DI SUSUN OLEH :
CUT FADILLAH (P07131118003)
DEVITA ANNISA (P07131118006)
NUR AZIZAH (P07131118021)
RISKI SHAUMIA (P07131118026)
SARAH AUDIRA (P07131118029)
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem adalah suatu kesatuan yang utuh yang terdiri dari sub sistem-sub
sistem. Sub sistem tersebut tidak dapat berdiri sendiri melainkan saling tergantung
satu dengan yang lainnya dalam mencapai tujuan institusi yang telah ditetapkan.
Perubahan yang terjadi pada salah satu sub sistem akan mempengaruhi sub sistem
yang lainnya dan pada akhirnya akan berpengaruh pada tujuan institusi. Untuk itu
diperlukan suatu keahlian dalam mengkoordinasi sub sistem tersebut agar dapat
berjalan sesuai dengan yang diinginkan (SPMI, 2018).
Penyelenggaraan makanan (food service) adalah sebuah sistem, tetapi juga
dapat menjadi sub sistem dari sistem yang lebih besar. Penyelenggaraan Makanan
Institusi/massal (SPMI) adalah penyelenggaraan makanan yang dilakukan dalam
jumlah besar atau massal. Batasan mengenai jumlah yang diselenggarakan di
setiap negara bermacam-macam, sesuai dengan kesepakatan masing-masing.
Penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari
perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada konsumen,
dalam rangka pencapaian status kesehatan yang optimal melalui pemberian diet
yang tepat (Depkes RI, 2009)
Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS) adalah pelayanan gizi yang disesuaikan
dengan keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi dan status
metabolisme tubuhnya. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses
penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh
terhadap keadaan gizi pasien. (Depkes RI, 2006)
Penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah suatu rangkaian kegiatan mulai
dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada pasien.
Kegiatan penyelenggaraan makanan merupakan bagian dari kegiatan instalasi Gizi
Rumah Sakit untuk memenuhi asupan zat gizi pada pasien (Ratna, 2012).
Penyelenggaraan makanan di rumah sakit dilaksanakan dengan tujuan untuk
menyediakan makanan yang kualitasnya baik, jumlah sesuai kebutuhan serta
pelayanan yang layak dan memadai bagi pasien yang membutuhkan. Mutu
pelayanan gizi yang baik akan mempengaruhi indicator mutu pelayanan Rumah
Sakit. Semakin baik kualitas pelayanan gizi rumah sakit semakin tinggi tingkat
kesembuhan pasien, semakin pendek lama rawat inap dan semakin kecil biaya
perawatan rumah sakit (Depkes 2007 dalam Uyami, dkk., 2012).
Dalam penyelenggaraan makanan rumah sakit setiap kegiatan memiliki
pencatatan dan pelaporan yang berguna untuk memantau dan menilai pencapaian
indikator yang telah ditetapkan, diperlukan data atau informasi yang diperoleh
dari catatan dan pelaporan terkait aspek yang akan di nilai (PGRS,2013).
1
2
B. Rumusan Masalah
Apakah manajemen sistem penyelenggaraan makanan di Instalasi Gizi Rumah
Sakit Umum Cut Meutia Aceh Utara sudah sesuai dengan standar
penyelenggaraan makanan rumah sakit?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk menganalisis Manajemen Sistem Penyelenggaraan Makanan di
Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Cut Meutia Aceh Utara.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi ketenagaan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum
Cut Meutia Aceh Utara.
b. Untuk mengidentifikasi biaya pelayanan gizi di Instalasi Gizi Rumah Sakit
Umum Cut Meutia Aceh Utara.
c. Untuk melakukan penyusunan standar makanan makanan sesuai kebutuhan
klien di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Cut Meutia Aceh Utara.
d. Untuk melakukan penyusunan menu 10 hari bagi klien sesuai standar
makanan, standar porsi, standar resep, dan standar bumbu di Instalasi Gizi
Rumah Sakit Umum Cut Meutia Aceh Utara.
e. Untuk melakukan perhitungan kebutuhan bahan makanan berdasarkan
menu, macam, dan jumlah konsumen di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum
Cut Meutia Aceh Utara.
f. Untuk melakukan pengkajian kegiatan pengadaan bahan makanan meliputi
pemesanan/pembelian, penerimaan, penyimpanan, dan penyaluran bahan
makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Cut Meutia Aceh Utara.
g. Untuk melakukan pengkajian kegiatan produksi makanan meliputi
persiapan, pengolahan, dan evaluasi hasil pengolahan di Instalasi Gizi
Rumah Sakit Umum Cut Meutia Aceh Utara.
h. Untuk melakukan pengkajian kegiatan distribusi, transportasi, dan penyajian
makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Cut Meutia Aceh Utara.
