Anda di halaman 1dari 29

Kel.

INTERAKSI OBAT DAN KONSEP DASAR ABSORBSI


OBAT PADA MAKANAN

Oleh:
1. BERTHA NURLINA NAPITUPULU
2. IDA HILDAWATI NAPITUPULU
3. ANIDA SITUMORANG

S1 Ekstensi Gizi
Semester I

Dosen Pengajar
LUTHVIA, S.Farm, M.Si, Apt

PROGRAM STUDI S1 GIZI EKSTENSI


INSTITUT KESEHATAN HELVETIA

i
MEDAN
TAHUN 2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat dan
kuasa-Nya, sehingga dapat diselesaikannya makalah ini dengan judul “Interaksi Obat dan
Konsep Dasar Absorbsi Obat Pada Makanan “ untuk memenuhi tugas semester I mata kuliah
Interaksi Obat Dan Makanan.
Ucapan terima kasih kami haturkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses
penyelesaian tugas ini. Kami berharap penyusunan dalam bentuk makalah ini akan memberi banyak
manfaat dan memperluas wawasan para pembaca dan khususnya bagi penyusun.
Akhirnya, tak ada gading yang tak retak. kami sadar bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Segala kritik dan saran sangat kami harapkan demi kebaikan dari tulisan
ini, semoga makalah ini dapat berguna dan tak lupa kami ucapkan banyak terima kasih.

Medan,12 November 2019


Hormat kami,

( Penyusun)

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul...........................................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

DAFTAR TABEL..................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang...............................................................................................................1
Rumusan Masalah..........................................................................................................1
Tujuan 2
Manfaat..........................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Pengertian.......................................................................................................................3
Mekanisme Interaksi Obat.............................................................................................4
Interaski Obat dengan Makanan..............................................................................5
Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Obat dengan Makanan.................................6
Fase-Fase Dalam Interaksi Obat dengan Makanan..................................................9
Interaksi Obat dan Makanan Menurunkan Kinerja Sistem Pencernaan ................15
Interaksi Obat dengan Mikronutrien.....................................................................16

BAB III PENUTUP


Kesimpulan 22
Saran.......................................................................................................................22

KEPUSTAKAAN…..............................................................................................23

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Contoh interaksi makanan yang dapat meningkatkan interaksi obat.......9

Tabel 2. Contoh interaksi makanan yang dapat menurunkan absorbsi oba...........10

Tabel 3. Beberapa obat beserta efek dan mekanisme dalam tubuh........................11

Tabel 4. Beberapa interaksi penting antara obat dan makanan..............................13

Tabel 5. Beberapa obat yang diminum bersama makanan.....................................14

Tabel 6. Interaksi Obat-Makanan yang bermakna klinis.......................................18

iv
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Interaksi obat adalah situasi di mana suatu zat memengaruhi aktivitas obat, yaitu
meningkatkan atau menurunkan efeknya, atau menghasilkan efek baru yang tidak diinginkan
atau direncanakan. Interaksi dapat terjadi antar-obat atau antara obat dengan makanan serta
obat-obatan herbal. Secara umum, interaksi obat harus dihindari karena kemungkinan hasil
yang buruk atau tidak terduga. Interaksi obat tidak hanya terjadi antar obat. Namun juga
dapat terjadi antar obat dengan makanan. Banyak orang yang menganggap remah terhadap
hal ini padahal, hal ini sangat perlu diperhatikan. Ada obat-obat tertentu yang jika
berinteraksi dengan makanan, akan meningkatkan kinerja obat namun ada jugajenis obat
yang jika bereaksi dengan makanan tertentu dapat menurunkan kerja obat dalam tubuh,
bahkan dapat meningkatkan toksisitas bagi tubuh. Dalam dunia veteriner ataupun
peternakan, tentu ilmu farmakologi dan ilmu pakan hewan sangat berkaitan dan penting
karena kedua ilmu ini mempelajari hubungan antara makanan yang dimakan dengan
kesehatan tubuh yang diakibatkannya serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dan akan
sangat berbahaya jika kedua bidang ilmu ini tidak berjalan seimbang atau berat sebelah.
Karena akan menetukan kelanjutan hidup dari hewan tersebut. Oleh karena itu, sangat perlu
diketahui dan dipahami dengan benar hal tentang interaksi obat dengan makanan agar dapat
terwujudkan keserasian antara pakan dan kesehatan serta dapat meningkatkan kualitas hidup
hewan serta kesehatan masyarakat veteriner untuk kedepannya.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang dapat dibuat adalah
sebagai berikut:

1. Apa itu interaksi obat beserta mekanismenya?

2. Apa itu interaksi obat dengan makanan?

3. Fase apa saja yang terjadi dalam interaksi obat dengan makanan?

4. Obat apa sajakah yang memberikan efek positif bagi tubuh?

5. Obat apa sajakah yang dapat menurunkan kinerja tubuh?

1
Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui dan memahami pengertian dari interaksi obat beserta mekanismenya.

2. Mengetahui dan memahani apa itu interaksi obat dengan makanan.

3. Mengetahui fase apa saja yang terjadi dalam interaksi obat dengan makanan.

4. Mengetahui dan memahami jenis-jenis obat yang memberikan efek positif bagi tubuh.

5. Mengetahui dan memahami jeni-jenis obat yang dapat menurunkan kinerja tubuh.

Manfaat

Manfaat dari karya tulis ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat menjelaskan pengertian dari interaksi obat beserta mekanismenya.

2. Dapat memahami dan menjelaskan apa itu interaksi obat dengan makanan.

3. Dapat mengetahui dan memahami fase apa saja yang terjadi dalam interaksi obat dengan
makanan.

4. Dapat mengetahui dan memahami jenis-jenis obat yang memberikan efek positif bagi
tubuh.

5. Dapat mengetahui dan memahami jeni-jenis obat yang dapat menurunkan kinerja tubuh.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian

Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain (interaksi
obat-obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawa kimia lain. Interaksi obat yang
signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat digunakan bersama-sama.
Interaksi obat dan efek samping obat perlu mendapat perhatian. Sebuah studi di
Amerika menunjukkan bahwa setiap tahun hampir 100.000 orang harus masuk rumah sakit
atau harus tinggal di rumah sakit lebih lama dari pada seharusnya, bahkan hingga terjadi
kasus kematian karena interaksi dan/atau efek samping obat. Pasien yang dirawat di rumah
sakit sering mendapat terapi dengan polifarmasi (6-10 macam obat) karena sebagai subjek
untuk lebih dari satu dokter, sehingga sangat mungkin terjadi interaksi obat terutama yang
dipengaruhi tingkat keparahan penyakit atau usia.
Interaksi obat secara klinis penting bila berakibat peningkatan toksisitas dan/atau
pengurangan efektivitas obat. Jadi perlu diperhatikan terutama bila menyangkut obat dengan
batas keamanan yang sempit (indeks terapi yang rendah), misalnya glikosida jantung,
antikoagulan dan obat-obat sitostatik. Selain itu juga perlu diperhatikan obat-obat yang biasa
digunakan bersama-sama.
Kejadian interaksi obat dalam klinis sukar diperkirakan karena :
a. Dokumentasinya masih sangat kurang
b. Seringkali lolos dari pengamatan, karena kurangnya pengetahuan akan mekanisme dan
kemungkinan terjadi interaksi obat. Hal ini mengakibatkan interaksi obat berupa
peningkatan toksisitas dianggap sebagai reaksi idiosinkrasi terhadap salah satu obat,
sedangkan interaksi berupa penurunakn efektivitas dianggap diakibatkan bertambah
parahnya penyakit pasien
c. Kejadian atau keparahan interaksi obat dipengaruhi oleh variasi individual, di mana
populasi tertentu lebih peka misalnya pasien geriatric atau berpenyakit parah, dan bisa
juga karena perbedaan kapasitas metabolisme antar individu. Selain itu faktor
penyakit tertentu terutama gagal ginjal atau penyakit hati yang parah dan faktor-faktor
lain (dosis besar, obat ditelan bersama-sama, pemberian kronik).

3
Mekanisme Interaksi Obat
Interaksi diklasifikasikan berdasarkan keterlibatan dalam proses farmakokinetik
maupun farmakodinamik. Interaksi farmakokinetik ditandai dengan perubahan kadar plasma
obat, area di bawah kurva (AUC), onset aksi, waktu paro dsb. Interaksi farmakokinetik
diakibatkan oleh perubahan laju atau tingkat absorpsi, distribusi, metabolisme dan
ekskresi. Interaksi farmakodinamik biasanya dihubungkan dengan kemampuan suatu obat
untuk mengubah efek obat lain tanpa mengubah sifat-sifat farmakokinetiknya. Interaksi
farmakodinamik meliputi aditif (efek obat A =1, efek obat B = 1, efek kombinasi keduanya =
2), potensiasi (efek A = 0, efek B = 1, efek kombinasi A+B = 2), sinergisme (efek A = 1, efek
B = 1, efek kombinasi A+B = 3) dan antagonisme (efek A = 1, efek B = 1, efek kombinasi
A+B = 0). Mekanisme yang terlibat dalam interaksi farmakodinamik adalah perubahan efek
pada jaringan atau reseptor.
Mekanisme interaksi obat:
1.Interaksi Farmakokinetika
Dapat terjadi pada berbagai tahap meliputi absorbsi, distribusi, metabolisme, atau
ekskresi.
a. Absorbsi saluran pencernaan meliputi kecepatan dan jumlah.
Dipengaruhi oleh formulasi farmasetik termasuk bentuk sediaan, pKa dan kelarutan obat
dalam lemak disamping pH, flora bakteri, dan aliran darah dalam organ pencernaan (meliputi
usus besar, usus halus, usus 12 jari dan lambung).
Setelah obat bebas masuk ke peredaran darah, kemungkinan mengalami proses –
proses sebagai berikut :
1. Obat disimpan dalam depo jaringan.
2. Obat terikat oleh protein plasma terutama albumin.
3. Obat aktif yang dalam bentuk bebas berinteraksi dengan reseptor sel khas
dan menimbulkan respon biologis.
4. Obat mengalami metabolisme dengan beberapa jalur kemungkinan yaitu :
a. Obat yang mula-mula tidak aktif, setelah mengalami metabolisme akan
menghasilkan senyawa aktif, kemudian berinteraksi dengan
reseptor dan menimbulkan respon biologis ( bioaktivasi).
b. Obat aktif akan dimetabolisis menjadi metabolit yang lebih polar dan tidak
aktif, kemudian diekskresikan (bioinaktivasi).
c. Obat aktif akan dimetabolisis menghasilkan metabolit yang bersifat toksik

4
(biotoksifikasi).
5. Obat dalam bentuk bebas langsung diekskresikan.

b .Ikatan obat protein (pendesakan obat) meliputi obat bebas/ aktif dan obat terikat /tidak
aktif.

c. Metabolisme hepatik meliputi induksi enzim (penurunan konsentrasi obat) dan


inhibisi enzim (peningkatan konsentrasi obat).

d. Klirens ginjal meliputi peningkatan ekskresi (penurunan konsentrasi obat) dan


penurunan ekskresi (peningkatan konsentrasi obat).
Reseptor obat adalah suatu makromolekul jaringan sel hidup mengandung gugus
fungsional atau atom atom terorganisasi, reaktif secara kimia dan bersifat khas, yang dapat
berinteraksi secara terpulihkan dengan molekul obat yang mengandung gugus fungsional
khas, menghasilkan respon biologis tertentu.

2. Interaksi Farmakodinamika
Meliputi sinergisme kerja obat, antagonisme kerja obat, efek reseptor tidak langsung,
gangguan cairan dan elektrolit.
Pasien yang rentan terhadap interaksi obat :
a. Individu usia lanjut
b. Minum lebih dari 1 macam obat
c. Mempunyai gangguan fungsi ginjal dan hati
d. Mempunyai penyakit akut
e. Mempunyai penyakit yang tidak stabil
f. Memiliki karakteristik genetik tertentu
g. Ditangani lebih dari 1 dokter.

Interaksi Obat Dengan Makanan


Ketika suatu makanan atau minuman mengubah efek suatu obat, perubahan tersebut
dianggap sebagai interaksi obat-makanan. Interaksi seperti itu bisa terjadi. Tetapi tidak semua
obat dipengaruhi oleh makanan, dan beberapa obat hanya dipengaruhi oleh makanan-
makanan tertentu. Interaksi obat-makanan dapat terjadi dengan obat-obat yang diresepkan,
obat yang dibeli bebas, produk herbal, dan suplemen. Meskipun beberapa interaksi mungkin

5
berbahaya atau bahkan fatal pada kasus yang langka, interaksi yang lain bisa bermanfaat dan
umumnya tidak akan menyebabkan perubahan yang berarti terhadap kesehatan tubuh.
Makanan dan obat dapat berinteraksi dalam banyak cara yang berbeda. Sering, zat
tertentu di dalam makanan memberikan efek. Perubahan-perubahan lain dapat disebabkan
oleh jumlah protein dalam diet anda, atau bahkan cara makanan tersebut disiapkan. Salah satu
cara yang paling umum makanan mempengaruhi efek obat adalah dengan mengubah cara
obat-obat tersebut diuraikan ( dimetabolisme ) oleh tubuh. Jenis protein yang disebut enzim,
memetabolisme banyak obat. Beberapa makanan dapat membuat enzim-enzim ini bekerja
lebih cepat atau lebih lambat, baik dengan memperpendek atau memperpanjang waktu yang
dilalui obat di dalam tubuh. Jika makanan mempercepat enzim, obat akan lebih singkat
berada di dalam tubuh dan dapat menjadi kurang efekteif. Jika makanan memperlambat
enzim, obat akan berada lebih lama dalam tubuh dan dapat menyebabkan efek samping yang
tidak dikehendaki.
Kemungkinan-kemungkinan yang menyebabkan dapat terjadinya interaksi obat
dengan makanan adalah :

1. Perubahan motilitas lambung dan usus, terutama kecepatan pengosongan lambung


dari saat masuknya makanan
2. Perubahan pH, sekresi asam serta produksi empedu
3. Perubahan suplai darah di daerah splanchnicus dan di mukosa saluran cerna
4. Dipengaruhinya absorpsi obat oleh proses adsorpsi dan pembentukan kompleks
5. Dipengaruhinya proses transport aktif obat oleh makanan
6. Perubahan biotransformasi dan eliminasi. (Widianto, 1989)

Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Obat dengan Makanan.


