Anda di halaman 1dari 21

DIAGNOSA OBESITAS

Perhitungan BMI (Body Mass Index) secara praktis telah digunakan untuk
mendiagnoosa obesitas. Perhitungan BMI membereikan hasil yang akurat
dibandingkan dengan pengukuran berat badan saja. Namun, BMI memiliki
beberapa keterbatasan. Sebagai contoh, BMI melebih-lebihkan lemak
tubuh pada orang yang sangat berotot, dan dapat meremehkan lemak
tubuh pada orang yang telah kehilangan massa otot (misalnya, banyak
lansia). BMI adalah perhitungan langsung berdasarkan tinggi dan berat
badan, terlepas dari jenis kelamin (National Health Institute, 1998).

Lingkar pinggang adalah alat yang paling praktis secara klinis dapat
digunakan untuk mengevaluasi lemak perut pasien sebelum dan selama
pengobatan penurunan berat badan. Lemak yang terletak di daerah perut
dikaitkan dengan risiko kesehatan yang lebih besar daripada lemak perifer
(misalnya, lemak di daerah gluteal-femoral). Selain itu, lemak perut
tampaknya menjadi prediktor risiko independen ketika BMI tidak
meningkat secara nyata . oleh karena itu, pinggang atau lingkar perut dan
BMI harus diukur tidak hanya untuk penilaian awal obesitas tetapi juga
untuk memantau efektivitas pengobatan penurunan berat badan untuk
pasien dengan BMI <35 (National Health Institute, 1998).

(National Health Institute,


1998)
Klasifikasi utama dari kelebihan berat badan dan obesitas didasarkan
pada penilaian BMI. klasifikasi ini, ditunjukkan pada tabel, berkaitan BMI
dengan risiko penyakit. Perlu dicatat bahwa hubungan antara BMI dan
risiko penyakit bervariasi antara individu dan di antara populasi yang
berbeda. Beberapa individu dengan obesitas ringan mungkin memiliki
beberapa faktor risiko; orang lain dengan obesitas lebih parah mungkin
memiliki faktor risiko lebih sedikit (National Health Institute, 1998).

Meskipun lingkar pinggang dan BMI saling terkait, lingkar pinggang


memberikan prediksi independen risiko di atas nilai BMI. Pengukuran
lingkar pinggang sangat berguna pada pasien yang dikategorikan sebagai
normal atau kelebihan berat badan interms BMI. Bagi individu dengan BMI
35, lingkar pinggang menambah sedikit kekuatan prediksi dari
klasifikasi risiko penyakit BMI. Sebuah lingkar pinggang yang tinggi
dikaitkan dengan peningkatan risiko diabetes tipe 2, dislipidemia,
hipertensi, dan CVD pada pasien dengan BMI antara 25 dan 34,9 kg /m 2
(National Health Institute, 1998).

Selain mengukur BMI, memonitor perubahan lingkar pinggang dari waktu


ke waktu dapat membantu; dapat memberikan perkiraan kenaikan atau
penurunan lemak perut, bahkan tanpa adanya perubahan BMI.
Selanjutnya, pada pasien obesitas dengan komplikasi metabolik,
perubahan lingkar pinggang merupakan indikator yang perubahan
penyakit kardiovaskular (CVD) factors.27 risiko Pria berada pada
peningkatan risiko relatif jika mereka memiliki lingkar pinggang lebih
besar dari 40 inci (102 cm); wanita berada pada risiko relatif meningkat
jika mereka memiliki lingkar pinggang lebih besar dari 35 inci (88 cm)
(National Health Institute, 1998).

