Anda di halaman 1dari 67

LAPORAN HASIL DISKUSI

PROBLEM-BASED LEARNING

PBL Blok Klinik 1


SKENARIO “NUTRI SANG DIETETIAN’
Minggu ke I
Tanggal 31 Agustus sd 5 September 2018

Grup : B

Binasari
Dedi Iskandar Putra
Desi Susanti
Dwi Suci Utari
Nurafiani
Retno Febrianti
Rin Rinawati
Sisvika Asniar
Stella Wulansari Tiri
Teguh Imanto
Wahyu Winariyanti

PROGRAM STUDI ILMU GIZI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITA BRAWIJAYA
MALANG
2018
DAFTAR ISI

Halaman

Daftar Isi .................................................................................................................................................... i

BAB I ISI
A. Kompetensi Yang Akan Dicapai ...................................................................................................................... 1
B. Skenario........................................................................................................................................................... 1
C. Daftar Unclear term ........................................................................................................................................ 1
D. Daftar Cues ..................................................................................................................................................... 1
E. Daftar Learning Objective ............................................................................................................................... 2
F. Hasil Brainstorming ......................................................................................................................................... 2
G. Hipotesis ........................................................................................................................................................ 34
H. Pembahasan Learning Objective ................................................................................................................... 35

BAB 2. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


1.1. KESIMPULAN ................................................................................................................................................ 61
1.2. REKOMENDASI ............................................................................................................................................. 62

BAB 3. REFERENSI ............................................................................................................................... 63

BAB 4. TIM PENYUSUN ........................................................................................................................ 65

i
BAB 1

ISI

A. KOMPETENSI YANG AKAN DICAPAI


1. Mengetahui perbedaan skrining gizi dan assessment gizi
2. Mengetahui tujuan skrining gizi
3. Mengetahui jenis skrining tools dan sasaran, tahapan, serat kekurangan dan kelebihan masing-
masing Tools?
4. Mengetahui yang melakukan dan kapan skrining gizi dilakukan?
5. Mengetahui syarat dan prinsip skrining tools?
6. Mengetahui yang menjadi komponen skrining gizi
7. Mengetahui yang menjadi etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala gizi buruk?
8. Mengetahui faktor penyebab gizi buruk
9. Mengetahui hubungan pneumonia dan gizi buruk?
10. Mengetahui tahapan assessment yang tepat untuk An. DY?
11. Mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing parameter assessment tersebut?
B. SKENARIO
Nutri adalah seorang dietesien di RS AB, saat ini sednag bertugas di Bangsal anak, yang berisi sekitar 30
pasien anak. Nutri harus memberikan asuhan gizi yang tepat dan sesuai untuk semua pasien yang berada
dalam bangsal tersebut. Nutritional screening dilakukan untuk menentukan prioritas pasien mana yang
mendapat asuhan gizi secara optimal.
Tanggal 31 Agustus, Nutri mendapat pasien baru An. DY laki-laki usia 13 tahun rujukan dari Rumah Sakit
daerah dengan diagnosa Penumonia penampilan fisik sangat kurus, iga gambang, kondisi lemah,
demam,batuk, dan sesak, Nutri harus dapat melaksanakan tugasnya sebagai dietesien dengan baik.

C. DAFTAR UNCLEAR TERM


1. Nutrition Screening
2. Nutrition Assesment
3. Penumonia
D. CUES
Ahli gizi mampu melakukan Skrining gizi dengan tools yang tepat dan melakukan assessment sebagai
tindak lanjut untuk yang pasien yang berisiko .

1
E. DAFTAR LEARNING OBJECTIVE
1. Apakah perbedaan skrining gizi dan assessment gizi
2. Apakah tujuan skrining gizi
3. Apa jenis skrining tools dan sasaran, tahapan, serat kekurangan dan kelebihan masing-masing
Tools?
4. Siapa yang melakukan dan kapan skrining gizi dilakukan?
5. Apakah syarat dan prinsip skrining tools?
6. Apakah yang menjadi komponen skrining gizi
7. Apakah yang menjadi etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala gizi buruk?
8. Apa faktor penyebab gizi buruk
9. Bagaimana hubungan pneumonia dan gizi buruk?
10. Bagaimana tahapan assessment yang tepat untuk An. DY?
11. Apa kelebihan dan kekurangan masing-masing parameter assessment tersebut?

F. HASIL BRAINSTORMING
Unclear Term :
1. Nutrition Screening
Vika :
Penapisan gizi, kegiatan memilah dan memilih populasi berdasarkan status gizi (Sanjaya, 2009)
Nurafiani :
Adalah suatu tindakan preventif menggunakan prosedur pemeriksaan yan terstandar yang
digunakan untuk mendeteksi atau mengidentifikasi pasien yang membutuhkan Intervensi (
Handayani, dkk. 2015 )
Retno :
Skrining gizi merupakan proses identifikasi individu yang malnutrisi atau yang beresiko malnutrisi
yang menentukan pengambilan proses asesmen (Mueller, 2011)
2. Nutrition Assesment
Stella :
penilaian keadaan gizi seseorang. Assessment dapat dilakukan secara antropometri, biokimia atau
konsumsi makanan (Sanjaya, 2009)
Dedi :

2
Merupakan Interpretasi Data yang diperoleh dari pengukuran Antropometri, Biokimia, Clinical,
Dietary, Ekologi .( Handayani D, dkk. 2009 )

Teguh :
Nutrition assessment adalah : langkah yang sistematis dengan tujuan mendapatkan,
memverifikasi, menginterpretasikan data yang dibutuhkan dalam rangka mengidentifikasi
masalah terkait gizi, penyebab dan implikasinya (Handayani D., 2014)
3. Pneumonia
Rin :
Menurut WHO, (2014) dalam Farida Y, dkk, (2017) Pneumonia adalah peradangan paru yang
menyebabkan nyeri saat bernafas dan keterbatasan intake oksigen, pneumonia dapat disebabkan
oleh bakteri, virus, dan jamur , dan dapat disebarkan dengan berbagai cara antara lain pada saat
batuk dan bersin .
Dedi :
Pneumonia : Peradangan paru yang sebagian besar disebabkan oleh virus, bakteri dan jamur, yang
menyebabkan nyeri saat bernafas dan keterbatasan intake oksigen. Pneumonia dapat disebarkan
dengan berbagai cara antara lain batuk dan bersin.( Farida Yeni, dkk. 2017 )
Wahyu :
Infeksi jaringan paru akut yang disebabkan bakteri, virus, jamur, bahan kimia atau kerusakan fisik
dari paru- paru ataupun pengaruh tidak langsung dari penyakit. (Anwar A dan Dharmayanti I.
2014)

CUES

Ahli gizi mampu melakukan Skrining gizi dengan tools yang tepat dan melakukan assessment
sebagai tindak lanjut untuk yang pasien yang berisiko .

3
PROBLEM IDENTIFICATION

1. Apakah perbedaan skrining gizi dan assessment gizi

Teguh :
Perbedaan Skrining dengan asesmen :
Skrining Asesmen
1. Mengidentifikasi faktor 1. Untuk menegakkan diagnosa
resiko 2. Lebih komplek data yg dikumpulkan
2. Mudah 3. Waktu lebih lama
3. Wahtu singkat 4. Banyak pengukuran/indikator
4. Pengukuran minimal 5. Hanya bisa dilakukan oleh tenaga yang
5. Bisa dilakukan oleh siapa saja terlatih dan kompeten
(Correia M, 2018)

Desi :

 Skrining gizi : Menurut ASPEN proses untuk mengidentifikasikan individu yang mengalami
malnutrisi atau beresiko malnutrisi untuk apakah perlu dilakukan pemeriksaan status gizi. Yang
lebih detail (handayani dkk, 2014)
 Assessment : merupakan interpretasi data yang diperoleh dari pengukuran dietary, Antropometri,
Biokimia, dan Klinis (Handayani dkk, 2014).

2. Apakah Tujuan Skrining Gizi


Wahyu :
Memperkirakan dampak yang disebabkan dari faktor gizi dan mengetahui pengaruh intervensi gizi
(Handayani D, dkk. 2015)
Dedi :
Tujuan Dilaksanakan Skrining Gizi : mengidentifikasi pasien yang beresiko malnutrisi, tidak beresiko
malnutrisi atau kondisi klinis yang meliputi Kelainan metabolic, hemodialisa anak, geriatric dengan
kemotrapi/radiasi, luka bakar, pasien dengan imunitas dan sakit kritis.
( Herawati, dkk. 2014 )
Dwi Suci :
Mengetahui tingkat resiko malnutrisi pasien baru sedini mungkin, sehingga pasien yang beresiko
malnutrisi dapat segera dikaji masalah gizinya dan mendapat intervensi gizi yang tepat, sehingga
status gizi pasien selama dirawat dapat diperbaiki dan tidak semakin memburuk

4
3. Apa Jenis Skrining Tools Dan Sasaran, Tahapan, Serat Kekurangan Dan Kelebihan Masing-Masing
Tools?
Skrining Tools Untuk Anak-Anak
1) STRONGKid
Stella :
Sasaran tools STRONGKids untuk anak usia 1 bulan – 16 tahun. STRONG kids meliputi 4
parameter : yaitu (1) Subjektive Global Assessment (SGA); (2) Penyakit dengan risiko tinggi; (3)
asupan gizi dan kehilanggannya; (4) kehilangan BB atau peningkatan berat badan yang kurang.
STRONG kids terdiri atas 4 penilaian dengan 1-2 poin untuk setiap item dan maksimal skor adalah
5.
a. Kelebihan :
- Cepat
- Mudah
- Dapat mendeteksi anak yang mengalami malnutrisi akut atau kronis
b. Kekurangan :
- Skor menggunakan kriteria kriteria pbjektif yang membatasi penerapannya.
(Citerawati, 2017)
Vika :
Tahapan STRONGKIDs yaitu dengan menggunakan 4 parameter sebagai berikut :
Apakah ada penyakit yang mendasari Ya = 2 Dijawab oleh
terjadinya malnutrisi/pembedahan tenaga
mayor? kesehatan
Apakah pasien dalam kondisi status gizi Ya = 2
buruk berdasarkan pemeriksaan klinis
secara subjektif?
Apakah hal-hal dibawah ini ditemukan Ya = 1 Dijawab
pada anak? orang
-Diare >5x/hari dan/ muntah >3x/hari tua/pengasuh
Penurunan asupan makan beberapa anak
hari terakhir
-Intervensi sudah ada sebelumnya
-Ketidakcukupan asupan gizi karena
sakit

5
-Apakah ada penurunan berat badan Ya = 1
atau tidak adanya penambahan BB
(bayi<1 tahun) selama beberapa
minggu/bulan terakhir
Interprestasi :
Total skor : 4-5 poin : Risiko tinggi
 Konsultasi ke dokter dan dietitian untuk tindak lanjut diagnosis lengkap dan
rekomendasi gizi
1-3 poin : risiko sedang
 Konsultasikan kepada dokter untuk diagnosis lengkap. Pertimbangkan intervensi gizi
dengan dietitian. Periksa BB 2x/minggu dan evaluasi risiko gizi tiap minggu. Bila perlu
konsultasikan dengan dokter spesialis untuk diagnosis lengkap
0 poin : risiko rendah
 Tidak ada intervensi gizi
(Susetyowati, 2014)

2) STAMP
Dedi :
TOOLS SASARAN KEGUNAAN KELEBIHAN KEKURANGAN
STAMP ANAK Alat Skrining Untuk Lebih Akurat Belum dapat
2-16 Tahun Penilaian Malnutisi dan tervalidasi diketahui secara
Pada Pediatri yang pasti penyebab
dibunakan pada anak terjadinya
6 – 12 Tahun malnutrisi pada
anak

STEP 1 STEP 2 STEP 3


DIAGNOSIS Nutritional Intake Weight And Height
Does the child have Use a Grow Chart Or The Centile
a diagnosis that has What Is The Child’s SCO Quick Referece Table To SCO
SCORE
any nutritional Nutritional Intake ? RE Determine The Child’s RE
implications ? Measurement
>3 Centile Spaces/ ≥ 3 Column
Defininitely 3 None 3 3
Apart or Weight < 2nd Centile
Possibly 2 Recently 2 >2 Centile Sapces/ = 2 Column 2

6
Decreased/poor Apart
0 to 1 centile spaces/ column
No 1 No Change/Good 0 0
apart

STEP 4
Overall Risk Of Malnutritions
Add The Scores From Step 1-3 Together To Calculate The
SCORE
Overall Risk Malnutritions
High Risk ≥4
Medium Risk 2–3
Low Risk 0–1

STEP 5
CARE PLAN
Develop a Care Plan Based On The Child’s Overall Risk Of Malnutritions
High Risk Medium Risk Low Risk
 Take Actions   Continues Routine Clincal Care
Monitor Nutritional Intake For
 Refer To a Dietitions, Nutritional 3 Days  Repeat STAMP Screening Weekly
Support Team or Consultant  Repaet STAMP Sscreening While Child Is An In-Patient
 Monitor As Per Care Plan After 3 Days  Amend Care Plan as Required
 Amend Care Plan as Reqired

Sumber : Central Manchester Univercity Hospitals. 2010

7
3) Pediatric Yorkhill Malnutrition Screening (PYMS)
Teguh :
Kelebihan : mampu mengklasifikasikan anak-anak yang mengalami resiko tinggi gangguan gizi
Kelemahan : tidak dapat mengenali anak yang mengalami kekurangan gizi
(Erawati, dkk, 2014)
Retno :
PYMS adalah skrining yang digunakan untuk mengidentifikasi anak-anak yang beresiko
malnutrisi.
Setting application : Rumah sakit
Sasaran : anak-anak usia 1-16 tahun
Parameter :
- IMT
- Riwayat Penurunan Berat badan
- Kondisi medis sekarang dihubungkan dengan status gizi pasien
- Perubahan asupan gizi
Tahapan :
Tiap parameter memiliki kategori skor maksimal 2, seluruh skor dijumlahkan & total skor
mencerminkan derajat resiko gizi pasien. (Moeeni and Day, 2012), (Gerasimidis et al., 2010).

