Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI

PENILAIAN STATUS GIZI BIOKIMIA

Disusun Oleh :

1. Dila Selvia (22021140014)


2. Dinda Alya Raihana Najwa (22021140016)
3. Eni Istiqomah (22021140017)

PROGRAM STUDI S1 GIZI


FAKULTAS GIZI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemeriksaan biokimia dalam penilaian status gizi memberikan hasil yang lebih tepat
dan objektif daripada penilai konsumsi pangan dan pemeriksaan lain. Pemeriksaan
biokimia yang sering digunakan adalah teknik pengukuran kandungan berbagai zat gizi
dan substansi kimia lain dalam darah dan urine. Hasil pengukuran tersebut dibandingkan
dengan standar normal yang telah ditetapkan. Adanya parasit dapat diketahui melalui
pemeriksaan feses, urine, dan darah karena kurang gizi sering berkaitan dengan
prevalensi penyakit karena parasit. Dalam berbagai hal, pemeriksaan biokimia hanya
dapat diperoleh di rumah sakit atau pusat kesehatan. Keadaan ini, memberi gambaran
bahwa sarana yang tersedia tidak dapat dijangkau oleh penduduk yang tinggal di daerah
yang jauh dari sarana tersebut. Meskipun demikian, pemeriksaan dapat dilakukan dengan
cara memeriksa contoh darah, urine, dan feses yang dikumpulkan oleh keluarga, perawat,
atau petugas kesehatan lain di daerah tersebut dan dibawa ke laboratorium untuk
dianalisis.
Pemeriksaan Biokimia Zat Gizi :
− Penilaian Status Zat Gizi
− Penilaian Status Protein
− Penilaian Status Vitamin
− Penilaian Status Mineral
1.2 Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan biokimia zat gizi (Penilaian status zat besi,
protein, vitamin, mineral).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan specimen yang diuji secara
laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang
digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati
dan otot. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi
keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik,
maka penentuan kimia faal dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan
gizi yang spesifik.
Hemoglobin adalah parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan
prevalensi anemia. Garby, et al menyatakan bahwa penetuan status anemia yang hanya
menggunakan kadar Hb ternyata kurang lengkap sehingga perlu ditambah dengan
pemeriksaan yang lain. Hemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel
darah merah. Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat
digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah. Kandungan
hemoglobin yang rendah mengindikasikan anemia. Nilai normal yang palinig sering
dinyatakan adalah 14-18 g/dl untuk pria dan 12-16 g/dl untuk wanita. Beberapa literatur
lain menunjukkan nilai yang lebih rendah, terutama pada wanita, sehingga mungkin
pasien tidak dianggap menderita anemia sampai Hb kurang dari 13 g/dl pada pria dan 11
g/dl untuk wanita.
Hematokrit adalah volume eritrosit yang dipisahkan dari plasma dengan cara
memutarnya di dalam tabung khusus yang nilainya dinyatakan dalam persen (%). Setelah
sentrifugasi, tinggi kolom sel darah merah diukur dan dibandingkan dengan tinggi darah
penuh yang asli. Presentase massa sel merah pada volume darah yang asli merupakan
hematokrit. Nilai normal hematokrit adalah 40-54% untuk pria dan 37-47% untuk wanita.
Penentuan hematokrit harus dilakukan secara duplikat dengan menggunakan darah
kapiler atau darah vena yang diantikoagulasikan dengan EDTA. Pada saat menggunakan
proses dengan EDTA ini, akan digunakan tabung kapiler blue-banded yang berisi
antikoagulan.
Protein dalam darah mempunyai peranan fisiologis yang penting bagi tubuh, antara
lain untuk mengatur tekanan air, dengan adanya tekanan osmosis dari plasma protein.
Sebagai cadangan protein tubuh, untuk mengontrol perdarahan (terutama fibrinogen),
sebagai transpor yang penting untuk zat-zat gizi tertentu, sebagai antibodi dari berbagai
penyakit terutama dari gamma globulin dan untuk mengatur aliran darah, dalam
membantu kerja jantung. Di dalam darah terdapat 3 fraksi protein yaitu albumin kadar
normalnya 3,5– 5 gr/100 ml, globulin ladar normalnya 1,5-3 g/100ml dan fibrinogen
kadar normalnya 0,2- 0,6 g/100 ml. konsentrasi serum protein dapat digunakan untuk
mengukur status protein.
Penilaian status vitamin yang tekait dengan penetuan statsu gizi meliputi penetuan
