Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemantauan pertumbuhan di lakukan karena pertumbuhan dan perkembangan


bayi balita berjalan secara simultan dan saling mempengaruhi. Pertumbuhan fisik
bayi dan balita merupakan bagian penting karena merupakan usia emas yang
harus menjadi perhatian banyak pihak di mana masa tersebut perkembangan anak
harus optimal. Pada masa tersebut terjadi banyak perubahan salah satunya
perubahan fisik sehingga perlu menjadi perhatian dan pendampingan lebih dari
orangtua, bidan dan pihak terkait.proses pertumbuhan dan perkembangan setiap
individu mulai dari janin sampai dewasa tidak sama/bervariasi, tergantung dari
faktor-faktor yang mendukung. Pertumbuhan merupakan hal yang berkaitan
dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah dan ukuran yang dapat di ukur
menggunakan ukuran berat dan panjang sedangkan perkembangan adalah
bertambahnya kemampuan dalam struktur serta fungsi tubuh yang lebih
kompleks ,dalam pola yang teratur dan dapat di ramalkan sebagai hasil proses
pematangan.pada proses pertumbuhan dan perkembangan akan mengakibatkan
terjadinya peningkatan kemampuan individu, secara umum proses tersebut
memiliki periode-periode tertentu yakni periode dini ( infancy) bayi baru lahir
usia dua minggu, periode baby (baby hood) yaitu usia dua minggu sampai dua
tahun serta periode anak-anak yaitu usia dua tahun sampai enam tahun dan 12
tahun

Tingkat pertumbuhan dan perkembangan pada anak di pengaruhi oleh beberapa


faktor antara lain status ekonomi keluarga, gizi, tingkat pendidikan orang tua, dll,
kondisi di atas bisa mempengaruhi atau menghambat proses pertumbuhan dan
perkembangan anak secara langsung

Pemantauan pertumbuhan di lakukan secara berkala dengan menggunakan


parameter yaitu ukuran antorpemetri, gejala/tanda pada pemeriksaan fisik,
gejala/tanda pada pemeriksaan laboratorium dan gejala/tanda pemeriksaan
radiologis.pengukuran antropemetri merupakan salah satu cara pengukuran yang
dapat di lakukan oleh siapa pun selain tenaga kesehatan.

Pemantauan pertumbuhan fisik bayi dan anak untuk menentukan bahwa


pertumbuhan anak berjalan dengan normal atau tidak baik di lihat dari segi medis
maupun statistik. Pemantauan pertumbuhan menggunakan pengukuran
antropemetri untuk mengetahui tingkat pertumbuhan bayi dan anak dan juga
mengetahui status gizi bayi dan anak dengan menggunakan alat ukur tertentu
seperti timbangan dan pita pengukur (meteran). Pengukuran antorpemetri ada
dua kelompok yaitu ukuran yang tergantung usia dan ukuran yang tidak
tergantung usia.pada pengukuran tergantung usia yaitu berat badan terhadap
usia(BB/U), tinggi badan terhadap usia (TB/U), lingkar kepala terhadap usia
(LK/U) dan lingakar lengan atas terhadap usia (LLA/U). Pengukuran
antropometri yang tidak tergantung usia yaitu berat badan terhadap tinggi badan
(BB/TB), lingkar lengan atas terhadap tinggi badan (LLA/TB) dan lingkar lengan
atas, lipatan kulit pada trisep, subkapular, abdominal yang dibandingkan dengan
standar baku. Namun ukuran yang biasa dipakai adalah BB/TB, LK/LLA dan LD

Pertumbuhan fisik dan pencapaian kemampuan terjadi dengan cepat selama satu
tahun pertama. Perkembangan pada anak meliputi berbagai aspek yaitu
perkembangan kognitif, bahasa, emosi, sosial dan motorik. Perkembangan
motorik menjadi salah satu aspek penting yang perlu di perhatikan dan dapat
ditinjau dari motorik halus dan kasar yang bisa di lihat sejak neonatus
(Nelson,1999)
BAB II

TEKNIK PEMERIKSAAN FISIK Pada BAYI Dan BALITA

A. Persiapan alat dan pasien


1. Menimbang berat badan anak
Jika anak berumur kurang dari 6 bulan, gunakan Baby scale, bila anak di atas
6 bulan penimbangan dapat menggunakan Dacin / Tared scale / Timbangan
Digital / Beam Balance. Sebelum ditimbang, minta ibu membantu melepas
sepatu, popok, topi, baju, jaket dan celana anaknya (terutama yang tebal).
Untuk menimbang anak menggunakan timbangan dengan kriteria sebagai
berikut :
 Kuat dan tahan lama
 Mempunyai presisi sampai 0,1 kg (100 gram)
 Sudah dikalibrasi
 Tidak menggunakan timbangan pegas untuk anak berumur lebih dari 6
bulan (timbangan kamar mandi dan timbangan gantung yang
menggunakan pegas tidak direkomendasikan karena hasilnya tidak
akurat) memiliki standar nasional Indonesia (SNI)

2. Mengukur tinggi badan anak


Alat yang digunakan untuk mengukur panjang / tinggi badan anak
menggunakan alat ukur dengan kriteria sebagai berikut :
1. Kuat dan tahan lama
2. Mempunyai presisi sampai 0,1 cm
3. Sudah dikalibrasi
4. Memiliki Standar Nasional Indonesia (SNI)
Sebelum diukur, pastikan sepatu, kaos kaki dan hiasan rambut anak
sudah dilepas.

