Selesaikan dengan Prinsip ADIME (Assessment, Diagnosis, Intervensi, Monitoring Evaluasi), karena
menyesuaikan dengan kompetensi Ahli Keshmasy, sehingga Penyelesaian Kasus TANPA Diagnosis Gizi dan
Monev
KASUS
Tn. I, usia 60 tahun, status menikah, dirawat di RS dengan diagnosis medis Ileus Obstruksi Parsial ec. Recti
1/3 distal. Pasien dan istrinya bekerja sebagai petani dengan penghasilan tidak tetap tergantung hasil panen.
Pasien mempunyai 2 orang anak yang sudah tidak tinggal dengan pasien. Sejak 3 bulan SMRS pasien
mengeluh BAB bercampur darah, dan sempat dirawat kelas III RS Jampang Kulon Sukabumi selama 4 hari
dan dibiopsi. Dari hasil biopsy pasien didiagnosis Ca recti dan harus menjalani operasi. Sejak 1 minggu SMRS
pasien mengeluh msulit BAB tetapi masih bisa buang angin, setiap BAB bercampur darah, dan keras seperti
kotoran kambing. Keluhan disertai nyeri perut hilang. BB pasien sekarang 48 kg, dan TB 163 cm.
Hasil pemeriksaan biokimia : Hb :9,1 g/dl (N = 13,5 – 17,5 g/dl), Hematokrit 27 % (N = 40-52 %), Eritrosit
3,32 jl/UL (4,5-6,5 jt/UL), Leukosit 8200 /mm3 (N = 3800 – 10600/mm3), trombosit 342.000/mm3 (N =
150.000-450.000/mm3), albumin 2,5 g/dl (N = 3,5-5 g/dl), dan protein total 4,8 g/dl (N = 6,3-8,2 g/dl).
Data klinis pasien adalah TD 110/70 mmHg, nadi 88x/menit, RR : 20x/menit, suhu afebris. Secara fisik
pasien tampak kurus, lemah, pucat, bising usus (+), dan hanya bisa berbaring di tempat tidur.
Sebelum sakit, pasien biasa makan nasi 2-3 x/hari, dengan lauk yang sering dikonsumsi telur, ikan asin,
tahu dan tempe. Pasien jarang mengkonsumsi buah dan sayuran, hanya 1-2 kali/minggu, meskipun istrinya
sudah memasakkan sayur. Setelah sakit, pasien makan lebih sedikit dari biasanya. Hasil recall 24 jam saat di
RS didapatkan energi : 690 kal, Protein : 34 gram, lemak 20 gram, dan KH 67 gram. Standart makanan RS :
Energi 1700 kalori, protein 68 gram, lemak 54 gram, dan karbohidrat 52 gram.
Selesaikanlah kasus tersebut berdasarkan langkah-langkah Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) !
PENYELESAIAN KASUS
Nama : Tn. I
Usia : 60 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Suku Bangsa : Jawa
Pekerjaan : Petani
Ruang/Kelas : Dahlia/III
Hari Perawatan : 5 (hari kelima)
Diagnosis Medis : Ileus Obstruksi Parsial ec. Recti 1/3 distal.
B. Proses Asuhan Gizi Terstandar
1. Pengkajian Gizi
Riwayat Gizi/Makanan :
Riwayat Gizi Dahulu :
Sebelum sakit, pasien biasa makan nasi 2-3 kali/hari, dengan lauk yang sering dikonsumsi telur, ikan asin,
tahu dan tempe. Pasien jarang mengkonsumsi buah dan sayuran, hanya 1-2 kali/minggu.
Nafsu makan kurang, dan motivasi untuk menghabiskan makanan sangat kurang, karena alasan
diet/makanan RS terasa hambar dan membosankan.
Asupan makan dibandingkan dengan standart makanan RS : Energi : 64,1%, Protein : 50 %, Lemak 37,6%
dan KH : 52%. Nafsu makan (-), sehingga asupan makan : Kurang, berdasarkan SK Kemenkes
No:129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, (point 11, Sub Gizi dengan
indikator sisa makanan yang tidak termakan oleh pasien menggunakan nilai standar <20%, artinya bahwa
pasien dinilai memiliki asupan yang normal apabila mampu menghabiskan makanan sebesar ≥ 80% dari
standar makanan RS, dan jika mengkonsumsi makanan < 80% dari standar makanan RS, pasien dinilai
memiliki asupan makan yang kurang).
Biokimia
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Biokimia Pasien
Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Normal Keterangan
Hb 9,1 g/dl 13,5-17,5 g/dl ↓ Anemia
Haematokrit 27% 40-52% ↓
Eritrosit 3,32 jt/UL 4,5 – 6,5 jt/UL ↓ Anemia
Albumin 2,5 g/dl 3,5-5 g/dl ↓ Hipoalbuminemia
Protein Total 4,8 g/dl 6,3 -8,2 g/dl ↓
Penilaian :
Pasien mengalami anemia, hipoalbuminemia.
Antropometri
BB : 48 kg, TB 163 cm, BBI = (TB-100) – 10% = 56,7 kg
Perhitungan IMT : BB/(TB)2 = 48/(1,63)2 = 18.07 kg/m2
Penilaian :
Berdasarkan IMT, pasien memiliki status gizi BB Kurang (18,07 kg/m2), karena batasan BB Kurang yaitu
<18,5 kg/m2, menggunakan WHO WPR/IASO/IOTF dalam the Asia Pacific Perspective : Redefining Obesity
and its Treatment, dengan kategori :
<18,5 kg/m2 : BB kurang
18,5-22,9 kg/m2 : normal,
≥ 23 : BB lebih
23-24,9 kg/m2 : at risk (dengan resiko)
25-29,9 kg/m2 : obese I
≥30 kg/m2 : obese II
Fisik Klinis
Fisik : Pasien sadar, secara fisik pasien tampak kurus, lemah, pucat, BU (+).
Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Klinik
Penilaian :
Tekanan darah rendah, secara fisik terdapat tanda-tanda malgizi (pasien tampak kurus, dan lemah).
Riwayat Personal :
Sosial Ekonomi :
Pasien dan istrinya bekerja sebagai petani dengan penghasilan tidak tetap tergantung hasil panen. Pasien
mempunyai 2 orang anak yang sudah tidak tinggal dengan pasien.
Penilaian :
Pasien memiliki status ekonomi yang rendah, saat ini pasiendidiagnosis Ileus Obstruksi Parsial ec. Ca Recti
1/3 distal, dan mengalami gangguan fungsi gastrointestinal.
2. DIAGNOSIS GIZI
NI.2.1 → Makanan dan minuman oral tidak adekuat (P) berkaitan dengan nafsu makan kurang (E) ditandai
dengan hasil recall Energi : 64,1%, Protein 50 %, Lemak 37,6%, dan KH 52%, (rata-rata tingkat konsumsi
makan : 51%, termasuk kategori kurang) (S/S).