CONTOH KASUS DAN SOLUSI OBESITAS

A. CONTOH KASUS
Ny. Sally, seorang pedagang sembako yang setiap harinya bekerja
dari pukul 07.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB. Sekarang Ny. Sally
berusia 40 tahun dengan TB 155 cm dan BB 75 kg. Suaminya Tn. Baron
adalah seorang PNS dan mereka memiliki 2 orang anak. Ny. Sally akhir-
akhir ini mengeluh tengkuknya sering sakit dan pegal serta sendinya
sering nyeri/sakit, terutama di persendian bagian kaki dan bagian
jempol kaki. Ny Sally sudah 3 tahun terakhir ini di nyatakan oleh dokter
menderita tekanan darah tinggi, Kawatir dengan keadaan istrinya, Tn
Baron membawa istrinya tersebut kontrol ke dokter praktek, dan
dilakukan pemeriksaan lab sbb :
Kolesterol total 250 mg/dl
LDL 150 mg/dl
HDL 25 mg/dl
Asam urat 8 mg/dl
Glukosa puasa 100 mg/dl
Pemeriksaan fisik : TD = 175/95 mmHg
RR = 95 x/menit
Ny. Sally sangat menyukai makanan yang berlemak dan bersantan,
dan 1 hari sebelum pemeriksaan dilakukan NY. Sally sempat menghadiri
acara aqiqah keluarga jauhnya, dan mengkonsumsi makanan tinggi
lemak lumayan banyak. Dibawah ini adalah recall makanan Ny. Sally
dalam sehari :
Pagi : nasi 200 gr, ayam goreng 2 ptg, sayur lodeh 1
mangkok, teh manis 1 gelas
Snack : kolak pisang 1 mangkok
Siang : nasi 200 gr, sate kambing 10 tsk, sop kikil 1 mangkok,
lalapan (daun
kemangi 50 gr).
Snack : juice jeruk 1 gls + biskuit 100 gr
Malam : Mie ayam 1 mangkok.

B. ANALISA DATA DAN SOLUSI


1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Usia : 40 Tahun
Pekerjaan : Pedagang Sembako
Berat Badan : 75 kg
Tinggi Badan : 155 cm
Aktivitas : Sedang
Keluhan : Tengkuk sering sakit dan pegal, sendi sering
nyeri/sakit terutama di persendian bagian kaki
dan jempol
Diagnose : Hipertensi
Kondisi Pasien : Compos Metis

2. SKRINING GIZI

No SKRINING GIZI YA TIDAK


1 Perubahan BB
2 Nafsu makan kurang
3 Kesulitan mengunyah / menelan
4 Mual & muntah
5 Diare / konstipasi
6 Alergi / intoleransi zatgizi
7 Diet khusus
8 Enteral / parenteral
9 Serum albumin rendah
10 Status gizi normal

3. ASSESSMENT GIZI

NUTRITION ASSESMENT
- Berat Badan 75 kg
Antropometri - Tinggi Badan 155 cm
- BBI = (155-100) - 10% (155 100)
= 49,5 kg
- IMT = 75 kg/1.55 m2 = 31,21kg/m2 (Obesitas)
- Kolesterol total = 250 mg/dl (tinggi)
- LDL = 150 mg/dl (tinggi)
Biokimia - HDL = 25 mg/dl (rendah)
- Asam urat = 8 mg/dl (tinggi)
- Glukosa puasa = 100 mg/dl (normal)
Klinis/Fisik - TD = 175/95 mmHg (tinggi)
- RR = 95x/menit (cepat)
Dietary Ny.S sangat menyukai makanan yang berlemak
History /Riwayat dan bersantan, dan 1 hari sebelum pemeriksaan
Makan dilakukan Ny.S sempat menghadiri acara aqiqah
keluarga jauhnya, dan mengkonsumsi makanan
tinggi lemak lumayan banyak.

Audit Gizi

2996 kkal
- E= x 100 =340,42 ( Lebih )
935,018 kkal

104,745 gram
- P= x 100 =224,05 ( Lebih )
46,75 gram

104,175 gram
- L= x 100 =501,32 ( Lebih )
20,78 gram

438,75 gram
- KH = x 100 =312,83 ( Lebih)
140,25 gram

TEE
= 448 (7,9 x U) + [ PA x (11 x BB) + (619
x TB)
= 448 (7,9 x 40) + [ 1,27 x (11 x 75) + (619
x 1,55)
= 2398,25

Aktivitas Fisik -

4. DIAGNOSA GIZI
Domain Intake
NI.1.3 Kelebihan Asupan Energi
Kelebihan asupan energi dibuktikan dengan hasil audit gizi yaitu
2996 dengan persentase energi mencapai 340,42%.
NI.2.2 Kelebihan Asupan Oral
Kelebihan asupan oral berkaitan dengan konsumsi makanan
berlebihan di tandai dengan hasil audit gizi

Domain Klinis
NC.3.3 Kelebihan BB/ Obesitas
Kelebihan BB ditandai dengan IMT= 31,21kg/m2 (Obesitas)

Domain Perilaku
NB.1.1 Kurang Pengetahuan terkait makanan dan gizi
Ditandai dengan asupan gizi yang tidak seimbang dan pola makan
yang salah
NB.1.7 Pemilihan makanan yang salah
Ny.S sangat menyukai makanan yang berlemak dan bersantan, dan
1 hari sebelum pemeriksaan dilakukan Ny.S sempat menghadiri
acara aqiqah keluarga jauhnya, dan mengkonsumsi makanan tinggi
lemak lumayan banyak.

Kesimpulan
Dari hasil diagnosa gizi dapat disimpulkan bahwa Ny.S mengalami
kelebihan asupan energi, di buktikan dengan hasil perhitungan IMT
kg
= 31,21 /m2 yang menandakan bahwa Ny.S mengalami gemuk
tingkat berat/ obesitas. Oleh karena itu, Ny.S sangat disarankan
untuk memakanan beraneka ragam dan gizi seimbang, mengurangi
konsumsi makanan sumber kalori /energi yaitu karbohidrat, lemak,
protein, merubah pola makan menjadi sehat dan meneruskan
kebiasaan tersebut.

5. INTERVENSI GIZI
1) Rute : Pemberian makanan dan minuman
melalui oral
2) Bentuk Makanan : Makanan Biasa
3) Frekuensi : 3x menu utama dan 2x selingan
4) Tujuan Diet
1. Mencapai dan mempertahankan status gizi sesuai dengan
umur, gender dan kebutuhan fisik.
kg
2. Mencapai IMT normal yaitu 18,5-25 m2

3. Mengurangi asupan energi, sehingga tercapai penurunan


1 kg
berat badan sebanyak 2 -1 minggu .

5) Jenis Diet : Diet Rendah Energi dan Rendah


Purin.

6) Prinsip
Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang
Mengurangi konsumsi makanan sumber kalori /energi
yaitu karbohidrat, lemak, protein
Merubah pola makan menjadi sehat dan meneruskan
kebiasaan tersebut
Diet dilakukan secara bertahap, dengan menurun kan
berat badan sekitar 0,5 kg/minggu

7) Syarat

Energi rendah ,ditujukan untuk menurunkan berat badan.


Pengurangan dilakukan secara bertahap dengan
mempertimbangkan kebiasaan makan dari segi kualitas
maupun kuantitas. Untuk menurunkan berat badan
sebanyak 1 kg/minggu , asupan energi dikurangi sebanyak
500-1000 kkal/hri dari kebutuhan normal.
Protein sedikit lebih tinggi , yaitu 1-1,5 g/kg/BB/hari atau
15-20% dari kebutuhan energi total.
Lemak sedang yaitu 20-25% dari kebutuhan energi
total.Usahakan lemak berasal dari makanan yang
mengandung lemak tidak jenuh ganda yang kadarnya
tinggi
Karbohidrat sedikit lebih rendah , yaitu 55-65% dari
kebutuhan energi total. Gunakan lebih banyak sumber
karbohidrat kompleks untuk memberi rasa kenyang dan
mencegah konstipasi. Sebagai alternatif, bisa digunakan
gula buatan pengganti gula sederhana.
Vitamin dan mineral cukup sesuai dengan kebutuhan.
Dianjurkan untuk 3 kali makan utama 2 kali makan
selingan.
Cairan Vukup, yaitu 8-10 gelas/hari.

8) Perhitungan Zat Gizi

Metabolisme Basal : 0,9 x 49,5 x 24 = 1069,2 kkal


Koreksi Tidur : 0,1 x 49,5 x 7 = 34,65 kkal -
1034,55 kkal
Aktivitas : 30% x1034,55 kkal = 310,365 kkal +
1344,915 kkal
SDA : 10% x1344,915 kkal = 134,4915 kkal
+
Total Kebutuhan Energi 1479,4065 kkal 1479,4 kkal

Karena berumur 40 tahun maka 1479,4 - 3%(1479,4) =


1435,018 kkal
Karena Overweight 1435,018 kkal 500 kkal = 935,018 kkal
20% = 748,0144 kkal

1122,0216 kkal

Kebutuhan zat gizi

20 x 935,018 kkal
Protein : 4 kkal = 46,75 gr ,

20%= 37,4 gr 56,1 gr

20 x 935,018 kkal
Lemak : 9 kkal = 20,78 gr,

20%= 16,624 gr 24,93 gr

60 x 935,018 kkal
Karbohidrat : 4 kkal = 140,25 gr,

20%= 112,2 gr 168,3 gr

9) Edukasi Gizi
Topik : Penerpan Gizi Seimbang untuk Obesitas Dewasa
Sasaran : Ny.S
Waktu : 30 menit
Peraga : Lembar Balik & Leaflet
Bentuk Edukasi : Diskusi dan Tanya Jawab
Materi :

Pengertian Obesitas
Tipe-tipe obesitas
Penyebab obesitas
Penyakit akibat obesitas
Prinsip gizi seimbang untuk penderita obesitas pada
anak

E. MONITORING DAN EVALUASI

1. MONITORING
- Berat badan di monitor 1 minggu satu kali
- Asupan makan di monitor setiap hari
2. EVALUASI
- Evaluasi diet bila berat badan turun

Wakt
Jenis
u Bahan
Masaka GR E P L KH
Maka Makanan
n
n
Nasi 75 133,5 1,575 0,075 30,45
Nasi
60 97,2 7,68 6,9 0,42
Sreamble Telur
egg 3 27,06 0 3 0
Minyak
Pagi
30 12,6 0,36 0,09 2,79
Sayur Wortel
Bening 30 10,5 0,72 0,06 2,31
Buncis
Pepaya 55 25,3 0,275 0 6,71
Pepaya
Susu 200 72 7 0,2 10,2
Susu Skim
Snack
Melon 55 25,3 0,22 0,11 6,545
Melon
Nasi 100 178 2,1 0,1 40,6
Nasi
50 74,5 9,15 2 6,35
Tempe
Tumis 3 27,06 0 3 0
Tempe Minyak
5 2,3 0,285 0,065 0,45
Kecap
Siang
25 75,5 4,55 6,25 0
Ayam
25 10,5 0,3 0,075 2,325
Sayur Wortel
Sop 25 6 0,35 0,05 1,325
Kol Putih
10 2,97 0,198 0,009 0,666
Jagung
Snack Susu 200 64,8 6,3 0,18 9,18
Susu Skim
Apel Apel 55 28,71 0,148 0,198 7,375
5 5

Nasi 100 160,2 1,89 0,09 36,54


Nasi
30 55,89 5,076 3,78 0
Daging
Semur
0,256 0,058
Daging
5 2,07 5 5 0,405
Kecap
20 7,56 0,216 0,054 1,674
Mala Wortel
m 20 3,96 0,414 0,054 0,72
Sawi
Capcay Kembang 20 4,5 0,432 0,036 0,882
Kol
10 6,84 0,369 0,225 0,828
Baso
22,27 0,445
Jeruk 55 5 5 0,099 5,544
Jeruk
1114 49,8 26,6 168,
,8 65 6 75
Jumlah

DIAGNOSA HIPERLIPIDEMIA

Pada umumnya hiperlipidemia tidak memiliki gejala. Skrining dilakukan


dengan tes darah sederhana untuk mengukur kade kolesterol dan
trigliserida. Berdasarkan National Cholestrol Education Program
Guidelines, orang dewasa yang sehat harusdisaring setiap lima tahun
sekali dimulai pada usia 20.
A. Anamnesis
Evaluasi riwayat hidup pasien meliputi umur, jenis kelamin, dan
statusmenstrual dan jika wanita diperhatikan status menstrual dan
estrogennya (Adyana et al, 2008).

B. Pemeriksaan Fisik
Riwayat hidup lengkap dan pemeriksaan fisik harus menggambarkan
(Adyana et al, 2008):

1. Ada atau tidaknya faktor resiko penyakit jantung atau menjelaskan


penyakitjantung dalam perseorangan.
2. Sejarah keluarga penyakit jantung prematur atau gangguan lipid.
3. Ada atau tidaknya faktor sekunder hiperlipidemia, termasuk
pengobatan bersamaan.
4. Ada atau tidaknya xantoma, nyeri abdominal, atau sejarah pakreatitis,
penyakit ginjal atau hati, penyakit pembuluh darah perifer, aneurisme
aortik abdominal, atau penyakit pembuluh darah perifer, aneurisma
aortik abdominal, atau penyakit pembuluh darah otak (bruits karotid,
stroke,serangan iskemik, transient).
5. Diabetes mellitus dianggap sebagai setara risiko Penyakit Jantung
Koroner. Artinya, kehadiran diabetes pada pasien tanpa penyakit
jantung koroner dikenal dikaitkan dengan tingkat resiko yang sama
seperti pasien tanpa diabetes tapi setelah dikonfirmasi terdapat
penyakit jantung koroner (Dipiro et al., 2008).
6. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan lipoprotein termasuk kolesterol total, LDL, VLDL, HDL,