3
4
5
Pada Rumah Sakit yang belum memiliki tenaga gizi sesuai klasifikasi sebagai
mana tersebut, dapat memanfaatkan tenaga gizi yang dimiliki dengan secara
bertahap melakukan peningkatan kemampuan dan pembinaan tenaga tersebut agar
memenuhi kualifikasi termaksud. (PGRS, 2013).
2. Klasifikasi
a) Biaya yang Berhubungan dengan Produk Dalam hubungannya dengan produk
yang dihasilkan, maka biaya pada penyelenggaraan makanan dapat dibagi
menjadi 2, yaitu:
1) Biaya Langsung Biaya langsung adalah semua biaya untuk pembelian
bahan yang merupakan bagian integral dari produk makanan dan dapat
dihitung secara langsung pada biaya produk makanan, misalnya : biaya
pembelian bahan makanan dan upah langsung tenaga kerja (tenaga kerja
yang terlibat langsung dengan proses produksi makanan).
2) Biaya Tidak Langsung Biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak dapat
dibebankan secara langsung pada suatu produk makanan namun
diperlukan untuk menyelesaikan produk makanan, misalnya: biaya
overhead, pemeliharaan dan penyusutan.
b) Biaya yang Berhubungan dengan Sifat Kegunaan Sehubungan dengan
kegunaannya, biaya dapat dibagi menjadi 3, yaitu: biaya untuk investasi, biaya
untuk pemeliharaan dan biaya untuk operasional.
1) Biaya Investasi Biaya investasi adalah biaya yg digunakan untuk tujuan
persediaan atau investasi pada periode kurun waktu tertentu (biasanya
lebih dari 1 tahun). misalnya: biaya gedung, dan biaya peralatan dapur
(kitchen equipment), biaya sarana fisik dapur, ruang pendingin, dan lain-
lain.
2) Biaya Pemeliharaan Biaya pemeliharaan adalah biaya yang dikeluarkan
dengan maksud untuk memperpanjang kapasitas barang investasi.
Misalnya: biaya service rutin berdasarkan jadual semua sarana fisik dapur,
peralatan masak, freezer, chiller, perbaikan yang bersifat mendadak dan
sebagainya.
3) Biaya Operasional Biaya operasional adalah biaya yg digunakan untuk
mengoperasionalkan barang investasi. Misalnya: biaya pembelian bahan
makanan, bahan bakar (LPG), gaji pegawai, listrik, air.
c) Biaya yang Berhubungan dengan Volume Produksi Volume produksi setiap
institusi penyelenggaraan makanan berbeda-beda, tergantung banyaknya
konsumen yang dilayani di institusi tersebut. Sehingga akan mempengaruhi
terhadap biaya yang dikeluarkan untuk produksi makanan. Berdasarkan
volume produksi ini, biaya terdiri dari 2 macam, yaitu:
1) Biaya Tetap (Fixed Cost) Biaya tetap adalah biaya yang relatif tidak
dipengaruhi oleh perubahan volume produksi sampai tingkatan tertentu,
dan biaya tetap per unit turun searah dengan naiknya volume, misalnya:
biaya gedung, air, listrik dan lain-lain.
2) Biaya Tidak Tetap (Variable Cost) Biaya tidak tetap adalah biaya yang
secara proporsional dipengaruhi oleh perubahan volume produksi, biaya
8
per unit relatif konstan, misalnya: biaya pembelian bahan makanan dan
bahan lainnya yang berhubungan langsung dengan bahan makanan dalam
penggunaaannya (misalnya: kemasan dan bahan penolong lainnya). Biaya
tidak tetap ini bila dihubungkan dengan klasifikasi biaya menurut
hubungannya dengan produk, adalah sama dengan biaya langsung. Biaya
langsung volumenya sering tidak tetap, terutama pada institusi yang
konsumennya tidak menetap, seperti: penyelenggaraan makanan rumah
sakit, transportasi dan darurat.
d) Biaya ini termasuk biaya tetap, karena tidak dipengaruhi oleh perubahan
volume produksi. Contohnya dalam penyelenggaraan makanan adalah biaya
untuk:
1) Air, telpon, administrasi/pembelian alat tulis, bahan bakar (listrik, gas,
solar, dan lain lain). Pada penyelenggaraan makanan, biaya air dan gas
kadang-kadang bisa dimasukkan kedalam kelompok biaya bahan atau
variable cost, karena dapat dipengaruhi oleh perubahan volume produksi.
Misalnya: semakin banyak jumlah menu yang diolah, maka semakin
banyak pula dibutuhkan air dan bahan bakar/gas.
2) Pemeliharaan (peralatan, dapur, alat kebersihan, taman, dan sebagainya).