NI.5.1 → Peningkatan kebutuhan protein (P) berkaitan dengan penyakit pasien (E) ditandai dengan asupan
protein kurang (50%), hipoalbuminemia, anemia (S/S).
NC.1.4 → Gangguan fungsi GI (P) berkaitan dengan penyakit Ileus Obstruktif (E) ditandai dengan rasa nyeri
di perut (S/S).
NC.3.1 → BB kurang (P) berkaitan dengan riwayat penyakit pasien (Ca recti) dan malgizi (E) ditandai dengan
BBA (48 kg) <BBI (56,7 kg), IMT pasien 18,07 kg/m2 (S/S).
NB.1.3 → Tidak siap untuk berdiet (P) berkaitan dengan motivasi pasien yang kurang (E) ditandai dengan
pasien tidak mau menerima diet yang diberikan oleh RS, asupan makan rata-rata hanya 51% (S/S).
3. INTERVENSI GIZI
Tujuan :
Meningkatkan asupan makanan sesuai dengan kebutuhan
Memberikan dukungan gizi enteral tinggi protein sehingga meningkatkan asupan asupan protein, kadar
hipoalbunemia, dan kadar Hb.
Memberikan makanan yang tidak memperberat fungsi gastrointestinal, sehingga keluhan nyeri perut
berkurang
Memperbaiki status gizi dan mempertahankan BB agar tidak jatuh pada kondisi penurunan BB yang drastis.
Memberikan edukasi pemahaman pentingnya diet pasien untuk penyembuhan.
E. DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2010. Penuntun Diet. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Anggraeni, Adisty Cynthia. 2012. Asuhan Gizi Nutritional Care Process. Yogjakarta : Graha Ilmu.
Gutawa, Miranti, dkk. 2011. Pengembangan Konsep Nutrition Care Process (NCP) Proses Asuhan Gizi
Terstandar (PAGT). Jakarta ; Persagi-ASDI, Abadi Publishing & Printing.
Hartono, Andry. 2009. Asuhan Gizi Rumah Sakit, Diagnosis Konseling dan Preskripsi. Jakarta : EGC
Kedokteran.
Perkeni, Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2006. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes
Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta.
SK Kemenkes No:129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
II. Contoh Penyelesaian Kasus Diabetes Mellitus dengan langkah Proses Asuhan Gizi Terstandar
(PAGT)
Riwayat Gizi/Makanan :
Aktifitas Fisik : Sebagai seorang guru pasien bekerja sekitar 7 – 8 jam. Pasien rutin melakukan senam pagi
di sekolah dan sesekali melakukan jalan pagi. Jumlah jam tidur pasien sekitar 6 – 8 jam sehari.
Biokimia
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Biokimia Pasien
Pemeriksaan Satuan/Nilai Awal Masuk RS18- Awal Kasus20-10- Keterangan
urin/darah Normal 10-2008 2008
Na (serum) 136 – 145 mmol 138,8 Normal
K (serum) 3,10 – 5,00 mmol 3,10 Normal
Cl (serum) 98 – 107 mmol 109,5 Tinggi
TP 6,40 – 8,30 g/dL 6,98 Normal
Albumin 3,50 – 5,00 g/dL 2,10 Rendah
AST 10 -42 U/L 377 Tinggi
ALT 10 – 40 U/L 180 Tinggi
BUN 7,0 – 18,0 mg/dL 11,1 Normal
Creatinin 0,6 – 1,30 mg/dL 1,16 Normal
Uric Acid 2,6- 7,2 mg/dL 5,9 Normal
GDS 70 -120 mg/dL 211 140 Tinggi
GD 2 JPP 80 – 140 mg/dL 241 Tinggi
HBA1C <6,5 10,8 Tinggi
T BIL 0,20- 1,00 mg/dL 11,21 Tinggi
D TIL 0,00 – 0,30 mg/dL 4,89 Tinggi
WBC 4,8 -10,83/UL 5,5 Normal
RBC 4,2 – 5.4 106/UL 3,69 Rendah
Pemeriksaan Satuan/Nilai Awal Masuk RS18- Awal Kasus20-10- Keterangan
urin/darah Normal 10-2008 2008
HGB 12 – 16 g/dL 12,0 Normal
HCT 37 – 47 % 34,9 Rendah
MCV 81 – 99 fL 94,4 Rendah
MCH 27,0 – 31,0 pg 32,4 Tinggi
RDW 11,5 – 15,5 % 23,4 Tinggi
PLT 130 – 400 103/UL 150 Normal
MPV 7,4 – 10,4 fL 8,6 Normal
PCT 0,000 – 0,990 % 0,128 Normal
Prot +
Bil +2
Uro +2
Blod +2
Pemeriksaan penunjang : USG tanggal 17 Oktober 2008, Kesan : Hepatosplenomegali dengan multiple
cholelithiasis dan obstruksi pada CBD.
Penilaian :
Hipoalbuminemia (albumin rendah), proteinuria (+), DM (GDS, GD 2 JPP, HBA1C meningkat)
Antropometri
Penilaian :
Berdasarkan IMT, pasien memiliki status gizi Obes I (26,64 kg/m2), karena batasan Obese I yaitu 25-29,9
kg/m2, menggunakan WHO WPR/IASO/IOTF dalam the Asia Pacific Perspective : Redefining Obesity and its
Treatment, dengan kategori :
<18,5 kg/m2 : BB kurang
18,5-22,9 kg/m2 : normal,
≥ 23 : BB lebih
23-24,9 kg/m2 : at risk (dengan resiko)
25-29,9 kg/m2 : obese I,
≥30 kg/m2 : obese II
Fisik Klinis
Penilaian :
Keadaan umum pasien : lemah, mata kuning badan kuning, BAK seperti teh, hipotensi, keadaan umum
terdapat ikterik yang telah berlangsung selama 5 bulan.
Riwayat Personal :
Data Sosio Ekonomi: Pasien adalah suku Jawa, bekerja sebagai seorang Guru SD, tinggal bersama suami, 2
orang anak, 1 menantu, dan 1 orang cucu.
Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada, Riwayat penyakit keluarga: Orang tua laki-laki pernah menderita sakit
kuning
Terapi Medis :
Jenis Obat/ tindakan Fungsi Interaksi dengan zat gizi
Inf. D10%Aminufusin - Tambahan asupan karbohidrat-
Hepar (1:1 20tpm) Tambahan asupan asam amino
- Inj. OMZ 1A/12j Sebagai terapi jangka pendek ulkus duodenal Gangguan GI, sakit
dan lambung, refluks esofagitis kepala, ruam kulit
- Inj. SNMC 2A(hari I– Antiinflamasi hati
III)1A(hari IV-V)
- HP Pro 2 x 1 Suplemen untuk hati
2. DIAGNOSIS GIZI
NI.5.8.2 Asupan karbohidrat yang berlebihan (P) berkaitan dengan kurangnya pengetahuan (E) ditandai
dengan pola konsumsi glukosa murni (syrup) yang berlebihan, GDP tinggi, G2JPP tinggi, HBA1c tinggi,
peningkatan BB 7 kg slm 3 bulan (S/S).
