Anda di halaman 1dari 14

BAB II

PEMBAHASAN ISI BUKU

Antropometri merupakan pengukuran berbagai dimensi tubuh dan


komposisi dasar tubuh manusia pada tingkat umur dan gizi yang berbeda.
Pengukuran antropometri ini terdapat dua jenis yaitu pengukuran
antropometri ukuran tubuh dan komposisi tubuh. Untuk mendapatkan hasil
yang akurat setiap pengukuran dilakukan sebanyak dua kali pengukuran.

A. Pengukuran Ukuran Tubuh

Pengukuran ukuran tubuh terdiri dari berat badan,tinggi badan,


panjang badan, tinggi lutut, panjang ulna, rentang lengan/panjang depa,
rentan demi, lingkar kepala, lebar siku, dan umur kehamilan.

Berat badan (weight) pada bayi dan anak kurang dari dua tahun
dilakukan dengan menggunakan alat yaitu timbangan pegas gantung,
timbangan pegas bayi atau dacin yang disertai dengan sarung
timbangan. Pada orang dewasa dan anak lebih besar dari 2 tahun
dilakukan saat subjek belum makan dan saat kandung kemih kosong.
Timbangan yang dapat digunakan adalah beam balance namun
penggunaannya sulit ketika dilapangan sehingga dapat digunakan
timbangan digital elektronik. Dengan rumus perhitungan berat badan
sebagai berikut:

Berat badan estimasi (laki-laki):

= -47,8 + (0,78 x lingkar perut) + (1,06 x lingkar paha)

Berat badan estimasi (perempuan):

= -40,2 + (0,47 x lingkar perut) + (1,30 x linkar paha)

Tinggi badan (height) anak yang >85 cm atau orang deasa diukur
panjang badannya dengan posisi berdiri. Pengukuran ini menggunakan
pita yang melekat secara vertikal dipermukaan yang tidak bergerak. Pita
pengukuran (microtoise atau staturemeter) dalam pengukuran subjek
meminimalisis dalam menggukanakan pakaian agar dapat terlihat jelas
postur yang sesuai untuk pengukuran. Pemasangan microtoise dilakukan
dengan meletakkan dilantai yang datar kemudian pita ditarik keluar
maksimal, biaanya panjang mikrotois 2 meter . kemudian kedua ujung
mikrotoise ditempelkan/dipaku dinding.

Rumus:

Panjang badan (recumbent length) merupakan salah satu pengukuran


utama yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan dan memonitor
kesehatan bayi adalah panjang badan. Pengukuran panjang badan sangat
membantu dalam penegakan diagnosis pertumbuhan abnormal,
menentukan prognosis, dan membantu didalam terapi intervensi (Laron,
2000). Pengukuran ini menggunakan alat infantometer ini merupakan
standar baku didalam pengukuran panjang badan bayi atau anak.
Didalam pengukurannya dibutuhkan setidaknya dua orang untuk
memastikan pengukuran pada posisi bayi benar dan meyakinkan sebagai
asisten.

Tinggi lutut (knee height) diukur menggunakan knee calliper dari atas
lutut (patela) sampai dengan ujung tumit. Pengukuran dilakukan dengan
posisi kaki membentuk sudut 90° dan kaki yang digunakan dalam
pengukuran disarankan kaki sebelah kiri. Setelah melakukan
pengukuran maka dilakukan perhitungan dengan menggunkana rumus:

Tinggi badan (laki-laki) = 64,19 – (0,04 x usia dalam tahun) + (2,02 x

tinggi lutut dalam cm)

tinggi badan (perempuan)= 84,88 – (0,24 x usia dalam tahun) + (1,83 x

tinggi lutut dalam cm)

panjang ulna (ulna length) digunakan untuk memperkirakan tinggi


badan seseorang terutama untuk orang yang menderita kecacatan fisik
(disabilitas). Panjang ulna diukur dari siku hingga pergelangan tangan.
Prinsip dari pengukuran ini adalah pertumbuhan tulang panjang akan
linear dengan pertumbuhan tinggi badan parameter yang digunakan
dalam formula ini ialah panjang ulna (U) dan usia (A).