 Mengukur panjang atau tinggi anak tergantung dari umur dan


kemampuan anal untuk berdiri. Mengukur panjang dilakukan dengan cara
anak terlentang, sedangkan tinggi badan dengan berdiri tegak.
 Anak berumur 2 tahun, pengukuran dilakukan dengan terlentang. Jika
pengukuran tinggi badan dilakukan dengan berdiri, maka ditambahkan
0,7 cm untuk mengkonversi menjadi panjang badan.
 Anak usia 2 tahun atau lebih dan anak sudah mampu berdiri, pengukuran
dilakukan dengan berdiri tegak. Jika pengukuran dilakukan dengan
terlentang maka dikurangi 0,7 cm untuk mengkonversi menjadi tinggi
badan.

3. Mengukur lingkar kepala


Saat lahir, ukuran lingkar kepala normalnya adalah 34 – 35 cm. Kemudian akan
bertambah sebesar 0,5 cm pada bulan pertama atau menjadi + 44 cm. Pada 6
bulan pertama ini, pertumbuhan kepala paling cepat dibandingkan dengan tahap
berikutnya, kemudian tahun-tahun pertama lingkar kepala bertambah tidak lebih
dari 5 cm/tahun, setelah itu sampai usia 18 tahun lingkar kepala hanya bertambah
+ 10 cm.
Alat yang dipergunakan : Pita Pengukur

4. Mengukur lingkar lengan


Pertambahan lingkar lengan atas ini relatif lambat. Saat lahir, lingkar lengan atas
sekitar 11 cm dan pada tahun pertama, lingkar lengan atas menjadi 16 cm.
Selanjutnya ukuran tersebut tidak banyak berubah sampai usia 3 tahun. Ukuran
lingkar lengan atas mencerminkan pertumbuhan jaringan lemak dan otot yang
tidak berpengaruh oleh keadaan cairan tubuh dan berguna untuk menilai keadaan
gizi dan pertumbuhan anak prasekolah.
Alat yang dipergunakan : Pita Pengukur

5. Lingkar Dada
Sebagaimana lingkar lengan atas, pengukuran lingkar dada jarang dilakukan.
Pengukurannya dilakukan pada saat bernapas biasa ( mid respirasi ) pada tulang
Xifoidius( insicura substernalis). Pengukuran lingkar dada ini dilakukan dengan
posisi berdiri pada anak yang lebih besar, sedangkan pada bayi dengan posisi
berbaring.
Alat yang dipergunakan : Pita Pengukur

B. Teknik pemeriksaan antopometri


1. Pengukuran Berat Badan
Baby scale, digunakan untuk anak usia di bawah 6 bulan.
o Persiapan alat
 Letakkan timbangan di tempat yang rata dan datar
 Pastikan angka pada jendela baca menunjukkan angka 0
o Pelaksanaan penimbangan
 Timbang bayi dalam keadaan telanjang
 Bila anak lebih besar, gunakan pakaian seminimal mungkin
 Baca dan catat BB anak sesuai dengan angka yang ditunjuk jarum
penimbangan.
Timbangan digital
o Persiapan alat
 Pasangan baterai pada timbangan digital
 Letakkan timbangan di tempat yang datar, keras dan cukup cahaya
 Nyalakan timbangan, dan pastikan angka yang muncul pada layar
baca adalah 00,0
 Lakukan kalibrasi dengan menggunakan anak timbangan.
o Pelaksanaan penimbangan
 Nyalakan timbangan ketika angka 00,0 tampak timbangan sudah
siap digunakan
 Minta anak untuk berdiri di tengah-tengah timbangan dan tidak
berpegangan
 Ingatkan anak untuk tetap diam diatas timbangan sampai angka
berat badannya muncul pada layar baca
 Bacalah angka yang muncul pada layar baca
 Catat hasil penimbangan yang benar pada secarik kertas/buku bantu
dalam kilogram dan ons.

Tared scale
o Persiapan alat
 Pastikan alat timbang diletakkan di tempat yang keras dengan
permukaan yang rata
 Harus ada cukup pencahayaan untuk mengoperasikan timbangan
 Untuk menyalakan timbangan, tekan tombol on / off beberapa detik.
Ketika angka 00,0 tampak, timbangan sudah siap digunakan
 Lakukan kalibrasi dengan menggunakan anak timbangan
o Pelaksanaan penimbangan
 Jika anak usia kurang dari 2 tahun atau menangis atau rewel, timbang
anak dengan ibunya dan lakukan timbangan dengan cara membuat
angka 0 pada skala penimbangan pertama (angka hasil penimbangan
ibu balita)
 Pertama-tama ibu diminta melepas alas kaki dan berdiri di atas
timbangan untuk menimbang berat badannya sendiri; minta kader
memegang bayi yang telah berpakaian seminimal mungkin.
 Minta ibu untuk berdiri di tengah-tengah timbangan, telapak kaki
berdiri tepat pada tanda jejak kaki, jika ada pakaian ibu tidak boleh
menutup layar baca. Ingkatkan ibu untuk tetap di atastimbangan
sampai angka berat badannya muncul pada layar baca
 Dengan ibu masih di atas timbangan dan berat badannya tampak pada
layar baca, kemudian buat angka 0 di layar baca dengan cara
menekan tombol on / off beberapa detik sampai muncul angka 00,0.
 Serahkan bayi dengan pakaian seminimla mungkin kepada ibunya
minta tetap berdiri di atas timbangan.
 Berat badan bayi akan nampak pada layar baca (dalam kilogram dan
ons), kemudian catat berat badannya.

