugularis akan
melebar sehingga terbentuklah suatu kista di daerah leher. Apabila sistem drainase
ke sistem vena tidak juga terbentuk pada masa ini, maka akan terjadi lymphooedem
perifer yang progresif dan dapat menyebabkan kematian intrauterine (Wiley, 2003).
Aliran limfe yang statis akan menyebabkan kista membesar dan muncul
sebagai suatu massa pada leher bayi baru lahir. Obstruksi napas serius yang
diakibatkan oleh higroma ini jarang terjadi pada bayi baru lahir. Obstruksi napas
mungkin terjadi akibat beberapa faktor, diantaranya: a) infiltrasi, dimana pada
beberapa kasus, telah ditemukan perluasan sampai ke linguae frenum dan regio sub-
milohyoid, b) makroglossia, dan c) efek dari perdarahan, yang mungkin timbul
karena trauma pada saat lahir yang menyebabkan perluasan kista sehingga terjadi
peningkatan tegangan dan tekanan dari trakea (Wiley, 2003).
Universitas Indonesia
15
Gambaran klinis dari penyakit ini adalah adanya benjolan di leher yang telah
lama atau sejak lahir tanpa nyeri atau keluhan lain. Benjolan ini berbentuk kistik,
berbenjol-benjol, dan lunak. Permukaannya halusm lepas dari kulit, difus, berbatas
tegas, dan sedikit melekat pada jaringan diafan (tembus cahaya) (Wiley, 2003).
Higroma kecil dan sedang biasanya asimptomatis. Benjolan ini jarang
menimbulkan gejala akut, tetapi suatu saat dapat cepat membesar karena radang dan
menimbulkan gejala gangguan pernapasan akibat pendesakan saluran napas seperti
trakea, orofaring, maupun laring. Bila lebih besar maka perluasan terjadi ke arah
wajah, lidah, kelenjar parotis, laring, atau dada. Dapat timbul gangguan menelan dan
bernapas, sementara perluasan ke aksilla dapat menyebabkan penekanan pleksus
brakhialis dengan berbagai gejala neurologik (Wiley, 2003).
Universitas Indonesia
BAB 3
HASIL PEGUMPULAN DATA ASUHAN GIZI
Tabel 3.1 Daftar Obat yang Dikonsumsi Pasien Berikut Indikasi dan Interaksi dengan Zat
Gizi
Interaksi Obat dengan
Obat Dosis Indikasi
Gizi
Merupakan antibiotik sefalosporin Dapat sebabkan diare,
Cefotaxime 140 mg yang berfungsi untuk membunuh mual, muntah dan sakit
bakteri penyebab infeksi. kepala.
16
Universitas Indonesia
17
Dari hasil skrining dengan menggunakan Strong Kids, hasil yang didapatkan
adalah 2 yang menandakan pasien memiliki risiko malnutrisi sedang, yang berarti
pasien membutuhkan proses asuhan gizi. Selanjutnya, wajib dilakukan skrining ulang
oleh dietisien anak setelah 3 hari. Selain itu, pasien memiliki kondisi khusus berupa
penyakit Higroma Colli Sinistra.
Universitas Indonesia
18
Skor AGGAS
Riwayat Medis Terkait Gizi
Normal Sedang Berat
Kesesuaian Tinggi Badan Aktual Menurut Umur (Pendek)
1. Posisi persentil TB: ≥ 5 persentil √
2. Berdasarkan mid-parenting: ya √
3. Serial pertumbuhan tinggi badan: laju di bawah
√
grafik pertumbuhannya (bertahap)
Kesesuaian Berat Badan Aktual Menurut Tinggi Badan (Kurus)
1. Berat badan ideal 5,4 kg
√
2. Persentase berat badan ideal 98%
Pertumbuhan Berat Badan yang Tidak Disengaja
1. Serial pertumbuhan berat badan: laju sesuai grafik
√
pertumbuhannya
2. Penurunan berat badan: < 5% √
3. Penurunan berat badan dalam 2 minggu terakhir:
√
meningkat
Adekuasi Asupan Makan
1. Asupan: tidak adekuat 56% kebutuhan √
2. Asupan aktual dibandingkan biasanya: menurun √
3. Durasi perubahan: <2 minggu √
Gejala Gastrointestinal
1. Tidak ada gejala √
2. Durasi gejala: <2 minggu √
Kemampuan Fungsional Terkait Gizi
1. Aktivitas harian normal √
2. Fungsional dalam 2 minggu terakhir: tidak ada
√
perubahan
Penyakit Stress Metabolik
1. Tidak ada stres √
Pemeriksaan Fisik
1. Kehilangan lemak subkutan: tidak ada kehilangan
√
pada semua bagian tubuh
2. Wasting: tidak ada wasting pada semua bagian
√
tubuh
3. Edema: tidak ada √
Klasifikasi AGGAS: Normal 13 4 1
Universitas Indonesia
19
3.4.1.2 Antropometri
Asesmen antropometri dilakukan dengan menanyakan berat badan (BB)
terakhir pasien. Sedangkan panjang badan (PB) diperoleh dengan melihat catatan
perawat pada CPPT (Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi). Kemudian, lingkar
lengan atas (LLA) dilakukan pengukuran secara langsung oleh peneliti dengan
menggunakan pita ukur.
