Anda di halaman 1dari 83

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya
penyusunan panduan praktikum Penilaian Status Gizi ini bisa diselesaikan. Pada mata kuliah
Penilaian Status Gizi ini, mahasiswa akan belajar tentang Penilaian Status Gizi secara
antropometri, biokimia dan fisik/klinis. Untuk menambah pengetahuan mengenai praktikum,
disarankan mahasiswa membaca buku referensi atau rujukan yang ada dalam daftar pustaka
petunjuk praktikum ini, atau referensi lainnya baik sumber tertulis maupun dari internet.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Dekan Fakultas Gizi Universitas Muhammadiyah
Kudus maupun semua pihak yang telah membantu penyusunan panduan praktikum ini dengan
baik. Panduan praktikum Penilaian Status Gizi ini belum sempurna, untuk itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan buku panduan ini dimasa
yang akan datang. Semoga buku panduan ini bisa bermanfaat bagi semua pihak.

Kudus, Agustus 2021

Tim Penyusun

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 1


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ 1


DAFTAR ISI ........................................................................................................................... 2
TATA TERTIB PRAKTIKUM .............................................................................................. 3
PRAKTIKUM 1. ANTROPOMETRI BB, TB/PB ................................................................. 5
PRAKTIKUM 2. ANTROPOMETRI LINGKAR BADAN ................................................... 11
PRAKTIKUM 3. ANTROPOMETRI KOMPOSISI TUBUH ............................................... 17
PRAKTIKUM 4. ANALISIS DAN INTERPRETASI PENILAIAN STATUS GIZI ............ 28
PRAKTIKUM 5. PENILAIAN STATUS GIZI DENGAN SOFTWARE ............................. 32
PRAKTIKUM 6. PENILAIAN STATUS GIZI DI MASYARAKAT (POSYANDU) ......... 40
PRAKTIKUM 7. PSG METODE SURVEY KONSUMSI PANGAN INDIVIDU ............... 43
PRAKTIKUM 8. PSG METODE SURVEY KONSUMSI PANGAN (FFQ, SQ FFQ) ......... 49
PRAKTIKUM 9. PENILAIAN STATUS GIZI BIOKIMIA ................................................. 53
PRAKTIKUM 10. PENILAIAN STATUS GIZI FISIK KLINIS .......................................... 61
PRAKTIKUM 11. PENILAIAN STATUS GIZI DI RUMAH SAKIT ................................. 70
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 73
LAMPIRAN ............................................................................................................................ 74

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 2


TATA TERTIB LABORATORIUM

A. Kehadiran
1. Praktikan wajib hadir di laboratorium 15 menit sebelum praktikum dimulai, untuk
mempersiapkan peralatan yang diperlukan.
2. Praktikan yang terlambat lebih dari 15 menit tidak diperkenankan mengikuti praktikum,
kecuali ada alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.
3. Apabila karena suatu hal praktikan tidak dapat mengikuti praktikum maka praktikan harus
membuat surat ijin yang dilampiri surat bukti sebab ketidakhadirannya.
4. Praktikan harus mengikuti seluruh materi praktikum. Jika selama 2 kali berturut-turut
tidak mengikuti praktikum tanpa alasan dan bukti yang jelas, praktikan dianggap
mengundurkan diri dan mendapat nilai E.
5. Praktikan yang meninggalkan laboratorium sebelum waktu praktikum selesai, harus
minta ijin dosen/asisten dosen pembimbing yang bertugas.

B. Kewajiban Praktikan
1. Memperhatikan petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh dosen/asisten.
2. Mempelajari prosedur praktikum dengan baik sebelum melakukan praktikum.
3. Mencatat peralatan yang diperlukan, lalu melakukan peminjaman dengan petugas
laboraotorium.
4. Tidak diperbolehkan makan, minum dan bergurau selama praktikum.
5. Melaporkan dengan segera jika ada kerusakan alat yang dipakai.
6. Bertanggung jawab terhadap alat laboratorium yang dirusakkan/dihilangkan.
7. Membersihkan alat yang digunakan 10 menit sebelum waktu praktikum berakhir.
8. Praktikan wajib membuat laporan praktikum per kelompok yang dikumpulkan maksimal
1 minggu setelah praktikum berlangsung. Laporan diketik rapi dan diberi identitas
(format terlampir).

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 3


C. Pakaian (Dress Code)
1. Berpakaian rapi dan sopan, celana/rok panjang, kemeja (bukan kaos).
2. Memakai sepatu tanpa hak berbahan karet atau sepatu kets. Tidak diperbolehkan
menggunakan sepatu highheels, wedges, dan sepatu licin.
3. Tidak diperbolehkan memanjangkan kuku dan menggunakan cat kuku.

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 4


PRAKTIKUM 1
ANTROPOMETRI BB DAN TB/PB

A. Dasar Teori
Berat badan dan tinggi badan adalah variabel yang paling sering digunakan dalam
menentukan status gizi dan status kesehatan seseorang. Berat badan merupakan jumlah cairan,
lemak, otot, dan mineral tulang di dalam tubuh manusia. Berat badan seseorang dapat
diketahui dengan melakukan penimbangan menggunakan timbangan berat badan yang
dinyatakan dalam satuan kilogram (kg). Timbangan berat badan yang digunakan dapat berupa
timbangan digital maupun timbangan jarum. Berat badan sensitif terhadap perubahan,
sehingga berat badan menggambarkan status gizi saat ini.
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan
skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan pertambahan umur.
Pengukuran tinggi badan dilakukan dengan menggunakan alat infantometer/lengthboard dan
microtoice yang dinyatakan dengan satuan cm. Pengukuran tinggi badan disesuaikan dengan
kondisi klien apakah bisa berdiri atau telentang. Jika seorang anak berumur kurang dari 2
tahun diukur tingginya (berdiri) maka ditambahkan 0.7 cm untuk mengkonversi menjadi
panjang badan. Jika seorang anak berumur 2 tahun atau lebih dan diukur panjangnya
(telentang) maka dikurangi 0.7 cm untuk mengkonversi menjadi tinggi badan. Pertumbuhan
tinggi badan kurang sensitif terhadap perubahan sehingga menggambarkan keadaan gizi yang
telah lalu dan keadaan sekarang jika umur tidak diketahui dengan tepat.
Pengukuran kedua variabel ini harus dilakukan dengan benar sehingga dapat
menggambarkan kondisi status gizi yang tepat. Pengukuran dengan prosedur yang sesuai
diperlukan untuk mengurangi bias/error yang dihasilkan.

B. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu mengenal alat-alat pengukuran antropometri BB, TB/PB.
2. Mahasiswa mampu melakukan penilaian status gizi antropometri pengukuran BB,
TB/PB.

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 5


C. Proses Praktikum
Alat :
1. Timbangan digital 4. Timbangan berat badan bayi
2. Timbangan jarum/injak 5. Length board/ infantomeer
3. Dacin 6. Microtoice
Prosedur Kerja :
a. Berat Badan
1. Penimbangan Berat Badan dengan Alat Timbang Digital
- Letakkan timbangan digital di permukaan yang datar dan rata serta tempat yang
terang untuk memudahkan pembacaan hasil pengukuran.
- Pastikan baterai timbangan sudah terpasang. Aktifkan alat timbang dan pastikan
angka nol terlihat pada jendela baca
- Pengukur berdiri di samping kanan depan timbangan
- Klien melepas sepatu atau alas kaki, jaket, topi, isi kantong (kunci, HP, dll),
pakaian yang bisa ditanggalkan
- Ketika dipersilakan naik ke alat timbang dengan posisi kaki tepat di tengah alat
timbang tetapi tidak menutupi jendela baca.
- Pastikan posisi klien berdiri tegak lurus, mata menghadap ke depan, sikap
tenang.
- Pastikan klien tidak menyentuh/disentuh/tersentuh sebelum pembacaan hasil
penimbangan.
- Angka di kaca jendela alat timbang akan muncul dan tunggu sampai angka tidak
berubah.
- Baca hasil timbangan dan catat angka yang muncul.
- Klien dipersilakan untuk turun dari alat timbang.

2. Penimbangan Berat Badan dengan Timbangan Jarum/Injak


- Letakkan timbangan digital di permukaan yang datar dan rata serta tempat yang terang
untuk memudahkan pembacaan hasil pengukuran.
- Posisi jarum harus diatur agar tepat menunjukkan angka 0.
- Pengukur berdiri di samping kanan depan timbangan

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 6


- Klien melepas sepatu atau alas kaki, jaket, topi, isi kantong (kunci, HP, dll), pakaian
yang bisa ditanggalkan
- Ketika dipersilakan naik ke alat timbang dengan posisi kaki tepat di tengah alat
timbang tetapi tidak menutupi jendela baca.
- Pastikan posisi klien berdiri tegak lurus, mata menghadap ke depan, sikap tenang.
- Pastikan klien tidak menyentuh/disentuh/tersentuh sebelum pembacaan hasil
penimbangan.
- Angka di kaca jendela alat timbang akan muncul dan tunggu sampai angka tidak
berubah.
- Baca hasil timbangan dan catat angka yang muncul.
- Apabila hasil pengukuran 1 dan 2 berbeda >0,5 kg, klien harus ditimbang untuk ketiga
kalinya, hingga memang benar-benar mendapatkan hasil yang valid.
- Klien dipersilakan untuk turun dari alat timbang.

3. Penimbangan Berat Badan dengan Dacin


- Langkah 1, dacin digantungkan pada penyangga yang kuat
- Langkah 2, dacin digantungkandan diikat dengan tali yang kuat. Periksa dengan
menarik batang dacin ke bawah kuat-kuat.
- Langkah 3, sebelum dacin digunakan, bandul geser diletakkan pada angka 0. Setelah
itu, batang dacin dikaitkan dengan tali pengaman.
- Langkah 4, celana timbang atau kotak timbang atau sarung timbang yang kosong
dipasangkan pada dacin. Pada keadaan ini bandul geser tetap pada angka 0.
- Langkah 5, batang dacin yang sudah dibebani celana timbang, diseimbangkan lagi
dengan cara menggantungkan kantong plastik yang berisi pasir atau benda lain yang
halus sampai seimbang.
- Langkah 6, anak dinaikkan ke dalam sarung timbang, kemudian di timbang pada dacin
sampai batang dacin dalam keadaan seimbang.
- Langkah 7, menentukan berat badan anak, dengan cara membaca angka di ujung
bandul geser.
- Langkah 8, mencatat hasil penimbangan pada buku catatan.

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 7


- Langkah 9, menggeser bandul ke angka 0, kemudian meletakkan batang dacin dalam
tali pengaman, setelah itu anak bisa diturunkan.

4. Penimbangan Berat Badan Bayi Menggunakan Digital Infant (Baby Scale)


- Letakkan alat pada tempat yang datar tidak berkerikil, berpasir, licin serta aman.
- Alasi timbangan dengan kertas handuk
- Nyalakan timbangan untuk mengaktifkannya. Jika pada layar muncul angka “0.00”,
maka alat tersebut dapat digunakan.
- Lepas pakaian yang tebal pada bayi saat pengukuran. Bila perlu lepas diapers pada
bayi. Agar mendapatkan hasil yang tepat.
- Tidurkan bayi pada meja timbang (baby scale). Ketika menimbang, tempatkan tangan
petugas diatas tubuh bayi (tidak menempel) untuk mencegah bayi jatuh saat ditimbang.
- Angka yang menunjukkan berat bayi akan muncul pada layar baca
- Catat hasilnya. Pastikan data tersebut akurat dan dapat dibaca.

b. Tinggi Badan
1. Pengukuran Tinggi Badan Subjek Belum Bisa Berdiri
- Letakkan alat infantometer/length board pada permukaan yang datar dan keras,
kemudian buka/rangkai alat dengan benar.

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 8


- Tarik papan penggeser sampai menempel rapat ke dinding tempat menempelnya
kepala.
- Putar sekrup pengatur skala sampai angka menunjukkan angka 0.
- Tidurkan bayi/anak pada alat dengan posisi kepala menempel pada dinding papan atas.
- Atur posisi anak agar bagian belakang kepala, punggung, pantat, dan tumit menempel
pada papan. Perkirakan agar garis cuping telinga tegak lurus dengan puncak tulang
pipi (frankfort plane).
- Asisten pengukur memegang bagian kepala anak agar menempel dinding bagian atas
alat.
- Tangan kiri pengukur menekan pergelangan kaki anak, dan tangan kanan menggeser
alat sampai menekan telapak kaki dan menyentuh tumit bayi atau anak.
- Baca hasil pengukuran dalam akurasi 0,1 cm dan catat hasilnya.

2. Pengukuran Tinggi Badan Subjek Bisa Berdiri


- Cari lantai yang datar, rata dan kasar sebagai tempat pijakan klien.
- Pasang microtoise pada dinding atau tiang yang tegak lurus dengan lantai.
- Pastikan bahwa microtoise telah terpasang dengan stabil dan titik 0 tepat pada
lantai atau papan pijakan.
- Klien diminta untuk melepaskan sepatu/alas kaki dan aksesoris rambut yang
dapat mengganggu pengukuran. Klien diperisilakan untuk naik ke papan alas

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 9


dan menempel membelakangi dinding.
- Letakkan tangan kiri pengukur pada dagu klien, pastikan bahwa bahu klien lurus
dan tegak, tangan di samping serta bagian belakang kepala, rentang bahu dan
bokong tepat menempel pada dinding.
- Turunkan perlahan-lahan batas kepala microtoise sampai puncak kepala klien.
Pastikan pengukur menekan (dengan lembut) rambut klien.
- Apalagi posisi klien sudah benar, baca dan tentukan tinggi badan klien dengan
akurasi 0,1 cm. Batas kepala dipindahkan kembali dan tangan kiri dilepaskan
dari dagu klien.
- Catat hasil pengukuran dan klien dipersilakan untuk turun dari papan alas.

