Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN HASIL DISKUSI

PROBLEM-BASED LEARNING
PBL Blok Klinik
SKENARIO Ada Apa dengan Kehamilanku?
Minggu ke-6
Tanggal 27 Maret s.d 2 April 2015

Grup H
ZUNIA NGESTI RACHMAWATI

(125070300111005)

DEWI NOORSYALI HANDAYANI (125070300111006)


FINDY SIRATU PUTRI

(125070300111012)

RIZKI SATRIA AVICENA

(125070300111023)

AFRIELIA LAILY W

(125070300111032)

VIVIAN DEVI EKA E

(125070300111043)

RIZKA AYU RIFDAH I

(125070300111047)

REDY AMUKTI

(125070300111050)

SOFIE AYU MISRINA

(125070301111001)

DESAK MADE TRISNA ULANDARI

(125070301111002)

RACHMI FARICHA

(125070301111005)

MAULIDATUL KHASANAH

(125070301111020)

MONISKA DWIJANTI LUKIS

(125070302111001)

RUDI NURYADI

(125070307111002)

JURUSAN GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
1

2015DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................ i
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii
ISI .................................................................................................................................. 1
A. SKENARIO ............................................................................................................ 1
B. DAFTAR UNCLEAR TERM ...................................................................................... 1
C. DAFTAR CUES ...................................................................................................... 4
D. DAFTAR LEARNING OBJECTIVE ............................................................................. 4
E. HASIL BRAINSTORMING ....................................................................................... 5
F. HIPOTESIS ............................................................................................................ 10
G. PEMBAHASAN LEARNING OBJECTIVE ................................................................... 12
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI .................................................................................. 14
A. KESIMPULAN ........................................................................................................ 28
B. REKOMENDASI ..................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 31
TIM PENYUSUN ............................................................................................................... 33

ISI
A. SKENARIO
Ada Apa dengan Kehamilanku?
Ny. Al, seorang ibu rumah tangga berusia 34 tahun, MRS di RSUB setelah
dirujuk oleh dokter spesialis obgyn yang menangani pasien. Diagnose sementara
pasien adalah G2 P1001 Ab000 gravid 26 28 minggu + Gestastional DM +
Hiperemisis Gravidarum. Keadaan awal pasien lemah, mual, muntah pusing dan
dada terasa panas. Keluhan maldan mntah muncul sejak 1 minggu SMRS dan
semakin parah pada hari hari berikutnya. Intake makan dan minum pasien rendah
karena nafsu makan pasien menurun akibat keluhan yang dirasakan.
Berdasarkan hasil anamnesis dan pengukuran, BB sebelumhami = 76 kg,
BB saat ini = 81 kg, TB = 153 cm, LILA = 34 cm, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi
= 80x/menit, RR = 20x/menit, suhu = 360C dan pasien dalam keadaan compos
mentis. Hasil tes laboratorium menunjukkan bahwa kadar BSN 252 mg/dl, GDP 212
mg/dl, dan GD2JPP 325 mg/dl. Untuk kebiasaan makan pasien selama hamil,pasien
terbiasa makan 2 3x/hari dengan susunan menu terdiri dari makanan pokok (nasi
putih 3 5 sdm /makan), lauk hewani (telur, daging, ayam 1 2x/minggu @50
gram), lauk nabati (tahu atau tempe setiap hari @50gram), dan tidak bergitu
menyukai sayuran (bayam, wortel, kangkung 1 2x/minggu @25 gram). Cara
pengolahan makanan yang sering digunakan adalah ditumis, digoreng, dan
disantan. Sedangkan untuk buah buahan, pasien menyukai papaya dan pisang
(2x/minggu @100 gram). Pasien terbiasa minum teh manis 1 -2 gelas/hari dengan
penambahan gula 60 gram dan susu ibu hamil 1x/hari @200cc. karena merasa
kondisinya lemah, pasien juga mengkonsumsi minuman berenergi 1x/minggu.
Berdasarkan hasil recall 24 jam, jumlah asupan pasien adalah energy 986 kkal, KH
152 gr, lemak 29 gr, dan protein 33 gram.
Pasien mengaku tidak pernah mengalami kenaikan gula darah pada
kehamilan sebelumnya, oleh karena itu pasie makan dalam julah sedikit karena
khawatie kadar gula darahnya akan semakin menignkat bila makan dalam jumlah
banyak. Pasien belum pernah mendapat edukasi gizi sebelumnya dan pasien juga
kurang sukaberolahraga sehingga berat badannya tidak pernah < 65 kg sejak
remaja. Pasien sekarang mendapat inf. RL, inf.KaENMg3, neurobion, folavit,
ranitidine, metoclopramic, glibenklamis, dan metformin.
B. DAFTAR UNCLEAR TERM

1. Hiperemisis Gravidarum
Muntah yang hebat pada kehamilan (Dorland, 2009).
2. Gestastional Diabetes Melitus
Diabetes dimana awita atau pengenalan penurunan toleransi glukosa yang terjadi

pada waktu kehamilan (Dorland, 2009).

3. G2 P1001 Ab000 gravid 26 28 minggu


a. G merupakan Para atau jumlah kehamilan yang dialami seseorang.
b. P Merupakan Para atau jumlah anak yang lahir setelah 20 minggu usia
kehamilan.

T (Term angka pertama pada P) = jumlah anak yang lahir setelah usia
kehamilan 37 minggu.

P (Preterm angka kedua pada P) = jumlah anak yang lahir setelah 20


minggu usia kehamilan,namun sebelum 37 minggu usia kehamilan.

A (Abortion angka ketiga pada P) = jumlah kehamilan yang diakhiri


dengan aborsi atau kelahiran terjadi sebelum 20 minggu usia kehamilan
atau kelahiran dengan berat janin < 500 gram.

L (living angka keempat pada P) = jumlah anak yang hidup dari yang
telah dilahirkan (Davidson, Antepartal Nursing Assessment, 2004)

c. Ab merupakan abnormal

Digit pertama menunjukkan jumlah abortus atau keguguran

Digit kedua menunjukkan jumlah ektopik atau kehamilan di luar


kandungan

Digit

ketiga

menunjukkan

molahidatidosa

atau

kehamilan

anggur

(Simkin, 2005)
Kesimpulan dari pasien adalah : pasien Ny. AL sedang menjalani kehamilan kedua,
dan sebelumnya pernah melahirkan satu kali dengan jumlah anak hidup adalah 1
orang, dan sekarang usia kehamilannya sekitar 26-28 minggu (Obgyn Pregnancy
Issues, 2005).
4. Infus RL (Ringer Laktat)
Merupakan larutan elektrolit yang terdiri dari kalsium klorida, sodium klorida,
sodium laktat dan kalium klorida. Infus ini digunakan untuk pertolongan
pertama pada kehilangan cairan tubuh karena penyakit, pendarahan, muntah
ataupun penyakit lainnya (Hospira Inc, 2004 dalam Khoesoema, 2013)
2
RL merupakan cairan yang paling fisiologis yang dapat diberikan pada
kebutuhan volume dalam jumlah besar. RL banyak digunakan

sebagai

replacement therapy, antara lain untuk syok hipovolemik, diare, trauma, dan
luka bakar.

Laktat yang terdapat di dalam larutan RL akan dimetabolisme oleh hati menjadi
bikarbonat yang berguna untuk memperbaiki keadaan seperti

asidosis

metabolik. Kalium yang terdapat di dalam RL tidak cukup untuk pemeliharaan


sehari-hari, apalagi untuk kasus defisit kalium. Larutan RL tidak mengandung
glukosa,

sehingga

bila

akan

dipakai

sebagai

cairan

rumatan,

dapat

ditambahkan glukosa yang berguna untuk mencegah terjadinya ketosis.


Kemasan larutan kristaloid RL yang beredar di pasaran memiliki komposisi
elektrolit Na+ (130 mEq/L), Cl- (109 mEq/L), Ca+ (3 mEq/L), dan laktat (28
mEq/L). Osmolaritasnya sebesar 273 mOsm/L. Sediaannya adalah 500 ml dan
1.000 ml (Rudi, 2006).
5. Metoclopramid
Adalah anatagonis reseptor dopamine dan prokinetik yang menstimulasi
motilitas

gastric,

digunakan

dalam

bentuk

garam

hidroklorida

sebagai

antiemetic, tambahan dalam radiologi gastrointestinal dan intubasi intestinal,


dan penanganan gastroparesis dan refluks gastroesofageal (Dorland, 2009).
6. Compose Mentis (CM)
Sadar sepenuhnya (Dorland, 2009).
7. Anamnesis
Sejarah masa lalu mengenai seorang pasiean dan keluarganya (Dorland, 2009)
8. Infus KaENMg3
Larutan

untuk

memenuhi

kebutuhan

harian

air

dan

elektrolit

dengan

kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan


asupan oral terbatas, untuk kasus pasca operasi (>24-48 jam), dan mensuplai
kalium 20 meq/L, serta suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L (Leksana, 2006).
Komposisi : natrium 50, kalium 20, klorida 50, laktat 20, glukosa 100 gram.
Dosis

500-1000

ml/sekali

pemberian

pasca

operasi

24-48

jam

(Apotikantar.com).
Volume 1000 ml , kalori 400 kkal, osmolariti 695 mosm/L (Basic Principles Of
Parenteral Nutrition For Diabetes Patients, 2012).
Bisanya ditambah dextrose 10% sehingga ada glukosa 100 gam. Sehingga
3
dapat digunakan sebagai suplai cairan saat asupan oral tidak mencukupi
(Cokroprawiro, 2004).
Untuk penyakit diabet komposisi tidak di tambahkan dectrose (Soepriyanto ,
2012).

