Tim Penulis :
Sugianto, SKM, M.Sc.PH
M. Faozan, SKM, MPH
Asih Setyani, SP, MPH
Lembaga Penerbit
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
2014
i
Kata Pengantar
ii
Kata Sambutan
iii
stakeholders di bidang gizi dan keamanan pangan dalam format FAO/WHO Global Individual
Food Consumption data Tool (FAO/WHO GIFT).
Perkenankanlah kami menyampaikan penghargaan yang tinggi serta terima kasih yang tulus
atas semua kerja cerdas dan penuh dedikasi dari seluruh peneliti, litkayasa dan staf
Balitbangkes, rekan sekerja dari Badan Pusat Statistik (BPS), para pakar dari Perguruan
Tinggi, Para Dosen Poltekkes, Penanggung Jawab Operasional dari Jajaran Dinas
Kesehatan Provinsi, seluruh enumerator dan semua pihak yang telah berpartisipasi
mensukseskan SDT ini.
Secara khusus, perkenankan ucapan terima kasih kami dan para peneliti kepada Ibu Menteri
Kesehatan yang telah memberi kepercayaan kepada kita semua, anak bangsa, dalam
menunjukkan karya baktinya.
Billahi taufiq wal hidayah, Wassalamualaikum Wr. wb.
iv
Ringkasan Eksekutif
Studi Diet Total (SDT) 2014 adalah studi berbasis komunitas dengan sampel individu yang dapat
mewakili provinsi dan nasional dengan menggunakan sub sampel Riskesdas 2013. SDT 2014
mencakup Survei Konsumsi Makanan Indonesia (SKMI) dan Analisis Cemaran Kimia Makanan
(ACKM). SKMI dilakukan karena belum tersedia data konsumsi makanan individu nasional yang
lengkap sebagai dasar melakukan ACKM. Penelitian ini merupakan survei berskala nasional dan
multi years, dengan disain potong lintang (cross-sectional), non-intervensi/observasi, deskriptif
dan analitik. Penelitian Studi Diet Total dilakukan pada tahun 2014 dan 2015. Studi Diet Total
terdiri dari SKMI dan ACKM.
Dari 26 BS terpilih untuk sampel SDT 2014 Daerah Istimewa Yogyakarta, BS yang berhasil
ditemukan dan dikunjungi 26 BS (100%) yang tersebar di 5 Kabupaten/Kota. Adapun dari jumlah
target rumah tangga sebesar 642 RT terdapat 575 RT yang berhasil dikunjungi (89,6%).
Sedangkan untuk jumlah target ART 2053 orang terdapat 1805 orang yang berhasil diwawncarai
(87,9%).
Hasil SDT di Daerah Istimewa Yogyakarta menunjukkan bahwa rata-rata penduduk
mengonsumsi bahan makanan kelompok serealia dan hasil olahan di Daerah Istimewa
Yogyakarta tertinggi adalah beras yaitu 143,2 gram per hari. Persentase penduduk yang
mengkonsumsi bahan makanan kelompok serealia dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta
tertinggi adalah beras yaitu 97,7 persen. Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan
kelompok umbi dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah singkong dan olahan
yaitu 19,1 gram per hari, kentang dan olahan 8,9 gram per hari dan ubi jalar 3,4 gram perhari.
Persentase penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok umbi dan olahan di
Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah singkong dan olahan yaitu 29,5 persen. Rerata
penduduk mengkonsumsi bahan makanan kelompok kacang-kacangan dan olahan di Daerah
Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah kacang kedelai dan olahan yaitu sebesar 72,3 gram per
hari. Persentase penduduk mengkonsumsi bahan makanan kelompok kacang-kacangan dan
olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah kacang kedelai dan olahan sebesar 72,0
persen.
Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok sayuran dan olahan di Daerah
Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah sayuran daun yaitu sebesar 65,5 gram per hari. Persentase
penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok sayuran dan olahan di Daerah
Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah sayuran daun sebesar 85,0 persen. Rerata penduduk
mengonsumsi bahan makanan kelompok buah-buahan dan olahan di Daerah Istimewa
Yogyakarta tertinggi adalah pisang yaitu sebesar 20,3 gram per hari. Persentase penduduk yang
mengkonsumsi bahan makanan kelompok buah-buahan dan olahan di Daerah Istimewa
Yogyakarta tertinggi adalah pisang sebesar 20,4 persen.
Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok daging dan olahan di Daerah
Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah daging unggas yaitu sebesar 42,5 gram per hari,
Persentase penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok daging dan olahan di
Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah daging unggas sebesar 36,9 persen. Rerata
penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok jeroan dan olahan di Daerah Istimewa
Yogyakarta tertinggi adalah jeroan unggas yaitu sebesar 1,6 gram per hari, Persentase penduduk
yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok jeroan dan olahan di Daerah Istimewa
Yogyakarta tertinggi adalah jeroan lainnya sebesar 4,0 persen. Rerata penduduk mengkonsumsi
bahan makanan kelompok ikan dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah ikan
air tawar yaitu sebesar 15,6 gram per hari. Persentase penduduk yang mengkonsumsi bahan
makanan kelompok ikan dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah ikan laut
sebesar 6,9 persen. Rerata penduduk mengkonsumsi bahan makanan kelompok telur dan
olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah telur ayam yaitu sebesar 25,20 gram per
hari. Persentase penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok telur dan olahan di
Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah telur ayam sebesar 51,5 persen.
v
Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok susu dan olahan di Daerah Istimewa
Yogyakarta tertinggi adalah susu cair yaitu sebesar 4,9 gram per hari. Persentase penduduk
yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok susu dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta
tertinggi adalah susu kental manis sebesar 12,3 persen. Rerata penduduk mengonsumsi bahan
makanan kelompok minyak, lemak dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah
minyak kelapa dan olahan yaitu sebesar 28,5 gram per hari. Persentase penduduk yang
mengkonsumsi bahan makanan kelompok minyak, lemak dan olahan di Daerah Istimewa
Yogyakarta tertinggi adalah minyak kelapa sawit dan minyak kelapa sebesar 94,5 persen. Rerata
penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok gula dan konfeksionari di Daerah Istimewa
Yogyakarta tertinggi adalah gula yaitu sebesar 28,96 gram per hari. Persentase penduduk yang
mengkonsumsi bahan makanan kelompok gula dan konfeksionari di Daerah Istimewa Yogyakarta
tertinggi adalah gula sebesar 92,3 persen.
Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok bumbu di Daerah Istimewa
Yogyakarta tertinggi adalah bumbu basah yaitu sebesar 14,56 gram per hari. Persentase
penduduk yang mengkonsumsi bumbu di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah garam
sebesar 98,9 persen. Rerata konsumsi kelompok minuman jenis minuman serbuk, tertinggi
adalah teh instan/daun kering (3.8 gram). Persentase penduduk yang mengkonsumsi kelompok
minuman menurut kelompok umur tertinggi tertinggi adalah minuman serbuk (74,1%). Rerata
tertinggi konsumsi air minum pada kelompok uisa 19-55 tahun (1.330,6 ml). Rerata tertinggi
konsumsi air minum kemasan bermerek adalah pada kelompok usia 19-55 tahun (248,6 ml).
Rerata tertinggi konsumsi minuman cair kemasan pabrikan adalah pada kelompok usia 5-12
tahun (38,7 ml). Persentase tertinggi penduduk yang mengonsumsi air minum berdasarkan
sumber air adalah mengonsumsi air minum (97,7%). Rerata konsumsi suplemen tertinggi pada
semua kelompok usia adalah minuman suplemen (0,4 ml). Rerata konsumsi jamu tradisional
(0,54 ml) lebih tinggi dibanding konsumsi jamu pabrikan (0,02 mg) pada semua kelompok usia.
Persentase tertinggi penduduk yang mengonsumsi suplemen adalah mengonsumsi suplemen
multivitamin (1%). Persentase penduduk mengonsumsi jamu tradisional (0,9%) lebih tinggi
dibanding jamu pabrikan (0,6%).
Rerata asupan energi penduduk laki-laki baik di daerah perkotaan, perdesaan maupun secara
keseluruhan lebih tinggi dibanding penduduk perempuan. Rerata asupan energi penduduk laki-
laki di daerah perkotaan maupun daerah pedesaan, paling tinggi pada kelompok usia 13-18
tahun. Rerata asupan energi penduduk laki-laki di daerah pedesaan, tertinggi pada kelompok
usia 19-55 tahun. Sedangkan rerata asupan energi penduduk perempuan di daerah pedesaan,
tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun. Rerata kecukupan energi pada laki-laki berdasarkan
kelompok usia, tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun (99%). Rerata kecukupan energi pada
perempuan berdasarkan kelompok usia, tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun (96%).
Berdasarkan tempat tinggal, rerata kecukupan energi penduduk perkotaan lebih tinggi dibanding
pedesaan. Berdasarkan kuintil indeks kepemilikan, kelompok teratas memiliki rerata kecukupan
energi tertinggi, dan kelompok menengah bawah memiliki rerata kecukupan energi terendah.
Proporsi penduduk yang defisit energi menurut jenis kelamin, menunjukkan bahwa perempuan
lebih mengalami defisit energi dibanding laki-laki. Berdasarkan tempat tinggal, penduduk daerah
perkotaan lebih mengalami defisit energi dibanding pedesaan. Berdasarkan kuintil indeks
kepemilikan, penduduk kelas menengah bawah mengalami defisit energi tertinggi (49,1% ) dan
penduduk kelas teratas mengalami defisit energi terendah.
Persentase penduduk yang lebih dari 100 persen AKE menurut jenis kelamin, menunjukkan
bahwa laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan. Berdasarkan tempat tinggal, penduduk daerah
perkotaan lebih mengalami kelebihan energi dibanding pedesaan. Berdasarkan kuintil indeks
kepemilikan, penduduk kelas teratas mengalami kelebihan energi > 100 persen AKE tertinggi
(31%) dan penduduk kelas menengah bawah mengalami kelebihan energi > 100% AKE terendah
(15,7%).
Rerata asupan protein penduduk laki-laki di perkotaan, tertinggi pada kelompok usia 13-18 tahun
(78 g). Rerata asupan protein penduduk perempuan di perkotaan, tertinggi pada kelompok usia
vi
5-12 tahun (72 g). Rerata asupan protein penduduk laki-laki di pedesaan, tertinggi pada
kelompok usia 19-55 tahun (69 g). Rerata asupan protein penduduk perempuan di pedesaan,
tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun (56 g). Rerata kecukupan protein penduduk laki-laki
maupun perempuan menurut kelompok usia, tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun (129).
Berdasarkan tempat tinggal, penduduk daerah perkotaan lebih tinggi kecukupan proteinnya
dibanding penduduk daerah pedesaan. Berdasartkan indeks kepemilikan, rerata kecukupan
protein tertinggi pada penduduk menengah teratas (107 persen).
Proporsi penduduk yang defisit protein menurut jenis kelamin, menunjukkan bahwa perempuan
lebih mengalami defisit protein dibanding laki-laki. Berdasarkan tempat tinggal, penduduk daerah
pedesaan lebih mengalami defisit protein dibanding pedesaan. Berdasarkan kuintil indeks
kepemilikan, penduduk kelas menengah bawah mengalami defisit energi tertinggi (50,6persen)
dan penduduk kelas teratas mengalami defisit energi terendah (26,3%).
Proporsi penduduk yang lebih dari 100 persen AKP menurut jenis kelamin, menunjukkan bahwa
laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan. Berdasarkan tempat tinggal, penduduk daerah
perkotaan lebih mengalami kelebihan protein dibanding pedesaan. Berdasarkan kuintil indeks
kepemilikan, penduduk kelas teratas mengalami kelebihan protein > 100 persen AKP tertinggi
(56,8%) dan penduduk kelas terbawah mengalami kelebihan protein > 100 persen AKP terendah
(30%).
Rerata asupan lemak penduduk laki-laki di perkotaan, tertinggi pada kelompok usia 13-18 tahun
(81,1 g). Rerata asupan lemak penduduk perempuan di perkotaan, tertinggi pada kelompok usia
13-18 tahun (78,4 g). Rerata asupan lemak penduduk laki-laki di pedesaan, tertinmggi pada
kelompok usia 19-55 tahun (70,7 g). Rerata asupan lemak penduduk perempuan di pedesaan,
tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun (76,0 g). Rerata asupan karbohidrat penduduk laki-laki
di perkotaan, tertinggi pada kelompok usia 13-18 tahun (302,6 g). Rerata asupan karbohidrat
penduduk perempuan di perkotaan, tertinggi pada kelompok usia 13-18 tahun (254,2 g). Rerata
asupan karbohidrat penduduk laki-laki di pedesaan, tertinggi pada kelompok usia 19-55 tahun
(295,3 g). Rerata asupan karbohidrat penduduk perempuan di pedesaan, tertinggi pada
kelompok usia 13-18 tahun (245,7 g).
Rerata asupan natrium penduduk laki-laki di perkotaan, tertinggi pada kelompok usia 5-
12 tahun (1.553 mg). Rerata asupan natrium penduduk perempuan di perkotaan, tertinggi pada
kelompok usia 13-18 tahun (2.126 mg). Rerata asupan natrium penduduk laki-laki di pedesaan,
tertinggi pada kelompok usia 13-18 tahun (1.258 mg). Rerata asupan natrium penduduk
perempuan di pedesaan, tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun (1.558 mg). Rerata konsumsi
gula dan garam, penduduk laki-laki menurut kelompok usia, tertinggi pada kelompok usia 55 +
tahun. Rerata konsumsi minyak/lemak, penduduk laki-laki menurut kelompok usia, tertinggi pada
kelompok usia 19-55 tahun (24,5 g). Berdasarkan tempat tinggal, penduduk daerah perkotaan
lebih rendah rerata konsumsi gula, garam, maupun minyak/lemak dibanding penduduk daerah
pedesaan.
Seluruh hasil SKMI dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk evaluasi dan
perencanaan kesehatan khususnya di bidang gizi di tingkat pusat maupun daerah.
Rekomendasi
1. Mengingat sumber makanan pokok lokal (ubi-ubian) masih sedikit dikonsumsi penduduk
Daerah Istimewa Yogyakarta (rerata 32,5 gram per orang per hari) dan masih ada
penduduk yang mengalami defisit energy, maka perlu dirumuskan kebijakan
penganekaragaman makanan pokok yang berbasis makanan lokal sebagai.