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 10


PRAKTIKUM 2
ANTROPOMETRI LINGKAR BADAN

A. Dasar Teori
Pada bab ini akan dipraktekan antropometri komposisi tubuh yang bertujuan untuk
mengetahui sebaran lemak bagian atas tubuh. Terdapat cara mudah untuk memperkirakan
sebaran jaringan adipose baik lemak subkutan (lemak bawah kulit) maupun lemak visceral
(lemak di antara organ dalam bagian abdominal). Caranya dengan mengukur lingkar
pinggang, lingkar pinggul, dan rasio pinggang-pinggul.
Sebaran lemak tubuh terutama lemak subkutan bagian atas tubuh sering disebut juga
sebagai adipose depot. Beberapa peneliti berpendapat bahwa pengukuran depot lemak
subkutan bagian atas tubuh ini memberikan gambaran penting mengenai metabolisme lemak.
Lemak subkutan bagian atas tubuh mampu melepaskan asam lemak bebas lebih banyak
dibandingkan dengan lemak subkutan bagian bawah tubuh (misalnya paha, jempol kaki atau
betis). Karena peran tersebut, lemak yang terdapat di bagian atas tubuh, mampu
menggambarkan gangguan metabolisme tubuh.
Sementara itu, lingkar leher biasanya digunakan sebagai kombinasi pengukuran lingkar
pinggang dan lingkar pinggul. Lingkar leher dapat digunakan untuk identifikasi overweight
atau obese pada orang dewasa. Laki-laki dengan lingkar leher ≥ 37 cm dan wanita ≥ 37 cm,
dapat dipastikan dia overweight atau obese.3 Sehingga dengan hasil pengukuran antropometri
ini, kita dapat mengetahui risiko penyakit yang berkaitan dengan gangguan profil lemak
tubuh. Ada beberapa metode yang bisa diukur untuk menentukan sebaran lemak tubuh bagian
atas di antaranya dengan mengukur lingkar pinggang, lingkar pinggul, dan lingkar leher, dan
lingkar pergelangan tangan, lingkar lengan atas (LILA), dan tinggi lutut. Dari data tersebut,
bisa kita tentukan nilai antropometris untuk menilai komposisi tubuh seseorang.

B. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu memahami metode pengukuran antropometri pada orang dewasa
yang berkaitan dengan sebaran lemak tubuh bagian atas.
2. Mahasiswa mampu mengukur lingkar pinggang pada orang dewasa.
3. Mahasiswa mampu mengukur lingkar pinggul pada orang dewasa.

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 11


4. Mahasiswa mampu mengukur lingkar panggul pada orang dewasa.
5. Mahasiswa mampu menghitung rasio lingkar pinggang-panggul (RLPP) pada orang
dewasa dan menginterpretasikannya.
6. Mahasiswa mampu mengukur tinggi lutut pada orang dewasa.
7. Mahasiswa mampu mengukur lingkar leher pada orang dewasa.
8. Mahasiswa mampu mengukur lingkar pergelangan tangan pada orang dewasa.

C. Proses Praktikum
Alat :
1. Pita Ukur/ Metlin
2. Pita LILA
3. Alat pengukur tinggi lutut/ Knee Height Caliper

Prosedur Kerja :
1. Pengukuran Lingkar Pinggang
- Subjek menggunakan pakaian yang longgar (tidak menekan) sehingga alat ukur dapat
diletakkan dengan sempurna.
- Subjek berdiri tegak dengan perut dalam keadaan yang rileks.
- Letakkan alat ukur melingkari pinggang secara horisontal, dimana merupakan bagian
terkecil dari tubuh. Bagi subjek yang gemuk, dimana sukar menentukan bagian paling
kecil, maka daerah yang diukur adalah antara tulang rusuk dan tonjolan iliaca. Seorang
pembantu diperlukan untuk meletakkan alat ukur dengan tepat.
- Lakukan pengukuran di akhir ekspresi yang normal dengan alat ukur tidak menekan
kulit.
- Bacalah hasil pengukuran pada pita hingga 0,1 cm terdekat.

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 12


2. Pengukuran Lingkar Pinggul
- Pengukur berdiri di samping responden.
- Resopnden diminta untuk berdiri merapatkan kedua kaki tanpa alas kaki dan
memosisikan lengannya di samping dengan posisi telapak tangan menghadap ke dalam
dan mengembuskan nafas perlahan.
- Pita diletakkan pada lingkaran terluar pantat, biasanya setara dengan tinggi simfisi
pubis.

3. Pengukuran Lingkar Panggul


- Subjek mengenakan pakaian yang tidak terlalu menekan.
- Subjek berdiri tegak dengan kedua lengan berada pada sisi tubuh dan kaki rapat.
- Pengukur jongkok di samping subjek sehingga tingkat maksimal dari panggul terlihat.
- Lingkarkan alat pengukur secara horisontal tanpa menekan kulit. Seorang pembantu
diperlukan untuk mengatur posisi alat ukur pada sisi lainnya.
- Bacalah dengan teliti hasil pengukuran pada pita hingga 0,1 cm tterdekat.

4. Pengukuran Rasio Lingkar Pinggang dan Panggul (RLPP)


- Letakkan alat pada tempat yang datar tidak berkerikil, berpasir, licin serta aman.

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 13


- Alasi timbangan dengan kertas handuk
- Nyalakan timbangan untuk mengaktifkannya. Jika pada layar muncul angka “0.00”,
makaalat tersebut dapat digunakan.
- Lepas pakaian yang tebal pada bayi saat pengukuran. Bila perlu lepas diapers pada
bayi. Agar mendapatkan hasil yang tepat.
- Tidurkan bayi pada meja timbang (baby scale). Ketika menimbang, tempatkan tangan
petugas diatas tubuh bayi (tidak menempel) untuk mencegah bayi jatuh saat ditimbang.
- Angka yang menunjukkan berat bayi akan muncul pada layar baca
- Catat hasilnya. Pastikan data tersebut akurat dan dapat dibaca.

5. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)


- Subjek diminta untuk berdiri tegak.
- Tanyakan kepada subjek lengan mana yang aktif digunakan. Jika yang aktif digunakan
adalah lengan kanan, maka yang diukur adalah lengan kiri, begitupun sebaliknya.
- Mintalah subjek untuk membuka lengan pakaian yang menutup lengan yang tidak aktif
digunakan.
- Untuk menentukan titik mid point lengan ditekuk hingga membentuk sudut 90o,
dengan telapak tangan menghadap ke atas. Pengukur berdiri di belakang subjek dan
menentukan titik tengah antara tulang atas pada bahu dan siku.
- Tandailah titik tersebut dengan pulpen.
- Tangan kemudian tergantung lepas dan siku lurus di samping badan serta telapak
tangan menghadap ke bawah.
- Ukurlah lingkar lengan atas pada posisi mid point dengan pita LILA menempel pada
kulit. Perhatikan jangan sampai pita menekan kulit atau ada rongga antara kulit dan
pita.
- Catat hasil pengukuran pada skala 0,1 cm terdekat.
- Lakukan pengukuran sebanyak tiga kali dan diambil reratanya.

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 14


6. Pengukuran Tinggi Lutut
- Subjek yang diukur bisa duduk atau telentang.
- Jika subjek duduk, pilih kursi yang datar dengan punggung tegak.
- Alat tinggi lutut diletakkan pada pertemuan antara paha bagian bawah dan
tempurung/puncak lutut yang pipih (patella), telapak kaki harus lurus membentuk
sudut 90o dengan tumit dinaikkan sedikit seperti posisi saat kaki berdiri menginjak
lantai.
- Tarik/geser alat ke arah tempurung/puncak lutut yag pipih (patella) atas.
- Tinggi lutut dapat dibaca dengan melihat skala tempat berhentinya alat.
- Skala akan menunjukkan panjang lutut, yaitu panjang dari telapak kaki ke arah lutut.

7. Pengukuran Lingkar Leher


- Pengukuran dapat dilakukan dengan subjek berdiri atau duduk.
- Subjek harus menjaga kepala untuk memandang lurus ke depan dengan bahu rileks
turun namun tidak membungkuk.
- Lingkar leher diukur tepat di superior kartilago thyroid (jakun) untuk wanita.
Sedangkan untuk pria, lingkar leher diukur tepat di bawah jakun.
- Penting untuk tidak menarik pita sampai ketat karena jaringannya mudah tertekan.

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 15


- Kondisi subjek yang mengalami gangguan tiroid (baik hipo atau hipertiroidisme),
cushing diseases, hamil dan menyusui mungkin mengalami perbedaan hasil dengan
individu yang tidak mengalami kondisi tersebut.
- Catat hasil pengukuran dengan ketelitian 0.1 cm

8. Pengukuran Lingkar Pergelangan Tangan


- Siku ditekuk dengan telapak tangan subjek menghadap ke atas, dan otot dalam keadaan
relaks.
- Lingkarkan pita pengukur disekeliling pergelangan tangan, distal terhadap prosesus
stiloideus.
- Pita pengukur sebaiknya tidak terlalu lebar (>0,7 cm), sehingga dapat melekat tepat
pada lekukan pergelangan tangan.
- Catat hasil pengukuran hingga ketelitian 0,1 cm

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 16


PRAKTIKUM 3
ANTROPOMETRI KOMPOSISI TUBUH

A. Dasar Teori
Komposisi tubuh merupakan jumlah massa lemak dan jaringan bebas lemak yang terdiri
atas otot, tulang, protein dan cairan tubuh. Fokus utama dari pengukuran komposisi tubuh
adalah persentase lemak tubuh. Penderita obesitas mengalami perubahan pada komposisi
tubuhnya. Tidak hanya lemak, perubahan juga terjadi pada massa otot, cairan tubuh dan massa
tulang pada penderita obesitas. Lemak pada dasarnya merupakan jaringan bebas air, maka
makin sedikit lemak akan mengakibatkan makin tingginya persentase air dalam berat badan
seseorang, sebaliknya jaringan otot mengandung lebih banyak air.
Pengukuran komposisi tubuh seperti persentase lemak tubuh dan massa tanpa lemak adalah
indikator status kesehatan yang sensitif pada remaja dan berkaitan dengan peningkatan risiko
penyakit jantung pada saat dewasa. Pengukuran antropometri tebal lemak bawah kulik
(TLBK) merupakan salah satu alternatif yang sering digunakan untuk memprediksi persentase
lemak tubuh karena relatif murah dan mudah pelaksanaannya serta tidak berdampak negatif
terhadap subyek yang diperiksanya. Ada beberapa lokasi pengukuran spesifik yang biasanya
dilakukan yaitu subscapular skinfold, suprailiac / supraspinale skinfold, triceps skinfold dan
biceps skinfold. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan skinfold caliper dengan satuan
milimeter.
Metode lain untuk mengukur komposisi tubuh adalah dengan Bioelectrical Impedance
Analysis (BIA). BIA adalah suatu metode pengukuran komposisi tubuh dengan menerapkan
konsep konduksi listrik tubuh. Pengukuran BIA untuk mengukur lemak tubuh menggunakan
berat badan, tinggi badan, umur dan jenis kelamin sebagai parameter. BIA mudah digunakan,
murah dan diproduksi secara massal.

B. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran TLBK (bisep, trisep, subscapula, suprailiaka)
menggunakan skinfold caliper dengan benar.
2. Mahasiswa mampu memprediksi persen lemak tubuh berdasarkan pengukuran TLBK
(bisep, trisep, subscapula, suprailiaka) dengan benar.

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 17


3. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran komposisi tubuh menggunakan BIA dengan
benar.
4. Mahasiswa mampu menginterpretasikan atau menilai hasil pengukuran komposisi tubuh
menggunakan TLBK dan BIA.

C. Proses Praktikum
Alat dan Bahan :
1. Skinfold Caliper berbahan besi
2. Skinfold Caliper berbahan plastik
3. BIA merek Omron
4. Alat tulis untuk memberi tanda
Prosedur Kerja :
1. Teknik Pengambilan Lipatan Kulit (Skinfold)
a. Menyiapkan alat ukur berupa kaliper berbahan besi dan plastik.
b. Meminta responden untuk berdiri terlebih dahulu dan membuka pakaian yang
menutupi bagian yang akan diukur.
c. Pengambilan lipatan kulit menggunakan sisi kiri tubuh
d. Setelah lokasi teridentifikasi, berilah tanda pada lokasi yang akan diukur.
e. Lipatan kulit diambil dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri.
f. Kaliper dipegang dengan tangan kanan, tegak lurus dengan lipatan kulit yang diambil.
g. Skala Kaliper menghadap keatas sehingga mudah dilihat hasilnya.
h. Jepitan kaliper pada distal (bawah), kurang lebih 2 cm dibawah lokasi pengambilan
i. lipatan kulit oleh jari
j. Jepitan kaliper pada distal (bawah), kurang lebih 2 cm dibawah lokasi pengambilan
lipatan kulit oleh jari.
k. Selama penjepitan oleh kaliper, pengambilan lipatan kulit oleh jari tidak dilepaskan.
l. Kaliper tidak boleh dijepitkan terlalu dalam atau terlalu dangkal.
m. Lepas tekanan pada kaliper oleh jari dan baca skala pada kaliper selama penjepitan.
Penjepitan tidak boleh lebih dari 3 detik.
n. Ulangi penjepitan oleh kaliper tanpa melepas pengambilan lipatan kulit yang pertama.
o. Pengukuran dilakukan minimal 2 kali untuk tiap kaliper. Jika hasil tiap pengukuran

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 18


berselisih lebih dari 1 mm, pengukuran harus diulangi hingga didapat konsistensi.

