Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN

PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI


PENILAIAN OBESITAS SENTRAL PADA ORANG DEWASA

Oleh
Nama : Putri Puspita Ulya
NIM/ SHIFT: J310190037/ B

Pengampu :
Firmansyah M. Gz

Asisten:
Ayu Ratih Cahyaningrum

PROGRAM STUDI ILMU GIZI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021
A. JUDUL PRAKTIKUM
Penilaian Obesitas sentral pada Orang Dewasa

B. TUJUAN
Mahasiswa dapat melakukan
1. Pengukuran indicator obesitas sentral pada responden dewasa.
2. Penentuan obesitas sentral pada responden dewasa

C. TEORI
WHO (2014) menyatakan pada tahun 2008 angka obesitas didunia sebesar 11,9% dan lebih dari
1,4 milyar remaja yang berusia 20 tahun atau lebih menderita overweight, dan penderita
obesitassebanyak 200 juta adalah remaja laki-laki dan 300 juta adalah remaja perempuan. Overweight
dan obesitas adalah risiko terbesar penyebab kematian global. Sekitar 3.4 juta remaja meninggal setaip
tahunnya karena kedua hal tesebut. Hal lain yang harus diperhatikan adalah 44% penderita diabetes, 23%
penderita jantung dan antara 7-41% penderita kanker berhubungan dengan overweight dan obesitas.
Obesitas sentral merupakan penumpukan lemak dalam tubuh bagian perut (Tchernof, A dan Despres, J.
2013). Berdasar dataBalitbangkes (2013), secara nasional, prevalensi obesitas sentral adalah 26,6%,
lebih tinggi dari prevalensi pada tahun 2007 (18,8%).
Status gizi merupakan salah satu faktor penting dalam mencapai derajat kesehatan yang
optimal. Namun pada masyarat kita masih ditemui berbagai penderita penyakit yang berhubungan
dengan kekurangan gizi. Jadi status gizi adalah gambaran individu sebagai akibat dari asupan gizi
sehari-hari. Status gizi dapat diketahui melalui pengukuran beberapa parameter, kemudian hasil
pengukuran tersebut dibandingkan dengan standar atau rujukan. Peran penilaian status gizi bertujuan
untuk mengetahui ada tidaknya status gizi yang salah. Penilaian status gizi menjadi penting
karena dapat menyebabkan terjadinya kesakitan dan kematian terkait dengan status gizi. Oleh
karena itu dengan diketahuinya status gizi, dapat dilakukan upayauntuk memperbaiki tingkat
kesehatan pada masyarakat(Par’i HM dkk, 2017).
Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari data yang diperoleh dengan
menggunakan berbagai macam cara untuk menemukan suatu populasi atau individu yang memiliki
risiko status gizi kurang maupun gizi lebih.Sedangkan status gizi adalah keadaan keseimbangan dalam
bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture (keadaan gizi) dalam bentuk variabel tertentu.
Pada dasarnya status gizi dibagi menjadi dua yaitu secara langsung dan tidak langsung.Penilaian
status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu: antropometri, klinis,
biokimia dan biofisik.Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu: survei
konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi(Supariasadkk, 2016).Overweight dan obesitas
adalah risiko terbesar penyebab kematian global. Sekitar 3.4 juta remaja meninggal setaip tahunnya
karena kedua hal tesebut. Hal lain yang harus diperhatikan adalah 44% penderita diabetes, 23%
penderita jantung dan antara 7-41% penderita kanker berhubungan dengan overweight dan obesitas.
Obesitas sentral merupakan penumpukan lemak dalam tubuh bagian perut (Tchernof, A dan Despres, J.
2013).
Obesitas sentral yaitu obesitas yang menyerupai apel, yaitu lemak disimpan pada bagian