4) Subjective Global Nutrition Assesment (SGNA)


Vika :
Digunakan untuk anak usia 30 hari – 17,9 tahun untuk menilai status gizi sebelum dan selama
dirawat di Rumah Sakit. Meliputi pemeriksaan medis yang fokus pada perubahan berat badan,
perubahan asupan makanan, adanya gejala-gejala gastrointestinal dan kapasitas fungsional.
Pemeriksaan medis terdiri dari tebal lemak subkutan, massa otot, adanya edema dan ascites.
Interprestasi :
Normal : pasien tumbuh dan mencapai berat badan normal, memiliki asupan makan yang cukup
tanpa gejala-gejala gastrointestinal, tidak ada atau hanya sedikit tanda fisik dari kurang gizi dan
menunjukan kapasitas fungsional normal.nilai normal hamper disemua kategori
Malnutrisi sedang : penilaian sedang hampir pada semua kategori
Malnutrisi berat : penilaian berat dihampir semua atau semua kategori dengan sedikit atau tidak
sama sekali tanda peningkatan gizi (Citerawati, 2017).

8
Retno :
Tambahan Kelebihan :
1. Cocok untuk anak dengan penyakit kronis
2. Spesivisitas dan prediktivitas tinggi
Tambahan kekurangan :
1. Butuh waktu lama (karena tes laboratorium)
2. Mahal
3. Sensitivitas Rendah
Sumber : (Moeeni and Day, 2012)
Stella :
Kekurangan :
- Lebih cocok untuk penilaian bukan penyaringan (Mooeni and Day, 2012)

Skrining Tools untuk Dewasa


5) Simple Nutrition Skrining Tools (SNST)
Rin :
Merupakan alat skrining gizi yang di gunakan untuk mengidentifikasi pasien dewasa yang beresiko
malnutrisi. Alat ini terdiri dari 6 pertanyaan yang memiliki nilai sensitivitas dan spesifisitas tinggi,
tidak melakukan pengukuran antropometri, dan penggunaan alat ini hanya membutuhkan waktu
singkat sekitar 3-5 menit per pasien.
Kelebihan : merupakan alat screening yang sederhana, cepat, valid, tidak memerlukan pengukuran
antropometri dan dapat digunakan untuk mendeteksi pasien yang beresiko malnutrisi di Rumah
Sakit.
Kelemahan : sulit mendapatkan data ketika individu sangat jarang atau tidak pernah memantau
berat badannya.
Tahapan:

Menjawab pertanyaan di form SNST yang terdiri dari 6 pertanyaan, jika jawaban “ya” maka diberi
skor 1 dan jika jawabannya “tidak” maka diberi skor 0.

Totalkan semua skor kemudian klasifikasikan menjadi:

 Jika skor 0-2 : tidak beresiko malnutrisi


 Jika skor ≥ 3 : beresiko Malnutrisi.

Contoh form SNST dibawah ini :


9
Nama pasien : Diagnosis :
No. RM : Usia :
Tanggal Masuk RS : Tanggal Skrining :
Bangsal : Jenis Kelamin :

FORMULIR SIMPLE NUTRITION SCREENING TOOL (SNST)


No. Pertanyaan Jawaban
(skor)
1. Apakah pasien terlihat kurus? a. Ya = 1
b. Tidak = 0
2. Apakah pakaian anda terasa lebih longgar? a. Ya = 1
b. Tidak = 0
3. Apakah akhir-akhir ini anda kehilangan berat badan a. Ya = 1
secara tidak sengaja ( 6 bulan terakhir ) ? b. Tidak = 0
4. Apakah anda mengalami penurunan asupan makan a. Ya = 1
selama 1 minggu terakhir? b. Tidak = 0
5. Apakah anda menderita suatu penyakit yang a. Ya = 1
mengakibatkan adanya perubahan jumlah atau jenis b. Tidak = 0
makanan yang anda makan?
6. Apakah anda merasakan lemah, loyo dan tidak a. Ya = 1
bertenaga? b. Tidak = 0
Total skor
KESIMPULAN
Skor 0-2 = Tidak beresiko malnutrisi
Skor ≥ 3 = Beresiko malnutrisi

Pelaksana :

6) Malnutrition Screening Tool (MST)


Desi :
MST ( Malnutrition Skrining Tools) tools yang dipergunakan untuk pasien dewasa, MST adalah
alat skrining yang lebih efektif dan efisien karena (waktunya bisa dilakukan 30 detik)karena tidak
melakukan penilaian Antropometri, dan nilai laboratorium , dan pertanyaannya juga lebih
sederhana, sehingga bisa dilakukan ke semua pasien, nilai sensitivitas dan spesifisitas juga lebih
tinggi yaitu 93-95% tapi kekurangan MST ini tidak bisa dikakukan pada pasien yang tidak
mengalami kesulitan berkomunikasi (Herawati dkk, 2014). Di Indonesia skrining gizi MST sudah
digunakan di rumah sakit yang sudah terakreditasi KARS Versi JCI (Herawati dkk, 2014)

Vika :

10
Terdiri dari 2 parameter :
1. Apakah anda kehilangan berat badan secara
a. tidak (skor 0)
tidak sengaja? Jika ya, berapa banyak (kg) anda
b. Ragu (skor 2)
kehilangan berat badan?
1-5 kg Skor 1
6-10 kg Skor 2
11-15 kg Skor 3
>15 kg Skor 4
Ragu Skor 2
2 Apakah anda mengalami penurunan asupan
Tidak (skor 0)
makan karena penurunan nafsu makan (atau
Iya (skor 1)
karena tidka bisa mengunyah dan menelan)
Skor >=2 : pasien mengalami risiko gizi kurang
(Citerawati, 2017)
7) Nutritional Risk Screening (NRS) 2002
Teguh :
NRS 2002 mengandung komponen gizi MUST disamping itu dilanjutkan penilaian tingkat
keparahan penyakit sebagai cerminan dari peningkatan kebutuhan nutrisi. 3 kriteria lanjutan
yang dimaksud meliputi :
a. Gangguan status gizi
b. Kegawatan penyakit
c. Usia > 70 tahun
Kelebihan : penilaiannya tidak tergantung pada IMT, cukup menggunakan perubahan berat
badan
Kekurangan : tidak dapat mengelompokkan risiko malnutrisi menjadi berat, sedang, ringan.
Hanya untuk mengetahui siapa yang harus mendapatkan intervensi segera. (maharani, 2014)
Retno :
Tambahan kelebihan :
1. Metode skrining terbaik untuk memprediksi komplikasi dan lama rawat inap
Tambahan kekurangan :
1. List penyakit dalam form skrining terbatas
Sumber : (Kondrup et al., 2003)
8) Malnutrition Universal Screening Tools (MUST)

11
Stella :

MUST adalah skrining gizi yang didesain untuk mengidentifikasi pasien yang berisiko malnutrisi.
MUST adalah skrining gizi untuk dewasa namun tidak tepat jika digunakan untuk melakukan
skrining pada defisiensi mikronutrien atau toksitas mikronutrien. MUST dapat digunakan untuk
semua kelompok pasien dengan berbagai jenis perawatan termasuk pola mkan yang salah (eating
disorders), masalah kesehatan mental dan penyakit kritis, pasien dengan gangguan cairan tubuh,
kehamilan dan menyusui. Selain untuk skrining pada rawat inap, MUST merupakan salah satu
skrining gizi yang bisa digunakan untuk komunitas. Parameter yang digunakan dalam MUST adalah
sebanyak tiga parameter. Parameter tersebut adalah BMI, persentase kehilangan berat badan dan
penyakit berat/serius (Citrawati, 2017).

a. Kelebihan :
- Realibilitas sangat baik
- Mempunyai kemampuan yang dapat diterima untuk meendeteksi kebutuhan untuk
penilaian gizi (charney, 2008)
b. Kekurangan
- Kurang cocok untuk intake energy
Tahapan
1 BMI pasien (kg/m²)
a. >20 (>30 obese) Skor 0
b. 18,5 – 20 Skor 1
c. <18,5 Skor 2
2 Presentase penurunan berat badan secara tidak sengaja
a. <5% Skor 0
b. 5-10% Skor 1
c. >10% Skor 2
3 Pasien menderita penyakit berat dan/atau tidak Skor 2
mendapatkan asupan makanan >5hari
Total skor skrining MUST ……..
Skor total 0 menunjukan pasien berisiko rendah, skor 1 menunjukan pasien dengan
risiko sedang dan skor >2 menunjukan pasien dengan risiko tinggi

Tahap 1. Menghitung BMI

12
IMT Score
>20 (>30  obese) 0
18,5 – 20 1
<18,5 2
Untuk menghitung BMI dibutuhkan data berat badan dan tinggi badan. Jika tidak memungkinkan
mendapatkan tinggi badan dan berat badan , maka menggunakan pengukuran alternative diantaranya
panjang ulna, tinggi lutu atau rentang lengan. Jika berat dan tinggi badan tidak dapat diukur atau
diperkirakan makan BMI dapat diestimasi menggunakan menggunakan linkar lengan atas. Berdasarkan
BAPEN (The British Association for Parenteral and Enteral Nutrition), 2016 bahwa :

a) Jika LILA ,23,5, maka mungkin BMI kurang dan 20 kg/m², yaitu subjek kemungkinan underweight
b) Jika LILA >32,0 cm maka mungkin BMI lebih dari 30,0 kg/m², yaitu subjek kemungkinan obes.

Tahap 2. Penurunan Berat Badan

Penurunan BB yang terjadi selama 3 sampai 6 bulan merupakan faktor risiko yang lebih serius
dibandingkan dengan BMI. Presentase penurunan BB dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

%Penurunan Berat Badan = (BBU – BBA/BBU) x 100

BBU merupakan berat badan 3-6 bulan lalu, BBA merupakan berat badan actual.

Cut off point :

Penurunan BB Skor
<5 % penurunan BB = normal 0
5 – 10 % penurunan BB = indicator awal peningkatan risiko 1
>10 % penurunan BB = signifikan secara klinis 2

Tahap 3. Adanya efek penyakit akut

Bila pasien mengalami/mempunyai penyakit akut dan tidak ada asupan makanan selama 5 hari atau lebih,
hal ini berarti pasien berisiko mengalami identifikasi pasien kanker yang mengalami malnutrisi atau akan
beresiko malnutrisi.

9) Prognostic Nutrition Index (PNI)

13
Vika :
Skrining gizi untuk mengidentifikasi risiko outcome setelah pembedahan. PNI menggunakan 4
indeks gizi yaitu serum albumin, serum transferin,lipat kulit trisep dan kelembapan hipersensitif
kulit (Citerawati, 2017). PNI menunjukkan risiko dinyatakan dalam persen (%) dari morbiditas
dan mortilitas individu pasca bedah (Susetyawati, 2014). Formulir PNI :
PNI(%)=158-(16,6 x ALB)-(0,78 x TSF) – (0,2 x TFN) –(5,8 x DCH)
Ket :
PNI = Prognostic Nutrition Index
ALB= Serum albumin Concentration (gr/dl)
TSF= Triseps skinfold (mm)
TFN= Transferin (mg/dl)
DCH= Delayed Cutaneus Hypersensitivity (0=nonreaktif;1=<5 mmreaktivitas, dan 2=>5 mm
reaktivitas)
Interprestasi sebagai berikut :
<40 % : risiko rendah
40-49,99% : risiko sedang
>=50 % : risiko tinggi
(Citerawati, 2017)
10) Subjective Global Assesment (SGA)
Retno :
Skrining gizi SGA merupakan alat yang digunakan untuk memeriksa riwayat dan pemeriksaan fisik
pasien untuk mengidentifikasi tanda dan gejala umum malnutrisi seperti perubahan fizik yang
dihubungkan dengan defisiensi mikronutrien (charney and marian, 2009).
Sasaran : Dewasa
Parameter yang dinilai :
1. Riwayat medis meliputi :
a) Perubahan berat badan
b) Perubahan asupan makan
c) Adanya gejala gastrointestinal
d) Kapasitas fungsional serta penyakit & hubungannya dengan kebutuhan gizi
2. Pemeriksaan fisik yang meliputi :
a) Lemak subkutan
b) Masa otot

14
c) Adanya odem dan ascites
(Harimawan and Hadi, 2011)
Binasari :

Skrining gizi SGA merupakan alat yang digunakan unuk memeriksa riwayat medis dan pemeriksaan
fisik pasien dewasa untuk mengidentifikasi tanda dan gejala umum malnurisi (Charney dan
marian, 2009).

