Anda di halaman 1dari 6

TUGAS KELOMPOK

PENENTU STATUS GIZI

Dosen pengampu : Septy Handayani, S. TP., M. Sc.

Nama kelompok :

Melisa Febi Lestari (182110102013)

Alifia Istnaini Jamil (182110102026)

Irma Febriani (182110102028)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


PRODI GIZI
UNIVERSITAS JEMBER
2020
1. Jelaskan proses malnutrisi ditinjau dari faktor ekologi!
Jawaban :
A. PENGUKURAN FAKTOR EKOLOGI
Menurut Bengoa (dikutip oleh jelliffe, 1966), malnutrisi merupakan masalah ekologi
sebagai hasil yang saling mempengaruhi (multiple overlapping) dan interaksi beberapa faktor
fisik, biologi dan lingkungan budaya. Jadi jumlah makanan dan zat-zat gizi yang tersedia
bergantung pada keadaan lingkungan seperti iklim, tanah, irigasi, penyimpanan, transportasi
dan tingkat ekonomi dari penduduk. Di samping itu, budaya juga berpengaruh seperti
kebiasaan memasak, prioritas makanan dalam keluarga, distribusi dan pantangan maka bagi
golongan rawan gizi. Dengan menyadari hal tersebut diatas, dipandang sangat penting untuk
melakukan pengukuran ekologi yang dapat menyebabkan malnutrisi di masyarakat sebagai
dasar untuk melakukan program intervensi (schrimshaw, 1964).
Secara rasional, program yang bersifat preventif sebaiknya diarahkan pada semua
faktor yang terlibat dalam kesehatan masyarakat disuatu daerah tertentu. Menurut jellife
(1966), faktor ekologi yang berhubungan dengan penyebab malnutrisi dibagi dalam enam
kelompok, yaitu keadaan infeksi, konsumsi makanan, pengaruh budaya, sosial ekonomi,
produksi pangan, serta kesehatan dan pendidikan.
B. KEADAAN INFEKSI
Scrimshow et.al, (1959) menyatakan bahwa ada hubungan yang sangat erat antara
infeksi (bakteri, virus dan parasit) dengan malnutrisi. Mereka menekankan interaksi yang
sinergis antara malnutrisi dengan penyakit infeksi, dan juga infeksi akan mempengaruhi status
gizi dan mempercepat malnutrisi.
Mekanisme patologisnya dapat bermacam-macam, baik secara sendiri-sendiri maupun
bersamaan, yaitu:
1. Penurunan asupan gizi akibat kurangnya nafsu makan, menurunnya absorbsi dan
kebiasaan mengurangi makan pada saat sakit.
2. Peningkatan kehilangan cairan/zat gizi akibat penaykit diare, mual/muntah dan
pendarahan  yang terus menerus.
3. Meningkatnya kebutuhan, baik dari peningkatan kebuthan akibat sakit (human host)
dan parasit yang terdapat dalam tubuh.
C. KONSUMSI MAKANAN
Pengukuran konsumsi makanan sangat penting untuk mengetahui kenyataan apa yang
dimakan oleh masyarakat dan hal ini dapat berguna untuk mengatur status gizi dan
menemukan faktor diet yang dapat menyebabkan malnutrisi. Konsumsi makanan secara rinci
terlihat pada bab 4 terdahulu.
D. PENGARUH BUDAYA
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengaruh budaya antara lain sikap terhadap
makanan, penyebab penyakit, kelahiran anak, dan produksi pangan. Dalam hal sikap terhadap
makanan, masih banyak terdapat pantangan, tahyul, tabu dalam masyarakat yang
menyebabkan konsumsi makanan menjadi rendah. Konsumsi makanan yang rendah juga
disebabkan oleh adanya penyakit, terutama penyakit infeksi saluran pencernaan. Disamping
itu jarak kelahiran anak yang terlalu dekat dan jumlah anak yang terlalu banyak akan
mempengaruhi asupan zat gizi dalam keluarga. Konsumsi zat gizi keluarga yang rendah, juga
dipengaruhi oleh produksi pangan. Rendahnya produksi pangan disebabkan karena para
petani masih menggunakan teknologi yang bersifat tradisional.
E. FAKTOR SOSIAL EKONOMI
1. Data sosial
Data sosial yang diperlukan adalah:
1. Keadaan penduduk disuatu masyarakat (jumlah, umur, distribusi, seks dan geografis)
2. Keadaan keluarga (besarnya, hubungan, jarak kelahiran)
3. Pendidikan
- Tingkat pendidikan ibu/bapak.
- Keberadaan buku-buku.
- Usia anak sekolah.
1. Perumahan (tipe, lantai, atap, dinding, listrik, ventilasi, perabotan, jumalah kamar,
pemilikan dan lain-lain)
2. Dapur (bangunan, lokasi, kompor, bahan bakar, alat masak, pembuangan sampah)
3. Penyimpanan makanan (ukuran, isi, penutup serangga)
4. Air (sumber, jarak dari rumah)
5. Kakus (tipe jika ada, keadaanya)
6. Data ekonomi
Data ekonomi meliputi:
1. Pekerjaan (pekerjaan umum, misalnya pekerjaan pertanian dan pekerjaan tambahan,
misalnya pekerjaan musiman)
2. Pendapatan keluarga (gaji, industri rumah tangga, pertanian pangan/non pangan,
utang)
3. Kekayaan yang terlihat seperti tanah, jumlah ternak, perahu, mesin jahit, kendaraan,
radio, TV dan lain-lain.
4. Pengeluaran/anggaran (pengeluaran untuk makan, pakaian, menyewa, minyak/bahan
bakar, listrik, pendidikan, transportasi, rekreasi, hadiah/persembahan)
5. Harga makanan yang tergantung pada pasar dan variasi musiman.
F. PRODUKSI PANGAN
Data yang relevan untuk produksi pangan adalah :
1. Penyediaan makanan keluarga (produksi sendiri, membeli, barter, dll).
2. Sistem pertanian (alat pertanian, irigasi, pembuangan air, pupuk, pengontrolan
serangga dan penyuluhan pertanian).
3. Tanah (kepemilikan tanah, luas per keluarga, kecocokan tanah, tanah yang digunakan,
jumlah tenaga kerja).
4. Peternakan dan periklanan (jumlah ternak seperti kambing, bebek, dll) dan alat
penangkap ikan, dll.
5. Keuangan (modal yang tersedia dan fasilitas untuk kredit).
G. PELAYANAN KESEHATAN DAN PENDIDIKAN
Walaupun pelayanan kesehatan dan pendidikan tidak merupakanfaktor ekologi, tetapi
informasi ini sangat berguna untuk meningkatkan pelayanan. Beberapa data penting tentang
pelayanan kesehatan/pendidikan adalah:
1. Rumah sakit dan pusat kesehatan (puskesmas), jumlah rumah sakit, jumlah tempat
tidur, pasien, staf dan lain-lain.
2. Fasilitas dan pendidikan, yang meliputi anak sekolah (jumlah, pendidikan
gizi/kurikulum dll). Remaja yang meliputi organisasi karang taruna dan organisasi
lainya. Orang dewasa, yang meliputi buta huruf. Media masa seperti radio, televisi dan
lain-lain.
Pengukuran faktor ekologi sangat kompleks. Hal ini tergantung pada tipe dan jumlah staf,
waktu yang tersedia dan tujuan survei. Yang penting adalah data yang dikumpulkan dapat
menggambarkan situasi sekarang dan berguna untuk pengembangan program. Meskipun
demikian untuk mendapatkan gambaran prevalensi malnutrisi secara langsung, dapat
dilakukan dengan metode klinis dan antropometri.

2. Jelaskan hubungan antara infeksi dan malnutrisi


Jawaban :
Infeksi pada anak-anak yang malnutrisi sebagian besar disebabkan kerusakan fungsi
kekebalan tubuh, produksi kekebalan tubuh yang terbatas dan atau kapasitas fungsional
berkurang dari semua komponen seluler dari sistem kekebalan tubuh pada penderita
malnutrisi (RodriquesL, 2011)

3. Bagaimana faktor lingkungan dapat mempengaruhi persediaan pangan dan asupan zat gizi !
Jawaban :
Sanitasi lingkungan termasuk faktor tidak langsung yang mempengaruhi status gizi.
Gizi buruk dan infeksi kedua – duanya bermula dari kemiskinan dan lingkungan yang tidak
sehat dengan sanitasi buruk (Suharjo, 2010). Upaya penurunan angka kejadian penyakit bayi
dan balita dapat diusahakan dengan menciptakan sanitasi lingkungan yang sehat, yang pada
akhirnya akan memperbaiki status gizinya (Hidayat T, dan Fuada N, 2011).
Tentu faktor lingkungan mempengaruhi persediaan pangan yang ada. Contoh: apabila
kondisi suhu yang meningkat dan intensitas air hujan yang mengalami penurunan drastis atau
kekeringan maka, persediaan pangan salah satunya komoditas padi akan mengalami
penurunan bahkan gagal panen. Sehingga menyebabkan menurunnya persediaan pangan
(Ruminta, 2016).
Faktor lingkungan juga mempengaruhi asupan zat gizi karena apa yang dikonsumsi
manusianya tentu berasal dari lingkungan tersebut. Contoh: pada daerah pegunungan
kandungan iodium pada tanah sangat sedikit sehingga pemenuhan iodium tidak bisa terpenuhi
dari tumbuhan dan air yang ada di dareh dataran tinggi. Hal ini sesuai dengan teori air tanah
pada dataran tinggi memiliki kandungan yodium lebih sedikit dari pada air tanah di dataran
yang lebih rendah. Oleh karena itu dilakukan fortifikasi iodium pada garam dapur (Dewi,
2014.).
Daftar Pustaka

Ariyani, L. (2018). PENGARUH KEHADIRAN KONSELING DAN KONSUMSI


FORMULA 100 (F100) TERHADAP PERUBAHAN STATUS GIZI BALITA GIZI
BURUK DI RUMAH GIZI KOTA SEMARANG (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Semarang).

Jellife DB, 1989. Community nutritional assessment. Oxford university press hlm. 150

Caliendo. 1979. Nutrition and the world food crisis. New york. Hlm. 15

Anda mungkin juga menyukai