pinggang dan ronga perut. Penumpukan lemak ini diakibatkan oleh jumlah lemak berlebih pada
jaringan lemak subkutan dan lemak viseral perut. penumpukan lemak pada jaringan lemak viseral
merupakan bentuk dari tidak berfungsinya jaringan lemak subkutan dalam menghadapi kelebihan
energiakibat konsumsi lemak berlebih(PuspitasariN, 2018).
Obesitas sentral dapat menyebabkan gangguang kesehatan, seperti diebetes mellitus tipe 2,
dislipidemia, penyakit kardiovaskular, hipertensi, kanker dan sindrom metabolic.Umur merupakan
faktor prediksi dari terjadinya obesitas sentral. Perubahan umur berkaitan dengan peningkatan
distribusi jaringan lemak yang ditandai dengan meningkatnya ukuran lingkar pinggang seseorang
(Tchernof & Despres, 2013).
Seiring dengan bertambahnya usia, prevalensi obesitas sentral mengalami peningkatan.
Peningkatan usia akan mengingkatkan kandungan lemak tubuh total, terutama distribusi lemak
pusat.Prevalensi obesitas sentral meningkat sampai dengan usia 44 tahun dan menurun kembali pada
usia 45-54 tahun. Prevalensi obesitas sentral ditemukan lebih tinggi pada sampel dengan usia lebih tua.
Pada usia lebih tua terjadi penurunan massa otot dan perubahan beberapa jenis hormon yang
memicu penumpukan lemak perut(PuspitasariN, 2018).
Aktivitas fisik yang rutin dapat mendoring penurunan yang cukup besar pada jaringanlemak,
bahkan tanpa adanya penurunan berat badan (Tchernof & Despres, 2013).Obesitas sentral merupakan
kondisi kelebihan lemak yang terpusat pada daerah perut. Indeks antropometri dapat digunakan untuk
mendeteksi obesitas sentral salah satunya adalah pengukuran Rasio Lingkar Pinggang-Panggul
(RLPP) yang menjadi prediktor kuat dalam peningkatan lemak viseral tubuh(Harahap, M dan Yusrizal
M, 2016).Batasan untuk menyatakan status obesitas sentral untuk lakilaki dengan LP > 90 cm dan
perempuan LP > 80 cm. Obesitas sentral salah satu penyebab terjadinya penyakit-penyakit
degeneratif, antara lain diabetes millitus tipe 2, dislipidemia, penyakit jantung koroner, hipertensi,
kanker dan sindrom metabolik (Tchernof & Despres, 2013).
Pengukuran rasio lingkar pinggang dan panggul (RLPP) diperoleh dengan menggunakan metlin
untuk mengukur lingkar pinggang dan panggul, kemudian lingkar pinggang dibandingkan dengan
lingkar panggul(Agustiningrum, Y dan Nur Lathifah, 2017).Pengukuran RLPP diperoleh dengan
membagi hasil pengukuran lingkar pinggang dengan lingkar pinggul. Pengukuran lingkar pinggang
dilakukan dengan menentukan terlebih dahulu bagian terbawah arcus costaedan crista iliaca. Lingkar
pinggang diukur dengan melingkarkan pita ukur, sejajar lantai, di sekeliling perut melalui titik (pada
linea axilla) pertengahan antara kedua bagian tersebut. Secara sederhana, lingkar pinggang adalah
segmen berdiameter terkecil yang diukur melingkari titik yang terletak beberapa sentimeter diatas
umbilicus. Pengukuran lingkar pinggul dilakukan dengan cara mencari puncak bokong dan
melingkarkan pita ukur(Hidayatullah A, kk, 2011).
D. ALAT
1. Pita ukur
2. Alat tulis

E. CARA KERJA
1. Pengukuran lingakar pinggang

Responden menggunakan pakaian yang longgar (tidak menekan)sehingga alat ukur dapat diletakkan
dengan sempurna. Sebaiknya pita pengukur tidak berada di atas pakaian yang digunakan

Respondenberdiri tegak dengan perut dalam keadaan rileks.

Pengukur menghadap ke subjek dan meletakkan alat ukur melingkar pinggang secara horizontal
dimana merupakan bagian paling kecil dari tubuh atau pada bagian tulang rusuk paling terakhir.

