Anda di halaman 1dari 13

PEMERIKSAAN ANTROPOMETRI

1. Pemeriksaan BB pada Balita dan Anak di Bawah Usia 2 Tahun


A. Alat dan Bahan
 Baby scale
 Form antropometri
 Alat tulis untuk mencatat hasil pengukuran
B. Tahap Persiapan
 Jelaskan pada ibu alas an untuk menimbang anak, sebagai contoh, untuk memantau
pertumbuhan anak, menilai proses penyembuhan, atau melihat reaksi anak terhadap
perubahan pengasuhan dan pemberian makanan.
 Jika anak berumur kurang dari 2 tahun atau belum bias berdiri, dapat dilakukan
penimbangan menggunakan baby scale.
 Jika anak berumur 2 tahun atau lebih, anak dapat ditimbang dengan menggunakan
detecto. Anak dapat ditimbang sendiri jika anak tenang. Bila tidak, anak dapat
ditimbang bersama ibunya.
 Gunakan pakaian seminimal mungkin. Jelaskan hal ini perlu dilakukan untuk
mendapatkan hasil timbangan yang akurat. Penggunaan popok basah, atau sepatu dan
jeans, dapat menambah berat sebanyak 0,5 kg. Bayi harus ditimbang tanpa pakaian.
 Jika terlalu dingin untuk menanggalkan pakaian anak, atau anak menolak untuk
ditanggalkan pakaiannya, catat bahwa anak ditimbang menggunakan pakaian.
Hindari anak menjadi tertekan, sehingga akan mudah juga mengukur panjang/tinggi
badan anak.
 Catatan : Apabila anak menggunakan hiasan rambut yang akan mengganggu
pengukuran panjang/tinggi badan, lepaskan sebelum ditimbang. Hal ini penting
untuk anak yang akan diukur panjangnya, karena kecepatan memindah anak dari
menimbang ke mengukur panjang akan mengurangi kejengkelan anak.
 Persiapan alat :
 Letakkan timbangan di tempat yang rata dan datar.
 Pastikan jarum timbangan menunjukkan angka nol.
C. Tahap Pelaksanaan
 Timbang bayi telanjang, anak lebih besar dengan pakaian minimal.
 Baca dan catat BB anak sesuai dengan angka yang ditunjuk oleh jarum timbangan.
D. Interpretasi Hasil
 Baca hasil ketika bayi atau balita dalam keadaan tenang. Membaca hasil ketika bayi
menangis atau bergerak-gerak akan mengakibatkan kesalahan pembacaan. Upayakan
untuk bekerja sama dengan orang tua atau pengasuh bayi untuk mempertahankan
bayi tetap tenang walaupun hanya sebentar.
2. Pemeriksaan BB pada Anak Berusia 2 Tahun atau Lebih
A. Alat dan Bahan
 Timbangan injak detecto atau timbangan injak pegas.
 Form antropometri.
 Alat tulis untuk mencatat hasil pemeriksaan.
B. Tahap Persiapan
 Minta ibu untuk membantu melepaskan sepatu dan pakaian luarnya.
 Katakan pada anak untuk berdiri di atas timbangan dan diam tidak bergerak.
 Berbicaralah dengan lembut pada anak dan bukan menakutinya.
 Persiapan alat :
 Letakkan timbangan di tempat yang datar.
 Pastikan posisi bandul pada angka nol dan jarum dalam keadaan seimbang.
C. Tahap Pelaksanaan
 Posisikan anak di atas timbangan.
 Geser bandul sesuai berat balita sampai posisi jarum seimbang. Baca dan catat BB
pada form antropometri.
 Jika anak bergerak-gerak terus di atas timbangan atau tidak bias diam, maka perlu
ditimbang dengan ibunya. BB anak didapat dengan mengurangi hasil penimbangan
dengan BB ibu.
D. Interpretasi Hasil
 Bacalah hasil ketika bandul seimbang dan tenang. Posisikan pandangan sejajar
dengan penunjuk angka untuk meningkatkan akurasi pengukuran.
3. Pemeriksaan Panjang Badan pada Balita di Bawah Usia 2 Tahun
A. Alat dan Bahan
 Papan pengukur panjang badan.
 Form antropometri.
 Alat tulis untuk mencatat.
B. Tahap Persiapan
 Persiapkan papan pengukur panjang badan.
 Pilih meja atau tempat yang datar dan rata.
 Lepaskan kunci pengait yang berada di samping papan pengukur.
 Tarik meteran sampai menempel rapat pada dinding tempat menempelnya kepala dan
pastikan meteran menunjuk angka nol dengan mengatur skrup skala yang ada di
bagian kaki balita.
 Buka papan hingga posisinya memanjang dan datar.
 Tarik meteran sampai menempel rapat pada dinding tempat menempelnya kepala dan
pastikan meteran menunjuk angka nol.
 Geser kembali papan penggeser pada tempatnya.
 Catatan : Persiapkan untuk mengukur panjang badan secepatnya setelah menimbang
anak. Pastikan sepatu anak, kaos kaki, hiasan rambut sudah dilepas. Jika bayi akan
ditimbang dengan telanjang, boleh menggunakan popok kering untuk menghindari
basah ketika pengukuran berlangsung. Jika ruang tempat pengukuran dalam keadaan
dingin maka selimuti anak agar tetap hangat sambil menunggu pengukuran. Dalam
pengukuran panjang atau tinggi anak, ibu harus membantu proses pengukuran
dengan tujuan untuk menenangkan serta menghibur anak. Jelaskan pada ibu alasan
pengukuran dan tahapan prosedur pengukuran. Jawab pertanyaan yang diajukan ibu.
Tunjukkan dan jelaskan kepada ibu, bagaimana ibu bias membantu. Jelaskan pula
pentingnya menjaga anak tetap tenang agar didapatkan hasil pengukuran yang tepat.
C. Tahap Pelaksanaan
 Terlentangkan balita diatas papan pengukur dengan posisi kepala menempel pada
bagian papan yang datar dan tegak lurus (papan yang tidak dapat bergerak).
 Pastikan bagian puncak kepala menempel pada bagian papan yang statis.
 Pastikan bagian belakang kepala, punggung, pantat dan tumit menempel secara tepat
pada papan pengukur.
 Geser bagian papan yang bergerak sampai seluruh bagian kedua telapak kaki
menempel pada bagian papan yang dapat digeser (dengan cara menekan bagian lutut
dan mata kaki).
 Baca dan catat panjang badan anak dari angka kecil ke angka besar.
D. Interpretasi Hasil
 Mengukur panjang atau tinggi anak tergantung dari umur dan kemampuan anak
untuk berdiri. Mengukur panjang dilakukan dengan cara anak berbaring (telentang),
sedangkan mengukur tinggi anak dilakukan pada posisi berdiri tegak.
 Anak berumur kurang dari 2 tahun, pengukuran dilakukan dengan berbaring
telentang.
 Anak berusia 2 tahun atau lebih dan anak sudah mampu berdiri, pengukuran
dilakukan dengan berdiri.
 Secara umum, tinggi badan akan lebih pendek sekitar 0,7 cm dibandingkan dengan
panjang badan. Perbedaan ini telah dipertimbangkan dalam menyusun standar
pertumbuhan oleh WHO yang digunakan dalam membuat grafik di buku GPA. Oleh
karena itu, penting untuk mengoreksi hasil bila pengukuran tidak dilakukan dengan
cara yang sesuai untuk kelompok umur.
 Jika seorang anak berumur kurang dari 2 tahun diukur tingginya (berdiri) maka
ditambahkan 0,7 cm untuk mengkonversi menjadi panjang badan.
 Jika seorang anak berumur 2 tahun atau lebih dan diukur panjangnya (berbaring)
maka dikurangi 0,7 cm untuk mengkonversi menjadi tinggi badan.
4. Pemeriksaan Tinggi Badan pada Anak Berusia di Atas 2 Tahun dan Dewasa
A. Alat dan Bahan
 Microtoise
 Form antropometri
 Alat tulis untuk mencatat
B. Tahap Persiapan
 Letakkan microtoise di lantai yang rata dan menempel pada dinding yang tegak
lurus.
 Tarik pita meteran tegak lurus ke atas sampai angka pada jendela baca menunjukkan
angka nol.
 Paku/tempelkan ujung pita meteran pada dinding.
 Tarik kepala microtoise keatas sampai paku.
C. Tahap Pelaksanaan
 Pastikan sepatu, kaos kaki dan hiasan rambut sudah dilepaskan.
 Posisikan balita atau pasien berdiri tegak lurus dibawah microtoise membelakangi
dinding.
 Posisikan kepala balita atau pasien berada dibawah alat geser microtoise, pandangan
lurus ke depan.
 Posisikan balita tegak bebas, bagian belakang kepala, tulang belikat, pantat dan tumit
menempel ke dinding. Karena posisi ini sulit dilakukan pada anak obesitas, maka
tidak perlu keempat titik tersebut menempel ke dinding, asalkan tulang belakang dan
pinggang dalam keseimbangan (tidak membungkuk ataupun tengadah).
 Posisikan kedua lutut dan tumit rapat.
 Tarik kepala microtoise sampai puncak kepala balita atau pasien.