9. Folavit
suplemen asam folat untuk pertumbuhan janin yang normal dan membantu
memelihara kesehatan tubuh (diyanti, 2007)
Tiap tablet Folavit memiliki kadar asam folat 400 mcg. (Sanbe Farma, 2015)
10. Glibenklamid
Obat

antidiabetika

golongan

sulfonil

urea

yang

bekerja

dengan

cara

menstimulasi sel beta pancreas untuk mensekresi insulin yang tersimpan


(Syazwani, 2011)
obat golongan ini hanya bermanfaat pada pasien yang masih mempunyai
kemampuan untuk mensekresi insulin (Ramli, 2012)
11. Ranitidin
Suatu antagonis reseptor histamine H 2, digunakan dalam bentuk garam
hidroklorida untuk menghambat sekresi asam lambung pada pengobatan ulkus
gaster dan duodenum, penyakit refluks gastroesofageal, dan kondis-kondisi
yang menyebabkan hipersekresi lambung (Dorlan, 2011)
12. BSN
BSN adalah kadar gula darah yang diambil setiap saat. BSN biasa disebut
dengan random blood glucose (gula darah acak) atau gula darah sewaktu
(Dewi, 2012 dan Moore, 2008). BSN adalah pemeriksaan kadar gula sewaktu
waktu yang bertujuan skrining diabetes melitus sebagai upaya deteksi dini
terhadap penyakit diabetes mellitus (Dewi, 2007)
13. Metformin
Agen antihiperglikemi untuk memperkuat kinerja insulin dalam pengobatan
Diabetes Mellitus (Dorland, 2011)
14. Neurobion
Tablet berisi vitam B1 100mg, b6 200mg, b12 200mcg, untuk migraine dan
gangguan sirkulasi darah (Dorland, 2009)
15. Spesialis Obgyn
Obgyn kepanjangan dari obstractis and ginecology yang berarti ilmu ttg
kehamilan. Jadi bias diartikan spesialis obgyn adalah dokter yg menangani ibu
hamil atau terkait kandungan dan uterus juga tdk hanya kehamilan
C. DAFTAR CUES
Ahli gizi mampu memberikan asuhan gizi yang tepat pada pasien yang usia
kandungannya 26 28 minggu4 (trimester ke-3) dengan diagnosa Gestastional
Diabetes Mellitus dan Hiperemesis Gravidarum.
D. DAFTAR PROBLEM IDENTIFICATION
1. Bagaimana gambaran umum dari Gestastional DM dan hiperemisis gravidarum?

a.Patofisiologi penyakit
b.Etiologi penyakit
c. Sign/symptom penyakit
d.Penegakan diagnose Gestastional DM
e.Hubungan antara kedua penyakit
2. Bagaimana interaksi obat dan makanan yang dikonsumsi pasien? Dan kapan
pemberian insulin yang tepat bagi penderita gestastional DM?
3. Bagaimana asuhan gizi yang sesuai dengan kondisi pasien?
a. Assessment
b. Diagnose
c. Intervensi
Berapa kebutuhan zat gizi makronya?
Sumbe r zat gizi apa yang baik diberikan pada pasien dengan
hiperemisis gravidarum?
Bagaimana pembagian porsi makanan sehari?
Bagaimana distribusi karbohidrat untuk pasien GDM?
Jenis karbohidrat apa yang dapat digunakan?
Berapa lama jangka waktu diet ini diberian?
Apa saja zat gizi mikro yang diperlukan, mengapa harus diberikan
dan berapa jumlahnya?
Jenis serat apa yang dapat diberikan dan berapa jumlahnya?
Berapa kebutuhan cairan pasien?
d. Monitoring dan evaluasi
Apa saja data yang dimonitoring dan evaluasi?
Berapa target pencapaiannya?
Berapa frekuensi pemeriksaan data-data tersebut?
E. HASIL BRAINSTORMING
Bagaimana gambaran umum dari Gestastional DM dan hiperemisis gravidarum?
a) Gestastional Diabetes Melitus

Patofisiologi
Pada waktu kehamilan, terjadi peningkatan kebutuhan, salah satunya adalah
kebutuhan
Peningkatan

karbohidrat

untuk

perkembangan

kebutuhna 5karbohidrat

ini

dan

berdampak

pertumbuhan
pada

janin.

pengeluaran

hormone-hormon yang dapat menyebabkan peningkatan gula darah. Selain


itu, faktor genetic juga berpengaruh terhadap kejadian gestastional DM yaitu
dapat menyebabkan kelainan hormone yang nantina berdampak pada
kenaian gula darah dan terjadilan gestastional DM. Trimester 3 adalah saat

yang paling perlu diwaspadai pada masa kehamilan karena pada usia
kehamilan ini sangat rentan terjadinya resistensi insulin.

Etiologi
GDM dapat disebabkan oleh : Status gizi pasien sebelum hamil yaitu obesitas
dan hormone-hormon yang muncul pada saat kehamilan.

Sign/symptom
Dilihat dari Gula Darah Puasa (GDP) > 126 mg/dl dan Gula darah 2 Jam Post
Prandial (GD2JPP) > 200 mg/dl. Jika Gula darah puasa menunjukkan angka >
110 mg/dl maka bisa dicurigai ibu hamil terkena GDM.

Penegakan diagnose
Dengan menggunakan glukosa test, sehingga pasien bisa mengetahuo gula
darah sebelum (GDP) dan sesudah makan (GD2JPP).
b) Hiperemisis Gravidarum
Patofisiologi
Adanya

peningkatan

asam

lambung

dapat

menimbulkan

hiperemisis

gravidarum. Peningkatan asam lambung dapat dikaitakan dengan beberapa


hormone salah satunya adlaah Vitamin B, karena vitamin B merupakan
faktor intrinsic dari lambung.
Etiologi
1) Kekurangan vitamin B
2) Konsumsi suplementasi zat besi menyebabkan mual dan muntah
Sign/symptom
1) Mual
2) Muntah
3) Lemas
4) Jika muntah terus berlanjut dapat menyebabkan dehidrasi
c) Hubungan antar penyakit

2. Bagaimana interaksi obat dan makanan yang dikonsumsi pasien? Dan kapan
pemberian insulin yang tepat bagi penderita gestastional DM?
a. Ranitidine
Ranitidine tidak boleh dikonsumsi bersamaan

dengan makanan karena

makanan dapat mengganggu absorpsinya sehingga sebaiknya dikonsumsi


6
sebelum makan.
b. Glibenklamid
Glibenklamid

merupakan

salah

satu

obat

antihipertensi.

Glibenklamid

sebaiknya dikonsumsi setelah makan karena setelah makan terjadi peningkatan

glukosa darah sedikit demi sedikit sehingga dapat disesuaikan dengan onset
kerja glibenklamid.
c. Penggunaan insulin
Pada masa kehamilan, tidak diperbolehkan untuk melakukan diet ketat untuk
menurunkan berat badan ataupun gula darah. Penanganan ibu hamil dengan
GDM diuatamakn terlebih dahulu dari diet atau pengaturan pola makan. Jika
masih tidak bisa mengontrol gula darahnya maka insulin diperlukan. Insulin
diperlukan hanya jika pancreas sudah tidak dapat memproduksi insulin.
3. Bagaimana asuhan gizi yang sesuai dengan kondisi pasien?
Assessment dan Diagnosa

Data assessment
Antropometri

Sintesa data

Diagnosa gizi

BB sblm lahir = 76 kg

IMT dengan BB sblm hamil = Obesitas

BB saat ini = 81 kg

32,47 (Obesitas)

TB = 153 cm

IMT dengan BB saat ini = salah ditandai dengan

LILA = 34 cm

34,6 (Obesitas)

pemilihan makanan dan

LILA = 119% (Overweight)

cara pengolahan yang

disebabkan

oleh pola makan yang

Biokimia

kurang tepat

BSN = 252 mg/dl

BSN (tinggi)

GDP = 212 mg/dl

GDP (tinggi)

GD2JPP = 325 mg/dl


Target

GDP

Intake

KH

sederhana

GD2JPP (tinggi) karena >200 berlebih


disebabkan
ibu mg/dl
oleh
px
terbiasa

hamil130-140

konsumsi the manis dg


gula 60 gram ditandai
lemah (+)

Fisik klinis

dengan

Tekanan darah = 110/80 mual (+)


muntah (+)
Nadi = 80x/menit

GDP

212,

GD2jpp 325

RR = 20x/menit

pusing (+)

Kurangnya

Suhu = 360 C

dada terasa panas (+)

disebabkan

pasien

Keadaan compos mentis

nafsu makan menurun

mengalami

mual

intake

lemah (+)

muntah

mual (+)

pengetahuan terkait gizi

muntah (+)

ditandai

pusing (+)

recall : energy 985, KH

dada terasa panas (+)

152 gr, lemak 29 gr,

nafsu makan menurun

dan protein 33 gr.