 Jika anak berumur 2 tahun atau lebih dan sudah bisa berdiri, minta anak
berdiri sendiri di atas timbangan.
 Minta ibu membantu melepas sepatu, popok, topi,baju, jaket dan celana
anaknya (terutama yang tebal)
 Minta untuk anak berdiri di tengah-tengah timbangan dan tidak
berpegangan
 Ingatkan anak untuk tetap diam di atas timbangan sampai angka berat
badannya muncul di layar baca
 Bacalah angka yang muncul pada layar baca dan catat hasilnya.
Beam balanced
o Persiapan alat
 Letakkan timbangan ditempat yang rata dan datar
 Pastikan posisi jarum dalam keadaan seimbang
o Pelaksanaan penimbangan
 Posisikan anak di atas timbangan, berdiri tegap di tengah dan
menghadap ke skala timbangan.
 Geser bandul sesuai berat badan balita sampai jarum seimbang,
kemudian catat hasilnya.

Dacin
o Persiapan alat
 Gantung dacin pada tempat yang kokoh, seperti pelana rumah atau
kusen pintu atau dahan pohon atau tripot. Atur posisi angka pada
batang dacin sejajar dengan mata penimbang.
 Letakkan bandul geser pada angka 0 jika ujung kedua paku timbang
tidak dalam posisi lurus, maka timbangan perlu di tera atau diganti
yang baru
 Pastikan bandul geser beradapada nagka 0
 Pasang sarung timbang/ celana timbang / kotak timbang yang kosong
pada dacin
 Seimbangkan dacin yang telah dibebani dengan sarung timbang
dengan memberi kantung plastik berisi pasir / batu di ujung batang
dacin sampai kedua jarum di atas tegak lurus.

o Pelaksanaan penimbangan
 Masukkan balita ke dalam sarung timbang dengan pakaian seminimal
mungkin dan geser bandul sampai jarum tegak lurus
 Baca berat badan dengan melihat angka di ujung bandul geser dan
catat hasil penimbangan.
 Kembalikan bandul ke angka 0 dan keluarkan balita dari sarung
timbang/ celana timbang / kotak timbang yang kosong pada dacin

2. Pengukuran panjang badan


o Persiapan
 Pilih meja atau tempat yang datar dan rata. Siapkan alat ukur panjang
badan.
 Lepaskan kunci pengait yang berada di samping papan pengukur.
 Buka papan hingga posisinya memanjang dan datar.
 Tarik meteran sampai menempel rapat pada dinding tempat
menempelnya kepala dan pastikan meteran menunjuk angka 0
dengan mengatur skrup skala yang ada di bagian kaki balita
 Geser kembali papan penggeser pada tempatnya.
o Pelaksanaan pengukuran panjang badan
 Telentangkan anak di atas papan pengukur dengan posisi kepala
menempel pada bagian papan yang datar dan tegak lurus.
 Pengukur 2 memastikan bagian puncak kepala anak menempel pada
bagian papan yang statis, posisi kepala anak harus sesuai garis
frankfort tegak lurus terhadap papan pengukur.
 Posisikan seluruh bagian belakang badan anak menempel secara tepat
pada papan pengukur.

Pengukuran tinggi badan, untuk usia 2 tahun atau lebih


a. Tinggi badan diukur dengan posisi berdiri tegak, sehingga tumit rapat,
sedangkan bokong, punggung dan bagian belakang kepala berada dalam
satu garis vertikal dan menempel pada alat pengukur.
b. Tentukan bagian atas kepala dan bagian kaki menggunakan sebilah papan
dengan posisi horizontal dengan bagian kaki, lalu ukur sesuai dengan skala
yang tertera.

3. Lingkar Kepala
Cara Pengukuran Lingkar Kepala Adalah :
a) Siapkan pita pengukur (meteran)
b) Lingkarkan pita pengukur pada daerah glabella (frontalis) atau supra
orbita bagian anterior menuju oksiput pada bagian posterior.
Kemudian tentukan hasilnya
c) Cantumkan hasil pengukuran pada kurva lingkar kepala.

4. Lingkar Lengan Atas


Cara Pengukuran Lingkar Lengan Atas sebagai berikut :
a) Tentukan lokasi lengan yang diukur. Pengukuran dilakukan pada
lengan bagian kiri, yaitu pertengahan pangkal lengan dan siku.
Pemilihan lengan kiri tersebut dengan pertimbangan bahwa
aktivitas lengan kiri lebih pasif dibandingkan dengan lengan
kanan sehingga ukurannya lebih stabil.
b) Lingkarkan alar pengukur pada lengan bagian atas seperti pada
gambar ( dapat digunakan pita pengukur). Hindari penekanan
pada lengan yang diukur saat pengukuran.
c) Tentukan besar lingkar lengan sesuai dengan angka yang tertera
pada pita pengukur
d) Catat hasil pada KMS