NI.5.4 Penurunan kebutuhan lemak (P) berkaitan dengan adanya sumbatan pada saluran empedu (E)
ditandai dengan hasil USG, T Bil tinggi, AST tinggi, ALT tinggi, ikterik, telah menjalani diet rendah lemak
(S/S).
NI.5.1 Peningkatan kebutuhan protein (P) berkaitan dengan gangguan sintesis albumin (E) ditandai dengan
kadar albumin yang rendah (S/S).
3. INTERVENSI GIZI
Tujuan :
Menurunkan konsumsi karbohidrat untuk membantu menormalkan kembali kadar glukosa darah, dan
mencegah kenaikan berat badan
Membatasi pemberian makanan tinggi lemak
Meningkatkan kadar albumin darah
Bentuk Makanan :
Makanan lunak (nasi tim), karena kondisi pasien yang masih lemah.
Syarat :
Energi dihitung berdasarkan rumus PERKENI (2006), dengan memperhitungkan basal, jenis kelamin, usia,
aktifitas dan faktor kegemukan. Energi diberikan untuk memenuhi kebutuhan basal metabolisme, aktifitas
pada saat sakit, mengurangi berat badan pasien dan mempercepat proses penyembuhan pasien, karena saat
ini pasien dalam keadaan lemah. Contoh Sumber Bahan Makanan : beras giling, kentang, jagung.
Protein tinggi, diberikan sebesar 1,3 g/kgBB/hari untuk membantu meningkatkan kadar albumin. Contoh
Sumber Bahan Makanan: ayam, daging, ikan.
Lemak rendah diberikan 20% dari kebutuhan energi total untuk membantu menurunkan BB pasien. Contoh
Sumber Bahan Makanan : minyak.
Karbohidrat diberikan rendah untuk membantu menurunkan KGD, serta menurunkan BB pasien. Contoh
Sumber Bahan Makanan : beras giling, kentang, roti.
Serat diberikan sebesar 25-30 gram/hari, terutama untuk membantu memperlambat waktu pengosongan
lambung, meningkatkan waktu transit dengan memperlambat pergerakan di usus halus, sehingga sangat
membantu juga di dalam menurunkan BB pasien.
Makanan diberikan dengan porsi kecil tapi sering, dengan frekuensi makan : 3 x makan utama, 2X selingan
dengan mematuhi prinsip 3J (tepat jumlah, jadwal dan jenis).
Perhitungan kebutuhan penyakit DM, bisa menggunakan alternatif rumus, yaitu dengan rumus PERKENI
(2006), rumus dari praktisi Endokrinologi RSUD dr. Soetomo (Prof. Dr. Dr. H. Askandar Tjokroprawiro),
Harris Benedict, perhitungan cepat, dan berbagai alternatif rumus lainnya. Dalam soal kasus ini akan kami
uraikan bagaimana cara perhitungan kebutuhan energy dan zat gizi dengan menggunakan rumus PERKENI
2006.
Catatan :
2. Umur
Pada bayi dan anak-anak kebutuhan kalori jauh lebih tinggi daripada orang
dewasa, dalam tahun pertama bisa mencapai 112 kg/kg BB. Sedangkan Umur 1 tahun membutuhkan lebih
kurang 1000 kalori dan selanjutnya pada anak-anak
lebih daripada 1 tahun mendapat tambahan 100 kalori untuk tiap tahunnya. Penurunan kebutuhan kalori
diatas usia 40 tahun harus dikurangi 5% untuk tiap dekade antara 40 dan 59 tahun, sedangkan antara usia
60 dan 69 tahun dikurangi 10%, diatas usia 70 tahun dikurangi 20%.
4. Kehamilan/Laktasi. Pada permulaan kehamilan diperlukan tambahan 150 kalori/hari dan pada trimester II
dan III 350 kalori/hari. Pada waktu laktasi diperlukan tambahan sebanyak 550 kalori/hari.
5. Adanya komplikasi.
Infeksi, trauma atau operasi yang menyebabkan kenaikan suhu memerlukan tambahan kalori sebesar 13%
untuk tiap kenaikkan 1 derajat celcius.
6. Berat Badan. Bila kegemukan/terlalu kurus, dikurangi/ditambah sekitar 20-30% bergantung kepada
tingkat kegemukan/kekurusannya.
Lemak = 20% x total kebutuhan energi = 20% x 1700 kalori = 340 kalori
Lemak (gram) = 340 kal : 9kal/gram = 37,8 gram
Kebutuhan Serat :
25g/1000kal/hari, maka kebutuhan serat pasien = (25 gx1700 kal)/1000kalori = 42,5 gram.
Penyusunan Menu
Nasi Tim
Selingan (09.30)
Pepaya
Nasi Tim
Pepes Ikan
Tahu Bacem
Sayur Asem
Selingan II (15.30)
Bika Pisang
Nasi Tim
Basho Daging
Apel Hijau
4. RENCANA MONITORING DAN EVALUASI
Parameter Target Pelaksanaan
Asupan Makan asupan makan tetap normal Setiap hari
Antropometri BB normal dan status gizi normal akhir Perawatan
Biokimia Albumin, GDS, GD 2 JPP, HBA1C hari ketiga pengamatan kasus
Fisik Kljnis Lemah berkurang, Setiap hari
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2010. Penuntun Diet. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Anggraeni, Adisty Cynthia. 2012. Asuhan Gizi Nutritional Care Process. Yogjakarta : Graha Ilmu.
Gutawa, Miranti, dkk. 2011. Pengembangan Konsep Nutrition Care Process (NCP) Proses Asuhan Gizi
Terstandar (PAGT). Jakarta ; Persagi-ASDI, Abadi Publishing & Printing.
Hartono, Andry. 2009. Asuhan Gizi Rumah Sakit, Diagnosis Konseling dan Preskripsi. Jakarta : EGC
Kedokteran.
Perkeni, Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2006. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes
Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta.
SK Kemenkes No:129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit,
A. Gambaran Umum Pasien
Nama : Ny. S S No RM : 2. 37. 23. 97
Umur : 51 th Ruang : Boegenvile C1 K2
Sex : Perempuan Tanggal Masuk : 18 Oktober 2008
Pekerjaan : Guru Sd Tanggal Kasus : 20 Oktober 2008
Pendidikan : S1 Alamat : Larangan Gayam RT 61/63 Sukoharjo
Diagnosa Obs. Ikterik e.c. hydrops vesica felea dd cholelithiasis
Agama : Islam :
Medis DM II
B. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)
1. Pengkajian Gizi
Riwayat Gizi/Makanan :
Riwayat Nutrisi Dahulu :
Pasien menjalani diit rendah lemak sejak keluar dari RS Dr. Oen atas anjuran
dokter yang merawat. Pasien tidak mengkonsumsi makanan yang digoreng dan
bersantan. Pasien belum pernah mendapatkan konsultasi gizi mengenai diet
penyakit yang dialaminya. Pola makan pasien sebelum MRS : pasien suka
mengkonsumsi glukosa sederhana (sirup) dalam jumlah yang berlebih.