Dietary

Px terbiasa minum teh manis

Dahulu :
Pasien terbiasa makan
2-3x/hari
Makanan

pokok

(nasi

putih 3-5 sdm/makan)


Lauk
daging,

hewani

(telur,

ayam

1-

2x/minggu @50 gram)


Lauk nabati (tahu atau
tempe setiap hari @50
gram)
Tidak begitu menyukai

1-2 gelas dgn gula 60 gram


tingginya

konsumsi

KH

sederhana menyebabkan
kenaikan GD
,

tidak

begitu

menyukai

8
sayuran,

konsumsi

dengan

cara

sehari

pengolahan

digoreng dan disantan


konsumsi minuman berenergi
1x

perminggu,

minuman

berenergi bisa meningkatkan


GD karena menggunakan gula

dan

oral

kurang

dengan

hasil

Pola makan yang salah


disebabkan oleh belum
pernah
Edukasi

mendapatkan
Gizi

dengan
makanan
pengolahan
kurang tepat

ditandai
pemilihan

dan

cara
yang

b. Intervensi yg tepat untuk pasien


1) Preskripsi diet
Tujuan

menormalkan gula darah dari pasien

meningkatkan nafsu makan pasien

mengurangi mual dan muntah pada pasien

mencukupi kebutuhan pasien

Prinsip
rendah KH sederhana, rendah Glikemik indeks, tinggi serat, rendah lemak
Syarat

Persentase tertinggi dari semua makro adalah KH

KH yang diutamakan adalah KH kompleks, KH sederhana dipberikan


tapi dibatasi

Pemberian KH tetap seperti biasa karena ditakutkan jika kurang akan


menyebabkan ketosis dan berbahaya bagi janin

Pembatasan 40-50% kh tdk kurang dari 175 gram / hari

Jenis lemak yang diberikan adalah lemak tidak jenuh

Zat gizi mikro (vitamin dan mineral) yang diperlukan untuk pasien
GDM
a) B12, asam folat, zat besi (untuk memenuhi kebutuhan janin)
b) Zat besi untuk imunitas jika kurang gampang terserang penyakit
dan akan mempengaruhi janin, kemudian pada awal kelahiran zat
besi yang digunakan dari si ibu
c) Kalsium, Mg, Fosfor untuk ibu karena kalsium diambil oleh anaknya
peningkatan 50% dari kebutuhan

Memperhatikan pemilihan makanannya

Porsi kecil tapi sering

Makanan tidak merangsang saluran cerna

2) Makanan yang dianjurkan


Jahe untuk mengurangi mual dan muntah (secukupnya)
Konsumsi snack yang kering-kering
Makanan low gi
3) Makanan tidak dianjurkan 9
Makanan berlemak
Makanan yang mengandung alkohol
4) Tips tips
Minum jangan diantara waktu makan

5) Aktivitas Fisik yang dianjurkan


Benerang untuk membantu mengembalikan post pasrtum dari ibu
jalan kaki
c. Monitoring dan evaluasi yang tepat untuk pasien
1) Data yang akan dimonev
Status gizi, biokimia, fisik klinis, dietary
2) Target monev
3) Frekuensi pemantauan
Dietary : dipantau setiap hari
Biokimia : 3-7 hari sekali
Pengecekan GDP dan GD2JPP setiap hari

10

F.

HIPOTESIS DK1

Gestastiona Diabetes

Hiperemesis Gravidarum

Asuhan Gizi

Asuhan Medis

Obat yang diberikan


Neurobion
Folavit
Ranitidine
Metoklopramid
Glibenklamid
Metformin
Infus RL
Infus KaENMg3

BIOKIMIA
Antropometri
Fisik Klinis
Dietary
GDP, GD2JPP, BSN
IMT
tinggi
sebekum hamil 32,47 TD,
(obesitas)
Nadi, RR, Suhu Konsumsi
normal KH sederhana tinggi
Mual, muntah, lemas (+)Konsumsi serat kurang
Nafsu makan turun Konsumsi kafein tinggi
Dada terasa panas

INTERVENSI

TUJUAN
Normalkan GD pasien
Tingkatkan nafsu makan
Kurangi mual dan muntah
Cukupi kebutuhan

Prinsip
Syarat
Rendah KH sederhana KH sederhana dibatasi, KH kompleks siutamakan
Rendah Glikemik indeks
Tidak ada aturan khusu pemberian KH
Tinggi serta
Utamakan lemah tidak jenuh
Rendah lemak

Makanan dianjurkan, dibatasi, tidak dianjurkan

MONEV

11

G. HIPOTESIS DK2

Gestastiona Diabetes

Hiperemesis Gravidarum

Asuhan Gizi

Asuhan Medis

Obat yang diberikan


Neurobion
Folavit
Ranitidine
Metoklopramid
Glibenklamid
Metformin
Infus RL
Infus KaENMg3

BIOKIMIA
Antropometri
Fisik Klinis
Dietary
GDP, GD2JPP, BSN
IMT
tinggi
sebekum hamil 32,47 TD,
(obesitas)
Nadi, RR, Suhu Konsumsi
normal KH sederhana tinggi
Mual, muntah, lemas (+)Konsumsi serat kurang
Nafsu makan turun Konsumsi kafein tinggi
Dada terasa panas

Diagnosa : NI 2.1 Keditakcukupan intake oral disebabkan mual muntah berlebihan ditandai dengan hasil recall yang deficit berat

INTERVENSI

TUJUAN
Cegah penyakit komplikasi
Cukupi intake oral
Menyeimbangkan cairan
Menurunkan GD dan cegah katabolisme

Prinsip
Low GI
Tinggi serat

Syarat
E : 2325 kkal
KH : 60% (KH komplek 55%, KH sederhana 5%
L : 20 % (omega 3)
P : 20%
Aturan pemberian KH

Makanan dianjurkan, dibatasi, tidak dianjurkan


12
MONEV

H. PEMBAHASAN LEARNING OBJECTIVES


Gambaran umum dari Gestastional DM dan hiperemisis gravidarum
a) Gestastional Diabetes Melitus

Patofisiologi
Pada awal kehamilan, terjadi peningkatan hormon estrogen dan progesteron
yang keduanya menyebabkan hiperplasia dan hipersekresi insulin. Efek dari
adaptasi

hormonal

ini

meningkatkan

penggunaan

glukosa

perifer

dan

penyimpanan glikogen yang dihubungkan dengan penurunan produksi glukosa


dan gula darah puasa rendah. Modifikasi metabolisme yang anabolik ini
disebabkan oleh kenaikan steroid seks dan hiperinsulinemia.
Pada trisemester kedua kehamilan, selain peningkatan sex steroid dan
sekresi insulin terjadi peningkatan kortisol dan hormon plasenta (human
somatotropin; prolaktin). Hasil dari penyesuaian ini berupa diabetogenic efek
yang menuju resistensi insulin, penurunan glikogen, peninkatan produksi
hepatik glukosa dan penurunan toleransi glukosa yang pada akhirnya
menaikkan kadar gula darah.
Diabetes gestasional terjadi apabila ibu hamil tidak dapat memproduksi
insulin dalam jumlah yang cukup/ sel tubuh lebih resisten terhadap insulin
(Francesco,1997)

Etiologi
GDM dapat disebabkan oleh : peningkatan hormon tertentu dan kondisi
pankrean yang tidak bisa mengkompensasi (Ganathipan, 2011)
Faktor Resiko
a) Obesitas (> 20% berat badan ideal) karena adanya jaringan adiposa
pada orang obesitas, sehingga terdapat adipocytokines, adiponektin, TNF
, resistin, leptin, visfatin, apelin yang dapat membuat resistensi insulin
pada saat kehamilan.
b) Umur > 30 th
c) Terdapat riwayat keluarga DM
d) Pernah menderita GDM pada kehamilan sebelumnya
e) Adanya glukosauria
f) Merupakan anggota kelompok etnis risiko tinggi (hispanik, black,
penduduk asli Amerika, atau Asia)
g) Gangguan toleransi glukosa atau glukosa puasa terganggu (kadar gula
13
darah yang tinggi, tetapi tidak cukup tinggi untuk menjadi diabetes)
h) Sebelumnya melahirkan bayi lebih dari 4 kg
i) Sebelumnya melahirkan bayi lahir mati
j) Mendapat diabetes kehamilan dengan kehamilan sebelumnya

k) Memiliki terlalu banyak cairan ketuban (suattu kondisi yang disebut


polihidramnion) (Kaaja, 2009 ; Ganathipan, 2011)
Sign/symptom
Fisik Klinis
a) Gula dalam urin
b) Senantiasa rasa haus
c) Sering buang air kecil
d) Kelelahan
e) Mual
f) Sering infeksi kandung kemih, vagina dan kulit
g) Penglihatan kabur (Ganathipan, 2011)
Data Biokimia
a) GDP 92 mg/dl
b) GD1JPP 180 mg/dl
c) GD2JPP 153 mg/dl (AADE, 2014)
Berikut kriterian Diabetes Melitus Gestastional (GDM)

14

(Ganathipan, 2011)

Penegakan diagnose
Banyak tes yang dapat digunakan untuk mendiagnosa adanya GDM. Berikut
tes yang dapat dilajukan beserta cut offnya:
a) TTGO (Tes Toleransi Glukosa Oral)
Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) adalah rutin untuk semua wanita
hamil. Tes ini juga dapat diindikasikan untuk diabetes pada kehamilan
(diabetes gestasional). Banyak di antara ibu-ibu yang sebelum hamil
tidak menunjukkan gejala, tetapi menderita gangguan metabolisme
glukosa pada waktu hamil. Prosedur singkatnya yaitu setelah berpuasa
selama 8-12 jam, sampel darah diambil. Sebelumnya pasien harus
mengkonsumsi 150 gram karbohidrat tiap hari, selama 3 hari.
Kemudian minuman yang mengandung 75 gram sampel glukosa dan
darah diambil setelah satu dan dua jam. Jika glukosa darah di atas
normal tingkat, makan memiliki gestasional diabetes.
Intepretasi hasil Lab TTGO bagi GDM :
Puasa : 95 mg / dL atau lebih tinggi
Jam Pertma : 180 mg / dL atau lebih tinggi
Jam Kedua : 155 mg / dL atau lebih tinggi
Jam Ketiga : 140 mg / dL atau lebih tinggi
Selama TTGO dilakukan, penderita tidak boleh minum kopi, teh, makan
permen, merokok, berjalan-jalan, atau melakukan aktifitas fisik yang
berat.

