KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya
penyusunan panduan praktikum Penilaian Status Gizi ini bisa diselesaikan. Pada mata kuliah
Penilaian Status Gizi ini, mahasiswa akan belajar tentang Penilaian Status Gizi secara
antropometri, biokimia dan fisik/klinis. Untuk menambah pengetahuan mengenai praktikum,
disarankan mahasiswa membaca buku referensi atau rujukan yang ada dalam daftar pustaka
petunjuk praktikum ini, atau referensi lainnya baik sumber tertulis maupun dari internet.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Dekan Fakultas Gizi Universitas Muhammadiyah
Kudus maupun semua pihak yang telah membantu penyusunan panduan praktikum ini dengan
baik. Panduan praktikum Penilaian Status Gizi ini belum sempurna, untuk itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan buku panduan ini dimasa
yang akan datang. Semoga buku panduan ini bisa bermanfaat bagi semua pihak.
Tim Penyusun
A. Kehadiran
1. Praktikan wajib hadir di laboratorium 15 menit sebelum praktikum dimulai, untuk
mempersiapkan peralatan yang diperlukan.
2. Praktikan yang terlambat lebih dari 15 menit tidak diperkenankan mengikuti praktikum,
kecuali ada alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.
3. Apabila karena suatu hal praktikan tidak dapat mengikuti praktikum maka praktikan harus
membuat surat ijin yang dilampiri surat bukti sebab ketidakhadirannya.
4. Praktikan harus mengikuti seluruh materi praktikum. Jika selama 2 kali berturut-turut
tidak mengikuti praktikum tanpa alasan dan bukti yang jelas, praktikan dianggap
mengundurkan diri dan mendapat nilai E.
5. Praktikan yang meninggalkan laboratorium sebelum waktu praktikum selesai, harus
minta ijin dosen/asisten dosen pembimbing yang bertugas.
B. Kewajiban Praktikan
1. Memperhatikan petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh dosen/asisten.
2. Mempelajari prosedur praktikum dengan baik sebelum melakukan praktikum.
3. Mencatat peralatan yang diperlukan, lalu melakukan peminjaman dengan petugas
laboraotorium.
4. Tidak diperbolehkan makan, minum dan bergurau selama praktikum.
5. Melaporkan dengan segera jika ada kerusakan alat yang dipakai.
6. Bertanggung jawab terhadap alat laboratorium yang dirusakkan/dihilangkan.
7. Membersihkan alat yang digunakan 10 menit sebelum waktu praktikum berakhir.
8. Praktikan wajib membuat laporan praktikum per kelompok yang dikumpulkan maksimal
1 minggu setelah praktikum berlangsung. Laporan diketik rapi dan diberi identitas
(format terlampir).
A. Dasar Teori
Berat badan dan tinggi badan adalah variabel yang paling sering digunakan dalam
menentukan status gizi dan status kesehatan seseorang. Berat badan merupakan jumlah cairan,
lemak, otot, dan mineral tulang di dalam tubuh manusia. Berat badan seseorang dapat
diketahui dengan melakukan penimbangan menggunakan timbangan berat badan yang
dinyatakan dalam satuan kilogram (kg). Timbangan berat badan yang digunakan dapat berupa
timbangan digital maupun timbangan jarum. Berat badan sensitif terhadap perubahan,
sehingga berat badan menggambarkan status gizi saat ini.
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan
skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan pertambahan umur.
Pengukuran tinggi badan dilakukan dengan menggunakan alat infantometer/lengthboard dan
microtoice yang dinyatakan dengan satuan cm. Pengukuran tinggi badan disesuaikan dengan
kondisi klien apakah bisa berdiri atau telentang. Jika seorang anak berumur kurang dari 2
tahun diukur tingginya (berdiri) maka ditambahkan 0.7 cm untuk mengkonversi menjadi
panjang badan. Jika seorang anak berumur 2 tahun atau lebih dan diukur panjangnya
(telentang) maka dikurangi 0.7 cm untuk mengkonversi menjadi tinggi badan. Pertumbuhan
tinggi badan kurang sensitif terhadap perubahan sehingga menggambarkan keadaan gizi yang
telah lalu dan keadaan sekarang jika umur tidak diketahui dengan tepat.
Pengukuran kedua variabel ini harus dilakukan dengan benar sehingga dapat
menggambarkan kondisi status gizi yang tepat. Pengukuran dengan prosedur yang sesuai
diperlukan untuk mengurangi bias/error yang dihasilkan.
B. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu mengenal alat-alat pengukuran antropometri BB, TB/PB.
2. Mahasiswa mampu melakukan penilaian status gizi antropometri pengukuran BB,
TB/PB.
b. Tinggi Badan
1. Pengukuran Tinggi Badan Subjek Belum Bisa Berdiri
- Letakkan alat infantometer/length board pada permukaan yang datar dan keras,
kemudian buka/rangkai alat dengan benar.
A. Dasar Teori
Pada bab ini akan dipraktekan antropometri komposisi tubuh yang bertujuan untuk
mengetahui sebaran lemak bagian atas tubuh. Terdapat cara mudah untuk memperkirakan
sebaran jaringan adipose baik lemak subkutan (lemak bawah kulit) maupun lemak visceral
(lemak di antara organ dalam bagian abdominal). Caranya dengan mengukur lingkar
pinggang, lingkar pinggul, dan rasio pinggang-pinggul.
Sebaran lemak tubuh terutama lemak subkutan bagian atas tubuh sering disebut juga
sebagai adipose depot. Beberapa peneliti berpendapat bahwa pengukuran depot lemak
subkutan bagian atas tubuh ini memberikan gambaran penting mengenai metabolisme lemak.