 Baca angka pada jendela baca saat balita atau pasien menarik napas (inspirasi) dan
mata pembaca harus sejajar dengan garis merah. Angka yang dibaca adalah yang
berada pada garis merah dari angka kecil ke arah angka besar.
 Catat hasil pengukuran tinggi badan.
 Lakukan pengukuran sebanyak 3 kali untuk meningkatkan akurasi pengukuran.
D. Interpretasi Hasil
 Pembacaan angka dilakukan dengan menyejajarkan mata dengan garis merah pada
jendela pembaca. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahan pembacaan.
5. Pemeriksaan Lingkar Lengan Atas (LILA)
A. Alat dan Bahan
 Metline atau pita pengukur LILA.
 Form antropometri.
 Alat tulis untuk mencatat.
B. Tahap Persiapan
 Pengukuran lingkar lengan atas dapat dilakukan baik pada lengan kanan atau kiri,
sesuai dengan lengan mana yang tidak aktif. Jika pasien kidal maka LILA diukur
pada lengan kanan, begitu pula sebaliknya. Jika pasien tidak kidal maka pengukuran
dilakukan di lengan kiri. Lakukan pengukuran pada posisi antropometri, yaitu subjek
berdiri pada posisi tegak lurus, kepala menghadap kedepan. Persiapkan pita
pengukur, pastikan tidak kusut atau terlipat-lipat. Pastikan angka yang menunjukkan
hasil pengukuran masih jelas terbaca sehingga tidak mengacaukan interpretasi.
Persiapkan lengan pasien dengan cara membebaskan medan pengukuran dari
berbagai macam gangguan seperti lengan pakaian atau asesoris lainnya.
C. Tahap Pelaksanaan
 Tentukan titik-titik antropometri yang digunakan dalam pengukuran LILA, yaitu
acromion dan radiale.
 Ukur jarak acromion-radiale tangan pada posisi lengan ditekuk 90 0 dan diberi tanda
pada titik tengah acromion-radiale.
 Luruskan lengan dan dalam posisi relaks lilitkan pita pengukur melewati titik tengah
lengan.
 Tarikan pita pengukur harus cukup erat, tidak menekan dan posisi lurus segaris.
D. Interpretasi Hasil
 Bacalah hasil pengukuran dengan posisi mata sejajar dengan jendela pengukuran
pada pita pengukur. Bacalah hingga ketelitian 0,1 cm. Lakukan pengukuran sebanyak
3 kali dan diambil reratanya.
6. Pemeriksaan Lingkar Pinggang, Lingkar Perut, dan Lingkar Panggul
A. Alat dan Bahan
 Metline atau pita pengukur LILA.
 Form antropometri.
 Alat tulis untuk mencatat.
B. Tahap Persiapan
 Persiapkan pita pengukur, pastikan tidak kusut atau terlipat-lipat. Pastikan angka
yang menunjukkan hasil pengukuran masih jelas terbaca sehingga tidak
mengacaukan interpretasi. Persiapkan pasien dengan cara membebaskan medan
pengukuran dari berbagai macam gangguan, seperti pakaian atau asesoris lainnya.
Pasien dapat memakai pakaian seminimal mungkin dengan bahan yang tidak tebal
sehingga tidak mempengaruhi hasil pengukuran lingkar pinggang dan lingkar
panggul. Pengukuran lingkar pinggang dan lingkar panggul dilakukan dalam posisi
pasien berdiri serta dalam kondisi ekspirasi maksimal (pengukuran lingkar
pinggang).
C. Tahap Pelaksanaan
 Siapkan pita pengukur yang keras tapi fleksibel.
 Pengukuran dilakukan pada posisi antropometri.
 Untuk mengukur lingkar pinggang, lilitkan pita pengukur pada bagian kecil antara
crista iliaca dan tulang rusuk.
 Untuk lingkar perut, pengukuran dilakukan pada bagian antara rusuk dan crista iliaca
melewati umbilicus. Kadang-kadang didapatkan hasil pengukuran yang sama antara
lingkar pinggang dan perut.
 Baca hasil pada ketelitian 0,1 cm.
D. Interpretasi Hasil
 Bacalah hasil pengukuran dengan posisi mata sejajar dengan jendela pengukuran
pada pita pengukur. Bacalah hingga ketelitian 0,1 cm. Lakukan pengukuran sebanyak
tiga kali dan diambil reratanya.
7. Menentukan BB Ideal
Salah satu parameter untuk mengetahui keseimbangan energy seseorang adalah melalui
penentuan BB ideal dan indeks massa tubuh.
A. BB Ideal (Rumus Brocca)