Ada beberapa factor yang mempengaruhi interaksi obat dan makanan antara lain:
a). Pengosongan lambung
Pada kasus tertentu misalnya setelah pemberian laksansia atau penggunaan preparat
retard, maka di usus besarpun dapat terjadi absorpsi obat yang cukup besar. Karena besarnya
peranan usus halus dalam hal ini, tentu saja cepatnya makanan masuk ke dalam usus akan
amat mempengaruhi kecepatan dan jumlah obat yang diabsorpsi. Peranan jenis makanan juga
berpengaruh besar di sini. Jika makanan yang dimakan mengandung komposisi 40%
karbohidrat, 40% lemak dan 20% protein maka walaupun pengosongan lambung akan mulai
terjadi setelah sekitar 10 menit. Proses pengosongan ini baru berakhir setelah 3 sampai 4 jam.

6
Dengan ini selama 1 sampai 1,5 jam volume lambung tetap konstan karena adanya proses-
proses sekresi.
Tidak saja komposisi makanan, suhu makanan yang dimakanpun berpengaruh pada
kecepatan pengosongan lambung ini. Sebagai contoh makanan yang amat hangat atau amat
dingin akan memperlambat pengosongan lambung. Ada pula peneliti yang menyatakan
pasien yang gemuk akan mempunyai laju pengosongan lambung yang lebih lambat daripada
pasien normal. Nyeri yang hebat misalnya migren atau rasa takut, juga obat-obat seperti
antikolinergika (missal atropin, propantelin), antidepresiva trisiklik (misal amitriptilin,
imipramin) dan opioida (misal petidin, morfin) akan memperlambat pengosongan lambung.
Sedangkan percepatan pengosongan lambung diamati setelah minum cairan dalam jumlah
besar, jika tidur pada sisi kanan (berbaning pada sisi kiri akan mempunyai efek sebaliknya,)
atau pada penggunaan obat seperti metokiopramida atau khinidin. Jelaslah di sini bahwa
makanan mempengaruhi kecepatan pengosongan lambung, maka adanya gangguan pada
absorpsi obat karenanya tidak dapat diabaikan.
b). Komponen makanan
Efek perubahan dalam komponen-komponen makanan :
1/. Protein (daging, dan produk susu)
Sebagai contoh, dalam penggunaan Levadopa untuk mngendalikan tremor pada
penderita Parkinson. Akibatnya, kondisi yang diobati mungkin tidak terkendali dengan baik.
Hindari atau makanlah sesedikit mungkin makanan berprotein tinggi (Harknoss, 1989).

2/. Lemak
Keseluruhan dari pengaruh makan lemak pada metabolisme obat adalah bahwa apa
saja yang dapat mempengaruhi jumlah atau komposisi asam lemak dari fosfatidilkolin
mikrosom hati dapat mempengaruhi kapasitas hati untuk memetabolisasi obat. Kenaikan
fosfatidilkolin atau kandungan asam lemak tidak jenuh dari fosfatidilkolin cenderung
meningkatkan metabolism obat (Gibson, 1991). Contohnya : Efek Griseofulvin dapat
meningkat.interaksi yang terjadi adalah interaksi yang menguntungkan dan grieseofluvin
sebaiknya dimakan pada saat makan makanan berlemak seperti daging sapi, mentega, kue,
selada ayam, dan kentang goreng (Harkness, 1989).

3/. Karbohidrat
Karbohidrat tampaknya mempunyai efek sedikit pada metabolism obat, walaupun
banyak makan glukosa, terutama sekali dapat menghambat metabolism barbiturate, dan

7
dengan demikian memperpanjang waktu tidur. Kelebihan glukosa ternyata juga
mengakibatkan berkurangnya kandungan sitokrom P-450 hati dan memperendah aktivitas
bifenil-4-hidroksilase (Gibson, 1991). Sumber karbohidrat: roti, biscuit, kurma, jelli, dan lain-
lain (Harkness, 1989).

4/. Vitamin
Vitamin merupakan bagian penting dari makanan dan dibutuhkan untuk sintesis
protein dan lemak, keduanya merupakan komponen vital dari system enzim yang
memetabolisasi obat. Oleh karena itu tidak mengherankan bahwa perubahan dalam level
vitamin, terutama defisiensi, menyebabkan perubahan dalam kapasitas memetabolisasi obat.
Contohnya :
a. Vit A dan vit B dengan antacid, menyebabkan penyerapan vitamin berkurang.
b. Vit C dengan besi, akibatnya penyerapan besi meningkat.
c. Vit D dengan fenitoin (dilantin), akibatnya efek vit D berkurang.
d. Vit E dengan besi, akibatnya aktivitas vit E menurun.(Harkness, 1989)

5/. Mineral
Mineral merupakan unsur logam dan bukan logam dalam makanan untuk menjaga
kesehatan yang baik. Unsur – unsure yang telah terbukti mempengaruhi metabolisme obat
ialah: besi, kalium, kalsium, magnesium, zink, tembaga, selenium, dan iodium. Makanan
yang tidak mengandung magnesium juga secara nyata mengurangi kandungan
lisofosfatidilkolin, suatu efek yang juga berhubungan dengan berkurangnya kapasitas
memetabolisme hati. Besi yang berlebih dalam makanan dapat juga menghambat
metabolisme obat. Kelebihan tembaga mempunyai efek yang sama seperti defisiensi
tembaga, yakni berkurangnya kemampuan untuk memetabolisme obat dalam beberapa hal.
Jadi ada level optimum dalam tembaga yang ada pada makanan untuk memelihara
metabolism obat dalam tubuh (Gibson, 1991).

c). Ketersediaan hayati


Penggunaan obat bersama makanan tidak hanya dapat menyebabkan perlambatan
absorpsi tetapi dapat pula mempengaruhi jumlah yang diabsorpsi (ketersediaan hayati obat
bersangkutan). Penisilamin yang digunakan sebagai basis terapeutika dalam menangani
reumatik, jika digunakan segera setelah makan, ketersediaan hayatinya jauh lebih kecil

8
dibandingkan jika tablet tersebut digunakan dalam keadaan lambung kosong. Ini akibat
adanya pengaruh laju pengosongan lambung terhadap absorpsi obat (Gibson, 1991).