Riwayat Nutrisi Sekarang :
Pasien suka mengkonsumsi makanan dalam porsi yang berlebih, nafsu makan
normal. Hasil recall konsumsi makan 24 jam terakhir saat di RS didapatkan Energi
1430 kal, Protein : 53,97 gram, lemak : 30,57 gram, dan KH 272.05 gram.
Tabel 1. Tingkat Konsumsi Makan Pasien 24 Jam Terakhir
Implementasi Energi (kal) Protein (gr) Lemak (gr) KH (gr)
Asupan oral 1130 28,97 30,57 222,05
Infus D 10% 200 – – -50
Aminofusin Hepar 5% 100 25 – –
Total asupan 1430 53,97 30,57 272,05
Standar RS 1582 59,8 46,2 255
% Asupan 90,5 90,2 66 106,7
Penilaian :
Asupan makan dibandingkan dengan standart makanan RS : Energi : 90,5%,
Protein :90,2 %, Lemak 66% dan KH : 106,7%. Asupan makan : Baik, rujukan
berdasarkan SK Kemenkes No:129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit, (point 11, Sub Gizi dengan indikator sisa makanan yang
tidak termakan oleh pasien menggunakan nilai standar <20%, artinya bahwa
pasien dinilai memiliki asupan yang normal apabila mampu menghabiskan
makanan sebesar ≥ 80% dari standar makanan RS, dan jika mengkonsumsi
makanan < 80% dari standar makanan RS, pasien dinilai memiliki asupan makan
yang kurang).
Berdasarkan riwayat pola makan pasien, pasien masih sering mengkonsumsi
glukosa sederhana (sirup), hal ini dikarenakan pasien tidak mengetahui efek
konsumsi gula yang berlebihan.
Konsumsi gula sederhana yang berlebihan akan menyebabkan kadar gula darah
tinggi. Meningkatnya kadar gula dalam darah tersebut sebagai akibat adanya
gangguan sistem metabolisme dalam tubuh. Organ tubuh yang terganggu adalah
pankreas, jika Pankreas terganggu, maka kemampuan untuk memproduksi
hormon insulin juga terganggu. Insulin adalah sejenis hormon jenis polipeptida
yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Fungsi utama insulin ialah untuk menjaga
keseimbangan glukosa dalam darah dan bertindak meningkatkan pengambilan
glukosa oleh sel tubuh. Kegagalan tubuh untuk menghasilkan insulin, atau jumlah
insulin yang tidak mencukupi akan menyebabkan glukosa tidak dapat masuk ke
dalam tubuh dan digunakan oleh sel-sel dalam tubuh (tidak terserap oleh sel-sel
dalam tubuh). Dengan demikian glukosa meningkat di dalam darah, dan
menyebabkan penyakit Diabetes Melitus.
Aktifitas Fisik : Sebagai seorang guru pasien bekerja sekitar 7 – 8 jam. Pasien
rutin melakukan senam pagi di sekolah dan sesekali melakukan jalan pagi.
Jumlah jam tidur pasien sekitar 6 – 8 jam sehari.
Biokimia
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Biokimia Pasien
Pemeriksaan Satuan/Nilai Awal Masuk RS18- Awal Kasus20-10-
Keterangan
urin/darah Normal 10-2008 2008
Na (serum) 136 – 145 mmol 138,8 Normal
K (serum) 3,10 – 5,00 mmol 3,10 Normal
Cl (serum) 98 – 107 mmol 109,5 Tinggi
TP 6,40 – 8,30 g/dL 6,98 Normal
Albumin 3,50 – 5,00 g/dL 2,10 Rendah
AST 10 -42 U/L 377 Tinggi
ALT 10 – 40 U/L 180 Tinggi
BUN 7,0 – 18,0 mg/dL 11,1 Normal
Creatinin 0,6 – 1,30 mg/dL 1,16 Normal
Uric Acid 2,6- 7,2 mg/dL 5,9 Normal
GDS 70 -120 mg/dL 211 140 Tinggi
GD 2 JPP 80 – 140 mg/dL 241 Tinggi
HBA1C <6,5 10,8 Tinggi
T BIL 0,20- 1,00 mg/dL 11,21 Tinggi
D TIL 0,00 – 0,30 mg/dL 4,89 Tinggi
WBC 4,8 -10,83/UL 5,5 Normal
RBC 4,2 – 5.4 106/UL 3,69 Rendah
Pemeriksaan Satuan/Nilai Awal Masuk RS18- Awal Kasus20-10-
Keterangan
urin/darah Normal 10-2008 2008
HGB 12 – 16 g/dL 12,0 Normal
HCT 37 – 47 % 34,9 Rendah
MCV 81 – 99 fL 94,4 Rendah
MCH 27,0 – 31,0 pg 32,4 Tinggi
RDW 11,5 – 15,5 % 23,4 Tinggi
PLT 130 – 400 103/UL 150 Normal
MPV 7,4 – 10,4 fL 8,6 Normal
PCT 0,000 – 0,990 % 0,128 Normal
Prot +
Bil +2
Uro +2
Blod +2
Pemeriksaan penunjang : USG tanggal 17 Oktober 2008, Kesan :
Hepatosplenomegali dengan multiple cholelithiasis dan obstruksi pada CBD.
Penilaian :
Hipoalbuminemia (albumin rendah), proteinuria (+), DM (GDS, GD 2 JPP, HBA1C
meningkat)
Antropometri
BB = 64 kg, TB = 155 cm, BBI = 49,5 kg, LLA = 30 cm
Riwayat perubahan BB,. Terjadi peningkatan BB sebanyak 7 Kg dalam waktu 3
bulan.
BB yang disesuaikan (adjusted body weight) = {(BBA-BBI) x 0,25} + BBI
= {(64 kg – 49,5 kg) x 0,25} + 49,5 kg = 53,12 kg
Perhitungan IMT : BB/(TB)2 = 64/(1,55)2 = 26,64 kg/m2
Penilaian :
Berdasarkan IMT, pasien memiliki status gizi Obes I (26,64 kg/m2), karena
batasan Obese I yaitu 25-29,9 kg/m2, menggunakan WHO WPR/IASO/IOTF
dalam the Asia Pacific Perspective : Redefining Obesity and its Treatment, dengan
kategori :
<18,5 kg/m2 : BB kurang
18,5-22,9 kg/m2 : normal,
≥ 23 : BB lebih
23-24,9 kg/m2 : at risk (dengan resiko)
25-29,9 kg/m2 : obese I,
≥30 kg/m2 : obese II
Fisik Klinis
Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Klinis
Pemeriksaan Satuan / nilai normal Awal kasus
Keadaan Umum Lemah, Mata kuning, badan kuning, BAK seperti teh
Tensi 120/80 mmHg 110/70 mmHg
Nadi 60 – 100 x/mnt 70 x/menit
Suhu 36 – 37 C Afebris
Respirasi 20 – 24 x/mnt 16 x/menit
Keluhan Utama : Ikterik yang telah berlangsung selama 5 bulan
Penilaian :
Keadaan umum pasien : lemah, mata kuning badan kuning, BAK seperti teh,
hipotensi, keadaan umum terdapat ikterik yang telah berlangsung selama 5
bulan.