Lemak subkutan bagian atas tubuh mampu melepaskan asam lemak bebas lebih banyak
dibandingkan dengan lemak subkutan bagian bawah tubuh (misalnya paha, jempol kaki atau
betis). Karena peran tersebut, lemak yang terdapat di bagian atas tubuh, mampu
menggambarkan gangguan metabolisme tubuh.
Sementara itu, lingkar leher biasanya digunakan sebagai kombinasi pengukuran lingkar
pinggang dan lingkar pinggul. Lingkar leher dapat digunakan untuk identifikasi overweight
atau obese pada orang dewasa. Laki-laki dengan lingkar leher ≥ 37 cm dan wanita ≥ 37 cm,
dapat dipastikan dia overweight atau obese.3 Sehingga dengan hasil pengukuran antropometri
ini, kita dapat mengetahui risiko penyakit yang berkaitan dengan gangguan profil lemak
tubuh. Ada beberapa metode yang bisa diukur untuk menentukan sebaran lemak tubuh bagian
atas di antaranya dengan mengukur lingkar pinggang, lingkar pinggul, dan lingkar leher, dan
lingkar pergelangan tangan, lingkar lengan atas (LILA), dan tinggi lutut. Dari data tersebut,
bisa kita tentukan nilai antropometris untuk menilai komposisi tubuh seseorang.
B. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu memahami metode pengukuran antropometri pada orang dewasa
yang berkaitan dengan sebaran lemak tubuh bagian atas.
2. Mahasiswa mampu mengukur lingkar pinggang pada orang dewasa.
3. Mahasiswa mampu mengukur lingkar pinggul pada orang dewasa.
C. Proses Praktikum
Alat :
1. Pita Ukur/ Metlin
2. Pita LILA
3. Alat pengukur tinggi lutut/ Knee Height Caliper
Prosedur Kerja :
1. Pengukuran Lingkar Pinggang
- Subjek menggunakan pakaian yang longgar (tidak menekan) sehingga alat ukur dapat
diletakkan dengan sempurna.
- Subjek berdiri tegak dengan perut dalam keadaan yang rileks.
- Letakkan alat ukur melingkari pinggang secara horisontal, dimana merupakan bagian
terkecil dari tubuh. Bagi subjek yang gemuk, dimana sukar menentukan bagian paling
kecil, maka daerah yang diukur adalah antara tulang rusuk dan tonjolan iliaca. Seorang
pembantu diperlukan untuk meletakkan alat ukur dengan tepat.
- Lakukan pengukuran di akhir ekspresi yang normal dengan alat ukur tidak menekan
kulit.
- Bacalah hasil pengukuran pada pita hingga 0,1 cm terdekat.
A. Dasar Teori
Komposisi tubuh merupakan jumlah massa lemak dan jaringan bebas lemak yang terdiri
atas otot, tulang, protein dan cairan tubuh. Fokus utama dari pengukuran komposisi tubuh
adalah persentase lemak tubuh. Penderita obesitas mengalami perubahan pada komposisi
tubuhnya. Tidak hanya lemak, perubahan juga terjadi pada massa otot, cairan tubuh dan massa
tulang pada penderita obesitas. Lemak pada dasarnya merupakan jaringan bebas air, maka
makin sedikit lemak akan mengakibatkan makin tingginya persentase air dalam berat badan
seseorang, sebaliknya jaringan otot mengandung lebih banyak air.
Pengukuran komposisi tubuh seperti persentase lemak tubuh dan massa tanpa lemak adalah
indikator status kesehatan yang sensitif pada remaja dan berkaitan dengan peningkatan risiko
penyakit jantung pada saat dewasa. Pengukuran antropometri tebal lemak bawah kulik
(TLBK) merupakan salah satu alternatif yang sering digunakan untuk memprediksi persentase
lemak tubuh karena relatif murah dan mudah pelaksanaannya serta tidak berdampak negatif
terhadap subyek yang diperiksanya. Ada beberapa lokasi pengukuran spesifik yang biasanya
dilakukan yaitu subscapular skinfold, suprailiac / supraspinale skinfold, triceps skinfold dan
biceps skinfold. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan skinfold caliper dengan satuan
milimeter.
Metode lain untuk mengukur komposisi tubuh adalah dengan Bioelectrical Impedance
Analysis (BIA). BIA adalah suatu metode pengukuran komposisi tubuh dengan menerapkan
konsep konduksi listrik tubuh. Pengukuran BIA untuk mengukur lemak tubuh menggunakan
berat badan, tinggi badan, umur dan jenis kelamin sebagai parameter. BIA mudah digunakan,
murah dan diproduksi secara massal.
B. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran TLBK (bisep, trisep, subscapula, suprailiaka)
menggunakan skinfold caliper dengan benar.
2. Mahasiswa mampu memprediksi persen lemak tubuh berdasarkan pengukuran TLBK
(bisep, trisep, subscapula, suprailiaka) dengan benar.
C. Proses Praktikum
Alat dan Bahan :
1. Skinfold Caliper berbahan besi
2. Skinfold Caliper berbahan plastik
3. BIA merek Omron
4. Alat tulis untuk memberi tanda
Prosedur Kerja :
1. Teknik Pengambilan Lipatan Kulit (Skinfold)
a. Menyiapkan alat ukur berupa kaliper berbahan besi dan plastik.
b. Meminta responden untuk berdiri terlebih dahulu dan membuka pakaian yang
menutupi bagian yang akan diukur.
c. Pengambilan lipatan kulit menggunakan sisi kiri tubuh
d. Setelah lokasi teridentifikasi, berilah tanda pada lokasi yang akan diukur.
e. Lipatan kulit diambil dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri.
f. Kaliper dipegang dengan tangan kanan, tegak lurus dengan lipatan kulit yang diambil.
g. Skala Kaliper menghadap keatas sehingga mudah dilihat hasilnya.
h. Jepitan kaliper pada distal (bawah), kurang lebih 2 cm dibawah lokasi pengambilan
i. lipatan kulit oleh jari
j. Jepitan kaliper pada distal (bawah), kurang lebih 2 cm dibawah lokasi pengambilan
lipatan kulit oleh jari.
k. Selama penjepitan oleh kaliper, pengambilan lipatan kulit oleh jari tidak dilepaskan.
l. Kaliper tidak boleh dijepitkan terlalu dalam atau terlalu dangkal.
m. Lepas tekanan pada kaliper oleh jari dan baca skala pada kaliper selama penjepitan.
Penjepitan tidak boleh lebih dari 3 detik.
n. Ulangi penjepitan oleh kaliper tanpa melepas pengambilan lipatan kulit yang pertama.
o. Pengukuran dilakukan minimal 2 kali untuk tiap kaliper. Jika hasil tiap pengukuran
2. Lokasi Pengukuran
a. Bisep
Lokasi pengukuran lipatan kulit bisep berada di aspek anterior lengan atas. Posisinya
ada di tengah-tengah lengan atas, yaitu ditengah garis yang dibentuk prosesus
akromion dan olekranon. Lokasi pengukuran ditentukan saat siku ditekuk.
Pengambilan lipatan kulit vertikal. Pengukuran dilakukan dengan lengan tergantung
bebas di sisi luar tubuh. Telapak tangan subjek menghadap ke depan.
b. Trisep
Lokasi pengukuran lipatan kulit trisep berada di aspek posterior lengan atas, diatas otot
trisep, berada ditengah garis yang dibentuk prosesus akromino dan olekranon. Lokasi
pengukuran ditentukan saat siku ditekuk, pangambilan lipatan kulit vertikal dan
pengukuran dilakukan saat tangan tergantung bebas. Pengukur berada di belakang
subjek saat pengukuran.
c. Subskapula
Lokasi pengukuran subskapula berada 1cm dibawah sudut yang dibentuk tulang
scapula . lokasi lipatan kulit diagonal. Lokasi ini dapat dirasakan dengan meminta
subjek untuk menempatkan telapak tangannya dibelakang punggung. Pengukuran
dilakukan dengan alat yang tegak lurus dengan lipatan kulit.
Formula Siri
% Lemak tubuh = (495 : body density) – 450
Jumlah dari keempat lipatan kulit tersebut juga dapat secara langsung memprediksi
persen lemak tubuh dengan melihat tabel berikut. Tabel ini dipublikasikan oleh Durnin
dan Womersley pada tahun 1974.
BIA
BIA
Viseral
Nama BB RM Fat Muscle
Penilaian Penilaian Fat Penilaian Penilaian BMI Penilaian
(kg) (kkal) (%) (%)
(%)
TLBK
Bisep Trisep
Nama
Kaliper besi Kaliper Plastik Kaliper Besi Kaliper Plastik
Berlaku:
Rumus 2
Formula Siri
A. Dasar Teori
Penilaian status gizi anak dengan z-score.
Pertumbuhan fisik anak pada umumnya dinilai dengan menggunakan ukuran
antropomeri. Parameter antropometri yang biasanya digunakan antara lain berat badan (BB),
tinggi badan (TB) dan umur. Indeks antropometri yang sering digunakan :
1. Berat Badan menurut Umur (BB/U)
2. Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)
3. Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)
4. IMT menurut Umur (IMT/U)
C. Proses Praktikum
1. Praktikum dimulai dengan penjelasan dari dosen tentang cara penilaian status gizi anak
dengan menghitung z-score
2. Mahasiswa diberi data BB, TB, dan umur untuk dihitung nilai z-score-nya baik dengan
indeks BB/U, TB/U, BB/TB, maupun IMT/U.
3. Perhitungan dilakukan dengan berpedoman pada buku Standar Antropometri Penilaian
Status Gizi Anak.
4. Hasil perhitungan kemudian diinterpetasikan sesuai dengan kategori dan Ambang Batas
Status Gizi berdasarkan Kemenkes 2010.
A. Dsara Teori
Penilaian status gizi pada balita sering dilakukan dengan menggunakan beberapa indeks
seperti nilai z-skor BB/U, PB/U atau TB/U, dan BB/PB atau BB/TB. Balita dikatakan
mengalami masalah gizi jika hasil pengukuran mempunyai nilai z-skor dibawah -2. Nilai z-
skor BB/U < -2 menunjukkan terjadinya masalah underweight/ gizi kurang, nilai z-skor PB/U
atau TB/U < -2 menunjukkan terjadinya masalah stunting/ pendek yang merupakan masalah
gizi kronis, sementara z-skor BB/PB atau BB/TB < -2 menunjukkan terjadinya masalah
wasting/ kurus yang merupakan masalah gizi akut. Nilai z-skor BB/PB atau BB/TB > +2 juga
menunjukkan adanya masalah kegemukan pada balita.
Software WHO-Anthro merupakan salah satu software yang dapat digunakan untuk
menilai status gizi balita usia 0 - 60 bulan. Software WHO-Anthro memiliki beberapa modul,
antara lain Anthropometric Calculator, Individual Assessment, dan Nutritional Survey. Pada
praktikum ini, terdapat dua modul yang akan dipraktikkan yaitu Individual Assessment dan
Nutritional Survey.
Modul Individual Assessment digunakan untuk mengumpulkan dan menyimpan data
longitudinal pada balita yang telah mendapatkan pengukuran berulang. Data yang terkumpul
dapat digunakan untuk memantau pertumbuhan balita. Data status gizi balita dapat
ditampilkan dalam bentuk grafik, baik grafik pertumbuhan yang berasal dari single visit
maupun multiple visits.
Modul Nutritional Survey digunakan untuk mengumpulkan dan menilai data
antropometri dari sejumlah balita yang ada pada satu wilayah. Masing-masing balita diukur
sebanyak satu kali. Modul ini bermanfaat untuk menilai bagaimana kondisi status gizi balita
pada suatu wilayah, termasuk mengetahui prevalensi balita yang mengalami masalah gizi,
seperti underweight, stunting, dan wasting.
C. Proses Praktikum
Alat :
1. Laptop
2. Software WHO Anthro
3. Software Nutritional Survey
Prosedur Kerja
1. WHO ANTHRO
- Anthropometric calculator: untuk menghitung status gizi individu pada satu waktu
- Individual Assessment: untuk memonitor status gizi dan perkembangan motorik
individu dari waktu ke waktu
- Nutritional Survey: untuk mengkaji status gizi suatu populasi pada satu waktu
Untuk melihat grafik pertumbuhan, klik tanda grafik yang berada di bawah baris Visits.
1) Pilih grafik Weight-for-age z-score
2) Pada kolom Show, ubah Single-point menjadi Multiple points
3) Klik tanda copy (copy graph image to clipboard), pindahkan pada lembar kerja
4) Interpretasikan pertumbuhan anak dengan melihat arah naik turunnya plot pertumbuhan dan
perubahan kategori status gizinya, jika ada.
5) Bandingkan hasilnya dengan plot pertumbuhan yang telah Anda lakukan sebelumnya
dengan KMS.
A. Dasar Teori
Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dimana masyarakat dapat sekaligus
memperoleh pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan kesehatan antara lain : gizi, imunisasi,
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan penanggulangan diare. Definisi lain Posyandu adalah
salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan
diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan
kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat
penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi. Tujuan penyelenggaraan posyandu adalah untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan bayi, balita, ibu dan pasangan usia subur. Biasanya
dilaksanakan satu kali sebulan ditempat yang mudah didatangi oleh masyarakat dan
ditentukan masyarakat sendiri.
Kegiatan bulanan di Posyandu meliputi sistem lima meja yaitu pendaftaran, penimbangan
bayi dan balita, pengisian KMS, penyuluhan dan pelayanan oleh tenaga profesional meliputi
pelayanan KIA, KB, imunisasi dan lain-lain. Salah satu bentuk kegiatan posyandu untuk bayi
dan balita adalah berupa pemantauan kesehatan bayi dan balita. Kegiatan ini dilakukan secara
terus menerus (berkesinambungan) dan teratur untuk mengidentifikasi secara dini bila ada
gangguan keseimbangan gizi pada bayi dan balita. Pemantauan pertumbuhan merupakan
kegiatan penting dalam rangka kewaspadaan gizi atau sering disebut dengan surveilans gizi.
Pemantauan pertumbuhan bayi dan balita di posyandu menggunakan KMS (kartu menuju
sehat). KMS adalah kartu yang memuat grafik pertumbuhan serta indikator perkembangan
yang bermanfaat untuk mencatat dan memantau pertumbuhan (berat badan) balita setiap bulan
dari sejak lahir sampai berusia 5 tahun. KMS juga dapat diartikan sebagai “rapor” kesehatan
dan gizi (catatan riwayat kesehatan dan gizi) balita.
Pengertian tentang “Penilaian Status Gizi” dan “Pemantauan Pertumbuhan” sering
dianggap sama sehingga mengakibatkan kerancuan. KMS tidak untuk menilai status gizi,
tetapi alat pendidikan kepada masyarakat terutama orang tua agar dapat memantau
pertumbuhan anak, dengan pesan “anak sehat tambah umur tambah berat”. Sedangkan
B. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran berat badan, tinggi/panjang badan, lingkar
lengan atas dan lingkar kepala pada bayi dan balita di posyandu.
2. Mahasiswa mampu mengisi dan menginterpretasikan KMS.
C. Proses Praktikum
Alat dan Bahan :
1. Alat pengukur berat badan
2. Alat pengukur tinggi badan
3. KMS (Kartu Menuju Sehat)
4. Alat tulis
Prosedur Praktikum :
1. Mahasiswa mendapatkan ijin untuk mengunjungi salah satu posyandu
2. Pada saat jadwal posyandu, mahasiswa datang untuk melakukan pengukuran antropometri
pada minimal 10 bayi atau balita di posyandu.
3. Satu mahasiswa wajib melakukan pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas
dan lingkar kepala pada bayi atau balita.
4. Satu kelompok mahasiswa mencatat data berat badan 10 bayi atau balita yang diukur mulai
nol bulan (tertera pada buku kader) hingga pengukuran terakhir dan mengisinya ke dalam
KMS yang telah disediakan.
5. Interpretasikan hasil KMS
Nama Posyandu :
Alamat Posyandu :
Nama Ketua Kader :
Tanggal Pengukuran :
A. Dasar Teori
Pengukuran konsumsi makanan sering juga disebut survei konsumsi pangan, merupakan
salah satu metode pengukuran status gizi. Asupan makan yang kurang akan mengakibatkan
status gizi kurang. Sebaliknya, asupan makan yang lebih akan mengakibatkan status gizi lebih.
Tujuan umum dari pengukuran konsumsi pangan adalah untuk mengetahui asupan gizi dan
makanan serta mengetahui kebiasaan dan pola makan, baik pada individu, rumah tangga,
maupun kelompok masyarakat. Metode pengukuran asupan gizi yang sering dipakai untuk
mengukur asupan gizi pada individu ialah metode recall 24 hour, estimated food record,
penimbangan makanan (food weighing), dietary history, dan frekuensi makanan (food
frequency).
Metode recall 24-hour adalah cara mengukur asupan gizi pada individu dalam sehari.
Metode pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui asupan zat gizi individu dalam sehari,
sehingga tergolong pada kelompok metode kuantitatif. Pada dasarnya metode ini dilakukan
dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi individu pada 1 hari
sebelum dilakukan recall (misal recall dilakukan hari Selasa, maka asupan makanan yang
ditanyakan adalah asupan selama 24 jam pada hari Senin). Kemampuan mengingat adalah
menjadi kunci pokok pada metode ini. Subjek dengan kemampuan mengingat lemah
sebaiknya tidak menggunakan metode ini, karena hasilnya tidak akan menggambarkan
konsumsi aktualnya.
Metode estimated food record adalah metode pengukuran asupan gizi individu yang
dilakukan dengan memperkiraan jumlah makanan yang dikonsumsi responden sesuai dengan
catatan konsumsi makanan. Syarat umum pencacatan adalah literasi subjek harus baik.
Konsistensi dalam proses pencatatan juga menjadi aspek yang harus ditekankan agar
informasi terhadap makanan dan minuman akurat dan dapat memberikan informasi jumlah
makanan yang dikonsumsi secara tepat
B. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu melakukan survei konsumsi pangan metode food recall.
C. Proses Praktikum
Alat :
1. Timbangan makanan
2. Berbagai alat URT
3. Food model
4. Buku foto makanan
5. Kuisioner
Prosedur Kerja :
1. Food Recall
- Pewawancara/enumerator menanyakan pangan yang dikomsumsi pada periode
24 jam yang lalu (sejak bangun tidur sampai bangun tidur lagi) mencakup nama
masakan/makanan, mentah/matang, cara pengolahann, bahan makanan,
jenis/merknya.
- Permulaan penilaian dapat diawali dengan kalimat berikut.
“Mohon izin ibu, saya akan bertanya mengenai apa yang ibu makan dan minum
hari kemarin mula ibu bangun tidur pada pagi hari sampai ibu tidur lahi.
Bagaimana bu?” Jika ibu merasa kesulitan, bantu dengan arahan “Coba ibu ingat
apa yang ibu lakukan setelah bangun tidur, mungkin bisa membantu”
- Mulai catat semua makanan dan minuman yang responden sampaikan.
JANGAN tanya porsi terlebih dahulu. Misal, ibu menjawab, “Saya sarapan
bubur, minum teh manis, siangnya makan nasi dengan sop ikan dan sore makan
roti bakar → tahap 1 Multiple pass interviewing techniques (MIT), Isikan
jawaban pada kolom waktu makan dan menu makanan.
Jika responden sudah merasa cukup dengan yang disampaikan maka mulai
kembali menyebutkan kembali makanan yang disampaikan responden untuk
konfirmasi.
“Jadi ibu kemarin sarapan makan bubur, minum teh manis, siangnya makan nasi
dengan sop ikan dan sore makan roti bakar?” lalu bisa ditambah pertanyaan,
“Coba ingat bu, mungkin ada lagi?”
- Hitung nilai kandungan energi, protein, lemak dan karbohidrat hasil recall responden.
- Analisis tingkat kecukupan energi dan zat gizi subyek dengan membandingkan angka
kecukupan energi, zat gizi (AKG) subyek dengan asupan harian.
- Nilai cukup jika perbandingan ≥ 70%AKG, kurang jika < 70% AKG.
Tugas
1. Mahasiswa melakukan survei konsumsi pangan metode food recall pada salah satu subyek
(remaja/dewasa/ibu hamil/ibu menyusui).
2. Mahasiswa melakukan survei konsumsi pangan metode estimated food record pada salah
satu subyek (remaja/dewasa/ibu hamil/ibu menyusui).
A. Dasar Teori
Pengukuran konsumsi makanan sering juga disebut survei konsumsi pangan, merupakan
salah satu metode pengukuran status gizi. Asupan makan yang kurang akan mengakibatkan
status gizi kurang. Sebaliknya, asupan makan yang lebih akan mengakibatkan status gizi lebih.
Tujuan umum dari pengukuran konsumsi pangan adalah untuk mengetahui asupan gizi dan
makanan serta mengetahui kebiasaan dan pola makan, baik pada individu, rumah tangga,
maupun kelompok masyarakat. Metode pengukuran asupan gizi yang sering dipakai untuk
mengukur asupan gizi pada individu ialah metode recall 24 hour, estimated food record,
penimbangan makanan (food weighing), dietary history, dan frekuensi makanan (food
frequency).
Metode frekuensi makanan sering juga disebut FFQ (Food Frequency Quotionnaire)
adalah metode untuk mengetahui data tentang pola dan kebiasaan makan individu pada kurun
waktu tertentu, biasanya satu bulan, tetapi dapat juga 6 bulan atau satu tahun terakhir. Terdapat
dua bentuk metode frekuensi makanan yaitu metode FFQ kualitatif dan metode FFQ semi
kuantitatif. Metode frekuensi makanan kualitatif sering disebut sebagai metode FFQ. Metode
ini tergolong pada metode kualitatif, karena pengukurannya menekankan pada frekuensi
makan. Informasi yang diperoleh merupakan pola dan kebiasaan makan (habitual intakes).
Konsumsi makanan yang ditanyakan adalah yang spesifik untuk zat gizi tertentu, makanan
tertentu, atau kelompok makanan tertentu. Metode frekuensi semikuantitatif (Semi
Quantitative Food Frequency Quotionaire) sering disingkat SFFQ adalah metode untuk
mengetahui gambaran kebiasaan asupan gizi individu pada kurun waktu tertentu. Tujuan dari
metode ini adalah untuk mengetahui rata-rata asupan zat gizi dalam sehari pada individu.
Metode SFFQ sama dengan FFQ, yang membedakan adalah responden ditanyakan juga
tentang rata-rata besaran atau ukuran setiap kali makan. Ukuran makanan yang dikonsumsi
setiap kali makan dapat dalam bentukberat atau ukuran rumah tangga (URT).
Tugas :
1. Mahasiswa melakukan survei konsumsi pangan metode FFQ untuk rentang 1 bulan
terakhir yang spesifik pada bahan makanan yang dapat meningkatkan/ menghambat
absorpsi :
- Fe
- Iodium
- Kolesterol
Berilah tanda centang (√) pada frekuensi makan pada setiap jenis bahan makanan yang menurut
Anda paling mendekati dengan kebiasaan Anda dalam sebulan terakhir.
Frekuensi Konsumsi
No. Bahan Makanan >3 kali 1 kali 3-6 kali 1-2 kali 2 kali Tidak
/hari /hari /minggu /minggu sebulan pernah
1. Nasi
2. Biskuit
3. Jagung
4. Kentang
5. Mie Basah
6. Mie Kering
7. Roti Putih
8. Singkong
Porsi Rata-
Frekuensi Konsumsi Rata-
Bahan rata
No rata
Makanan Tidak intake
Harian Mingguan Bulanan Tahunan URT Gram frek/hr
Pernah gr/hr
1. Nasi
2. Biskuit
3. Jagung
4. Kentang
5. Mie Basah
6. Mie
Kering
7. Roti Putih
8. Singkong
A. Dasar Teori
Pemeriksaan biokimia dalam penilaian status gizi memberikan hasil yang lebih tepat dan
objektif daripada penilai konsumsi pangan dan pemeriksaan lain. Pemeriksaan biokimia yang
sering digunakan adalah teknik pengukuran kandungan berbagai zat gizi dan substansi kimia
lain dalam darah dan urine. Hasil pengukuran tersebut dibandingkan dengan standar normal
yang telah ditetapkan. Adanya parasit dapat diketahui melalui pemeriksaan feses, urine, dan
darah karena kurang gizi sering berkaitan dengan prevalensi penyakit karena parasit. Dalam
berbagai hal, pemeriksaan biokimia hanya dapat diperoleh di rumah sakit atau pusat
kesehatan. Keadaan ini, memberi gambaran bahwa sarana yang tersedia tidak dapat dijangkau
oleh penduduk yang tinggal di daerah yang jauh dari sarana tersebut. Meskipun demikian,
pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara memeriksa contoh darah, urine, dan feses yang
dikumpulkan oleh keluarga, perawat, atau petugas kesehatan lain di daerah tersebut dan
dibawa ke laboratorium untuk dianalisis.
Pemeriksaan Biokimia Zat Gizi :
1. Penilaian Biokimia Zat Gizi
- Penilaian Status Zat Gizi
- Penilaian Status Protein
- Penilaian Status Vitamin
- Penilaian Status Mineral
B. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan biokimia zat gizi (Penilaian status zat besi,
protein, vitamin, mineral)
Prosedur Kerja :
1. Masukkan HCL 0,1 N ke dalam tabung Sahli sampai angka 2.
2. Bersihkan ujung jari yang akan diambil darahnya dengan larutan desinfektan (alkohol 70%,
betadin, dsb), kemudian tusuk dengan lancet atau alat lain.
3. Isap dengan pipet hemoglobin sampai melewati batas, bersihkan ujung pipet, kemudian
teteskan darah sampai ke tanda batas dengan cara menggeserkan ujung pipet ke kertas saring/
kertas tisu.
B. Hematokrit (Ht)
Hematokrit adalah volume eritrosit yang dipisahkan dari plasma dengan cara memutarnya
di dalam tabung khusus yang nilainya dinyatakan dalam persen (%). Setelah sentrifugasi,
tinggi kolom sel darah merah diukur dan dibandingkan dengan tinggi darah penuh yang asli.
Presentase massa sel merah pada volume darah yang asli merupakan hematokrit. Nilai normal
hematokrit adalah 40-54% untuk pria dan 37-47% untuk wanita. Penentuan hematokrit harus
dilakukan secara duplikat dengan menggunakan darah kapiler atau darah vena yang
diantikoagulasikan dengan EDTA. Pada saat menggunakan proses dengan EDTA ini, akan
digunakan tabung kapiler blue-banded yang berisi antikoagulan.
Metode :
- EDTA
Alat dan Bahan :
- Tabung kapiler
- Sealer
- Sentrifugasi
- Buffy coat
- Sampel darah
- EDTA
- Antikoagulan
Catatan :
1. Semua tabung reaksi yang digunakan harus benar-benar bersih. Untuk mencapai ini tabung-
tabung harus direndam dalam nitrat ataupun kromat selama 3 hari. Berdasarkan pengalaman,
setiap 4-5 kali penyuntikan pada HPLC kolom perlu dicuci dengan dialiri buffer tanpa
sampel selama sekitar 30 menit.
2. Jika ada dugaan kadar vitamin A dalam serum agak tinggi (misalnya serum orang dewasa
normal, anak yang baru saja diberi vitamin A dosis tinggi), serum yang digunakan 50 µl saja.
A. Dasar Teori
Penggunaan pemeriksaan klinis untuk mendeteksi defisiensi gizi mempunyai kelemahan
jika diinterpretasikan hanya atas dasar data klinis saja. Oleh sebab itu, perlu adanya dukungan
pemeriksaan lain seperti pemeriksaan konsumsi pangan, biokimia dan pemeriksaan fisik. Pada
pemeriksaan fisik dapat mengungkapkan bukti adanya defisiensi gizi yang tidak dapat
dideteksi dengan cara survei konsumsi atau cara laboratoris, walaupun hanya meliputi
beberapa kasus saja, identifikasi memberikan tanda yang dapat digunakan untuk menentukan
gizi kurang. Pemeriksaan fisik dapat mengungkapkan tanda-tanda penyakit, diagnosis, dan
pengobatannya. Hal itu sangat berguna untuk penanganan selanjutnya.
