Anda di halaman 1dari 10

ETIKA PROFESI

Mata Kuliah:Bioetika

Dosen Pengampu:Siti Soraya, S.GZ.,M.SI

Disusun Oleh:
Elma Siti Sondari (12190000003)
Sabilla Tiara Anggereni (12200000001)
Veronika Bulu Masan (12200000003)
KASUS

Sorang ahli gizi A baru lulus bekerja di Rumah Sakit Swasta Internasional, lalu
diberi tugas menjadi ahli gizi di ruang rawat inap khusus yaitu Intensive Care Unit
(ICU). Suatu hari A mengajukan cuti sebagai haknya selama 1 (satu) minggu.
Selama A cuti ada ahli gizi B yang menggantikannya.Diruang ICU tsb ada seorang
pasien Tn.X yang keadaan umumnya kurang baik , dan harus melakukan beberapa
pemeriksaan medis untuk menunjang diagnosa penyakitnya. Pada hari terakhir A
masuk kerja, Tn. X harus puasa untuk suatu pemeriksaan, Ahli Gizi A tidak
menulis dalam catatan pasien. Ahli gizi A juga tidak melakukan serah terima
(Handover) pekerjaan dengan Ahli Gizi B. Perawat menemui istri Tn. X
memberikan obat untuk diminum. Namun istri Tn. X berinisiatif sendiri membeli
bubur untuk suaminya tanpa berkonsultasi lebih dulu, dan menganggap bahwa
harus makan sebelum minum obat.Namun keesokan harinya, Tn. X meninggal
dunia. Karena kasus meninggalnya Tn. X, maka ahli gizi A dan B dipanggil untuk
menjadi saksi dalam beberapa kali persidangan.Setelah dilakukan autopsi ternyata
ditemukan bubur di saluran pencernaan Tn.X.
Apakah ahli gizi A Aspek kewajiban Apakah ada sanksi
01 dan B mempunyai
kesalahan dalam
02 apa yang tidak
dipenuhi oleh ahli
03 yang harus diberikan
kepada ahli gizi A
proses pelayanan gizi A dan B ? dan B ?
kepada Tn. X?

Menurut saudara
Agar supaya ahli gizi A dan B tidak
jika ahli gizi A dan
04 B bersalah, apa 05
dinyatakan ikut bersalah pada kasus
meninggalnya Tn. X, apa yang harus
akibatnya
dilakukan agar tidak terjadi kasus di
terhadap PERSAGI?
atas. Jelaskan dengan menguraikan
kewajiban ahli gizi dalam kode etik.
O
1
Menurut kelompok kami. Apakah ahli gizi A dan B
mempunyai kesalahan dalam proses pelayanan
kepada Tn. X?
Ahli gizi A dan B melakukan kesalahan, karena ahli
gizi A tidak menulis dalam catatan pasien bahwa
pasien harus puasa untuk suatu pemeriksaaan medis
untuk menunjang diagnosa penyakitnya.Ahli gizi A
juga tidak melakukan timbang terima pekerjaan
dengan ahli gizi B dan kedua ahli gizi tersebut tidak
saling melakukan kordinasi dalam suatu pekerjaan
yang ditugaskan.Ahli gizi A dan B tidak ada
memberikan edukasi dengan pasien dan keluarga
pasien bahwa pasien tidak dibolehkan makan atau
harus puasa.
Butir kewajiban yang tergolong dalam kewajiban kepada
klien adalah sebagai berikut:

1. Ahli gizi berkewajiban sepanjang waktu senantiasa berusaha memelihara dan


meningkatkan status gizi klien baik dalam lingkup institusi pelayanan gizi atau di
masyarakat umum.
2. Ahli gizi berkewajiban senantiasa menjaga kerahasiaan klien atau masyarakat yang
dilayani baik pada saat klien masih atau sudah tidak dalam pelayanannya, bahkan juga
setelah klien meninggal dunia kecuali bila diperlukan untuk keperluan kesaksia hokum.
3. Ahli gizi dalam menjalankan profesinya senantisa menghormati dan menghargai
kebutuhan untuk setiap klien yang dilayani dan peka terhadap perbedaan budaya, dan
tidak melakukan diskriminalisasi dalam hal suku, agama, ras, status social, jenis
kelamin, usia dan tidak menunjukan pelecehan social.
4. Ahli gizi berkewajiban senantiasa memberikan pelayanan prima, cepat, dan akurat.
5. Ahli gizi berkewajiban memberikan informasi kepada klien dengan tepat dan jelas,
sehingga memungkinkan klien mengerti dan mau memutuskan sendiri berdasarkan
informasi tersebut.
6. Ahli gizi dalam melakukan tugasnya, apabila mengalami keraguan dalam memberikan
pelayanan berkewajiban senantiasa berkonsultasi dan merujuk kepada ahli gizi lain
yang mempunyai keahlian.
O
2
Aspek kewajiban apa yang tidak dipenuhi
oleh ahli gizi A dan B

Ahli gizi tidak memberikan informasi kepada


klien atau keluarga bahwa klien sebelum
pemeriksaan harus melakukan puasa atau tidak
diperbolehkan mengkonsumsi makanan apapun,
dan ahli gizi tidak melakukan koordinasi atau
merujuk kepada ahli gizi yang memiliki
keahliannya seperti tidak ada koordinasi
terhadap ahli gizi sebelumnya
O
3
Apakah ada sangsi yang harus diberikan
kepada ahli gizi A dan B

Menurut Peraturan menteri Kesehatan RI Nomor 26


Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pelkerjaan dan
Praktik tenaga Gizi dalam pasal 24 yaitu Pemerintah
daerah dapat memberikan tindakan administrative
kepada tenaga gizi pada praktiknya yaitu teguran lisan,
teguran tertulis dan pencabutan SIPTGz atau SIKTGz
atau pemerintah daerah bisa merekomendasikan
pencabutan STRGz kepada MTKI Untuk kasus ini,
karena pasien sampai meninggal. Ahli gizi dicabut
SIPTGz atau SIKTGZ dan STRGz bahkan sampai
ditindak pidana.
O
4
Menurut kelompok kami,Jika ahli gizi
A dan B bersalah, apa akibatnya
terhadap korps ahli gizi

Dapat menyebabkan efek jera atau kurang percaya


dalam pemberian asuhan gizi oleh seorang pasien
terhadap ahli gizi di rumah sakit tersebut
O
5
Agar supaya ahli gizi A dan B tidak dinyatakan
ikut bersalah pada kasus meninggalnya Tn.C, apa
yang harus dilakukan agar tidak terjadi kasus di
atas. Jelaskan dengan menguraikan kewajiban ahli
gizi dalam kode etik.

Yang harus dilakukan ahli gizi tersebut sesuai kasus yaitu :


• Ahli gizi harus memberikan pelayanan prima , cepat dan akurat kepada
pasien seperti bagaimana ahli gizi harus menulis terlebih dahulu catatan
penting pasien dalam memberikan pelayanannya.
• Ahli gizi harus memberikan informasi kepada klien dengan tepat dan
jelas sehingga memungkinkan klien mengerti dan mau memutuskan
sendiri berdasarkan informasi tersebut seperti ahli gizi menginformasikan
dengan benar bahwa klien sebelum pemeriksaan tidak diperbolehkan
makan apapun
• Ahli gizi harus merujuk atau melakukan koordinasi terhadap ahli gizi
yang lain yang mempunyai keahlian contohnya kepada ahli gizi B yang
melakukan cuti sebelumnya.
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai