Disusun oleh :
Rosalina P07131215119
DIPLOMA IV
JURUSAN GIZI
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk menghasilkan produk baru yang tinggi protein berdasarkan
resep yang telah ada.
1.3.2 Untuk mengetahui daya terima produk baru yang tinggi protein
berdasarkan resep yang telah ada.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Protein
Protein merupakan zat gizi yang sangat penting, karena yang paling
erat hubungannya dengan proses-proses kehidupan. Nama protein berasal
dari bahasa Yunani (Greek) proteus yang berarti “yang pertama” atau “yang
terpenting”. Seorang ahli kimia Belanda yang bernama Mulder, mengisolasi
susunan tubuh yang mengandung nitrogen dan menamakannya protein,
terdiri dari satuan dasarnya yaitu asam amino (biasa disebut juga unit
pembangun protein) (Suhardjo dan Clara, 1992).
2.4 Cumi-cumi
Cumi-cumi merupakan produk laut yang banyak terdapat di perairan
Indonesia. Sebagian besar cumi diolah menjadi bahan makanan protein
tinggi. Cumi-cumi memiliki sifat mudah mengalami penurunan mutu
sehingga perlu dilakukan pengolahan agar cita rasanya tidak berkurang.
Jenis produk olahan cumi-cumi sebagai konsumsi lokal masih terbatas
antara lain cumi-cumi kertas, cumi-cumi kering asin, cumi-cumi asap dan
cumi-cumi kaleng. Cumi-cumi memiliki daging putih yang merupakan salah
satu kelebihan tersendiri dan disukai oleh masyarakat. Cumi-cumi adalah
jenis chepalopoda yang dikenal dalam dunia perdagangan disamping sotong
dan gurita. Di bidang perikanan komersial, cumi-cumi merupakan salah satu
komoditas perikanan yang cukup penting dan menempati urutan ketiga
setelah ikan dan udang (Okuzumi dan Fuji, 2000 dalam Pricilia, 2011).
Di Indonesia tidak semua jenis cumi-cumi disukai oleh masyarakat
untuk di konsumsi segar, karena mempunyai daging yang sangat tebal. Oleh
karena itu perlu pengolahan yang menjadikan produk ini lebih menarik.
Cumi olahan merupakan salah satu alternatif yang dapat dibuat dalam
pengembangan produk makanan berbahan baku cumi-cumi. Cumi-cumi
yang telah mengalami perebusan, pengeringan dan dilanjutkan dengan cara
menggoreng agar supaya cumi-cumi tersebut memiliki penampakkan yang
menarik dan aromanya yang khas. Konsumsi makanan yang berasal dari laut
seperti cumi-cumi semakin meningkat, setelah adanya kesadaran akan
pentingnya bahan makanan tersebut sebagai sumber nutrisi bagi tubuh.
Protein, lemak dan komponen lain yang berasal dari makanan hasil laut
memiliki keistimewahan tersendiri. Pada cumi-cumi selain dagingnya yang
mudah dicerna, juga mengandung asam amino esensial serta kaya akan
mineral seperti fosfor dan kalsium yang berguna untuk pertumbuhan dan
pembangunan tulang (Pricilia, 2011).
Karakteristik dari cumi-cumi adalah adanya kantung tinta yang
terdapat di atas usus besar dan bermuara di dekat anus. Bila cumi-cumi
diserang musuh, kantung tinta akan berkontraksi melalui pipa.Hal ini
menyebabkan pembentukan awan hitam di sekililingnya
yangmemungkinkan terhindar dari serangan musuh. Cumi-cumi
mengandung 78,1-82,5 % air, 0,2-1,4% lemak,14,8-18,8% protein dan 1,2-
1,7 % abu, dan bagian yang dapat dimakan meliputi badan, kepala, dan
tentakel (Pricilia, 2011).
Analisis asam aminonya menggunakan alatanalisisino Beckman 6300
dan ternyata glisin mempunyai kandungan terbesar diikuti prolin dan
arginin. Kandungan protein dalam cumi-cumi memang cukup tinggi. Dalam
100 g daging cumi-cumi mengandung 15,3 g protein, 1,0 g lemak,79,3 g air,
1,8 g abu, 3 g karbohidrat dan menghasilkan energi sebesar 89 kalori,
sedangkan kolesterol tidak ditemukan (Pricilia, 2011).
