PROBLEM-BASED LEARNING
Grup : B
Binasari
Dedi Iskandar Putra
Desi Susanti
Dwi Suci Utari
Nurafiani
Retno Febrianti
Rin Rinawati
Sisvika Asniar
Stella Wulansari Tiri
Teguh Imanto
Wahyu Winariyanti
Halaman
BAB I ISI
A. Kompetensi Yang Akan Dicapai ...................................................................................................................... 1
B. Skenario........................................................................................................................................................... 1
C. Daftar Unclear term ........................................................................................................................................ 1
D. Daftar Cues ..................................................................................................................................................... 1
E. Daftar Learning Objective ............................................................................................................................... 2
F. Hasil Brainstorming ......................................................................................................................................... 2
G. Hipotesis ........................................................................................................................................................ 34
H. Pembahasan Learning Objective ................................................................................................................... 35
i
BAB 1
ISI
1
E. DAFTAR LEARNING OBJECTIVE
1. Apakah perbedaan skrining gizi dan assessment gizi
2. Apakah tujuan skrining gizi
3. Apa jenis skrining tools dan sasaran, tahapan, serat kekurangan dan kelebihan masing-masing
Tools?
4. Siapa yang melakukan dan kapan skrining gizi dilakukan?
5. Apakah syarat dan prinsip skrining tools?
6. Apakah yang menjadi komponen skrining gizi
7. Apakah yang menjadi etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala gizi buruk?
8. Apa faktor penyebab gizi buruk
9. Bagaimana hubungan pneumonia dan gizi buruk?
10. Bagaimana tahapan assessment yang tepat untuk An. DY?
11. Apa kelebihan dan kekurangan masing-masing parameter assessment tersebut?
F. HASIL BRAINSTORMING
Unclear Term :
1. Nutrition Screening
Vika :
Penapisan gizi, kegiatan memilah dan memilih populasi berdasarkan status gizi (Sanjaya, 2009)
Nurafiani :
Adalah suatu tindakan preventif menggunakan prosedur pemeriksaan yan terstandar yang
digunakan untuk mendeteksi atau mengidentifikasi pasien yang membutuhkan Intervensi (
Handayani, dkk. 2015 )
Retno :
Skrining gizi merupakan proses identifikasi individu yang malnutrisi atau yang beresiko malnutrisi
yang menentukan pengambilan proses asesmen (Mueller, 2011)
2. Nutrition Assesment
Stella :
penilaian keadaan gizi seseorang. Assessment dapat dilakukan secara antropometri, biokimia atau
konsumsi makanan (Sanjaya, 2009)
Dedi :
2
Merupakan Interpretasi Data yang diperoleh dari pengukuran Antropometri, Biokimia, Clinical,
Dietary, Ekologi .( Handayani D, dkk. 2009 )
Teguh :
Nutrition assessment adalah : langkah yang sistematis dengan tujuan mendapatkan,
memverifikasi, menginterpretasikan data yang dibutuhkan dalam rangka mengidentifikasi
masalah terkait gizi, penyebab dan implikasinya (Handayani D., 2014)
3. Pneumonia
Rin :
Menurut WHO, (2014) dalam Farida Y, dkk, (2017) Pneumonia adalah peradangan paru yang
menyebabkan nyeri saat bernafas dan keterbatasan intake oksigen, pneumonia dapat disebabkan
oleh bakteri, virus, dan jamur , dan dapat disebarkan dengan berbagai cara antara lain pada saat
batuk dan bersin .
Dedi :
Pneumonia : Peradangan paru yang sebagian besar disebabkan oleh virus, bakteri dan jamur, yang
menyebabkan nyeri saat bernafas dan keterbatasan intake oksigen. Pneumonia dapat disebarkan
dengan berbagai cara antara lain batuk dan bersin.( Farida Yeni, dkk. 2017 )
Wahyu :
Infeksi jaringan paru akut yang disebabkan bakteri, virus, jamur, bahan kimia atau kerusakan fisik
dari paru- paru ataupun pengaruh tidak langsung dari penyakit. (Anwar A dan Dharmayanti I.
2014)
CUES
Ahli gizi mampu melakukan Skrining gizi dengan tools yang tepat dan melakukan assessment
sebagai tindak lanjut untuk yang pasien yang berisiko .
3
PROBLEM IDENTIFICATION
Teguh :
Perbedaan Skrining dengan asesmen :
Skrining Asesmen
1. Mengidentifikasi faktor 1. Untuk menegakkan diagnosa
resiko 2. Lebih komplek data yg dikumpulkan
2. Mudah 3. Waktu lebih lama
3. Wahtu singkat 4. Banyak pengukuran/indikator
4. Pengukuran minimal 5. Hanya bisa dilakukan oleh tenaga yang
5. Bisa dilakukan oleh siapa saja terlatih dan kompeten
(Correia M, 2018)
Desi :
Skrining gizi : Menurut ASPEN proses untuk mengidentifikasikan individu yang mengalami
malnutrisi atau beresiko malnutrisi untuk apakah perlu dilakukan pemeriksaan status gizi. Yang
lebih detail (handayani dkk, 2014)
Assessment : merupakan interpretasi data yang diperoleh dari pengukuran dietary, Antropometri,
Biokimia, dan Klinis (Handayani dkk, 2014).
4
3. Apa Jenis Skrining Tools Dan Sasaran, Tahapan, Serat Kekurangan Dan Kelebihan Masing-Masing
Tools?
Skrining Tools Untuk Anak-Anak
1) STRONGKid
Stella :
Sasaran tools STRONGKids untuk anak usia 1 bulan – 16 tahun. STRONG kids meliputi 4
parameter : yaitu (1) Subjektive Global Assessment (SGA); (2) Penyakit dengan risiko tinggi; (3)
asupan gizi dan kehilanggannya; (4) kehilangan BB atau peningkatan berat badan yang kurang.
STRONG kids terdiri atas 4 penilaian dengan 1-2 poin untuk setiap item dan maksimal skor adalah
5.
a. Kelebihan :
- Cepat
- Mudah
- Dapat mendeteksi anak yang mengalami malnutrisi akut atau kronis
b. Kekurangan :
- Skor menggunakan kriteria kriteria pbjektif yang membatasi penerapannya.
(Citerawati, 2017)
Vika :
Tahapan STRONGKIDs yaitu dengan menggunakan 4 parameter sebagai berikut :
Apakah ada penyakit yang mendasari Ya = 2 Dijawab oleh
terjadinya malnutrisi/pembedahan tenaga
mayor? kesehatan
Apakah pasien dalam kondisi status gizi Ya = 2
buruk berdasarkan pemeriksaan klinis
secara subjektif?
Apakah hal-hal dibawah ini ditemukan Ya = 1 Dijawab
pada anak? orang
-Diare >5x/hari dan/ muntah >3x/hari tua/pengasuh
Penurunan asupan makan beberapa anak
hari terakhir
-Intervensi sudah ada sebelumnya
-Ketidakcukupan asupan gizi karena
sakit
5
-Apakah ada penurunan berat badan Ya = 1
atau tidak adanya penambahan BB
(bayi<1 tahun) selama beberapa
minggu/bulan terakhir
Interprestasi :
Total skor : 4-5 poin : Risiko tinggi
Konsultasi ke dokter dan dietitian untuk tindak lanjut diagnosis lengkap dan
rekomendasi gizi
1-3 poin : risiko sedang
Konsultasikan kepada dokter untuk diagnosis lengkap. Pertimbangkan intervensi gizi
dengan dietitian. Periksa BB 2x/minggu dan evaluasi risiko gizi tiap minggu. Bila perlu
konsultasikan dengan dokter spesialis untuk diagnosis lengkap
0 poin : risiko rendah
Tidak ada intervensi gizi
(Susetyowati, 2014)
2) STAMP
Dedi :
TOOLS SASARAN KEGUNAAN KELEBIHAN KEKURANGAN
STAMP ANAK Alat Skrining Untuk Lebih Akurat Belum dapat
2-16 Tahun Penilaian Malnutisi dan tervalidasi diketahui secara
Pada Pediatri yang pasti penyebab
dibunakan pada anak terjadinya
6 – 12 Tahun malnutrisi pada
anak
6
Decreased/poor Apart
0 to 1 centile spaces/ column
No 1 No Change/Good 0 0
apart
STEP 4
Overall Risk Of Malnutritions
Add The Scores From Step 1-3 Together To Calculate The
SCORE
Overall Risk Malnutritions
High Risk ≥4
Medium Risk 2–3
Low Risk 0–1
STEP 5
CARE PLAN
Develop a Care Plan Based On The Child’s Overall Risk Of Malnutritions
High Risk Medium Risk Low Risk
Take Actions Continues Routine Clincal Care
Monitor Nutritional Intake For
Refer To a Dietitions, Nutritional 3 Days Repeat STAMP Screening Weekly
Support Team or Consultant Repaet STAMP Sscreening While Child Is An In-Patient
Monitor As Per Care Plan After 3 Days Amend Care Plan as Required
Amend Care Plan as Reqired
7
3) Pediatric Yorkhill Malnutrition Screening (PYMS)
Teguh :
Kelebihan : mampu mengklasifikasikan anak-anak yang mengalami resiko tinggi gangguan gizi
Kelemahan : tidak dapat mengenali anak yang mengalami kekurangan gizi
(Erawati, dkk, 2014)
Retno :
PYMS adalah skrining yang digunakan untuk mengidentifikasi anak-anak yang beresiko
malnutrisi.
Setting application : Rumah sakit
Sasaran : anak-anak usia 1-16 tahun
Parameter :
- IMT
- Riwayat Penurunan Berat badan
- Kondisi medis sekarang dihubungkan dengan status gizi pasien
- Perubahan asupan gizi
Tahapan :
Tiap parameter memiliki kategori skor maksimal 2, seluruh skor dijumlahkan & total skor
mencerminkan derajat resiko gizi pasien. (Moeeni and Day, 2012), (Gerasimidis et al., 2010).