Fase-Fase Dalam Interaksi Obat dengan Makanan


Ada beberapa fase dalam interaksi obat dengan makanan yaitu:
a. Fase farmasetis
Fase farmasetis merupakan fase awal dari hancur dan terdisolusinya obat. Beberapa
makanan dan nutrisi mempengaruhi hancur dan larutnya obat. Maka dari itu, keasaman
makanan dapat mengubah efektifitas dan solubilitas obat-obat tertentu. Salah satu obat yang
dipengaruhi pH lambung adalah saquinavir, inhibitor protease pada perawatan HIV.
Ketersediaan hayatinya meningkat akibat solubilisasi yang diinduksi oleh perubahan pH
lambung. Makanan dapat meningkatkan pH lambung, disisi lain juga dapat mencegah
disolusi beberapa obat seperti isoniazid (INH).

b. Fase farmakokinetik
Fase farmakokinetik adalah absorbsi, transport, distribusi, metabolisme dan
ekskresi obat. Interaksi obat dan makanan paling signifikan terlibat dalam proses absorbsi.
Usus halus, organ penyerapan primer, berperan penting dalam absorbsi obat. Fungsi usus
halus seperti motilitas atau afinitas obat untuk menahan sistem karier usus halus, dapat
mempengaruhi kecepatan dan
tingkat absorbsi obat. Makanan dan nutrien dalam makanan dapat meningkatkan atau
menurunkan absorbsi obat dan mengubah ketersediaan hayati obat.

Tabel 1: Contoh interaksi makanan yang dapat meningkatkan interaksi obat.


No Nama obat Mekanisme solusi Aturan minum
1 Carbamazepin Meningkatkan produksi empedu, Diminum bersama
meningkatkan disolusi & absorbsi. makanan

2 Diazepam Meningkatkan enterohepatik, disolusi Tidak ada


sekunder pada sekresi asam lambung.

3 Erythromycin Tidak diketahui Diminum saat makan

4 Griseofulvin Obat mudah larut dalam lemak, Diberikan dengan

9
meningkatkan absorbsi. makanan tinggi
lemak
atau disuspensi
minyak jagung
rendah
kontraindikasi.

5 Hydrochlorothiazid Menunda pengosongan lambung, Diberikan bersama


(HCT) meningkatkan absorbsi usus halus. makanan.

6 Phenytoin Menunda pengosongan lambung, Diberikan pada saat


Meningkatkan produksi empedu, makan pagi, siang
meningkatkan disolusi & absorbsi. dan malam.

Tabel 2: Contoh interaksi makanan yang dapat menurunkan absorbsi obat .


No Nama obat Mekanisme solusi Aturan minum
1 Acetaminophen Terutama makanan mengandung pektin Diminum saat perut
bersifat absorben dan pelindung. kosong

2 Ampicillin Mengurangi volume cairan lambung. Diminum dengan air

3 Amoxicillin Mengurangi volume cairan lambung. Diminum dengan air

4 Acetosal Mengubah pH lambung. Diminum saat perut


kosong

5 Captopril Tidak diketahui (ACE inhibitor). Diminum sebelum


makan

6 Digoxin Obat terikat makanan tinggi serat Diminum saat makan

10
Tabel 3: Beberapa obat beserta efek dan mekanisme dalam tubuh.
No Nama obat Mekanisme solusi Keterangan
1 Isoniazid (INH) Makanan akan meningkatkan Diminum saat perut kosong
pH lambung mencegah disolusi pagi sebelum makan
& absorbsi.

2 Lincomycin Tidak diketahui. Diminum saat perut kosong,


karena makanan menghambat
absorbsi.
Menghindari pemberian
bersama makanan yang
mengandung protein tinggi.

3 Methyldopa Absorbsi kompetitif. Menghindari pemberian


bersama makanan kaya besi
atau suplemen.

4 Penicillamine Dapat membentuk khelat Diminum saat perut kosong


dengan
kalsium atau besi.

5 Penicillin G Menunda pengosongan Diminum 1 jam sebelum


lambung; atau 2 jam setelah makan
degradasi asam lambung;
menghambat disolusi.

6 Tetracycline Berikatan dengan garam besi tidak boleh diminum bersama


lemak. atau ion kalsium membentuk susu
senyawa khelat yang tidak larut.

11
Makanan yang mempengaruhi tingkat ionisasi dan solubilitas atau
reaksi pembentukan khelat, dapat mengubah absorbsi obat secara signifikan. Misalnya pada
reaksi pembentukan khelat pada :
a. kombinasi tetracyclin dengan mineral divalen seperti Ca dalam susu atau antasida. Kalsium
akan mempengaruhi absorbsi dari quinolon.
b. Reaksi antara besi (ferro atau ferri) dengan tetracyclin, antibiotik fluoroquinolon,
ciprofloxacin, ofloxacin, lomeflox dan enoxacin. Maka dari itu, ketersediaan hayati
ciprofloxacin dan ofloxacin turun masing-masing 52 dan 64 % akibat adanya besi.
c. Zink dan fluoroquinolon akan menghasilkan senyawa inaktif sehingga menurunkan
absorbsi obat (b).

Kecepatan pengosongan lambung secara signifikan mempengaruhikomposisi


makanan yang dicerna. Kecepatan pengosongan lambung ini dapat mengubah ketersediaan
hayati obat. Makanan yang mengandung serat dan lemak tinggi diketahui secara normal
menunda waktu pengosongan lambung. Beberapa obat seperti nitrofurantoin dan hidralazin
lebih baik diserap saat pengosongan lambung tertunda karena tekanan pH rendah di lambung.
Obat lain seperti L-dopa,Penicillin G dan digoxin, mengalami degradasi dan menjadi inaktif
saat tertekan oleh pH rendah di lambung dalam waktu lama. Obat dieliminasi dari tubuh
tanpa diubah atau sebagai metabolit primer oleh ginjal, paru-paru, atau saluran
gastrointestinal melalui empedu. Ekskresi obat juga dapat dipengaruhi oleh diet nutrien
seperti protein dan serat, atau nutrien yang mempengaruhi pH urin.

c. Fase farmakodinamik
Fase farmakodinamik merupakan respon fisiologis dan psikologis terhadap obat.
Mekanisme obat tergantung pada aktifitas agonis atau antagonis, yang mana akan
meningkatkan atau menghambat metabolisme normal dan fungsi fisiologis dalam tubuh
manusia. Obat dapat memproduksi efek yang diinginkan dan tidak diinginkan. Aspirin dapat
menyebabkan defisiensi folat jika diberikan dalam jangka waktu lama. Methotrexat memiliki
struktur yang mirip dengan folat vitamin B, hal ini dapat memperparah defisiensi folat.