Pengukuran dilakukandi akhir dari ekspresi yang normal dan alat ukur tidak menekan kulit.

Dibaca dengan teliti hasil pengukuran pada pita hingga 0,1 cm terdekat.

2. Pengukuran Lingkar Pinggul

Responden mengenakan pakaian yang tidak terlaku menekan.

Responden berdiri tegak dengan kedua lengan berada pada kedua sisitubuh dan kaki rapat

Pengukur jongkok di samping responden sehingga tingkat maksimal dari penggul terlihat.

Alat pengukur dilingkarkan secara horizontal tanpa menekan kulit.Seorang pembantu diperlukan untuk
meletakkan alat ukur dengan tepat

Dibaca dengan teliti hasil pengukuran pada pita hingga 0,1 cm terdekat.

F. HASIL DAN PEMBAHASAN


a. Hasil

No Responden Lingkar Kategori Lingkar RLPP Kategori TB RLPTB Kategori


pinggang WC Panggul RLPP (cm) RLPTB
(cm)
1. AB, P, 19 79 98,5 0,8 Normal 164 79/164 0.5, hijau ke
= 0,48 kuning,
kondisi baik
2. OL, L, 30 95 Obesitas 90 1,05 Obesitas 160 95/160 0.6, kuning
sentral sentral = 0,59 ke merah,
perlu
mempertimba
ngkan
keadaan
3. PR, P, 27 89 Obesitas 97 0,91 Obesitas 157 0,56 0.5, kuning.
sentral sentral Perlu diambil
tindakan
keadaan.
4. SM, L, 45 78 Normal 87 0,89 Normal 159 0,49 0,49, hijau,
baik
5. CN, P, 20 63 Normal 72,5 0,86 Normal 160 0,39 0,39, coklat
ke hijau,tidak
perlu
mengecilkan
lingkar
pinggangdan
mungkin
kekurangan
berat badan
Nilai batas pada rasio pinggang-tinggi badan ditetapkan pada nilai WHtR, yaitu:

1. Coklat ke hijau : 0,4 Area hijau menunjukkan kondisi baik; dan ambil
2. Hijau ke kuning : 0,5 tindakan untuk anak anak; area merah
3. Kuning ke merah : 0,6 menunjukkan ambil tindakan. Area coklat
menunjukkan hati hati, tidak perlu mengecilkan
lingkar pinggang anda dan mungkin kekurangan
berat badan.

