Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI

ANTROPOMETRI BB DAN TB/PB

Disusun Oleh :

1. Dila Selvia (22021140014)


2. Dinda Alya Raihana Najwa (22021140016)
3. Eni Istiqomah (22021140017)

PROGRAM STUDI S1 GIZI


FAKULTAS GIZI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berat badan dan tinggi badan adalah variabel yang paling sering digunakan dalam
menentukan status gizi dan status kesehatan seseorang. Berat badan merupakan jumlah
cairan, lemak, otot, dan mineral tulang di dalam tubuh manusia. Berat badan seseorang
dapat diketahui dengan melakukan penimbangan menggunakan timbangan berat badan
yang dinyatakan dalam satuan kilogram (kg). Timbangan berat badan yang digunakan
dapat berupa timbangan digital maupun timbangan jarum. Berat badan sensitif terhadap
perubahan, sehingga berat badan menggambarkan status gizi saat ini.
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan
skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan pertambahan
umur. Pengukuran tinggi badan dilakukan dengan menggunakan alat
infantometer/lengthboard dan microtoice yang dinyatakan dengan satuan cm. Pengukuran
tinggi badan disesuaikan dengan kondisi klien apakah bisa berdiri atau telentang. Jika
seorang anak berumur kurang dari 2 tahun diukur tingginya (berdiri) maka ditambahkan
0.7 cm untuk mengkonversi menjadi panjang badan. Jika seorang anak berumur 2 tahun
atau lebih dan diukur panjangnya (telentang) maka dikurangi 0.7 cm untuk mengkonversi
menjadi tinggi badan. Pertumbuhan tinggi badan kurang sensitif terhadap perubahan
sehingga menggambarkan keadaan gizi yang telah lalu dan keadaan sekarang jika umur
tidak diketahui dengan tepat.
Pengukuran kedua variabel ini harus dilakukan dengan benar sehingga dapat
menggambarkan kondisi status gizi yang tepat. Pengukuran dengan prosedur yang sesuai
diperlukan untuk mengurangi bias/error yang dihasilkan.
1.2 Tujuan
1. Mampu mengenal alat-alat pengukuran antropometri BB, TB/PB
2. Mampu melakukan penilaian status gizi antropometri pengukuran BB, TB/PB.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


Antropometri (ukuran tubuh) merupakan salah satu cara langsung menilai status
gizi, khususnya keadaan energi dan protein tubuh seseorang. Dengan demikian,
antropometri merupakan indikator status gizi yang berkaitan dengan masalah kekurangan
energi dan protein yang dikenal dengan KEP. Antropometri dipengaruhi oleh faktor
genetik dan faktor lingkungan. Konsumsi makanan dan kesehatan (adanya infeksi)
merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi antropometri.
Dibandingkan dengan metode lainnya, pengukuran antropometri lebih praktis untuk
menilai status gizi (khususnya KEP) di masyarakat. Ukuran tubuh yang biasanya dipakai
untuk melihat pertumbuhan fisik adalah berat badan (BB), tinggi badan (TB), lingkar
lengan atas (LILA), lingkar kepala (LK), tebal lemak dibawah kulit (TL) dan pengukuran
tinggi lutut. Penilaian status gizi antropometri disajikan dalam bentuk indeks misalnya
BB/U, TB/U, PB/U, BB/TB, IMT/U.
Berat badan menggambarkan tentang massa tubuh. Dalam keadaan normal, BB
berkembang mengikuti perkembangan umur (balita). Sedangkan saat dalam keadaan tidak
normal, BB berkembang lebih cepat atau lambat. Berdasarkan sifat tersebut, maka
indikator BB/U hanya dapat menggambarkan status gizi saat ini.
Tinggi badan merupakan gambaran pertumbuhan. Dalam keadaan normal, TB
tumbuh bersama dengan pertambahan umur. Pengaruh kekurangan gizi terhadap TB akan
tampak pada kekurangan yang sangat lama. Berdasarkan hal tersebut indeks TB/U dapat
menggambarkan keadaan masa lalu.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Metode
Antropometri BB dan TB/PB
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
− Timbangan digital
− Timbangan jarum/injak
− Microtoice
− Length board/infantometer
− Dacin
− Digital Infant (baby scale)
3.2.1 Bahan
− Manekin bayi laki-laki
− Manekin bayi perempuan
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Berat Badan
1. Penimbangan Berat Badan dengan Alat Timbang Digital

− Letakkan timbangan digital di permukaan yang datar dan rata serta tempat yang
terang untuk memudahkan pembacaan hasil pengukuran.
− Pastikan baterai timbangan sudah terpasang. Aktifkan alat timbang dan pastikan
angka nol terlihat pada jendela baca
− Pengukur berdiri di samping kanan depan timbangan

− Klien melepas sepatu atau alas kaki, jaket, topi, isi kantong (kunci, HP, dll),
pakaian yang bisa ditanggalkan
− Ketika dipersilakan naik ke alat timbang dengan posisi kaki tepat di tengah alat
timbang tetapi tidak menutupi jendela baca.
− Pastikan posisi klien berdiri tegak lurus, mata menghadap ke depan, sikap
tenang.
− Pastikan klien tidak menyentuh/disentuh/tersentuh sebelum pembacaan hasil
penimbangan.
− Angka di kaca jendela alat timbang akan muncul dan tunggu sampai angka tidak
berubah.
− Baca hasil timbangan dan catat angka yang muncul.

− Klien dipersilakan untuk turun dari alat timbang.


2. Penimbangan Berat Badan dengan Timbangan Jarum/Injak
− Letakkan timbangan digital di permukaan yang datar dan rata serta tempat yang
terang untuk memudahkan pembacaan hasil pengukuran.
− Posisi jarum harus diatur agar tepat menunjukkan angka 0.
− Pengukur berdiri di samping kanan depan timbangan
− Klien melepas sepatu atau alas kaki, jaket, topi, isi kantong (kunci, HP, dll),
pakaian yang bisa ditanggalkan
− Ketika dipersilakan naik ke alat timbang dengan posisi kaki tepat di tengah alat
timbang tetapi tidak menutupi jendela baca.
− Pastikan posisi klien berdiri tegak lurus, mata menghadap ke depan, sikap
tenang.
− Pastikan klien tidak menyentuh/disentuh/tersentuh sebelum pembacaan
hasil penimbangan.
− Angka di kaca jendela alat timbang akan muncul dan tunggu sampai angka tidak
berubah.
− Baca hasil timbangan dan catat angka yang muncul.
− Apabila hasil pengukuran 1 dan 2 berbeda >0,5 kg, klien harus ditimbang untuk
ketiga kalinya, hingga memang benar-benar mendapatkan hasil yang valid.
− Klien dipersilakan untuk turun dari alat timbang.
3. Penimbangan Berat Badan dengan Dacin
− Langkah 1, dacin digantungkan pada penyangga yang kuat
− Langkah 2, dacin digantungkandan diikat dengan tali yang kuat. Periksa dengan
menarik batang dacin ke bawah kuat-kuat.
− Langkah 3, sebelum dacin digunakan, bandul geser diletakkan pada angka 0.
Setelah itu, batang dacin dikaitkan dengan tali pengaman.
− Langkah 4, celana timbang atau kotak timbang atau sarung timbang yang
kosong dipasangkan pada dacin. Pada keadaan ini bandul geser tetap pada angka
0.

− Langkah 5, batang dacin yang sudah dibebani celana timbang, diseimbangkan


lagi dengan cara menggantungkan kantong plastik yang berisi pasir atau benda
lain yang halus sampai seimbang.
− Langkah 6, bayi dinaikkan ke dalam sarung timbang, kemudian di timbang pada
dacin sampai batang dacin dalam keadaan seimbang.
− Langkah 7, menentukan berat badan bayi, dengan cara membaca angka di ujung
bandul geser.
− Langkah 8, mencatat hasil penimbangan pada buku catatan.

− Langkah 9, menggeser bandul ke angka 0, kemudian meletakkan batang dacin


dalam tali pengaman, setelah itu bayi bisa diturunkan.
4. Penimbangan Berat Badan Bayi Menggunakan Digital Infant (Baby Scale)
− Letakkan alat pada tempat yang datar tidak berkerikil, berpasir, licin serta aman.
− Alasi timbangan dengan kertas handuk
− Nyalakan timbangan untuk mengaktifkannya. Jika pada layar muncul angka
“0.00”, maka alat tersebut dapat digunakan.
− Lepas pakaian yang tebal pada bayi saat pengukuran. Bila perlu lepas diapers
pada bayi. Agar mendapatkan hasil yang tepat.
− Tidurkan bayi pada meja timbang (baby scale). Ketika menimbang, tempatkan
tangan petugas diatas tubuh bayi (tidak menempel) untuk mencegah bayi jatuh
saat ditimbang.
− Angka yang menunjukkan berat bayi akan muncul pada layar baca
− Catat hasilnya. Pastikan data tersebut akurat dan dapat dibaca.
3.3.2 Tinggi Badan
1. Pengukuran Tinggi Badan Subjek Belum Bisa Berdiri
− Letakkan alat infantometer/length board pada permukaan yang datar dan keras,
kemudian buka/rangkai alat dengan benar.
− Tarik papan penggeser sampai menempel rapat ke dinding tempat menempelnya
kepala.
− Putar sekrup pengatur skala sampai angka menunjukkan angka 0.
− Tidurkan bayi pada alat dengan posisi kepala menempel pada dinding papan
atas.
− Atur posisi bayi agar bagian belakang kepala, punggung, pantat, dan tumit
menempel pada papan. Perkirakan agar garis cuping telinga tegak lurus dengan
puncak tulang pipi (frankfort plane).
− Asisten pengukur memegang bagian kepala bayi agar menempel dinding bagian
atas alat.
− Tangan kiri pengukur menekan pergelangan kaki anak, dan tangan kanan
menggeser alat sampai menekan telapak kaki dan menyentuh tumit bayi atau
anak.
− Baca hasil pengukuran dalam akurasi 0,1 cm dan catat hasilnya.
2. Pengukuran Tinggi Badan Subjek Bisa Berdiri
− Cari lantai yang datar, rata dan kasar sebagai tempat pijakan klien.
− Pasang microtoise pada dinding atau tiang yang tegak lurus dengan lantai.
− Pastikan bahwa microtoise telah terpasang dengan stabil dan titik 0 tepat pada
lantai atau papan pijakan.
− Klien diminta untuk melepaskan sepatu/alas kaki dan aksesoris rambut yang
dapat mengganggu pengukuran. Klien diperisilakan untuk naik ke papan alas
dan menempel membelakangi dinding.
− Letakkan tangan kiri pengukur pada dagu klien, pastikan bahwa bahu klien lurus
dan tegak, tangan di samping serta bagian belakang kepala, rentang bahu dan
bokong tepat menempel pada dinding.
− Turunkan perlahan-lahan batas kepala microtoise sampai puncak kepala klien.
Pastikan pengukur menekan (dengan lembut) rambut klien.
− Apalagi posisi klien sudah benar, baca dan tentukan tinggi badan klien dengan
akurasi 0,1 cm. Batas kepala dipindahkan kembali dan tangan kiri dilepaskan
dari dagu klien.
− Catat hasil pengukuran dan klien dipersilakan untuk turun dari papan alas.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Praktikum
Pengukuran Berat Badan Menggunakan Timbangan Jarum
N
Nama BB1 BB2 BB3 Rata-rata
O
1 Dila Selvia 49 kg 49 kg 49 kg 49 kg
2 Dinda Alya Raihana Najwa 50 kg 50 kg 50 kg 50 kg
3 Eni Istiqomah 40 kg 40 kg 40 kg 40 kg
Pengukuran Berat Badan Menggunakan Timbangan Digital
N
Nama BB1 BB2 BB3 Rata-rata
O
1 Dila Selvia 49,3 kg 49,3 kg 49,3 kg 49,3 kg
2 Dinda Alya Raihana Najwa 49,5 kg 49,5 kg 49,5 kg 49,5 kg
3 Eni Istiqomah 40,5 kg 40,5 kg 40,5 kg 40,5 kg
Pengukuran Berat Badan Menggunakan Dacin
N
Nama BB1 BB2 BB3 Rata-rata
O
1 Bayi Perempuan 0,6 kg 0,6 kg 0,6 kg 0,6 kg
2 Bayi Laki-laki 0,8 kg 0,8kg 0,8 kg 0,8 kg
Pengukuran Berat Badan Bayi Menggunakan Digital Infant (Baby Scale)
N
Nama BB1 BB2 BB3 Rata-rata
O
1 Bayi Perempuan 0,45 kg 0,55 kg 0,55 kg 0,52 kg
2 Bayi Laki-laki 0,6 kg 0,6 kg 0,6 kg 0,6 kg
Pengukuran Tinggi Badan Menggunakan Infantometer
N
Nama TB1 TB2 TB3 Rata-rata
O
46,7
1 Bayi Perempuan 46,4 cm 46,8 cm 46,63 cm
cm
47,0
2 Bayi Laki-laki 47,3 cm 46,7 cm 47 cm
cm
Pengukuran Tinggi Badan Menggunakan Microtoice
N
Nama TB1 TB2 TB3 Rata-rata
O
1 Dila Selvia 150,4 cm 150,5 cm 150,4 cm 150,4 cm
2 Dinda Alya Raihana Najwa 160,5 cm 160,7 cm 160,5 cm 160,6 cm
3 Eni Istiqomah 148,5 cm 149,5 cm 149,5 cm 149,2 cm
4.2 Pembahasan
Timbangan digital dapat menunjukkan berat suatu benda lebih mendetail. Timbangan
digital juga mampu menimbang hingga nilai yang paling kecil sekali pun (bilangan
desimal). Timbangan jarum perlu memastikan terlebih dahulu kalau jarum timbangan ada
di angka nol. Jika tidak, maka timbangan tidak akan menunjukkan hasil yang sebenarnya.
Dibanding timbangan digital, tingkat keakuratan alat ukur ini juga lebih rendah. Pasalnya,
jarum timbangan bisa ikut bergerak jika benda yang timbang bergerak, meski hanya
sedikit saja. Berdasarkan hasil praktikum, timbangan jarum dan timbangan digital untuk
responden 1, 2, dan 3 secara berturut-turut memiliki hasil yang berbeda tipis sekitar 0,3
kg, 0,5 kg, dan 0,5 kg. Semua pengukuran antropometri berat badan dan tinggi dilakukan
tiga kali untuk meminimalisir kesalahan pengukuran.
Berdasarkan IMT, responden 1 dan 2 termasuk kategori berat badan normal,
sedangkan responden 3 termasuk kategori berat badan di bawah normal.
Timbangan dacin atau timbangan gantung manual, yaitu dengan mengaitkan kain
berupa ayunan kemudian bayi atau balita diletakkan pada kain tersebut. Timbangan
digital merupakan timbangan bayi yang mempunyai akurasi yang tinggi, dengan indikator
skala pembacaan berupa angka digital. Timbangan bayi jenis ini mempunyai kapasitas
maksimum 20 kg disertai akurasi hingga 0.01 kg dan dapat menimbang berat terkecil
yaitu 20 gram. Berdasarkan hasil praktikum, timbangan dacin dan timbangan digital
untuk perempuan dan laki-laki secara brturut-turut memiliki hasil yang berbeda tipis
sekitar 0,8 kg dan 0,2 kg
Infantometer merupakan alat pengukuran yang lebih akurat daripada alat pengukur
panjang badan dari bahan aluminium biasa dengan sistem manual. Pengukuran tinggi
badan dapat dilakukan dengan alat pengukur tinggi (microtoise) yang mempunyai
ketelitian 0,1 cm. Jika seorang anak berumur kurang dari 2 tahun diukur tingginya (berdiri)
maka ditambahkan 0,7 cm untuk mengkonversi menjadi panjang badan.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Timbangan digital disebut juga dengan timbangan elektronik. Timbangan ini bekerja
dengan cara mengubah gaya beban suatu benda menjadi sinyal listrik. Nantinya, sinyal
listrik tersebut diubah dalam CPU untuk menerjemahkan data. Timbangan jarum adalah
timbangan yang bekerja dengan cara mekanik menggunakan sistem pegas. Timbangan ini
memiliki tampilan khas, yaitu adanya garis-garis penanda dan jarum kecil yang berfungsi
untuk menunjukkan berat suatu benda. Timbangan bayi adalah alat yang dipergunakan
untuk mengetahui berat bayi yang baru lahir. Awal mula timbangan bayi adalah dengan
menggunakan timbangan dacin atau timbangan gantung manual, yaitu cara pemakaiannya
dengan mengaitkan kain berupa ayunan kemudian bayi atau balita diletakkan pada kain
tersebut. Timbangan digital merupakan timbangan bayi yang mempunyai akurasi yang
tinggi, dengan indikator skala pembacaan berupa angka digital.
Istilah panjang badan biasanya digunakan untuk mengukur tinggi badan anak berusia
kurang dari 1 tahun yang belum bisa berdiri. Untuk mengukur panjang badan bayi,
digunakan alat ukur yang disebut length board atau infantometer. Pengukuran tinggi
badan dengan microtoice digunakan untuk mengukur tinggi badan seorang yang telah
dapat berdiri tanpa bantuan.
Dengan melakukan pengukuran antropometri maka dapat menilai status gizi
seseorang baik bayi, balita, anak, maupun orang dewasa. Antropometri gizi adalah
berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh
dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Status gizi adalah gambaran kondisi fisik
seseorang sebagai refleksi dari keseimbangan energi yang masuk dan yang dikeluarkan
oleh tubuh. Status gizi seseorang dapat dinilai dengan mengukur dimensi tubuh
(antropometri), Yaitu berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, serta tebal lemak di
bawah kulit. Akan tetapi ukuran tubuh saja tidak akanmemberikan arti jika tidak
dikaitkan dengan umur dan jenis kelamin. Kombinasi antar ukuran tubuh, atau antara
ukuran tubuh dengan umur disebut ”indices” atau indikator. Secara umum indikator
dikelompokkan menjadi dua, Yaitu indikator pertumbuhan (growth indicators) dan
indikator komposisi tubuh (body composition).
Setelah itu, munculah angka bobot yang ditimbang pada papan display yang ada di
layar LCD. Ketika sebuah benda di tempatkan di atas permukaan timbangan, nantinya
jarum akan berputar untuk menunjukkan bobot dari benda tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi Kusumawati, F. Y. (2022). MODUL PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI. Kudus.

