Anda di halaman 1dari 6

LAPRAK PENGUKURAN TINGGI BADAN

DAN KONDISI KHUSUS PADA OBESITAS SENTRAL

TEORI
Obesitas sentral sering disebut juga tipeandroid atau viseral adalah suatu keadaandimana penimbunan lemak terjadi secaraberlebihan
dan jauh melebihi normal didaerah abdomen. Jaringan lemak intraabdominal terdiri lemak viseral atauintraperitoneal yang terutama terdiri
darilemak omental dan messenterial sertamassa lemak retroperitoneal yang terletaksepanjang perbatasan dorsal usus danbagian permukaan
ventral ginjal.
Obesitas sentral terjadi karena adanyaperubahan gaya hidup, seperti tingginyakonsumsi minuman beralkohol, kebiasaanmerokok,
tingginya konsumsi makananberlemak, tingginya konsumsi fastfood(makanan siap saji), dan rendahnyaaktifitas fisik. World Health Organization
(WHO) menyatakan bahwa peningkatan prevalensiobesitas sentral berdampak pada munculnya berbagai penyakit kardiometabolik
sepertiaterosklerosis, penyakit kardiovaskuler, diabetes tipe-2, batu empedu, gangguan fungsipulmonal, hipertensi dan dislipidemia.
Indicator yang digunakan untuk mengukur obesitas diantaranya yaitu pengukuran lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang-panggul
(RLPP), dan Indeks MassaTubuh (IMT). Pengukuran linngkar pinggang lebih sensitive dalam me nilai distribusi lemak dalam tubuh, terutama
yang berada di dinding abdomen dan dapat digunakan untuk mengidentifikasi tipe distribusi lemak yaitu tipe android (bagian atas) dan
gynecoid (bagian bawah). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengukuran lingkar pinggang memiliki korelasi yang lebih baik dengan
distribusi lemak pada abdomen dibandingkan IMT.
Rasio lingkar pinggang dan tinggi badan atau Waist to Hight Rasio (WHtR) (> 0,5) dapat mengidentifikasi risiko Kesehatan lebih dini pada
seseorang dibandingkan dengan IMT dan lingkar pinggang. WHtR merupakan indicator yang lebih sederhana dan prediktif untuk menentukan
risiko Kesehatan lebih dini yang berkaitan dengan obesitas sentral.
Lanjutannya pake modul (panjang ulna, rentang lengan, panjang lutut)
PEMBAHASAN
pada prakikum penilaian status gisi kali ini dengan tema pwngukurann tinggi badan pada kondisi khusus dan obesitas sentral alat yang
digunakan yaitu metline, knee hight kaliper dan alat tulis. Metline digunakan untuk mengukur lingkar pinggang, lingkar panggul, rentang
lengan, dan panjang ulna. Sedangkan knee hight kaliper digunakan unguk mengukur panjang lutut dan alat tulis digunakan untuk mencatat
hasil pengukuran.
Pada pengukuran panjang lutut, rentang lengan, panjang ulna, lingkar pinggang, dan lingkar panggung dilakukan pada 6 responden,
pengukuran yang seharusnya dilakukan dua kali, namun hanya dilakukan satu kali pengukuran karena waktu yang terbatas dan banyaknya
proses pengukuran yang ada. Pengukuran yang pertama kali dilakukan yaitu pengukuran tinggi lutut. Pengukuran tinggi lutut menggunakan
knee high calliper bertujuan untuk memperkirakan tinggi badan sesuai dengan tinggi lutut. Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan
oleh Kusuma (2018), yang menyatakan bahwa Pengukuran tinggi lutut denganknee height calliper dapat digunakansebagai alternatif untuk