2. Lokasi Pengukuran
a. Bisep
Lokasi pengukuran lipatan kulit bisep berada di aspek anterior lengan atas. Posisinya
ada di tengah-tengah lengan atas, yaitu ditengah garis yang dibentuk prosesus
akromion dan olekranon. Lokasi pengukuran ditentukan saat siku ditekuk.
Pengambilan lipatan kulit vertikal. Pengukuran dilakukan dengan lengan tergantung
bebas di sisi luar tubuh. Telapak tangan subjek menghadap ke depan.
b. Trisep
Lokasi pengukuran lipatan kulit trisep berada di aspek posterior lengan atas, diatas otot
trisep, berada ditengah garis yang dibentuk prosesus akromino dan olekranon. Lokasi
pengukuran ditentukan saat siku ditekuk, pangambilan lipatan kulit vertikal dan
pengukuran dilakukan saat tangan tergantung bebas. Pengukur berada di belakang
subjek saat pengukuran.

c. Subskapula
Lokasi pengukuran subskapula berada 1cm dibawah sudut yang dibentuk tulang
scapula . lokasi lipatan kulit diagonal. Lokasi ini dapat dirasakan dengan meminta
subjek untuk menempatkan telapak tangannya dibelakang punggung. Pengukuran
dilakukan dengan alat yang tegak lurus dengan lipatan kulit.

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 19


d. Suprailiaka
Lokasi Pengambilan lipatan kulit suprailiaka berada di atas krista iliaka pada garis
midaksila. Lipatan kulit diambil secara diagonal. Subjek berdiri tegak, kedua tangan
tergantung bebas. Pengukuran (penjepitan oleh kaliper) dilakukan pada anterior garis
midaksila yaitu 2 cm dibawah pengambilan lipatan kulit.

3. Estimasi Persen Lemak Tubuh


a. Pengukuran di 2 tempat
Persen lemak tubuh dapat diprediksi menggunakan penjumlahan ke 2 tebal lipatan
kulit (trisep dan subskapula). Hasil penjumlahan tersebut diplotkan pada grafik
berikut.

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 20


b. Pengukuran di 4 tempat
Estimasi persen lemak tubuh dapat diperoleh dari lipatan kulit 4 tempat (bisep, trisep,
subskapula, suprailiaka). Jumlahkan keempat lipatan kulit tersebut dalam mm untuk
menentukan body density.

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 21


Untuk mendapatkan estimasi persen lemak tubuh, digunakan rumus berikut ini :
Formula Brozek
% Lemak Tubuh = (457 : body density)- 414

Formula Siri
% Lemak tubuh = (495 : body density) – 450

Jumlah dari keempat lipatan kulit tersebut juga dapat secara langsung memprediksi
persen lemak tubuh dengan melihat tabel berikut. Tabel ini dipublikasikan oleh Durnin
dan Womersley pada tahun 1974.

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 22


4. Pengukuran komposisi tubuh menggunakan BIA :
- BIA yang akan digunakan dalam praktikum adalah BIA merk Omron.
- Subjek menggunakan pakaian minimal, mengeluarkan barang dari saku yang dapat
mengganggu hasil pengukuran, dan melepas alas kaki.
- Nyalakan BIA.
- Setting BIA dengan memasukkan data usia, tinggi badan dan jenis kelamin.

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 23


- Setelah BIA menunjukkan angka 0.0, subjek diminta untuk naik ke alat seperti
mengukur berat badan.
- Jangan turun sebelum BIA menampilkan hasilnya.
- Catat Hasil

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 24


Lembar Kerja Praktikum

BIA

BIA
Viseral
Nama BB RM Fat Muscle
Penilaian Penilaian Fat Penilaian Penilaian BMI Penilaian
(kg) (kkal) (%) (%)
(%)

TLBK

Bisep Trisep
Nama
Kaliper besi Kaliper Plastik Kaliper Besi Kaliper Plastik

1 2 Rerata 1 2 Rerata 1 2 Rerata 1 2 Rerata

UNIVERSITAS Prosedur Kerja Halaman 3 dari 3


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Antropometri Komposisi Tubuh No. Dokumen:

Berlaku:

ESTIMASI % LEMAK TUBUH


Nama Estimasi % LT Penilaian Estimasi % LT
dg 2 Lokasi dg 4 lokasi
Lipatan Kulit Lipatan kulit
(trisep
subscapula)
Rumus 1 Rumus 2 Tabel

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 25


Penilaian Estimasi % Lemak Tubuh 2 Lokasi

Penilaian Estimasi % Lemak Tubuh 4 Lokasi

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 26


Rumus 1
Formula Brozek

% Lemak Tubuh = (457 : body density)- 414

Rumus 2
Formula Siri

% Lemak tubuh = (495 : body density) - 45

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 27


PRAKTIKUM 4
ANALISIS DAN INTERPRETASI PENILAIAN STATUS GIZI

A. Dasar Teori
Penilaian status gizi anak dengan z-score.
Pertumbuhan fisik anak pada umumnya dinilai dengan menggunakan ukuran
antropomeri. Parameter antropometri yang biasanya digunakan antara lain berat badan (BB),
tinggi badan (TB) dan umur. Indeks antropometri yang sering digunakan :
1. Berat Badan menurut Umur (BB/U)
2. Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)
3. Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)
4. IMT menurut Umur (IMT/U)

Rumus perhitungan z-score :


𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑠𝑢𝑏𝑗𝑒𝑘 − 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛 𝑏𝑢𝑘𝑢 𝑟𝑢𝑗𝑢𝑘𝑎𝑛
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑘𝑢 𝑟𝑢𝑗𝑢𝑘𝑎𝑛

Hasil pengukuran antropometri tersebut dibandingkan dengan suatu baku tertentu


misalnya WHO 2005, NCHS dari Harvard atau standar baku nasional (indonesia) seperti
terekam pada Kartu Menuju Sehat (KMS). Dengan melihat perbandingan hasil penilaian
dengan standar baku tersebut maka dapat diketahui status gizi anak.

Apabila nilai individu subyek < nilai median

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑠𝑢𝑏𝑗𝑒𝑘−𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛 𝑏𝑢𝑘𝑢 𝑟𝑢𝑗𝑢𝑘𝑎𝑛


z-score indeks = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑘𝑢 𝑟𝑢𝑗𝑢𝑘𝑎𝑛

Apabila nilai individu subyek > nilai median

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑠𝑢𝑏𝑗𝑒𝑘−𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛 𝑏𝑢𝑘𝑢 𝑟𝑢𝑗𝑢𝑘𝑎𝑛


z-score indeks = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑘𝑢 𝑟𝑢𝑗𝑢𝑘𝑎𝑛

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 28


- Istilah dan Pengertian
1. Umur dihitung dalam bulan penuh. Contoh: umur 2 bulan 29 hari dihitung sebagai umur 2
bulan.
2. Ukuran Panjang Badan (PB) digunakan untuk anak umur 0 sampai 24 bulan yang diukur
telentang. Bila anak umur 0 sampai 24 bulan diukur berdiri, maka hasil pengukurannya
dikoreksi dengan menambahkan 0,7 cm.
3. Ukuran Tinggi Badan (TB) digunakan untuk anak umur diatas 24 bulan yang diukur
berdiri. Bila anak umur diatas 24 bulan diukur telentang, maka hasil pengukurannya
dikoreksi dengan mengurangkan 0,7 cm.
4. Gizi Kurang dan Gizi Buruk adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Berat Badan
menurut Umur (BB/U) yang merupakan padanan istilah underweight (gizi kurang) dan
severely underweight (gizi buruk).
5. Kurus dan Sangat Kurus adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Berat Badan
menurut Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) yang
merupakan padanan istilah wasted (kurus) dan severely

- Kategori dan Ambang Batas Status Gizi berdasarkan Kemenkes 2010

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 29


B. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu memahami analisis dan interpretasi penilaian status gizi.
2. Mahasiswa mampu melakukan penilaian status gizi menggunakan software WHO
Anthro.

C. Proses Praktikum
1. Praktikum dimulai dengan penjelasan dari dosen tentang cara penilaian status gizi anak
dengan menghitung z-score
2. Mahasiswa diberi data BB, TB, dan umur untuk dihitung nilai z-score-nya baik dengan
indeks BB/U, TB/U, BB/TB, maupun IMT/U.
3. Perhitungan dilakukan dengan berpedoman pada buku Standar Antropometri Penilaian
Status Gizi Anak.
4. Hasil perhitungan kemudian diinterpetasikan sesuai dengan kategori dan Ambang Batas
Status Gizi berdasarkan Kemenkes 2010.

Berikut Contoh Kasus :


1. Bayi L berjenis kelamin laki-laki, berusia 10 bulan dengan BB 6,8 kg, PB 69 cm
2. An D berjenis kelamin laki-laki, berusia 1 tahun 2 bulan dengan BB 9 kg, PB 71 cm
3. Bayi S berjenis kelamin perempuan, berusia 5 bulan dengan BB 8 kg, PB 70 cm
4. An R berjenis kelamin perempuan, berusia 1 tahun 5 bulan dengan BB 13 kg, PB 77 cm
5. Diki seorang anak laki-laki berumur 4 tahun 6 bulan dengan BB 18 kg dan tinggi badan 103
cm.
6. Anandita seorang balita berumur 3 tahun 7 bulan dengan BB 15 kg, TB 98 cm.
7. Anak B seorang siswa SD berjenis kelamin laki-laki. Anak B berusia 10 tahun memiliki berat
badan 47 kg dan tinggi badan 150 cm.
8. Anak S seorang siswa SD berjenis kelamin perempuan. Anak S berusia 7 tahun memiliki berat
badan 40 kg dan tinggi badan 145 cm.
9. Seorang remaja perempuan bernama A berusia 14 tahun dengan berat badan 68 kg dan tinggi
badan 155 cm.
10. Remaja M berjenis kelamin perempuan berusia 13 tahun dengan berat badan 42 kg dan tinggi
badan 160 cm.
11. An H berjenis kelamin laki-laki, berusia 1 tahun 6 bulan dengan BB 13 kg, PB 90 cm.

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 30


12. Bayi Y berjenis kelamin perempuan, berusia 1 tahun 7 bulan dengan BB 7 kg, PB 72 cm
Hitung dan simpulkan status gizi anak berdasarkan
• BB/U
• PB/U atau TB/U
• BB/PB atau BB/TB
• IMT/U

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 31


PRAKTIKUM 5
PENILAIAN STATUS GIZI DENGAN SOFTWARE

A. Dsara Teori
Penilaian status gizi pada balita sering dilakukan dengan menggunakan beberapa indeks
seperti nilai z-skor BB/U, PB/U atau TB/U, dan BB/PB atau BB/TB. Balita dikatakan
mengalami masalah gizi jika hasil pengukuran mempunyai nilai z-skor dibawah -2. Nilai z-
skor BB/U < -2 menunjukkan terjadinya masalah underweight/ gizi kurang, nilai z-skor PB/U
atau TB/U < -2 menunjukkan terjadinya masalah stunting/ pendek yang merupakan masalah
gizi kronis, sementara z-skor BB/PB atau BB/TB < -2 menunjukkan terjadinya masalah
wasting/ kurus yang merupakan masalah gizi akut. Nilai z-skor BB/PB atau BB/TB > +2 juga
menunjukkan adanya masalah kegemukan pada balita.
Software WHO-Anthro merupakan salah satu software yang dapat digunakan untuk
menilai status gizi balita usia 0 - 60 bulan. Software WHO-Anthro memiliki beberapa modul,
antara lain Anthropometric Calculator, Individual Assessment, dan Nutritional Survey. Pada
praktikum ini, terdapat dua modul yang akan dipraktikkan yaitu Individual Assessment dan
Nutritional Survey.
Modul Individual Assessment digunakan untuk mengumpulkan dan menyimpan data
longitudinal pada balita yang telah mendapatkan pengukuran berulang. Data yang terkumpul
dapat digunakan untuk memantau pertumbuhan balita. Data status gizi balita dapat
ditampilkan dalam bentuk grafik, baik grafik pertumbuhan yang berasal dari single visit
maupun multiple visits.
Modul Nutritional Survey digunakan untuk mengumpulkan dan menilai data
antropometri dari sejumlah balita yang ada pada satu wilayah. Masing-masing balita diukur
sebanyak satu kali. Modul ini bermanfaat untuk menilai bagaimana kondisi status gizi balita
pada suatu wilayah, termasuk mengetahui prevalensi balita yang mengalami masalah gizi,
seperti underweight, stunting, dan wasting.

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 32


B. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu melakukan penilaian status gizi menggunakan software WHO
Anthro.
2. Mahasiswa mampu melakukan penilaian status gizi menggunakan software Nutritional
Survey.

C. Proses Praktikum
Alat :
1. Laptop
2. Software WHO Anthro
3. Software Nutritional Survey
Prosedur Kerja
1. WHO ANTHRO

- Anthropometric calculator: untuk menghitung status gizi individu pada satu waktu
- Individual Assessment: untuk memonitor status gizi dan perkembangan motorik
individu dari waktu ke waktu
- Nutritional Survey: untuk mengkaji status gizi suatu populasi pada satu waktu

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 33


Modul Individual Assessment
- Klik Individual Assesment
- Halaman utama modul terdiri dari 2 bagian, sebelah kiri adalah “active list” yang
menunjukkan beberapa contoh nama anak, sementara sebelah kanan menampilkan data
spesifik dari seorang anak.
- Untuk latihan membuka file, klik kotak di sebelah kiri nama anak hingga nama anak terblok
biru, lalu klik tanda open file. Pada halaman sebelah kanan akan muncul data anak yang
meliputi nama anak, jenis kelamin, tanggal lahir, usia anak saat kunjungan dilakukan, data
orang tua, jumlah kunjungan, tabel data hasil pengukuran dari tiap kali kunjungan, dan
informasi status gizi anak tiap kali pengukuran.
- Untuk mulai membuat file baru (anak baru)
1) Klik tanda pada bagian atas ”active list”.
2) Isi data anak pada halaman sebelah kanan, melputi nama depan dan nama belakang
anak, jenis kelamin dan tanggal lahir.
3) Untuk memasukkan nama ayah, ibu, dan alamat tinggal (jika ada), klik tanda , lalu
isikan datanya. Untuk mengubah data yang sudah ada, klik
4) Klik tanda untuk menyimpan data anak. Setelah disimpan, nama anak akan muncul
pada list di sebelah kiri.