2. Mengingat sumbangan protein dari hasil laut masih sedikit (rerata konsumsi ikan laut 9,3
per orang per hari dan proporsi penduduk yang mengkonsumsi ikan laut hanya 6,9%)
dibandingkan dengan potensi yang ada maka perlu kebijakan peningkatan potensi hasil
laut sebagai sumber protein hewani bagi penduduk
3. Mengingat konsumsi sayuran dan buah masih sedikit maka perlu dirumuskan kebijakan
untuk meningkatkan konsumsi sayur dan buah melalui edukasi dan peningkatan
ketersediaan sayuran dan buah dengan harga yang terjangkau
vii
4. Mengingat konsumsi minuman kemasan baik serbuk maupun cair pada anak mulai
meningkat (kelompok usia 5-12 tahun mengkonsumsi minuman kemasan serbuk
sebesar 3,6 gram per orang per hari dan mengkonsumsi minuman kemasan cairan
sebesar 32,2 ml per orang per hari), maka perlu dirumuskan kebijakan untuk melindungi
anak dari konsumsi minuman kemasan yang berlebihan
5. Mengingat sudah terdapat sebagian penduduk yang mengonsumsi gula (31,61 gram per
orang per hari), garam (3,7 gram per orang per hari), dan minyak/lemak (50,3 gram per
orang per hari), ini melebihi batas yang ditetapkan dalam Permenkes nomor 30 tahun
2013, maka perlu ditingkatkan pemahaman masyarakat tentang risiko mengonsumsi
berlebih gula, garam dan minyak/lemak melalui edukasi atau kampanye.
viii
DAFTAR ISI
ix
3.6. Asupan Lemak ...................................................................................................... 64
3.7. Asupan karbohidrat ............................................................................................... 65
3.8. Asupan natrium ..................................................................................................... 66
3.9. Konsumsi gula, garam dan minyak/lemak ............................................................. 67
3.10. Proporsi penduduk menurut tingkat kecukupan protein ......................................... 69
BAB IV. KESIMPULAN ............................................................................................. 70
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 73
x
DAFTAR TABEL
xi
Tabel 3.19 Rerata Konsumsi Kelompok Ikan dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut
Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 38
Tabel 3.20 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Ikan dan Olahan Menurut
Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 39
Tabel 3.21 Rerata Konsumsi Kelompok Telur dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut
Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 40
Tabel 3.22 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Telur dan Olahan Menurut
Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 41
Tabel 3.23 Rerata Konsumsi Kelompok Susu dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut
Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 41
Tabel 3.24 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Susu dan Olahan Menurut
Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 42
Tabel 3.25 Rerata Konsumsi Kelompok Minyak, Lemak dan Olahan per orang per hari
(gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 .................................. 43
Tabel 3.26 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Minyak, Lemak dan Olahan
Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 44
Tabel 3.27 Rerata Konsumsi Kelompok Gula dan Konfeksionari per orang per hari (gram)
Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 45
Tabel 3.28 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Gula dan Konfeksionari
Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 46
Tabel 3.29 Rerata Konsumsi Kelompok Bumbu per orang per hari (gram) Menurut Kelompok
Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................................................ 46
Tabel 3.30 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Bumbu Menurut Kelompok Umur
Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ...................................................................................... 48
Tabel 3.31 Rerata Konsumsi Kelompok Minuman per orang per hari (gram) Menurut
Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 49
Tabel 3.32 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Minuman Menurut Kelompok Umur,
Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ...................................................................................... 50
Tabel 3.33 Rerata Konsumsi Kelompok Makanan Komposit per orang per hari (gram)
Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 51
Tabel 3.34 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Makanan Komposit Menurut Kelompok
Umur Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................................................. 52
Tabel 3.35 Rerata Konsumsi Kelompok Air per orang per hari (ml) Menurut Kelompok Umur
Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ...................................................................................... 52
Tabel 3.36 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Air Menurut Kelompok UmurDaerah
Istimewa Yogyakarta 2014 ................................................................................................... 53
Tabel 3.37 Rerata Konsumsi Kelompok Suplemen dan Jamu per orang per hari (mg)
Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 54
Tabel 3.38 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Suplemen dan Jamu Menurut Kelompok
Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................................................ 55
xii
Tabel 3.39 Rerata Konsumsi Serealia, Umbi/Pati, Kacang, Sayur, Buah, Daging dan Olahan
per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 .... 56
Tabel 3.40. Rerata Konsumsi Jeroan, Ikan, Telur, Susu, Minyak, olahannya, Gula dan
konfeksionari per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa
Yogyakarta 2014 ................................................................................................................. 57
Tabel 3.41 Rerata Konsumsi Bumbu, Minuman, Makanan Komposit, Air dan Suplemen per
orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........... 58
Tabel 3.42 Rerata Asupan Energi Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Daerah
Istimewa Yogyakarta 2014 ................................................................................................... 59
Tabel 3.43 Rerata Kecukupan Energi Menurut Karakteristik Daerah Istimewa Yogyakarta
2014 ..................................................................................................................................... 60
Tabel 3.45 Rerata Asupan Protein Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Daerah
Istimewa Yogyakarta 2014 ................................................................................................... 62
Tabel 3.46 Rerata Kecukupan Protein Menurut Karakteristik Daerah Istimewa Yogyakarta
2014 ..................................................................................................................................... 63
Tabel 3.47 Rerata Asupan Lemak Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, Daerah
Istimewa Yogyakarta 2014 ................................................................................................... 64
Tabel 3.48 Rerata Asupan Karbohidrat Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Daerah
Istimewa Yogyakarta 2014 ................................................................................................... 65
Tabel 3.49 Rerata Asupan Natrium Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, Daerah
Istimewa Yogyakarta 2014 ................................................................................................... 66
Tabel 3.50 Rerata Konsumsi Gula, Garam, Minyak/Lemak Pada Penduduk Menurut
Karakteristik, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ................................................................. 67
Tabel 3.51 Proporsi penduduk mengonsumsi gula, natrium dan lemak melebihi pesan
Permenkes No 30 Tahun 2013 menurut karakteristik, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 .. 68
Tabel 3.52 Proporsi penduduk menurut karakteristik demografi dan status kepemilikan asset,
dan menurut tingkat kecukupan asupan protein, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........... 69
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Rerata Konsumsi Kelompok Serealia dan Olahan per orang per hari (gram)
Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 24
Gambar 3.2 Rerata Konsumsi Kelompok Umbi dan Olahan per orang per hari (gram)Menurut
Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 26
Gambar 3.3 Rerata Konsumsi Kelompok Kacang-Kacangan dan Olahan per orang per hari
(gram) Menurut Kelompok Umur,Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ................................... 28
Gambar 3.4 Rerata Konsumsi Kelompok Sayuran dan Olahan per orang per hari (gram)
Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 30
Gambar 3.5 Rerata Konsumsi Kelompok Buah-buahan dan Olahan per orang per hari (gram)
Menurut Kelompok Umur,Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 .............................................. 32
Gambar 3.6 Rerata Konsumsi Kelompok Daging dan Olahan per orang per hari (gram)
Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 34
Gambar 3.7 Rerata Konsumsi Kelompok Jeroan dan Olahan per orang per hari (gram)
Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 36
Gambar 3.8 Rerata Konsumsi Kelompok Ikan dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut
Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 38
Gambar 3.9Rerata Konsumsi Kelompok Telur dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut
Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 40
Gambar 3.10 Rerata Konsumsi Kelompok Susu dan Olahan per orang per hari (gram)
Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 42
Gambar 3.11 Rerata Konsumsi Kelompok Minyak, Lemak dan Olahan per orang per hari
(gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 .................................. 43
Gambar 3.12 Rerata Konsumsi Kelompok Gula dan Konfeksionari per orang per hari (gram)
Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 45
Gambar 3.13 Rerata Konsumsi Kelompok Bumbu per orang per hari (gram) Menurut
Kelompok Umur Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................................ 47
Gambar 3.14 Rerata Konsumsi Kelompok Minuman per orang per hari (gram) Menurut
Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 49
Gambar 3.15 Rerata Konsumsi Kelompok Makanan Komposit per orang per hari (gram)
Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 51
Gambar 3.16 Rerata Konsumsi Kelompok Air per orang per hari (ml), Menurut Kelompok
Umur Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................................................. 53
Gambar 3.17 Rerata Konsumsi Kelompok Suplemen dan Jamu per orang per hari (mg)
Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 54
xiv
DAFTAR SINGKATAN
BB : Berat Badan
BS : Blok Sensus
xv
MDGs : Millenium Development Goals
RT : Rumah Tangga
xvi
BAB I. PENDAHULUAN
1
Sampai saat ini belum ada data konsumsi pangan terkini dan lengkap dengan cara
pengolahan makanan dan data paparan senyawa kimia pada populasi yang sangat terbatas,
sehingga tidak dapat dihubungkan dan menjelaskan meningkatnya prevalensi PTM di
Indonesia. Oleh karena itu untuk mendapatan data yang sangat penting ini, perlu dilakukan
Studi Diet Total tingkat nasional.
SDT yang dilakukan pada tahun 2014-2015 mempunyai dua kegiatan yaitu kegiatan SKMI
pada tahun 2014 bertujuan untuk mendapatkan data perubahan tingkat konsumsi gizi dan
status gizi serta keragaman hidangan dan bahan makanan yang dikonsumsi penduduk
dibandingkan dengan data Riskesdas 2010 dan kegiatan ACKM pada tahun 2015 untuk
mengumpulkan data tingkat cemaran kimia dalam makanan yang dikonsumsi oleh
penduduk. Oleh karena itu SDT dilaksanakan di Indonesia dimulai dengan kegiatan SKMI
yang dilakukan di seluruh propinsi pada tahun 2014 termasuk di Daerah Istimewa
Yogyakarta
1.2. Perumusan Masalah Penelitian
Seperti telah dikemukakan di atas bahwa kejadian PTM semakin meningkat dari tahun ke
tahun, demikian juga halnya dengan angka kematian yang diakibatkan PTM. Prevalensi
masalah gizi tidak banyak mengalami perbaikan dari tahun 2007 sampai tahun 2013. Ada
kecenderungan peningkatan prevalensi pendek (stunting), gizi kurang (underweight) dan
kegemukan (obesity). Gambaran kesehatan dan gizi seseorang sangat erat kaitannya
dengan jumlah, mutu dan keamanan makanan yang dikonsumsinya dikenal dengan istilah
you are what you eat. Prinsip ketahanan pangan bertumpu pada tiga hal, yaitu :
tersedianya jumlah pangan yang cukup, bermutu dan aman bagi penduduk. Meningkatnya
kejadian PTM dan tetap tingginya masalah gizi di Indonesia memberikan indikasi adanya
masalah dalam makanan yang dikonsumsi oleh penduduk Indonesia baik dari segi jumlah,
mutu maupun keamanannya.
1.3. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian untuk SKMI 2014 Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu :
1. Berapakah jumlah makanan dan bahan makanan yang dikonsumsi penduduk
menurut jenis dan kelompok makanan di Daerah Istimewa Yogyakarta?
2. Berapa tingkat asupan zat gizi individu dari semua kelompok umur di Daerah
Istimewa Yogyakarta?
3. Apa saja zat gizi yang konsumsinya kurang dan apa saja zat gizi yang konsumsinya
lebih di Daerah Istimewa Yogyakarta?
4. Berapa jumlah garam, gula dan minyak yang dikonsumsi penduduk di Daerah
Istimewa Yogyakarta?
5. Makanan apa saja yang merupakan komponen sedikitnya 90 persen dari diet yang
dikonsumsi penduduk di Daerah Istimewa Yogyakarta?
2
Tujuan khusus
1. Memperoleh informasi rata-rata berat bahan makanan yang dikonsumsi individu
menurut jenis makanan dan kelompok makanan (food group) di Daerah Istimewa
Yogyakarta
2. Memperoleh informasi tentang tingkat asupan zat gizi (makro dan mikronutrien)
individu di Daerah Istimewa Yogyakarta
3. Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan konsumsi zat gizi individu dibandingkan
Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk Daerah Istimewa Yogyakarta
4. Memperoleh konsumsi garam, gula dan minyak yang dikonsumsi penduduk di
Daerah Istimewa Yogyakarta
5. Memperoleh daftar makanan (food list) yang merupakan komponen sedikitnya 90
persen dari diet yang dikonsumsi penduduk di Daerah Istimewa Yogyakarta
3
BAB II METODE PENELITIAN
Sampel adalah semua rumah tangga yang sudah didatangi dan terdaftar pada data
Riskesdas 2013 dan semua anggota rumah tangga yang ada pada saat pengumpulan data
SKMI di Daerah Istimewa Yogyakarta berlangsung. Kriteria eksklusi adalah rumah tangga
tidak diambil datanya bila tidak memungkinkan untuk dikunjungi karena berbagai kendala
dan rumah tangga serta anggota rumah tangga yang menolak berpartisipasi dalam SKMI di
Daerah Istimewa Yogyakarta
Rumah tangga yang akan dikunjungi adalah rumah tangga yang menjadi sampel dalam
Riskesdas 2013 di Daerah Istimewa Yogyakarta. Untuk mendapatkan sampel individu,
rumah tangga di BS yang sudah dikunjungi Riskesdas 2013 akan diambil secara acak
sebanyak 642 rumah tangga. Dalam satu rumah tangga terdapat rata-rata 4,5 individu
Jenis data yang dikumpulkan secara lengkap dapat dilihat pada kuesioner, yaitu terdiri dari
blok pertanyaan sebagai berikut:
4
Blok III : Keterangan Pengumpul Data
Blok IV : Keterangan Anggota Rumah Tangga
Blok V : Daftar Hidangan Makanan/Minuman yang Dimasak di RT (Quicklist)
Blok VI : Persiapan dan Cara Mengolah Makanan/Minuman di Rumat Tangga
Tingkat Individu
Blok VII :Keterangan Pengumpul Data
Blok VIII : Keterangan Individu
Blok IX : Daftar Makanan yang Dikonsumsi ART dalam Satu Hari Kemarin
Blok X : Konsumsi Makanan Individu Recall 1 x 24 Jam
5
Tabel 0.1 Variabel dan Definisi Operasional SKMI
6
No Variabel Penjelasan tentang variabel Metoda pengukuran Skala ukur Pengkategorian
14 Konsumsi bumbu Berat bahan makanan kelompok bumbu yang Wawancara Rasio Rerata dan standar
dikonsumsi deviasi
15 Konsumsi minuman Berat bahan makanan kelompok minuman yang Wawancara Rasio Rerata dan standar
dikonsumsi deviasi
16 Konsumsi makanan Berat bahan makanan kelompok makanan Wawancara Rasio Rerata dan standar
komposit komposit yang dikonsumsi deviasi
17 Konsumsi air Berat bahan makanan kelompok air yang Wawancara Rasio Rerata dan standar
dikonsumsi deviasi
18 Konsumsi suplemen Berat bahan makanan kelompok suplemen yang Wawancara Rasio Rerata dan standar
dikonsumsi deviasi
19 Asupan energi Jumlah energi yang dikonsumsi Perhitungan berat Rasio Rerata, standar deviasi
bahan makanan yang dan proporsi
dikonsumsi dengan
kandungan zat gizinya
20 Asupan protein Jumlah protein yang dikonsumsi Perhitungan berat Rasio Rerata, standar deviasi
bahan makanan yang dan proporsi
dikonsumsi dengan
kandungan zat gizinya
21 Tingkat Kecukupan Persentase asupan energi per orang per hari Ordinal 1. < 70 % AKE
Asupan Energi terhadap Angka Kecukupan Energi (AKE) yang 2. 70 -100% AKE
dianjurkan untuk setiap kelompok umur dan jenis
3. 100-130% AKE
kelamin. AKE yang digunakan adalah didasarkan
Permenkes No 75 Tahun 2013. 4. >130% AKE
22 Tingkat Kecukupan Persentase asupan protein per orang per hari Ordinal 1. < 80 % AKP
Asupan Protein terhadap Angka Kecukupan Protein (AKP) yang 2. 80 -100% AKP
dianjurkan untuk setiap kelompok umur dan jenis
3 100-120% AKP
kelamin. AKP yang digunakan adalah didasarkan
Permenkes No 75 Tahun 2013. 4 >120% AKP
23 Asupan natrium Jumlah natrium yang dikonsumsi individu sehari Dihitung berdasarkan Rasio
kemarin kandungan natrium
bahan makanan yang
ada dalam DKBM
7
No Variabel Penjelasan tentang variabel Metoda pengukuran Skala ukur Pengkategorian
24 Asupan lemak Jumlah lemak yang dikonsumsi individu sehari Dihitung berdasarkan Rasio
kemarin kandungan lemak
bahan makanan yang
ada dalam DKBM
25 Asupan karbohidrat Jumlah karbohidrat yang dikonsumsi individu sehari Dihitung berdasarkan Rasio
kemarin kandungan karbohidrat
bahan makanan yang
ada dalam DKBM
26 Berat badan Berat badan seluruh responden, bayi, balita, Dengan menggunakan Ordinal
remaja, dewasa dan lansia, baik perempuan dan timbangan badan
laki-laki dengan ketelitian 0,1
kg
27 Makanan yang Nama makanan dan minuman yang dikonsumsi Wawancara Nominal
dikonsumsi ART individu sesuai waktu dalam satu hari kemarin
28 Konsumsi makanan Jenis bahan makanan/minuman yang dikonsumsi Wawancara dan Nominal
individu individu anggota rumah tangga baik yang dimasak penimbangan
di rumah maupun yang diperoleh/dibeli di luar hidangan
rumah selama sehari kemarin
29 Kode Hidangan Kode hidangan menurut daftar makanan yang telah Buku kode hidangan Nominal
disiapkan dalam buku pedoman SKMI
30 Asal hidangan Bagaimana cara mendapatkan hidangan Wawancara Nominal 1. Di rumah tangga
2. dibeli
3. diberi
31 Nama dagang/merek Nama produk atau pembuat hidangan/makanan Wawancara dan Nominal
rumah tangga maupun pabrikan pengamatan
32 Spesifikasi rasa Rasa yang tertera dalam kemasan pabrikan Wawancara dan Nominal
pengamatan
33 Alamat tempat Alamat tempat hidangan /makanan yang Wawancara Nominal
makanan dijual dikonsumsi individu di luar
8
No Variabel Penjelasan tentang variabel Metoda pengukuran Skala ukur Pengkategorian
34. URT/porsi Ukuran yang dipakai rumah tangga untuk Wawancara Ordinal sendok makan (sdm)
hidangan/makanan menyatakan jumlah hidangan atau bahan makanan sendok teh (sdt)
centong, potong, biji,
buah, piring
35. Sumber air Tempat memperoleh air yang digunakan untuk Wawancara Nominal 1.Air kemasan
memasak dan minum 2.Air isi ulang
3.Air ledeng/PDA
4.Air ledeng eceran/beli
5.Sumur bor/pompa
6.Sumur gali terlindung
7.Mata air tak terlindung
8.Penampungan air Hujan
9.Air danau/sungai/irigasi
10.Tidak tahu
36 Perlakuan pada Tindakan yang dilakukan terhadap makanan yang Wawancara Nominal 1.Dicuci dan dikupas
bahan makanan dikonsumsi mentah 2.Dicuci, tidak dikupas
mentah
3.Tidak dicuci, dikupas
4.Tidak dicuci dan tidak
dikupas
8.Tidak berlaku
37 Cara pengolahan Bagaimana cara hidangan/makanan tersebut Wawancara Nominal 1.Bakar/asap
dimasak yang paling berisiko terhadap adanya 2.Goreng
cemaran. 3.Panggang/sangan/
sangrai
4.Rebus/Ungkep/presto
5.Tumis
6.Kukus
7.Seduh
9.Tidak diolah
9
No Variabel Penjelasan tentang variabel Metoda pengukuran Skala ukur Pengkategorian
38 Status responden Informasi atau keberadaan responden (KK dan Wawancara Nominal 1.Tidak ada perubahan
terkini ART) sebagai sampel individu SKMI 2014 pada 2.Ada perubahan
saat pengumpulan data masih sama atau ada
3.Meninggal
perubahan dibandingkan dengan data yang
dikumpulkan dalam Riskesdas 2013. 4.Pindah
5.Lahir
6.ART baru
7.Tidak pernah ada dalam
RT (fiktif)
39 Umur Umur anggota rumah tangga Wawancara Nominal a. < 1 bln isikan hari
b. < 5 thn isikan bulan
c. 5 thn isikan tahun
40 Status Pekerjaan Pekerjaan utama anggota rumah tangga yang Wawancara Nominal 1.Tidak bekerja
berumur diatas 10 tahun 2.Bekerja
3.Sekolah
41 Persiapan cara Diperoleh keterangan tentang asal, siapa yang Wawancara
memasak memasak, berat bahan makanan, sumber air cara
makanan/minuman perlakuan dan pengolahan termasuk bahan bakar
di rumahtangga yang dipergunakan untuk memasak hidangan yang
dimasak di rumah tangga
42 Bahan Dasar Alat Bahan dasar alat masak yang dipakai untuk Wawancara/ Nominal 1.Aluminium
Masak yang memasak makanan dan minuman yang dikonsumsi pengamatan 2.Seng
digunakan keluarga. Contoh aluminium, gerabah, gelas 3.Besi
4.Kaca
5.Tanah/gerabah
6.Plastik
7.Keramik
8.Tembaga
9.Stainless steel
10.Enamel
11.Tidak pakai alat
10
No Variabel Penjelasan tentang variabel Metoda pengukuran Skala ukur Pengkategorian
43 Asal hidangan Asal bahan makanan/minuman tersebut diperoleh Wawancara Nominal 1.Di rumah tangga
sebelum dimasak di rumah tangga 2. Dibeli
3. Diberi
44 Air minum Jumlah air yang diminum individu selama satu hari Wawancara Mililiter
(24 jam) kemarin
45 Perlakuan pada Perlakuan terhadap setiap rincian bahan makanan Wawancara Nominal 1.Dicuci
bahan mentah yang digunakan dalam proses pemasakan 2.Dikupas
hidangan makanan/minuman di rumah tangga
3.tidak dicuci
4.Tidak dikupas
5.Tidak dicuci & tidak
dikupas
7.Tidak berlaku
46 Pengolahan/pemasa Cara pengolahan dan pemasakan responden Nominal Kukus<tumis<
kan terhadap setiap hidangan yang dimasak di rumah rebus<panggang<goreng
tangga yang dapat menimbulkan cemaran dan <bakar*
rincian bahan makanannya *< makin kecil risiko
47 Rincian bahan Rincian bahan sesuai resep yang digunakan dalam Wawancara Nominal
makanan memasak hidangan makanan/minuman di rumah
tangga termasuk bumbu dan air.
48 Siapa yang Orang yang memasak makanan atau minuman dari Wawancara Nominal 1. KK
memasak masing-masing makanan/minuman yang dimasak 2. Istri/suami
di rumah tangga 3. Anak kandung
4. Anak angkat/tiri
5. Menantu
6. Cucu
7. Orangtua/mertua
8. Famili lain
9. Pembantu
10. Lainnya
49 Merek Pabrik dalam Tulisan atau label yang dibuat oleh pabrik/industri Wawancara dan
Kemasan yang berada pada pembungkus atau kemasan pengamatan
makanan jadi/pabrikan yang dikonsumsi responden
yang dibuat di rumah tangga
11
2.5. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data
2.5.1. Instrumen
Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan penimbangan berat badan.
Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data : pengenalan tempat, keterangan rumah
tangga dan anggota rumah tangga, daftar hidangan, keterangan individu, konsumsi
makanan individu (recall 1x24 jam), Daftar makanan yang dikonsumsi 24 jam terakhir,
URT/porsi serta sumber air. Wawancara dan penimbangan bahan makanan dilakukan untuk
mengumpulkan data : berat rincian hidangan yang dimakan. Wawancara dan pengamatan
dilakukan untuk mengambil data : persiapan, bahan dasar alat masak dan cara mengolah
makanan dan keadaan biologis pada saat recall. Wawancara dan membeli bahan makanan
dilakukan untuk mengambil data : jenis bahan makanan. Penimbangan menggunakan
timbangan digital dilakukan untuk mengambil data berat badan dengan ketelitian 0,1 kg.
2.5.3. Wawancara
Pengumpulan data di tingkat rumah tangga dan individu dilakukan dengan metode
wawancara secara tatap muka. Wawancara dilakukan oleh tenaga pengumpul data yang
berlatar belakang pendidikan gizi dan telah mendapat pelatihan sebelum pengumpulan data
dilakukan. Wawancara dengan menggunakan instrumen yaitu 2 kuesioner yang berbeda:
a. Kuesioner rumah-tangga, terutama ditujukan untuk mendapatkan informasi proses
penyediaan makanan yang dikonsumsi keluarga. Mulai dari sumber bahan makanan
diperoleh, proses persiapan sebelum pemasakan, cara pengolahan hingga alat masak
dan bahan bakar yang digunakan dalam pemasakan.
b. Kuesioner individu, terutama ditujukan untuk mendapatkan informasi jenis dan kuantitas
(berat) makanan dikonsumsi oleh setiap anggota rumah-tangga. Termasuk minuman,
bumbu, suplemen makanan, gula, garam dan minyak individu juga dikumpulkan.
Tehnik wawancara
Teknik wawancara untuk mengumpulkan data jenis dan kuantitas makanan yang dikonsumsi
individu serta proses penyediaan makanan yang dikonsumsi keluarga, digunakan metode
Recall 1 x 24 jam. Metode Recall adalah cara pengumpulan data individu dan keluarga yang
12
prinsipnya meminta responden mengingat kembali semua makanan yang dikonsumsi
selama 24 jam yang lalu dengan cara probing (penggalian). Teknik metode Recall yang
digunakan adalah 5-Step Multiple-Pass Method secara detail diuraikan dalam buku pedoman
umum dan buku pedoman pengisian kuesioner. Kunjungan ulangan Recall 1 x 24 jam hanya
dipilih secara purposive 3 RT dalam 1 BS, RT yang dipilih yang dapat ditentukan dalam 3
hari pertama pengumpulan data dalam setiap BS.
Proses wawancara
Persiapan
Satu hari sebelum tim turun ke lapangan, ketua tim pengumpul data berkewajiban untuk
memeriksa ulang semua rumah tangga di BS sesuai dengan DS-SDT Daerah Istimewa
Yogyakarta, sedangkan anggota tim lainnya mempersiapkan instrumen dan peralatan serta
kalibrasi alat. Apabila rumah tangga tersebut sudah tidak ada karena berbagai alasan dan
tidak mungkin dikunjungi, tidak perlu dicarikan penggantinya. Tim pengumpul data
mengunjungi rumah tanggal terpilih untuk membuat janji kapan wawancara untuk
pengumpulan data konsumsi dapat dilakukan.
Wawancara dilakukan sesuai dengan waktu yang telah disepakati antara tenaga pengumpul
data dan ART yang akan diwawancarai. Setelah memperkenalkan diri, kemudian
menjelaskan naskah penjelasan yang intinya menerangkan maksud dan tujuan survei
dilakukan, penggunaan hasil, metoda yang digunakan, risiko yang ditimbulkan, manfaat
termasuk kompensasi yang diberikan atau yang akan diterima sebagai pengganti
terganggunya waktu responden karena harus diwawancarai, jaminan kerahasiaan, hak
mengundurkan diri serta alamat kontak yang dapat dihubungi dan waktu yang dibutuhkan
untuk wawancara.
Setelah diberikan waktu responden berfikir menerima atau menolak, kemudian ditanyakan
kesediaan responden untuk diwawancarai. Responden diminta untuk menandatangani
informed consent jika bersedia. Setelah itu apabila responden bersedia untuk diwawancarai,
setiap responden diminta untuk menandatangani formulir persetujuan setelah penjelasan
(informed consent)
Pewawancara melakukan penggalian informasi (probing) makanan dan minuman yang
dikonsumsi dan rinci, untuk mendapatkan data yang akurat dan lengkap dengan cara
membantu mengingat kembali makanan dan minuman yang dikonsumsi sehari kemarin
dengan tidak mengarahkan pertanyaan yang dapat menggiring responden ke suatu jawaban.
Wawancara dapat dilakukan secara serempak pada suatu rumah tangga dimana setiap
anggota tim bertanya pada masing-masing individu yang hadir secara bersamaan atau dapat
dilakukan satu demi satu jika ART tidak hadir secara bersamaan. Mekanisme wawancara
dapat disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang paling sesuai dilakukan pada rumah
tangga tersebut.
Seperti telah disebutkan di atas, ada dua kuesioner yang digunakan sebagai alat
pengumpulan data, yaitu kuesioner yaitu rumah tangga dan individu. Untuk kuesioner rumah
tangga, ART yang diwawancarai adalah ART yang paling mengerti tentang pengolahan
makanan yang dilakukan di rumah tangga, biasanya adalah ibu. Untuk kuesioner individu,
wawancara dilakukan kepada seluruh ART di dalam rumah tangga tersebut, termasuk bayi
dan anak-anak. Untuk bayi, wawancara dilakukan terhadap ibu, sedangkan pada anak-anak
berusia < 15 tahun, wawancara dilakukan dengan pendampingan. Akan terdapat ART yang
13
diwawancarai lebih dari sekali,yaitu sebagai responden kuesioner rumah tangga dan sebagai
responden kuesioner individu, atau sebagai responden yang mewakili bayi.
Keseluruhan proses pengambilan data akan memerlukan waktu selama kurang lebih 45
menit/orang untuk kuesioner individu, dan 45 menit untuk kuesioner rumah tangga, sehingga
hal ini cukup menyita waktu responden. Setelah selesai wawancara, teliti lagi apa ada
informasi yang kurang lengkap atau terlewatkan. Sebelum meninggalkan rumah responden,
sebagai ucapan terima kasih dan pengganti terganggunya waktu responden, maka akan
diberikan kompensasi (bahan kontak) berupa uang sebesar Rp. 50.000,00 untuk setiap ART
yang diwawancarai untuk kuesioner rumah tangga, dan Rp. 20.000,00 untuk setiap individu
yang diwawancara. Partisipasi responden bersifat sukarela tanpa paksaan, dan bila tidak
berkenan dapat menolak, dan sewaktu-waktu selama proses pengumpulan data dapat
mengundurkan diri tanpa sanksi apapun.
Penimbangan berat badan dilakukan dengan penimbangan berat badan dilakukan pada
seluruh anggota rumah tangga menggunakan timbangan berat badan digital dengan tingkat
ketelitian 0,1 kg. Rincian cara penimbangan berat badan terdapat di buku pedoman
pengisian kuesioner.
14
Rekrutmen Petugas Pelaksanaan Pengumpulan
Data yang valid didapatkan dengan cara melakukan proses seleksi tenaga pengumpul data
yang mempunyai keahlian khusus dengan latar belakang pendidikan ahli gizi (minimal D3
gizi). Proses seleksi tenaga enumerator bekerjasama dengan Poltekkes dan Perguruan
Tinggi dibantu Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta. Persyaratan bagi petugas
lapangan adalah sebagai berikut:
Laki-laki dan perempuan lulusan D3 Gizi- S1 Gizi
Diutamakan yang mempunyai dasar pendidikan D3 Gizi (menyertakan fotokopi
ijazah) dan yang sudah berpengalaman melakukan wawancara recall 24 jam
(menyertakan fotokopi sertifikat/tanda bukti)
Mempunyai kemampuan mengoperasikan aplikasi office dan internet
Menyerahkan fotokopi kartu tanda penduduk (KTP)
Usia tidak lebih dari 40 tahun
Menyertakan surat keterangan berbadan sehat dari dokter
Menandatangani kontrak kerja (tidak hamil selama menjalani kontrak kerja) bersedia
ditempatkan di lapangan.
Satu tim pengumpul data menangani tiga BS, oleh karena Daerah Istimewa Yogyakarta
mempunyai 26 BS maka diperlukan sebanyak 13 tim dengan jumlah anggota 4 orang per
tim.
Proses rekrutmen:
Proses rekrutmen di Daerah Istimewa Yogyakarta dilakukan dengan koordinasi
antara Korwil I (Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik) dan
Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta
Peminat/pelamar menyampaikan dokumen persyaratan tersebut diatas ke alamat:
Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta untuk menjadi dokumentasi
dan bahan dasar seleksi
Pelamar yang telah memenuhi semua dokumen persyaratan akan diberitahu dan
diseleksi oleh Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dalam pelatihan tenaga, Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta
berkoordinasi dengan Badan Litbang Kesehatan
15
Tenaga enumerator yang telah terpilih dalam proses seleksi diharuskan mengikuti pelatihan
selama 10 hari yang meliputi:
Latar belakang dan tujuan Studi Diet Total (SDT)
Metode SDT
Cara wawancara dan mengisi formulir/kuesioner
Penimbangan berat
Praktek lapangan
Cara kerja dan pembagian tugas di lapangan
Menyusun jadwal pelaksanaan pengumpulan data
Rapat Koordinasi Teknis (Rakornis) dilaksanakan tanggal 5-7 Mei 2014 di Hotel Mutiara
Malioboro Yogyakarta diikuti 25 orang yang berasal dari Dinas Kesehatan Daerah Istimewa
Yogyakarta, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, lintas sektor terkait di Daerah Istimewa
Yogyakarta, Poltekkes Kementerian Kesehatan Yogyakarta dan Badan Litbang Kesehatan.