Penelitian-penelitian sebelumnya seperti yang dilakukan oleh Konusu
dalam Borgstrom (1965) menunjukkan bahwa komponen asam amino
penyusun protein dalam 100 gr cumi-cumi, mempunyai kandungan prolin
yang terbesar (67,3 mg %), diikuti histidin, arginin, gliski dan alanin.
2.5 Wortel
Wortel (Daucuscarota L.) adalah tumbuhan jenis sayuran umbi yang
biasanya berwarna kuning kemerahan atau jingga kekuningan dengan
tekstur serupa kayu (Malasari 2005). Bagian yang dapat dimakan dari wortel
adalah bagian umbi atau akarnya. Cadangan makanan tanaman ini disimpan
didalam umbi. Kulit umbi wortel tipis dan jika dimakan mentah terasa
renyah dan agak manis (Makmun 2007).
Dari hasil penelitian diketahui bahwa tanaman wortel memiliki
kandungan senyawa aktif, yaitu: protein, karbohidrat, lemak, serat, gula
alamiah, pektin, glutatin, asparaginin, geraniol, flavonoida, pinena,
limonena dan beta karoten. Karoten memberikan karakteristik warna jingga
pada wortel. Warna umbi kuning kemerah-merahan, mempunyai karoten A
yang sangat tinggi, Umbi wortel juga mengandung vitamin B, Vitamin C
dan mineral. Wortel ini juga kaya akan vitamin A, B kompleks, C, D, E, K,
dan antioksidan (Muchtadi, 2000).
Wortel merupakan sayuran yang multi khasiat bagi pelayanan
kesehatan masyarakat luas. Di Indonesia wortel dapat dianjurkan sebagai
bahan pangan potensial untuk mengentaskan masalah penyakit kurang
vitamin A karena kandungan karoten (pro vitamin A) pada wortel dapat
mencegah penyakit rabun senja (buta ayam) dan masalah kurang gizi. Beta
karoten di dalam tubuh akan diubah menjadi vitamin A, zat gizi yang sangat
penting untuk fungsi retina. Dalam setiap 100 gram wortel mengandung
12.000 SI vitamin A (Berlian dan Rahayu, 1995).
Menurut Muchtadi (2000), sayuran yang tergolong memiliki kadar
serat pangan tinggi, baik serat pangan larut maupun serat pangan tidak larut
adalah wortel. Serat pangan larut lebih efektif dalam mereduksi plasma
kolesterol yaitu lowdensity lipoprotein (LDL), serta meningkatkan kadar
highdensity lipoprotein (HDL). Serat pangan larut juga dapat membantu
mengurangi terjadinya obesitas, penyakit jantung dan mencegah penyakit
divertikulosis. Serat pangan tidak larut sangat penting peranannya dalam
pencegahan disfungsi alat pencernaan seperti konstipasi (susah buang air
besar), ambeien, kanker usus besar dan infeksi usus buntu.
2.6 Tahu
Tahu adalah suatu produk makanan berupa padatan lunak yang dibuat
melalui proses pengolahan kedelai (Glycinesp.) dengan cara pengendapan
proteinnya, dengan atau tidak ditambah bahan lain yang diizinkan (Badan
Standarisasi Nasional, 1998). Tahu merupakan bahan pangan yang bertahan
hanya selama 1 hari saja tanpa pengawet. Tahu terdiri dari berbagai jenis,
yaitu tahu putih, tahu kuning, tahu sutra, tahu cina, tahu keras, dan tahu kori.
Perbedaan dari berbagai jenis tahu tersebut ialah pada proses pengolahannya
dan jenis penggumpal yang digunakan (Sarwono dan Saragih, 2004). Bahan
– bahan dasar pembuatan tahu antara lain kedelai, bahan penggumpal dan
pewarna (jika perlu). Kedelai yang dipakai harus bermutu tinggi (kandungan
gizi memenuhi standar), utuh dan bersih dari segala kotoran. Senyawa
penggumpal yang biasa digunakan adalah kalsium sulfat (CaSO4), asam
cuka, dan biang tahu, sedangkan zat pewarna yang dianjurkan dipakai
adalah kunyit. Tahap-tahap dalam pembuatan tahu antara lain merendam
kedelai, mengupas, menggiling, menyaring, memasak, menggumpalkan,
mencetak dan memotong (Santoso, 2005).