BB Ideal (kg) = [tinggi badan (cm) – 100] – [10% (tinggi badan – 100)]

Hasil :
 Bila berat badannya < 80%, dikategorikan sebagai kurus.
 Bila berat badannya 80 – 120% dikategorikan BB ideal.
 Bila berat badannya > 120% dikategorikan gemuk.

B. Indeks Massa Tubuh (Depkes RI)

Indeks Massa Tubuh = Berat badan (kg)

Tinggi badan (m) x Tinggi badan (m)

Kategori IMT

Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17


Kekurangan berat badan tingkat sedang 17,0 - 18,5
Normal 18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan >25,0 – 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0

Sumber : Asmadi (2009)


8. Pemeriksaan Fisik Abdomen
Pemeriksaan fisik abdomen dilakukan dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
Pemeriksaan fisik abdomen dilakukan untuk menilai segala kelainan organ dan struktur yang
berada di abdomen, seperti gastrointestinal, hepar, kandung empedu, dan organ-organ
genitourinaria. Cavum abdomen dibagi menjadi 4 bagian dengan garis imajiner yang saling
tegak lurus melewati umbilicus. Keempat bagian ini adalah kuadran kanan atas dan bawah,
serta kuadran kiri atas dan bawah.

A. Alat dan Bahan


 Stetoskop
 Alat tulis untuk mencatat

B. Inspeksi
Posisi berdiri di sebelah kanan penderita, perhatikan :
 Kulit
Perhatikan tinggi dinding perut dibanding dinding dada, wujud kelainan kulit,
jaringan parut, pelebaran vena. Kemungkinan yang ditemukan : pink purple striae
pada cushing’s syndrome, dilatasi vena pada sirosis hepatis atau obstruksi vena cava
inferior, jaringan parut bekas operasi, cullen’s sign dan grey turner’s sign (hematoma
pada daerah umbilicus dan pinggang), sebagai tanda pancreatitis akut.
 Umbilikus
Perhatikan bentuk, lokasi dan adanya tanda-tanda inflamasi atau hernia.
 Bentuk perut
Perhatikan simetris, pembesaran organ atau adanya massa. Perhatikan juga daerah
inguinal dan femoral. Kemungkinan yang ditemukan : tonjolan nyata, tonjolan
suprapubik, hepar atau limpa yang membesar, tumor, pembesaran perut seperti
bentuk perut katak.
 Adanya gelombang peristaltic
Normal ditemukan pada orang yang kurus. Abnormal pada obstruksi gastrointestinal.
 Adanya pulsasi
Normal : pada orang kurus terlihat pulsasi aorta abdominalis. Aneurisma aorta :
terlihat massa dengan pulsasi. Pulsasi epigastrium : pembesaran ventrikel kanan.

C. Auskultasi
Dengarkan suara bising usus dan catat jumlah frekuensi dan karakter bising. Normal 5
sampai 34 kali per menit. Ada beberapa kemungkinan yang dapat ditemukan, antara lain :
 Bising usus dapat meningkat atau menurun. Perubahan didapatkan pada diare,
obstruksi usus, ileus paralitik dan peritonitis.
 Desiran, didapatkan pada stenosis arteri renalis.
 Friction rubs, didapatkan pada tumor hepar, infark splenikus.
 Borbogimi dan metallic sound, didapatkan pada ileus obstruktif.