dan
trigliserida harus diukur pada semua orang dewasa 20 tahun atau lebih
pada
setidaknya sekali setiap 5 tahun untuk mencegah dan mewaspadai
hiperlipidemia.
Jenis pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis hiperlipidemia adalah
(Judajana, 2011) :
Kolesterol total
Kolesterol HDL
Kolesterol LDL-Direk,
Trigliserida
ApoB
Lp(a)
Tabel 4. Jenis pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis
hiperlipidemia
Pemeriksaan Laboratorium Kisaran Ideal (mg/dL darah)
Kolesterol total 120-200
Kilomikron Negatif (setelah berpuasa selama
12 jam)
VLDL (Very Low Density Lipid) 1-30
LDL (Low Density Lipid) 60-160
HDL (High Density Lipid) 35-65
Perbandingan LDL dengan HDL <3,5
Trigliserida 10-160
(Rosenson, 2013)
Tabel 5. Klasifikasi dari kolesterol total, LDL, HDL, dan
trigliserida
Kolestrol Optimal Borderline(mg/ High Risk
(mg/dL) dL) (mg/dL)
Total < 200 200 - 239 > 240
Trigliseri < 150 150 -199 > 200
da
LDL < 100 100 - 129 > 130
HDL > 60 40 - 59 < 40

HDL: high density lipoprotein, LDL: low-density lipoprotein (Wells,


2009)
Individu harus berpuasa paling sedikit 12 jam sebelum pengambilan
sampel darah.

a) Kolesterol total
Menurut pedoman NCEP, diharapkan kolesterol total adalah di bawah
200 miligram (mg) per desiliter (dL). Batas tingkat tinggi adalah 200-
239 mg/dL. Kolesterol tinggi didefinisikan sebagai lebih besar dari 240
mg/dL. Namun, beberapa bukti menunjukkan bahwa standar yang lebih
ketat mungkin lebih sesuai. Risiko kasus jantung menurun seiring
menurunnya jumlah kadar kolesterol, sehingga banyak pihak
berwenang menyarankan sasaran kolesterol total harus sekitar 150
mg/dL.
b) Trigliserida
Tingkat trigliserida normal adalah kurang dari 150 mg/dL. Ambang
batas trigliserida adalah 150 199 mg/dL, dan batas tinggi adalah 200
499 mg/dL. Tingkat 500 mg/dL atau lebih tinggi dianggap sangat tinggi.
c) Kolesterol HDL
Konsentrasi 60 mg/dL atau lebih tinggi adalah ideal. Secara umum,
konsentrasi HDL di bawah 40 mg/dL dianggap sebagai faktor risiko
utama terkena penyakit jantung koroner. Beberapa ahli menyarankan,
bagaimanapun, bahwa konsentrasi HDL harus dibandingkan dengan
kolesterol total. Dengan cara ini, nilai HDL harus setidaknya sepertiga
dari kolesterol total.
d) Kolesterol LDL
Menurut NCEP, kadar kolesterol LDL di bawah 100mg/dl dianggap
ideal. Kadar LDL 100-129 mg/dL mendekati optimal. Kadar ambang
batas adalah 130-159 mg/dL. Kadar tinggi LDL adalah 160-189 mg/dL.
Namun, semakin banyak bukti yang mendukung standar yang lebih
ketat. Banyak peneliti dan dokter percaya bahwa 100 mg/dL harus
menjadi batas atas untuk semua orang, dan beberapa
merekomendasikan pengurangan di bawah 70 mg /dL untuk individu
yang berisiko tinggi.
Studi terhadap populasi primitif dan bayi baru lahir normal telah
mengubah konsep kadar kolesterol normal. Konsentrasi kolesterol LDL
pada manusia normal dapat serendah 50 sampai 70 mg/dL. Risiko
penyakit jantung koroner menurun seiring dengan penurunan
konsentrasi kolesterol LDL, dan dapat mencapai level terendah sekitar
40 mg/dL (Fahed et al, 2016).
Kolestrol total dengan konsentrasi tinggi dapat meningkatkan resiko
penyakit kardiovaskular. Kolestrol LDL (Low Density Lipoprotein) disebut
juga kolestol buruk, konsentrasi LDL yang tinggi dapat meningkatkan
resiko penyakit kardiovaskular. Kolestrol LDL lebih akurat untuk
memprediksikan resiko kardiovaskular dibandingkan kolestrol total.
Tingginya konsentrasi trigliserida juga berhubungan dengan
peningkatan resiko penyakit kardiovaskular. Peningkatan konsentrasi
kolestrol HDL (High Density Lipoprotein) dapat menurunkan resiko
kardiovaskular (Rosenson et al, 2015).

CONTOH KASUS DAN SOLUSI

A. CONTOH KASUS

Ny. RT (55th) seorang anggota parlemen menjalani general check up rutin.


