Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS DIETETIK 2

ASUHAN GIZI PADA PASIEN ANAK DENGAN GIZI BURUK

Dosen pengampu :
Choirun Nissa, S.Gz, M.Gizi
Fillah Fithra Dieny, S.Gz, M.Si
Ayu Rahadiyanti, S.Gz, MPH
Deny Yudi Fitranti, S.Gz, M.Si
Ahmad Syauqy, S.Gz, MPH, PhD

Disusun oleh :

SEPTIANA DWI RUBYANTI 22030117120002

UNIVERSITAS DIPONEGORO
FAKULTAS KEDOKTERAN
ILMU GIZI
2020
STUDI KASUS DIETETIKA 2
ASUHAN GIZI PADA ANAK GIZI BURUK

I. LATAR BELAKANG
Seorang pasien bernama An. A berusia 2 tahun, berjenis kelamin perempuan
dengan tinggi badan 75 cm. Pada saat 3 minggu sebelum masuk rumah sakit
(SMRS) memiliki BB 7,5 kg, sedangkan pada saat masuk rumah sakit (MRS)
berat badannya menurun menjadi 6,8 kg. Saat datang ke rumah sakit mengalami
keluhan kaki bengkak sejak 3 bulan yang lalu sampai sekarang, sejak 2 minggu
terakhir anak panas, batuk dan pilek.
Keadaan umum An. P kesadaran baik, kelihatan pasif, rewel, rambut jarang
dan mudah dicabut, kulit kering, mata bengkak, perut datar, lemas, dan terdapat
ekstrimitas oedema. Hasil pemeriksaan klinis suhu 36°C, tekanan darah 110/65
mmHg. Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium berupa protein total 4,89 g/dl,
albumin 2,17 g/dl, globulin 2,7 g/dl, dan kadar Hb 8 g/dl.
Data anamnesa gizi sejak usia 6 bulan sudah diberikan bubur encer + sayur
bayam/sup wortel, 1 potong tahu. Setiap 2 minggu sekali diberikan telur, namun
hanya habis dikonsumsi sebanyak ½ butir. Meskipun sudah diberikan MP-ASI,
sampai sekarang masih diberikan ASI. Gambaran asupan makanan sebelum
dirawat adalah energi : 298,8 kkal, protein : 10 gram, lemak : 10,2 gram, dan
karbohidrat : 43 gram.

II. SKRINING (DATA UMUM)


A. Pemilihan Metode Skrining
Berdasarkan kasus An. P diketahui bahwa berusia 2 tahun atau termasuk
anak (Permenkes RI No. 41 Tahun 2014) sehingga metode skrining yang tepat
digunakan dalam kasus ini adalah menggunakan The Screening Tool for Risk
of Impaired Nutrition Status amd Growth (STRONG ). Penggunakan
Kids

skrining dengan STRONG Kids merupakan metode yang digunakan untuk


menentukan malnutrisi atau berisiko malnutrisi pada anak.1 Alat skrining gizi
STRONG Kids ini sangatlah cepat, digunakan untuk mendeteksi risiko pada
status gizi dan pertumbuhan tentang status gizi pasien, penyakit yang
mendasari, intake nutrisi dan penurunan BB.2 Kelebihan dari alat skrining
STRONG Kids yaitu instrumen ini lebih valid, reliabel, dan dapat digunakan
dengan cepat menggunakan waktu penyelesaian selama 3 menit. Selain itu,
instrumen ini digunakan oleh perawat dalam praktik RS sehari – harinya.1

B. Pengisian Kuesioner
Tabel 1. Skrining Awal Risiko Malnutrisi Anak dengan STRONG Kids

An. P
Perempuan
- (2 Tahun)

6 Maret 2020
C. Membuat Kesimpulan Kuosioner
Berdasarkan hasil skrining dengan menggunakan metode The Screening
Tool for Risk of Impaired Nutrition Status amd Growth (STRONG Kids )2 yaitu
metode skrining yang digunakan untuk mengetahui malnutrisi pada anak
dengan cara sederhana, berdasarkan data STRONG Kids An. P diperoleh hasil
dengan jumlah skor 4 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa An. P berisiko
tinggi mengalami malnutrisi sehingga perlu dilakukan proses asuhan gizi
terstandar. Selanjutnya dilanjutkan kembali skrining selama 7 hari.

III. ASESMEN (PENGKAJIAN) GIZI


1. Pengkajian Data Riwayat Pasien (CH)
Tabel 2. Data Riwayat Pasien (CH)

Domain Data Interpretasi


CH-1.1.1 Umur 2 tahun -
CH-1.1.2 Jenis Kelamin Perempuan -
CH-1.1.7 Anak -
Peran dalam keluarga
CH-1.1.9 Kulit kering -
Integumentary
CH-2.1.1 Kaki bengkak sejak 3 bulan yang lalu -
Keluhan gizi utama – sekarang, panas, batuk, pilek sejak
pasien/klien 2 minggu terkahir
Kesimpulan :
An. P berusia 2 tahun, berjenis kelamin perempuan, dibawa ke Rumah Sakit
dengan keluhan kaki bengkak sejak 3 bulan yang lalu sampai sekarang, panas,
batuk, pilek sejak 2 minggu terakhir dengan ditandai dengan kulit kering.

-
2. Pengkajian Riwayat Terkait Gizi/Makanan (FH)
Asupan SMRS
Tabel 3. FH SMRS An. P

Domain Data Interpretasi


FH-1.1.1.1 Asupan : 298,8 kkal Asupan kurang yaitu sebesar
Total Energy Intake Kebutuhan : 610 kkal (47,5%) dari kebutuhan
FH-1.2.1.1 Asupan : - -
Asupan minuman/cairan Kebutuhan : 793 ml
FH-1.2.3.1 Diberikan ASI -
Breastmilk Intake
FH-1.5.1.1 Asupan : 10,2 gr -
Total Lemak Intake Kebutuhan : - gr
FH-1.5.2.1 Asupan : 10 gr Asupan lebih yaitu sebesar
Total Protein Intake Kebutuhan : 9,15 gr (102,5%) dari kebutuhan
FH-1.5.3.1 Asupan : 43 gr -
Total Karbohidrat Intake Kebutuhan : - gr
Sudah diberikan MP-ASI Masih kurang bervariasi
FH-1.2.2.5
- Bubur encer + sayur sop/bening
Food Variety
- 1 potong tahu
- Telur ½ butir setiap 2 minggu x
Kesimpulan :
Berdasarkan data An. P sebelum dirawat memiliki energi 298,8 kkal (47,5%
kurang dari kebutuhan), protein 10 gram (102,5% lebih dari kebutuhan), lemak
10,2 gram, karbohidrat 43 gram. An. P sudah diberikan MP-ASI berupa bubur
encer + sayur sop/ bening, 1 ptg tahu, ½ butir telur @2 minggu sekali namun
kurang bervariasi.

Asupan MRS
Tabel 4. FH MRS An. P

Domain Data Interpretasi


- - -
Kesimpulan :
Berdasarkan data riwayat asupan pada masuk RS (MRS) pada An. P, tidak
terdapat asupan makanan saat MRS kecuali pemberian ASI.

3. Pengkajian Antropometri (AD)


Tabel 5. Antropometri (AD)

Domain Data Interpretasi


AD-1.1.1 TB 75 cm -
AD-1.1.2 BB SMRS : 7,5 kg Mengalami penurunan BB sebanyak
MRS : 6,8 kg 0,7 kg (9,3% dalam waktu 3 bulan)
AD-1.1.5 IMT SMRS : 13,6 kg/m2 *jika menggunakan IMT kurang tepat
MRS : 12,3 kg/m2
AD-1.1.6 Growth pattern indices/ percentile ranks
Z-score BB/U SMRS : -3,59 SMRS : gizi buruk
MRS : -5,03 MRS : gizi buruk
Z-score TB/U SMRS : -3,54 SMRS : pendek
MRS : -3,54 MRS : sangat pendek
Z-score BB/TB SMRS : -2,29 SMRS : kurus
MRS : -4,59 MRS : sangat kurus
Z-score IMT/U SMRS : -1,77 SMRS : normal
MRS : -4,37 MRS : sangat kurus
Kesimpulan :
Berdasarkan data TB An. P sebesar 75 cm dan BB SMRS sebesar 7,5 kg dan
MRS 6,8 kg (mengalami penurunan sebanyak 0,7 kg atau 9,3% dalam waktu 3
bulan). Sehingga diperoleh IMT SMRS 13,6 kg/m2 dan MRS 12,3 kg/m2, akan
tetapi perhtungan ini kurang tepat untuk anak. Sehingga untuk penentuan status
gizi ditentukan oleh Z-score berdasarkan BB/U memiliki status gizi berupa gizi
buruk (SMRS dan MRS), sedangkan TB/U pendek (SMRS) dan sangat pendek
(MRS), BB/TB kurus (SMRS) dan sangat kurus (MRS) serta IMT/U memiliki
status gizi normal (SMRS) dan sangat kurus (MRS).

4. Pengkajian Data Biokimia (BD)


Tabel 6. Data Biokimia (BD)
Nilai
Domain Data Satuan Interpretasi
Normal
BD-1.10.1 Hemoglobin 8 g/dl 13,2-17,2 g/dl Rendah
BD-1.11.1 Albumin 2,17 g/dL 3,5-5,0 g/dL Rendah
BD-1.11.3 Transferin
2,7 g/dL 3,2-3,9 g/dL Rendah
(Globulin)
Protein total 4,98 g/dL 6-8 g/dL Rendah
Sumber : Penunutun Diet, 2005

Kesimpulan :
Bersadarkan data laboratorium An. P diperoleh bahwa kadar protein total (4,89
d/dL), albumin (2,17 d/dL), globulin (2,7 d/dL), dan Hb (8 g/dL) memiliki nilai
kadar rendah memungkinkan berisiko mengalami KEP (kurang energi protein)
atau mengalami gizi buruk jika disertai dengan tanda dan gejala tertentu.