8
Retno :
Tambahan Kelebihan :
1. Cocok untuk anak dengan penyakit kronis
2. Spesivisitas dan prediktivitas tinggi
Tambahan kekurangan :
1. Butuh waktu lama (karena tes laboratorium)
2. Mahal
3. Sensitivitas Rendah
Sumber : (Moeeni and Day, 2012)
Stella :
Kekurangan :
- Lebih cocok untuk penilaian bukan penyaringan (Mooeni and Day, 2012)
Menjawab pertanyaan di form SNST yang terdiri dari 6 pertanyaan, jika jawaban “ya” maka diberi
skor 1 dan jika jawabannya “tidak” maka diberi skor 0.
Pelaksana :
Vika :
10
Terdiri dari 2 parameter :
1. Apakah anda kehilangan berat badan secara
a. tidak (skor 0)
tidak sengaja? Jika ya, berapa banyak (kg) anda
b. Ragu (skor 2)
kehilangan berat badan?
1-5 kg Skor 1
6-10 kg Skor 2
11-15 kg Skor 3
>15 kg Skor 4
Ragu Skor 2
2 Apakah anda mengalami penurunan asupan
Tidak (skor 0)
makan karena penurunan nafsu makan (atau
Iya (skor 1)
karena tidka bisa mengunyah dan menelan)
Skor >=2 : pasien mengalami risiko gizi kurang
(Citerawati, 2017)
7) Nutritional Risk Screening (NRS) 2002
Teguh :
NRS 2002 mengandung komponen gizi MUST disamping itu dilanjutkan penilaian tingkat
keparahan penyakit sebagai cerminan dari peningkatan kebutuhan nutrisi. 3 kriteria lanjutan
yang dimaksud meliputi :
a. Gangguan status gizi
b. Kegawatan penyakit
c. Usia > 70 tahun
Kelebihan : penilaiannya tidak tergantung pada IMT, cukup menggunakan perubahan berat
badan
Kekurangan : tidak dapat mengelompokkan risiko malnutrisi menjadi berat, sedang, ringan.
Hanya untuk mengetahui siapa yang harus mendapatkan intervensi segera. (maharani, 2014)
Retno :
Tambahan kelebihan :
1. Metode skrining terbaik untuk memprediksi komplikasi dan lama rawat inap
Tambahan kekurangan :
1. List penyakit dalam form skrining terbatas
Sumber : (Kondrup et al., 2003)
8) Malnutrition Universal Screening Tools (MUST)
11
Stella :
MUST adalah skrining gizi yang didesain untuk mengidentifikasi pasien yang berisiko malnutrisi.
MUST adalah skrining gizi untuk dewasa namun tidak tepat jika digunakan untuk melakukan
skrining pada defisiensi mikronutrien atau toksitas mikronutrien. MUST dapat digunakan untuk
semua kelompok pasien dengan berbagai jenis perawatan termasuk pola mkan yang salah (eating
disorders), masalah kesehatan mental dan penyakit kritis, pasien dengan gangguan cairan tubuh,
kehamilan dan menyusui. Selain untuk skrining pada rawat inap, MUST merupakan salah satu
skrining gizi yang bisa digunakan untuk komunitas. Parameter yang digunakan dalam MUST adalah
sebanyak tiga parameter. Parameter tersebut adalah BMI, persentase kehilangan berat badan dan
penyakit berat/serius (Citrawati, 2017).
a. Kelebihan :
- Realibilitas sangat baik
- Mempunyai kemampuan yang dapat diterima untuk meendeteksi kebutuhan untuk
penilaian gizi (charney, 2008)
b. Kekurangan
- Kurang cocok untuk intake energy
Tahapan
1 BMI pasien (kg/m²)
a. >20 (>30 obese) Skor 0
b. 18,5 – 20 Skor 1
c. <18,5 Skor 2
2 Presentase penurunan berat badan secara tidak sengaja
a. <5% Skor 0
b. 5-10% Skor 1
c. >10% Skor 2
3 Pasien menderita penyakit berat dan/atau tidak Skor 2
mendapatkan asupan makanan >5hari
Total skor skrining MUST ……..
Skor total 0 menunjukan pasien berisiko rendah, skor 1 menunjukan pasien dengan
risiko sedang dan skor >2 menunjukan pasien dengan risiko tinggi
12
IMT Score
>20 (>30 obese) 0
18,5 – 20 1
<18,5 2
Untuk menghitung BMI dibutuhkan data berat badan dan tinggi badan. Jika tidak memungkinkan
mendapatkan tinggi badan dan berat badan , maka menggunakan pengukuran alternative diantaranya
panjang ulna, tinggi lutu atau rentang lengan. Jika berat dan tinggi badan tidak dapat diukur atau
diperkirakan makan BMI dapat diestimasi menggunakan menggunakan linkar lengan atas. Berdasarkan
BAPEN (The British Association for Parenteral and Enteral Nutrition), 2016 bahwa :
a) Jika LILA ,23,5, maka mungkin BMI kurang dan 20 kg/m², yaitu subjek kemungkinan underweight
b) Jika LILA >32,0 cm maka mungkin BMI lebih dari 30,0 kg/m², yaitu subjek kemungkinan obes.
Penurunan BB yang terjadi selama 3 sampai 6 bulan merupakan faktor risiko yang lebih serius
dibandingkan dengan BMI. Presentase penurunan BB dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
BBU merupakan berat badan 3-6 bulan lalu, BBA merupakan berat badan actual.
Penurunan BB Skor
<5 % penurunan BB = normal 0
5 – 10 % penurunan BB = indicator awal peningkatan risiko 1
>10 % penurunan BB = signifikan secara klinis 2
Bila pasien mengalami/mempunyai penyakit akut dan tidak ada asupan makanan selama 5 hari atau lebih,
hal ini berarti pasien berisiko mengalami identifikasi pasien kanker yang mengalami malnutrisi atau akan
beresiko malnutrisi.
13
Vika :
Skrining gizi untuk mengidentifikasi risiko outcome setelah pembedahan. PNI menggunakan 4
indeks gizi yaitu serum albumin, serum transferin,lipat kulit trisep dan kelembapan hipersensitif
kulit (Citerawati, 2017). PNI menunjukkan risiko dinyatakan dalam persen (%) dari morbiditas
dan mortilitas individu pasca bedah (Susetyawati, 2014). Formulir PNI :
PNI(%)=158-(16,6 x ALB)-(0,78 x TSF) – (0,2 x TFN) –(5,8 x DCH)
Ket :
PNI = Prognostic Nutrition Index
ALB= Serum albumin Concentration (gr/dl)
TSF= Triseps skinfold (mm)
TFN= Transferin (mg/dl)
DCH= Delayed Cutaneus Hypersensitivity (0=nonreaktif;1=<5 mmreaktivitas, dan 2=>5 mm
reaktivitas)
Interprestasi sebagai berikut :
<40 % : risiko rendah
40-49,99% : risiko sedang
>=50 % : risiko tinggi
(Citerawati, 2017)
10) Subjective Global Assesment (SGA)
Retno :
Skrining gizi SGA merupakan alat yang digunakan untuk memeriksa riwayat dan pemeriksaan fisik
pasien untuk mengidentifikasi tanda dan gejala umum malnutrisi seperti perubahan fizik yang
dihubungkan dengan defisiensi mikronutrien (charney and marian, 2009).
Sasaran : Dewasa
Parameter yang dinilai :
1. Riwayat medis meliputi :
a) Perubahan berat badan
b) Perubahan asupan makan
c) Adanya gejala gastrointestinal
d) Kapasitas fungsional serta penyakit & hubungannya dengan kebutuhan gizi
2. Pemeriksaan fisik yang meliputi :
a) Lemak subkutan
b) Masa otot
14
c) Adanya odem dan ascites
(Harimawan and Hadi, 2011)
Binasari :
Skrining gizi SGA merupakan alat yang digunakan unuk memeriksa riwayat medis dan pemeriksaan
fisik pasien dewasa untuk mengidentifikasi tanda dan gejala umum malnurisi (Charney dan
marian, 2009).
Kelebihan :
1. Waktu lama
2. Tidak efisien
3. Tidak ringkas
4. Hanya dilakukan ahli gizi
5. Tergantung pada nilai anroometri dan laboratorium
Interpretasi
Rank Interpretasi
A Gizi baik
B Malnutrisi sedang
C Malnutrisi berat
Citerawati dkk, 2017
Nurafiani :
Interpretasi SGA
15
Rank Interpretasi
A Gizi Baik
B Malnutrisi sedang
C Malnutrisi Berat
( Citerawati dkk, 2017)
Tambahan kelebihan :
1. Indikator yang baik dalam memprediksi lama rawat inap (Harimawan and Hadi, 2011)
2. Prediktor yang baik untuk digunakan dalam penilaian status gizi
Sumber : (Fina, Julistio and Harry, 2010)
Stella :
a. Kelebihan :
- Dapat mengidentifikasi pasien yang mengalami malnutrisi
b. Kekurangan
- Membutuhkan waktu yang lama
- Tidak efesien
- Tidak ringkas
- Hanya dapat dilakukan ahli gizi
- Tergantung pada nilai antropometri dan laboratorium
Skrining untuk Lansia
11) Mini Nutritional Assesment (MNA)
Dedi :
MNA Adalah Instrumen Untuk Mendeteksi Resiko berkembangnya kurang gizi pada tahap awal
karena mencakup aspek fisik dan mental yang juga sering mempengaruhi status gizi lansia
(Kondrup,J. 2003 )
Total skrining MNA terdiri dari 6 pertanyaan yang saling berkaitan. Skor maksimal 14 dengan
klasifikasi sbb :
- 0 – 7 Point : Malnutrisi
- 8 – 11 Point : Resiko Malnutrisi
- 12 – 14 Point : Normal
(Kondrup, J. Et.al.2003.
Nurafiani :
Parameter MNA
16
Nama : BB : TB :
Jenis kelamin : Usia: Tanggal :
A. Apakah terjadi penurunan asupan makan apakah terjadi asupan makan selama 3 bulan terakhir
berkaitan dengan penurunan nafsu makan, gangguan daluran cerna, kesulitan mengunyak atau
kesulitan menelan?