Minum

air

putih

yang

tidak

mengandung

gula

masih

diperkenankan.
Faktor yang Dapat Mempengaruhi Hasil laboratorium
Penggunaan obat-obatan tertentu
Stress (fisik, emosional), demam, infeksi, trauma, tirah baring,
obesitas dapat meningkatkan kadar glukosa darah.
15
Aktifitas berlebihan dan muntah dapat menurunkan kadar
glukosa darah.
Obat hipoglikemik dapat menurunkan kadar glukosa darah.

Usia Orang lansia memiliki kadar glukosa darah yang lebih


tinggi. Sekresi
Insulin menurun karena proses penuaan.
(PERKENI, 2002 dalam Ganathipan, 2012 ; NDSS, 2010)
b) Menurut Osulivan dan Mahan
Skrining dan kriteria diagnostik diabetes melitus gestational menurut
Osulivan mahan terdiri dari 2 tahap yaitu tes tantangan glukosa yang
merupakan tes skrining dan tahap kedua adalah tes toleransi glukosa
oral.
tes toleransi glukosa dilakukan 3 jam. tes teloransi glukosa hanya
dilakukan tes pada mereka yang tertantangan glukosa positif
Tahapan tes

Tes dilakukan pada saat wanita hamil tersebut berkunjung ke klinik


tanpa puasa

Mereka diberikan beban dengan 50 gram glukosa dilarutkan dalam


segelas air

Dikatakan positif bila gula darah vena lebih dari 140 mg/dl setelah
1 jam pemberian

bila positif dilanjutkan dengan tes toleransi glukosa oral

wanita hamil diberi beban 100 gram glukosa setelah berpuasa 12


jam

Diambil glukosa darah 1jam, 2jam, 3 jampostpandrial

Dicari normal kadar

1)

puasa <= 105 mg/dl

2)

1 jam postpandrial < 190 mg/dl

3)

2 jam postpandrial < 160 mg/dl

4)

3 jam postpandrial < 140 mg/dl


Dikatakn diabetes melitus gestational apabila ditemuan sedikitnya 2
angka normal.

c) Menurut WHO
Sejak tahun 1980 WHO telah membuat cara skrining untuk Diabetes
Melitus. Untuk mendeteksi DM dilakukan tes toleransi glukosa oral
16
dengan beban 75 gram glukosa setelah berpuasa 8-14 jam
Dinyatakan DM bila kadar glukosa darah puasa 126 mg/dl dan
setiap 2jam setelah pembebasan > 200 mg/dl

Bila hasil negatif diulangi dengan cara pemeriksaa yang sama pada
usia hamil 24-28 minggu
Mereka yang mempunyai kadar glukosa darah diantara kadar
normal dan DM disebut kelompok toleransi glukosa terganggu
d) Menurut American Collage Of Obgyn
ACOBC merekomendasikan bahwa penapisan perlu untuk wanita
beresiko tinggi yaitu berumur 30 tahun, ada riwayat keluarga
Diabetes

pernah

melahirkan

bayi

makrosomia,

ada

dengan

malformasi/ bayi lahir mat, wanita hamil yang gemuk, hipertensi/


glukosuria
Diagnosa GDM berdasarkan hasil pemeriksaan toleransi glukosa oral
dengan 100 gram glukosa. kemudian dilihat kadar glukosa puasa 1
jam, 2 jam, 3 jam setelah pembenahan.
Status

Plasma / serum glukosa

plasma level

level
(mg/d

(mmol/l)

(mg/dl)

(mmol/l)

l)

e) M
e

fasting

95

5,3

105

5.8

1 hour

180

10,0

190

10.6

ur

2 hour

155

8,6

165

9.2

3 hour

140

7,8

145

8.0

ut

Asean study Group of Diabetes in Pregnancy (ASGOIP)


Cara ini menggunakan tes tantangan glukosa 50 gram, skrining bila
kadar glukosa vena setelah 1 jam pembebanan >130mg/dl. jika
skrining positif dilanjutkan tes toleransi glukosa oral 75 gram. kadar
glukosa darah hanya diambil 2 jam setelah pembebanan. dinyatakan
DMG apabila kadar glukosa vena plasma 2 jam setelah pembebanan >
140 mg/dl.
f) Menurut Endrokinologi Indonesia
Pada pasien resiko DMG yang jelas segera dilakukan pemeriksaan
glukosa darah. Bila didapat hasil glukosa darah sewaktu <=200 mg/dl
atau glukosa darah puasa >=126 mg/dl yang sesuai dengan batas
17 maka perlu dilakukan pemeriksaan pada waktu
diagnosa untuk diabetes,
yang lain untuk konfirmasi, pasien hamuil dengan TGT dan GDIT dikelola
sebagai DGM
Diagnosa berdasarkan hasil pemeriksaan TTGO dilakukan dengan
memberikan beban 75 gram glukosa setelah berpuasa 8-14 jam.

Kemudian dilakukan pemeriksaan darah puasa, 1 jam 2 jam setelah


beban.
DMG ditegakkan apabila ditemukan hasil pemeriksaan glukosa darah
puasa >=95 mg/dl, 1 jam setelah puasa > 180 mg/dl, dan 2 jam setelah
beban >= 155 mg/dl. Apabila hanya dapat dilakukan 1 kali pemeriksaan
glukosa darah maka lakukan pemeriksaan glukosa darah 2 jam setelah
pembebanan, bila didapatkan hasil glukosa darah >= 155 mg/dl sudah
dapat didiagnosis sebagai DMG
(Mursilah, et al, 2012)
b) Hiperemisis Gravidarum
Patofisiologi
Peningkatan

kadar

hirmon

hCG

akan

menginduksi

ovarium

untuk

memproduksi estrogen yang dapat merangsang mual dan muntah. Perempuan


dengan

kehamilan

dibandingkan

ganda

dengan

diketahui

perempuan

memiliki

hamil

yang

kadar
lain.

hCG

lebih

Progesteron

tinggi
juga

menyebabkan mual dan muntah dengan cara menghambat motilitas lambung


dan irama kontraksi otot-otot polos lambung. Penurunan kadar thyrotropinstimulating hormone (TSH) pada awal kehamilan juga berhubungan dengan
hiperemesis gravidarum meskipun mekanismenya belum jelas (Kevin Gunawan,
2011).
Helicobacter pylori dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum. Mulanya H.
pylori menginfeksi lambung yang akhirnya dapat menyebabkan hipergastremia
kronis, yang menstimulasi sekresi asam lambung, serta menyebabkan ulkus.
Adanya peningkatan asam lambung mengakibatkan timbulnya hipermeresis
gravidarum dengan tanda gejala mual dan muntah secara berlebihan (Yasa,
2012; Cardaropoli, 2014; Neal, 2006).
Etiologi
Penyebab pasti dari hiperemesis gravidarum tidak diketahui. Beberapa teori
tentang

penyebab

hiperemesis

gravidarum

termasuk

ketidakseimbangan

hormon kehamilan, kekurangan vitamin B; hipertiroidisme; gastroesophageal


reflux terjadi dalam hubungan dengan kelainan pada sifat listrik dari otot-otot
yang mempengaruhi perut (disritmia lambung); Infeksi Helicobacter Pylori;
faktor psikologis; dan gangguan metabolisme karbohidrat.
Banyak teori ini didasarkan pada gejala hidup berdampingan dengan
18
hiperemesis gravidarum yang hanya sebagai kemungkinan disebabkan oleh
hiperemesis karena mereka harus kausal. Sebagai contoh, banyak wanita yang
terkena dampak tidak dapat mentoleransi vitamin dan gizi yang normal dalam
kehamilan dan karena itu dapat mengembangkan kekurangan vitamin, tiroid,
dan gangguan metabolik lainnya. Selain itu, sementara pada paruh pertama

tahun 1900 teori untuk hiperemesis didominasi oleh proposal psikologis terlalu
mengada-ada seperti penolakan kehamilan karena malu tentang hubungan
seksual atau takut melahirkan dan ibu, baru-baru ini, penelitian ilmiah telah
menunjukkan bahwa 94% dari wanita dengan hiperemesis tidak memiliki
riwayat kejiwaan sebelum dan meskipun wanita mungkin tertekan atau cemas
selama kehamilan ketika mereka terlalu mual untuk makan sehat atau merawat
keluarga mereka, mereka kembali ke normal ketika gejala fisik yang ekstrim
mereka mereda.
Akhirnya, banyak wanita yang tidak atau mual normal pada kehamilan
mengalami infeksi H. Pylori dan / atau abnormal tingkat tinggi hormon
kehamilan seperti hCG dan estrogen. Dengan demikian, meskipun beberapa
studi klinis, peneliti telah mampu definitif menentukan mengapa hiperemesis
gravidarum terjadi.
Beberapa bukti mendukung kecenderungan genetik untuk mual dan muntah
dalam kehamilan. Dalam sebuah studi mual dan muntah kehamilan kembar,
tingkat konkordansi lebih dari dua kali tinggi untuk monozigot dibandingkan
dengan kembar dizigot. Studi menunjukkan agregasi familial hiperemesis
gravidarum karena ada prevalensi sangat tinggi saudara kandung yang terkena
dampak dan ibu dari pasien yang terkena dengan mual dan muntah kehamilan
dan hiperemesis gravidarum, dan peningkatan risiko yang signifikan untuk anak
perempuan dan saudara perempuan dengan riwayat HG. Selain itu, komponen
biologis dengan kondisi telah diusulkan dari studi hewan. Ada juga data yang
sugestif dari peran predisposisi genetik dalam pengembangan mual dan
muntah kehamilan. Namun, penyebab hiperemesis gravidarum saat ini belum
diketahui dan alasan untuk pemeliharaan gen yang mempengaruhi dehidrasi
dan kekurangan gizi pada kehamilan masih menjadi teka-teki evolusi. Satu
akan berpikir bahwa suatu kondisi yang umum mengakibatkan kematian ibu
dan janin sebelum pengenalan cairan vena intra pada 1950-an pasti sudah
sangat terpilih melawan di alam.
Beberapa peneliti telah melaporkan bahwa faktor-faktor tertentu dapat
dikaitkan dengan peningkatan risiko mengembangkan atau meningkatkan
durasi hiperemesis gravidarum termasuk usia yang lebih muda ibu, berat
badan tinggi (obesitas), tidak ada kehamilan selesai sebelumnya (nulliparity),
membawa kembar, yang pertama kali kehamilan, riwayat keluarga, alergi, diet
19
ketat, dan / atau riwayat hiperemesis
gravidarum pada kehamilan sebelumnya
((National Organization for Rare Disorders).
Berikut faktor pre disposisi dan faktor lain yang mempengaruhinya:
Faktor predisposisi