Tahu seringkali disebut sebagai daging tidak bertulang karena
kandungan gizinya, terutama mutu proteinnya yang setara dengan daging
hewan. Mutu protein suatu bahan pangan juga bisa dilihat dari kandungan
asam amino penyusunnya. Tahu merupakan produk olahan kedelai yang
kandungan asam aminonya paling lengkap bila dibandingkan dengan
produk olahan kedelai lainnya. Bila dibandingkan dengan susunan dan
jumlah asam amino yang disarankan FAO/WHO, tahu mampu memenuhi
70-160% dari kebutuhan tubuh (Sarwono dan Saragih, 2004).
Sumber : Purawisastra, dkk., 1993.
2.7 Telur
Menurut Sudaryani (2003), telur merupakan produk peternakan yang
memberikan sumbangan terbesar bagi tercapainya kecukupan gizi
masyarakat. Dari sebutir telur didapatkan gizi yang cukup sempurna karena
mengandung zat – zat gizi yang sangat baik & mudah dicerna. Oleh
karenanya telur merupakan bahan pangan yang sangat baik untuk anak –
anak yang sedang tumbuh dan memerlukan protein dan mineral dalam
jumlah banyak dan juga dianjurkan diberikan kepada orang yang sedang
sakit untuk mempercepat proses kesembuhannya. Telur merupakan sumber
gizi yang sangat baik. Satu butir telur mengandung sekitar 6 gram protein,
sejumlah vitamin (A, B, D, K), kolin, selenium, yodium, fosfor, besi, &
seng. Memiliki vitamin A untuk pengelihatan, pertumbuhan sel, & kulit
yang sehat.
Hasil penelitian pada 1 butir telur ayam ras (57 gram) menunjukkan
kandungan asam amino sebanyak 17 macam dengan kadar masing-masing
sebagai berikut : asam aspartat 0,87%, treonin 0,30%, serin 0,48%, asam
glutamat 1,05%, glisin 0,27%, alanin 0,47%, valin 0,27%, metionin 0,12%,
isoleusin 0,26%, leusin 0,60%, tiroksin 0,23%, fenilalanin 0,40%, lisin
0,42%, histidin 0,14%, arginin 0,47% dan prolin 0,28% (sistein rusak pada
saat hidrolisis).
3.2 Kasus
An.Ab, laki-laki, usia 6 tahun, BB 14 kg, TB 108 cm, LILA 15 cm,
MRS di ruang perawatan kelas III RSUD dr. Saiful Anwar Malang, dengan
keluhan utama demam, disertai diare, dengan manifestasi klinik KVA
dengan tanda bitot spot (XIB), Ab masuk RS sudah dua hari ini, saat ini
mengalami diare sebanyak 4 kali sehari, rewel, nafsu makan berkurang dan
demam. Riwayat penyakit dahulu : pasien sering mengeluhkan sakit pada
matanya.
An. Ab adalah seorang siswa SD kelas satu, anak keempat dari lima
bersaudara. Orang tua (ayah) bekerja sebagai buruh pada suatu pabrik
rokok, dengan rata-rata penghasilan per bulan Rp. 900.000, dan ibu sebagai
IRT.
Kebiasaan makan pasien sebelum MRS, ia makan utama sebanyak 2-3
kali sehari, tanpa sarapan pagi. Pasien tidak memiliki alergi dan pantangan
makanan tertentu. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, pola
makan pasien adalah sebagai berikut : konsumsi nasi, 2-3 kali sehari @ ¼
gelas, lauk hewani (telur/ikan 1 kali sehari, @ 1 butir/1 potong sedang,
ayam 1-2 kali seminggu, @1 potong sedang), lauk nabati (tempe/tahu, 1-2
kali sehari, @ 1 potong sedang), sayuran (biasanya mengkonsumsi
kangkung, bayam, rata-rata @ ¼ gelas/hari), buah (mangga, rambutan,
tergantung musim, @ 1 kali/hari).
Konsumsi makan pasien ketika di RS : nafsu makan kurang baik,
jarang menghabiskan makanan yang diberikan oleh RS, hasil recall
konsumsi makan 24 jam pasien adalah : energi 1297,9 kalori, protein 38,9 g,
lemak 28 g, dan KH 183 g, dan saat ini pasien diberikan diet TETP. Hasil
pemeriksaan fisik : KU lemah, ditemukan bercak putih pada mata.
Kesadaran CM (composmentis), Klinis : TD 110/70 mmHg, T 380C, N
129x/menit, laboratorium :
Hb 9 g/dl
Leukosit 13.000 mm3
LED 5 mm/jam
Kadar vitamin A serum 300 µg/I
Rencanakan diagnosis gizi dan terapi gizi pada kasus tersebut
berdasarkan NCP !