12
Tabel 4: Beberapa interaksi penting antara obat dan makanan.
No Nama obat Tipe nutrien Efek dari interaksi Rekomendasi
1 Azithromycin Makanan Absorbsi Azithromycin berselang 2 jam
(Zithromax) berkurang, ketersediaan Diminum saat perut
hayatinya berkurang kosong / konsisten
43%, konsentrasi maksimal pada saat yang sama
52%. setiap hari.

2 Captopril Makanan Absorbsi Captopril


(Capoten) berkurang.

3 Erythromycin Makanan Absorbsi Erythromycin base


atau obat dengan makanan.

Penelanan tablet dengan air yang cukup atau cairan lain penting untuk beberapa obat
karena jika ditelan tablet tersebut cenderung merusak saluran oesophagus. Petunjuk pada
pasien untuk mencegah iritasi dan atau ulcer pada oesophagus, tablet atau kapsul obat harus
ditelan dengan segelas air oleh pasien dengan posisi berdiri, misalnya untuk obat obat
seperti analgesik (contohnya aspirin), NSAID (contohnya Phenylbutazone, oxyphenbutazone,
indometacin), kloralhidrat, emepromium bromida, kalium klorida, tetracyclin
(terutamaDoxycyclin).
Obat diminum dengan atau tanpa makanan. Interaksi obat-makanan dalam saluran
gastrointestinal dapat bermacam- macam dan banyak alasan mengapa makanan dapat
berpengaruh pada efek obat.Contohnya obat mungkin terikat pada komponen makanan;
makanan akan mempengaruhi waktu transit obat pada usus; obat dapat mengubah first-
pass metabolism obat dalam usus dan dalam hati; dan makanan dapat meningkatkan aliran
empedu yang mampu meningkatkan absorbsi beberapa obat yang larut lemak.
Petunjuk pada pasien untuk mencegah interaksi tersebut adalah denganmeminum obat
dengan segelas air pada saat perut kosong, misalnya seperti pada obat- obat sefalosporin
(kecuali sefradin), dipyridamol, erythromycin, Isoniazid (INH), lincomycin, penicillamin,
pentaerithritel tetranitrat, rifampicin, penisilin oral dan tetracyclin. Absorbsi semua penisilin
oral optimal jika diminum pada saat perut kosong dengan segelas air. Pivampicillin harus
diminum bersama makanan karena dapat mengiritasi lambung atau perut. Tetracyclin kadang

13
kalamenyebabkan mual dan muntah jika diminum pada saat perut kosong.
Meskipun makanan mengurangi absorbsi tetracyclin tetapi tidak terjadi pada doxycyclin
dan minocyclin.
Adanya makanan juga dapat meningkatkan perubahan bentuk profil serum obat tanpa
mengubah ketersediaan hayati obat. Hal ini terlihat pada studi sefradin, makanan tidak
memiliki efek signifikan terhadap ekskresi urin antibiotik tetapi pada nilai t-max. Beberapa
obat yang diminum bersama susu atau makanan berlemak antara lain alafosfalin, griseofulvin
dan vitamin Sedangkan obat yang tidak boleh diminum bersama susu antara lain bisacodyl
(dulcolax), garam besi, tetracyclin (kecuali doxycyclin dan minocyclin).

Tabel 5: Beberapa obat yang diminum bersama makanan.


Asam nalidiksat Carbamazepin Ethambutol Indometacin
Metformin Nitrofurantoin Pivampicillin Teofilin dan
turunannya
Asam nikotinat Cinnarizin Garam kalium Garam besi (Fe)
& turunannya
Metoprolol Oxyphenbutazone Propranolol Tolbutamid

Asetosal Cotrimoxazole Glibenclamide Isoxsuprin


Metronidazol Phenylbutazone Reserpin Triamteren

Allopurinol Doxycyclin Gliclazide Levodopa


Minocyclin Pankreatin Riboflavin Na-valproat

Amiodaron Na-diklofenak Ibuprofen


Naproxen Phenytoin-Na Spironolakton

14
Interaksi Obat dan Makanan yang Dapat Menurunkan Kinerja Sistem Pencernaan.
Interaksi obat dan makanan yang dapat menurunkan kinerja sistem pencernaan dapat
meliputi interaksi obat yang menurunkan nafsu makan, mengganggu pengecapan dan
mengganggu traktus gastrointestinal/ saluran pencernaan.

A. Obat dan penurunan nafsu makan


Efek samping obat atau pengaruh obat secara langsung, dapat mempengaruhi nafsu
makan. Kebanyakan stimulan CNS dapat mengakibatkan anorexia. Efek samping obat yang
berdampak pada gangguan CNS dapat mempengaruhi kemampuan dan keinginan untuk
makan. Obat-obatan penekan nafsu makan dapat menyebabkan terjadinya penurunan berat
badan yang tidak diinginkan dan ketidakseimbangan nutrisi.

B. Obat dan perubahan pengecapan/ penciuman


Banyak obat yang dapat menyebabkan perubahan terhadap kemampuan merasakan/
dysgeusia, menurunkan ketajaman rasa/ hypodysgeusia atau membaui. Gejala-gejala tersebut
dapat mempengaruhi intake makanan. Obat-obatan yang umum digunakan dan diketahui
menyabapkan hypodysgeusia seperti: obat antihipertensi (captopril), antriretroviral
ampenavir, antineoplastik cisplastin, dan antikonvulsan phenytoin.

C. Obat dan gangguan gastrointestinal


Obat dapat menyebabkan perubahan pada fungsi usus besar dan hal ini dapat
berdampak pada terjadinya konstipasi atau diare. Obat-obatan narkosis seperti kodein dan
morfin dapat menurunkan produktivitas tonus otot halus dari dinding usus. Hal ini berdampak
pada penurunan peristaltik yang menyebabkan terjadinya konstipasi.

D. Absorbsi
Obat-obatan yang dikenal luas dapat mempengaruhi absorbsi zat gizi adalah obat-
obatan yang memiliki efek merusak terhadap mukosa usus. Antineoplastik, antiretroviral,
NSAID dan sejumlah antibiotik diketahui memiliki efek tersebut. Mekanisme penghambatan
absorbsi tersebut meliputi: pengikatan antara obat dan zat gizi (drug-nutrient binding)
contohnya Fe, Mg, Zn, dapat berikatan dengan beberapa jenis antibiotik; mengubah
keasaman lambung seperti pada antacid dan antiulcer sehingga dapat mengganggu
penyerapan B12, folat dan besi; serta dengan cara penghambatan langsung pada metabolisme
atau perpindahan saat masuk ke dinding usus.

15
E. Metabolisme
Obat-obatan dan zat gizi mendapatkan enzim yang sama ketika sampai di usus dan
hati. Akibatnya beberapa obat dapat menghambat aktifitas enzim yang dibutuhkan untuk
memetabolisme zat gizi. Sebagai contohnya penggunaan metotrexate pada pengobatan kanker
menggunakan enzim yang sama yang dipakai untuk mengaktifkan folat. Sehingga efek
samping dari penggunaan obat ini adalah defisiensi asam folat.