Overdistensi rahim, hidramnion, kehamilan ganda, estrogen dan hcg


meningkat, mola hidatidosa
Faktor organik
Masuknya vili kholiaris dalam sirkulasi maternal, perubahan metabolik
akibat hamil, resisten menurun pada ibu dan alergi
Faktor psikologis
Rumah tangga yang sedang mengalami keretakan, hamil yang tidak
diinginkan, dsb (Wiknjosastro, 2005).
Selain itu, infeksi Helicobacter pylori dapat menimbulkan penyakit lambung
yang akhirnya dapat menyebabkan hipergastremia kronis, yang menstimulasi
sekresi asam lambung, serta menyebabkan ulkus. Adanya peningkatan asam
lambung mengakibatkan timbulnya hipermeresis gravidarum dengan tanda
gejala mual dan muntah secara berlebihan (Yasa, 2012; Cardaropoli, 2014;
Neal, 2006)
Sign/symptom
a)

Hiperemesis Gravidarum tingkat 1


Muntah terus menurun, penurunan nafsu makan dan minum, terdapat
penurunan berat badan dan nyeri epigastrum.
Pertama tama isi muntahan

adalah makanan, lendir beserta cairan

empedu,dan keluar darah jika keluhan muntah berlanjut.


Frekuensi nadi tinggi 100x/menit dan tekanan darah sistolik turun
Pada pemeriksaan fisik mata cekung, lidah kering, turun turgor kulit dan
penurunan jumlah urine
b)

Hiperemesis Gravidarum tingkat 2


Pasien memuntahkan semua yang dimakan dan diminum, Berat badan
turun dan haus hebat. Frekuensi nadi berkurang 100-140x/menit. Tekanan
sistolik <80 mmhg. Pasien terlihat apatis, pucat, lidah kotor, kadang
ikterus, ditemukan aseton serta bilirubin dalam urin.

c)

Hiperemesis Gravidarum tingkat 3


Jarang terjadi. Muntah berkurang/bahkan berhenti. Tetapi kesadaran
pasien menurun (delirium - koma). Pasien mengalami ikterus, sianosis,
nistagmus, gangguan jantung dan dalam urin ditemukan bilirubin dan
protein (Gunawan,et al, 2011).

c) Hubungan antar penyakit

20
Helicobacter pylori dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum. Mulanya H.

pylori menginfeksi lambung yang akhirnya dapat menyebabkan hipergastremia


kronis, yang menstimulasi sekresi asam lambung, serta menyebabkan ulkus.
Adanya peningkatan asam lambung dan penyakit lambung mengakibatkan
timbulnya hipermeresis gravidarum dengan tanda gejala mual dan muntah secara

berlebihan (Yasa, 2012; Cardaropoli, 2014; Neal, 2006). Selain itu, H. pylori juga
dapat

meningkatkan

pelepasan

sitokin

proinflamasi.

Peningkatan

sitokin

proinflamasi dapat menyebabkan fosforilasi serin residu pada substrat reseptor


insulin, dimana dapat mencegah interaksi glukosa dengan reseptor insulin dan
menghambat kerja dari insulin. Selain itu, H. pylori juga dapat memulai dan
mempertahankan peradangan kronis di pankreas, sehingga dapat mempengaruhi
kerja hormon insulin (Saadallah, 2013).
Ada hubungan yang kuat pula antara peningkatan gamma glutamyltransferase
(GGT) di perawatan rumah sakit awal untuk hiperemesis gravidarum terhadap
perkembangan gestasional diabetes. (Tan, Reena, Kia, dan Siti, 2007).
2. Interaksi obat dan makanan yang dikonsumsi pasien pemberian insulin yang tepat
bagi penderita gestastional DM
a. Ranitidine
Obat yang menghambat sekresi HCl di lambung sehingga sebaiknya hindari
minuman bersoda karena memicu keluarnya asam lambung. (American Society of
Anesthesiologist, 2011). Ketika mengonsumsi ranitidine harus membatasi makan
makanan yang beralkohol, kafein, serta makanan atau minuman asam karena
dapat mengiritasi lambung. Ranitidine dapat diminum sebelum atau pada saat
makan (Catalano, 2000).
Apabila ranitidin di konsumsi dalam jangka panjang, maka akan menghambat
penyerapa

asam

folat,

sehingga

disarankan

untuk

dilengkapi

dnegan

mengkonsumsi suplemen asam folat. Selain itu, asam lambung memfasilitasi


penyerapan zat besi, dan untuk obat ini dapat menghambat penyerapan zat besi
begitupun vitamin B12 (Alan R Gaby, 2006).
Konsumsi obat antasida dengan ranitidin dapat menghambat absorpsi hingga
33% (Sukandar, 2008).
b. Metformin
Merupakan obat hipoglikemi sehingga hindari kafein karena menyebabkan
hiperglikemi. (Joseph I.Boullata & Vincent, 2004). Selain itu

metformin dapat

menyebabkan peningkatan asam laktat dalam darah setelah konsumsi alcohol


(Weathermon, 1999).
Apabila obat dikonsumsi 1x sehari maka efektivitas dari obat tidak optimal dan
apabila pasien menggunakan obat 3x/hari akan berpengaruh pada keamanan dari
obat. Apablia dikonsumsi dengan grapefruit akan meningkatkan level asam laktat.
Dalam tubuh apabila asam 21
dalam tubuh meningkat terlalu banyak akan
menyebabkan kegagalan organ bahkan kematian (Athiyah et.al , 2014).
Metformin juga bisa menyebabkan defisiensi vitamin B12 (Boulatta dan
Vincent, 2004). Apabila mengkonsumsi metformin dalam jangka panjang dapat
menghambat dan menurunkan asam folat dan vitamin B12, sedangkan untuk

asam folat dan vitamin B 12 sendiri itu membantu dalam penyerapan dari sistem
kerja kalsium sendiri, itu yang membuat mekanisme dari kalsium dalam tubuh
terganggu( Alan R Gaby, 2006). Sehingga ketika mengonsumsi metformin
sebaiknya mengonsumsi asam folat, vitamin B12, dan suplementasi kalsium
untuk meningkatkan homosistein darah (Watson, 2013).
c. Folavit
Apabila

mengkonsumsi

penyerapan.

Beberapa

bersama

penelitian

makanan
menyatakan

akan

sedikit

bahwa

menurunkan

teh

hijau

dapat

menghambat kerja folat dalam tubuh akan menyebabkan defisiensi asam folat
(Medicine plus, 2010). Obat dikonsumsi sebelum dan sesudah makan, kemudian
kontraindikasi dengan terapi jangka panjang pada defisiensi cobalamin yang tidak
diobati(RADAR, 2005).
d. Glibenklamid
Glibenclamide merupakan sulfunilurea. hindari alcohol karena alcohol dapat
menyebabkan hipoglikemi. Glibenklamid memiliki efek hipoglikemik yang poten
sehingga pasien perlu diingatkan untuk jadwal makan yang ketat (Depkes, 2005).
Kemudian

glibenklamid

juga

dapat

meningkatkan

sekresi

ADH,

sehingga

menyebabkan hiponatremi (Sukandar, 2008).


e. Neurobion
Pemberian vit B6 dosis tinggi dapat mengurangi kerja levodopa(Sandar Myaing
Co, 2009 hal 1). Suplemen ini berinteraksi dengan zar dalam teh, yaitu tannin.
Tannin ini dapat mengikat vitamin dan mineral yang masuk dalam tubuh
(Sukandar, 2008).
f.

Metokclopramid
Metoclopramid bisa juga menyebabkan hypogeusia. Konsumsi grape fruit dan
buah

buahan

jeruk

memiliki

interaksi

farmakokinetik

yaitu

dengan

meningkatkan bioavabilitas obat sehingga efek samping obat meningkat (Boulatta


dan Vincent, 2004).
g. Pemberian insulin pada pasien GDM
Tidak ada rekomendasi yang jelas mengenai kada gula darah target sebelum
diperbolehkan diberikan insulin. Sebuah penelitian menyarankan 2 minggu
setelah diberikan managemen diet dan apabila ketika terget gula darah normal
belum dapat dicapai debgan diet (sugiyama, 2011 ; srinivasa, 2012).
22
Bisa diberikan pada pasien dengan terapi diet yang ketia kadar gula darah 1
jam setelah mkana > 130 - 140 mg.dl, 2 jam setelah makan > 120 mg/dl atau fpg
>95 mg/dl (acog, 2010 dalam srinivasa, 2012).
Insulin dapat langsung diberikan jika ibu menderita

DM tipe 1 sebelum

kehamilan (Depkes, 2005). Penderita GDM yang sebelum kehamilan memerlukan


insulin, diberikan insulin dengan dosis yang sama seperti sebelum kehamilan
sampai didapatan tanda-tanda perlu ditambah atau dikurangi (Detiana, 2010).