Training Center (TC) untuk pengumpul data rumah tangga dan individu dilaksanakan
tanggal 8-16 Mei 2014 diikuti 65 orang di Hotel Mutiara, Malioboro Yogyakarta.
16
Koordinator Klaster
Petugas lapangan lainnya yang dibutuhkan adalah koordinator klaster, yang bertanggung
jawab pada tim yang bertugas mengumpulkan data. Setiap koordinator klaster
bertanggungjawab pada 2 kabupaten yang berdekatan.
Tugas penanggungjawab klaster
Mengikuti pelatihan Training of Trainer (TOT) selama 10 hari.
Melakukan pelatihan kepada tenaga pengumpul data
Melakukan koordinasi dengan tenaga pengumpul data dalam pelaksanaan
pengumpulan data di lapangan.
Melakukan editing kuesioner yang telah diisi oleh petugas pengumpul data.
17
Pelatihan petugas
Pelatihan direncanakan secara berjenjang. Pelatihan pertama yaitu melatih para koordinator
klaster, yaitu koordinator yang bertanggung langsung kepada tim. Pelatihan dilaksanakan
selama 10 hari, dengan materi semua bahan yang diperlukan untuk mengumpulkan data.
Metode yang digunakan adalah pemaparan materi, praktek dikelas dan praktek di lapangan.
Koordinator klaster yang telah mendapatkan pelatihan (TOT) akan melakukan pelatihan
kepada seluruh tim enumerator (TC) diwilayah kordinasinya. Selesai pelatihan tim
enumerator langsung melaksanakan pengumpulan data.
Pelatihan pengumpul data ditujukan kepada enumerator yang direkrut sebagai pengumpul
data dan penimbang berat badan. Dalam pelatihan ini termasuk juga pelatihan ketua tim
pengumpul data serta mekanisme kerjasama tim pengumpul data.
Tujuan pelatihan pengumpul dan manajemen data di lapangan:
1. Untuk memperoleh keseragaman dalam pemahaman materi kuesioner, pemeriksaan,
pengukuran, dan manajemen data.
2. Untuk memperoleh kesepakatan antar anggota tim mengenai pembagian tugas, jadwal
dan mekanisme pelaksanaan.
3. Untuk memperoleh kesepakatan tentang mekanisme pengelolaan data di lapangan.
4. Untuk memperoleh kesepakatan tentang mekanisme pengaturan administrasi dan
logistik.
Pelaksanaan di lapangan
Pengumpulan data Daerah Istimewa Yogyakarta dilakukan oleh enumerator yang terbagi
menjadi 13 tim. Masing-masing tim terdiri dari empat orang enumerator yang bertanggung
jawab terhadap dua BS. Tiga orang sebagai pengumpul data, satu orang bertanggung jawab
untuk data entry. Satu enumerator setiap hari bertanggung jawab mengumpulkan data di
satu rumah tangga. Satu BS terdiri dari 25 rumah tangga dan dipilih secara acak 3 rumah
tangga yang diwawancara ulang setidaknya satu minggu kemudian. Waktu yang diperlukan
selama 8-10 hari. Dibutuhkan 3 orang koordinator klaster, masing-masing koordinator klaster
bertanggung jawab terhadap 2 kabupatan/kota atau 4-5 BS. Sebelum tim dilepas untuk
mengambil data, perlu dilakukan pengecekan ulang keberadaan RT (pemutakhiran),
menyiapkan seluruh kelengkapan yang diperlukan yaitu kuesioner, alat tulis, perlengkapan
lapangan, serta peralatan untuk menimbang. Setiap selesai pengumpulan data, tim harus
melakukan pengecekan kelengkapan pengisian kuesioner; melakukan data editing,
melakukan data entri; mengirimkan data setiap selesai data entri di setiap BS. Supervisi
substansi dan administrasi dilakukan oleh tim Badan Litbangkes dan tim korwil.
18
perhitungan umur, timbangan makanan dan timbangan berat badan, serta pedoman
editing dan entry data di lapangan
2. Pelatihan bagi ketua pelaksana propinsi, koordinator klaster, dan petugas pengumpul
data (enumerator) dalam teknik wawancara dan penggunaan alat bantu wawancara
3. Koordinator klaster melakukan supervisi/pendampingan dalam proses pengumpulan
data yang dilakukan oleh enumerator.
4. Dilakukan editing data setiap hari setelah selesai pengumpulan data oleh enumerator
yang dikoordinir oleh ketua tim, agar bila diperlukan konfirmasi ulang maka enumerator
masih 19and mengunjungi ulang responden. Sebelum dientry ke 19andate19 data
sudah harus melalui proses editing.
5. Dilakukan spot-check (validasi data isian kuesioner) oleh koordinator klaster terhadap 6
RT dalam 1 Tim pengumpul data. Dilakukan pemeriksaan terhadap konsistensi data,
data yang tidak masuk akal, dan kelengkapan informasi dalam kuesioner.
6. Setelah data selesai di entry di lapangan untuk setiap BS, harus dikirim ke Mandat
Badan Litbangkes untuk segera dilakukan cek receiving dan batching, dan data cleaning
agar bila diperlukan konfirmasi dapat segera menghubungi petugas di lapangan. Selain
itu entry data juga dikirimkan ke koordinator klaster.
7. Koordinator klaster melakukan supervisi dan pendampingan terhadap pengumpulan
data yang dilakukan oleh enumerator.
8. Semua kegiatan koster : supervisi/pendampingan, validasi data isian kuesioner
enumerator, mengecek hasil entry dan form kontrol yang dilakukan enumerator dicatat
dalam log book yang dikirimkan setiap 5 hari sekali ke Ketua Pelaksana provinsi dan
Manajemen Data Pusat untuk dilakukan penggabungan, data cleaning dan pengolahan
data.
Hasil wawancara recall makanan pada individu, diperoleh berat masing-masing bahan
makanan yang dikonsumsi dalam satuan gram dan ml, kemudian setiap jenis bahan
makanan dikelompokkan dalam 17 grup makanan menurut pengelompokkan ASEAN yaitu:
1. Sereal dan hasil olahannya
2. Umbi-umbian dan hasil olahannya
3. Kacang-kacangan, biji
4. Sayuran dan hasil olahannya
5. Buah dan hasil olahannya
6. Daging dan hasil olahannya
7. Jeroan/non daging dan olahannya
8. Ikan, hewan laut lainnya dan hasil olahannya
9. Telur dan hasil olahannya
10. Susu dan hasil olahannya
11. Minyak, lemak dan olahan
12. Gula, sirup, dan konfeksioneri
13. Bumbu dan olahannya
14. Minuman
15. Makanan komposit
16. Air
17. Suplemen
19
Sehubungan terbatasnya data zat gizi pada daftar komposisi bahan makanan, maka hanya 5
jenis zat gizi yang dianalisi yaitu :
1. Energi
2. Protein
3. Lemak
4. Karbohidrat
5. Natrium
Hasil analisis oleh tim mandat pusat dikirim ke masing-masing provinsi untuk penyusun
laporan
20
BAB III HASIL
Secara administratif terdiri dari 1 kota dan 4 kabupaten, 78 kecamatan dan 438
kelurahan/desa, yaitu :
2
a. Kota Yogyakarta (luas 32,50 km , 14 kecamatan, 45 kelurahan);
2
b. Kabupaten Bantul (luas 506,85 km , 17 kecamatan dan 75 desa);
2
c. Kabupaten Kulon Progo (luas 586,27 km , 12 kecamatan dan 88 desa);
2
d. Kabupaten Gunungkidul (luas 1.485,36 km , 18 kecamatan, 144 desa);
e. Kabupaten Sleman (luas 574,82 km 2, 17 kecamatan dan 86 desa).
Daerah Istimewa Yogyakarta terbagi menjadi daerah dengan ketinggian < 100 m,
100-500 m dan 5001.000 m (sebagian besar di Kabupaten Bantul), 1.0002000 m diatas
permukaan laut terletak di Kabupaten Sleman. Secara fisiografi Daerah Istimewa
Yogyakarta dapat dikelompokkan menjadi empat satuan wilayah :
a) Satuan fisiografi Gunungapi Merapi, mulai dari kerucut gunung hingga bentang lahan
vulkanik, meliputi Sleman, Kota Yogyakarta dan sebagian Bantul. Daerah kerucut dan
lereng gunung api merupakan daerah hutan lindung sebagai kawasan resapan air daerah
bawahan. Wilayah ini memiliki luas kurang lebih 582,81 km2 dengan ketinggian 80
2.911 m.
b) Satuan Pegunungan Seribu Gunungkidul, merupakan kawasan perbukitan batu gamping
dan bentang karst tandus dan kurang air permukaan, di bagian tengah merupakan
cekungan Wonosari yang terbentuk menjadi Plato Wonosari. Wilayah pegunungan ini
2
memiliki luas kurang lebih 1.656,25 km dengan ketinggian 150-700 m.
c) Satuan Pegunungan di Kulon Progo bagian utara, merupakan bentang lahan struktural
denudasional dengan topografi berbukit, kemiringan lereng curam dan potensi air
tanah kecil. Luas wilayah ini mencapai kurang lebih 706,25 km 2 dengan ketinggian : 0
572 m.
d) Satuan Dataran Rendah, merupakan bentang lahan fluvial (hasil proses pengendapan
sungai) yang didominasi oleh dataran aluvial, membentang mulai dari Kulon Progo sampai
Bantul yang berbatasan dengan Pegunungan Seribu. Wilayah ini memiliki luas 215,62
2
km dengan ketinggian 0 80 m.
21
Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki iklim tropis dengan curah hujan berkisar 0,00 mm
13,00 mm per hari. Suhu udara rata-rata berkisar antara 21-350 C. Kelembaban udara
berkisar antara 30 - 97 persen dan tekanan udara 1.005,3 1.017,2 mb dengan arah angin
antara 180 240 o dan kecepatan angin antara 0 knot sampai 29 knot.
3.2. Jumlah sampel yang terkumpul (Response rates)
Dari 26 BS terpilih untuk sampel SDT 2014 Daerah Istimewa Yogyakarta, BS yang berhasil
ditemukan dan dikunjungi 26 BS (100%) yang tersebar di 5 Kabupaten/Kota. Adapun dari jumlah
target rumah tangga sebesar 642 RT terdapat 575 RT yang berhasil dikunjungi (89,6 %).
Sedangkan untuk jumlah target ART 2053 orang terdapat 1805 orang yang berhasil
diwawancarai (87,9%).
Tabel 0.1 Distribusi BS, RT dan ART yang berhasil dikunjungi (response rate)
berdasarkan Kabupaten/Kota, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
ART yang berhasil dikunjungi (response rate) berdasarkan jenis kelamin Daerah Istimewa
Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 3.2
Tabel 0.2 Distribusi ART yang Distribusi berhasil dikunjungi (response rate)
berdasarkan Jenis Kelamin, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Jumlah
Jenis kelamin
N persen
Laki-laki 836 49,3
Perempuan 858 50,7
Daerah Istimewa Yogyakarta 1.694 100,0
Distribusi ART yang berhasil dikunjungi (response rate) berdasarkan jenis kelompok umur
Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 3.3
Tabel 0.3 Distribusi ART yang berhasil dikunjungi (response rate) berdasarkan umur
dan Jenis Kelamin, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Jumlah
Kelompok Umur
N persen
0 59 bulan 79 4,7
5 12 tahun 167 9,9
13 18 tahun 162 9,6
19 55 tahun 877 51,8
> 55 tahun 409 24,1
Daerah Istimewa Yogyakarta 1.694 100,0
22
Tabel 3.4 Distribusi ART yang dapat dikunjungi (response rate) menurut karakteristik,
Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
3.3. Bahan makanan yang dikonsumsi individu menurut jenis makanan dan
kelompok makanan (food group)
23
Tabel 0.5 Rerata Konsumsi Kelompok Serealia dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah
Istimewa Yogyakarta 2014
Kelompok Umur Beras Olahan Beras Terigu Olahan Terigu Mie Jagung dan Lainnya Total
Olahan
Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0 59 bln 56,8 49,4 8,0 19,5 6,4 13,1 19.4 25.4 32,9 60,8 2,0 7,1 0,9 4,3 126 80.4
5 - 12 thn 130,9 69,7 5,9 21,0 10,6 19,8 28.5 50.4 45,7 85,2 2,9 13,2 2,3 8,0 227 107.5
13 18 thn 176,5 109,2 9,4 29,6 17,4 32,8 18.8 54.7 77,6 125,9 2,2 9,9 0,3 2,2 302 151.8
19 55 thn 155,0 97,8 8,6 27,4 16,1 23,6 9.3 24.9 39,0 82,2 3,7 16,4 0,2 2,4 232 124.1
> 55 thn 126,5 73,8 8,7 29,1 13,4 22,1 9.4 26.0 12,8 43,5 2,5 15,1 0,0 0,7 173 95.5
Semua umur 143,2 92,7 8,4 27,2 14,6 23,7 12.6 33.0 36,7 81,6 3,1 14,9 0,4 3,3 219 124.3
160
143,2
140
120
100
80
60
36,7
40
14,6 11,9
20 8,4
3,1 0,4
0
Beras olahan terigu olahan mie jagung lainnya
beras terigu dan
olahannya
Gambar 0.1 Rerata Konsumsi Kelompok Serealia dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
24
Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok serealia dan hasil olahan di Daerah
Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah beras yaitu 143,2 gram per hari. Penduduk mengonsumsi
serealia dan hasil olahannya kedua terbanyak adalah mie dengan rerata 36,7 gram per hari,
diikuti terigu 14,6 gram perhari. Berdasarkan kelompok umur, rata-rata penduduk mengonsumsi
beras tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun yaitu sebesar 176,5 gram per hari. Rerata
penduduk mengonsumsi mie tertinggi pada kelompok umur usia 13-18 tahun yaitu sebesar 77,6
gram. Rerata penduduk mengonsumsi tertinggi terigu pada kelompok umur 13-18 tahun yaitu
sebesar 9,4 gram per hari. Rerata konsumsi olahan terigu tertinggi pada kelompok umur 5-12
tahun yaitu sebesar 28,5 gram per hari. Jagung dan olahannya paling banyak dikonsumsi oleh
penduduk umur 19-55 tahun sebesar 3,7 gram gram per hari.
Tabel 0.6 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Serealia dan Olahan
Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Proporsi penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok serealia dan olahan di
Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah beras yaitu 97,7 persen, diikuti terigu 50,5 persen
dan mie 27,7 persen. Berdasarkan kelompok umur proporsi penduduk mengonsumsi beras
tertinggi pada kelompok umur > 55 tahun yaitu sebesar 99,3 persen dan terendah kelompok
umur 0 59 bulan sebesar 84,8 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi terigu tertinggi pada
kelompok umur 19-55 tahun sebesar 54,8 persen dan terendah 0-50 bulan sebesar 27,8 persen.
Proporsi penduduk mengonsumsi mie tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun sebesar 42,0,
terendah kelompok umur > 55 tahun sebesar 12,2 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi
olahan beras tertinggi pada kelompuk umur 19-55 tahun sebesar 22,5 persen dan terendah umur
5-12 tahun sebesar 14,4 persen.
25
Tabel 0.7 Rerata Konsumsi Kelompok Umbi dan Olahan per orang per hari (gram)
Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Gambar 0.2 Rerata Konsumsi Kelompok Umbi dan Olahan per orang per hari (gram)Menurut Kelompok Umur,
Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok umbi dan olahan di Daerah Istimewa
Yogyakarta tertinggi adalah singkong dan olahan yaitu 19,1 gram per hari, kentang dan olahan
8,9 gram per hari dan ubi jalar 3,4 gram perhari. Berdasarkan kelompok umur, rata-rata
penduduk mengonsumsi singkong dan olahan tertinggi pada kelompok umur > 55 tahun tahun
yaitu sebesar 32,1 gram per hari dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 4,7 gram per
hari. Rata-rata penduduk mengonsumsi kentang dan olahan tertinggi pada kelompok umur 19-55
tahun sebesar 10,4 gram perhari dan terendah kelompok umur > 55 tahun sebesar 5,8 gram per
hari. Rata-rata penduduk mengonsumsi tertinggi ubi jalar pada kelompok umur > 55 tahun tahun
yaitu sebesar 4,2 gram per hari dan terendah kelompok umur 13-18 tahun sebesar 0,0 gram per
hari.
26
Tabel 0.8 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Umbi dan Olahan Menurut
Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Proporsi penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok umbi dan olahan di Daerah
Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah singkong dan olahan yaitu 29,5 persen diikuti kentang dan
olahannya sebesar 14,0 persen serta ubi jalar sebesar 2,6 persen. Berdasarkan kelompok umur
proporsi penduduk mengkonsumsi umbi dan olahan tertinggi pada kelompok umur > 55 tahun
yaitu sebesar 35,7 persen dan terendah kelompok umur 059 bulan sebesar 16,5 persen.
Proporsi penduduk mengonsumsi kentang dan olahan tertinggi pada kelompuk umur 0-59 bulan
sebesar 17,7 persen dan terendah kelompok umur > 55 tahun sebesar 12,5 persen. Proporsi
penduduk mengonsumsi ubi jalar tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun sebesar 3,2 persen
dan terendah pada kelompok umur 13-18 tahun sebesar 0,0 persen.
27
Tabel 0.9 Rerata Konsumsi Kelompok Kacang-Kacangan dan Olahan per orang perhari
(gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Gambar 0.3 Rerata Konsumsi Kelompok Kacang-Kacangan dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut
Kelompok Umur,Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
28
Tabel 0.10 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Kacang-Kacangan dan
Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
29
Tabel 0.11 Rerata Konsumsi Kelompok Sayuran dan Olahan per orang per hari (gram)
Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Gambar 0.4 Rerata Konsumsi Kelompok Sayuran dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok
Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok sayuran dan olahan di Daerah
Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah sayuran daun yaitu sebesar 65,5 gram per hari, diikuti
sayuran buah dan akar sebesar 0,21 gram per hari serta sayuran lainya sebesar 0,19 gram per
hari. Berdasarkan kelompok umur, rata-rata penduduk mengonsumsi sayuran daun tertinggi pada
kelompok umur 19-55 tahun yaitu sebesar 73,6 gram per hari dan terendah kelompok umur 0-59
bulan sebesar 25,0 gram per hari. Rata-rata penduduk mengonsumsi sayuran buah/sayuran akar
tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun sebesar 0,58 gram perhari dan terendah kelompok
umur 0-59 bulan sebesar 0,0 gram per hari. Rata-rata penduduk mengonsumsi sayuran lainnya
tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun yaitu sebesar 0,36 gram per hari.
30
Tabel 0.12 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Sayur dan Olahan
Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Proporsi penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok sayuran dan olahan di
Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah sayuran daun sebesar 85,0 persen diikuti sayuran
buah/sayuran akar 1,2 persen dan sayuran lainnya 0,9 persen. Berdasarkan kelompok umur
proporsi penduduk mengonsumsi sayuran daun tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun yaitu
sebesar 89,4 persen dan terendah kelompok umur 0 59 bulan sebesar 64,6 persen. Proporsi
penduduk mengonsumsi sayuran buah/sayuran akar tertinggi pada kelompuk umur 5-12 tahun
sebesar 3,6 persen dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 0,0 persen. Proporsi
penduduk mengonsumsi sayuran lainnya tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun sebesar 1,5
persen.
31
Tabel 0.13 Rerata Konsumsi Kelompok Buah- Buahan dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur,
Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Gambar 0.5 Rerata Konsumsi Kelompok Buah-buahan dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur,Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
32
Rata-rata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok buah-buahan dan olahan di
Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah pisang yaitu sebesar 20,3 gram per hari, diikuti
buah lainnya sebesar 14,3 gram per hari serta jeruk sebesar 6,5 gram perhari. Berdasarkan
kelompok umur, rata-rata penduduk mengonsumsi pisang tertinggi pada kelompok umur > 55
tahun yaitu sebesar 34,2 gram per hari dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 2,7
gram per hari. Rata-rata penduduk mengonsumsi buah lainnya tertinggi pada kelompok umur 13-
18 tahun sebesar 22,4 gram perhari dan terendah kelompok umur > 55 tahun sebesar 4,1 gram
per hari. Rata-rata penduduk mengonsumsi jeruk tertinggi pada kelompok umur 0-59 bulan yaitu
sebesar 13,8 gram per hari.
Proporsi penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok buah-buahan dan olahan di
Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah pisang sebesar 20,4 persen diikuti jeruk 12,9
persen dan buah lainnya 12,0 persen. Berdasarkan kelompok umur proporsi penduduk
mengonsumsi pisang tertinggi pada kelompok umur >55 tahun yaitu sebesar 26,4 persen dan
terendah kelompok umur 0 59 bulan sebesar 5,1 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi
jeruk tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun sebesar 20,4 persen dan terendah kelompok
umur >55 tahun sebesar 6,8 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi buah lainnya tertinggi
pada kelompok umur 13-18 tahun sebesar 19,1 persen dan terendah pada kelompok umur >55
tahun sebesar 3,7 persen.
33
Tabel 0.15 Rerata Konsumsi Kelompok Daging dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah
Istimewa Yogyakarta 2014
Kelompok Daging Unggas Daging Sapi, Daging Olahan Daging Olahan Daging Daging Babi Daging Total
Umur Kerbau Kambing, domba Unggas sapi,Kerbau dan Olahan Lainnya
Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0 59 bln 22,6 61,0 4,1 24,2 1,1 9,1 11,6 40,7 2,0 10,6 0,0 0,0 0,0 0,0 41,4 76,4
5 12 thn 53,4 81,8 4,7 24,0 5,0 27,0 5,9 20,6 7,9 19,3 0,0 0,0 0,1 1,1 76,9 95,7
13 18 thn 63,1 109,5 13,9 68,9 3,7 17,9 5,1 24,8 7,5 16,9 0,0 0,0 0,0 0,0 93,2 128,1
19 55 thn 46,9 77,7 8,6 36,2 2,4 17,3 1,2 8,9 5,2 17,1 0,3 11,4 0,0 0,0 64,6 90,1
> 55 thn 24,3 60,9 6,3 27,7 1,7 12,8 0,2 2,1 0,9 9,5 0,0 0,0 0,0 0,0 33,4 69,1
Semua umur 42,5 78,4 7,9 37,4 2,6 17,3 2,3 15,0 4,5 15,7 0,2 8,2 0,0 0,4 59,9 91,7
Gambar 0.6 Rerata Konsumsi Kelompok Daging dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
34
Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok daging dan olahan di Daerah
Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah daging unggas yaitu sebesar 42,5 gram per hari, diikuti
daging sapi, kerbau sebesar 7,9 gram per hari serta olahan daging sapi kerbau sebesar 4,5 gram
perhari. Berdasarkan kelompok umur, rata-rata penduduk mengonsumsi daging unggas tertinggi
pada kelompok umur 13-18 tahun yaitu sebesar 63,1 gram per hari dan terendah kelompok umur
0-59 bulan sebesar 22,6 gram per hari. Rata-rata penduduk mengonsumsi daging sapi kerbau
tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun sebesar 13,9 gram perhari dan terendah kelompok
umur 0-59 bulan sebesar 4,1 gram per hari. Rata-rata penduduk mengonsumsi olahan daging
sapi kerbau tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun yaitu sebesar 7,9 gram per hari dan
terendah pada kelompok umur > 55 tahun sebesar 0,9 gram per hari.
Tabel 0.16 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Daging dan Olahan
Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Proporsi penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok daging dan olahan di Daerah
Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah daging unggas sebesar 36,9 persen diikuti olahan daging
sapi kerbau 12,4 persen dan daging sapi kerbau 7,8 persen. Berdasarkan kelompok umur
proporsi penduduk mengonsumsi daging unggas tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun yaitu
sebesar 47,5 persen dan terendah kelompok umur > 55 tahun sebesar 24,7 persen. Proporsi
penduduk mengonsumsi olahan daging sapi kerbau tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun
sebesar 22,2 persen dan terendah kelompok umur > 55 tahun sebesar 2,4 persen. Proporsi
penduduk mengonsumsi daging sapi kerbau tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun sebesar
9,4 persen dan terendah pada kelompok umur 5-12 tahun sebesar 4,2 persen.
35
Tabel 0.17 Rerata Konsumsi Kelompok Jeroan dan Olahan per orang per hari (gram)
Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakart 2014
Gambar 0.7 Rerata Konsumsi Kelompok Jeroan dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur,
Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok jeroan dan olahan di Daerah
Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah jeroan unggas yaitu sebesar 1,6 gram per hari, diikuti
jeroan lainnya sebesar 1,0 gram per hari dan jeroan hewan berkaki empat sebesar 0,5 gram
perhari. Berdasarkan kelompok umur, rata-rata penduduk mengonsumsi jeroan unggas tertinggi
pada kelompok umur 0-59 bulan yaitu sebesar 2,6 gram per hari dan terendah kelompok umur
>55 tahun sebesar 0,3 gram per hari. Rata-rata penduduk mengonsumsi jeroan laiinya tertinggi
pada kelompok umur 19-55 tahun sebesar 1,3 gram perhari dan terendah kelompok umur 0-59
bulan sebesar 0,1 gram per hari. Rata-rata penduduk mengonsumsi jeroan hewan berkaki empat
tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun yaitu sebesar 1,4 gram per hari dan terendah pada
kelompok umur 0-12 tahun sebesar 0,0 gram per hari.
36
Tabel 0.18 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Jeroan dan Olahan
Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Proporsi penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok jeroan dan olahan di Daerah
Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah jeroan lainnya sebesar 4,0 persen diikuti jeroan unggas 3,0
persen dan jeroan hewan berkaki empat 0,6 persen. Berdasarkan kelompok umur proporsi
penduduk mengonsumsi jeroan lainnya tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun yaitu sebesar
5,4 persen dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 0,0 persen. Proporsi penduduk
mengonsumsi jeroan unggas tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun sebesar 6,2 persen dan
terendah kelompok umur > 55 tahun sebesar 0,5 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi
jeroan hewan berkaki empat tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun sebesar 2,5 persen dan
terendah pada kelompok umur 0-12 tahun sebesar 0,0 persen.
37
Tabel 0.19 Rerata Konsumsi Kelompok Ikan dan Olahan per orang per hari (gram)
Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Cumi,
Kelompok Udang,
Kerang, Hewan Air Total
Umur Ikan Laut Olahan Ikan Ikan Air Tawar Kepiting dan
Keong dan lainnya
Olahan
Olahan
Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0 59 bln 1,3 8,3 0,5 5,0 15,0 63,6 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 16,8 63,9
5 12 thn 6,2 37,1 2,5 10,8 32,1 96,5 2,7 17,2 1,1 7,2 0,0 0,0 44,7 110,3
13 18 thn 13,3 66,4 3,4 22,8 12,0 58,3 2,1 20,6 1,3 7,7 0,0 0,0 32,1 94,9
19 55 thn 10,4 42,8 2,6 18,3 16,1 71,6 0,9 7,8 0,4 5,1 0,0 0,0 30,4 83,8
> 55 thn 8,3 40,0 2,4 12,6 9,4 57,9 0,5 5,1 0,4 5,2 0,0 0,0 20,9 70,5
Semua
9,3 43,5 2,5 16,6 15,6 70,1 1,1 10,4 0,6 5,5 0,0 0,0 29,1 84,4
umur
Gambar 0.8 Rerata Konsumsi Kelompok Ikan dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur,
Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok ikan dan olahan di Daerah Istimewa
Yogyakarta tertinggi adalah ikan air tawar yaitu sebesar 15,6 gram per hari, diikuti ikan laut
sebesar 9,3 gram per hari dan olahan ikan sebesar 2,5 gram per hari. Berdasarkan kelompok
umur, rata-rata penduduk mengonsumsi ikan air tawar tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun
yaitu sebesar 32,1 gram per hari dan terendah kelompok umur > 55 tahun sebesar 9,4 gram per
hari. Rata-rata penduduk mengonsumsi ikan laut tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun
sebesar 13,3 gram per hari dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 1,3 gram per hari.
Rata-rata penduduk mengonsumsi olahan ikan tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun yaitu
sebesar 3,4 gram per hari dan terendah pada kelompok umur 0-59 bulan sebesar 1,3 gram per
hari.
38
Tabel 0.20 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Ikan dan Olahan
Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Kelompok Cumi,
Udang,
Umur Olahan Ikan Air Kerang, Hewan Air
Ikan Laut Kepiting dan
Ikan Tawar Keong dan lainnya
Olahan
Olahan
0 59 bln 2,5 1,3 5,1 0,0 0,0 0,0
5 12 thn 4,2 10,2 11,4 3,0 2,4 0,0
13 18 thn 7,4 5,6 6,2 3,7 3,1 0,0
19 55 thn 8,6 5,9 7,1 4,7 0,9 0,0
> 55 thn 5,1 6,8 4,2 3,7 0,5 0,0
Semua umur 6,9 6,3 6,6 4,0 1,1 0,0
Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok ikan dan olahan di Daerah
Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah ikan laut sebesar 6,9 persen diikuti ikan air tawar 6,6
persen dan olahan ikan sebesar 6,3 persen. Berdasarkan kelompok umur proporsi penduduk
mengonsumsi ikan laut tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun yaitu sebesar 8,6 persen dan
terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 2,5 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi ikan
air tawar tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun sebesar 11,4 persen dan terendah kelompok
umur > 55 tahun sebesar 4,2 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi olahan ikan tertinggi
pada kelompok umur 5-12 tahun sebesar 10,2 persen dan terendah pada kelompok umur 0-59
bulan sebesar 1,3 persen.
39
Tabel 0.21 Rerata Konsumsi Kelompok Telur dan Olahan per orang per hari (gram)
Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Gambar 0.9 Rerata Konsumsi Kelompok Telur dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok
Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok telur dan olahan di Daerah Istimewa
Yogyakarta tertinggi adalah telur ayam yaitu sebesar 25,20 gram per hari, diikuti olahan telur
sebesar 0,36 gram per hari dan telur bebek sebesar 0,34 gram perhari. Berdasarkan kelompok
umur, rata-rata penduduk mengonsumsi telur ayam tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun
yaitu sebesar 33,13 gram per hari dan terendah kelompok umur >55 tahun sebesar 16,32 gram
per hari. Rata-rata penduduk mengonsumsi olahan telur tertinggi pada kelompok umur 19-55
tahun sebesar 0,46 gram perhari dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 0,0 gram per
hari. Rata-rata penduduk mengonsumsi telur bebek tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun
yaitu sebesar 0,63 gram per hari dan terendah pada kelompok umur 0-59 bulan sebesar 0,0
gram per hari.
40
Tabel 0.22 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Telur dan Olahan
Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok telur dan olahan di Daerah
Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah telur ayam sebesar 51,5 persen diikuti telur bebek sebesar
1,0 persen dan olahan telur sebesar 0,6 persen. Berdasarkan kelompok umur proporsi penduduk
mengonsumsi telur ayam tertinggi pada kelompok umur 0-59 bulan yaitu sebesar 60,8 persen
dan terendah kelompok umur > 55 tahun sebesar 37,7 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi
telur bebek tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun sebesar 1,5 persen dan terendah
kelompok umur 0-59 bulan dan > 55 tahun sebesar 0,0 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi
olahan telur tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun dan > 55 tahun sebesar 0,7 persen dan
terendah pada kelompok umur 0-59 bulan sebesar 0,0 persen.
