Disusun Oleh:
HELDA DWI MARDIANA
180400470
C. PERAWATAN/TERAPI (CH.2.2)
Kode IDNT Jenis Data Keterangan
CH-2.2.1 Terapi medis Ceftriaxone, Humalog,
Novorapid, Infus Nacl
2. SQFFQ
Pola makan sebelum sakit
Makanan pokok:
Nasi 2-3x/hari (2centong) @200 g
Lauk hewani:
Daging ayam (1x /minggu,1ptg) goreng, santan @60 g
Daging sapi (2x /bulan, 1 porsi) sup, santan @50 g
Ikan air tawar (2-3x / minggu, 1 ekor) goreng @50 g
Telur ayam (3x/mng, 1 porsi) goreng, sambal @60 g
Lauk nabati:
Tempe (setiap hari,1-2 potong) goreng, oseng, bacem @50 g
Tahu (setiap hari,1-2 potong) goreng, oseng, bacem @100 g
Sayur-sayuran:
Bayam, kangkung, wortel (setiap hari ada sayur, ± 5 sdm) bening
@30 g
Buah:
Pear (3x/minggu,1-2 buah) @120 g
Minuman :
Teh 1 gelas kecil/minggu @200ml
Gula 2 sdm @20 gram
Air putih 4 gelas/hari @ 320ml
INTERVENSI GIZI
A. TUJUAN
1. Meningkatkan kebutuhan asupan mencapai ≥80%.
2. Membantu menstabilkan kadar gula darah pasien hingga mendekati nilai
normal.
3. Membantu menstabilkan kadar ureum dan kreatinin hingga mendekati
normal.
4. Membantu menstabilkan tekanan darah pasien hingga mendekati normal.
B. PRINSIP/SYARAT DIET
1. Energi cukup yaitu 1908 kkal untuk mencapai dan mempertahankan berat
badan.
2. Protein rendah yaitu 0,8 g/kg BB dari kebutuhan energi total adalah 42,4 g.
3. Lemak normal yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total adalah 53 g.
4. Karbohidrat cukup yaitu kebutuhan energi total dikurangi energi yang
berasal dari protein dan lemak adalah 310,5 g.
Laporan Praktikum Lapangan Dietetik 2
Program Studi S1 Ilmu Gizi Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
Universitas Alma Ata Yogyakarta
5. Natrium 400 mg/hari
6. Cairan yang dikeluarkan ± 500 ml.
7. Pembatasan penggunaan gula murni dalam makanan dan minuman.
8. Memberikan prinsip diet 3J (tepat jenis, tepat jadwal dan tepat jumlah).
F. EDUKASI GIZI
E.1.1 Tujuan Edukasi
- Memberikan edukasi dan motivasi kepada pasien dan keluarga
- Memberikan/menambah pengetahuan pasien dan keluarga terkait
diet yang dijalani
- Memberikan motivasi kepada pasien terkait asupan makan
E.1.2 Prioritas Masalah
- Diabetes mellitus
- Gangguan fungsi ginjal
A. Diabetes Mellitus
1. Pengertian
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010,
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada
diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau
kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan
pembuluh darah. Diabetes Melitus (DM) merupakan masalah serius
dengan angka kejadian yang meningkat tajam (Tandra, 2015). DM dapat
menyerang hampir semua golongan masyarakat di seluruh dunia. Jumlah
penderita DM terus bertambah dari tahun ke tahun karena pola hidup
manusia zaman sekarang yang cenderung jarang bergerak dan pola makan
yang tidak sehat (Susilo, 2011).
World Health Organization (WHO) memperkirakan lebih dari 346
juta orang di seluruh dunia mengidap diabetes dan Association of
Southeast Asian Nations (ASEAN) 19,4 juta pada tahun 2010. Jumlah ini
kemungkinan akan lebih dari dua kali lipat pada tahun 2030 tanpa
intervensi. Hampir 80% kematian diabetes terjadi di negara berpenghasilan
rendah dan menengah (Suiraoka, 2012). WHO memprediksi kenaikan
jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000
menjadi 21,3 juta pada tahun 2030 (1,4). Data tersebut menempatkan
posisi Indonesia di peringkat keempat negara dengan jumlah penderita
diabetes terbanyak setelah Cina, India, dan Amerika Serikat (Nati &
Worang, 2013). Menurut WHO, pada tahun 2014, 8,5% dari orang dewasa
berusia 18 tahun dan lebih tua menderita DM. Pada tahun 2012 DM
menjadi penyebab utama dari 1,5 juta kematian. Pada tahun 2014,
Indonesia memiliki sekitar 9,1 juta penyandang DM (Soyjoy, 2015).
