Anda di halaman 1dari 92

BUKU

SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU


DALAM

STUDI DIET TOTAL


PROVINSI DKI JAKARTA 2014

Tim Penulis :

Dyah Santi Puspitasari


Elisa Diana Julianti
Amalia Safitri
Yurista Permanasari

Lembaga Penerbit
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
2014

i
Kata Pengantar

Assalamu‟alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kepada Allah SWT kami panjatkan, karena hanya dengan rahmat dan karunia
Allah, kami dapat menyelesaikan Laporan Hasil Studi Diet Total (SDT) tahun 2014 Provinsi
DKI Jakarta. SDT terdiri dari Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) dan Analisis
Cemaran Kimia Makanan (ACKM).
Pelaksanaan pengumpulan data SDT yang diawali SKMI 2014 di provinsi DKI Jakarta
dilakukan di bulan Mei - Juli 2014 di 6 kabupaten/kota. Sebanyak 40 enumerator disebar di
seluruh kabupaten/kota, dan 3 orang koordinator klaster dari peneliti Balitbangkes serta 1
orang penanggung jawab operasional Dinas Kesehatan Provinsi. Sebanyak 504 rumah
tangga dapat dikunjungi dan sebanyak 1.722 individu dapat diwawancara. Sebelum
pelaksanaan pengumpulan data dilakukan terlebih dahulu pelatihan koordinator klaster dan
enumerator.
Proses manajemen data dimulai dari pengumpulan dan entri data ke komputer data di
lapangan. Selanjutnya, proses „data cleaning‟ dilakukan oleh Tim Manajemen Data
(mandat) dan Tim Teknis di Balitbangkes. Masih terbatasnya ketersediaan komposisi zat
gizi dalam bahan makanan menyebabkan hasil SKMI belum dapat mencakup semua zat
gizi.
Perkenankanlah kami menyampaikan penghargaan yang tinggi serta terima kasih yang tulus
atas semua kerja cerdas dan penuh dedikasi dari seluruh enumerstor, koordinator klaster,
penanggung jawab operasional peneliti dari Dinas kesehatan Provinsi serta Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, rekan sekerja dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan BPS
Provinsi DKI Jakarta, para pakar dari Perguruan Tinggi, Para Dosen Poltekkes dan semua
pihak yang telah berpartisipasi mensukseskan SDT ini.
Secara khusus, perkenankan ucapan terima kasih kami dan para peneliti kepada Ibu
Menteri Kesehatan yang telah memberi kepercayaan kepada kita semua, anak bangsa,
dalam menunjukkan karya baktinya.
Billahi taufiq walhidayah, wassalamu‟alaikum wr. wb.

Jakarta, Desember 2014


Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan
dan Epidemiologi Klinik

Dr. Siswanto, MHP, DTM

ii
SAMBUTAN
KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RI

Assalamu‟alaikum Wr. Wb.


Puji syukur kepada Allah SWT kami panjatkan, karena hanya dengan rahmat dan karunia
Nya, kita dapat menyelesaikan Laporan Hasil Studi Diet Total (SDT) tahun 2014. SDT terdiri
dari Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) dan Analisis Cemaran Kimia Makanan
(ACKM). SKMI dilaksanakan di 33 provinsi (Kalimantan Utara masih bergabung Kalimantan
Timur) sedangkan ACKM masih berupa proyek percontohan yang dilakukan di Yogyakarta.
Pelaksanaan SDT yang diawali uji coba kuesioner SKMI 2014 hingga pengumpulan data
yang dilakukan sejak bulan Maret – Juli 2014 di 33 provinsi. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan mengerahkan sekitar 2.372 enumerator yang menyebar di
seluruh provinsi, 273 koordinator klaster yang terdiri dari peneliti Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) dan dosen Poltekkes Jurusan Gizi serta 134
Penanggung Jawab Operasional Dinas Kesehatan Provinsi. Sebanyak 51.127 rumah
tangga dapat dikunjungi dan sebanyak 162.044 individu dapat di wawancara.
SDT telah menghasilkan informasi tentang macam hidangan, jenis bahan makanan yang
dikonsumsi dan beratnya serta jumlah zat gizi yang dikonsumsinya. Dari jenis dan berat
bahan makanan yang dikonsumsi dilakukan ACKM untuk mengetahui paparan dari
beberapa zat mungkin menyebabkan penyakit tidak menular. Masih terbatasnya
ketersediaan komposisi zat gizi dalam bahan makanan menyebabkan hasil SKMI belum
dapat mencakup semua zat gizi.
Proses manajemen data dimulai dari data dikumpulkan di lapangan, kemudian dilakukan
entry data ke komputer dilaksanakan di lapangan. Selanjutnya, proses „data cleaning‟
dilakukan oleh Tim Manajemen Data (mandat) dan Tim Teknis di Balitbangkes. Format data
dibuat untuk keperluan laporan SKMI di 33 provinsi dan ACKM di Yogyakarta. Proses
pengumpulan data, entri data dan khususnya data cleaning sungguh memerlukan ketelitian,
stamina, pikiran dan kesebaran tingkat tinggi. Demikian pula, rancangan laporan dan
khususnya rancangan tabel juga memerlukan pengalaman.
Data konsumsi makanan individu ini harus dapat „go international’. Oleh karena itu, data
perlu mengikuti format untuk harmonisasi internasional dalam FAO/WHO Chronic Individual
Food Consumption Database seperti yang sudah tersedia di Cina dan Jepang, serta sedang
dipersiapkan di Laos dan Myanmar. Data ini juga perlu harmonisasi kepentingan
stakeholders di bidang gizi dan keamanan pangan dalam format FAO/WHO Global
Individual Food Consumption data Tool (FAO/WHO GIFT).
Perkenankanlah kami menyampaikan penghargaan yang tinggi serta terima kasih yang tulus
atas semua kerja cerdas dan penuh dedikasi dari seluruh peneliti, litkayasa dan staf
Balitbangkes, rekan sekerja dari Badan Pusat Statistik (BPS), para pakar dari Perguruan
Tinggi, Para Dosen Poltekkes, Penanggung Jawab Operasional dari Jajaran Dinas
Kesehatan Provinsi, seluruh enumerator dan semua pihak yang telah berpartisipasi
mensukseskan SDT ini.

iii
Secara khusus, perkenankan ucapan terima kasih kami dan para peneliti kepada Ibu
Menteri Kesehatan yang telah memberi kepercayaan kepada kita semua, anak bangsa,
dalam menunjukkan karya baktinya.

Billahi taufiq wal hidayah, Wassalamu‟alaikum Wr. wb.

Jakarta, Desember 2014


Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI

Prof.dr. Tjandra Yoga Aditama,


Sp.P(K)., MARS., DTM&H, DTCE

iv
SAMBUTAN
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Assalamu „alaikum Wr. Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat dan bimbinganNya, Kementerian
Kesehatan kini telah memiliki data konsumsi makanan individu nasional yang mencakup
seluruh 33 provinsi. Data konsumsi makanan individu ini merupakan hasil dari Survei
Konsumsi Makanan Individu (SKMI) yang merupakan modal utama untukStudi Diet Total
(SDT) yang dilaksanakan dalam Analisis Cemaran Kimia Makanan (ACKM).
SDT telah menghasilkan informasi tentang konsumsi makanan individu nasional berupa
jenis, berat bahan makanan, proses persiapan hingga pengolahan makanan yang
dikonsumsi sehari-hari serta paparan dan intensitas cemaran kimia dalam makanan pada
masyarakat. Demikian, maka SDT dapat dipergunakan untuk pencegahan dan
penanggulangan kekurangan/kelebihan gizi dan penyakit tidak menular.
Dalam tahap persiapan SDT para pakar dari Perguruan Tinggi dan peneliti Balitbangkes,
dikumpulkan untuk membahas cara yang terbaik yang dapat dilaksanakan dalam
pengumpulan data di lapangan. Oleh karena itu, berharap mendapatkan hasil yang baik dan
bermanfaat adalah wajar.
Bersama ini, saya menyampaikan ucapan selamat dan penghargaan yang tinggi kepada
para enumerator, para koordinator klaster, penanggung jawab teknis provinsi, penanggung
jawab operasional provinsi, tim teknis dan para pakar. Karya anda akan memperbaiki
perencanaan kesehatan khususnya di bidang gizi dan penyakit tidak menular, dan akan
mempercepat upaya pencapaian target pembangunan nasional di bidang kesehatan.
Billahi taufiq walhidayah, wassalamu‟alaikum wr.wb.

Jakarta, Desember 2014

MENTERI KESEHATAN RI

Prof. DR. Nila F.Moeloek, Sp.M (K)

v
Ringkasan Eksekutif
Studi Diet Total (SDT) 2014 termasuk dalam Riset Kesehatan Nasional (Riskesnas)
berbasis komunitas, dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Kementerian Kesehatan RI. Studi Diet Total terdiri dari dua kegiatan besar, yaitu Survei
Konsumsi Makanan Individu (SKMI) dan Analisis Cemaran Kimia Makanan (ACKM). Survei
Konsumsi Makanan Individu merupakan kegiatan mengumpulkan informasi data konsumsi
makanan individu yang lengkap, sebagai dasar untuk melakukan kegiatan ACKM untuk
menentukan tingkat keterpaparan senyawa kimia pada makanan yang dikonsumsi
penduduk. Laporan ini difokuskan pada hasil SKMI.
Riskesdas 2013 menunjukkan peningkatan penyakit degeneratif dan masih tingginya
masalah gizi di masyarakat yang diduga berkaitan dengan perubahan pola konsumsi
makanan di masyarakat. Oleh karena itu, penting untuk dilakukan SKMI sebagai bagian dari
kegiatan SDT.
Survei konsumsi makanan individu bertujuan untuk memperoleh informasi tentang
gambaran pola konsumsi makanan dan tingkat kecukupan zat gizi penduduk, dan untuk
menyediakan informasi tentang cara, proses dan alat yang digunakan untuk memasak
makanan serta daftar bahan makanan untuk keperluan ACKM.
Survei konsumsi makanan individu merupakan survei berskala nasional pertama di
Indonesia yang mengumpulkan data konsumsi individu secara lengkap. Survei ini dilakukan
bekerjasama dengan perguruan tinggi, Badan Pusat Statistik, Dinas Kesehatan provinsi dan
Kab/Kota dan dibantu secara teknis oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Institute
Life Science International (ILSI). Pelaksanaan SKMI dibiayai sepenuhnya oleh Pemerintah
Indonesia.
Disain penelitian SKMI adalah kroseksional yang mencakup 1.722 individu pada 504 rumah
tangga dan tersebar di 30 blok sensus di seluruh kabupaten/kota di Provinsi DKI Jakarta.
Survei konsumsi makanan individu dilaksanakan pada tahun 2014 dan pada tahun 2015
dilanjutkan dengan kegiatan ACKM.
SKMI menggunakan cara pengumpulan data yang sudah digunakan secara universal. Data
yang dikumpulkan meliputi menu dan jenis makanan, cara memasak dan alat yang
digunakan untuk memasak. Data dikumpulkan dengan cara wawancara tentang konsumsi
makanan individu sehari sebelumnya. Wawancara dibantu dengan menggunakan pedoman
pengumpulan data konsumsi makanan.
Dalam proses pengumpulan data dihadapi berbagai kendala antara lain mobilitas penduduk,
perbedaan antara nama dengan data yang ada atau tidak bersedia menjadi responden
SKMI.
Hasil analisis SKMI 2014 menunjukkan berat bahan makanan yang dikonsumsi menurut
jenis dan kelompok makanan, mempengaruhi asupan zat gizi dan kecukupan energi dan
protein individu, hasil secara lengkap sebagai berikut:
1. Pada jenis kelompok serealia,hampir semua penduduk DKI Jakarta mengonsumsi
beras (98,0%) dengan konsumsi sebesar173,3 gram per orang per hari, diikuti
dengan konsumsi terigu yang dikonsumsi oleh sekitar 50,6 persen penduduk dengan
konsumsi sebesar 15,9 gram per orang per hari. Jenis makanan pokok dari
kelompok umbi dan olahannya sebanyak 32 gram per orang per hari. Sebanyak 39,1
persen penduduk mengonsumsi singkong dan olahan dengan konsumsi sebesar
12,8 gram per orang per hari. Dari ketiga jenis makanan pokok tersebut, jenis umbi-
umbian yang umumnya merupakan produksi lokal yang paling sedikit dikonsumsi
oleh penduduk.
2. Konsumsi protein hewani penduduk Indonesia, terbanyak berasal dari kelompok
daging dan olahan sebanyak 74,6 gram per orang per hari. Disusul oleh kelompok

vi
ikan dan olahan, yaitu sebesar 53,5 gram per orang per hari. Tiga kelompok lain
yang lebih sedikit dikonsumsi, secara berurutan yaitu telur dan olahan sebesar 34,4
gram per orang per hari, susu dan olahan sebanyak 25 gram per orang per hari, dan
kelompok jeroan sebesar 7,6 gram per orang perhari. Protein nabati lebih banyak
dikonsumsi penduduk dibandingkan protein hewani, terlihat pada konsumsi kacang-
kacangan dan olahan yang mencapai 63,1 gram per orang per hari. Berdasarkan
jumlah penduduk yang mengonsumsi kelompok kacang-kacangan dan olahan,
proporsi terbesar adalah pada konsumsi kacang kedele yaitu sebesar 62,1 persen
dengan jumlah konsumsi sebanyak 56,6 gram per orang per hari. Jenis protein
dalam makanan penduduk sangat didominasi oleh protein nabati. Jumlah protein
nabati dalam makanan penduduk yang tinggi mempengaruhi kualitas makanan
penduduk.
3. Konsumsi sayur dan olahan dan buah-buahan dan olahanpenduduk masih kecil yaitu
55,3gram per orang per hari dan 48,2 gram per orang per hari. Dalam kelompok
sayur, sayuran daun dikonsumsi paling banyak (81,4%) dibandingkan sayur
lainnya. Sebaliknya dalam kelompok buah-buahan dan olahan, buah pisang
terbanyak dikonsumsi oleh penduduk (15,2%). Konsumsi sayur dan olahan dan
buah-buahan dan olahan yang belum memadai akan berpengaruh terhadap asupan
vitamin dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh.
4. Konsumsi minyak, lemak dan olahan sebesar 60,9 gram per orang per hari,
terbanyak dikonsumsi dalam kelompok ini adalah kelapa dan olahan (35,5
gram/orang/hari). Hampir semua penduduk DKI Jakarta mengonsumsi minyak
kelapa sawit dan minyak kelapa (96,6%), menyusul kelapa dan olahannya (48,0%)
dan minyak lainnya (20,9%).
5. Konsumsi gula dan konfeksionari penduduk Indonesia sebesar18,9 gram per orang
per hari, terbanyak dikonsumsi dalam kelompok ini adalah dari jenis gula (14,3
gram/orang/hari). Gula pasir dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk Indonesia
(70,1%), diikuti oleh coklat (10,5%), madu,selai, agar-agar dan jely (7,7%), permen
(4,7%) dan terendah sirup (2,1%).
6. Konsumsi kelompok bumbu penduduk Indonesia sebesar 26,6 gram per orangper
hari, terbanyak dikonsumsi dalam kelompok ini adalah bumbu basah (17,8
gram/orang/hari), menyusul bumbu instant (4,1 gram/orang/hari) dan garam (3,5
gram/orang/hari). Konsumsi bumbu kering, vetsin/MSG/Mecin dikonsumsi dalam
jumlah yang sedikit, yaitu berkisar antara 0,8 – 0,1 gram per orang per hari. Hampir
semua penduduk DKI Jakarta mengonsumsi garam (97,6%). Bumbu basah
dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk (82,61%). Vetsin/MSG/Mecin, bumbu
instan dan bumbu kering dikonsumsi oleh penduduk dengan kisaran antara 31,3 –
39,3 persen dan terendah bahan tambahan (2,6%).
7. Total konsumsi minuman serbuk penduduk Indonesia sebesar 11,3 gram per orang
per hari. Teh instan/daun kering dikonsumsi terbanyak (41,1 %) diikuti kopi bubuk
(21,0%) dan terendah minuman serbuk (11,2%), dengan konsumsi terbanyak adalah
kopi bubuk (7,4 gram/orang/hari), menyusul minuman serbuk (2,3 gram/orang/hari)
dan terendah adalah teh instan/daun kering (1,5 gram/orang/hari). Minuman serbuk
sudah dikonsumsi oleh balita (kelompok umur 0-59 bulan), dan konsumsi tertinggi
ditemukan pada kelompok 5-12 tahun.
8. Konsumsi minuman cair penduduk Indonesia sebesar 60,0ml per orang per hari.
Dalam kelompok ini, konsumsi minuman kemasan cair penduduk terbanyak
(46,2ml/orang/hari), diikuti dengan minuman berkarbonasi (8,5 ml/orang/hari) dan
terendah adalah minuman beralkohol (0,3ml/orang/hari). Minuman kemasan cairan
dikonsumsi oleh penduduk terbanyak (17,1%), diikuti minuman lainnya (5,5%),
minuman berkarbonasi (3,0%) dan terendah minuman beralkohol (0,1%). Minuman

vii
kemasan cairan merupakan minuman terbanyak dikonsumsi pada semua kelompok
umur.
9. Konsumsi total kelompokair minum penduduk DKI Jakarta sebanyak 2.141 ml per
orang per hari. Air minum bukan kemasan dikonsumsi terbanyak yaitu oleh 93,6
persen penduduk diikuti air minum kemasan bermerek (47,0%) dan terendah
minuman cair kemasan pabrikan (20,5%).
10. Konsumsi kelompok makanan komposit, suplemen termasuk jamu penduduk
Indonesia amat kecil yaitu dibawah 2 gram per orang per hari. Kelompok makanan
tersebut dikonsumsi oleh sedikit penduduk yaitu dibawah 1,5 persen.

Asupan dan tingkat kecukupan gizi


11. Reratakecukupan asupan energi per orang per hari penduduk DKI Jakarta sebesar
90 persen AKE dengan rerata kecukupan asupan energi tertinggi pada penduduk
kelompok umur 0-59 bulan (114% AKE), diikuti oleh laki-laki kelompok umur 5-12
tahun dan 13-18 tahun masing-masing sebanyak 107 dan 102 persen AKE.
Terendah pada perempuankelompok umur >55 tahun(82% AKE).
12. Rerata kecukupan asupan protein per orang per hari di DKI Jakartaadalah sebesar
121,4 persen AKP. Pada laki-laki, tertinggi ada dikelompok umur 5-12tahun (144,4%
AKP) dan terendah kelompok umur >55 tahun (108,2% AKP).Rerata tertinggi pada
perempuan ada pada kelompok umur 5-12 tahun (127,1% AKP) dan terendah pada
kelompok umur (90,8% AKP).
13. Penduduk DKI Jakarta dengan tingkat kecukupan asupan energi sangat kurang
(<70% AKE)sebesar 28,8persen, tingkat kecukupan asupan energi kurang (70-
<100% AKE) sebesar 37,1persen,tingkat kecukupan asupan energi normal atau
sesuai AKG (100 - <130% AKE) sebesar 21,7persen dan tingkat kecukupan asupan
energi berlebih (>130 AKE)sebesar 12,4 persen.
14. Tingkat kecukupan asupan protein sangat kurang (<80% AKP) sebesar 21,7 persen,
kurang (80 - <100% AKP) sebesar 15,3 persen, normal (100-<120% AKP) sebesar 17,3
persen dan berlebih (≥120% AKP) sebesar 45,8 persen. Proporsipenduduk dengan
tingkat kecukupan asupan protein normal hanya berkisar antara 11,3 – 19,4 persen.
Proporsi terbesar penduduk pada semua kelompok umur adalah dengan tingkat
kecukupan asupan protein berlebih, kecuali pada kelompok >55 tahun.
15. Rerata asupan lemak per orang per hari penduduk DKI Jakarta sebesar 25,4 gram.
Rerata tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun (22,9 g), kelompok umur 19-55
tahun (28,2 g). Berdasarkan kuintil terlihat rerata asupan lemak pada kelompok
terbawah dan teratas tidak jauh berbeda.
16. Asupan karbohidrat per orangper hari pada penduduk laki-laki diDKI Jakarta tertinggi
terdapat pada kelompok umur13-18tahun (365,7 gram), diikuti kelompok umur 19-55
tahun (311,5 gram).Pada perempuan terlihat adanya penurunan asupan karbohidrat
seiring dengan pertambahan umur.
17. Pada laki-laki dan perempuan, rerata asupan natrium per orangper hari tertinggi
pada kelompok umur13 – 18 tahun, yaitu masing-masing sebesar 2.115 mg dan
2.105 mg per orang per hari, diikuti kelompok umur 19 – 55tahun yaitu1.825 mg
pada laki-laki dan 1.856 mg pada perempuan.
18. Rerata konsumsi garam penduduk DKI yaitu sebesar 3,5 gram per orang perhari,
konsumsi gula sebesar 14,3 gramper orang per hari dan minyak sebanyak 25,4
gram per orang per hari.

viii
Seluruh hasil SKMI dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk evaluasi dan
perencanaan kesehatan khususnya di bidang gizi.

Rekomendasi
1. Mengingat sumber makanan pokok lokal (umbi-umbian) sedikit dikonsumsi penduduk
dibandingkan dengan makanan pokok yangdiimpor (terigu dan olahannya) dan
tingginya jumlah penduduk yang tidak mampu memenuhi kecukupan energinya
maka perlu dirumuskan kebijakan penganekaragaman makanan pokok yang
berbasis makanan lokal dan terjangkau oleh daya beli penduduk.
2. Mengingat sumbangan protein dari hasil laut masih sedikit dibandingkan dengan
potensi yang ada maka perlu kebijakan peningkatan potensi hasil laut sebagai
sumber protein hewani bagi penduduk.
3. Mengingat konsumsi sayuran dan buah masih sedikit maka perlu dirumuskan
kebijakan untuk meningkatkan konsumsi sayur dan buah melalui edukasi gizi
seimbang bagi masyarakat dan peningkatan ketersediaan sayuran dan buah dengan
harga yang terjangkau.
4. Mengingat konsumsi minuman kemasan baik serbuk maupun cair pada anak mulai
meningkat maka perlu dirumuskan kebijakan untuk melindungi anak dari konsumsi
minuman kemasan yang berlebihan.
5. Mengingat sudah terdapat sebagian penduduk yang mengonsumsi gula, garam dan
minyak/lemak melebihi batas yang ditetapkan dalam Permenkes nomor 30 tahun
2013 maka perlu ditingkatkan pemahaman masyarakat tentang risiko mengonsumsi
berlebih gula, garam dan minyak/lemak melalui edukasi atau kampanye.

ix
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ..................................................................................................................................... ii
Sambutan ............................................................................................................................................. iii
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan....................................................... iii
Menteri Kesehatan Republik Indonesia ........................................................................................ v
Ringkasan Eksekutif ........................................................................................................................... vi
Daftar Isi ................................................................................................................................................ x
Daftar Tabel......................................................................................................................................... xii
Daftar Gambar .................................................................................................................................... xv
Daftar Singkatan .................................................................................................................................xvi
BAB I Pendahuluan.............................................................................................................................. 1
1.1. Latar belakang....................................................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah Penelitian .......................................................................................... 2
1.3. Pertanyaan Penelitian .......................................................................................................... 2
1.4. Tujuan Penelitian .................................................................................................................. 2
1.5. Manfaat Penelitian ................................................................................................................ 3
BAB II Metode Penelitian .................................................................................................................... 4
2.1. Disain penelitian .................................................................................................................... 4
2.2. Tempat dan Waktu ............................................................................................................... 4
2.3. Populasi dan Sampel ........................................................................................................... 4
2.4. Variabel dan Definisi Operasional ...................................................................................... 4
2.5. Instrumendan Cara Pengumpulan Data .......................................................................... 11
2.5.1. Instrumen ........................................................................................................................ 11
2.5.2. Cara Pengumpulan Data .............................................................................................. 11
2.5.3. Proses wawancara ........................................................................................................ 12
2.5.4. Penimbangan Berat Badan .......................................................................................... 13
2.6. Bahan dan Prosedur Pengumpulan Data ....................................................................... 13
2.7. Pengawasan Kualitas Data ............................................................................................... 16
2.7.1. Analisis Data ................................................................................................................... 17
2.8. Izin penelitian....................................................................................................................... 17
2.9. Pertimbangan etik penelitian ............................................................................................. 17
BAB III Hasil dan Pembahasan ........................................................................................................ 18
3.1 Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta .......................................................................... 18
3.1.1 Gambaran Geografi dan Wilayah Administrasi ......................................................... 18

x
3.1.2. Gambaran Demografis.................................................................................................. 19
3.1.3. Status Gizi ....................................................................................................................... 19
3.2. Jumlah Sampel yang Terkumpul (Response Rates)..................................................... 20
3.3. Konsumsi Bahan Makanan Menurut Kelompok Makanan ........................................... 21
3.4. Asupan dan Tingkat Kecukupan Energi .......................................................................... 60
3.5. Proporsi Penduduk Menurut Klasifikasi Tingkat Kecukupan Energi........................... 62
3.6. Asupan dan Tingkat Kecukupan Protein ......................................................................... 63
3.7. Proporsi Penduduk Menurut Klasifikasi Tingkat Kecukupan Protein ........................ 65
3.8. Asupan Lemak .................................................................................................................... 66
3.9. Asupan Karbohidrat ............................................................................................................ 67
3.10. Asupan Natrium .................................................................................................................. 68
3.11. Konsumsi Gula, Garam dan Minyak/Lemak ................................................................... 68
BAB IV Kesimpulan............................................................................................................................ 71
Daftar Pustaka .................................................................................................................................... 74

xi
DAFTAR TABEL

No. Judul Hal


1 Variabel dan definisi operasional SKMI 5
3.2.1 Distribusi BS yang berhasil dikunjungi (response rate) berdasarkan
Kabupaten/Kota Provinsi DKI Jakarta 2014 20
3.2.2 Distribusi responden yang berhasil dikunjungi (response rate) berdasarkan
jenis kelamin Provinsi DKI Jakarta 2014 21
3.3.1 Rerata konsumsi kelompok serelia dan olahan per orang per hari (gram)
menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 22
3.3.2 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok serelia dan
olahannyamenurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 21
3.3.3 Rerata konsumsi kelompok umbi dan olahannya per orang per hari (gram)
menurut kelompok umur,Provinsi DKI Jakarta 2014 23
3.3.4 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok umbi dan olahannya
menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 25
3.3.5 Rerata konsumsi kelompok kacang-kacangan dan olahannya per orang per
hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 25
3.3.6 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok kacang-kacangan
dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 26
3.3.7 Rerata konsumsi kelompok sayur dan olahannya per orang per hari (gram)
menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 27
3.3.8 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok sayur dan olahannya
menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 28
3.3.9 Rerata konsumsi kelompok buah- buahan dan olahannya per orang per hari
(gram)menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 29
3.3.10 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok buah-buahan dan
olahannyamenurut kelompok umur,Provinsi DKI Jakarta 2014 31
3.3.11 Rerata konsumsi kelompok daging dan olahannya per orang per hari (gram)
menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 32
3.3.12 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok daging dan
olahannyamenurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 34
3.3.13 Rerata konsumsi kelompok jeroan dan olahannya yang dikonsumsi
per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta
2014 34
3.3.14 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok jeroan dan
olahannyamenurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 35
3.3.15 Rerata konsumsi kelompok ikan dan olahannyaper orang per hari
(gram)menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 37
3.3.16 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok ikan dan olahannya 39
menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
3.3.17 Rerata konsumsi kelompok telur dan olahannya per orangper hari (gram) 39

xii
menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
3.3.18 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok telur dan olahannya 40
menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
3.3.19 Rerata konsumsi kelompok susu dan olahannya per orang per hari (gram) 42
menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
3.3.20 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok susu dan 44
olahannyamenurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
3.3.21 Rerata konsumsi kelompok minyak, lemak dan olahannyaper orangper hari 44
(gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
3.3.22 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok minyak, lemak 46
danolahannya menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
3.3.23 Rerata konsumsi kelompok gula dan konfeksionari per orangper hari (gram) 46
menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
3.3.24 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok gula dan konfeksionari 47
menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
3.3.25 Rerata konsumsi kelompok bumbu per orangper hari (gram)menurut 48
kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
3.3.26 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bumbu menurut kelompok umur, 49
Provinsi DKI Jakarta 2014
3.3.27 Rerata berat kelompok minuman yang dikonsumsi per orangper hari 50
(gram)menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
3.3.28 Proporsi penduduk yang mengonsumsi minuman menurut kelompok umur, 51
Provinsi DKI Jakarta 2014
3.3.29 Rerata berat kelompok makanan komposit yang dikonsumsi per orangper 52
hari (gram)menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
3.3.30 Proporsi penduduk yang mengonsumsi makanan komposit menurut 53
kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
3.3.31 Rerata konsumsi kelompok air menurut kelompok umurper hari (ml), 51
Provinsi DKI Jakarta 2014
3.3.32 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Air Menurut Kelompok 55
Umur,Provinsi DKI Jakarta 2014
3.3.33 Rerata konsumsi kelompok suplemen dan jamu per orang per hari 56
menurutkelompok umur per orang per hari, Provinsi DKI Jakarta Tahun
2014
3.3.34 Proporsi penduduk yang mengonsumsi suplemen dan jamu menurut 57
kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
3.3.35 Rerata konsumsi serelia, umbi/pati, kacang, sayur, buah, daging dan 58
olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI
Jakarta Tahun 2014
3.3.36 Rerata konsumsi jeroan, ikan, telur, susu, minyak, olahannya, gula dan 59
konfeksionari menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014

xiii
3.3.37 Rerata konsumsi bumbu, minuman, makanan komposit, air dan suplemen 60
menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
3.4.38. Rerata asupan energi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin 61
Provinsi DKI Jakarta 2014
3.4.39. Rerata kecukupan energi penduduk menurut karakteristik, Provinsi DKI 62
Jakarta 2014
3.5.40. Proporsi penduduk menurut karakteristik demografi dan status kepemilikan 63
asset dan menurut tingkat kecukupan asupan energi, Provinsi DKI Jakarta
2014

3.6.41 Rerata asupan protein pendudukmenurut kelompok umur dan jenis kelamin 64
Provinsi DKI Jakarta 2014
3.6.42 Rerata kecukupan protein penduduk menurut karakteristik, Provinsi DKI 65
Jakarta 2014

3.7.43 Proporsi penduduk menurut karakteristik demografi dan status kepemilikan 66


aset dan menurut tingkat kecukupan asupan protein, Provinsi DKI Jakarta
2014
3.8.44 Rerata asupan lemak penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin 67
Provinsi DKI Jakarta 2014
3.9.45 Rerata asupan karbohidrat penduduk menurut kelompok umur dan jenis 67
kelamin Provinsi DKI Jakarta 2014
3.10.46 Rerata asupan natrium penduduk per orang per hari menurut kelompok 68
umur dan jenis kelamin Provinsi DKI Jakarta 2014
3.11.47 Rerata konsumsi gula, garam, minyak/lemak per orang per hari menurut 69
karakteristik, Provinsi DKI Jakarta 2014

3.11.48 Proporsi pendudukdengan asupangula, natrium dan lemak, melebihi batas 70


yang ditetapkan Permenkes nomor 30 tahun 2013 tetang AKG yang
dianjurkan menurutkarakteristik,provinsi DKI Jakarta 2014

xiv
DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal
1. Peta DKI Jakarta 18
3.3.1. Rerata konsumsi kelompok serelia dan olahannya per orang per hari 23
(gram), Provinsi DKI Jakarta 2014
3.3.2 Rerata konsumsi kelompok umbi dan olahannya Di Provinsi DKI Jakarta 24
2014
3.3.3. Rerata konsumsi kelompok kacang-kacangan dan olahannya per orang per 26
hari (gram), Provinsi DKI Jakarta Tahun 2014
3.3.4. Rerata konsumsi kelompok sayur dan olahannya per orang per hari 27
(gram),Provinsi DKI Jakarta Tahun 2014
3.3.5. Rerata konsumsi kelompok buah-buahan dan olahannya per orang per hari 30
(gram), Provinsi DKI Jakarta Tahun 2014
3.3.6. Rerata konsumsi kelompok daging dan olahannya per orang per hari 33
(gram), Provinsi DKI Jakarta 2014
3.3.7. Rerata konsumsi kelompok jeroan dan olahannya yang dikonsumsi 35
per orang per hari (gram), Provinsi DKI Jakarta 2014
3.3.8. Rerata konsumsi kelompok ikan dan olahannya per orang per hari (gram), 38
Provinsi DKI Jakarta 2014
3.3.9. Rerata konsumsi kelompok telur dan olahannya per orang per hari (gram), 40
Provinsi DKI Jakarta 2014
3.3.10 Rerata konsumsi kelompok susu dan olahannya per orang per hari (gram), 43
. Provinsi DKI Jakarta 2014
3.3.11 Rerata konsumsi kelompok minyak, lemak dan olahannya per orangper hari 45
. (gram), Provinsi DKI Jakarta 2014
3.3.12 Rerata konsumsi kelompok gula dan konfeksionari per orangper hari (gram), 47
Provinsi DKI Jakarta 2014
3.3.13 Rerata konsumsi kelompok bumbu per orangper hari (gram) di Provinsi DKI 48
Jakarta 2014
3.3.14 Rerata berat kelompok minuman yang dikonsumsi per orang per hari 51
(gram), Provinsi DKI Jakarta 2014
3.3.15 Rerata berat kelompok makanan komposit yang dikonsumsi per orang per 53
hari (gram), Provinsi DKI Jakarta 2014
3.3.16 Rerata konsumsi kelompok air yang dikonsumsi per orang per hari (ml), 55
Provinsi DKI Jakarta 2014
3.3.17 Rerata berat kelompok suplemen dan jamu yang dikonsumsi per orang per 57
. hari (ml), Provinsi DKI Jakarta 2014
3.3.18 Rerata berat bahan makanan serelia, umbi/pati, kacang, sayur, buah, 59
daging dan olahannya yang dikonsumsi per orang per hari (gram), Provinsi
DKI Jakarta 2014

xv
DAFTAR SINGKATAN
ACKM : Analisis Cemaran Kimia Makanan
AKG : Angka Kecukupan Gizi
ART : Anggota Rumah Tangga
Badan PPSDMK : Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya
Manumur Kesehatan
Balita : Bawah Lima Tahun
Balitbangkes : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
BB : Berat Badan
BDD : Berat Dapat Dimakan
BPOM : Badan Pengawasan Obat dan Makanan
BPS : Badan Pusat Statistik
BS : Blok Sensus
BTP : Bahan Tambahan Pangan
DKBM : Daftar Komposisi Bahan Makanan
DS SDT : Daftar Sampel Studi Diet Total
EFSA : European Food Safety Authority
FAO : Food and Agriculture Organization
FAO/WHO GIFT : FAO/WHO Global Individual Food Consumption Data Tool
JECFA : Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives
KEPK : Komisi Etik Penelitian Kesehatan
Korwil : Koordinator Wilayah
Lansia : LanjutUmur
Mandat : Manajemen Data
MDG‟s : Millenium Development Goals
MSG : Mono Sodium Glutamat
PAM : Perusahaan Air Minum
Poltekkes : Politeknik Kesehatan
PSP : PersetujuanSesudahPenjelasan
PTM : Penyakit Tidak Menular
RAN : Rencana Aksi Nasional
RSE : Relative Standard Error
RT : Rumah Tangga
SDT : Studi Diet Total
SKMI : Survei Kesehatan Masyarakat Indonesia
WHO : World Health Organization

xvi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Survei Diet Total (SDT) adalah survei yang bertujuan untuk memgkaji cemaran kimia yang
terdapat pada makanan yang dikonsumsi oleh penduduk. SDT dilaksanakan berdasarkan 2
tahapan kegiatan, yaitu Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) dan Analisis Cemaran
Kimia Makanan (ACKM). SKMI bertujuan untuk mengumpulkan data makanan yang
dikonsumsi penduduk. Data yang dihasilkan oleh SKMI menjadi dasar bagi pelaksanaan
kegiatan ACKM. Studi Diet Total penting dilaksanakan karena berdasarkan data yang
diperoleh dari Riskesdas (2010), makanan yang dikonsumsi masyarakat Indonesia belum
sesuai dengan kebutuhan. Masih terdapat mayarakat yang kurang gizi, namun terdapat juga
masyarakat yang menghadapi kelebihan gizi terutama di perkotaan.Konsumsi makanan dan
atau minuman bergula, bergaram dan berlemak-jenuh tinggi disertai dengan konsumsi
sayuran dan buah yang rendah, merupakan salah satu faktor risiko utama PTM terkait-gizi
(Beaglehole et al, 2011). Selain itu tingkat pencemaran kimia pada bahan makanan dan
minuman cukup tinggi ditemukan didaerah industri pertambangan dan pertanian hortikultura
(Kemenkes 2012) berkaitan dengan penyakit tidak menular.
Data mortalitasmenurutkelompokpenyakit berdasarkan kajian hasil survei kesehatan
nasional 1995-2007 (Atmarita, 2011) menunjukkan terjadinya pergeseran pola penyakit
penyebab kematianpada berbagai golongan umur.Kasus kematian akibat penyakit tidak
menular (PTM) seperti hipertensi, kanker dan diabetes melitus semakin meningkat
dibandingkan dengan kasus kematian akibat penyakit menular. Angka kematian akibat
penyakit diabetes melitus meningkat dari 1,1persen menjadi 2,1 persen, hipertensi dari 7,6
persen menjadi 9,5 persen, dan stroke dari 8,3 persen menjadi 12,1 persen (Depkes, 2008
dan Kemenkes, 2014). Prevalensi gizi kurang, kependekan dan prevalensi gizi lebih di tahun
2013 cenderung tidak berubah dibandingkan dengan tahun 2007.Masalah gizi lebih sangat
berkaitan dengan kejadian PTM, sehingga peningkatan angka kematian akibat PTM diduga
berhubungan erat dengan pola konsumsi pangan (bahan makanan atau minuman) yang
mencakup jumlah, mutu dan keamanan.
Saat ini telah terdapat banyak data SDT yang berasal dari negara-negara yang telah
melakukan studi ini, antara lain Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, Kanada, Itali,
Inggris, Perancis dan negara-negara Asia seperti Cina dan Malaysia. Saat ini SDT dilakukan
di seluruh dunia dengan mengikuti pedoman umum yang dikembangkan oleh WHO
terutama dari segi metode, sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu informasi tingkat
internasional yang terharmonisasi.Di Indonesia sampai saat ini belum pernah dilakukan SDT
yang mencakup survei konsumsi pangan dan analisis senyawa kimia di dalam bahan
pangan. Data konsumsi makanan tingkat nasional dari Susenas, Riskesdas 2007, dan
Riskesdas 2010, belum memenuhi syarat untuk digunakan dalam pelaksanaan SDT sesuai
pedoman umum harmonisasi dari WHO. Data konsumsi dari Susenas merupakan hasil
pendekatan dari biaya pengeluaran rumah tangga untuk pembelian pangan sehingga tidak
bisa menunjukkan jumlah pangan yang sebenarnya dikonsumsi dan masuk ke dalam tubuh.
Data konsumsi dalam Riskesdas 2007 juga merupakan data konsumsi rumah tangga,
sehingga tidak bisa dihubungkan dengan data kejadian penyakit yang mewakili data
individu, sedangkan Riskesdas 2010 sudah mempunyai data konsumsi individu tetapi tidak
memiliki informasi tentang proses pengolahan yang diperlukan dalam menyiapkan sampel
bahan makanan untuk keperluan analisis senyawa kimia. Dengan tidak adanya data
nasional kecukupan dan keamanan konsumsi pangan serta kajiaan risikonya, maka
Indonesia belum memiliki data sebagai evidence basedyang dapat mewakili mayoritas

1
penduduk Indonesia yang dapat digunakan sebagai informasi dalam forum-forum di tingkat
internasional dan sebagai dasar pengambilan kebijakan.
Sampai saat ini belum ada data konsumsi pangan terkini dan lengkap dengan cara
pengolahan makanan dan data paparan senyawa kimia pada populasi yang sangat terbatas,
sehingga tidak dapat dihubungkan dan menjelaskan meningkatnya prevalensi PTM di
Indonesia. Oleh karena itu untuk mendapatan data yang sangat penting ini, perlu dilakukan
Studi Diet Total tingkat nasional.
SDT yang dilakukan pada tahun 2014-2015 mempunyai dua kegiatan yaitu kegiatan SKMI
pada tahun 2014 bertujuan untukmendapatkandata perubahan tingkat konsumsi gizi dan
status gizi serta keragaman hidangan dan bahan makanan yang dikonsumsi penduduk
dibandingkan dengan data Riskesdas 2010 dan kegiatan ACKM pada tahun 2015 untuk
mengumpulkan data tingkat cemaran kimia dalam makanan yang dikonsumsi oleh
penduduk.
Oleh karena itu SDT dilaksanakan di Indonesia dimulai dengan kegiatan SKMI yang
dilakukan di seluruh propinsi pada tahun 2014 termasuk di propinsi DKI Jakarta.

1.2. Perumusan Masalah Penelitian

Seperti telah dikemukakan di atas bahwa kejadian PTM semakin meningkat dari tahun ke
tahun, demikian juga halnya dengan angka kematian yang diakibatkan PTM. Prevalensi
masalah gizi tidak banyak mengalami perbaikan dari tahun 2007 sampai tahun 2013. Ada
kecenderungan peningkatan prevalensi pendek (stunting), gizi kurang (underweight) dan
kegemukan (obesity). Gambaran kesehatan dan gizi seseorang sangat erat kaitannya
dengan jumlah, mutu dan keamanan makanan yang dikonsumsinya dikenal dengan istilah
“you are what you eat”. Prinsip ketahanan pangan bertumpu pada tiga hal, yaitu:
tersedianya jumlah pangan yang cukup, bermutu dan aman bagi penduduk. Meningkatnya
kejadian PTM dan tetap tingginya masalah gizi di Indonesia memberikan indikasi adanya
masalah dalam makanan yang dikonsumsi oleh penduduk Indonesia baik dari segi jumlah,
mutu maupun keamanannya.

1.3. Pertanyaan Penelitian


Pertanyaan penelitian untuk SKMI 2014 Provinsi yaitu :
1. Berapakah jumlah makanan dan bahan makanan yang dikonsumsi penduduk
menurut jenis dan kelompok makanan di tingkat provinsi?
2. Berapa tingkat asupan zat gizi individu dari semua kelompok umur di tingkat
provinsi?
3. Apa saja zat gizi yang konsumsinya kurang dan apa saja zat gizi yang konsumsinya
lebih di tingkat provinsi?
4. Berapa jumlah garam, gula dan minyak yang dikonsumsi penduduk di tingkat
propinsi?
5. Apa saja makanan yang merupakan komponen, sedikitnya 90 persen dari diet yang
dikonsumsi oleh penduduk di tingkat propinsi?

1.4. Tujuan Penelitian


Tujuan Umum

2
Tersedianya data tentang kecukupan dan keamanan makanan yang di konsumsi oleh
penduduk di Propinsi DKI Jakarta

Tujuan Khusus
1. Memperoleh informasi rata-rata berat bahan makanan yang dikonsumsi individu
menurut jenis makanan dan kelompok makanan (food group) di Provinsi DKI Jakarta.
2. Memperoleh informasi tentang tingkat asupan zat gizi (makro dan mikronutrien)
individu di Provinsi DKI Jakarta.
3. Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan konsumsi zat gizi individu dibandingkan
Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk Provinsi DKI Jakarta
4. Memperoleh konsumsi garam, gula dan minyak yang dikonsumsi pendudukdi Provinsi
DKI Jakarta
5. Memperoleh daftar makanan (food-list) yang merupakan komponen, sedikitnya 90
persen dari diet yang dikonsumsi oleh penduduk di Provinsi DKI Jakarta

1.5. Manfaat Penelitian


1. Tersedianya informasi mengenai pola konsumsi bahan makanan penduduk di
Provinsi DKI Jakarta
2. Tersedianya informasi konsumsi zat gizi penduduk di Provinsi DKI Jakarta
3. Tersedianya data makanan (food list) untuk keperluan Analisis Cemaran Kimia
Makanan (ACKM) di Provinsi DKI Jakarta.
4. Mampu merencanakan penelitian lanjutan sesuai dengan permasalahan kesehatan.

3
BAB II
METODE PENELITIAN

2.1. Disain penelitian


Penelitian ini merupakan survei berskala nasional. Oleh karena itu disain SKMI 2014 di
Provinsi DKI Jakarta mengikuti disain nasional yaitu dengan disain potong lintang (cross-
sectional), non-intervensi/observasi, deskriptif dan analitik.

2.2. Tempat dan Waktu


Pelaksanaan Pengumpulan data SKMI di Provinsi DKI Jakarta telah dilaksanakan mulai
tanggal 23 Mei – 21 Juni 2014.

2.3. Populasi dan Sampel


Populasi dalam SKMI Provinsi DKI Jakarta tahun 2014 adalah seluruh rumah tangga biasa
yang mewakili 6 kabupaten/kota. Besar sampel Provinsi DKI Jakarta berdasarkan kerangka
sampling nasional terpilih 30 BS di 6 kabupaten/kota dan 609 RT dengan perkiraan indvidu
sebesar 2.182 orang
Kriteria Inklusi dan Ekslusi
Sampel adalah semua rumah tangga yang sudah didatangi dan terdaftar pada data
Riskesdas 2013 dan semua anggota rumah tangga yang ada pada saat pengumpulan data
SKMI di Provinsi DKI Jakarta berlangsung.Kriteria eksklusi adalah rumah tangga tidak
diambil datanya bila tidak memungkinkan untuk dikunjungi karena berbagai kendala; dan
rumah tangga serta anggota rumah tangga yang menolak berpartisipasi dalam SKMI di
Provinsi DKI Jakarta.

Cara Pemilihan Sampel


Rumah tangga yang akan dikunjungi adalah rumah tangga yang menjadi sampel dalam
Riskesdas 2013 di Provinsi DKI Jakarta. Untuk mendapatkan sampel individu, rumah tangga
di BS yang sudah dikunjungi Riskesdas 2013 akan diambil secara acak sebanyak 609rumah
tangga. Dalam satu rumah tangga terdapat rata-rata 4,5 individu

2.4. Variabel dan Definisi Operasional


Jenis data yang dikumpulkan secara lengkap dapat dilihat pada kuesioner, yaitu terdiri dari
blok pertanyaan sebagai berikut:
Tingkat Rumah Tangga
Blok I : Pengenalan Tempat
Blok II : Keterangan Rumah Tangga
Blok III : Keterangan Pengumpul Data
Blok IV : Keterangan Anggota Rumah Tangga
Blok V : Daftar Hidangan Makanan/Minuman yang Dimasak di RT (Quicklist)
Blok VI : Persiapan dan Cara Mengolah Makanan/Minuman di Rumat Tangga
Tingkat Individu
Blok VII :Keterangan Pengumpul Data
Blok VIII : Keterangan Individu
Blok IX : Daftar Makanan yang Dikonsumsi ART dalam Satu Hari Kemarin
Blok X : Konsumsi Makanan Individu Recall 1 x 24 Jam

4
Tabel 2.4.1 Variabel dan Definisi Operasional SKMI

No Variabel Penjelasan tentang variabel Metoda pengukuran Skala ukur Pengkategorian


1 Zat Gizi Zat makanan yang diperlukan untuk Analisis DKBM Rasio Rata2 dan st.deviasi
berbagai proses metabolisme dan proses berdasarkan Berat bahan Rasio
lain dalam kehidupan sehari-hari makanan yg dikonsumsi
2 Konsumsi serealia Berat bahan makanan kelompok serealia Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi
yang dikonsumsi
Jenis serealia terdiri dari :
3 Konsumsi umbi- Berat bahan makanan kelompok umbi- Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi
umbian umbian yang dikonsumsi
4 Konsumsi kacang- Berat bahan makanan kelompok kacang- Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi
kacangan, biji kacangan yang dikonsumsi
5 Konsumsi sayuran Berat bahan makanan kelompok sayuran Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi
yang dikonsumsi
6 Konsumsi buah Berat bahan makanan kelompok buah Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi
yang dikonsumsi
7 Konsumsi daging Berat bahan makanan kelompok daging Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi
yang dikonsumsi
8 Konsumsi Berat bahan makanan kelompok jeroan, Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi
jeroan/non daging non daging yang dikonsumsi
9 Konsumsi ikan Berat bahan makanan kelompok ikan Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi
yang dikonsumsi
10 Konsumsi telur Berat bahan makanan kelompok telur Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi
yang dikonsumsi
11 Konsumsi susu Berat bahan makanan kelompok susu Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi
yang dikonsumsi
12 Konsumsi minyak, Berat bahan makanan kelompok minyak, Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi
lemak lemak yang dikonsumsi
13 Konsumsi gula, Berat bahan makanan kelompok gula, Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi
sirop, konfeksionari sirop.konfeksionari yang dikonsumsi
14 Konsumsi bumbu Berat bahan makanan kelompok bumbu Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi
yang dikonsumsi
15 Konsumsi Berat bahan makanan kelompok Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi
minuman minuman yang dikonsumsi

5
No Variabel Penjelasan tentang variabel Metoda pengukuran Skala ukur Pengkategorian
16 Konsumsi Berat bahan makanan kelompok Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi
makanan komposit makanan komposit yang dikonsumsi
17 Konsumsi air Berat bahan makanan kelompok air Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi
yang dikonsumsi
18 Konsumsi Berat bahan makanan kelompok Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi
suplemen suplemen yang dikonsumsi
19 Asupan energi Jumlah energi yang dikonsumsi Perhitungan berat bahan Rasio Rerata, standar deviasi dan proporsi
makanan yang
dikonsumsi dengan
kandungan zat gizinya
20 Asupan protein Jumlah protein yang dikonsumsi Perhitungan berat bahan Rasio Rerata, standar deviasi dan proporsi
makanan yang
dikonsumsi dengan
kandungan zat gizinya
21 Tingkat Kecukupan Persentase asupan energi per orang per Ordinal 1. < 70 % AKE
Asupan Energi hari terhadap Angka Kecukupan Energi 2. 70 -100% AKE
(AKE) yang dianjurkan untuk setiap 3 100-120% AKE
kelompok umur dan jenis kelamin. AKE 4 >130% AKE
yang digunakan adalah didasarkan
Permenkes no 75 tahun 2013.
22 TingkatKecukupan Persentase asupan proteinper orang per Ordinal 1. < 80 % AKP
Asupan Protein hari terhadap Angka Kecukupan Protein 2. 80 -100% AKP
(AKP) yang dianjurkan untuk setiap 3 100-120% AKP
kelompok umur dan jenis kelamin. AKP 4 >120% AKP
yang digunakan adalah didasarkan
Permenkes no 75 tahun 2013.
23 Asupan natrium Jumlah natrium yang dikonsumsiindividu Dihitung berdasarkan Rasio
sehari kemarin kandungan natrium bahan
makanan yang ada dalam
Daftar Komposisi Bahan
Makanan (DKBM)
24 Asupan lemak Jumlah lemak yang dikonsumsi individu Dihitung berdasarkan Rasio
sehari kemarin kandungan lemak bahan
makanan yang ada dalam
Daftar Komposisi Bahan
Makanan (DKBM)

6
No Variabel Penjelasan tentang variabel Metoda pengukuran Skala ukur Pengkategorian
25 Asupan Jumlah karbohidrat yang dikonsumsi Dihitung berdasarkan Rasio
karbohidrat individu sehari kemarin kandungan karbohidrat
bahan makanan yang ada
dalam Daftar Komposisi
Bahan Makanan (DKBM)
26 Berat badan Berat badan seluruh responden, Dengan menggunakan Ordinal
bayi,balita,remaja,dewasa dan lansia, timbangan badan dengan
baik perempuan dan laki-laki ketelitian 0,1 kg
27 Makanan yang Nama makanan dan minuman yang Wawancara Nominal
dikonsumsi ART dikonsumsi individu sesuai waktu dalam
satu hari kemarin
28 Konsumsi Jenis bahan makanan/minuman yang Wawancara dan Nominal
makanan individu dikonsumsi individu anggota penimbangan hidangan
rumahtangga baik yang dimasak dirumah
maupun yang diperoleh/dibeli diluar
rumah selama sehari kemarin
29 Kode Hidangan Kode hidangan menurut daftar makanan Buku kode hidangan Nominal
yang telah disiapkan dalam buku
pedoman SKMI
30 Asal hidangan Bagaimana cara mendapatkan hidangan Wawancara Nominal 1.Di rumah tangga
2. dibeli
3. diberi
31 Nama Nama produk atau pembuat Wawancara dan Nominal
dagang/merek hidangan/makanan rumahtangga pengamatan
maupun pabrikan
32 Spesifikasi rasa Rasa yang tertera dalam kemasan Wawancara dan Nominal
pabrikan pengamatan
33 Alamat tempat Alamat tempat hidangan /makanan yang Wawancara Nominal
makanan dijual dikonsumsi individu di

34. URT/porsi Ukuran yang dipakai rumahtangga untuk Wawancara Ordinal sendok makan(sdm)
hidangan/makanan menyatakanjumlah hidangan atau bahan sendok teh (sdt)
makanan centong, potong, biji, buah, piring

7
No Variabel Penjelasan tentang variabel Metoda pengukuran Skala ukur Pengkategorian
35. Sumber air Tempat memperoleh air yang digunakan Wawancara Nominal 1.Air kemasan
untuk memasak dan minum 2.Air isi ulang
3.Air ledeng/PDA
4.Air ledeng eceran/beli
5.Sumur bor/pompa
6.Sumur gali terlindung
7.Mata air tak terlindung
8.Penampungan air Hujan
9.Air danau/sungai/irigasi
10.Tidak tahu

36 Perlakuan pada Tindakan yang dilakukan terhadap Wawancara Nominal 1.Dicuci dan dikupas
bahan makanan makanan yang dikonsumsi mentah 2.Dicuci, tidak dikupas
mentah 3.Tidak dicuci, dikupas
4.Tidak dicuci dan tidak
dikupas
8.Tidak berlaku
37 Cara pengolahan Bagaimana cara hidangan/makanan Wawancara Nominal 1.Bakar/asap
tersebut dimasak yang paling berisiko 2.Goreng
terhadap adanya cemaran. 3.Panggang/sangan/sangrai
4.Rebus/Ungkep/presto/
magic-jar
5.Tumis
6.Kukus
7.Seduh
9.Tidak diolah
38 Status responden Informasi atau keberadaan responden Wawancara Nominal 1.Tidak ada perubahan
terkini (KRT dan ART) sebagai sampel individu 2.Ada perubahan
SKMI 2014 pada saat pengumpulan data 3.Meninggal
masih sama atau ada perubahan 4.Pindah
dibandingkan dengan data yang 5.Lahir
dikumpulkan dalam RIskesdas 2013. 6.Art baru
7.Tidak pernah ada dlm ruta (fiktif)
39 Umur Umur anggota rumahtangga Wawancara Nominal a. 1< 1 bln isikan hari
b. < 5 thn isikan bulan
c. >= 5 thn isikan tahun

8
No Variabel Penjelasan tentang variabel Metoda pengukuran Skala ukur Pengkategorian
40 Status Pekerjaan Pekerjaan utama anggota rumah tangga Wawancara Nominal 1.Tidak bekerja
yang berumur diatas 10 tahun 2.Bekerja
3.Sekolah
41 Persiapan cara Diperoleh keterangan tentang asal, siapa Wawancara
memasak yang memasak, beratbahan makanan,
makanan/minuman sumber air cara perlakuan dan
di rumahtangga pengolahan termasuk bahan bakar yang
dipergunakan untuk memasak hidangan
yang dimasak di rumah tangga
42 Bahan Dasar Alat Bahan dasar alat masak yang dipakai Wawancara/pengamatan Nominal 1.Aluminium
Masak yang untuk memasak makanan dan minuman 2.Seng
digunakan yang dikonsumsi keluarga . contoh 3.Besi
aluminium, gerabah, gelas 4.Kaca
5.Tanah/gerabah
6.Plastik
7.Keramil
8.Tembaga
9.Stainless steel
10.Enamel
11.Tidak pakai alat
43 Asal hidangan Asal bahan makanan/minuman Wawancara Nominal 1.Di rumah tangga
tersebutdiperoleh sebelum dimasak di 2. Dibeli
rumahtangga 3. D1.iberi
44 Air minum Jumlah air yang diminum individu Wawancara Ml (gram)
selama satu hari (24 jam) kemarin
45 Perlakuan pada Perlakuan terhadap setiap rincian bahan Wawancara Nominal 1.Dicuci
bahan mentah makanan yang digunakan dalam proses 2.Dikupas
pemasakan hidangan makanan/minuman 3.tidak dicuci
di rumahtangga 4.Tidak dikupas
5.Tidak dicuci&tidak dikupas
7.Tidak berlaku
46 Pengolahan/pemas Cara pengolahan dan pemasakan Nominal Kukus<tumis<rebus<panggang<goreng<
akan responden terhadap setiap hidangan bakar
yang dimasak di rumahtangga yang
dapat menimbulkan cemaran dan rincian
bahan makanannya

9
No Variabel Penjelasan tentang variabel Metoda pengukuran Skala ukur Pengkategorian
47 Rincian bahan Rincian bahan sesuai resep yang Wawancara Nominal
makanan digunakan dalam memasak hidangan
makanan/minuman di rumah tangga
termasuk bumbu dan air.
48 Siapa yang Orang yang memasak makanan atau Wawancara Nominal 1. KK
memasak minuman dari masing-masing 2. istri/suami
makanan/minuman yang dimasak di 3.anak kandung
rumahtangga 4.anak angkat/atiri
5.menantu
6.Cucu
7.orangtua/mertua
8.Famili lain
9.pembantu
10.lainnya
49 Merek Pabrik Tulisan atau label yang dibuat oleh Wawancara dan
dalam Kemasan pabrik/industri yang berada pada pengamatan
pembungkus atau kemasan makanan
jadi/pabrikan yang dikonsumsi responden
yang dibuat di rumahtangga

10
2.5. Instrumendan Cara Pengumpulan Data
2.5.1. Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1. Daftar Sampel SDT (DS SDT)Provinsi DKI Jakarta.(dari Daftar Sampel Rumah
Tangga yang sudah tersedia pada saat Riskesdas 2013)
2. Kuesioner RT dan Kuesioner Individu
3. Buku foto makanan
4. Timbangan makanandan penggaris
5. Peralatan antropometri timbangan berat badan digital
2.5.2. Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan penimbangan berat badan.
Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data :pengenalan tempat, keterangan rumah
tangga dan anggota rumah tangga, daftar hidangan, keterangan individu, konsumsi
makanan individu (recall 1x24 jam),Daftar makanan yang dikonsumsi 24 jam terakhir,
URT/porsi serta sumber air. Wawancara dan penimbangan bahan makanan dilakukan untuk
mengumpulkan data : berat rincian hidangan yang dimakan. Wawancara dan pengamatan
dilakukan untuk mengambil data : persiapan, bahan dasar alat masak dan cara mengolah
makanan dan keadaan biologis pada saat recall. Wawancara dan membeli bahan makanan
dilakukan untuk mengambil data : jenis bahan makanan. Penimbangan menggunakan
timbangan digital dilakukan untuk mengambil data berat badan dengan ketelitian 0,1 kg.
Wawancara
Pengumpulan data di tingkat rumah tangga dan individu dilakukan dengan metode
wawancara secara tatap muka. Wawancara dilakukan oleh tenaga pengumpul data yang
berlatar belakang pendidikan gizi dan telah mendapat pelatihan sebelum pengumpulan data
dilakukan. Wawancara dengan menggunakan instrumen yaitu 2 kuesioner yang berbeda:
a. Kuesioner rumah-tangga, terutama ditujukan untuk mendapatkan informasi proses
penyediaan makanan yang dikonsumsi keluarga. Mulai dari sumber bahan makanan
diperoleh, proses persiapan sebelum pemasakan, cara pengolahan hinggaalat masak
dan bahan bakar yang digunakan dalam pemasakan.
b. Kuesioner individu, terutama ditujukan untuk mendapatkan informasi jenis dan kuantitas
(berat) makanan dikonsumsi oleh setiap anggota rumah-tangga. Termasuk minuman,
bumbu, suplemen makanan, gula, garam dan minyak individu juga dikumpulkan.
Tehnik wawancara
Tehnik wawancara untuk mengumpulkan data jenis dan kuantitas makanan yang
dikonsumsi individu serta proses penyediaan makanan yang dikonsumsi keluarga,
digunakan metode Recall 1 x 24 jam. Metode Recall adalah cara pengumpulan data individu
dan keluarga yang prinsipnya meminta responden mengingat kembali semua makanan yang
dikonsumsi selama 24 jam yang lalu dengan cara probing (penggalian). Tehnik metode
Recall yang digunakan adalah 5-Step Multiple-Pass Method secara detail diuraikan dalam
buku pedoman umum dan buku pedoman pengisian kuesioner.

Kunjungan ulangan Recall 1 x 24 jam hanya dipilih secara purposive 3 RT dalam 1 BS, RT
yang dipilih yang dapat ditentukan dalam 3 hari pertama pengumpulan data dalam setiap
BS.

11
2.5.3. Proses wawancara
Persiapan
Satu hari sebelum tim turun ke lapangan, ketua tim pengumpul data berkewajiban untuk
memeriksa ulang semua rumah tangga di BS sesuai dengan DS-SDTProvinsi DKI Jakarta,
sedangkan anggota tim lainnya mempersiapkan instrumen dan peralatan serta kalibrasi alat.
Apabila rumah tangga tersebut sudah tidak ada karena berbagai alasan dan tidak mungkin
dikunjungi, tidak perlu dicarikan penggantinya.Tim pengumpul data mengunjungi rumah
tanggal terpilih untuk membuat janji kapan wawancara untuk pengumpulan data konsumsi
dapat dilakukan.

Hari Pengumpulan data


Wawancara dilakukan sesuai dengan waktu yang telah disepakati antara tenaga pengumpul
data dan ART yang akan diwawancarai.Setelah memperkenalkan diri, kemudian
menjelaskan naskah penjelasan yang intinya menerangkan maksud dan tujuan survei
dilakukan, penggunaan hasil, metoda yang digunakan, risiko yang ditimbulkan, manfaat
termasuk kompensasi yang diberikan atau yang akan diterima sebagai pengganti
terganggunya waktu responden karena harus diwawancarai, jaminan kerahasiaan, hak
mengundurkan diri serta alamat kontak yang bisa dihubungi dan waktu yang dibutuhkan
untuk wawancara.
Setelah diberikan waktu responden berfikir menerima atau menolak, kemudian ditanyakan
kesediaan responden untuk diwawancarai. Responden diminta untuk menanda tangai
informed consent jika bersedia. Setelah itu apabila responden bersedia untuk diwawancarai,
setiap responden diminta untuk menandatangani formulir persetujuan setelah penjelasan
(informed consent)
Pewawancara melakukan penggalian informasi (probing) makanan dan minuman yang
dikonsumsi dan rinci, untuk mendapatkan data yang akurat dan lengkap dengan cara
membantu mengingat kembali makanan dan minuman yang dikonsumsi sehari kemarin
dengan tidak mengarahkan pertanyaan yang dapat menggiring responden ke suatu
jawaban. Wawancaradapat dilakukan secara serempak pada suatu rumah tangga
dimanasetiap anggota tim bertanya pada masing-masing individu yang hadir secara
bersamaan atau dapat dilakukan satu demi satu jika ART tidak hadir secara bersamaan.
Mekanisme wawancara dapat disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang paling sesuai
dilakukan pada rumah tangga tersebut.
Seperti telah disebutkan di atas, ada dua kuesioner yang digunakan sebagai alat
pengumpulan data, yaitu kuesioner rumah tangga dan individu. Untuk kuesioner rumah
tangga, ART yang diwawancarai adalah ART yang paling mengerti tentang pengolahan
makanan yang dilakukan di rumah tangga, biasanya adalah ibu. Untuk kuesioner individu,
wawancara dilakukan kepada seluruh ART di dalam rumah tangga tersebut, termasuk bayi
dan anak-anak. Untuk bayi, wawancara dilakukan terhadap ibu, sedangkan pada anak-anak
berusia <15 tahun, wawancara dilakukan dengan pendampingan. Terdapat ARTyang
diwawancarai lebih dari sekali,yaitu sebagai responden kuesioner rumah tangga dan
sebagai responden kuesioner individu, atau sebagai responden yang mewakili bayi.
Keseluruhan proses pengambilan datamemerlukan waktu selama kurang lebih 45
menit/orang untuk kuesioner individu, dan 45 menit untuk kuesioner rumah tangga, sehingga
hal ini cukup menyita waktu responden. Setelah selesai wawancara, teliti lagi apa ada
informasi yang kurang lengkap atau terlewatkan. Sebelum meninggalkan rumah responden,
sebagai ucapan terima kasih dan pengganti terganggunya waktu responden, maka akan
diberikan kompensasi (bahan kontak) berupa uang sebesar Rp.50.000 untuk setiap ART
yang diwawancarai untuk kuesioner rumah tangga, dan Rp.20.000,- untuk setiap individu
yang diwawancara.

12
Partisipasi responden bersifat sukarela tanpa paksaan, dan bila tidak berkenan dapat
menolak, dan sewaktu-waktu selama proses pengumpulan data dapat mengundurkan diri
tanpa sanksi apapun.
2.5.4. Penimbangan Berat Badan
Penimbangan berat badan dilakukan dengan penimbangan berat badan dilakukan pada
seluruh anggota rumah tangga menggunakan timbangan berat badan digital dengan tingkat
ketelitian 0,1 Kg. Rincian cara penimbangan berat badan terdapat di buku pedoman
pengisian kuesioner.

2.6. Bahan dan Prosedur Pengumpulan Data


Bahan pengumpulan data yaitu berupa instrumen dan peralatan yang telah disebutkan
diatas, dilengkapi juga dengan :
1. Daftar Sampel SDT (DS SDT) Provinsi DKI Jakarta - (dari Daftar Sampel Rumah
Tangga sudah tersedia pada saat Riskesdas 2013)
2. Kuesioner RT dan Kuesioner Individu
3. Buku pedoman umum
4. Buku pedoman kode bahan pangan
5. Buku pedoman pengisian kode hidangan
6. Buku pedoman perkiraan jumlah garam dan penyerapan minyak goreng
7. Buku pedoman konversi berat matang-mentah, berat dapat dimakan (BDD) dan
resep makanan siap saji dan jajanan
8. Buku foto makanan
9. Buku pedoman pengisian kuesioner
10. Buku pedoman pengorganisasian dan manajemen
11. Buku pedoman manajeman data
12. Timbangan makanandan penggaris
13. Peralatan antropometri timbangan berat badan digital
14. Peralatan manajemen data: Laptop, CD, flashdisk, program data entri
15. Perlengkapan lapangan enumerator: tas, payung, alat tulis, rompi, topi.

Rekrutmen Petugas Pelaksanaan Pengumpulan


Data yang valid didapatkan dengan cara melakukan proses seleksi tenaga pengumpul data
yang mempunyai keahlian khusus dengan latar belakang pendidikan ahli gizi (minimal D3
gizi).Proses seleksi tenaga enumerator bekerjasama dengan Poltekkes dan Perguruan
Tinggidibantu Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta.Persyaratan bagi petugas lapangan
adalah sebagai berikut:
 Laki-laki dan wanita lulusan D3 Gizi- S1 Gizi
 Diutamakan yang mempunyai dasar pendidikan D3 Gizi (menyertakan fotokopi
ijazah) dan yang sudah berpengalaman melakukan wawancara recall 24
jam(menyertakan fotokopi sertifikat/tanda bukti)
 Mempunyai kemampuan mengoperasikan aplikasi office dan internet
 Menyerahkan fotokopi kartu tanda penduduk (KTP)
 Usia tidak lebih dari 40 tahun
 Menyertakan surat keterangan berbadan sehat dari dokter
 Menandatangani kontrak kerja (tidak hamil selama menjalani kontrak kerja) bersedia
ditempatkan di lapangan.

Satu tim pengumpul data menangani tiga BS, oleh karena Provinsi DKI Jakarta mempunyai
30BS maka diperlukan sebanyak 10 tim dengan jumlah anggota 4 orang per tim.

13
Proses rekrutmen:
Proses rekrutmen di Provinsi DKI Jakarta.dilakukan dengan koordinasi antara korwil Idan
Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta.
 Peminat/pelamar menyampaikan dokumen persyaratan tersebut diatas ke alamat:
Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta untuk menjadi dokumentasi dan bahan dasar
seleksi
 Pelamar yang telah memenuhi semua dokumen persyaratan akan diberitahu dan
diseleksi oleh Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta
 Dalam pelatihan tenaga, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakartaberkoordinasi dengan
Badan Litbang Kesehatan
Tenaga enumerator yang telah terpilih dalam proses seleksi diharuskan mengikuti pelatihan
selama 10 hari yang meliputi:
 Latar belakang dan tujuan Studi Diet Total (SDT)
 Metode SDT
 Cara wawancara dan mengisi formulir/kuesioner
 Penimbangan berat
 Praktek lapangan
 Cara kerja dan pembagian tugas di lapangan
 Menyusun jadwal pelaksanaan pengumpulan data
 Rapat Koordinasi Teknis (Rakornis) dilaksanakantanggal 7 – 9 Mei 2014 diikuti oleh
20 orang yang berasal dari Pusat Teknologi Terapan Kesehatan, Dinas Kesehatan
Provinsi DKI Jakarta, Suku Dinas Kesehatan Kepulauan Seribu, Suku Dinas
Kesehatan Jakarta Timur, Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan, Suku Dinas
Kesehatan Jakarta Pusat, Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat dan Suku Dinas
Kesehatan Jakarta Utara. Bertempat di Hotel Neo, Tanah Abang – Cideng Timur,
Jakarta.
 Training Center (TC) untuk pengumpul data rumah tangga dan individu
dilaksanakan pada tanggal 12 – 21 Mei 2014 dengan peserta sebanyak 40 orang
enumerator, di Puri Avia, Cipayung – Bogor.

Pelaksanaan Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 23 Mei sampai dengan 21 Juni 2014.
Pengumpulan data di BS dilakukan oleh tim yang terdiri dari 4 orang yaitu:
 1 orang ketua tim sekaligus sebagai koordinator lapangan dan bertanggungjawab
untuk melaksanakan data entry
 3 orang pewawancara konsumsi makanan (recall 24 jam) sekaligus melakukan
penimbangan berat badan
Setiap tim bertanggung jawab pada tiga BS yang akan diselesaikan dalam waktu 30 hari
hari.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengunjungi RT dan BS yang terpilih. Kegiatan
tenaga pengumpul data di RT yang dikunjungi adalah :
 Melakukan wawancara dengan individu ART dari RT yang ada dalam daftar sampel
Povinsi DKI Jakarta.
 Mengisi kuesioner/formulir wawancara individu sesuai dengan pedoman
 Melakukan konfirmasi komposit bahan makanan (jenis dan berat)
 Melakukan penimbangan berat badan individu yang di wawancara

14
 Melakukan data entry hasil wawancara
 Melakukan editing dan cleaning data yang telah di entry
 Mengirim data yang telah di edit/cleaning ke alamat yang telah ditetapkan oleh tim
mandat
 Bertanggung jawab pada barang-barang perlengkapan penelitian
 Proses seleksi tenaga enumerator bekerjasama dengan Poltekkes, Perguruan Tinggi dan
DinasKesehatan Povinsi DKI Jakarta.

Koordinator Klaster
Petugas lapangan lainnya yang dibutuhkan adalah koordinator klaster, yang bertanggung
jawab pada tim yang bertugas mengumpulkan data. Setiap koordinator klaster
bertanggungjawab pada 2 kabupaten yang berdekatan.
Tugas penanggungjawab klaster
 Mengikuti pelatihan Training of Trainer (TOT) selama 10 hari.
 Melakukan pelatihan kepada tenaga pengumpul data
 Melakukan koordinasi dengan tenaga pengumpul data dalam pelaksanaan
pengumpulan data di lapangan.
 Melakukan editing kuesioner yang telah diisi oleh petugas pengumpul data.
Syarat-syarat koordinator klaster :
 Laki-laki atau perempuan
 Berpendidikan S1/S2/S3 menyertakan fotocopi ijazah
 Diutamakan yang berlatarbelakang pendidikan jurusan gizi dan atau yang sudah
berpengalaman menjadi penanggungjawab teknis kabupaten/kota dalam Riskesdas
 Mempunyai kemampuan mengoperasikan aplikasi office dan internet
 Menyerahkan fotocopi KTP
 Usia tidak lebih dari 55 tahun
 Menyerahkan persetujuan/ijin atasan
 Dokumen berkas lamaran diserahkan kepada Kordinator Wilayah (Korwil) yang
menjadi penanggungjawab di Povinsi DKI Jakarta.
Pelatihan petugas
Pelatihan dilakukan secara berjenjang. Pelatihan pertama yaitu melatih para koordinator
klaster, yaitu koordinator yang bertanggung langsung kepada tim. Pelatihan dilaksanakan
selama 10 hari, dengan materi semua bahan yang diperlukan untuk mengumpulkan data.
Metode yang digunakan adalah pemaparan materi, praktek dikelas dan praktek di lapangan.
Koordinator klaster yang telah mendapatkan pelatihan (TOT) akan melakukan pelatihan
kepada seluruh tim enumerator (TC) diwilayah kordinasinya. Selesai pelatihan tim
enumerator langsung melaksanakan pengumpulan data.
Pelatihan Pengumpul dan Manajemen Data
Pelatihan pengumpul data ditujukan kepada enumerator yang direkrut sebagai pengumpul
data dan penimbang berat badan. Dalam pelatihan ini termasuk juga pelatihan ketua tim
pengumpul data serta mekanisme kerjasama tim pengumpul data.
Tujuan pelatihan pengumpul dan manajemen data di lapangan:
1. Untuk memperoleh keseragaman dalam pemahaman materi kuesioner, pemeriksaan,
pengukuran, dan manajemen data.
2. Untuk memperoleh kesepakatan antar anggota tim mengenai pembagian tugas, jadwal
dan mekanisme pelaksanaan.
3. Untuk memperoleh kesepakatan tentang mekanisme pengelolaan data di lapangan.

15
4. Untuk memperoleh kesepakatan tentang mekanisme pengaturan administrasi dan logistik.

Pelaksanaan di lapangan
Pengumpulan data diPovinsi DKI Jakartadilakukan oleh enumerator yang terbagi menjadi
10 tim. Masing-masing tim terdiri dari empat orang enumerator yang bertanggung jawab
terhadap tiga BS. Tiga orang sebagai pengumpul data, satu orang bertanggung jawab untuk
data entry. Satu enumerator setiap hari bertanggung jawab mengumpulkan data di satu
rumah tangga.
Satu BS terdiri dari 25 rumahtangga dan dipilih secara acak 3 rumah tangga yang
diwawancara ulang setidaknya satu minggu kemudian. Waktu yang diperlukan selama 8-10
hari.Dibutuhkan 3 orang koordinator klaster, masing-masing koordinator klasterbertanggung
jawab terhadap 2 kabupatan/kota atau 5-6 BS. Sebelum tim dilepas untuk mengambil data,
perlu dilakukan pengecekan ulang keberadaan RT (pemutakhiran),menyiapkan seluruh
kelengkapan yang diperlukan yaitu kuesioner,alat tulis, perlengkapan lapangan, serta
peralatan untuk menimbang.
Setiap selesai pengumpulan data, tim harus melakukan pengecekan kelengkapan pengisian
kuesioner; melakukan „data editing‟,melakukan „data entri‟; mengirimkan data setiap selesai
„data entri‟ di setiap BS. Supervisi substansi dan administrasi dilakukan oleh tim Pusat dan
tim korwil.

2.7. Pengawasan Kualitas Data


Untuk menjamin kualitas data yang dikumpulkan dilakukan beberapa kegiatan sebelum
pengumpulan data (quality assurance), proses pengumpulan data (quality control) dan
manjemen datasebagai berikut:
1. Penyediaan pedoman dan alat bantu wawancara, termasuk buku foto makanan,
konversi bahan makanan matang ke mentah, perhitungan serapan minyak dan garam,
perhitungan umur, timbangan makanan dan timbangan berat badan, serta pedoman
editing dan entry data di lapangan
2. Pelatihan bagi ketua pelaksana propinsi, koordinator klaster, dan petugas pengumpul
data (enumerator) dalam teknik wawancara dan penggunaan alat bantu wawancara
3. Koordinator klaster melakukan supervisi/pendampingan dalam proses pengumpulan
data yang dilakukan oleh enumerator.
4. Dilakukan editing data setiap hari setelah selesai pengumpulan data oleh enumerator
yang dikoordinir oleh ketua tim, agar bila diperlukan konfirmasi ulang maka enumerator
masih bisa mengunjungi ulang responden. Sebelum dientry ke komputer data sudah
harus melalui proses editing.
5. Dilakukan spot-check(validasi data isian kuesioner) oleh koordinator klaster terhadap 6
RT dalam 1 Tim pengumpul data. Dilakukan pemeriksaan terhadap konsistensi data,
data yang tidak masuk akal, dan kelengkapan informasi dalam kuesioner.
6. Setelah data selesai di entry di lapangan untuk setiap BS, harus dikirim ke Mandat
Badan Litbangkes untuk segera dilakukan cek receiving dan batching, dan data
cleaning agar bila diperlukan konfirmasi dapat segera menghubungi petugas di
lapangan. Selain itu entry data juga dikirimkan ke koordinator klaster.
7. Koordinator klaster melakukan supervisi dan pendampingan terhadap pengumpulan
data yang dilakukan oleh enumerator.
8. Semua kegiatan koster: supervisi/pendampingan, validasi data isian kuesioner
enumerator, mengecek hasil entry dan form kontrol yang dilakukan enumerator dicatat
dalam log book yang dikirimkan setiap 5 hari sekali ke Ketua Pelaksana provinsi dan

16
Manajemen Data Pusat untuk dilakukan penggabungan, data cleaning dan pengolahan
data.

2.7.1. Analisis Data


Analisis data dilakukan di Laboratorium Manajemen Data, Jakarta. Tim teknis akan
melakukan analisis data didampingi oleh tim mandat untuk mengeluarkan output sesuai
dengan dummy table yang telah dibuat.
Hasil wawancara recall makanan yang dikonsumsi individu dihitung berat masing-masing
bahan makanantersebut dan diberi kode bahan makanan. Dihitung dalam gram atau
ml.Berdasarkan hasil SKMI akan diperoleh berbagai jenis bahan makanan yang dikonsumsi
penduduk. Untuk melaksanakan SDT setiap jenis bahan makanan akan dikelompokan
dalam 17 grup makanan yaitu :
1. Sereal dan hasil olahan
2. Umbi-umbian dan hasil olahan
3. Kacang-kacangan, biji
4. Sayuran dan hasil olahan
5. Buah dan hasil olahan
6. Daging dan hasil olahan
7. Jeroan/non daging dan olahan
8. Ikan, hewan laut lainnya dan hasil olahan
9. Telur dan hasil olahan
10. Susu dan hasil olahan
11. Minyak, lemak dan olahan
12. Gula, sirup, dan konfeksioneri
13. Bumbu dan olahan
14. Minuman
15. Makanan komposit
16. Air
17. Suplemen
Sehubungan terbatasnya data zat gizi pada daftar komposisi bahan makanan, maka hanya
5 jenis zat gizi yang dianalisi yaitu :
1. Energi
2. Protein
3. Lemak
4. KH
5. Natrium
Hasil analisis oleh tim mandat pusat dikirim ke masing-masing provinsi untuk penyusun
laporan
2.8. Izin penelitian.
Izin penelitian diajukan pada Depdagri Pusat diteruskan sampai Pemerintah Daerah di
tingkat Provinsi dan Kabupaten sesuai dengan waktu penelitian. Penelitian ini mendapatkan
izin dari Gubernur DKI Jakarta No 982 tahun 2014.
2.9. Pertimbangan etik penelitian
Pelaksanaan SDT tahun 2014, telah memperoleh persetujuan etik dari Komisi Etik
Penelitian Kesehatan (KEPK), Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI dengan
nomorLB.02.01/5.2/KE.189/2014. Persetujuan etik, naskah penjelasan serta formulir
Informed Consent (Persetujuan Setelah Penjelasan) dapat dilihat pada Lampiran.

17
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta


3.1.1 Gambaran Geografi dan Wilayah Administrasi
Provinsi DKI Jakarta berada pada posisi geografis antara 106.22‟42” dan 106.58‟18”Bujur
Timur, serta antara 5.19‟12” dan 6.23‟54” Lintang Selatan dengan keseluruhan luaswilayah
7.659,02 km2, meliputi 662,33 km2 daratan, termasuk 110 pulau di KabupatenAdministrasi
Kepulauan Seribu dan 6.977,5 km2 lautan.

Gambar 1.
Peta DKI Jakarta
Sumber: http://gambarpetajakarta.blogspot.com/

Di sebelah utara membentang pantai sepanjang 35 km, yang menjadi tempat bermuaranya
13 buah sungai dan 2 buah kanal. Di sebelah selatan dan timur berbatasan dengan Kota
Depok, Kabupaten Bogor, Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi, sebelah barat dengan Kota
Tangerang dan Kabupaten Tangerang, serta di sebelah utara dengan Laut Jawa.
Provinsi DKI Jakarta terbagi dalam lima Kota Administrasi dan satu KabupatenAdministrasi.
Kota Administrasi Jakarta Pusat memiliki luas 48,13 km2; Kota AdministrasiJakarta Utara
dengan luas 146,66 km2; Kota Administrasi Jakarta Barat dengan luas 129,54km2; Kota
Administrasi Jakarta Selatan dengan luas 141,27 km2; dan Kota AdministrasiJakarta Timur
dengan luas 188,03 km2, serta Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribudengan luas 8,70
km2.
Secara administrasi kewilayahan, masing-masing Kota dan Kabupaten Administratifdibagi
menjadi beberapa kecamatan. Masing-masing kecamatan tersebut dibagi menjadibeberapa
kelurahan. Kota Administratif Jakarta Pusat terdiri dari 8 (delapan) Kecamatan dan44 (empat

18
puluh empat) Kelurahan. Kota Administasi Jakarta Utara terdiri dari 6 (enam)Kecamatan dan
31 (tiga puluh satu) Kelurahan. Selanjutnya Kota Administrasi Jakarta Baratterdiri dari 8
(delapan) Kecamatan dan 56 (lima puluh enam) kelurahan. Kota AdministrasiJakarta
Selatan terdiri dari 10 (sepuluh) Kecamatan dan 65 (enam puluh lima) Kelurahan.Kota
Administrasi Jakarta Timur terdiri dari 10 (sepuluh) Kecamatan dan 65 (enam puluh
lima)Kelurahan. Sedangkan Kabupaten Kepulauan Seribu hanya terdiri dari 2 (dua)
Kecamatandan 6 (enam) Kelurahan.

3.1.2. Gambaran Demografis


Jumlah penduduk Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2012 sebanyak 9.761.407 jiwa dengan
jumlah penduduk laki-laki sebanyak 5.026.389 jiwa dan 4.735.018 jiwa. Rasio jenis kelamin
sebesar 106,15, artinya adalah terdapat 106 laki-laki untuk setiap 100 perempuan di DKI
Jakarta. Laju pertumbuhan penduduk DKI Jakarta pada periode 2011 - 2012 sebesar 1,01
persen.
Luas wilayah DKI Jakarta sebesar 662,33 km2 dengan kepadatan penduduk 15.085,82
jiwa/km2. Terdapat sebanyak 2.579.953 rumah tangga dengan jumlah anggota rumah
tangga sebanyak 3,87 orang per rumah tangga.

3.1.3. Status Gizi


Status gizivkurang dan gizivburuk (BB/U) pada anak berusia balita (14,0%) di DKI Jakarta
tahun 2013 masih menjadi masalah walaupun lebih baik dibandingkan rerata nasional
(19,6%) dan target pembangunan milenium 2015 (15,5%). Proporsi gizi burukdi DKI Jakarta
relatif stagnan, hal ini jika dibandingkan dengan hasil Riskesdas sebelumnya. Hasil
Riskesdas tahun 2007 proporsi gizi buruk sebesar 2,9 persen, tahun 2010 sebesar 2,6
persen dan Tahun 2013 sebesar 2,8 persen. Di samping masalah gizi kurang dan gizi buruk,
DKI Jakarta juga mulai menghadapi masalah gizi lebih. Proporsi gizilebih di DKI Jakarta
besar (7,5%) bahkan lebih besar dibandingkan angka nasional (4,5%). Proporsi
kependekan (TB/U) DKI Jakarta tahun 2013 adalah 27,5 persen, jauh di bawah rerata
nasional (37,5%). Proporsi kependekan terdiri dari 12,1 persen sangat pendek dan 15,4
persen pendek. Proporsi kekurusan (BB/TB) anak berusia balita di DKI Jakarta (10,2%) lebih
rendah dibandingkan rerata nasional (12,1%). Lebih kecil pula jika dibandingkan dengan
proporsi hasil riskesdas tahun 2007 (17,0%) dan 2010 (11,2%).
Proporsi kependekan anak berusia 5-12 tahun sebesar19,2 persen jauh lebih baik daripada
angka nasional (30,7%). Proporsitersebut terdiri dari sangat pendek 12,3 dan pendek
18,4persen.Masalah kurang berat pada anak berusia balita tampaknya berlanjut pada
kelompok usia berikutnya (5-12 tahun). Proporsi obese pada kelompok anak berusia 5-12
tahun sebesar 14,0 persen lebih besar dibandingkan angka nasional (8,0%).
Proporsikependekanpada remaja umur 13 -15 tahun di DKI Jakarta sebesar 22,8 persen
yang terdiri dari 8,4 persen sangat pendek dan 14,0 persen pendek, lebih redah dari rerata
nasional (35,1%; sangat pendek 8,4 dan pendek (21,3%). Proporsi kekurusan pada remaja
sebesar 9,0 persen yang terdiri dari 1,8 persen sangat kurus dan 7,2 persen kurus.
Proporsi kependekan pada remaja umur 16 – 18 tahun sebesar 20,4 persen, di bawah
angka nasional (31,4%). yang terdiri dari 4,5 persen sangat pendek dan 15,9 persen
pendek. Proporsi kekurusan di DKI Jakartasebesar11,1 persen, terdiri dari 1,9 persen
sangat kurus dan 7,5 persen kurus. Proporsi kegemukan sebesar 11,5 persen lebih tinggi
jika dibandingkan dengan angka kegemukan nasional (7,4%).
Proporsi obesitas penduduk dewasa laki-laki dan perempuan umur 15 tahun keatas di DKI
Jakarta sebesar 36,3 persen sedangkan proporsi obesitas sentral untuk tingkat nasional

19
adalah 26.6 persen.Proporsi obesitas sentral pada perempuan (51,6%) jauh lebih besar
dibanding proporsi pada laki-laki (20,8%).

3.2. Jumlah Sampel yang Terkumpul (Response Rates)


Blok sensus yang terpilih sebagai sampel SDT 2014 Provinsi DKI Jakarta sebanyak 30 BS,
semua BS tersebut berhasil ditemukan dan dikunjungi (100%) yang tersebar di 6
kabupaten/Kota.
Rumah tangga yang menjadi target untuk dikunjungi sebanyak 609 rumah tangga tetapi
yang berhasil dikunjungi sebanyak 504 rumah tangga atau sebesar 82,8%. Kabupaten
Kepulauan Seribu memiliki respon rate rumah tangga yang berhasil dikunjugi dan
diwawancarai terbesar dibandingkan dengan wilayah kota lainnya, yaitu sebesar 92%.
Respon rate rumah tangga terkecil ada di Jakarta Barat yaitu sebesar 76,6%. Rumah tangga
yang tidak berhasil dikunjungi ada sebanyak 17,2%, hal ini disebabkan ketika dilakukan
pengumpulan data, rumah tangga tersebut tidak ditemukan atau pindah.

Tabel 3.2.1
Distribusi BS yang berhasil dikunjungi (response rate) berdasarkan Kabupaten/Kota
Provinsi DKI Jakarta 2014
BS RUTA ART
Respon Respon Respon
Kabupaten/ Rate Rate Rate
Kota Target Dikunjungi (%) Target Dikunjungi (%) Target Dikunjungi (%)
Kepulauan Seribu 1 1 100 25 23 92,0 84 75 89,3
Jakarta Timur 6 6 100 102 81 79,4 343 259 75,5
Jakarta Selatan 6 6 100 113 97 85,8 442 344 77,8
Jakarta Pusat 5 5 100 117 98 83,8 404 317 78,5
Jakarta Barat 6 6 100 128 98 76,6 501 360 71,9
Jakarta Utara 6 6 100 124 107 86,3 408 367 90,0
DKI Jakarta 30 30 100 609 504 82,8 2182 1722 78,9

Jumlah anggota rumah tangga yang menjadi target sebanyak 2182 orang dan yang berhasil
diwawancarai sebanyak 1722 orang atau sebesar 78,9%.Respon rate anggota rumah
tangga terbanyak adalah di Kota Jakarta Barat yaitu sebesar 90,0% dan terkecil ada di Kota
Jakarta Utara yaitu sebesar 71,9%. Sebanyak 21,1% anggota rumah tidak berhasil
diwawancarai dengan alasan anggota rumah tangga tersebut sedang bepergian ke luar
kota, pindah, terdapat perbedaan nama dengan data yang ada, atau tidak bersedia
diwawancarai.
Tabel 3.2.2. menyajikan data mengenai distribusi responden yang berhasil dikunjungi dan
diwawancarai menurut jenis kelamin, kelompok umur dan status ekonomi penduduk di DKI
Jakarta. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat proporsi responden laki-laki dan
perempuan hampir sama.
Jika dilihat berdasarkan kelompok umur terlihat bahwa sebagian besar responden berada
pada umur 19 – 55 tahun yaitu sebanyak 882 orang (55,0%) dan terendah ada pada umur 0
– 59 bulan.

20
Tabel 3.2.2
Distribusi responden yang berhasil dikunjungi (response rate) berdasarkan
jenis kelaminProvinsi DKI Jakarta 2014
Jumlah
Karakteristik Responden
n %
Jenis Kelamin
Laki-laki 810 50,5
Perempuan 795 49,5
Kelompok Umur
0 – 59 bln 105 6,5
5 – 12 thn 227 14,1
13 – 18 thn 184 11,5
19 – 55 thn 882 55,0
> 55 thn 207 12,9
Status Ekonomi
Terbawah 231 14,4
Menegah Bawah 271 16,9
Menengah 433 27,0
Menengah Atas 393 24,5
Atas 276 17,2

3.3. Konsumsi Bahan Makanan Menurut Kelompok Makanan


Data yang disajikan dalam sub bab Konsumsi Bahan Makanan adalah konsumsi bahan
makanan yang dikelompokkan menjadi serelia dan olahan; umbi dan olahan; kacang-
kacangan dan olahan; sayur dan hasil olahan; buah-buahan dan olahan; daging dan olahan;
jeroan dan olahan; ikan dan olahan; telur dan olahan; susu dan olahan; minyak dan lemak
serta hasil olahan; gula dan sirup serta konfeksionari; bumbu; minuman; makanan komposit;
air minum; suplemen dan jamu. Data tentang Konsumsi Bahan Makanan disajikan dalam
tabel rerata konsumsi bahan makanan dan proporsipenduduk yang mengonsumsi bahan
makanan.

21
3.3.1 Konsumsi Makanan Kelompok Serealia dan Olahan
Tabel 3.3.1
Rerata konsumsi kelompok serelia dan olahannya per orang per hari (gram)
menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014

Jenis Serealia dan Olahannya

Kelompok Umur Beras Olahan Beras Terigu Olahan Terigu Mie Jagung dan Olahan Lainnya Total

Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD

0–59 bln 67,3 57,1 8,7 26,3 6,4 13,9 18,6 25,3 22,4 48,6 1,1 5,8 5,1 14,7 249,2 81,0

5–12 thn 155,8 86,1 4,4 10,5 16,3 24,6 17,2 25,3 62,8 95,6 2,0 8,3 5,4 15,2 362,2 104,2

13–18 thn 199,8 131,4 8,8 22,2 22,4 41,8 15,0 29,8 91,1 118,1 8,9 37,8 3,1 11,3 438,1 160,2

19–55 thn 186,0 100,6 10,9 29,3 16,2 26,2 17,5 37,8 52,8 91,7 4,2 17,6 0,8 4,6 402,4 130,3

>55 thn 168,0 91,1 8,6 27,4 12,7 21,3 18,3 33,5 14,8 50,2 4,1 14,2 4,0 28,5 349,5 106,4

Seluruh Umur 173,3 103,9 9,3 26,3 15,9 27,3 17,4 34,1 51,7 91,7 4,2 19,4 2,4 13,4 384 132,6

22
Tabel 3.3.1 menyajikan data mengenai rerata konsumsi dari kelompok serealia dan
olahannya. Konsumsi beras tertinggi ada pada umur 13 – 18 tahun yaitu sebanyak 199,8
gram. Konsumsi kelompok serealia dan hasil olahan yang terendah adalah dari jenis
lainnya, yaitu sebesar 2,4 gram. Konsumsi jenis serealia tertinggi ada pada kelompok umur
5 – 12 tahun, yaitu sebesar 5,4gram.

384
400
350
300
250
200 173,3

150
100 51,7
50 9,3 15,9 17,4
4,2 2,4
0
Beras Olahan Terigu Olahan Mie Jagung Lainnya Total
Beras Terigu dan
Olahan

Gambar 3.3.1.
Rerata konsumsi kelompok serelia dan olahannya
per orang per hari (gram), Provinsi DKI Jakarta 2014

Berdasarkan Gambar 3.3.1. dapat dilihat rerata berat bahan makanan kelompok serealia
yang dikonsumsi oleh penduduk Provinsi DKI Jakarta adalah sebesar 384,0 gram. Jenis
bahan makanan dari kelompok serealia dan hasil olahan yang terbanyak dikonsumsi oleh
penduduk DKI Jakarta adalah yang berasal dari beras dengan rerata sebesar 173,3 gram.
Konsumsi serealia terbesar setelah beras, adalah mie (51,7 gram), diikuti oleh olahan terigu
(17,4 gram).

Tabel 3.3.2
Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok serelia dan olahannyamenurut kelompok
umur, Provinsi DKI Jakarta 2014

Jenis Serealia dan Olahannya


Kelompok
Umur Olahan Olahan Jagung dan
Beras Terigu Mie Lainnya
Beras Terigu Olahan
0–59 bln 82,9 21,9 30,5 46,7 26,7 12,4 15,2
5–12thn 100,0 18,5 51,5 45,8 44,1 11,0 23,3
13–18 thn 97,8 26,1 58,7 28,8 48,9 14,7 12,0
19–55 thn 98,9 30,6 51,2 28,8 35,0 17,7 4,9
>55 thn 100,0 27,5 49,8 29,0 10,1 18,4 2,9
Seluruh Umur 98,0 27,4 50,6 32,4 34,1 16,1 8,7

23
Tabel 3.3.2. menyajikan data tentang proporsi penduduk yang mengonsumsi serealia dan
olahannya, dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa hampir semua penduduk DKI Jakarta
mengonsumsi beras (98%). Proporsi terbesar kedua adalah penduduk yang mengonsumsi
terigu (50,6%).

3.3.2 Konsumsi Makanan Kelompok Umbi dan Olahan

Tabel 3.30.3
Rerata konsumsi kelompok umbi dan olahannya per orang per hari (gram)
menurut kelompok umur,Provinsi DKI Jakarta 2014

Jenis Umbi dan Olahannya


Kelompok
Singkong dan Ubi jalar Kentang dan Sagu dan Umbi lainnya Total
Umur
Olahan Olahan Olahan
Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0–59 bln 4,9 9,8 0,0 0,0 4,9 15,1 0,1 2,0 0,3 2,6 10,1 18,2
5–12 thn 12,6 24,7 0,2 2,5 21,6 60,3 2,1 21,5 1,0 14,9 37,5 69,6
13–18 thn 14,4 24,9 0,0 0,0 21,0 52,5 0,6 5,1 0,0 0,0 35,9 60,0
19–55 thn 12,6 32,7 2,1 20,7 17,7 48,0 0,3 6,1 0,6 7,6 33,2 61,5
>55 thn 16,9 43,0 3,1 17,2 7,3 25,4 0,4 5,1 0,9 13,4 28,6 56,7
Seluruh Umur 12,8 31,5 1,6 16,6 16,4 47,1 0,6 9,6 0,6 9,3 32,0 60.4

Tabel 3.3.3 menyajikan data mengenai rerata konsumsi dari kelompok umbi dan hasil
olahnya. Berdasarkan kelompok umur, konsumsi singkong dan olahan tertinggi ada pada
umur >55 tahun yaitu sebanyak 16,9gram. Konsumsi ubi jalar, sagu dan olahan serta umbi
lainnya relatif rendah pada semua kelompok umur. Kentang dan olahan paling banyak
dikonsumsi oleh kelompok umur 5 – 12 tahun.

18 16,4
16
12,8
14
12
10
8
6
4
1,6
2 0,6 0,6

0
Singkong dan Ubi jalar Kentang dan Sagu dan Umbi lainnya
Olahan Olahan Olahan

Gambar 3.3.2.
Rerata konsumsi kelompok umbi dan olahannya, Provinsi DKI Jakarta 2014

24
Konsumsi kelompok umbi dan hasil olahnya yang terbanyak dikonsumsi oleh penduduk DKI
Jakarta adalah dari kentang dengan rerata sebesar 16,4 gram diikuti oleh singkong dan
olahan yaitu sebesar 12,8 gram. Sedangkan konsumsi kelompok umbi dan hasil olahan
lainnya relatif rendah.

Tabel 3.3.4
Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok umbi dan olahannya
menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
Jenis Umbi dan olahannya
Kelompok
Umur Singkong dan Ubi jalar Kentang dan Sagu dan Umbi lainnya
Olahan Olahan Olahan
0–59 bln 30,5 0,0 25,7 0,0 1,0
5–12 thn 44,1 0,4 29,1 2,6 0,4
13–18 thn 42,4 0,0 29,3 1,6 0,0
19–55 thn 38,2 1,8 29,9 0,8 0,9
>55 thn 39,1 3,4 24,2 1,4 0,5
Seluruh Umur 39,1 1,5 28,7 1,2 0,7

Pada tabel 3.3.4 dapat dilihat bahwa sebanyak 39,1% penduduk mengonsumsi singkong
dan hasil olahannya dengan jumlah penduduk terbanyak yang mengonsumsi singkong dan
hasil olahannya ada pada kelompok umur 13 – 18 tahun yaitu sebesar 42,4%. Jenis
singkong dan hasil olahannya adalah singkong, tapioka, kerupuk singkong, keripik singkong,
tapai singkong. Umbi lainnya hanya dikonsumsi oleh 0,7% penduduk.

3.3.3Konsumsi Makanan Kelompok Kacang-Kacangan dan Olahan


Tabel 3.3.5
Rerata konsumsi kelompok kacang-kacangan dan olahannya
per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
Jenis Kacang kacangan dan olahannya
Kelompok Kacang Tanah Kacang Kedelai Biji-bijian dan Kacang lainnya Total
Umur dan Olahan dan Olahan Olahan dan Olahan
Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0–59 bln 0,8 2,6 11,7 27,0 0,4 3,5 0,3 2,7 13,3 28,0
5–12 thn 4,1 15,6 32,5 47,9 0,1 0,8 0,0 0,5 36,8 51,0
13–18 thn 4,9 11,3 44,7 64,2 0,7 4,0 0,0 0,4 50,3 66,7
19–55 thn 5,1 16,2 68,7 81,4 1,7 7,9 1,3 6,5 76,8 83,8
>55 thn 2,6 8,7 65,0 73,0 1,7 10,4 1,0 9,3 70,2 74,6
Seluruh Umur 4,4 14,3 56,6 74,0 1,2 7,2 0,9 5,9 63,1 76,7

Tabel 3.3.5 menyajikan data mengenai rerata konsumsi bahan makanan kelompok kacang-
kacangan dan olahan menurut kelompok umur. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa
kacang tanah dan hasil olahannya paling banyak dikonsumsi oleh penduduk umur 19 – 55
tahun yaitu sebesar 5,1 gram. Konsumsi kacang kedelai dan hasil olahan paling banyak
dikonsumsi oleh penduduk umur 19 – 55 tahunyaitu sebesar 68,7 gram. Sedangkan
konsumsi biji-bijian dan kacang lainnya relatif sedikit dikonsumsi oleh penduduk pada semua
kelompok umur.

25
56,6
60

50

40

30

20

10 4,4
1,2 0,9
0
Kacang Tanah Kacang Kedelai Biji-bijian dan Kacang lainnya
dan Olahan dan Olahan Olahan dan Olahan

Gambar 3.3.3.
Rerata konsumsi kelompok kacang-kacangan dan olahannya
per orang per hari (gram), Provinsi DKI Jakarta 2014

Berdasarkan gambar 3.3.3. dapat dilihat bahwa rerata konsumsi pada kelompok kacang-
kacangan dan olahannya yang dikonsumsi oleh penduduk DKI Jakarta tertinggi adalah
kacang kedelai dan olahan yaitu sebanyak 56,6 gram.

Tabel 3.3.6
Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok kacang-kacangan
dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
Jenis Kacang kacangan dan olahannya
Kelompok
Umur Kacang Tanah dan Kacang Kedelai dan Biji-bijian dan Kacang lainnya dan
Olahan Olahan Olahan Olahan
0–59 bln 10,5 24,8 2,9 2,9
5–12 thn 18,1 52,4 1,3 0,9
13–18 thn 22,3 57,1 4,9 0,5
19–55 thn 23,9 69,0 8,4 7,3
>55 thn 17,9 66,7 7,2 4,8
Seluruh Umur 21,2 62,1 6,5 5,0

Pada jenis kacang-kacangan dan olahannya, proporsi penduduk DKI Jakarta yang
mengonsumsi kacang kedelai dan olahannya adalah yang paling banyak (62,1%). Proporsi
terbesar penduduk yang mengonsumsi kacang kedelai dan olahannya ada pada kelompok
umur 19 – 55 tahun. Kacang lain dan olahan merupakan jenis kacang-kacangan yang
dikonsumsi oleh paling sedikit penduduk DKI (5,0%).

26
3.3.4 Konsumsi Makanan Kelompok Sayur dan Olahan
Tabel 3.3.7
Rerata konsumsi kelompok sayur dan olahannya
per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
Jenis Sayuran dan olahannya
Kelompok Umur Sayuran Daun Sayuran Buah/ Sayuran Polong Sayuran lainnya Total
Sayuran Akar
Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0–59 bln 13,35 20,00 0,30 2,55 0,00 0,00 0,00 0,00 13,66 19,98
5–12thn 28,93 48,13 0,01 0,19 0,00 0,05 0,00 0,00 28,94 48,12
13–18 thn 37,27 43,72 0,02 0,39 0,00 0,23 0,00 0,00 37,29 43,73
19–55 thn 67,46 94,13 0,04 0,84 0,03 0,95 0,00 0,00 67,53 94,21
>55 thn 68,71 77,92 0,00 0,01 0,37 3,47 0,00 0,15 69,08 78,29
Seluruh Umur 55,17 81,07 0.05 0,91 0,07 1,43 0,00 0,05 55,28 81,16

Rerata konsumsi bahan makanan kelompok sayur dan olahan berdasarkan kelompok umur
disajikan pada Tabel 3.3.7. Rerata konsumsi sayuran daun terbesar ada pada kelompok
umur >55 tahun, yaitu sebesar 68,71 gram. Rerata konsumsi jenis sayuran buah/sayuran
akar, sayuran polong dan sayuran lainnya sangat kecilpada semua kelompok umur.

60 55,17

50

40

30

20

10
0,05 0,07 0
0
Sayuran Daun Sayuran Buah/ Sayuran Polong Sayuran lainnya
Sayuran Akar

Gambar 3.3.4.
Rerata konsumsi kelompok sayur dan olahannya
per orang per hari (gram),Provinsi DKI Jakarta 2014

Jenis sayuran dan olahan yang paling banyak dikonsumsi oleh penduduk adalah dari
kelompok sayuran daun, yaitu sebanyak 55,17 gram. Sayuran buah/akar dan sayuran
polong sangat sedikit dikonsumsi oleh penduduk yaitu hanya sebesar 0,05 dan 0,07 gram.
Sayuran lainnya yang terdiri dari tauge/ale, tauge kacang kedelai, bunga pepaya, kembang
kol, rebung, jantung pisang, brokoli, kulit melinjo, jamur tiram, jamur merang, kembang turi,
jamur kuping segar/kering, kecombrang, tebu terubuk, umbut rotan, umbut kelapa tidak
dikonsumsi oleh penduduk di DKI Jakarta.

27
Tabel 3.3.8
Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok sayur dan olahannya
menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
Jenis Sayuran dan olahannya
Kelompok Umur Sayuran Daun Sayuran Buah/ Sayuran Polong Sayuran lainnya
Sayuran Akar
0–59 bln 46,7 1,9 0,0 0,0
5–12 thn 66,1 0,4 0,0 0,0
13–18 thn 74,5 1,1 0,0 0,0
19–55 thn 90,2 0,3 0,1 0,0
>55 thn 84,5 0,0 1,0 0,0
Seluruh Umur 81,4 0,5 0,2 0,0

Sebanyak 81,4 persen penduduk di DKI Jakarta mengonsumsi sayuran daun dengan
proporsi terbesar ada pada kelompok umur 19 – 55 tahun, yaitu sebesar 90,2 persen.

28
3.3.5 Konsumsi Makanan Kelompok Buah-Buahan dan Olahan
Tabel 3.3.9
Rerata konsumsi kelompok buah- buahan dan olahannya per orang per hari (gram)
menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014

Jenis Buah buahan dan olahannya

Kelompok Umur Pisang Jeruk Mangga Pepaya Semangka Buah lainnya Buah Olahan Total

Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD

0–59bln 11,8 32,2 4,4 38,9 2,0 18,7 3,9 17,3 0,0 0,0 5,0 36,1 0,0 0,0 27,1 71,4

5–12 thn 3,5 18,1 4,0 20,1 4,7 29,9 4,9 26,3 1,7 18,8 7,2 34,4 0,0 0,0 26,1 61,7

13–18 thn 1,4 7,7 6,6 23,6 1,4 23,1 1,3 11,7 0,7 8,1 11,8 41,2 0,0 0,0 23,1 56,5

19–55 thn 19,7 66,8 5,3 30,6 5,1 32,7 7,0 35,6 4,4 40,1 14,0 44,2 0,4 6,3 55,9 113,4

>55 thn 31,5 79,4 4,4 18,2 7,9 40,8 13,4 47,8 1,3 13,2 13,4 47,3 0,5 4,9 72,3 153,0

Seluruh Umur 16,3 58,9 5,1 27,9 4,8 31,8 6,7 33,6 2,9 31,1 12,1 42,6 0,3 5,0 48,2 107,6

29
Tabel 3.3.9 dan Gambar 3.3.5. menyajikan data tentang rerata konsumsi kelompok buah-
buahan dan hasil olahnya. Konsumsi buah yang paling banyak dikonsumsi adalah buah
pisang, yaitu sebanyak 16,3 gram dengan rerata terbanyak ada pada kelompok umur > 55
tahun yaitu sebanyak 31,5 gram.
Jenis buah kedua terbanyak yang dikonsumsi adalah kelompok buah lainnya (12,1 gram)
yang terdiri dari apel, salak, melon, nanas, asam jawa (buah), jambu air, jambu biji, alpukat,
anggur, bengkuang/atung, pir, belimbing, embacang/limus, encung asam, nangka masak
pohon, jambu bool, kedondong, sukun, lengkeng/kelengkeng, sirsak, sawo, kurma,
cempedak, durian, buah naga, lontar, langsat, straberi, duku, markisa, manggis, rambutan,
buah pala, kesemek, kismis, gatep, kawista, leci, jambu monyet, kiwi, arbai, delima,
nona/srikaya, matoa, carica pepaya, erbis/markisa besar, rukam/lobi-lobi, kelenting, kom,
peach, duwet, kokosan, mentega/buah bisbul, sowa, biwah/anggur brastagi/loquat,
gandaria/jatake, kranji/asam keranji, tuppa.