0 = penurunan nafsu Makan tingkat berat
1 = penurunan nafsiu makan tingkat sedang
2 = penurunan nafsu makan tingkat sedang
B. Penurunan baerat badan selama 3 bulan terakhir ?
0 = penurunan berat badan lebih dari 3 kg (6,6 lbs)
1 = penurunan berat badan tidak di ketahui
2 = penurunan berat badan antara 1 dan 3 kg (2,2 dan 6,6 lbs)
3 = tidak terjadi penurunan makan badan
C. Mobilitas
0 = hanya diatas kasur atau di kursi roda
1 = dapat beranjak dari kasur/kursi, tapi tidak mampu beraktifitas normal
2 = mampu beraktifitas normal
D. Menderita penyakit psikologis atau penyakit akut dlam 3 bulan terakhr ?
0 = ya b = tidak
E. Masalah neuropsikologis
0 = Demensia tingkat berat atau depresi
1 = Demensia tingkat sedang
2 = Tidak ada masalah psikologis
F1. Body Mass Index (BMI)
0 = BMI < 19
1 = BMI 19 -< 21
2 = BMI 21 - < 23
3 = BMI ≥ 23
Jika data BMI tidak tersedia, pertanyaan poin F1 dapat diganti dengan pertanyaan F2. Jangan mengisi
jawaban F2 jika pertanyaan untuk F1 sudah komplit.
F2. Lingkar betis dalam (cm)
0 = Lingkar betis < 31 cm
3 = lingkar betis ≥ 31
17
Skor skiring (sub total maksimal 14 point)
12 – 24 point = status gizi normal
8 - 11 point = beresiko malnutrisi
0 – 7 point = malnutrisi
Untuk assessment lebih mendalam, lanjutkan dengan pertanyaan G – R
G. Hidup mandiri (tidak sedang dalam perawatan di rumah atau di Rumah Sakit)
1 = ya
0 = tidak
H. Konsumsi lebih dari 3 resep obat dalam 1 hari
0 = ya
1 = tidak
I. Ada luka tekan atau ulkus pada kulit
0 = ya
1 = tidak
J. Berapa kali pasien makan dalam sehari
0 = 1 kali
1 = 2 kali
2 = 3 kali
K. konsumsi bahan makan spesifik unuk asupan protein
- ≤ 1 porsi makaan sumner protein atau protein atau produksi atau produksi susu ya tidak
(susu, keju, yogurt) dalam sehari
- ≥ 2 porsi kacang-kacangan atau telur dalam seminggu ya tidak
- Daging, ikan atau ungags setiap hari
0,0 = jika 0 jawaban ya
0,5 = jika 2 jawaban ya
1,0 = jika 3 jawaban ya
L. Konsumsi ≥ 2 porsi sayur atau buah setiap hari
0 = ya
1 = tidak
M. berapa banyak cairan (air putih, jus, kopi, the, susu) yang dikonsumsi per hari ?
0,0 = < 3, cangkir
0,5 = 3 – 5 cangkir
1,0 = > 5 cangkir
18
N. Cara pemberian makan
0 = tidak dapat makan tanpa bantuan orang lain
1 = makan sendiri dengan beberapa kesulitan
3 = makan sendiri tanpa kesulitan
O. Pandangan terhadap status gizi pribadi
0 = menganggap dirinya malnutrisi
1 = tidak pasti terhadap status gizinya
2 = menganggap dirinya tidak memiliki masalah gizi
P. Jika dibandingkan dengan orang lain pada tingkat umur yang sama, bagaimana pendapat
pasien terhadap status kesehatannya ?
0,0 = tidak cukup baik
0,5 = tidak tahu
1,0 = cukup baik
2,0 = lebih baik
Q. Lingkar Lengan Atas dalam (cm)
0,0 = LILA < 21
0,5 = LILA 21 – 22
1,0 = LILA > 22
R. Lingkar Betis dalam (cm)
0 = lingkar betis < 31 cm
1 = lingkar betis ≥ 31 cm
19
Tahapan Skrining secara Umum
Stella :
Pasien Masuk
Tidak berisiko
Skrining gizi Skrining ulang
Periodik
Beresiko
Assessmen Gizi
(PGRS, 2013)
20
3. Nilai sensitivitas dan spesifisitas tinggi ditandai 93-95% (Herawati dkk, 2014)
4. Efektif dan efesien bisa dilakukan kesemua pasien (Herawati dkk, 2014)
5. Valid : validitas metode skrining gizi dengan melakukan indikator Antropometri (IMT, dan LILA)
dan indikator biokimia (Albumin dan hemoglobin) ( Sosetyowati dkk, 2012)
Stella :
Validitas dan Realibilitas
Skrining gizi yang valid adalah alat yang secara akurat mengidentifikasi masalah gizi. Uji reliabilitas
mengacu pada kemampuan tes untuk menghasilkan hasil yang sama . tes yang dapat di andalkan
akan menghasilkan hasil yang sangat mirip, setiap kali digunakan (Charney, 2008).
Retno :
Tambahan :
1. Memiliki nilai prediksi negatif yaitu kemungkinan bahwa orang yang dites negatif memang tidak
memiliki resiko malnutrisi
2. Memiliki nilai prediksi positif yaitu kemungkinan bahwa orang dengan hasil tes positif benar-benar
beresiko malnutrisi
(Skipper et al., 2012)
Vika :
Tambahan
• Memiliki risiko rendah terhadap subjek yang diskrining
• Memiliki validitas,reliabilitas, dan PPV +/- yang bisa diterima
• Data yang dibutuhkan untuk skrining tersedia
• Efektif untuk mengidentifikasi masalah gizi lebih lanjut
(Citerawati, 2017)
6. Apakah yang menjadi komponen skrining gizi
Wahyu :
Kondisi saat ini dari pasien, dengan menggunakan BB, TB, untuk menghitung IMT, bisa juga
menggunakan LILA
Kestabilan kondisi pasien, dilihat dari penurunan BB pasien, bisa dilihat dari riwayat pasien atau
dari rekam medic
Risiko/ kondisi pasien akankah memburuk atau tidak, bisa dilihat dari asupan makan pasien
Proses perjalanan penyakit, misalkan penurunan nafsu makan pada pasien tapi disisi lain
diperlukan peningkatan kebutuhan gizi (adanya stress metabolic)
(Handayani D, dkk. 2013)
21
Retno :
Menambahkan dari mbak wahyu penjelasannya
1. Kondisi pasien saat ini
Dilakukan pengukuran berat bdan dan Tinggi badan pasien untuk mengetahui IMT
2. Kondisi kestabilan pasien
Penurunan berat badan saat ini diketahui daripenurunan riwayat kondisi pasien terdahulu atau
bahkan lebih baik. Jika dari pengukuran sebelumnya terjadi penurunan 5% berat badan yang tidak
diharapkan selama 3 bulan, maka keadaan pasien dikatakan signifikan tidak stabil.
3. Resiko pasien kedepan (akankah bertambah buruk?)
Perlu diketahui apakah intake makanan pasien menurun, seberapa banyak penurunannya dan
berapa lama. Jika penurunan intake kurang dari kebutuhan normal, maka penurunan berat badan
pasti terjadi
4. Proses penyakit mempercepat terjadinya malnutrisi
Proses penyakit dapat mengurangi nafsu makan, selain itu proses penyakit dapat meningkatkan
kebutuhan nutrisi karena terjadi stres metabolisme yang menyebabkan status gizi semakin
menurun
(Kondrup et al., 2003)
7. Apakah Yang Menjadi Etiologi, Patofisiologi, Tanda Dan Gejala Gizi Buruk?
Etiologi
masalah gizi disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu langsung dan tidak langsung.
Faktor langsung yang menimbulkan masalah gizi yaitu
1. kurangnya asupan makanan
2. penyakit infeksi
Seseorang yang asupan gizinya kurang akan mengakibatkan rendahnya daya tahan tubuh yang
dapat menyebabkan mudah sakit. Sebaliknya pada orang sakit akan kehilangan gairah untuk
makan, akibatnya status gizi menjadi kurang. Jadi asupan gizi dan penyakit mempunyai
hubungan yang saling ketergantungan.
Faktor tidak langsung :
- Kekurangan asupan makanan disebabkan oleh tidak tersedianya pangan pada tingkat
rumah tangga, sehingga tidak ada makanan yang dapat dikonsumsi. Kekurangan asupan
makanan juga disebabkan oleh perilaku atau pola asuh orang tua pada anak yang kurang baik.
22
Dalam rumah tangga sebetulnya tersedia cukup makanan, tetapi distribusi makanan tidak tepat
atau pemanfaatan potensi dalam rumah tangga tidak tepat, misalnya orang tua lebih
mementingkan memakai perhiasan dibandingkan untuk menyediakan makanan bergizi.
- Penyakit infeksi disebabkan oleh kurangnya layanan kesehatan pada masyarakat dan
keadaan lingkungan yang tidak sehat. Tingginya penyakit juga disebabkan oleh pola asuh yang
kurang baik, misalnya anak dibiarkan bermain pada tempat kotor.
Patofisiologi
Vika :
Tubuh akan mengalami adaptasi reduktif ketika intake makanan tidak sesuai dengan kebutuhan
yang terjadi pada waktu yang lama seperti pada anak gizi buruk, yaitu terjadi perubahan fisiologi
dan metabolisme mempertahankan kesediaan energi untuk tetap hidup. Tubuh akan
menggunakan simpanan lemak menjadi sumber energy, kemudian protein otot, kulit, dan
saluran pencernaan. Energi dipertahankan ketersediaannya dengan mengurangi metabolisme
basal dan simpanan untuk fungsi organ, menurunkan inflammatory dan respon imun. Perubahan
tersebut mengakibatkan terjadinya hal-hal berikut :
Hati mengurangi produksi glukosa sehingga terjadilah hipoglikemia
Memproduksi panas lebih sedikit sehingga terjadilah hipotermia
Kemampuan ginjal dalam mengeksresikan cairan menurun, dan cairan mudah
mengumpul di sirkulasi meningkatkna risiko kelebihan cairan
Jantung lebih lemah dan tidak maksimal outputnya. Kelebihan cairan diatas bisa
menyebabkan kematian karena gagal jantung
23
Sodium masuk kedalam membrane cell yang mengalami kebocoran, menurunnya
aktifitas sodium/potassium pump sehingga memicu kelebihan sodium, retensi cairan,
dan edema
Potassium keluar dari sel dan keluar melalui urin, memicu ketidaksimbangan elektrolit,
retensi cairan, edema, dan anorexia
Kehilangan protein otot diikuti kehilangan potassium, Mg, Zn, dan Cu
Usus sedikit memproduksi gastric acid dan enzim. Motilitas menurun, bakteri di
intestinal merusak mukosa dan garam empedu sehingga pencernaan dan penyerapan
terganggu
Replikasi dan perbaikan sel berkurang sehingga menyebabkan meningkatkan risiko
translokasi bakteri melalui mukosa usus
Fungsi imun rendah risiko terhadap infeksi tidak ada, meningkatkan risiko terhadap
penyakit infeksi yang tidak terdiagnosa
Sel darah merah berkurang yang dalam melepaskan zat besi membutuhkan glukosa dan
asam amino untuk konversi ke ferritin sehingga meningkatkan risiko hipoglikemia dan
ketidakseimbangan asam amino
Defisiensi mikronutrient membuat kemampuan tubuh terbatas dalam melawan radikal
bebas.