3. Manifestasi Klinis
Gejala umum yang timbul akibat penyakit Diabetes Mellitus diantaranya:
a. Pengeluaran urin (poliuria)
Poliuria adalah keadaan dimana volume urin dalam 24 jam
meningkat atau melebihi batas normal. Poliuria timbul sebagai gejala
DM dikarenakan kadar gula dalam tubuh relative tinggi sehingga tubuh
tidak sanggup untuk mengurangi dan berusaha untuk mengeluarkannya
melalui urin. Gejala lebih sering terjadi pada malam hari dan urin yang
dikeluarkan mengandung glukosa (PERKENI, 2015).
b. Timbul rasa haus
Rasa haus yang berlebihan timbul karena kadar glukosa terbawa
oleh urin sehingga tubuh merespo untuk meningkatkan asupan cairan
(PERKENI, 2015).
C. Hipertensi
1. Pengertian
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar
dari 140 mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat
(KepMenkes, 2003). Prevalensi hipertensi terus meningkat sejalan dengan
perubahan gaya hidup seperti merokok, inaktifitas fisik dan stres
psikososial. Data World Health Organization (WHO), tahun 2000
menunjukkan sekitar 972 juta orang atau 26,4% penduduk diseluruh dunia
menderita hipertensi. Sebanyak 333 juta (proporsi 34,26%) berada di
negara maju dan 639 juta (65,74%) berada di negara berkembang termasuk
Indonesia (Tessy, 2009).
Hipertensi dapat mengakibatkan komplikasi seperti stroke,
kelemahan jantung, penyakit jantung koroner (PJK), gangguan ginjal dan
1. Antropometri
Berat badan pasien diukur dengan timbangan yaitu didapat hasil 53
kg. pengukuran berat badan dipergunakan untuk melihat status gizi pasien
saat ini. Pada pengukuran tinggi badan didapat hasil 157 cm. berdasarkan
hasil perhitungan IMT, status gizi pasien dalam kategori normal yaitu 21,5
kg/m2.
2. Biokimia
Pada pemeriksaan biokimia pasien Tn. W pada 10 November 2019
didapatkan nilai GDS, ureum, kreatinin, SGOT dan SGPT tinggi. Pada saat
studi kasus nilai GDS pada hari ke 3 monev menjadi normal dengan nilai
186 mg/dl sedangkan untuk uream, kreatinin, SGOT dan SGPT belum ada
hasil pemeriksaan yang terbaru. Penilaian status gizi dengan hasil biokimia
adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratories yang
dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang
digunakan antara lain darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh
seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa
kemungkinan akan terjadi malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala
3. Fisik Klinis
Pada pemeriksaan fisik Tn. W dalam Kondisi Umum (KU) baik atau
composmentis namun lemas. Composmentis diartikan bahwa seseorang
masih dalam keadaan sadar penuh dan dapat menjawab pertanyaan tentang
dirinya dan lingkungannya. Hasil pengukuran tekanan darah menunjukkan
hasil:
PD-1.1.9 Vital Sign:
(12-11-2019)
TD 136/79 mmHg
Nadi 80x/menit
Respirasi 20x/menit
Suhu 36,5 0C
(13-11-2019)
TD 164/90 mmHg
Nadi 89x/menit
Respirasi 20x/menit
Suhu 36,1 0C
(14-11-2019)
TD 158/90 mmHg
Nadi 81x/menit
Respirasi 18x/menit
Suhu 36,3 0C
(15-11-2019)
TD 160/90 mmHg
Nadi 86 x/menit
Respirasi 20x/menit
Suhu 36 0C
4. Asupan Makan
Selama studi kasus sejak hari pertama asupan energi dan zat gizi
lainnya pada pasien Tn. W dilihat dari grafik diatas tidak mengalami
peningkatan asupan selama monev sehingga masih dalam kategori deficit
< 80%. Nafsu makan pasien yang tidak meningkat dikarenakan pasien
merasa setiap kali makan harus disuntik insulin terlebih dahulu sehingga
membuat pasien kembali jadi malas untuk makan.
Laporan Praktikum Lapangan Dietetik 2
Program Studi S1 Ilmu Gizi Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
Universitas Alma Ata Yogyakarta
Asupan makan dikategorikan baik apabila persentase asupan energi
80-110 dari total kebutuhan, kurang apabila < 80% dan lebih apabila
asupan > 100% (WNPG, 2014). Berdasarkan persentase asupan makan
pada pasien Tn. W pada hari ketiga masih dalam kategori deficit < 80%.
5. Diagnosa Medis
Selama pengambilan studi kasus tidak terjadi perubahan diagnose
medis yang signifikan namun untuk hari terakhir recall pemeriksaan GDS
pasien sudah normal dengan hasil 186 mg/dl.
