Anda di halaman 1dari 40

Contoh Penyelesaian Kasus Berdasarkan Langkah-langkah PAGT (Proses Asuhan Gizi

Terstandar) / Pendekatan NCP (Nutritional Care Process)

Selesaikan dengan Prinsip ADIME (Assessment, Diagnosis, Intervensi, Monitoring Evaluasi), karena
menyesuaikan dengan kompetensi Ahli Keshmasy, sehingga Penyelesaian Kasus TANPA Diagnosis Gizi dan
Monev

KASUS

Tn. I, usia 60 tahun, status menikah, dirawat di RS dengan diagnosis medis Ileus Obstruksi Parsial ec. Recti
1/3 distal. Pasien dan istrinya bekerja sebagai petani dengan penghasilan tidak tetap tergantung hasil panen.
Pasien mempunyai 2 orang anak yang sudah tidak tinggal dengan pasien. Sejak 3 bulan SMRS pasien
mengeluh BAB bercampur darah, dan sempat dirawat kelas III RS Jampang Kulon Sukabumi selama 4 hari
dan dibiopsi. Dari hasil biopsy pasien didiagnosis Ca recti dan harus menjalani operasi. Sejak 1 minggu SMRS
pasien mengeluh msulit BAB tetapi masih bisa buang angin, setiap BAB bercampur darah, dan keras seperti
kotoran kambing. Keluhan disertai nyeri perut hilang. BB pasien sekarang 48 kg, dan TB 163 cm.

Hasil pemeriksaan biokimia : Hb :9,1 g/dl (N = 13,5 – 17,5 g/dl), Hematokrit 27 % (N = 40-52 %), Eritrosit
3,32 jl/UL (4,5-6,5 jt/UL), Leukosit 8200 /mm3 (N = 3800 – 10600/mm3), trombosit 342.000/mm3 (N =
150.000-450.000/mm3), albumin 2,5 g/dl (N = 3,5-5 g/dl), dan protein total 4,8 g/dl (N = 6,3-8,2 g/dl).
Data klinis pasien adalah TD 110/70 mmHg, nadi 88x/menit, RR : 20x/menit, suhu afebris. Secara fisik
pasien tampak kurus, lemah, pucat, bising usus (+), dan hanya bisa berbaring di tempat tidur.

Sebelum sakit, pasien biasa makan nasi 2-3 x/hari, dengan lauk yang sering dikonsumsi telur, ikan asin,
tahu dan tempe. Pasien jarang mengkonsumsi buah dan sayuran, hanya 1-2 kali/minggu, meskipun istrinya
sudah memasakkan sayur. Setelah sakit, pasien makan lebih sedikit dari biasanya. Hasil recall 24 jam saat di
RS didapatkan energi : 690 kal, Protein : 34 gram, lemak 20 gram, dan KH 67 gram. Standart makanan RS :
Energi 1700 kalori, protein 68 gram, lemak 54 gram, dan karbohidrat 52 gram.

Selesaikanlah kasus tersebut berdasarkan langkah-langkah Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) !

PENYELESAIAN KASUS

A. Gambaran Umum Pasien

Nama : Tn. I
Usia : 60 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Suku Bangsa : Jawa
Pekerjaan : Petani
Ruang/Kelas : Dahlia/III
Hari Perawatan : 5 (hari kelima)
Diagnosis Medis : Ileus Obstruksi Parsial ec. Recti 1/3 distal.
B. Proses Asuhan Gizi Terstandar

1. Pengkajian Gizi
Riwayat Gizi/Makanan :
Riwayat Gizi Dahulu :
Sebelum sakit, pasien biasa makan nasi 2-3 kali/hari, dengan lauk yang sering dikonsumsi telur, ikan asin,
tahu dan tempe. Pasien jarang mengkonsumsi buah dan sayuran, hanya 1-2 kali/minggu.

Riwayat Gizi Sekarang :


Pada saat sakit, pasien makan lebih sedikit dari biasanya, karena nafsu makan kurang. Motivasi untuk
menghabiskan makanan sangat kurang karena alasan diet/makanan RS terasa hambar dan membosankan.
Hasil recall konsumsi makan 24 jam terakhir saat di RS didapatkan Energi 1090 kal, Protein : 34 gram,
lemak : 20,3 gram, dan KH 166,5 gram.

Tabel 1. Tingkat Konsumsi Makan Pasien 24 Jam Terakhir


Energi (kkal) Protein (g) Lemak (g) KH (g)
Asupan Makan 1090 34 20,3 166,5
Standar Makanan RS 1700 68 54 320
% Tingkat Konsumsi 64,1 50 37,6 52
Kategori Tingkat Konsumsi Kurang Kurang Kurang Kurang
Penilaian :

Nafsu makan kurang, dan motivasi untuk menghabiskan makanan sangat kurang, karena alasan
diet/makanan RS terasa hambar dan membosankan.
Asupan makan dibandingkan dengan standart makanan RS : Energi : 64,1%, Protein : 50 %, Lemak 37,6%
dan KH : 52%. Nafsu makan (-), sehingga asupan makan : Kurang, berdasarkan SK Kemenkes
No:129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, (point 11, Sub Gizi dengan
indikator sisa makanan yang tidak termakan oleh pasien menggunakan nilai standar <20%, artinya bahwa
pasien dinilai memiliki asupan yang normal apabila mampu menghabiskan makanan sebesar ≥ 80% dari
standar makanan RS, dan jika mengkonsumsi makanan < 80% dari standar makanan RS, pasien dinilai
memiliki asupan makan yang kurang).

Biokimia
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Biokimia Pasien
Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Normal Keterangan
Hb 9,1 g/dl 13,5-17,5 g/dl ↓ Anemia
Haematokrit 27% 40-52% ↓
Eritrosit 3,32 jt/UL 4,5 – 6,5 jt/UL ↓ Anemia
Albumin 2,5 g/dl 3,5-5 g/dl ↓ Hipoalbuminemia
Protein Total 4,8 g/dl 6,3 -8,2 g/dl ↓
Penilaian :
Pasien mengalami anemia, hipoalbuminemia.
Antropometri
BB : 48 kg, TB 163 cm, BBI = (TB-100) – 10% = 56,7 kg
Perhitungan IMT : BB/(TB)2 = 48/(1,63)2 = 18.07 kg/m2
Penilaian :
Berdasarkan IMT, pasien memiliki status gizi BB Kurang (18,07 kg/m2), karena batasan BB Kurang yaitu
<18,5 kg/m2, menggunakan WHO WPR/IASO/IOTF dalam the Asia Pacific Perspective : Redefining Obesity
and its Treatment, dengan kategori :
<18,5 kg/m2 : BB kurang
18,5-22,9 kg/m2 : normal,
≥ 23 : BB lebih
23-24,9 kg/m2 : at risk (dengan resiko)
25-29,9 kg/m2 : obese I
≥30 kg/m2 : obese II

Fisik Klinis
Fisik : Pasien sadar, secara fisik pasien tampak kurus, lemah, pucat, BU (+).
Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Klinik

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Keterangan


1. Tekanan darah 110/70 mmHg 120/80 mmHg Hipotensi
2. Nadi 84 x/menit 80-100x/menit Normal
3. Suhu 370C 36-37,2 0C Normal
4. Respirasi 28 x/menit 19-36 x/menit Normal

Penilaian :
Tekanan darah rendah, secara fisik terdapat tanda-tanda malgizi (pasien tampak kurus, dan lemah).

Riwayat Personal :
Sosial Ekonomi :
Pasien dan istrinya bekerja sebagai petani dengan penghasilan tidak tetap tergantung hasil panen. Pasien
mempunyai 2 orang anak yang sudah tidak tinggal dengan pasien.

Riwayat Penyakit Sekarang :


Saat ini menjalani perawatan di RS dengan diagnosis medis Ileus Obstruksi Parsial ec. Recti 1/3 distal.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Sejak 3 bulan SMRS pasien mengeluh BAB bercampur darah, dan sempat dirawat di RS Jampang Kulon
Sukabumi selama 4 hari dan dibiopsi. Dari hasil biopsi pasien didiagnosis Ca recti dan harus menjalani
operasi. Sejak 1 minggu SMRS pasien mengeluh sulit BAB tetapi masih bisa buang angin, setiap BAB
bercampur darah dank eras seperti kotoran kambing. Keluhan disertai nyeri perut hilang timbul.

Penilaian :
Pasien memiliki status ekonomi yang rendah, saat ini pasiendidiagnosis Ileus Obstruksi Parsial ec. Ca Recti
1/3 distal, dan mengalami gangguan fungsi gastrointestinal.
2. DIAGNOSIS GIZI
NI.2.1 → Makanan dan minuman oral tidak adekuat (P) berkaitan dengan nafsu makan kurang (E) ditandai
dengan hasil recall Energi : 64,1%, Protein 50 %, Lemak 37,6%, dan KH 52%, (rata-rata tingkat konsumsi
makan : 51%, termasuk kategori kurang) (S/S).

NI.5.1 → Peningkatan kebutuhan protein (P) berkaitan dengan penyakit pasien (E) ditandai dengan asupan
protein kurang (50%), hipoalbuminemia, anemia (S/S).

NC.1.4 → Gangguan fungsi GI (P) berkaitan dengan penyakit Ileus Obstruktif (E) ditandai dengan rasa nyeri
di perut (S/S).

NC.3.1 → BB kurang (P) berkaitan dengan riwayat penyakit pasien (Ca recti) dan malgizi (E) ditandai dengan
BBA (48 kg) <BBI (56,7 kg), IMT pasien 18,07 kg/m2 (S/S).

NB.1.3 → Tidak siap untuk berdiet (P) berkaitan dengan motivasi pasien yang kurang (E) ditandai dengan
pasien tidak mau menerima diet yang diberikan oleh RS, asupan makan rata-rata hanya 51% (S/S).

3. INTERVENSI GIZI
Tujuan :
Meningkatkan asupan makanan sesuai dengan kebutuhan
Memberikan dukungan gizi enteral tinggi protein sehingga meningkatkan asupan asupan protein, kadar
hipoalbunemia, dan kadar Hb.
Memberikan makanan yang tidak memperberat fungsi gastrointestinal, sehingga keluhan nyeri perut
berkurang
Memperbaiki status gizi dan mempertahankan BB agar tidak jatuh pada kondisi penurunan BB yang drastis.
Memberikan edukasi pemahaman pentingnya diet pasien untuk penyembuhan.