24
Dedi :
Turgor Kulit
Keadaan Umum
Menurun Artropi
Lemah
Keriput
(Nurcahyo, 2007 )
25
Tanda dan Gejala Gizi Buruk
Dwi Suci :
Secara Umum kriteria gizi buruk jika :
1. Gizi Buruk Tanpa Komplikasi
a. BB/TB <-3SD, dan atau
b. Terlihat sangat kurus, dan atau
c. Adanya edema, dan atau
d. Lila <11,5 cm untuk anak usia 6-59 bulan
2. Gizi Buruk dengan Komplikasi
Gizi buruk dengan tanda-tanda di atas disertai salah satu atau lebih dari tanda komplikasi medis
berikut :
a. Anoreksia
b. Pneumonia berat
c. Anemia berat
d. Dehidrasi berat
e. Demam sangat tinggi
f. Penurunan kesadaran
(Kemenkes, 2011)
Rin :
1. Marasmus
Sangat kurus, tampak seperti tulang terbungkus kulit
Wajah seperti orang tua
Cengeng
Rewel
Keriput
Sering disertai diare kronis atau konstipasi serta penyakit kronis
TD, Denyut jantung, pernapasan berkurang
2. Kwashiorkor
Edema, umumnya terdapat di seluruh tubuh
Wajah membulat dan sembab
26
Otot-otot mengecil, tampak lebih nyata apabila diperiksa pada posisi berdiri dari pada
duduk
Anak berbaring terus-menerus
Perubahan status mental : cengeng, rewel, kadang apatis
Anak sering menolak segala jenis makanan (anoreksia)
Pembesaran hati
Sering disertai infeksi
Rambut berwarna kusam dan mudah dicabut
Gangguan kulit berupa bercak merah yang meluas dan berubah menjadi hitam
terkelupas
Pandangan mata anak tampak sayu
3. Marasmus-kwashiorkor
Gabungan dari tanda-tanda yang ada pada marasmus dan kwashiorkor.
Retno :
27
c. ASI : Hanya 14% ibu di Indonesia yang memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif kepada bayinya
sampai enam bulan. Rata-rata bayi di Indonesia hanya menerima ASI eksklusif kurang dari dua
bulan, anak yang tidak mendapatkan ASI ekslusif sampai 6 bulan beresiko terhadap malnutrisi.
d. Pendidikan ibu : Rendahnya pendidikan dapat mempengaruhi ketersediaan pangan dalam
keluarga, yang selanjutnya mempengaruhi kuantitas dan kualitas konsumsi pangan yang
merupakan penyebab langsung dari kekurangan gizi pada anak balita.
e. Pengetahuan ibu : Pengetahuan yang dimiliki ibu berpengaruh terhadap pola konsumsi makanan
keluarga khususnya pada anak balita. Kurangnya pengetahuan ibu tentang gizi menyebabkan
keanekaragaman makanan yang berkurang.
f. Penyakit penyerta Balita yang berada dalam status gizi buruk, umumnya sangat rentan terhadap
penyakit – penyakit seperti tuberculosis (TBC), diare persisten (berlanjutnya episode diare selama
14 hari atau lebih dan dimulai dari suatu diare cair akut atau berdarah/disentri) dan HIV/AIDS.
g. Berat Badan Lahir Rendah : Pada BBLR zat anti kekebalan kurang sempurna sehingga lebih mudah
terkena penyakit terutama penyakit infeksi. Penyakit ini menyebabkan balita kurang nafsu makan
sehingga asupan makanan yang masuk kedalam tubuh menjadi berkurang dan dapat
menyebabkan gizi buruk.
h. Kelengkapan imunisasi : Infeksi pada balita dapat dicegah dengan imunisasi, Imunisasi terhadap
suatu penyakit dapat memberi kekebalan terhadap penyakit pada balita, sehingga balita tersebut
tidak akan sakit dan untuk menghindari penyakit diperlukan imunisasi yang lengkap (Liansyah,
2015)
9. Bagaimana Hubungan Pneumonia Dan Gizi Buruk?
Stella :
Pada pasien pneumonia terjadi penurunan terjadi penurunan imunitas yang disebabkan oleh
menurunnya aktivitas leukossit untuk menfagosit maupun membunuh kuman. Pasien cendurung
tidak memiliki nafsu makan sehingga berdampak pada kurang gizi dan malnutrisi (Nurjajinah, 2016)
Wahyu :
hubungan pneumonia dan gizi buruk: balita dengan pneuomonia cenderung tidak memiliki nafsu
makan sehingga berdampak pada asupan gizi yang menyebabkan manutrisi ( Nurnajiah M. dkk. 2016)
Nurafiani :
Pneumonia merupakan salah satu penyakit penyerta atau penyakit infeksi yang mampu memberikan
efek penurunan berat atau kehilangan berat badan 14,7 gr per hari. Hal ini jika tidak ditangani dengan
baik akan menghambat proses tumbuh kembang anak yang dalam jangka waktu yang panjang akan
mengarah ke SAM. (Schlaudecker, 2011 ).
28
10. Bagaimana Tahapan Assessment Yang Tepat Untuk An. DY?
Stella :
Skor Mc laren
Skor Jenis
0–3 Marasmus
4–8 Kwashiorkor Marasmik
9 – 15 Kwashiorkos
Wahyu :
Klinis:
Suhu normal 36° - 37°C
< 36 ° : hipothermi
29
Nurafiani
Antropometri :
LILA/ U
LLA aktual
% deviasi dari standar = X 100%
Nilai standar (baku Harvard)
Kriteria LLA/ U:
Kriteria Nilai
Obesitas >120% standar
Overweight 110 – 120% standar
Normal 90 – 110% standar
Kurang 60 – 90% standar
Buruk < 60% standar
Biokimia
Teguh :
Data assesment biokimia : Hb cut of poin L : 14,0 – 17,0 mg/dl; P : 12-15 mg/dl, ibu hamil : 11
mg/dl, Bayi : 14-24 g/dl
Jika Hb< normal dapat diinterpretasiak bahwa seseorang mengalami defisiensi protein, Fe,
anemia, perdarahan, hemolisis, malnutrisi, kegagalan fungsi sumsum tulang belakang, penyakit
ginjal.
30
Anemia defisiensi besi dapat mengakibatkan gangguan kesehatan dari tingkat ringan sampai
berat. Komplikasi ringan antara lain kelainan kuku, atrofi papil lidah, stomatitis dan komplikasi
yang berat sepeti penurunan daya tahan tubuh terhadap penyakit, gangguan pada pertumbuhan
sel tubuh dan sel otak, penurunan kognitif, rendahnya kemampuan fisik gangguan motorik dan
koordinasi, pengaruh psikologi dan perilaku penurunan prestasi belajar, rendahnya kemampuan
intelektualitas yang dapat menyebabkan dampak secara luas yaitu menurunnya kualitas sumber
daya manusia (DeMaeyer 1995;Depkes 2001; Almatsier,2002; Abdulsalam M, 2005). Pada anak-
anak > 2 tahun dan remaja yang mengalami defisiensi besi, hasil penelitian menunjukkan
penurunan funsi kognitif atau defisit perilaku (Ames , 2007). ADB, merupakan hasil penipisan total
besi tubuh dan gangguan produksi hemoglobin (Hb), pada anak menyebabkan berkurangnya
fungsi kognitif, perubahan perilaku. Pertumbuhan dan perkembangan bayi terlambat, penurunan
toleransi latihan, dan fungsi kekebalan tubuh terganggu pada anak 1-5 ADB sangat penting bagi
anak-anak miskin dengan peningkatan risiko untuk keterlambatan perkembangan (Debra L. Bogen,
2014).
No Tes Nilai normal Interpretasi
Menurun Meningkat
1 Albumin 3,5 - 5 Defisiensi protein, katabolisme, Defisiensi protein,
penyakit terkait ginjal dan hati, katabolisme, gagal
hipotiroid, gagal jantung ginjal, dehidrasi
2 Hemoglobin L : 14–17 defisiensi protein, Fe, anemia, -
(Hb) mg/dl perdarahan, hemolisis, malnutrisi,
P : 12-15 kegagalan fungsi sumsum tulang
mg/dl belakang, penyakit ginjal.
Bumil : 11
mg/dl
Bayi : 14-24
mg/dl
(Handayani,dkk 2009)
Dietary :
Dwi Suci :
Dietary Assesment :
Menggunakan metode recall 24 jam
Kriteria :
31
Defisit tingkat berat = <70% AKG
Defisit tingkat sedang = 70 - 79% AKG
Defisit tingkat ringan = 80 -89% AKG
Normal = 99 – 119% AKG
Kelebihan => 120% AKG
(Handayani, 2009)
Assesment + -
Antropometri Prosedur sederhana dan aman Relatif kurang sensitive dan
Peralatan yang digunakan tidak tidak bisa mendeteksi
mahal, portable, dan durable gangguan status gizi yang
Yang tidak ahli bisa dilatih untuk terjadi dalam waktu yang
melakukan pengukuran singkat (hari/minggu)
Metode bisa presisi dan akurasi Tidak bisa membedakan
tergantung teknik standar yang antara gangguan
digunakan pertumbuhan atau komposisi
Prosedur membantu tubuh yang disebabkan oleh
mengidentifikasi masalah gizi defisiensi nutrient
ringan, sedang, dan berat Faktor lain bisa mengurangi
Bisa digunakan untuk sensitifitas dan spesitifitas
mengevaluasiperubahan status pengukuran
gizi kedepan dan generasi Kemungkinan error yang akan
selanjutnya mempengaruhi presisi,
akurasi, dan validitas
pengukuran
32
cairan tubuh, fungsi jaringan biologi atau faktor teknikal
bahkan aktifitas enzim daripada status zat gizi
Membantu lebih cepat untuk Tidak selalu menggambarkan
mengetahui defisiensi zat gizi content body nutrient atau
tertentu simpanan jaringan
Mendeteksi inadekuat Interprestasi tidak selalu
micronutrient mudah
Mahal
(Fahmida, 2009)
Nurafiani :
Biokimia : (-) Berapa pemeriksaan tidak dapat dilakukan karena perlatan hanya da di laboratorium
pusat
(Supariasa, 2016)
G.