Pada pemeriksaan fisik kita melakukan pengamatan terhadap perubahan fisik yang
berkaitan dengan kekurangan gizi. Perubahan tersebut dapat dilihat pada kulit atau jaringan
epitel, yaitu jaringan yang membungkus permukaan tubuh kita seperti rambut, mata, wajah,
mulut, lidah, gigi dll. Selain itu, dapat dilihat pada bagian lain, seperti kelenjar tiroid. Komisi
ahli WHO yang dikutip oleh Jelliffe (1966) dan Jelliffe (1989), mengelompokkan tanda-tanda
klinis menjadi tiga kelompok besar, yaitu :
Kelompok 1 : Tanda-tanda yang memang benar berhubungan dengan kurang gizi yang
mungkin disebabkan oleh salah satu zat gizi atau lebih, yang dibutuhkan tubuh.
Kelompok 2 : Tanda yang membutuhkan investigasi (penyelidikan) lebih lanjut. Tanda ini
mungkin disebabkan oleh malnutrisi atau mungkin oleh faktor lain seperti
kehidupan dibawah standar (miskin), buta huruf dll.
Kelompok 3 : Tanda-tanda yang tidak berkaitan dengan malnutrisi walaupun hampir mirip.
Dalam diagnosis , tanda ini sulit untuk dibedakan sehingga memerlukan
keahlian khusus.
B. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran tanda fisik klinis Kekurangan Energi Protein
(KEP) dengan benar
C. Proses Praktikum
Alat dan bahan
1. Alat tulis
2. Form penilaian tanda fisik klinis
Dalam menentukan prevalensi gondok endemik diperlukan rumus perhitungan TGR dan VGR
sebagai berikut :
(𝐺𝑟𝑎𝑑𝑒 (𝐼𝐴+𝐼𝐵+𝐼𝐼+𝐼𝐼𝐼)
Prevalensi Total Goiter Rate (TGR) = (𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎) × 100%
(𝐺𝑟𝑎𝑑𝑒 (𝐼𝐵+𝐼𝐼+𝐼𝐼𝐼)
Prevalensi Visible Goiter Rate (VGR) = (𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎) × 100%
Suatu daerah diklasifikasikan sebagai daerah endemis gondok apabila memiliki prevalensi Total
Goitre Rate (TGR) sebagai berikut : (Sumber: WHO, 1994).
Prevalensi TGR : <5% = Normal
Prevalensi TGR : 5,0 – 19,9% = Ringan
Prevalensi TGR : 20,0 – 29,9% = Normal
Prevalensi TGR : ≥30% = Berat
Untuk mendeteksi Kekurangan Vitamin A, Kurang Energi Protein (KEP) perlu dilakukan
pemeriksaan (inspeksi) terhadap target organ yaitu mata (Savitri Sayogo, 1991). Tingkatan X1A
sampai X2 bersifat reversibel, yang memiliki kemungkinan diobati hingga sembuh, sedangkan
X3A sampai dengan tahap selanjutnya bersifat irreversible yang tidak dapat diobati hingga
sembuh.
A. Dasar Teori
Dewasa ini, perkembangan Iptek gizi di rumah sakit sangat pesat, terutama dengan
dikembangkannya asuhan gizi. Dalam asuhan gizi ini dibutuhkan data-data yang berhubungan
dengan gizi seperti data antropometri, laboratorium, dan data konsumsi energi dan zat gizi.
Berbagai metode yang digunakan dalam penentuan status gizi di rumah sakit pada umumnya
adalah antropometri, laboratorium, dan konsumsi makanan atau diet, serta tanda-tanda
fungsional untuk status gizi. Pengukuran gizi telah lama diperkenalkan di bidang klinis
kedokteran sejak tahun 1970-an ketika ada pasien di rumah sakit yang menderita KEP di
Amerika Utara (Blackburn et al, 1977). Skrining gizi harus dilakukan secara rutin di rumah
sakit untuk mendeteksi pasien-pasien yang beresiko tinggi. Dukungan gizi yang tepat dapat
diterapkan untuk meningkatkan status gizi pasien.
Banyak konsep telah dikembangkan untuk mengukur status gizi pasien yang mempunyai
risiko tinggi. Beberapa konsep pengukuran status gizi pasien ada yang menggunakan satu
parameter dan ada yang menggunakan gabungan parameter. Parameter tunggal seperti
antropometri, biokimia atau pengukuran imunologia. Gabungan parameter seperti
penggunaan berbagai macam indeks atau berdasarkan pengukuran klinis.
Tujuan pengukuran status gizi di rumah sakit :
1. Untuk menentukan secara akurat status gizi pasien
2. Menentukan tanda-tanda klinis yang berhubungan dengan malnutrisi
3. Untuk memonitor perubahan status gizi selama mendapat asuhan gizi di rumah sakit.
(Bozzetti, 1987).
Proses asuhan gizi terstandar di rumah sakit terdiri atas empat langkah, yaitu pengkajian
gizi, diagnosis gizi, intervensi gizi, serta monitoring dan evaluasi. Langkah pengkajian gizi
dikelompokkan menjadi 5 katagori, yaitu 1) Anamnesa riwayat gizi; 2) data biokimia, uji medis
dan prosedur (termasuk data laboratorium); 3) pengukuran antropometri; 4) pemeriksaan fisik
klinis; 5) riwayat personal.
1. Anamnesis riwayat gizi
Data yang dikumpulkan dari proses ini adalah data asupan makanan termasuk
komposisi, pola makanan, diet saat ini, dan data lain yang terkait. Data s\asupan zat gizi
dapat melalui metode kualitatif dan kuantitatif. Anamnesis secara kualitatif dilakukan untuk
memperoleh gambaran kebiasaan makan/pola makan sehari-hari berdasarkan frekuensi
penggunaan bahan makanan. Anamnesis secara kuantitatif bertujuan untuk mendapatkan
gambaran tingkat konsumsi energi dan zat gizi lainnya. Salah satu metode kuantitatif yang
umum diunakan adalah recall makanan 24 jam (24 Hours Food Recall).
1. Ben-Noun LL, Sohar E, Laor A. Neck circumference as a simple screening measure for
identifying overweight and obese patients. Obes Res. 2001;9(8):470-477.
doi:10.1038/oby.2001.61.
2. Defronzo RA, Alyassin A, Micciolo R, et al. Is it possible to derive a reliable estimate of
human visceral and subcutaneous abdominal adipose tissue from simple anthropometric
measurements? Metabolism.2004;44(12):1617-1625. doi:10.1016/0026-
0495(95)90084-5.
3. Depkes RI, 1999. Pedoman tata Laksana Kurang Energi-Protein Pada Anak di Puskesmas
dan di Rumah Tangga. Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Jakarta.
4. Inoue S, Zimmet P, Caterson I, Chunming C, Ikeda Y, Khalid AK, et al. The Asia Pacific
Perspective: Redefining Obesity and Its Treatment, Health Communication Australia Pty
Limited 2000.
5. Program Studi Gizi Kesehatan. Buku Panduan Skills Lab Penentuan Status Gizi (PSG).
Yogyakarta: Universitas Gajah Mada; 2018.
6. Rinaldo N, Russo EG. Anthropometric Techniques. Ann Online dell’Università di Ferrara.
2015;10(9):275-289. doi:10.1086/200577.
A. Format Penulisan
Laporan praktikum diketik menggunakan kertas A4. Margin halaman mengikuti aturan
sebagai berikut : Batas kiri 4.0 cm, Batas kanan 3.0 cm, Batas atas 3.0 cm dan Batas bawah
3,0 cm. Menggunakan Font Times New Roman ukuran 12. Jarak antar kalimat adalah 1.5 spasi.
Perataan kanan-kiri (justified). Sampul laporan mengikuti format yang ada.
FOOD RECORD
Disusun Oleh :
1.1.1 Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan survey konsumsi pangan dengan metode food record.
1.1 Metode
Survey Konsumsi Pangan Individu Food Record
1.2 Alat dan Bahan
1.2.1 Alat
- Kuisioner
- Kalkulator
- Buku Foto Makanan
1.2.2 Bahan
-
1.3 Prosedur Kerja
1) Pengumpul data menjelaskan cara-cara pengisian food record dan menjelaskan tentang
ukuran rumah tangga yang akan digunakan dalam memperkirakan porsi makanan.
2) Responden mencatat semua makanan dan minuman yang dikonsumsi termsuk
makanan selingan dan jajanan.
3) Responden diminta juga menuliskan waktu makan, bahan-bahan dari makanan yang
dikonsumsi, cara pengolahan dan keterangan lain jika diperlukan.
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar (94,2%) responden penelitian
berusia > 46 tahun dengan rerata 61.38 ± 8.55 tahun. Penyakit Diabetes Mellitus cenderung
muncul pada usia diatas 40 tahun dan angka kejadiannya semakin meningkat seiring dengan
bertambahnya usia (Wiardani, 2012).
Pada percobaan praktikum vitamin C kali ini digunakan sampel minuman jus jeruk baik dari
jeruk mutni maupun olahan, sampel air jeruk yang digunakan ada 3 yaitu air jeruk, Nutrisasi,
dan You C 1000 orange. Kemudian sampel tablet vitamin C yang digunakan berasal dari merk
dagang vitacimin. Sebagai titrat digunakan larutan I2. Fungsi larutan standar I2 adalah untuk
mengetahui jumlah vitamin C yang terdapat dalam sampel menjadi senyawa dehidro askorbat
sehingga akan menghasilkan warna biru violet karena pereaksi yang berlebih. Sebagai
indkator digunakan amilum. Proses titrasi kali ini menggunakan prinsip titrasi iodometri, hal
ini berdasarkan sifat bahwa vitamin C dapat bereaksi dengan I2.
1.1 Kesimpulan
1. Penguuran konsumsi makanan atau sering disebut survey konsumsi pangan merupakan
salah satu metode pengukuran status gizi
2. Dari data responden didapatkan total asupan energi sebesar 1240, total asupan protein
sebesar 19,7, total asupan lemak sebesar 33,2 dan total asupan karbohidrat sebesar 234.
[ADA] American Diabetes Association. 2004. Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus.
Diabetes Care. Vol 27.
Annisa., Dias Rindi. 2015. Hubungan Konsumsi Bahan Makanan yang Mengandung Indeks
Glikemik dengan Kadar Gula Darah Sewaktu pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di
Ruang Rawat Jalan Puskesmas Kemiling. [Karya Tulis Ilmiah]. Jurusan Gizi Poltekkes
Kemenkes Tanjung Karang. Lampung.
Darmono, S.S. 2007. Resistensi Insulin. Dalam: Tony Suhartono, Dalam Pemayun TG, editor.
Perspektif Baru dalam Endokrinologi Dasar dan Klinik: Simposium PIT VII PERKENI
JOGLOSEMAR: Balai Penerbit Universitas Diponegoro: 2007. hal. 255-265.