F. Ekskresi
Obat-obatan dapat mempengaruhi dan mengganggu eksresi zat gizi dengan
mengganggu reabsorbsi pada ginjal dan menyebabkan diare atau muntah

Interaksi Obat dengan Mikronutrien.


Kadar serum dari elektrolit, mikromineral dan vitamin bisa berubah oleh obat-obat
tertentu dan dokter harus mewaspadai hal ini bila ada kelainan.
Berikut Obat yang Menyebabkan Kelainan mikronutrien:

↓ Kalsium
aminoglycosides, bisphosphonates, corticosteroids, H2 receptor antagonists, loop diuretics ;
amphotericin B, antacids, carbamazepine, cholestyramine, cisplatin, colchicines, digoxin,
doxycycline, ethosuximide, foscarnet, Mg oxide/sulfate, minocycline, oxcarbazepine,
oxytetracycline, pentamidine, phenobarbital, phenytoin, primidone, Na phosphate, sucralfate,
zelodronic acid, zonisamide.

↑ Kalsium
antiestrogens, estrogens, thiazide diuretics ; aluminium intoxication, aminoiphylline, Ca
carbonate, lithium.

↓ Magnesium
aminoglycosides, corticosteroids, estrogens, loop diuretics, oral contraceptives,
tetracyclines,thiazide diuretics; amphotericin B, cholestyramine, cisplatin, cyclosporine,
digoxin, foscarnet, hydralazine, methsuximide, pamidronate, penicillamine, raloxifene, Na
phosphate, tacrolimus, zoledronic acid.

16
↑ Magnesium
Usually associated with intake > 6g/day, Mg-containing antacids/enemas.

↓ Fosfor
Thiazide diuretics; alendronate, antacids (Al & Mg-containing), cholestyramine, digoxin,
foscarnet, Mg oxide/sulfate, ,pamidronate, sucralfate, theophylline, zoledronic acid.

↑ Fosfor
Etidronate, foscarnet, Na phosphate laxatives & enema.

↓Kalium
Aminoglycosides, loop diuretics, penicillins, salicylates, thiazide diuretics, acetazolamide,
amphotericin B, bisacodyl, cisplatin, colchicine, cyclosporine, enoxacin, foscarnet,
hydralazine, levodopa, mannitol, pamidronate, Na bicarbonate & phosphates.

↑ Kalium
ACE inhibitors, angiotensin, receptor blockers, beta-adrenergic blochers, NSAIDs, Kalium
sparing diuretics ; cyclosporine, heparin, hypertonic solutions, lithium, pentamidine,
succinylcholine.

↓ Natrium
Aminoglicosides, loop diuretics, Kalium sparing diuretics, thiazide diuretics, salicylates ;
acetazolamide, amphotericin B, bisacodyl, captopril, colchicine, foscarnet.

↑ Natrium
Hypertonic IV solution, mannitol, Na penicillin G, Na phosphate laxative & enemas.

↓ Zink
ACE inhibitors, corticosteroids, diuretics, estrogens, oral contraceptives, H2 receptor
antagonists, reverse transcriptase inhibitors ; cholestyramine, ethambutol, hydralazine,
penicillamine.

↓ Klorida
Thiazide diuretics, loop diuretics.

17
↑ Klorida
Spironolactone, triamterene

Tabel 6: Interaksi Obat-Makanan yang bermakna klinis.


No Obat Interaksi Akibat klinis yang mungkin
1 Tetrasiklin Penurunan ketersediaanhayati Gagal terapi
dengan susu dan produk susu

2 Siprofloksasin Penurunan ketersediaanhayati Gagal terapi


dengan susu dan produk susu

3 Azitromisin Penurunan ketersediaanhayati Gagal terapi


dg makanan

4 Itrakonazol Penurunan ketersediaanhayati Mungkin Gagal terapi


dg makanan

5 Penisilamin Penurunan ketersediaanhayati Gagal terapi


dg makanan

6 Didanosin Makanan mengurangi Gagal terapi


ketersediaanhayati

7 Indinavir Makanan mengurangi Gagal terapi


ketersediaanhayati

8 Saquinavir Garlic (allicin) mengurangi Aktivitas antiviral berkurang


ketersediaanhayati
9 Atiovaquone Makanan meningkatkan Khasiat bertambah bila bersama
ketersediaanhayati makan

18
10 Lovodopa Protein mengurangi transpor Menurunkan khasiat
ke otak

11 Teofilin Makanan lemak meningkatkan Kemungkinan toksisitas


penyerapan

12 Warfarin Makanan kaya Vitamin K menurunkan efek antikoagulasi


melawan efek antikoagulans

13 Siklosporin Makanan dan sari grapefruit mungkin toksisitas


meningkatkan kadar plasma

14 Alendronate Makanan mengurangi Gagal terapi


ketersediaanhayati Penghambat MAO
Meningkatkan kadar tiramin
Krisis hipertensi

15 Terfanadin Sari Grapefruit meningkatkan Kadar plasma bertahan lebih lama


ketersediaanhayati

16 Felodipin Makanan meningkatkan Efek samping lebih besar


ketersediaanhayati

17 Diuretik Makanan mengurangi Gagal terapi


ketersediaanhayati

18 Spironolakton Makanan mengurangi Khasiat bertambah bila bersama


ketersediaanhayati makan

19 Propranolol Makanan menambah Efek samping bertambah


ketersediaanhayati

19
Untuk mencegah inkompatibilitas, penting dipikirkan bagaimana obat bisa
berinteraksi di dalam atau di luar tubuh. Jika anda harus mencampur suatu obat, selalu ikuti
petunjuk pabrik seperti volume dan jenis diluen yang tepat; mana larutan yang bisa
ditambahkan ke pemberian “piggy back”; dan larutan “bilas” apa yang harus digunakan di
antara pemberian suatu produk dan produk lain untuk menghindari kejadian-kejadian, seperti
pengendapan di dalam selang infus (sebagai contoh, jangan pernah memberikan fenitoin ke
dalam infus jaga yang mengandung dekstrosa, atau jangan campur amphotericin B dengan
normal saline). Hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah adanya elektrolit (misal.
kalium klorida) yang dicampur ke infus kontinyu, misal pada sistem piggyback. Jika ingin
mencampur obat dalam spuit untuk pemberian bolus, pastikan obat-obat ini kompatibel di
dalam spuit. Jika tidak mendapat informasi dari referensi obat, kontak apoteker. Umumnya
apoteker memiliki akses untuk informasi kompatibilitas ini.More.
Waspada dengan obat yang dikenal memiliki riwayat inkompatibilitas bila berkontak
dengan obat lain. Contoh-contoh furosemide (Lasix), phenytoin (Dilantin), heparin,
midazolam (Versed), dan diazepam (Valium) bila digunakan dalam campuran IV.
Kekurangan-kekurangan PVC (polivinilklorida). Di samping kompatibilitas obat-obat
IV, klinisi perlu mengetahui bahwa beberapa masalah bisa timbul bila menggunakan PVC
sebagai wadah untuk larutan infus. Plasticized polyvinyl Klorida (PVC) merupakan bahan
polimer yang digunakan secara luas di bidang kedokteran dan yang terkait. Di bidang
kedokteran, PVC yang lentur digunakan untuk kantong penyimpan darah, selang transfusi,
hemodialisis, pipa endotrakea, infuse set, serta kemasan obat. Ester asam ftalat, terutama di-
(2-ethylhexyl) phthalate (DEHP), merupakan pelentur yang paling disukai di bidang
kedokteran. Karena zat aditif ini tidak berikatan kovalen dengan polimerm ada kemungkinan
memisah dari matriks. Lepasnya DEHP dari kantong PVC ke dalam larutan sudah bertahun-
tahun menimbulkan kekhawatiran. Toksisitas DEHP dan PVC telah mencetuskan pertanyaan
serius mengapa produk ini masih digunakan. Pemisahan DEHP dari PVC disebut leaching.
Leaching terjadi bila beberapa obat seperti paclitaxel atau tamoxifen diberikan dalam kantong
PVC.