Kelebihan :

1. Mengindenifikasi pasien yang malnutrisi (Herawati dkk, 2014)


2. Indikator yang baik untuk memprediksi lama rawat inap
3. Prediktor yang baik digunakan dalam penilaian status gizi
(Fina, Julistio n Harry, 2010)

Kekurangan (Herawati dkk, 2014) :

1. Waktu lama
2. Tidak efisien
3. Tidak ringkas
4. Hanya dilakukan ahli gizi
5. Tergantung pada nilai anroometri dan laboratorium
Interpretasi

Rank Interpretasi
A Gizi baik
B Malnutrisi sedang
C Malnutrisi berat
Citerawati dkk, 2017

Nurafiani :

Interpretasi SGA

15
Rank Interpretasi
A Gizi Baik
B Malnutrisi sedang
C Malnutrisi Berat
( Citerawati dkk, 2017)

Tambahan kelebihan :
1. Indikator yang baik dalam memprediksi lama rawat inap (Harimawan and Hadi, 2011)
2. Prediktor yang baik untuk digunakan dalam penilaian status gizi
Sumber : (Fina, Julistio and Harry, 2010)
Stella :
a. Kelebihan :
- Dapat mengidentifikasi pasien yang mengalami malnutrisi
b. Kekurangan
- Membutuhkan waktu yang lama
- Tidak efesien
- Tidak ringkas
- Hanya dapat dilakukan ahli gizi
- Tergantung pada nilai antropometri dan laboratorium
Skrining untuk Lansia
11) Mini Nutritional Assesment (MNA)
Dedi :
MNA Adalah Instrumen Untuk Mendeteksi Resiko berkembangnya kurang gizi pada tahap awal
karena mencakup aspek fisik dan mental yang juga sering mempengaruhi status gizi lansia
(Kondrup,J. 2003 )
Total skrining MNA terdiri dari 6 pertanyaan yang saling berkaitan. Skor maksimal 14 dengan
klasifikasi sbb :
- 0 – 7 Point : Malnutrisi
- 8 – 11 Point : Resiko Malnutrisi
- 12 – 14 Point : Normal
(Kondrup, J. Et.al.2003.
Nurafiani :
Parameter MNA

16
Nama : BB : TB :
Jenis kelamin : Usia: Tanggal :
A. Apakah terjadi penurunan asupan makan apakah terjadi asupan makan selama 3 bulan terakhir
berkaitan dengan penurunan nafsu makan, gangguan daluran cerna, kesulitan mengunyak atau
kesulitan menelan?
0 = penurunan nafsu Makan tingkat berat
1 = penurunan nafsiu makan tingkat sedang
2 = penurunan nafsu makan tingkat sedang
B. Penurunan baerat badan selama 3 bulan terakhir ?
0 = penurunan berat badan lebih dari 3 kg (6,6 lbs)
1 = penurunan berat badan tidak di ketahui
2 = penurunan berat badan antara 1 dan 3 kg (2,2 dan 6,6 lbs)
3 = tidak terjadi penurunan makan badan
C. Mobilitas
0 = hanya diatas kasur atau di kursi roda
1 = dapat beranjak dari kasur/kursi, tapi tidak mampu beraktifitas normal
2 = mampu beraktifitas normal
D. Menderita penyakit psikologis atau penyakit akut dlam 3 bulan terakhr ?
0 = ya b = tidak
E. Masalah neuropsikologis
0 = Demensia tingkat berat atau depresi
1 = Demensia tingkat sedang
2 = Tidak ada masalah psikologis
F1. Body Mass Index (BMI)
0 = BMI < 19
1 = BMI 19 -< 21
2 = BMI 21 - < 23
3 = BMI ≥ 23
Jika data BMI tidak tersedia, pertanyaan poin F1 dapat diganti dengan pertanyaan F2. Jangan mengisi
jawaban F2 jika pertanyaan untuk F1 sudah komplit.
F2. Lingkar betis dalam (cm)
0 = Lingkar betis < 31 cm
3 = lingkar betis ≥ 31

17
Skor skiring (sub total maksimal 14 point)
12 – 24 point = status gizi normal
8 - 11 point = beresiko malnutrisi
0 – 7 point = malnutrisi
Untuk assessment lebih mendalam, lanjutkan dengan pertanyaan G – R
G. Hidup mandiri (tidak sedang dalam perawatan di rumah atau di Rumah Sakit)
1 = ya
0 = tidak
H. Konsumsi lebih dari 3 resep obat dalam 1 hari
0 = ya
1 = tidak
I. Ada luka tekan atau ulkus pada kulit
0 = ya
1 = tidak
J. Berapa kali pasien makan dalam sehari
0 = 1 kali
1 = 2 kali
2 = 3 kali
K. konsumsi bahan makan spesifik unuk asupan protein
- ≤ 1 porsi makaan sumner protein atau protein atau produksi atau produksi susu ya tidak
(susu, keju, yogurt) dalam sehari
- ≥ 2 porsi kacang-kacangan atau telur dalam seminggu ya tidak
- Daging, ikan atau ungags setiap hari
0,0 = jika 0 jawaban ya
0,5 = jika 2 jawaban ya
1,0 = jika 3 jawaban ya
L. Konsumsi ≥ 2 porsi sayur atau buah setiap hari
0 = ya
1 = tidak
M. berapa banyak cairan (air putih, jus, kopi, the, susu) yang dikonsumsi per hari ?
0,0 = < 3, cangkir
0,5 = 3 – 5 cangkir
1,0 = > 5 cangkir

18
N. Cara pemberian makan
0 = tidak dapat makan tanpa bantuan orang lain
1 = makan sendiri dengan beberapa kesulitan
3 = makan sendiri tanpa kesulitan
O. Pandangan terhadap status gizi pribadi
0 = menganggap dirinya malnutrisi
1 = tidak pasti terhadap status gizinya
2 = menganggap dirinya tidak memiliki masalah gizi
P. Jika dibandingkan dengan orang lain pada tingkat umur yang sama, bagaimana pendapat
pasien terhadap status kesehatannya ?
0,0 = tidak cukup baik
0,5 = tidak tahu
1,0 = cukup baik
2,0 = lebih baik
Q. Lingkar Lengan Atas dalam (cm)
0,0 = LILA < 21
0,5 = LILA 21 – 22
1,0 = LILA > 22
R. Lingkar Betis dalam (cm)
0 = lingkar betis < 31 cm
1 = lingkar betis ≥ 31 cm

19
Tahapan Skrining secara Umum

Stella :

Pasien Masuk

Rawat Inap Rawat Jalan


Monev/ kontrol ulang

Skrining gizi Assessmen gizi


dan diagnosa gizi Intervensi gizi
Rujukan gizi
Rujukan gizi

Tidak berisiko
Skrining gizi Skrining ulang

Periodik

Beresiko
Assessmen Gizi

(PGRS, 2013)

4. Siapa Yang Melakukan Dan Kapan Skrining Gizi Dilakukan?


Retno :
Pelaksanaan skrining berdasarkan waktunya dibagi menjadi 3 :
1. Acute care , dilakukan dalam 24 jam pertama masuk rumah sakit
2. Perawatan jangka panjang, dilakukan dalam 14 hari perawatan selama dirumah sakit
3. Rawat Jalan : pada saat kunjungan kembali oleh ahli gizi
(Charney dan Marian, 2009)

5. Apakah Syarat Dan Prinsip Skrining Tools?


Desi :
1. Cepat : bisa dilakukan dalam waktu singkat sekitar (30 detik) (Herawati dkk, 2014)
2. Sederhana : pertanyaan sederhana (Herawati dkk, 2014)

20
3. Nilai sensitivitas dan spesifisitas tinggi ditandai 93-95% (Herawati dkk, 2014)
4. Efektif dan efesien bisa dilakukan kesemua pasien (Herawati dkk, 2014)
5. Valid : validitas metode skrining gizi dengan melakukan indikator Antropometri (IMT, dan LILA)
dan indikator biokimia (Albumin dan hemoglobin) ( Sosetyowati dkk, 2012)
Stella :
Validitas dan Realibilitas
Skrining gizi yang valid adalah alat yang secara akurat mengidentifikasi masalah gizi. Uji reliabilitas
mengacu pada kemampuan tes untuk menghasilkan hasil yang sama . tes yang dapat di andalkan
akan menghasilkan hasil yang sangat mirip, setiap kali digunakan (Charney, 2008).
Retno :
Tambahan :
1. Memiliki nilai prediksi negatif yaitu kemungkinan bahwa orang yang dites negatif memang tidak
memiliki resiko malnutrisi
2. Memiliki nilai prediksi positif yaitu kemungkinan bahwa orang dengan hasil tes positif benar-benar
beresiko malnutrisi
(Skipper et al., 2012)
Vika :
Tambahan
• Memiliki risiko rendah terhadap subjek yang diskrining
• Memiliki validitas,reliabilitas, dan PPV +/- yang bisa diterima
• Data yang dibutuhkan untuk skrining tersedia
• Efektif untuk mengidentifikasi masalah gizi lebih lanjut
(Citerawati, 2017)
6. Apakah yang menjadi komponen skrining gizi
Wahyu :
 Kondisi saat ini dari pasien, dengan menggunakan BB, TB, untuk menghitung IMT, bisa juga
menggunakan LILA
 Kestabilan kondisi pasien, dilihat dari penurunan BB pasien, bisa dilihat dari riwayat pasien atau
dari rekam medic
 Risiko/ kondisi pasien akankah memburuk atau tidak, bisa dilihat dari asupan makan pasien
 Proses perjalanan penyakit, misalkan penurunan nafsu makan pada pasien tapi disisi lain
diperlukan peningkatan kebutuhan gizi (adanya stress metabolic)
(Handayani D, dkk. 2013)

21
Retno :
Menambahkan dari mbak wahyu penjelasannya
1. Kondisi pasien saat ini
Dilakukan pengukuran berat bdan dan Tinggi badan pasien untuk mengetahui IMT
2. Kondisi kestabilan pasien
Penurunan berat badan saat ini diketahui daripenurunan riwayat kondisi pasien terdahulu atau
bahkan lebih baik. Jika dari pengukuran sebelumnya terjadi penurunan 5% berat badan yang tidak
diharapkan selama 3 bulan, maka keadaan pasien dikatakan signifikan tidak stabil.
3. Resiko pasien kedepan (akankah bertambah buruk?)
Perlu diketahui apakah intake makanan pasien menurun, seberapa banyak penurunannya dan
berapa lama. Jika penurunan intake kurang dari kebutuhan normal, maka penurunan berat badan
pasti terjadi
4. Proses penyakit mempercepat terjadinya malnutrisi
Proses penyakit dapat mengurangi nafsu makan, selain itu proses penyakit dapat meningkatkan
kebutuhan nutrisi karena terjadi stres metabolisme yang menyebabkan status gizi semakin
menurun
(Kondrup et al., 2003)

7. Apakah Yang Menjadi Etiologi, Patofisiologi, Tanda Dan Gejala Gizi Buruk?
Etiologi
masalah gizi disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu langsung dan tidak langsung.
Faktor langsung yang menimbulkan masalah gizi yaitu
1. kurangnya asupan makanan
2. penyakit infeksi
Seseorang yang asupan gizinya kurang akan mengakibatkan rendahnya daya tahan tubuh yang
dapat menyebabkan mudah sakit. Sebaliknya pada orang sakit akan kehilangan gairah untuk
makan, akibatnya status gizi menjadi kurang. Jadi asupan gizi dan penyakit mempunyai
hubungan yang saling ketergantungan.
Faktor tidak langsung :
- Kekurangan asupan makanan disebabkan oleh tidak tersedianya pangan pada tingkat
rumah tangga, sehingga tidak ada makanan yang dapat dikonsumsi. Kekurangan asupan
makanan juga disebabkan oleh perilaku atau pola asuh orang tua pada anak yang kurang baik.

22
Dalam rumah tangga sebetulnya tersedia cukup makanan, tetapi distribusi makanan tidak tepat
atau pemanfaatan potensi dalam rumah tangga tidak tepat, misalnya orang tua lebih
mementingkan memakai perhiasan dibandingkan untuk menyediakan makanan bergizi.
- Penyakit infeksi disebabkan oleh kurangnya layanan kesehatan pada masyarakat dan
keadaan lingkungan yang tidak sehat. Tingginya penyakit juga disebabkan oleh pola asuh yang
kurang baik, misalnya anak dibiarkan bermain pada tempat kotor.

Status Gizi dan Kematian

Kurangnya Asupan Gizi Penyakit Infeksi

Kurangnya Perilaku/Asuhan Ibu Sanitasi dan Air


Ketersediaan terhadap Anak tidak Bersih (Pelayanan
Pangan
12) tingkat
Patofisiologi memadai Kesehatan Dasar)
Rumah Tangga
Vika :
(Supariasa, 2016)

Patofisiologi
Vika :
Tubuh akan mengalami adaptasi reduktif ketika intake makanan tidak sesuai dengan kebutuhan
yang terjadi pada waktu yang lama seperti pada anak gizi buruk, yaitu terjadi perubahan fisiologi
dan metabolisme mempertahankan kesediaan energi untuk tetap hidup. Tubuh akan
menggunakan simpanan lemak menjadi sumber energy, kemudian protein otot, kulit, dan
saluran pencernaan. Energi dipertahankan ketersediaannya dengan mengurangi metabolisme
basal dan simpanan untuk fungsi organ, menurunkan inflammatory dan respon imun. Perubahan
tersebut mengakibatkan terjadinya hal-hal berikut :
 Hati mengurangi produksi glukosa sehingga terjadilah hipoglikemia
 Memproduksi panas lebih sedikit sehingga terjadilah hipotermia
 Kemampuan ginjal dalam mengeksresikan cairan menurun, dan cairan mudah
mengumpul di sirkulasi meningkatkna risiko kelebihan cairan
 Jantung lebih lemah dan tidak maksimal outputnya. Kelebihan cairan diatas bisa
menyebabkan kematian karena gagal jantung

23
 Sodium masuk kedalam membrane cell yang mengalami kebocoran, menurunnya
aktifitas sodium/potassium pump sehingga memicu kelebihan sodium, retensi cairan,
dan edema
 Potassium keluar dari sel dan keluar melalui urin, memicu ketidaksimbangan elektrolit,
retensi cairan, edema, dan anorexia
 Kehilangan protein otot diikuti kehilangan potassium, Mg, Zn, dan Cu
 Usus sedikit memproduksi gastric acid dan enzim. Motilitas menurun, bakteri di
intestinal merusak mukosa dan garam empedu sehingga pencernaan dan penyerapan
terganggu
 Replikasi dan perbaikan sel berkurang sehingga menyebabkan meningkatkan risiko
translokasi bakteri melalui mukosa usus
 Fungsi imun rendah  risiko terhadap infeksi tidak ada, meningkatkan risiko terhadap
penyakit infeksi yang tidak terdiagnosa
 Sel darah merah berkurang yang dalam melepaskan zat besi membutuhkan glukosa dan
asam amino untuk konversi ke ferritin sehingga meningkatkan risiko hipoglikemia dan
ketidakseimbangan asam amino
 Defisiensi mikronutrient membuat kemampuan tubuh terbatas dalam melawan radikal
bebas.