3) Penyusutan (pengadaan fisik, alat, furnitur, dan sebagainya).
4) Asuransi, tenaga kerja tidak langsung, dan lain-lain.
e) Perhitungan Biaya Pada Penyelenggaraan Makanan Institusi
1) Perhitungan Biaya Makan
Pada prinsipnya perhitungan biaya makanan maupun biaya asuhan gizi
hampir sama. Biaya yang dibutuhkan pada penyelenggaraan makanan adalah
merupakan biaya makan setiap konsumennya perhari. Besarnya biaya makan
ini diperoleh dengan cara menghitung keseluruhan biaya yang dikeluarkan
untuk penyelenggaran makanan dibagi dengan jumlah output yaitu jumlah
porsi yang dihasilkan.
Pada penyelenggaraan makanan rumah sakit, biaya makan pasien berbeda
di masingmasing kelas perawatan.Oleh karena itu maka perlu dilakukan
perhitungan untuk masing-masing komponen biaya pada masing-masing
kelas perawatan.
Komponen biaya tersebut adalah biaya bahan (bahan baku), biaya tenaga
kerja yang langsungterlibat dalam proses kegiatan dan biaya overhead (biaya
yang dikeluarkan untuk menunjang operasional produk yang dihasilkan).
Ketiga komponen tersebut akan menentukan dalam perhitungan biaya makan
secara normatif.
2) Perhitungan Biaya Bahan Makanan (Food Cost)
Biaya bahan makanan ini termasuk dalam kelompok biaya tidak tetap
(biaya variabel), karena total biaya bahan makanan dipengaruhi oleh jumlah
atau porsi bahan makanan yang dihasilkan atau jumlah konsumen yang
dilayani. Perhitungan biaya bahan makanan dapat dilakukan melalui 3
pendekatan, yaitu berdasarkan:
a) pedoman menu,
b) standar resep.
c) pemakaian bahan makanan atau logistik bahan makanan.
f) Berdasarkan pedoman menu
10
Untuk dapat menggunakan metode ini maka harus ada data tentang
standar makanan (memuat rincian jumlah bahan makanan yang diberikan
kepada konsumen pada setiap waktu makan dalam sehari) , standar resep,
daftar menu, pedoman menu (rincian bahan makanan dalam berat bersih
dan berat kotor pada setiap menu), dan harga satuan bahan makanan.
Berdasarkan data ini maka perhitungan biaya rata-rata bahan makanan
sehari pada periode tertentu.
1) Konsep Analisis Biaya Makan Dengan Metode Activity Based Costing (Abc)
Pada Penyelenggaraan Makanan
Analisis perhitungan biaya perlu dilakukan dalam penentuan anggaran
maupun tarif jual dari makanan yang diproduksi pada suatu penyelenggaraan
makanan.Khususnya di rumah sakit, perhitungan ini diperlukan dalam
penentuan tarif makan dan tarif kamar pasien yang dirawat, sesuai dengan
kebijakan masing-masing rumah sakit.
Activity Based Costing (ABC) adalah salah satu cara perhitungan biaya
berdasarkan kegiatan, karena setiap kegiatan akan membutuhkan biaya. Maka
pada penyelenggaraan makanan, seluruh kegiatan yang yang dilakukan dalam
memproduksi makanan akan dihitung menjadi biaya satuan makanan (Unit
Cost). Unit cost terdiri dari 2 macam, yaitu biaya makan aktual (actual unit
cost) dan biaya makan menyeluruh atau biaya makan satuan normatif
(Normative Unit Cost).
Umumnya instalasi gizi rumah sakit belum melakukan analisis biaya
makan normatif ini, karena sulitnya memperhitungkan biaya selain untuk
bahan makanan.
2) Biaya Satuan Aktual (Actual Unit Cost)
Actual unit cost adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu
produk (dalam hal ini adalah makanan) kemudian dibagi dengan jumlah
produk yang dihasilkan.
Rumus Biaya satuan actual (Actual Unit Cost) :
= (21.000.000+2.000.000):1800 = 12.777
dibulatkan= Rp. 13.000,- per porsi
b) Makanan lunak
Makanan lunak adalah makanan yang memiliki tekstur yang mudah
dikunyah, ditelan dan dicerna, makanan ini cukup kalori, protein dan zat-zat
gizi lainnya. Menurut keadaan penyakitnya makanan lunak dapat diberikan
langsung kepada pasien atau sebagai perpindahan dari makanan saring ke
makanan biasa. Makanan lunak diberikan kepada pasien sesudah operasi
tertentu, pasien dengan penyakit infeksi dengan kenaikan suhu tubuh tidak
terlalu tinggi.
c) Makanan saring
Makanan saring adalah makanan semi padat yang mempunyai tekstur lebih
halus dari makanan lunak, sehingga lebih mudah ditelan dan dicerna.
