2. Apendisitis kronis,
dibagi atas:
Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah sembuh
akan timbul striktur lokal.
Apendisitis kronis obliteritiva yaitu appendiks miring,
biasanya ditemukan pada usia tua.
Menurut Wise, Barbara V. Dkk. 2000. NURSING CARE of the
GENERAL PEDIATRIC SURGICAL PATIENT. United States of
America: Aspen Publishers
Akut / sederhana: Menunjukkan hiperemia ringan dan edema
Supuratif: pada usus buntu terdapat pembengkakan, dan
bentuk-bentuk fibrin eksudat. Cairan peritoneal mungkin jelas
atau keruh
Gangren: selain findingis apendisitis supuratif, ungu atau hitam
gangren muncul di dinding usus buntu. Mungkin ada lobang-
lobang mikro hadir pada pemeriksaan mikroskopis, dan cairan
peritoneal gelap
Perforasi: ada lubang terlihat dari dinding usus buntu, dan cairan
peritoneal mungkin purulen dan berbau
Abses: terjadi pembentukan abses yang berdekatan dengan
lubang pada usus buntu yang berisi nanah berbau. Lokasi abses
dapat terjadi di panggul
Nyeri perut
Anorexia
Mual
Muntah
Nyeri berpindah
Gejala sisa klasik (nyeri periumbilikal kemudian
anorexia/mual/muntah kemudian nyeri berpindah
ke RLQ kemudian demam yang tidak terlalu tinggi)
Luka infeksi
Obstruksi saluran cerna
Abses abdominal/pelvis
Stump appendicitis walaupun jarang
terjadi, namun ada sekitar 36 kasus
appendicitis yang dilaporkan berasal dari
jaringan apendiks sisa operasi appendektomi
sebelumnya.
Peritonitis
Rovsings sign: dikatakan posiif jika tekanan yang
diberikan pada LLQ abdomen menghasilkan sakit
di sebelah kanan (RLQ), menggambarkan iritasi
peritoneum. Sering positif tapi tidak spesifik.
Psoas sign: dilakukan dengan posisi pasien
berbaring pada sisi sebelah kiri sendi pangkal
kanan diekstensikan. Nyeri pada cara ini
menggambarkan iritasi pada otot psoas kanan dan
indikasi iritasi retrocaecal dan retroperitoneal dari
phlegmon atau abscess. Dasar anatomis terjadinya
psoas sign adalah appendiks yang terinflamasi
yang terletak retroperitoneal akan kontak dengan
otot psoas pada saat dilakukan manuver ini.
Obturator sign: dilakukan dengan posisi
pasien terlentang, kemudian gerakan
endorotasi tungkai kanan dari lateral ke
medial. Nyeri pada cara ini menunjukkan
peradangan pada M. obturatorius di rongga
pelvis. Perlu diketahui bahwa masing-masing
tanda ini untuk menegakkan lokasi Appendix
yang telah mengalami radang atau perforasi
Blumbergs sign: nyeri lepas kontralateral (tekan di LLQ kemudian
lepas dan nyeri di RLQ)
Wahls sign: nyeri perkusi di RLQ di segitiga Scherren menurun.
Baldwin test: nyeri di flank bila tungkai kanan ditekuk.
Defence musculare: bersifat lokal, lokasi bervariasi sesuai letak
Appendix.
Nyeri pada daerah cavum Douglas bila ada abscess di rongga
abdomen atau Appendix letak pelvis.
Nyeri pada pemeriksaan rectal tooucher.
Dunphy sign: nyeri ketika batuk.
Laboratorium
Jumlah leukosit diatas 10.000 ditemukan pada
lebih dari 90% anak dengan appendicitis akuta.
Jumlah leukosit pada penderita appendicitis
berkisar antara 12.000-18.000/mm.
Ultrasonografi
Gambaran USG yang merupakan kriteria
diagnosis appendicitis acuta adalah appendix
dengan diameter anteroposterior 7 mm atau
lebih, didapatkan suatu appendicolith, adanya
cairan atau massa periappendix
CT-Scan
Diagnosis appendicitis dengan CT-scan
ditegakkan jika appendix dilatasi lebih dari
5-7 mm pada diameternya. Dinding pada
appendix yang terinfeksi akan mengecil
sehingga memberi gambaran
Terapi yg standar adalah pembedahan dini (apendiktomi) untuk mengurangi
perforasi
Metode: insisi abdominal bawah di bawah anastesi umum atau spinal;
laparoskopi. Merupakan metode terbaru yang sangat efektif
Apendiktomi insidental dilakukan secara efektif selektif untuk penderita
resiko tinggi terjadinya apendisitis atau nyeri perut bagian kanan bawah.
Tujuannya adalah untuk tindakan profilaksis
Pada kasus ringan atau bila dikontraindikasikan, perbaikan dapat dilakukan
dengan pemberian cairan IV dan antibiotik sampai pembedahan dilakukan
Pemberian antibiotik profilaksis untuk mengurangi luka sepsis pasca operasi
yaitu metronidazol supositoria (Syamsuhidayat, 2004)
Analgesik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan
Pemantauan yg cermat adanya deteriorasi atau tanda-tanda perforasi
sangatlah penting
1. Preoperatif:
Siapkan untuk pembedhan
Mulai berikn cairam IV
Berikan antipiretik dan antibiotik sesuai yg diresepkan
Pasang selang nasogastrik (jika terlihat tanda-tanda ileus
paralitik)
Mita pasien untuk berkemih
2. Pascaoperatif:
baringkan dalam posisi semi fowler
Berikan analgesik narkotik sesuai yang diresepkan
Berikan cairan per oral jika sudah dapat mentoleransi
Berikan makanan sesuai keinginan pada hari operasi (yang
dapat ditoleransi)
3. Berikan penyuluhan saat pulang
4. Informasikan tentang tindak lanjut dengan ahli
bedah
5. Bicarakan perawatan insisi dan paduan aktivitas
ringan
6. Ajarkan pasien dan keluarga tentang perawatan
luka dan penggantian balutan/irigasi (jika terjadi
komplikasi peritonotis)
7. Kunjungan perawat ke rumah untuk membantu
perawatan dan terus memantau komplikasi serta
penyembuhan luka