24
Dedi :

Malabsorbsi, Infeksi Kegagalan


Sosial Melakukan Sintesis
Anoreksia
Ekonomi Kalori dan Protein

Intake Kurang Dari Kebutuhan

Defisiensi Kalori dan Protein

Hilangnya As. Amino Essensial


Daya Tahan Tubuh Menurun
Lemak Kurang Pengetahuan
Menurun Produsi Albumin
Menurun

Turgor Kulit
Keadaan Umum
Menurun Artropi
Lemah
Keriput

Kerusakan Keterbatasan Pertumbuhan dan


Resiko Infeksi
Integritas Kulit Perkembangan

Resiko Infeksi Saluran Pencernaan

Anoreksia & Diare

Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh

(Nurcahyo, 2007 )

25
Tanda dan Gejala Gizi Buruk

Dwi Suci :
Secara Umum kriteria gizi buruk jika :
1. Gizi Buruk Tanpa Komplikasi
a. BB/TB <-3SD, dan atau
b. Terlihat sangat kurus, dan atau
c. Adanya edema, dan atau
d. Lila <11,5 cm untuk anak usia 6-59 bulan
2. Gizi Buruk dengan Komplikasi
Gizi buruk dengan tanda-tanda di atas disertai salah satu atau lebih dari tanda komplikasi medis
berikut :
a. Anoreksia
b. Pneumonia berat
c. Anemia berat
d. Dehidrasi berat
e. Demam sangat tinggi
f. Penurunan kesadaran
(Kemenkes, 2011)

Rin :

1. Marasmus
 Sangat kurus, tampak seperti tulang terbungkus kulit
 Wajah seperti orang tua
 Cengeng
 Rewel
 Keriput
 Sering disertai diare kronis atau konstipasi serta penyakit kronis
 TD, Denyut jantung, pernapasan berkurang
2. Kwashiorkor
 Edema, umumnya terdapat di seluruh tubuh
 Wajah membulat dan sembab

26
 Otot-otot mengecil, tampak lebih nyata apabila diperiksa pada posisi berdiri dari pada
duduk
 Anak berbaring terus-menerus
 Perubahan status mental : cengeng, rewel, kadang apatis
 Anak sering menolak segala jenis makanan (anoreksia)
 Pembesaran hati
 Sering disertai infeksi
 Rambut berwarna kusam dan mudah dicabut
 Gangguan kulit berupa bercak merah yang meluas dan berubah menjadi hitam
terkelupas
 Pandangan mata anak tampak sayu
3. Marasmus-kwashiorkor
Gabungan dari tanda-tanda yang ada pada marasmus dan kwashiorkor.

Retno :

8. Apa Faktor Penyebab Gizi Buruk


Susan :
Faktor penyebab gizi buruk terdiri atas penyebab langsung dan tak langsung.
1. Penyebab langsung : kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi, menderita
penyakit infeksi, cacat bawaan, menderita penyakit kanker
2. Penyebab tidak langsung : ketersediaan pangan rumah tangga, perilaku dan pelayanan kesehatan.
Sedangkan faktor-faktor lain selain faktor kesehatan, tetapi juga merupakan masalah utama gizi
buruk adalah kemiskinan, pendidikan rendah, ketersediaan pangan dan kesempatan kerja. Oleh
karena itu, untuk mengatasi gizi buruk dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak yang terkait
Selain itu ada faktor risiko terjadinya malnutrisi antara lain :
a. Asupan makanan : Kurangnya asupan makanan disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain pola
makan yang salah, tidak tersedianya makanan secara cukup, dan anak tidak cukup atau salah
mendapat makanan bergizi seimbang.
b. Status sosial ekonomi : Balita dengan gizi buruk pada umumnya hidup dengan makanan yang
kurang bergizi, Hal ini dapat disebabkan oleh karena rendahnya ekonomi keluarga sehingga pada
akhirnya akan berdampak dengan rendahnya daya beli pada keluarga tersebut.

27
c. ASI : Hanya 14% ibu di Indonesia yang memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif kepada bayinya
sampai enam bulan. Rata-rata bayi di Indonesia hanya menerima ASI eksklusif kurang dari dua
bulan, anak yang tidak mendapatkan ASI ekslusif sampai 6 bulan beresiko terhadap malnutrisi.
d. Pendidikan ibu : Rendahnya pendidikan dapat mempengaruhi ketersediaan pangan dalam
keluarga, yang selanjutnya mempengaruhi kuantitas dan kualitas konsumsi pangan yang
merupakan penyebab langsung dari kekurangan gizi pada anak balita.
e. Pengetahuan ibu : Pengetahuan yang dimiliki ibu berpengaruh terhadap pola konsumsi makanan
keluarga khususnya pada anak balita. Kurangnya pengetahuan ibu tentang gizi menyebabkan
keanekaragaman makanan yang berkurang.
f. Penyakit penyerta Balita yang berada dalam status gizi buruk, umumnya sangat rentan terhadap
penyakit – penyakit seperti tuberculosis (TBC), diare persisten (berlanjutnya episode diare selama
14 hari atau lebih dan dimulai dari suatu diare cair akut atau berdarah/disentri) dan HIV/AIDS.
g. Berat Badan Lahir Rendah : Pada BBLR zat anti kekebalan kurang sempurna sehingga lebih mudah
terkena penyakit terutama penyakit infeksi. Penyakit ini menyebabkan balita kurang nafsu makan
sehingga asupan makanan yang masuk kedalam tubuh menjadi berkurang dan dapat
menyebabkan gizi buruk.
h. Kelengkapan imunisasi : Infeksi pada balita dapat dicegah dengan imunisasi, Imunisasi terhadap
suatu penyakit dapat memberi kekebalan terhadap penyakit pada balita, sehingga balita tersebut
tidak akan sakit dan untuk menghindari penyakit diperlukan imunisasi yang lengkap (Liansyah,
2015)
9. Bagaimana Hubungan Pneumonia Dan Gizi Buruk?
Stella :
Pada pasien pneumonia terjadi penurunan terjadi penurunan imunitas yang disebabkan oleh
menurunnya aktivitas leukossit untuk menfagosit maupun membunuh kuman. Pasien cendurung
tidak memiliki nafsu makan sehingga berdampak pada kurang gizi dan malnutrisi (Nurjajinah, 2016)
Wahyu :
hubungan pneumonia dan gizi buruk: balita dengan pneuomonia cenderung tidak memiliki nafsu
makan sehingga berdampak pada asupan gizi yang menyebabkan manutrisi ( Nurnajiah M. dkk. 2016)
Nurafiani :
Pneumonia merupakan salah satu penyakit penyerta atau penyakit infeksi yang mampu memberikan
efek penurunan berat atau kehilangan berat badan 14,7 gr per hari. Hal ini jika tidak ditangani dengan
baik akan menghambat proses tumbuh kembang anak yang dalam jangka waktu yang panjang akan
mengarah ke SAM. (Schlaudecker, 2011 ).

28
10. Bagaimana Tahapan Assessment Yang Tepat Untuk An. DY?

Stella :

Skor Mc laren

GEJALA KLINIS / LABORATORIS ANGKA Skor


- Edema 3
- Dermatosis 2
- Edema disertai dermatosis 6
- Perubahan pada rambut 1
- Hepatomegaly 1
Albumin serum atau protein total serum/ g %
< 1.00 < 3.25 7
1.00 –1.49 3.25–3.99 6
1.50 –1.99 4.00 –4.75 5
2.00 - 2.49 4.75 –5.49 4
2.50 - 2.99 5.50 –6.24 3
3.00 –3.49 6.25 –6.99 2
3.50 –3.99 7.00 –7.74 1
> 4.00 > 7.75 0

Skor Jenis
0–3 Marasmus
4–8 Kwashiorkor Marasmik
9 – 15 Kwashiorkos

Wahyu :

Klinis:
Suhu normal 36° - 37°C
< 36 ° : hipothermi

29
Nurafiani
Antropometri :

LILA/ U

LLA aktual
% deviasi dari standar = X 100%
Nilai standar (baku Harvard)
Kriteria LLA/ U:

Kriteria Nilai
Obesitas >120% standar
Overweight 110 – 120% standar
Normal 90 – 110% standar
Kurang 60 – 90% standar
Buruk < 60% standar
Biokimia

Cut off Leukosit

< 2 tahun : 9 – 30 X 109 3000 – 30.000

- dari normal : PEM, penyakit autoimun,efek kemoterapi, efek radioterapi

+ dari normal : Infeksi, neoplasia, stres

> 2 tahun : 5 – 10 X 109 5000 – 10.000/mm3

(Handayani, dkk. 2015)

Teguh :

Data assesment biokimia : Hb cut of poin L : 14,0 – 17,0 mg/dl; P : 12-15 mg/dl, ibu hamil : 11
mg/dl, Bayi : 14-24 g/dl

Jika Hb< normal dapat diinterpretasiak bahwa seseorang mengalami defisiensi protein, Fe,
anemia, perdarahan, hemolisis, malnutrisi, kegagalan fungsi sumsum tulang belakang, penyakit
ginjal.

30
Anemia defisiensi besi dapat mengakibatkan gangguan kesehatan dari tingkat ringan sampai
berat. Komplikasi ringan antara lain kelainan kuku, atrofi papil lidah, stomatitis dan komplikasi
yang berat sepeti penurunan daya tahan tubuh terhadap penyakit, gangguan pada pertumbuhan
sel tubuh dan sel otak, penurunan kognitif, rendahnya kemampuan fisik gangguan motorik dan
koordinasi, pengaruh psikologi dan perilaku penurunan prestasi belajar, rendahnya kemampuan
intelektualitas yang dapat menyebabkan dampak secara luas yaitu menurunnya kualitas sumber
daya manusia (DeMaeyer 1995;Depkes 2001; Almatsier,2002; Abdulsalam M, 2005). Pada anak-
anak > 2 tahun dan remaja yang mengalami defisiensi besi, hasil penelitian menunjukkan
penurunan funsi kognitif atau defisit perilaku (Ames , 2007). ADB, merupakan hasil penipisan total
besi tubuh dan gangguan produksi hemoglobin (Hb), pada anak menyebabkan berkurangnya
fungsi kognitif, perubahan perilaku. Pertumbuhan dan perkembangan bayi terlambat, penurunan
toleransi latihan, dan fungsi kekebalan tubuh terganggu pada anak 1-5 ADB sangat penting bagi
anak-anak miskin dengan peningkatan risiko untuk keterlambatan perkembangan (Debra L. Bogen,
2014).
No Tes Nilai normal Interpretasi
Menurun Meningkat
1 Albumin 3,5 - 5 Defisiensi protein, katabolisme, Defisiensi protein,
penyakit terkait ginjal dan hati, katabolisme, gagal
hipotiroid, gagal jantung ginjal, dehidrasi
2 Hemoglobin L : 14–17 defisiensi protein, Fe, anemia, -
(Hb) mg/dl perdarahan, hemolisis, malnutrisi,
P : 12-15 kegagalan fungsi sumsum tulang
mg/dl belakang, penyakit ginjal.
Bumil : 11
mg/dl
Bayi : 14-24
mg/dl
(Handayani,dkk 2009)
Dietary :
Dwi Suci :
Dietary Assesment :
Menggunakan metode recall 24 jam
Kriteria :

31
Defisit tingkat berat = <70% AKG
Defisit tingkat sedang = 70 - 79% AKG
Defisit tingkat ringan = 80 -89% AKG
Normal = 99 – 119% AKG
Kelebihan => 120% AKG
(Handayani, 2009)

11. Apa Kelebihan Dan Kekurangan Masing-Masing Parameter Assessment Tersebut?


Vika :

Assesment + -
Antropometri  Prosedur sederhana dan aman  Relatif kurang sensitive dan
 Peralatan yang digunakan tidak tidak bisa mendeteksi
mahal, portable, dan durable gangguan status gizi yang
 Yang tidak ahli bisa dilatih untuk terjadi dalam waktu yang
melakukan pengukuran singkat (hari/minggu)
 Metode bisa presisi dan akurasi  Tidak bisa membedakan
tergantung teknik standar yang antara gangguan
digunakan pertumbuhan atau komposisi
 Prosedur membantu tubuh yang disebabkan oleh
mengidentifikasi masalah gizi defisiensi nutrient
ringan, sedang, dan berat  Faktor lain bisa mengurangi
 Bisa digunakan untuk sensitifitas dan spesitifitas
mengevaluasiperubahan status pengukuran
gizi kedepan dan generasi  Kemungkinan error yang akan
selanjutnya mempengaruhi presisi,
akurasi, dan validitas
pengukuran

Biokimia  Menyediakan informasi gizi  Tidak selalu menggambarkan


dengan lebih spesifik gangguan patologi terkait
 Mendeteksi tingkatan perubahan status gizi
dalam penyimpanan zat gizi dalam  Bisa jadi disebabkan oleh

32
cairan tubuh, fungsi jaringan biologi atau faktor teknikal
bahkan aktifitas enzim daripada status zat gizi
 Membantu lebih cepat untuk  Tidak selalu menggambarkan
mengetahui defisiensi zat gizi content body nutrient atau
tertentu simpanan jaringan
 Mendeteksi inadekuat  Interprestasi tidak selalu
micronutrient mudah
 Mahal

Klinikal  Murah  Bersifat subjektif


 Cepat  Tidak mendeteksi secara
 Tidak memrlukan peralatan khusus status zat gizi tunggal
teknologi tinggi  Interprestasi tidak selalu
mudah

Dietary  Mudah  Tergantung pada memory


 Murah risiko bias lebih tinggi
 Sederhana  Maksud responden dan
 Tidak memerlukan peralatan pewawancara mungkin
teknologi tinggi berbeda lebih tinggi
 Membebani responden

(Fahmida, 2009)

Nurafiani :

Biokimia : (-) Berapa pemeriksaan tidak dapat dilakukan karena perlatan hanya da di laboratorium
pusat

(-) Belum ada keseragaman rujukan (nilai normal)

(Supariasa, 2016)

G.