Riwayat Personal :
Data Sosio Ekonomi: Pasien adalah suku Jawa, bekerja sebagai seorang Guru SD,
tinggal bersama suami, 2 orang anak, 1 menantu, dan 1 orang cucu.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Bulan Mei 2008 pasien mengeluh badan terasa lemas, mual (+), muntah (-), BAK
berwarna seperti teh, nyeri ulu hati (+), periksa ke dokter dikatakan sakit maag,
mendapat terapi obat, tetapi tidak nama obat. 2 minggu kemudian keluhan tidak
berkurang, mual (+), muntah (-), nyeri perut (+), BAK warna seperi teh pesien
periksa lagi ke dokter. Oleh dokter dirujuk ke RS Dr. Oen Solo. Pasien dirawat
selama 26 hari dengan keluhan mata kuning (+), badan kuning (+), mual (+),
muntah (-), BAK seperti teh, dikatakan SGOT/SGPT > 1000, mendapat obat dan
terapi tapi pasien tidak tahu. Dilakukan USG hasil tidak ditemukan batu. Keluhan
membaik, SGOT/SGPT hamper mendekati normal. Pasien boleh pulang dan diberi
obat urdafalk 2×1 tablet (Pasien minum selama 1 bulan).
Pasien kontrol rutin setiap minggu di dr. JK,SpPD diberikan obat lesichol dan Hp
Pro . Pasien menjalani USG lagi hasil menunjukkan tidak ada batu pada kandung
empedu. Badan masih kuning (+), mual (-), muntah (-), nafsu makan tidak ada
kelainan, BAB tidak ada kelainan, BAK seperti the, Pasien tetap minum obat dan
kontrol rutin.
Dua hari SMRS karena badan masih kuning, pasien periksa ke dokter SM, SpPD
KGEH, oleh dokter dilakukan USG Abdomen ulang. Hasil USG menunjukkan kesan :
Hepatosplenomegali dengan Multiple Cholelithiasis dan obstruksi pada CBD.
Pasien disarankan melakukan periksa ulang laboratorium. Hasil menunjukkan
SGOT 958/SGPT 324, Gamma GT 95 dan Fosfatase Alkali 176, Pasien disarankan
menjalani rawat inap untuk menurunkan kadar GOT/GPT pro cholecystectomy.
Keluhan pasien saat masuk mata kuning (+), badan kuning (+), mual (-), muntah
(-), pusing (-), BAK seperti teh, BAB tidak ada keluhan, nafsu makan dan minum
baik.
Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada, Riwayat penyakit keluarga: Orang tua laki-
laki pernah menderita sakit kuning
Terapi Medis :
Jenis Obat/ tindakan Fungsi Interaksi dengan zat gizi
Inf. D10%Aminufusin – Tambahan asupan karbohidrat-
Hepar (1:1 20tpm) Tambahan asupan asam amino
Sebagai terapi jangka pendek ulkus duodenal Gangguan GI, sakit
– Inj. OMZ 1A/12j
dan lambung, refluks esofagitis kepala, ruam kulit
– Inj. SNMC 2A(hari I–
Antiinflamasi hati
III)1A(hari IV-V)
– HP Pro 2 x 1 Suplemen untuk hati
2. DIAGNOSIS GIZI
NI.5.8.2 Asupan karbohidrat yang berlebihan (P) berkaitan dengan kurangnya
pengetahuan (E) ditandai dengan pola konsumsi glukosa murni (syrup) yang
berlebihan, GDP tinggi, G2JPP tinggi, HBA1c tinggi, peningkatan BB 7 kg slm 3
bulan (S/S).
NI.5.4 Penurunan kebutuhan lemak (P) berkaitan dengan adanya sumbatan
pada saluran empedu (E) ditandai dengan hasil USG, T Bil tinggi, AST tinggi, ALT
tinggi, ikterik, telah menjalani diet rendah lemak (S/S).
NI.5.1 Peningkatan kebutuhan protein (P) berkaitan dengan gangguan sintesis
albumin (E) ditandai dengan kadar albumin yang rendah (S/S).
3. INTERVENSI GIZI
Tujuan :
1.Menurunkan konsumsi karbohidrat untuk membantu menormalkan kembali
kadar glukosa darah, dan mencegah kenaikan berat badan
2.Membatasi pemberian makanan tinggi lemak
3.Meningkatkan kadar albumin darah
Prinsip Diet : Rendah KH, 3 J (Tepat Jumlah, Jenis, Jadwal)
Macam Diet : Diet DM 1700 kalori.
Bentuk Makanan :
Makanan lunak (nasi tim), karena kondisi pasien yang masih lemah.
Syarat :
1.Energi dihitung berdasarkan rumus PERKENI (2006), dengan
memperhitungkan basal, jenis kelamin, usia, aktifitas dan faktor kegemukan.
Energi diberikan untuk memenuhi kebutuhan basal metabolisme, aktifitas pada
saat sakit, mengurangi berat badan pasien dan mempercepat proses
penyembuhan pasien, karena saat ini pasien dalam keadaan lemah. Contoh
Sumber Bahan Makanan : beras giling, kentang, jagung.
2.Protein tinggi, diberikan sebesar 1,3 g/kgBB/hari untuk membantu
meningkatkan kadar albumin. Contoh Sumber Bahan Makanan: ayam, daging,
ikan.
3.Lemak rendah diberikan 20% dari kebutuhan energi total untuk membantu
menurunkan BB pasien. Contoh Sumber Bahan Makanan : minyak.
4.Karbohidrat diberikan rendah untuk membantu menurunkan KGD, serta
menurunkan BB pasien. Contoh Sumber Bahan Makanan : beras giling,
kentang, roti.
5.Serat diberikan sebesar 25-30 gram/hari, terutama untuk membantu
memperlambat waktu pengosongan lambung, meningkatkan waktu transit
dengan memperlambat pergerakan di usus halus, sehingga sangat membantu
juga di dalam menurunkan BB pasien.
6.Makanan diberikan dengan porsi kecil tapi sering, dengan frekuensi makan :
3 x makan utama, 2X selingan dengan mematuhi prinsip 3J (tepat jumlah,
jadwal dan jenis).
Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat-zat Gizi
Perhitungan kebutuhan penyakit DM, bisa menggunakan alternatif rumus, yaitu
dengan rumus PERKENI (2006), rumus dari praktisi Endokrinologi RSUD dr.
Soetomo (Prof. Dr. Dr. H. Askandar Tjokroprawiro), Harris Benedict, perhitungan
cepat, dan berbagai alternatif rumus lainnya. Dalam soal kasus ini akan kami
uraikan bagaimana cara perhitungan kebutuhan energy dan zat gizi dengan
menggunakan rumus PERKENI 2006.
Catatan :
Syarat dan Ketentuan Perhitungan PERKENI (2006) :
1.Jenis Kelamin. Kebutuhan kalori basal pada wanita lebih kecil daripada pria.
Kebutuhan basal untuk wanita sebesar 25 kal/kg BB dan 30 kal/kg BB untuk
pria.
2.Umur
Pada bayi dan anak-anak kebutuhan kalori jauh lebih tinggi daripada orang
dewasa, dalam tahun pertama bisa mencapai 112 kg/kg BB. Sedangkan Umur 1
tahun membutuhkan lebih kurang 1000 kalori dan selanjutnya pada anak-anak
lebih daripada 1 tahun mendapat tambahan 100 kalori untuk tiap tahunnya.
Penurunan kebutuhan kalori diatas usia 40 tahun harus dikurangi 5% untuk tiap
dekade antara 40 dan 59 tahun, sedangkan antara usia 60 dan 69 tahun dikurangi
10%, diatas usia 70 tahun dikurangi 20%.
3. Aktifitas Fisik atau Pekerjaan.
Jenis aktifitas yang berbeda membutuhkan kalori yang berbeda pula. Jenis
aktifitas dikelompokan sebagai berikut :
ü Keadaan istirahat : kebutuhan kalori basal ditambah 10%.
ü Aktifitas Ringan : pegawai kantor, pegawai toko, guru, ahli hukum, ibu rumah
tangga, dan lain-lain kebutuhan harus ditambah 20% dari kebutuhan basal.
ü Sedang : pegawai di industri ringan, mahasiswa, militer yang sedang tidak
perang, kebutuhan dinaikkan menjadi 30% dari basal.
ü Berat : petani, militer dalam keadaan latihan, penari, atlit, kebutuhan ditambah
40%.
ü Sangat berat : tukang becak, tukang gali, pandai besi, kebutuhan harus
ditambah
50% dari basal.
4. Kehamilan/Laktasi. Pada permulaan kehamilan diperlukan tambahan 150
kalori/hari dan pada trimester II dan III 350 kalori/hari. Pada waktu laktasi
diperlukan tambahan sebanyak 550 kalori/hari.
5. Adanya komplikasi.
Infeksi, trauma atau operasi yang menyebabkan kenaikan suhu memerlukan
tambahan kalori sebesar 13% untuk tiap kenaikkan 1 derajat celcius.
6. Berat Badan. Bila kegemukan/terlalu kurus, dikurangi/ditambah sekitar 20-30%
bergantung kepada tingkat kegemukan/kekurusannya.
Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat Gizi :
DAFTAR PUSTAKA
1.Almatsier, Sunita. 2010. Penuntun Diet. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
2.Anggraeni, Adisty Cynthia. 2012. Asuhan Gizi Nutritional Care Process.
Yogjakarta : Graha Ilmu.
3.Gutawa, Miranti, dkk. 2011. Pengembangan Konsep Nutrition Care
Process(NCP) Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT). Jakarta ; Persagi-ASDI,
Abadi Publishing & Printing.
4.Hartono, Andry. 2009. Asuhan Nutrisi Rumah Sakit, Diagnosis Konseling dan
Preskripsi. Jakarta : EGC Kedokteran.
5.Perkeni, Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2006. Konsensus Pengelolaan
dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta.
6.SK Kemenkes No:129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit,
PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR-NUTRITION CARE PROSES (NCP)
PADA KASUS PENYAKIT DALAM DEWASA DENGAN DM, TB PARU, DAN HHD
3.2.2.1 Judul Kasus
Proses Asuhan Gizi Terstandar Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2, Tb Paru, Hipertensi
Heart Desease (HHD), Di Ruang Dewasa Gayatri Rs Dr. Marzoeki Mahdi 2011
5. Riwayat Gizi
a. Sebelum Sakit
Pasien memiliki kebiasaan makanan yang teratur dan tepat waktu dalam minum obat. Pasien juga
memiliki kebiasaan banyak minum air, tidak merokok, dan tidak minum kopi. Sebelum di diagnosa
mengidap penyakit, saat masih bekerja, Pasien menyukai makanan manis, masakan yang digoreng
atau bersantan dan serta porsi nasi 3 kali porsi makan orang biasa, sekitar 3-4 penukar nasi.
Pada tahun 2009, setelah didiagnosa dokter, pasien mulai mengurangi makanan-makanan manis,
namun porsi nasi tiap kali makan masih sama seperti biasanya. selain itu, pasien juga masih suka
jajan makanan lain yang berat seperti baso atau mie ayam berdekatan dengan makan nasi. Anamnesa
asupan sebelum sakit dalam 1 hari yaitu, nasi 9p, lauk hewani 5p, sayur 3p, nabati 2p, buah 2p,
minyak 7p, santan 2p, ditambah dengan jajanan berupa mie ayam dan bakso masing-masing 1 porsi.
Asupan total per hari ialah Energi 3037 kkal, protein 112g (15%), lemak 66g (20%), dan KH 481 g
(63%).
b. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Compos Mentis, lemas, sesak nafas, kehilangan lemak subkutan, badan masih
gemuk.
Penilaian : lemas, sesak nafas, terjadi penurunan BB
2. Domain Klinis:
a. Penurunan berat badan tidak diharapkan berhubungan dengan kurangnya asupan ditandai
dengan penurunan 1 kg BB setelah 2 hari menolak makanan RS.
b. Peningkatan kadar gula darah berhubungan dengan penyakit Diabetes Melitus ditandai
dengan gula darah sewaktu mencapai 160 g/dl.
3. Domain Behaviour:
Kekeliruan pola makan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan mengenai gizi dan
penyakitnya ditandai dengan makan 3p nasi tiap kali makan.
2. Preskripsi Diet
a. Jenis Diet : Diet DM 1700 kkal
b. Bentuk makanan : Lunak
c. Frekuensi Pemberian : 3 kali makanan utama dan 2 kali makanan selingan.
d. Rute makanan : oral
4. Perhitungan Kebutuhan
Perhitungan kebutuhan Energi menggunakan REE (Recommended Energi Expenditure) dengan rumus
Diet DM:
Kebutuhan Protein
20% dari Energi Total = 124 gram
Kebutuhan Lemak
25% dari Energi Total = 69 gram
Kebutuhan Karbohidrat
55% dari Energi Total = 342 gram
5. Rancangan Diet
Diit yang dirancang untuk pasien TJ adalah diit DM 1700 kkal diberikan secara bertahap dimulai dari
1300 kkal melihat kemampuan makan pasien. Rincian perencanaan diit pasien tahap awal, ialah sbb:
Energi 1300 kkal; protein 65 g (20% E.tot); Lemak 36 g (25% E.tot); dan KH 179 g (55% E.tot).