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 33


Untuk menambahkan data pengukuran pada anak,
1) Klik tanda di bawah baris Visits.
2) Masukkan tanggal pengukuran, tulis mulai pengukuran pada usia 0 bulan/ pengukuran paling
awal.
3) Masukkan data berat badan dalam kg, hingga 0,1 kg terdekat, lalu simpan
4) Untuk memasukkan data kunjungan berikutnya, klik lagi tanda di bawah baris Visits.
Masukkan tanggal pengukuran dan berat badan pada waktu kunjungan selanjutnya.
5) Ulangi prosedur no. 4 hingga hasil pengukuran dari semua kunjungan selesai diinput.

Untuk melihat grafik pertumbuhan, klik tanda grafik yang berada di bawah baris Visits.
1) Pilih grafik Weight-for-age z-score
2) Pada kolom Show, ubah Single-point menjadi Multiple points
3) Klik tanda copy (copy graph image to clipboard), pindahkan pada lembar kerja
4) Interpretasikan pertumbuhan anak dengan melihat arah naik turunnya plot pertumbuhan dan
perubahan kategori status gizinya, jika ada.
5) Bandingkan hasilnya dengan plot pertumbuhan yang telah Anda lakukan sebelumnya
dengan KMS.

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 34


Modul Nutritional Survey
1) Klik Nutritional Survey
2) Halaman utama modul terdiri dari 2 bagian, sebelah kiri adalah “active list” yang
menunjukkan beberapa nama survey, sementara sebelah kanan menampilkan data spesifik
dari satu survey.
3) Untuk latihan membuka file, klik kotak di sebelah kiri nama survey hingga nama survey
terblok biru, lalu klik tanda open file . Pada halaman sebelah kanan akan muncul data
survey.
4) Untuk mulai membuat file baru (survey baru)
a. Data yang akan dientry untuk nutritional survey berasal dari data 2 Posyandu. Masing-
masing kelompok melakukan input data dari 2 Posyandu yang berasal dari 2 kelompok.
(Kelompok 1&2, Kelompok 3&4, Kelompok 5&6, Kelompok 7&8, masing-masing
menggabungnya data Posyandunya).
b. Klik tanda pada bagian atas ”active list”.
c. Isi data nama survey pada halaman sebelah kanan. Untuk nama survey, masukkan data
dua nama Posyandu yang diukur. (contoh nama survey: Posyandu Dahlia_Mawar)
d. Klik tanda untuk menyimpan survey. Setelah disimpan, nama survey akan muncul
pada list di sebelah kiri.
e. Untuk menambahkan data pengukuran,
1) Klik tanda di bawah Data Entry.
2) Masukkan tanggal pengukuran
3) Masukkan data nama cluster dan team. Isi sesuai dengan nama kelompok
masing-masing. (Contoh: untuk Kelompok 1, tulis 1 sebagai nama cluster dan
nama teamnya)
4) Masukkan nama depan dan nama belakang anak, serta pilih jenis kelaminnya.
5) Masukkan tanggal lahir anak
6) Masukan data berat badan anak, panjang badan/ tinggi badan anak, posisi
pengukuran tinggi badan (berbaring atau berdiri), informasi ada tidaknya
oedema, data lingkar kepala anak, dan data LILA (MUAC) anak.
7) Klik save. Maka data anak akan muncul pada baris pertama tabel data entry
8) Untuk memasukkan data anak berikutnya, ulangi langkah 1) s/d 7).

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 35


Lakukan entry data hingga semua data selesai diinput.
f. Untuk melihat dan mengkategorikan status gizi anak,
1) Baca z-score BB/PB atau BB/TB, BB/U, PB/U atau TB/U, IMT/U, LK/U dan
LILA/U pada masing-masing anak
2) Kategorikan status gizi berdasarkan masing-masing indeks, berdasarkan cut-off
WHO
3) Untuk LILA/U, dikategorikan malnutrisi akut sedang jika z-score >-3 s/d <-2,
dan dikategorikan malnutrisi akut parah jika z-score <-3
g. Untuk menghitung prevalensi masalah gizi,
1) Hitung jumlah balita yang mengalami masalah gizi dibagi total balita yang
diukur dikali 100%
Prevalensi : Jumlah balita dg masalah gizi tertentu x 100%
Jumlah balita yang diukur
2) Hitung prevalensi untuk masing-masing masalah gizi, meliputi prevalensi
masalah gizi kurang/ underweight, pendek/ stunting, kurus/ wasting, mikrosefali,
dan malnutrisi akut.
3) Cara lain untuk mengetahui prevalensi masalah gizi, klik tanda excel yang
berada pada halaman kanan sisi atas (anthropometri report), pilih standard, lalu
OK. Simpan file di komputer. Buka file tersebut dengan menggunakan excel. Di
tampilan akan muncul % balita yang masuk pada kategori z-score tertentu,
menurut usia dan jenis kelamin.
4) Kategorikan prevalensi status gizi berdasarkan Public Health Prevalence
Treshold.

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 36


h. Untuk menghitung distribusi data, klik Result pada halaman sisi kanan. Lihat grafik
untuk masing-masing indikator, mulai dari wight -for-leight/height hingga MUAC- for-
age. Klik copy graph image to clipboard, pindahkan pada lembar kerja. Bandingkan
distribusi data pada populasi yang diukur dibandingkan dengan WHO Standards.

2. ESTIMATED FOOD RECORD


- Pengumpul data menjelaskan cara-cara pengisian formulir food record dan
menjelaskan tentang ukuran rumah tangga yang akan digunakan dalam
memperkirakan porsi makanan.
- Responden mencatat semua makanan dan minuman yang dikonsumsi termasuk
makanan selingan dan jajanan, baik yang dikonsumsi di dalam rumah maupun diluar
rumah selama periode penelitian.
- Responden diminta juga menuliskan waktu makan, bahan-bahan dari makanan yang
dikonsumsi, cara pengolahan dan keterangan lain jika diperlukan.
- Setelah data dari responden terkumpul, peneliti atau pengumpul data menerjemahkan
ukuran porsi yang dikonsumsi respoden dari ukuran rumah tangga ke dalam ukuran
berat (gram).
- Peneliti atau pengumpul data menganalisis bahan makanan untuk mengetahui jumlah
konsumsi zat gizi dengan menggunakan daftar komposisi bahan makanan atau
menggunakan software untuk analisa konsumsi zat gizi.

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 37


Tugas :
1. Mahasiswa melakukan survei konsumsi pangan metode food recall pada salah satu subyek
(remaja/dewasa/ibu hamil/ibu menyusui).
2. Mahasiswa melakukan survei konsumsi pangan metode estimated food record pada salah
satu subyek (remaja/dewasa/ibu hamil/ibu menyusui).

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 38


PRAKTIKUM 6
PENILAIAN STATUS GIZI DI MASYARAKAT (POSYANDU)

A. Dasar Teori
Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dimana masyarakat dapat sekaligus
memperoleh pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan kesehatan antara lain : gizi, imunisasi,
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan penanggulangan diare. Definisi lain Posyandu adalah
salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan
diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan
kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat
penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi. Tujuan penyelenggaraan posyandu adalah untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan bayi, balita, ibu dan pasangan usia subur. Biasanya
dilaksanakan satu kali sebulan ditempat yang mudah didatangi oleh masyarakat dan
ditentukan masyarakat sendiri.
Kegiatan bulanan di Posyandu meliputi sistem lima meja yaitu pendaftaran, penimbangan
bayi dan balita, pengisian KMS, penyuluhan dan pelayanan oleh tenaga profesional meliputi
pelayanan KIA, KB, imunisasi dan lain-lain. Salah satu bentuk kegiatan posyandu untuk bayi
dan balita adalah berupa pemantauan kesehatan bayi dan balita. Kegiatan ini dilakukan secara
terus menerus (berkesinambungan) dan teratur untuk mengidentifikasi secara dini bila ada
gangguan keseimbangan gizi pada bayi dan balita. Pemantauan pertumbuhan merupakan
kegiatan penting dalam rangka kewaspadaan gizi atau sering disebut dengan surveilans gizi.
Pemantauan pertumbuhan bayi dan balita di posyandu menggunakan KMS (kartu menuju
sehat). KMS adalah kartu yang memuat grafik pertumbuhan serta indikator perkembangan
yang bermanfaat untuk mencatat dan memantau pertumbuhan (berat badan) balita setiap bulan
dari sejak lahir sampai berusia 5 tahun. KMS juga dapat diartikan sebagai “rapor” kesehatan
dan gizi (catatan riwayat kesehatan dan gizi) balita.
Pengertian tentang “Penilaian Status Gizi” dan “Pemantauan Pertumbuhan” sering
dianggap sama sehingga mengakibatkan kerancuan. KMS tidak untuk menilai status gizi,
tetapi alat pendidikan kepada masyarakat terutama orang tua agar dapat memantau
pertumbuhan anak, dengan pesan “anak sehat tambah umur tambah berat”. Sedangkan

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 40


penilaian status gizi dilakukan dengan beberapa indeks seperti nilai z skor BB/U, TB/U
BB/TB dan IMT/U yang akan dikategorikan dalam status gizi kurang, normal atau lebih. Pada
bayi dan balita juga dilakukan pengukuran rutin terhadap lingkar lengan atas dan lingkar
kepala.

B. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran berat badan, tinggi/panjang badan, lingkar
lengan atas dan lingkar kepala pada bayi dan balita di posyandu.
2. Mahasiswa mampu mengisi dan menginterpretasikan KMS.

C. Proses Praktikum
Alat dan Bahan :
1. Alat pengukur berat badan
2. Alat pengukur tinggi badan
3. KMS (Kartu Menuju Sehat)
4. Alat tulis
Prosedur Praktikum :
1. Mahasiswa mendapatkan ijin untuk mengunjungi salah satu posyandu
2. Pada saat jadwal posyandu, mahasiswa datang untuk melakukan pengukuran antropometri
pada minimal 10 bayi atau balita di posyandu.
3. Satu mahasiswa wajib melakukan pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas
dan lingkar kepala pada bayi atau balita.
4. Satu kelompok mahasiswa mencatat data berat badan 10 bayi atau balita yang diukur mulai
nol bulan (tertera pada buku kader) hingga pengukuran terakhir dan mengisinya ke dalam
KMS yang telah disediakan.
5. Interpretasikan hasil KMS

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 41


Lembar Kerja Praktikum
Kelompok :
Kloter :
Nama Anggota Kelompok :

Nama Posyandu :
Alamat Posyandu :
Nama Ketua Kader :
Tanggal Pengukuran :

Nama Bayi/ Jenis


No. Umur BB TB/PB LK LILA
Balita Kelamin

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 42


PRAKTIKUM 7
PSG METODE SURVEY KONSUMSI PANGAN INDIVIDU

A. Dasar Teori
Pengukuran konsumsi makanan sering juga disebut survei konsumsi pangan, merupakan
salah satu metode pengukuran status gizi. Asupan makan yang kurang akan mengakibatkan
status gizi kurang. Sebaliknya, asupan makan yang lebih akan mengakibatkan status gizi lebih.
Tujuan umum dari pengukuran konsumsi pangan adalah untuk mengetahui asupan gizi dan
makanan serta mengetahui kebiasaan dan pola makan, baik pada individu, rumah tangga,
maupun kelompok masyarakat. Metode pengukuran asupan gizi yang sering dipakai untuk
mengukur asupan gizi pada individu ialah metode recall 24 hour, estimated food record,
penimbangan makanan (food weighing), dietary history, dan frekuensi makanan (food
frequency).
Metode recall 24-hour adalah cara mengukur asupan gizi pada individu dalam sehari.
Metode pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui asupan zat gizi individu dalam sehari,
sehingga tergolong pada kelompok metode kuantitatif. Pada dasarnya metode ini dilakukan
dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi individu pada 1 hari
sebelum dilakukan recall (misal recall dilakukan hari Selasa, maka asupan makanan yang
ditanyakan adalah asupan selama 24 jam pada hari Senin). Kemampuan mengingat adalah
menjadi kunci pokok pada metode ini. Subjek dengan kemampuan mengingat lemah
sebaiknya tidak menggunakan metode ini, karena hasilnya tidak akan menggambarkan
konsumsi aktualnya.
Metode estimated food record adalah metode pengukuran asupan gizi individu yang
dilakukan dengan memperkiraan jumlah makanan yang dikonsumsi responden sesuai dengan
catatan konsumsi makanan. Syarat umum pencacatan adalah literasi subjek harus baik.
Konsistensi dalam proses pencatatan juga menjadi aspek yang harus ditekankan agar
informasi terhadap makanan dan minuman akurat dan dapat memberikan informasi jumlah
makanan yang dikonsumsi secara tepat

B. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu melakukan survei konsumsi pangan metode food recall.

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 43


2. Mahasiswa mampu melakukan survei konsumsi pangan metode food record.

C. Proses Praktikum
Alat :
1. Timbangan makanan
2. Berbagai alat URT
3. Food model
4. Buku foto makanan
5. Kuisioner
Prosedur Kerja :
1. Food Recall
- Pewawancara/enumerator menanyakan pangan yang dikomsumsi pada periode
24 jam yang lalu (sejak bangun tidur sampai bangun tidur lagi) mencakup nama
masakan/makanan, mentah/matang, cara pengolahann, bahan makanan,
jenis/merknya.
- Permulaan penilaian dapat diawali dengan kalimat berikut.
“Mohon izin ibu, saya akan bertanya mengenai apa yang ibu makan dan minum
hari kemarin mula ibu bangun tidur pada pagi hari sampai ibu tidur lahi.
Bagaimana bu?” Jika ibu merasa kesulitan, bantu dengan arahan “Coba ibu ingat
apa yang ibu lakukan setelah bangun tidur, mungkin bisa membantu”
- Mulai catat semua makanan dan minuman yang responden sampaikan.
JANGAN tanya porsi terlebih dahulu. Misal, ibu menjawab, “Saya sarapan
bubur, minum teh manis, siangnya makan nasi dengan sop ikan dan sore makan
roti bakar → tahap 1 Multiple pass interviewing techniques (MIT), Isikan
jawaban pada kolom waktu makan dan menu makanan.
Jika responden sudah merasa cukup dengan yang disampaikan maka mulai
kembali menyebutkan kembali makanan yang disampaikan responden untuk
konfirmasi.
“Jadi ibu kemarin sarapan makan bubur, minum teh manis, siangnya makan nasi
dengan sop ikan dan sore makan roti bakar?” lalu bisa ditambah pertanyaan,
“Coba ingat bu, mungkin ada lagi?”

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 44


Tambah bahan makanan di kolom menu makaann sesuai waktu makan jika
responden menyebutkan tambahan.
- Selanjutnya mulai tanya dari jenis bubur (misal bubur ayam, bubur kacang,
bubur manado) dan komponen lain dalam bubur (misal: suwir ayam, tusuk telor,
kerupuk), isikan pada kolom bahan makanan → tahap 2 MIT.
- Selanjutnya tanya porsi makan bubur tersebut. Apakah habis ½ atau 1 porsi.
Bantu responden mengingat porsi makan dengan menunjukkan gambar relevan
pada buku Survei Diet Total yaitu bubur dan mangkoknya → tahap 3 MIT.
Setelah selesai untuk makanan pertama, lalu tanyakan untuk komponen
makanan selanjutnya.
- Ulangi penyebutan menu makanan kepada responden lalu tanyakan lagi jika ibu
ingat ada yambahan. Bantu responden mengingat dengan arahan:
“Coba ingat bu, mungkin ibu kemarin nyemil makanan lan atau makan bersama
suami, anak/orang lain? Ada makanan yang diberikan oleh keluarga, tetangga
atau orang lain?”
Jika ibu mengingat dan menyampaikan tambahan maka isikan sesuai waktu
makan.
- Tanyakan jika ibu mengonsumsi suplemen/jamu. Catat sesuai waktu makan →
tahap 4 MIT.

Pengolahan Data Asupan :

- Hitung nilai kandungan energi, protein, lemak dan karbohidrat hasil recall responden.
- Analisis tingkat kecukupan energi dan zat gizi subyek dengan membandingkan angka
kecukupan energi, zat gizi (AKG) subyek dengan asupan harian.
- Nilai cukup jika perbandingan ≥ 70%AKG, kurang jika < 70% AKG.

Estimated Food Record :


- Pengumpul data menjelaskan cara-cara pengisian formulir food record dan menjelaskan
tentang ukuran rumah tangga yang akan digunakan dalam memperkirakan porsi makanan.

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 45


- Responden mencatat semua makanan dan minuman yang dikonsumsi termasuk makanan
selingan dan jajanan, baik yang dikonsumsi di dalam rumah maupun diluar rumah selama
periode penelitian.
- Responden diminta juga menuliskan waktu makan, bahan-bahan dari makanan yang
dikonsumsi, cara pengolahan dan keterangan lain jika diperlukan.
- Setelah data dari responden terkumpul, peneliti atau pengumpul data menerjemahkan ukuran
porsi yang dikonsumsi respoden dari ukuran rumah tangga ke dalam ukuran berat (gram).
- Peneliti atau pengumpul data menganalisis bahan makanan untuk mengetahui jumlah
konsumsi zat gizi dengan menggunakan daftar komposisi bahan makanan atau menggunakan
software untuk analisa konsumsi zat gizi.

Pengolahan data asupan


- Hitung nilai kandungan energi, protein, lemak dan karbohidrat hasil recall responden.
- Analisis tingkat kecukupan energi dan zat gizi subyek dengan membandingkan angka
kecukupan energi, zat gizi (AKG) subyek dengan asupan harian.
- Nilai cukup jika perbandingan ≥ 70%AKG, kurang jika < 70% AKG.

Tugas
1. Mahasiswa melakukan survei konsumsi pangan metode food recall pada salah satu subyek
(remaja/dewasa/ibu hamil/ibu menyusui).
2. Mahasiswa melakukan survei konsumsi pangan metode estimated food record pada salah
satu subyek (remaja/dewasa/ibu hamil/ibu menyusui).

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 46


FORMULIR FOOD RECALL

Kode Responden : Usia :


Nama Responden : Tanggal Pengambilan :
Jenis Kelamin : Petugas :

Waktu Menu Metode Bahan


URT Berat
Makan Makanan Pengolahan Makanan

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 47


FORMULIR FOOD RECORD

Kode Responden : Usia :


Nama Responden : Tanggal Pengambilan :
Jenis Kelamin : Petugas :

Waktu Menu Metode Bahan


URT Berat
Makan Makanan Pengolahan Makanan

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 48


PRAKTIKUM 8
PSG METODE SURVEY KONSUMSI PANGAN (FFQ, SQ FFQ)

A. Dasar Teori
Pengukuran konsumsi makanan sering juga disebut survei konsumsi pangan, merupakan
salah satu metode pengukuran status gizi. Asupan makan yang kurang akan mengakibatkan
status gizi kurang. Sebaliknya, asupan makan yang lebih akan mengakibatkan status gizi lebih.
Tujuan umum dari pengukuran konsumsi pangan adalah untuk mengetahui asupan gizi dan
makanan serta mengetahui kebiasaan dan pola makan, baik pada individu, rumah tangga,
maupun kelompok masyarakat. Metode pengukuran asupan gizi yang sering dipakai untuk
mengukur asupan gizi pada individu ialah metode recall 24 hour, estimated food record,
penimbangan makanan (food weighing), dietary history, dan frekuensi makanan (food
frequency).
Metode frekuensi makanan sering juga disebut FFQ (Food Frequency Quotionnaire)
adalah metode untuk mengetahui data tentang pola dan kebiasaan makan individu pada kurun
waktu tertentu, biasanya satu bulan, tetapi dapat juga 6 bulan atau satu tahun terakhir. Terdapat
dua bentuk metode frekuensi makanan yaitu metode FFQ kualitatif dan metode FFQ semi
kuantitatif. Metode frekuensi makanan kualitatif sering disebut sebagai metode FFQ. Metode
ini tergolong pada metode kualitatif, karena pengukurannya menekankan pada frekuensi
makan. Informasi yang diperoleh merupakan pola dan kebiasaan makan (habitual intakes).
Konsumsi makanan yang ditanyakan adalah yang spesifik untuk zat gizi tertentu, makanan
tertentu, atau kelompok makanan tertentu. Metode frekuensi semikuantitatif (Semi
Quantitative Food Frequency Quotionaire) sering disingkat SFFQ adalah metode untuk
mengetahui gambaran kebiasaan asupan gizi individu pada kurun waktu tertentu. Tujuan dari
metode ini adalah untuk mengetahui rata-rata asupan zat gizi dalam sehari pada individu.
Metode SFFQ sama dengan FFQ, yang membedakan adalah responden ditanyakan juga
tentang rata-rata besaran atau ukuran setiap kali makan. Ukuran makanan yang dikonsumsi
setiap kali makan dapat dalam bentukberat atau ukuran rumah tangga (URT).

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 49


B. Proses Praktikum
1. Food Frequency Questionnare
- Membuat daftar bahan makanan sumber zat gizi tertentu yang didasarkan pada
pemilihan bahan makanan berdasarkan sumber zat gizi yang diinginkan
(DKBM) atau sesuaikan dengan pola konsumsi populasi setempat (survey pasar,
FGD, survey menggunakan 24-h recall)
- Tanyakan kepada responden seberapa sering mengkonsumsi masing-masing
jenis makanan
- Kategori frekuensi yang biasa digunakan: harian (H), mingguan (M), bulanan
(B), tahunan (T), tidak pernah (TP)
- Cukup dicentang yang sesuai, tidak ditanyakan porsi yang dikonsumsi
2. Semi Quantitative Food Frequency Questionnare
- Sempurnakan seperti tahapan FFQ kualitatif, kemudian pada frekuensi, tuliskan
berapa kali dalam sehari/seminggu/sebulan
- Pilih porsi yang sesuai: kecil, sedang, besar
- Frekuensi dikonversi menjadi frekuensi harian:
- Nasi 3 kali sehari = 3/hari
- Tahu 4 kali seminggu = 4/7 = 0,57/hari
- Es krim 5 kali sebulan = 5/30 = 0,17/hari
- Buah musiman, misal durian 10 kali dalam setahun = 10/365 = 0,03/hari
- Kalikan frekuensi per hari dengan porsi (dalam gram) untuk mendapatkan rata-
rata konsumsi/hari.

Tugas :
1. Mahasiswa melakukan survei konsumsi pangan metode FFQ untuk rentang 1 bulan
terakhir yang spesifik pada bahan makanan yang dapat meningkatkan/ menghambat
absorpsi :
- Fe
- Iodium
- Kolesterol

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 50


2. Mahasiswa melakukan survei konsumsi pangan metode SQ-FFQ untuk rentang 1 bulan
terakhir yang spesifik pada bahan makanan yang dapat meningkatkan/menghambat
absorpsi :
- Fe
- Iodium
- Kolesterol

Nama Subjek : Tanggal Wawancara :


Umur : Pewawancara :
Jenis Kelamin :

FOOD FREQUENCY QUESTIONNAIRE

Berilah tanda centang (√) pada frekuensi makan pada setiap jenis bahan makanan yang menurut
Anda paling mendekati dengan kebiasaan Anda dalam sebulan terakhir.

Frekuensi Konsumsi
No. Bahan Makanan >3 kali 1 kali 3-6 kali 1-2 kali 2 kali Tidak
/hari /hari /minggu /minggu sebulan pernah
1. Nasi
2. Biskuit
3. Jagung
4. Kentang
5. Mie Basah
6. Mie Kering
7. Roti Putih
8. Singkong

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 51


Nama Subjek : Tanggal Wawancara :
Umur : Pewawancara :
Jenis Kelamin :

SEMI QUANTITATIVE FOOD FREQUENCY QUESTIONNAIRE

Porsi Rata-
Frekuensi Konsumsi Rata-
Bahan rata
No rata
Makanan Tidak intake
Harian Mingguan Bulanan Tahunan URT Gram frek/hr
Pernah gr/hr
1. Nasi
2. Biskuit
3. Jagung
4. Kentang
5. Mie Basah
6. Mie
Kering
7. Roti Putih
8. Singkong

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 52


PRAKTIKUM 9
PENILAIAN STATUS GIZI BIOKIMIA

A. Dasar Teori
Pemeriksaan biokimia dalam penilaian status gizi memberikan hasil yang lebih tepat dan
objektif daripada penilai konsumsi pangan dan pemeriksaan lain. Pemeriksaan biokimia yang
sering digunakan adalah teknik pengukuran kandungan berbagai zat gizi dan substansi kimia
lain dalam darah dan urine. Hasil pengukuran tersebut dibandingkan dengan standar normal
yang telah ditetapkan. Adanya parasit dapat diketahui melalui pemeriksaan feses, urine, dan
darah karena kurang gizi sering berkaitan dengan prevalensi penyakit karena parasit. Dalam
berbagai hal, pemeriksaan biokimia hanya dapat diperoleh di rumah sakit atau pusat
kesehatan. Keadaan ini, memberi gambaran bahwa sarana yang tersedia tidak dapat dijangkau
oleh penduduk yang tinggal di daerah yang jauh dari sarana tersebut. Meskipun demikian,
pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara memeriksa contoh darah, urine, dan feses yang
dikumpulkan oleh keluarga, perawat, atau petugas kesehatan lain di daerah tersebut dan
dibawa ke laboratorium untuk dianalisis.
Pemeriksaan Biokimia Zat Gizi :
1. Penilaian Biokimia Zat Gizi
- Penilaian Status Zat Gizi
- Penilaian Status Protein
- Penilaian Status Vitamin
- Penilaian Status Mineral

B. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan biokimia zat gizi (Penilaian status zat besi,
protein, vitamin, mineral)

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 53


C. Proses Praktikum
1. Penilaian Status Zat Besi
A. Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin adalah parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi
anemia. Garby, et al menyatakan bahwa penetuan status anemia yang hanya menggunakan
kadar Hb ternyata kurang lengkap sehingga perlu ditambah dengan pemeriksaan yang lain.
Hemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin
dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai indeks
kapasitas pembawa oksigen pada darah. Kandungan hemoglobin yang rendah
mengindikasikan anemia. Nilai normal yang palinig sering dinyatakan adalah 14-18 g/dl
untuk pria dan 12-16 g/dl untuk wanita. Beberapa literatur lain menunjukkan nilai yang lebih
rendah, terutama pada wanita, sehingga mungkin pasien tidak dianggap menderita anemia
sampai Hb kurang dari 13 g/dl pada pria dan 11 g/dl untuk wanita.
Metode :
- Sahli
Alat dan Bahan :
- Pipet Hemoglobin
- Alat Sahli
- Pipet Pastur
- Pengaduk
- HCL 0,1 N
- Aquades

Prosedur Kerja :
1. Masukkan HCL 0,1 N ke dalam tabung Sahli sampai angka 2.
2. Bersihkan ujung jari yang akan diambil darahnya dengan larutan desinfektan (alkohol 70%,
betadin, dsb), kemudian tusuk dengan lancet atau alat lain.
3. Isap dengan pipet hemoglobin sampai melewati batas, bersihkan ujung pipet, kemudian
teteskan darah sampai ke tanda batas dengan cara menggeserkan ujung pipet ke kertas saring/
kertas tisu.