33
G. HIPOTESA
Px Masuk RS

Rawat jalan Rawat Inap

SKRINING
( di lakukan dalam 1X 24 JAM)

Tujuan Skrining : Prinsip : Komponen Skrining : Memilih Screening Tools :


Murah, cepat,
Mengidentifikasi 1. Kondisi pasien 1. Dewasa :
sederhana,
pasien saat ini a. MUST
efisien
beresiko/tidak 2. Kondisi kestabilan b. NRS 2002
Reliabilitas,
pasien c. SNST
efektif, valid,
3. Resiko kondisi d. MST
memiliki resiko
pasien kedepan e. PNI
rendah,
4. Proses penyakit f. SGA
memiliki nilai
yang 2. Lansia :
sensitifitas,
mempercepat a. Full MNA
spesifisitas,
terjadinya b. MNA-SF
prediksi negatif
malnutrisi 3. Anak
dan prediksi
a. PYMS
positif.
b. STAMP
c. SrongKids
d. SGNA

Hasil skrining

Beresiko Tdk beresiko


Ya

Assessment Re Skrining

Mengumpulkan data : Tdk stabil


Antropometri Tidak
Biokimia
Clinis
Dietary History reSkrining Dihentikan 34
Ekologi (7 hari)
stabil
H. PEMBAHASAN LEARNING OJECTIVE
1. Pengertian Skrining
 Penapisan gizi awal pada individu yang malnutrisi atau beresiko malnutrisi dengan menggunakan
prosedur pemeriksaan terstandar yang menentukan pengambilan proses asesmen. (Sandjaja,
2010),
2. Pengertian Nutrition Assessment
 langkah yang sistematis dgn tujuan mendapatkan, mengverifikasi, menginterpretasikan data yang
dibutuhkan yang dapat dilakukan secara Antropometri, biokimia, clinical, dietary.
Sumber : (Sandjaja, 2010), (Handayani,Dkk, 2011)
3. Pengertian Pneumonia
 Peradangan paru akut yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur yang penyebarannya melalui
batuk dan bersin.
Sumber : (Farida Y, dkk, 2017), (Anwar A dan Dharmayanti I. 2014)
4. Cues  Ahli gizi mampu melakukan skrinning gizi dengan tools yang tepat dan melakukan asesmen
pada pasien yang beresiko
5. Apa perbedaan skrining dan asesmen?
Skrining Assessmen
Perbedaan fungsi dan kegunaan
6. Mengidentifikasi faktor 6. Untuk menegakkan diagnosa
resiko 7. Lebih komplek data yg
7. Mudah dikumpulkan
8. Wahtu singkat 8. Waktu lebih lama
9. Pengukuran minimal 9. Banyak pengukuran/indikator
10.Bisa dilakukan oleh siapa 10.Hanya bisa dilakukan oleh tenaga
saja yang terlatih dan kompeten
Perbedaan terkait detail komponen
Asupan Perubahan terbaru terkait 1. Perubahan nutrisi tertentu
dengan asupan 2. Perubahan asupan energy
3. Dampak perubahan
Antropometri Perubahan berat badan 1. Indeks massa tubuh (IMT)
2. Komposisi tubuh

Tes Medis dan laboratorium - 1. Diagnosa medis

35
2. Dampak diagnosa medis pada
kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan
Pemeriksaan fisik yang focus pada Penampilan umum Pemeriksaan fisik
gizi riwayat pasien
Riwayat pasien - 1. Riwayat penyakit
2. Riwayat pengobatan
3. Riwayat gizi
4. Riwayat sosial
(correia M, 2018 dan charney, 2008)

6. Apa tujuan dari skrining?


 Mengidentifikasi pasien baru yang beresiko dan tidak atau dengan kondisi khusus yang disebabkan
oleh faktor gizi, treatmennya dan pengaruhnya
Sumber : (Handayani D, dkk. 2015), (Herawati, dkk. 2014)
7. Apa saja jenis tools yang digunakan dalam skrining gizi, sasarannya, tahapannya serta kekurangan
dan kelebihan masing-masing tools?
 Sasaran Anak-anak
a) STRONG-KIDS
 Sasaran tools STRONG kids yaitu untuk anak usia 1 bulan – 16 tahun.
 Parameter
STRONG kids meliputi 4 parameter :
1. Subjektive Global Assessment (SGA);
2. Penyakit dengan risiko tinggi;
3. Asupan gizi dan kehilanggannya;
4. Kehilangan BB atau peningkatan berat badan yang kurang.
STRONG kids terdiri atas 4 penilaian dengan 1-2 poin untuk setiap item dan maksimal skor
adalah 5.
Interprestasi :
Total skor : 4-5 poin : Risiko tinggi
 Konsultasi ke dokter dan dietitian untuk tindak lanjut diagnosis lengkap dan rekomendasi
gizi
1-3 poin : risiko sedang

36
 Konsultasikan kepada dokter untuk diagnosis lengkap. Pertimbangkan intervensi gizi dengan
dietitian. Periksa BB 2x/minggu dan evaluasi risiko gizi tiap minggu. Bila perlu konsultasikan
dengan dokter spesialis untuk diagnosis lengkap
0 poin : risiko rendah
(Susetyowati, 2014)
 Kelebihan :
- Cepat
- Mudah
- Dapat mendeteksi anak yang mengalami malnutrisi akut atau kronis
 Kekurangan :
- Skor menggunakan kriteria kriteria pbjektif yang membatasi penerapannya.
(Citrawati, 2017)
 Langkah-langkah
Adapun langkah – langkah atau tahapan dalam skrining dengan menggunakan STRONGKIDs yaitu :
Tahapan STRONGKIDs menggunakan 4 parameter sebagai berikut :
Apakah ada penyakit yang mendasari Ya = 2 Dijawab oleh
terjadinya malnutrisi/pembedahan tenaga
mayor? kesehatan
Apakah pasien dalam kondisi status Ya = 2
gizi buruk berdasarkan pemeriksaan
klinis secara subjektif?
Apakah hal-hal dibawah ini ditemukan Ya = 1 Dijawab
pada anak? orang
Diare >5x/hari dan/ muntah >3x/hari tua/pengasuh
Penurunan asupan makan beberapa anak
hari terakhir
Intervensi sudah ada sebelumnya
Ketidakcukupan asupan gizi karena
sakit
Apakah ada penurunan berat badan Ya = 1
atau tidak adanya penambahan BB
(bayi<1 tahun) selama beberapa
minggu/bulan terakhir

37
1. Memeriksa apakah mempunyai resiko besar (ya=2 tidak=0)
2. Memiliki gizi buruk atau tidak
Ditanyakan ada penurunan /peningkatan berat badan
Sumber : (Susetyowati, 2014)
b) STAMP
STAMP merupakan alat skrining gizi untuk menilai kemungkinan resiko malnutrisi pada anak.
Masing-masing sasaran, parameter dan tahapan dapat dilihat dalam tabel berikut :
TOOLS SASARAN KEGUNAAN KELEBIHAN KEKURANGAN
STAMP ANAK Alat Skrining Untuk Lebih Akurat Belum dapat
2-16 Tahun Penilaian Malnutisi Pada dan tervalidasi diketahui secara pasti
Pediatri yang dibunakan penyebab terjadinya
pada anak 6 – 12 Tahun malnutrisi pada anak

 Tahapan STAMP
STEP 1 STEP 2 STEP 3
DIAGNOSIS Nutritional Intake Weight And Height
Does the child have Use a Grow Chart Or The
What Is The
a diagnosis that has Centile Quick Referece
SCORE Child’s Nutritional SCORE SCORE
any nutritional Table To Determine The
Intake ?
implications ? Child’s Measurement
>3 Centile Spaces/ ≥ 3
Defininitely 3 None 3 Column Apart or Weight 3
< 2nd Centile
Recently >2 Centile Sapces/ = 2
Possibly 2 2 2
Decreased/poor Column Apart
0 to 1 centile spaces/
No 1 No Change/Good 0 0
column apart

STEP 4
Overall Risk Of Malnutritions
Add The Scores From Step 1-3 Together To Calculate The
SCORE
Overall Risk Malnutritions

38
High Risk ≥4
Medium Risk 2–3
Low Risk 0–1

STEP 5 CARE PLAN


Develop a Care Plan Based On The Child’s Overall Risk Of Malnutritions
High Risk Medium Risk Low Risk
 Take Actions  Monitor Nutritional  Continues Routine Clincal
 Refer To a Dietitions, Intake For 3 Days Care
Nutritional Support Team or  Repaet STAMP  Repeat STAMP Screening
Consultant Sscreening After 3 Days Weekly While Child Is An In-
 Monitor As Per Care Plan  Amend Care Plan as Patient
Reqired  Amend Care Plan as Required
Sumber : ( Central Manchester Univercity Hospital (NHS), 2010. STAMP Intructions To Be a Read Before
Using STAMP For The First Time. Abbot Nutritions )

c) PYMS
PYMS adalah skrining yang digunakan untuk mengidentifikasi anak-anak yang beresiko malnutrisi.
 Setting application : Rumah sakit
 Sasaran : anak-anak usia 1-16 tahun
 Parameter :
 IMT
 Riwayat Penurunan Berat badan
 Kondisi medis sekarang dihubungkan dengan status gizi pasien
 Perubahan asupan gizi
 Tahapan :
Tiap parameter memiliki kategori skor maksimal 2, seluruh skor dijumlahkan & total skor
mencerminkan derajat resiko gizi pasien. (Moeeni and Day, 2012), (Gerasimidis et al., 2010)
 Kelebihan : mampu mengklasifikasikan anak-anak yang mengalami resiko tinggi gangguan gizi
 Kekurangan : tidak dapat mengenali anak yang mengalami kekurangan gizi
(erawati, dkk, 2014)
d) SGNA (Subjective Global Nutrition Assessment)
 Sasaran : Digunakan untuk anak usia 30 hari – 17,9 tahun

39
 Parameter :
 Meliputi pemeriksaan medis yang fokus pada perubahan berat badan, perubahan asupan
makanan, adanya gejala-gejala gastrointestinal dan kapasitas fungsional.
 Pemeriksaan fisik terdiri dari tebal lemak subkutan, massa otot, adanya edema dan ascites.
Interprestasi :
- Normal : pasien tumbuh dan mencapai berat badan normal, memiliki asupan makan yang
cukup tanpa gejala-gejala gastrointestinal, tidak ada atau hanya sedikit tanda fisik dari
kurang gizi dan menunjukan kapasitas fungsional normal.nilai normal hamper disemua
kategori
- Malnutrisi sedang : penilaian sedang hamper pada semua kategori
- Malnutrisi berat : penilaian berat dihampir semua atau semua kategori dengan sedikit atau
tidak sama sekali tanda peningkatan gizi (Citerawati, 2017).
 Kelebihan SGNA :
1. Cocok untuk anak dengan penyakit kronis
2. Spesivisitas dan prediktivitas tinggi
Sumber : (Moeeni and Day, 2012)
 Kekurangan SGNA :
1. Butuh waktu lama (karena tes laboratorium)
2. Mahal
3. Sensitivitas Rendah
4. Lebih cocok untuk penilaian bukan penyaringan
Sumber : (Moeeni and Day, 2012)
 Sasaran Dewasa
a) SNST (Simple Nutritional Screen Tool)
Merupakan alat skrining gizi yang di gunakan untuk mengidentifikasi pasien dewasa yang
beresiko malnutrisi. Alat ini terdiri dari 6 pertanyaan yang memiliki nilai sensitivitas dan spesifisitas
tinggi, tidak melakukan pengukuran antropometri, dan penggunaan alat ini hanya membutuhkan
waktu singkat sekitar 3-5 menit per pasien.
 Tahapan:
Menjawab pertanyaan di form SNST yang terdiri dari 6 pertanyaan, jika jawaban “ya” maka
diberi skor 1 dan jika jawabannya “tidak” maka diberi skor 0.
Totalkan semua skor kemudian klasifikasikan menjadi:
 Jika skor 0-2 : tidak beresiko malnutrisi

40
 Jika skor ≥ 3 : beresiko Malnutrisi.
 Kelebihan :
Alat screening yang sederhana, cepat, valid, tidak memerlukan pengukuran antropometri dan
dapat digunakan untuk mendeteksi pasien yang beresiko malnutrisi di Rumah Sakit.
 Kelemahan :
Sulit mendapatkan data ketika individu sangat jarang atau tidak pernah memantau berat
badannya.
(Susetyowati, dkk, 2014)

Contoh form SNST

Nama pasien : Diagnosis :


No. RM : Usia :
Tanggal Masuk RS : Tanggal Skrining :
Bangsal : Jenis Kelamin :
FORMULIR SIMPLE NUTRITION SCREENING TOOL (SNST)
No. Pertanyaan Jawaban
(skor)
1. Apakah pasien terlihat kurus? c. Ya = 1
d. Tidak = 0
2. Apakah pakaian anda terasa lebih longgar? c. Ya = 1
d. Tidak = 0
3. Apakah akhir-akhir ini anda kehilangan berat badan c. Ya = 1
secara tidak sengaja ( 6 bulan terakhir ) ? d. Tidak = 0
4. Apakah anda mengalami penurunan asupan makan c. Ya = 1
selama 1 minggu terakhir? d. Tidak = 0
5. Apakah anda menderita suatu penyakit yang c. Ya = 1
mengakibatkan adanya perubahan jumlah atau jenis d. Tidak = 0
makanan yang anda makan?
6. Apakah anda merasakan lemah, loyo dan tidak c. Ya = 1
bertenaga? d. Tidak = 0
Total skor
KESIMPULAN
Skor 0-2 = Tidak beresiko malnutrisi
Skor ≥ 3 = Beresiko malnutrisi

Pelaksana :

(Susetyowati, 2014)
b) MST ( Malnutrition Skrining Tools)

41
MST (Malnutrition Skrining Tools) tools yang dipergunakan untuk pasien dewasa, MST adalah alat
skrining yang lebih efektif dan efisien karena (waktunyabisa dilakukan 30 detik)karena tidak melakukan
penilaian Antropometri, dan nilai laboratorium , dan pertanyaannya juga lebih sederhana, sehingga bisa
dilakukan ke semua pasien, nilai sensitivitas dan spesifisitas juga lebih tinggi yaitu 93-95% tapi
kekurangan MST ini tidak bisa dikakukan pada pasien yang tidak mengalami kesulitan berkomunikasi
(Herawati dkk, 2014). Di Indonesia skrining gizi MST sudah digunakan di rumah sakit yang sudah
terakreditasi KARS Versi JCI (Herawati dkk, 2014)
1) Malnutrition Screening Tool (MST)
Terdiridari 2 parameter :
1 Apakahan ada kehilangan berat badan secara
a. tidak (skor 0)
. tidak sengaja? Jika ya, berapa banyak (kg)
b. Ragu (skor 2)
anda kehilangan berat badan?
1-5 kg Skor 1
6-10 kg Skor 2
11-15 kg Skor 3
>15 kg Skor 4
Ragu Skor 2
2 Apakah anda mengalami penurunan asupan
Tidak (skor 0)
makan karena penurunan nafsu makan (atau
Iya (skor 1)
karena tidak bias mengunyah dan menelan)
Skor>=2 : pasien mengalami risiko gizi kurang
(Citerawati, 2017)
c) NRS 2002 (Nutritional Risk Screening - 2002)
NRS 2002 mengandung komponen gizi MUST disamping itu dilanjutkan penilaian tingkat
keparahan penyakit sebagai cerminan dari peningkatan kebutuhan nutrisi.
3 komponen lanjutan yang dimaksud meliputi :
a. Gangguan status gizi
b. Kegawatan penyakit
c. Usia > 70 tahun
 Tahapan:
1. Jawab skrining awal yang merupakan komponen MUST yang terdiri dari:
a. Penurunan IMT
b. Penurunan BB dalam 3 bulan

42
c. Penurunan asupan dalam satu minggu terakhir
d. Tingkat keparahan penyakit
2. Bila ditemukan jawaban ya dari skrining awal diatas, dilanjutkan skrining lanjutan
3. Pada skrining lanjutan ada tiga komponen yaitu:
a. Gangguan status gizi, dengan pertanyaan:
- status gizi normal, skor 0
- Penurunan BB > 5% dalam 3 bulan atau asupan makanan 50-75% dari kebutuhan normal
pada minggu lalu, skor 1
- Penurunan BB > 5% dalam 2 bulan atau IMT 18,5 – 20,5 + gangguan kondisi umum atau
asupan makanan 25 – 50% dari keburuhan normal pada minggu lalu, skor 2
- Penurunan BB > 5% dalam 1 bulan (>15% dalam 3 bulan) atau IMT < 18,5 + gangguan
umum atau asupan makanan 0 – 25% dari kebutuhan normal minggu lalu, skor 3
b. Kegawatan penyakit, dengan pertanyaan:
- Kebutuhan gizi normal, skor 0
- Fraktur pinggang, pasien penyakit kronis dengan komplikasi akut: sirosis; COPD;
hemodialysis kronik; DM; onkologi, skor 1
- Bedah mayor abdomen, stroke, pneumonia berat, keganasan hematologi (kanker darah),
skor 2
- Cedera kepala, transplantasi sumsum tulang, pasien ICU, skor 3
c. Usia >70 tahun, skor 1
4. Jumlahkan hasil dari jawaban pertanyaan skrining lanjutan
5. Kategorikan jumlah skor, jika skor ≥3 berarti pasien membutuhkan terapi gizi segera.
(Kondrup, et all.2003)
 Kelebihan : penilaiannya tidak tergantung pada IMT, cukup menggunakan perubahan berat badan
 Kekurangan : tidak dapat mengelompokkan risiko malnutrisi menjadi berat, sedang, ringan. Hanya
untuk mengetahui siapa- siapa yang harus mendapatkan intervensi segera. (maharani, 2014)
d) MUST (Malnutrition Universal Screening Tools)
MUST adalah skrining gizi yang didesain untuk mengidentifikasi pasien yang berisiko malnutrisi.
MUST adalah skrining gizi untuk dewasa namun tidak tepat jika digunakan untuk melakukan skrining
pada defisiensi mikronutrien atau toksitas mikronutrien. MUST dapat digunakan untuk semua
kelompok pasien dengan berbagai jenis perawatan termasuk pola mkan yang salah (eating disorders),
masalah kesehatan mental dan penyakit kritis, pasien dengan gangguan cairan tubuh, kehamilan dan
menyusui. Selain untuk skrining pada rawat inap, MUST merupakan salah satu skrining gizi yang bisa

43
digunakan untuk komunitas. Parameter yang digunakan dalam MUST adalah sebanyak tiga parameter.
Parameter tersebut adalah BMI, persentase kehilangan berat badan dan penyakit berat/serius
(Citrawati, 2017).
 Kelebihan :
- Realibilitas sangat baik
- Mempunyai kemampuan yang dapat diterima untuk meendeteksi kebutuhan untuk penilaian gizi
(charney, 2008)
 Kekurangan
- Kurang cocok untuk intake energy
 Tahapan :
1 BMI pasien (kg/m²)
d. >20 (>30 obese) Skor 0
e. 18,5 – 20 Skor 1
f. <18,5 Skor 2
2 Presentase penurunan berat badan secara tidak
sengaja
d. <5% Skor 0
e. 5-10% Skor 1
f. >10% Skor 2
3 Pasien menderita penyakit berat dan/atau tidak Skor 2
mendapatkan asupan makanan >5hari
Total skor skrining MUST ……..
Skor total 0 menunjukan pasien berisiko rendah, skor 1 menunjukan pasien
dengan risiko sedang dan skor >2 menunjukan pasien dengan risiko tinggi

 Tahap 1. Menghitung BMI


IMT Score
>20 (>30  obese) 0
18,5 – 20 1
<18,5 2
Untuk menghitung BMI dibutuhkan data berat badan dan tinggi badan. Jika tidak
memungkinkan mendapatkan tinggi badan dan berat badan , maka menggunakan pengukuran
alternative diantaranya panjang ulna, tinggi lutu atau rentang lengan. Jika berat dan tinggi badan
tidak dapat diukur atau diperkirakan makan BMI dapat diestimasi menggunakan menggunakan
linkar lengan atas. Berdasarkan BAPEN (The British Association for Parenteral and Enteral
Nutrition), 2016 bahwa :

44
c) Jika LILA ,23,5, maka mungkin BMI kurang dan 20 kg/m², yaitu subjek kemungkinan
underweight
d) Jika LILA >32,0 cm maka mungkin BMI lebih dari 30,0 kg/m², yaitu subjek kemungkinan obes.
 Tahap 2. Penurunan Berat Badan
Penurunan BB yang terjadi selama 3 sampai 6 bulan merupakan faktor risiko yang lebih serius
dibandingkan dengan BMI. Presentase penurunan BB dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

%Penurunan Berat Badan = (BBU – BBA/BBU) x 100

BBU merupakan berat badan 3-6 bulan lalu, BBA merupakan berat badan actual.

Cut off point :

Penurunan BB Skor
<5 % penurunan BB = normal 0
5 – 10 % penurunan BB = indicator awal 1
peningkatan risiko
>10 % penurunan BB = signifikan secara klinis 2

 Tahap 3. Adanya efek penyakit akut


Bila pasien mengalami/mempunyai penyakit akut dan tidak ada asupan makanan selama 5 hari
atau lebih, hal ini berarti pasien berisiko mengalami identifikasi pasien kanker yang mengalami
malnutrisi atau akan beresiko malnutrisi.

e) Prognostic Nutrition Index (PNI)


Skrining gizi untuk mengidentifikasi risiko outcome setelah pembedahan. PNI menggunakan 4
indeks gizi yaitu serum albumin, serum transferin,lipat kulit trisep dan kelembapan hipersensitif kulit
(Citerawati, 2017). PNI menunjukkan risiko dinyatakan dalam persen (%) dari morbiditas dan mortilitas
individu pasca bedah (Susetyawati, 2014). Formulir PNI :
PNI(%)=158-(16,6 x ALB)-(0,78 x TSF) – (0,2 x TFN) –(5,8 x DCH)
Ket :
PNI = Prognostic Nutrition Index
ALB= Serum albumin Concentration (gr/dl)
TSF= Triseps skinfold (mm)
TFN= Transferin (mg/dl)

45
DCH= Delayed Cutaneus Hypersensitivity (0=nonreaktif;1=<5 mmreaktivitas, dan 2=>5 mm
reaktivitas)
Interprestasi sebagai berikut :
<40 % : risiko rendah
40-49,99% : risiko sedang
>=50 % : risiko tinggi
f) SGA (Subjective Global Assessment)
Skrining gizi SGA merupakan alat yang digunakan untuk memeriksa riwayat dan
pemeriksaan fisik pasien untuk mengidentifikasi tanda dan gejala umum malnutrisi seperti
perubahan fizik yang dihubungkan dengan defisiensi mikronutrien (charney and marian, 2009).
 Sasaran : Dewasa
 Parameter yang dinilai :
1. Riwayat medis meliputi :
a) Perubahan berat badan
b) Perubahan asupan makan
c) Adanya gejala gastrointestinal
d) Kapasitas fungsional serta penyakit & hubungannya dengan kebutuhan gizi
2. Pemeriksaan fisik yang meliputi :
a) Lemak subkutan
b) Masa otot
c) Adanya odem dan ascites
(Harimawan and Hadi, 2011)
 Kelebihan :
1. Indikator yang baik dalam memprediksi lama rawat inap (Harimawan and Hadi, 2011)
2. Prediktor yang baik untuk digunakan dalam penilaian status gizi
Sumber : (Fina, Julistio and Harry, 2010)
3. Dapat mengidentifikasi pasien yang mengalami malnutrisi
 Kekurangan
1. Membutuhkan waktu yang lama
2. Tidak efesien
3. Tidak ringkas
4. Hanya dapat dilakukan ahli gizi
5. Tergantung pada nilai antropometri dan laboratorium

46
 Sasaran lansia
a) MNA
MNA (Mini Nutritional Assessment) Merupakan instrumen untuk mendeteksi resiko
berkembangnya kurang gizi pada tahap awal karena mencakup aspek fisik dan mental yang juga
sering mempengaruhi status gizi pada lansia. Tujuannya untuk mendeteksi adanya keberadaan
kurang gizi dan resiko berkembang menjadi gizi buruk (Kondrup et al, 2003).
Kelebihan : valid untuk pasien lanjut usia di Rumah Sakit pasien rawat jalan, panti jompo, dan
komunitas. SF MNA memiliki nilai sensitifitas 89%, spesifikasi 82%, PPV += 0,7 (Kaisar, et al , 2009
dalam Citerawati, 2017)
Kekurangan: Hanya dapat mendeteksi resiko malnutrisi pada tahap awal (Kondrup et al, 2003).
Tahapan dan parameter MNA
Nama : BB : TB :
Jenis kelamin : Usia: Tanggal :
F. Apakah terjadi penurunan asupan makan apakah terjadi asupan makan selama 3 bulan terakhir
berkaitan dengan penurunan nafsu makan, gangguan daluran cerna, kesulitan mengunyak atau
kesulitan menelan?
0 = penurunan nafsu Makan tingkat berat
1 = penurunan nafsiu makan tingkat sedang
2 = penurunan nafsu makan tingkat sedang
G. Penurunan baerat badan selama 3 bulan terakhir ?
0 = penurunan berat badan lebih dari 3 kg (6,6 lbs)
1 = penurunan berat badan tidak di ketahui
2 = penurunan berat badan antara 1 dan 3 kg (2,2 dan 6,6 lbs)
3 = tidak terjadi penurunan makan badan
H. Mobilitas
0 = hanya diatas kasur atau di kursi roda
1 = dapat beranjak dari kasur/kursi, tapi tidak mampu beraktifitas normal
2 = mampu beraktifitas normal
I. Menderita penyakit psikologis atau penyakit akut dlam 3 bulan terakhr ?
0 = ya b = tidak
J. Masalah neuropsikologis
0 = Demensia tingkat berat atau depresi

47
1 = Demensia tingkat sedang
3 = Tidak ada masalah psikologis
F1. Body Mass Index (BMI)
0 = BMI < 19
1 = BMI 19 -< 21
2 = BMI 21 - < 23
3 = BMI ≥ 23
Jika data BMI tidak tersedia, pertanyaan poin F1 dapat diganti dengan pertanyaan F2. Jangan mengisi
jawaban F2 jika pertanyaan untuk F1 sudah komplit.
F2. Lingkar betis dalam (cm)
4 = Lingkar betis < 31 cm
3 = lingkar betis ≥ 31
Skor skiring (sub total maksimal 14 point)
12 – 24 point = status gizi normal
8 - 11 point = beresiko malnutrisi
0 – 7 point = malnutrisi
Untuk assessment lebih mendalam, lanjutkan dengan pertanyaan G – R
G. Hidup mandiri (tidak sedang dalam perawatan di rumah atau di Rumah Sakit)
1 = ya
0 = tidak
H. Konsumsi lebih dari 3 resep obat dalam 1 hari
0 = ya
1 = tidak
II. Ada luka tekan atau ulkus pada kulit
0 = ya
1 = tidak
J. Berapa kali pasien makan dalam sehari
0 = 1 kali
5 = 2 kali
6 = 3 kali
K. konsumsi bahan makan spesifik unuk asupan protein
- ≤ 1 porsi makaan sumner protein atau protein atau produksi atau produksi susu ya tidak
(susu, keju, yogurt) dalam sehari

48
- ≥ 2 porsi kacang-kacangan atau telur dalam seminggu ya tidak
- Daging, ikan atau ungags setiap hari
0,0 = jika 0 jawaban ya
0,5 = jika 2 jawaban ya
1,0 = jika 3 jawaban ya
L. Konsumsi ≥ 2 porsi sayur atau buah setiap hari
0 = ya
1 = tidak
M. berapa banyak cairan (air putih, jus, kopi, the, susu) yang dikonsumsi per hari ?
0,0 = < 3, cangkir
0,5 = 3 – 5 cangkir
1,0 = > 5 cangkir
N. Cara pemberian makan
0 = tidak dapat makan tanpa bantuan orang lain
1 = makan sendiri dengan beberapa kesulitan
7 = makan sendiri tanpa kesulitan
O. Pandangan terhadap status gizi pribadi
0 = menganggap dirinya malnutrisi
1 = tidak pasti terhadap status gizinya
2 = menganggap dirinya tidak memiliki masalah gizi
P. Jika dibandingkan dengan orang lain pada tingkat umur yang sama, bagaimana pendapat
pasien terhadap status kesehatannya ?
0,0 = tidak cukup baik
0,5 = tidak tahu
1,0 = cukup baik
2,0 = lebih baik
Q. Lingkar Lengan Atas dalam (cm)
0,0 = LILA < 21
0,5 = LILA 21 – 22
1,0 = LILA > 22
R. Lingkar Betis dalam (cm)
0 = lingkar betis < 31 cm
1 = lingkar betis ≥ 31 cm

49
( Citerawati dkk, 2017)

50
8. Bagaimana tahapan umum skrining?
Pasien Masuk

Rawat Inap Rawat Jalan


Monev/ kontrol

Skrining gizi Assessmen gizi


dan diagnosa Intervensi gizi
Rujukan gizi gizi
Tidak beresiko
Skrining ulang
Skrining gizi