Karena kondisi penyakit, selain mendapat nutrisi secara oral, dokter yang menangani pasien TJ
memberikan nutrisi mineral secara parenteral berupa infus ringer laktat yang tidak mengandung energi.
Dalam diit juga dimasukkan susu DM untuk menambah asupannya. Rancangan diet nya adalah sbb:
Tabel 3.
Jumlah Kebutuhan Energi dan Karbohidrat Berdasarkan Route Pemberian
Rute Pemberian Energi (Kkal) Karbohidrat (gram)
Oral 1300 179
Adapun rancangan diet yang akan diberikan kepada pasien, dapat dilihat pada table berikut ini :
Tabel 4
Rancangan Diit tanggal 26 November 2011
Jenis Penukar Energi Protein Lemak KH
Makanan (Kkal) (gram) (gram) (gram)
Tim 1 3/4 306 7 - 70
L.Hewani 3 175 21 9 -
L.Nabati 3 225 15 9 21
Sayur 3 75 3 - 15
Buah 2 100 - - 24
Minyak 2 100 - 10 -
Snack 2 100 6 1 10
Susu DM 1 250 9 7 39
8. Implementasi
Berikut ini adalah implementasi dalam proses asuhan gizi terstandar pada pasien TJ:
a. Mencatat menu makanan.
b. Memporsi makanan dengan cara menimbang makanan berupa bubur, sumber hewani,
nabati, sayur dan buah serta snack pada saat makan pagi, snack pagi, makan siang, dan makan
sore. Kemudian, mencatat hasil penimbangan masing-masing jenis bahan makanan sebelum
disajikan kepada pasien.
c. Melakukan penimbangan sisa makanan yang tidak termakan pasien dan mencatat
hasil penimbangan tersebut, jika ada sisa makanan sore yang tidak dikonsumsi pasien, sisa
tersebut disimpan dalam plastik untuk kemudian ditimbang esok pagi atau ditanyakan secara
kualitatif berdasarkan perkiraan jumlah.
d. Menghitung dan mencatat selisih penimbangan awal dan penimbangan sisa makanan pasien
juga mencatat makanan lain yang dikonsumsi pasien diluar diet yang diberikan rumah sakit.
Hasilnya merupakan asupan makanan pasien secara keseluruhan pada 1 hari pengamatan.
e. Mencatat makanan lain dari luar yang dikonsumsi oleh pasien dan memasukkannya
dalam perhitungan asupan.
f. Mengganti makanan sesuai daya terima pasien
g. Memberikan motivasi dan edukasi gizi berupa penatalaksanaan diet sesuai dengan kondisi
pasien dan penyakitnya pada saat pasien akan pulang dan menyarankan pasien untuk
melakukan konsultasi gizi ulang di poliklinik gizi guna memantau perkembangan status gizi
selama menjalani terapi gizi di rumah.
JUMLAH 425 32 11 18 5 14 83 46
L.Hewani 3 175 21 9 -
L.Nabati 3 225 15 9 21
Sayur 3 75 3 - 15
Buah 2 100 - - 24
Minyak 2 100 - 10 -
Snack 2 350 16 8 50
Hasil monitoring evaluasi pemeriksaan fisik dan klinis serta obat-obatan yang digunakan adalah
sebagai berikut :
Tabel 9
Hasil Monitoring Pemeriksaan Fisik dan Klinis
Jenis Pemeriksaan Hasil Interprestasi
Keadaan Umum Compos Mentis, Lemas, terkadang sesak nafas Lemas dan terkadang
sesak
Tekanan darah 130/90 mmHg Normal tinggi
Penilaian : tensi normal tinggi, Kadar gula darah meningkat, lemas dan terkadang sesak
Tabel 10
Obat-obat yang digunakan :
Jenis Obat Frekuensi Pemberian
Suntikan insulin 1 jam setelah makan
Obat anti hipertensi
Tabel 12
Rancangan Diit tanggal 28 November 2011
Jenis Penukar Energi Protein Lemak KH
Makanan (Kkal) (gram) (gram) (gram)
Kentang 1 3/4 306 7 - 70
L.Hewani 3 175 21 9 -
L.Nabati 3 225 15 9 21
Sayur 3 75 3 - 15
Buah 2 100 - - 24
Minyak 2 100 - 10 -
Snack 2 350 16 8 50
Tabel 14
Hasil Monitoring Pemeriksaan Fisik dan Klinis
Jenis Pemeriksaan Hasil Interprestasi
Keadaan Umum Compos Mentis, Lemah Lemah
Tabel 17
Rancangan Diit tanggal 29 November 2011
Jenis Penukar Energi Protein Lemak KH
Makanan (Kkal) (gram) (gram) (gram)
Roti tawar 1/2 87.5 2 - 20
Selai tropicana 1 25 - - 6
L.Hewani 3 175 21 9 -
L.Nabati 3 225 15 9 21
Sayur 3 75 3 - 15
Buah 2 100 - - 24
Minyak 2 100 - 10 -
Snack 2 200 16 8 30
JUMLAH 1250 63 36 176
Tabel 19
Hasil Monitoring Pemeriksaan Fisik dan Klinis
Jenis Pemeriksaan Hasil Interprestasi
Keadaan Umum Compos Mentis, lemas sedikit Membaik
JUMLAH 630 50 25 40 4 11 99 56
Penilaian : Membaik
3.2.2.3.5 Pembahasan
Pada tahun 2009 pasien Tn.TJ divonis oleh dokter mengidap penyakit Diabetes mellitus. Penyakit
Diabetes Mellitus (DM) atau yang dikenal sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula darah
adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai
akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu
memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh.
Insulin adalah salah satu hormon yang diproduksi oleh pankreas yang bertanggung jawab untuk
mengontrol jumlah/kadar gula dalam darah dan insulin dibutuhkan untuk merubah (memproses)
karbohidrat, lemak, dan protein menjadi energi yang diperlukan tubuh manusia. Hormon insulin
berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah.
Penyakit diabetes yang diderita Tn.Tj bukanlah penyakit keturunan dari keluarganya melainkan karena
gaya hidup Tn.Tj yang memiliki kebiasaan konsumsi karbohidrat berlebih, yaitu 3-4 penukar nasi tiap
kali makan ditambah jajanan karbohidrat berupa mie ayam. Pasien Tn.Tj juga sempat memiliki berat
badan 80 kg pada saat sebelum pension, dengan tinggi badan 156 cm Tn.Tj saat itu memiliki IMT 32.9
kg/m2 yang berarti tergolong obesitas. Diabetes mellitus dapat ipicu dengan obesitas karena insulin
yang dihasilkan tidak mampu mengatasi glukosa yang berlebih dalam darah orang obesitas.
Hasil monitoring gula darah sewaktu Tn.Tj ialah sebagai berikut:
No 20111 21111 22111 23111 24111 25111 26111 27111 28111 29111
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
06.0 - 165 166 123 160 123 124 90 135 -
0
11.0 - 121 117 119 119 113 - 224 110 110
0
16.0 187 127 160 159 114 136 230 130 - -
0
Dari keterangan tabel tersebut tertera bahwa gula darah sewaktu Tn.Tj mengalami naik turun, terutama
meningkat pada pagi hari. Normalnya kadar gula dalam darah berkisar antara 70 - 150 mg/dL.
Diagnosa Diabetes dapat ditegakkan jika hasil pemeriksaan gula darah puasa mencapai level 126 mg/dl
atau bahkan lebih, dan pemeriksaan gula darah 2 jam setelah puasa (minimal 8 jam) mencapai level
180 mg/dl. Sedangkan pemeriksaan gula darah yang dilakukan secara random (sewaktu) dapat
membantu diagnosa diabetes jika nilai kadar gula darah mencapai level antara 140 mg/dL dan 200
mg/dL, terlebih lagi bila dia atas 200 mg/dl. Dari keterangan tabel gula darah sewaktu Tn.Tj pada pagi
hari rata-rata 160mg/dL yang tergolong tinggi. peningkatan kadar gula darah pada pagi hari biasa
terjadi, hal ini disebabkan akibat hasil metabolism makanan pada malam hari sebelumnya.
Berdasarkan keterangan pasien Tn.Tj, gejala Diabetes Melitus yang dialami ialah jumlah urine yang
dikeluarkan lebih banyak (Polyuria), sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia), lapar yang
berlebihan atau makan banyak (Polyphagia), kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya (terlihat
saat ini berat badan Tn.Tj 69 kg, turun dari 80 kg selama 2 tahun), cepat lelah dan lemah setiap waktu,
mudah terkena infeksi terutama pada kulit. Oleh karena penderita penyakit DM mudah terkena
komplikasi penyakit lain, Tn.Tj juga mengalami DM yang disertai komplikasi berupa infeksi bakteri
tuberculosis pada paru-paru nya dan komplikasi gangguan pada jantungnya.
Komplikasi TB dan jantung yang dialami Tn.Tj ini menyebabkan adanya gejala sesak nafas dan kondisi
yang lemah. Hal ini menyebabkan Tn.Tj sempat dirawat di rumah sakit yang sama sebelumnya 3 kali
dengan keluhan yang sama.
pada saat Tn.Tj dirawat ke-2 kalinya di rumah sakit, Tn.Tj dirujuk untuk melakukan pembedahan atau
operasi batu ginjal karena terdapat endapan batu oksalat sepanjang 6 cm di dalam saluran ginjalnya.
Namun, saat ini sudah tidak ada keluhan mengenai hal tersebut.
Dengan kondisi pasien seperti ini pasien diberikan diet DM dengan tinggi protein namun rendah
karbohidrat dan lemak. Diet DM dengan karbohidrat rendah (tanpa karbohidrat sederhana) diberikan
karena penyakit DM pasien, protein tinggi diberikan karena infeksi TB paru yang diderita pasien,
lemak rendah karena DM dan gangguan jantungnya. Diet yang diberikan dengan kalori 1700 kkal
mengingat kemampuan makan pasien belum stabil. Diet DM 1700 ini pun diberikan secara bertahap
mulai 1300 kkal.
Bentuk makanan yang diberilkan dalam bentuk lunak karena pasien mengalami sesak.
Saat ini Tn.Tj dirawat di rumah sakit lagi dengan keluhan yang sama, terutama sesak dan lemasnya.
Pada awal perawatan pasien masih mau makan makanan yang diberikan rumah sakit, meskipun sedikit.
Namun, karena pasien sering sesak nafas saat jam makan yang menyebabkan pasien tidak nafsu makan
beberapa hari, pasien mengalami lemas yang menambah penurunan nafsu makan.
Perbandingan asupan oral H-1 sebelum pengamatan dengan saat pengamatan:
Dari keterangan bagan di atas terlihat bahwa pada hari ke-6 perawatan atau hari pertama pengamatan,
pasien mengalami trauma makanan rumah sakit akibat lauk yang tidak disukainya. Trauma ini
menyebabkan terjadinya anoreksia atau penolakan makanan yang diberikan oleh rumah sakit sehingga
asupan pasien menurun. Oleh karena Tn.Tj mengalami anoreksia. Dengan kondisi pasien yang
mengalami anoreksia tersebut perencanaan diet yang diberikan pada Tn.TJ tetap Diet DM 1300 kkal
dengan tinggi protein serta rendah karbohidrat dan lemak, namun jenis makanan disesuaikan dengan
keinginan dan daya terima pasien. Hal ini dilakukan agar pasien tetap ada asupan sehingga memiliki
energi dan mencegah terjadinya hipoglikemik atau kadar gula menurun drastis. Hipoglikemik ini dapat
berakibat fatal karena kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang
tidak sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Tn.Tj sempat mengalami hipoglikemik beberapa
kali akibat tidak mau makan, namun dapat pulih setelah diberikan ½-1 gelas teh manis. Bahkan, pernah
mengalami hiperglikemik langsung akibat teh manis tersebut. Menu yang diberikan kepada Tn.Tj
sempat berganti-ganti beberapa kali demi Tn.Tj mau mengkonsumsi atau menerima makanan dari
rumah sakit lagi.
Pada hari ke-2 pengamatan makanan lunak yang diberikan diganti dengan kentang. Sebelum bubur
diganti dengan kentang pasien sempat diberikan asupan tambahan susu DM. namun, setelah diberikan
susu pasien Tn.Tj mengalami diare sehingga pemberian susu dihentikan. Setelah diganti kentang pasien
mau makan makanan dari rumah sakit namun kentangnya saja. Penggantian bubur dengan kentang dan
asupan susu menyebabkan asupan pasien meningkat dari sebelumnya.
Pada hari berikutnya kentang masih diberikan, namun divariasi dengan roti agar pasien tidak merasa
bosan dan diganti Tim pada siang harinya. Asupan pada hari ke-3 pengamatan masih baik, namun turun
bila dibandingkan dengan asupan hari sebelumnya karena tidak diberikan susu.
Setelah menu beberapa kali diganti, akhirnya pasien mulai mau makan makanan yang diberikan rumah
sakit kembali dan menu pun sudah dapat diganti nasi biasa, namun pada pengamatan hari ke-4 pasien
diperbolehkan pulang setelah makan siang.