Tabel 3.4 Data Antropometri tanggal 23 Agustus 2018
Dari perhitungan BB/U dan PB/U berada diantara -2SD < Z < -1SD yang
termasuk dalam kategori normal, sedangkan dari perhitungan LLA/U berada diantara
-1SD < Z < median yang termasuk dalam kategori normal. Height Age pasien adalah
0 tahun 2 bulan. Kesan yang didapatkan adalah pasien memiliki status gizi normal
dengan perawakan normal.
3.4.1.3 Biokimia
Hasil pemeriksaan laboratorium atau data biokimia pasien didapatkan dengan
melihat CPPT (Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi).
Tabel 3.5 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 22 Agustus 2018
Universitas Indonesia
20
Pada saat proses pengambilan data pasien memiliki nilai kesadaran penuh
atau compos mentis. Berdasarkan pemeriksaan klinis pasien terlihat ada mual dan
muntah sebanyak 1 kali serta nafsu makan pasien kurang baik. Selain itu juga
terpasang OGT dan ada massa di leher bagian kiri.
Sedangkan keadaan fisik pasien diperoleh dari rekam medik pasien.
Tabel 3.7 Hasil Pemeriksaan Fisik Tanggal 23 Agustus 2018
Pada tabel dapat dilihat bahwa pasien memiliki detak nadi yang cepat yaitu
130 x/menit dan napas juga cepat yaitu 90 x/menit. Sedangkan untuk suhu tubuh
masih dalam kategori normal yaitu 36,0oC.
Universitas Indonesia
21
Pasien sudah tidak diberikan ASI sejak usia 2 minggu, hal ini dikarenakan ASI
ibu susah keluar sehingga digantikan dengan susu formula. Saat di rumah sakit pasien
mendapat diet bertahap susu formula SGM Ananda 12 x 50 ml (2 sendok takar susu)
dalam sehari.
Berikut ini merupakan perbandingan asupan energi dan zat gizi pasien, baik
sebelum masuk rumah sakit (SMRS) dan setelah di rumah sakit (MRS), dengan
kebutuhannya:
Tabel 3.8 Perbandingan Asupan SMRS dan MRS dengan Kebutuhan Energi, Protein,
Lemak, dan Karbohidrat
SMRS MRS
Zat Gizi Kebutuhan
Asupan % Asupan %
Energi (kkal) 648 804 124 321,6 50
Protein (gram) 19,4 15,6 80 5,2 27
Lemak (gram) 21,6 37,2 172 12,4 57
Karbohidrat (gram) 93,96 96 103 32 34
Grafik 3.1. Persentase Asupan Energi dan Zat Gizi SMRS dan MRS
Universitas Indonesia
22
Berikut tabel hasil perhitungan kebutuhan zat gizi pasien dan target intervensi
yang akan diberikan.
Tabel 3.9 Perhitungan Kebutuhan Energi Pasien
Target Persentase
Zat Gizi Perhitungan Hasil
Intervensi (%)
Energi (kkal) 120kkal/kgBBI 120 x 5,4 648 723 111
Protein (g) 12% energi 12% x 648 19,4 14,04 72
Lemak (g) 30% x energi 30% x 648 21,6 33,48 155
Karbohidrat (g) 58% x energi 58% x 648 93,96 86,4 92
Perhitungan zat gizi pasien didapatkan dengan memperhatikan energi yang
diberikan sesuai dengan usia anak untuk mempertahankan berat badan nomal yaitu
120 kkal/kgBB/hari untuk anak usia 0-6 bulan. Protein yang cukup sekitar 12% dari
total kebutuhan energi per hari. Lemak total sekitar 30% dari kebutuhan energi per
hari dan karbohidrat sekitar 58% dari total kebutuhan energi.