5. Pengkajian Data Klinis/ Fisik (PD)

Tabel 7. Data Fisik Klinis (PD)

Nilai
Domain Data Satuan Interpretasi
Normal

PD-1.1.1 Sadar, terlihat pasif, - - Kesadaran normal


Overall rewel, rambut jarang
Appearance dan mudah dicabut,
kulit kering, mata
bengkak, perut datar,
lemas, kaki bengkak,
batuk, pilek dan panas
PD-1.1.4 Terdapat ekstrimitas - - -
Ekstrimitas, otot, berupa oedema pada
dan tulang tangan dan kaki
PD-1.1.8 Kulit kering - - -
Skin
PD-1.1.9 110/65 95/65- mmHg Normal
Vital Sign : 110/99
tekanan darah
PD-1.1.9 36 36-37 °C Normal
Vital Sign : Suhu
Kesimpulan :
Dari data klinis dan fisik An. P di atas dapat disimpulkan bahwa An. P dapat
diajak berkomunikasi dengan sadar atau kesadaran composmentis, terlihat pasif,
An. P rewel, rambut jarang dan mudah dicabut, kulit kering, mata bengkak, perut
datar, lemas, kaki bengkak, batuk, pilek, dan panas. Terdapat edema pada tangan
dan kaki, berdasarkan ciri – ciir tersebut kemungkinan menunjukkan bahwa anak
mengalami Kwashiorkor. Berdasarkan nilai tekanan darah dan suhu termasuk
normal.

6. Comparative Standar (CS)


Perhitungan Kebutuhan Makronutrien dan Mikronutrien  di Lampiran
Tabel 8. Comparative Standar (CS)

Domain Data SMRS dan MRS Interpretasi


CS-1.1.1 SMRS : 298,9 kkal Menggunakan pedoman Gizi
Perkiraan Kebutuhan Energi MRS : 610 kkal Buruk (Buku I dan II)
CS-1.1.2 fase stabilisasi 80-100 Menggunakan pedoman Gizi
Metode Etimasi Keb. Energi kkal/kgBB/hari Buruk (Buku I dan II)
CS-2.1.1
- -
Perkiraan Kebutuhan Lemak
CS-2.2.2 SMRS : 10 gram Menggunakan pedoman Gizi
Perkiraan Kebutuhan Protein MRS : 9,15 gram Buruk (Buku I dan II)
CS-2.3.1
- -
Perkiraan Keb. Karbohidrat
130 ml/kgBB/hari atau
100 ml/kgBB/hari
CS-3.1.1
793 ml (jika ada edema berat)
Perkiraan Kebutuhan Cairan
Menggunakan pedoman Gizi
Buruk (Buku I dan II)

Kesimpulan :
Dari data comparative standar (CS) An. P di atas dapat disimpulkan bahwa An. P
memiliki energi 298,8 kkal (47,5% kurang dari kebutuhan), protein 10 gram
(102,5% lebih dari kebutuhan), lemak dan karbohidrat tidak diperhitungkan, dan
perkiraan kebutuhan cairan sebanyak 793 ml. Data tersebut dihitung dengan
menggunakan Buku Pedoman Gizi Buruk I dan II.

IV. DIAGNOSIS GIZI


1. NI 5.2 Malnutrisi (P) berkaitan dengan kurangnya pengetahuan pemberian
makanan MP-ASI sehingga asupan energi rendah (E) ditandai dengan status
gizi berupa gizi buruk berdasarkan nilai Z-score <-3 SD dan mengalami
penurunan BB sebanyak (9,2%) atau >7,5% dalam waktu 3 bulan disertai
munculnya tanda gizi buruk berupa pasif, rewel, rambut mudah dicabut, kulit
kering, mata bengkak, perut datar, lemas, dan disertai oedema pada tangan dan
kaki (S).
2. NC-2.2 Perubahan nilai laboratorium terkait tentang gizi (P) berkaitan dengan
adanya gizi buruk berupa kwashirkor atau kurangnya energi protein (E)
ditandai dengan rendahnya kadar protein total (4,89 g/dl), albumin (2,17 g/dl),
globulin (2,7 g/dl), dan kadar Hb (8 g/dl) (S).
3. NB-1.1 Kurangnya pengetahuan terkait gizi (P) berkaitan dengan pemberian
MP-ASI yang tidak tepat (E) ditandai dengan penurunan BB dan badan
nampak kurus (S).

V. INTERVENSI GIZI
A. Tujuan Intervensi Gizi
1. Tujuan Intervensi Gizi yang dapat dilakukan kepada An. P adalah:
a. Memberikan diet bertahap sesuai kebutuhan dan daya terima pasien.
b. Mengatasi adanya hipoglikemia, hipotermia, dan dehidrasi.
c. Meningkatkan BB secara bertahap (sebanyak 0,5 kg/minggu).
d. Pembeian diet disesuaikan tahap stabilisasi, transisi, dan rehabilitasi.
(pada kasus ini digunakan tahap stabilisasi, supaya kondisi anak dalam
keadaan stabil).

B. Perencanaan (Planning)
1. ND-1.1 Meals and Snack (Pemberian Diet)
1) Zat Gizi Makro
- Kebutuhan Energi tinggi berdasarkan kebutuhan sebesar 610 kkal
disesuaikan pada fase stabilisasi sebesar 80-100 kkal/kgBB/hari.3,4
- Asupan Protein yang tinggi yaitu sebesar 9,15 grm diberikan yaitu 1-
1,5 gram/kgBB/hari untuk mengatasi kebutuhan protein karena
adanya (kwashiorkor) gizi buruk serta memperbaiki dan
mempertahankan daya tahan tubuh.3,4
- Kebutuhan Cairan yang diperlukan sebesar 130 – 100 ml/kgBB/hari
(apabila ada edema berat).3,4
2) Mengatasi dan mencegah hipoglikemia, hipotermi, dan dehidrasi dengan
pemberian formula disesuaikan fase yang sedang dialami.
3) Membutuhkan beberapa hari untuk merangsang nafsu makan, diperlukan
Zinc untuk merangsan nafsu makan.
4) ASI tetap diberikan sampai usia 2 tahun ini, diberikan setelah formula.
5) Porsi makan kecil dan frekuensinya sering.
6) Makanan dalam fase ini (stabilisasi) harus hipoosmolar, rendah laktosa,
dan rendah serat.
7) Tidak boleh diberikan Fe dan protein terlalu tinggi pada fase stabilisasi
ini.
8) Dapat diberikan secara oral ataupun nasogastris.
9) Diberikan F75 atau modisco 0,5 (setiap 100 cc mengandung energi 75
kkal dan protein 0,9 gram).
10) Resomal : jika diare/muntah/dehidrasi anak diberikan resomal, 2 jam
pertama setiap ½ jam, selanjutnya 10 jam berikutnya diselang dengan F75.
11) Zat Gizi Mikro dengan pemberian sebagai berikut :
a. Vit. A = 200.000 SI (warna merah) f. Vit. B12 = 1,5 mg
b. Vit. B1 = 0,5 mcg g. Asam Folat = 160 mg
c. Vit. B2 = 0,5 mg h. Kalium = 2600 mg
d. Vit. B3 = 6 mg g. Natrium = 800 mg
e. Vit. B5 = 2 mg h. Magnesium = 65 mg
f. Vit. B6 = 0,5 mg i. Zinc = 3 mg

2. Pemberian Konseling Gizi


Tabel 9. Pemberian Konseling Gizi

Pelaksanaan Konseling Gizi


Hari, tanggal Jum’at, 20 Maret 2020
Jam / Waktu 09.00 - 09.30 WIB (30 menit)
Tempat Di kamar rawat inap pasien
Topik Gizi Buruk dan Penatalaksanaannya
Tujuan 1. Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada An. P dan
keluarga mengenai perawatan pada pasien dengan gizi buruk
2. Memberikan motivasi dan membangun kepercayaan kepada
pasien dan keluarga terkait perawatan dan penganganan gizi
buruk
Sasaran An. P dan keluarga
Materi 1. Menjelaskan pengetahuan seputar penyakit gizi buruk dengan
memberikan dukungan emosional (kasih sayang, keterlibatan ibu)
2. Merekomendasikan pemberian formula (F75) pada fase
stabilisasi, kemudian ditingkatkan tahapannya
3. Memberikan pengetahuan mengenai bahan makanan yang
dianjurkan, dibatasi, dan dihindari untuk dikonsumsi berdasarkan
fase – fase yang sesuai
Metode Sharing dan konsultasi
Media Leaflet terkait gizi buruk dan penatalaksanaannya dengan 3J (jumlah,
jenis, dan frekuensi/jadwal pemberian makanan)
Evaluasi 1. An. P dan keluarga memahami pengetahuan seputar pengasuhan
pada gizi buruk dengan dipantau menanyakan kembali materi
yang telah disampaikan.
2. An. P dan keluarga mengerti pemberian formula dan makanan
yang dianjurkan, dibatasi dan dihindari untuk dikonsumsi pada
anak gizi buruk sesuai fasenya.
3. Keluarga An. P mendukung dan mengikuti diet yang dijalani oleh
An. P dalam penanggulangan gizi buruk dan mengupayakan
pencapaian kadar nilai laboratorium supaya normal.

3. Koordinasi dengan Profesi Kesehatan Lain


Tabel 10. Koordinasi dengan Profesi Kesehatan
Perte Hal yang didiskusikan Solusi Profesi Ket.
muan ke- kesehatan
Penanggung jawab
Pemberian
Gizi buruk (kurang pelayanan kesehatan,
1 edukasi konseling Dokter
energi dan protein) pembacaan nilai lab,
kepada keluarga
dan kondisi pasien
Pengontrolan Skrining gizi,
Pencatatan rekam medis,
status biokimia pengukuran
2 perkembangan pasien, Perawat
dan fisik klinis antopometri, dan
kondisi fisik dan klinis
An. P monev BB
Perubahan terkait Pemberian
pemberian formula pada motivasi dan diet
Melakukan proses
3 gizi buruk dengan yang tepat, Ahli Gizi
asuhan gizi
disesuaikan fasenya melakukan
(stabilisasi) konseling
Interaksi obat dan
Melakukan
makanan pada pasien Menanyakan dan
Apoteker pengecekan dan
4. agar pengobatan dapat melihat resep
dan Farmasi pemberian obat –
dilakukan secara medis yang diberikan
obatan
dan non-medis

C. IMPLEMENTASI
1. Jenis Diet : Formula 75 (F75) + ASI  tahap stabilisasi3,4
2. Bentuk makanan : cair
3. Rute pemberian makanan : oral
4. Frekuensi : setiap 2 jam (12x makan) diberikan @65 ml selama 2 hari
5. Rekomendasi menu (sadar / tidak letargis) : diberikan glukosa 10% atau larutan
gula pasir 10% secara oral ataupun NGT (bolus) sebanyak 50 ml
6. Cara mempertahankan suu tubuh supaya tidak hipotermia :3,4
- Menutup tubuh anak termasuk kepalanya
- Menghindari hembusan angin di sekitar ruangan perawatan
- Mempertahankan suhu ruangan 25-30 ᵒC
- Tidak boleh membiarkan anak tanpa baju terlalu lama saat pemeriksaan
- Mengusahakan tangan pada saat perawatan hangat
- Segera digantikan baju apabila baju atau peralatan tidur basah
- Apabila anak terkena air, segera keringkan
D. REKOMENDASI MENU
Frekuensi pemberian : F-75 diberikan 12 kali @2 jam3,4
Resomal 5 kali
ASI secukupnya
Jumlah Pemberian : F-75 diberikan 65 ml/pemberian
Resomal 34 ml/pemberian + ASI
Jam Jumlah diberikan (ml) Jam Jumlah diberikan (ml)
05.30 65 (F75) 17.30 65 (F75)
07.30 65 (F75) 19.30 65 (F75)
09.30 65 (F75) 21.30 65 (F75)
11.30 65 (F75) 23.30 65 (F75)
13.30 65 (F75) 02.30 65 (F75)
15.30 65 (F75) 04.30 65 (F75)

Komposisi F75 dan F75 modifikasi (dengan tepung)


F75 modifikasi
Bahan Makanan Per 1000 ml F75
(dengan tepung)
Formula WHO
Susu skim bubuk g 25 25
Gula pasir g 100 70
Minyak sayur g 30 27
Larutan elektrolit ml 20 20
Tepung beras g - 35
Tambahan air ml 1000 1000
Nilai Gizi
Energi kkal 750 750
Protein g 9 9
Laktosa g 13 13
Kalium mmol 36 36
Natrium mmol 6 6
Magnesium mmol 4,3 4,3
Seng mg 20 20
Tembaga (Cu) mg 2,5 2,5
% Energi Protein - 5 5
% Energi Lemak - 36 36
Osmolaritas mosm/l 413 413

VI. PERENCANAAN MONITORING – EVALUASI GIZI


A. Antropometri (AD)
Indikator Evaluasi Pelaksanaan Target Pencapaian
Antropometri : Supaya Pengukuran dan An. P dapat meningkatkan BB
TB, BB, Z-score meningkatkan berat penimbangan secara minimal 10 g/kgBB/hari atau 50
badan dan status rutin setiap hari atau g/kgBB/minggu
gizi normal dapat tiap minggu

B. Biokimia (BD)
Indikator Evaluasi Pelaksanaan Target Pencapaian
Biokimia : Menurunkan Tes laboratorium Mencapai nilai normal Hb (13,2-
- protein total kadar protein dilakukan secara 17,2 g/dl), albumin (3,5-5 g/dl),
- albumin total, albumin, rutin 1 minggu globulin (3,2-3,9 g/dl), serta
- globulin globulin, Hb sekali protein total (6-8 g/dl)
- Hb
C. Klinis / Fisik (PD)
Indikator Evaluasi Pelaksanaan Target Pencapaian
Klinis/Fisik : Mendata keluhan Setelah diberikan Gejala yang dialami pasien sudah
Kesadaran, pasien terkait formula kemudian berkurang terkait tanda dan gejala
keadaan umum, tanda dan gejala makanan yang gizi buruk
rewel, rambut, yang dialami disesuaikan tahapan
kulit kering, mata terkait gizi buruk gizi buruk yang
bengkak, lemas, dialami
oedema

D. Asupan Makanan (FH)


Indikator Evaluasi Pelaksanaan Target Pencapaian
Asupan Makanan: Makanan dilihat Pemantauan asupan - Kebutuhan zat gizi tercukupi
- alergi makanan secara langsung makan dapat melalui - Energi protein dapat
- ASI, MP-ASI atau melalui - oral : 3-7 hari terpenuhi
- makanan kesukaan recall 24 jam, - enteral : 1-3 hari - Formula enteral/makanan
dan pantangan visual comstock - parenteral: tiap yang disajikan oleh RS
hari dihabiskan minimal 80%-100%
NB : (toleransi terhadap diet)
- Priming Feeding : volume rendah di awal pemberian
- Transitional Feeding : bentuk makanan bertahap dan meningkat
- Nutrition Impact Symptoms : mual, muntah, BAB, BAK
- GRV (Gastric Residual Volume)
VII. PEMBAHASAN KASUS
An. P merupakan anak perempuan, berusia 2 tahun dengan TB 75 cm BB
sebelum masuk rumah sakit (SMRS) 7,5 kg, BB pada saat masuk rumah sakit (MRS)
BB nya menurun menjadi 6,8 kg. An. P datang ke rumah sakit dengan keluhan kaki
bengkak sejak 3 bulan yang lalu sampai sekarang, sejak 2 mingu terakhir An. P panas,
batuk, dan pilek. Kesadaran umum An. P baik, terlihat pasif, rewel, rambut jarang dan
mudah dicabut, kulit kering, mata bengkak, perut datar, lemas, dan terdapat
ekstrimitas oedema (+) yang berarti terdapat pada kedua kaki dan tangannya. Dengan
tanda dan gelaja seperti ini dapat diantisipasi bahwa terjadi gizi buruk sehingga perlu
segera ditangani.
Gizi buruk merupakan keadaan gizi yang ditenukan berdasarkan indikator
antropometri berat badan menurut tinggi atau panjang badan (BB/TB) dengan Z-score
<-3SD dan disertai tidaknya edema. Gizi buruk dapat terjadi karena dipengaruhi oleh
2 faktor yaitu penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung
gizi buruk meliputi kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi dan
menderita penyakit infeksi.5 Sedangkan penyebab tidak langsungnya berupa
ketersediaan pangan rumah tangga, kemiskinan, pola asuh yang kurang memadai dan
pendidikan yang rendah.6
Gizi buruk ataupun malnutrisi energi protein memiliki 3 jenis diantaranya adalah
marasmus, kwashiorkor, serta marasmus – kwashiorkor. 7 Marasmus merupakan
bentuk malnutrisi yang disebabkan oleh kekurangan asupan energi dan protein.
Marasmus memiliki ciri – ciri yaitu anak kurus, iga gambang, kehilangan massa
lemak, atrofi massa otot, wajah seperti orang tua, rewel, rambut mudah dicabut, lemak
sub-kutan sangat tipis “baggy pant”, sering disertai infeksi dan diare kronik.
Kwashiorkor merupakan salah satu bentuk malnutrisi yang disebabkan oleh
kekurangan asupan protein dalam jangka waktu yang lama. Ciri – ciri kwashiorkor
diantaranya adalah kurus pada lengan dan kaki, perut membesar
(asites/hepatomegali), edema perifer, penurunan massa otot, wajah nampak bulat
“moonface”, apatis, rambut kemerahan dan mudah dicabut, serta sering terjadi
penyakit infeksi, diare, anemia. Sedangkan marasmus – kwashiorkor merupakan salah
satu bentuk malnutrisi energi dan protein, hal ini ditandai dengan gabungan keduanya.
Beberapa gejala klinis marasmus adalah sangat kurus BB/TB <-3 SD, sedangkan pada
kwashiorkor disertai edema namun tidak mencolok.6
Pada saat masuk rumah sakit, tentunya akan dilakukan screening untuk
menentukan malnutrisi atau tidaknya. Berdasarkan perhitungan hasil skrining dengan
menggunakan STRONG Kids pada An. P diperoleh jumlah skor 4 sehingga dapat
ditarik kesimpulan bahwa An. P berisiko tinggi mengalami malnutrisi sehingga
perlu dilakukan proses asuhan gizi terstandar.1 Dalam hal ini perlu upaya peningkatan
asupan kembali kepada An. P yang disesuaikan dengan penyakit yang dialami saat ini.
Untuk perhitungan kebutuhan, menggunakan perhitungan kebutuhan sama baik
SMRS dan MRS pada fase stabilisasi untuk menyetabilkan kondisi anak pada saat itu,
serta sakit yang dialaminya sudah sejak ± 3 bulan yang lalu.
Data asupan makanan dan gizi sejak usia 6 bulan, An. P sudah diberikan bubur
encer + sayur bayam/sup wortel, 1 potong tahu. Setiap 2 minggu sekali diberikan
telur, namun hanya habis dikonsumsi sebanyak ½ butir. Meskipun sudah diberikan
MP-ASI, sampai sekarang masih diberikan ASI. Gambaran asupan makanan sebelum
dirawat adalah energi : 298,8 kkal, protein : 10 gram, lemak : 10,2 gram, dan
karbohidrat : 43 gram. Hal ini dapat dijadikan catatan bahwa pemberian MP-ASI
diatas usia 6 bulan sudah diberikan, akan tetapi pemberiannya kurang bervariasi dan
kualitasnya perlu ditingkatkan kembali. Sehingga, perlu adanya dukungan dan edukasi
untuk orang tuanya termasuk ibunya. Karena gizi buruk, penntuan kebutuhan anak
dihitung berdasarkan Pedoman Gizi Buruk Buku I dan II, akan tetapi perhitungan
untuk lemak dan karbohidrat tidak ada, sehingga pemenuhan utama terletak pada
energi dan protein. Hal ini berkaitan dengan gizi buruk yang memerlukan penanganan
yang cepat. Pada tahap awal haru diberkan asupan kalori untuk memenuhi kebutuhan
energinya, jika sudah tercukupi maka beru asupan protein mulai diberikan, pemberian
protein dapat dilakukan dari kadar yang rendah dan terus bertahap.3,4
Berdasarkan status gizi An. P dihitung menggunakan Z-score SMRS : BB/U (-
3,59 gizi buruk), TB/U (-3,54 pendek), BB/TB (-2,29 kurus), serta IMT/U (-1,77
normal). Akan tetapi, setelah dihitung menggunakan MRS : BB/U (-5,03 gizi buruk),
TB/U (-3,54 sangat pendek), BB/TB (-4,59 sangat kurus), serta IMT/U (-4,37 sangat
kurus). IMT dalam hal ini lebih tepat IMT/U dikarenakan dapat menginterpretasikan
status gizi sebenarnya karena jika IMT saja kurang akurat. 8 Dengan adanya data Z-
score dapat diketahui kaitannya jika terjadi gizi buruk berdasarkan tanda dan gejala
yang dialami.
Berdasarkan data biokimia An. P kadar tinggi terdapat pada hemoglobin (8 g/dl),
albumin (2,17 g/dl), globulin (2,7 g/dl), dan protein total (4,98 g/dl). Keempat
indikator nilai laboratorium ini menunjukkan ke arah kurangnya protein yang
mengindikasikan terjadinya gizi buruk.9 Berdasarkan hasil pemeriksaan klinis suhu
36°C, tekanan darah 110/65 mmHg kedua data termasuk dalam keadaan normal.
Untuk data CS atau comparative standart estimasi kebutihan energi sebanyak 610
kkal, dihitung dengan menyesuaikan fase stabilisasi 80-100 kkal/kgBB/hari.
Kebutuhan protein sebanyak 9,15 gram dengan perhitungan kadar protein 1-1,5
gram/kgBB/hari. Serta pemberian cairan sebanyak 793 ml atau dengan
mempergitungkan 130 ml/kgBB/hari. Perhitungan ini diperoleh dari Buku Pedoman
Gizi Buruk I dan II.3,4
Berdasarkan dari hasil assessment An. P, diperoleh diagnosis gizi NI 5.2
Malnutrisi (P) berkaitan dengan kurangnya pengetahuan pemberian makanan MP-ASI
sehingga asupan energi rendah (E) ditandai dengan status gizi berupa gizi buruk
berdasarkan nilai Z-score <-3 SD dan mengalami penurunan BB sebanyak (9,2%)
atau >7,5% dalam waktu 3 bulan disertai munculnya tanda gizi buruk berupa pasif,
rewel, rambut mudah dicabut, kulit kering, mata bengkak, perut datar, lemas, dan
disertai oedema pada tangan dan kaki (S). NC-2.2 Perubahan nilai laboratorium
terkait tentang gizi (P) berkaitan dengan adanya gizi buruk berupa kwashirkor atau
kurangnya energi protein (E) ditandai dengan rendahnya kadar protein total (4,89
g/dl), albumin (2,17 g/dl), globulin (2,7 g/dl), dan kadar Hb (8 g/dl) (S).
Sehingga berdasarkan diagnosis terebut, An. P perlu memperoleh asuhan gizi
terstandar dengan tujuan intervensi memberikan diet bertahap sesuai kebutuhan dan
daya terima pasien, mengatasi adanya hipoglikemia, hipotermia, dan dehidrasi.
Selanjutnya meningkatkan BB secara bertahap (sebanyak 0,5 kg/minggu),
memberikan ONS (oral nutrition suport) untuk memperbaiki asupan dan status gizi
sesuai dengan preskripsi diet, pembeian diet disesuaikan tahap stabilisasi, transisi, dan
rehabilitasi (pada kasus ini digunakan tahap stabilisasi, supaya kondisi anak dalam
keadaan stabil selain itu juga penyesuaian tahap paling awal diberikan ketika masuk
rumah sakit).3,4
Untuk perencanaan atau planningnya, kebutuhan Energi disesuaikan pada fase
stabilisasi sebesar 80-100 kkal/kgBB/hari. Asupan Protein yang tinggi diberikan
sebesar 9,15 gram atau 1-1,5 gram/kgBB/hari untuk mengatasi kebutuhan protein
karena adanya (kwashiorkor) gizi buruk serta memperbaiki dan mempertahankan daya
tahan tubuh. Kebutuhan cairan yang sebesar 130 – 100 ml/kgBB/hari (apabila ada
edema berat). Mengatasi dan mencegah hipoglikemia, hipotermi, dan dehidrasi
dengan pemberian formula disesuaikan fase yang sedang dialami. Membutuhkan
beberapa hari untuk merangsang nafsu makan, diperlukan Zinc untuk merangsan
nafsu makan. ASI tetap diberikan sampai usia 2 tahun ini, diberikan setelah formula.
Porsi makan kecil dan frekuensinya sering. Makanan dalam fase ini (stabilisasi) harus
hipoosmolar, rendah laktosa, dan rendah serat. Tidak boleh diberikan Fe dan protein
terlalu tinggi pada fase stabilisasi ini. Dapat diberikan secara oral ataupun nasogastris.
Diberikan F75 atau modisco 0,5 (setiap 100 cc mengandung energi 75 kkal dan
protein 0,9 gram). Resomal : jika diare/muntah/dehidrasi anak diberikan resomal, 2
jam pertama setiap ½ jam, selanjutnya 10 jam berikutnya diselang dengan F75.
Berkaitan dengan adanya malnutrisi atau gizi buruk pada A. P maka perlu
dilakukan penatalaksanaan dengan segera serta konseling terhadap orang tua asuh
untuk mengedukasi kesehatan dan makanan apa saja yang pantang ataupun boleh
dikonsumsi. Selain itu, memberikan memotivasi dan mendukung kesembuhan pada
An. P serta koordinasi dengan tenaga kesehatan lain seperti dokter, farmasi, dan
perawat. Selanjutnya memonitoring dan mengevalusi perkembangan kondisi An. P.