Prinsip Diet : Energi Tinggi, Protein Tinggi (ETPT)


Macam Diet : Diet ETPT.
Bentuk Makanan : Makanan lunak (bubur), karena pasien memiliki keluhan nyeri perut, sering timbul.
Syarat :
Energi dihitung berdasarkan rumusan Harris Benedict, dengan memperhitungkan basal, aktifitas dan faktor
stres, Energi diberikan tinggi untuk memenuhi kebutuhan basal metabolisme, aktifitas pada saat sakit,
mengatasi infeksi pada ileus, dsb,..
Contoh Sumber Bahan Makanan : bubur, kentang, roti.
Protein tinggi, diberikan sebesar 2 g/kgBB/hari (21,7%) untuk membantu meningkatkan kadar albumin,
membantu dalam proses penyembuhan luka.
Contoh Sumber Bahan Makanan: ayam, daging, ikan.
Lemak cukup diberikan 20% dari kebutuhan energi total sebagai penghasil energi dan cadangan energi
tubuh terbesar.
Contoh Sumber Bahan Makanan : minyak, mentega.
Karbohidrat diberikan sebesar 58,3 % sebagai penghasil energi bagi pasien yang sedang menjalani
perawatan.
Contoh Sumber Bahan Makanan : bubur, kentang, roti.
Vitamin A diberikan sebesar,….. mg untuk meningkatkan imunitas tubuh.
Contoh Sumber Bahan Makanan : wortel, labu kuning, pepaya
Vitamin C diberikan sebesar….. untuk meningkatkan imunitas tubuh.
Contoh Sumber Bahan Makanan : jeruk
Makanan diberikan dengan porsi kecil tapi sering, dengan frekuensi makan : 3 x makan utama, 2X selingan,
dan 3 kali enteral.

Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat-zat Gizi

Perhitungan Kebutuhan Menurut Harris Benedict :

BEE = 66 + (13,7 x BB) + (5 x TB) – (6,8 x U)


= 66 + (13,7 x 48 Kg) + (5 x 163) – (6,8 x 60)
= 66 + 657,6 + 815 – 408 kkal
= 1130,6 kkal

TEE = 1130,6 kkal x AF x IF


= 1130,6 kkal x 1,2 x 1.3
= 1763,7 kkal

Keterangan : BEE (Basal Energy Expenditure)


TEE (Total Energy Expenditure)
AF (Activity Factor), 1,2 Bedrest
IF (Injury Factor), 1,3 Ileus Obstruksi

Protein (gram) = 2 g/kg BB


= 2 g x 48 kg
= 96 gram
% Protein = 96 gram x 4 kal/g x 100%
1763,7 kkal
= 21,7%

Lemak = 20% x TEE


= 20% x 1763,7 kkal
= 352,74 kkal
Lemak (gram) = 352,74 kal : 9kal/gram = 39 gram
% Karbohidrat = 100 % – (% protein + % lemak)
= 100 % – (21,7% + 20%)
= 100% – 41,7%
= 58,3 %

Karbohidrat (kkal) = 58,3% x TEE


= 58,3 % x 1763,7 kkal
= 1028,24 kkal
Karbohidrat (g) = 1028,24 kkal : 4 kkal/gram
= 257,1 gram

Kebutuhan Vitamin dan Mineral : (AKG, 2004)


Vitamin A : 600 RE Vitamin D : 15 ug
Vitamin E : 15 mg Vitamin K : 65 ug
Tiamin : 1 mg Riboflavin : 1,3 mg
Niasin : 16 mg Asam Folat : 400 ug
Piridoksin : 1,7 mg Vitamin B12 : 2,4 ug
Vitamin C : 90 mg Kalsium : 800 mg
Fosfor : 600 mg Magnesium : 300 mg
Besi : 13 mg Yodium : 150 ug
Seng : 13,4 mg Selenium : 30 ug
Mangan : 2,3 mg Fluor : 3 mg

4. RENCANA MONITORING DAN EVALUASI


Parameter Target Pelaksanaan
Asupan Makan Asupan makan mencapai 100% dari kebutuhan Setiap hari
Antropometri BB naik dan status gizi normal Akhir Perawatan
Hari kedua pengamatan
Biokimia Hb, albumin, Protein Total
kasus
Pucat dan lemah berkurang, TD, nadi, respirasi, suhu
Fisik Kljnis Setiap hari
normal
Keluhan Nyeri perut berkurang/hilang Setiap hari
Sikap dan Mengubah perilaku terhadap diet RS (mau menerima
Setiap hari
Perilaku diet RS)

E. DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2010. Penuntun Diet. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Anggraeni, Adisty Cynthia. 2012. Asuhan Gizi Nutritional Care Process. Yogjakarta : Graha Ilmu.
Gutawa, Miranti, dkk. 2011. Pengembangan Konsep Nutrition Care Process (NCP) Proses Asuhan Gizi
Terstandar (PAGT). Jakarta ; Persagi-ASDI, Abadi Publishing & Printing.
Hartono, Andry. 2009. Asuhan Gizi Rumah Sakit, Diagnosis Konseling dan Preskripsi. Jakarta : EGC
Kedokteran.
Perkeni, Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2006. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes
Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta.
SK Kemenkes No:129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.

II. Contoh Penyelesaian Kasus Diabetes Mellitus dengan langkah Proses Asuhan Gizi Terstandar
(PAGT)

A. Gambaran Umum Pasien


Nama : Ny. S S No RM : 2. 37. 23. 97
Umur : 51 th Ruang : Boegenvile C1 K2
Sex : Perempuan Tanggal Masuk : 18 Oktober 2008
Pekerjaan : Guru SD Tanggal Kasus : 20 Oktober 2008
Pendidikan : S1 Alamat : Larangan Gayam RT 61/63 Sukoharjo
Agama : Islam Diagnosa Medis : Obs. Ikterik e.c. hydrops vesica felea dd cholelithiasis DM II

B. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)


1. Pengkajian Gizi

Riwayat Gizi/Makanan :

Riwayat Gizi Dahulu :


Pasien menjalani diit rendah lemak sejak keluar dari RS Dr. Oen atas anjuran dokter yang merawat. Pasien
tidak mengkonsumsi makanan yang digoreng dan bersantan. Pasien belum pernah mendapatkan konsultasi
gizi mengenai diet penyakit yang dialaminya. Pola makan pasien sebelum MRS : pasien suka mengkonsumsi
glukosa sederhana (sirup) dalam jumlah yang berlebih.

Riwayat Gizi Sekarang :


Pasien suka mengkonsumsi makanan dalam porsi yang berlebih, nafsu makan normal. Hasil recall konsumsi
makan 24 jam terakhir saat di RS didapatkan Energi 1430 kal, Protein : 53,97 gram, lemak : 30,57 gram,
dan KH 272.05 gram.
Tabel 1. Tingkat Konsumsi Makan Pasien 24 Jam Terakhir
Implementasi Energi (kkal) Protein (gr) Lemak (gr) KH (gr)
Asupan oral 1130 28,97 30,57 222,05
Infus D 10% 200 - - -50
Aminofusin Hepar 5% 100 25 - -
Total asupan 1430 53,97 30,57 272,05
Standar RS 1582 59,8 46,2 255
% Asupan 90,5 90,2 66 106,7
Penilaian :
Asupan makan dibandingkan dengan standart makanan RS : Energi : 90,5%, Protein :90,2 %, Lemak 66%
dan KH : 106,7%. Asupan makan : Baik, rujukan berdasarkan SK Kemenkes No:129/Menkes/SK/II/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, (point 11, Sub Gizi dengan indikator sisa makanan yang
tidak termakan oleh pasien menggunakan nilai standar <20%, artinya bahwa pasien dinilai memiliki asupan
yang normal apabila mampu menghabiskan makanan sebesar ≥ 80% dari standar makanan RS, dan jika
mengkonsumsi makanan < 80% dari standar makanan RS, pasien dinilai memiliki asupan makan yang
kurang).
Berdasarkan riwayat pola makan pasien, pasien masih sering mengkonsumsi glukosa sederhana (sirup), hal
ini dikarenakan pasien tidak mengetahui efek konsumsi gula yang berlebihan.
Konsumsi gula sederhana yang berlebihan akan menyebabkan kadar gula darah tinggi. Meningkatnya kadar
gula dalam darah tersebut sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh. Organ tubuh
yang terganggu adalah pankreas, jika Pankreas terganggu, maka kemampuan untuk memproduksi hormon
insulin juga terganggu. Insulin adalah sejenis hormon jenis polipeptida yang dihasilkan oleh kelenjar
pankreas. Fungsi utama insulin ialah untuk menjaga keseimbangan glukosa dalam darah dan bertindak
meningkatkan pengambilan glukosa oleh sel tubuh. Kegagalan tubuh untuk menghasilkan insulin, atau
jumlah insulin yang tidak mencukupi akan menyebabkan glukosa tidak dapat masuk ke dalam tubuh dan
digunakan oleh sel-sel dalam tubuh (tidak terserap oleh sel-sel dalam tubuh). Dengan demikian glukosa
meningkat di dalam darah, dan menyebabkan penyakit Diabetes Melitus.

Aktifitas Fisik : Sebagai seorang guru pasien bekerja sekitar 7 – 8 jam. Pasien rutin melakukan senam pagi
di sekolah dan sesekali melakukan jalan pagi. Jumlah jam tidur pasien sekitar 6 – 8 jam sehari.
Biokimia
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Biokimia Pasien
Pemeriksaan Satuan/Nilai Awal Masuk RS18- Awal Kasus20-10- Keterangan
urin/darah Normal 10-2008 2008
Na (serum) 136 – 145 mmol 138,8 Normal
K (serum) 3,10 – 5,00 mmol 3,10 Normal
Cl (serum) 98 – 107 mmol 109,5 Tinggi
TP 6,40 – 8,30 g/dL 6,98 Normal
Albumin 3,50 – 5,00 g/dL 2,10 Rendah
AST 10 -42 U/L 377 Tinggi
ALT 10 – 40 U/L 180 Tinggi
BUN 7,0 – 18,0 mg/dL 11,1 Normal
Creatinin 0,6 – 1,30 mg/dL 1,16 Normal
Uric Acid 2,6- 7,2 mg/dL 5,9 Normal
GDS 70 -120 mg/dL 211 140 Tinggi
GD 2 JPP 80 – 140 mg/dL 241 Tinggi
HBA1C <6,5 10,8 Tinggi
T BIL 0,20- 1,00 mg/dL 11,21 Tinggi
D TIL 0,00 – 0,30 mg/dL 4,89 Tinggi
WBC 4,8 -10,83/UL 5,5 Normal
RBC 4,2 – 5.4 106/UL 3,69 Rendah
Pemeriksaan Satuan/Nilai Awal Masuk RS18- Awal Kasus20-10- Keterangan
urin/darah Normal 10-2008 2008
HGB 12 – 16 g/dL 12,0 Normal
HCT 37 – 47 % 34,9 Rendah
MCV 81 – 99 fL 94,4 Rendah
MCH 27,0 – 31,0 pg 32,4 Tinggi
RDW 11,5 – 15,5 % 23,4 Tinggi
PLT 130 – 400 103/UL 150 Normal
MPV 7,4 – 10,4 fL 8,6 Normal
PCT 0,000 – 0,990 % 0,128 Normal
Prot +
Bil +2
Uro +2
Blod +2
Pemeriksaan penunjang : USG tanggal 17 Oktober 2008, Kesan : Hepatosplenomegali dengan multiple
cholelithiasis dan obstruksi pada CBD.