Kekhawatiran lain dari penggunaan kantong PVC adalah penyerapan atau


“hilang”nya obat dari kantong PVC:
1. Kowaluk dkk. memeriksa interaksi antara 46 obat suntik dengan kantong infus
Viaflex (PVC). Kajian memperlihatkan bahwa derajat penyerapan obat berbanding
lurus dengan konsentrasi obat.

20
2. Migrasi obat ke dalam kantong plastik bisa mengarah ke penurunan kadar obat di
bawah kadar terapi dari insulin, vit A, asetat, diazepam dan nitrogliserin.

Reaksi Maillard. Walaupun bukan merupakan interaksi obat-obat, masalah ini perlu
dikemukakan. Reaksi Maillard adalah reaksi kimia antara asam amino dengan gula pereduksi.
Biasanya reaksi memerlukan panas. Seperti halnya karamelisasi, ini merupakan bentuk
diskolorasi coklat yang bersifat non-enzimatik. Gugus karbonil yang reaktif dari gula
bereaksi dengan gugus amino nukleofilik dari asam amino, untuk membentuk berbagai
molekul yang menimbulkan berbagai warna dan aroma. Reaksi Maillard terjadi bila asam
amino dan glukosa dikandung dalam satu wadah. Karena asam amino dan glukosa intravena
perlu diberikan sekaligus, suatu pendekatan yang pintar adalah menghasilkan kantong dengan
dua kamar di mana glukosa dan asam amino dipisah. Asam amino dan glukosa dicampur dulu
sebelum diberikan.

21
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Interaksi antara obat dan makanan terjadi dalam tiga fase yaitu fase farmasetis, fase
farmakokinetik, fase farmakodinamik. Dengan mekanisme obat yang telah diminum akan
hancur dan obat terdisolusi (merupakan fase farmasetis), kemudian obat tersebut di absorpsi,
transport, distribusi, metabolism dan ekresi oleh tubuh (merupakan fase farmakokinetik),
setelah melewati fase farmakokinetik maka obat tersebut dapat direspon secara fisiologis dan
psikologis (merupakan fase farmakodinamik).
2. Efek samping pemberian obat-obatan yang berhubungan dengan gangguan GI
(gastrointestinal) dapat berupa terjadinya mual, muntah, perubahan pada pengecapan,
turunnya nafsu makan, mulut kering atau inflamasi/ luka pada mulut dan saluran pencernaan,
nyeri abdominal (bagian perut), konstipasi dan diare. Efek samping seperti di atas dapat
memperburuk konsumsi makanan si pasien. Ketika pengobatan dilakukan dalam waktu yang
panjang tentu dampak signifikan yang memperngaruhi status gizi dapat terjadi.
3. Interaksi obat- mikronutrien meliputi Inkompatibilitas obat IV, Kekurangan-kekurangan
PVC (polivinilklorida),Reaksi Maillard.

Saran
Untuk menghindari interaksi obat yang tidak diinginkan maka sebaiknya
1. Bacalah label obat dengan teliti, apabila kurang memahami dapat ditanyakan
dengan dokter yang meresepkan.
2. Baca aturan pakai, label perhatian dan peringatan interaksi obat yang tercantum
dalam label atau wadah obat. Bahkan obat yang dijual bebas juga perlu aturan
pakai yang disarankan.
3. Jangan campur obat dengan makanan atau membuka kapsul kecuali atas petunjuk
dokter.
4. Vitamin atau suplemen kesehatan sebaiknya jangan diminum bersamaan dengan
obat karna terdapat beberapa jenis vitamin dan mineral tertentu yang dapat
berinteraksi dengan obat.
5. Jangan pernah memberi obat bersamaan dengan makanan yang mengandung
alcohol.
Sebelum mengkonsumsi obat, sebaiknya konsultasikan dahulu dengan dokter atau
apoteker untuk mengetahui aturan pakai yang tepat. Dan juga saat konsultasi dengan dokter,
beritahukan semua obat atau vitamin yang sedang dikonsumsi saat ini untuk mencegah
terjadinya interaksi.

22
KEPUSTAKAAN

Erza,Febri Laila.2 November 2011.Interaksi Obat dan Makanan.Google.


http://erzafebri.blogspot.com/2011/11/interaksi-obat-makanan.html diakses tanggal 2 Juni 2013.

Harkness Richard, diterjemahkan oleh Goeswin Agoes dan Mathilda


B.Widianto.(1989.).Interaksi obat. Bandung: Penerbit ITB.

http://afdalgizi1c.blogspot.com/2013/01/interaksi-obat-dan-makanan.html diakses tanggal 2


Juni 2013.
http://interaksiobatdanmakanan/adropofinkcanmakeamillionpeoplethink.html diakses tanggal 2
Juni 2013.

http://kamuskesehatan.com/arti/interaksi-obat/ diakses pada tanggal 2 Juni 2013.


http://materikuliahprofesiapoteker.blogspot.com/2011/12/interaksi-obat.html diakses tanggal 7
April 2013.
http://medicafarma.blogspot.com/2010/11/interaksi-obat.html diakses tanggal 7 April 2013.
http://puskesmastulakanpacitan.wordpress.com/interaksi-obat-makanan/ diakses tanggal 7
April 2013.

http://www.drugs.com/drug_information.html diakses tanggal 2 Juni 2013.

Muttschler,Ernest, 1999, Dinamika Obat : Farmakologi dan Toksikologi, Penerbit ITB:


Bandung.

Wanamaker ,Boyce P., Kathy, Lockett Massey. (2009). Applied Pharmacology for Veterinary
Technicians, 4th Edition. Canada,USA: Saunders Elsevier.