Bagaimana asuhan gizi yang sesuai dengan kondisi pasien?


Assessment dan Diagnosa

Data assessment
Antropometri

Sintesa data

Diagnosa gizi

BB sblm lahir = 76 IMT dengan BB sblm hamil = NC 2.2 Perubahan nilai


kg

32,47 (Obesitas)

lab disebabkan oleh GDM

BB saat ini = 81 kg

Status gizi bisa ditentukan

ditandai

TB = 153 cm

dari

GDP, dan GD2JPP tinggi

LILA = 34 cm

badan ibu hamil juga bisa

pertambahan

berat

dengan

BSN,

menggunakan Hb.

Inadekuat

Berdasarkan penambahan

disebabkan karena pasien

berat

tidak menyukai sayuran

badannya

(5kg),

penambahan berat badan

dan

selama

kehamilan

ditandai

obese

kurang

pada
sesuai.

konsumsi

fiber

intake

buah-buahan
dengan
bayam

Penambahan berat badan

wortel,

tidak

2x/minggu @25gram

sesuai

hiperemesis
yang kurang

dan

karena

kangkung

dan
1-

asupan
Keditakcukupan intake
oral disebabkan mual

23

muntah

berlebihan

ditandai dengan hasil

Biokimia
BSN = 252 mg/dl

recall
berat

yang

deficit

GDP = 212 mg/dl

Kurang

BSN (tinggi)

ibu GD2JPP (tinggi) karena >200 berolahraga

GDP

hamil

pernah <65 kg

mg/dl
Fisik klinis
Tekanan

darah

ditandai

dengan Berat Badan tidak

95-105 mg/dl

fisik

disebabkan karena malas

GD2JPP = 325 mg/dl GDP (tinggi)


Target

aktivitas

Kurang

pengetahuan

disebabkan

oleh

tidak

pernah

pasien

mendapat

110/80

edukasi ditandai dengan

Nadi = 80x/menit

pemilihan

RR = 20x/menit

pengolahan yang kurang

Suhu = 360 C

tepat

compos Lemah (+)


mual (+)

Keadaan
mentis
lemah (+)

muntah (+)

mual (+)

pusing (+)

muntah (+)

dada terasa panas (+)

pusing (+)

nafsu makan menurun

dada terasa panas


(+)
nafsu

makan
Px terbiasa minum teh manis

menurun

1-2 gelas dgn gula 60 gram


tingginya

Dietary
Pasien

terbiasa

Makanan

pokok

putih

3-5

sdm/makan)
Lauk hewani (telur,
ayam

2x/minggu

1@50

gram)
Lauk

nabati

kenaikan GD
,

makan 2-3x/hari

daging,

KH

sederhana menyebabkan

Dahulu :

(nasi

konsumsi

(tahu

tidak

begitu

menyukai

sayuran,

konsumsi

dengan

cara

sehari

pengolahan

digoreng dan disantan


konsumsi minuman berenergi
1x 24 perminggu,
minuman
berenergi bisa meningkatkan
GD karena menggunakan gula
sederhana dan gula buatan.
konsumsi

buah

dan

sayur

makan

dan

atau tempe setiap

sedikit, proses penggorengan

hari @50 gram)

obese

Tidak

begitu

menyukai

sayuran

(bayam,

wortel,

kangkung

1-

2x/minggu

@25

gram)
Cara

pengolahan

makanan

yang

sering

digunakan

adalah

ditumis,

digoreng,

dan

disantan
Buah

(pasien

menyukai

pepaya

dan

pisang

2x/minggu

@100

Deficit berat

gram)
Pasien

terbiasa

minum teh manis 12 gelas/hari dengan


penambahan

gula

60 gram dan susu


ibu

hamil

1x/hari

@200cc
Mengkonsumsi
minuman berenergi
1x/minggu
Sekarang
Recall
Energy : 986 kkal =
42,4%
KH : 152 gr = 43,9
%

25

Lemak : 29 gr =
56%
Protein : 33 gr =
28%
Client history
kurang

AF, kurang

edukasi

Perhitungan kebutuhan pasien


Kebutuhan energi untuk pasien obesitas dengan GDM adalah 25 - 30
kkal/kgBB. Untuk pasien di skenario ini menggunakan 25 kkal/kgBB dengan
penambahan 300 kkal sesuai prinsip dari AKG.
1) Energi = (25 kkal/kgBB x BB sekarang) + 300 kkal
= (25 kkal/kgBB x 81 kg) + 300 kkal
= 2325 kkal (Reader, 2007)
2) KH : 60% (KH kompleks 55%, 5% KH sederhana)
KH sedernaha hanya 5% dari kebutuhan (Depkes RI 2006 hal 29)
= (60% x 2325) : 4
= 348,75 gram
3) Protein = 20%
= (20% x 2325) : 4
= 116,25
4) Lemak = 20%
= (20% x 2325) : 9
= 51,67%
b. Intervensi yang sesuai untuk pasien
ND1.1 General Of Health Full Diet (memberikan porsi kecil tapi sering,
hindari berlemak dan merangsang mual dan muntah).
NE1.1 Nutrition Education Content (mengedukasi pasien mengenai pola
makan yang tepat sesuai dengan kondisinya).
ND3.2 Vitamin and Mineral ( memperhatikan jumlahnya sesuai kebutuhan
26
pasien).
RC1 peningkatan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya.
Intervensi yang diberikan dalam bentuk preskripsi diet dan edukasi gizi yang
dijelaskan sebagai berikut :
1) Preskripsi Diet

Tujuan

Mencegah penyakit koplikasi

Mencukupi intake oral

Menyeimbangkan cairan dan elektrolit

Menurunkan kadar gula darah mendekati normal dan mencegah


katabolisme

Prinsip
Low GI, Tinggi serat
Syarat

Kebutuhan Zat Gizi Makro


a) Energi = (25 kkal/kgBB x BB sekarang) + 300 kkal (jumlah
penambahan energy pada usia Trimester ke-3 kehamilan)
Energi = (25 kkal/kgBB x 81 kg) + 300 kkal
= 2325 kkal (Reader, 2007)
b) Protein 20%

= 116,25 gr

c) Lemak 20%

= 51,67 gr

Lemak yang diutamakan adalah Omega 3


d) KH 60% dengan rincian KH kompleks 55%, 5% KH sederhana

KH Kompleks = (55% x 2325 kkal) : 4

= 319,7 gram

KH sederhana = (5% x 2325 kkal) : 4

= 29 gram

Sumbr zat gizi yang baik diberikan pada pasien dengan hiperemisis
gravidarum adalah protein sehingga makanan yang baik digunakan
adalah makanan yang tinggi protein.

Pembagian porsi makanan sehari


Jumlah porsi kecil tapi sering. Makan utama 3 kali, snack 3 kali
a) Makan utama :
-

Pagi

= 20% x 2325 = 465 kkal

Siang

= 30% x 2325 = 697,5 kkal

Malam = 25% x 2325 = 581,25 kkal

b) Snack :
-

Snack pagi = 5% x 2325

= 116,25 kkal

Snack siang

= 10% x 2325 = 232,5 kkal

Snack malam

= 10% x 2325 = 232,5 kkal


27
(Who dan Kemenkes, tanpa tahun)

5) Distribusi karbohidrat untuk pasien GDM


a) Makan pagi

= 1 2 porsi atau 15 30 gram karbohidrat

b) Makan siang dan malam = 3 4 porsi karbohidrat atau 45 60 gram)


c) Snack = 1 2 porsi atau 15 30 gram karbohidrat

(Grup Health Cooperative, 2011; Queensland Health, 2009).


6) Jenis karbohidrat yang dapat digunakan
Jenis karbohidrat yang dapat digunakan adlaah karbohidrat komplek
dan karbohidrat sederhana dengan masing masing persentase 55%
dan 5% dari TEE yaitu 319,7 gram dan 29 gram perharinya
7) Jangka waktu diet diberikan
Diet ini diberikan ketika pasien masih dalam kondisi GDM dan
hiperemesis gravidarum, karena diet ini dikhususkan untuk pasien
ketika

mengalami

GDM

dan

hiperemesis

gravidarum.

Setelah

postpartum tidak perlu melakukan diet ini, karena dimungkinkan pasien


sudah tidak mengalami GDM dan hiperemesis gravidarum. Namun jika
kadar gula darah pasien tetap tinggi, dapat menggunakan diet DM.
8) Zat gizi mikro yang diperlukan
Zat gizi mikro yang diprioritaskan pada pasien Ny. Al
a) Antioksidan: seperti vitamin C (85 mg/hari) dan E (15 mg/hari) agar

tidak menimbulkan stres oksidatif dan melindungi agar tidak terjadi


komplikasi pada pasien tersebut
b) Asam folat (600 mcg/hari) dan zat besi (27 mg/hari) digunakan untuk

mencegah kelahiran cacat dan untuk menurunkan homosistein, serta


mencegah terjadinya cardiovaskuler, serta untu pembentukan sel
darah merah.
c) Vitamin B 1 (1,4 mg/hari), B6 (10-25 mg dikonsumsi setiap 8 jam),

B12 (2,6 mcg/hari) berperan mencegah agar tidak terjadinya


neuropati pada pasien

Kalium (4,7 g/hari), magnesium (350 mg/hari), seng (11 mg/hari) dan
kromium (1.000 mcg/hari) dapat membantu dalam mentolerir
karbohidrat (American Diabetes Association, 2004 ; Sudaryani, 2010 ;
Gunawan 2011 ).

Jumlah zat gizi mikro yang diharapkan terpenuhi

Natrium 1,5 gr/hari

Fosfor 0,7 gr/hari

Yodium 200 mcg/hari

Vitamin A 770 mcg/hari

Vitamin D 5 mcg/hari
28

Vitamin K 90 mcg/hari

Riboflavin 1,4 mg/hari

Niacin 18 mg/hari (Reader, 2007).