Universitas Indonesia
23
3.4.3.2 Implementasi
Diberikan diet susu formula 723 kkal per oral berupa susu formula SGM
Ananda 60 ml (3 sendok takar susu) dengan frekuensi 12 kali dalam sehari, dengan
protein 14,04 gram, lemak 33,48 gram, dan karbohidrat 86,4 gram.
Universitas Indonesia
24
Keadaan Pasien
Indikator Data Awal
24 Agustus 25 Agustus 26 Agustus
Kesadaran Compos mentis Compos Compos Compos
mentis mentis mentis
Nafsu makan Kurang baik Baik Baik Baik
Mual Ada (1 kali) Ada (1 kali) Ada (1 kali) Tidak ada
Muntah Ada (1 kali) Tidak ada Ada (1 kali) Tidak ada
Terpasang OGT Ada Ada Ada Ada
Ada massa di leher Ada Ada Ada Ada
Berdasarkan monitoring tanda fisik pasien, didapatkan nadi dan nafas pasien
dalam rentang cepat sejak awal pengamatan sampai hari terakhir pengamatan.
Sedangkan, untuk suhu tubuh cenderung normal sejak hari pengamatan sampai hari
terakhir pengamatan.
Universitas Indonesia
25
40%
20%
0%
24-Agu 25-Agu 26-Agu
Grafik 3.2. Perkembangan Asupan Energi, Protein, Lemak dan Karbohidrat Pasien Tanggal 24 -
26 Agustus 2018
Universitas Indonesia
26
3.4.4.4 Evaluasi
Selama tiga hari pengamatan, asupan makan pasien dihari pertama dan kedua
sama, sedangkan dihari ketiga asupan makan pasien naik. Asupan makan
dihari pertama dan kedua pengataman yaitu 693,5 kalori, sedangkan dihari
ketiga asupannya meningkat menjadi 708,5 kalori.
Berdasarkan nilai rata-rata asupan energi pasien sebesar 107%, hal ini
menunjukkan bahwa tujuan intervensi sudah tercapai karena asupan energi
pasien sudah lebih dari 90% kebutuhan RDA.
Universitas Indonesia
BAB 4
PEMBAHASAN
Pasien adalah By. KA, berusia 3 bulan yang dirawat dengan diagnosa medis
Higroma Colli Sinistra. Pasien masuk ke Ruang Rawat Inap Bedah Anak merupakan hasil
rujukan dari Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo untuk
menjalani operasi terkait diagnosa medis yang diderita. Sebelumnya, pasien datang ke
Ruang Rawat Inap Bedah Anak pada tanggal 21 Agustus pukul 17.30 WIB dengan
keluhan adanya benjolan pada leher kiri sejak lahir. Benjolan dirasa semakin melebar
pada leher.
Skor hasil dari skrining gizi yang dilakukan dengan menggunakan adaptasi dari
Strong Kids adalah 2 yang menandakan pasien memiliki risiko malnutrisi sedang. Hasil
skrining gizi dengan skor 2 dan adanya diagnosa medis Higroma Colli Sinistra
menandakan bahwa pasien membutuhkan asuhan gizi, serta diperlukannya skrining ulang
setiap harinya.
Pengkajian gizi yang dilakukan dengan menggunakan Asesmen Gizi Global Anak
Subjektif (AGGAS) yang merupakan Subjective Global Nutrition Assessment (SGNA)
modifikasi RSCM. Pengkajian dengan AGGAS menghasilkan skor normal/sedang/berat
yaitu 13/4/1, yang menandakan klasifikasi AGGAS adalah normal. Penilaian AGGAS
meliputi:
1. Kesesuaian tinggi badan aktual menurut umur
Dengan melihat TB/U apakah berada di 5 persentil, di atas, atau di bawahnya.
Pada pasien ini TB/U nya berada di atas 5 persentil.