b. Pembahasan
Obesitas sentral merupakan masalah yang banyak terjadi di Indonesia. Pada
praktikum ini dilakukan pengukuran lingkar pinggang dan lingkar panggul sebagai salah satu
indikator kesehatan yang dapat dinilai. Alat ukuryang digunakan dalam pengukuran ini adalah
metlin atau pita ukur. yang mempunyai ketelitian sebesar 0,10 cm.Pengukuran pertama yang
dilakukan adalah pengukuran lingkar pinggang. Lingkar pinggang termasuk salah satu
metode yang mudah untuk mengukur obesitas sentral, dimana terdapat hubungan antara
lingkar pinggang dengan risiko hipertensi sistemik, level tekanan darah, risiko kardiovaskular
dan kematian.
Obesitas sentral disebabkan oleh berbagai faktor, seperti faktor lingkungan, faktor
perilaku, dan faktor genetik. Faktor lingkungan sebagai komponen yang mempunyai
pengaruh terhadap obesitas, dimaknai sebagai suatu hal yang dapat mendorong seseorang
dalam mengonsumsi makanan sehari-hari yang kemudian akan berdampak pada terjadinya
obesitas. Faktor lingkungan tersebut dapat ditinjau dari faktor lingkungan sosial dan budaya
seseorang. Faktor lingkungan pula meliputi status sosial ekonomi, pekerjaan, usia, tingkat
pendidikan, dan jenis kelamin. Faktor yang berikutnya yang mempengaruhi derajat
kesehatan seseorang adalah faktor perilaku. Perilaku yang meningkatkan kesehatan antara
lain aktivitas fisik, gizi seimbang, tidur yang cukup, perilaku tidak merokok, dan tidak
mengonsumsi alkohol. Faktor selanjutnya adalah faktor keturunan atau genetik. Keturunan
(genetik) merupakan faktor yang telah ada dalam diri manusia yang dibawa sejak lahir,
misalnya terdapat penyakit yang berasal dari golongan penyakit keturunan, contohnya
diabetes melitus (Nurjanah dan Wahyono, 2019).
Cara sederhana untuk menentukan terjadinya obesitas sentral adalah dengan
mengukur lingkar perut. Pengukuran dilakukan pada bagian pinggang, di antara tulang
panggul bagian atas dan tulang rusuk bagian bawah. Seseorang dikatakann obesitas sentral
bila lingkar perutnya >90 cm (untuk pria) atau >80 cm (untuk perempuan) (Par’i, Wiyono, &
Harjatmo, 2017).
Pada praktikum penilaian status gizi kali ini yaitu melakukan penilaian obesitas sentral
pada orang dewasa dengan dilakukannya pengukuran lingkar pinggang dan lingkat panggul
serta rasio lingkar pinggang dan tinggi badan sehingga diperlukan tinggi badan responden.
Tujuan dilakukan pengukuran tersebut untuk mengetahui status gizi responden. Responden
yang dipilih merupakan orang dewasa dengan 3 jenis kelamin perempuan dan 2 jenis
kelamin laki-laki.
Pada responden pertama atau dengan inisial AB yang berumur 19 tahun didapatkan
hasil pengukuran lingkar pinggang 79 cm dan lingkar panggul 98,5 cm.Lingkar pinggangnya
dikategorikan normal karena tidak lebih dari 80,0 cm dan nilai RLPP 0,8 berdasarkan nilai
RLPP maka dikategorikan responden AB dalam kategori normal. Perlu menanyakan atau
melakukan kembali pengukuran dengan indikator tinggi badan agar mendapatkan nilai
RLPTB dan kategori RLPTB responden, responden OL memiliki TB 164 cm. Maka
mendapatkan hasil RLPTB 0,48 yang menunjukkan warna hijau dan berarti bahwa dalam
kondisi baik.Responden Kedua inisial OL yang berumur 30 tahun didapatkan hasil
pengukuran lingkar pinggang 95 cm dan lingkar panggul 90,0 cm.Lingkar pinggangnya
dikategorikan obesitas sentral karena lebih dari 80,0 cm dan nilai RLPP 1,05, berdasarkan
nilai RLPP maka dikategorikan responden OL dalam kategori obesitas sentral. Perlu
menanyakan atau melakukan kembali pengukuran dengan indikator tinggi badan agar
mendapatkan nilai RLPTB dan kategori RLPTB responden, responden OL memiliki TB 160
cm. Maka mendapatkan hasil RLPTB 0,59 yang menunjukkan warna kuning ke merah dan
berarti perlu mempertimbangkan keadaan.
Kemudian, responden Ketiga inisial PR yang berumur 27 tahun didapatkan hasil
pengukuran lingkar pinggang 89 cm dan lingkar panggul 97 cm.Lingkar pinggangnya
dikategorikan obesitas sentral karena lebih dari 80,0 cm dan nilai RLPP 0,91, berdasarkan
nilai RLPP maka dikategorikan responden PR dalam kategori obesitas sentral. Perlu
menanyakan atau melakukan kembali pengukuran dengan indikator tinggi badan agar
mendapatkan nilai RLPTB dan kategori RLPTB responden, responden PR memiliki TB 157
cm. Maka mendapatkan hasil RLPTB 0,56 yang menunjukkan warna kuning ke merah dan
berarti perlu mempertimbangkan keadaan.
Responden Keempat dengan inisial SM yang berumur 45 tahun didapatkan hasil
pengukuran lingkar pinggang 78 cm dan lingkar panggul 87 cm.Lingkar pinggangnya
dikategorikan normal karena lebih dari 80,0 cm dan nilai RLPP 0,89, berdasarkan nilai RLPP
maka dikategorikan responden SM dalam kategori normal. Perlu menanyakan atau
melakukan kembali pengukuran dengan indikator tinggi badan agar mendapatkan nilai
RLPTB dan kategori RLPTB responden, responden OL memiliki TB 159 cm. Maka
mendapatkan hasil RLPTB 0,49 yang menunjukkan warna hijau berarti dalam kondisi baik.
Responden Kedua inisial CN yang berumur 20 tahun didapatkan hasil pengukuran
lingkar pinggang 63 cm dan lingkar panggul 72,5 cm.Lingkar pinggangnya dikategorikan
normal karena tdk lebih dari 80,0 cm dan nilai RLPP 0,8, berdasarkan nilai RLPP maka
dikategorikan responden CN dalam kategori normal. Perlu menanyakan atau melakukan
kembali pengukuran dengan indikator tinggi badan agar mendapatkan nilai RLPTB dan
kategori RLPTB responden, responden CN memiliki TB 160 cm. Maka mendapatkan hasil
RLPTB 0,39 yang menunjukkan warna coklat ke hijau,tidak perlu mengecilkan lingkar
pinggangdan mungkin kekurangan berat badan