Bahan makanan kelompok susu dan olahan menurut kelompok umur dibagi menjadi 6 kelompok
yaitu : 1) susu kental manis, 2) susu bubuk 3) susu cair, 4) susu formula balita, 5) susu formula
khusus, 6) susu olahan. Informasi secara lengkap bahan makanan kelompok susu dan olahan
dapat dilihat pada Tabel 3.22 dan Tabel 3.23.
Tabel 0.23 Rerata Konsumsi Kelompok Susu dan Olahan per orang per hari (gram)
Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
41
Gambar 0.10 Rerata Konsumsi Kelompok Susu dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur,
Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok susu dan olahan di Daerah Istimewa
Yogyakarta tertinggi adalah susu cair yaitu sebesar 5,0 gram per hari, diikuti susu kental manis
sebesar 4,4 gram per hari dan susu formula balita sebesar 2,4 gram per hari. Berdasarkan
kelompok umur, rata-rata penduduk mengonsumsi susu cair tertinggi pada kelompok umur 5-12
tahun yaitu sebesar 21,1 gram per hari dan terendah kelompok umur > 55 tahun sebesar 0,9
gram per hari. Rerata penduduk mengonsumsi susu kental manis tertinggi pada kelompok umur
0-59 bulan sebesar 23,3 gram per hari dan terendah kelompok umur > 55 tahun sebesar 2,3
gram per hari. Rerata penduduk mengonsumsi susu formula balita tertinggi pada kelompok umur
0-59 bulan yaitu sebesar 41,5 gram per hari dan terendah pada kelompok umur 5-12 tahun
sebesar 4,0 gram per hari.
Tabel 0.24 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Susu dan Olahan
Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok susu dan olahan di Daerah
Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah susu kental manis sebesar 12,3 persen diikuti susu bubuk
sebesar 7,6 persen dan susu cair sebesar 4,1 persen. Berdasarkan kelompok umur proporsi
42
penduduk mengonsumsi susu kental manis tertinggi pada kelompok umur 0-59 bulan yaitu
sebesar 25,3 persen dan terendah kelompok umur > 55 tahun sebesar 7,8 persen. Proporsi
penduduk mengonsumsi susu bubuk tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun sebesar 16,2
persen dan terendah kelompok umur 19-55 sebesar 5,6 persen. Proporsi penduduk
mengonsumsi olahan susu tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun sebesar 13,8 persen dan
terendah pada kelompok umur > 55 tahun sebesar 0,7 persen.
Tabel 0.25 Rerata Konsumsi Kelompok Minyak, Lemak dan Olahan per orang per hari
(gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Gambar 0.11 Rerata Konsumsi Kelompok Minyak, Lemak dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut
Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
43
Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok minyak, lemak dan olahan di Daerah
Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah minyak kelapa dan olahan yaitu sebesar 28,5 gram per
hari, diikuti minyak kelapa sawit dan minyak kelapa sebesar 20,8 gram per hari dan minyak
lainnya, lemak dan olahan sebesar 0,9 gram per hari. Berdasarkan kelompok umur, rerata
penduduk mengonsumsi kelapa dan olahan tertinggi pada kelompok umur > 55 tahun yaitu
sebesar 38,3 gram per hari dan terendah kelompok umur 13-18 tahun sebesar 13,1 gram per
hari. Rata-rata penduduk mengonsumsi minyak kelapa sawit dan minyak kelapa tertinggi pada
kelompok umur 19-55 tahun sebesar 23,7 gram per hari dan terendah kelompok umur 0-59 bulan
sebesar 10,6 gram per hari. Rata-rata penduduk mengonsumsi minyak lainnya, lemak dan
olahan tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun yaitu sebesar 1,1 gram per hari dan terendah
pada kelompok umur 0-59 bulan sebesar 0,7 gram perhari.
Tabel 0.46 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Minyak, Lemak dan
Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok minyak, lemak dan olahan di
Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah minyak kelapa sawit dan minyak kelapa sebesar
94,5 persen diikuti kelapa dan olahan sebesar 48,5 persen dan minyak lainnya, lemak dan
olahan sebesar 13,8 persen. Berdasarkan kelompok umur proporsi penduduk mengonsumsi
minyak kelapa sawit dan minyak kelapa tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun yaitu sebesar
98,8 persen dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 81,0 persen. Proporsi penduduk
mengonsumsi kelapa dan olahan tertinggi pada kelompok umur > 55 tahun sebesar 61,6 persen
dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 26,6 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi
olahan minyak lainnya, lemak dan olahan tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun sebesar 16,2
persen dan terendah pada kelompok umur 0-59 bulan sebesar 10,1 persen.
44
Tabel 0.57 Rerata Konsumsi Kelompok Gula dan Konfeksionari per orang per hari
(gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Lainnya
Kelompok
Gula Permen Sirup Coklat (madu,Selai agar- Total
Umur
agar, jely)
Rerat SD Rera SD Rera SD Rera SD Rerata SD Rerata SD
a ta ta ta
0 59 bln 12,55 17,37 1,13 3,32 0,00 0,00 0,29 2,02 4,50 15,12 18,48 22,11
5 12 thn 21,85 23,32 1,45 3,59 0,76 4,33 1,95 8,09 7,18 31,51 33,18 39,75
13 18 thn 21,19 18,55 0,69 2,72 0,86 4,75 1,30 5,08 2,13 10,92 26,17 23,31
19 55 thn 31,59 27,05 0,05 0,67 0,47 3,42 0,39 2,64 0,33 4,39 32,84 28,46
> 55 thn 32,48 27,90 0,04 0,44 0,06 0,88 0,27 1,79 0,17 1,56 33,02 28,21
Semua umur 28,96 26,39 0,30 1,73 0,42 3,21 0,60 3,71 1,34 11,60 31,61 29,19
Gambar 0.12 Rerata Konsumsi Kelompok Gula dan Konfeksionari per orang per hari (gram) Menurut Kelompok
Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok gula dan konfeksionari di Daerah
Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah gula yaitu sebesar 28,96 gram per hari, diikuti lainnya
(madu, selai agar-agar, jely) sebesar 1,34 gram per hari dan coklat sebesar 0,60 gram per hari.
Berdasarkan kelompok umur, rerata penduduk mengonsumsi gula tertinggi pada kelompok umur
> 55 tahun yaitu sebesar 32,48 gram per hari dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar
12,55 gram per hari. Rata-rata penduduk mengonsumsi lainnya (madu, selai agar-agar, jely)
tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun sebesar 7,18 gram per hari dan terendah kelompok
umur > 55 tahun sebesar 0,17 gram per hari. Rata-rata penduduk mengonsumsi coklat tertinggi
pada kelompok umur 5-12 tahun yaitu sebesar 1,9 gram per hari dan terendah pada kelompok
umur > 55 tahun sebesar 0,27 gram per hari.
45
Tabel 0.28 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Gula dan Konfeksionari
Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok gula dan konfeksionari di
Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah gula sebesar 92,3 persen diikuti lainnya (madu,
selai agar-agar, jely) sebesar 4,7 persen dan coklat sebesar 4,5 persen. Berdasarkan kelompok
umur proporsi penduduk mengonsumsi gula tertinggi pada kelompok umur > 55 tahun yaitu
sebesar 94,9 persen dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 68,4 persen. Proporsi
penduduk mengonsumsi lainnya (madu, selai agar-agar, jely) tertinggi pada kelompok umur 5-12
tahun sebesar 12,0 persen dan terendah kelompok umur > 55 tahun sebesar 2,4 persen.
Proporsi penduduk mengonsumsi coklat tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun sebesar 10,2
persen dan terendah pada kelompok umur > 55 tahun sebesar 2,4 persen.
Tabel 0.29 Rerata Konsumsi Kelompok Bumbu per orang per hari (gram) Menurut
Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
46
Gambar 0.13 Rerata Konsumsi Kelompok Bumbu per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur Daerah
Istimewa Yogyakarta 2014
47
Tabel 0.30 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Bumbu Menurut Kelompok Umur
Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Jenis Bumbu
Kelompok
Umur Vetsin/ MSG/ Bumbu Bumbu Bumbu Bahan
Garam
Mecin Instan Kering Basah Tambahan
0 59 bln 88,6 17,7 20,3 24,1 59,5 0,0
5 12 thn 97,6 29,9 22,2 28,1 80,2 0,6
13 18 thn 100,0 34,0 32,1 39,5 84,6 1,9
19 55 thn 99,5 29,0 26,0 35,0 79,2 0,9
> 55 thn 99,8 33,3 15,9 30,6 80,4 0,7
Semua umur 98,9 30,0 23,5 33,2 79,2 0,9
Proporsi penduduk yang mengonsumsi bumbu di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah
garam sebesar 98,9 persen diikuti bumbu basah sebesar 79,2 persen dan bumbu kering sebesar
33,2 persen. Berdasarkan kelompok umur proporsi penduduk mengonsumsi garam tertinggi pada
kelompok umur 13-18 tahun yaitu sebesar 100 persen dan terendah kelompok umur 0-59 bulan
sebesar 88,6 persen. Proporsi penduduk penduduk mengonsumsi bumbu basah tertinggi pada
kelompok umur 13-18 tahun yaitu sebesar 84,6 persen dan terendah kelompok umur 0-59 bulan
sebesar 59,5 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi bumbu kering tertinggi pada kelompok
umur 13-18 tahun sebesar 39,5 persen dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 24,1
persen.
48
Tabel 0.31 Rerata Konsumsi Kelompok Minuman per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa
Yogyakarta 2014
Gambar 0.14 Rerata Konsumsi Kelompok Minuman per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
49
Rerata konsumsi kelompok minuman jenis minuman serbuk, tertinggi adalah teh instan/ daun
kering (3.8 g) dan terendah adalah minuman serbuk (1.2 g). Konsumsi minuman teh instan/ daun
kering tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun (7 g) dan terendah pada kelompok usia 0-59
bulan (0.6 g). Konsumsi kopi bubuk tertinggi pada kelompok usia 19-55 tahun (4.95 g) dan
terendah pada kelompok usia 5-12 tahun (0.57 g). Sedangkan pada minuman serbuk, konsumsi
tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun (3.6 g) dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun
(0.3 g). Konsumsi jenis minuman cair pada semua kelompok usia, tertinggi adalah konsumsi
minuman kemasan cair (15.4 ml), terendah adalah minuman beralkohol (0.02 ml). Konsumsi
minuman berkarbonasi tertinggi pada kelompok usia 19-55 tahun (6.4 ml) dan terendah pada
kelompok usia 0-58 bulan dan > 55 tahun (0.2 ml). Konsumsi minuman beralkohol hanya pada
kelompok usia 5-12 tahun (0.13 ml) dan kelompok usia 19-55 tahun (0.02 ml). Konsumsi tertinggi
minuman lainnya pada kelompok usia 5-12 tahun (3.74 ml) dan terendah pada kelompok usia >
55 tahun (0.01 ml).
Proporsi penduduk yang mengonsumsi minuman menurut kelompok umur di Daerah Istimewa
Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 3.32.
Tabel 3.32 menunjukkan proporsi penduduk yang mengonsumsi minuman menurut kelompok
umur. Proporsi tertinggi penduduk mengonsumsi jenis minuman serbuk adalah minuman serbuk
(74.1%) dan terendah adalah jenis minuman kopi bubuk (15.9%). Proporsi tertinggi penduduk
mengonsumsi teh instan pada kelompok usia > 55 tahun (81.7%) dan terendah pada kelompok
usia 0-59 bulan (26.6%). Proporsi tertinggi penduduk mengonsumsi kopi bubuk pada kelompok
usia 19-55 tahun (22.7%), dan terendah mengonsumsi kopi bubuk pada kelompok usia 5-12
tahun (3%), sedangkan penduduk kelompok usia 0-59 bulan tidak mengonsumsi kopi bubuk.
Proporsi tertinggi penduduk mengonsumsi jenis minuman cairan adalah minuman kemasan
cairan (6.8%), disusul minuman berkarbonasi (2.4%), sedangkan terendah adalah minuman
beralkohol (0.1%). Proporsi tertinggi penduduk mengonsumsi minuman kemasan cairan pada
kelompok usia 5-12 tahun (12.6%), terendah pada kelompok usia >55 tahun (1.5%). Proporsi
tertinggi penduduk mengonsumsi minuman berkarbonasi adalah pada kelompok usia 0-59 bulan
(2.5%) dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (0.7%). Penduduk yang mengonsumsi
minuman beralkohol hanya pada 2 kelompok usia yaitu 5-12 tahun dan 19-55 tahun. Proporsi
penduduk mengonsumsi minuman beralkohol pada kelompok usia 5-12 tahun (0.6%) lebih tinggi
dibanding usia 19-55 tahun (0.1%).
50
Tabel 0.33 Rerata Konsumsi Kelompok Makanan Komposit per orang per hari (gram)
Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Gambar 0.15 Rerata Konsumsi Kelompok Makanan Komposit per orang per hari (gram) Menurut Kelompok
Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Rerata tertinggi konsumsi makanan komposit pada semua kelompok usia adalah pizza (0.8 g),
disusul ayam goreng (0.4 g) dan terendah adalah burger (0.02 g). Sedangkan kentang goreng
tidak ada yang mengonsumsi. Konsumsi pizza hanya pada kelompok usia 13-55 tahun.
Konsumsi ayam goreng tertinggi pada kelompok usia 13-18 tahun (2.4 g), terendah pada
kelompok usia 19-55 tahun (0.2 g), sedangkan pada kelompok usia 5-12 tahun dan > 55 tahun
tidak mengonsumsi ayam goreng. Konsumsi burger hanya pada kelompok usia 19-55 tahun (0.04
g).
51
Proporsi penduduk yang mengonsumsi makanan komposit menurut kelompok umur di Daerah
Istimewa Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 3.34.
Penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan survey ini hanya mengonsumsi ayam
goreng dan pizza, masing-masing sebanyak 0.4 persen. Proporsi tertinggi penduduk yang
makan ayam goreng adalah pada kelompok usia 0-59 bulan (2.5%), dan terendah pada
kelompok usia 19-55 tahun (0.1%), kelompok usia 5-12 tahun dan > 55 tahun tidak mengonsumsi
ayam goreng. Penduduk yang mengonsumsi pizza hanya pada kelompok usia 13-18 tahun
(1.9%) dan kelompok usia 19-55 tahun (0.3%).
Tabel 0.35 Rerata Konsumsi Kelompok Air per orang per hari (ml) Menurut Kelompok
Umur Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
52
Gambar 0.16 Rerata Konsumsi Kelompok Air per orang per hari (ml), Menurut Kelompok Umur Daerah Istimewa
Yogyakarta 2014
Rerata tertinggi konsumsi air minum pada kelompok uisa 19-55 tahun (1.330,6 ml), terendah
pada kelompok usia 0-59 bulan (729,7 ml). rerata tertinggi konsumsi air minum kemasan
bermerek adalah pada kelompok usia 19-55 tahun (248,6 ml), terendah pada kelompok usia 0-59
bulan (87.9 ml). Rerata tertinggi konsumsi minuman cair kemasan pabrikan adalah pada
kelompok usia 5-12 tahun (38.7 ml) dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (2.5 ml).
Proporsi penduduk yang mengonsumsi air menurut kelompok umur di Daerah Istimewa
Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 3.36
Tabel 0.36 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Air Menurut Kelompok UmurDaerah
Istimewa Yogyakarta 2014
Sumber Air
53
Proporsi tertinggi penduduk yang mengonsumsi air minum berdasarkan sumber air adalah
mengonsumsi air minum (97.7%) dan terendah mengonsumsi minuman cair kemasan pabrikan
(9.3%). Proporsi tertinggi penduduk mengonsumsi air minum adalah pada kelompok usia 13-18
tahun (98.8%), dan terendah pada kelompok usia 0-59 bulan (92.4%). Proporsi tertinggi
penduduk mengonsumsi air minuman kemasan bermerek adalah pada kelompok usia 19-55
tahun (27.5%), dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (11.0%). Proporsi tertinggi
penduduk mengonsumsi minuman cair kemasan pabrikan adalah pada kelompok usia 5-12 tahun
(13.8%) dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (2.0%).