5. Lingkar Dada
Cara Pengukuran Lingkar Dada adalah :
a) Siapkan pita pengukur
b) Lingkarkan pita pengukur pada daerah dada
c) Catat hasil pengukuran pada KMS
C. Teknik pemeriksaan head to toe
Pemeriksaan Fisik Pada Bayi

Pemeriksaan fisik pada bayi merupakan pemeriksaan yang dilakukan oleh


bidan, perawat, atau dokter untuk menilai status kesehatan yang dilakukan
pada saat bayi baru lahir, 24 jam setelah lahir, dan pada waktu pulang dari
rumah sakit. Dalam melakukan pemeriksaan ini sebaiknya bayi dalam
keadaan telanjang di bawah lampu terang, sehingga bayi tidak mudah
kehilangan panas 1. Untuk pemeriksaan pertama kali dilakukan dengan benar
dan lengkap, sedangkan pada pemeriksaan ulangan dilakukan yang diperlukan
saja. Macam-macam cara pemeriksaan yaitu dengan inspeksi (periksa
pandang/observasi), palpasi (periksa raba), auskultasi (periksa dengar),
perkusi (periksa ketuk) 2. Tujuan pemeriksaan fisik secara umum pada bayi
adalah menilai status adaptasi atau penyesuaian kehidupan intrauterine ke
dalam kehidupan ekstrauterin serta mencari kelainan pada bayi. Sebelum
melakukan pemeriksaan fisik (head to toe dan antropometri), petugas perlu
memeriksa tanda-tanda vital pada terlebih dahulu. Pemeriksaan tersebut antara
lain:

1. Hitung frekuensi nafas


Pemeriksaan frekuensi nafas ini dilakukan dengan menghitung rata-rata
pernafasan dalam satu menit. Pemeriksaan ini dikatakan normal pada bayi
baru lahir apabila frekuensinya antara 30-60 kali per menit, tanpa adanya
retraksi dada dan suara merintih saat ekspirasi, tetapi apabila bayi dalam
keadaan lahir kurang dari 2500 gram atau usia kehamilan kurang dari 37
minggu, kemungkinan terdapat retraksi dada ringan. Jika pernafasan
berhenti beberapa detik secara periodik, maka masih dapat dikatakan
dalam batasan normal.
2. Lakukan Inspeksi pada warna kulit bayi
Pemeriksaan ini berfungsi untuk mengetahui apakah ada warna pucat,
icterus, sianosis sentral, atau tanda lainnya. Bayi dalam keadaan aterm
umumnya lebih pucat dibandingkan bayi dalam keadaan preterm,
mengingat kondisi kulitnya lebih tebal.

3. Hitung denyut jantung bayi dengan menggunakan stetoskop


Pemeriksaan denyut jantung untuk menilai apakah bayi mengalami
gangguan yang menyebabkan jantung dalam keadaan tidak normal,
seperti suhu tubuh yang tidak normal, perdarahan, atau gangguan nafas.
Pemeriksaan denyut jantung ini dikatakan normal apabila frekuensinya
antara 100-160 kali per menit.

4. Ukur suhu aksila


Lakukan pemeriksaan suhu melalui aksila untuk menentukan apakah bayi
dalam keadaan hipo atau hipertermi. Dalam kondisi normal suhu bayi
antara 36,5-37,5 derajat celcius.

5. Kaji postur dan Gerakan


Pemeriksaan ini untuk menilai ada atau tidaknya
epistotonus/hiperekstensi tubuh yang berlebihan dengan kepala dan tumit
ke belakang, tubuh melengkung ke depan, adanya kejang/spasme, serta
tremor. Pemeriksaan postur dalam keadaan normal apabila dalam keadaan
istirahat kepalan tangan longgar dengan lengan, panggul, dan lutut
semifleksi. Selanjutnya pada bayi <2500 gram atau usia kehamilan <37
minggu, ekstremitasnya dalam keadaan sedikit ekstensi.
6. Periksa tonus dan kesadaran bayi
Pemeriksaan ini berfungsi untuk melihat adanya letargi, yaitu penurunan
kesadaran dimana bayi mengalami sulit bangun, tonus otot lemah,
mengantuk, aktivitas berkurang, dan tidak sadar (tidur yang dalam tidak
merespon rangsangan).

Teknik Pemeriksaan Head to Toe pada bayi


1. Pemeriksaan kepala, dengan prosedur sebagai berikut:
a) Ukur lingkar kepala
b) Lakukan penilaian hasil pengukuran, bandingkan dengan lingkar dada,
jika diameter kepala lebih besar 3 cm dari lingkar dada bayi
mengalami hidrosefalus dan jika diameter kepala lebih kecil 3 cm dari
lingkar dada, bayi tersebut mengalami mikrosefalus.
c) Kaji jumlah dan warna adanya lanugo terutama di daerah bahu dan
punggung.
d) Kaji adanya moulage, yaitu tulang tengkorak yang saling menumpuk
pada saat lahir, apakah simetri atau tidak.
e) Kaji kaput suksedenum (edema kulit kepala, lunak, dan tidak
berfluktuasi, batas tidak tegas, dan menyeberangi sutura, akan
menghilang dalam beberapa hari).
f) Kaji sefal hematom yang terjadi sesaat setelah lahir dan tidak tampak
pada hari pertama karena tertutup kaput suksedenum, konsistensinya
lunak, berfluktuasi, berbatas tegas pada tepi tulang tengkorak, tidak
menyebrangi sutura dan jika menyeberangi sutura akan mengalami
fraktur tulang tengkorak. Sefal hematom akan hilang dengan sempurna
dalam waktu 2-6 bulan.
g) Kaji adanya perdarahan akibat pecahnya pembuluh darah vena yang
menghubungkan jaringan di luar sinus dalam tengkorak, batasnya
tidak tegas sehingga bentuk kepala tampak asimetris, dengan palpasi
teraba fluktuasi.
h) Kaji adanya fontanel dengan cara melakukan palpasi menggunakan
jari tangan, denyutannya sama dengan denyut jantung, kemudian
fontanel posterior akan dilihat proses penutupan setelah usia 12-18
bulan.

2. Pemeriksaan mata
a) Kaji adanya strabismus (koordinasi Gerakan mata yang belum
sempurna) dengan cara menggoyang kepala secara perlahan-lahan
sehingga mata bayi akan terbuka.
b) Kaji adanya kebutaan, jika bayi jarang berkedip atau sensitivitas
terhadap cahaya berkurang.
c) Kaji tanda sindrom Down jika ditemukan adanya epikantus yang
melebar.
d) Kaji adanya katarak kongenital jika terlihat pupil berwarna putih.
e) Kaji trauma pada mata seperti adanya edema palpebra, perdarahan
konjungtiva, retina, dan lain-lain.

3. Pemeriksaan telinga
a) Kaji adanya gangguan pendengaran dengan membunyikan bel atau
suara apakah terjadi reflex terkejut, jika tidak terjadi reflex terkejut
kemungkinan bayi mengalami gangguan pendengaran.
b) Kaji posisi hubungan mata dan telinga.

4. Pemeriksaan hidung dan mulut


a) Kaji pola pernafasan dengan cara melihat pola nafas, jika bayi
bernafas melalui mulut, kemungkinan bayi mengalami obstruksi jalan
nafas karena adanya atresia koana bilateral atau fraktur tulang hidung
atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring.
b) Kaji nafas cuping hidung yang mennjukkan gangguan pada paru.
c) Kaji adanya kista di mukosa mulut.
d) Kaji lidah untuk menilai warna, kemampuan refleks hisap dengan
mengamati saat menyusu. Jika ditemukan lidah menjulur keluar, dapat
diduga adanya kecacatan kongenital. Kemudian kaji bercak di mukosa
mulut, palatum, dan pipi yang biasanya disebut monilial albikans.
e) Kaji gusi untuk menilai adanya pigmen gigi apakah terjadi
penumpukan pigmen yang tidak sempurna.

5. Pemeriksaan leher
a) Kaji adanya pembengkakan atau benjolan.
b) Kaji pergerakkan leher, jika terjadi keterbatasan pergerakan,
kemungkinan terjadi kelainan di tulang leher, seperti kelainan tiroid,
hemangioma, dan lain-lain.

6. Pemeriksaan dada dan punggung


a) Kaji adanya kelainan bentuk
b) Kaji kesimetrisan, jika tidak simetris, kemungkinan bayi mengalami
pneumotoraks, paresis diafragma, atau hernia diafragmatika.
c) Kaji ada tidaknya fraktur klavikula dengan cara meraba iktus kordis
dengan menentukan posisi jantung.
d) Kaji frekuensi dan suara jantung dengan auskultasi stetoskop.
e) Kaji bunyi pernafasan. Bunyi nafas bayi adalah bronkovesikuler dan
bising usus yang terdengar di daerah dada menunjukkan hernia
diafragmatika.

7. Pemeriksaan abdomen
a) Kaji bentuk abdomen, jika ditemukan abdomen membuncit,
kemungkinan disebabkan hepatosplenomegaly atau cairan di dalam
rongga perut.
b) Kaji adanya kembung dengan perkusi.

8. Pemeriksaan tulang belakang dan ekstremitas


a) Kaji adanya kelainan tulang belakang (seperti skoliosis, meningokel,
spina bifida) dengan cara bayi diletakkan dalam posisi tengkurap,
kemudian tangan pemeriksaan meraba sepanjang tulang belakang.
b) Kaji adanya kelemahan atau kelumpuhan dengan cara melihat posisi
kedua kaki, adanya pes equinovarus atau valgus dan keadaanya jari-
jari tangan dan kaki apakah terhadap polidaktili.

9. Pemeriksaan genetalia
a) Kaji keadaan labia minora yang tertutup labia mayora, lubang uretra
dan lubang vagina terpisah. Jika ditemukan satu lubang terjadi
kelainan dan jika ada secret di lubang vagina, hal tersebut karena
pengaruh hormone maternal.
b) Kaji adanya fimosis, hipospadia yang merupakan defek di bagian
ventral ujung penis atau defek sepanjang penis dan epispadias
merupakan kelainan defek pada dorsum penis.

10. Pemeriksaan anus dan rectum


a) Kaji adanya kelainan atresia ani atau mengetahui posisinya.
b) Kaji adanya meconium. Secara umum meconium keluar dalam rentang
24 jam, jika dalam waktu 48 jam belum keluar kemungkinan
meconium plug syndrome, megacolon, atau obstruksi saluran
pencernaan.
11. Pemeriksaan Kulit
a) Kaji adanya verniks kasiosa yang merupakan zat bersifat seperti lemak
berfungsi sebagai pelumas atau sebagai isolasi panas pada bayi cukup
bulan.
b) Kaji adanya lanugo, yakni rambut halus di punggung bayi, jumlahnya
lebih banyak pada bayi kurang bulan daripada bayi cukup bulan.

12. Pemeriksaan refleks

Pemeriksaan Cara Kondisi normal Kondisi patologis


reflex pengkuran
Berkedip Sorotkan Dijumpai pada tahun Jika tidak ada,
cahaya ke pertama menunjukkan kebutaan
mata bayi
Tanda Gores telapak Jari kaki mengembang dan Jika jari kaki
babinski kaki ibu jari kaki dorsofleksi, mengembang
sepanjang dijumpai sampai usia 2 dorsofleksi setelah usia
tepi luar, tahun 2 tahun, merupakan
mulai dari tanda lesi
tumit ekstrapiramidal
Merangkak Letakkan Bayi membuat Gerakan Apabila Gerakan tidak
bayi merangkak dengan lengan simetris adanya tanda
tengkurap di dan kaki bila diletakkan kelainan neurologis
atas pada abdomen
permukaan
yang rata
Melangkah Pegang bayi Kaki akan bergerak ke atas Refleks menetap
sehingga dan ke bawah bila sedikit melebihi 4-8 minggu
kakinya disentuhkan ke permukaan merupakan keadaan
sedikit keras dijumpai pada 4-8 abnormal
menyentuh minggu pertama.
permukaan
yang keras
Ekstrusi Sentuh lidah Lidah ekstensi ke arah luar Ekstensi lidah yang
dengan ujung bila di sentuh, dijumpai persisten adanya
spatel lidah pada usia 4 bulan sindrom down
Galant’s Gores Punggung bergerak ke arah Tidak adanya refleks
punggung samping bila distimulasi, menunjukkan lesi
bayi dijumpai pada 4-8 minggu medulaspinalis
sepanjang sisi pertama. transversal
tulang
belakang dari
bahu sampai
bokong
Moro Ubah posisi Lengan ekstensi, jari-jari Refleks yang menetap
dengan tiba- mengembang, kepala lebih pada 4 bulan
tiba atau terlempar ke belakang, menunjukkan adanya
pukul tungkai sedikit ekstensi, kerusakan otak.
meja/tempat lengan kembali ke tengah Respons tidak simetris,
tidur dengan tangan adanya hemiparesis,
menggenggam, tulang fraktur klavikula atau
belakang dan ekstremitas cedera pleksus
bawah ekstensi. Lebih kuat brachialis. Tidak ada
selama 2 bulan menghilang respons ekstremitas
pada usia 3-4 bulan. bawah, adanya
dislokasi pinggul atau
cedera medulla
spinalis.
Neck righting Letakkan Bila bayi terlentang, bahu Tidak ada refleks atau
bayi dalam dan badan kemudian pelvis refleks menetap lebih
posisi berotasi ke arah diamana dari 10 bulan
terlentang, bayi di putar dan dijumpai menunjukkan adanya
coba menarik selama 10 bulan pertama. gangguan sistem saraf
perhatian pusat.
bayi dari satu
sisi.
Menggenggap Letakkan jari Jari-jari bayi melengkung Fleksi yang tidak
(palmar grasp) di telapak di sekitar jari yang simetris menunjukkan
tangan bayi diletakkan di telapak adanya paralisis,
dari sisi tangan bayi dari sisi ulnar, refleks menggenggam
ulnar. refleks ini menghilang yang menetap
pada usia 3-4 bulan. menunjukkan gangguan
serebral.
Rooting Gores sudut Bayi memutar ke arah pipi Tidak adanya refleks
mulut bayi yang digores, refleks ini ini menunjukkan
garis tengah menghilang pada usia 3-4 adanya gangguan
bibir. bulan, tetapi bisa menetap neurologis berat.
pada usia 12 bulan,
khususnya selama tidur.
Kaget (startle) Bertepuk Bayi mengekstensi dan Tidak adanya refleks
tangan memfleksi lengan dalam menunjukkan adanya
dengan keras. berespon terhadap suara gangguan pendengaran.
keras, tangan tetap rapat,
refleks ini akan
menghilang stelah usia 4
bulan.
Menghisap Perhatikan Bayi menghisap dengan Refleks yang lemah
pada saat kuat dalam berespon dalam atau tidak ada
bayi menyusu stuimulasi, reflex ini menunjukkan
menetap selama masa bayi keterlambatan
dan mungkin terjadi perkembangan atau
selama tidur tanpa keadaan neurologi yang
stimulasi abnormal
Tonic neck Menoleh Bayi melakukan perubahan Tidak normal jika
kepala bayi posisi jika kepala repons terjadi setiap
dengan cepat ditolehkan ke satu sisi, kali kepala ditolehkan,
ke satu sisi lengan dan tungkai jika menetap
ekstensi kea rah sisi menunjukan ada
putaran kepala dan fleksi kerusakan serebral
pada sisi yang berlawanan, mayor.
normalnya reflex ini tidak
terjadi setiap kali kepala
ditolehkan. Tampak kira-
kira pada usia 2 bulan dan
menghilang pada usia 6
bulan.

Pemeriksaan Fisik Pada Balita


Merupakan pengkajian yang dilakukan pada balita yang bertujuan untuk
memperoleh data status kesehatan balita serta dapat dijadikan sebagai dasar
dalam menegakkan diagnosis. Adapun pemeriksaan nya adalah sebagai
berikut.
1. Pemeriksaan keadaan umum
Pemeriksaan ini terdiri atas pemeriksaan kesadaraan, status gizi, tanda-
tanda vital, dan lain-lain.

a. Pemeriksaan kesadaran
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai status kesadaran balita,
penilaian ini dibagi menjadi dua macam, yaitu penilaian kualitatif
(apakah anak berada pada kondisi compos mentis, apatis, somnolen,
sopor) dan penilaian kuantitatif (menentukan nilai GCS anak).

b. Pemeriksaan status gizi


Dilakukan dengan mengukur antropometri balita dan pemeriksaan
klinis.

Teknik Pemeriksaan Head to Toe pada Balita


1. Kepala
Pada pemeriksaan kepala perlu diperhatikan : besar, ukuran, lingkar
kepala, asimetri, sefalhematom, maulase, kraniotabes, sutura, ubun-ubun,
pelebaran pembuluh darah, rambut, tengkorak dan muka. Kepala diukur
pada lingkaran yang paling besar, yaitu melalui dahi dan daerah yang
paling menonjol daripada oksipital posterior.

2. Wajah
Pada pemeriksaan wajah perhatikan : simetri tidaknya, paralisis, jarak
antara hidung dan mulut, jembatan hidung, mandibula, pembengkakan,
tanda chovstek, dan nyeri pada sinus.

3. Mata
Pada pemeriksaan mata perhatikan : fotofobia, ketajaman melihat,
nistagmus, ptosis, eksoftalmus, endoftalmus, kelenjar lakrimalis,
konjungtiva, kornea, pupil, katarak, dan kelainan fundus. Strabismus
ringan dapat ditemukan pada bayi normal di bawah 6 bulan.

4. Hidung
Untuk pemeriksaan hidung, perhatikan : bentuknya, gerakan cuping
hidung, mukosa, sekresi,  perdarahan, keadaan septum, perkusi sinus.

5. Mulut
Pada pemeriksaan mulut, perhatikan :
a Bibir : warna, fisura, simetri/tidak, gerakan.
b Gigi : banyaknya, letak, motling, maloklusi, tumbuh lambat/tidak.
c Selaput lendir mulut : warna, peradangan, pembengkakan.
d Lidah : kering/tidak, kotor/tidak, tremor/tidak, warna, ukuran, gerakan,
tepi hiperemis/tidak.
e Palatum : warna, terbelah/tidak, perforasi/tidak.

6. Tenggorok
Pemeriksaan tenggorok dilakukan dengan menggunakan alat skalpel, anak
disuruh mengeluarkan lidah dan mengatakan ‘ah’ yang keras, selanjutnya
spaltel diletakkan pada lidah sedikit ditekan kebawah. Perhatikan : uvula,
epiglotis, tonsil besarnya, warna,  paradangan, eksudat, kripte).

7. Telinga
Pada pemeriksaan telinga, perhatikan : letak telinga, warna dan bau
sekresi telinga, nyeri/tidak (tragus,antitragus), liang telinga, membrana
timpani. Pemeriksaan menggunakan heat lamp dan spekulum telinga.
8. Leher
Pada leher perhatikanlah : panjang/pendeknya, kelenjar leher, letak
trakhea, pembesaran kelenjar tiroid, pelebaran vena, pulsasi karotis, dan
gerakan leher.

9. Thorax
Untuk pemeriksaan thorax seperti halnya pada dewasa, meliputi urutan :
a Inspeksi
Pada anak < 2 tahun : lingkar dada < lingkar kepala
Pada anak > 2 tahun : lingkar dada > lingkar kepala. Perhatikan
1) Bentuk thorax : funnel chest, pigeon chest, barell chest , dll
2) Pengembangan dada kanan dan kiri : simetri/tidak, ada
retraksi.tidak
3) Pernafasan : cheyne stokes, kusmaul, biot
4) Ictus cordis

b Palpasi
Perhatikan :
1) Pengembangan dada : simetri/tidak
2) Fremitus raba : dada kanan sama dengan kiri/tidak
3) Sela iga : retraksi/tidak
4) Perabaan iktus cordis

c Perkusi
Dapat dilakukan secara langsung dengan menggunakan satu jari/tanpa
bantalan jari lain, atau secara tidak langsung dengan menggunakan 2
jari/bantalan jari lain. Jangan mengetok terlalu keras karena dinding
thorax anak lebih tipis dan ototnya lebih kecil. Tentukan : 1. Batas
paru-jantung 2. Batas paru-hati : iga VI depan 3. Batas diafragma : iga
VIII –  X belakang. Bedakan antara suara sonor dan redup.

d Auskultasi
Tentukan suara dasar dan suara tambahan : Suara dasar : vesikuler,
bronkhial, amforik, cog-wheel breath sound, metamorphosing breath
sound. Suara tambahan : ronki, krepitasi, friksi pleura, wheezing Suara
jantung normal, bising, gallop.