Penilaian :
Hipoalbuminemia (albumin rendah), proteinuria (+), DM (GDS, GD 2 JPP, HBA1C meningkat)

Antropometri

BB = 64 kg, TB = 155 cm, BBI = 49,5 kg, LLA = 30 cm


Riwayat perubahan BB,. Terjadi peningkatan BB sebanyak 7 Kg dalam waktu 3 bulan.
BB yang disesuaikan (adjusted body weight) = {(BBA-BBI) x 0,25} + BBI
= {(64 kg – 49,5 kg) x 0,25} + 49,5 kg = 53,12 kg
Perhitungan IMT : BB/(TB)2 = 64/(1,55)2 = 26,64 kg/m2

Penilaian :
Berdasarkan IMT, pasien memiliki status gizi Obes I (26,64 kg/m2), karena batasan Obese I yaitu 25-29,9
kg/m2, menggunakan WHO WPR/IASO/IOTF dalam the Asia Pacific Perspective : Redefining Obesity and its
Treatment, dengan kategori :
<18,5 kg/m2 : BB kurang
18,5-22,9 kg/m2 : normal,
≥ 23 : BB lebih
23-24,9 kg/m2 : at risk (dengan resiko)
25-29,9 kg/m2 : obese I,
≥30 kg/m2 : obese II

Fisik Klinis

Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Klinis


Pemeriksaan Satuan / nilai normal Awal kasus
Keadaan Umum Lemah, Mata kuning, badan kuning, BAK seperti teh
Tensi 120/80 mmHg 110/70 mmHg
Nadi 60 – 100 x/mnt 70 x/menit
Suhu 36 – 37 C Afebris
Respirasi 20 – 24 x/mnt 16 x/menit
Keluhan Utama : Ikterik yang telah berlangsung selama 5 bulan

Penilaian :
Keadaan umum pasien : lemah, mata kuning badan kuning, BAK seperti teh, hipotensi, keadaan umum
terdapat ikterik yang telah berlangsung selama 5 bulan.

Riwayat Personal :
Data Sosio Ekonomi: Pasien adalah suku Jawa, bekerja sebagai seorang Guru SD, tinggal bersama suami, 2
orang anak, 1 menantu, dan 1 orang cucu.

Riwayat Penyakit Sekarang :


Bulan Mei 2008 pasien mengeluh badan terasa lemas, mual (+), muntah (-), BAK berwarna seperti teh, nyeri
ulu hati (+), periksa ke dokter dikatakan sakit maag, mendapat terapi obat, tetapi tidak nama obat. 2
minggu kemudian keluhan tidak berkurang, mual (+), muntah (-), nyeri perut (+), BAK warna seperi teh
pesien periksa lagi ke dokter. Oleh dokter dirujuk ke RS Dr. Oen Solo. Pasien dirawat selama 26 hari dengan
keluhan mata kuning (+), badan kuning (+), mual (+), muntah (-), BAK seperti teh, dikatakan SGOT/SGPT
> 1000, mendapat obat dan terapi tapi pasien tidak tahu. Dilakukan USG hasil tidak ditemukan batu.
Keluhan membaik, SGOT/SGPT hamper mendekati normal. Pasien boleh pulang dan diberi obat urdafalk 2×1
tablet (Pasien minum selama 1 bulan).
Pasien kontrol rutin setiap minggu di dr. JK,SpPD diberikan obat lesichol dan Hp Pro . Pasien menjalani USG
lagi hasil menunjukkan tidak ada batu pada kandung empedu. Badan masih kuning (+), mual (-), muntah
(-), nafsu makan tidak ada kelainan, BAB tidak ada kelainan, BAK seperti the, Pasien tetap minum obat dan
kontrol rutin.
Dua hari SMRS karena badan masih kuning, pasien periksa ke dokter SM, SpPD KGEH, oleh dokter dilakukan
USG Abdomen ulang. Hasil USG menunjukkan kesan : Hepatosplenomegali dengan Multiple Cholelithiasis dan
obstruksi pada CBD. Pasien disarankan melakukan periksa ulang laboratorium. Hasil menunjukkan SGOT
958/SGPT 324, Gamma GT 95 dan Fosfatase Alkali 176, Pasien disarankan menjalani rawat inap untuk
menurunkan kadar GOT/GPT pro cholecystectomy.
Keluhan pasien saat masuk mata kuning (+), badan kuning (+), mual (-), muntah (-), pusing (-), BAK
seperti teh, BAB tidak ada keluhan, nafsu makan dan minum baik.

Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada, Riwayat penyakit keluarga: Orang tua laki-laki pernah menderita sakit
kuning

Terapi Medis :
Jenis Obat/ tindakan Fungsi Interaksi dengan zat gizi
Inf. D10%Aminufusin - Tambahan asupan karbohidrat-
Hepar (1:1 20tpm) Tambahan asupan asam amino
- Inj. OMZ 1A/12j Sebagai terapi jangka pendek ulkus duodenal Gangguan GI, sakit
dan lambung, refluks esofagitis kepala, ruam kulit
- Inj. SNMC 2A(hari I– Antiinflamasi hati
III)1A(hari IV-V)
- HP Pro 2 x 1 Suplemen untuk hati

2. DIAGNOSIS GIZI

NI.5.8.2 Asupan karbohidrat yang berlebihan (P) berkaitan dengan kurangnya pengetahuan (E) ditandai
dengan pola konsumsi glukosa murni (syrup) yang berlebihan, GDP tinggi, G2JPP tinggi, HBA1c tinggi,
peningkatan BB 7 kg slm 3 bulan (S/S).

NI.5.4 Penurunan kebutuhan lemak (P) berkaitan dengan adanya sumbatan pada saluran empedu (E)
ditandai dengan hasil USG, T Bil tinggi, AST tinggi, ALT tinggi, ikterik, telah menjalani diet rendah lemak
(S/S).

NI.5.1 Peningkatan kebutuhan protein (P) berkaitan dengan gangguan sintesis albumin (E) ditandai dengan
kadar albumin yang rendah (S/S).

3. INTERVENSI GIZI

Tujuan :
Menurunkan konsumsi karbohidrat untuk membantu menormalkan kembali kadar glukosa darah, dan
mencegah kenaikan berat badan
Membatasi pemberian makanan tinggi lemak
Meningkatkan kadar albumin darah

Prinsip Diet : Rendah KH, 3 J (Tepat Jumlah, Jenis, Jadwal)

Macam Diet : Diet DM 1700 kalori.

Bentuk Makanan :

Makanan lunak (nasi tim), karena kondisi pasien yang masih lemah.

Syarat :
Energi dihitung berdasarkan rumus PERKENI (2006), dengan memperhitungkan basal, jenis kelamin, usia,
aktifitas dan faktor kegemukan. Energi diberikan untuk memenuhi kebutuhan basal metabolisme, aktifitas
pada saat sakit, mengurangi berat badan pasien dan mempercepat proses penyembuhan pasien, karena saat
ini pasien dalam keadaan lemah. Contoh Sumber Bahan Makanan : beras giling, kentang, jagung.
Protein tinggi, diberikan sebesar 1,3 g/kgBB/hari untuk membantu meningkatkan kadar albumin. Contoh
Sumber Bahan Makanan: ayam, daging, ikan.
Lemak rendah diberikan 20% dari kebutuhan energi total untuk membantu menurunkan BB pasien. Contoh
Sumber Bahan Makanan : minyak.
Karbohidrat diberikan rendah untuk membantu menurunkan KGD, serta menurunkan BB pasien. Contoh
Sumber Bahan Makanan : beras giling, kentang, roti.
Serat diberikan sebesar 25-30 gram/hari, terutama untuk membantu memperlambat waktu pengosongan
lambung, meningkatkan waktu transit dengan memperlambat pergerakan di usus halus, sehingga sangat
membantu juga di dalam menurunkan BB pasien.
Makanan diberikan dengan porsi kecil tapi sering, dengan frekuensi makan : 3 x makan utama, 2X selingan
dengan mematuhi prinsip 3J (tepat jumlah, jadwal dan jenis).

Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat-zat Gizi

Perhitungan kebutuhan penyakit DM, bisa menggunakan alternatif rumus, yaitu dengan rumus PERKENI
(2006), rumus dari praktisi Endokrinologi RSUD dr. Soetomo (Prof. Dr. Dr. H. Askandar Tjokroprawiro),
Harris Benedict, perhitungan cepat, dan berbagai alternatif rumus lainnya. Dalam soal kasus ini akan kami
uraikan bagaimana cara perhitungan kebutuhan energy dan zat gizi dengan menggunakan rumus PERKENI
2006.

Catatan :

Syarat dan Ketentuan Perhitungan PERKENI (2006) :


1. Jenis Kelamin. Kebutuhan kalori basal pada wanita lebih kecil daripada pria. Kebutuhan basal untuk wanita
sebesar 25 kal/kg BB dan 30 kal/kg BB untuk pria.

2. Umur
Pada bayi dan anak-anak kebutuhan kalori jauh lebih tinggi daripada orang
dewasa, dalam tahun pertama bisa mencapai 112 kg/kg BB. Sedangkan Umur 1 tahun membutuhkan lebih
kurang 1000 kalori dan selanjutnya pada anak-anak
lebih daripada 1 tahun mendapat tambahan 100 kalori untuk tiap tahunnya. Penurunan kebutuhan kalori
diatas usia 40 tahun harus dikurangi 5% untuk tiap dekade antara 40 dan 59 tahun, sedangkan antara usia
60 dan 69 tahun dikurangi 10%, diatas usia 70 tahun dikurangi 20%.

3. Aktifitas Fisik atau Pekerjaan.


Jenis aktifitas yang berbeda membutuhkan kalori yang berbeda pula. Jenis aktifitas dikelompokan sebagai
berikut :
ü Keadaan istirahat : kebutuhan kalori basal ditambah 10%.
ü Aktifitas Ringan : pegawai kantor, pegawai toko, guru, ahli hukum, ibu rumah tangga, dan lain-lain
kebutuhan harus ditambah 20% dari kebutuhan basal.
ü Sedang : pegawai di industri ringan, mahasiswa, militer yang sedang tidak perang, kebutuhan dinaikkan
menjadi 30% dari basal.
ü Berat : petani, militer dalam keadaan latihan, penari, atlit, kebutuhan ditambah 40%.
ü Sangat berat : tukang becak, tukang gali, pandai besi, kebutuhan harus ditambah
50% dari basal.

4. Kehamilan/Laktasi. Pada permulaan kehamilan diperlukan tambahan 150 kalori/hari dan pada trimester II
dan III 350 kalori/hari. Pada waktu laktasi diperlukan tambahan sebanyak 550 kalori/hari.

5. Adanya komplikasi.
Infeksi, trauma atau operasi yang menyebabkan kenaikan suhu memerlukan tambahan kalori sebesar 13%
untuk tiap kenaikkan 1 derajat celcius.

6. Berat Badan. Bila kegemukan/terlalu kurus, dikurangi/ditambah sekitar 20-30% bergantung kepada
tingkat kegemukan/kekurusannya.

Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat Gizi :


Kebutuhan Energi Basal (♀) = 25 Kal/kgBB/hari = 25 Kal x 64 kg = 1600 kalori
Koreksi Usia (51 th) = 1600 kalori x 5% = 80 kalori
Aktifitas (istirahat) = 1600 kalori x 10% = 160 kalori
Komplikasi (P. Hati) = 1600 kalori x 20% = 320 kalori
Koreksi Berat Badan = 1600 kalori x 20% = 320 kalori
Total kebutuhan energi =
= Energi basal – Koreksi usia + Aktifitas + Komplikasi – K. Berat Badan
= 1600 kalori – 80 kalori + 160 kalori + 320 kalori – 320 kalori
= 1680 kalori (dibulatkan menjadi 1700 kalori)

Protein (gram) = 1,3 g/Kg BB = 1,3 g x 64 kg = 83,2 gram


% Protein = (83,2 gram x 4 kal/g x 100%): 1700 kal = 19,6%

Lemak = 20% x total kebutuhan energi = 20% x 1700 kalori = 340 kalori
Lemak (gram) = 340 kal : 9kal/gram = 37,8 gram

% Karbohidrat = 100 % – (% protein + % lemak) = 100 % – (19,6% + 20%) = 60,4 %


Karbohidrat (kal) = 60,4%xtotal kebutuhan energy = 60,4%x1700 kalori = 1026,8kalori
Karbohidrat (g) = 1026,8 kalori : 4 kal/gram = 256,7 gram
Kebutuhan Vitamin dan Mineral : Lihat di Tabel AKG, 2004.

Kebutuhan Serat :
25g/1000kal/hari, maka kebutuhan serat pasien = (25 gx1700 kal)/1000kalori = 42,5 gram.

Penyusunan Menu

Makan pagi (06.30):

Nasi Tim

Telur Mata Sapi

Tempe bumbu Bali

Cah Sawi Hijau Wortel

Selingan (09.30)

Pepaya

Makan Siang (12.30)

Nasi Tim

Pepes Ikan

Tahu Bacem

Sayur Asem

Selingan II (15.30)

Bika Pisang

Makan Sore (18.30)

Nasi Tim

Basho Daging

Cap Cay Sayur

Selingan III ( 21.30)

Apel Hijau
4. RENCANA MONITORING DAN EVALUASI
Parameter Target Pelaksanaan
Asupan Makan asupan makan tetap normal Setiap hari
Antropometri BB normal dan status gizi normal akhir Perawatan
Biokimia Albumin, GDS, GD 2 JPP, HBA1C hari ketiga pengamatan kasus
Fisik Kljnis Lemah berkurang, Setiap hari

DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2010. Penuntun Diet. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Anggraeni, Adisty Cynthia. 2012. Asuhan Gizi Nutritional Care Process. Yogjakarta : Graha Ilmu.
Gutawa, Miranti, dkk. 2011. Pengembangan Konsep Nutrition Care Process (NCP) Proses Asuhan Gizi
Terstandar (PAGT). Jakarta ; Persagi-ASDI, Abadi Publishing & Printing.
Hartono, Andry. 2009. Asuhan Gizi Rumah Sakit, Diagnosis Konseling dan Preskripsi. Jakarta : EGC
Kedokteran.
Perkeni, Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2006. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes
Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta.
SK Kemenkes No:129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit,
A. Gambaran Umum Pasien
Nama : Ny. S S No RM : 2. 37. 23. 97
Umur : 51 th Ruang : Boegenvile C1 K2
Sex : Perempuan Tanggal Masuk : 18 Oktober 2008
Pekerjaan : Guru Sd Tanggal Kasus : 20 Oktober 2008
Pendidikan : S1 Alamat : Larangan Gayam RT 61/63 Sukoharjo
Diagnosa Obs. Ikterik e.c. hydrops vesica felea dd cholelithiasis
Agama : Islam :
Medis DM II
B. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)
1. Pengkajian Gizi
Riwayat Gizi/Makanan :
Riwayat Nutrisi Dahulu :
Pasien menjalani diit rendah lemak sejak keluar dari RS Dr. Oen atas anjuran
dokter yang merawat. Pasien tidak mengkonsumsi makanan yang digoreng dan
bersantan. Pasien belum pernah mendapatkan konsultasi gizi mengenai diet
penyakit yang dialaminya. Pola makan pasien sebelum MRS : pasien suka
mengkonsumsi glukosa sederhana (sirup) dalam jumlah yang berlebih.
Riwayat Nutrisi Sekarang :
Pasien suka mengkonsumsi makanan dalam porsi yang berlebih, nafsu makan
normal. Hasil recall konsumsi makan 24 jam terakhir saat di RS didapatkan Energi
1430 kal, Protein : 53,97 gram, lemak : 30,57 gram, dan KH 272.05 gram.
Tabel 1. Tingkat Konsumsi Makan Pasien 24 Jam Terakhir
Implementasi Energi (kal) Protein (gr) Lemak (gr) KH (gr)
Asupan oral 1130 28,97 30,57 222,05
Infus D 10% 200 – – -50
Aminofusin Hepar 5% 100 25 – –
Total asupan 1430 53,97 30,57 272,05
Standar RS 1582 59,8 46,2 255
% Asupan 90,5 90,2 66 106,7
Penilaian :
Asupan makan dibandingkan dengan standart makanan RS : Energi : 90,5%,
Protein :90,2 %, Lemak 66% dan KH : 106,7%. Asupan makan : Baik, rujukan
berdasarkan SK Kemenkes No:129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit, (point 11, Sub Gizi dengan indikator sisa makanan yang
tidak termakan oleh pasien menggunakan nilai standar <20%, artinya bahwa
pasien dinilai memiliki asupan yang normal apabila mampu menghabiskan
makanan sebesar ≥ 80% dari standar makanan RS, dan jika mengkonsumsi
makanan < 80% dari standar makanan RS, pasien dinilai memiliki asupan makan
yang kurang).
Berdasarkan riwayat pola makan pasien, pasien masih sering mengkonsumsi
glukosa sederhana (sirup), hal ini dikarenakan pasien tidak mengetahui efek
konsumsi gula yang berlebihan.
Konsumsi gula sederhana yang berlebihan akan menyebabkan kadar gula darah
tinggi. Meningkatnya kadar gula dalam darah tersebut sebagai akibat adanya
gangguan sistem metabolisme dalam tubuh. Organ tubuh yang terganggu adalah
pankreas, jika Pankreas terganggu, maka kemampuan untuk memproduksi
hormon insulin juga terganggu. Insulin adalah sejenis hormon jenis polipeptida
yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Fungsi utama insulin ialah untuk menjaga
keseimbangan glukosa dalam darah dan bertindak meningkatkan pengambilan
glukosa oleh sel tubuh. Kegagalan tubuh untuk menghasilkan insulin, atau jumlah
insulin yang tidak mencukupi akan menyebabkan glukosa tidak dapat masuk ke
dalam tubuh dan digunakan oleh sel-sel dalam tubuh (tidak terserap oleh sel-sel
dalam tubuh). Dengan demikian glukosa meningkat di dalam darah, dan
menyebabkan penyakit Diabetes Melitus.
Aktifitas Fisik : Sebagai seorang guru pasien bekerja sekitar 7 – 8 jam. Pasien
rutin melakukan senam pagi di sekolah dan sesekali melakukan jalan pagi.
Jumlah jam tidur pasien sekitar 6 – 8 jam sehari.
Biokimia
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Biokimia Pasien
Pemeriksaan Satuan/Nilai Awal Masuk RS18- Awal Kasus20-10-
Keterangan
urin/darah Normal 10-2008 2008
Na (serum) 136 – 145 mmol 138,8 Normal
K (serum) 3,10 – 5,00 mmol 3,10 Normal
Cl (serum) 98 – 107 mmol 109,5 Tinggi
TP 6,40 – 8,30 g/dL 6,98 Normal
Albumin 3,50 – 5,00 g/dL 2,10 Rendah
AST 10 -42 U/L 377 Tinggi
ALT 10 – 40 U/L 180 Tinggi
BUN 7,0 – 18,0 mg/dL 11,1 Normal
Creatinin 0,6 – 1,30 mg/dL 1,16 Normal
Uric Acid 2,6- 7,2 mg/dL 5,9 Normal
GDS 70 -120 mg/dL 211 140 Tinggi
GD 2 JPP 80 – 140 mg/dL 241 Tinggi
HBA1C <6,5 10,8 Tinggi
T BIL 0,20- 1,00 mg/dL 11,21 Tinggi
D TIL 0,00 – 0,30 mg/dL 4,89 Tinggi
WBC 4,8 -10,83/UL 5,5 Normal
RBC 4,2 – 5.4 106/UL 3,69 Rendah
Pemeriksaan Satuan/Nilai Awal Masuk RS18- Awal Kasus20-10-
Keterangan
urin/darah Normal 10-2008 2008
HGB 12 – 16 g/dL 12,0 Normal
HCT 37 – 47 % 34,9 Rendah
MCV 81 – 99 fL 94,4 Rendah
MCH 27,0 – 31,0 pg 32,4 Tinggi
RDW 11,5 – 15,5 % 23,4 Tinggi
PLT 130 – 400 103/UL 150 Normal
MPV 7,4 – 10,4 fL 8,6 Normal
PCT 0,000 – 0,990 % 0,128 Normal
Prot +
Bil +2
Uro +2
Blod +2
Pemeriksaan penunjang : USG tanggal 17 Oktober 2008, Kesan :
Hepatosplenomegali dengan multiple cholelithiasis dan obstruksi pada CBD.
Penilaian :
Hipoalbuminemia (albumin rendah), proteinuria (+), DM (GDS, GD 2 JPP, HBA1C
meningkat)
Antropometri
BB = 64 kg, TB = 155 cm, BBI = 49,5 kg, LLA = 30 cm
Riwayat perubahan BB,. Terjadi peningkatan BB sebanyak 7 Kg dalam waktu 3
bulan.
BB yang disesuaikan (adjusted body weight) = {(BBA-BBI) x 0,25} + BBI
= {(64 kg – 49,5 kg) x 0,25} + 49,5 kg = 53,12 kg
Perhitungan IMT : BB/(TB)2 = 64/(1,55)2 = 26,64 kg/m2
Penilaian :
Berdasarkan IMT, pasien memiliki status gizi Obes I (26,64 kg/m2), karena
batasan Obese I yaitu 25-29,9 kg/m2, menggunakan WHO WPR/IASO/IOTF
dalam the Asia Pacific Perspective : Redefining Obesity and its Treatment, dengan
kategori :
<18,5 kg/m2 : BB kurang
18,5-22,9 kg/m2 : normal,
≥ 23 : BB lebih
23-24,9 kg/m2 : at risk (dengan resiko)
25-29,9 kg/m2 : obese I,
≥30 kg/m2 : obese II
Fisik Klinis
Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Klinis
Pemeriksaan Satuan / nilai normal Awal kasus
Keadaan Umum Lemah, Mata kuning, badan kuning, BAK seperti teh
Tensi 120/80 mmHg 110/70 mmHg
Nadi 60 – 100 x/mnt 70 x/menit
Suhu 36 – 37 C Afebris
Respirasi 20 – 24 x/mnt 16 x/menit
Keluhan Utama : Ikterik yang telah berlangsung selama 5 bulan
Penilaian :
Keadaan umum pasien : lemah, mata kuning badan kuning, BAK seperti teh,
hipotensi, keadaan umum terdapat ikterik yang telah berlangsung selama 5
bulan.
Riwayat Personal :
Data Sosio Ekonomi: Pasien adalah suku Jawa, bekerja sebagai seorang Guru SD,
tinggal bersama suami, 2 orang anak, 1 menantu, dan 1 orang cucu.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Bulan Mei 2008 pasien mengeluh badan terasa lemas, mual (+), muntah (-), BAK
berwarna seperti teh, nyeri ulu hati (+), periksa ke dokter dikatakan sakit maag,
mendapat terapi obat, tetapi tidak nama obat. 2 minggu kemudian keluhan tidak
berkurang, mual (+), muntah (-), nyeri perut (+), BAK warna seperi teh pesien
periksa lagi ke dokter. Oleh dokter dirujuk ke RS Dr. Oen Solo. Pasien dirawat
selama 26 hari dengan keluhan mata kuning (+), badan kuning (+), mual (+),
muntah (-), BAK seperti teh, dikatakan SGOT/SGPT > 1000, mendapat obat dan
terapi tapi pasien tidak tahu. Dilakukan USG hasil tidak ditemukan batu. Keluhan
membaik, SGOT/SGPT hamper mendekati normal. Pasien boleh pulang dan diberi
obat urdafalk 2×1 tablet (Pasien minum selama 1 bulan).
Pasien kontrol rutin setiap minggu di dr. JK,SpPD diberikan obat lesichol dan Hp
Pro . Pasien menjalani USG lagi hasil menunjukkan tidak ada batu pada kandung
empedu. Badan masih kuning (+), mual (-), muntah (-), nafsu makan tidak ada
kelainan, BAB tidak ada kelainan, BAK seperti the, Pasien tetap minum obat dan
kontrol rutin.
Dua hari SMRS karena badan masih kuning, pasien periksa ke dokter SM, SpPD
KGEH, oleh dokter dilakukan USG Abdomen ulang. Hasil USG menunjukkan kesan :
Hepatosplenomegali dengan Multiple Cholelithiasis dan obstruksi pada CBD.
Pasien disarankan melakukan periksa ulang laboratorium. Hasil menunjukkan
SGOT 958/SGPT 324, Gamma GT 95 dan Fosfatase Alkali 176, Pasien disarankan
menjalani rawat inap untuk menurunkan kadar GOT/GPT pro cholecystectomy.
Keluhan pasien saat masuk mata kuning (+), badan kuning (+), mual (-), muntah
(-), pusing (-), BAK seperti teh, BAB tidak ada keluhan, nafsu makan dan minum
baik.
Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada, Riwayat penyakit keluarga: Orang tua laki-
laki pernah menderita sakit kuning
Terapi Medis :
Jenis Obat/ tindakan Fungsi Interaksi dengan zat gizi
Inf. D10%Aminufusin – Tambahan asupan karbohidrat-
Hepar (1:1 20tpm) Tambahan asupan asam amino
Sebagai terapi jangka pendek ulkus duodenal Gangguan GI, sakit
– Inj. OMZ 1A/12j
dan lambung, refluks esofagitis kepala, ruam kulit
– Inj. SNMC 2A(hari I–
Antiinflamasi hati
III)1A(hari IV-V)
– HP Pro 2 x 1 Suplemen untuk hati
2. DIAGNOSIS GIZI
NI.5.8.2 Asupan karbohidrat yang berlebihan (P) berkaitan dengan kurangnya
pengetahuan (E) ditandai dengan pola konsumsi glukosa murni (syrup) yang
berlebihan, GDP tinggi, G2JPP tinggi, HBA1c tinggi, peningkatan BB 7 kg slm 3
bulan (S/S).
NI.5.4 Penurunan kebutuhan lemak (P) berkaitan dengan adanya sumbatan
pada saluran empedu (E) ditandai dengan hasil USG, T Bil tinggi, AST tinggi, ALT
tinggi, ikterik, telah menjalani diet rendah lemak (S/S).
NI.5.1 Peningkatan kebutuhan protein (P) berkaitan dengan gangguan sintesis
albumin (E) ditandai dengan kadar albumin yang rendah (S/S).
3. INTERVENSI GIZI
Tujuan :
1.Menurunkan konsumsi karbohidrat untuk membantu menormalkan kembali
kadar glukosa darah, dan mencegah kenaikan berat badan
2.Membatasi pemberian makanan tinggi lemak
3.Meningkatkan kadar albumin darah
Prinsip Diet : Rendah KH, 3 J (Tepat Jumlah, Jenis, Jadwal)
Macam Diet : Diet DM 1700 kalori.
Bentuk Makanan :
Makanan lunak (nasi tim), karena kondisi pasien yang masih lemah.
Syarat :
1.Energi dihitung berdasarkan rumus PERKENI (2006), dengan
memperhitungkan basal, jenis kelamin, usia, aktifitas dan faktor kegemukan.
Energi diberikan untuk memenuhi kebutuhan basal metabolisme, aktifitas pada
saat sakit, mengurangi berat badan pasien dan mempercepat proses
penyembuhan pasien, karena saat ini pasien dalam keadaan lemah. Contoh
Sumber Bahan Makanan : beras giling, kentang, jagung.
2.Protein tinggi, diberikan sebesar 1,3 g/kgBB/hari untuk membantu
meningkatkan kadar albumin. Contoh Sumber Bahan Makanan: ayam, daging,
ikan.
3.Lemak rendah diberikan 20% dari kebutuhan energi total untuk membantu
menurunkan BB pasien. Contoh Sumber Bahan Makanan : minyak.
4.Karbohidrat diberikan rendah untuk membantu menurunkan KGD, serta
menurunkan BB pasien. Contoh Sumber Bahan Makanan : beras giling,
kentang, roti.
5.Serat diberikan sebesar 25-30 gram/hari, terutama untuk membantu
memperlambat waktu pengosongan lambung, meningkatkan waktu transit
dengan memperlambat pergerakan di usus halus, sehingga sangat membantu
juga di dalam menurunkan BB pasien.
6.Makanan diberikan dengan porsi kecil tapi sering, dengan frekuensi makan :
3 x makan utama, 2X selingan dengan mematuhi prinsip 3J (tepat jumlah,
jadwal dan jenis).
Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat-zat Gizi
Perhitungan kebutuhan penyakit DM, bisa menggunakan alternatif rumus, yaitu
dengan rumus PERKENI (2006), rumus dari praktisi Endokrinologi RSUD dr.
Soetomo (Prof. Dr. Dr. H. Askandar Tjokroprawiro), Harris Benedict, perhitungan
cepat, dan berbagai alternatif rumus lainnya. Dalam soal kasus ini akan kami
uraikan bagaimana cara perhitungan kebutuhan energy dan zat gizi dengan
menggunakan rumus PERKENI 2006.
Catatan :
Syarat dan Ketentuan Perhitungan PERKENI (2006) :
1.Jenis Kelamin. Kebutuhan kalori basal pada wanita lebih kecil daripada pria.
Kebutuhan basal untuk wanita sebesar 25 kal/kg BB dan 30 kal/kg BB untuk
pria.
2.Umur
Pada bayi dan anak-anak kebutuhan kalori jauh lebih tinggi daripada orang
dewasa, dalam tahun pertama bisa mencapai 112 kg/kg BB. Sedangkan Umur 1
tahun membutuhkan lebih kurang 1000 kalori dan selanjutnya pada anak-anak
lebih daripada 1 tahun mendapat tambahan 100 kalori untuk tiap tahunnya.
Penurunan kebutuhan kalori diatas usia 40 tahun harus dikurangi 5% untuk tiap
dekade antara 40 dan 59 tahun, sedangkan antara usia 60 dan 69 tahun dikurangi
10%, diatas usia 70 tahun dikurangi 20%.
3. Aktifitas Fisik atau Pekerjaan.
Jenis aktifitas yang berbeda membutuhkan kalori yang berbeda pula. Jenis
aktifitas dikelompokan sebagai berikut :
ü Keadaan istirahat : kebutuhan kalori basal ditambah 10%.
ü Aktifitas Ringan : pegawai kantor, pegawai toko, guru, ahli hukum, ibu rumah
tangga, dan lain-lain kebutuhan harus ditambah 20% dari kebutuhan basal.
ü Sedang : pegawai di industri ringan, mahasiswa, militer yang sedang tidak
perang, kebutuhan dinaikkan menjadi 30% dari basal.
ü Berat : petani, militer dalam keadaan latihan, penari, atlit, kebutuhan ditambah
40%.
ü Sangat berat : tukang becak, tukang gali, pandai besi, kebutuhan harus
ditambah
50% dari basal.
4. Kehamilan/Laktasi. Pada permulaan kehamilan diperlukan tambahan 150
kalori/hari dan pada trimester II dan III 350 kalori/hari. Pada waktu laktasi
diperlukan tambahan sebanyak 550 kalori/hari.
5. Adanya komplikasi.
Infeksi, trauma atau operasi yang menyebabkan kenaikan suhu memerlukan
tambahan kalori sebesar 13% untuk tiap kenaikkan 1 derajat celcius.
6. Berat Badan. Bila kegemukan/terlalu kurus, dikurangi/ditambah sekitar 20-30%
bergantung kepada tingkat kegemukan/kekurusannya.
Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat Gizi :