A. KESIMPULAN
a. Antropometri
Status gizi Tn. W termassuk dalam kategori baik yaitu 21,5 kg/m2
(Normal).
b. Biokimia
Dari hasil pemeriksaan biokimia pasien Tn. W pada 10 November 2019
mengalami hasil GDS yang tinggi yaitu 789 mg/dl mengindikasikan adanya
glukosa darah serta hasil ureum 124 mg/dl dan kreatinin 2,18 mg/dl termasuk
kategori tinggi yang menandakan adanya kegagalan fungsi ginjal.
c. Fisik Klinis
Hasil pemeriksaan fisik klinis secara keseluruhan keadaan pasien dalam kondisi
lemas dan mengalami hipertensi dengan tekanan darah selama 4 hari
pemeriksaan selalu tinggi.
d. Asupan Makan
Asupan makan pasien Tn. W tidak mengalami peningkatan asupan selama
monev sehingga masih dalam kategori deficit < 80%.
B. SARAN
Pasien Tn. W sebaiknya menjalani diet yang telah direkomendasikan selama
dirumah sakit dan untuk keluarga pasien agar selalu membantu dan memotivasi
pasien untuk menjalani diet yang telah direkomendasikan oleh Ahli Gizi.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementrian Kesehatan RI. 2013. Hasil
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Tersedia di:
www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf
(Diakses pada tanggal 16 November 2019).
Infodatin: Pusat data dan informasi kementerian kesehatan RI. 2014. Situasi dan analisis
diabetes. Tersedia di:
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-
diabetes.pdf (Diakses pada 17 November 2019)
KDIGO. 2012. Clinical practice guideline for the evaluation and management of
chronic kidney disease. Tersedia di:
http://www.kdigo.org/clinical_practice_guidelines/pdf/CKD/KDIGO_2012_CKD
_GL.pdf (Diakses pada 17 November 2019)
Nati F. 2013. Diabetes bukan akhir dari segalanya. Majalah Rumah Sakit Mitra
Keluarga. Tersedia di:
http://www.mitrakeluarga.com/download/majalah_rsmk10.pdf
Pesanlab. 2015. Pemeriksaan lab untuk deteksi dini diabetes beserta biayanya. Tersedia
di:
https://www.pesanlab.com/blog/pemeriksaan-lab-untuk-deteksi-dini-diabetes/
Purnamasari D. 2009. Diagnosis dan klasifikasi diabetes melitus. Editor: Sudoyo AW,
Setiyohadi B, Alwi Idrus, Simadibrata M, Setiati S. Dalam: Buku ajar ilmu
penyakit dalam jilid III. Edisi V. Jakarta: Interna Publishing; p. 1880.
Suranto E. 2014. Hubungan insomnia dengan peningkatan gula darah puasa pada pasien
diabetes mellitus (DM) di ruang rawat inap RSUD. Dr. Moewardi skripsi.
Surakarta: Stikes Kusuma Husada
Susilo Y, Wulandari A. 2011. Cara jitu mengatasi kencing manis: Diabetes Mellitus. 1st
ed. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta. p, 5.
Tessy, Agus. 2009. Hipertensi Pada Penyakit Ginjal. In: Aru W. Sudoyo, Bambang
Setyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata, Siti Setiati, editors. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan Departeman Ilmu
Penyakit Dalam FKUI; P. 1086
Worang FHK, Bawotong J, Untu FM. 2013. Hubungan pengendalian diabetes Mellitus
dengan kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus di RSUD manembo
nembo bitung. Jurnal Keperawatan Universitas Sam Ratulangi; 1:2.
1. Skrining Awal
No. Kriteria Jawaban
Ya Tidak
1. Apakah IMT < 20.5?
2. Apakah pasien kehilangan BB dalam 3 bulan
terakhir?
3. Apakah asupan makan pasien menurun 1 minggu
terakhir?