D. Perkusi
Berguna untuk orientasi abdomen untuk meyakinkan pemeriksaan hati, lien dan
mengidentifikasi adanya cairan asites, benda padat, massa yang terisi cairan dan udara
bebas di perut serta usus.
 Perkusi Hepar
Perkusi ringan perut di linea medioklavikularis kanan di bawah level umbilicus
kearah cranial (mulai dari daerah timpani ke daerah pekak).
 Beri tanda tempat perubahan pekak yang merupakan batas bawah hati.
 Perkusi ringan dinding dada di linea medioklavikularis kanan dari cranial ke caudal
(mulai dari daerah sonor ke daerah redup).
 Beri tanda batas peralihan ke redup.
 Ukur panjang antara 2 tanda tersebut yang merupakan liver spans (lebar hati).
 Bila hati membesar perkusi tempat lain dan beri tanda batas tepi hati.
 Liver spans normal : 6 – 12 cm pada linea medioklavikularis kanan sedangkan pada
linea mid sternalis 4 – 8 cm.
 Pada penyakit paru obstruktif pekak hati menurun tetapi liver spans normal.
 Liver spans melebar : hepatomegali (hepatitis, CHF), efusi pleura kanan.
 Liver spans menyempit : hepar kecil (sirosis hepatis), udara bebas di bawah
diafragma.

Langkah perkusi bila mencurigai adanya splenomegali :


 Perkusi sela iga terendah di linea aksilaris anterior kiri. Pada daerah ini terdengar
suara timpani. Minta penderita tarik napas dalam dan tahan napas. Perkusi lagi di
tempat yang sama. Dalam keadaan normal suara tetap terdengar timpani. Berarti
tidak ada splenomegali.
 Bila dicurigai terdapat splenomegali maka lakukan perkusi dari berbagai arah mulai
dari redup atau timpani kearah daerah pekak yang diduga limpa sehingga bisa
memberikan gambar batas-batas lien.

E. Palpasi
Palpasi Hati :
 Letakkan tangan kiri anda di belakang penderita sejajar dan menopang iga 11 dan 12.
 Ingatkan penderita untuk rileks.
 Tekankan tangan kiri ke ventral sehingga hati akan mudah teraba dari depan.
 Letakkan tangan kanan anda pada perut sisi kanan lateral otot rektus dengan ujung
jari tangan tepat di bawah daerah pekak hati.
 Arah jari bisa kearah cranial penderita.
 Minta penderita menarik napas dalam. Raba tepi hepar yang menyentuh jari anda.
Catat dan berikan tanda pada tempat hati teraba.
 Lakukan penilaian ukuran hati, bentuk tepi hati, permukaan konsistensi, nyeri tekan
atau tidak.
 Untuk mengetahui pembesaran hati dilakukan pengukuran jarak dari tepi kanan arkus
kosta pada garis midklavikula ke arah garis yang dibuat.

Palpasi Lien :
 Dengan melingkari penderita, tangan kiri diletakkan di belakang bagian bawah iga-
iga kiri dan didorongkan ke ventral.
 Untuk memulai palpasi letakkan tangan kanan di bawah dugaan tepi limpa dan
tekankan kea rah limpa.
 Minta penderita bernapas dalam dan rasakan tepi limpa yang akan turun ke caudal
dan menyentuh jari anda.
 Setelah tepi limpa teraba lanjutkan palpasi ke arah lateral dan medial dimana akan
teraba incisura lienalis.
 Ukuran pembesaran mengikuti garis shuffner. Garis shuffner adalah garis imaginer
yang dibuat mulai dari pertengahan arcus costa kiri melalui umbilicus menuju ke
SIAS kanan. Garis ini dibagi menjadi 8 skala shuffner.

Palpasi Ginjal :
 Ginjal kanan
 Letakkan tangan kiri di belakang penderita tepat di bawah dan parallel dengan
iga 12 dan ujung jari tepat di sudut kostovertebra kanan, kemudian dorong ginjal
kea rah ventral.
 Letakkan tangan kanan secara halus di kwadran kanan atas lateral dan paralel
terhadap tepi otot rektus sedikit di caudal lengkung iga kanan.
 Minta penderita inspirasi dalam. Pada akhir inspirasi tekan tangan kanan kuat
dan dalam serta raba ginjal kanan antara 2 tangan.
 Penderita disuruh ekspirasi, bersamaan itu tekanan tangan kanan dikurangi
pelan-pelan.

 Ginjal kiri
Prinsipnya sama dengan ginjal kanan, bedanya :
 Pemeriksa pindah ke sisi kiri penderita.
 Gunakan tangan kanan untuk mendorong ginjal ke arah dorsal.
 Gunakan tangan kiri untuk melakukan palpasi dari ventral.

Anda mungkin juga menyukai