33
G. HIPOTESA
Px Masuk RS
SKRINING
( di lakukan dalam 1X 24 JAM)
Hasil skrining
Assessment Re Skrining
35
2. Dampak diagnosa medis pada
kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan
Pemeriksaan fisik yang focus pada Penampilan umum Pemeriksaan fisik
gizi riwayat pasien
Riwayat pasien - 1. Riwayat penyakit
2. Riwayat pengobatan
3. Riwayat gizi
4. Riwayat sosial
(correia M, 2018 dan charney, 2008)
36
Konsultasikan kepada dokter untuk diagnosis lengkap. Pertimbangkan intervensi gizi dengan
dietitian. Periksa BB 2x/minggu dan evaluasi risiko gizi tiap minggu. Bila perlu konsultasikan
dengan dokter spesialis untuk diagnosis lengkap
0 poin : risiko rendah
(Susetyowati, 2014)
Kelebihan :
- Cepat
- Mudah
- Dapat mendeteksi anak yang mengalami malnutrisi akut atau kronis
Kekurangan :
- Skor menggunakan kriteria kriteria pbjektif yang membatasi penerapannya.
(Citrawati, 2017)
Langkah-langkah
Adapun langkah – langkah atau tahapan dalam skrining dengan menggunakan STRONGKIDs yaitu :
Tahapan STRONGKIDs menggunakan 4 parameter sebagai berikut :
Apakah ada penyakit yang mendasari Ya = 2 Dijawab oleh
terjadinya malnutrisi/pembedahan tenaga
mayor? kesehatan
Apakah pasien dalam kondisi status Ya = 2
gizi buruk berdasarkan pemeriksaan
klinis secara subjektif?
Apakah hal-hal dibawah ini ditemukan Ya = 1 Dijawab
pada anak? orang
Diare >5x/hari dan/ muntah >3x/hari tua/pengasuh
Penurunan asupan makan beberapa anak
hari terakhir
Intervensi sudah ada sebelumnya
Ketidakcukupan asupan gizi karena
sakit
Apakah ada penurunan berat badan Ya = 1
atau tidak adanya penambahan BB
(bayi<1 tahun) selama beberapa
minggu/bulan terakhir
37
1. Memeriksa apakah mempunyai resiko besar (ya=2 tidak=0)
2. Memiliki gizi buruk atau tidak
Ditanyakan ada penurunan /peningkatan berat badan
Sumber : (Susetyowati, 2014)
b) STAMP
STAMP merupakan alat skrining gizi untuk menilai kemungkinan resiko malnutrisi pada anak.
Masing-masing sasaran, parameter dan tahapan dapat dilihat dalam tabel berikut :
TOOLS SASARAN KEGUNAAN KELEBIHAN KEKURANGAN
STAMP ANAK Alat Skrining Untuk Lebih Akurat Belum dapat
2-16 Tahun Penilaian Malnutisi Pada dan tervalidasi diketahui secara pasti
Pediatri yang dibunakan penyebab terjadinya
pada anak 6 – 12 Tahun malnutrisi pada anak
Tahapan STAMP
STEP 1 STEP 2 STEP 3
DIAGNOSIS Nutritional Intake Weight And Height
Does the child have Use a Grow Chart Or The
What Is The
a diagnosis that has Centile Quick Referece
SCORE Child’s Nutritional SCORE SCORE
any nutritional Table To Determine The
Intake ?
implications ? Child’s Measurement
>3 Centile Spaces/ ≥ 3
Defininitely 3 None 3 Column Apart or Weight 3
< 2nd Centile
Recently >2 Centile Sapces/ = 2
Possibly 2 2 2
Decreased/poor Column Apart
0 to 1 centile spaces/
No 1 No Change/Good 0 0
column apart
STEP 4
Overall Risk Of Malnutritions
Add The Scores From Step 1-3 Together To Calculate The
SCORE
Overall Risk Malnutritions
38
High Risk ≥4
Medium Risk 2–3
Low Risk 0–1
c) PYMS
PYMS adalah skrining yang digunakan untuk mengidentifikasi anak-anak yang beresiko malnutrisi.
Setting application : Rumah sakit
Sasaran : anak-anak usia 1-16 tahun
Parameter :
IMT
Riwayat Penurunan Berat badan
Kondisi medis sekarang dihubungkan dengan status gizi pasien
Perubahan asupan gizi
Tahapan :
Tiap parameter memiliki kategori skor maksimal 2, seluruh skor dijumlahkan & total skor
mencerminkan derajat resiko gizi pasien. (Moeeni and Day, 2012), (Gerasimidis et al., 2010)
Kelebihan : mampu mengklasifikasikan anak-anak yang mengalami resiko tinggi gangguan gizi
Kekurangan : tidak dapat mengenali anak yang mengalami kekurangan gizi
(erawati, dkk, 2014)
d) SGNA (Subjective Global Nutrition Assessment)
Sasaran : Digunakan untuk anak usia 30 hari – 17,9 tahun
39
Parameter :
Meliputi pemeriksaan medis yang fokus pada perubahan berat badan, perubahan asupan
makanan, adanya gejala-gejala gastrointestinal dan kapasitas fungsional.
Pemeriksaan fisik terdiri dari tebal lemak subkutan, massa otot, adanya edema dan ascites.
Interprestasi :
- Normal : pasien tumbuh dan mencapai berat badan normal, memiliki asupan makan yang
cukup tanpa gejala-gejala gastrointestinal, tidak ada atau hanya sedikit tanda fisik dari
kurang gizi dan menunjukan kapasitas fungsional normal.nilai normal hamper disemua
kategori
- Malnutrisi sedang : penilaian sedang hamper pada semua kategori
- Malnutrisi berat : penilaian berat dihampir semua atau semua kategori dengan sedikit atau
tidak sama sekali tanda peningkatan gizi (Citerawati, 2017).
Kelebihan SGNA :
1. Cocok untuk anak dengan penyakit kronis
2. Spesivisitas dan prediktivitas tinggi
Sumber : (Moeeni and Day, 2012)
Kekurangan SGNA :
1. Butuh waktu lama (karena tes laboratorium)
2. Mahal
3. Sensitivitas Rendah
4. Lebih cocok untuk penilaian bukan penyaringan
Sumber : (Moeeni and Day, 2012)
Sasaran Dewasa
a) SNST (Simple Nutritional Screen Tool)
Merupakan alat skrining gizi yang di gunakan untuk mengidentifikasi pasien dewasa yang
beresiko malnutrisi. Alat ini terdiri dari 6 pertanyaan yang memiliki nilai sensitivitas dan spesifisitas
tinggi, tidak melakukan pengukuran antropometri, dan penggunaan alat ini hanya membutuhkan
waktu singkat sekitar 3-5 menit per pasien.
Tahapan:
Menjawab pertanyaan di form SNST yang terdiri dari 6 pertanyaan, jika jawaban “ya” maka
diberi skor 1 dan jika jawabannya “tidak” maka diberi skor 0.
Totalkan semua skor kemudian klasifikasikan menjadi:
Jika skor 0-2 : tidak beresiko malnutrisi
40
Jika skor ≥ 3 : beresiko Malnutrisi.
Kelebihan :
Alat screening yang sederhana, cepat, valid, tidak memerlukan pengukuran antropometri dan
dapat digunakan untuk mendeteksi pasien yang beresiko malnutrisi di Rumah Sakit.
Kelemahan :
Sulit mendapatkan data ketika individu sangat jarang atau tidak pernah memantau berat
badannya.
(Susetyowati, dkk, 2014)
Pelaksana :
(Susetyowati, 2014)
b) MST ( Malnutrition Skrining Tools)
41
MST (Malnutrition Skrining Tools) tools yang dipergunakan untuk pasien dewasa, MST adalah alat
skrining yang lebih efektif dan efisien karena (waktunyabisa dilakukan 30 detik)karena tidak melakukan
penilaian Antropometri, dan nilai laboratorium , dan pertanyaannya juga lebih sederhana, sehingga bisa
dilakukan ke semua pasien, nilai sensitivitas dan spesifisitas juga lebih tinggi yaitu 93-95% tapi
kekurangan MST ini tidak bisa dikakukan pada pasien yang tidak mengalami kesulitan berkomunikasi
(Herawati dkk, 2014). Di Indonesia skrining gizi MST sudah digunakan di rumah sakit yang sudah
terakreditasi KARS Versi JCI (Herawati dkk, 2014)
1) Malnutrition Screening Tool (MST)
Terdiridari 2 parameter :
1 Apakahan ada kehilangan berat badan secara
a. tidak (skor 0)
. tidak sengaja? Jika ya, berapa banyak (kg)
b. Ragu (skor 2)
anda kehilangan berat badan?
1-5 kg Skor 1
6-10 kg Skor 2
11-15 kg Skor 3
>15 kg Skor 4
Ragu Skor 2
2 Apakah anda mengalami penurunan asupan
Tidak (skor 0)
makan karena penurunan nafsu makan (atau
Iya (skor 1)
karena tidak bias mengunyah dan menelan)
Skor>=2 : pasien mengalami risiko gizi kurang
(Citerawati, 2017)
c) NRS 2002 (Nutritional Risk Screening - 2002)
NRS 2002 mengandung komponen gizi MUST disamping itu dilanjutkan penilaian tingkat
keparahan penyakit sebagai cerminan dari peningkatan kebutuhan nutrisi.
3 komponen lanjutan yang dimaksud meliputi :
a. Gangguan status gizi
b. Kegawatan penyakit
c. Usia > 70 tahun
Tahapan:
1. Jawab skrining awal yang merupakan komponen MUST yang terdiri dari:
a. Penurunan IMT
b. Penurunan BB dalam 3 bulan
42
c. Penurunan asupan dalam satu minggu terakhir
d. Tingkat keparahan penyakit
2. Bila ditemukan jawaban ya dari skrining awal diatas, dilanjutkan skrining lanjutan
3. Pada skrining lanjutan ada tiga komponen yaitu:
a. Gangguan status gizi, dengan pertanyaan:
- status gizi normal, skor 0
- Penurunan BB > 5% dalam 3 bulan atau asupan makanan 50-75% dari kebutuhan normal
pada minggu lalu, skor 1
- Penurunan BB > 5% dalam 2 bulan atau IMT 18,5 – 20,5 + gangguan kondisi umum atau
asupan makanan 25 – 50% dari keburuhan normal pada minggu lalu, skor 2
- Penurunan BB > 5% dalam 1 bulan (>15% dalam 3 bulan) atau IMT < 18,5 + gangguan
umum atau asupan makanan 0 – 25% dari kebutuhan normal minggu lalu, skor 3
b. Kegawatan penyakit, dengan pertanyaan:
- Kebutuhan gizi normal, skor 0
- Fraktur pinggang, pasien penyakit kronis dengan komplikasi akut: sirosis; COPD;
hemodialysis kronik; DM; onkologi, skor 1
- Bedah mayor abdomen, stroke, pneumonia berat, keganasan hematologi (kanker darah),
skor 2
- Cedera kepala, transplantasi sumsum tulang, pasien ICU, skor 3
c. Usia >70 tahun, skor 1
4. Jumlahkan hasil dari jawaban pertanyaan skrining lanjutan
5. Kategorikan jumlah skor, jika skor ≥3 berarti pasien membutuhkan terapi gizi segera.
(Kondrup, et all.2003)
Kelebihan : penilaiannya tidak tergantung pada IMT, cukup menggunakan perubahan berat badan
Kekurangan : tidak dapat mengelompokkan risiko malnutrisi menjadi berat, sedang, ringan. Hanya
untuk mengetahui siapa- siapa yang harus mendapatkan intervensi segera. (maharani, 2014)
d) MUST (Malnutrition Universal Screening Tools)
MUST adalah skrining gizi yang didesain untuk mengidentifikasi pasien yang berisiko malnutrisi.
MUST adalah skrining gizi untuk dewasa namun tidak tepat jika digunakan untuk melakukan skrining
pada defisiensi mikronutrien atau toksitas mikronutrien. MUST dapat digunakan untuk semua
kelompok pasien dengan berbagai jenis perawatan termasuk pola mkan yang salah (eating disorders),
masalah kesehatan mental dan penyakit kritis, pasien dengan gangguan cairan tubuh, kehamilan dan
menyusui. Selain untuk skrining pada rawat inap, MUST merupakan salah satu skrining gizi yang bisa
43
digunakan untuk komunitas. Parameter yang digunakan dalam MUST adalah sebanyak tiga parameter.
Parameter tersebut adalah BMI, persentase kehilangan berat badan dan penyakit berat/serius
(Citrawati, 2017).
Kelebihan :
- Realibilitas sangat baik
- Mempunyai kemampuan yang dapat diterima untuk meendeteksi kebutuhan untuk penilaian gizi
(charney, 2008)
Kekurangan
- Kurang cocok untuk intake energy
Tahapan :
1 BMI pasien (kg/m²)
d. >20 (>30 obese) Skor 0
e. 18,5 – 20 Skor 1
f. <18,5 Skor 2
2 Presentase penurunan berat badan secara tidak
sengaja
d. <5% Skor 0
e. 5-10% Skor 1
f. >10% Skor 2
3 Pasien menderita penyakit berat dan/atau tidak Skor 2
mendapatkan asupan makanan >5hari
Total skor skrining MUST ……..
Skor total 0 menunjukan pasien berisiko rendah, skor 1 menunjukan pasien
dengan risiko sedang dan skor >2 menunjukan pasien dengan risiko tinggi
44
c) Jika LILA ,23,5, maka mungkin BMI kurang dan 20 kg/m², yaitu subjek kemungkinan
underweight
d) Jika LILA >32,0 cm maka mungkin BMI lebih dari 30,0 kg/m², yaitu subjek kemungkinan obes.
Tahap 2. Penurunan Berat Badan
Penurunan BB yang terjadi selama 3 sampai 6 bulan merupakan faktor risiko yang lebih serius
dibandingkan dengan BMI. Presentase penurunan BB dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
BBU merupakan berat badan 3-6 bulan lalu, BBA merupakan berat badan actual.
Penurunan BB Skor
<5 % penurunan BB = normal 0
5 – 10 % penurunan BB = indicator awal 1
peningkatan risiko
>10 % penurunan BB = signifikan secara klinis 2
45
DCH= Delayed Cutaneus Hypersensitivity (0=nonreaktif;1=<5 mmreaktivitas, dan 2=>5 mm
reaktivitas)
Interprestasi sebagai berikut :
<40 % : risiko rendah
40-49,99% : risiko sedang
>=50 % : risiko tinggi
f) SGA (Subjective Global Assessment)
Skrining gizi SGA merupakan alat yang digunakan untuk memeriksa riwayat dan
pemeriksaan fisik pasien untuk mengidentifikasi tanda dan gejala umum malnutrisi seperti
perubahan fizik yang dihubungkan dengan defisiensi mikronutrien (charney and marian, 2009).
Sasaran : Dewasa
Parameter yang dinilai :
1. Riwayat medis meliputi :
a) Perubahan berat badan
b) Perubahan asupan makan
c) Adanya gejala gastrointestinal
d) Kapasitas fungsional serta penyakit & hubungannya dengan kebutuhan gizi
2. Pemeriksaan fisik yang meliputi :
a) Lemak subkutan
b) Masa otot
c) Adanya odem dan ascites
(Harimawan and Hadi, 2011)
Kelebihan :
1. Indikator yang baik dalam memprediksi lama rawat inap (Harimawan and Hadi, 2011)
2. Prediktor yang baik untuk digunakan dalam penilaian status gizi
Sumber : (Fina, Julistio and Harry, 2010)
3. Dapat mengidentifikasi pasien yang mengalami malnutrisi
Kekurangan
1. Membutuhkan waktu yang lama
2. Tidak efesien
3. Tidak ringkas
4. Hanya dapat dilakukan ahli gizi
5. Tergantung pada nilai antropometri dan laboratorium
46
Sasaran lansia
a) MNA
MNA (Mini Nutritional Assessment) Merupakan instrumen untuk mendeteksi resiko
berkembangnya kurang gizi pada tahap awal karena mencakup aspek fisik dan mental yang juga
sering mempengaruhi status gizi pada lansia. Tujuannya untuk mendeteksi adanya keberadaan
kurang gizi dan resiko berkembang menjadi gizi buruk (Kondrup et al, 2003).
Kelebihan : valid untuk pasien lanjut usia di Rumah Sakit pasien rawat jalan, panti jompo, dan
komunitas. SF MNA memiliki nilai sensitifitas 89%, spesifikasi 82%, PPV += 0,7 (Kaisar, et al , 2009
dalam Citerawati, 2017)
Kekurangan: Hanya dapat mendeteksi resiko malnutrisi pada tahap awal (Kondrup et al, 2003).
Tahapan dan parameter MNA
Nama : BB : TB :
Jenis kelamin : Usia: Tanggal :
F. Apakah terjadi penurunan asupan makan apakah terjadi asupan makan selama 3 bulan terakhir
berkaitan dengan penurunan nafsu makan, gangguan daluran cerna, kesulitan mengunyak atau
kesulitan menelan?
0 = penurunan nafsu Makan tingkat berat
1 = penurunan nafsiu makan tingkat sedang
2 = penurunan nafsu makan tingkat sedang
G. Penurunan baerat badan selama 3 bulan terakhir ?
0 = penurunan berat badan lebih dari 3 kg (6,6 lbs)
1 = penurunan berat badan tidak di ketahui
2 = penurunan berat badan antara 1 dan 3 kg (2,2 dan 6,6 lbs)
3 = tidak terjadi penurunan makan badan
H. Mobilitas
0 = hanya diatas kasur atau di kursi roda
1 = dapat beranjak dari kasur/kursi, tapi tidak mampu beraktifitas normal
2 = mampu beraktifitas normal
I. Menderita penyakit psikologis atau penyakit akut dlam 3 bulan terakhr ?
0 = ya b = tidak
J. Masalah neuropsikologis
0 = Demensia tingkat berat atau depresi
47
1 = Demensia tingkat sedang
3 = Tidak ada masalah psikologis
F1. Body Mass Index (BMI)
0 = BMI < 19
1 = BMI 19 -< 21
2 = BMI 21 - < 23
3 = BMI ≥ 23
Jika data BMI tidak tersedia, pertanyaan poin F1 dapat diganti dengan pertanyaan F2. Jangan mengisi
jawaban F2 jika pertanyaan untuk F1 sudah komplit.
F2. Lingkar betis dalam (cm)
4 = Lingkar betis < 31 cm
3 = lingkar betis ≥ 31
Skor skiring (sub total maksimal 14 point)
12 – 24 point = status gizi normal
8 - 11 point = beresiko malnutrisi
0 – 7 point = malnutrisi
Untuk assessment lebih mendalam, lanjutkan dengan pertanyaan G – R
G. Hidup mandiri (tidak sedang dalam perawatan di rumah atau di Rumah Sakit)
1 = ya
0 = tidak
H. Konsumsi lebih dari 3 resep obat dalam 1 hari
0 = ya
1 = tidak
II. Ada luka tekan atau ulkus pada kulit
0 = ya
1 = tidak
J. Berapa kali pasien makan dalam sehari
0 = 1 kali
5 = 2 kali
6 = 3 kali
K. konsumsi bahan makan spesifik unuk asupan protein
- ≤ 1 porsi makaan sumner protein atau protein atau produksi atau produksi susu ya tidak
(susu, keju, yogurt) dalam sehari
48
- ≥ 2 porsi kacang-kacangan atau telur dalam seminggu ya tidak
- Daging, ikan atau ungags setiap hari
0,0 = jika 0 jawaban ya
0,5 = jika 2 jawaban ya
1,0 = jika 3 jawaban ya
L. Konsumsi ≥ 2 porsi sayur atau buah setiap hari
0 = ya
1 = tidak
M. berapa banyak cairan (air putih, jus, kopi, the, susu) yang dikonsumsi per hari ?
0,0 = < 3, cangkir
0,5 = 3 – 5 cangkir
1,0 = > 5 cangkir
N. Cara pemberian makan
0 = tidak dapat makan tanpa bantuan orang lain
1 = makan sendiri dengan beberapa kesulitan
7 = makan sendiri tanpa kesulitan
O. Pandangan terhadap status gizi pribadi
0 = menganggap dirinya malnutrisi
1 = tidak pasti terhadap status gizinya
2 = menganggap dirinya tidak memiliki masalah gizi
P. Jika dibandingkan dengan orang lain pada tingkat umur yang sama, bagaimana pendapat
pasien terhadap status kesehatannya ?