Makanan saring diberikan kepada pasien sesudah mengalami operasi tertentu,
pada infeksi akut termasuk infeksi saluran cerna, serta pada pasien dengan
kesulitan mengunyah dan menelan. Menurut keadaan penyakit, makanan
saring dapat diberikan langsung kepada pasien atau perpindahan dari makanan
cair kental ke makanan lunak.
d) Makanan cair
Makanan cair adalah makanan yang mempunyai konsistensi cair hingga
kental. Makanan ini diberikan kepada pasien yang mengalami gangguan
mengunyah, menelan dan mencernakan makanan yang disebabkan oleh
menurunnya kesadaran, suhu tinggi, rasa mual, muntah. Pasca pendarahan
saluran cerna, serta pra dan pasca bedah makanan dapat diberikan secara oral
atau parenteral (Almatsier, 2007).
2. Standar Porsi
Standar porsi adalah rincian macam dan jumlah bahan makanan dalam berat
bersih mentah untuk setiap hidangan. Standar porsi dibuat untuk kebutuhan per
orang yang di dalamnya memuat jumlah dan komposisi bahan makanan yang
dibutuhkan oleh individu untuk tiap kali makan, sesuai dengan siklus menu,
kebutuhan serta kecukupan gizi individu. Penggunaan standar porsi ini tidak
hanya pada unit pengolahan saja melainkan pada unit perencanaan menu,
pembelian untuk penetapan spesifikasi bahan makanan, unit persiapan untuk
menyeragamkan potongan bahan makanan, dan unit distribusi untuk proses
pemorsian. (Manajemen Sistem Penyelenggaraan Makanan Institusi Kemenkes,
2018)
15
3. Standar Resep
Standar resep adalah komposisi atau racikan bahan makanan dan
bumbu yang dipakai serta cara pengolahan sesuai resep dengan
menggunakan alat pengolahan dan suhu yang tepat. Atau dengan kata
standar resep adalah resep yang telah melalui proses modifikasi dan
dibakukan untuk menciptakan kualitas atau mutu yang relatif sama cita
rasanya untuk setiap hidangan. Standar resep ini akan menghasilkan rasa
atau unsur-unsur organoleptik lainnya seperti warna, suhu, aroma, yang
relative sama meskipun dilakukan oleh juru masak yang berbeda.
(Manajemen Sistem Penyelenggaraan Makanan Institusi Kemenkes, 2018)
4. Standar Bumbu
Standar bumbu adalah rincian macam dan jumlah rempah dalam berat bersih
mentah untuk setiap resep makanan. Standar bumbu berisi bumbu yang sudah
dibakukan untuk resep tertentu, sehingga dapat menghasilkan masakan yang
relatif sama cita rasanya. Bumbu dasar dapat digunakan dalam sistem
penyelenggaraan makanan institusi dimana memproduksi banyak item menu atau
hidangan.
Bumbu dasar dapat ditambah bumbu tambahan tergantung dari macam
hidangannya.Penggunaan bumbu dasar ini harus distandarisasi karena juga
merupakan penyederhanaan pembuatan bumbu pada penyelenggaraan makanan
institusi yang besar.
Tujuan dari pembuatan standar bumbu adalah untuk mendapatkan konsistensi
rasa hidangan yang diproduksi dan untuk penyederhanaan persiapan
bumbu.Setiap institusi yang menyelenggarakan makanan banyak mempunyai
standar bumbu yang khas.
Standar bumbu :
a) Standar Bumbu A (Merah)
- Bawang merah
- Bawang putih
- Cabe merah
- Kemiri
- Gula merah
Contoh penggunaan dalam masakan :
- Sambal goreng
- Sayur asem
- Rendang, balado
b) Standar bumbu B (Putih)
- Bawang merah
- Bawang putih
16
- Kemiri
- Ketumbar
- Gula merah
Contoh penggunaan dalam masakan :
- Sayur lodeh
- Gudek
- Opor
c) Standar Bumbu C
- Bawang merah
- Bawang putih
- Lada
Contoh penggunaan dalam masakan :
- Sop sayuran
- Mie goreng/rebus
- Semur
- Perkedel
- Capcay
- Tumisan cah
d) Standar Bumbu D (Iris)
- Cabe merah
- Bawang merah
- Bawang putih
- Tomat
- Gula merah
- Terasi
Contoh penggunaan dalam masakan :
- Tumisan
- Asem-asem
- Oseng-oseng
- Sambal goreng kering
e) Standar Bumbu E (bumbu tambahan disesuaikan dengan kebutuhan)
- Tomat
- Salam, sereh, daun jeruk
- Limau
- Terasi
17
4) Harga bahan makanan yang tercantum dalam faktur pembelian harus sama
dengan harga bahan makanan yang tercantum dalam penawaran bahan
makanan.
b) Fungsi Penerimaan Bahan Makanan
Terdiri 2 yaitu penerimaan bahan makanan langsung dan penerimaan
bahan makanan tidak langsung. Penerimaan bahan makanan langsung adalah
bahan makanan diterima langsung diperiksa oleh bagian penerimaan,
kemudian penjual atau rekanan langsung mengirim ke bagian penyimpanan
kering maupun segar. Sedangkan penerimaan tidak langsung adalah bahan
makanan diterima oleh unit penerimaan dan petugas unit penerimaan tersebut
bertugas menyalurkan bahan makanan tersebut ke bagian penyimpanan.
c) Syarat
Terdiri ada 2 persyaratan yang harus dipenuhi :
1) Tersedianya rincian pesanan bahan makanan harian berupa macam dan
jumlah bahan makanan yang akan diterima.
2) Tersedianya spesifikasi bahan makanan yang telah ditetapkan dan
disepakati bersama
d) Cara Penerimaan Bahan Makanan Cara penerimaan bahan makanan ada 2
macam yaitu :
1) Secara Buta (Blind Receiving) :petugas penerima tidak menerima faktur
pembelidari pihak penjual. Penerima hanya menerima bahan makanan
dan langsung mengecek jumlahnya dan mencatat pada buku atau formulir
yang tersedia. Seperti panti social, pondok pesantren dan sejenisnya.
2) Secara konvensional (conventional receiving) Petugas penerima bahan
makanan menerima faktur pembelian dengan spesifikasinya sehingga bila
jumlah dan mutu tidak sesuai petugas penerima berhak
mengembalikannya.
e) Syarat Letak Ruang Penerimaan Bahan Makanan
1) Dapat dicapai oleh kendaraan pengantar bahan makanan.
2) Dekat dengan ruang penyimpanan bahan makanan.
3) Ruangan cukup luas untuk memeriksa bahan maknan dan dilengkapi
dengan timbangan, alat pengangkut bahan maknan, meja kerja dan
beberapa peralatan untuk menempatkan bahan maknan yang diterima
sesuai kebutuhan.
4) Bersih dan aman dari binatang pengganggu (lalat dan serangga).
5) Permukaan lantai mudah dibersihkan.
f) Area Penerimaan Bahan (Receiving Area)
Di area penerimaan bahan terjadi interaksi awal penerimaan bahan
makanan antara petugas di institusi dan petugas bahan makanan terkait
(supplier). Adapun persyaratan khusus untuk area ini, di antaranya:
24
a) Prasyarat penyimpanan
1) Adanya sistem penyimpanan barang.
2) Tersedianya fasilitas ruang penyimpanan bahan makanan sesuai
persyaratan.
3) Tersedianya kartu stok atau buku catatan keluar masuknya bahan
makanan
b) Tujuan Penyimpanan Bahan Makanan
1) Memelihara dan mempertahankan kondisi dan mutu bahan makanan
yang disimpan.
2) Melindungi bahan makanan yang disimpan dari kerusakan, kebusukan,
dan gangguan lingkungan lain.
3) Melayani kebutuhan macam dan jumlah bahan makanan dengan mutu
dan waaktu yang tepat.
4) Menyediakan persediaan bahan makanan dalam jumlah, macam, dan
mutu yang memadai.
c) Langkah-langkah Penyimpanan Bahan Makanan
1) Setelah bahan makanan yang memenuhi syarat diterima harus segera
dibawa ke dibawa keruangan penyimpanan, gudang atau pendingin
ruangan.
2) Apabila bahan makanan langsung digunakan,setelah ditimbang dan
diawasi oleh bagian penyimpanan bahan makanan setempat dibawa ke
ruang persiapan bahan makanan
3) Membuang barang yang telah mencapai tanggal kadaluwarsa.
4) Membuat jadwal pengecekan barang memastikan bahwa makanan yang
telah mencapai tanggal kadaluarsa harus dikosongkan dari kontainer
kemudian membersihkan dan mengisi ulang dengan bahan makanan
yang baru.
5) Memindahkan makanan antar kontainer dengan cara yang benar.
6) Hindari bahan makanan dari temperatur danger zone (temperatur dimana
bakteri dapat hidup dan berkembang biak dengan cepat).
7) Mengecek temperatur bahan makanan yang disimpan dan area tempat
penyimpanan.
26
- Sebaiknya bahan makanan diletakkan pada rak-rak yang terbuat dari baja,
mudah digeser sehingga mudah dibersihkan, dengan jarak 16-30 cm dari
lantai, 10-15 cm dari dinding dan 30 cm dari langit-langit
- Temperatur ruangan untuk bahan makanan kering sebaiknya 19-21 °.
- Pintu keluar dan masuk barang adalah sama, untuk memudahkan
pengawasan. Petugas gudang tidak boleh terlalu banyak (disesuaikan
dengan luas gudang).
- Letak meja kerja penerimaan dekat dengan pintu
- Tersedia timbangan bahanan makanan, kereta dorong, kontainer untuk
tempat bahan makanan, dan tempat cuci tangan.
h) Penyimpanan Bahan Makanan Basah
Merupakan bahan pangan yang memiliki kadar air yang tinggi. Bahan
pangan basah dapat saja memiliki Aw yang tinggi maupun Aw yang
rendah karena air dalam bahan pangan dapat dibedakan menjadi beberapa
golongan yaitu
- Air bebas, air ini terdapat dalam ruang-ruang antar sel dan inter-granular dan
pori-pori yang terdapat pada bahan.
- Air yang terikat secara lemah, air ini terabsorbsi pada pemukaan kolloid
makromolekuler seperti protein, pektin pati, sellulosa.
- Air dalam keadaan terikat kuat, air ini membentuk hidrat. Ikatannya bersifat
ionik sehingga relatif sukar dihilangkan atau diuapkan.Air ini tidak membeku
meskipun pada 0ºF
i) Syarat-syarat pada penyimpanan bahan makanan basah atau segar :
- Suhu penyimpanan harus sesuai dengan jenis dan golongan bahan
makanan.
- Suhu harus dicek 2 kali sehari dan pembersihan dilakukan setiap hari.
- penyimpanan bahan makanan segar 0-10 °C atau bahkan dibawah 0 °C
- Pencairan lemari es segera setelah terjadi pembekuan.
- Semua bahan makanan yg akan disimpan harus dibersihkan dan dibungkus
dalan kontainer plastik atau kertas aluminium foil.
- Memisahkan bahan makanan yang berbau keras dergan yg tidak berbau.
j) Tugas-tugas yang dilakukan petugas gudang:
- Pengawasan : mengawasi arus masuk keluar barang, mengecek
administrasi gudang, melaporkan sisa barang di gudang kepada atasan
- Pencatatan : menginventarisasi barang, mengisi buku peneriman dan
pengeluaran barang, mengisi kartu stock bahan makanan, mengecek
keluar masuk barang
- Mengambil dan menata bahan makanan : mengambil bahan makanan
sesuai permintaan, menata bahan makanan, melaporkan bahan yang rusak
atau habis, mengontrol suhu
28
G. Produksi Makanan
1. Persiapan
Menurut PGRS (pelayanan gizi rumah sakit) tahun 2013, persiapan
bahan makanan adalah kegiatan yang dilakukan dalam rangka menyiapkan
bahan makanan, alat, dan bumbu sebelum dilakukan pengolahan. Atau
dengan kata lain bahwa persiapan adalah kegiatan dimana bahan makanan
siap untuk diolah. Kegiatan persiapan merupakan kegiatan paling awal
dari proses produksi yang sangat menentukan hasil akhir dari produksi
makanan. Mutu pelayanan makanan juga ditentukan pada tahap persiapan,
yaitu berkaitan dengan ketepatan waktu atau jadwal produksi.
a) Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menepati jadwal produksi yaitu:
1) Jumlah dan macam konsumen yang dilayani.
2) Jumlah dan macam menu/resep yang akan diolah.
3) Waktu yang dibutuhkan untuk mempersiapkan alat, bahan makanan dan
bumbu.
4) Jumlah dan jenis peralatan yang dimiliki untuk proses persiapan dan
pengolahan.
5) Jumlah dan jenis tenaga penjamah makanan yang dimiliki
b) Kualitas persiapan bahan makanan juga perlu dipersiapkan tergantung dari :
1) Tujuan dari penyelenggaraan makanan
2) Pelatihan dan keterampilan tenaga penjamah makanan
3) Tipe dan ketersediaan fasilitas
4) Resep yang digunakan
5) Perencanaan produksi pangan
c) Prasyarat :
1) Tersedianya bahan makanan yang akan dipersiapkan
2) Tersedianya tempat dan peralatan persiapan
3) Tersedianya prosedur tetap persiapan
4) Tersedianya standar porsi, resep, bumbu, jadwal persiapan dan jadwal
pemasakan
d) Jenis kegiatan yang terdapat di persiapan, yaitu :
31
- Mencuci
- Mengupas
- Memotong
- Menghaluskan
- Mencincang
- Mengiris
- Memipil
- Mememarkan
- Memblanching
- Memarut
e) Tujuan persiapan bahan makanan (ACPP, 2008) adalah :
1) Untuk menghemat nilai gizi makanan
2) Untuk memperbaiki pencernaan
3) Untuk meningkatkan ras, warna, bentuk, dan tekstur
4) Tersedianya racikan bahan makanan dan bumbu
5) Untuk membebaskan makanan dari organisme dan zat berbahaya
f) Dalam kegiatan persiapan bahan makanan yang diperhatikan yaitu :
1) Standar resep (resep yang sudah dimodifikasi dan bakukan)
2) Alat persiapan
3) Jadwal produksi dan distribusi makanan
4) Porsi (pengawasan porsi)
5) Prinsip hygieni dan sanitasi makanan
2. Pengolahan
Pengolahan adalah suatu kegiatan proses mengubah(memasak) bentuk
bahan makanan yang mentah menjadi bahan makanan yang siap dimakan,
berkualitas, dan aman untuk dikonsumsi.
a) Adapun syarat pengolahan bahan makanan ialah :
1) Tersedianya menu, pedoman menu dan siklus menu
2) Tersedianya bahan makanan yang akan dimasak
3) Tersedianya peralatan pemasakan bahan makanan
4) Tersedianya aturan dan menilai hasil pemasakan
b) Tujuan dari pengolahan makanan meliputi :
1) Mengurangi risiko kehilangan zat gizi bahan makanan
2) Meningkatkan nilai cerna dari bahan makanan
3) Meningkatkan dan mempertahankan warna, aroma, rasa, tekstur, dan
penampilan makanan
4) Membebaskan dari mikroorganisme dan zat yang berbahaya bagi tubuh
sehingga aman untuk dikonsumsi
32
berkarat dapat merubah warna/ rasa pada makanan, berat, mahal, sulit
dibersihkan.
5) Porselen atau keramik
Kelebihan peralatan ini adalah aman, tidak lengket, mudah
dibersihkan dan penghantar panas yang baik. Kelemahannya adalah alat
ini mudah pecah.
6) Kaca
Alat pengolahan berbahan kaca relative tahan lama, aman serta
ramah lingkungan. Kelemahannya tidak selalu bisa digunakan karena tidak
semua makanan bisa diolah menggunakan alat masak ini.
f) Standar dalam pengolahan makanan yaitu:
1) Standar resep
Standar resep adalah komposisi atau racikan bahan makanan dan
bumbu yang dipakai serta cara pengolahan sesuai resep dengan
menggunakan alat pengolahan dan suhu yang tepat.
2) Standar mutu pangan
Standar mutu makanan adalah kualitas akhir yang diharapkan untuk
setiap hidangan yang diukur dari nilai gizi, rupa, rasa, tekstur, warna,
bahan makanan yang digunakan, standar porsi dan cara penyajiannya.
Dalam penentuan standar mutu makanan ini diperlukan adanya standar
resep dan standar porsi.
Kualitas atau mutu pangan terdiri dari komponen-komponen:
- Sifat inderawi/organoleptik
Yaitu sifat-sifat yang dapat dinilai dengan panca indera seperti sifat
kenampakan (bentuk, ukuran, warna); sifat cita rasa (rasa asam, asin,
manis, pahit, bau); sifat tekstur (sifat yang dinilai dengan indera
peraba)
- Nilai gizi
- Keamanan pangan, yaitu bebas dari bahaya kimia, fisika,
biologis/mikrobiologis, dan kepercayaan serta memenuhi standar
mutu konsumen, peraturan/regulasi, dan industri.
3) Standar bumbu
Standar bumbu adalah rincian macam dan jumlah rempah dalam berat
bersih mentah untuk setiap resep makanan. Standar bumbu berisi bumbu
yang sudah dibakukan untuk resep tertentu, sehingga dapat menghasilkan
masakan yang relatif sama cita rasanya.
Contoh standar bumbu yang biasanya digunakan meliputi:
- Standar bumbu merah, terdiri dari cabai merah, bawang merah, dan
bawang putih.
34
- Standar bumbu kuning, terdiri dari bawang merah, bawang putih, dan
kunyit.
- Standar bumbu putih, terdiri dari bawang merah, bawang putih, dan
kemiri.
Tujuan penetapan standar bumbu:
- Konsistensi cita rasa hidangan yang dihasilkan.
- Penyederhanaan persiapan bumbu.
