Ahmad Faridi
Nursyifa Rahma Maulida
LABORATORIUM ...............................................
PROGRAM STUDI GIZI
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF DR HAMKA
2019
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil ‘alamiin, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas
limpahan karunia-Nya sehingga akhirnya kami dapat menyelesaikan Modul Praktikum Gizi
Penilaian Status Gizi (PSG). Modul ini dimaksudkan untuk membantu mahasiswa dalam
melaksanakan praktikum sehingga dapat lebih memahami teori yang telah diberikan di kelas.
Modul Praktikum PSG terdiri dari topik antropometri, biokimia, dan survey konsumsi
dimana dalam penentuan status gizi dalam beberapa pendekatan topik tersebut. Topik – topik tadi
dilaksanakan dalam 14 kegiatan pertemuan praktikum yang dilakukan di laboratorium dan
survey di lapangan. Dengan demikian, setelah melaksanakan praktikum diharapkan mahasiswa
dapat lebih memahami dan mengaplikasikan teori – teori dalam penilaian status gizi.
Tidak ada gading yang tak retak, tentunya tidak ada sesuatu yang direncanakan dan
dilaksanakan oleh manusia dalam bentuk kesempurnaan. Modul Praktikum PSG sebagai langkah
proses belajar mengajar ini yang dirasa masih banyak kekurangannya. Manfaat dari modul ini
adalah diketahuinya cara penilaian status gizi, yang nantinya masalah gizi pada individu atau
kelompok masyarakat dapat diketahui yang dengan demikian intervensi yang tepat dapat
dilakukan untuk perbaikan gizi.
Penyusun sangat berterima kasih apabila pembaca berkenan memberi masukan, kritik,
maupun saran untuk sempurnanya modul praktikum ini, yang pada akhirnya akan semakin
meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Harapan yang paling besar adalah modul ini
dapat bermanfaat dalam meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan membantu
mahasiswa dalam melaksanakan praktikum. Terima kasih.
HALAMAN JUDUL........................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................................3
TATA TERTIB....................................................................................................................................................4
PENGENALAN ALAT LABORATORIUM.............................................................................5
PRAKTIKUM I.................................................................................................................................................5
PRAKTIKUM II................................................................................................................................................7
PRAKTIKUM III..............................................................................................................................................9
PRAKTIKUM IV............................................................................................................................................11
PRAKTIKUM V.............................................................................................................................................13
PRAKTIKUM VI & VII...............................................................................................................................15
PRAKTIKUM VIII........................................................................................................................................17
PRAKTIKUM IX............................................................................................................................................20
PRAKTIKUM X.............................................................................................................................................23
PRAKTIKUM XI............................................................................................................................................25
LAMPIRAN 1 OUTLINE LAPORAN PRAKTIKUM......................................................................34
TATA TERTIB
Praktikum dilakukan sebanyak 14 kali pertemuan, sesuai dengan jadwal yang telah disepakati di
awal perkuliahan. Adapun aturan dan tata tertib yang perlu diperhatikan:
1. Peraturan Praktikum
- Mahasiswa wajib mengikuti praktikum sebanyak 100%, jika berhalangan hadir bisa melakukan
penggantian praktikum pada kelas lain.
- Mahasiswa wajib mengumpulkan perencanaan praktikum sebelum masuk ke dalam lab
- Mahasiswa wajib mengumpulkan hasil praktikum berupa laporan sesuai dengan kesepakatan
- Mahasiswa wajib menjaga kebersihan dan kerapihan alat selama proses praktikum
- Mahasiswa wajib melakukan persiapan alat dan bahan yang dibutuhkan dengan berkoordinasi pada
dosen dan asisten laboratorium
PRAKTIKUM 1
PRAKTIKUM ANTROPOMETRI
(Pengukuran Berat Badan)
A. Ruang Lingkup
Berat badan menggambarkan jumlah protein, lemak, air, dan mineral yang terdapat di dalam
tubuh. Berat badan merupakan komposit pengukuran ukuran total tubuh. Pengukuran berat badan
mudah dilakukan dan alat ukur untuk menimbang berat badan mudah diperoleh. Beberapa jenis alat
timbang yang biasa digunakan untuk mengukur berat badan adalah dacin untuk menimbang berat
badan balita, timbangan detecto, bathroom scale (timbangan kamar mandi), timbangan injak digital,
dan timbangan berat badan lainnya.