4. Apakah pasien dengan penyakit berat? (ICU)
- Jika tidak untuk semua kriteria skrining diulang 1 minggu kemudian
- Jika ada 1 atau lebih kriteria dengan jawaban ya dilakukan skrining
2. Skrining Lanjut I
Risiko Gizi Kriteria
Absen (Skor = 0) Status gizi normal
Ringan (Skor = 1) Kehilangan BB > 5% dalam 3 bulan atau asupan 50-75%
dari kebutuhan
Sedang (Skor = 2) Kehilangan BB > 5% dalam 2 bulan atau IMT 18.5-20.5
atau asupan 25-50% dari kebutuhan
Berat (Skor = 3) Kehilangan BB > 5% dalam 1 bulan (>15% dalam 3
bulan) atau IMT < 18.5 atau asupan 0-25% dari
kebutuhan
3. Skrining Lanjut II
Risiko Gizi Kriteria
Absen (Skor = 0) Kebutuhan gizi normal
Ringan (Skor = 1) Fraktur, pasien kronik (sirosis hati,
COPD, HD rutin, DM, kanker)
Sedang (Skor = 2) Bedah mayor, stroke, pneumonia
berat, kanker darah
Berat (Skor = 3) Cedera kepala, transplantasi sumsum,
pasien ICU
SIANG
bubur nasi (belu) 400 g 144.4 kcal 32.0 g
kacang panjang mentah 25 g 8.7 kcal 2.0 g
tahu 50 g 38.0 kcal 0.9 g
minyak kelapa sawit 10 g 86.2 kcal 0.0 g
daging ayam 50 g 142.4 kcal 0.0 g
semangka 150 g 48.0 kcal 10.8 g
SORE
bubur nasi (belu) 200 g 72.2 kcal 16.0 g
bayam segar 20 g 7.4 kcal 1.5 g
buncis mentah 10 g 3.5 kcal 0.8 g
ikan segar 50 g 49.0 kcal 0.0 g
minyak kelapa sawit 5g 43.1 kcal 0.0 g
semangka 150 g 48.0 kcal 10.8 g
SORE
bubur nasi (belu) 200 g 72.0 kcal 16.0 g
daging ayam goreng 25 g 83.0 kcal 0.9 g
telur ayam bagian putih 15 g 7.5 kcal 0.2 g
Sup Merah
Wortel 10 g 4.2 kcal 3.9 g
kool merah / putih mentah 10 g 2.2 kcal 0.4 g
baso 10 g 37.0 kcal 0.0 g
semangka 150 g 48.0 kcal 10.8 g
PAGI
bubur nasi (belu) 200 g 72.0 kcal 16.0 g
telur puyuh 50 g 92.5 kcal 0.8 g
Sayur Bening
bayam segar 30 g 11.1 kcal 2.2 g
semangka 150 g 48.0 kcal 10.8 g
Susu RPRGRK 100 ml 130 kcal 23.5
SNACK
Susu RPRGRK 100 ml 130 kcal 23.5
SORE
bubur nasi (belu) 250 g 90.0 kcal 20.0 g
telur dadar 25 g 46.8 kcal 0.3 g
minyak kelapa sawit 5g 43.1 kcal 0.0 g
telur ayam bagian putih 15 g 7.5 kcal 0.2 g
wortel 10 g 4.2 kcal 3.9 g
buncis mentah 10 g 3.5 kcal 0.8 g
labu siam mentah 10 g 2.0 kcal 0.4 g
semangka 150 g 48.0 kcal 10.8 g
PAGI
bubur nasi (belu) 200 g 72.0 kcal 16.0 g
Gelatin Ayam
daging ayam 25 g 71.3 kcal 0.0 g
minyak kelapa sawit 5g 43.1 kcal 0.0 g
Sayur Capcay
Wortel 10 g 4.2 kcal 3.9 g
sawi putih mentah 10 g 1.5 kcal 0.2 g
kembang kool mentah 10 g 2.5 kcal 0.5 g
baso 10 g 37.0 kcal 0.0 g
Semangka 150 g 48.0 kcal 10.8 g
Susu RPRGRK 100 ml 130 kcal 23.5
SNACK
Susu RPRGRK 100 ml 130 kcal 23.5
SORE
bubur nasi (belu) 300 g 108.0 kcal 24.0 g
daging ayam 25 g 71.3 kcal 0.0 g
minyak kelapa sawit 5g 43.1 kcal 0.0 g
telur ayam bagian putih 15 g 7.5 kcal 0.2 g
wortel 10 g 4.2 kcal 3.9 g
jagung kuning pipil baru 10 g 10.8 kcal 2.5 g
jamur putih mentah 10 g 2.7 kcal 0.5 g
tepung maizena 5g 19.0 kcal 4.6 g
semangka 150 g 48.0 kcal 10.8 g
PAGI
bubur nasi (belu)
Ayam Goreng 250 g 90.0 kcal 20.0 g
daging ayam goreng 50 g 166.0 kcal 1.9 g
minyak kelapa sawit 5g 43.1 kcal 0.0 g
Sayur Bening
Wortel 10 g 4.2 kcal 3.9 g
semangka 150 g 48.0 kcal 10.8 g
teh 100 g 50.0 kcal 10.0 g
Keterangan:
Sisa makanan 0% = makanan habis
Sisa makanan 25% = sisa makanan ¼ porsi
Sisa makanan 50% = sisa makanan ½ porsi
Sisa makanan 75% = sisa makanan ¾porsi
Sisa makanan 95% = sisa makanan hampir utuh (±1 sdm dikonsumsi)
Sisa makanan 100% = makanan utuh (tidak ada yang dikonsumsi)