VIII. PENUTUP/ KESIMPULAN


Berdasarkan hasil proses asuhan gizi terstandar yang dilakukan, diperoleh hasil
dari skrining STRONG Kids bahwa An. P berisiko tinggi mengalami malnutrisi
sehingga diperlukan adanya proses asuhan gizi terstandar. An. P mengalami gizi
buruk tepatnya dengan tanda dan gejalanya disebut kwashiorkor. Intervensi yang tepat
diberikan kepada An. P adalah pemberian formula F75 dengan tahap awal yaitu
stabilisasi dengan prinsip tinggi energi dengan tinggi protein supaya memulihkan
kondisi An. P. Selanjutnya rutin melakukan pemeriksaan nilai laboratorium untuk
mencapai kadar normal khususnya menurunkan kadar total protein normal.
Harapannya, intervensi tersebut dapat dilakukan sebaik mungkin sehingga saat
monitoring – evaluasi dapat meningkatan atau memulihkan kondisi pasien.
IX. LAMPIRAN
1. LEAFLET
2. PERHITUNGAN KEBUTUHAN ZAT GIZI

Perhitungan Status Gizi An. P

BB sebenarnya = BB saat ini (dengan oedema) – BB koreksi oedema


= 6,8 – 10% (6,8)
= 6,8 – 0,68
= 6,1 kg
a.) Energi
Rekomendasi energi fase stabilisasi 80-100 kkal/kgBB/hari
Energi = 6,1 kg x 100 kkal/kgBB/hari
= 610 kkal/hari
Kebutuhan energi dapat dipenuhi dengan :
F-75 : 12 x 65 ml  12 x 65 kkal = 780 kkal (buku Gizi Buruk I hal 23)
b.) Protein
Rekomendasi protein fase stabilisasi 1-1,5 gram/kgBB/hari
Protein = 6,1 x 1,5 gram/kgBB/hari
= 9,15 gram/hari
c.) Cairan
Kebutuhan Cairan : 130 ml/kgBB/hari atau 100 ml/kgBB/hari (jika ada edema berat)
Kebtuhan cairan = 6,1 kg x 130 ml/kgBB/hari
= 793 ml/hari
F-75 : 12 x 65 ml = 780 ml (buku Gizi Buruk I hal 23)
d.) Vitamin A 1 kapsul vtamin A dosis 200.000 SI (warna merah)
e.) Vitamin B kompleks 1 tablet/hari
f.) Asam folat 5 mg/hari pada hari pertama, selanjutnya 1 mg/hari

Hal – hal penting yang harus diperhatikan pada fase stabilisasi :


1. Jangan diberikan Fe pada fase stabilisasi
2. Jangan diberikan cairan intravena kecuali syok atau dehidrasi berat
3. Jangan berikan protein terlalu tinggi pada fase stabilisasi
4. Jangan berikan diuretik pada penderita kwashiorkor
Gambar 1. Z Score SMRS

Gambar 2. Z Score MRS


DAFTAR PUSTAKA

1. Gholampour. Assessment of Nutritional Status Based on STRONG Kids Tool in


Iranian Hospitalized Children. 2015.
2. Huysentruy, et A. The STRONG Kids Nutritional Screening Tools in Hospitalized
Children : A Validation Study. 2013.
3. Kementrian Kesehatan R. Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk Buku I. 7th ed.
(Kesehatan D, ed.). Jakarta: Kementrian Kesehatan; 2013.
4. Kementrian Kesehatan R. Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk Buku II. 7th
ed. (Kesehatan D, ed.). Jakarta: Kementrian Kesehatan; 2013.
5. Hardani M, Zuraida R. Penatalaksanaan Gizi Buruk dan Stunting pada Balita Usia 14
Bulan dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga. Medula. 2019;9(3):565-575.
6. Kementrian Kesehatan R. Pedoman Pencegahan Dan Penatalaksanaan Gizi Buruk
Pada Balita. Jakarta; 2019.
7. Susanti EM, Kasmini OW, Raharjo BB. IMPLEMENTASI PENATALAKSANAAN
KASUS GIZI BURUK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CILACAP UTARA. J
Public Health (Bangkok). 2017;6(1).
8. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Kementrian Kesehatan; 2017.
9. Diniyyah SR, Nindya TS. Asupan Energi, Protein dan Lemak dengan Kejadian Gizi
Kurang pada Balita Usia 24-59 Bulan di Desa Suci, Gresik. 2017:341-350. doi:doi:
10.20473/amnt.v1.i4.2017.341-350

Anda mungkin juga menyukai