Kebutuhan Energi Basal ( ) = 25 Kal/kgBB/hari = 25 Kal x 64 kg =


1600 kalori
Koreksi Usia (51 th) = 1600 kalori x 5% = 80 kalori
Aktifitas (istirahat) = 1600 kalori x 10% = 160 kalori
Komplikasi (P. Hati) = 1600 kalori x 20% = 320 kalori
Koreksi Berat Badan = 1600 kalori x 20% = 320 kalori
Total kebutuhan energi =
= Energi basal – Koreksi usia + Aktifitas + Komplikasi – K. Berat Badan
= 1600 kalori – 80 kalori + 160 kalori + 320 kalori – 320 kalori
= 1680 kalori (dibulatkan menjadi 1700 kalori)
Protein (gram) = 1,3 g/Kg BB = 1,3 g x 64 kg = 83,2 gram
% Protein = (83,2 gram x 4 kal/g x 100%): 1700 kal = 19,6%
Lemak = 20% x total kebutuhan energi = 20% x 1700 kalori = 340 kalori
Lemak (gram) = 340 kal : 9kal/gram = 37,8 gram
% Karbohidrat = 100 % – (% protein + % lemak) = 100 % – (19,6% + 20%) =
60,4 %
Karbohidrat (kal) = 60,4%xtotal kebutuhan energy = 60,4%x1700 kalori =
1026,8kalori
Karbohidrat (g) = 1026,8 kalori : 4 kal/gram = 256,7 gram
Kebutuhan Vitamin dan Mineral : Lihat di Tabel AKG, 2004.
Kebutuhan Serat :
25g/1000kal/hari, maka kebutuhan serat pasien = (25 gx1700 kal)/1000kalori =
42,5 gram.
Penyusunan Menu
Makan pagi (06.30):
Nasi Tim
Telur Mata Sapi
Tempe bumbu Bali
Cah Sawi Hijau Wortel
Selingan (09.30)
Pepaya
Makan Siang (12.30)
Nasi Tim
Pepes Ikan
Tahu Bacem
Sayur Asem
Selingan II (15.30)
Bika Pisang
Makan Sore (18.30)
Nasi Tim
Basho Daging
Cap Cay Sayur
Selingan III ( 21.30)
Apel Hijau