menentukantinggi badan pada populasi yang tidakmemenuhi syarat untuk diukur tinggibadannya dengan cara berdiri tegak. Penentuan tinggi
badan menggunakan tinggi lutut karena panjang tulang pada tungkai bagian bawah tidak berubah seiring bertambahnya usia, tidak seperti
tinggi tulang belakang (Melo, 2014). Kelebihan dari knee hight kaliper adalah pengukurannya yang mudah dan cepat, namun pada beberapa
kasus pengukuran tinggi lutut menggunakan knee hight calliper ini memerlukan perhatian khusus dalam membentuk sudut 90 derajat.
Penelitian yang dilakukan di jogja menyatakan bahwa rentang lengan memiliki hubungan dengan tinggi badan. Astriana (2018) juga
mengatakan bahwa rentang lengan memiliki hubungan yang paling erat dengan tinggi badan. Pengukuran rentang lengan yang dilakukan pada
praktikum ini mengalami beberapa kekurangan, yaitu metline atau pita ukur yang digunakan terlalu pendek pada beberapa responden
terutama pada respondent yang tangannya cukup panjang. Hal ini mengakibatkan proses pengukuran yang sempat berulang sehingga
menmpengaruhi hasil pengukuran rentang lengannya dan berdampak pada keakuratan hasil akhir pengukuran (tinggi badan).
Pengukuran panjang ulna dapat digunakan sebagai alternatif pengukuran tinggi badan di beberapa negara terutama pada responden
yang tidak dapat berdiri. Perkiraan tinggi badan menggunakan panjang ulna memiliki sensitivitas lebih tinggi dibandingkan menggunakan tinggi
lutut (Rahmawati, 2023). Pengukuran panjang ulna merupakan pengukuran jarak antara titik utama bagian olecranonI dan titik utama proses
styloid. Pada penelitian di Thailan, Eropa, dan India, Panjang ulna terbukti memiliki korelasi yang tinggi untuk memperkirakan tinggi badan
sesorang. Pada praktiknya, pengukuran panjang ulna menggunakan metine memang sangat mudah dan tidak memerlukan waktu yang lama.
Pengukuran lingkar pinggang dan lingjkar panggul erat kaitannya dengan kejadian obesitas sentral. sedangkan menurut WHO, obesitas
sentral dapat meningkatkan pravelensi penyakit tidak menular seperti diabetes tipe-2 dan penyakit kardiovaskuler. Lingkar pinggang dapat
diukur tepat diatas pusar atau dapat juga diukur pada bagian perut paling kecil. Pengukuran lingkar pinggang harus dilakukan langsung diatas
kulit atau dapat juga menggunakan pakaian yang sangat tipis. Pun juga perlu diperhatikan Ketika melakukan pengukuran untuk tidak terlalu
menekan metline (sampai membuat lekukan pada kulit). Hal ini dilakukan agar hasil pengukuran yang akurat dan meminimalisir kesalahan
dalam penentuan hasil akhir. Sama dengan lingkar pinggang, pengukuran lingkar panggul mempunyai kolerasi dengan kejadian obesitas sentral.
Pengukuran lingkar panggul dilakukan pada bagian pantat paling menonjol tanpa menekan kulit.
Dari hasil yang didapat, estimasi tinggi badan yang memiliki selisih paling sedikit dengan tinggi badan actual yaitu penentuan tinggi
badan menggunakan rentang lengan, hanya selisih 0,59 cm. dan dari 6 responden yang diukur lingkar pinggang dan lingkar anggul, semuanya
termsuk kategori normal dalam kategori WC maupun kategori RLPP. Sehingga 6 responden tersebut masuk dalam warna coklat ke hijau dalam
grafik standar RLPTB.