Ny. RT rajin berjalan setiap pagi sejauh 1 km. Ayah Ny. RT meninggal pada
usia 35th karena penyakit myocardial infarction, ibunya masih hidup dan
sehat-sehat saja sampai saat ini. Ny. RT mempunyai 3 saudara kandung,
saudara pertama menderita hipertensi, saudara keduanya menderita
diabetes, dan saudara ketiga (perempuan) meninggal pada usia 45th
karena penyakit myocardial infarction. Satu tahun yang lalu Ny. RT
mendapatkan warfarin 5mg untuk mengatasi kondisi VTE yang
dideritanya.

Pada pemeriksaan diketahui tekanan darahnya 150/90mmHg. Tinggi


badannya 150cm, berat badannya 67kg, random blood glukose level
6mmol/L.

Hasil pemeriksaan lipid puasa:

Total kolesterol 7.5mmol/L


LDL-cholesterol 3.9mmol/L
HDL-cholesterol 1.0mmol/L
Trigliserida 2.0mmol/L

B. Diskripsi Kasus dan Analisis Kasus


1. Subjektif
Ny.RT seorang anggota parlemen senang berjalan setiap pagi sejauh
1km, mempunyai riwayat penyakit keluarga, ayah kandung
meninggal mendadak usia 35th karena penyakit MI, saudara
pertama menderita hypertensi, saudara kedua menderiata diabetes
melitus, saudara ketiga meninggal pada usia 45th karena penyakit
MI.
2. Obyektif
o Tanda vital
Tekanan darah = 140/80 mmHg
Klasifikasi tekanaan darah orang dewasa

Klasifikasi Sistolik Diastolic


(mmHg)
Normal <120 Dan <80
Prehipertensi 120-139 Atau 80-89
Tahap 1 140-159 Atau 90-99
hipertensi
Tahap 2 160 atau 100
hipertensi
Pasien termasuk dalam kategori hipertensi stage 1.

o Data laboratorium
Hasil pemeriksaan lipid puasa

No Pemeriksaan lipid Pasien Normal


puasa (mmol/L) (mmol/L)

1 total kolesterol 7,5 5,18

2 LDL-cholesterol 3,9 <3,36

3 HDL-cholesterol 1,0 0,91

4 Trigliserida 2,0 <1,8

Jadi, terjadi peningkatan LDL-cholesterol.

Konsentrasi VLDL = trigliserid /5

= 2,0/5= 0,4

Konsentrasi LDL = kolesterol total (VLDL +HDL )

= 7,5-( 0,4 + 1,0 )

= 6,1

random blood glucose level 6 mmol/L, pasien gula darahnya


normal.
3. Pemilihan Terapi Rasional
Ny. RT dari data laboratorium dapat dikategorikan mengalami
hyperlipidemia type 2a, karena nilai LDL-nya menunjukkan kenaikan
sedang untuk nilai HDLnya normal. Terapi yang tepat untuk Ny. RT
adalah obat-obatan yang mampu menurunkan kadar LDL, maka dari
itu dipilih obat golongan statin (yang merupakan drugs of choise).
Obat golongan statin ini bekerja dengan cara meningkatkan
katabolisme dari LDL dan menghambat sintesis dari LDL yang mana
obat golongan statin ini menyela konversi HMG-CoA menjadi
mevalonat, sehingga tahap biosintesis kolesterol sedikit terhambat
oleh penghambatan HMG-CoA reduktase. Maka dari itu diharapkan
pada akhir terapi diperoleh kadar LDL dalam darah berkurang
dengan parameter goal terapi kadar LDL < 130mg/DL atau 3.36
mmol/L. Alasan menggunakan parameter kadar LDL tersebut karena
Ny. RT mengalami Hyperlipidemia dengan lebih dari 2 faktor
penyebab yaitu: penyakit turunan dari ayah kandungnya, umur 55th
yang kemungkinan awal terjadinya menopause dan hipertensi
tingkat satu (stage 1) tekanan darahnya yaitu 150/90 mmHg.
Untuk menurunkan tekanan darah dapat digunakan obat
antihipertensi golongan ACE inhibitor seperti farmotenR
12.5mg(captopril). Alasan pemilihan golongan obat antihipertensi ini
karena pasien mengalami hyperlipidemia dengan kadar LDL yang
meningkat. Selain obat golongan ACE inhibior, seperti diuretik
thiazid tidak dianjurkan karena akan meningkatkan/ memacu
sintesis trigliserida dan LDL serta akan menurunkan kadar HDL
dalam darah. Sedangkan untuk golongan beta bloker akan memacu
sintesus trigliserida dan menurunkan kadar HDL dalam darah. Maka
dari itu apabila digunakan obat seperti thiazid atau beta bloker
penurunkan kadar LDL menjadi terhambat atau tidak tercapai hasil
yang dikehendaki.
4. Evaluasi Terapi
a. Terapi non farmakologi:
b. Dilihat dari ketidaksesuaian pada berat badan dan tinggi badan
pasien yaitu BB 67kg sedangkan tingginya hanya 157 cm, Ny. RT
ini mungkin bisa dikatakan obesitas, maka dari itu disarankan
kepada Ny. RT agar melakukan modifikasi gaya hidup yaitu:
Olahraga ringan seperti tetap menekuni berjalan santai di
pagi hari, untuk pasien yang mengalami hyperlipidemia
tidak dianjurkan untuk olahraga keras karena ditakutkan
akan terjadi shock atau mungkin terjadi hypnoe karena
adanya timbunan lemak dalam pembuluh darah yang
mengakibatkan sempitnya pembuluh darah mak dari itu
pasokan oksigen ke dalam organ tubuh juga berkurang
sehingga sulit untuk bernapas dan akhirnya bisa meninggal
mendadak.
Mengurangi konsumsi lemak jenuh
Perbanyak konsumsi fiber atau serat
c. Untuk terapi farmakologi :
Digunakan obat lipitor dengan kandungan zat aktif atorvastatin
yang merupakan obat golongan statin yang dapat digunakan
untuk terapi hyperlipidemia yang dialami oleh Ny. RT di mana
kadar LDLnya menunjukkan kenaikan atau lebih dari batas
normal. Lipitor ini bekerja dengan cara meningkatkan
katabolisme dari LDL, sehingga LDL dalam darah cepat
termetabolisme atau terurai, disamping itu zat aktif atorvastatin
ini dapat menghambat sintesis LDL dengan jalan menghambat
HMG-CoA reduktase yang mengubah HMG-CoA menjadi
mevalonate, sehingga jalan biosintesis cholesterol de-novo
menjadi terhambat, yang mengakibatkan LDL sukar terbentuk
sehingga kadar LDL dalam darah menjadi kecil. Hal ini
(menurunnya kadar LDL dalam darah) adalah keadaan yang
diinginkan dalam terapi hyperlipidemia.
Untuk mengatasi masalah VTE yang timbul karena penumpukan
kolesterol(LDL) dalam pembuluh darah, dapat digunakan obat
warfarin (tetap menggunakan dosis semula).
Sedangkan untuk terapi hipertensinya dapat diberikan obat anti
hypertensi golongan ACE-inhibitor yaitu captensin 12.5 mg.

5. Indikasi Obat
a. Lipitor : sebagai terapi taMbahan pada diet untuk mengurangi
peningkatan kolesterol total c-LDL, Apolipoprotein B, trigliserida
pada pasien dengan hyperkolesterolimia heterozigous &
homozigous familial ketika respon terhadap diet dan pengukuran
non farmakolog lainnya tidak mencukupi.
b. Farmoten : hipertensi ringan sampai sedang ( sendiri atau
dengan terapi tiazid ) dan hipertensi berat yang resisten
terhadap pengobatan lain; gagal jantung kongestif ( tambahan );
setelah infark miokard; nefropati diabetic ( mikroalbuminuri lebih
dari 30 mg per hari ) pada diabetes tergantung insulin.
c. Warfarin : profilaksis embolisasi pada penyakit jantung rematik
dan fibrilasi atrium, profilaksis setelah pemasangan katup
jantung prostetik, serangan iskemik serebral yang transien.

6. Kontra Indikasi
a. Lipitor golongan statin : pasien dengan penyakit hati yang aktif
dan pada kehamilan dan menyusui.
b. Farmoten 12,5 mg : hipersensitif terhadap penghambat ACE
(termasuk angiodema); penyakit renovaskuler (pasti atau
dugaan); stenosis aortik atau obstruksi keluarnya darah dari
jantung; kehamilan; porfiria.
c. Warfarin : kehamilan, tukak peptik, hipertensi berat, endokarditis
bakterial.

7. Efek Samping
a. Lipitor golongan statin : Miositis yang reversibel merupakan efek
samping yang jarang tapi bermakna (lihat juga efek pada otot).
Statin juga menyebabkan sakit kepala, perubahan nilai fungsi
ginjal dan efek saluran cerna (nyeri lambung, mual dan muntah).
b. Farmoten : hipotensi; pusing, sakit kepala, letih, astenia, mual
(terkadang muntah), diare (terkadang kontipasi), kram otot,
batuk kering yang persisten, gangguan kerongkongan,
perubahan suara, perubahan pencecap (mungkin disertai dengan
turunnya berat badan), stomatitis, dispepsia, nyeri perut;
gangguan ginjal; hiperkalemia; angiodema, urtikaria, ruam kulit
(termasuk eritema multiforme dan nekrolisis epidermal toksik),
dan reaksi hipersensitivihtas, gangguan darah (termasuk
trombositopenia, neutropenia, agranulositosis, dan anemia
aplastik), gejala gejala saluran nafas atas, hiponatremia,
takikardia, palpitasi, aritmia, infark miokard, dan strok (mungkin
akibat hipotensiyang berat), nyeri punggung, muka merah, sakit
kuning (hepatoseluler atau kolestatik), pankreatitis, gangguan
tidur, gelisah, perubahan suasana hati, parestia, impotensi,
onikolisis, alopesia.
c. Warfarin : perdarahan, hipersensitivitas, ruam kulit, alopesia,
diare, hematokrit turun, nekrosis kulit, purple toes, sakit kuning,
disfungsi hati, mual, muntah, pankreatitis.
8. Interaksi Obat
Warfarin dengan atorvastatin dapat menurunkan protombin tetapi
ini hanya berlangsung pada awal terapi, dan hal ini tidak terlalu
penting dalam terapinya. Artinya masih dapat digunakan karena
tidak menimbulkan interaksi yang dapat membahayakan
pengobatan atau terapi.

9. Monitoring Terapi
a. Monitoring Sujektif : masih sering merasakan pusing atau tidak
dan keluhan mudah lelah.
b. Monitoring obyektif:
Kadar LDL dalam darah ketika puasa harus < 130mg/Dl
atau 3.36mmol/L
Tekanan darah turun menjadi 140/90 mmHg (JNC7)
c. Monitoring efek samping dari obat yang diberikan yaitu sakit
kepala, nyeri saluran cerna, hipotensi, perdarahan,
hipersensitivitas, ruam kulit.

10. KIE
a. Untuk obat hyperlipidemia (lipitor) diminum waktu malam hari
menjelang tidur (sehari sekali) karena produksi kolesterol paling
banyak ketika istirahat.
b. Penggunaan obat anti hipertensi captensin dapat mengakibatkan
efek samping batuk kering.
c. Sedangkan untuk obat anti hyperlipidemia dapat menyebabkan
efek samping: myalgia, influenza-like syndrome, weakness,
rhabdomyolysis (jarang).

Adnyana, I. K., Andrajati, R., Setiadi, A. P., Sigit, J. I., Sukandar, E. Y. 2008.
ISO Farmakoterapi. PT. ISFI Penerbitan: Jakarta

Dipiro, J.T., et al. 2008. Pharmacotherapy Handbook. Seventh edition. USA:


The Mc. Graw Hill Company.

Rosenson, R. S., & Underberg, J. A. 2013. Systematic Review: Evaluating


the Effect of Lipid-Lowering Therapy on Lipoprotein and Lipid
Values. Cardiovascular Drugs and Therapy, 27(5), 465479.

Wells, D. L. 2009. The Effects of Animals on Human Health and Well-Being.


Journal of Social Issues, 65: 523543.

Fahed, A. C., Khalaf, R., Salloum, R., Andary, R. R., Safa, R., ElRassy, I.,
Nemer, G. 2016. Variable expressivity and cooccurrence of LDLR and
LDLRAP1 mutations in familial hypercholesterolemia: failure of the
dominant and recessive dichotomy. Molecular Genetics & Genomic
Medicine, 4(3), 283291.

Rosenson, R.S., Kent, S.T., Brown, T.M., Farkouh, M.E., Levitan, E.B., Yun,
H., Sharma, P., Safford, M.M., Kilgore, M., Muntner, P. and Bittner, V.,
2015. Underutilization of high-intensity statin therapy after
hospitalization for coronary heart disease. Journal of the American
College of Cardiology, 65(3), pp.270-277.

NHLBI Obesity Education Initiative Expert Panel on the Identification,


Evaluation, and Treatment of Obesity in Adults (US). Clinical
Guidelines on the Identification, Evaluation, and Treatment of
Overweight and Obesity in Adults: The Evidence Report. Bethesda
(MD): National Heart, Lung, and Blood Institute; 1998 Sep. Available
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK2003/

Anda mungkin juga menyukai