Mid-parenting, dengan melihat tinggi badan orangtua. Tinggi badan ibu pasien
berada dalam kategori sedang.
Serial pertumbuhan tinggi badan pasien apakah sesuai, di bawah, atau di atas
laju pertumbuhannya. Pasien mempunyai serial pertumbuhan dibawah grafik
pertumbuhannya (bertahap).
2. Kesesuaian berat badan aktual menurut tinggi badan
Dengan melihat persentase BB/TB apakah lebih dari 90%, 75-90%, atau di
bawah 75%. Pada pasien ini digunakan BB/TB berada lebih dari 90%, yaitu 98%.
27
Universitas Indonesia
28
Universitas Indonesia
29
pasien ini aktivitas harian terbatas dimana lebih dari 50% terbaring di tempat
tidur karena adanya massa di leher kiri.
Fungsional dalam 2 minggu terakhir ini apakah terjadi penurunan, peningkatan,
atau tidak terjadi perubahan. Pada pasien ini tidak mengalami perubahan
fungsional.
7. Penyakit stres metabolik
Penyakit yang dialami apakah termasuk ke dalam stres metabolik sedang, tinggi
atau tidak ditemukan adanya stres metabolik. Pada pasien tidak ditemukan
adanya stres metabolik.
8. Pemeliharaan fisik
Kehilangan lemak subkutan
Apakah pasien tidak mengalami kehilangan lemak subkutan pada semua atau
sebagian besar tubuh, ada kehilangan lemak subkutan pada sebagian tetapi tidak
semua bagian tubuh, atau ada kehilangan lemak subkutan pada hampir semua
bagian tubuh. Pasien tidak mengalami kehilangan lemak subkutan pada semua
atau sebagian besar tubuh.
Kehilangan massa otot (wasting)
Apakah pasien tidak mengalami kehilangan massa otot pada semua atau
sebagian besar tubuh, ada kehilangan massa otot pada sebagian tetapi tidak
semua bagian tubuh, atau ada kehilangan massa otot pada hampir semua bagian
tubuh. Pasien tidak mengalami kehilangan massa otot pada semua atau sebagian
besar tubuh.
Edema
Dengan menentukan apakah pasien memiliki edema berat, sedang atau tidak
ditemukan adanya edema. Pasien tidak memiliki edema.
Universitas Indonesia
30
Sedangkan perhitungan PB/U bertujuan untuk menentukan status gizi terdahulu dan
derajat ketelatan dalam pertumbuhan.
Berdasarkan perhitungan LLA/U pasien yang berada diantara -1SD < Z < median
tergolong dalam gizi normal, sedangkan berdasarkan PB/U berada diantara -2SD < Z < -
1SD sehingga pasien tergolong dalam kategori normal, sehingga dapat disimpulkan
pasien memiliki status gizi normal dengan perawakan normal. Usia tinggi pasien adalah
0 tahun 2 bulan. Selama pengamatan tidak terjadi perubahan pada LLA, hal ini
dikarenakan pemantauan LLA membutuhkan periode waktu yang lebih lama, sehingga
tidak mungkin didapatkan perubahan berarti hanya dalam 3 hari pengamatan saja.
Berdasarkan data klinis, keadaan klinis pasien tidak mengalami banyak
perubahan. Sejak awal sampai selesai pengamatan, kesadaran compos mentis, nafsu
makan membaik, ada mual 1 kali dihari pertama namun tidak ada muntah, dihari kedua
ada mual dan muntah 1 kali dan dihari ketiga sudah tidak ada mual dan muntah.
Terpasang OGT sejak pengambilan data sampai hari ketiga pengamatan. Sedangkan
massa di leher masih ada sejak pengambilan data sampai hari ketiga pengamatan.
Pasien memiliki kecepatan nadi dan nafas yang cukup cepat dibandingkan dengan
keadaan normalnya selama 3 hari pengamatan. Sedangakan suhu tubuh pasien cenderung
normal sejak awal pengambilan data sampai hari ketiga pengamatan.
Perhitungan kebutuhan energi pasien harus cukup dan sesuai dengan usia pasien
untuk mempertahankan berat badan nomal yaitu 120 kkal/kgBB/hari untuk anak usia 0-6
bulan. Protein yang cukup sekitar 12% dari total kebutuhan energi per hari. Lemak total
sekitar 30% dari kebutuhan energi per hari dan karbohidrat sekitar 58% dari total
kebutuhan energi. Dengan demikian pasien membutuhkan energi 648 kkal, protein 19,44
gram, lemak 21,6 gram, dan karbohidrat 93,96 gram per harinya.