4. RENCANA MONITORING DAN EVALUASI


Parameter Target Pelaksanaan
Asupan Makan asupan makan tetap normal Setiap hari
Antropometri BB normal dan status gizi normal akhir Perawatan
Biokimia Albumin, GDS, GD 2 JPP, HBA1C hari ketiga pengamatan kasus
Fisik Kljnis Lemah berkurang, Setiap hari

DAFTAR PUSTAKA
1.Almatsier, Sunita. 2010. Penuntun Diet. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
2.Anggraeni, Adisty Cynthia. 2012. Asuhan Gizi Nutritional Care Process.
Yogjakarta : Graha Ilmu.
3.Gutawa, Miranti, dkk. 2011. Pengembangan Konsep Nutrition Care
Process(NCP) Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT). Jakarta ; Persagi-ASDI,
Abadi Publishing & Printing.
4.Hartono, Andry. 2009. Asuhan Nutrisi Rumah Sakit, Diagnosis Konseling dan
Preskripsi. Jakarta : EGC Kedokteran.
5.Perkeni, Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2006. Konsensus Pengelolaan
dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta.
6.SK Kemenkes No:129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit,
PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR-NUTRITION CARE PROSES (NCP)
PADA KASUS PENYAKIT DALAM DEWASA DENGAN DM, TB PARU, DAN HHD
3.2.2.1 Judul Kasus
Proses Asuhan Gizi Terstandar Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2, Tb Paru, Hipertensi
Heart Desease (HHD), Di Ruang Dewasa Gayatri Rs Dr. Marzoeki Mahdi 2011

3.2.2.2 Gambaran Umum Pasien


1. Nama Pasien : Tn. TJ
2. Umur : 56 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Suku Bangsa : Sunda
5. Status Perkawinan : menikah
6. Tanggal masuk RS : 20 November 2011
7. Diagnosa Medis : DM 2, HHD, TB Paru
8. Terapi diet yang diberikan : Diet DM 1700
9. Tanggal menjadi kasus : tanggal 25 November 2011

3.2.2.3 Proses Asuhan Gizi


3.2.2.3.1 Assesment Gizi
1. Riwayat Personal
Pasien adalah seorang ayah dari 5 orang anak dan mempunyai 1 orang istri. Pernah bekerja di
laboratorium hama tanaman dan terkadang terjun ke lapangan. Saat masih bekerja BB mencapai 80
kg. Setelah pensiun aktifitasnya lebih banyak di rumah dengan mengurus tanaman di rumahnya.
Pasien merupakan pensiunan dari sebuah lembaga penelitian hama tanaman bagian laboretorium,
Balitro, Bogor. Istri pasien juga bekerja di tempat yang sama dan masih aktif.

2. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak pernah periksa kesehatan sebelumnya, baru pada tahun 2009 Pasien didiagnosa
mengidap Diabetes Melitus, Hipertensi, jantung bermasalah, dan Tuberculosis Paru. Pasien pernah
dirawat di RS Marzoeki Mahdi sebelumnya sebanyak 3 kali dengan keluhan yang sama, yaitu sesak
nafas dan lemas akibat gula darah dan tekanan darah meningkat. Saat masuk RS MM yang ke 2 kali
pasien dirujuk untuk melakukan pembedahan ginjal karena terdapat batu endapan sepanjang 6 cm.

3. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengalami sesak nafas dan lemas hingga tidak mampu berdiri H-1 MRS

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Pasien tidak memiliki riwayat Hipertensi dan Diabetes Melitus di keluarganya

5. Riwayat Gizi
a. Sebelum Sakit
Pasien memiliki kebiasaan makanan yang teratur dan tepat waktu dalam minum obat. Pasien juga
memiliki kebiasaan banyak minum air, tidak merokok, dan tidak minum kopi. Sebelum di diagnosa
mengidap penyakit, saat masih bekerja, Pasien menyukai makanan manis, masakan yang digoreng
atau bersantan dan serta porsi nasi 3 kali porsi makan orang biasa, sekitar 3-4 penukar nasi.
Pada tahun 2009, setelah didiagnosa dokter, pasien mulai mengurangi makanan-makanan manis,
namun porsi nasi tiap kali makan masih sama seperti biasanya. selain itu, pasien juga masih suka
jajan makanan lain yang berat seperti baso atau mie ayam berdekatan dengan makan nasi. Anamnesa
asupan sebelum sakit dalam 1 hari yaitu, nasi 9p, lauk hewani 5p, sayur 3p, nabati 2p, buah 2p,
minyak 7p, santan 2p, ditambah dengan jajanan berupa mie ayam dan bakso masing-masing 1 porsi.
Asupan total per hari ialah Energi 3037 kkal, protein 112g (15%), lemak 66g (20%), dan KH 481 g
(63%).

b. Pada Saat Sakit


Proses asuhan gizi pada pasien TJ dilakukan setelah pasien dirawat 5 hari di RS. Awal masuk RS,
nafsu makan pasien masih tergolong baik meski sedikit berkurang akibat sesak nafas. Nafsu makan
pasien meurun sejak 2 hari lalu atau 3 hari setelah masuk RS. Penurunan nafsu makan ini berawal
dari adanya sesak nafas saat akan makan sehingga pasien menjadi malas makan. Lama kelamaan
pasien yang kurang asupan menjadi lemas dan nafsu makan menurun. Hasil anamnesa asupan hari
ke 6 setelah masuk Rumah Sakit, tanggal 25 November 2011, dibandingkan dengan kebutuhan
adalah Energi = 495 kkal (18.5%), Protein 18g (13.5%), Lemak = 22 g (29.7%), Karbohidrat= 54 g
(14.7%).

6. Pengkajian Data Antropometri :


a. BB saat masuk RS = 70 kg
b. BB aktual = 69 kg
c. BBI = 56 kg
d. BB nyaman = 62 kg
e. TB = 156 cm
f. LLA = 32 cm
g. TL = 47 cm
h. Status Gizi :
· IMT : 27.9 kg/m2 (overweight)
Penilaian : Status Gizi pasien adalah kelebihan berat badan
7. Pengkajian Data Biokimia :
No 20111 211111 22111 23111 24111 251111
1 1 1 1
06.00 - 165 166 123 160 123

11.00 - 121 117 119 119 113

16.00 187 127 160 159 114 136

Penilaian: Gula darah tinggi

8. Pengkajian Data Pemeriksaan Klinis Fisik:


a. Hasil Pemeriksaan klinik adalah sebagai berikut :
adalah sebagai berikut :
Tabel 2.
Hasil Pemeriksaan Klinik (29-11-2011)
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Interprestasi
1.Tekanan darah 140/100 mmHg 120/80 mmHg Tinggi
2. Nadi 84 x/menit 80-100x/menit Normal
3. Suhu 36.90C 36-37,2 0C Normal
4. Respirasi 28 x/menit 19-36 x/menit Cepat

Penilaian : Hipertensi, respirasi cepat

b. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Compos Mentis, lemas, sesak nafas, kehilangan lemak subkutan, badan masih
gemuk.
Penilaian : lemas, sesak nafas, terjadi penurunan BB

3.2.2.3.2 Diagnosa Gizi


1. Domain Asupan:
Inadequate oral intake berhubungan dengan penurunan nafsu makan ditandai dengan asupan
energi 18.5% dari kebutuhan aktualnya.

2. Domain Klinis:
a. Penurunan berat badan tidak diharapkan berhubungan dengan kurangnya asupan ditandai
dengan penurunan 1 kg BB setelah 2 hari menolak makanan RS.
b. Peningkatan kadar gula darah berhubungan dengan penyakit Diabetes Melitus ditandai
dengan gula darah sewaktu mencapai 160 g/dl.

3. Domain Behaviour:
Kekeliruan pola makan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan mengenai gizi dan
penyakitnya ditandai dengan makan 3p nasi tiap kali makan.

3.2.2.3.3 Intervensi Gizi


1. Tujuan Diet
a. Memberikan makanan yang adequate sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien untuk menjaga
BB klien agar tidak terjadi penurunan secara cepat dan menjaga kondisi pasien agar tidak lemas.
b. Memberikan edukasi dan konseling gizi sesuai dengan diet yang diberikan.
c. Menjaga kadar gula darah pasien.
d. Mengembalikan kemauan pasien untuk makan makanan yang diberikan RS.

2. Preskripsi Diet
a. Jenis Diet : Diet DM 1700 kkal
b. Bentuk makanan : Lunak
c. Frekuensi Pemberian : 3 kali makanan utama dan 2 kali makanan selingan.
d. Rute makanan : oral

3. Prinsip dan Syarat


a. Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan BB normal. Kebutuhan basal psien 30
kkal/kgBB nyaman, yaitu 30kkal/kg x 56kg= 1680 kkal – FU= 1680 kkal – 5%= 1680-84= 1596 kkal,
kemudian dikalikan FA dan FS menjadi 2490 kkal.
b. Makanan dibagi dalam 3 porsi besar, yaitu makan pagi 498 kkal (20%), siang 747 kkal (30%), dan
sore 623 kkal (25%), serta porsi kecil untuk selingan (masing-masing 10%, 249 kkal)
c. Protein diberikan tinggi terkait infeksi TB paru, yaitu 20% dari Energi Total, 124 gram
d. Lemak diberikan sedang, yaitu 25% dari Energi Total, 69 gram, dalam bentuk <10% dari kebutuhan
berasal dari lemak jenuh, 10% dari lemak jenuh ganda, dan sisanya lemak jenuh tunggal
e. Karbohidrat 55% dari Energi Total, 342 gram
f. Vitamin dan mineral sesuai RDA (Recomennended Dietary allowance)

4. Perhitungan Kebutuhan
Perhitungan kebutuhan Energi menggunakan REE (Recommended Energi Expenditure) dengan rumus
Diet DM:

BMR = 30 kkal/kg x BB nyaman


= 30 kkal/kg x 56 kg = 1680 kkal
BMR = 1680- 5%= 1800-90= 1596 kkal

Energi total = BMR x FA x FS


= 1596 x 1,2 x 1,3
=2490 kkal

Kebutuhan Protein
20% dari Energi Total = 124 gram
Kebutuhan Lemak
25% dari Energi Total = 69 gram
Kebutuhan Karbohidrat
55% dari Energi Total = 342 gram

5. Rancangan Diet
Diit yang dirancang untuk pasien TJ adalah diit DM 1700 kkal diberikan secara bertahap dimulai dari
1300 kkal melihat kemampuan makan pasien. Rincian perencanaan diit pasien tahap awal, ialah sbb:
Energi 1300 kkal; protein 65 g (20% E.tot); Lemak 36 g (25% E.tot); dan KH 179 g (55% E.tot).
Karena kondisi penyakit, selain mendapat nutrisi secara oral, dokter yang menangani pasien TJ
memberikan nutrisi mineral secara parenteral berupa infus ringer laktat yang tidak mengandung energi.
Dalam diit juga dimasukkan susu DM untuk menambah asupannya. Rancangan diet nya adalah sbb:
Tabel 3.
Jumlah Kebutuhan Energi dan Karbohidrat Berdasarkan Route Pemberian
Rute Pemberian Energi (Kkal) Karbohidrat (gram)
Oral 1300 179

Jumlah Kebutuhan 1300 179

Adapun rancangan diet yang akan diberikan kepada pasien, dapat dilihat pada table berikut ini :
Tabel 4
Rancangan Diit tanggal 26 November 2011
Jenis Penukar Energi Protein Lemak KH
Makanan (Kkal) (gram) (gram) (gram)
Tim 1 3/4 306 7 - 70

L.Hewani 3 175 21 9 -

L.Nabati 3 225 15 9 21

Sayur 3 75 3 - 15

Buah 2 100 - - 24

Minyak 2 100 - 10 -

Snack 2 100 6 1 10
Susu DM 1 250 9 7 39

JUMLAH 1331 62 36 179

Toleransi (+/-) +2% -5% 0% 0%

Berikut ini adalah tabel Distrubusi makanan sehari:


Tabel 5
Distribusi Makanan Sehari
Waktu Makan Jenis Makanan Ukuran(Penukar)
Tim ½
L.Hewani 1
Pagi Sayur 1
Minyak ½
Snack Pagi Bolu 1
Tim ¾
L.Hewani 1
Siang L.Nabati 1
Sayur 1
Minyak 1
Buah 1
Snack sore Pudding DM 1

Susu DM Nutren Diabetik 1


Tim ½
L.Hewani 1
Sore L.Nabati 1
Sayur 1
Minyak ½
Buah 1

6. Rencana Monitoring dan Evaluasi


Indikator yang dimonitor untuk melihat perkembangan pasien meliputi :
a. Monitoring asupan makanan
b. Monitoring perkembangan berat badan/Status Gizi
c. Monitoring kadar gula darah
d. Monitoring perkembangan fisik dan klinis: Tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu tubuh, dan keluhan
lain seperti sesak

7. Rencana Konsultasi Gizi


Tema : Diet DM
Media :Leaflet DM dan Daftar Bahan Makanan Penukar
Sasaran : Pasien dan Istri
Tempat : Ruang Gayatri kelas II
Waktu : ± 20 menit
Metode : Bed Side Teaching, Tanya Jawab dan motivasi
Isi Materi :
· Penjelasan tentang penyakit
· Penjelasan tentang tujuan pemberian diet
· Penjelasan tentang prinsip dan syarat pemberian makanan sesuai kondisi pasien
· Penjelasan tentang pengaturan dan pemilihan bahan makanan yang boleh dan tidak
boleh diberikan.
· Motivasi makan

8. Implementasi
Berikut ini adalah implementasi dalam proses asuhan gizi terstandar pada pasien TJ:
a. Mencatat menu makanan.
b. Memporsi makanan dengan cara menimbang makanan berupa bubur, sumber hewani,
nabati, sayur dan buah serta snack pada saat makan pagi, snack pagi, makan siang, dan makan
sore. Kemudian, mencatat hasil penimbangan masing-masing jenis bahan makanan sebelum
disajikan kepada pasien.
c. Melakukan penimbangan sisa makanan yang tidak termakan pasien dan mencatat
hasil penimbangan tersebut, jika ada sisa makanan sore yang tidak dikonsumsi pasien, sisa
tersebut disimpan dalam plastik untuk kemudian ditimbang esok pagi atau ditanyakan secara
kualitatif berdasarkan perkiraan jumlah.
d. Menghitung dan mencatat selisih penimbangan awal dan penimbangan sisa makanan pasien
juga mencatat makanan lain yang dikonsumsi pasien diluar diet yang diberikan rumah sakit.
Hasilnya merupakan asupan makanan pasien secara keseluruhan pada 1 hari pengamatan.
e. Mencatat makanan lain dari luar yang dikonsumsi oleh pasien dan memasukkannya
dalam perhitungan asupan.
f. Mengganti makanan sesuai daya terima pasien
g. Memberikan motivasi dan edukasi gizi berupa penatalaksanaan diet sesuai dengan kondisi
pasien dan penyakitnya pada saat pasien akan pulang dan menyarankan pasien untuk
melakukan konsultasi gizi ulang di poliklinik gizi guna memantau perkembangan status gizi
selama menjalani terapi gizi di rumah.

3.2.2.3.4 Monitoring Evaluasi


1. Hari Ke-1 Tanggal 26/11/2011)
Tabel 6
Hasil Monitoring Asupan Makanan
Rute Energi Protein Lemak KH
Makanan
Kkal % Gram % Gram % Gram %
Oral 425 32 11 18 5 14 83 46

JUMLAH 425 32 11 18 5 14 83 46

Penilaian: asupan kurang hanya 32%


Evaluasi Asupan makanan: pasien menolak makanan yang diberikan RS sehingga pasien terpaksa
diberikan makanan dari luar ,oleh istrinya, berupa lontong isi sayuran dan susu sapi murni.
Diagnosa Gizi:
Kejadian anoreksia berhubungan dengan adanya trauma ditandai dengan penolakan terhadap makanan
dari RS
Evaluasi: sejak pasien mendapatkan ikan bumbu kuning pada hari sebelumnya, pasien menolak
makanan dari rumah sakit. Pasien mengalami diare 1 jam setelah minum susu DM.
Rencana Intervensi: karena masih sesak jadi pasien tetap diberikan makanan lunak berupa Tim
dengan rancangan diet tetap DM 1300 kkal tanpa susu DM, serta memberikan motivasi kepada pasien
untuk mau mencoba makan makanan RS lagi.
Tabel 7
Rancangan Diit tanggal 27 November 2011
Jenis Penukar Energi Protein Lemak KH
Makanan (Kkal) (gram) (gram) (gram)
Tim 1 3/4 306 7 - 70

L.Hewani 3 175 21 9 -

L.Nabati 3 225 15 9 21

Sayur 3 75 3 - 15

Buah 2 100 - - 24

Minyak 2 100 - 10 -

Snack 2 350 16 8 50

JUMLAH 1331 62 36 180

Toleransi (+/-) +2% -5% 0% +0.5%

Berikut ini adalah tabel Distrubusi makanan sehari:


Tabel 8
Distribusi Makanan Sehari
Waktu Makan Jenis Makanan Ukuran(Penukar)
Tim ½
L.Hewani 1
Pagi Sayur 1
Minyak ½
Snack Pagi Bubur kacang ijo DM 1
Tim ¾
L.Hewani 1
Siang L.Nabati 1
Sayur 1
Minyak 1
Buah 1
Snack sore Pudding DM 1
Tim ½
L.Hewani 1
Sore L.Nabati 1
Sayur 1
Minyak ½
Buah 1

Hasil monitoring evaluasi pemeriksaan fisik dan klinis serta obat-obatan yang digunakan adalah
sebagai berikut :
Tabel 9
Hasil Monitoring Pemeriksaan Fisik dan Klinis
Jenis Pemeriksaan Hasil Interprestasi
Keadaan Umum Compos Mentis, Lemas, terkadang sesak nafas Lemas dan terkadang
sesak
Tekanan darah 130/90 mmHg Normal tinggi

Nadi 84 x/mnt Normal

Respirasi 20x/mnt Normal

Suhu 366C Normal

GDS Pagi 124g/dl, sore 230 g/dl Meningkat

Penilaian : tensi normal tinggi, Kadar gula darah meningkat, lemas dan terkadang sesak
Tabel 10
Obat-obat yang digunakan :
Jenis Obat Frekuensi Pemberian
Suntikan insulin 1 jam setelah makan
Obat anti hipertensi

2. Hari Ke-2 (Tanggal 27/11/2011)


Tabel 11
Hasil Monitoring Asupan Makanan
Rute Energi Protein Lemak KH
Makanan
Kkal % Gram % Gram % Gram %
Oral 744 56 21 34 11 31 137 77

JUMLAH 744 56 21 34 11 31 137 77

Penilaian : Asupan makanan pasien meningkat dari hari sebelumnya


Evaluasi:
Asupan pasien meningkat namun asupan tersebut bukan seluruhnya dari Rumah Sakit. Asupan terdiri
dari asupan dari luar pagi dan siang hari berupa roti gandum isi selai strawberry dan dari rumah sakit
pada saat makan malam setelah Tim diganti dengan kentang.
Rencana Intervensi: Setelah Tim diganti kentang, pasien mulai mau makan makanan dari RS jadi
untuk hari berikutnya menu sumber karbohidrat Tim diganti dengan kentang rebus dengan rancangan
diet tetap DM 1300 kkal. Karena setelah makan roti gandum dengan selai strawberry biasa yang
diberikan istrinya gula darah pasien meningkat drastis, oleh karena itu, perlu adanya edukasi mengenai
penggunaan selai tersebut.

Tabel 12
Rancangan Diit tanggal 28 November 2011
Jenis Penukar Energi Protein Lemak KH
Makanan (Kkal) (gram) (gram) (gram)
Kentang 1 3/4 306 7 - 70

L.Hewani 3 175 21 9 -

L.Nabati 3 225 15 9 21

Sayur 3 75 3 - 15

Buah 2 100 - - 24

Minyak 2 100 - 10 -

Snack 2 350 16 8 50

JUMLAH 1331 62 36 180

Toleransi (+/-) +2% -5% 0% +0.5%


Berikut ini adalah tabel Distrubusi makanan sehari:
Tabel 13
Distribusi Makanan Sehari
Waktu Makan Jenis Makanan Ukuran(Penukar)
Kentang ½
L.Hewani 1
Pagi Sayur 1
Minyak ½
Snack Pagi Bubur kacang ijo DM 1
Kentang ¾
L.Hewani 1
Siang L.Nabati 1
Sayur 1
Minyak 1
Buah 1
Snack sore Pudding DM 1
Kentang ½
L.Hewani 1
Sore L.Nabati 1
Sayur 1
Minyak ½
Buah 1

Tabel 14
Hasil Monitoring Pemeriksaan Fisik dan Klinis
Jenis Pemeriksaan Hasil Interprestasi
Keadaan Umum Compos Mentis, Lemah Lemah

Tekanan darah 120/90 mmHg Normal

Nadi 84 x/mnt Normal

Respirasi 20x/mnt Normal

Suhu 366C Normal

GDS Pagi 90 g/dlàsiang 224 g/dlà sore 130 g/dl Hipoàhiperàturun

Penilaian : Hipotensi, lemah, Kadar gula darah tinggi


Tabel 15
Obat-obat yang digunakan :
Jenis Obat Frekuensi Pemberian
Suntikan insulin 1 jam setelah makan
Obat anti hipertensi

3. Hari Ke-3 (Tanggal 28/11/2011)


Tabel 16
Hasil Monitoring Asupan Makanan
Rute Energi Protein Lemak KH
Makanan
Kkal % Gram % Gram % Gram %
Oral 629 47 26 42 8 22 101 56

JUMLAH 629 47 26 42 8 22 101 56

Penilaian : Total asupan pasien menurun, namun asupan dari RS meningkat


Evaluasi :
Meski asupan total pasien menurun, namun hampir semua asupan tersebut berasal dari makanan rumah
sakit. Dengan tambahan roti gandum sebelum sarapan pagi datang.
Rencana Intervensi :
Pasien meminta kentang untuk diganti makanan lain karena merasa bosan, jadi kentang diganti dengan
roti tawar ditambah selai DM untuk sarapan dan Nasi biasa DM untuk makan siang dan malam karena
kondisi pasien juga sudah membaik (tidak sesak dan nafsu makan mulai membaik), serta memberi
motivasi kepada pasien untuk mau meningkatkan asupannya melalui makanan yang diberikan oleh
Rumah Sakit.