10. Abdomen
Seperti halnya pada dewasa pemeriksaan abdomen secara berurutan
meliputi ;
a Inspeksi
Perhatikan dengan cara pengamatan tanpa menyentuh :
1) Bentuk : cekung/cembung
2) Pernafasan : pernafasan abdominal normal pada bayi dan anak
kecil
3) Umbilikus : hernia/tidak
4) Gambaran vena : spider navy
5) Gambaran peristaltik
b Auskultasi
Perhatikan suara peristaltik, normal akan terdengar tiap 10 –  30 detik.
c Perkusi
Normal akan terdengar suara timpani. Dilakukan untuk menentukan
udara dalam usus, atau adanya cairan bebas/ascites.
d Palpasi
Palpasi dilakukan dengan cara : anak disuruh bernafas dalam, kaki
dibengkokkan di sendi lutut, palpasi dilakukan dari kiri bawah ke atas,
kemudian dari kanan atas ke  bawah. Apabila ditemukan bagian yang
nyeri, dipalpasi paling akhir. Perhatikan : adanya nyeri tekan , dan
tentukan lokasinya. Nilai perabaan terhadap hati, limpa, dan ginjal.

11. Hati
Palpasi dapat dapat dilakukan secara mono/bimanual Ukur besar hati
dengan cara :
a Titik persilangan linea medioclavicularis kanan dan arcus aorta
dihubungkan dengan umbilikus.
b Proc. Xifoideus disambung dengan umbilicus.  Normal : 1/3 –  1/3
sampai usia 5 –  6 tahun. Perhatikan juga : konsistensi, permukaan,
tepi, pulsasi, nyeri tekan.

12. Limpa
Ukur besar limpa (schuffner) dengan cara :
Tarik garis singgung ‘a’ dengan bagian arcus aorta kiri.
Dari umbilikus tarik garis ‘b’ tegak lurus ‘a’ bagi dalam 4 bagian.
Garis ‘b’ diteruskan ke bawah sampai lipat paha, bagi menjadi 4 bagian
juga. Sehingga akan didapat S1 –  S8.

13. Ginjal
Cara palpasi ada 2 :
a Jari telunjuk diletakkan pada angulus kostovertebralis dan menekan
keras ke atas, akan teraba ujung bawah ginjal kanan.
b Tangan kanan mengangkat abdomen anak yang telentang. Jari-jari
tangan kiri diletakkan di  bagian belakang sedemikian hingga jari
telunjuk di angulus kostovertebralis kemudian tangan kanan
dilepaskan. Waktu abdomen jatuh ke tempat tidur, ginjal teraba oleh
jari-jari tangan kiri.
14. Ekstremitas
Perhatikan : kelainan bawaan, panjang dan bentuknya, clubbing finger,
dan pembengkakan tulang.  
Persendian Periksa : suhu, nyeri tekan, pembengkakan, cairan, kemerahan,
dan gerakan.

15. Otot
Perhatikan : spasme, paralisis, nyeri, dan tonus.

16. Alat Kelamin


Perhatikan :
Untuk anak perempuan :
a Ada sekret dari uretra dan vagina/tidak.
b Labia mayor : perlengketan / tidak
c Himen : atresia / tidak
d Klitoris : membesar / tidak.

Untuk anak laki-laki :


a Orifisium uretra : hipospadi = di ventral / bawah penis Epsipadia = di
dorsal / atas  penis.
b Penis : membesar / tidak.
c Skrotum : membesar / tidak, ada hernia / tidak.
d Testis : normal sampai puber sebesar kelereng.
e Reflek kremaster : gores paha bagian dalam testis akan naik dalam
skrotum.

17. Anus dan Rektum


Anus diperiksa rutin sedangkan rektum tidak. Untuk anus, perhatikan :
a Daerah pantat adanya tumor, meningokel, dimple, atau abces perianal.
b Fisura ani.
c Prolapsus ani
Pemeriksaan rektal : anak telentang, kaki dibengkokkan, periksa dengan
jari kelingking masuk ke dalam rektum. Perhatikan :
a Atresia ani.
b Tonus sfingter ani.
c Fistula rektovaginal.
d Ada penyempitan / tidak.

18. Kulit
Pada pemeriksaan kulit yang harus diperhatikan adalah : warna kulit,
edema, tanda  perdarahan, luka parut (sikatrik), pelebaran pembuluh
darah, hemangioma, nevus, bercak ‘café au kait’, pigmentasi, tonus,
turgor, pertumbuhan rambut, pengelupasan kulit, dan stria.

19. Kelenjar
Limfe Kelenjar limfe yang perlu diraba adalah : submaksila, belakang
telinga, leher, ketiak, bawah lidah, dan sub oksipital. Apabila teraba
tentukan lokasinya, ukurannya, mobil atau tidak.
BAB III

DAFTAR PUSTAKA

A. Aziz Alimul Hidayat. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan


Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika; 2008.

A. Aziz Alimul Hidayat. Asuhan Neonatus, Bayi, Dan Balita. I. (Esty Wahyuningsih,
ed.). Jakarta: EGC; 2009.

Modul Pelatihan : Penentuan Status Gizi Berdasarkan Penilaian Pertumbuhan Balita


dan Anak Prasekolah.Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016

Modul Pembelajaran Teori : Ilmu Kesehatan Anak

Anda mungkin juga menyukai