B. Tujuan
Mahasiswa dapat melakukan pengukuran antropometri sesuai prosedur dan mengetahui
penggunaannya sebagai parameter penilaian status gizi berdasarkan berat badan.
C. Prinsip
Pengukuran berat badan memerlukan alat yang hasil ukurannya akurat. Untuk mendapatkan
ukuran berat badan yang akurat, terdapat beberapa persyaratan alat ukur berat di antaranya adalah
alat ukur harus mudah digunakan dan dibawa, mudah mendapatkannya, harga alat relatif murah dan
terjangkau, ketelitian alat ukur sebaiknya 0,1kg (terutama alat yang digunakan untuk memonitor
pertumbuhan), skala jelas dan mudah dibaca, cukup aman jika digunakan, serta alat selalu
dikalibrasi. Berat badan digunakan sebagai parameter antropometri, karena perubahan berat badan
mudah terlihat dalam waktu singkat dan menggambarkan status gizi saat ini.
E. Prosedur Praktikum
1. Prosedur Pengukuran Berat Badan dengan timbangan injak atau digital:
Pastikan alat timbang ada dalam bidang yang datar. Responden mengenakan pakaian biasa
(usahakan dengan pakaian yang minimal) dan tidak menggunakan alas kaki
Ketika alat timbang sudah menunjukkan angka 00.00 mintalah responden untuk berdiri di
tengah-tengah alat timbang.
Pastikan posisi badan responden dalam keadaan berdiri tegak, mata/kepala lurus ke arah
depan dalam posisi frankfrut plane antara mata dan telinga, kaki tidak menekuk. Pengukur
dapat membantu responden berdiri dengan baik di atas timbangan dan untuk mengurangi
gerakan yang tidak perlu yang dapat mempengaruhi hasil penimbangan.
Setelah responden berdiri dengan benar, secara otomatis alat timbang akan menunjukkan
hasil penimbangan digital. Dibaca dan dicatat berat badan pada tampilan display
Mintalah responden tersebut untuk turun dulu dari timbangan
2. Pengukuran berat badan balita menggunakan dacin
Gantungkan dacin pada dahan pohon, palang rumah, atau penyangga kaki tiga.
Periksalah apakah dacin sudah tergantung kuat.
Sebelum dipakai letakan bandul geser pada angka nol. Batang dacin dikaitkan dengan tali
pengaman
Pasanglah celana timbang, kotak timbang atau sarung timbang yang kosong pada dacin.
Ingat bandul geser pada angka nol.
Seimbangkan dacin yang sudah di bebani celana timbang, sarung timbang, atau kotak
timbangan dengan cara memasukan pasir ke dalam kantong plastik.
Anak ditimbang,dan seimbangkan dacin.
Tentukan berat badan anak,dengan membaca angka di ujung bandul geser.
Catat hasil penimbangan diatas dengan secarik kertas.
Geserlah bandul ke angka 0 (nol), letakkan batang dacin dalam tali pengaman, setelah itu
bayi atau anak dapat diturunkan
PRAKTIKUM ANTROPOMETRI
(Pengukuran Tinggi Badan)
A. Ruang Lingkup
Tinggi badan atau panjang badan menggambarkan ukuran pertumbuhan massa tulang yang
terjadi akibat dari asupan gizi. Tinggi badan dapat diukur dengan menggunakan microtoise (baca:
mikrotoa). Kelebihan alat ukur ini adalah memiliki ketelitian 0,1 cm, mudah digunakan, tidak
memerlukan tempat yang khusus, dan memiliki harga yang relatif terjangkau. Kelemahannya adalah
setiap kali akan melakukan pengukuran harus dipasang pada dinding terlebih dahulu. Sedangkan
panjang badan diukur dengan infantometer (alat ukur panjang badan).