 Tinggi badan (laki-laki) = 4,605 U + 1,308 A +28,003


 Tinggi badan (perempuan)= 4,459 U + 1,315 A + 31,485

Rentang lengan /panjang depa(arm span) adalah parameter tubuh


yang paling reliabel untuk memprediksikan tinggi badan individu. Atau
rentang lengan adalah jarak antara ujung jari tengah kedua saat
direntangkan horizontal. Setelah melakukan pengukuran, selanjutnya
hasil tersebut dimasukkan kedalam rumus sebagai berikut:

 Lai-laki= 23,247 + (0,826 x rentang lengan )


 Perempuan = 28,312 + (0,784 x rentang lengan)

Pengukuran tidk bisa digunakan apabila subjek yang diukur memiliki


kelainan tulang dada, tulang belakang, atau ekstremitas atas yang parah.

Rentang demi (demi span) adalah jarak antara garis tengah tarik
tulang taju pedang hingga batas telapak tangan antara jari tegah dan jari
manis. Adalah pengukuran yang paling memungkinkan dilakukan
hampir p0ada semua populasi dibandingkan dengan pengukuran
antropometri lainnya yang digunakan untuk mengestimasikan tinggi
badan.pengukuran tinggi badan dari hasil rentang demi yang didapat
dengan menggunakan rumus bassey dibawah ini:

Laki-laki = (1,35 x rentang demi dalam cm) + 60,1

Perempuan = (1,40 x rentang demi dalam cm) + 57,8

Lingkar kepala (Head Circumference) merupakan salah satu


pengukuran antropometri yang umum digunakan dimasyarakat untuk
mengukur keliling dari bagian terluar kepala. Lingkar kepala adalah
predikor yang kuat untuk menunjukkan volume otak, khususnya pada
bayi dan anak anak. Lingkar kepala kecil (<33,5 cm) menandakan
volume otak yang kecil pula. Selain dapat menjadi indikator ukuran otak,
lingkar kepala juga menentukan panjang badan bayi dan anak-anak.
Menurut Lampl dan Jhonson (2011) lingkar kepala bayi normal tumbuh
secara bertahap dari waktu kewaktu dan selanjutnya akan memengaruhi
panjang badannya.

Lebar siku (Elbow Breadth) pengukuran ini dapat membedakan besar


kecilnya postur tubuh yang penyebabnya apakah karena dimensi tulang
dan lemak tubuh atau dimensi tulang saja. Lebar siku diukur dengan
menentukan mengukur jarak antara epicondilius humerius. Pengukuran
lebar siku dilakukan dengan posisi siku dan lengan bawah membentuk
sudut 90° kearah atas.

Umur Kehamilan (Gastational Age) digunakan untuk menentukan


manajemen dan perawatan yang tepat pada bayi baru lahir. Umumnya
umur kehamilan dilakukan dengan cara menghitung hari terakhir
mensturasi dan perkiraan dari perkembangan janin dengan
ultrasonografi (USG). Untuk memperkirakan umur kehamilan hasil
pengukuran mengikuti kaidah. Metode memperkirakan umur kehamilan
dengan mengukur tinggi fundus ini memiliki banyak kelemahan, antara
lain sebagai berikut:

 Hanya dapat dilakukan pada umur kehamilan ke-16 atau lebih.


 Pengukuran akan menjadi bias apabila kandung kemih penuh,
indeks masa tubuh (IMT) ibu tinggi, dan bayi yang dikandungnya
kembar.
 Kecil atau besarnya hasil pengukuran juga dipengaruhi
dipengaruhi oleh kecepatan pertumbuhan bayi, banyak
sedikitnya cairan ketuban, pertumbuhan sel yang tidak normal
dalam rahim, besar kecilnya fisik bayi, posisi bayi yang terbalik
menghadap kebawah , atau posisi lainnya secara dini.

B. Pengukuran Komposisi Tubuh

Pada pengukuran komposisi tubuh ini terdiri dari tebal lemak ( skinfold
thickness ), lingkar pinggang ( waist circumference ), lingkar pinggul ( hip
circumference ), rasio lingkar pinggang-pinggul ( waist-hip-ratio ), lingkar
lengan atas ( mid-upper-arm circumference ) dan bioelectrical impedance
analysis ( BIA ).
Pengukuran tebal lemak ( skinfold thickness ), pengukuran ini dilakukan
untuk mengetahui total lemak tubuh seseorang. Kandungan lemak setiap
manusia itu berbeda meskipun dengan jenis kelamin, berat dan tinggi
badan yang sama sekalipun. Pada perempuan rata-rata kandungan lemak
lebih tinggi 26,9 % dari total tubuh dibandingkan dengan laki-laki 14,7 %
dari total tubuh. Ketebalan lemak ini digunakan untuk mengukur tebal
lemak subkutan yang menggambarkan total lemak tubuh. Dan
diasumsikan atas dua hal yaitu, ketebalan lemak jaringan adipose
subkutan yang menggambarkan proporsi konstan total lemak tubuh dan
lokasi pengukuran tebal lemak yang telah dipilih menggambarkan
ketebalan rata-rata jaringan lemak seluruh tubuh. Pada pengukuran tebal
lemak ini hanya terdiri dari beberapa bagian tubuh saja yaitu :

a. Tebal lemak bisep, mengukur ketebalan lemak secara vertical


dari bagian depan lengan atas yang tinggi titiknya sama dengan
pengukuran tebal lemak trisep

b. Tebal lemak trisep, mengukur tepat pada bagian belakang tengah


lengan atas secara vertical

c. Tebal lemak subscapular, mengukur dibawah dan secara


menyamping dari sudut bahu dengan bahu dan lengan relaks.

d. Tebal lemak suprailiaka, mengukur pada garis tengah aksila


dekat dengan puncak iliaka, dan diukur secara diagonal

e. Tebal lemak midaxilla, mengukur secara vertical atau horizontal


pada garis tengah aksila di ketinggian xiphoid process dari
sternum.

Pengukuran lingkar pinggang ( waist circumference ), pengukuran ini


berhubungan erat dengan total lemak di dalam tubuh dengan rasio lingkar
pinggang-panggul. Pengukuran ini dilakukan dengan mencari puncak
tulang pinggang dan bagian bawah tulang rusuk dengan merabanya.
Pengukuran ini menggunakan pita pengukur atau metlin yang diletakkan
di tengah-tengah antara kedua titik ( umumnya sejajar dengan dua jari
diatas pusar ), ketika pengukuran berlangsung responden harus bernapas
secara normal. Adapun rekomendasi kombinasi IMT, Cut Off Lingkar
Pinggang yang menyebabkan berat badan berlebih/obesitas dan
hubungannya dengan resiko penyakit yaitu :

IMT Kelas Risiko Penyakit


Obesitas
Lk ≤ 102 cm, Lk > 102 cm,
Pr ≤ 88 cm Pr > 88 cm

Kurang BB < 18,5


(underweight )

Normal 18,5 – 24,9

BB lebih 25,0 – 29,9 Meningkat Tinggi


( overweight)

Obesitas 30,0 – 34,9 I Tinggi Sangat Tinggi

35,0 – 39,9 II Sangat Tinggi Sangat Tinggi

Obesitas Parah >40 III Tinggi Sekali Tinggi Sekali

Pengukuran lingkar pinggul ( hip circumference ), pengukuran ini juga


berhubungan erat dengan total lemak tubuh dengan rasio lingkar
pinggang-pinggul. Pengukuran ini dilakukan dengan cara melingkarkan
pita pengukur pada daerah terluar pantat, dan biasanya pada wanita
sejajar pada sendi paha, sedangkan pria normalnya berada 2 – 4 inci
dibawah pusar. Ketika pengukuran dilakukan, responden berdiri dengan
merapatkan kedua kaki dan memosisikan lengannya di samping dengan
posisi telapak tangan menghadap ke dalam dan responden harus
menghembuskan napas secara perlahan. Pita pengukur dengan posisi
horizontal mengelilingi pinggul. Ketika pengukuran dilakukan harus pada
saat perut kosong dipagi hari agar hasil pengukuran yang didapatkan tidak
dipengaruhi oleh isi perut ( cairan, makanan atau gas ). Sama seperti
pengukuran yang lainnya, pengukuran dilakukan sebanyak dua kali
kemudian di rata-rata kan, jika terdapat selisih 1 cm harus dilakukan
pengukuran ulang.

Rasio lingkar pinggang-pinggul ( waist-hip-ratio ), rasio ini berhubungan


dengan IMT dan memiliki banyak manfaat seperti, dapat menentukan
distribusi lemak tubuh, mengetahui komposisi tubuh dan risiko penyakit
yang berkaitan dengan profil lemak tubuh, menggambarkan perubahan
metabolism tubuh termasuk daya tahan tubuh terhadap insulin, dan dapat
mengukur obesitas abdominal lebih baik daripada IMT sebagai predictor
risiko penyakit kardiovaskular dan diabetes. Rasio lingkar pinggang-
pinggul ini didapatkan dengan cara membagi hasil ukuran pinggang dan
pinggul, dengan rumus :

Rasio Lingkar Pinggang-Pinggul = Lingkar Pinggang ( cm ) / Lingkar


pinggul ( cm )

Rasio lingkar pinggang-pinggul ini juga memiliki kelemahan yaitu tidak


bisa membedakan tinggi badan, harus dilakukan oleh tenaga terlatih, dan
posisi pengukuran harus tepat, karena perbedaan posisi akan memberikan
hasil yang berbeda.

Pengukuran lingkar lengan atas ( mid-upper-arm circumference ), atau


disingkat LILA terdiri atas lemak subkutan dan otot. LILA cocok digunakan
untuk skrining kekurangan energy protein pada kondisi darurat jika
pengukuran tinggi dan berat badan tidak memungkinkan dilakukan serta
umur anak tidak diketahui. Alat yang digunakan sama dengan alat untuk
mengukur lingkar kepala yaitu berupa pita fleksibel. Pengukuran LILA
dilakukan di pertengahan lengan atas sebelah kiri ( kecuali kidal ).
Pengukuran LILA pada kelompok wanita usia subur ( 15 – 45 tahun )
merupakan salah satu cara deteksi dini bagi masyarakat awam untuk
mengetahui kelompok yang berisiko kekurangan energi kronis. Deteksi
dini ini penting untuk mencegah wanita yang melahirkan bayi berat lahir
rendah, karena kejadian BBLR diawali dengan ibu yang hamil dengan
kondisi kurang energi kronis dan risikonya lebih tinggi pada ibu hamil usia
15 – 19 tahun.

Bioelectrical impedance analysis ( BIA ), merupakan pengaplikasian


elektronik pada jaringan dan telah dikembangkan sejak tahun 1871. BIA
tergantung pada perbedaan konduktivitas eletrik antara lemak dan massa
bebas lemak. Prinsipnya yaitu mengukur impedans elektrik ( 800µA,
50KHz ) dengan melewati dua elektroda dan biasanya terletak di
pergelangan kaki dan tangan. Impedans berhubungan dengan volume
konduktor ( tubuh manusia ) dan panjang konduktor ( jarak ). Estimasi
BIA terhadap massa bebas lemak hampir sama dengan cairan tubuh
( asumsi 73% ). Prosedur untuk pengukuran menggunakan BIA harus
terstandar dan mengikuti standar yang sudah ada seperti standar NIH.
Banyak faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran BIA yaitu; status
hidrasi ( subjek diminta untuk tidak minum alcohol 24 – 48 jam sebelum
pengukuran ), aktivitas fisik terakhir, konsumsi makanan dan minuma,
lingkungan udara, temperature kulit, status menstruasi dan posisi tubuh
dimana subjek harus berbaring dan antar anggota tubuh tidak menempel
dengan anggota tubuh lainnya, namun alat BIA yang terbaru tidak
mengharuskan subjek berbaring.

C. Indeks Antropometri ( Berat Badan/ Tinggi Badan )

Indeks merupakan perbandingan sederhana satu dimensi contohnya


berat badan dengan dimensi lainnya contoh tinggi badan. Indeks berat
badan/tinggi badan terdiri dari dua jenis yaitu berat badan relative dan
indeks jenis kekuatan ( Benn,1971 ).

Berat badan relative ( relative body weight ), merupakan berat badan


aktual seseorang dibagi dengan berat badan referensi berdasarkan
tingginya atau rujukan AKG yang dikemudian dikalikan 100. Berat badan
relative ini hanya akan membandingkan berat badan terhadap populasi
orang normal yang ada dalam rujukan. Rumusnya :

Berat badan relative = Berat badan aktual/berat badan referensi x


100

Terdapat rumus yang dikembangkan oleh Hamwi untuk mengestimasi


berat badan berdasarkan tinggi badan ( Peterson dkk.,2016 ) yaitu :

- BB Ideal ( Lk ) = 48 kg + ( 2,7 kg untuk setiap 2,54 cm diatas 152,4 cm )

- BB Ideal ( Pr ) = 45,5 kg +( 2,2 kg untuk setiap 2,54 cm diatas 152,4 cm )

- BB adjusted = BBideal + ( 0,25 x ( BBaktual – Bbideal )

Indeks jenis kekuatan ( power type indices ), ada beberapa indeks jenis
kekuaran yang dapat digunakan untuk menilai berat badan relative
terhadap tinggi badan ( Garrow and Webstes, 1985; Lee dkk.,1981,1982;
Lee dan Koloner, 1983 ). Yaitu :

Indeks Rumus

Berat Badan Relatif Berat Badan Aktual


x 100
Berat Badan Referensi

Rasio Berat Badan/ Tinggi Badan Berat Badan


Tinggi Badan

Indeks Quetelet’s Berat Badan


Tinggi Badan2

Indeks Ponderal/Rohrer’s/Khosla- Berat Badan


Lowe Tinggi Badan3

Indeks Benn’s Berat Badan


Tinggi Badan p

Indeks yang baik harus berhubungan maksimal dengan masa tubuh dan
berhubungan minimal dengan tinggi badan. Artinya indeks tersebut
seharusnya bagus saat menunjukkan massa tubuh pada berbagai tinggi
badan orang, baik tinggi maupun pendek. Dari semua indeks yang ada pada
tabel diatas peneliti maupun ahli gizi menyepakati bahwa indeks quetelet’s
yang paling sesuai untuk menilai berat badan anak, remaja maupun dewasa
( Barlow dan Dietz,1998; Flegal,1999; National Task Force on The
Prevention and Treatmeant of Obesity,2000; Revicki dan Israel,1986; Willet
dkk.,1999 ).

Indeks Massa Tubuh ( IMT ) / Body Mass Index ( BMI ), indeks ini
merupakan indeks quetelet’s atau indeks adiposa tetapi lebih familiar
dikenal dengan IMT. Indeks quetelet’s ini didapatkan dengan membagi
berat badan dalam kilogram dengan tinggi badan dalam meter kuadrat.
Indeks massa tubuh ini memiliki hubungan yang relative kuat dengan
perkiraan lemak tubuh dan hubungan yang relative lemah dengan tinggi
badan ( Willet dkk.,1999 ), juga berhubungan dengan perkiraan komposisi
tubuh dari tiga sisi yaitu kepadatan tubuh, total cairan tubuh dan total
potassium tubuh. Dan juga merupakan indikator obesitas yang cocok dan
realibel. Pada anak-anak dan remaja indeks massa tubuh dihitung seperti
pada dewasa dan selanjutnya dibandingkan dengan Z-score atau persentil
dan disesuaikan dengan usia dan jenis kelamin ( indeks IMT/U).
Berdasarkan cut-off points dari WHO ( 2006 ), anak usia 0 – 5 tahun akan
disebut gemuk dan obesitas jika indeks IMT/U berada pada 97 th -dan 99th
persentil. Sementara bagi anak usia 5 – 19 tahun akan disebut gemuk jika
indeks IMT/U berada pada > +1SD dan akan disebu5 obese jika indeks
IMT/U berada pada > + 2 SD. Menurut Keys dkk,.1972 serta Norgan dan
Ferro-Luzzi 1982 Indeks quetelet’s merupakan indeks yang paling memiliki
hubungan dekat dengan penilaian lemak tubuh dengan pengukuran
skinfold caliper dan densitometry. Menurut Frisancho dan Fleger 1982,
indeks quetelet’s berhubungan dengan estimasi lemak tubuh berdasarkan
pengukuran tebal lemak. Klasifikasi indeks massa tubuh dikembangkan
oleh WHO berdasarkan tinjauan ukuran tubuh di beberapa Negara. Selain
WHO kementerian kesehatan di berbagai Negara juga telah
mengkategorikan IMT berdasarkan studi masing-masing. Klasifikasi IMT
setiap wilayah juga berbeda tergantung pada berbagai faktor. Ada
beberapa kelebihan dan kekurangan dari IMT, kelebihanya yaitu cepat,
hemat, membutuhkan peralatan yang sedikit dan sederhana serta mudah
digunakan. Kelemahannya salah satunya tidak sesuai digunakan untuk
anak dan remaja tanpa disesuaikan dengan usia dan jenis kelamin, tidak
sesuai untuk lansia lebih dari 65 tahun karena terlalu restrictive, hanya
sebagai alat skrining bukan alat diagnostik.