kadar vitamin A, vitamin D, vitamin D, vitamin E, vitamin C, tiamin, ribloflavin, niasin,
vitamin B6, dan vitamin B12.
Iodium adalah salah satu mineral penting bagi kehidupan manusia karena iodium
sangat diperlukan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi otak. Hewan pun
memerlukan iodium untuk pertumbuhannya. Kebutuhan rata-rata untuk orang dewasa per
hari sangat sedikit, yaitu 0,15 mg atau 150 µg (1 µg = 1/106 g). Meskipun dengan jumlah
yang sangat sedikit, tubuh memerlukan iodium secara teratur setiap hari. Karena itu,
makanan sehari-hari harus mengandung iodium. Kekurangan iodium akan menyebabkan
gangguan baik fisik maupun mental, mulai dari gangguan ringan hingga berat. Gangguan
pertumbuhan fisik antara lain mencakup penyakit gondok, badan kerdil, gangguan
motorik seperti kesulitan berdiri atau berjalan normal, bisu, tuli, atau mata juling.
Sedangkan gangguan mental termasuk berkurangnya kecerdasan. Untuk mengetahui total
goitre rate (pembesaran kelenjar gondok) di masyarakat dapat dilakukan dengan palpasi
atau dengan melakukan pemeriksaan kadar iodium dalam urine dan kadar thyroid
stimulating hormon dalam darah.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Metode
Analisis hasil laboratorium rekam medis topic bedah digestiv pasien Y
3.2 Prosedur Kerja
1. Praktikum dimulai dengan penjelasan dari dosen tentang cara analisis hasil
laboratorium.
2. Mahasiswa diberi data rekam medis dan hasil laboratorium pasien.
3. Melakukan analisis hasil laboratorium berdasarkan format dari dosen
4. Hasil analisis kemudian dipresentasikan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Identifikasi Analisis Hasil Laboratorium Medis
N
Pemeriksaan Nilai Normal Hasil Keterangan
O
1 Leukosit 3500-10.000 /µl 7200 Normal
2 Hb 11-16 g/dl 13,0 Normal
3 Tromb 150.000-300.000/µl 182.000 Normal
4 Ht 35-50% 38,8 Normal
5 GDS < 200 mg/dl 205 Tinggi  Hiperglikemia
6 Ureum 20-40 mg/dl 30 Normal
7 Creatinin 0,7-1,5 mg/dl 2,0 Tinggi  Batu ginjal
8 SGOT 2-17 mU/ml 18 Tinggi  Disfungsi hati
9 SGPT 3-19 mU/ml 20 Tinggi  Disfungsi hati
10 Albumin 3,5-5,5 g/dl 2,07 Rendah Hipoalbuminemia
11 Natrium 136-145 mmol/L 130 Rendah  Hiponatremia
12 Kalium 3,5-5 mmol/L 4,0 Normal
13 Chloride 98-106 mmol/L 107 Tinggi  Hiperkloremia
4.2 Data Tambahan/Pendukung
N
Pemeriksaan Nilai Normal Ket Ket
O
120-200 Depresi,cemas,
1 Kolesterol >240 mg/dl Hipertensi <120 mg/dl
total mg/dl kanker
100-129 Jantung Depresi,cemas,
2 LDL >190 mg/dl <50 mg/dl
mg/dl koroner kanker
Penyakit Depresi,cemas,
3 HDL 40-60 mg/dl >60 mg/dl <40 mg/dl
jantung kanker
150-200 Penyakit Hipertiroid,
4 Trigiserilid >200 mg/dl <50 mg/dl
mg/dl jantung malaabsorbsi
Nyeri
sendi,
5 Asam Urat 2,5-7,0 mg/dl >7,0 mg/dl <2,5 mg/dl Nyeri sendi
penyakit
ginjal
6 CTBT 70-120 detik >120 detik Hemofilia - -
Pemeriksaan Kolesterol, LDL dan HDL diperlukan karena pasien dalam pola
maknnnya sering makan telur dan jeroan. Selain itu memiliki riwayat hipertensi.
Pemeriksaan trigiserilida juga diperlukan karena pada data riwayat nutrisi disebutkan
suka pada sayur bersantan. Pemeriksaan Asam urat diperlukan karena dahulu memiliki
riwayat penyakit asam urat. Pemeriksaan CT BT diperlukan untuk melakukan
pemeriksaan pembekuan darah sebelum operai berlangsung.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Penilaian status gizi secara biokimia disebut juga dengan metode pemeriksaan
laboratorium, adalah mengukur kadar zat gizi di dalam tubuh dan atau ekskresi tubuh
kemudian dibandingan dengan suatu nilai normatif yang sudah ditetapkan. Penilaian
status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang di uji secara laboratoris
yang digunakan antara lain darah, urin, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti otot
dan hati.
Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi
keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik,
maka penentuan kimia faal dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan
gizi yang spesifik. Penilaian secara biokimia meliputi penilaian status gizi zat besi,
protein, vitamin, dan mineral.
DAFTAR PUSTAKA
Purwita, N. K. (2018). GAMBARAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH DENGAN
STATUS GIZI REMAJA DI SMP NEGERI 3 ABIANSEMAL KABUPATEN BADUNG.
Diploma thesis, JURUSAN GIZI .
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai