Anda di halaman 1dari 19

Laporan Praktikum Tanggal Mulai : 21 Februari 2023

MK. Dietetik Penyakit Infeksi dan Efisiensi Tanggal Selesai : 27 Februari 2023

KURANG ENERGI PROTEIN (KEP)

Kelompok 4
Tiara Aurelia Nim : 5203240001
Siti Hafsah Nim : 5203240007
Lita Asanti Nim : 5201240005
Neta Nia Limbong Nim : 5203540018
Intan Frisdawanty Cibro Nim : 5203540017
Fakhrur Rozy Ginting Nim : 5193240012

Dosen Pengampu :

Erni Rukmana, S.Gz, M.Si


Nila Reswari Haryana, S.Gz, M.Si
Risti Rosmiati, S.Gz, M.S

PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI


JURUSAN PENDIDIKAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR PADA PASIEN
KURANG ENERGI PROTEIN (KEP)

A. GAMBARAN KASUS
- Anak perempuan umur 1 tahun 8 bulan BB 7 kg, PB 75 cm dan LILA 11 cm. Masuk
IGD RSCM dengan keluhan demam 38° C sejak 5 hari SMRS. Paracetamol sudah
diberikan, demam hilang timbul. Muntah lendir ketika batuk. Batuk sudah ada 1
minggu terakhir. Tidak ada diare.
- Kesadaran compos mentis dan lemah, tampak kurus, ada wasting di lengan dan kaki,
terdapat iga gembang dan tidak terdapat endema. Frekuensi napas 30x/menit, nadi
70x/menit, tekanan darah 80/60 mmHg. Riwayat kelahiran, anak ke 5 dari 5
bersaudara lahir normal dibantu bidan dengan berat lahir 2800 gr. Riwayat imunisasi
lengkap. Saat ini belum bisa berjalan namun sudah bicara 2-3 kata
- Riwayat penyakit ibu TB putus OBAT
- Hasil pemeriksaan darah Hb 11 gr/dl, Hematokrit 33.5%, Leukosit 21.000/UL,
Trombosit 400.000/UL, GDS 75 mg/dl, Natrium 135 mEq/L, Kalium 3,5 mEq/L,
klorida 101 mEq/L, Test Mantoux sedang menunggu hasil. Pemeriksaan Thorax
dengan hasil Bronkopneumonia.
- Riwayat pemberian makan : Menurut orang tua, nafsu makan turun sejak 1 bulan
terakhir, berat badan turun 500 gr. Pasien tidak memiliki riwayat alergi makanan. Pola
makan di rumah: sudah tidak mendapatkan ASI, Riwayat ASI hanya diberikan usia 6,
susu formula diberikan sejak lahir, bubur susu diberikan usia 4 bulan dan nasi tim
diberikan sejak usia 9 bulan. Makanan keluarga diberikan usia 11 bulan.
- Saat ini pola makan nasi 3x masing-masing 4 sdk makan kecil dengan lauk hewani
@1/4 p dan kuah sayur, minum susu kental manis 3x 150 ml dan snack diantara waktu
makan berupa biskuit 2 keping
- Di IGD saat ini sudah melewati fase stabilisasi dan menunggu transfer ke ruang rawat
biasa.
- Diagnosa Medis : Tersangka TB paru, Gizi buruk Marasmik, Short stature, Delayed
Development.
B. PERHITUNGAN KEBUTUHAN GIZI
Energi Karbohidrat Protein Lemak Zat Gizi Mikro
FASE TRANSISI
150 62% 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 3 gr/ kgBB/hari 30% 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖
kkal/kgBB/hari 4 = 3 gr x 7
= 9
= 150 kkal x 7 = = 21 gram 30% 𝑥 1.050
= 1.050 kkal = 8% dari energi = 9
62% 𝑥 1.050
= 315
4 = 9 Vit A: 400 RE
651
4
= = 35 gram Vit C: 40 mg
Vit E: 6 mcg
162,75 gram
Zat besi (Fe): 7 mg
FASE REHABILITASI
Zinc: 3 mg
200 kkal/ kg BB 58% 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 6 gr/kgBB/hari 30% 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖
perhari 4 =6x7 9
= Kalium: 2600
= 200 x 7 = 42 gram
= 1.400 kkal = 30% 𝑥 1.400
= (AKG, 2019)
= 12% dari energi 9
58% 𝑥 1.400
4
= 420
9
=
812
4
= 46,7 gram
203 gram
C. PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI ASUHAN GIZI
Nama :x
Umur : 1 tahun 8 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Diagnosa : Tersangka TB paru, Gizi buruk Marasmik, Short stature, Delayed Development.

Assessment Diagnosa Gizi Intervensi Rencana Monitoring


Data Dasar Identifikasi Masalah (PES) Terapi Diet Terapi Edukasi dan Evaluasi
Antropometri NI.2.1. Asupan oral Tujuan diet : Sasaran: Antropometri
AD-1.1.1 Panjang badan = tidak adekuat (P) 1. Memberikan Orang tua, keluarga
berkaitan dengan makanan tinggi dan pengasuh pasien. AD-1.1.4
75 cm Z-Score a= Perubahan berat
menurunnya nafsu energi secara
AD-1.1.2 Berat badan = 7 𝐵𝐵 − 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛 badan: memantau
kg 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛 − 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 (−1𝑆𝐷 makan (E) ditandai bertahap Waktu:
7 − 9,1 −2,1 dengan penurunan 2. Memberikan makan 30 - 45 menit berat badan setiap
= 9,1 − 8,4 = 0,7 hari dan target
LILA = 11 cm berat badan 500 gr tinggi protein secara
= − 3 (S). bertahap Tempat kenaikan berat badan
NI.5.2. Malnutrisi 3. Cukup vitamin guna Pelaksanaan: > 10 g/kg BB/hari.
Berdasarkan (P) berkaitan dengan mencapai status gizi - Ruang rawat inap
kategori dan ambang rendahnya konsumsi optimal pasien
batas status gizi energi dan protein 4. Cukup mineral guna - Ruang konsultasi
anak menurut PMK (E) ditandai dengan mencapai status gizi gizi
No.2, maka anak status gizi buruk optimal
dikategorikan gizi marasmik, short Metode:
AD-1.1.4 Perubahan BB = kurang (wasted). stature, dan delayed Tujuan Diet Fase Konseling dan
berat badan turun 500 gr
development (S). Transisi : ceramah
Namun, apabila Untuk memberikan
dilihat dari ukuran kesempatan tubuh Media alat bantu:
LILA, anak tersebut untuk beradaptasi Leaflet, Brosur,
masuk ke kategori cukup terhadap Video, Buku Saku
gizi buruk akut. pemberian energi dan Pedoman Gizi, Isi
protein yang Piringku, dan
meningkat. Pedoman Gizi
Seimbang
NC.2.1. Gangguan Tujuan Diet Fase Materi: Asupan
Riwayat Gizi dan Makan utilisasi zat gizi (P) Rehabilitasi: - Memberikan Gizi/Makanan dan
berkaitan dengan Untuk memberikan edukasi gizi kepada Perilaku
anemia (E) ditandai makanan yang adekuat ibu pasien atau FH. 1.2.1 Asupan
FH-1.2.2.3 Pola untuk tumbuh kejar,
dengan kadar pengasuh mengenai cairan/minuman:
makan/camilan = Saat ini memotivasi anak untuk
hemoglobin dan diet yang Melakukan
pola makan nasi 3x bisa menghabiskan
kadar hematokrit diberikan, pemeriksaan setiap
masing-masing 4 sdk porsinya, memotivasi
yang rendah. mengenai tahap hari, dengan target
makan kecil dengan lauk Berdasarkan riwayat ibu untuk tetap pemberian F100 dikonsumsi
hewani @1/4 p dan kuah makan, makanan memberikan ASI.
NC.3.1. Berat badan makanan sesuai kebutuhan
sayur, minum susu kental yang dikonsumsi
kurang/ underweight gizi buruk. (dengan dosis sesuai
manis 3x 150 ml dan snack belum cukup
(P) berkaitan dengan - Menjelaskan berat badan).
diantara waktu makan bervariasi, serta
berupa biskuit 2 keping. status gizi buruk (E) kepada ibu
tidak mendapatkan
ditandai dengan nilai pentingnya
ASI eksklusif, FH. 1.2.2 Asupan
Z-Score -3, tampak dan manfaat dari
bahwasanya pasien Prinsip Diet: makanan:
kurus, terdapat pemberiaan ASI
FH-1.2.2.5 Variasi telah diberikan susu Diet sesuai fase Meningkatkan
wasting di lengan terhadap
makanan = Tidak formula sejak lahir tatalaksana gizi buruk asupan makan
dan kaki (S). anak.
bervariasi dan mendapatkan atau kurang energi seimbang pada anak
- Memotivasi ibu
MPASI berupa protein (KEP). untuk dapat secara bertahap
NC.3.2. Penurunan
bubur susu sejak melanjutkan hingga 100%
BB yang tidak
usia 4 bulan. Pasien pemberian ASI
diharapkan (P) Syarat Diet: FH-1.2.2.5 Variasi
juga mengalami kepada pasien
FH-1.2.3.1 Asupan ASI = berkaitan dengan 1. Fase Transisi makanan:
penurunan nafsu sampai usia 2
sudah tidak mendapatkan rendahnya asupan - Energi 100-150 kkal/ Meningkatkan
makan sejak 1 bulan tahun.
ASI, riwayat ASI hanya nutrisi (E) ditandai kg BB variasi makanan
terakhir. - Menjelaskan
diberikan hingga usia 6 dengan status gizi - Protein 2-3 gram/kg pada fase rehabilitasi
bulan buruk. BB/ hari penyakit yang dan tindak lanjut
- Cairan diberikan diderita pasien dan dirumah.
FH-1.2.3.2 Asupan susu sampai 150 ml/ kg dampak nya FH. 1.2.3.1 Asupan
formula = susu formula BB/hari terhadap tumbuh ASI: Ibu dapat
sudah diberikan sejak lahir - Mineral mix 20 ml kembang. melanjutkan
(8 gr)/ 1000 ml - Memberikan pemberian ASI
formula contoh menu dan sampai usia 2 tahun.
- Pemberian makanan cara membuat FH-4.1.1 Tingkatan
F100 dengan makanan dengan pengetahuan dan
FH-2.1.2.1 Diet yang frekuensi sering dan kandungan energi keterampilan:
diresepkan sebelumnya = porsi kecil, diberikan dan zat gizi yang Meningkatkan
Diet F-75 pada fase setiap 4 jam sekali. padat, sesuai pengetahuan dan
stabilisasi. dengan umur berat keterampilan
2. Fase rehabilitasi badan anak. ibu dengan target
- Energi 150-220 - Memberikan 80%.
edukasi mengenai FH.4.2.4 Motivasi:
kkal/kg BB/ hari
stimulasi sensorik Meningkatkan
- Protein 4-6 gram/ kg
dan dukungan motivasi atau
BB/ hari emosional. dukungan emosional
FH-2.1.2.5 Alergi makanan - Cairan 150-200 - Memberikan dan mental agar ibu
= pasien tidak memiliki ml/BB/hari atau lebih pelatihan mengenai kembali bergairah
riwayat alergi makanan sesuai kebutuhan pemberian makan dan lebih percaya
energi seimbang dan diri untuk kembali
- Mineral mix 20 ml tepat dari segi menyusui dengan
(8 gr)/ 1000 ml jenis, jumlah, target 90%.
formula dan frekuensi. FH-5.1. Kepatuhan:
- Berikan F100 - Memberikan
Ibu patuh dalam
FH-7.1.3 ASI eksklusif = dengan menambah edukasi kepada
menjalani edukasi
tidak mendapatkan ASI Ibu/Pengasuh
volumenya setiap yang diberikan,serta
eksklusif, sudah diberikan untuk memberikan
hari patuh terhadap
susu formula sejak lahir makan anak secara
dan bubur susu sejak usia 4 aktif (sabar, bicara pemberian makanan
bulan. dengan anak, tatap pada anak sesuai
matanya dan bujuk kebutuhannya.
anak untuk makan).
Biokimia Fisik-Klinis
BD-1.2.5 Natrium = 135 Normal PD-1.1.3
mEq/L (135 – 144 mEq/L) Paru-paru:
BD-1.2.6 Klorida = 101 Normal Melakukan
mEq/L (98-105 mEq/L) pemeriksaan lebih
lanjut dan
pengobatan penyakit
BD-1.2.7 Kalium = 3,5 Normal
penyulit yang
mEq/L (3,5-5,5 mEq/L)
diderita pasien, yaitu
bronkopneumonia.
BD-1.5.2 Gula darah Normal Preskripsi Diet:
sewaktu = 75 mg/dL (70-200 mg/dL) 1. Fase Transisi PD-1.1.9 Tanda
Tinggi (6000-17500) - Energi : 1.050 Kkal vital: Melakukan
(Clinical Pediatric - Protein : 21 gram pemeriksaan tanda
BD-1.9.7 Leukosit = Dietetic, 2007) - Karbohidrat : 162,75 vital setiap hari,
21.000/UL
gram dengan target
- Lemak : 35 gram tekanan darah, suhu
Normal (ambang - Pemberian RUTF tubuh pasien normal.
batas atas), atau F-100 dimulai
15000-400000 dengan porsi kecil
Trombosit = 400.000/UL (Clinical Pediatric tapi teratur (8
Dietetic, 2007) kali/hari, dan
Rendah (11,5 - 15,5) kemudian dapat
BD-1.10.1 Hemoglobin = menjadi 5-6
(Clinical Pediatric
11 gr/dl kali/hari).
Dietetic, 2007)
Rendah (35%-45%) - Usahakan
BD-1.10.2 Hematokrit = (Clinical Pediatric pemberian secara
Riwayat Personal
33,5% Dietetic, 2007) oral.

Fisik-Klinis 2. Fase Rehabilitasi CH-2.1. Keluhan


PD-1.1.1 Penampilan - Energi : 1.400 Kkal pasien: Memantau
keseluruhan = - Protein : 42 gram nafsu makan pasien,
- Lemah - Karbohidrat : 203 diharapkan terdapat
- Tampak kurus gram peningkatan nafsu
- Wasting di lengan dan - Lemak : 46,7 gram makan pasien.
kaki - Rute pemberian:
- Terdapat iga gambang oral. CH-2.1.5.
- Tidak terdapat edema - Berikan F-100 Gastrointestinal:
- Demam hilang timbul ditambah dengan Pemeriksaan
PD-1.1.3 Paru-paru = makanan anak/ dilakukan setiap
pemeriksaan thorax lumat serta sari hari, dengan target
menunjukkan hasil buah. muntah lendir ketika
bronkopneumonia. Tes batuk dapat
mantoux sedang menunggu berkurang.
hasil
PD-1.1.9 Tanda vital :
Tinggi (Demam) Biokimia
- Suhu tubuh = 38° C
- Kesadaran = compos BD-1.2 Profil kadar
Normal
mentis elektrolit:
- Frekuensi napas = Melakukan
Normal
30x/menit pemeriksaan kadar
- Denyut nadi = elektrolit secara
Normal
70x/menit berkala dengan
- Tekanan darah = 80/60 target hasil
Normal pemeriksaan normal.
mmHg
Riwayat Personal BD-1.5.2 Gula
CH-1.1.1 Usia = 1 tahun 8 darah: Melakukan
bulan pemeriksaan kadar
gula darah secara
berkala dengan
CH-1.1.2 Jenis kelamin = target hasil
perempuan pemeriksaan normal.

CH-1.1.7 Peran dalam BD-1.10 Profil


keluarga = anak (bungsu anemia gizi:
dari 5 bersaudara) Melakukan
CH-2.1. Keluhan pasien = pemeriksaan terkait
nafsu makan turun, demam profil anemia,
38° C sejak 5 hari SMRS. seperti hemoglobin
Paracetamol sudah dan hematokrit
diberikan, demam hilang secara berkala
timbul. Muntah lendir dengan target hasil
ketika batuk. Batuk sudah pemeriksaan normal.
ada 1 minggu terakhir.
CH-2.1.5 Gastrointestinal
= muntah lendir ketika
batuk
CH-2.1.13 Pernapasan =
pemeriksaan thorax
menunjukkan hasil
bronkopneumonia

CH-2.2.1
Pengobatan/terapi medis =
diberikan obat paracetamol
untuk meredakan demam,
riwayat imunisasi lengkap
D. RANCANGAN MENU FASE TRANSISI
Bahan Makanan F100 (Formula WHO)
Susu skim bubuk 85g
Gula pasir 50g
Minyak sayur 60g
Larutan Elektrolit 20g
Tambahan air s/d 1000ml
Nilai gizi/1000ml
Energi 1000 kkal
Protein 29 g
Laktosa 42 g
Kalium 63 mMol
Natrium 19 mMol
Magnesium 7,3 mMol
Seng 23 mg
Tembaga 2,5 mg
Osmolaritas 419 mosm/I

Waktu Takaran F100 Kandungan Energi


00.00 175 ml 175 kkal
04.00 180 ml 180 kkal
08.00 185 ml 185 kkal
12.00 190ml 190 kkal
16.00 195ml 195 kkal
20.00 200 ml 200 kkal
Total 1.125 ml 1.125 kkal
E. RANCANGAN MENU FASE REHABILITASI