18 16,3
16
14 12,1
12
10
8 6,7
5,1 4,8
6
2,9
4
2 0,3
0
Pisang Jeruk Mangga Pepaya Semangka Buah Buah
lainnya Olahan

Gambar 3.3.5.
Rerata konsumsi kelompok buah- buahan dan olahannya per orang per hari (gram),
Provinsi DKI Jakarta 2014

Tabel 3.3.10 menyajikan data mengenai proporsi penduduk DKI Jakarta yang mengonsumsi
kelompok buah-buahan dan olahan menurut kelompok umur. Pada kelompok buah-buahan
dan olahannya, proporsi penduduk DKI Jakarta yang mengonsumsi buah pisang adalah
yang paling banyak (15,2%). Buah olahan merupakan buah yang dikonsumsi oleh paling
sedikit penduduk DKI (0,4%). Buah pisang paling banyak di konsumsi oleh penduduk pada
kelompok usia >55 tahun (24,2%). Buah jeruk banyak dikonsumsi oleh penduduk umur 13-
18 tahun dengan proporsi sebesar 10,3 persen penduduk.

30
Tabel 3.3.10
Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok buah-buahan dan olahannya
menurut kelompok umur,Provinsi DKI Jakarta 2014

Jenis Buah buahan dan olahannya


Kelompok
Umur Buah
Pisang Jeruk Mangga Pepaya Semangka Buah lainnya
Olahan
0-59bln 18,1 2,9 1,0 5,7 0,0 4,8 0,0
5 -12 thn 4,8 5,7 3,5 5,7 0,9 11,5 0,0
13 – 18 thn 5,4 10,3 1,6 1,1 0,5 11,4 0,0
19 – 55 thn 17,5 8,6 4,4 6,7 1,9 15,8 0,5
>55 thn 24,2 7,2 4,3 12,1 1,0 15,0 1,0
Seluruh Umur 15,2 7,9 3,7 6,5 1,4 13,8 0,4

Proporsi penduduk DKI Jakarta yang mengonsumsi buah mangga sebanyak 3,7 persen.
Proporsi penduduk pada kelompok umur 19 – 55 tahun dan >55 tahun adalah yang paling
tinggi mengonsumsi mangga (4,4% dan 4,3%). Proporsi penduduk yang mengonsumsi
pepaya tertinggi ada pada kelompok umur >55 tahun (12,1%). Proporsi penduduk DKI yang
mengonsumsi semangka tertinggi pada kelompok umur 19 – 55 tahun (1,9%). Konsumsi
buah lainnya paling banyak terdapat pada kelompok umur 19 – 55 tahun dan >55 tahun
yaitu sebesar 15,8% dan 15,0%.

31
3.3.6 Konsumsi Makanan Kelompok Daging dan Olahan

Tabel 3.3.11
Rerata konsumsi kelompok daging dan olahannya per orang per hari (gram)
menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014

Jenis Daging dan olahannya

Daging Unggas Daging Sapi, Daging Kambing, Olahan Daging Olahan Daging Daging Babi dan Daging Lainnya Total
Kelompok Umur
Kerbau domba Unggas sapi,Kerbau Olahan

Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD

0-59bln 12,7 36,1 2,1 11,8 0,0 0,0 1,8 10,6 4,9 13,1 0,0 0,0 0,0 0,6 21,5 43,4

5 -12 thn 54,5 84,3 7,9 29,9 0,7 6,2 2,5 11,6 15,7 31,5 0,0 0,0 0,0 0,0 81,2 96,3

13–18 thn 54,0 87,6 6,8 29,4 0,0 0,0 4,6 27,5 12,5 29,6 0,0 0,0 0,0 0,0 77,9 96,0

19–55 thn 53,1 85,5 15,7 55,5 2,0 16,2 0,5 4,6 12,4 32,2 0,0 0,5 0,0 0,0 83,6 103,4

>55 thn 31,8 65,8 16,2 53,0 1,4 13,2 0,4 4,5 1,8 7,2 1,1 14,5 0,0 0,0 52,7 100,5

Seluruh Umur 48,0 81,7 12,7 48,0 1,4 13,1 1,3 11,3 11,0 29,1 0,1 5,2 0,0 0,2 74,6 99,7

32
Rerata konsumsi bahan makanan kelompok daging dan olahan menurut kelompok umur
dapat dilihat pada Tabel 3.3.11. Konsumsi daging unggas pada kelompok umur 5 – 12
tahun, 13 -18 tahun, dan 19 -55 tahun memiliki rerata yang hampir sama, yaitu 54,5 gram,
54,0 gram, dan 53,1 gram.
Pada kelompok umur 19 -55 tahun dan >55 tahun, rerata konsumsi daging sapi, kerbau
hampir sama yaitu 15,7 gram dan 16,2 gram. Konsumsi daging sapi, kerbau pada kelompok
umur 5 – 12 tahun dan 13 – 18 tahun juga hampir sama yaitu 7,9 gram dan 6,8 gram.
Konsumsi daging kambing, domba dengan asupan terbanyak terdapat pada kelompok umur
19 – 55 tahun dengan rerata konsumsi sebesar 2,0 gram. Olahan daging unggas dengan
rerata konsumsi tertinggi ada pada kelompok umur 13 – 18 tahun sebesar 4,6 gram.
Konsumsi olahan daging sapi, kerbau tertinggi ada pada kelompok umur 5 – 12 tahun
dengan rerata sebesar 15,7 gram. Konsumsi daging babi dan olahan hanya terdapat pada
kelompok umur >55 tahun sebesar 1,1 gram.

48,0
50

40

30

20 12,7
11,0
10
0,0 0,1 1,3 1,4
0

Gambar 3.3.6.
Rerata konsumsi kelompok daging dan olahannya per orang per hari (gram),
Provinsi DKI Jakarta 2014

Rerata konsumsi daging dan olahan penduduk DKI Jakarta dapat dilihat pada Gambar 3.3.6.
Dapat dilihat bahwa rerata tertinggi konsumsi bahan makanan kelompok daging dan olahan
adalah daging unggas (48,0 g/hari), diikuti oleh daging sapi dan kerbau (12,7 g/hari), dan
olahan daging sapi, kerbau (11,0 gram per hari). Sedangkan konsumsi jenis daging yang
lainnya relatif sedikit.
Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok daging dan olahnya menurut kelompok
umur dapat dilihat pada Tabel 3.3.12. Proporsi penduduk yang mengonsumsi daging
unggas sebesar 40,6 persen. Proporsi penduduk yang mengonsumsi daging unggas pada
kelompok umur 5 – 12 tahun, 13 – 55 tahun, dan >55 tahun hampir sama banyaknya yaitu
sebesar 47,6, 42,9, dan 42,4 persen.
Proporsitertinggi kedua adalah penduduk yang mengonsumsi daging olahan sapi/kerbau
yaitu sebanyak 23 persen denganproporsi penduduk yang mengonsumsi paling tinggi ada
pada kelompok umur 5 – 12 tahun (32,2%).

33
Proporsi penduduk yang mengonsumsi daging kambing/domba, olahan daging unggas dan
daging babi relatif sedikit. Penduduk DKI Jakarta pada semua kelompok umur tidak ada
yang mengonsumsi daging lainnya (larva/ulat, jangkrik, kelelawar, tikus, buaya, bajing/tupai,
ulat sagu, ular, belalang, rusa, kuda, kelinci, anjing).

Tabel 3.3.12
Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok daging dan olahannya
menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
Jenis Daging dan Olahannya
Kelompok
Daging Daging Daging Olahan Olahan Daging Daging
Umur
Unggas Sapi, Kambing, Daging Daging Babi dan Lainnya
Kerbau domba Unggas sapi,Kerbau Olahan
0-59bln 21,0 4,8 0,0 3,8 17,1 0,0 0,0
5 -12 thn 47,6 7,9 1,3 5,7 32,2 0,0 0,0
13 – 18 thn 42,9 8,7 0,0 5,4 27,7 0,0 0,0
19 – 55 thn 42,4 11,6 2,0 1,5 23,5 0,0 0,0
>55 thn 32,9 14,5 1,4 1,4 9,7 0,5 0,0
Seluruh
40,6 10,7 1,5 2,7 23,0 0,1 0,0
Umur

Jenis daging dan olahannya yang termasuk 3 besar daging yang dikonsumsi oleh banyak
penduduk di DKI Jakarta adalah daging unggas, olahan daging sapi, kerbaudan daging sapi,
kerbau.

3.3.7 Konsumsi Makanan Kelompok Jeroan dan Olahan


Tabel 3.3.13 menunjukkan rerata konsumsi bahan makanan kelompok jeroan dan olahan
menurut umur. Dari tabel tersebut dapat dilihat jeroan hewan berkaki 4 tidak dikonsumsi
oleh penduduk sampai dengan umur 12 tahun. Rerata konsumsi pada umur yang lebih lanjut
sangat sedikit, yaitu berkisar antara 0,1–0,6 gram. Jeroan unggas paling banyak dikonsumsi
oleh penduduk pada kelompok umur 5–12 tahun, dengan rerata sebesar 7,7 gram.
Tabel 3.3.13
Rerata konsumsi kelompok jeroan dan olahannya yang dikonsumsi
per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
Jenis Jeroan dan olahannya
Jeroan hewan Jeroan Unggas Lainnya Total
Kelompok Umur
berkaki empat
Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0 – 59bln 0,0 0,0 1,3 10,1 2,3 14,6 3,7 17,6
5 -12 thn 0,0 0,0 7,7 31,6 1,9 18,3 9,7 36,3
13 – 18 thn 0,5 5,8 3,4 17,8 1,8 8,7 5,7 20,5
19 – 55 thn 0,6 7,8 4,3 20,2 3,7 16,6 8,6 28,5
>55 thn 0,1 1,7 1,2 8,5 3,3 14,0 4,7 16,1
Seluruh Umur 0,4 6,1 4,1 20,5 3,1 15,7 7,6 27,1

34
4,1
JEROAN_UNGGAS

3,1
JEROAN_LAINNYA

0,4
JEROAN_BERKAKI4

0 1 2 3 4 5

Gambar 3.3.7.
Rerata konsumsi kelompok jeroan dan olahannya yang dikonsumsi
per orang per hari (gram), Provinsi DKI Jakarta 2014

Jenis jeroan yang paling banyak dikonsumsi penduduk DKI Jakarta adalah jeroan unggas,
dengan rerata konsumsi sebesar 4,1 gram.Jeroan hewan berkaki empat merupakan jenis
jeroan yang paling sedikit dikonsumsi oleh penduduk DKI, yaitu hanya sebesar 0,4 gram.
Proporsi penduduk DKI Jakarta yang mengonsumsi jenis jeroan dan olahannya dapat dilihat
pada Tabel 3.3.14. Walaupun rerata konsumsi jeroan lainnya relatif kecil tetapi jumlah
penduduk yang mengonsumsinya adalah yang terbanyak, yaitu 7,0 persen.Proporsi tertinggi
penduduk yang mengonsumsinya adalah pada kelompok umur >55 tahun (8,7%).

Tabel 3.3.14
Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok jeroan dan olahannyamenurut kelompok
umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
Jenis Jeroan dan Olahannya
Kelompok Umur
Jeroan hewan Jeroan Unggas Lainnya
berkaki empat
0- 59 bln 0,0 1,9 3,8
5 -12 thn 0,0 7,5 4,0
13 – 18 thn 0,5 4,9 6,5
19 – 55 thn 0,9 6,3 7,8
>55 thn 0,5 2,9 8,7
Seluruh Umur 0,6 5,6 7,0

Jeroan unggas dikonsumsi oleh 5,6 persen penduduk DKI Jakarta. Proporsi penduduk
tertinggi yang mengonsumsi jeroan unggas ada pada kelompok umur 5 – 12 tahun sebesar
7,5 persen. Jenis jeroan hewan berkaki empat hanya dikonsumsi oleh 0,6 persen penduduk.

35
Proporsi terendah penduduk yang mengonsumsi jenis jeroan adalah pada kelompok jeroan
berkaki empat yaitu sebesar 0,6 persen dengan kisaran antara 0,5 – 0,9 persen.
Proporsitertinggi pada kelompok umur 19–55 tahun.

3.3.8 Konsumsi Makanan Kelompok Ikan dan Olahan

Rerata Konsumsi bahan makanan kelompok ikan dan olahannya (Tabel 3.3.15) terlihat
bahwa rerata konsumsi ikan laut pada kelompok umur 5–12 tahun, 19–55 tahun, dan >55
tahun hampir sama yaitu sebesar 31,4, 33,0, dan32,9 gram. Ikan air tawar dengan rerata
konsumsi tertinggi terdapat pada kelompok 5–12 tahun yaitu sebesar 20,3 gram. Rerata
konsumsi olahan ikan tertinggi ada pada kelompok umur 13–18 tahun sebesar 8,7 gram.
Penduduk DKI Jakarta tidak ada yang mengonsumsi hewan air lainnya seperti kodok, kura-
kura, tripang, rebung laut.

36
Tabel 3.3.15
Rerata konsumsi kelompok ikan dan olahannyaper orang per hari (gram)
menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014

Jenis Ikan dan Olahannya

Udang, Kepiting dan Cumi, Kerang, Keong Total


Kelompok Umur Ikan Laut Olahan Ikan Ikan Air Tawar Hewan Air lainnya
Olahannya dan Olahannya

Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD

0-59bln 11,8 41,3 0,2 2,4 4,3 31,7 0,0 0,2 0,0 0,0 0,0 0,0 16,3 51,1

5 -12 thn 31,4 67,6 1,6 9,7 20,3 75,7 0,3 4,9 0,7 6,4 0,0 0,0 54,3 98,2

13 – 18 thn 13,8 37,6 8,7 31,8 13,1 62,8 5,9 31,9 2,8 26,3 0,0 0,0 44,4 84,9

19 – 55 thn 33,0 86,4 4,4 17,1 15,7 59,1 3,6 27,9 2,7 18,4 0,0 0,0 59,4 104,9

>55 thn 32,9 79,1 5,2 20,1 13,4 60,5 1,0 5,8 1,7 10,3 0,0 0,0 54,2 96,3

Seluruh umur 29,2 76,7 4,3 18,6 15,0 61,0 2,9 23,6 2,1 16,9 0,0 0,0 53,5 98,5

37
Pada Gambar 3.3.8 dapat dilihat bahwa Di DKI Jakarta rerata, konsumsi bahan makanan
kelompok ikan dan olahan tertinggi adalah dari jenis ikan laut yaitu sebanyak 29,2 gram.
Tertinggi kedua adalah konsumsi ikan air tawar, yaitu sebanyak 15,0 gram. konsumsi udang,
kepiting dan olahan hampir sama dengan rerata konsumsi cumi, kerang, keong dan olahan
yaitu sebesar 2,9 gram dan 2.1 gram.

IKAN_LAUT 29,2

IKAN_AIR_TAWAR 15,0

OLAHAN_IKAN 4,3

KRUSTASEA 2,9

MOLUSKA 2,1

IKAN_LAINNYA 0,0

0 5 10 15 20 25 30

Gambar 3.3.8.
Rerata konsumsi kelompok ikan dan olahannya per orang per hari (gram),
Provinsi DKI Jakarta 2014

Tabel 3.3.16 menampilkan proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok ikan dan
olahan. Proporsi penduduk yang mengonsumsi ikan laut di DKI Jakarta adalah yang
tertinggi sebanyak 25,5 persen. Berdasarkan kelompok umur, ikan laut dikonsumsi tertinggi
oleh penduduk yang berumur 5 – 12 tahun sebesar 33,5 persen. Olahan ikan tertinggi
dikonsumsi oleh 15,9 persen penduduk dalam kelompok umur >55 tahun.Ikan air tawar
banyak dikonsumsi oleh penduduk umur 5 – 12 tahun yaitu sebesar 10,1persen.Penduduk
yang yang paling banyak mengonsumsi udang, kepiting dan olahan adalah penduduk pada
kelompok umur 13 – 18 tahun sebesar 7,1 persen. Cumi, kerang, keong, dan olahan paling
banyak dikonsumsi oleh penduduk umur 19 – 55 tahun sebanyak 3,2 persen.

38
Tabel 3.3.16
Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok ikan dan olahannya
menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
Jenis Ikan dan Olahannya
Cumi,
Kelompok Umur Udang,
Olahan Ikan Air Kerang, Hewan Air
Ikan Laut Kepiting dan
Ikan Tawar Keong dan lainnya
Olahannya
Olahannya
0-59bln 19,0 0,0 1,9 1,9 0,0 0,0
5 -12 thn 33,5 4,8 10,1 0,9 1,8 0,0
13 – 18 thn 24,5 13,0 6,0 7,1 1,6 0,0
19 – 55 thn 25,2 13,5 9,1 4,5 3,2 0,0
>55 thn 22,7 15,9 7,2 6,3 2,9 0,0
DKI Jakarta 25,5 11,7 8,2 4,4 2,6 0,0

3.3.9. Konsumsi Makanan Kelompok Telur dan Olahan

Tabel 3.3.17 menunjukkan data mengenai rerata konsumsi bahan makanan kelompok telur
dan olahan menurut kelompok umur. Konsumsi telur ayam dengan rerata tertinggi ada pada
kelompok umur 13–18 tahun sebesar 38,4 gram. Telur bebek hanya dikonsumsi oleh
kelompok umur 19–55 tahun dan 0–59 bulan dengan jumlah yang relatif sedikit. Demikian
halnya dengan rerata konsumsi olahan telur dan telur lainnya relatif sedikit dikonsumsi oleh
penduduk DKI di semua kelompok umur.
Tabel 3.3.17
Rerata konsumsi kelompok telur dan olahannya per orangper hari (gram)
menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
Jenis Telur dan Olahannya
Kelompok
Umur Telur Ayam Telur Bebek Olahan Telur Telur Lainnya Total
Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0-59bln 25,1 38,1 0,1 2,1 0,0 0,0 1,2 5,3 26,4 38,4
5 -12 thn 37,7 45,4 0,0 0,2 0,6 6,6 1,9 12,2 40,1 45,8
13 – 18 thn 38,4 47,1 0,0 0,0 0,5 5,8 0,7 5,7 39,5 47,6
19 – 55 thn 34,6 41,9 0,6 8,4 0,3 4,6 0,3 2,9 35,8 44,0
>55 thn 21,4 32,9 0,0 1,2 0,6 5,3 0,1 0,8 22,2 33,1
Seluruh
33,1 42,1 0,3 6,3 0,4 5,0 0,6 5,6 34,4 43,4
Umur

39
0,6
TELUR_LAINNYA

OLAHAN_TELUR 0,4

TELUR_BEBEK 0,3

TELUR_AYAM 33,1

0 10 20 30 40

Gambar 3.3.9.
Rerata konsumsi kelompok telur dan olahannya per orangper hari (gram),
Provinsi DKI Jakarta 2014

Berdasarkan Gambar 3.3.9. dapat dilihat rerata konsumsi telur ayam menempati posisi
tertinggi dibandingkan jenis telur dan olahan lainnya, yaitu sebesar 33,1 gram. Sedangkan 3
jenis lainnya hanya sedikit yang dikonsumsi oleh penduduk yaitu berkisar antara 0,3–0,6
gram.
Dari Tabel 3.3.18 dapat dilihat bahwa proporsi penduduk yang mengonsumsi telur ayam di
DKI Jakarta mencapai 59,4%, sedangkan penduduk yang mengonsumsi telur bebek, olahan
telur, dan telur lainnya hanya berkisar antara 0,4–1,8 persen.

Tabel 3.3.18
Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok telur dan olahannya
menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
Jenis Telur dan Olahannya
Kelompok Umur
Telur Ayam Telur Bebek Olahan Telur Telur Lainnya
0-59bln 48,6 0,0 0,0 4,8
5 -12 thn 66,5 0,0 0,9 4,4
13 – 18 thn 60,3 0,0 0,5 1,1
19 – 55 thn 60,0 0,7 0,6 1,1
>55 thn 54,1 0,0 1,4 1,0
Seluruh Umur 59,4 0,4 0,7 1,8

Berdasarkan kelompok umur, proporsi tertinggi penduduk DKI Jakarta yang mengonsumsi
telur ayam ada pada kelompok umur 5–12 tahun yaitu sebesar 66,5 persen. Telur bebek
hanya dikonsumsi oleh kelompok umur 19–55 tahun yaitu sebesar 0,7 persen. Proporsi
penduduk yang mengonsumsi olahan telur pada semua kelompok umur hanya berkisar
antara 0–1,4persen, proporsi tertinggi ada pada kelompok umur >55 tahun. Jenis telur lainya
dikonsumsi oleh 1,0–4,8 persen penduduk DKI. Telur lainnya ini paling banyak dikonsumsi
pada kelompok umur 0–59 bulan.

40
3.3.10 Konsumsi Makanan Kelompok Susu dan Olahan

Konsumsi jenis susu dan olahan dapat dilihat pada Tabel 3.3.19. Berdasarkan kelompok
umur, rerata konsumsi susu kental manis dan susu bubuk paling tinggi ada pada kelompok
umur 5–12 tahun yaitu masing-masing sebesar 10,6 dan 4,0 gram. Rerata konsumsi susu
cair tertinggi ada pada kelompok umur 0 – 59 bulan, yaitu sebesar 43,1 gram.

41
Tabel 3.3.19
Rerata konsumsi kelompok susu dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014

Jenis Susu dan Olahannya

Kelompok Susu Kental Susu Formula Susu Formula


Susu Bubuk Olahan Susu
Umur manis Balita Khusus Total Susu Cair

Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD

0-59bln 8,4 30,4 3,5 17,0 39,5 50,1 0,0 0,0 9,0 29,6 103,4 129,1 43,1 120,1

5 -12 thn 10,6 24,2 4,0 14,6 1,3 8,8 0,4 2,7 7,5 24,9 50,5 79,6 26,7 68,8

13 – 18 thn 3,2 11,5 0,1 0,8 0,0 0,0 0,4 5,0 5,4 29,4 22,3 59,7 13,2 51,1

19 – 55 thn 2,7 12,0 0,7 4,2 0,0 0,0 0,5 4,5 1,1 7,0 13,4 54,7 8,5 52,5

>55 thn 1,9 6,9 0,6 4,7 0,0 0,0 1,5 7,6 1,2 3,7 9,2 28,0 4,0 26,4

Seluruh Umur 4,1 15,9 1,3 8,0 2,8 16,5 0,6 4,7 3,0 16,7 11,7 31,0 13,3 60,1

42
Rerata konsumsi formula balita pada kelompok umur 0 -59 bulan sebesar 39,5 gram. Pada
kelompok umur 5–12 tahun juga masih ada yang mengonsumsi formula balita dengan rerata
konsumsi sebesar 1,3 gram. Susu formula khusus dikonsumsi tertinggi pada kelompok umur
>55 tahun dengan rerata 1,5 gram.Rerata konsumsi olahan susu tertinggi pada kelompok
umur 0–59 bulan, yaitu sebesar9,0 gram.
Rerata konsumsi kelompok susu dan olahan yang tertinggi ada pada jenis susu cair, yaitu
sebanyak 13,3 gram. Selanjutnya diikuti oleh konsumsi susu kental manis dan olahan susu,
yaitu masing-masing sebanyak 4,1 dan 3,0 gram.

25
25

20

15 13,3

10

4,1
2,8 3
5
1,2
0,6
0
Susu Susu Susu Susu Olahan Susu Cair Total
Kental Bubuk Formula Formula Susu
manis Balita Khusus

Gambar 3.3.10.
Rerata konsumsi kelompok susu dan olahannya per orang per hari (gram),
Provinsi DKI Jakarta 2014

Proporsi penduduk DKI Jakarta yang mengonsumsi jenis susu dan olahan ditunjukkan pada
Tabel 3.3.20. Proporsi penduduk yang mengonsumsi susu kental manis adalah yang
tertinggi, yaitu sebanyak 12,6 persen.
Kelompok umur 5–12 tahun merupakan kelompok dengan proporsi penduduk tertinggi yang
mengonsumsi susu kental manis dan susu bubuk yaitu sebesar 24,7 dan 14,5 persen. Susu
cair dikonsumsi paling banyak oleh penduduk yang berumur 0–59 bulan yaitu sebesar 19,0
persen.

43
Tabel 3.3.20
Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok susu dan olahannya
menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
Jenis Susu dan Olahannya
Kelompok Susu Susu
Susu Susu Formula
Umur Kental Formula Olahan Susu Susu Cair
Bubuk Balita
manis Khusus
0-59bln 14,3 11,4 49,5 0,0 17,1 19,0
5 -12 thn 24,7 14,5 5,3 2,2 14,1 15,9
13 – 18 thn 11,4 4,9 0,0 0,5 4,9 8,2
19 – 55 thn 9,4 6,0 0,2 1,4 5,7 5,0
>55 thn 13,0 2,9 0,0 5,3 10,6 3,4
Seluruh
12,6 7,0 4,1 1,8 8,2 7,6
Umur

Susu formula balita dikonsumsi oleh 49,5 persen penduduk DKI Jakarta yang berumur 0–59
bulan dan 5,3 persen penduduk kelompok umur 5–12 tahun juga masih ada yang
mengonsumsi susu tersebut. Susu formula khusus hanya dikonsumsi oleh 2,2 persen dan
5,3 persen penduduk pada kelompok umur 5–12 tahun dan >55 tahun. Kelompok umur 0 –
59 bulan merupakan kelompok dengan proporsi penduduk tertinggi yang mengonsumsi
olahan susu yaitu sebanyak 17,1 persen.

3.3.11. Konsumsi Makanan Kelompok Minyak, Lemak dan Olahan

Tabel 3.3.21 menunjukkan rerata konsumsi bahan makanan kelompok minyak, lemak, dan
olahan menurut kelompok umur. Konsumi minyak kelapa sawit dan minyak kelapa pada
kelompok umur 5 tahun keatas hampir sama, yaitu berkisar antara 20,5–26,5 gram.
Demikian pula dengan konsumsi kelapa dan olahan pada kelompok umur 5 tahun keatas
berkisar antara 34,4–38,6 gram. Minyak lainnya, lemak dan olahan seperti minyak wijen,
minyak zaitun, minyak kedelai, minyak ikan, minyak hati hiu, minyak kacang tanah,
margarin, mentega, mayonaise, lemak babi/lard, lemak kerbau dikonsumsi oleh penduduk
DKI Jakarta dengan rerata berkisar antara 0,9 – 2,4 gram.
Tabel 3.3.21
Rerata konsumsi kelompok minyak, lemak dan olahannya
per orangper hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
Minyak, Lemak dan Olahannya

Minyak Kelapa Minyak Lainnya,


Kelompok Umur Kelapa dan
Sawit dan Minyak lemak dan Total
Olahannya
Kelapa Olahannya
Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0-59bln 8,5 9,5 7,1 27,7 1,0 2,8 16,6 30,3
5 -12 thn 20,5 13,9 34,4 53,1 2,4 7,1 57,3 55,8
13 – 18 thn 23,9 17,1 36,3 65,3 1,6 4,2 61,8 71,3
19 – 55 thn 26,5 18,7 38,6 66,2 1,6 5,1 66,7 68,9
>55 thn 23,2 16,3 37,3 55,2 0,9 3,6 61,4 57,8
Seluruh Umur 23,8 17,7 35,5 61,5 1,6 5,1 60,9 65,3

Gambar 3.3.11 menyajikan data mengenai rerata konsumsi bahan makanan kelompok
minyak dan olahannya di DKI Jakarta. Komsumsi tertinggi pada kelompok minyak dan

44
olahan di Provinsi DKI Jakarta ada pada kelapa dan olahan, dengan rerata konsumsi
sebesar 35,5 gram, menyusul kemudian minyak kelapa sawit dan kelapa sebesar 23,6
gram dan posisi terakhir minyak lainnya, lemak dan olahan sebesar 1,6 gram.

35,5
KELAPA_OLAHAN

23,8
SAWIT_KELAPA

MINYAK_LEMAK_OLAH 1,6
AN

0 20 40

Gambar 3.3.11.
Rerata konsumsi kelompok minyak, lemak dan olahannya per orangper hari (gram),
Provinsi DKI Jakarta 2014

Proporsi penduduk yang mengonsumsi minyak, lemak dan olahan dapat dilihat pada Tabel
3.3.22. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa proporsi penduduk yang mengonsumsi
minyak kelapa sawit pada kelompok umur 5 -12 tahun sampai dengan >55 tahun hampir
mendekati 100 persen penduduk yaitu berada pada kisaran antara 96,7 – 99,6 persen
penduduk.
Proporsi penduduk DKI Jakarta yang mengonsumsi kelapa dan olahantertinggi pada
kelompok umur >55 tahun yaitu sebesar 57,0 persen.Konsumsi minyak lainnya, lemak dan
olahan tertinggi ada pada kelompok umur 5 – 12 tahun (25,1%). Secara umum di Provinsi
DKI Jakarta, proporsi penduduk yang mengonsumsi minyak kelapa sawit paling tinggi
(96,6%) dibandingkan yang mengonsumsi kelapa dan olahan (48,0) dan minyak lainnya,
lemak dan olahan (20,9%).

45
Tabel 3.3.22
Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok minyak, lemak dan olahannya
menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
Minyak, Lemak dan Olahan
Kelompok Umur Minyak Kelapa Sawit dan Kelapa dan Minyak Lainnya,
Minyak Kelapa Olahan lemak dan Olahan
0-59bln 71,4 21,9 21,0
5 -12 thn 99,6 48,5 25,1
13 – 18 thn 96,7 39,1 22,8
19 – 55 thn 98,5 50,7 20,7
>55 thn 98,1 57,0 15,0
Seluruh Umur 96,6 48,0 20,9

3.3.12. Konsumsi Makanan Kelompok Gula dan Konfeksionari

Tabel 3.3.23 menampilkan data mengenai rerata berat bahan makanan dari kelompok gula
dan konfeksionari. Produk konfeksionari ialah produk yang meliputi semua produk yang
mengandung gula dan pemanis lain baik nutritif maupun pemanis non nutritif dengan
intensitas kemanisan tinggi.
Tabel 3.3.23
Rerata konsumsi kelompok gula dan konfeksionari per orang per hari (gram)
menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
Gula dan Konfeksionari
Lainnya
Kelompok
Gula Permen Sirup Coklat (madu,Selai Total
Umur
agar-agar, jely)
Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0-59 bln 5,6 12,6 2,1 7,9 0,5 4,4 2,0 5,5 6,8 32,3 17,0 36,6
5 -12 thn 11,6 18,0 1,7 4,3 0,5 3,9 0,8 2,6 5,5 28,0 20,1 34,1
13 – 18 thn 12,0 14,7 0,3 2,1 0,6 4,1 1,9 5,8 6,4 41,4 21,3 43,4
19 – 55 thn 16,1 29,1 0,1 1,2 0,3 2,3 1,1 4,5 0,8 5,2 18,3 30,2
>55 thn 16,3 17,2 0,0 0,5 0,1 1,4 0,4 2,2 2,4 17,4 19,2 26,4
Seluruh
14,3 24,3 0,5 2,9 0,4 2,9 1,1 4,3 2,7 20,8 18,9 32,5
umur

Bila dilihat dari kelompok umur, rerata berat kelompok gula yang tertinggi terdapat pada
kelompok umur 19-55 tahun dan >55 tahun yaitu 16 gram. Pada kelompok bahan makanan
permen dan coklat, menunjukkan bahwa rerata beratnya makin menurun dengan makin
bertambahnya usia. Untuk kelompok bahan makanan sirup memperlihatkan rerata yang
hampir sama pada semua kelompok umur yaitu dibawah 1 gram. Untuk kelompok gula dan
konfeksionari jenis lainnya, rerata berat terbesar pada kelompok umur 0-59 bulan (6,8
gram).

46
18,9
20
18
14,3
16
14
12
10
8
6 2,7
4 0,5 1,1
0,4
2
0
Gula Permen sirup coklat Lainnya Total
(madu,Selai
agar-agar,
jely)

Gambar 3.3.12
Rerata konsumsi kelompok gula dan konfeksionari per orang per hari (gram),
Provinsi DKI Jakarta 2014
Pada gambar 3.3.12. menyajikan data mengenai rerata berat bahan makanan dari
kelompok gula dan konfeksioneri yang dikonsumsi oleh penduduk DKI Jakarta. Konsumsi
gula merupakan konsumsi terbesar di kelompok ini yaitu sebesar 14,3 gram. Sedangkan
kelompok lainnya hanya sedikit yang dikonsumsi, yaitu berkisar antara 0,4 – 2,7 gram.

Tabel 3.3.24
Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok gula dan
konfeksionari menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
Gula dan Konfeksionari
Kelompok Lainnya
Umur Gula Permen Sirup Coklat (madu,Selai agar-
agar, jely)
0-59 bln 43,8 14,3 1,9 24,8 14,3
5 -12 thn 62,6 16,7 2,6 11,0 10,1
13 – 18 thn 67,9 2,7 3,3 12,0 8,7
19 – 55 thn 73,1 1,8 2,0 9,5 6,1
>55 thn 80,7 0,5 0,5 5,3 7,7
Seluruh Umur 70,1 4,7 2,1 10,5 7,7

Pada Tabel 3.3.24 dapat dilihat proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan
kelompok gula dan konfeksioneri. Pada penduduk DKI Jakarta, diantara bahan makanan
kelompok gula dan konfeksionari, proporsi tertinggi penduduk mengonsumsi gula yaitu
sebanyak 70 persen dan terendah adalah sirup yaitu 2 persen. Pada bahan makanan
kelompok gula, terlihat bahwa semakin bertambah umur, maka semakin tinggi proporsi
penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok gula. Sebaliknya, pada bahan
makanan kelompok coklat, dengan semakin bertambah umur maka semakin kecil proporsi
penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok coklat. Untuk kelompok bahan
makanan permen dan kelompok gula lainnya, proporsi tertinggi penduduk yang
mengonsumsinya ada pada kelompok umur 0-59 bulan dan kelompok umur 5 – 12 tahun,
sedangkan yang terendah terdapat pada kelompok umur >55 tahun. Untuk kelompok bahan
makanan sirup, sebaran proporsinya hampir merata pada setiap kelompok umur.

47
3.3.13. Konsumsi Kelompok Bumbu
Tabel 3.3.25 menyajikan data mengenai rerata konsumsi bumbu berdasarkan kelompok
umur. Konsumsi garam pada kelompok umur lebih dari 59 bulan mempunyai sebaran yang
hampir sama yaitu berkisar antara 3,4 – 3,8 gram. Konsumsi vetsin/MSG/mecin memiliki
sebaran proporsinya merata pada setiap kelompok umur dengan konsumsi yang relatif kecil.
Konsumsi bumbu kering dan bumbu basah semakin meningkat seiring dengan
bertambahnya umur.

Tabel 3.3.25
Rerata konsumsi kelompok bumbu per orangper hari (gram)
menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
Jenis Bumbu
Kelompok
Vetsin/ MSG/ Bumbu Bahan
Umur Garam Bumbu Instan Bumbu Basah Total
Mecin Kering Tambahan
Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0-59 bln 1,3 1,4 0,3 1,0 4,2 17,0 0,4 1,3 9,3 12,8 0,0 0,0 15,5 24,0
5 -12 thn 3,8 9,1 0,2 0,4 5,5 14,9 0,6 1,3 14,6 14,8 0,0 0,1 24,6 24,6
13 – 18 thn 3,4 2,6 0,3 0,8 5,5 18,2 0,8 1,9 18,2 20,0 0,0 0,2 28,2 29,2
19 – 55 thn 3,7 2,8 0,4 1,9 3,7 12,8 0,8 1,6 19,4 19,2 0,1 1,4 28,1 25,1
>55 thn 3,5 2,9 0,3 0,8 2,9 14,4 1,0 2,3 18,9 21,9 0,0 0,1 26,5 29,7
Seluruh
3,5 4,3 0,3 1,5 4,1 14,3 0,8 1,7 17,8 19,0 0,1 1,0 26,6 26,3
umur

Gambar 3.3.13 memperlihatkan konsumsi kelompok bumbu penduduk di DKI Jakarta. Dapat
dilihat bahwa rerata berat terbesar terdapat pada kelompok bumbu basah yaitu 17,8 gram
dan terkecil pada kelompok bahan tambahan yaitu 0,1 gram.

30 26,6

25

20 17,8

15

10
3,5 4,1
5
0,3 0,8 0,1
0
Garam Vetsin/ Bumbu Bumbu Bumbu Bahan Total
MSG/ Instan Kering Basah Tambahan
Mecin

Gambar 3.3.13
Rerata konsumsi kelompok bumbu per orangper hari (gram), Provinsi DKI Jakarta 2014

48
Secara umum, rerata berat kelompok bumbu pada semua kelompok umur ialah sebesar
26,5 gram dengan rerata terkecil pada kelompok umur 0-59 bulan. sedangkan pada
kelompok umur lainnya rerata berat bahan makanan kelompok bumbu mempunyai sebaran
yang hampir sama yaitu di atas 20 gram.

Tabel 3.3.26
Proporsi penduduk yang mengonsumsi bumbu menurut kelompok umur,
Provinsi DKI Jakarta 2014
Jenis Bumbu
Kelompok Umur Vetsin/ MSG/ Bumbu Bumbu Bumbu Bahan
Garam
Mecin Instan Kering Basah Tambahan
0-59 bln 80,0 26,7 31,4 25,7 57,1 1,9
5 -12 thn 98,7 35,7 38,3 33,5 81,5 4,4
13 – 18 thn 97,3 29,3 39,7 34,8 84,8 2,2
19 – 55 thn 99,0 31,9 39,2 41,5 84,9 2,6
>55 thn 99,5 28,5 30,4 46,9 85,0 1,0
Seluruh Umur 97,6 31,3 37,5 39,3 82,6 2,6

Berdasarkan tabel 3.3.26 terlihat bahwa proporsi penduduk DKI Jakarta yang mengonsumsi
jenis bumbu dari proporsi yang tertinggi sampai terendah ialah garam, bumbu basah, bumbu
kering, bumbu instan, vetsin/MSG/mecin, dan bahan tambahan.

3.3.14. Konsumsi Kelompok Minuman

Pada tabel 3.3.27 memperlihatkan minuman terbagi menjadi dua kelompok yaitu jenis
minuman serbuk dan jenis minuman cair. Minuman serbuk terdiri dari; teh instan/daun kering
berbagai merk, kopi bubuk berbagai merk dan jenis, serta minuman serbuk yang meliputi
minuman serbuk (berbagai merk,rasa), cereal bubuk, jus serbuk (berbagai merk, rasa),
saridele bubuk, STMJ serbuk. Jenis minuman cair terdiri dari; minuman Kemasan Cair
meliputi jus cair (berbagai merk, rasa), minuman cincau, minuman isotonik cair, minuman
coklat cair, minuman asam jawa cair, soybean cair, sari kacang ijo cair, vanila shake cair,
teh cair (berbagai merk, gelas/botol), kopi instan cair. Minuman berkarbonasi meliputi
berbagai macam rasa dan merk. Minuman beralkohol meliputi fermentasi palm sap cair, bir
cair, fermentasi air tebu beralkohol, fermentasi beras beralkohol, wine cina, minuman
beralkohol(berbagai merk), rum alkohol. Minuman Lainnya meliputi air kelapa muda, air
tebu, minuman coklat bubuk, minuman berenergi.
Rerata berat minuman serbuk yang dikonsumsi oleh penduduk di DKI Jakarta yaitu sebesar
11 gram dengan rerata terbesar pada kelompok umur 19-55 tahun. Berdasarkan jenisnya,
rerata berat terbesar ialah jenis kopi bubuk dan yang terendah ialah jenis teh instant/daun
kering. Untuk jenis minuman kopi, rerata berat paling besar pada kelompok umur 19-55
tahun, sedangkan pada jenis teh instan/daun kering rerata paling besar pada kelompok
umur >55 tahun. Pada minuman serbuk rerata terbesar pada kelompok umur 5-12 tahun.
Untuk jenis minuman cairan, rerata berat yang dikonsumsi penduduk DKI Jakarta ialah 60
ml. Rerata tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun. Diantara jenis minuman cairan,
minuman kemasan cairan memiliki rerata tertinggi konsumsinya yaitu 46 ml, sedangkan
yang terendah ialah minuman beralkohol yaitu 0,3 ml.

49
Tabel 3.3.27
Rerata berat kelompok minuman yang dikonsumsi per orangper hari (gram)
menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014

Jenis Minuman Serbuk (g) Jenis Minuman cairan (ml)

Kelompok Teh Instan / Minuman Minuman Minuman Minuman Minuman


Kopi Bubuk Total Total
Umur Daun Kering Serbuk Kemasan Cairan Berkarbonasi Beralkohol Lainnya

Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD

0-59 bln 0,2 0,5 0,0 0,3 1,3 7,2 1,4 7,4 41,6 113,8 0,0 0,0 0,0 0,0 2,6 13,0 44,2 115,9

5 -12 thn 0,8 1,8 0,1 1,6 5,0 16,1 5,9 16,1 68,0 121,0 12,5 60,2 0,0 0,0 4,6 31,4 85,1 131,0

13–18 thn 1,3 2,4 2,1 14,2 2,0 6,5 5,4 15,4 59,8 152,1 19,0 81,0 0,0 0,0 1,2 8,0 80,0 172,0

19–55thn 1,8 10,8 10,8 22,1 2,0 11,5 14,6 27,2 46,6 150,6 7,2 67,1 0,5 18,0 5,6 37,9 59,9 175,9

>55 thn 1,9 2,9 9,5 20,3 1,6 6,4 13,0 20,6 11,2 90,9 4,2 36,2 0,0 0,0 7,3 35,7 22,7 102,8

Seluruh
1,5 8,1 7,4 19,1 2,3 11,1 11,3 23,4 46,2 139,0 8,5 62,6 0,3 13,3 5,0 33,3 60,0 159,2
umur

50
60
60

50 46,2

40

30

20
11,3
7,4 8,5
10
5
1,5 2,3
0,3
0
Teh Instan / Daun

Kopi Bubuk

Berkarbonasi
Kemasan Cairan
Minuman Serbuk

Beralkohol

Total minuman
Total minuman

Minuman Lainnya
Minuman
Minuman
Minuman
serbuk
Kering

cair
Jenis Minuman Serbuk (g) Jenis Minuman cairan (ml)
Gambar 3.3.14
Rerata berat kelompok minuman yang dikonsumsi per orang per hari (gram),
Provinsi DKI Jakarta 2014

Tabel 3.3.28
Proporsi penduduk yang mengonsumsi minuman menurut kelompok umur,
Provinsi DKI Jakarta 2014
Jenis Minuman Serbuk (g) Jenis Minuman cairan (ml)
Kelompok Teh Instan / Minuman
Kopi Minuman Minuman Minuman Minuman
Umur Daun Kemasan
Bubuk Serbuk Berkarbonasi Beralkohol Lainnya
Kering Cairan
0-59 bln 8,6 0,0 4,8 17,1 0,0 0,0 5,7
5 -12 thn 25,6 0,9 25,1 32,2 4,4 0,0 7,9
13 – 18 thn 40,2 5,4 13,0 23,9 8,2 0,0 3,8
19 – 55 thn 47,2 29,6 9,1 14,5 2,0 0,1 5,6
>55 thn 49,8 30,9 6,8 5,3 2,4 0,0 4,3
Seluruh Umur 41,1 21,0 11,2 17,1 3,0 0,1 5,5

Pada tabel 3.3.28 menunjukkan bahwa pada jenis minuman serbuk, proporsi tertinggi
penduduk DKI Jakarta mengonsumsi teh instan/daun kering yaitu sebanyak 41 persen.
Untuk teh instan/daun kering dan kopi bubuk, proporsi konsumsinya makin meningkat

51
sejalan dengan makin bertambahnya umur. Sedangkan pada minuman serbuk tidak terlihat
pola yang sama dimana proporsi konsumsi tertinggi terdapat pada kelompok umur 5-12
tahun dan yang terendah pada kelompok umur >55 tahun.
Untuk jenis minuman cair, proporsi tertinggi terdapat pada konsumsi minuman kemasan cair
yaitu 17 persen dengan proporsi tertinggi adalah pada penduduk kelompok umur 5-12 tahun
dan terendah pada kelompok umur >55 tahun. Untuk minuman berkarbornasi, proporsi
tertinggi terdapat pada kelompok 13-18 tahun, sedangkan jenis minuman lainnya proporsi
tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun. Proporsi jenis minuman beralkohol semua berada
dibawah 1 persen.

3.3.15 Konsumsi Makanan Kelompok Makanan Komposit


Makanan Komposit dalam survei ini ialah makanan yang termasuk kelompok bahan pangan
yang sudah terstandar terdiri dari : ayam goreng terstandar, ayam goreng tepung terstandar,
pizza terstandar, burger terstandar, dan kentang goreng terstandar.
Tabel 3.3.29
Rerata berat kelompok makanan komposit yang dikonsumsi per orangper hari (gram)
menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
Jenis Makanan Komposit
Kelompok Umur Ayam goreng Pizza Burger Kentang Total
Goreng
Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0-59bln 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
5 -12 thn 0,3 4,6 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,3 4,6
13 – 18 thn 5,4 28,1 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 5,4 28,1
19 – 55 thn 1,0 12,1 0,1 3,7 0,0 0,0 0,0 0,0 1,1 12,6
>55 thn 3,4 21,8 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 3,4 21,8
Seluruh umur 1,6 15,4 0,1 2,7 0,0 0,0 0,0 0,0 1,7 15,6

Dari Tabel 3.3.29 dan Gambar 3.3.15 dapat dilihat bahwa rerata berat kelompok makanan
komposit yang dikonsumsi oelh penduduk di DKI Jakarta ialah 1,7 gram per orang per hari
dengan rerata tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun. Ayam goreng merupakan jenis
makanan komposit yang terbanyak dikonsumsi dengan rerata sebesar 1,6 gram per orang
per hari. Sedangkan jenis makanan komposit lainnya yaitu pizza, burger, dan kentang
goreng sangat kecil sekali rerata berat yang dikonsumsi oleh penduduk.

52
2
1,6

1,5

0,5
0,1
0 0
0
Ayam goreng Pizza Burger Kentang Goreng

Gambar 3.3.15.
Rerata berat kelompok makanan komposit yang dikonsumsi
per orang per hari (gram), Provinsi DKI Jakarta 2014

Tabel 3.3.30
Proporsi penduduk yang mengonsumsi makanan komposit
menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
Jenis Makanan Komposit
Kelompok Umur Ayam goreng Pizza Burger Kentang
Goreng
0-59 bln 0,0 0,0 0,0 0,0
5 -12 thn 0,4 0,0 0,0 0,0
13 – 18 thn 3,8 0,0 0,0 0,0
19 – 55 thn 0,7 0,1 0,0 0,0
>55 thn 2,4 0,0 0,0 0,0
DKI Jakarta 1,2 0,1 0,0 0,0

Tabel 3.3.30 menunjukkan bahwa proporsi penduduk DKI Jakarta yang mengonsumsi
makanan komposit sangat rendah dan hanya jenis ayam goreng dan Pizza yang dikonsumsi
oleh penduduk dengan proporsi masing-masing yaitu 1,2 dan 0,1 persen.

53
3.3.16 Konsumsi Kelompok Air

Tabel 3.3.31
Rerata konsumsi kelompok air menurut kelompok umurper hari (ml),
Provinsi DKI Jakarta 2014
Sumber Air
Minuman cair
kemasan pabrikan
(jus cair, kopi cair, teh
Kelompok Air Minum Bukan Air Minum cair, ,minuman
Umur Total
Kemasan Kemasan Bermerek berkarbonasi,
berenergi, isotonik,
beralkohol dan
minuman lain)
Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0 – 59bln 725,8 684,4 251,1 464,1 41,6 113,8 1.018,6 638,1
5 – 12 thn 1.101,4 752,9 465,4 733,4 80,5 128,7 1.647,3 678,3
13 – 18 thn 1.255,1 965,5 730,1 1.070,5 78,9 172,4 2.064,1 965,2
19 – 55 thn 1.584,4 1.137,1 800,2 1.061,6 56,0 171,7 2.440,6 1.073,0
>55 thn 1.621,7 996,9 408,2 900,9 15,4 97,3 2.045,3 935,2
Seluruh umur 1.427,0 1.059,9 658,3 989,7 55,9 156,0 2.141,2 1.053,7

Konsumsi air pada survei ini ialah air minum dari berbagai sumber, termasuk kuah sayuran,
air minum kemasan bermerk, minuman cair kemasan pabrik yang terdiri dari minuman
kemasan cair, minuman berkarbonasi, minuman beralkohol, dan minuman lainnya.
Rerata konsumsi air penduduk DKI Jakarta ialah sekitar 2 liter per orang per hari.
Berdasarkan jenisnya, rerata komsumsi air dari yang tertinggi sampai yang terendah
berturtut-turut ialah air minum bukan kemasan, air minum kemasan bermerek, dan minuman
cair kemasan pabrikan. Data ini dapat dilihat pada Tabel 3.3.31 dan Gambar 3.3.16
Berdasarkan kelompok umur, rerata konsumsi air minum bukan kemasan makin meningkat
sejalan dengan bertambahnya umur penduduk. Sedangkan pada air minum kemasan
bermerk, rerata tertinggi terdapat pada kelompok umur 19-55. Untuk minuman cair kemasan
pabrik terlihat bahwa rerata tertinggi terdapat pada klompok umur 5-12 tahun.

54
1.600,0 1.427,0

1.400,0

1.200,0

1.000,0
658,3
800,0

600,0

400,0
55,9
200,0

0,0
Air Minum Air Minum Minuman cair
Kemasan Bermerek kemasan pabrikan

Gambar 3.3.16.
Rerata konsumsi kelompok air yang dikonsumsi per orang per hari (ml),
Provinsi DKI Jakarta 2014

Tabel 3.3.32
Proporsi penduduk yang mengonsumsi air menurut kelompok umur,
Provinsi DKI Jakarta 2014
Sumber Air
Minuman cair kemasan pabrikan
Kelompok Air Minum Air Minum (jus cair, kopi cair, teh cair,
Umur Bukan Kemasan ,minuman berkarbonasi, berenergi,
kemasan Bermerek isotonik, beralkohol dan minuman
lain)
0-59bln 80,0 37,1 17,1
5 -12 thn 94,3 42,3 36,6
13 – 18 thn 95,1 54,3 32,1
19 – 55 thn 94,7 53,5 17,5
>55 thn 94,2 22,7 7,2
Seluruh Umur 93,6 47,0 20,5

Berdasarkan tabel 3.3.32 menunjukkan bahwa hampir semua penduduk DKI Jakarta
mengonsumsi air minum dari berbagai sumber. Untuk air minum kemasan bermerk
dikonsumsi oleh hampir 50 persen penduduk, sedangkan penduduk yang mengonsumsi
minuman cair kemasan pabrikan sebesar 20 persen. Proporsi tertinggi penduduk yang
mengonsumsi air minum kemasan bermerek, terdapat pada kelompok umur 13-18 tahun.
Untuk minuman cair kemasan pabrikan memperlihatkan bahwa proporsi tertinggi pada
kelompok umur 5-12 tahun dan terendah pada umur >55 tahun.

55
3.3.17. Konsumsi Makanan Suplemen dan Jamu

Tabel 3.3.33
Rerata konsumsi kelompok suplemen dan jamu per orang per hari menurut kelompok umur
per orang per hari, Provinsi DKI Jakarta Tahun 2014
Suplemen Jamu
Multi Non Multi Minuman Total Jamu Jamu Total
Kelompok
Vitamin Vitamin Suplemen Tradisional Pabrikan
Umur
(mg) (mg) (ml) (ml) (mg)
Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0-59 bln 0,5 2,5 0,0 0,4 0,0 0,0 0,5 2,5 1,9 16,4 0,1 0,6 2,0 16,4
5 -12 thn 0,1 0,7 0,0 0,0 0,0 0,0 0,1 0,7 0,0 0,3 0,0 0,4 0,0 0,5
13 – 18 thn 0,0 0,4 0,0 0,4 3,1 37,1 3,1 37,1 0,4 6,8 0,0 0,0 0,4 6,8
19 – 55 thn 0,0 0,4 0,0 1,0 1,8 29,6 1,9 29,6 2,2 20,3 0,1 1,6 2,3 20,4
>55 thn 0,1 0,7 0,0 0,2 0,3 6,8 0,4 6,8 1,9 32,2 0,2 4,6 2,1 32,6
Seluruh
0,1 0,8 0,0 0,8 1,4 25,4 1,5 25,4 1,6 19,6 0,1 2,1 1,7 19,7
umur

Rerata tertinggi konsumsi suplemen ada pada kelompok umur 13-18 tahun. Rerata
Konsumsi multivitamin paling banyak dikonsumsi oleh penduduk kelompok umur 0-5 tahun
yaitu sebesar 0,5 mg. Minuman suplemen mulai dikonsumsi oleh penduduk umur 13 tahun,
dimana konsumsinya menurun seiring dengan bertambahnya umur.
Sedangkan rerata tertinggi konsumsi jamu ada pada kelompok umur 19-55 tahun. Rerata
konsumsi jamu tradisional tertinggi ada pada kelompok umur 19-55 tahun. Konsumsi jamu
pabrikan relatif kecil pada kelompok umur yang mengonsumsinya yaitu antara 0,1-0,2 mg.
Gambar 3.3.17. memperlihatkan data mengenai rerata konsumsi suplemen dan jamu
penduduk di DKI Jakarat. Suplemen yang dikonsumsi oleh semua kelompok umur ialah
sebesar 1,5 gram. Jenis suplemen dengan rerata tertinggi ialah suplemen dalam bentuk
minuman. Rerata konsumsi jamu sebesar 1,7 gram dan jenis jamu yang paling tinggi rerata
berat yang dikonsumsi ialah jamu tradisional dibandingkan jamu pabrikan.

56
2 1,6 1,7
1,4 1,5

1
0,1 0 0,1
0

Jamu Tradisional (ml)


Multi Vitamin (mg)

Total

Jamu Pabrikan (mg)

Total
Minuman Suplemen (ml)
Non Multi Vitamin (mg)

Suplemen Jamu

Gambar 3.3.17.
Rerata berat kelompok suplemen dan jamu yang dikonsumsi per orang per hari (ml),
Provinsi DKI Jakarta 2014

Tabel 3.3.34
Proporsi penduduk yang mengonsumsi suplemen dan jamu menurut kelompok umur,
Provinsi DKI Jakarta 2014
Suplemen Jamu
Kelompok Umur Multi Non Multi Minuman Jamu Jamu
Vitamin Vitamin Suplemen Tradisional Pabrikan
0-59 bln 4,8 1,0 0,0 1,0 1,0
5 -12 thn 0,9 0,0 0,0 0,0 0,4
13 – 18 thn 0,5 0,5 0,5 0,5 0,0
19 – 55 thn 0,8 0,9 0,5 1,7 0,8
>55 thn 1,4 1,0 0,0 1,0 0,5
Seluruh Umur 1,1 0,7 0,3 1,2 0,6

Berdasarkan kelompok umur menunjukan bahwa pada kelompok multivitamin, proporsi


tertinggi pendudukyang mengonsumsinya terdapat pada kelompok umur 0-59 bulan dan
terendah pada kelompok umur 19-55 tahun. Pada kelompok non multivitamin proporsi
penduduk yang mengonsumsi sebanyak 0,7 persen. Konsumsi non multivitamin yang lebih
dari rerata ialah kelompok umur 0-59 bulan dan >55 tahun. Sedangkan pada minuman
suplemen hampir semua kelompok umur berada dibawah 1 persen. Untuk kelompok jamu
jenis jamu tradisional, proporsi tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun dan terendah
pada kelompok umur 5-12 tahun. Pada jenis jamu pabrikan hampir semua kelompok umur
proporsi konsumsi jamu berada dibawah 1 persen kecuali kelompok umur 0-59 bulan yaitu 1
persen.

57
3.3.18. Rekapitulasi Konsumsi Makanan

Tabel 3.3.35
Rerata konsumsi serelia, umbi/pati, kacang, sayur, buah, daging dan olahannya
per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta Tahun 2014
Bahan Makanan
Kelompok Serealia dan Umbi/pati dan Kacang dan Sayur dan Buah dan Daging dan
Umur Olahannya Olahannya Olahannya Olahannya Olahannya Olahannya
Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0-59bln 249,2 81,0 10,1 18,2 13,3 28,0 13,7 20,0 27,1 71,4 21,5 43,4
5 -12thn 362,2 104,2 37,5 69,6 36,8 51,0 28,9 48,1 26,1 61,7 81,2 96,3
13 – 18 thn 438,1 160,2 35,9 60,0 50,3 66,7 37,3 43,7 23,1 56,5 77,9 96,0
19 – 55 thn 402,4 130,3 33,2 61,5 76,8 83,8 67,5 94,2 55,9 113,4 83,6 103,4
>55 thn 349,5 106,4 28,6 56,7 70,2 74,6 69,1 78,3 72,3 153,0 52,7 100,5
Seluruh
384,0 132,6 32,0 60,4 63,1 76,7 55,3 81,2 48,2 107,6 74,6 99,7
umur

Tabel 3.3.35 memperlihatkan data mengenai rerata konsumsi serealia dan olahannya,
tertinggi pada kelompok umur 13 – 18. Pada kelompok umbi/pati dan olahannya, rerata
konsumsi tertinggi pada kelompok umur 5 – 12. Untuk bahan makanan kelompok kacang
dan olahannya serta sayur dan olahannya menunjukkan bahwa semakin bertambah umur
maka semakin besar rerata berat bahan makanan yang dikonsumsinya.
Kelompok bahan makanan buah dan olahannya menunjukkan bahwa pada kelompok umur
dibawah 19 tahun, rerata berat buah yang dikonsumsi dibawah 30 gram per orang per hari.
Sedangkan untuk usia 19 tahun ke atas memiliki rerata berat buah yang dikonsumsi di atas
50 gram per orang per hari. Pada bahan makanan daging dan olahannya memiliki rerata
berat yang dikonsumsi tertinggi ada pada kelompok umur 19-55 tahun.
Dari Gambar 3.3.18 dapat dilihat rerata berat bahan makanan yang dikonsumsi oleh
penduduk DKI Jakarta. Rerata berat serealia dan olahannyanya pada semua kelompok
umur ialah 384 gram

58
384
400

350

300

250

200

150

100 63,1 74,6


55,3 48,2
32
50

0
Serealia dan Umbi/pati Kacang dan Sayur dan Buah dan Daging dan
Olahannya dan Olahannya Olahannya Olahannya Olahannya
Olahannya

Gambar 3.3.18
Rerata berat bahan makanan serelia, umbi/pati, kacang, sayur, buah, daging dan olahannya
yang dikonsumsi per orang per hari (gram), Provinsi DKI Jakarta 2014

Tabel 3.3.36
Rerata konsumsi jeroan, ikan, telur, susu, minyak, olahannya, gula dan konfeksionari
menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
Bahan Makanan (g)
Kelompok Jeroan dan Telur dan Susu Bubuk Minyak dan Gula dan
Ikan dan Olahan Susu Cair
Umur Olahan Olahan dan Olahan Olahan Konfeksionari
Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0-59 bln 3.7 17.6 16.3 51.1 26.4 38.4 9,0 29,6 43,1 120,1 16.6 30.3 17.0 36.6
5 -12 thn 9.7 36.3 54.3 98.2 40.1 45.8 7,5 24,9 26,7 68,8 57.3 55.8 20.1 34.1
13–18 thn 5.7 20.5 44.4 84.9 39.5 47.6 5,4 29,4 13,2 51,1 61.8 71.3 21.3 43.4
19–55 thn 8.6 28.5 59.4 104.9 35.8 44.0 1,1 7,0 8,5 52,5 66.7 68.9 18.3 30.2
>55 thn 4.7 16.1 54.2 96.3 22.2 33.1 1,2 3,7 4,0 26,4 61.4 57.8 19.2 26.4
Seluruh
7.6 27.1 53.5 98.5 34.4 43.4 3,0 16,7 13,3 60,1 60.9 65.3 18.9 32.5
Umur

59
Tabel 3.3.36 memperlihatkan bahwa pada kelompok jeroan dan olahan, ikan dan olahan,
telur dan olahan, susu bubuk dan olahan, susu cair, minyak dan olahan serta gula dan
konfeksionari yang dikonsumsi oleh penduduk di DKI Jakarta.
Jeroan dan olahan serta telur dan olahan paling banyak dikonsumsi oleh penduduk yang
berumur 5 -12 tahun. Penduduk yang berumur 19 – 55 tahun paling banyak mengonsumsi
ikan dan olahan (59,5 gram) serta minyak dan olahan (66,7 gram).Konsumsi susu bubuk
dan olahan serta susu cair paling banyak dikonsumsi oleh anak balita di DKI Jakarta, yaitu
sebanyak 9 gram dan per hari. Gula dan konfeksionari paling banyak dikonsumsi oleh
penduduk usia 13 – 18 tahun (21,3 gram)

Tabel 3.3.37
Rerata konsumsi bumbu, minuman, makanan komposit, air dan suplemen
menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014

Bahan Makanan (g)


Kelompok
Minuman Makanan
Umur Bumbu Minuman cair Air Suplemen Jamu
serbuk komposit
Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0-59 bln 15,5 24,0 1,4 7,4 44,2 115,9 0,0 0,0 1,017 638,1 0,5 2,5 2,0 16,4
5 -12 thn 24,6 24,6 5,9 16,1 85,1 131,0 0,3 4,6 1,647 678,3 0,1 0,7 0,0 0,5
13–18 thn 28,2 29,2 5,4 15,4 80,0 172,0 5,4 28,1 2,064 965,2 3,1 37,1 0,4 6,8
19–55 thn 28,1 25,1 14,6 27,2 59,9 175,9 1,1 12,6 2,441 1,073,0 1,9 29,6 2,3 20,4
>55 thn 26,5 29,7 13,0 20,6 22,7 102,8 3,4 21,8 2,045 935,2 0,4 6,8 2,1 32,6
Seluruh
26,6 26,3 11,3 23,4 60,0 159,2 1,7 15,6 2,141 1,053,7 1,5 25,4 1,7 19,7
Umur

Pada Tabel 3.3.73. dapat dilihat mengenai rerata konsumsi bumbu, minuman serbuk,
minuman cair, makanan komposit, air, suplemen dan jamu. Minuman cair paling banyak
dikonsumsi oleh kelompok umur 5 – 12 tahun, yaitu sebanyak 60 ml. Makanan komposit dan
suplemen paling banyak dikonsumsi oleh penduduk umur 13 – 18 tahun, yaitu masing-
masing sebanyak 5,4 gram dan 3,1 gram. Jumlah konsumsi bumbu pada kelompok umur 13
18 tahun dan 19 – 55 tahun sama besarnya. Minuman serbuk, air dan jamu paling banyak
dikonsumsi oleh kelompok umur 19 – 55 tahun.
Dari Tabel 3.3.35 sampai dengan 3.3.37 dapat dilihat bahwa bahan makanan pokok yang
dikonsumsi oleh penduduk DKI sebagai sumber energi adalah dari kelompok serealia.
Sumber protein hewani yang paling banyak dikonsumsi adalah dari kelompok daging dan
olahan dan diikuti oleh konsumsi ikan dan olahan. Rerata konsumsi sayur dan buah yang
merupakan sumber vitamin dan mineral tidak berbeda terlalu banyak.

3.4. Asupan dan Tingkat Kecukupan Energi


Penduduk dianggap mengalami tingkat kecukupan asupan energi yang sangat kurang jika
mengonsumsi energi <70 persen dari angka kecukupan energi dan dianggap kurang jika
mengonsumsi energi antara 70 - < 100 persen dari angka kecukupan energi. Penduduk
dianggap mengalami tingkat kecukupan energi berlebih jika tingkat kecukupan asupan
energinya adalah >130 persen dari angka kecukupan energi.
Tabel 3.4.38 memperlihatkan bahwa rerata asupan energi pada anak usia 0 – 59 bulan di
DKI Jakarta sebesar 1.266 kkal per orang per hari. Rerata asupan energi pada laki-laki
sebesar 2.273 kkal per orang per hari dan pada perempuan sebesar 1.769 kkal per orang
per hari. Pada laki-laki dan perempuan, rerata asupan energi tertinggi dijumpai pada

60
penduduk kelompok umur 13 -18 tahun yaitu masing-masing sebesar 2.617 Kkal dan 1.916
Kkalper orang per hari. Asupan energi terendah laki–laki dan perempuanterdapat pada
kelompok umur yang sama(>55 tahun) yaitu masing-masing sebesar 1953 kkal per orang
dan 1449,2 kkal per hari.

Tabel 3.4.38
Rerata asupan energi penduduk menurut
kelompok umur dan jenis kelamin Provinsi DKI Jakarta 2014
Asupan Energi (Kkal)
Kelompok Umur
Rerata SD
0 – 59 bln 1.266 482
Laki laki
5 – 12 thn 2.047 581
13 – 18 thn 2.617 950
19 – 15 thn 2.337 761
>55 thn 1.953 576
Seluruh Umur Laki-laki 2.273 763
Perempuan
5 – 12 thn 1.874 593
13 – 18 thn 1.916 566
19 – 55thn 1.788 644
>55 thn 1.449 629
Seluruh Umur Perempuan 1.769 639

Berdasarkan Tabel 3.4.39 dapat dilihat bahwa rerata kecukupan energi penduduk DKI
Jakarta, baik menurut kelompok umur maupun kuintil indeks kepemilikan, diatas 80 persen
AKE dengan kisaran rerata kecukupan antara 82 – 114 persen AKE. Pada balita memiliki
rerata kecukupan energi tertinggi (114% AKE) dibandingkan kelompok umur lainnya baik
laki-laki maupun perempuan. Rerata kecukupan energi menurut kelompok umur dan jenis
kelamin dapat dilihat bahwa pada laki-laki umur 5 – 12 tahun merupakan kelompok yang
tertinggi rerata kecukupanenerginya, yaitu sebesar 107persen AKE dan terendah pada umur
19 – 55tahun yaitu 89,2 persen AKE. Pada perempuan angka kecukupan energi tertinggi
terdapat pada kelompok umur 5 – 12 tahun yaitu 99persen AKE dan terendah pada
kelompok umur >55 tahun yaitu 82persen AKE. Berdasarkan kuintil indeks kepemilikan
didapatkan angka kecukupanenergi tertinggi ada pada kelompok teratas yaitu 92persen
AKE dan terendah pada kelompok menengah bawah yaitu 88persen AKE.

61
Tabel 3.4.39
Rerata kecukupan energi penduduk menurut karakteristik,
Provinsi DKI Jakarta 2014

Kecukupan Energi (% AKE)


Karakteristik
Rerata SD
Kelompok Umur
0 – 59 bln 114 25
Laki laki
5 – 12 thn 107 30
13 – 18 thn 102 37
19 – 55thn 89 29
>55 thn 89 25
Perempuan
5 – 12 thn 99 31
13 – 18 thn 90 27
19 – 55 thn 84 30
>55 thn 82 33
Tempat Tinggal
Perkotaan 90 31
Pedesaan - -
Kuintil indeks Kepemilikan
Terbawah 89 31
Menengah Bawah 88 31
Menengah 90 30
Menengah atas 91 31
Teratas 92 31

3.5. Proporsi Penduduk Menurut Klasifikasi Tingkat Kecukupan Energi


Tabel 3.5.40 menunjukan proporsi penduduk DKI Jakarta menurut karakteristik demografi
dan status kepemilikan asset dan menurut tingkat asupan energi. Berdasarkan kelompok
umur dapat dilihat semakin bertambah umur maka semakin besar pula proporsi penduduk
yang mengalami tingkat kecukupan asupan energiyang sangat kurang (<70% AKE).
Berdasarkan jenis kelamin terlihat bahwa perempuan lebih banyak yang mengalami tingkat
kecukupan asupan energi yang sangat kurangdibandingkan laki-laki. Berdasarkan kuintil
indeks kepemilikan, proporsi penduduk yang mengalami tingkat kecukupan asupan energi
yang sangat kurang tidak berbeda jauh pada masing-masing kelompok kuintil. Proporsi
tertinggi terdapat pada kelompok menengah bawah yaitu sebesar 30,9 persen dan terendah
pada kelompok menengah atas yaitu 25,1 persen.
Sebanyak 37,1 persen penduduk DKI Jakarta mengalami tingkat kecukupan asupan energi
kurang (70%-<100 AKE). Berdasarkan kelompok umur, tingkat kecukupan asupan energi
kurang yang tertinggi ada pada kelompok umur 0 – 59 bulan yaitu sebesar 32,1 persen dan
terendah pada kelompok umur 13 – 18 tahun yaitu sebesar 40,0 persen dan terendah ada
pada kelompok umur 0 – 59 bulan yaitu sebesar 28,4 persen, sedangkan proporsi pada
kelompok umur lainnya relatif sama. Berdasarkan jenis kelamin, proporsi laki-laki dengan
tingkat kecukupan energi kurang,lebih tinggi dibandingkan perempuan. Berdasarkan kuintil
indeks kepemilikan tidak terlihat perbedaan angka proporsi pada masing-masing kelompok
kuintil

62
Tabel 3.5.40
Proporsi penduduk menurut karakteristik demografi dan status kepemilikan asset dan
menurut tingkat kecukupan asupan energi, Provinsi DKI Jakarta 2014

Tingkat kecukupan asupan energi


Karakteristik
< 70% AKE 70 - <100% AKE 100 - <130% AKE >130% AKE
Kelompok umur
0 – 59bln 3,7 28,4 32,1 35,8
5-12 thn 13,7 37,4 26,6 22,3
13 – 18 thn 22,6 40,0 16,1 21,3
19 – 55 thn 32,8 37,2 21,8 8,2
>55 thn 34,2 37,3 17,1 11,4
Jenis kelamin
Laki-laki 25,2 37,5 23,5 13,8
Perempuan 32,4 36,8 19,9 10,9
Tempat tinggal
Perkotaan 28,8 37,1 21,7 12,4
Pedesaan
Kuintil indeks kepemilikan
Terbawah 29,0 37,7 19,9 13,4
Menengah bawah 30,9 35,3 23,2 10,7
Menengah 30,2 37,1 20,8 11,9
Menengah atas 25,1 38,9 23,2 12,8
Teratas 29,7 35,9 20,9 13,6

Pada tingkat kecukupan asupan energi 100 - <130 persen AKE(cukup/sesuai dengan AKE)
sebanyak 21,7 persen. Dilihat berdasarkan kelompok umur, proporsi tertinggi ada pada
kelompok umur 0 – 59 bulan yaitu sebesar 32,1 persen dan terendah pada kelompok umur
13 – 18 tahun yaitu sebesar 16,1 persen. Berdasarkan jenis kelamin, proporsi laki-laki
dengan tingkat kecukupan asupan energi cukup atau sesuai dengan AKE lebih tinggi
dibandingkan perempuan. Berdasarkan kuintil indeks kepemilikan tidak terlihat perbedaan
angka proporsi pada masing-masing kelompok kuintil.
Proporsi penduduk DKI Jakarta dengan tingkat kecukupan asupan energi berlebih (>130%
AKE) sebanyak 12,4 persen. Proporsi tertinggi menurut kelompok umur ada pada kelompok
umur 0 – 59 bulan (35,8%) dan terendah ada pada kelompok umur 19 – 55 tahun (8,2%).
Proporsi pada laki-laki sedikit lebih tinggi daripada proporsi pada perempuan, sedangkan
berdasarkan kuintil indeks kepemilikan tidak menunjukan perbedaan angka proporsi pada
masing-masing kelompok.

3.6. Asupan dan Tingkat Kecukupan Protein


Penduduk dianggap mengalami tingkat kecukupan asupan proteinyang sangat kurang jika
mengonsumsi protein <80 persen dari angka kecukupan protein dan dianggap kurang jika
mengonsumsi proteinantara 80 - < 100 persen dari angka kecukupan protein. Penduduk
dianggap mengalami tingkat kecukupan protein berlebih jika tingkat kecukupan asupan
proteinnya adalah >120 persen dari angka kecukupan protein.
Dari tabel 3.6.41 dapat dilihat rerata asupan protein anak umur 0 – 59 bulan sebesar 36,4
gram per orang per hari. Asupan protein pada penduduk laki-laki lebih besar dibandingkan
dengan asupan protein pada perempuan. Angka asupan protein penduduk DKI Jakarta
berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin juga dapat dilihat pada tabel ini. Asupan
protein tertinggi pada laki-laki terdapat pada kelompok umur 13 – 18 tahun yaitu sebesar
83,3 gram per orang per hari dan perempuan pada kelompok umur 19 – 55 tahun yaitu

63
sebesar 67,4 gram per orang per hari. Konsumsi terendah pada laki-laki dan perempuan
ada pada kelompok umur >55 tahun yaitu 69,4 dan 51,4 gram per orang per hari.

Tabel 3.6.41
Rerata asupan protein pendudukmenurut kelompok umur dan jenis kelamin
Provinsi DKI Jakarta 2014
Asupan Protein (g)
Kelompok Umur
Rerata SD
0 – 59 bln 36,4 21,4
Laki-laki:
5 – 12thn 71,1 29,1
13 – 18 thn 83,3 35,9
19 – 55thn 83,2 33,7
>55 thn 69,4 26,8
Total 79,4 32,9
Perempuan :
5 – 12 thn 65,2 31,2
13 – 18 thn 65,4 24,9
19 – 55 thn 67,4 30,7
>55 thn 51,4 26,0
Total 64,5 29,9

Tabel 3.6.42 menyajikan data mengenai rerata kecukupan protein berdasarkan karakteristik
penduduk DKI Jakarta. Rerata kecukupan protein pada semua kelompok umur & jenis
kelamin adalah sebesar 121,4 persen AKP. Rerata kecukupan protein pada anak umur 0 –
59 bulan sebesar 136,8 persen AKP. Angka rerata kecukupan protein penduduk laki-laki di
DKI Jakarta berdasarkan kelompok umur paling tinggi terdapat pada kelompok umur 5 – 12
tahun sebesar 144,4 persen AKP dan terendah pada kelompok umur >55 tahun yaitu
sebesar 108,2 persen AKP. Pada perempuan kecukupan protein tertinggi adalah kelompok
umur 5 – 12 tahun yaitu sebesar 127,1 persen AKP dan terendah pada kelompok umur >55
tahun yaitu 90,6 persen AKP. Berdasarkan kuintil indeks kepemilikan, rerata kecukupan
protein penduduk paling tinggi ada pada kelompok teratas sebesar 125,5 persen AKP dan
terendah pada kelompok terbawah yaitu sebesar 112,2 persen AKP.

64
Tabel 3.6.42
Rerata kecukupan protein penduduk menurut karakteristik,
Provinsi DKI Jakarta 2014

Kecukupan Protein (% AKP)


Karakteristik
Rerata SD
Kelompok Umur
0 – 59 bln 136,8 69,1
Laki laki
5 – 12 thn 144,4 59,1
13 – 18 thn 120,8 51,9
19 – 55thn 130,6 52,8
>55 thn 108,2 41,6
Perempuan
5 – 12 thn 127,1 64,1
13 – 18 thn 102,2 40,1
19 – 55thn 119,0 54,4
>55 thn 90,8 45,6
Tempat Tinggal
Perkotaan 121,4 54,3
Pedesaan - -
Kuintil indeks Kepemilikan
Terbawah 112,2 50,2
Menengah Bawah 118,2 53,4
Menengah 122,8 53,0
Menengah atas 124,7 55,1
Teratas 125,5 58,6

3.7. Proporsi Penduduk Menurut Klasifikasi Tingkat Kecukupan Protein


Proporsi penduduk DKI Jakarta berdasarkan tingkat kecukupan asupan protein dapat dilihat
pada Tabel 3.7.43. Secara umum proporsi penduduk di DKI Jakarta memiliki tingkat
kecukupan asupan protein ≥120 persen AKP yaitu sebesar 45,8 persen, namun proporsi
penduduk dengan tingkat kecukupan asupan protein sangat kurang pun masih ada sebesar
21,7 persen.
Pada kelompok umur 0 – 59 bulan sebagian besar (61,3%) penduduk memiliki tingkat
kecukupan asupan protein lebih dari 120 persen AKP, meskipun demikian pada kelompok
umur tersebut masih ada 21,3 persen penduduk dengantingkat kecukupan asupan protein
sangat kurang dan 6,3 persen dengantingkat kecukupan asupan protein kurang. Data
proporsi penduduk berdasarkan tingkat kecukupan asupan protein pada kelompok umur 5 –
12 tahun juga menunjukkan hal yang sama, yaitu sebagian besar (52,9%) penduduk
memiliki tingkat kecukupan asupan protein lebih dari 120 persen AKP. Pada kelompok umur
tersebut juga masih ada masing-masing sebanyak 15,0 persen penduduk yang mengalami
tingkat kecukupan asupan energi sangat kurang dan kurang. Proporsi penduduk dengan
tingkat kecukupan asupan proteinsangat kurang terdapat pada kelompok umur 13 – 18
tahun dan di atas 55 tahun adalah yang paling tinggi dibandingkan kelompok umur lainnya,
yaitu sebesar 27,1 persen dan 38,6 persen, sedangkan yang memiliki tingkat kecukupan
asupan protein ≥ 120% AKP pada dua kelompok umur tersebut adalah sebesar 34,2 persen
dan 30,4 persen. Pada kelompok umur 19 – 55 tahun sebagian besar (47,7%) penduduk
dengankecukupan asupan protein ≥ 120% AKP dan sebanyak 19,3 persen mengalami
tingkat kecukupan asupan energi yang sangat kurang.
Berdasarkan jenis kelamin, proporsi penduduk DKI Jakarta yang mengalami tingkat
kecukupan asupan protein yang sangat kuranglebih banyak terjadi pada perempuan
(27,5%) dibandingkan laki-laki (16,1%). Penduduk yang memiliki tingkat kecukupan asupan

65
protein≥ 120% AKP berdasarkan jenis kelamin, lebih banyak terjadi pada laki-laki (51,5%)
dibandingkan perempuan (39,7%).

Tabel 3.7.43
Proporsi penduduk menurut karakteristik demografi dan status kepemilikan aset dan
menurut tingkat kecukupan asupan protein, Provinsi DKI Jakarta 2014
Kecukupan Protein
Karakteristik <80% AKP 80-<100% AKP 100-<120% AKP ≥120% AKP
Kelompok umur
0 – 59 bln 21,3 6,3 11,3 61,3
5 – 12 thn 15,0 15,0 17,1 52,9
13 – 18 thn 27,1 19,4 19,4 34,2
19 – 55 thn 19,3 15,3 17,8 47,7
>55 thn 38,6 15,8 15,2 30,4
Jenis kelamin
Laki-laki 16,1 15,9 16,4 51,5
Perempuan 27,5 14,6 18,2 39,7
Tempat tinggal
Perkotaan 21,7 15,3 17,3 45,8
Pedesaaan - - - -
Kuintil indeks kepemilikan
Terbawah 26,7 14,7 18,5 40,1
Menengah bawah 23,7 16,4 15,0 44,9
Menengah 21,3 13,0 19,5 46,2
Menengah atas 19,8 15,9 13,5 50,8
Teratas 18,8 16,9 21,0 43,4

Dilihat dari kuintil indeks kepemilikan, proporsi penduduk DKI Jakarta yang mengalami
tingkat kecukupan asupan protein yang sangat kurang terlihatsemakin tinggi dengan
semakin rendahnya indeks kepemilikan. Proporsi tertinggi penduduk DKI Jakarta yang
mengalami tingkat kecukupan asupan protein yang sangat kurangterdapat pada kuintil
terbawah (26,7%), sedangkan yang terendah pada kuitil teratas (18,8%). Sebaliknya,
proporsi penduduk yang memiliki tingkt kecukupan asupan protein ≥ 120% AKP, semakin
meningkat dari kuintil terbawah (40,1%) sampai pada kuintill menengah atas (50,8%) dan
mengalami penurunan pada kuintil teratas (43,3%).