Nadiya Sri Lindasari, Sang Ayu Made and Suarjana, SKM, M.Kes, I Made and Rodja
Suantara, I Made (2020) Literatur Review Tingkat Konsumsi Protein dan Kalsium Pada
Balita Stunting. Diploma thesis, Poltekkes Kemenkes Denpasar

SABILI RIDHO, . (2016) ALAT PENGUKUR TINGGI DAN BERAT BADAN UNTUK
INFORMASI BERAT IDEAL MANUSIA BERBASIS ARDUINO. Sarjana thesis,
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

Risdiana, M. E. (2018). PELATIHAN SISWA “DOKTER KECIL” DENGAN METODE


SIMULASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENILAI STATUS GIZI DI
KECAMATAN MOYUDAN. skripsi thesis, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta .

Anwar, L. (2009). Status Gizi dan Faktor yang Mempengaruhi. Gizza Bil Khair membuat hal
kecil menjadi bermanfaat .

PMK Nomor 2 Tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak


LAMPIRAN

Perhitungan IMT
 Dila Selvia
BB 49,3
IMT = 2 = = 21,91
(TB) (1,5)2
Termasuk berat badan normal
 Dinda Alya Raihana Najwa
BB 49,5
IMT = 2 = 2 = 19,34
(TB) (1,6)
Termasuk berat badan normal
 Eni Istiqomah
BB 40,5
IMT = 2 = 2 = 18,12
(TB) (1,49)
Termasuk berat badan di bawah normal
Perbandingan pengukuran BB dengan Timbangan Digital dan Timbangan Jarum
NO Nama Timbangan Digital Timbangan Jarum
1 Dila Selvia 49,3 kg 49 kg
Terdapat perbedaan 0,3 kg
2 Dinda Alya Raihana Najwa 49,5 kg 50 kg
Terdapat perbedaan 0,5 kg
3 Eni Istiqomah 40,5 kg 40 kg
Terdapat perbedaan 0,5 kg
Perbandingan Pengukuran BB Bayi dengan Timbangan Dacin dan Timbangan Digital
NO Nama Timbangan Dacin Timbangan Digital
1 Bayi Perempuan 0,6 kg 0,52 kg
Terdapat perbedaan 0,8 kg
2 Bayi Laki-laki 0,8 kg 0,6 kg
Terdapat perbedaan 0,2 kg
DOKUMENTASI PRAKTIKUM

Pengukuran Berat Badan bayi Menggunakan Dacin

Pengukuran Berat Badan Bayi Menggunakan Digital Infant (Baby Scale)


Pengukuran Tinggi Badan Bayi Menggunakan Infantometer

Pengukuran Tinggi Badan Menggunakan Microtoice


Pengukuran BB Menggunakan Timbangan Digital

Pengukuran BB Menggunakan Timbangan Jarum

Anda mungkin juga menyukai