9) Jenis serat yang dapat diberikan

Serat

yang

diutamakan

adalah

serat

larut

karena

mambantu

mengontrol kadar gula darah. anjurann serat 25 g/hari, untuk menolong


dengan menghambat penyerapan lemak. Serat yang tidak dapat
dicerna akan membantu atasi lapar tanpa resiko. Buah dan sayur
merupakan smber serat yang kaya akan vitamin dan mineral. (Depkkes
RI, 2005).
10)

Kebutuhan cairan pasien

Kebutuhan cairan pasien 30ml/kgBB yaitu 2430 ml atau 2,4 liter/hari.

2) Edukasi gizi
-

Definisi GDM, terapi nutrisi, penggunaan obat, mencegah dan

mendeteksi komplikasi akut dan kronis, target hidup sehat, penyesuaian


psikososial
-

Makanan yang dianjurkan


Sumber Fe (sayuran hijau, brokoli, bayam, daging) , Sumber kalsium
(susu dan olahannya),
Low GI (jagung, sereal,gandum, susu low fat). (Rae dkk, 2013 ; NICHD,
2004)

Makanan yang tidak dianjurkan


Gula sederhana (sirup, buah kaleng), minuman
berkafein dan beralkohol, makanan atau minuman asam (escott-stump,
2012) (Krause , 2004)

Makanan dibatasi
Gula sederhana (gula pasir), high GI (roti putih,
nasi putih, rice milk, semangka)(Krause, 2004)(Rae dkk, 2013 ; NICHD,
2004)

Aktivitas fisik
Jalan (15-30 menit), berenang, terapi ibu hami, yoga, low inpact exercise
(Rae dkk, 2013 ; NICHD. 2004).
Senam hamil, terapi gerak untuk mempersiapkan ibu hamil secara fisik
dan mental (prasetyo, 2009).
Pemanasan sebelum olahraga 5-10menit dg waktu olahraga 30 menit.
Dilakukan 3x/minggu. Diperhatikan juga pemberian obat dan aktivitasnya
29

c.

Monitoring dan Evaluasi

Data yang dilihat


Penambahan BB
Nilai Lab :

Frekuensi
Setiap minggu

Target
0,34 0,5 kg/minggu

Gula darah

Setiap hari sebelum

Normal dan

makan dan sebelum

dipertahankan

Keseimbangan cairan

tidur

Normal

dan elektrolit

Setiap hari

Tanda-tanda vital dengan

Setiap hari

pengecekan fisik
Intake energi dan
makronutrien
Pengetahuan

Normal dan
dipertahankan

Setiap hari

Terpenuhi 90% dilihat

Setiap hari

dari hasil recall


Bertambah 90% dilihat
dari wawancara
informal tentang
pemilihan bahan
makanan dan cara
pengolahan yang tepat
serta kepatuhan

Pemeriksaan frekuensi

Setiap hari

dan intensitas mual

terhadap diet
Intake makan sehari
dapat dihabiskan

muntah dan nafsu


makan

30

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


A. KESIMPULAN
Gambaran umum dari Gestastional DM dan hiperemisis gravidarum
a) Gestastional Diabetes Melitus
Selama masa kehamlan, terjadi peningkatan beberapa hormone hormone
dalam tubuh yang berguna dalamertumbuhan dan perkembangan janin.
Hormone hormone ini mengakibatkan peningkatan gula darah pada ibu hamil
yang berfungsi untuk memastikan bahwa gula darah ibu tidak di bawah normal
pada masa kehamilan. Peningkatan gula darah ini harus diimbangin dengan
produksi insulin yang cukup untuk mencegah terjadinya diabetes. GDM terjadi
jika tubuh tidak bisa mengimbangi dalam produksi insulin atau tubuh
mengalami

resistensi

insulin. Sehingga yang menjadi

penyebab utama

terjadinya GDM adalah perubahan hormone saat kehamilan dan pancreas yang
tidak bisa memproduksi cukup insulin untuk mengkompensasi peningkatan gula
darah. Tanda dan gejala dari GDM sendiri hamper menyerupai Diabetes mellitus
biasa. Yaitu sering hauh, sering BAK, mual dan kelelahan serta GDP 92 mg/dl,
GD1JPP 180 mg/dl, GD2JPP 153 mg/dl. Penegakan doagnosa untuk GDM
ada berbagai macam cara yaitu TTGO (Tes Toleransi Glukosa Oral), Menurut
Osulivan dan Mahan, Menurut WHO, Menurut American Collage Of Obgyn,
Menurut Asean study Group of Diabetes in Pregnancy (ASGOIP) dan Menurut
Endrokinologi Indonesia. Keenam cara ini secara garis besar sama. Yang
membedakan adalah adanya prose skrining atau tidak pada ibu hamil yang
akan dilakukan tes. Secara umum, tes yang dilakukan dengan pemberian
sejumlah glukosa kemudian mengukur gula darah puas, gula darai 1 jam
setelah makan, 2 jam setelah makan dan 3 jam setelah makan. Cut off untuk
masing masing teori berbeda beda tetapi perbedaanya tidak terlalu jauh.
b) Hiperemesis Gravidarum
Penyebab terjadinya hiperemisis gravidarum masih belum diketahui. Tetapi ada
beberapa penelitian melihat ada 2 mekanisme dasar terjadinya hiperemisis
gravidarum, yaitu adanya perubahan hormone pada masa kehamilan dan
adanya infeksi Helicobacter pylori. Peningkatan kadar hormon hCG akan
menginduksi ovarium untuk memproduksi estrogen yang dapat merangsang
mual dan muntah. Progesteron juga menyebabkan mual dan muntah dengan
cara menghambat motilitas lambung dan irama kontraksi otot-otot polos
lambung. Penurunan kadar 31
thyrotropin-stimulating hormone (TSH) pada awal
kehamilan juga berhubungan dengan hiperemesis gravidarum meskipun
mekanismenya

belum

jelas.

Helicobacter

pylori

dapat

menyebabkan

hiperemesis gravidarum. H. pylori menginfeksi lambung yang akhirnya dapat


menyebabkan

hipergastremia

kronis,

yang

menstimulasi

sekresi

asam

lambung, serta menyebabkan ulkus. Adanya peningkatan asam lambung


mengakibatkan timbulnya hipermeresis gravidarum dengan tanda gejala mual
dan muntah secara berlebihan. Tanda dan gejala hiperemisis gravidarum dibagi
ke dalam 3 tingkatan sesuai keparahannya. Dan tingkat ke-3 adalah yang
sangat jarang ditemui.
2. Interaksi obat dan makanan yang dikonsumsi pasien pemberian insulin yang tepat
bagi penderita gestastional DM
a. Ranitidine
Obat yang menghambat sekresi HCl di lambung sehingga sebaiknya hindari
minuman bersoda karena memicu keluarnya asam lambung. Ketika mengonsumsi
ranitidine harus membatasi makan makanan yang beralkohol, kafein, serta
makanan atau minuman asam karena dapat mengiritasi lambung.
b. Metformin
Merupakan obat hipoglikemi sehingga hindari kafein karena menyebabkan
hiperglikemi. Selain itu metformin dapat menyebabkan peningkatan asam laktat
dalam darah setelah konsumsi alcohol dan grape fruit. Mengkonsumsi metformin
dalam jangka panjang dapat menghambat

dan menurunkan asam folat dan

vitamin B12. Sehingga


c. Folavit
Apabila

mengkonsumsi

penyerapan.

Beberapa

bersama

penelitian

makanan
menyatakan

akan

sedikit

bahwa

teh

menurunkan
hijau

dapat

menghambat kerja folat dalam tubuh akan menyebabkan defisiensi asam folat.
Terapi jangka panjang dapat menyebabkan defisiensi cobalamin.
d. Glibenklamid
Glibenclamide merupakan sulfunilurea. hindari alcohol karena alcohol dapat
menyebabkan hipoglikemi. Glibenklamid memiliki efek hipoglikemik yang poten
sehingga pasien perlu diingatkan untuk jadwal makan yang ketat.
e. Neurobion
Suplemen ini berinteraksi dengan zar dalam teh, yaitu tannin.
f.

Metokclopramid
Konsumsi grape fruit dan buah buahan jeruk memiliki interaksi farmakokinetik
yaitu dengan meningkatkan bioavabilitas obat sehingga efek samping obat
meningkat .
g. Pemberian insulin pada pasien GDM
32
Tidak ada rekomendasi yang jelas mengenai kada gula darah target sebelum
diperbolehkan diberikan insulin. Bisa diberikan pada pasien dengan terapi diet
yang ketia kadar gula darah 1 jam setelah mkana > 130 - 140 mg/dl, 2 jam
setelah makan > 120 mg/dl atau fpg >95 mg/dl (acog, 2010 dalam srinivasa,

2012). Dapat langsung diberikan jika ibu menderita

DM tipe 1 sebelum

kehamilan.
3. Asuhan gizi untuk pasien
a. Assessment
Status gizi pasien obesitas disebabkan oleh pola konsumsi pasien terdahulu
yaitu kurang asupan serat dan banyak mengkonsumsi karbohidrat sederhana.
Penambahan berat badan selama kehamilan dibawah dari standar yang
ditetapkan dikarenakan pasien membatasi asupannya setelah mengetahui nilai
gula darah yang tinggi. Nila GDP, GD2JPP dan BSN pasien tinggi dikarenakan
GDM yang di derita pasien. Nilai fisik klinis pasien normal dengan ada keluhan
berupa mual, muntah, lemas yang disebabkan karena kekurangan energy
karena hiperemesis gravidarum dan GDM serat dada terasa panas hal ini di
dukung dengan hasil recall yang menunjukkan asupan energy, karbohidrat,
protein dan lemak deficit berat.
b. Diagnose
Diagnose yang dapat ditegakkan adalah Keditakcukupan intake oral disebabkan
mual muntah berlebihan ditandai dengan hasil recall yang deficit berat
c. Intervensi
Intervensi yang diberikan adalah
ND1.1 General Of Health Full Diet (memberikan porsi kecil tapi sering,
hindari berlemak dan merangsang mual dan muntah).
NE1.1 Nutrition Education Content (mengedukasi pasien mengenai pola
makan yang tepat sesuai dengan kondisinya).
ND3.2 Vitamin and Mineral ( memperhatikan jumlahnya sesuai kebutuhan
pasien).
RC1 peningkatan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya.
d. Monitoring dan evaluasi
33
Penambahan BB
Tanda-tanda vital dengan pengecekan fisik
Nilai Lab :
- Gula darah

- Keseimbangan cairan dan elektrolit


Intake energi dan makronutrien
Pengetahuan
Pemeriksaan frekuensi dan intensitas mual muntah dan nafsu makan

B. REKOMENDASI
Skenario klinik pada week 6 ini mampu mengingatkan kembali dan memberikan
pengetahuan mengenai bagaimana cara memberikan asuhan gizi untuk ibu hamil
yang terkena hiperemisis gravidarum dan gestastional DM. Sebelumnya skenario ini
cukup menjebak mahasiswa karena dibagian akhir scenario tidak terdapat kata
kunci untuk menunjukkan tujuan dari scenario ini.

34

DAFTAR PUSTAKA
Grup health cooperative. 2011. Gestational diabetes screening and treatment guidline
Umiyarni, Dyah. Diabetes Mellitus
Rudi, M.mukhlis. 2006. Pengaruh pemberian cairan RL dibandingkan NaCl 0,9% terhadap
keseimbangan asam basa pada pasien sectio caesaria dengan anestesi regional.
SEMARANG: UNDIP
WHO.2013. Diagnostic criteria and classification of hyperglicemia in prrgnancy
NORD. Hyperemesis gravidarum
American

Diabetes

Association.

January

2004.

Nutrition

Principles

and

Recommendations in Diabetes. Diabetes Care. Volume 27. Supplement 1


Cardaropoli, Simona et al. 2014. Helicobacter pylori and Pregnancy-Related Disorders.
World J Gastroenterol, 20 (3): 654-664.
Catalano, Julie. 2000. The Womens Pharmacy: An Essential Guide to What Women
Should Know about Prescription Drugs. New York : Dell Publishing.
Detiana, Prilia. 2010. Hamil Aman dan Nyaman di Atas Usia 30 Tahun. Yogyakarta :
Media Pressindo.
Dewi DAPR. 2012. Pemeriksaan Kadar Gula Darah Sewaktu pada Masyarakat Dusun
Samu Mambal Kabupaten Badung. Tidak diterbitkan,

Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana, Denpasar.


Gaby, Alan R. 2006. A-Z guide to drug-herb-vitamin interactions. Three Rivers Press. New
York
Moore, Tom. 2008. Living Safely with High Blood Glucose Sugar: Your Guide to
Hyperglicemia. USA : Lobby Thornton.
Neal, Michael J. 2006. At A Glance: Farmakologi Medis Edisi Kelima. Jakarta : PT Gelora
Aksara Pratama.
Queensland Health. 2009. Healthy Eating for Geastational Diabetes Mellitus. Australia :
Queensland Government.
Reader, Diane M. 2007. Medical Nutrition Therapy and Lifestyle Intervention. Diabetes
Care, 30 (2): S188-S193.
Saadallah, Nabil M. 2013. Assessment of Helicobacter pylori Infection as Risk Factor for
Type Diabetes Mellitus in Gaza Strip. Tidak diterbitkan, Faculty of Medicine The
Islamic University of Gaza.
Watson, Ronald R dan Victor R Preedy. 2013. Bioactive Food as Dietary Intervention for
Dabetes. USA : Academic Press.
35
Yasa ACAR. 2012. Hubungan antara Karakteristik
Ibu Hamil dengan Kejadian Hiperemesis
Gravidarum di RSUD Ujungberung pada Periode 2010-2011. Tidak diterbitkan,
Fakultas Kedokteran Universitas Islam, Bandung.
Ganathipan, Bharathi. 2011. Profil Tingkat Pengetahuan Mahasiswa FK USU Stambuk
2008 tentang Diabetes Gestasional. Medan : USU

Rae, Anne dkk. 2013. Healthy Eating for Gestational Diabetes. Australia : Women and
Newborn Health Service
NICHD. 2004. Managing Gestational Diabetes. [online] dari http://www.nichd.nih.gov [28
Maret 2015]
IDNT
Khoesoema, Emelya. 2013. Pra Rancangan Pabrik PEmbuatan Sodium Laktat dari Molase
dengan Kapasitas Produksi 1800 ton/tahun. Medan : USU
Escott-stump, Sylvia. 2012. Nutrition and Diagnosis - Related care - seventh edition.
North carolina: Wolters kluwer
Sandar Myaing Co, 2009. Neurobion (Vitamin B Complex). Jakarta
Gunawan, dkk. 2011. Diagnosis dan Tata Laksana Hiperemesis Gravidarum. J Indon Med
Assoc, Vol. 61, No. 11
Athriyah, umi, et.al. 2014. Profil Informasi Obat pada Pelayanan Resep Metformin dan
Glibenklamid di Apotek Wilayah Surabaya
WHNS. 2013. Healthy eating for Gestational Diabetes
Medicinus. 2014. DM type 2 & Tatalaksana terkini
Mursilah, Hilyah, et.al. 2012. Referat Diagnosis dan Tatalaksana Diabetes Melitus
Gestational
WHO dan Kemenkes RI. Buku Saku Asuhan Gizi di Puskesmas. Jakarta
Depkes RI. 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Mellitus. Direktorat Bina
Farmasi Komunitas dan Klinik
Joslin Diabetes Center and Joslin Clinic. 2005. Guideline for Detection and Management
of Diabetes in Pregnancy
Kaaja, Risto dan Tapani Ronnemaa. 2008. Gestational Diabetes: Pathogenesis and
Consequences to Mother and Offspring. Review of Diabetic Studies Vol. 5 No. 4.
Tan, Peng C., Reena Jacob, Kia F. Quek, dan Siti Z. Omar, 2007. Pregnancy outcome in
hyperemesis gravidarum and
the effect of laboratory clinical indicators of
hyperemesis severity. Journal Compilation Obstetrics Gynaecology Res. Vol. 33, No. 4:
457464. Japan Society of Obstetrics and Gynecology.
Boulatta, Joseph I. dan Vincent T. Armenti. 2004. Handbook of Nutrient and Drug
Interaction. New Jersey: Humana Press.
Depkes. 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Mellitus. Dirjen Bina
Kefrmasian dan Alat Kesehatan.
Sugiyama, Takashi.2011. Management36
Of Gestasional Diabetes Mellitus. JMAJ Vol 54 (5)
Ecu Family Medicine.2007. You And Gestasional Diabetes
Falluca, Francesco.1997. Pathophysiology Of Diabetes In Pregnancy. Ann 1st, Super
Sanita Vol 33(3) :353-360
Gunawan, Kevin Dkk. 2011. Diagnosa Dan Tatalaksana Hiperemesis Gravidarum. Journal

Of Indonesia Medical Association Vol 61(11)


Gaby, R. Alan. 2006. A-Z Guide To Drug-Herb-Vitamin Interaction Revised And Expanded
2nd Edition. Health Notes Publisher. New York
National Health Insurance Company-Daman (PJS).2015. Neurobion Indications. Abu
Dhabi

37

TIM PENYUSUN
A. KETUA
REDY AMUKTI

(125070300111050)

B. SEKERTARIS
MAULIDATUL KHASANAH

(125070301111020)

DESAK MADE TRISNA ULANDARI

(125070301111002)

C. ANGGOTA
ZUNIA NGESTI RACHMAWATI (125070300111005)
DEWI NOORSYALI HANDAYANI (125070300111006)
FINDY SIRATU PUTRI

(125070300111012)

RIZKI SATRIA AVICENA

(125070300111023)

AFRIELIA LAILY W

(125070300111032)

VIVIAN DEVI EKA E

(125070300111043)

RIZKA AYU RIFDAH I

(125070300111047)

SOFIE AYU MISRINA

(125070301111001)

RACHMI FARICHA

(125070301111005)

MONISKA DWIJANTI LUKIS

(125070302111001)

RUDI NURYADI

(125070307111002)

D. FASILITATOR
Wididarma A.
E. PROSES DISKUSI
1. KEMAMPUAN FASILITATOR DALAM MEMFASILITASI

Mampu mengarahkan berjalannya diskusi mahasiswa agar fokus pada


kompetensi dan skenario.

Mampu membantu mahasiswa dalam menggali dan memecahkan masalah


yang terdapat dalam skenario.

Mampu membantu mahasiswa untuk berpikir kritis dalam menanggapi


masalah pada skenario.

38
Mampu mendampingi mahasiswa dalam melakukan diskusi dengan lancar dan
mengarahkan apabila topik pembahasan mulai menyimpang.

2. KOMPETENSI/HASIL BELAJAR YANG DICAPAI OLEH ANGGOTA DISKUSI

Mahasiswa

mampu

memahami

keterkaitan

antara

penyakit

GDM

denganhiperemesis gravidarum.

Mahasiswa mampu memahami penyebab dan alasan mengapa nilai-nilai


biokimia terjadi ketidakabnormalan.

39

Anda mungkin juga menyukai