23

REVISI :
Farmakoterapi dapat ,mempengaruhi dukungan nutrisi dengan berbagai cara. Sebagai contoh,
beberapa obat dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit utama pada pasien penyakit kritis
yang menerima nutrisi parenteral.
Bahkan, bahan pembawa obat seperti sorbitol juga dapat menjadi masalah karena sorbitol. Dapat
menyebabkan intoleransi saluran pencernaan pada semua pasien dengan diabetes mellitus.
Bab ini akan membahas dan memberi contoh makanan atau zat gizi yang memengaruhi
absorpsi, metabolisme, ataau ekskresi zat gizi.

EFEK MAKANAN/ZAT GIZI TERHADAP OBAT


Makanan dapat berpengaruh pada obat, baik pada saat absorsi maupun metabolisme obat di dalam
tubuh. Misalnya buah anggur, dapat meningkatkan bioavaibilitas beberapa obat jenis calcium channel
antagonists, benzodiazepines, HMG-CoA reductase inhibitors dan cyclosporine melalui
penghambatan pada sitokom P450 2A4 di usus halus dan P-glycoprotein yang merupakan pembawa
obat dari enterosit ke lumen usus (Dahlan dan Altman, 2004). Namun demikian,efek jus anggur dalam
meningkatkan konsentrasi obat serum berbeda-beda untuk setiap orang karena adanya perbedaan
kadar CYF3A4 di usus (Kane dan Lipsky, 2000). Pada jenis obat lain, seperti clarithromycin, jus
anggur tidak berpengaruh pada farmakokinetik obat tersebut (Cheng et al, 1998)

Efek Makanan/ Zat Gizi terhadap Absorpsi Obat


Makanan atau zat gizi dapat memengaruhi absorbsi obat melalui penghalang fisik atau melalui
pengaruh terhadap waktu transit (misalnya motilitas saluran gastrointestinal), sekresi, disolusi obat,
kelasi, atau uptake pembawa. Beberapa obat seharusnya dikonsumsi tanpa makanan atau minuman
untuk melindungi pengaruh pada absorbsi obat.
Beberapa contoh, yaitu :
1) Absorbsi fosamaks (alendronat), obat yang digunakan untuk menanggulangi osteoporosis,
dihambat oleh proses pencernaan makanan atau minuman (selain air) yang dikonsumsi.
2) Antibiotik eritomisin dan penisillin (ampisilin), obat antihipertensi capoten (katropil) dan
univasc atau uniretik (moeksipril) seharusnya hanya dikonsumsi dengan air, tidak boleh
mengonsumsi makanan paling sedikit 1 jam setelahnya.
Berbagai zat gizi dapat memengaruhi obat tertentu, misanya saja absorbsi beberapa obat
meningkat dengan adanya pencernaan makanan tertentu seperti makanan tinggi lemak. Makanan atau
antasida yang mengandung magnesium, kalsium dan aluminium dalam jumlah besar harus dihindari
atau mengonsumsinya secara terpisah (selama beberapa jam) dengan anti biotik seperti tetrasiklin,
akromisin dan sumisin (tetrasiklin), sipro (siprofloksasin), maksaquin (lemofloksasin). Mineral
divalent yang terdapat dalam antasida atau makanan mengelasi (berikatan dengan) antibiotik dan akan
menurunkan absorbsi obat. Pada Tabel 4,3 di bawah ini beberapa obat yang absorbsinya dipengaruhi
oleh makanan.

Absorbsi Meningkat Absorbsi Menurun


Karbamazepin (Tegretol) Amoksisilin (Amoxil)
Gliseofulvin (Fulvicin) Ampisilin (Polycilin)
Hidralazin (Apresolin) Aspirin
Metropolol (Lopressor) Astemizol
Nitrofurantoin Demeklosiklin (Declomycin) 24
Propoksifen Doksisiklin (Vibramycin)
Propanolol Dipiridamol (Persantine)
Spironolaktin (Aldactone) Levodopa (Dopar)
Metotreksat
Oksitetrasiklin (Terramycin)
Penisilin G
Penisilin V (K)
Fenobarbitol (Luminal)
Fenitoin (Dilantin)
Propantelin (Pro-Banthine)
Tetrasiklin (terutama dipengaruhi
oleh susu)

Mempertahankan pH saluran gastrointestinal penting untuk disolusi dan/atau absorbsi beberapa


obat sehingga pencernaan makanan atau antasida dapat menimbulkan sekresi lambung dan/atau
memengaruhi pH dapat bersifat merusak. Agen antifungi Nizoral (ketoconazole) sebagai contoh
membutuhkan pH asam untuk kelarutannya. Beberapa obat akan rusak dalam suasana asam. Oleh
karena itu harus dikonsumsi tanpa makanan atau minuman (kecuali air)

Efek Obat Terhadap Absorbsi Makanan/Zat Gizi


Obat memengaruhi absorpsi zat gizi melalui berbagai mekanisme seperti :
1) Obat mempercepat waktu transit gizi di saluran gastrointestinal, atau
2) Obat memperlambat waktu transit zat gizi di saluran gastrointestinal

Efek Obat Terhadap Metabolisme Makanan/Zat gizi


Selain memengaruhi absorbsi zat gizi, obat juga dapat memengaruhi metabolisme zat gizi
tertentu. Isoniazid (INH), obat yang digunakan untuk TC, menghambat konversi vitamin B6 menjadi
bentuk fungsional koenzim di liver dan hal ini akan menyebabkan defesiensi vitamin B6. Obat
antikonvulsa fenobarbital dan dilantin (fenitoin) memengaruhi metabolisme vitamin D yang dapat
menyebabkan terjadinya rikets dan/atau osteomalasia jika tidak diberi suplemen vitamin D ( dalam
bentuk 25-OH kolekalsiferol )

Efek Obat Terhadap Ekskresi Makanan/Zat Gizi


Obat dapat meningkatkan ataupun menurunkan eksresi zat gizi dari dalam tubuh. Diuretik
seperti Lasix (furosemid), Bumex (bumetanide) dan diuretik lainnya yang digunakan untuk mengobati
tekanan darah tinggi, meningkatkan sekresi sodium dan air kencing(penting dalam menurunkan
tekanan darah). Bagaimanapun, obat juga meningkatkan kehilangan potasium, klorida dan magnesium
dari bagian ascending loop Henle. Makanan pengganti mineral-mineral yang hilang, terutama
potasium, sangat penting untuk mencegah rendahnya kadar potasium darah. Interaksi beberapa obat
dan zat gizi dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Interaksi Beberapa Obat dan Zat Gizi


Obat Interaksi Zat Gizi
Accutane Accutane (asam retinoat) yaitu Vitamin A
turunan vitamin A adalah obat
oral untuk mengatasi jerawat
yang parah. Konsumsi senyawa
ini bersamaan dengan vitamin
A dapat menyebabkan
toksisitas. Oleh karena itu,
hindarilah mengonsumsi
keduanya bersamaan

25

Anda mungkin juga menyukai