KESIMPULAN
Setelah melakukan praktikum penentuan tinggi badan pada kondisi khusus dan obesitas entral, dapat disimpilkan bahwa untuk
menentukan tinggi badan dapat dilakukan pengukuran rentang lengan, panjang ulna, dan tinggi lutut. Sedangkan untuk mengetahui risiko
obesitas sentral dapat dilakukan pengukuran lingkar pinggang dan lingkar panggul. Pengukuran pada 6 responden dewasa didapatan hasil
penentuan tinggi badan yang paling akurat yaitu menggunakan rentang lengan. Dibuktikan dengan selisih antara TBRL dengan TBA (0,59 cm)
dan dari 6 responden tersebut tidak terdapat responden yang berisiko mengalami obesitas sentral, dengan kata lain semua responden masuk
dalam kategori normal.

DAPUS
1. Ticoalu, M. A. C., Wongkar, D., & Pasiak, T. F. (2015). Angka kejadian obesitas sentral pada wanita di desa Tumaluntung. eBiomedik, 3(1).
2. Sugondo S. Obesitas. In: Sudoyo AW,Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M,Setiati S, editors. Buku Ajar
IlmuPenyakitDalam.Jakarta:InternaPublishing, 2009; p. 1973-83.
2. Elza Sugianti, Faktor resiko obesitas sentralpada orang dewasa di Sulawesi UtaraGorontalo & DKI Jakarta, Fakultasekologi manusia
Bogor, 2009.
3. Kusuma, T. U., & Rosidi, A. (2018). Reliabilitas Kaliper Tinggi Lutut dalam Penentuan Tinggi Badan. Journal of Health Studies, 2(1), 96-102.
4. Astriana, K., Wiboworini, B., & Kusnandar, K. (2018). Hubungan rentang lengan, tinggi lutut, panjang ulna dengan tinggi badan lansia perempuan di
Kecamatan Sewon. Ilmu Gizi Indonesia, 1(2), 87-92.
5. Mulyasari, I., & Purbowati, P. (2018). Lingkar lengan atas dan panjang ulna sebagai parameter antropometri untuk memperkirakan berat badan dan
tinggi badan orang dewasa. Jurnal Gizi Indonesia (The Indonesian Journal of Nutrition), 7(1), 30-36.
6. Rahmawati, Y. D. (2023). Perbedaan Tinggi Badan Aktual dengan Tinggi Badan Berdasarkan Tinggi Lutut dan Panjang Ulna pada Lansia di Posbindu
Desa Cikuya. Jurnal Ilmiah Gizi Kesehatan (JIGK), 4(02), 14-19.
HASIL
PENGUKURAN TINGGI BADAN DENGAN KONDISI KHUSUS

No Responden TB Tinggi Estimasi TB Rentang Estimasi TB Pnajang Estimasi TB TB – TB – TB – TB –


aktua lutut berdasarkan Lengan berdasarka Ulna / berdasarkan TBTL RL TBRL TBPU
l / TL TL (TBTL) / RL n RL (TBRL) PU PU (TBPU) (cm) (cm) (cm) (cm)
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)

1 Silvia 162,3 49,4 155,9 168 160,02 25,5 157,94 6,31 -5,7 2,27 4,36
2 Ridha 150,5 47 151,4 154,5 149,44 25,5 157,94 -0,9 -4 1,06 -7,44
3 Faniza 151 47 151,4 155 149,83 22,5 150,37 0,4 -4 1,2 0,7
4 Fathiya 141,6 44,5 146,7 145 141,99 22,5 150,37 -5,05 -3,4 -0,34 -8,72
5 Diana 147,1 45 147,6 152,5 147,87 24 154,15 -0,5 5,4 -0,7 -7
6 Hisyam 167,6 52 165,6 175 167,79 28 170 2,1 -7,3 0,09 -2,4

PENGUKURAN LINGKAR PINGGANG, LINGKAR PANGGUL, DAN TINGGI BADAN

No Responden Lingkar Kategori Lingkar RLPP Kategori TB RLPTB Kategori RLPTB (Nilai
(Inisial, JK, Pinggang WC Panggul RLPP (cm) WHtR, Warna, Kategori)
Usia) (cm) (cm)
1 Silvia 68 Normal 87 0,78 Normal 162,3 0,42 Coklat ke Hijau, Baik
2 Ridha 70 Normal 87 0,80 Normal 150,5 0,46 Coklat ke Hijau, Baik
3 Faniza 67 Normal 83 0,80 Normal 151 0,44 Coklat ke Hijau, Baik
4 Fathiya 67 Normal 80 0,83 Normal 141,65 0,47 Coklat ke Hijau, Baik
5 Diana 67 Normal 85 0,78 Normal 147,1 0,45 Coklat ke Hijau, Baik
6 Hisyam 63 Normal 85 0,74 Normal 167,6 0,4 Coklat ke Hijau, Baik

Anda mungkin juga menyukai