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 54


4. Masukkan pipet yang berisi darah ke dalam tabung hemoglobin,sampai ujung pipet
menempel pada dasar tabung, kemudian tiup pelan-pelan. Usahakan agar tidak timbul
gelembung udara. Bilas sisa darah yang menempel pada dinding pipet dengan cara mengisap
HCL dan meniupnya lagi sebanyak 3-4 kali.
5. Campur sampai rata dan diamkan selama kurang lebih 10 menit.
6. Masukkan ke dalam alat pembanding, encerkan dengan aquades tetes demi tetes sampai
warna larutan (setelah diaduk sampai homogen) sama dengan warna gelas alat pembanding.
Jika sudah sama baca kadar hemoglobin pada skala tabung.

B. Hematokrit (Ht)
Hematokrit adalah volume eritrosit yang dipisahkan dari plasma dengan cara memutarnya
di dalam tabung khusus yang nilainya dinyatakan dalam persen (%). Setelah sentrifugasi,
tinggi kolom sel darah merah diukur dan dibandingkan dengan tinggi darah penuh yang asli.
Presentase massa sel merah pada volume darah yang asli merupakan hematokrit. Nilai normal
hematokrit adalah 40-54% untuk pria dan 37-47% untuk wanita. Penentuan hematokrit harus
dilakukan secara duplikat dengan menggunakan darah kapiler atau darah vena yang
diantikoagulasikan dengan EDTA. Pada saat menggunakan proses dengan EDTA ini, akan
digunakan tabung kapiler blue-banded yang berisi antikoagulan.
Metode :
- EDTA
Alat dan Bahan :
- Tabung kapiler
- Sealer
- Sentrifugasi
- Buffy coat
- Sampel darah
- EDTA
- Antikoagulan

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 55


Prosedur Kerja :
1. Letakkan satu ujung tabung kapiler dalam setetes darah yang akan diuji sehingga darah
ditarik masuk ke tabung dengan aksi kapilaritas. Isi tabung dengan 10 mm pada ujung
seberang. Hapus bagian luar tabung ini dengan penghapus. (Catatan: gelembung udara dalam
tabung tidak akan mempengaruhi hasil).
2. Segel ujung tabung yang kosong tersebut dengan penutup kecil atau sealer dengan
menempatkan ujung kering tabung hematokrit ke dalam sealer pada posisi vertikal.
3. Tempatkan ujung yang ditutup pada tabung kapiler terhadap sisi kepala sentrifugasi, dan
tabung dalam celah radial. Catat nomor posisi dari spesimen ini.
4. Ulangi nomor 1 dan 3 di atas untuk setiap sempel uji.
5. Tutup erat penutup sentrifugasi pada bagian atas tabung kapiler dengan aman. Tutup bagian
atasnya dan amankan penutupnya. Lakukan sentrifugasi selama 5 menit dengan kecepatan
10.000-15.000 rpm. Catat bahwa tabung kapiler balans harus juga dimuat ke dalam kepala
sentrifugasi jika hanya satu tes yang dilakukan.
6. Ukur tinggi sel darah merah dengan pembaca hematokrit. Jangan memasukkan buffy coat
dalam pembacaan bila kolom eritrosit terbungkus. Jika kurang nyaman, tegakkan tabung
kapiler. Ulangi penentuan jika duplikat berbeda dengan nilai lebih dari 1% atau jika sampel
telah rusak selama sentrifugasi.

2. Penilaian Status Protein


Protein dalam darah mempunyai peranan fisiologis yang penting bagi tubuh, antara lain
untuk mengatur tekanan air, dengan adanya tekanan osmosis dari plasma protein. Sebagai
cadangan protein tubuh, untuk mengontrol perdarahan (terutama fibrinogen), sebagai transpor
yang penting untuk zat-zat gizi tertentu, sebagai antibodi dari berbagai penyakit terutama dari
gamma globulin dan untuk mengatur aliran darah, dalam membantu kerja jantung. Di dalam
darah terdapat 3 fraksi protein yaitu albumin kadar normalnya 3,5–5 gr/100 ml, globulin ladar
normalnya 1,5-3 g/100ml dan fibrinogen kadar normalnya 0,2-0,6 g/100 ml. konsentrasi
serum protein dapat digunakan untuk mengukur status protein.
A. Penetuan Serum Protein
Alat dan Bahan :
- Tabung uji

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 56


- Label
- Biuret
- Cuvet
Prosedur Kerja :
1. Berilah label pada setiap tabung uji, yaitu standar, referensi, pool, dan setiap subjek uji.
2. Tambahkan 3,0 ml reagen biuret pada setiap tabung.
3. Pada tabung standar, tambahkan 50 µl larutan standar, pada tabung referensi tambahkan 50
µl serum referensi, pada tabung pool tambahkan 50 µl serum pool, pada masing-masing
subjek tambahkan dengan 50 µl serum uji.
4. Campurkan setiap tabung secara merata, dan biarkan berada di dalam lemari gelap pada
posisi berdiri minimal 10 menit.
5. Tempatkan spektrofotometer pada panjang gelombang 555 nm. Aturlah pada titik nol dengan
menggunakan cuvet reagen biuret sebagai referensi kosong.
6. Pindahkan masing-masing isi tabung pada cuvet.
7. Baca dan catat penyerapan sampel standar, referensi dan pool.

B. Penetuan Serum Albumin


Alat dan Bahan :
- Tabung Uji
- Label
- Reagen penyangga
- Air destilasi terionisasi
- Cuvet
Prosedur Kerja :
1. Berilah label pada setiap tabung uji, yaitu kosong, standar, referensi, pool dan setiap subjek
uji.
2. Tambahkan 5,0 ml reagen celup penyangga pada masing-masing tabung.
3. Pada tabung kosong tambahkan 20 µl air destilasi terionisasi. Pada tabung standar,
tambahkan 20 µl larutan standar. Pada tabung referensi tambahkan 20 µl serum referensi.
Pada tabung pool, tambahkan 20 µl serum pool. Untuk masing-masing subjek uji, tambahkan
20 µl serum uji.

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 57


4. Campurkan masing-masing tabung secara merata, dan biarkan pada posisi berdiri selama 2
menit.
5. Pindahkan masing-masing isi tabung pada cuvet.
6. Tempatkan spektrofotometer pada panjang gelombang 600 nm.
7. Aturlah pada titik nol dengan menggunakan reagen blank.
8. Baca dan catat penyerapan sampel standar, referensi dan pool.

3. Penilaian Status Vitamin


Penilaian status vitamin yang tekait dengan penetuan statsu gizi meliputi penetuan kadar
vitamin A, vitamin D, vitamin D, vitamin E, vitamin C, tiamin, ribloflavin, niasin, vitamin B6,
dan vitamin B12.
A. Vitamin A
Penetuan serum retinol dengan cara HPLC
Prinsip :
Retinol dan standar retinil asetat ditambahkan dengan pelarut organik setelah protein serum
didenaturasi. Dengan sistem fase berputar (reverse phase), kedua protein tersebut dipisahkan
dan diukur serapannya pada panjang gelombang 328 nm dengan high performance liquid
chromatography (HPLC). Konsentrasi retinol dalam serum dapat dihitung dari perbandingan
puncak grafik retinol dan retinil-asetat.
Prosedur :
1. 100 µl plasma dimasukkan ke dalam tabung mikro ditambah dengan 100 µl etanol
yang berisi standar retinil asetat (konsentrasi setara dengan 20 µl retinil/dl) dan 200 µl
heksan.
2. Kemudian dikocok dengan vortex selama 1 menit.
3. Setelah disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit, lapisan heksan
yang berisi ekstrak vitamin A diambil sebanyak 150 µl dengan pipet.
4. Ekstrak ini kemudian diuapkan dengan pertolongan gas nitrogen sampai kering.
5. Ekstrak yang sudah kering kemudian ditambah 100 µl isoprepanol, kemudian dikocok,
dan sebanyak 50 µl disuntikkan ke HPLC, dengan spesifikasi sebagai berikut.
Kolom : bondapak C 18
Buffer (solvent) : Metanol/air (95/5, perbandingan volume)

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 58


Kecepatan aliran : 2,5 ml/ menit
Tekanan : disesuaikan kecepatan aliran tersebut
Panjang gelombang detektor : 328 nm
Sensitivitas detektor : 0,01 AUFS
Suhu : Kamar
Kecepatan : 1 cm/menit
Munculnya grafik : retinol 2,2 menit
Retinil asetat 3,0 menit

Perhitungan konsentrasi retinol dalam serum :


𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑝𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘 𝑔𝑟𝑎𝑓𝑖𝑘 𝑟𝑒𝑡𝑖𝑛𝑖𝑙
× konsentrasi retinil asetat (µg/dl)
𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑝𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘 𝑔𝑟𝑎𝑓𝑖𝑘 𝑟𝑒𝑡𝑖𝑛𝑖𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡

Catatan :
1. Semua tabung reaksi yang digunakan harus benar-benar bersih. Untuk mencapai ini tabung-
tabung harus direndam dalam nitrat ataupun kromat selama 3 hari. Berdasarkan pengalaman,
setiap 4-5 kali penyuntikan pada HPLC kolom perlu dicuci dengan dialiri buffer tanpa
sampel selama sekitar 30 menit.
2. Jika ada dugaan kadar vitamin A dalam serum agak tinggi (misalnya serum orang dewasa
normal, anak yang baru saja diberi vitamin A dosis tinggi), serum yang digunakan 50 µl saja.

4. Penilaian Status Mineral


A. Iodium
Iodium adalah salah satu mineral penting bagi kehidupan manusia karena iodium sangat
diperlukan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi otak. Hewan pun memerlukan
iodium untuk pertumbuhannya. Kebutuhan rata-rata untuk orang dewasa per hari sangat
sedikit, yaitu 0,15 mg atau 150 µg (1 µg = 1/106 g). Meskipun dengan jumlah yang sangat
sedikit, tubuh memerlukan iodium secara teratur setiap hari. Karena itu, makanan sehari-hari
harus menganding iodium. Kekurangan iodium akan menyebabkan gangguan baik fisik
maupun mental, mulai dari gangguan ringan hingga berat. Gangguan pertumbuhan fisik antara
lain mencakup penyakit gondok, badan kerdil, gangguan motorik seperti kesulitan berdiri atau

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 59


berjalan normal, bisu, tuli, atau mata juling. Sedangkan gangguan mental termasuk
berkurangnya kecerdasan. Untuk mengetahui total goitre rate (pembesaran kelenjar gondok)
di masyarakat dapat dilakukan dengan palpasi atau dengan melakukan pemeriksaan kadar
iodium dalam urine dan kadar thyroid stimulating hormon dalam darah. Adapun metode
penentuan kadar iodium dalam urine adalah metode Cerium :
Prosedur Kerja :
1. 10 ml urine didestruksi (pengabuan basah) dengan penambahan 25 ml asam klorat 28% dan
1 ml kalium kromat 0,5%.
2. Panaskan di atas hot-plate sehingga volume larutan menjadi kurang dari 0,5 ml. Larutan ini
kemudian diencerkan dengan air suling sehingga volume larutan menjadi 100 ml.
3. Dari larutan terakhir ini, diambil sebanyak 3 ml dengan pipet, ditambahkan 2 ml asam arsenit
0,2 N, lalu didiamkan selama 15 menit.
4. Kedalam tiap larutan kemudian ditambahkan 1 ml larutan cerium (4+) ammonium sulfat
0,1M; dikocok kembali, lalu didiamkan selama 30 menit. Absorpsi dilakukan pada panjang
gelombang 420 nm.

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 60


PRAKTIKUM 10
PENILAIAN STATUS GIZI FISIK KLINIS

A. Dasar Teori
Penggunaan pemeriksaan klinis untuk mendeteksi defisiensi gizi mempunyai kelemahan
jika diinterpretasikan hanya atas dasar data klinis saja. Oleh sebab itu, perlu adanya dukungan
pemeriksaan lain seperti pemeriksaan konsumsi pangan, biokimia dan pemeriksaan fisik. Pada
pemeriksaan fisik dapat mengungkapkan bukti adanya defisiensi gizi yang tidak dapat
dideteksi dengan cara survei konsumsi atau cara laboratoris, walaupun hanya meliputi
beberapa kasus saja, identifikasi memberikan tanda yang dapat digunakan untuk menentukan
gizi kurang. Pemeriksaan fisik dapat mengungkapkan tanda-tanda penyakit, diagnosis, dan
pengobatannya. Hal itu sangat berguna untuk penanganan selanjutnya.
Pada pemeriksaan fisik kita melakukan pengamatan terhadap perubahan fisik yang
berkaitan dengan kekurangan gizi. Perubahan tersebut dapat dilihat pada kulit atau jaringan
epitel, yaitu jaringan yang membungkus permukaan tubuh kita seperti rambut, mata, wajah,
mulut, lidah, gigi dll. Selain itu, dapat dilihat pada bagian lain, seperti kelenjar tiroid. Komisi
ahli WHO yang dikutip oleh Jelliffe (1966) dan Jelliffe (1989), mengelompokkan tanda-tanda
klinis menjadi tiga kelompok besar, yaitu :
Kelompok 1 : Tanda-tanda yang memang benar berhubungan dengan kurang gizi yang
mungkin disebabkan oleh salah satu zat gizi atau lebih, yang dibutuhkan tubuh.
Kelompok 2 : Tanda yang membutuhkan investigasi (penyelidikan) lebih lanjut. Tanda ini
mungkin disebabkan oleh malnutrisi atau mungkin oleh faktor lain seperti
kehidupan dibawah standar (miskin), buta huruf dll.
Kelompok 3 : Tanda-tanda yang tidak berkaitan dengan malnutrisi walaupun hampir mirip.
Dalam diagnosis , tanda ini sulit untuk dibedakan sehingga memerlukan
keahlian khusus.

B. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran tanda fisik klinis Kekurangan Energi Protein
(KEP) dengan benar

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 61


2. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran tanda fisik klinis Anemia Gizi Besi dengan
benar
3. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran tanda fisik klinis Gangguan Akibat
Kekurangan Iodium (GAKI) dengan benar

C. Proses Praktikum
Alat dan bahan
1. Alat tulis
2. Form penilaian tanda fisik klinis

KEKURANGAN ENERGI PROTEIN (KEP) :


Kekurangan Energi Protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh
rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi
angka kecukupan gizi. Orang yang mengidap gejala klinis KEP ringan dan sedang pada
pemeriksaan hanya nampak kurus. Namun demikian, gejala KEP berat secara garis besar dapar
dibedakan menjadi tiga, yaitu marasmus, kwashiorkor atau marasmus-kwashiorkor (Departemen
Kesehatan RI, 1999)
Tanda Klinis :
Pada pemeriksaan klinis, penderita KEP akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai beikut :
1. Marasmus
a. Anak tampak sangat kurus, tampak seperti tulang terbungkus kulit.
b. Wajah seperti orang tua
c. Cengeng, rewel
d. Kulit keriput, jaringan lemak subkutan sangat sedikit, bahkan sampai tidak ada.
e. Sering disertai diare kronis atau konstipasi/ susah buang air, serta penyakit kronis.
f. Tekanan darah, detak jantung dan pernapasan berkurang.

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 62


2. Kwashiorkor
a. Edema umumnya terdapat di seluruh tubuh dan terutama pada kaki (dorsum pedis).
b. Wajah membulat dan sembab.
c. Otot-otot mengecil, lebih nyata apabila diperiksa pada posisi berdiri daripada duduk,
anak berbaring terus-menerus.
d. Perubahan status mental : cengeng, rewel, kadang apatis.
e. Anak sering menolak segala jenis makanan (anoreksia).
f. Pembesaran hati.
g. Sering disertai infeksi, anemia, dan diare.
h. Rambut berwarna kusam dan mudah dicabut.
i. Sering disertai infeksi, anemia, dan diare.
j. Gangguan kulit berupa bercak merah yang meluas dan berubah menjadi hitam
terkelupas (crazy pavement dermatosis).
k. Pandangan mata anak nampak sayu.

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 63


3. Marasmus-Kwashiorkor
Tanda-tanda marasmus-kwashiorkor adalah gabungan dari tanda-tanda yang ada pada
marasmus dan kwashiorkor.
Metode Penentuan
Untuk mendeteksi kurang energiprotein (KEP), perlu dilakukan pemeriksaan (inspeksi)
terhadap target organ yang meliputi:
1. Kulit seluruh tubuh terutama wajah, tangan, dan kaki.
2. Otot-otot
3. Rambut
4. Mata
5. Hati
6. Muka
7. Gerakan motorik
Interpretasi
Apabila dalam pemeriksaan fisik pada target organ anak banyak mengalami perubahan
sesuai dengan tanda-tanda klinis kurang energi protein (KEP), ada petunjuk bahwa anak
tersebut kemungkinan besar menderita KEP. Meskipun demikian, perlu dicermati bahwa
penilaian KEP masih memerlukan pengamatan lebih lanjut apakah termasuk marasmus,
kwashiorkor, atau marasmus-kwashiorkor sesuai tanda-tanda yang lebih spesifik.

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 64


ANEMIA GIZI BESI
Anemia adalah suatu keadaan ketika kadar hemoglobin darah kurang dari kadar normal.
Tanda Klinis
Gejala atau tanda yang dapat dilihat adalah :
1. Lelah, lesu, lemah, letih, lunglai (5L)
2. Bibir tampak pucat
3. Napas pendek
4. Lidah licin
5. Denyut jantung meningkat
6. Susah buang air besar
7. Nafsu makan berkurang
8. Kadang-kadang pusing
9. Mudah mengantuk
Metode Penetuan
Untuk mendeteksi anemia gizi besi (AGB) perlu dilakukan pemeriksaan (inspeksi) terhadap target
organ yang meliputi :
1. Mata
2. Kuku
3. Bibir
4. Lidah
Interpretasi
Apabila dalam pemeriksaan fisik pada anak target organ banyak mengalami perubahan sesuai
dengan tanda-tanda klinis anemia gizi besi, ada petunjuk bahwa kemungkinan besar anak tersebut
menderita Anemia Gizi Besi.

GANGGUAN AKIBAT KURANG IODIUM


Gangguan Akibat Kurang Iodium (GAKI) tidak hanya menyebabkan pembesaran kelenjar
gondok tetapi juga berbagai macam gangguan lain. Kekurangan iodium pada ibu yang sedang
hamil dapat berakibat abortus, lahir mati, kelainan bawaan pada bayi, meningkatnya angka
kematian pranatal, dan melahirkan bayi kretin. Kekurangan iodium yang diderita anak-anak
menyebabkan pembesaran kelenjar gondok, gangguan fungsi mental, dan perkembangan fisik.

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 65


Pada orang dewasa berakibat pada pembesaran kelenjar gondok, hipotiroid, dan gangguan mental
(Pudjiadi, 1997).
Tanda Klinis
Dalam menentuka pembesaran kelenjar gondok, metode yang digunakan adalah inspeksi
(pengamatan) dan palpasi (perabaan). Metode inspeksi digunakan sebagai alat untuk menduga
terjadinya pembesaran atau tidak, sedangkan untuk mengonfirmasi pembesaran yang ada
merupakan pembesaran kelenjar gondok yang sebenarnya, amak perlu dilakukan palpasi sehingga
palpasi disebut juga sebagai alat konfirmasi.
Urutan pemeriksaan kelenjar gondok adalah sebagai berikut :
1. Orang (sampel) yang diperiksa berdiri tegak atau duduk menghadap pemeriksa.
2. Pemeriksa melakukan pengamatan di daerah leher depan bagian bawah terutama pada lokasi
kelenjar gondok.
3. Amati apakah ada pembesaran kelenjar gondok (termasuk tingkat II atau III).
4. Jika bukan, sampel diminta menengadah dan menelan ludah. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui apakah yang ditemukan adalah kelenjar gondok atau bukan. Pada gerakan
menelan, kelenjar gondok akan ikut terangkat keatas.
5. Pemeriksa berdiri di belakang sampel dan lakukan palpasi. Pemeriksa meletakkan dua jari
telunjuk dan dua jari tengahnya pada masing-masing lobus kelenjar gondok. Kemudian
lakukan palpasi dengan meraba dengan dua jari telunjuk dan jari tengah tengah tersebut.
6. Tentukan (mendiagnosis) apakah orang (sampel) menderita gondok atau tidak. Apabila salah
satu atau kedua lobus kelenjar lebih kecil dari ruas terakhir ibu jari orang yang diperiksa,
berarti orang tersebut normal. Apabila salah satu atau kedua lobus ternyata lebih besar dari
ruas terakhir ibu jari yang diperiksa, orang tersebut menderita gondok.
Dalam melakukan palpasi gondok, pemeriksa harus memperhatikan kondisi sebagai berikut :
1. Cahaya hendaknya cukup menerangi bagian leher orang yang diperiksa.
2. Pada saat mengamati kelenjar gondok, posisi mata pemeriksa harus sejajar (horizontal)
dengan leher orang yang diperiksa.
3. Palpasi (perabaan) jangan dilakukan dengan tekanan terlalu keras atau terlalu lemah.
Tekanan yang terlalu keras akan mengakibatkan kelenjar masuk atau pindah ke bagian
belakang leher sehingga pembesaran tidak teraba.

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 66


Klasifikasi
Klasifikasi pembesaran kelenjar gondok dapat dibedakan sebagai berikut :
Klasifikasi pembesaran kelenjar gondok
Grade 0: Normal Kelenjar gondok tidak terlihat saat inspeksi, baik
datar maupun ketika penderita menengadah
maksimal, dan kelenjar gondok tidak teraba dengan
palpasi.

Grade IA Kelenjar gondok tidak terlihat saat inspeksi, baik


datar maupun ketika penderita menengadah
maksimal, dan saat palpasi, kelenjar gondok teraba
lebih besar dari ruas terakhir ibu jari penderita.

Grade IB Kelenjar gondok dengan inspeksi datar tidak


terlihat, tetapi terlihat dengan tengadah maksimal
dan dengan palpasi kelenjar gondok teraba lebih
besar dari grade IA.

Grade II Kelenjar gondok terlihat dengan inspeksi dalam


posisi datar dan dengan palpasi teraba lebih besar
dari grade IB.

Grade III Kelenjar gondok cukup besar, dapat terlihat pada


jarak 6 meter atau lebih. Untuk penjelasan lebih
lanjut bisa dibaca Buku Petunjuk Teknis Petugas
Palpasi Survey Pemetaan GAKY.

Dalam menentukan prevalensi gondok endemik diperlukan rumus perhitungan TGR dan VGR
sebagai berikut :
(𝐺𝑟𝑎𝑑𝑒 (𝐼𝐴+𝐼𝐵+𝐼𝐼+𝐼𝐼𝐼)
Prevalensi Total Goiter Rate (TGR) = (𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎) × 100%
(𝐺𝑟𝑎𝑑𝑒 (𝐼𝐵+𝐼𝐼+𝐼𝐼𝐼)
Prevalensi Visible Goiter Rate (VGR) = (𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎) × 100%

Suatu daerah diklasifikasikan sebagai daerah endemis gondok apabila memiliki prevalensi Total
Goitre Rate (TGR) sebagai berikut : (Sumber: WHO, 1994).
Prevalensi TGR : <5% = Normal
Prevalensi TGR : 5,0 – 19,9% = Ringan
Prevalensi TGR : 20,0 – 29,9% = Normal
Prevalensi TGR : ≥30% = Berat

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 67


KEKURANGAN VITAMIN A
Penyakit mata yang diakibatkan oleh kekurangan vitamin A disebut xerophtalmia. Penyakit
ini merupakan penyebab kebutaan yang paling sering terjadi pada anak-anak indonesia yang
umunya terjadi pada usia 2-3 tahun. Hal ini karena setelah disapih, anak tidak diberikan makanan
yang memenui syarat gizi sementara anak itu belum bisa mengambil makanan sendiri.
Gejala xeroftalmia terbagi dua, yaitu :
1. Keadaan yang reversibel, yaitu yang dapat sembuh:
a. Rabun senja (hemerolopia)
b. Xerosis conjunctiva
c. Xerosis kornea
d. Bercak bitot
2. Keadaan yang ireversibel, yaitu keadaan yang agak sulit sembuh:
a. Ulserasi kornea
b. Keratomalasia
Klasifikasi Kekurangan Vitamin A

XN Rabun senja (night blindness only)


X1A Konjungtiva mengering (conjunctiva xerosis),
yaitu terdapatnya satu atau lebih bintik-bintik
konjungtiva yang kering dan tidak dapat dibasahi.
Keadaan ini bisa dijelaskan sebagai munculnya
segundukan pasir pada air pasang yang kembali
surut.

X1B Bercak bitot dan konjungtiva menegring (bitot spot


+ conjunctiva xerosis) adalah suatu bentukan yang
berwarna abu-abu kekuningan yang bentuknya
seperti busa sabun, yaitu keadaan bergelembung
atau seperti keju yang terdiri dari sel-sel epitel
konjungtiva yang mengeras dan berisik melapisi
sebagaian atau seluruh permukaan yang kering,
membentuk noda-noda bitot.

Klasifikasi Kekurangan Vitamin A


X2 Kornea mengering (cornea xerosis), yaitu keadaan
kekurangan vitamin A yang makin parah, bintik-
bintik luka menjadi bertambah padat dan
tersebarke atas dan mungkin meliputi seluruh
kornea. Kornea pada kondisi ini memiliki rupa

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 68


yang kering berkabut jika diuji dengan lampu
tangan.

X3A Ulserasi kornea + kornea mengering, yaitu keadaan


kekurangan vitamin A yang lebih parah lagi dari
kornea mengering yang mengakibatkan kehilangan
frank epithelial dan ulserasi storma baik dengan
ketebalan sebagian maupun seluruhnya. Tukak
yang berlubang mungkin menjadi tersumbat
dengan iris dan sembuh sebagai leukoma.

X3B Keratomalasia, yaitu keadaan ketika semua kornea


dari konjungtiva menjadi satu dan menebal
sehingga terkadang bentuk bola mata menjadi
rusak. Keadaan perlunakan limbus to limbus
cornea. Biasanya terjadi dengan adanya gabungan
kekuramgan protein dan vitamin A.

XS Perut kornea (cornea scars) akibat sembuh dari


luka.

XF Xerophtalmia fundus. Terjaidnya noda-noda putih


yang menyebar di seluruh fundus.

Untuk mendeteksi Kekurangan Vitamin A, Kurang Energi Protein (KEP) perlu dilakukan
pemeriksaan (inspeksi) terhadap target organ yaitu mata (Savitri Sayogo, 1991). Tingkatan X1A
sampai X2 bersifat reversibel, yang memiliki kemungkinan diobati hingga sembuh, sedangkan
X3A sampai dengan tahap selanjutnya bersifat irreversible yang tidak dapat diobati hingga
sembuh.

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 69


PRAKTIKUM 11
PENILAIAN STATUS GIZI DI RUMAH SAKIT

A. Dasar Teori
Dewasa ini, perkembangan Iptek gizi di rumah sakit sangat pesat, terutama dengan
dikembangkannya asuhan gizi. Dalam asuhan gizi ini dibutuhkan data-data yang berhubungan
dengan gizi seperti data antropometri, laboratorium, dan data konsumsi energi dan zat gizi.
Berbagai metode yang digunakan dalam penentuan status gizi di rumah sakit pada umumnya
adalah antropometri, laboratorium, dan konsumsi makanan atau diet, serta tanda-tanda
fungsional untuk status gizi. Pengukuran gizi telah lama diperkenalkan di bidang klinis
kedokteran sejak tahun 1970-an ketika ada pasien di rumah sakit yang menderita KEP di
Amerika Utara (Blackburn et al, 1977). Skrining gizi harus dilakukan secara rutin di rumah
sakit untuk mendeteksi pasien-pasien yang beresiko tinggi. Dukungan gizi yang tepat dapat
diterapkan untuk meningkatkan status gizi pasien.
Banyak konsep telah dikembangkan untuk mengukur status gizi pasien yang mempunyai
risiko tinggi. Beberapa konsep pengukuran status gizi pasien ada yang menggunakan satu
parameter dan ada yang menggunakan gabungan parameter. Parameter tunggal seperti
antropometri, biokimia atau pengukuran imunologia. Gabungan parameter seperti
penggunaan berbagai macam indeks atau berdasarkan pengukuran klinis.
Tujuan pengukuran status gizi di rumah sakit :
1. Untuk menentukan secara akurat status gizi pasien
2. Menentukan tanda-tanda klinis yang berhubungan dengan malnutrisi
3. Untuk memonitor perubahan status gizi selama mendapat asuhan gizi di rumah sakit.
(Bozzetti, 1987).

Indeks yang Berhubungan dengan Gizi dan Malnutrisi :


Dibawah ini akan diuraikan beberapa indeks yang berhubungan dengan gizi dan malnutrisi.
Indeks Prognosis Gizi
Indeks Prognosis Gizi Prognostic Nutritional Index (PNI) telah dikembangkan oleh Mullen
(1979) untuk mengidentifikasi indeks gizi yang berhubungan dengan malnutrisi. Pengukuran
indeks meliputi berat badan, kehilangan atau penurunan berat badan dalam persen, serum albumin,

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 70


serum transferin, total protein, lingkar otot di lengan, lipatan kulit trisep, dengan hasil pembedahan
dan digabungkan ke dalam indeks prognostik gizi, yaitu serum albumin, serum transferin, lipatan
kulit trisep, dan kelambatan hipersensitif kulit (delayed hypersensitiviy reactions). Indeks
prognostik gizi memberikan indikasi risiko pasien dan kesakitan terhadap keamtian setelah
pembedahan.

Indeks Prognostik Rumah Sakit


Indeks prognostik rumah sakit (hospital prognostik index) disarankan pada serum albumin,
penundaan respons hipersensitivitas, status klinis (seperti septis atau non-septis), dan ada tidaknya
aknker. Harvey dkk, telah mengembangkan hal ini sejak tahun 1981 dari studi retrospektif 282
pasien operasi medis.
Dalam buku, Pedoman PGRS Pelayanan Gizi Rumah Sakit tahun 2013 telah disebutkan
mekanisme pelayanan gizi rumah sakit yang meliputi:
1. Asuhan gizi rawat jalan
2. Asuhan gizi rawat inap
3. Penyelenggaraan makanan
4. Penelitian dan pengembangan

Proses asuhan gizi terstandar di rumah sakit terdiri atas empat langkah, yaitu pengkajian
gizi, diagnosis gizi, intervensi gizi, serta monitoring dan evaluasi. Langkah pengkajian gizi
dikelompokkan menjadi 5 katagori, yaitu 1) Anamnesa riwayat gizi; 2) data biokimia, uji medis
dan prosedur (termasuk data laboratorium); 3) pengukuran antropometri; 4) pemeriksaan fisik
klinis; 5) riwayat personal.
1. Anamnesis riwayat gizi
Data yang dikumpulkan dari proses ini adalah data asupan makanan termasuk
komposisi, pola makanan, diet saat ini, dan data lain yang terkait. Data s\asupan zat gizi
dapat melalui metode kualitatif dan kuantitatif. Anamnesis secara kualitatif dilakukan untuk
memperoleh gambaran kebiasaan makan/pola makan sehari-hari berdasarkan frekuensi
penggunaan bahan makanan. Anamnesis secara kuantitatif bertujuan untuk mendapatkan
gambaran tingkat konsumsi energi dan zat gizi lainnya. Salah satu metode kuantitatif yang
umum diunakan adalah recall makanan 24 jam (24 Hours Food Recall).

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 71


2. Biokimia
Data biokimia didapatkan dari pemeriksaan laboratorium yang umunya dengan
spesimen darah yang terkait munculnya masalah gizi. Pengambilan keputusan/kesimpulan
dari data laboratorium yang terkait dengan masalahgizi sebaiknya dikombinasikan dengan
jenis pemeriksaan lainnya seperti antropometri dan pemeriksaan klinis.
3. Antropometri
Beberapa data antropometri yang umum dikumpulkan adalah berat bada, tinggi badan,
lingkar lengan atas, lingkar dada, lingkar perut, dan tebal lemak bawah kulit. Data
antropometri tersebut dapat dikombinasikan dalam bentuk Indeks Massa Tubuh (IMT).
4. Pemeriksaan klinis
Beberapa pemeriksaan klinis yang umumnya dikaitkan dengan munculnya masalah
gizi antara lain edema, asites, penurunan jaringan otot danlemak tubuh. Pemeriksaan ini
harus tetap diselaraskan dengan pemeriksaan/ pengkajian lainnya saat mendiagnosis
penyebab masalah gizi.
5. Riwayat Personal
Data riwayat personal meliputi 4 area, yaitu obat-obatan/ suplemen yang dikonsumsi,
sosial budaya, riwayat penyakit dan data umum pasien

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 72


DAFTAR PUSTAKA

1. Ben-Noun LL, Sohar E, Laor A. Neck circumference as a simple screening measure for
identifying overweight and obese patients. Obes Res. 2001;9(8):470-477.
doi:10.1038/oby.2001.61.
2. Defronzo RA, Alyassin A, Micciolo R, et al. Is it possible to derive a reliable estimate of
human visceral and subcutaneous abdominal adipose tissue from simple anthropometric
measurements? Metabolism.2004;44(12):1617-1625. doi:10.1016/0026-
0495(95)90084-5.
3. Depkes RI, 1999. Pedoman tata Laksana Kurang Energi-Protein Pada Anak di Puskesmas
dan di Rumah Tangga. Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Jakarta.
4. Inoue S, Zimmet P, Caterson I, Chunming C, Ikeda Y, Khalid AK, et al. The Asia Pacific
Perspective: Redefining Obesity and Its Treatment, Health Communication Australia Pty
Limited 2000.
5. Program Studi Gizi Kesehatan. Buku Panduan Skills Lab Penentuan Status Gizi (PSG).
Yogyakarta: Universitas Gajah Mada; 2018.
6. Rinaldo N, Russo EG. Anthropometric Techniques. Ann Online dell’Università di Ferrara.
2015;10(9):275-289. doi:10.1086/200577.

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 73


LAMPIRAN

A. Format Penulisan
Laporan praktikum diketik menggunakan kertas A4. Margin halaman mengikuti aturan
sebagai berikut : Batas kiri 4.0 cm, Batas kanan 3.0 cm, Batas atas 3.0 cm dan Batas bawah
3,0 cm. Menggunakan Font Times New Roman ukuran 12. Jarak antar kalimat adalah 1.5 spasi.
Perataan kanan-kiri (justified). Sampul laporan mengikuti format yang ada.

B. Sistematika Penulisan Laporan


Sampul (Format sudah tersedia)
- Judul
- Logo
- Identitas
- Program Studi, Fakultas, Universitas, Tahun Pembelajaran
Isi Laporan
1. Latar Belakang
2. Tujuan
3. Tinjauan Pustaka
4. Metode
5. Alat dan Bahan
6. Prosedur Kerja
7. Hasil Pengamatan
8. Pembahasan
9. Kesimpulan
10. Daftar Pustaka
11. Lampiran

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 74


LAPORAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI

FOOD RECORD

Disusun Oleh :

Lifatin Nasykho G2B016035


Dwi Sri Artha G2B016036
Satira Zain G2B016037
Arinta Dwi Lestari G2B016038

PROGRAM STUDI S1 GIZI


FAKULTAS GIZI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN 2022

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 75


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengukuran konsumsi makanan sering juga disebut survey konsumsi pangan,
merupakan salah satu metode pengukuran status gizi. Asupan makan yang kurang akan
mengakibatkan status gizi kurang. Sebaliknya, asupan makan yang lebih akan
mengakibatkan status gizi lebih. Tujuan umum dari pengukuran konsumsi pangan adalah
untuk mengetahui asupan gizi dan makanan serta mengetahui kebiasaan dan pola makan,baik
pada individu, rumah tangga, maupun kelompok masyarakat.

1.1.1 Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan survey konsumsi pangan dengan metode food record.

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 76


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Metode Estimated Food Record
Metode estimated food record disebut juga food record atau diary record adalah
metode pengukuran asupan gizi individu yang dilakukan dengan memperkirakan jumlah
makanan yang dikonsumsi responden sesuai dengan metode recall 24 jam yaitu mencatat
semua makanan yang dikonsumsi selama 24 jam, mulai dari bangun tidur pagi hari sampai
kembali pada malam hari.

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 77


BAB III
METODE PRAKTIKUM

1.1 Metode
Survey Konsumsi Pangan Individu Food Record
1.2 Alat dan Bahan
1.2.1 Alat
- Kuisioner
- Kalkulator
- Buku Foto Makanan
1.2.2 Bahan
-
1.3 Prosedur Kerja
1) Pengumpul data menjelaskan cara-cara pengisian food record dan menjelaskan tentang
ukuran rumah tangga yang akan digunakan dalam memperkirakan porsi makanan.
2) Responden mencatat semua makanan dan minuman yang dikonsumsi termsuk
makanan selingan dan jajanan.
3) Responden diminta juga menuliskan waktu makan, bahan-bahan dari makanan yang
dikonsumsi, cara pengolahan dan keterangan lain jika diperlukan.

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 78


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1 Hasil Food Record


Adapun pembahasan dalam laporan praktikum vitamin C ini adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 Volume Titrasi
Sampel
Data Pengamatan
You C 1000
Air Jeruk Nutrisari Tablet Vit. C
Orange
Berat Vitamin C pada
54 12,8 22 27,54
sampel (mg)
Kadar vitamin C dalam
2,16 0.569 0,88 55,08
sampel (%)

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar (94,2%) responden penelitian
berusia > 46 tahun dengan rerata 61.38 ± 8.55 tahun. Penyakit Diabetes Mellitus cenderung
muncul pada usia diatas 40 tahun dan angka kejadiannya semakin meningkat seiring dengan
bertambahnya usia (Wiardani, 2012).

Pada percobaan praktikum vitamin C kali ini digunakan sampel minuman jus jeruk baik dari
jeruk mutni maupun olahan, sampel air jeruk yang digunakan ada 3 yaitu air jeruk, Nutrisasi,
dan You C 1000 orange. Kemudian sampel tablet vitamin C yang digunakan berasal dari merk
dagang vitacimin. Sebagai titrat digunakan larutan I2. Fungsi larutan standar I2 adalah untuk
mengetahui jumlah vitamin C yang terdapat dalam sampel menjadi senyawa dehidro askorbat
sehingga akan menghasilkan warna biru violet karena pereaksi yang berlebih. Sebagai
indkator digunakan amilum. Proses titrasi kali ini menggunakan prinsip titrasi iodometri, hal
ini berdasarkan sifat bahwa vitamin C dapat bereaksi dengan I2.

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 79


BAB V
KESIMPULAN

1.1 Kesimpulan
1. Penguuran konsumsi makanan atau sering disebut survey konsumsi pangan merupakan
salah satu metode pengukuran status gizi
2. Dari data responden didapatkan total asupan energi sebesar 1240, total asupan protein
sebesar 19,7, total asupan lemak sebesar 33,2 dan total asupan karbohidrat sebesar 234.

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 80


DAFTAR PUSTAKA

[ADA] American Diabetes Association. 2004. Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus.
Diabetes Care. Vol 27.

Annisa., Dias Rindi. 2015. Hubungan Konsumsi Bahan Makanan yang Mengandung Indeks
Glikemik dengan Kadar Gula Darah Sewaktu pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di
Ruang Rawat Jalan Puskesmas Kemiling. [Karya Tulis Ilmiah]. Jurusan Gizi Poltekkes
Kemenkes Tanjung Karang. Lampung.

Darmono, S.S. 2007. Resistensi Insulin. Dalam: Tony Suhartono, Dalam Pemayun TG, editor.
Perspektif Baru dalam Endokrinologi Dasar dan Klinik: Simposium PIT VII PERKENI
JOGLOSEMAR: Balai Penerbit Universitas Diponegoro: 2007. hal. 255-265.

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 81


DOKUMENTASI PRAKTIKUM

Ket. Gambar Ket. Gambar

PANDUAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI 82

Anda mungkin juga menyukai