G. KESIMPULAN
Dari praktikum yang dilakukan hasil data yang didapatkan responden AB berdasarkan lingkar
pinggang masuk dalam kategori normal, dan berdasarkan RLPP masuk dalam kategori normal.
Responden OL berdasarkan lingkar pinggang masuk dalam kategori obesitas sentral, dan berdasarkan
RLPP masuk dalam kategori obesitas sentral. Responden PR berdasarkan lingkar pinggang masuk dalam
kategori obesitas sentral, dan berdasarkan RLPP masuk dalam kategori obesitas sentral. Responden SM
berdasarkan lingkar pinggang masuk dalam kategori normal, dan berdasarkan RLPP masuk dalam
kategori normal. Responden CN berdasarkan lingkar pinggang masuk dalam kategori normal, dan
berdasarkan RLPP masuk dalam kategori normal. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa responden
pada praktikum kali ini mendapatkan 3 responden dalam kategori normal dan 2 responden dalam kategori
Obesitas sentral.

H. DAFTAR PUSTAKA
Agustiningrum,Y danNur Lathifah M. 2017. Indeks Massa Tubuh (IMT) Dan Rasio Lingkar Pinggang Dan
Panggul (RLPP) Sebagai Prediktor Hipertensi Pada Lanjut Usia. Jurnal TerpaduIlmu
Kesehatan, Volume 6, No 2, hlm 118-240
Nurjanah,N. A. L., dan Wahyono,T. Y. M. 2019. “Tantangan Pelaksanaan Program Prevention Of Mother
To Child Transmission (PMTCT): Systematic Review”.Jurnal KesehatanVokasional, 4(1):55.
Harahap, Mdan Yusrizal M. 2016. Gambaran Rasio Lingkar Pinggang Pinggul, Riwayat Penyakit Dan Usia
Pada Pegawai Polres Pekanbaru. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas
Hidayatullah A, Nurhasanah A, Irwan E, Firdaus F, Isnaini F, Anggraeni N, dkk. 2011. Hubungan
Faktor Resiko Obesitas Dengan Rasio Lingkar Pinggang Pinggul Mahasiswa FKM UI. Jurnal
AKG UI
Par’i, HM., Wiyono, S., dan Harjatmo, TP. 2017. Penilaian Status Gizi. Pusat Pendidikan Sumber Daya
Manusia Kesehatan. Kemenkes RI.
Supariasa, I., Bakri B., Fajar I. 2016. Penilaian Status Gizi Ed 2. Jakarta : EGCPuspitasari, N.2018. Faktor
Kejadian Obesitas Sentral Pada Usia Dewasa. Higeia Journal Of Public Health Research And
Development2 (2)

Anda mungkin juga menyukai