Tabel 0.37 Rerata Konsumsi Kelompok Suplemen dan Jamu per orang per hari (mg)
Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Suplemen Jamu
Kelompok Multi Vitamin Non Multi Minuman Total Jamu Jamu Total
Umur (mg) Vitamin (mg) Suplemen (ml) Tradisional (ml) Pabrikan (mg)
Rerat SD Rerat SD Rerata SD Rerat SD Rerat SD Rerata SD Rerat SD
a a a a a
0 59 bln 3.30 31.70 0.00 0.0 0.00 0.00 3.3 31.65 0.00 0.00 0.02 0.08 0.02 0.08
5 12 thn 0.03 0.30 0.00 0.0 0.00 0.00 0.03 0.26 0.00 0.03 0.04 0.42 0.04 0.43
13 18 thn 0.00 0.04 0.00 0.0 0.00 0.00 0.00 0.04 0.00 0.03 0.06 0.92 0.06 0.92
19 55 thn 0.05 0.60 0.04 0.5 0.60 11.0 0.7 11.02 0.62 12.74 0.01 0.20 0.63 12.74
> 55 thn 0.47 6.90 0.00 0.00 0.50 15.01 0.9 16.49 0.91 8.64 0.00 0.00 0.91 8.64
Semua
0.30 7.60 0.02 0.3 0.40 10.8 0.7 13.23 0.54 10.10 0.02 0.34 0.56 10.11
umur
Gambar 0.17 Rerata Konsumsi Kelompok Suplemen dan Jamu per orang per hari (mg) Menurut Kelompok
Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
54
Rerata konsumsi suplemen tertinggi pada semua kelompok usia adalah minuman suplemen (0.4
ml) disusul multivitamin (0.3 mg) dan terendah non multivitamin (0.02 mg). Rerata konsumsi jamu
tradisional (0.54 ml) lebih tinggi dibanding konsumsi jamu pabrikan (0.02 mg) pada semua
kelompok usia. Konsumsi jamu tradisional hanya pada kelompok usia 19-55 tahun (0.62 ml) dan
> 55 tahun (0.91 ml), sedangkan pada usia 0-59 bulan dan 5-18 tahun tidak mengonsumsi jamu
tradisional. Rerata konsumsi jamu pabrikan tertinggi adalah pada kelompok usia 13-18 tahun
(0.06 mg) dan terendah pada kelompok usia 19-55 tahun (0.01 mg).
Proporsi penduduk yang mengonsumsi suplemen dan jamu menurut kelompok umur di Daerah
Istimewa Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 3.38.
Tabel 0.38 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Suplemen dan Jamu Menurut
Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Suplemen Jamu
Kelompok
Umur Multi Non Multi Minuman Jamu Jamu
Vitamin Vitamin Suplemen Tradisional Pabrikan
0 59 bln 2.5 0.0 0.0 0.0 3.8
5 12 thn 1.8 0.0 0.0 0.6 0.6
13 18 thn 0.0 0.0 0.0 0.6 0.6
19 55 thn 0.9 0.9 0.3 0.8 0.6
> 55 thn 1.0 0.2 0.0 1.7 0.0
Semua umur 1.0 0.5 0.2 0.9 0.6
55
Tabel 0.39 Rerata Konsumsi Serealia, Umbi/Pati, Kacang, Sayur, Buah, Daging dan
Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa
Yogyakarta 2014
Rerata tertinggi pada semua kelompok usia adalah serealia dan olahan (337.6 g), disusul sayur
dan olahan (65.9 g), daging dan olahan (59.9 g), buah dan olahan (50.5 g), umbi/pati dan olahan
(32.5 g), dan terendah kacang dan olahan (4.8 g). Rerata tertinggi konsumsi serealia dan olahan,
adalah pada kelompok usia 13-18 tahun (417 g), dan terendah pada kelompok usia 0-59 bulan
(245.3 g). Rerata tertinggi konsumsi sayur dan olahan adalah pada kelompok usia 19-55 tahun
(74.2 g) dan terendah pada kelompok usia 0-59 bulan (25 g). rerata tertinggi konsumsi daging
dan olahan adalah pada kelompok usia 13-18 tahun (93.2 g) dan terendah pada kelompok usia >
55 tahun (33.4 g). rerata tertinggi konsumsi buah dan olahan adalah pada kelompok usia 19-55
tahun (55.5 g) dan terendah pada kelompok usia 5-12 tahun (30.6 g). rerata tertinggi konsumsi
umbi/pati dan olahan adalah pada kelompok usia > 55 tahun (43.8 g) dan terendah pada
kelompok usia 0-59 bulan (13 g). Rerata tertinggi konsumsi kacang dan olahan adalah pada
kelompk usia 5-12 tahun (6.3 g) dan terendah pada kelompok usia 0-59 bulan (0.4 g).
56
Tabel 0.40. Rerata Konsumsi Jeroan, Ikan, Telur, Susu, Minyak, olahannya, Gula dan
konfeksionari per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa
Yogyakarta 2014
Tabel 3.40. menunjukkan rerata konsumsi jeroan, ikan, telur, susu, minyak olahannya, gula dan
konfeksionari penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta. Rerata konsumsi tertinggi adalah
konsumsi minyak dan olahan (50.3 g), disusul gula dan konfeksionari (31.6 g), ikan dan olahan
(29.1 g), telur dan olahan (26.3 g), susu bubuk dan dan olahannya (11.4 g) dan terendah jeroan
dan olahan (3 g). Rerata tertinggi konsumsi minyak dan olahan adalah pada kelompok usia > 55
tahun (57.9 g) dan terendah pada kelompok usia 0-59 nbulan (30.6 g). Rerata tertinggi konsumsi
gula dan konfeksionari adalah pada kelompok usia 5-12 tahun (33.2 g) dan terendah pada
kelompok usia 0-59 bulan (18.5 g). Rerata tertinggi konsumsi ikan dan olahan pada kelompok
usia 5-12 tahun (44.7 g) dan terendah pada kelompok usia 0-59 bulan (16.8 g). Rerata tertinggi
konsumsi telur dan olahan adalah pada kelompok usia 5-12 tahun (34.6 g) dan terendah pada
kelompok usia > 55 tahun (16.8 g). Rerata tertinggi konsumsi susu bubuk dan olahannya adalah
pada kelompok usia 0-59 bulan (95,1 g) dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (3,0 g).
Rerata tertinggi konsumsi jeroan dan olahan pada kelompok usia 13-18 tahun (3.9 g) dan
terendah pada kelompok usia > 55 tahun (2.0 g).
57
Tabel 0.41 Rerata Konsumsi Bumbu, Minuman, Makanan Komposit, Air dan Suplemen per orang per hari (gram) Menurut
Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Tabel 3.41. menunjukkan rerata konsumsi bumbu, minuman, makan komposit, air dan suplemen menurut kelompok umur, penduduk
Daerah Istimewa Yogyakarta. Rerata tertinggi pada semua kelompok usia adalah konsumsi air (30.1 g), disusul konsumsi konsumsi bumbu
(20.4 g), minuman cair (19.6 g), minuman serbuk (8.2 g), makanan komposit (1.3 g), suplemen (0.7 g), dan terendah konsumsi jamu (0.56
g). rerata tertinggi konsumsi air pada kelompok usia 5-12 tahun (53.6 g) dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (9.4 g). rerata
tertinggi konsumsi bumbu pada kelompok usia > 55 tahun (21.8 g) dan terendah pada kelompok usia 0-59 bulan (7 g). rerata tertinggi
konsumsi minuman cair pada kelompok usia 5-12 tahun (38.7 g) dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (2.5 g). rerata tertinggi
konsumsi minuman serbuk pada kelompok usia 5-12 tahun (11.2 g) dan terendah pada kelompok usia 0-59bulan (1.2 g). Rerata tertinggi
konsumsi makanan komposit pada kelompok usia 13-18 tahun (6.2 g) dan terendah pada kelompok usia 19-55 tahun (1.1 g), kelompok
usia 5-12 tahun dan > 55 tahun tidak mengonsumsi makanan komposit. Konsumsi suplemen tertinggi pada kelompok usia 0-59 bulan (3.3
g), terendah pada kelompok usia 19-55 tahun (0.7 g), sedangkan pada kelompok usia 5-18 tahun tidak mengonsumsi suplemen. Rerata
tertinggi konsumsi jamu pada kelompok uusia > 55 tahun dan terendah pada kelompok usia 0-59 bulan.
58
3.4. Asupan dan Kecukupan Energi
Rerata asupan energi menurut kelompok umur dan jenis kelamin penduduk Daerah Istimewa
Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 3.42
Tabel 0.42 Rerata Asupan Energi Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Rerata asupan energi penduduk laki-laki baik di daerah perkotaan, perdesaan maupun secara
keseluruhan lebih tinggi dibanding penduduk perempuan. Rerata asupan energi penduduk laki-
laki di daerah perkotaan maupun daerah pedesaan, paling tinggi pada kelompok usia 13-18
tahun dan terendah pada kelompok > 55 tahun. Rerata asupan energi penduduk laki-laki di
daerah pedesaan, tertinggi pada kelompok usia 19-55 tahun dan terendah pada kelompok usia
5-12 tahun. Sedangkan rerata asupan energi penduduk perempuan di daerah
perdesaan,tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun, dan terendah pada kelompok usia > 55
tahun. Rerata kecukupan energi penduduk menurut karakteristik, Daerah Istimewa Yogyakarta
dapat dilihat pada Tabel 3.43.
59
Tabel 0.43 Rerata Kecukupan Energi Menurut Karakteristik Daerah Istimewa
Yogyakarta 2014
Tempat Tinggal
Perkotaan 80 30
Perdesaan 78 27
Rerata kecukupan energi pada laki-laki berdasarkan kelompok usia, tertinggi pada kelompok
usia 0-59 bulan (99%) dan terendah pada kelompok usia 19-55 tahun (78%). rerata kecukupan
energi pada perempuan berdasarkan kelompok usia, tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun
(96%), terendah pada kelompok usia 19-55 tahun (72%). Berdasarkan tempat tinggal, rerata
kecukupan energi penduduk perkotaan lebih tinggi dibanding perdesaan. Berdasarkan kuintil
indeks kepemilikan, kelompok teratas memiliki rerata kecukupan energi tertinggi, dan kelompok
menengah bawah memiliki rerata kecukupan energi terendah.
60
Tabel 0.44 Proporsi penduduk menurut karakteristik demografi dan status
kepemilikan asset,dan menurut tingkat kecukupan asupan energi, Daerah Istimewa
Yogyakarta 2014
Tabel 3.44 menunjukkan proporsi penduduk menurut karakteristik demografi dan status
kepemilikan asset, dan menurut tingkat kecukupan asupan energi, Daerah Istimewa
Yogyakarta 2014.
Proporsi tertinggi penduduk yang defisit energi (< 70 AKE) menurut kelompok usia, tertinggi
pada kelompok usia 19-55 tahun (48%), terendah pada kelompok usia 0-59 bulan (0,0%).
Proporsi penduduk yang defisit energi menurut jenis kelamin, menunjukkan bahwa perempuan
lebih mengalami defisit energi dibanding laki-laki. Berdasarkan tempat tinggal, penduduk daerah
perkotaan lebih mengalami defisit energi dibanding perdesaan. Berdasarkan kuintil indeks
kepemilikan, penduduk kelas menengah bawah mengalami defisit energi tertinggi (57,8%) dan
penduduk kelas teratas mengalami defisit energi terendah. Proporsi tertinggi penduduk yang
lebih dari 130 AKE menurut kelompok usia, tertinggi pada kelompok usia 0-59 bulan (24,6%),
terendah pada kelompok usia 19-55 tahun (4,2%). Proporsi pendudk yang lebih dari 100 AKE
menurut jenis kelamin, menunjukkan bahwa laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan.
Berdasarkan tempat tinggal, penduduk daerah perkotaan lebih mengalami kelebihan energi
dibanding perdesaan. Berdasarkan kuintil indeks kepemilikan, penduduk kelas teratas
mengalami kelebihan energi > 100 AKE tertinggi (9.0%) dan penduduk kelas menengah bawah
mengalami kelebihan energi > 100 AKG terendah (3.3%).
61
3.5. Asupan dan Kecukupan Protein
Rerata asupan protein penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin dan karakteristik tempat
tinggal di Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 3.45
Tabel 0.45 Rerata Asupan Protein Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Tabel 3.45 menunjukkan rerata asupan protein penduduk kelompok umur dan jenis kelamin
Daerah Istimewa Yogyakarta. Rerata asupan protein penduduk laki-laki di perkotaan, tertinggi
pada kelompok usia 13-18 tahun (78 g), dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (55 g).
Rerata asupan protein penduduk perempuan di perkotaan, tertinggi pada kelompok usia 5-12
tahun (72 g) dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (55 g). Rerata asupan protein
penduduk laki-laki di perdesaan, tertinggi pada kelompok usia 19-55 tahun (69 g) dan terendah
pada kelompok usia 5-12 tahun (47 g). rerata asupan protein penduduk perempuan di
perdesaan, tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun (56 g) dan terendah pada kelompok usia >
55 tahun (48 g).
Rerata kecukupan protein penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin, karakteristik tempat
tinggal dan indeks kepemilikan di Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 3.46
62
Tabel 0.46 Rerata Kecukupan Protein Menurut Karakteristik Daerah Istimewa
Yogyakarta 2014
Tempat Tinggal
Perkotaan 103.0 51.8
Perdesaan 93.4 41.6
Tabel 3.46 menunjukkan rerata kecukupan protein penduduk menurut karakteristik Daerah
Istimewa Yogyakarta. Rerata kecukupan protein penduduk laki-laki maupun perempuan
menurut kelompok usia, tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun (129,4% dan 131,0%) dan
terendah pada kelompok usia > 55 tahun (89,2% dan 79,7%). Berdasarkan tempat tinggal,
penduduk daerah perkotaan lebih tinggi kecukupan proteinnya dibanding penduduk daerah
perdesaan. Berdasarkan indeks kepemilikan, rerata kecukupan protein tertinggi pada penduduk
menengah teratas (116,8%) dan terendah pada kelompok menengah bawah (83,3%)
63
3.6. Asupan Lemak
Rerata asupan lemak penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin dan karakteristik tempat
tinggal di Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 3.47.
Tabel 0.47 Rerata Asupan Lemak Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, Daerah
Istimewa Yogyakarta 2014
Tabel 3.47 menunjukkan rerata asupan lemak penduduk menurut kelompok umur dan jenis
kelamin Daerah Istimewa Yogyakarta. Rerata asupan lemak penduduk laki-laki di perkotaan,
tertinggi pada kelompok usia 13-18 tahun (81.1 g), dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun
(52.2 g). Rerata asupan lemak penduduk perempuan di perkotaan, tertinggi pada kelompok usia
13-18 tahun (78.4 g) dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (45.1 g). Rerata asupan
lemak penduduk laki-laki di perdesaan, tertinmggi pada kelompok usia 19-55 tahun (70.7 g) dan
terendah pada kelompok usia 13-18 tahun (58.7 g). rerata asupan lemak penduduk perempuan
di perdesaan, tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun (76.0 g) dan terendah pada kelompok
usia > 55 tahun (20.9 g).
64
3.7. Asupan karbohidrat
Rerata asupan karbohidrat penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin dan karakteristik
tempat tinggal di Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 3.48.
Tabel 0.48 Rerata Asupan Karbohidrat Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Tabel 3.48 menunjukkan rerata asupan karbohidrat penduduk kelompok umur dan jenis kelamin
Daerah Istimewa Yogyakarta. Rerata asupan karbohidrat penduduk laki-laki di perkotaan,
tertinggi pada kelompok usia 13-18 tahun (302.6 g), dan terendah pada kelompok usia > 55
tahun (239.3 g). Rerata asupan karbohidrat penduduk perempuan di perkotaan, tertinggi pada
kelompok usia 13-18 tahun (254.2 g) dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (183.0 g).
Rerata asupan karbohidrat penduduk laki-laki di perdesaan, tertinggi pada kelompok usia 19-55
tahun (295.3 g) dan terendah pada kelompok usia 5-12 tahun (238 g). rerata asupan karbohidrat
penduduk perempuan di perdesaan, tertinggi pada kelompok usia 13-18 tahun (245.7 g) dan
terendah pada kelompok usia > 55 tahun (187 g).
65
3.8. Asupan natrium
Rerata asupan natrium penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin dan karakteristik
tempat tinggal di Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 3.49.
Tabel 0.49 Rerata Asupan Natrium Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin,
Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Tabel 3.49 menunjukkan rerata asupan natrium penduduk kelompok umur dan jenis kelamin
Daerah Istimewa Yogyakarta. Rerata asupan natrium penduduk laki-laki di perkotaan, tertinggi
pada kelompok usia 5-12 tahun (1554 mg), dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (702
mg). Rerata asupan natrium penduduk perempuan di perkotaan, tertinggi pada kelompok usia
13-18 tahun (2126 mg) dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (556 mg). Rerata asupan
natrium penduduk laki-laki di perdesaan, tertinggi pada kelompok usia 13-18 tahun (1258 mg)
dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (812 mg). Rerata asupan natrium penduduk
perempuan di perdesaan, tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun (1700 mg) dan terendah pada
kelompok usia > 55 tahun (536 mg).
66
3.9. Konsumsi gula, garam dan minyak/lemak
Rerata konsumsi gula, garam, minyak/lemak pada penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta
menurut karakteristik umur, jenis kelamin, tempat tinggal dan indeks kepemilikan dapat dilihat
pada Tabel 3.50.
Tabel 0.50 Rerata Konsumsi Gula, Garam, Minyak/Lemak Pada Penduduk Menurut
Karakteristik, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Tabel 3.50 menunjukkan rerata konsumsi gula, garam, minyak/lemak pada penduduk usia 10
tahun menurut karakteristik, Daerah Istimewa Yogyakarta. Rerata konsumsi gula, menurut
kelompok usia, tertinggi pada kelompok usia > 55 tahun dan terendah pada kelompok usia 13-18
tahun. Rerata konsumsi garam, menurut kelompok usia, tertinggi pada kelompok usia > 55 tahun
dan terendah pada kelompok usia 5-12 tahun. Rerata konsumsi minyak/lemak, menurut
kelompok usia, tertinggi pada kelompok usia 19-55 tahun (24.5 g) dan terendah pada kelompok
usia 10-12 tahun (17.6 g). Berdasarkan tempat tinggal, penduduk daerah perkotaan lebih rendah
rerata konsumsi gula, garam, maupun minyak/lemak dibanding penduduk daerah perdesaan.
Berdasarkan indeks kepemilikan, rerata konsumsi gula tertinggi pada penduduk menengah
bawah (30.2 g) dan terendah pada kelompok terbawah (28.9 g). Rerata konsumsi garam
tertinggi pada penduduk kelas menengah bawah dan terendah pada penduduk kelas menengah
atas. Rerata konsumsi minyak/lemak tertinggi pada penduduk menengah atas (22.9 g) dan
terendah pada penduduk kelas menengah (20.0 g).
67
Tabel 0.51 Proporsi penduduk mengonsumsi gula, natrium dan lemak melebihi pesan
Permenkes No 30 Tahun 2013 menurut karakteristik, Daerah Istimewa Yogyakarta
2014
Tabel 3.51 menunjukkan proporsi penduduk dengan asupan gula, natrium dan lemak, melebihi
batas yang ditetapkan Permenkes Nomor 30 tahun 2013 tentang AKG yang dianjurkan menurut
karakteristik, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014. Proporsi penduduk mengonsumsi gula 50
gram menurut kelompok umur tertinggi pada umur > 55 tahun sebesar 21,3 persen. Penduduk
perdesaan lebih banyak mengonsumsi gula dibanding perkotaan. Berdasarkan indeks
kepemilikan penduduk kelompok menengah bawah mengonsumsi gula 50 gram tertinggi
sebesar 18,8 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi natrium 2.000 mg menurut kelompok
umur tertinggi pada umur 13 18 tahun sebesar 24,4 persen. Penduduk perkotaan lebih banyak
mengonsumsi natrium dibanding perdesaan. Berdasarkan indeks kepemilikian kelompok
terbawah mengonsumsi natrium 2000 mg tertinggi sebesar 19,1 persen. Proporsi penduduk
mengonsumsi lemak 67 gram menurut kelompok umur tertinggi pada umur 13 18 tahun
sebesar 47,5 persen. Penduduk perkotaan lebih banyak mengonsumsi lemak dibanding
perdesaan. Berdasarkan indeks kepemilikan kelompok teratas mengonsumsi lemak 67 gram
tertinggi sebesar 51,6 persen.
68
3.10. Proporsi penduduk menurut tingkat kecukupan protein
Proporsi penduduk menurut karakteristik demografi dan status kepemilikan asset, dan menurut
tingkat kecukupan asupan protein di Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 3.52.
Tabel 3.52 Proporsi penduduk menurut karakteristik demografi dan status kepemilikan
asset, dan menurut tingkat kecukupan asupan protein, Daerah Istimewa Yogyakarta
2014
Proporsi tertinggi penduduk yang defisit protein (< 80 AKG) menurut kelompok usia, tertinggi
pada kelompok usia > 55 tahun (50%), terendah pada kelompok usia 0-59 tahun (13.9%).
Berdasarkan jenis kelamin, penduduk perempuan lebih banyak mengalami defisit protein
dibanding laki-laki. Berdasarkan tempat tinggal, penduduk daerah perdesaan lebih banyak
mengalami defisit protein dibanding perkotaan. Berdasarkan kuintil indeks kepemilikan,
penduduk kelas menengah bawah mengalami defisit energi tertinggi (50.8 persen) dan
penduduk kelas teratas mengalami defisit energi terendah (26.3%).
Proporsi tertinggi penduduk yang lebih dari 120 AKG protein menurut kelompok usia, tertinggi
pada kelompok usia 0-59 bulan (57,1%), terendah pada kelompok usia > 55 tahun (18%).
Berdasarkan jenis kelamin penduduk laki-laki mangalami yang lebih dari 120 AKG protein
dibanding perempuan. Berdasarkan tempat tinggal, penduduk daerah perkotaan lebih
mengalami kelebihan protein dibanding perdesaan. Berdasarkan kuintil indeks kepemilikan,
penduduk kelas teratas mengalami kelebihan protein 120 AKG tertinggi (42,0%) dan penduduk
kelas terbawah mengalami kelebihan protein 120 AKG terendah (15,3%).
69
BAB IV. KESIMPULAN
Hasil SKMI Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kelompok Bahan makanan yang dikonsumsi per orang per hari (gram)
a. Rerata berat serealia dan hasil olahannya yang paling banyak dikonsumsi adalah
beras sebesar 143,2 gram.
b. Rerata berat bahan makanan kelompok umbi dan olahannya yang paling banyak
dikonsumsi adalah singkong dan olahannya (19,1 g).
c. Rerata berat bahan makanan kelompok kacang-kacangan dan olahannya yang
paling banyak dikonsumsi adalah kacang kedelai dan olahannya sebanyak 72,3
gram.
d. Sayuran daun merupakan bahan makanan kelompok sayur dan olahan yang paling
banyak dikonsumsi dengan rerata seberat 65,5 gram.
e. Rerata berat bahan makanan dari kelompok buah-buahan dan hasil olahannya yang
paling banyak dikonsumsi adalah pisang (20,3 g ).
f. Daging dan hasil olahannya yang paling banyak dikonsumsi adalah daging unggas
dengan rerata berat 42,5 gram.
g. Jerohan dan olahannya yang paling banyak dikonsumsi adalah jerohan unggas
dengan rerata berat 1,6 gram.
h. Ikan dan olahannya yang paling banyak dikonsumsi adalah ikan air tawar dengan
rerata berat 15,6 gram.
i. Telur ayam merupakan bahan makanan yang dikonsumsi dengan berat paling besar
(25,2 gram) dibandingkan kategori bahan makanan dari kelompok telur yang lain.
Bahan makanan telur ayam dikonsumsi oleh hampir 52% penduduk dengan Proporsi
terbesar pada kelompok usia balita (0 59 bulan).
j. Total rerata konsumsi bahan makanan dari kelompok susu dan hasil olahannya
adalah sebesar 11,4 gram dengan rerata konsumsi terbesar berasal dari susu kental
manis 4,4 gram. Rerata konsumsi susu menurun seiring dengan peningkatan usia.
k. Rerata berat bahan makanan dari kelompok minyak, lemak dan hasil olahannya
yang di konsumsi paling banyak adalah minyak kelapa (28,5 gram). Minyak
dikonsumsi oleh semua kelompok umur
l. Rerata total berat bahan makanan dari kelompok gula, sirup dan konfeksionari yang
dikonsumsi adalah 31,61 gram dan 28,96 gram diantaranya berasal dari konsumsi
gula. Konsumsi gula meningkat seiring dengan peningkatan usia.
m. Rerata berat garam yang dikonsumsi adalah sebesar 3,7 gram dan dikonsumsi oleh
98,9% penduduk. Sepertiga penduduk (30%) mengonsumsi Vetsin/MSG/mecin
dengan rerata berat yang dikonsumsi sebesar 0,37 gram.
n. Teh instant/daun kering dikonsumsi oleh 67,2 persen penduduk dengan rerata
konsumsi sebesar 3,8 gram.
o. Kelompok bahan makanan komposit hanya dikonsumsi pada sekelompok kecil
penduduk (kurang dari 0,5% penduduk) dan dalam jumlah yang sangat sedikit yaitu
rerata 1,3 gram.
p. Rerata konsumsi air sebesar 1.466 mililiter dengan sumber terbesar berasal dari air
minum. Kelompok penduduk usia anak-anak (5-12 tahun) mempunyai rerata
konsumsi minuman cair kemasan pabrikan tertinggi dibandingkan kelompok umur
lainnya, yaitu 38,7 mililiter.
q. Rerata berat kelompok suplemen dan jamu yang paling banyak dikonsumsi adalah
jamu tradisional (0,54 mg), menyusul minuman suplemen (0,40 ml), multi vitamin
(0,30 mg), jamu pabrikan dan non multivitamin (0,02 mg dan 0,02 ml).
r. Konsumsi Bahan Makanan Menurut Kelompok Bahan Makanan: rerata konsumsi
kelompok serealia dan olahan sebanyak 337,6 gram, dengan konsumsi terbanyak
pada kelompok usia 13-18 tahun sebesar 417,0 gram. Rerata konsumsi kelompok
70
jeroan dan olahan sebanyak 3,0 gram, dengan konsumsi terbanyak pada kelompok
usia 13-18 tahun sebesar 3,9 gram.
4. Asupan Lemak
Rerata asupan lemak tertinggi dijumpai pada penduduk yang tinggal di perkotaan (umur
13-18 tahun) sebesar 81,1 gram, lebih tinggi dari konsumsi lemak penduduk berdomisili
di wilayah perdesaan pada kelompok umur yang sama (13-18 tahun) sebesar 58,7 gram.
5. Asupan Karbohidrat
Rerata asupan karbohidrat tertinggi dijumpai pada penduduk yang tinggal di perkotaan
(umur 13-18 tahun) sebesar 302,6 gram, lebih tinggi dibanding konsumsi karbohidrat
penduduk yang berdomisili di wilayah perdesaan pada kelompok umur yang sama (13-
18 tahun) sebesar 262,0 gram.
6. Asupan Natrium
Rerata asupan natrium tertinggi dijumpai pada penduduk yang tinggal di perkotaan
(umur 5-12 tahun) sebesar 1554 miligram, lebih tinggi dari asupan natrium penduduk
yang berdomisili di wilayah pedesaan dengan kelompok umur (5-12 tahun) sebesar 1097
miligram.
71
wilayah tempat tinggal, penduduk di daerah perdesaan lebih banyak mengonsumsi gula
sebesar 33,2 gram, dibanding penduduk didaerah perkotaan (28,4 g).
72
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier Sunita. 2006. Prinsip dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Nyoman Supariasa, Bakri Bachyar, Fajar Ibnu. 2002. Penilaian Status Gizi. ECG, Jakarta.
ATSDR (Agency for Toxic Substances and Disease Registry). 1995. Public Health
Statement Polycyclic Aromatic Hydrocarbon. CDC. Tersedia pada
[www.atsdr.cdc.gov/ToxProfiles/tp69-c1-b.pdf].
Duffey KJ, Gordon-Larsen P, Steffen LM, Jacobs Jr DR, Popkin BM. 2010. Drinking caloric
beverages increases the risk of adverse cardiometabolic outcomes in the Coronary Artery
Risk Development in Young Adults (CARDIA) Study. Am J Clin Nutr 92: 954-9.
EFSA, 2009. General Principles for the collection of national food consumption data in the
view of a pan European dietary survey. EFSA Journal 2009, 7(12): 1435.
Ferraro, P. M., et al. 2013. "Soda and Other Beverages and the Risk of Kidney
Stones."Clinical Journal of the American Society of Nephrology.doI: 10.2215/CJN/11661112
Grace Wyshak, Rose E. Frisch, Carbonated beverages, dietary calcium, the dietary
calcium/phosphorus ratio, and bone fractures in girls and boys, 1994. Journal of Adolescent
Health, Volume 15, Issue 3, May, Pages 210-215, ISSN 1054-139X,
http://dx.doi.org/10.1016/1054-139X(94)90506-1.
IFST (Institute of Food Science and Technology). 3-MCPD and Glycidyl ester. 2014.
Tersedia pada [www.ifst.org/science_technology_resources/for_food_professionals/
information_statements/3mcpd/].
Islam MR, Khan I, Hassan SMN, McEvoy M, DEste C, Attia J, et al. 2012. Association
between type 2 diabetes and chronic arsenic exposure in drinking water: a cross sectional
study in Bangladesh. Environ Health. 11: 38-45.
Jorhem L. Chapter 9: Heavy Metals. In: DMello JPF, editor. 2003. Food Safety:
Contaminants and Toxins. Wallingford: CABI Publishing, p. 199-215.
73
Larsson SC, Bergkvist L, Wolk A. 2006. Consumption of sugar and sugar-sweetened foods
and the risk of pancreatic cancer in a prospective study. Am J Clin Nutr 84: 1171-6.
Malik, V. S., et al. 2010. "Sugar-sweetened beverages and risk of metabolic syndrome and
type 2 diabetes: a meta-analysis." Diabetes Care 33(11): 2477-2483.
Smith LE, Stoltzfus RJ, Prendergast A. 2012. Food chain mycotoxin exposure, gut health,
and impaired growth: a conceptual framework. Adv Nutr 3: 526-31.
Soetrisno USS, Atmarita, Jahari AB, Sandjaja, Mudjianto TT, Almasyhuri,et al. 2008. Total
Diet Study: Pengembangan di Indonesia. Laporan Akhir Penelitian. Bogor: Puslitbang Gizi
dan Makanan Balitbangkes Depkes, 2008.
Williams JH, Phillips TD, Jolly PE, Stiles JK, Jolly CM, Aggarwal D. 204. Human aflatoxicosis
in developing countries: a review of toxicology, exposure, potential health consequences,
and interventions. Am J Clin Nutr 80: 1106-22.
World Health Organization (WHO) & Food and Agriculture Organization (FAO) of the United
Nations and European Food Safety Authority (EFSA). 2011. Towards a Hormonised Total
Diet Study approach: a Guidance document. Geneva: WHO.
74