0,0 = tidak cukup baik
0,5 = tidak tahu
1,0 = cukup baik
2,0 = lebih baik
Q. Lingkar Lengan Atas dalam (cm)
0,0 = LILA < 21
0,5 = LILA 21 – 22
1,0 = LILA > 22
R. Lingkar Betis dalam (cm)
0 = lingkar betis < 31 cm
1 = lingkar betis ≥ 31 cm
49
( Citerawati dkk, 2017)
50
8. Bagaimana tahapan umum skrining?
Pasien Masuk
Beresiko Periodik
Assessmen Gizi
(PGRS, 2013)
51
risiko gizi pada pasien yang memiliki masalah gizi. Ketika skrining memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi
lebih mungkin mengidentifikasi pasien yang memiliki risiko malnutrisi dengan lebih baik. Jika tingkat
sensitivitas rendah akan memiliki hasil yang kurang baik dalam mengidentifikasi masalah gizi lebih besar
dibandingkan dengan spesivitas rendah (Charney, 2008)
52
Resiko pasien kedepan (akankah bertambah buruk?)
Perlu diketahui apakah intake makanan pasien menurun, seberapa banyak penurunannya dan berapa
lama. Jika penurunan intake kurang dari kebutuhan normal, maka penurunan berat badan pasti terjadi
Proses penyakit mempercepat terjadinya malnutrisi
Proses penyakit dapat mengurangi nafsu makan, selain itu proses penyakit dapat meningkatkan
kebutuhan nutrisi karena terjadi stres metabolisme yang menyebabkan status gizi semakin menurun
(Kondrup et al., 2003)
12. Sebutkan Etiologi, Patofisiologi, Tanda Dan Gejala Gizi Buruk
Etiologi
masalah gizi disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu langsung dan tidak langsung.
Faktor langsung yang menimbulkan masalah gizi yaitu
1. kurangnya asupan makanan
2. penyakit infeksi
Seseorang yang asupan gizinya kurang akan mengakibatkan rendahnya daya tahan tubuh yang
dapat menyebabkan mudah sakit. Sebaliknya pada orang sakit akan kehilangan gairah untuk
makan, akibatnya status gizi menjadi kurang. Jadi asupan gizi dan penyakit mempunyai
hubungan yang saling ketergantungan.
Faktor tidak langsung :
- Kekurangan asupan makanan disebabkan oleh tidak tersedianya pangan pada tingkat
rumah tangga, sehingga tidak ada makanan yang dapat dikonsumsi. Kekurangan asupan makanan
juga disebabkan oleh perilaku atau pola asuh orang tua pada anak yang kurang baik. Dalam rumah
tangga sebetulnya tersedia cukup makanan, tetapi distribusi makanan tidak tepat atau
pemanfaatan potensi dalam rumah tangga tidak tepat, misalnya orang tua lebih mementingkan
memakai perhiasan dibandingkan untuk menyediakan makanan bergizi.
- Penyakit infeksi disebabkan oleh kurangnya layanan kesehatan pada masyarakat dan keadaan
lingkungan yang tidak sehat. Tingginya penyakit juga disebabkan oleh pola asuh yang kurang baik,
misalnya anak dibiarkan bermain pada tempat kotor.
53
Status Gizi dan Kematian
Patofisiologi
Tubuh akan mnegalami adaptasi reduktif ketika intake makanan tidak sesuai dari kebutuhan, yaitu
terjadi perubahan fisiologi dan metabolisme mempertahankan kesediaan energi untuk tetap hidup.
Tubuh akan menggunakan simpanan lemak menjadi sumber energy, kemudian protein otot, kulit,
saluran pencernaan. Energi dipertahankan ketersediaannya dengan mengurangi metabolisme basal dan
simpanan untuk fungsi organ, menurunkan inflammatory dan respon imun. Perubahan tersebut
mengakibatkan terjadinya hal-hal berikut :
Hati mengurangi produksi glukosa sehingga terjadilah hipoglikemia
Memproduksi panas lebih sedikit sehingga terjadilah hipotermia
Kemampuan ginjal dalam mengeksresikan cairan menurun, dan cairan mudah mengumpul di
sirkulasi meningkatkna risiko kelebihan cairan
Jantung lebih lemah dan tidak maksimal outputnya. Kelebihan cairan diatas bisa menyebabkan
kematian karena gagal jantung
Sodium masuk kedalam membrane cell yang mengalami kebocoran, menurunnya aktifitas
sodium/potassium pump sehingga memicu kelebihan sodium, retensi cairan, dan edema
Potassium keluar dari sel dan keluar melalui urin, memicu ketidaksimbangan elektrolit, retensi
cairan, edema, dan anorexia
Kehilangan protein otot diikuti kehilangan potassium, Mg, Zn, dan Cu
Usus sedikit memproduksi gastric acid dan enzim. Motilitas menurun, bakteri di intestinal merusak
mukosa dan garam empedu sehingga pencernaan dan penyerapan terganggu
54
Replikasi dan perbaikan sel berkurang sehingga menyebabkan meningkatkan risiko translokasi
bakteri melalui mukosa usus
Fungsi imun rendah risiko terhadap infeksi tidak ada, meningkatkan risiko terhadap penyakit
infeksi yang tidak terdiagnosa
Sel darah merah berkurang yang dalam melepaskan zat besi membutuhkan glukosa dan asam amino
untuk konversi ke ferritin sehingga meningkatkan risiko hipoglikemia dan ketidakseimbangan asam
amino
Defisiensi mikronutrient membuat kemampuan tubuh terbatas dalam melawan radikal bebas.
Tanda dan Gejala
Secara Umum dikatakan gizi buruk jika :
3. Gizi Buruk Tanpa Komplikasi
e. BB/TB <-3SD, dan atau
f. Terlihat sangat kurus, dan atau
g. Adanya edema, dan atau
h. Lila <11,5 cm untuk anak usia 6-59 bulan
4. Gizi Buruk dengan Komplikasi
Gizi buruk dengan tanda-tanda di atas disertai salah satu atau lebih dari tanda komplikasi medis
berikut :
g. Anoreksia
h. Pneumonia berat
i. Anemia berat
j. Dehidrasi berat
k. Demam sangat tinggi
l. Penurunan kesadaran
Sumber : Buku Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk
Lebih khususnya gizi buruk dibagi menjadi 2 tipe yaitu marasmus dan kwashiorkor. Perbedaannya dapat
dilihat pada tabel berikut
Marasmus Kwasiorkor
1. Wajah tampak sangat kurus, tampak 1. Edema umumnya terjadi di seluruh
seperti tulang terbungkus kulit tubuh & terutama pada kaki
2. Wajah seperti orang tua 2. Otot-otot mengecil
3. Kulit keriput, jaringan lemak subkutan 3. Perubahan status mental : cengeng.
sangat sedikit, bahkan sampai tidak ada Rewel kadang apatis
55
4. Sering disertai diare kronis dan 4. Anoreksia
konstipasi, serta penyakit kronis 5. Pemberian hati
5. Tekanan darah, datak jantung dan 6. Sering disertai infeksi, anemia & diare
pernapasan berkurang 7. Rambut berwarna kusam & mudah
dicabut
8. Gangguan kulit berpa bercak merah yang
luas dan berubah menjadi hitam
9. Pandangan mata anak tampak sayu.
56
f. Penyakit penyerta Balita yang berada dalam status gizi buruk, umumnya sangat rentan terhadap
penyakit – penyakit seperti tuberculosis (TBC), diare persisten (berlanjutnya episode diare selama 14
hari atau lebih dan dimulai dari suatu diare cair akut atau berdarah/disentri) dan HIV/AIDS.
g. Berat Badan Lahir Rendah : Pada BBLR zat anti kekebalan kurang sempurna sehingga lebih mudah
terkena penyakit terutama penyakit infeksi. Penyakit ini menyebabkan balita kurang nafsu makan
sehingga asupan makanan yang masuk kedalam tubuh menjadi berkurang dan dapat menyebabkan
gizi buruk.
h. Kelengkapan imunisasi : Infeksi pada balita dapat dicegah dengan imunisasi, Imunisasi terhadap
suatu penyakit dapat memberi kekebalan terhadap penyakit pada balita, sehingga balita tersebut
tidak akan sakit dan untuk menghindari penyakit diperlukan imunisasi yang lengkap.
14. Apa Hubungannya Penyakit Pneumonia Dengan Gizi Buruk?
Balita yang menderita Pneumonia cenderung tidak memiliki nafsu makan sehingga berdampak penurunan
asupan makan yang dapat menyebabkan malnutrisi. Sebaliknya orang yang menddrita gizi buruk
memiliki gangguan sistem imun yang mengakibatkan mudah terkena penyakit infeksi (Nurnajiah M,Dkk,
2016)
15. Bagaimana Tahapan Assessment Untuk A.N. DY?
1. Anak DY diskrining gizi menggunakan tools STRONGKids, dari hasil skrining diperoleh skor total 5 yang
berarti beresiko tinggi ( cut of point : Resiko tinggi : 4-5, Resiko sedang : 1-3, resiko rendah : 0) sehingga
perlu dilakukan asesmen lebih lanjut.