Beresiko Periodik

Assessmen Gizi

(PGRS, 2013)

9. Siapa Dan Kapan Dilakukan Skrining Gizi ?


Skrining gizi dapat dilakukan oleh ahli gizi, dietisien dan partner tim kesehatan (medis, perawat,
administrasi), keluarga pasien dan pasien sendiri (Citrawati & Sukati, 2017).
Pelaksanaan skrining berdasarkan waktunya dibagi menjadi 3 :
1. Acute care , dilakukan dalam 24 jam pertama masuk rumah sakit
2. Perawatan jangka panjang, dilakukan dalam 14 hari perawatan selama dirumah sakit
3. Rawat Jalan : pada saat kunjungan kembali oleh ahli gizi
(Charney and Marian, 2009)

10. Apa Syarat Dan Prinsip Skrining Gizi?


Syarat dan Prinsip Skrining Gizi
a. Mudah dan cepat
Skrining gizi dapat dilakukan semua tenaga kesehatan serta cepat dalam menentukan skala prioritas
pasien yang berisiko malnutrisi (Charney, 2008)
b. Memiliki risiko rendah ke individu yang di skrining (Citerawati, 2017)
c. Sensitivitas dan spesivisitas
Memiliki tingkat yang dapat diterima baik sensitivitas maupun spesivisitas. Sensitivitas dan spesivisitas
adalah konsep penting yang membantu mengukur kemampuan tes untuk mengidentifikasi dengan benar

51
risiko gizi pada pasien yang memiliki masalah gizi. Ketika skrining memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi
lebih mungkin mengidentifikasi pasien yang memiliki risiko malnutrisi dengan lebih baik. Jika tingkat
sensitivitas rendah akan memiliki hasil yang kurang baik dalam mengidentifikasi masalah gizi lebih besar
dibandingkan dengan spesivitas rendah (Charney, 2008)

d. Validitas dan realibilitas


Skrining gizi yang valid adalah alat yang secara akurat mengidentifikasi masalah gizi. Uji realibilitas
mengacu pada kemampuan tes untuk menghasilkan hasil yang sama. Tes yang dapat diandalkan akan
menghasilkan hasil yang sangat mirip setiap kali di gunakan (Charney, 2008)

Tabel Nilai sensitivitas, specivisitas, PPV, NPV Skrining Tools


Sensitivitas % Spesivisitas % PPV % NPV %
STRONG kisd 100 (0,94 – 1 ) 77,7 (0,03 – 0, 18) 57,14 (0,479 – 0,655) 100 (0,51 – 1)
STAMP 100 (0,94 – 1) 11,51 (0,05 – 0,23) 58, 2 (0,48 – 0,67) 100 (0,61 – 1)
PYMS 95,31 (0,87 – 0,98) 76,92 (0,63 – 0,86) 83,56 (0,73 – 0,9) 93,02 (0,81 – 0,97)
NRS-2002 74,9 (66,9 – 82) 87,2 (83 – 91,5) 76,1 (68,6 – 83,5) 86,2 (81,9 – 90,6)
MUST 71,6 (63,8 – 79, 4) 90,3 (86,5 -94,1) 80,1 (72,8 – 87,5) 85,4 (81 – 89,7)
MNA 95 (91,1 – 98,9) 61,3 % (55,2 – 67,3) 57,2 (50,7 – 63,8) 95,7 (92,2 – 99,1)
(Wonoputri dkk, 2014 dan C Velasco et al, 2011)

Kategori sensitivitas dan spesifitas metode skrining


a. Amat baik, jika Se dan Sp >90%
b. Baik, Jika Se > 70% dan Sp < 90%
c. Cukup baik, jika Se > 60% dan Sp < 70%
d. Kurang baik, jika Se dan Sp < 60%
(Budiarto, E. 2004. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta : EGC (buku kedokteran)

11. Apa Saja Komponen Skrining Gizi ?


 Kondisi pasien saat ini
Dilakukan pengukuran berat bdan dan Tinggi badan pasien untuk mengetahui IMT
 Kondisi kestabilan pasien
Penurunan berat badan saat ini diketahui daripenurunan riwayat kondisi pasien terdahulu atau bahkan
lebih baik. Jika dari pengukuran sebelumnya terjadi penurunan 5% berat badan yang tidak diharapkan
selama 3 bulan, maka keadaan pasien dikatakan signifikan tidak stabil.

52
 Resiko pasien kedepan (akankah bertambah buruk?)
Perlu diketahui apakah intake makanan pasien menurun, seberapa banyak penurunannya dan berapa
lama. Jika penurunan intake kurang dari kebutuhan normal, maka penurunan berat badan pasti terjadi
 Proses penyakit mempercepat terjadinya malnutrisi
Proses penyakit dapat mengurangi nafsu makan, selain itu proses penyakit dapat meningkatkan
kebutuhan nutrisi karena terjadi stres metabolisme yang menyebabkan status gizi semakin menurun
(Kondrup et al., 2003)
12. Sebutkan Etiologi, Patofisiologi, Tanda Dan Gejala Gizi Buruk
 Etiologi
masalah gizi disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu langsung dan tidak langsung.
 Faktor langsung yang menimbulkan masalah gizi yaitu
1. kurangnya asupan makanan
2. penyakit infeksi
Seseorang yang asupan gizinya kurang akan mengakibatkan rendahnya daya tahan tubuh yang
dapat menyebabkan mudah sakit. Sebaliknya pada orang sakit akan kehilangan gairah untuk
makan, akibatnya status gizi menjadi kurang. Jadi asupan gizi dan penyakit mempunyai
hubungan yang saling ketergantungan.
 Faktor tidak langsung :
- Kekurangan asupan makanan disebabkan oleh tidak tersedianya pangan pada tingkat
rumah tangga, sehingga tidak ada makanan yang dapat dikonsumsi. Kekurangan asupan makanan
juga disebabkan oleh perilaku atau pola asuh orang tua pada anak yang kurang baik. Dalam rumah
tangga sebetulnya tersedia cukup makanan, tetapi distribusi makanan tidak tepat atau
pemanfaatan potensi dalam rumah tangga tidak tepat, misalnya orang tua lebih mementingkan
memakai perhiasan dibandingkan untuk menyediakan makanan bergizi.
- Penyakit infeksi disebabkan oleh kurangnya layanan kesehatan pada masyarakat dan keadaan
lingkungan yang tidak sehat. Tingginya penyakit juga disebabkan oleh pola asuh yang kurang baik,
misalnya anak dibiarkan bermain pada tempat kotor.

53
Status Gizi dan Kematian

Kurangnya Asupan Gizi Penyakit Infeksi

Kurangnya Perilaku/Asuhan Ibu Sanitasi dan Air


Ketersediaan terhadap Anak tidak Bersih (Pelayanan
Pangan tingkat memadai Kesehatan Dasar)
Rumah Tangga
Sumber : Buku Penilaian Status Gizi

 Patofisiologi
Tubuh akan mnegalami adaptasi reduktif ketika intake makanan tidak sesuai dari kebutuhan, yaitu
terjadi perubahan fisiologi dan metabolisme mempertahankan kesediaan energi untuk tetap hidup.
Tubuh akan menggunakan simpanan lemak menjadi sumber energy, kemudian protein otot, kulit,
saluran pencernaan. Energi dipertahankan ketersediaannya dengan mengurangi metabolisme basal dan
simpanan untuk fungsi organ, menurunkan inflammatory dan respon imun. Perubahan tersebut
mengakibatkan terjadinya hal-hal berikut :
 Hati mengurangi produksi glukosa sehingga terjadilah hipoglikemia
 Memproduksi panas lebih sedikit sehingga terjadilah hipotermia
 Kemampuan ginjal dalam mengeksresikan cairan menurun, dan cairan mudah mengumpul di
sirkulasi meningkatkna risiko kelebihan cairan
 Jantung lebih lemah dan tidak maksimal outputnya. Kelebihan cairan diatas bisa menyebabkan
kematian karena gagal jantung
 Sodium masuk kedalam membrane cell yang mengalami kebocoran, menurunnya aktifitas
sodium/potassium pump sehingga memicu kelebihan sodium, retensi cairan, dan edema
 Potassium keluar dari sel dan keluar melalui urin, memicu ketidaksimbangan elektrolit, retensi
cairan, edema, dan anorexia
 Kehilangan protein otot diikuti kehilangan potassium, Mg, Zn, dan Cu
 Usus sedikit memproduksi gastric acid dan enzim. Motilitas menurun, bakteri di intestinal merusak
mukosa dan garam empedu sehingga pencernaan dan penyerapan terganggu

54
 Replikasi dan perbaikan sel berkurang sehingga menyebabkan meningkatkan risiko translokasi
bakteri melalui mukosa usus
 Fungsi imun rendah  risiko terhadap infeksi tidak ada, meningkatkan risiko terhadap penyakit
infeksi yang tidak terdiagnosa
 Sel darah merah berkurang yang dalam melepaskan zat besi membutuhkan glukosa dan asam amino
untuk konversi ke ferritin sehingga meningkatkan risiko hipoglikemia dan ketidakseimbangan asam
amino
 Defisiensi mikronutrient membuat kemampuan tubuh terbatas dalam melawan radikal bebas.
 Tanda dan Gejala
Secara Umum dikatakan gizi buruk jika :
3. Gizi Buruk Tanpa Komplikasi
e. BB/TB <-3SD, dan atau
f. Terlihat sangat kurus, dan atau
g. Adanya edema, dan atau
h. Lila <11,5 cm untuk anak usia 6-59 bulan
4. Gizi Buruk dengan Komplikasi
Gizi buruk dengan tanda-tanda di atas disertai salah satu atau lebih dari tanda komplikasi medis
berikut :
g. Anoreksia
h. Pneumonia berat
i. Anemia berat
j. Dehidrasi berat
k. Demam sangat tinggi
l. Penurunan kesadaran
Sumber : Buku Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk
Lebih khususnya gizi buruk dibagi menjadi 2 tipe yaitu marasmus dan kwashiorkor. Perbedaannya dapat
dilihat pada tabel berikut
Marasmus Kwasiorkor
1. Wajah tampak sangat kurus, tampak 1. Edema umumnya terjadi di seluruh
seperti tulang terbungkus kulit tubuh & terutama pada kaki
2. Wajah seperti orang tua 2. Otot-otot mengecil
3. Kulit keriput, jaringan lemak subkutan 3. Perubahan status mental : cengeng.
sangat sedikit, bahkan sampai tidak ada Rewel kadang apatis

55
4. Sering disertai diare kronis dan 4. Anoreksia
konstipasi, serta penyakit kronis 5. Pemberian hati
5. Tekanan darah, datak jantung dan 6. Sering disertai infeksi, anemia & diare
pernapasan berkurang 7. Rambut berwarna kusam & mudah
dicabut
8. Gangguan kulit berpa bercak merah yang
luas dan berubah menjadi hitam
9. Pandangan mata anak tampak sayu.

13. Apa Saja Faktor Penyebab Gizi Buruk?


Faktor penyebab gizi buruk terdiri atas penyebabtak langsung dan langsung (Liansyah, 2015) :
1. Penyebab langsung : kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi, menderita penyakit
infeksi, cacat bawaan, menderita penyakit kanker
2. Penyebab tidak langsung : ketersediaan pangan rumah tangga, perilaku dan pelayanan kesehatan.
Sedangkan faktor-faktor lain selain faktor kesehatan, tetapi juga merupakan masalah utama gizi buruk
adalah kemiskinan, pendidikan rendah, ketersediaan pangan dan kesempatan kerja. Oleh karena itu, untuk
mengatasi gizi buruk dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak yang terkait
Selain itu ada faktor risiko terjadinya malnutrisi antara lain :
a. Asupan makanan : Kurangnya asupan makanan disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain pola
makan yang salah, tidak tersedianya makanan secara cukup, dan anak tidak cukup atau salah
mendapat makanan bergizi seimbang.
b. Status sosial ekonomi : Balita dengan gizi buruk pada umumnya hidup dengan makanan yang kurang
bergizi, Hal ini dapat disebabkan oleh karena rendahnya ekonomi keluarga sehingga pada akhirnya
akan berdampak dengan rendahnya daya beli pada keluarga tersebut.
c. ASI : Hanya 14% ibu di Indonesia yang memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif kepada bayinya sampai
enam bulan. Rata-rata bayi di Indonesia hanya menerima ASI eksklusif kurang dari dua bulan, anak
yang tidak mendapatkan ASI ekslusif sampai 6 bulan beresiko terhadap malnutrisi.
d. Pendidikan ibu : Rendahnya pendidikan dapat mempengaruhi ketersediaan pangan dalam keluarga,
yang selanjutnya mempengaruhi kuantitas dan kualitas konsumsi pangan yang merupakan penyebab
langsung dari kekurangan gizi pada anak balita.
e. Pengetahuan ibu : Pengetahuan yang dimiliki ibu berpengaruh terhadap pola konsumsi makanan
keluarga khususnya pada anak balita. Kurangnya pengetahuan ibu tentang gizi menyebabkan
keanekaragaman makanan yang berkurang.

56
f. Penyakit penyerta Balita yang berada dalam status gizi buruk, umumnya sangat rentan terhadap
penyakit – penyakit seperti tuberculosis (TBC), diare persisten (berlanjutnya episode diare selama 14
hari atau lebih dan dimulai dari suatu diare cair akut atau berdarah/disentri) dan HIV/AIDS.
g. Berat Badan Lahir Rendah : Pada BBLR zat anti kekebalan kurang sempurna sehingga lebih mudah
terkena penyakit terutama penyakit infeksi. Penyakit ini menyebabkan balita kurang nafsu makan
sehingga asupan makanan yang masuk kedalam tubuh menjadi berkurang dan dapat menyebabkan
gizi buruk.
h. Kelengkapan imunisasi : Infeksi pada balita dapat dicegah dengan imunisasi, Imunisasi terhadap
suatu penyakit dapat memberi kekebalan terhadap penyakit pada balita, sehingga balita tersebut
tidak akan sakit dan untuk menghindari penyakit diperlukan imunisasi yang lengkap.
14. Apa Hubungannya Penyakit Pneumonia Dengan Gizi Buruk?
 Balita yang menderita Pneumonia cenderung tidak memiliki nafsu makan sehingga berdampak penurunan
asupan makan yang dapat menyebabkan malnutrisi. Sebaliknya orang yang menddrita gizi buruk
memiliki gangguan sistem imun yang mengakibatkan mudah terkena penyakit infeksi (Nurnajiah M,Dkk,
2016)
15. Bagaimana Tahapan Assessment Untuk A.N. DY?
1. Anak DY diskrining gizi menggunakan tools STRONGKids, dari hasil skrining diperoleh skor total 5 yang
berarti beresiko tinggi ( cut of point : Resiko tinggi : 4-5, Resiko sedang : 1-3, resiko rendah : 0) sehingga
perlu dilakukan asesmen lebih lanjut.