Berat Energi Protein Lemak KH Zat


Waktu Menu Bahan Vit . A Vit. C Vit. E Kalium
(gr) (kkal) (gr) (gr) (gr) Besi
Makan Pagi Bubur Nasi Nasi 65 84,5 1,56 1 19 0 0 0 18,9 0,18
Sayur Bayam Jagung 10 14,4 0,47 0,2 4 1,74 0 0,8 33,2 0,07
Bayam 30 11,1 1,1 0,1 2,2 155,7 0 9,9 165 0,9
minyak 5 43,1 0 5 0 250 0 0 0 0
Tahu Putih 25 19 2 1,2 1 0 0 0 30,3 1,4
Tahu Daging Daging sapi Giling 10 26,9 2,5 2 0 0 0 0 34 0,15
Katsu Tepung Terigu 10 36,4 1 1 8 0 0 0 10,7 0,1
Tepung Panir 10 36,1 0,7 1 8 0 0 0 8,1 0,1
minyak 5 43,1 0 5 0 250 0 0 0 0
Jus Jambu Merah Jambu Merah 45 22,9 0,4 0,3 5,5 35,5 0 82,8 127,8 0,1
Gula 10 38,6 0 0 10 0 0 0 0,2 0
ASI
Total Makan Pagi 376,1 9,73 16,8 57,7 692,9 0 93,5 428,1 2,99
Selingan Pagi F100 200 ml 200 5,8 - 8,4 - - - 12,6 0
Total Selingan Pagi 200 5,8 - 8,4 - - - 12,6 0
Makan Siang Nasi Nasi 75 97,5 1,8 0,2 21,5 0 0 0 21,8 0,2
Udang 15 11,9 2,5 0,1 0 10,2 0 0,3 21,9 0,2
Sop Udang Bawang Bombay 5 2,2 0,05 0 0,5 0 0 0,25 8,3 0
Tahu Putih 25 19 2 1,2 1 0 0 0 30,3 1,4
Jagung 30 32,4 1,05 0,45 8 3,9 0 1,8 74,7 0,15
Brokoli 10 2,3 0,3 0 1 13,7 6,1 0,1 29,8 0,1
Wortel 10 3,6 0,1 0 1 157,4 1,8 0 29 0,1
Pepaya Pepaya 60 23,4 0,4 0,1 6 3 0 3,6 69 0,2
ASI
Total Makan Siang 190 8,2 2,05 39 188,2 7,9 6,05 284,8 2,35
Selingan Sore F100 200 200 5,8 - 8,4 - - - 12,6 -
Total Selingan 200 5,8 - 8,4 - - - 12,6 -
Makan Malam Nasi Nasi 75 97,5 1,8 0,2 21,5 0 0 0 21,8 0,2
Semur Kecap Telur Puyuh 15 27,7 1,9 2,1 0,2 81 0 0 18,9 0,2
hati ayam dan Tempe 15 29,9 2,8 1,2 1,2 0,2 0 0 55 0,3
tempe kecap 5 3 0,5 0 1 0 0 0 10,6 0,1
Gula 5 19,3 0 0 5 0 0 0 0,1 0
mentega 10 71 0 8,1 0 74,9 0 0 0,7 0
Tumis Sayur Sawi 30 4,5 0,7 0,1 1 90,9 0 7,5 60,6 0,3
Wortel 10 3,6 0,1 0 1 157,4 1,8 0 29 0,1
minyak 5 43,1 0 5 0 250 0 0 0 0,1
Jagung 10 14,4 0,47 0,2 4 1,74 0 0,8 33,2 0,15
Jus Alpukat Buah alpukat 50 39,5 0,4 2 6 1 0 1 75 0,1
Gula 10 38,6 0 2,2 10 0 0 0 0,2 0
ASI
Total Makan Malam 353,5 8,6 18,9 40,9 657,1 1,8 9,3 304,9 1,62
Selingan Malam F100 200 200 5,8 - 8,4 - - - 12,6 -
Total Selingan Malam 200 5,8 - 8,4 - - - 12,6 -
108,8
Total Keseluruhan 1519,6 43,9 37,75 162,8 1538,2 9,7 1055,6 6,95
5
Total Kebutuhan 1.400 42 46,7 203 400 40 6 2.600 7
104,58 80,83 80,19 384,56 1814, 99,3
Persentase Asupan (%) 108,54% 24,25% 40,6%
% % % % 16% %
Kategori Baik Baik Baik Baik Lebih Kurang Lebih Kurang Baik
F. ANALISIS INTERVENSI
KEP adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi zat
energi dan zat protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka
Kecukupan Gizi (AKG) dan atau gangguan penyakit tertentu. Balita yang mengidap gejala
klinis KEP ringan dan sedang pada pemeriksaan anak hanya nampak kurus karena ukuran
berat badan anak tidak sesuai dengan berat badan anak yang sehat. Anak dikatakan KEP
apabila berat badannya kurang dari 80% indeks berat badan menurut umur (BB/U) baku
WHO-NCHS. KEP ringan apabila BB/U 70% sampai 79,9% dan KEP sedang apabila BB/U
60% sampai 69,9%, % Baku WHO-NCHS (Supariasa, 2013).
KEP adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi zat
energi dan zat protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka
Kecukupan Gizi (AKG) dan atau gangguan penyakit tertentu. Balita yang mengidap gejala
klinis KEP ringan dan sedang pada pemeriksaan anak hanya nampak kurus karena ukuran
berat badan anak tidak sesuai dengan berat badan anak yang sehat. Anak dikatakan KEP
apabila berat badannya kurang dari 80% indeks berat badan menurut umur (BB/U) baku
WHO-NCHS. KEP ringan apabila BB/U 70% sampai 79,9% dan KEP sedang apabila BB/U
60% sampai 69,9%, % Baku WHO-NCHS (Supariasa, 2013).
Penyebab KEP secara langsung adalah asupan gizi dan penyakit infeksi. Timbulnya
KEP tidak hanya karena makanan yang kurang tetapi juga karena penyakit. Anak yang
mendapat makanan yang cukup baik tetapi sering menderita diare atau demam, akhirnya akan
menderita kurang gizi. Demikian juga pada anak yang makanannya tidak cukup (jumlah dan
mutunya) maka daya tahan tubuhnya dapat melemah. Dalam keadaan demikian akan mudah
diserang infeksi yang dapat mengurangi nafsu makan, dan akhirnya dapat menderita kurang
gizi/gizi buruk (Supariasa, 2013).
Penyebab tidak langsung adalah ketahanan pangan tingkat keluarga, pola pengasuhan
anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Ketahanan pangan di keluarga
(household food security) adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan
seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya.
Pola pengasuhan adalah kemampuan keluarga dan masyarakat untuk menyediakan waktu,
perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang dengan sebaik-baiknya
secara fisik, mental dan sosial. Pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan, adalah
tersedianya air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap
keluarga yang membutuhkan. Ketiga faktor ini saling berhubungan. Ketiga faktor penyebab
tidak langsung saling berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan
keluarga. Makin tinggi pendidikan, pengetahuan dan keterampilan kemungkinan semakin
baik tingkat ketahanan pangan keluarga, semakin baik pola pengasuhan anak, dan makin
banyak keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada, demikian juga sebaliknya
(Supariasa, 2013).
Upaya Pengelolaan Gizi Buruk Terintegrasi mempunyai prinsip sebagai berikut:
1. Upaya pencegahan sangat penting: semua pihak, termasuk keluarga dan masyarakat
harus memahami faktor penyebab gizi buruk serta mampu mencegah terjadinya gizi
kurang.
2. Tatalaksana balita gizi buruk dengan pemberian terapi gizi yaitu makanan padat gizi
berupa pangan untuk keperluan medis khusus (PKMK) antara lain F-75, F-100 atau
ready to use therapeutic food (RUTF), konseling pemberian makanan sesuai dengan
umur balita dan pencegahan penyakit.
3. Advokasi dan peningkatan kolaborasi dengan program dan sektor terkait, mitra, pihak
swasta dan masyarakat dalam rangka mencegah terjadinya gizi kurang/buruk pada balita,
antara lain dalam hal tumbuh kembang anak, pencegahan penyakit menular, penyediaan
air bersih dan sanitasi, pertanian dan peternakan, ketahanan pangan, pengentasan
kemiskinan, monitoring dan evaluasi, dll.
4. Ketersediaan pedoman/protokol penanggulangan gizi buruk yang didukung ketersediaan
peralatan dan obat-obatan dalam melaksanakan tatalaksana gizi buruk pada balita.
5. Menjadikan penanggulangan gizi kurang/buruk pada balita sebagai upaya prioritas
wilayah yang harus segera diatasi dengan langkah-langkah peningkatan deteksi dini
kasus, meningkatkan cakupan penanganan kasus dengan pelayanan yang berkualitas.
6. Penanggulangan gizi buruk secara sistematis dan menyeluruh, yang didukung sektor
terkait dan sumber daya di setiap tingkat administrasi untuk menghasilkan upaya yang
sinergis, efektif dan efisien.
7. Pemantapan sistem informasi gizi buruk/kurang/masalah gizi lainnya di setiap tingkatan
wilayah, agar masalah gizi tersebut cepat terdeteksi dan ditangani.
8. Pemantapan fungsi posyandu dan penggerakan masyarakat secara intensif untuk
pemantauan pertumbuhan balita dan tindak lanjutnya, identifikasi gizi kurang/buruk,
serta penggerakan dalam upaya ketahanan pangan keluarga dan masyarakat.
9. Upaya pengadaan Pangan untuk Keperluan Medis Khusus (PKMK) dalam tatalaksana
gizi buruk, antara lain: F-75 dan F-100 , serta RUTF yang dapat menggunakan bahan
makanan lokal dan mengacu pada standar WHO.
Intervensi gizi berupa pemberian makanan terapi dan makanan tambahan pada anak
yang menderita kurang gizi, khususnya bila dilakukan pada usia dini, diketahui dapat
memberikan dampak positif baik jangka pendek maupun jangka panjang terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anak. Terdapat 4 fase dalam tatalaksana anak gizi buruk,
yaitu sebagai berikut.
1. Fase Stabilisasi
Pada fase ini diprioritaskan penanganan kegawatdaruratan yang mengancam jiwa. Pada
fase ini kondisi pasien dengan penyakit Kurang Energi dan Protein menunjukkan kondisi
klinis dan metabolisme belum stabil. Untuk menstabilkan diperlukan 1-2 hari mungkin
lebih bila keadaan anak terlalu buruk atau ada komplikasi berat. Pada fase ini perlu
dimonitor kemungkinan terjadi refeeding syndrome karena intervensi gizi dalam bentuk
cairan yang agresif dan akan beresiko menyebabkan gagal jantung.
Tujuan intervensi gizi :
Pada fase ini diet yang diberikan ditujukan untuk menstabilkan status metabolik tubuh
dan kondisi klinis anak.
Syarat pemberian diet :
- Energi 80-100 kkal/kg Berat Badan (BB) per hari. BB yang digunakan untuk
perhitungan kebutuhan energi adalah BB aktual hari itu.
- Protein 1-1,5 gram/kg BB/hari atau 4-7.5 % total kebutuhan energi per hari.
Diutamakan protein hewani, misalnya susu, daging ayam atau telur.
- Cairan 130 ml/kg BB, 100 ml/kg BB perhari bila ada edema berat.
- Rendah laktosa.
- Mineral mix 20 ml (8 gram)/ 1000 ml formula.

Cara pemberian diet :


Untuk menghindari hipoglikemia dan beban saluran cerna, hati serta ginjal pasien, maka
pemberian makanan dilakukan dengan lebih sering dan jumlah sedikit. Pada fase ini
makanan formula (F75) diberikan setiap 2 jam (12 kali) atau setiap 3 jam (8 kali) dalam
24 jam. Bila anak mampu menghabiskan porsi yang diberikan maka makanan dapat
diberikan setiap 4 jam (6 kali). Bila masih mendapat ASI, dapat diberikan setelah
pemberian formula khusus.
2. Fase Transisi
Fase ini ditandai oleh transisi dari kondisi stabil ke kondisi yang memenuhi syarat untuk
menjalani rawat jalan. Fase Transisi dimulai ketika komplikasi medis teratasi, tidak ada
hipoglikemia, nafsu makan pulih dan edema berkurang. Tujuan intervensi gizi pada fase
ini, yaitu: untuk memberikan kesempatan tubuh untuk beradaptasi cukup terhadap
pemberian energi dan protein yang meningkat.
Syarat diet:
- Energi 100-150 kkal/ kg BB
- Protein 2-3 gram/kg BB/ hari
- Cairan diberikan sampai 150 ml/ kg BB/hari
- Mineral mix 20 ml (8 gr)/ 1000 ml formula
- Pemberian makanan F100 dengan frekuensi sering dan porsi kecil, diberikan setiap 4
jam sekali.
Cara pemberian diet :
- Pemberian makanan F100 dengan frekuensi sering dan porsi kecil, diberikan setiap 4
jam sekali.
- Pada 48 jam pertama (2 hari) volume yang diberikan masih sama dengan
Selanjutnya pada hari ke s fase transisi volume F100 yang diberikan ditambah setiap
hari sampai mencapai 150 ml/ kg BB perhari (150 kkal / kg BB perhari = volume
minuman pada tabel pemberian F 100).
- Bila volume ini sudah tercapai dan anak mampu menghabiskan porsinya berarti fase
transisi selesai dan anak masuk ke fase rehabilitasi.
- Bila anak masih mendapat ASI, tetap diberikan setelah anak menghabiskan porsi
makanannya.
3. Fase Rehabilitasi
Setelah Fase Transisi, balita mendapatkan perawatan lanjutan ke fase Rehabilitasi di
layanan rawat jalan, atau tetap di layanan rawat inap bila tidak tersedia layanan rawat
jalan. Umumnya pada fase ini nafsu anak sudah kembali dan asupan makanan
sepenuhnya secara oral. Bila anak belum dapat mengonsumsi makanan sepenuhnya
secara oral, maka dapat digunakan NGT. Pada fase ini biasanya berlangsung selama 2-4
minggu sampai BB/TB mencapai z score – 2 SD.
Tujuan intervensi gizi yang diberikan pada fase ini adalah :
- Memberikan makanan yang adekuat untuk tumbuh kejar
- Memotivasi anak agar dapat menghabiskan porsinya
- Memotivasi ibu agar tetap memberikan ASI
- Mempersiapkan ibu atau pengasuh untuk melakukan perawatan di rumah
Syarat pemberian diet :
- Energi 150-220 kkal/kg BB perhari. BB yang digunakan untuk perhitungan
kebutuhan energi adalah BB aktual hari itu.
- Protein 4-6 gram / kg BB per hari
- Cairan 150- 200 ml/BB perhari atau lebih sesuai kebutuhan energi
- Mineral mix 20 ml (8 gram)/ 1000 ml formula
- Bila anak masih mendapat ASI, tetap diberikan setelah anak menghabiskan porsi
makanannya.
Cara pemberian diet :
- Berikan F100 dengan menambah volumenya setiap hari sampai anak tidak mampu
menghabiskan porsinya tetapi tidak melebihi volume maksimum F 100. Total
volume F100/ hari tersebut merupakan energi total yang dibutuhkan anak untuk
tumbuh kejar yang digunakan untuk pemberian makanan selanjutnya.
- Berdasarkan energi total tersebut maka anak secara bertahap dapat diberi makanan
yang sesuai dengan BB –nya (F 100 makin dikurangi dan makanan padat ditambah).
Konsistensi makanan yang diberikan berdasarkan kondisi BB anak saat itu yaitu:
- BB < 7 kg : makanan yang diberikan F 100 ditambah makanan bayi.
- BB ≥ 7 kg : makanan yang diberikan F 100 ditambah makanan anak.
Hal yang perlu dihindari pada fase ini adalah terjadinya gagal jantung. Perlu diamati
gejala dini gagal jantung, yaitu nadi cepat dan nafas cepat. Bila keduanya meningkat,
yaitu pernafasan naik 5x/menit dan nadi naik 25x/menit) yang menetap selama 2 kali
pemeriksaan masing-masing dengan jarak 4 jam berturut-turut, maka hal ini merupakan
tanda bahaya yang perlu dicari penyebabnya.
4. Fase Tindak Lanjut (di Rumah)
Bila gejala klinis dan BB/TB-PB >-2 SD, dapat dikatakan anak sembuh. Pola pemberian
makan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan di rumah setelah penderita
dipulangkan Berikan contoh kepada Orang Tua mengenai menu dan cara membuat
makanan dengan kandungan energi dan zat gizi yang padat, sesuai dengan umur berat
badan anak, serta terapi bermain terstruktur yang dianjurkan untuk mendukung
perkembangan mental dan perilakunya.
Sarankan kepada orang tua atau pengasuh:
- Memberikan makanan dengan porsi kecil dan sering, sesuai dengan umur anak
- Membawa anaknya kembali untuk kontrol secara teratur:
● Bulan 1 : 1x/minggu
● Bulan II : 1x/2 minggu
● Bulan III - VI : 1x/bulan
- Pemberian suntikan/imunisasi dasar dan ulangan (booster)
- Pemberian vitamin A dosis tinggi setiap 6 bulan sekali (dosis sesuai umur)
Dalam intervensi atau tatalaksana gizi buruk pada balita juga penting untuk
dilakukannya stimulasi sensorik dan dukungan emosional. Stimulasi sensorik dan emosional
merupakan bagian dari stimulasi perkembangan balita. Hal yang perlu dilakukan sebagai
berikut:
- ungkapan kasih sayang dan lingkungan yang ceria;
- terapi bermain terstruktur selama 15-30 menit/hari;
- aktivitas fisik segera setelah balita cukup sehat;
- keterlibatan ibu dan anggota keluarga atau pengasuh sesering mungkin (misalnya
menghibur, memandikan, bermain, memberi makan);
- pengasuh diajari berinteraksi positif dengan balita agar nafsu makannya meningkat.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Arnelia, et al., (2011) pemberian formula susu
F-75 dan F-100 dalam kemasan sachet serta paket makanan lain bagi anak gizi buruk dalam
program pemulihan rawat jalan secara signifikan meningkatkan rerata asupan energi
mendekati jumlah yang dianjurkan 150-220 kkal/kg/hari. Rerata z-score BB/PB meningkat
dari -3,56 + 0,71 pada awal pemulihan menjadi -2,35 + 0,69 1 bulan setelah pemulihan, -1,87
+ 0,85 setelah 3 bulan pemulihan, dan pada akhir pemulihan menjadi -1,49 + 0,91. Proporsi
subjek kategori normal menurut indeks BB/PB mencapai 50% pada 3 bulan setelah
pemulihan dan menjadi 73,9% pada akhir program pemulihan. Perubahan asupan energi dan
z-skor BB/TB terlihat lebih besar pada 1 bulan pertama setelah intervensi dibandingkan bulan
berikutnya.
Intervensi gizi dalam bentuk program PMT terbukti dapat menaikkan dan juga
memperbaiki status gizi anak. Program PMT pada balita dengan hidangan menu seimbang
yang bervariasi dilakukan dengan cukup baik, dan balita yang menjadi sasaran menerima
asupan energi serta protein yang mencukupi sehingga mampu meningkatkan berat badan dan
memperbaiki status gizinya (Sarni, et al., 2022).
DAFTAR PUSTAKA