Penggunaan IMT pada anak-anak dan remaja ( 5 – 19 tahun ), berbeda


dengan dewasa. IMT pada anak-anak dibedakan berdasarkan umur dan
jenis kelamin, karena jaringan adiposa pada anak dan remaja berbeda serta
pada laki-laki dan perempuan pun demikian ( CDC, 2014 ). Grafik IMT yang
telah dikembangkan saat ini lebih dikenal dengan IMT/U dan kelebihannya
pada anak-anak dapat menyediakan referensi IMT dewasa yang
sebelumnya tidak ada, konsisten indeks pada orang dewasa dapat
digunakan untuk melacak ukuran tubuh,dapat mengetahui hubungan risiko
kesehatan dan memiliki perbandingan yang baik antara hasil BB/TB
dengan massa lemak tubuh. ( CDC, 2014 ). Berikut tabel interpretasi
ambang batas indeks IMT/U usia 5 – 19 tahun.

Interpretasi Ambang Batas

Obesitas >+2 SD ( ekuivalen dengan IMT 30 kg/m 2


usia 19 tahun )

Gemuk ( overweight ) >+1 SD hingga + 2 SD ( >+1SD ekuivalen


dengan IMT 25 kg/m 2usia 19 tahun )

Normal -2SD sampai 1 SD

Kurus ( underweight ) <-2 SD


Sangat kurus ( severe thinness ) <-3 SD

Penggunaan IMT pada ibu hamil, penambahan berat badan selama


kehamilaan merupakan predictor bagus pada ibu hamil. Penambahan berat
badan yang tidak adekuat akan menyebabkan BBLR dan kelahiran
prematur pada bayi. Tingkat pertambahan berat ibu hamil bergantung pada
berat ibu sebelum hamil. Sebuah penelitian Kohort menyebutkan bahswa
perempuan dengan IMT < 19,8 memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi
BBLR daripada perempuan dengan IMT 19,8 – 20,6 ( Frederick dkk.,2008 ).
Terdapat tabel rekomendasi total dan laju penambahan BB wanita selama
kehamilan yang sesuai diaplikasikan di Negara berkembang seperti
Indonesia. Perhitungan diasumsikan peningkatan 0,5 – 2 kg pada trimester
1.

IMT Pra-Kehamilan Total Penambahan Laju Penambahan


BB ( kg ) BB Trimester 2 dan
3 ( kg/minggu )

Kurus ( underweight ) 12,5 – 18 0,51 ( 0,44 – 0,58 )


( <18,5 kg/m2)

Normal ( 18,5 – 24,9 11,5 – 16 0,42 ( 0,35 – 0,50 )


kg/m 2 )

Gemuk ( overweight ) 7 – 11,5 0,28 ( 0,23 – 0,33 )


( 25,0 – 29,9 kg/m2 )

Obesitas ( ≥30 kg/m 2) 5-9 0,22 (0,17 – 0,27 )

Anda mungkin juga menyukai