I. Identitas Pasien/Klien
Nama : An. Ab
Umur : 6 tahun
Tinggi Badan : 108 cm
Berat Badan : 14 kg
LILA : 15 cm
Jenis Kelamin : laki-laki
Keluhan : mengalami diare sebanyak 4 kali sehari, rewel,
nafsu makan berkurang dan demam.
Kebiasaan/perilaku : Makan utama sebanyak 2-3 kali sehari, tanpa
sarapan pagi.
Medis : KVA dengan tanda bitot spot (XIB)
II. Skrinning Gizi
Jawaban
No Kriteria
Ya Tidak
1 Apakah IMT normal (-2 SD sampai dengan 1 SD) √
2 Apakah pasien kehilangan BB dalam 3 minggu terakhir? √
3 Apakah asupan makan pasien menurun 1 minggu terakhir? √
Apakah pasien dengan penyakit berat dan atau membutuhkan terapi
4 √
gizi?
Jika tidak untuk semua kriteria Skrining diulang 1 minggu kemudian
Jika ada 1 atau lebih kriteria dengan jawaban Ya Konsul ahli gizi
·
Antropometri BB = 14 kg
· TB = 108 cm
14
· IMT = = 12,06
1,082
𝐼𝐼𝐼−𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼 𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼
Z Z Score = 𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼−(−1 𝐼𝐼)
12,06−14,1 2,04
= = = - 1,7
15,3−14,1 1,2
V. Nutrition Intervention
a. Jenis Diet dan Bentuk Makanan
1. Diet : TETP I
2. Bentuk Makanan : Lunak
3. Frekuensi : Porsi kecil tapi sering (makanan utama 3x
dan selingan 3x)
4. Rute : Makan dan Minum Oral
b. Tujuan Diet
1. Memberikan makanan untuk penyembuhan penyakit akibat
kekurangan vitamin A hingga terapi keadaan normal.
2. Memberikan makanan tinggi zat besi untuk mencegah anemia.
c. Prinsip Diet
1. Energi tinggi
2. Protein tinggi
3. Lemak cukup
4. Karbohidrat cukup
5. Vitamin dan mineral cukup, kecuali vitamin A tinggi
6. Bentuk makanan lunak
d. Syarat Diet
1. Energi 1863,4 kkal
2. Protein Tinggi yaitu 15% dari kebutuhan energy atau 69,87 gram
3. Lemak cukup yaitu 25% dari kebutuhan energy atau 51,76 gram
4. Karbohidrat cukup yaitu 60% dari kebutuhan energy atau 279,51
gram
5. Rendah serat yaitu 8 gram per hari
6. Menghindari makanan yang terlalu berlemak, terlalu manis, terlalu
asam dan berbumbu tajam.
7. Makanan dimasak hingga lunak dan dihidangkan pada suhu tidak
terlalu panas dan dingin.
8. Makanan sering diberikan dalam porsi kecil.
Kebutuhan Protein
Protein = 15% x 1863,4 = 279,51 Kkal
= 279,51 Kkal/4 gram = 69,87 gram
(± 2 gram 67,87gram – 71,87 gram)
Kebutuhan Lemak
Lemak = 25% x 1863,4 = 465,85 Kkal
= 465,85 Kkal/9 gram = 51,76 gram
( + 10% 31,05 gram = 46,58 gram – 56,37 gram )
Kebutuhan Karbohidrat
KH = 60% x 1863,4 = 111.804 Kkal
= 1118,04 Kkal/4 gram = 279,51 gram
( + 10% 326,09 gram = 251,56 gram – 307,46 gram)
3.3 Identifikasi Resep Lama dan Resep Baru
Resep Lama
Oseng Cumi Tahu
Bahan :
1 kg cumi
300 gr tahu cina, dihaluskan
2 butir telur ayam
300 ml Santan
1 L air
1 ruas kunyit
2 lembar daun salam
2 cm lengkuas, memarkan
Garam sckp
½ sdt merica putih bubuk
½ sdt pala bubuk
1 sdt gula pasir
6 butir bawang merah
2 siung bawang putih
Cara Membuat :
1. Bersihkan bahan-bahan yang akan digunakan, dan haluskan bumbu yang
hendak dipakai
2. Potong cumi dan tahu sesuai selera
3. Panaskan minyak goreng, lalu masukkan bumbu yang telah disiangi
sampai berubah warna coklat dan bau harum
4. Masukkan bumbu yang lain lalu tambahkan sedikit air setelah mendidih
masukkan telur dan cumi tunggu sampai matang
5. Masukkan tahu tunggu hingga masakan matang dan air sedikit berkurang
6. Sajikan
Diagram Alir
Cumi dan tahu dipotong
↓
Siapkan bumbu yang akan digunakan
↓
Panaskan sedikit minyak
↓
Masukkan bumbu-bumbu
↓
Tambahkan sedikit air lalu tunggu hingga mendidih
↓
Masukkan telur dan potongan cumi
↓
Masukkan tahu yang telah dipotong-potong
↓
Tunggu hingga benar-benar matang
↓
Sajikan
Resep Baru
Squid Tofu
Bahan :
1 kg cumi
1 sdt air jeruk nipis
½ sdt garam
Isian cumi :
Kuah Semur:
1 ½ L air
2 lembar daun salam
2 cm lengkuas, memarkan
2 cm jahe, memarkan
2 sdt air asam jawa (dari 1 sdt asam jawa yang dilarutkan dengan 2 sdm
air)
12 sdm Kecap Manis
1 sdt garam
½ sdt merica putih bubuk
½ sdt pala bubuk
1 sdt gula pasir
Bumbu, haluskan:
↓
Panaskan sedikit minyak goreng, tumis bumbu pala bubuk, merica halus,
garam, gula pasir, kecap ikan hingga tercium harum
↓
Masukkan adonan tahu dan telur yang telah dihaluskan, masak hinnga
matang
↓
Masukkan tumisan tahu kedalam tubuh cumi
↓
Panaskan sedikit minyak goreng, tumis bumbu, bawang merah, bawang
putih, cengkih,daun salam,lengkuas,asam jawa,kecap manis,garam,merica
bubuk,pala bubuk dan gula pasir. Tumis sampai tercium harum, masukkan
sedikit air
↓
Masukkan cumi yang telah diisi, tunggu sampai bumbu mengental dan
masak hingga cumi berwarna kecoklatan.
↓
Sajikan
3.4 Analisis Nilai Gizi
3.4.1 Resep Lama
Energi Protein (g) Lemak HA Vit. A
Bahan Makanan Berat
(Kcal) Hewani Nabati (g) (g) (SI)
Cumi-Cumi Segar 1000 1467,0 250,0 0,0 22,0 50,0 80,0
Tahu 300 204,0 0,0 23,4 13,8 4,8 0,0
Telur ayam 120 194,4 15,4 0,0 13,8 0,8 1080,0
Kecap 120 55,2 0,0 6,8 1,6 10,8 0,0
Gula pasir 10 36,4 0,0 0,0 0,0 9,4 0,0
Kecap 10 4,6 0,0 0,6 0,1 0,9 0,0
Jumlah/10 Porsi 1961,6 296,2 51,3 76,7 1160,0
Jumlah/Porsi 196,16 29,617 5,129 7,674 116
Diagram Alir :
Semua panelis dikumpulkan disuatu tempat
Data dianalisis
b. Bahan
Squid Tofu
Pereaksi Ninhydrin 0.1 %
c. Cara Kerja
1. Masukkan 2 ml larutan protein ke dalam tabung reaksi, kemudian
tambahkan 7 tetes larutan ninhydrin.
2. Letakkan pada penangas air mendidih selama 10 menit.
3. Amati perubahan warna yang terjadi.
b. Bahan
Alkohol 70%
Aquadest
Media PCA
1 gr Squid Tofu
c. Cara Kerja
Sebelum melakukan langkah – langkah di bawah ini, siapkan sampel
padat dengan melarutkannya di dalam aquadest steril dengan
perbandingan 1 : 10
1. Hitungan Cawan
Metode : Cawan Sebar
Siapkan empat buah cawan petri steril berisi agar beku
Siapkan sampel yang sudah dalam bentuk larutan
Ambil 1 ml larutan sampel dan pindahkan ke tabung pengenceran
pertama, homogenkan
Ambil 1 ml larutan dari tabung pengenceran pertama, lalu
pindahkan ke tabung pengenceran ketiga, homogenkan
Lanjutkan proses pengenceran sampai mencapai faktor
pengenceran yang diinginkan(104)
Teteskan 1 ml larutan hasil pengenceran dari tiga tabung terakhir
ke dalam cawan petri yang sudah diisi media agar PCA. Ratakan
dengan batang L
2. Pengamatan
Pengamatan dilakukan setelah biakan dalam cawan petri
diinkubasikan dalam keadaan cawan petri yang terbalik selama 24
jam, 370C. Langkah- langkah pengamatan adalah sbb.