B. Tujuan
Mahasiswa dapat melakukan pengukuran antropometri yaitu tinggi badan sesuai prosedur dan
mengetahui penggunaannya sebagai parameter penilaian status gizi dari tinggi badan.
C. Prinsip
Tinggi badan digunakan sebagai parameter antropometri untuk menggambarkan pertumbuhan
linier. Pertambahan tinggi badan atau panjang terjadi dalam waktu yang lama sehingga sering disebut
akibat masalah gizi kronis.Istilah tinggi badan digunakan untuk anak yang diukur dengan cara
berdiri, sedangkan panjang badan jika anak diukur dengan berbaring (belum bisa berdiri). Anak
berumur 0–2 tahun diukur dengan ukuran panjang badan, sedangkan anak berumur lebih dari 2 tahun
dengan menggunakan microtoise. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tinggi badan atau
panjang badan harus mempunyai ketelitian 0,1 cm.
E. Prosedur Praktikum
1. Prosedur pengukuran tinggi badan baduta menggunakan infantometer
Letakkan infantometer pada permukaan datar yang keras seperti lantai atau meja
Berlutut pada sisi sebelah kanan infantometer dekat dengan bagian kaki untuk nanti menahan
kaki bayi dengan tangan kiri
Dengan bantuan ibu bayi, rebahkan bayi pada infantometer
Menyesuaikan badan bayi pada infatometer dengan posisi lurus, pundak harus dalam posisi
santai dan menempel ke infantometer. Bila diperlukan, minta kepada ibu untuk membantu
mengkondisikan bayi agar tetap tenang
Pastikan bayi terlentang persis di tengah infantometer. Tempatkan tangan kiri pada tulang
kering atau pada lutut. Tekan perlahan hingga menyentuh infantometer. Dengan tangan
kanan tarik papan yang dapat digeser hingga menyentuh telapak kaki terutama tumit. Jangan
lupa merapatkan kedua kakinya
Cek posisi anak dan ulangi bila dibutuhkan.
Ketika anak sudah dalam posisi benar, baca dan sebutkan angka pengukuran dengan skala
terendah 0,1 cm
Lepaskan papan yang menempel di kaki, lepaskan pula tangan kiri dan tulang kering atau
lutut bayi
Cek hasil pengukuran pada kuesioner untuk akurasi dan kemudahan dibaca. Instruksikan
asisten untuk menghapus dan membenarkan bila terjadi kesalahan.
2. Prosedur pengukuran tinggi badan dengan Microtoise
Mintalah responden untuk melepaskan alas (sandal atau sepatu) dan melepaskan hiasan,
assesoris atau dandanan rambut yang mungkin dapat mempengaruhi hasil pengukuran.
Tempatkan kedua kaki responden secara merata dan bersamaan di tengah-tengah dan
menempel pada alat ukur/dinding. Tempatkan tangan kanan anda sedikit di atas mata kaki si
anak pada ujung tulang kering, tangan kiri anda pada lutut si anak dan dorong ke arah papan
ukur/dinding. Pastikan kaki si anak lurus dengan tumit dan betis menempel di papan
ukur/dinding.
Mintalah si anak untuk memandang lurus ke arah depan atau kepada ibunya yang berdiri di
depan si anak. Pastikan garis padang si anak sejajar dengan tanah. Dengan tangan kiri anda
peganglah dagu si anak. Dengan perlahan-lahan ketatkan tangan anda.. Jangan menutupi
mulut atau telinga si anak. Pastikan bahu si anak rata, dengan tangan di samping, dan kepala,
tulang bahu dan pantat menempel di papan ukur/dinding.
Mintalah si anak untuk mengambil nafas panjang.
Dengan tangan kanan anda, turunkan meteran alat pengukur hingga pas di atas kepala si
anak. Pastikan anda menekan rambut si anak. Jika posisi si anak sudah betul, baca dan
catatlah hasil pengukuran dengan desimal satu di belakang koma dengan melihat angka di
dalam kaca pengukuran. Naikkan meteran dari atas kepala si anak dan lepaskan tangan kiri
anda dari dagu si anak.
3. Hasil dan Pembahasan
PRAKTIKUM 3
PRAKTIKUM ANTROPOMETRI
(Pengukuran Komposisi Lemak Tubuh)
A. Ruang Lingkup
Lemak sebagai cadangan energi yang digunakan ketika tubuh mengalami kekurangan sumber
energi karbohidrat dan protein. Sebagai cadangan sumber energi, lemak tubuh diukur melalui tebal
lemak bawah kulit (TLBK) atau skinfold. Pengukuran lemak tubuh dilakukan pada beberapa bagian
tubuh, misal: tulang belikat (subscapular), di tengah garis ketiak (midaxillary), sisi dada (pectoral),
perut (abdominal), suprailiaka, paha, tempurung lutut (suprapatellar), pertengahan tungkai bawah
(medial calv) bagian depan lengan atas (bicep), bagian belakang lengan atas ( tricep), lengan bawah
(forearm).
B. Tujuan
Mahasiswa dapat melakukan pengukuran antropometri yaitu komposisi lemak tubuh yang mepitu
biceps, triceps, subscapular, suprailiac sesuai prosedur dan mengetahui penggunaannya sebagai
parameter penilaian status gizi.
C. Prinsip
Lemak tubuh juga dapat diukur secara absolut (dalam kg) dan secara relatif (%) terhadap berat tubuh
total. Jumlah lemak tubuh sangat bervariasi ditentukan oleh jenis kelamin dan umur.
E. Prosedur
1) Biceps Skinfold
a. Subyek berdiri tegak dengan kedua lengan tergantung bebas pada kedua sisi tubuh
b. Pengukuran dilakukan pada titik mid point (sama pada LILA)
c. Pada sekitar 1 cm diatas titik yang telah ditandai tersebut, tarik lipatan kulit dan jaringan
lemak dibawahnya secara vertical, dan pasang penjepit caliper dan biarkan 2 asmpai 3 detik
setelah penahan / pegas penjepit caliper dilepas
d. Biceps skinfold diukur dengan mendekati 0,1 mm
e. Baca dan catat hasil
f. Lakukan dua kali pengukuran.
2) Triceps Skinfold
a. Subyek berdiri tegak dengan kedua lengan tergantung bebas pada kedua sisi tubuh
b. Pengukuran dilakukan pada titik mid point (sama pada LILA)
c. Pengukur berdiri di belakang subyek dan meletakkan telapak tangan kirinya pada bagian
lengan kearah tanda yang telah dibuat dimana ibu jari dan telunjuk menghadap ke
bawah. Tricep skinfold diambil dengan menarik pada 1 cm dari proximal tanda titik tengah tadi
d. Pasang penjepit caliper dan biarkan 2 asmpai 3 detik setelah penahan / pegas penjepit caliper
dilepas
e. Tricep skinfold diukur dengan mendekati 0,1 mm
f. Baca dan catat hasil
g. Lakukan dua kali pengukuran.
3) Subscapular Skinfold
a. Subyek berdiri tegak dengan kedua lengan tergantung bebas pada kedua sisi tubuh
b. Tangan diletakkan kiri ke belakang
c. Untuk mendapatkan tempat pengukuran, pemeriksa meraba scapula dan mencarinya ke arah
bawah lateral sepanjang batas vertebrata sampai menentukan sudut bawah scapula
d. Subscapular skinfold ditarik dalam arah diagonal (infero-lateral) kurang lebih 45 0 ke arah
horizontal garis kulit. Titik scapula terletak pada bagain bawah sudut scapula
e. Caliper diletakkan 1 cm infero-lateral dari ibu jari dan jari telunjuk yang mengangkat kulit dan
subkutan dan ketebalan kulit diukur mendekati 0,1 mm
f. Baca dan catat hasil
g. Lakukan dua kali pengukuran.
4) Suprailliac Skinfold
a. Subyek berdiri tegak dengan kedua lengan tergantung bebas pada kedua sisi tubuh
b. Tandai posisi pengukuran, yaitu di atas tulang iliac
c. Tarik lipatan kulit dan lapisan lemak di bawahnya secara diagonal
d. pasang penjepit caliper dan biarkan 2 asmpai 3 detik setelah penahan / pegas penjepit caliper
dilepas
e. Baca dan catat hasil
f. Lakukan dua kali pengukuran.
PRAKTIKUM ANTROPOMETRI
(Pengukuran Tinggi Lutut)
A. Ruang Lingkup
Ukuran tinggi lutut (knee height) berkorelasi dengan tinggi badan. Pengukuran tinggi lutut
bertujuan untuk mengestimasi tinggi badan klien yang tidak dapat berdiri dengan tegak, misalnya
karena kelainan tulang belakang atau tidak dapat berdiri. Pengukuran tinggi lutut dilakukan pada
klien yang sudah dewasa.
B. Tujuan
Mahasiswa dapat melakukan pengukuran antropometri yaitu tinggi lutut sesuai prosedur dan
mengetahui penggunaannya sebagai parameter penilaian status gizi dalam melakukan estimasi tinggi
badan.
C. Prinsip
E. Prosedur
Objek duduk dengan salah satu kaki ditekuk hingga membentuk sudut 90o proximal hingga
patella. Gunakan mistar siku-siku untuk menentukan sudut yang dibentuk.
Letakkan alat ukur dengan dasar (titik 0) pada titik tengah lutut dan tarik hingga telapak kaki.
Baca alat ukur hingga 0,1 cm terdekat.
PRAKTIKUM ANTROPOMETRI
(Pengukuran Panjang Depa)
A. Ruang Lingkup
Panjang depa merupakan ukuran untuk memprediksi tinggi badan bagi orang yang tidak bisa berdiri
tegak, misal karena bungkuk atau ada kelainan tulang pada kaki. Panjang depa relatif stabil, sekalipun
pada orang yang usia lanjut. Panjang depa dikrekomendasikan sebagai parameter prediksi tinggi badan,
tetapi tidak seluruh populasi memiliki hubungan 1:1 antara panjang depa dengan tinggi badan.
Pengukuran panjang depa juga relatif mudah dilakukan, alat yang murah, prosedur pengukuran juga
mudah sehingga dapat dilakukan di lapangan.
B. Tujuan
C. Prinsip
D. Alat dan Bahan
E. Prosedur
Objek duduk dengan salah satu kaki ditekuk hingga membentuk sudut 90o proximal hingga
patella. Gunakan mistar siku-siku untuk menentukan sudut yang dibentuk.
Letakkan alat ukur dengan dasar (titik 0) pada titik tengah lutut dan tarik hingga telapak kaki.
Baca alat ukur hingga 0,1 cm terdekat.
PRAKTIKUM ANTROPOMETRI
(Pengukuran Lingkar Lengan Atas)
A. Ruang Lingkup
Lingkar lengan atas (LILA) merupakan gambaran keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit.
LILA mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang tidak berpengaruh oleh cairan tubuh.
Ukuran LILA digunakan untuk skrining kekurangan energi kronis yang digunakan untuk mendeteksi ibu
hamil dengan risiko melahirkan BBLR. Pengukuran LILA ditujukan untuk mengetahui apakah ibu hamil
atau wanita usia subur (WUS) menderita kurang energi kronis (KEK). Ambang batas LILA WUS dengan
risiko KEK adalah 23.5 cm. Apabila ukuran kurang dari 23.5 cm, artinya wanita tersebut mempunyai
risiko KEK, dan diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR).
B. Tujuan
C. Prinsip
D. Alat dan Bahan
E. Prosedur
Subjek diminta untuk berdiri tegak.
Tanyakan kepada subjek lengan mana yang aktif digunakan. Jika yang aktif digunakan adalah
lengan kanan, maka yang diukur adalah lengan kiri, begitupun sebaliknya.
Mintalah subjek untuk membuka lengan pakaian yang menutup lengan yang tidak aktif
digunakan.
Untuk menentukan titik mid point lengan ditekuk hingga membentuk sudut 90o, dengan telapak
tangan menghadap ke atas. Pengukur berdiri di belakang subjek dan menentukan titik tengah
antara tulang atas pada bahu dan siku. Tandailah titik tersebut dengan pulpen.
Tangan kemudian tergantung lepas dan siku lurus di samping badan serta telapak tangan
menghadap ke bawah.
Ukurlah lingkar lengan atas pada posisi mid point dengan pita LILA menempel pada kulit.
Perhatikan jangan sampai pita menekan kulit atau ada rongga antara kulit dan pita.
Catat hasil pengukuran pada skala 0,1 cm terdekat
A. Ruang Lingkup
Lingkar pinggang menunjukkan simpanan lemak. Kandungan lemak yang terdapat di sekitar perut
menunjukkan adanya perubahan metabolisme dalam tubuh. Perubahan metabolisme tersebut dapat berupa
terjadinya penurunan efektivitas insulin karena beban kerja yang terlalu berat. Peningkatan jumlah lemak
di sekitar perut juga dapat menunjukkan terjadinya peningkatan produksi asam lemak yang bersifat
radikal bebas. Tingginya kandungan lemak di sekitar perut menggambarkan risiko kegemukan. Ukuran
lingkar pinggang akan mudah berubah tergantung banyaknya kandungan lemak dalam tubuh. Sebaliknya,
ukuran panggul pada orang sehat relatif stabil. Ukuran panggul seseorang yang berusia 40 tahun akan
sama dengan ukuran panggul orang tersebut ketika berusia 22 tahun.
B. Tujuan
C. Prinsip
Pengukuran lingkar pinggang dan lingka. Sehingga, rasio lingkar pinggang dan panggul (RLPP) atau
waist to hip ratio (WHR) dapat menggambarkan kegemukan dan merupakan salah satu predictor dari
risiko penyakit degeneratif.
E. Prosedur
Subjek menggunakan pakaian yang longgar (tidak menekan) sehingga alat ukur dapat diletakkan
dengan sempurna. Sebaiknya pita pengukur tidak berada di atas pakaian yag digunakan.
Subjek berdiri tegak dengan perut dalam keadaan yang rileks.
Letakkan alat ukur melingkari pinggang secara horisontal, dimana merupakan bagian terkecil dari
tubuh. Bagi subjek yang gemuk, dimana sukar menentukan bagian paling kecil, maka daerah
yang diukur adalah antara tulang rusuk dan tonjolan iliaca. Seorang pembantu diperlukan untuk
meletakkan alat ukur dengan tepat.
Lakukan pengukuran di akhir ekspresi yang normal dengan alat ukur tidak menekan kulit.
Bacalah hasil pengukuran pada pita hingga 0,1 cm terdekat.
Lingkar Panggul
Subjek mengenakan pakaian yang tidak terlalu menekan.
Subjek berdiri tegak dengan kedua lengan berada pada sisi tubuh dan kaki rapat.
Pengukur jongkok di samping subjek sehingga tingkat maksimal dari panggul terlihat.
Lingkarkan alat pengukur secara horisontal tanpa menekan kulit. Seorang pembantu diperlukan
untuk mengatur posisi alat ukur pada sisi lainnya.
Bacalah dengan teliti hasil pengukuran pada pita hingga 0,1 cm tterdekat.
PRAKTIKUM ANTROPOMETRI
(Pengukuran Lingkar Kepala)
A. Ruang Lingkup
Lingkar kepala dapat digunakan sebagai pengukuran ukuran pertumbuhan lingkar kepala dan
pertumbuhan otak, walaupun tidak sepenuhnya berkorelasi dengan volume otak. Pengukuran lingkar
kepala merupakan predikator terbaik dalam melihat perkembangan syaraf anak dan pertumbuhan global
otak dan struktur internal. Menurut rujukan CDC 2000, bayi laki-laki yang baru lahir ukuran ideal lingkar
kepalanya adalah 36 cm, dan pada usia 3 bulan menjadi 41 cm. Sedangkan pada bayi perempuan ukuran
ideal lingkar kepalanya adalah 35 cm, dan akan bertambah menjadi 40cm pada usia 3 bulan. Pada usia 4-6
bulan akan bertambah 1 cm per bulan, dan pada usia 6-12 bulan pertambahan 0,5 cm per bulan.
B. Tujuan
C. Prinsip
D. Alat dan Bahan
- Pita meteran
E. Prosedur
Cara mengukur lingkar kepala dilakukan dengan melingkarkan pita pengukur melalui bagian
paling menonjol di bagian kepala belakang (protuberantia occipitalis) dan dahi (glabella).
Saat pengukuran sisi pita yang menunjukkan sentimeter berada di sisi dalam agar tidak
meningkatkan kemungkinan subjektivitas pengukur.
Kemudian cocokkan terhadap standar pertumbuhan lingkar kepala..
F. Hasil dan Pembahasan
PRAKTIKUM 9
A. Ruang Lingkup
B. Tujuan
2. Mahasiswa mampu menilai status gizi dengan menggunakan indeks massa tubuh (IMT).
3. Mahasiswa mampu menilai status gizi dengan menggunakan rasio lingkar pinggang
terhadap lingkar pinggul (RLPP)
4. Mahasiswa mampu menilai komposisi otot tubuh secara tidak langsung dengan
pengukuran lingkar lengan atas (LILA) dan tebal lipatan kulit.
5. Mahasiswa mampu menilai komposisi lemak tubuh secara tidak langsung dengan
pengukuran tebal lipatan kulit.
C. Prinsip
D. Prosedur
Nama :. . . . . . . . . . . . . . .
Umur :. . . . . . . . . . . . . . .
Jenis kelamin :. . . . . . . . . . . . . . .
Berat badan : . . . . . . . . . . . . . . .kg
Tinggi badan : . . . . . . . . . . . . . . .cm
Lingkar Lengan Atas : . . . . . . . . . . . . . . .cm
Lingkar pinggang : ...........................................cm
Lingkar pinggul : ...........................................cm
Tebal Lipatan Kulit :
Bicep : . . . . . . . . mm
Tricep : . . . . . . . . mm
Suprailiac : . . . . . . . . mm
Subscapular : . . . . . . . . mm
Contoh : Jika tinggi badan seseorang 1.6m dan berat badannya 65kg. Perhitungannya
adalah : 1.6 x 1.6 = 2.56. IMT adalah 65 dibagi 2.56 = 25.39.
Catatan:
Cari literatur cut off point (ambang batas) IMT
[C1 – (Л x (TSK)]2
cAMA = ---------------------- - 6,5 ; untuk wanita
4Л
[C1 – (Л x (TSK)]2
cAMA = ---------------------- - 10,0 ; untuk laki-laki
4Л
Dimana :
cAMA = luas otot lengan atas terkoreksi
C1 = lingkar lengan atas, LILA (cm)
TSK = tebal lipatan kulit triceps (cm)
Л = 3,1416
1. Ruang Lingkup
2. Tujuan
Mahasiswa mengetahui bagaimana tahapan dalam proses standarisasi pengukuran untuk
mendapatkan hasil pengukuran yang presisi dan akurasi. Dari proses tersebut, diharapkan mahasiswa
juga dapat mengetahui bagaimana mengupayakan memperoleh data yang berkualitas baik
dalam suatu survei atau penelitian lapangan.
3. Prinsip
4. Alat dan Bahan
- Timbangan injak
- Microtoise
- Dacin
5. Prosedur
Prosedur Standarisasi Pengukuran :
1. Mempersiapkan 10 orang responden plus 1 orang supervisor.
2. Setiap petugas pengukur dan supervisor harus sudah siap dengan formulir hasil pengukuran
antropometri.
3. Supervisor diberi kesempatan pertama kali mengukur TB responden, yang kemudian diikuti oleh
petugas pengukur secara berurutan. Pada saat melakukan pengukuran, supervisor maupun petugas
pengukur yang belum mendapat giliran mengukur harus berada menjauh dari petugas yang
sedang melakukan pengukuran.
4. Setelah supervisor dan masing-masing petugas pengukur melakukan pengukuran terhadap 10
responden, catatan hasil pengukuran harus diserahkan pada pimpinan kelompok.
5. Selanjutnya supervisor dan petugas pengukur melakukan pengukuran ulang terhadap kesepuluh
responden dengan cara yang sama. Setelah selesai semua melakukan pengukuran, catatan hasil
pengukuran harus diserahkan pula ke ketua kelompok.
6. Selanjutnya, catatan hasil pengukuran supervisor dan petugas pengukur dipindahkan kedalam
formulir tabulasi yang telah dipersiapkan. Bentuk formulir tabulasi dapat dipelajari pada halaman
berikutnya.
7. Gunakan formulir perhitungan hasil uji standarisasi seperti yang diberikan pada halaman
selanjutnya.
6. Hasil dan Pembahasan
Bagaimana Menyimpulkan Hasil Uji Standarisasi
∑ ds2 dari supervisor biasanya merupakan yang terkecil dari semua pengukur karena
keahliannya dalam melakukan pengukuran.
Dari masing-masing petugas pengukur, ∑ dp2 harus tidak lebih dari 2x ∑ ds2 supervisor
∑ dp2 berhubungan terbalik dengan presisi atau ketepatan (precision).
o ∑ dp2< 2x ∑ ds2 Presisi baik
o ∑ dp2 ≥ 2x ∑ ds2 Kurang presisi
∑ Dp2 petugas pengukur berhubungan terbalik dengan akurasi (accuracy).
Nilai ∑ Dp2 petugas pengukur harus tidak lebih dari 3 kali nilai ∑ ds2 supervisor, jadi :
o ∑ Dp2< 2x ∑ ds2 Akurasi baik
o ∑ Dp2 ≥ 2x ∑ ds2 Kurang akurat
∑ Dp2 petugas pengukur harus lebih besar dari ∑ dp2 petugas pengukur sendiri. Bila tidak
maka datanya harus dilihat lagi, dan jika perlu dilakukan perhitungan ulang karena
kemungkinan besar terjadi salah hitung.
Jadi apabila ∑ dp2 = 2.5x∑ ds2 dan ∑ Dp2 ≥ 2x ∑ ds2 maka disimpulkan pengukuran
memiliki ketepatan pengukuran yang cukup baik tetapi tidak akurat. Ini berarti pengukur
melakukan kesalahan secara sistematik.
Bila seseorang melakukan kesalahan pengukuran secara sistematis maka perlu dilihat
jumlah tanda positif (+) pada table perhitungan.
o Bila tanda (+) lebih dari separuh, maka pengukur cenderung mengukur selalu
lebih besar.
o Bila tanda (+) kurang dari separuh, maka pengukur cenderung mengukur selalu
lebih kecil kecil.
o Bila tanda (+) sama dengan tanda (-), maka pengukur cenderung membuat
kesalahan mengukur lebih besar sama dengan kesalahan mengukur lebih kecil.
Jadi,
o Akurasi baik dan presisi baik yang diharapkan.
o Bila salah satu dari Akurasi dan Presisi tidak baik harus diketahui dimana letak
kesalahannya.
o Pada waktu melakukan uji pengukuran, supervisor harus mengawasi cara-cara
peserta melakukan pengukuran.
Input:
Alur peminjaman alat ada ang berbeda: Dicek alat yang keluar dahulu (ada cek ricek)
Bgmn mekanisme ketersediaan alat terkait dengan peminjamannya?
7. Lampiran
Hasil Pengukuran : Tinggi Badan
Jumlah
CONTOH
Perhitungan Uji Standarisasi Antropometri
(Penilaian Untuk Petugas Pengukur 1)