Dosen pengampu :
Choirun Nissa, S.Gz, M.Gizi
Fillah Fithra Dieny, S.Gz, M.Si
Ayu Rahadiyanti, S.Gz, MPH
Deny Yudi Fitranti, S.Gz, M.Si
Ahmad Syauqy, S.Gz, MPH, PhD
Disusun oleh :
UNIVERSITAS DIPONEGORO
FAKULTAS KEDOKTERAN
ILMU GIZI
2020
STUDI KASUS DIETETIKA “Parkinson Disorders”
MEDICAL NUTRITION THERAPY FOR NEUROLOGIC DISORDER
I. LATAR BELAKANG
Tn. C adalah pria kulit putih berusia 74 tahun yang dirawat di rumah sakit
mengalami demensia dan akhir – akhir ini kesulitan pendengaran.Tn. C
didiagnosis menderita penyakit parkinson sejak 5 tahun yang lalu. Tn. C telah
menggunakan L-dopa dan furosemide (Lasix).Tn. C tinggal bersama istrinya,
yang merupakan pengasuh utamanya. Tn. C memiliki TB (5'10”) atau 177,8 cm
dan BB (£ 155) atau 70,3 kg. Sebelumnya, Tn. C memiliki penurunan grafik BB
yang awalnya £170 atau 770,1 kg pada saat kunjungan RS 6 bulan yang lalu. Isteri
Tn. C mencatat bahwa nafsu makan dan pendengarannya sudah berubah dan Tn.
C mengalami penurunan asupan makan karena tidak tertarik untuk makan. Mereka
tidak banyak bicara selama makan dan istrinya membantunya makan, hal ini
merasa curiga terkiat beberapa masalah asupan gizinya. Istrinya menggambarkan
bahwa makannya sangat lambat, terkadang memakan waktu 2 jam untuk makan.
Tn. C banyak batuk setelah makan. Ketika ditanya tentang Tn. C apakah sedang
menurunkan berat badan istrinya tidak yakin, namun mengatakan bahwa
celananya tampaknya semakin longgar.
Asupan energi yang tidak memadai mengalami penurunan asupan makanan,
hal ini sebagaimana ditandai oleh penurunan berat badan dan pakaian menjadi
lebih longgar.
Kesulitan menelan berhubungan dengan adanya PD (Parkinson Disease)
yang ditanadai dengan kecepatan makan yang lambat dan batuk saat makan.
Perte
Hal yang Profesi
muan Solusi Ket.
didiskusikan kesehatan
ke-
Penanggung jawab pelayanan
Penyakit syaraf Pemberian
kesehatan, pembacaan nilai lab,
1 Parkinson edukasi konseling Dokter
bertanggung jawab terhadap
Disesae kepada keluarga
terapi dari setiap disiplin ilmu
Pencatatan rekam Skrining gizi awal, pengukuran
Pengontrolan
medis, antopometri, monev BB,
status biokimia
2 perkembangan Perawat membantu pasien saat makan
dan fisik klinis
pasien, kondisi dna memantau residu pada
Tn. C
fisik dan klinis makanan cair
Perubahan terkait
pola hidup sehat
Pemberian
gizi seimbang Melakukan proses asuhan gizi
motivasi dan diet
dan pemilihan (menyusun rencana terapi gizi),
3 yang tepat, Ahli Gizi
makanan sesuai monev asupan dan kebutuhan
melakukan
daya terima dan status gizi pasien
konseling
disfagia dan
Parkinson
Interaksi obat dan
makanan pada
pasien agar Menanyakan dan Melakukan pengecekan
Apoteker
4. pengobatan dapat melihat resep pemberian obat –termasuk
dan Farmasi
dilakukan secara yang diberikan injeksi melalui parenteral
medis dan non-
medis
Pemberian Aktif memberikan dukungan
Pemberian
dukungan penuh Pengasuh terapi yg diberikan, mempelajari
konseling kepada
5. dan motivasi dalam teknik pembuatan makanan
pengasuh/
kesembuhan keluarga pasien untuk persiapan
keluarga
pasien Parkinson perawatan di rumah
Implementasi Diet
a. Jenis Diet : diet gizi seimbang
b. Bentuk makanan : cair dan saring (kombinasi)
c. Rute pemberian makanan : oral
d. Frekuensi : 3x makanan utama, 2-3x makanan selingan
Rekomendasi Menu
a. Kombinasi makanan cair dan saring
Tabel 3. Perencanaan Menu Pertama Tn. C 1700 kkal
Menu
Waktu Makanan Bahan makanan URT Penukar Berat (g)
Sup krim Tepung jagung ½ gelas 1P 50
jagung Telur ayam ½ butir 1P 30
Makan pagi
(07.00) Keju 2 sdm 1P 20
Susu skim 1 sdm ½P 10
Susu hangat Susu bubuk 4 sdm 1P 40
Gula 2 sdm 2P 20
Air 1 gls 1P 250
Air putih Air putih 1 gls 1P 250
Selingan pagi -
Kacang hijau 2 sdm 20
(10.00) Sari bubur Santan 1 sdm ½P 10
kacang hijau ½P
Gula merah 2 sdm 20
Pure kentang Kentang 1 butir bsr 1P 50
Pure tempe Tempe 1 ptg sdg 1P 40
Ikan bandeng ½ ptg ½P 50
Bandeng giling Minyak goreng 1 sdm ½P 5
Makan Siang
(12.00) Pure bayam + Wortel 2 sdm 1P 20
wortel Bayam 2 sdm 1P 20
Jus pisang Pisang ambon 1 bh sdg 1P 60
Air putih Air 1 gls 1P 250
Susu kedelai Sari susu kedelai 1 gls 1P 250
Selingan sore Susu dancow 3 sdm ½P 20
(17.00) Pudding Susu Agar - agar - - 1
Gula pasir 2 sdm ½P 20
Pure maizena Maizena ½ gelas 1P 50
Jamur 4 sdm 1P 40
Sup jamur, tahu, 1P
telur Tahu 1 potong 40
Makan
malam Telur ½ butir 1P 30
(17.30) Ikan kakap 1 ptg 1P 40
Pure kakap cincang
Jus Pepaya Pepaya 1/2 bh sdg 1P 60
Susu hangat Susu bubuk 4 sdm 1P 40
Selingan malam Gula 2 sdm 2P 20
Air 1 gls 1P 250
Energi : 1720,1 kkal Protein : 92,4 gram
Lemak : 37,9 gram KH : 284,4 gram
Serat : 13 gram
b. Menu makanan cair dan lumat
Tabel 4. Perencanaan Menu Kedua Tn. C 1900 kkal
Menu
Waktu Makanan Bahan makanan URT Penukar Berat (g)
Bubur nasi Beras ¾ gelas 1P 50
Telur semur Telur ayam ½ butir 1P 30
Makan pagi
(07.00) Gadon tahu Tahu 1 ptg sdg 1P 40
Kemangi 1 sdm - 10
Wortel cream Telur ayam ½ butir 1P 30
soup Wortel 4 sdm 1P 40
Keju 1 sdm - 10
Daging ayam 2 sdm ½P 20
Susu hangat Susu bubuk 4 sdm 1P 40
Air 1 gls 1P 250
Air putih Air putih 1 gls 1P 250
Selingan pagi Tepung terigu 2 sdm - 20
(10.00) Putu ayu Telur ½ butir 1P 30
Kelapa parut 1 sdm 1P 10
Bubur nasi Beras ¾ gelas 1P 50
Perkedel tempe Tempe 1 ptg sdg 1P 40
Ikan bandeng ½ ptg 1P 30
Rollade bandeng Terigu 2 sdm 1P 20
Makan Siang Minyak goreng 1 sdm ½P 5
(12.00) Wortel 2 sdm 1P 20
Sayur bayam Bayam 2 sdm 1P 20
Semangka Semangka 1 bh sdg 1P 80
Air putih Air 1 gls 1P 250
Bubur kacang Gula merah 2 sdm 1P 20
Selingan sore
merah Santan 1 sdm 1P 10
(17.00)
Kacang merah 2 sdm 1P 20
Bubur nasi Beras ¾ gelas 1P 50
Wortel 2 sdm 1P 20
Sayur sop Kol 2 sdm 1P 20
Makan
malam Kubis 2 sdm 1P 20
(18.30) Fillet ayam Daging ayam ½ ptg ½P 30
Perkedel tahu Tahu 1 ptg 1P 40
Minyak goreng 1 sdm ½P 5
Pisang Pisang 1 bh sdg 1P 60
Selingan Susu hangat Susu bubuk 4 sdm 1P 40
malam
Gula 2 sdm 2P 20
Air 1 gls 1P 250
Energi : 1974 kkal Protein : 91 gram
Lemak : 53,3 gram KH : 285,1 gram
Serat : 13,7 gram
c. Menu makanan lunak
Tabel 5. Perencanaan Menu Ketiga Tn. C 2125 kkal
Menu
Waktu Makanan Bahan makanan URT Penukar Berat (g)
Nasi tim Beras ¾ gelas 1P 50
Sup putih telur Putih telur ½ butir ½P 30
Makan pagi
(07.00) Perkedel tempe Tempe 2 ptg sdg 2P 40
Minyak goreng ½ sdm ½P 2,5
Orak – arik Sawi putih 2 sdm 1P 20
Wortel 2 sdm 1P 20
Minyak goreng ½ sdm ½P 2,5
Susu hangat Susu bubuk 4 sdm 1P 40
Gula 2 sdm 2P 20
Air 1 gls 1P 250
Air putih Air putih 1 gls 1P 250
Selingan pagi Tepung terigu 2 sdm - 20
(10.00) Brownies pandan Santan 1 sdm ½P 10
Keju 1 sdm 1P 10
Telur ayam ½ butir ½P 30
Nasi tim Beras ¾ gelas 1P 50
Tempe kuning Tempe 1 ptg sdg 2P 40
Daging ayam ½ ptg ½P 30
Rollade ayam Telur ½ btr ½P 30
Makan Siang Minyak goreng 1 sdm ½P 5
(12.00) Sayur asem Wortel 2 sdm 1P 20
Labu siam 2 sdm 1P 20
Toge 2 sdm 1P 20
Pisang ambon Pisang ambon 1 bh sdg 1P 60
Air putih Air 1 gls 1P 250
Jus jambu Jambu merah 1 buah - 80
Selingan sore
(17.00) Gula pasir 2 sdm ½P 20
Nasi tim Beras ¾ gelas 1P 50
Labu siam 2 sdm 1P 20
Sup bobor daun 1P
Makan singkong Daun singkong 2 sdm 20
malam Santan 1 sdm 1P 10
(18.30) Bakso 5 butir 1P 50
Semur bakso dan
tempe Tempe 1 ptg 1P 40
Kecap 1 sdm 1P 10
Jeruk Jeruk 1 bh sdg 1P 60
Selingan Susu hangat Susu bubuk 4 sdm 1P 40
malam
Gula 2 sdm 2P 20
Air 1 gls 1P 250
Energi : 2132,2 kkal Protein : 109 gram
Lemak : 56,7 gram KH : 306,2 gram
Serat : 15,2 gram
Rekomendasi menu 1700 kkal Rekomendasi menu 1900 kkal Rekomendasi menu 2125 kkal
2. Perubahan apa dalam diet Tn. C yang akan Anda rekomendasikan ?
Jawab :
Peningkatan Pemberian Diet
Pada pasien parkinson perlu diberikan pelatihan konsistensi untuk melatih
kemampuan menelannya. Sehingga perlu diberikan target pencapaian dan perubahan
konsistensinya. Berikut ini peningkatan kecukupan energinya :6
a. Energi yang dierikan pertama kali sebesar 80% atau sebesar 1700 kkal. Hal ini
diuapayakan pemberian makanan pertama kali saat masuk RS dapat memenuhi
kebutuhan basal minimal, sehingga pasien dapat mengasup kebutuhannya.
b. Energi yang diberikan selanjutnya meningkat sebesar 90% atau 1900 kkal.
c. Energi diberikan 100% atau sebesar 2125 kkal jika kondisinya sudah mulai
membaik dan daya terima makanan tinggi mampu diberikan makanan lunak.6
Konsistensi pada pasien Tn. C yang mengalami Parkinson dengan gangguan menelan
(disfagia) maka pemberian konsistensi diberikan meningkat, sebagai berikut :
a. Makanan cair 70% dengan bubur saring 30%
b. Makanan cair 60% dengan bubur blender 40%
c. Makanan cair 40% dengan bubur blender 60%
d. Makanan cair 20% dengan makanan lunak 80%
e. Kemudian diberikan menu lunak 100%
f. Selanjutnya ketika kondisi membaik dapat diberikan makanan biasa 100% dengan
konsistensi tidak terlalu keras yang dapat memenuhi kebutuhannya
g. Pada kasus ini, menurut saya tidak perlu diberikan makanan enteral karena: 6,7
- Pasien Tn. C masih dapat diupayakan untuk menelan secara minimal, karena
kondisi disfagianya sedang atau tidak begitu parah dan masih diupayakan dapat
mengunyah meskipun fungsi telannya memerlukan waktu yang lama.
- Berdasarkan kategori National Dysphagia Diet (NDD), dapat diberikan
disfagia tahap 1 dimana menu yang diberikan menyerupai puding/pure, lembut,
halus, homogen, dan perlu menggunakan pengental.
- Kesulitan menelan (disfagia) disebabkan karena pengaruh saraf akibat
Parkinson, dalam hal ini pasien Parkinson sebaiknya perlu dilatih untuk
menelan dengan peningkatan konsistensi makanannya
- Tn. C yang mengeluhkan batuk setiap kali sehabis makan, dalam hal ini
merurut pendapat saya belum perlu diberikan makanan enteral. Kemungkinan
batuknya disebabkan pemerberian jenis makanannya yang kurang tepat, serta
terdapat gangguan pernapasan karena melemahnya fungsi otot pernapasan.
Sesudah : 70,3 kg -
AD-1.1.4 Perubahan BB Mengalami penurunan Berat Penurunan BB yang tidak diinginkan
badan sebanyak 6,8 kg atau masih tergolong ringan
sebanyak 8,8% selama 6 bulan undernutrition
AD-1.1.5 Indeks Masa Sebelum : 24, 3 kg/m2 Normal (18,5-24,9 kg/m2)
Tubuh (IMT) Sesudah : 22,2 kg/m2 Normal (18,5-24,9 kg/m2)
Kesimpulan :
Berdasarkan data Tn. C memiliki TB 177,8 cm dan BB 6 bulan yang lalu 77,1 dan
BB saat ini 70,3 kg. Mengalami penurunan BB sebanyak 6,8 kg atau 8,8% selama 6
bulan, hal ini masih tergolong ringan, sebab jika penurunan BB yg tidak diinginkan
dikatakan “berisiko tinggi” jika mengalami penurunan 5% selama 1 bulan atau 10%
selama 6 bulan. Sehingga diperoleh IMT sebelumnya 24,3 kg/m2 dan IMT saat ini
adalah 22,2 kg/m2.
4. Pengkajian Data Biokimia (BD)
Tabel 10. Data Biokimia (BD) Tn. C
Nilai
Domain Data Satuan Interpretasi
Normal
- - - -
-
B. Diagnosis Gizi
a.) NI-1.2 Inadekuat asupan energi (P) berkaitan dengan penurunan asupan makan
(E) ditandai dengan penurunan berat badan sebanyak 6,8 kg atau 8,8% selama 6
bulan serta pakaian pasien yang terasa longgar (S).
b.) NC-1.1 Kesulitan menelan (P) berkaitan dengan Parkinson Disease (E) ditandai
dengan kecepatan makan yang lambat selama 2 jam dan terjadinya batuk saat
setiap kali makan (S).
C. Intervensi Gizi
D. Monitoring dan Evaluasi
Keterangan :
untuk bagian Intervensi, monitoring dan evaluasi merupakan bagian dari pertanyaan 1-
4, sehingga dipaparkan di atas yaa
PERHITUNGAN KEBUTUHAN GIZI Tn. C (SMRS dan MRS)
Cairan = 30 mL/kgBB/hari
= 30 mL x 70,3 kg
= 2109 mL
Tn. C
L 74 70,3 177,8 10-05-2020
Score : 7
1. Mahan LK, Raymond JL. KRAUSE’S Food & The Nutrition Care Process. 14th
ed. Canada: Elsevier Inc.; 2017.
2. Nelms M, Sucher K, Lacey K RS. Nutrition Therapy for Chronic Obstructivee
Pulmonary Disease. In : Nutrition Therapy and Patophysiology. 2nd edition.
Wadsworth Cengage Learning; 2011.
3. Lichtenstein AL: MyPlate for Older Adults, 2014. http://www.nutrition.tufts.
edu/research/myplate-older-adults. Accessed 11 Mei 2020.
4. Parkinsons’s Disease. https://www.parkinson.org/Living-with-
Parkinsons/Managing-Parkinsons/Diet-and-Nutrition (diakses pada 10 Mei 2020)
5. Diabetics. International Dietetics & Nutrition Terminology (IDNT) Reference
Manual. Academy of Nutrition Diabetics; 2015.
6. Pan-Montojo F, Reichmann H: Considerations on the role of environmental toxins
in idiopathic Parkinson’s disease pathophysiology, Transl Neurodegener 3:10,
2014. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4019355.
7. Bonnici A, Ruiner CE, St-Laurent L, Hornstein D. An interaction between
levodopa and enteral nutrition resulting in neuroleptic malignant-like syndrome
and prolonged ICU stay. Ann Pharmacother. 2010. 44(9):1504-7.
8. Cooper MK, Brock DG, McDaniel CM. Interaction between levodopa and enteral
nutrition. Ann Pharmacother. 2008. 42(3):439-42.
9. Contin M, Martinelli P. Pharmacokinetics of levodopa. J Neurol 2010 ; 257
(Suppl 2):253-61.
10. Fracasso BM, Morais MB, Gomez R, Hilbig A, Rabito EI. Protein intake and the
use of levodopa in patients with Parkinson’s disease. Rev Chil Nutr 2013.
40(2):102-6.
11. Capecci M, Petrelli M, Emanuelli B, Millevolte M, Nicolai A, Provinciali L, et al.
Rest energy expenditure in Parkinson’s disease: role of disease progression and
dopaminergic therapy. Parkinsonism Relat Disord 2013. 19 (2):238-41.
12. Williams’ Essential of Nutrition & Diet Therapy.Elsevier. 2015. Edisi 11. Elanor
D. Schlenkerm Joyce Gilbert
13. Otles, Semih & Senturk, Ahmet. Food and Drug Interactions: A General Review.
Acta scientiarum polonorum. Technologia alimentaria. 2014. 13:89-102.
Doi.10.17306/J.AFS.2014.1.8.
14. Bellows, Colorado State University Extension food and nutrition specialist and
assistant professor; R. Moore, graduate student. 9. 2013.
15. Lasix Oral Solution Product Monograph LASIX® ORAL SOLUTION
furosemide oral solution Mfr. Std. Oral solution 10 mg/mL Diuretic. 2018.
Pertanyaan 5 soal dari Materi : Disfagia, Stroke, Dementia “Neurologic Disorder”
1. Berikut ini yang bukan manfaat dalam melakukan Nutritional Management pada
pasien stroke adalah ...
a. Meningkatkan derajat komorbiditas pasien
b. Untuk memenuhi kecukupan kebutuhan individu pasien
c. Untuk mencegah ketidak seimbangan cairan elektrolit pada pasien
d. Mengatasi masalah spesifik dalam kesulitan makan
e. Memungkinkan pasien dan pengasuh dapat mengatur pemberian makanan dengan
baik
Jawaban : A
2. Pernyataan yang benar terkait : pasien stroke biasanya disertai dengan adanya disfagia
atau kesulitan menelan, hal ini akan mengakibatkan ...
a. Asupan makanan menurun
b. Terjadinya penurunan penyakit infeksi
c. Masa perawatan pasien akan lama
d. Jawaban A dan B benar
e. Jawaban A dan C benar
Jawaban : E
3. Disfagia memiliki beberapa level, berikut ini disfagia dengan ciri – ciri makanan
harus diberikan makanan puree, well mashed, homogen, dan kohasif dimana
diberikan kepada pasien yang mengalami moderate-severe disfagia dan tidak bisa
mengunyah dan menelan. Kasus tersebut termasuk dalam disfagia...
a. Level 1
b. Level 2
c. Level 3
d. Dysphagia advanced
e. Dysphagia Mechanically Altered
Jawaban : A
4. Berikut ini contoh rekomendasi menu yang dapat diberikan pada pasien disfagia level
(Dysphagia Advanced) diantarnaya adalah....
a. Jus mangga, popcorn, dan salad buah
b. Apel, pir, dan teh
c. Jus melon, soft cooked potatoes, dan scrambled eggs
d. Keripik kentang, sup kacang merah, dan keripik kentang
e. Karamel, burger selada, dan roti + selai kacang
Jawaban : C
5. Pernyataan yang salah terkait asupan gizi enteral atau suplement enteral adalah..
a. Pada pasien malnutrisi pemberian enteral dimulai selama 12-24 jam
b. Harus memperhatikan reflux gastroesofagus
c. Durasi pemberian enteral jika >2 bulan maka diberikan percutaneous endoscopic
gastrostomy (PEG)
d. Jika terjadi risiko aspirasi yang tinggi, maka diberikan percutaneous endoscopic
jejunostomy (PEJ)
e. Jika terjadi kekakuan/stagnasi pada lambung harus diantisipasi secara rutin
Jawaban : A