2. Tahapan asesment :
a. Mengambil data antropometri berupa : BB dan TB, untuk menentuan staus gizi dengan indikator IMT
menurut umur (IMT/U). Kategori status gizi Sangat kurus : <-3SD, Kurus : -3 SD sampai dengan <-2SD,
Normal : -2SD sampai dengan 2 SD, gemuk >2SD.
57
Suhu : >430C indikasi fatal
410-430C Hiperpireksia
38-400C Pyreksia (demam)
37,20 – 38,00 low grade fever
36,10– 37,20 Normal
34,00 – 360 Hipotermia<340C Fatal
RR (12-18 tahun) : Normal = 12 – 20x/ menit
Nadi (12-18 tahun): Normal = 60 -100 x/menit
GCS :
No 1 2 3 4 5 6
Eye Does not Opens eyes Opens eyes Opens eyes N/A N/A
open eyes in response in response spontaneously
to pain to voice
Verbal Makes no Makes Words Confused, Oriented, N/A
sounds sounds disoriented converses
normally
motor Makes no Extension to Abnormal Flexion / Localizes Obeys
movements painful flexion to Withdrawal to to painful commands
stimuli painful painful stimuli stimuli
(decerebrate stimuli
response) (decorticate
response)
58
16. Apa Kelebihan Dan Kekurangan Parameter Asesmen ?
Assesment + -
Antropometri Prosedur sederhana dan aman Relatif kurang sensitive dan
Peralatan yang digunakan tidak tidak bisa mendeteksi
mahal, portable, dan durable gangguan status gizi yang
Yang tidak ahli bisa dilatih untuk terjadi dalam waktu yang
melakukan pengukuran singkat (hari/minggu)
Metode bisa presisi dan akurasi Tidak bisa membedakan
tergantung teknik standar yang antara gangguan
digunakan pertumbuhan atau komposisi
Prosedur membantu tubuh yang disebabkan oleh
mengidentifikasi masalah gizi defisiensi nutrient
ringan, sedang, dan berat Faktor lain bisa mengurangi
Bisa digunakan untuk sensitifitas dan spesitifitas
mengevaluasiperubahan status pengukuran
gizi kedepan dan generasi Kemungkinan error yang akan
selanjutnya mempengaruhi presisi,
akurasi, dan validitas
pengukuran
59
Belum ada keseragaman
rujukan (nilai normal)
Interprestasi tidak selalu
mudah
Mahal
60
BAB 4
1. Skrining gizi adalah : penapisan gizi awal pada individu yang malnutrisi atau beresiko malnutrisi dengan
menggunakan prosedur pemeriksaan terstandar yang menentukan pengambilan proses asesmen.
2. Asesmen gizi adalah : langkah yang sistematis dengn tujuan mendapatkan, mengverifikasi,
menginterpretasikan data yang dibutuhkan yang dapat dilakukan dengan mengumpulkan data
antropometri, biokimia, clinis, dietary, ekologi.
3. Skrining Tools yang paling direkomendasikan untuk pasien anak-anak adalah PYMS, pasien dewasa adalah
MST, sedangkan untuk pasien lansia menggunakan MNA.
4. Skrining gizi sebaiknya dilakukan 1 x 24 jam setelah pasien masuk rumah sakit. Skrining gizi dapat
dilaksanakan oleh petugas gizi / dietisien maupun petugas kesehatan lainnya, termasuk keluarga pasien.
5. Syarat dan prinsip skrining gizi : sederhana, efisien, cepat, murah, valid, memiliki resiko rendah ke individu
yang di skrining, memiliki sensitifitas, spesifisitas yang tinggi, mempunyai prediksi positif dan prediksi
negatif.
6. Komponen skrining gizi meliputi : kondisi pasien saat ini, kestabilan pasien, resiko, keadaan penyakit
pasien.
7. Etiologi gizi buruk : penyebab langsung (asupan makan yang kurang dan infeksi) dan penyebab tidak
langsung (ketersedian pangan, kemiskinan, pola asuh yang kurang memadai dan pendidikan yang rendah).
Patofisiologi : Kurangnya asupan akan membuat tubuh mengalami perubahan fisiologi dan metabolisme
untuk mempertahankan tersedianya energy untuk bertahan hidup sehingga berakibat timbulnya
hipoglikemia, hipotermia, edema, ascites, rendahnya system imun, dan lain-lain.
8. Balita yang menderita Pneumonia cenderung tidak memiliki nafsu makan sehingga berdampak penurunan
asupan makan yang dapat menyebabkan malnutrisi. Sebaliknya orang yang menddrita gizi buruk memiliki
gangguan sistem imun yang mengakibatkan mudah terkena penyakit infeksi.
9. Tahapan asesmen gizi dimulai dari pengumpulan data, membandingkan dengan standar dan
mengelompokkan data yang abnormal.
10. Kelebihan dan kekurangan parameter pada asesmen secara umum terletak pada : segi alat, waktu, tingkat
BIAS dan Human error.
61
BAB 6
REFERENSI
Central Manchester Univercity Hospital (NHS), 2010. STAMP Intructions To Be a Read Before Using STAMP For The
First Time. Abbot Nutritions
Charney and marian. (2009). ‘ ADA Pocket Guide To Nutrition Assessment Second Edition’, Diana Faulhaber
Charney P. Nutrition Assessment Vs Nutrition Assessment : How Do they Difer? Nutri clin Pract. 2008; 23 : 366 –
372
Citerawati Yetti W. dan Sukati Nanik Dwi. 2017. Assesmen Gizi. Trans Medika: Yogyakarta
Fahmida Umi dan Dillon Drupadi HS. 2007. Handbook Nutritional Assesment. SEAMEO-TROPMED RCCN UI. UI
Press: Jakarta
Farida, Y dkk. 2017. Study Of Antibiotic Use On Pneumonia Patient In Surakarta Refferal Hospital. Journal Of
Pharmaceutical Science And Clinical Research, 2017,02,44-52
Fina, M., Julistio, D. and Harry, G. (2010) ‘Subjective Global Assessment’, Sari Pediatri, 12(3), pp. 162–167.
Handayani,D dkk. 2015 Nutrition Care Proses ( NCP ), Graha Ilmu : Yogyakarta
Harimawan, A. I. W. and Hadi, H. S. (2011) ‘Kajian Metode Subjective Global Assessment (SGA) dan Nutrition
Services Screening Assessment (NSSA) sebagai status gizi awal pasien dewasa sebagai prediktor lama rawat
inap dan status pulang’, Kajian Metode Subjective Global Assessment (SGA) dan Nutrition Services Screening
Assessment, 7(3), pp. 99–106.
Herawati dkk, 2014 Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 28, Suplemen No. 1, 2014: Herawati. Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. Saiful Anwar Malang, Jl. Jaksa Agung Suprapto No. 2 Malang Tel. (0341) 362101 Email:
herawati_eq@yahoo.com
Herawati, dkk. 2014. Metode Skrining Gizi di Rumah Sakit dengan MST Lebih Efektif dibandingkan SGA, Jurnal
Kedokteran Brawijaya. Vol 28. No. 1
62
Kemenkes RI. Pedoman PGRS (Pelayanan Gizi Rumah Sakit). 2013
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT). Jakarta. hal. 82
Kliegman Robert M, Stanton bonita F, Schor Nina F, and Geme Joseph W. 2016. Nelson Textbook of pediatric,
Tweentieth Edition. Elsevier, Inc. Https://books.google.co.id. Di akses 1 September 2018
Kondrup, J. et al. (2003) ‘ESPEN guidelines for nutrition screening 2002’, Clinical Nutrition, 22(4), pp. 415–421. doi:
10.1016/S0261-5614(03)00098-0.
Moeeni V. Day As. Nutrition Risk Screening Tools in Hospitatalised Children. Int J child Health Nutr. 2012; 1 : 39 –
43
Moeeni, V. and Day, A. S. (2012) ‘Nutritional Risk Screening Tools in Hospitalised Children’, International Journal of
Child Health and Nutrition, 1, pp. 39–43.
Mueller, C., Compher, C. and Ellen, D. M. (2011) ‘A.S.P.E.N. clinical guidelines: Nutrition screening, assessment,
and intervention in adults’, Journal of Parenteral and Enteral Nutrition, 35(1), pp. 16–24. doi:
10.1177/0148607110389335
Nurnajiah, Rusdi Desmawati. Hubungan Status Gizi dengan Derajat Pnemonia pada Balita di RS. Dr. M. Djamal
Padang. 2016; 5(1) : 250 – 255
Schlaudecker, et al. Interaction of diarrhea, pneumonia, and malnutrition in childhood : recent evidence from
developing countries. 2011
Skipper, A. et al. (2012) ‘Nutrition screening tools: An analysis of the evidence’, Journal of Parenteral and Enteral
Nutrition, 36(3), pp. 292–298. doi: 10.1177/0148607111414023.
Sosetyowati dkk, 2012. Pengembangan Metode Skrining Gizi untuk Pasien Dewasa Rawat Inap
Supariasa, I Dewa Nyoman, dkk. 2016. Penilaian Status Gizi Edisi 2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Susetyowati, dkk. 2014. Development, Validation and Reliability of the Simple Nutrition Screening
Tool (SNST) for Adult Hospital Patient in Indonesia. Pakistan Journal of Nutrition Vol.13 (3): 157-163
63
BAB 7
TIM PENYUSUN
Binasari
6. Anggota aktif
Nurafiani
8. Anggota aktif
D. FASILITATOR : Camelia
E. PROSES DISKUSI
a. Kemampuan fasilitator dalam Memfasilitasi
Fasilator dapat mengendalikan proses diskusi berjalan sesuai dengan Problem Indicator yang
diharapkan, penguasaan materi dalam menyampaikan clue cukup bagus, mampu menghidupkan
dan memotivasi peserta diskusi sehingga diskusi berjalan sesuai dengan kesepakatan, mampu
mengatur dan menjaga alur diskusi ketika pembahasan mulai melebar/menyimpang.
64
b. Kompetensi / hasil belajar yang diperoleh anggota kelompok
Anggota diskusi mampu memecahkan problem indicator dari scenario yang di berikan, anggota
diskusi menjadi lebih aktif menyapaikan pendapat meskipun belum terlalu kritis menghadapi
problem yang ada. Anggota kelompok menjadi lebih aktif mencari dan membedah berbagai
sumber dengan keterbatasan waktu baik dari buku, jurnal, artikel, booklet dll.
65