3.8. Asupan Lemak

Tabel 3.8.44 menyajikan data mengenai rerata asupan lemak berdasarkan kelompok umur
penduduk DKI Jakarta.
Pada Tabel tersebut dapat dilihat bahwa rerata asupan lemak pada kelompok umur 0 – 59
bulan adalah sebesar 68,4 gram. Rerata asupan lemak penduduk laki-laki di DKI Jakarta
sebesar 86,3 gram dan perempuan sebesar 68,8 gram. Jika dilihat berdasarkan jenis
kelamin maka asupan tertinggi pada laki-laki dan perempuan ada pada kelompok umur
kelomok umur 13 – 18 tahun yaitu masing-masing sebesar 97,5 g dan 83,3 gram. Asupan
terendah baik pada laki-laki dan perempuan ada pada kelompok >55 tahun yaitu 65,7 gram
dan 48,1 gram.

66
Tabel 3.8.44
Rerataasupan lemak penduduk
menurut kelompok umur dan jenis kelamin Provinsi DKI Jakarta 2014
Asupan Lemak (g)
Kelompok Umur
Rerata SD
0 – 59 bln 68,4 179,4
Laki-laki
5 – 12 thn 82,2 41,3
13 – 18 thn 97,5 50,9
19 – 55thn 89,8 47,2
>55 thn 65,7 33,1
Rerata laki-laki 86,3 45,9
Perempuan
5 – 12 thn 72,8 31,5
13 – 18 thn 83,3 48,8
19 – 55 thn 69,7 40,2
>55 thn 48,1 26,3
Rerata perempuan 68,8 39,7

3.9. Asupan Karbohidrat


Informasi mengenai rerata asupan karbohidrat dalam gram menurut kelompok umur dan
jenis kelamin pada penduduk di DKI Jakarta disajikan dalam Tabel 3.9.45.Rerata asupan
karbohidrat pada kelompok umur 0 – 59 bulan adalah sebesar 161,3 gram. Rerata asupan
karbohidrat pada laki-laki sebesar 306,2 gram dan perempuan sebesar 233,3 gram. Rerata
asupan karbohidrat tertinggipada laki-laki ada pada kelompok umur 13 – 18 tahun yaitu
sebesar 365,7 g dan terendah pada kelompok umur 5 – 12 tahun yaitu 267,2 g. pada
perempuan, rerata asupan karbohidrat tertinggi ada pada kelompok umur 5 – 12 tahun yaitu
sebesar 252,7 g dan terendah pada kelompok umur >55 tahun yaitu 206,9 g.

Tabel 3.9.45
Rerata asupan karbohidrat penduduk
menurut kelompok umur dan jenis kelamin Provinsi DKI Jakarta 2014
Asupan Karbohidrat (g)
Kelompok Umur
Rerata SD
0 – 59 bln 161,3 85,1
Laki laki
5 – 12 thn 267,2 94,5
13 – 18 thn 365,7 162,9
19 – 55thn 311,5 110,8
>55 thn 276,6 93,2
Rerata laki-laki 306,2 117,0
Perempuan
5 – 12 thn 252,7 102,0
13 – 18 thn 242,8 85,0
19 – 55thn 232,8 91,3
>55 thn 206,9 98,3
Rerata perempuan 233,3 93,9

67
3.10. Asupan Natrium

Tabel 3.10.46 menujukkan angka asupan natrium penduduk DKI Jakarta berdasarkan
kelompok umur dan jenis kelamin. Rerata asupan natrium pada kelompok umur 0 – 59 bulan
sebesar 1.064 mg. Rerata asupan natrium pada laki-laki sebesar 1.767 mg dan pada
perempuan sebesar 1.504 mg. Rerata asupan natrium pada laki-laki tertinggi ada pada
kelompok umur 13 – 18 tahun yaitu sebesar 2.115 mg dan terendah pada kelompok umur
>55 tahun yaitu 1205 mg. Sama halnya dengan laki-laki, pada perempuan tertinggi ada
pada kelompok umur 13 – 18 tahun yaitu sebesar 2.105 mg dan terendah pada kelompok
umur >55 tahun yaitu 932 mg.

Tabel 3.10.46
Rerata asupan natrium penduduk per orang per hari
menurut kelompok umur dan jenis kelamin Provinsi DKI Jakarta 2014
Asupan Natrium (mg)
Kelompok Umur
Rerata SD
0 – 59 bln 1.064 1.020
Laki laki
5 – 12 thn 1.765 1.478
13 – 18 thn 2.115 1.856
19 – 55thn 1.825 1.766
>55 thn 1.205 1.900
Rerata laki-laki 1.767 1.767
Perempuan
5 – 12 thn 1.473 1.049
13 – 18 thn 2.105 1.775
19 – 55thn 1.520 1.381
>55 thn 932 1.162
Rerata perempuan 1.504 1.398

3.11. Konsumsi Gula, Garam dan Minyak/Lemak


Konsumsi Gula, Garam dan Minyak/Lemak serta proporsi penduduk yang mengonsumsi
gula, natrium dan lemak yang melebihi ketetapan Permenkes Nomor 30 tahun 2013
disajikan berdasarkan karakteristik penduduk disajikan menurut karakteristik penduduk.
Tabel 3.11.47 menujukan angka rerata konsumsi gula, garam dan minyak/lemak menurut
karakteristik penduduk di DKI Jakarta. Rerata konsumsi gula, garam dan minyak/lemak
penduduk adalah berturut-turut sebagai berikut; 14,3 gram, 3,5 gram dan 25,4 gram.
Konsumsi gula pada kelompok umur 19 – 55 dan >55 tahun hampir sama yaitu berkisar
pada angka 16 gram per orang per hari. Jika dilihat berdasarkan kuintil kepemilikan,
konsumsi gula tertinggi ada pada penduduk dikelompok menengah yaitu sebanyak 18,1
gram per orang perhari.
Rerata konsumsi garam relatif sama disetiap kelompok umur, kecuali pada kelompok umur 0
– 59 bulan, yaitu berkisar antara 3,4 – 3,8 gram. Berdasarkan kuintil indeks kepemilikan,
konsumsi garam juga relatif sama yaitu dengan rentang konsumsi antara 3,3 – 3,6 gram per
orang perhari.

68
Tabel 3.11.47
Rerata konsumsi gula, garam, minyak/lemak per orang per hari
menurut karakteristik, Provinsi DKI Jakarta 2014
Bahan Makanan (g)
Karakteristik Gula Garam Minyak/lemak
Rerata SD Rerata SD Rerata SD
Kelompok Umur
0 – 59 bln 5,6 12,6 1,3 1,4 9,5 10,3
5 – 12thn 11.6 18,0 3,8 3,2 22,9 14,1
13 – 18 thn 12,0 14,7 3,4 2,6 25,5 17,7
19 – 55 thn 16,1 29,1 3,7 2,8 28,2 19,2
>55 thn 16,3 17,2 3,5 2,9 24,1 16,4
Tempat Tinggal
Perkotaan 14,3 24,3 3,5 4,3 25,4 18,2
Pedesaan
Kuintil indeks Kepemilikan
Terbawah 11,4 17,4 3,3 9,0 25,5 19,4
Menengah Bawah 16,9 22,1 3,6 3,1 24,8 17,6
Menengah 18,1 35,5 3,5 2,5 26,1 18,0
Menengah atas 11,2 16,8 3,4 2,7 23,8 16,1
Teratas 12,7 16,8 3,6 3,2 26,9 20,4

Berdasarkan kelompok umur, konsumsi minyak/ lemak penduduk DKI Jakarta terendah ada
pada umur 0 – 59 bulan yaitu sebesar 9,5 gram per orang per hari dan tertinggi ada pada
kelompok umur 19 – 55 tahun (28,2 gram). Konsumsi lemak/minyak berdasarkan kuintil
indeks kepemilikan hampir tidak berbeda pada masing masing kelompok dengan kisaran
rerata konsumsinya sebesar 16,1 – 20,4 gram per orang per hari.
Tabel 3.11.48 menyajikan data mengenai proporsi penduduk yang asupan gula, garam,
natrium dan lemak melebihi batas yang ditetapkan oleh permenkes nomor 30 tahun 2013
menurut karakteristik penduduk. Proporsi penduduk DKI Jakarta dengan asupan gula,
garam, natrium dan lemak yang melebihi ketetapan adalah masing-masing sebanyak 4,3;
20,5; 25,7 dan 48,2 persen .
Berdasarkan kelompok umur, maka proporsi penduduk DKI Jakarta dengan asupan gula
yang melebihi batas yang telah ditetapkan tertinggi ada pada kelompok umur 19 – 55 tahun,
yaitu sebanyak 5,4 persen. Jika dilihat berdasarkan kuintil indeks kepemilikan, proporsi
tertinggi ada pada kelompok menengah bawah, yaitu sebanyak 7,7 persen.
Penduduk yang mengonsumsi natrium melebihi ketetapan pemerintah terlihat semakin tinggi
dengan bertambahnya umur tetapi mulai kelompok umur 19 – 55 semakin sedikit penduduk
dengan asupan natrium >2.000 mg. Asupan natrium yang berlebih menurut kuintil indeks
kepemilikan, tertinggi ada pada kelompok terbawah sedangkan proporsi pada kelompok
lainnya tidak berbeda jauh yaitu berkisar antara 23,3 – 26,0.
Berdasarkan kelompok umur, proporsi penduduk yang mengonsumsi lemak melebihi batas
yang telah ditetapkan oleh pemerintah tertinggi sama polanya dengan proporsi penduduk
yang mengonsumsi natrium secara berlebih. Lebih dari 50 persen penduduk DKI Jakarta
pada kelompok kuintil terbawah, menengah dan teratas yang mengonsumsi lemak berlebih.

69
Tabel 3.11.48
Proporsi pendudukdengan asupangula, natrium dan lemak, melebihi batas yang
ditetapkan Permenkes nomor 30 tahun 2013 tentang AKG yang dianjurkan
menurutkarakteristik,provinsi DKI Jakarta 2014

Gula Lemak
Karakteristik Natrium>2000 mg
> 50 gram >67 gram
KelompokUmur
0-59 bln 1,9 15,0 22,2
6-12 thn 2,2 27,1 55,0
13 – 18 thn 3,8 41,7 60,6
19 – 55 thn 5,4 25,8 50,0
>55 thn 3,4 12,7 31,0
Tempat Tinggal
Perkotaan 4,3 25,7 48,2
Pedesaan
Kuintil indeks kepemilikan
Terbawah 3,0 32,3 51,3
Menengah Bawah 7,7 25,3 43,8
Menengah 5,3 23,3 51,5
Menengah atas 2,3 24,5 42,8
Teratas 3,3 26,0 52,0

70
BAB IV
KESIMPULAN
1. Rerata total konsumsi bahan makanan dari kelompok serealia dan olahannya sebesar
384 gram per orang per hari. Beras merupakan jenis serealia yang dikonsumsi oleh
hampir seluruh penduduk DKI Jakarta (98%) dengan rerata konsumsi sebanyak 173,3
gram per orang per hari. Penduduk DKI Jakarta yang mengonsumsi bahan makanan
terigu ada sebanyak 50,6 persen dengan jumlah konsumsi sebanyak 15,9 gram per
orang perhari.
2. Rerata total konsumsi bahan makanan dari kelompok umbi-umbian dan hasil olahannya
dengan jumlah konsumsi yang kecil 32 gram per orang per hari. Sebanyak 39,1 persen
penduduk mengonsumsi singkong dan olahannya dengan konsumsi sebanyak 12,8
gram per orang per hari.
3. Rerata total konsumsi bahan makanan kelompok kacang-kacangan dan olahannya
pada penduduk DKI Jakarta sebesar 63,1 gram perorang perhari. Kacang kedele dan
olahannya merupakan jenis kacang-kacangan yang dikonsumsi oleh lebih dari separuh
(62,1%) penduduk dengan rerata konsumsi paling tinggi dalam kelompok kacang-
kacangan yaitu sebanyak 56,6 gram per orang per hari.
4. Rerata total konsumsi bahan makanan kelompok sayur dan olahannya penduduk DKI
Jakarta sebesar 55,3 gram perorang perhari. Sayuran daun merupakan jenis sayuran
yang dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk (81,4%)dengan rerata konsumsi paling
tinggi dalam kelompok sayur yaitu 55,2 gram perorang perhari
5. Rerata total konsumsi bahan makanan kelompok buah-buahan dan olahannya
penduduk DKI Jakarta relativekecil yaitu sebesar 48,2 gram perorang perhari. Pisang
merupakan jenis buahan buahan yang hanya dikonsumsi oleh 15,2 persenpenduduk
dengan rerata konsumsi 16,3 gram perorang perhari.
6. Rerata total konsumsi bahan makanan kelompok daging dan olahan penduduk DKI
Jakarta adalah sebesar 74,6 gram per orang per hari. Daging unggas merupakan
kelompok daging dan olahan yang terbanyak dikonsumsi dengan rerata konsumsi 48,0
gram per orang per hari dan dikonsumsi oleh 40,6 persen penduduk DKI Jakarta.
7. Rerata konsumsi total bahan makanan kelompok jenis jeroan dan olahannya pada
penduduk DKI Jakarta terlihat sangat kecil yaitu hanya 7,6 gramper orang perhari.
Jeroan unggas merupakan jenis jeroan yang dikonsumsi oleh 5,6 persen penduduk DKI
Jakarta dengan rerata konsumsi sebesar 4,1 gram per orang per hari.
8. Rerata total konsumsibahan makanan kelompok ikan dan olahan penduduk DKI Jakarta
yaitu sebanyak 53,5 gram per orang per hari. Sebanyak 25,5 persen penduduk
mengonsumsi ikan laut dengan rerata konsumsi sebesar 29,2 gram per orang per hari.
Proporsi terbesar kedua adalah penduduk yang mengonsumsi olahan ikan (11,7%)
dengan konsumsi sebesar 4,3 gram per orang per hari, selanjutnya ada pada ikan air
tawar (8,2%) dengan rerata konsumsi sebanyak 15 gram per orang per hari.
9. Rerata total konsumsibahan makanan kelompok telur dan olahannya pada penduduk
DKI Jakarta sebesar 34,4 gram per orang per hari. Telur ayam merupakan jenis telur
dikonsumsi oleh lebih dari separuh (59,4%) penduduk DKI Jakarta dengan rerata berat
yang dikonsumsi sebesar 33,1 gramper orang per hari.
10. Rerata total konsumsi bahan makanan kelompok susu dan olahannya pada penduduk
DKI Jakarta hanya sebesar25 gram per orang per hari. Susu formula khusus
merupakan jenis susu yang hanya dikonsumsi oleh 1,8 persen penduduk dengan rerata
konsumsi sebesar 0,8 gram per orang per hari.
11. Rerata total konsumsi bahan makanan kelompok minyak sebesar 60,9 gram per orang
per hari, terbanyak dikonsumsi dalam kelompok ini adalah kelapa sawit dan olahan,

71
yaitu sebanyak 35,5 gram per orang per hari. Penduduk DKI paling banyak
mengonsumsi minyak kelapa sawit dan minyak kelapa yaitu sebanyak 96,6 gram per
orang per hari, diikuti oleh penduduk yang mengonsumsi kelapa dan olahannya (48%)
dan minyak lainnya (20,9%).
12. Rerata total konsumsi bahan makanan kelompok gula dan konfeksionari penduduk DKI
Jakarta sebesar 18,9 gram per orang per hari, terbanyak dikonsumsi dalam kelompok ini
adalah gula (14,3 g/org/hr). Gula tertinggi dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk
DKI Jakarta (70,1%), diikuti oleh bahan makanan lain, coklat (10,5%) dan terendah sirup
(2,1%).
13. Rerata total konsumsi bahan makanan kelompok bumbu penduduk DKI Jakarta sebesar
26,6 gram per orang per hari, terbanyak dikonsumsi dalam kelompok ini adalah bumbu
basah yaitu sebanyak 17,8 gram per orang hari, menyusul bumbu instan sebanyak 4,1
gram per org per hari dan terkecil adalah bahan tambahan sebanyak 0,1 gram per orang
per hari. Penduduk yang mengonsumsi garam adalah yang tertinggi (97,6%) diikuti
dengan bumbu basah (82,6%). Penduduk yang mengonsumsi vetsin, bumbu instan dan
bumbu kering relatif sama (31,3 -39,3%).
14. Rerata total konsumsi makanan kelompok makanan komposit (ayam goreng, pizza,
burger dll) penduduk DKI Jakarta sangat kecil yaitu hanya 1,7 gram perorang per hari
dan hanya 2 macam makanan yang dikonsumsi, yaitu ayam goreng dan pizza. Makanan
komposit hanya dikonsumsi oleh kurang dari 1,5 persen penduduk DKI Jakarta.
15. Rerata kecukupan energi penduduk DKI Jakarta adalah sebesar 90 persen AKE dengan
kecukupan energi tertinggi pada kelompok umur 0 – 59 tahun (114% AKE). Kecukupan
energi tertinggi berikutnya ada pada laki-laki kelompok umur 5-12 tahun dan 13-18 tahun
masing-masing sebanyak 107 dan 102 persen AKE. Terendah pada
perempuankelompok umur >55 tahun tahun(82% AKE).
16. Kecukupan protein per orang per hari di DKI Jakarta adalah sebesar 121,4 persen AKP.
Pada laki-laki, tertinggi ada dikelompok umur 5-12 tahun (144,4% AKP) dan terendah
kelompok umur >55 tahun (108,2% AKP). Rerata tertinggi pada perempuan ada pada
kelompok umur 5-12 tahun (127,1% AKP) dan terendah pada kelompok umur (90,8%
AKP).
17. Pada penduduk DKI Jakarta, tingkat kecukupan asupan energi sangat kurang dari
kebutuhan minimal (<70% AKE) adalah sebanyak 28,8persen, tingkat kecukupan
asupan energi kurang (70-<100% AKE) sebesar 37,1persen, tingkat kecukupan asupan
energi dalam batas sedangatau cukup (100-<130% AKE) sebesar 21,7persen dan
tingkat kecukupan asupan energi yang berlebih (>130% AKE) sebesar 12,4 persen.
18. Proporsi penduduk dengan tingkat kecukupan asupan protein sangat kurang dari
kebutuhan minimal (<80% AKP) sebanyak21,7persen, tingkat kecukupan asupanprotein
kurang (80-<100% AKP) sebanyak 15,3 persen, tingkat kecukupan asupan protein
dalam batas sedangatau cukup (100-<120% AKP) sebesar 17,3 persen dan tingkat
kecukupan asupanprotein yang berlebih (>120% AKP) sebesar 45,8persen.
19. Rerata asupan lemak per orang per hari adalah sebesar 25,4 gram, paling rendah pada
kelompok 0-59 bulan (9,5 gram), kemudian meningkat seiring dengan bertambah umur
dan turun pada kelompok umur >55 tahun (24,1 gram).
20. Rerata asupan karbohidrat penduduk laki-laki di DKI Jakarta tertinggi ada pada
kelompok umur 13 – 18 tahun (365,7 gram). Pada perempuan terlihat penurunan
asupan karbohidrat seiring dengan bertambahnya umur.
21. Asupan natrium pada kelompok balita (0-59 bulan) sebesar 1.064 mg per orang per hari
kemudian pada laki-laki dan perempuan asupannya meningkat dan mulai turun pada
umur 19 – 55 tahun.

72
22. Konsumsi gula penduduk DKI Jakarta sebesar 14,3 gram per orang per hari. Konsumsi
gula terlihat meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Padakuintil menengah
terlihat yang paling tinggi mengonsumsi gula yaitu sebesar 18,1 gram per orang per hari
23. Rerata asupan garam penduduk DKI relatif kecil yaitu sebesar 3,5 gram per orang per
hari. Berdasarkan kelompok umur, mulai kelompok umur 5 – 12 tahun tidak terdapat
perbedaan dalam jumlah rerata asupan garam per orang per hari. Sedangkan
berdasarkan kelompok kuintil rerata asupan garamnya relatif sama pada semua
kelompok.
24. Asupan minyak/lemak penduduk DKI Jakarta sebanyak 25,4 gram per orang per hari.
Asupan minyak.lemak meningkat seiring dengan peningkatan umur tetapi terjadi
penurunan asupan pada kelompok umur >55 tahun. Berdasarkan kelompok kuintil tidak
terlihat adanya perbedaan rerata asupan minyak/lemak.
25. Proporsi penduduk DKI Jakarta dengan asupan gula melebihi batas yang ditetapkan
Permenkes nomor 30 tahun 2013 ada sebanyak 4,3 persen, untuk asupan natrium yang
melebihi batas ada sebanyak 27,7 persen dan asupan lemak ada sebanyak 48,2 persen.

73
DAFTAR PUSTAKA

ATSDR (Agency for Toxic Substances and Disease Registry). 1995. Public Health
Statement Polycyclic Aromatic Hydrocarbon. CDC. Tersedia pada
[www.atsdr.cdc.gov/ToxProfiles/tp69-c1-b.pdf].

Beaglehole R, Bonita R, Horton R, Adams C, Alleyne G, Asaria P, et al. 2011. Priority


actions for the non-communicable crisis. Lancet377: 1438-47.

Kementerian Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset


Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007: Laporan Nasional. Jakarta: Balitbangkes Kemenkes,
2008.

Djaja S, Irianto J, Mulyono L, Soemantri S. Pola Penyakit Penyebab Kematian di Indonesia:


Survei Kesehatan Rumah Tangga 2001. Jakarta: Balitbangkes Depkes, 2002.

Duffey KJ, Gordon-Larsen P, Steffen LM, Jacobs Jr DR, Popkin BM. 2010. Drinking caloric
beverages increases the risk of adverse cardiometabolic outcomes in the Coronary Artery
Risk Development in Young Adults (CARDIA) Study. Am J Clin Nutr 92: 954-9.

IFST (Institute of Food Science and Technology). 3-MCPD and Glycidyl ester. 2014.
Tersedia pada [www.ifst.org/science_technology_resources/for_food_professionals/
information_statements/3mcpd/].

Islam MR, Khan I, Hassan SMN, McEvoy M, D‟Este C, Attia J, et al. 2012. Association
between type 2 diabetes and chronic arsenic exposure in drinking water: a cross sectional
study in Bangladesh. Environ Health. 11: 38-45.

Jorhem L. “Chapter 9: Heavy Metals”. In: D‟Mello JPF, editor. 2003. Food Safety:
Contaminants and Toxins. Wallingford: CABI Publishing, p. 199-215.

Kementerian Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset


Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010: Laporan Nasional. Jakarta: Balitbangkes Kemenkes,
2010.

Larsson SC, Bergkvist L, Wolk A. 2006. Consumption of sugar and sugar-sweetened foods
and the risk of pancreatic cancer in a prospective study. Am J Clin Nutr 84: 1171-6.

Montonen J, Järvinen R, Knekt P, Heliövaara M, Reunanen A. 2007. Consumption of


sweetened beverages and intakes of fructose and glucose predict type 2 diabetes
occurrence. J Nutr 137: 1447-54.

Smith LE, Stoltzfus RJ, Prendergast A. 2012. Food chain mycotoxin exposure, gut health,
and impaired growth: a conceptual framework. Adv Nutr 3: 526-31.

Soetrisno USS, Atmarita, Jahari AB, Sandjaja, Mudjianto TT, Almasyhuri,et al. 2008. Total
Diet Study: Pengembangan di Indonesia. Laporan Akhir Penelitian. Bogor: Puslitbang Gizi
dan Makanan Balitbangkes Depkes, 2008.

Takachi R, Inoue M, Shimazu T, Sasazuki S, Ishihara J, Sawada N, et al. 2010.


Consumption of sodium and salted foods in relation to cancer and cardiovascular disease:
the Japan Public Health Center-based Prospective Study. Am J Clin Nutr 91: 456-64.

74
Williams JH, Phillips TD, Jolly PE, Stiles JK, Jolly CM, Aggarwal D. 204. Human aflatoxicosis
in developing countries: a review of toxicology, exposure, potential health consequences,
and interventions. Am J Clin Nutr 80: 1106-22.

World Health Organization (WHO) &Food and Agriculture Organization (FAO) of the United
Nations andEuropean Food Safety Authority (EFSA). 2011. Towards a Hormonised Total
Diet Study approach: a Guidance document. Geneva: WHO.

Ferraro, P. M., et al. 2013. "Soda and Other Beverages and the Risk of Kidney
Stones."Clinical Journal of the American Society of Nephrology.doI: 10.2215/CJN/11661112

Malik, V. S., et al. 2010. "Sugar-sweetened beverages and risk of metabolic syndrome and
type 2 diabetes: a meta-analysis." Diabetes Care 33(11): 2477-2483.

Grace Wyshak, Rose E. Frisch, Carbonated beverages, dietary calcium, the dietary
calcium/phosphorus ratio, and bone fractures in girls and boys, 1994. Journal of Adolescent
Health, Volume 15, Issue 3, May, Pages 210-215, ISSN 1054-139X,
http://dx.doi.org/10.1016/1054-139X(94)90506-1.

World Health Organization (WHO) &Food and Agriculture Organization (FAO) of the United
Nations andEuropean Food Safety Authority (EFSA). 2011. Towards a Hormonised Total
Diet Study approach: a Guidance document. Geneva: WHO.

Almatsier Sunita. 2006. Prinsip dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Nyoman Supariasa, Bakri Bachyar, Fajar Ibnu. 2002. Penilaian Status Gizi. ECG, Jakarta.

Gibson Rosalind S. 2006. Principles of Nutritional Assessment. Second Edition.

Kemenkes RI. Profil Kesehatan DKI Jakarta. sirs.buk.depkes.go.id/rsonline/report/


profile_pdf.php?.id=31prop.

http://gambarpetajakarta.blogspot.com/

Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. Jakarta dalam Angka.


http://jakarta.bps.go.id/flip/jda2013/#/678/zoomed

75
Kontributor

PENGARAH:

Dr. Siswanto, MHP, DTM


Prof.dr. Tjandra Yoga Aditama,Sp.P(K)., MARS., DTM&H, DTCE

EDITOR:

PENYUSUN:

Dyah Santi Puspitasari


Elisa Diana Julianti
Amalia Safitri
Yurista Permanasari

Ketua Pelaksana Provinsi DKI Jakarta


Dyah Santi Puspitasari

Koordinator Kluster:

1. Kepulauan Seribu dan Jakarta Utara: Elisa Diana Julianti


2. Jakarta Selatan dan Jakarta Timur: Yurista Permanasari
3. Jakarta Pusat dan Jakarta Barat: Amalia Safitri

76

Anda mungkin juga menyukai