Pola makan pasien sebelum masuk rumah sakit adalah minum susu formula SGM
Ananda 8 x 50 ml (5 sendok takar susu) dalam sehari. Pasien sudah tidak diberikan ASI
sejak usia 2 minggu, hal ini dikarenakan ASI ibu susah keluar sehingga digantikan dengan
susu formula. Saat di rumah sakit pasien mendapat diet bertahap berupa susu formula
SGM Ananda 12 x 50 ml (2 sendok takar susu) dalam sehari. Sebelum masuk rumah sakit
ibu pasien biasa memberikan susu dengan takaran yang lebih kental, hal ini dikarenakan
Universitas Indonesia
31
adanya kesulitan daya terima pada pasien. Pasien hanya dapat menerima susu 50 ml
dalam sekali minum. Saat masuk rumah sakit, pasien hanya menghabiskan 8 x 50 ml susu
formula. Hal ini dikarenakan adanya kondisi mual dan muntah, sehingga menyebabkan
asupan energi dan zat gizi pasien menurun saat pasien berada di rumah sakit.
Preskripsi diet yang diberikan adalah diet susu formula 723 kkal per oral berupa
susu formula SGM Ananda 60 ml (3 sendok takar susu) dengan frekuensi 12 kali dalam
sehari, dengan protein 14,04 gram, lemak 33,48 gram, dan karbohidrat 86,4 gram. Asupan
dihari pengamatan pertama dan kedua sama yaitu sebesar 693,5 kkal yakni 107% dari
kebutuhan RDA. Sedangkan dihari ketiga meningkat menjadi 708,5 kkal yakni 109% dari
kebutuhan RDA. Selama tiga hari pengamatan, daya terima pasien cukup baik hal ini
dapat dilihat dari berkurangnya gejala mual dan muntah. Berdasarkan rata-rata asupan
energi dan zat gizi pasien, selama tiga hari pengamatan asupan pasien sudah 698,5 kkal
atau sekitar 107% dari kebutuhan RDA, sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan
intervensi sudah tercapai karena asupan energi pasien sudah lebih dari 90% kebutuhan
RDA.
Sebelum pasien pulang, pasien diberikan konseling mengenai Tatalaksana Gizi
pada Bayi. Konseling sendiri merupakan proses pemberian bantuan dari konselor atas
penyelesaian suatu masalah agar klien dapat mengatasi masalah tersebut (Depkes, 2013).
Sehingga konseling gizi merupakan cara agar klien dapat menyelesaikan masalah yang
terkait dengan makanan dan zat gizi. Konseling yang diberikan mencakup beberapa hal,
diantaranya adalah:
Pentingnya ASI untuk tumbuh kembang anak dan manfaatnya yang lebih banyak
daripada susu formula.
Indikasi bayi yang boleh diberikan susu formula.
Anjuran diet susu formula khusus untuk pasien sesuai dengan kebutuhan energi dan
zat gizi pasien.
Hal-hal yang boleh ibu lakukan dalam memberikan susu formula.
Hal-hal yang tidak boleh ibu lakukan dalam memberikan susu formula.
Cara sederhana untuk mensterilkan botol susu bayi yang baik dan benar.
Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Pasien merupakan By. KA, berusia 3 bulan yang dirawat dengan diagnosa
medis Higroma Colli Sinistra.
2. Melalui skrining gizi menggunakan Strong Kids didapatkan skor 2 yang
menandakan pasien berisiko malnutrisi sedang dan memiliki kondisi medis
khusus yaitu Higroma Colli Sinistra, sehingga diperlukan skrining ulang
setiap harinya.
3. Berdasarkan penilaian derajat malnutrisi menggunakan AGGAS didapatkan
nilai 13/4/1 sehingga dapat disimpulkan pasien tidak mengalami malnutrisi
(normal).
4. Melalui pengkajian gizi, didapatkan pasien memiliki gizi normal dengan
perawakan normal, keadaan klinis ada massa di leher kiri, keadaan fisik nadi
dan nafas cepat, serta asupan makanan kurang dari kebutuhan, yaitu 50% dari
total kebutuhan.