Arnelia, A., Lamid, A., & Rachmawati, R. (2011). Pemulihan gizi buruk rawat jalan dapat
memperbaiki asupan energi dan status gizi pada anak usia di bawah tiga tahun. Jurnal
Gizi Klinik Indonesia, 7(3), 129-135.
Dewi, M., Khomsan, A., Ekawidyani, K.R., dan Pravansa, A.A. (2022). Pola Asuh Makan
dan Konsumsi Pangan Balita Anemia di Kabupaten Cirebon. Amerta Nutrition, 6(3),
227-234.
Kementerian Kesehatan RI. (2011). Bagan Tatalaksana Anak Buku I. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. (2014). Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT).
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. (2019). Pedoman Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk pada
Balita. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. (2019). PMK No.28 Tahun 2019 tentang Angka Kecukupan Gizi
yang dianjurkan untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Mardisantosa, B., Huri, D., & Edmaningsih, Y. (2017). Faktor Faktor Kejadian Kurang
Energi Protein (KEP) Pada Anak Balita. Jurnal Kesehatan, 6(3), 66-76.
Sarni, Y., Hutagalung, V., Lestari, A. R., Usmaini, R., & Akbar, R. (2022). Peningkatan status
gizi balita kekurangan gizi dari intervensi program Pemberian Makanan Tambahan
(PMT) di wilayah kerja Puskesmas Klasaman Kota Sorong. Tropical Public Health
Journal, 2(1), 46-53.
Vannesa, etc.(2007). Clinical Pediatric Dietetic. Blackwell Publishing : UK
Yaswir, R., & Ferawati, I. (2012). Fisiologi dan Gangguan Keseimbangan Natrium, Kalium
dan Klorida serta Pemeriksaan Laboratorium. Jurnal Kesehatan Andalas, 1(2), 80-85.

Anda mungkin juga menyukai