Tabel 17
Rancangan Diit tanggal 29 November 2011
Jenis Penukar Energi Protein Lemak KH
Makanan (Kkal) (gram) (gram) (gram)
Roti tawar 1/2 87.5 2 - 20

Selai tropicana 1 25 - - 6

Nasi putih 1.5 262.5 6 - 60

L.Hewani 3 175 21 9 -

L.Nabati 3 225 15 9 21

Sayur 3 75 3 - 15

Buah 2 100 - - 24

Minyak 2 100 - 10 -

Snack 2 200 16 8 30
JUMLAH 1250 63 36 176

Toleransi (+/-) -4% -3% 0% -2%

Berikut ini adalah tabel Distrubusi makanan sehari:


Tabel 18
Distribusi Makanan Sehari
Waktu Makan Jenis Makanan Ukuran(Penukar)
Roti tawar putih ½
Selai tropicana 1
Pagi L.Hewani 1
Sayur 1
Minyak ½
Snack Pagi Puding DM 1
Nasi 1
L.Hewani 1
Siang L.Nabati 1
Sayur 1
Minyak 1
Buah 1
Snack sore propertjes 1
Nasi 1
L.Hewani 1
Sore L.Nabati 1
Sayur 1
Minyak ½
Buah 1

Tabel 19
Hasil Monitoring Pemeriksaan Fisik dan Klinis
Jenis Pemeriksaan Hasil Interprestasi
Keadaan Umum Compos Mentis, lemas sedikit Membaik

Tekanan darah 130/80 mmHg Normal

Nadi 86 x/mnt Normal

Respirasi 24x/mnt Normal

Suhu 36.5C Normal


GDS Siang 135 g/dlà sore 110 g/dl Normal

Penilaian: Pasien membaik


Tabel 20
Obat-obat yang digunakan :
Jenis Obat Frekuensi
Pemberian
Suntikan insulin 1 jam setelah makan

Obat anti hipertensi

4. Hari Ke-4 (Tanggal 29/11/2011)


Tabel 21
Hasil Monitoring Asupan Makanan
Rute Energi Protein Lemak KH
Makanan
Kkal % Gram % Gram % Gram %
Oral 630 50 25 40 4 11 99 56

JUMLAH 630 50 25 40 4 11 99 56

Keterangan: Pasien pulang setelah makan siang


Penilaian: Asupan total pasien hingga makan siang mencapai 50% yang berasal dari makanan Rumah
Sakit.
Rencana Intervensi:
Dilakukan penimbangan Berat Badan pasien sebelum pulang dan memberikan motivasi serta edukasi
terkait penyakit DM dan HHD
Tabel 22
Hasil Monitoring Pemeriksaan Fisik dan Klinis
Jenis Pemeriksaan Hasil Interprestasi
Keadaan Umum Compos Mentis membaik

Tekanan darah 120/80 mmHg Rendah

Nadi 86 x/mnt Rendah

Respirasi 24x/mnt Normal

Suhu 36.7C Normal

GDS 110 dl Normal

Penilaian : Membaik
3.2.2.3.5 Pembahasan
Pada tahun 2009 pasien Tn.TJ divonis oleh dokter mengidap penyakit Diabetes mellitus. Penyakit
Diabetes Mellitus (DM) atau yang dikenal sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula darah
adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai
akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu
memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh.

Insulin adalah salah satu hormon yang diproduksi oleh pankreas yang bertanggung jawab untuk
mengontrol jumlah/kadar gula dalam darah dan insulin dibutuhkan untuk merubah (memproses)
karbohidrat, lemak, dan protein menjadi energi yang diperlukan tubuh manusia. Hormon insulin
berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah.

Penyakit diabetes yang diderita Tn.Tj bukanlah penyakit keturunan dari keluarganya melainkan karena
gaya hidup Tn.Tj yang memiliki kebiasaan konsumsi karbohidrat berlebih, yaitu 3-4 penukar nasi tiap
kali makan ditambah jajanan karbohidrat berupa mie ayam. Pasien Tn.Tj juga sempat memiliki berat
badan 80 kg pada saat sebelum pension, dengan tinggi badan 156 cm Tn.Tj saat itu memiliki IMT 32.9
kg/m2 yang berarti tergolong obesitas. Diabetes mellitus dapat ipicu dengan obesitas karena insulin
yang dihasilkan tidak mampu mengatasi glukosa yang berlebih dalam darah orang obesitas.
Hasil monitoring gula darah sewaktu Tn.Tj ialah sebagai berikut:
No 20111 21111 22111 23111 24111 25111 26111 27111 28111 29111
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
06.0 - 165 166 123 160 123 124 90 135 -
0
11.0 - 121 117 119 119 113 - 224 110 110
0
16.0 187 127 160 159 114 136 230 130 - -
0

Dari keterangan tabel tersebut tertera bahwa gula darah sewaktu Tn.Tj mengalami naik turun, terutama
meningkat pada pagi hari. Normalnya kadar gula dalam darah berkisar antara 70 - 150 mg/dL.
Diagnosa Diabetes dapat ditegakkan jika hasil pemeriksaan gula darah puasa mencapai level 126 mg/dl
atau bahkan lebih, dan pemeriksaan gula darah 2 jam setelah puasa (minimal 8 jam) mencapai level
180 mg/dl. Sedangkan pemeriksaan gula darah yang dilakukan secara random (sewaktu) dapat
membantu diagnosa diabetes jika nilai kadar gula darah mencapai level antara 140 mg/dL dan 200
mg/dL, terlebih lagi bila dia atas 200 mg/dl. Dari keterangan tabel gula darah sewaktu Tn.Tj pada pagi
hari rata-rata 160mg/dL yang tergolong tinggi. peningkatan kadar gula darah pada pagi hari biasa
terjadi, hal ini disebabkan akibat hasil metabolism makanan pada malam hari sebelumnya.
Berdasarkan keterangan pasien Tn.Tj, gejala Diabetes Melitus yang dialami ialah jumlah urine yang
dikeluarkan lebih banyak (Polyuria), sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia), lapar yang
berlebihan atau makan banyak (Polyphagia), kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya (terlihat
saat ini berat badan Tn.Tj 69 kg, turun dari 80 kg selama 2 tahun), cepat lelah dan lemah setiap waktu,
mudah terkena infeksi terutama pada kulit. Oleh karena penderita penyakit DM mudah terkena
komplikasi penyakit lain, Tn.Tj juga mengalami DM yang disertai komplikasi berupa infeksi bakteri
tuberculosis pada paru-paru nya dan komplikasi gangguan pada jantungnya.

Komplikasi TB dan jantung yang dialami Tn.Tj ini menyebabkan adanya gejala sesak nafas dan kondisi
yang lemah. Hal ini menyebabkan Tn.Tj sempat dirawat di rumah sakit yang sama sebelumnya 3 kali
dengan keluhan yang sama.
pada saat Tn.Tj dirawat ke-2 kalinya di rumah sakit, Tn.Tj dirujuk untuk melakukan pembedahan atau
operasi batu ginjal karena terdapat endapan batu oksalat sepanjang 6 cm di dalam saluran ginjalnya.
Namun, saat ini sudah tidak ada keluhan mengenai hal tersebut.

Dengan kondisi pasien seperti ini pasien diberikan diet DM dengan tinggi protein namun rendah
karbohidrat dan lemak. Diet DM dengan karbohidrat rendah (tanpa karbohidrat sederhana) diberikan
karena penyakit DM pasien, protein tinggi diberikan karena infeksi TB paru yang diderita pasien,
lemak rendah karena DM dan gangguan jantungnya. Diet yang diberikan dengan kalori 1700 kkal
mengingat kemampuan makan pasien belum stabil. Diet DM 1700 ini pun diberikan secara bertahap
mulai 1300 kkal.
Bentuk makanan yang diberilkan dalam bentuk lunak karena pasien mengalami sesak.

Saat ini Tn.Tj dirawat di rumah sakit lagi dengan keluhan yang sama, terutama sesak dan lemasnya.
Pada awal perawatan pasien masih mau makan makanan yang diberikan rumah sakit, meskipun sedikit.
Namun, karena pasien sering sesak nafas saat jam makan yang menyebabkan pasien tidak nafsu makan
beberapa hari, pasien mengalami lemas yang menambah penurunan nafsu makan.
Perbandingan asupan oral H-1 sebelum pengamatan dengan saat pengamatan:
Dari keterangan bagan di atas terlihat bahwa pada hari ke-6 perawatan atau hari pertama pengamatan,
pasien mengalami trauma makanan rumah sakit akibat lauk yang tidak disukainya. Trauma ini
menyebabkan terjadinya anoreksia atau penolakan makanan yang diberikan oleh rumah sakit sehingga
asupan pasien menurun. Oleh karena Tn.Tj mengalami anoreksia. Dengan kondisi pasien yang
mengalami anoreksia tersebut perencanaan diet yang diberikan pada Tn.TJ tetap Diet DM 1300 kkal
dengan tinggi protein serta rendah karbohidrat dan lemak, namun jenis makanan disesuaikan dengan
keinginan dan daya terima pasien. Hal ini dilakukan agar pasien tetap ada asupan sehingga memiliki
energi dan mencegah terjadinya hipoglikemik atau kadar gula menurun drastis. Hipoglikemik ini dapat
berakibat fatal karena kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang
tidak sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Tn.Tj sempat mengalami hipoglikemik beberapa
kali akibat tidak mau makan, namun dapat pulih setelah diberikan ½-1 gelas teh manis. Bahkan, pernah
mengalami hiperglikemik langsung akibat teh manis tersebut. Menu yang diberikan kepada Tn.Tj
sempat berganti-ganti beberapa kali demi Tn.Tj mau mengkonsumsi atau menerima makanan dari
rumah sakit lagi.

Pada hari ke-2 pengamatan makanan lunak yang diberikan diganti dengan kentang. Sebelum bubur
diganti dengan kentang pasien sempat diberikan asupan tambahan susu DM. namun, setelah diberikan
susu pasien Tn.Tj mengalami diare sehingga pemberian susu dihentikan. Setelah diganti kentang pasien
mau makan makanan dari rumah sakit namun kentangnya saja. Penggantian bubur dengan kentang dan
asupan susu menyebabkan asupan pasien meningkat dari sebelumnya.

Pada hari berikutnya kentang masih diberikan, namun divariasi dengan roti agar pasien tidak merasa
bosan dan diganti Tim pada siang harinya. Asupan pada hari ke-3 pengamatan masih baik, namun turun
bila dibandingkan dengan asupan hari sebelumnya karena tidak diberikan susu.

Setelah menu beberapa kali diganti, akhirnya pasien mulai mau makan makanan yang diberikan rumah
sakit kembali dan menu pun sudah dapat diganti nasi biasa, namun pada pengamatan hari ke-4 pasien
diperbolehkan pulang setelah makan siang.

Anda mungkin juga menyukai