2. Tahapan asesment :

a. Mengambil data antropometri berupa : BB dan TB, untuk menentuan staus gizi dengan indikator IMT
menurut umur (IMT/U). Kategori status gizi Sangat kurus : <-3SD, Kurus : -3 SD sampai dengan <-2SD,
Normal : -2SD sampai dengan 2 SD, gemuk >2SD.

b. Mengumpulkan data biokimia yaitu:

Albumin : Rendah < 3,5 ; normal : 3,5 – 5,0


Total Protein : Normal 2-8 mg/dl
Hb : Laki-laki, Normal : 14-17 mg/dl, anemia < 14 mg/dl
Perempuan, normal : 12-15 mg/dl, anemia < 12 mg/dl
Ibu Hamil, normal : 11 mg/dl, anemia < 11 mg/dl
Bayi, normal : 14-24 mg/dl
Leukosit : Normal 5.000 – 10.000 mm3 (untuk anak > 2 tahun)
6.000 -17.000 mm3 (untuk anak <2 tahun)
c. Mengumpulkan data Klinis berupa :

57
Suhu : >430C indikasi fatal
410-430C Hiperpireksia
38-400C Pyreksia (demam)
37,20 – 38,00 low grade fever
36,10– 37,20 Normal
34,00 – 360 Hipotermia<340C Fatal
RR (12-18 tahun) : Normal = 12 – 20x/ menit
Nadi (12-18 tahun): Normal = 60 -100 x/menit
GCS :
No 1 2 3 4 5 6
Eye Does not Opens eyes Opens eyes Opens eyes N/A N/A
open eyes in response in response spontaneously
to pain to voice
Verbal Makes no Makes Words Confused, Oriented, N/A
sounds sounds disoriented converses
normally
motor Makes no Extension to Abnormal Flexion / Localizes Obeys
movements painful flexion to Withdrawal to to painful commands
stimuli painful painful stimuli stimuli
(decerebrate stimuli
response) (decorticate
response)

d. Mengumpulkan data dietary history : Recall 24 hours


e, mengumpulkan data Ekologi : Riwayat penyakit pasien dan keluarga, jenis kelamin, suku, bahasa,
pendidikan orang tua.

58
16. Apa Kelebihan Dan Kekurangan Parameter Asesmen ?
Assesment + -
Antropometri  Prosedur sederhana dan aman  Relatif kurang sensitive dan
 Peralatan yang digunakan tidak tidak bisa mendeteksi
mahal, portable, dan durable gangguan status gizi yang
 Yang tidak ahli bisa dilatih untuk terjadi dalam waktu yang
melakukan pengukuran singkat (hari/minggu)
 Metode bisa presisi dan akurasi  Tidak bisa membedakan
tergantung teknik standar yang antara gangguan
digunakan pertumbuhan atau komposisi
 Prosedur membantu tubuh yang disebabkan oleh
mengidentifikasi masalah gizi defisiensi nutrient
ringan, sedang, dan berat  Faktor lain bisa mengurangi
 Bisa digunakan untuk sensitifitas dan spesitifitas
mengevaluasiperubahan status pengukuran
gizi kedepan dan generasi  Kemungkinan error yang akan
selanjutnya mempengaruhi presisi,
akurasi, dan validitas
pengukuran

Biokimia  Menyediakan informasi gizi  Tidak selalu menggambarkan


dengan lebih spesifik gangguan patologi terkait
 Mendeteksi tingkatan perubahan status gizi
dalam penyimpanan zat gizi dalam  Bisa jadi disebabkan oleh
cairan tubuh, fungsi jaringan biologi atau faktor teknikal
bahkan aktifitas enzim daripada status zat gizi
 Membantu lebih cepat untuk  Tidak selalu menggambarkan
mengetahui defisiensi zat gizi content body nutrient atau
tertentu simpanan jaringan
 Mendeteksi inadekuat  Berapa pemeriksaan tidak
micronutrient dapat dilakukan karena
perlatan hanya da di
laboratorium pusat

59
 Belum ada keseragaman
rujukan (nilai normal)
 Interprestasi tidak selalu
mudah
 Mahal

Klinikal  Murah  Bersifat subjektif


 Cepat  Tidak mendeteksi secara
 Tidak memrlukan peralatan khusus status zat gizi tunggal
teknologi tinggi  Interprestasi tidak selalu
mudah

Dietary  Mudah  Tergantung pada memory


 Murah risiko bias lebih tinggi
 Sederhana  Maksud responden dan
 Tidak memerlukan peralatan pewawancara mungkin
teknologi tinggi berbeda lebih tinggi
 Membebani responden

(Fahmida & Dilon, 2009), (Supariasa, 2016)

60
BAB 4

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Skrining gizi adalah : penapisan gizi awal pada individu yang malnutrisi atau beresiko malnutrisi dengan
menggunakan prosedur pemeriksaan terstandar yang menentukan pengambilan proses asesmen.
2. Asesmen gizi adalah : langkah yang sistematis dengn tujuan mendapatkan, mengverifikasi,
menginterpretasikan data yang dibutuhkan yang dapat dilakukan dengan mengumpulkan data
antropometri, biokimia, clinis, dietary, ekologi.
3. Skrining Tools yang paling direkomendasikan untuk pasien anak-anak adalah PYMS, pasien dewasa adalah
MST, sedangkan untuk pasien lansia menggunakan MNA.
4. Skrining gizi sebaiknya dilakukan 1 x 24 jam setelah pasien masuk rumah sakit. Skrining gizi dapat
dilaksanakan oleh petugas gizi / dietisien maupun petugas kesehatan lainnya, termasuk keluarga pasien.
5. Syarat dan prinsip skrining gizi : sederhana, efisien, cepat, murah, valid, memiliki resiko rendah ke individu
yang di skrining, memiliki sensitifitas, spesifisitas yang tinggi, mempunyai prediksi positif dan prediksi
negatif.
6. Komponen skrining gizi meliputi : kondisi pasien saat ini, kestabilan pasien, resiko, keadaan penyakit
pasien.
7. Etiologi gizi buruk : penyebab langsung (asupan makan yang kurang dan infeksi) dan penyebab tidak
langsung (ketersedian pangan, kemiskinan, pola asuh yang kurang memadai dan pendidikan yang rendah).
Patofisiologi : Kurangnya asupan akan membuat tubuh mengalami perubahan fisiologi dan metabolisme
untuk mempertahankan tersedianya energy untuk bertahan hidup sehingga berakibat timbulnya
hipoglikemia, hipotermia, edema, ascites, rendahnya system imun, dan lain-lain.
8. Balita yang menderita Pneumonia cenderung tidak memiliki nafsu makan sehingga berdampak penurunan
asupan makan yang dapat menyebabkan malnutrisi. Sebaliknya orang yang menddrita gizi buruk memiliki
gangguan sistem imun yang mengakibatkan mudah terkena penyakit infeksi.
9. Tahapan asesmen gizi dimulai dari pengumpulan data, membandingkan dengan standar dan
mengelompokkan data yang abnormal.
10. Kelebihan dan kekurangan parameter pada asesmen secara umum terletak pada : segi alat, waktu, tingkat
BIAS dan Human error.

61
BAB 6

REFERENSI

BAPEN (2016) ‘The “MUST” Toolkit’. Available at: http://www.bapen.org.uk/screening-and-must/must/must-


toolkit.

Central Manchester Univercity Hospital (NHS), 2010. STAMP Intructions To Be a Read Before Using STAMP For The
First Time. Abbot Nutritions

Charney and marian. (2009). ‘ ADA Pocket Guide To Nutrition Assessment Second Edition’, Diana Faulhaber

Charney P. Nutrition Assessment Vs Nutrition Assessment : How Do they Difer? Nutri clin Pract. 2008; 23 : 366 –
372

Citerawati Yetti W. dan Sukati Nanik Dwi. 2017. Assesmen Gizi. Trans Medika: Yogyakarta

Fahmida Umi dan Dillon Drupadi HS. 2007. Handbook Nutritional Assesment. SEAMEO-TROPMED RCCN UI. UI
Press: Jakarta

Farida, Y dkk. 2017. Study Of Antibiotic Use On Pneumonia Patient In Surakarta Refferal Hospital. Journal Of
Pharmaceutical Science And Clinical Research, 2017,02,44-52

Fina, M., Julistio, D. and Harry, G. (2010) ‘Subjective Global Assessment’, Sari Pediatri, 12(3), pp. 162–167.

Handayani,D dkk. 2015 Nutrition Care Proses ( NCP ), Graha Ilmu : Yogyakarta

Harimawan, A. I. W. and Hadi, H. S. (2011) ‘Kajian Metode Subjective Global Assessment (SGA) dan Nutrition
Services Screening Assessment (NSSA) sebagai status gizi awal pasien dewasa sebagai prediktor lama rawat
inap dan status pulang’, Kajian Metode Subjective Global Assessment (SGA) dan Nutrition Services Screening
Assessment, 7(3), pp. 99–106.

Herawati dkk, 2014 Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 28, Suplemen No. 1, 2014: Herawati. Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. Saiful Anwar Malang, Jl. Jaksa Agung Suprapto No. 2 Malang Tel. (0341) 362101 Email:
herawati_eq@yahoo.com

Herawati, dkk. 2014. Metode Skrining Gizi di Rumah Sakit dengan MST Lebih Efektif dibandingkan SGA, Jurnal
Kedokteran Brawijaya. Vol 28. No. 1

62
Kemenkes RI. Pedoman PGRS (Pelayanan Gizi Rumah Sakit). 2013

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT). Jakarta. hal. 82

Kliegman Robert M, Stanton bonita F, Schor Nina F, and Geme Joseph W. 2016. Nelson Textbook of pediatric,
Tweentieth Edition. Elsevier, Inc. Https://books.google.co.id. Di akses 1 September 2018

Kondrup, J. et al. (2003) ‘ESPEN guidelines for nutrition screening 2002’, Clinical Nutrition, 22(4), pp. 415–421. doi:
10.1016/S0261-5614(03)00098-0.

Liansyah M.T, 2015 Malnutrisi pada Anak Balita file:///E:/faktor-faktor%20penyebab%20gizi%20buruk.pdf :


Volume II Nomor 1. Maret 2015

Moeeni V. Day As. Nutrition Risk Screening Tools in Hospitatalised Children. Int J child Health Nutr. 2012; 1 : 39 –
43

Moeeni, V. and Day, A. S. (2012) ‘Nutritional Risk Screening Tools in Hospitalised Children’, International Journal of
Child Health and Nutrition, 1, pp. 39–43.

Mueller, C., Compher, C. and Ellen, D. M. (2011) ‘A.S.P.E.N. clinical guidelines: Nutrition screening, assessment,
and intervention in adults’, Journal of Parenteral and Enteral Nutrition, 35(1), pp. 16–24. doi:
10.1177/0148607110389335
Nurnajiah, Rusdi Desmawati. Hubungan Status Gizi dengan Derajat Pnemonia pada Balita di RS. Dr. M. Djamal
Padang. 2016; 5(1) : 250 – 255

Schlaudecker, et al. Interaction of diarrhea, pneumonia, and malnutrition in childhood : recent evidence from
developing countries. 2011

Skipper, A. et al. (2012) ‘Nutrition screening tools: An analysis of the evidence’, Journal of Parenteral and Enteral
Nutrition, 36(3), pp. 292–298. doi: 10.1177/0148607111414023.

Sosetyowati dkk, 2012. Pengembangan Metode Skrining Gizi untuk Pasien Dewasa Rawat Inap

Supariasa, I Dewa Nyoman, dkk. 2016. Penilaian Status Gizi Edisi 2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Susetyowati, dkk. 2014. Development, Validation and Reliability of the Simple Nutrition Screening
Tool (SNST) for Adult Hospital Patient in Indonesia. Pakistan Journal of Nutrition Vol.13 (3): 157-163

63
BAB 7

TIM PENYUSUN

A. Ketua : Teguh Imano


B. Sekretaris:
1. Sisvika Asniar
2. Retno Febrianti
C. Anggota Dan Peran Dalam Kelompok

No Nama Anggota Peran dalam kelompok

1. Rin Rinawati Anggota aktif

2. Dedi iskandar Putra Anggota aktif

3. Stella Wulansari Anggota aktif

4. Wahyu Winariyanti Anggota aktif

5. Dwi Suci Rahayu Anggota aktif

Binasari
6. Anggota aktif

Nurafiani
8. Anggota aktif

9. Desi Susanti Anggota aktif

D. FASILITATOR : Camelia
E. PROSES DISKUSI
a. Kemampuan fasilitator dalam Memfasilitasi
Fasilator dapat mengendalikan proses diskusi berjalan sesuai dengan Problem Indicator yang
diharapkan, penguasaan materi dalam menyampaikan clue cukup bagus, mampu menghidupkan
dan memotivasi peserta diskusi sehingga diskusi berjalan sesuai dengan kesepakatan, mampu
mengatur dan menjaga alur diskusi ketika pembahasan mulai melebar/menyimpang.

64
b. Kompetensi / hasil belajar yang diperoleh anggota kelompok
Anggota diskusi mampu memecahkan problem indicator dari scenario yang di berikan, anggota
diskusi menjadi lebih aktif menyapaikan pendapat meskipun belum terlalu kritis menghadapi
problem yang ada. Anggota kelompok menjadi lebih aktif mencari dan membedah berbagai
sumber dengan keterbatasan waktu baik dari buku, jurnal, artikel, booklet dll.

65

Anda mungkin juga menyukai