5. Diagnosis yang dikemukakan sesuai dengan pengkajian gizi yang telah
dilakukan yaitu Asupan energi dan protein tidak adekuat (NI-2.1) berkaitan
dengan adanya kondisi mual muntah ditandai oleh asupan MRS 50% RDA.
6. Dengan diagnosis yang telah dikemukakan, maka tujuan intervensi adalah
untuk mencapai asupan energi adekuat minimal 90% kebutuhan RDA.
Intervensi diet yang diberikan adalah diet susu formula 723 kkal per oral
berupa susu formula SGM Ananda 60 ml (3 sendok takar susu) dengan
frekuensi 12 kali dalam sehari, dengan protein 14,04 gram, lemak 33,48 gram,
dan karbohidrat 86,4 gram.
7. Monitoring yang dilakukan meliputi aspek antropometri, klinis, fisik dan
asupan makanan. Hasil evaluasi antara lain adalah tidak terjadi perubahan
pada aspek antropometri yaitu lingkar lengan atas, pasien masih memiliki
massa di leher kiri, fisik pasien nadi dan nafas masih kategori cepat, gangguan
32
Universitas Indonesia
33
makan seperti mual dan muntah berkurang dan asupan meningkat dihari ketiga
sehingga tujuan intervensi dapat tercapai.
8. Konseling gizi kepada orangtua pasien (ibu kandung) dilakukan dihari ketiga
pengamatan dengan menggunakan leaflet mengenai Tatalaksana Gizi pada
Bayi.
5.2 Saran
Kepada keluarga pasien anak khususnya ibu/orangtua pasien untuk membantu
dan memotivasi pasien untuk dapat menjalani diet yang telah dianjurkan oleh ahli gizi
rumah sakit agar dapat mendukung tumbuh kembang anak secara optimal. Selain itu,
setelah kembali dari rumah sakit, ibu/orangtua pasien juga dapat menerapkan anjuran
diet seperti berikut:
Memberikan standar formula (susu formula) untuk usia 0-6 bulan dengan
formula 1cc = 1 kalori agar dapat memenuhi kebutuhan kalori per hari nya, diberikan
dalam 24 jam dengan 12x pemberian (per dua jam).
Universitas Indonesia
34
DAFTAR PUSTAKA
Academy of Nutrition and Dietetics. 2013. Pocket Guide for International Dietetics and
Nutrition Terminology (IDNT) Reference Manual fourth edition. Chicago:
Academy of Nutrition and Dietetics.
Almatsier, Sunita. 2013. Penuntun Diet. Jakarta: Instalasi Gizi RS. Dr. Cipto
Mangunkusumo.
Anderson, James.E. 1983. Grant’s Atlas of Anatomy. Eightth edition.
Anggraeni, Adisty Cynthia. 2012. Asuhan Gizi Nutritional Care Process. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Acevedo L.Jason. 2011. Cystic Hygroma.
Jessie et al, 2010. Dutch National Survey to Test the Strong Kids Nutritional Risk
Screening Tool in Hospitalized Children. Clinical Nutrition Journal vol 29 p. 106-
111
Kemenkes RI. 2013. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS). Jakarta: Kemenkes
RI.
Kemenkes RI. 2014. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT). Jakarta: Kemenkes RI.
Mahan, K dan Raymond, J. 2017. Krause's food & nutrition therapy. St. Louis, Mo: W.B.
Saunders.
MedlinePlus 2016, Normal Growth and Development. Tersedia di:
https://medlineplus.gov/ency/article/002456.htm [11 September 2018].
Secker, D & Jeejeebhoy, K, 2007. Subjective Global Assessment for Children. American
Society for Clinical Nutrition vol 85(4).
Secker, D & Jeejeebhoy, K, 2012. How to Perform Subjective Global Nutritional
Assessment in Children. Journal of the Academy of Nutrition and Dietetics. Vol
112 (3).
Sumapradja, Miranti Gutawa., Yufrida Leni Gayakun., dan Dyah Widyastuti. 2011.
Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT). Jakarta: Persagi dan ASDI.
WHO 1986. Use an Interpretation of Anthropometric Indicators of Nutritional Status.
Bulletin of the World Health Organization 64(6):929-941.
Universitas Indonesia
35
LAMPIRAN
Universitas Indonesia