Keluarkan biakan dalam cawan dari incubator
Amati pertumbuhan biakan secara mikroskopis, lalu ambil hasil
gambar
Letakkan biakan cawan di dalam colony counter, lalu tutup dengan
kaca penutupnya
Nyalakan colony counter
Perkirakan jumlah koloni yang ada, bila sekiranya lebih dari 300
koloni, jumlah koloni dinyatakan TBUD (Terlalu Banyak Untuk
Dihitung) dan tidak dipakai dalam perhitungan.
Hitung koloni yang tumbuh mulai dari baris kiri paling atas ke
kanan, begitu selanjutnya sampai baris berikutnya hingga ke baris
paling bawah
Untuk menghitung koloni bakteri digunakan rumus sebagai berikut
:
3. Pengolahan data
Pengolahan data dengan cara melakukan perhitungan koloni bakteri
pada cawan.
BAB IV
4.1. Hasil
4.1.1 Nama Produk
Nama produk baru tinggi protein yang dibuat adalah Squid
Tofu.
Isian cumi :
Kuah Semur:
1 ½ L air
2 lembar daun salam
2 cm lengkuas, memarkan
2 cm jahe, memarkan
2 sdt air asam jawa (dari 1 sdt asam jawa yang dilarutkan dengan 2
sdm air)
12 sdm Kecap Manis
1 sdt garam
½ sdt merica putih bubuk
½ sdt pala bubuk
1 sdt gula pasir
Bumbu, haluskan:
1. Lumuri cumi dengan air jeruk nipis dan garam. Diamkan 15 menit.
2. Ambil 1 ekor cumi, isi dengan bahan isian. Tempelkan kepala di
badan cumi, rapatkan. Sematkan tusuk gigi di atasnya. Sisihkan.
3. Di dalam panci, masukkan air dan bumbu halus. Didihkan.
Masukkan daun salam, lengkuas, jahe, dan air asam, didihkan
kembali.
4. Masukkan Kecap Manis Bango, garam, merica, pala bubuk, dan gula
pasir. Aduk rata. Masak hingga mendidih.
5. Tambahkan cumi isi, aduk. Masak di atas api kecil hingga kuah
mengental dan cumi kecokelatan.
Uji Organoleptik
Warna Warna pada dagingnya coklat muda dan kuah semur
berwarna coklat tua.
Rasa Daging agak hambar dan kuah gurih
Tekstur Kenyal khas cumi
Aroma Khas cumi
4.4.1. Hasil Uji Daya Terima Warna
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi hasil uji organoleptik warna
UjiOrganoleptik_Warna
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
UjiOrganoleptik_Aroma
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
UjiOrganoleptik_Tekstur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
UjiOrganoleptik_Rasa
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Bahan Banyaknya
No Harga / Satuan Harga
Makanan (gr)
1 Cumi 1000 Rp. 50.000/kg Rp.50.000,-
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hasil Uji Organoleptik terhadap tingkat kesukaan (daya terima) pada
produk pengembangan formula berupa squid tofu yang kaya akan protein
diperoleh bahwa sebesar 70,0% menyatakan suka. Sebanyak 80% suka
terhadap aroma yang dihasilkan. Sebanyak 40% menyatakan suka terhadap
tekstur yang dihasilkan. Sebanyak 40% menyatakan suka terhadap rasa yang
dihasilkan squid tofu.
5.2 Saran
Lebih diperhatikan resep pada pembuatan squid agar bahan yang
mengandung protein hewani dan nabati tidak digabung agar didapat produk
yang dapat memiliki daya terima yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Nur Berlian Venus dan Rahayu, Estu. 1995. Wortel dan Lobak. Jakarta:
Penebar Swadaya
Berry. S, 2000. Dasar Kimia SMU III. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakartra.
Malasari. 2005. Sifat Fisik dan Organoleptik nugget Ayam dengan Penambahan
Wortel (Daucuscarota L.) [skripsi]. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian
Bogor.
Suhardjo dan Clara M.K. 1992. Prinsip-prinsip Ilmu Gizi. Yogyakarta: Kanisius.
Nama :
Instruksi : Nyatakan penilaian anda dan berilah tanda (√ ) pada kolom di bawah
ini sesuai dengan pilihan anda.
Komentar
...................................................................................................................................
..................................................................................................................................
...................................................................................................................................
Lampiran 2
DAFTAR BELANJA
(Kelompok 9)