3. Penyajian makanan
Penyajian makanan merupakan rangkaiankegiatan penyaluran
makanandari ruang pengolahan ke ruang distribusi,makanan yang
disajikan adalah makanan yang siap dan baik di santap.
a) Syarat penyajian makanan:
1) Makanan harus terhinsar dari bahan pencemar
2) Peralatan yang digunakan untuk menyajian harus terjaga kebersihannya
3) Makanan jadi yang siap saji harus ditempatkan peralatan yang bersih
4) Penyajian dilakukan dengan prilaku yang sehat dan prilaku yang bersih
5) Makanan yang disajikan dalam keadaan hangat di tempatkan pada
fasilitas penghangat makanan dengan suhu minimal 60°C.
6) Peralatan makan dan minum yang telah dipakai paling lambat 5 menit
sudah dicuci.
( Pedoman PGRS 2013)
b) Prinsip penyajian makanan
1) Prinsip wadah artinya setiap jenis makanan ditempatkan dalam wadah
terpisah dan diusahakan tertutup.
Tujuannya :
- Makanan tidak terkontaminasi silang
- Bila satu tercemar yang lain dapat diamankan
- Memperpanjang masa saji makanan sesuai dengan tingkat kerawanan
makanan.
2) Prinsip kadar air artinya penempatan makanan yang mengandung kadar
air tinggi (kuah, susu) baru dicampur pada saat menjelang dihidangkan
untuk mencegah makanan cepat rusak. Makanan yang disiapkan dalam
kadar air tinggi (dalam kuah) lebih mudah menjadi rusak (basi).
3) Prinsip edible part artinya setiap bahan yang disajikan dalam penyajian
adalah merupakan bahan makanan yang dapat dimakan. Hindari
pemakaian bahan yang membahayakan kesehatan seperti steples besi,
tusuk gigi atau bunga plastk.
4) Prinsip Pemisahan artinya makanan yang tidak ditempatkan dalam wadah
seperti makanan dalam kotak (dus) atau rantang harus dipisahkan setiap
37
5) jenis makanan agar tidak saling bercampur. Tujuannya agar tidak terjadi
kontaminasi silang.
6) Prinsip Panas yaitu setiap penyajian yang disajikan panas, diusahakan
tetap dalam keadaan panas seperti soup, gulai, dsb. Untuk mengatur suhu
perlu diperhatikan suhu makanan sebelum ditempatkan dalam food
warmer harus masih berada diatas 600 C. Alat terbaik untuk
mempertahankan suhu penyajian adalah dengan bean merry (bak penyaji
panas)
7) Prinsip alat bersih artinya setiap peralatan yang digunakan sepeti wadah
dan tutupnya, dus, pring, gelas, mangkuk harus bersih dan dalam kondisi
baik. Bersih artinya sudah dicuci dengan cara yang hygienis. Baik artinya
utuh, tidak rusak atau cacat dan bekas pakai. Tujuannya untuk mencegah
penularan penyakit dan memberikan penampilan yang estetis.
8) Prinsip handling artinya setiap penanganan makanan maupun alat makan
tidak kontak langsung dengan anggota tubuh terutama tangan dan bibir.
Tujuannya adalah:
- Mencegah pencemaran dari tubuh
- Memberi penampilan yang sopan, baik dan rapi
I. Modifikasi Resep
1. Definisi Modifikasi resep
Modifikasi Resep adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan menu
sehingga lebih berkualitas dalam hal rasa, warna, aroma, tekstur dan nilai
gizi. Selain itu juga merupakan cara untuk menambahkan keanekaragaman
menu pada suatu tempat. Modifikasi ini diharapkan akan meningkatkan
rasa, aroma, tekstur dan kenampakan, sehingga dapat meningkatkan selera
makan pasien. Modifikasi ini dilakukan dengan cara mengubah cara
memasak dan penambahan bahan. Penyelenggara makanan banyak
mempunyai prinsip yaitu menyediakan makanan yang berkualitas baik,
cita rasa yang tinggi, yang sesuai dengan selera konsumen dengan
pelayanan yang wajar dan tingkat sanitasi yang tinggi. Modifikasi yang
akan dilakukan disini adalah dadar kentang sayur.
Setelah melakukan modifikasi resep, maka hasil akhir yang diharapkan
adalah:
1) Diperolehnya komposisi yang baik dan seimbang untuk suatu resep. Resep
modifikasi akan mempunyai komposisi yang baru sesuai tujuan modifikasi.
Apabila tujuannya untuk penyesuaian nilai gizi maka dalam resep modifikasi
perlu dicantumkan nilai gizi yang baru.
2) Diketahuinya cara pengolahan yang tepat untuk mengolah resep. Termasuk
alat yang digunakan, waktu dan teknik memasak. Setiap tahapan modifikasi
38
resep perlu di dokumentasikan agar diperoleh standar resep yang baku. Tujuan
membuat standar resep adalah agar setiap orang yang menggunakan akan
menghasilkan makanan dengan citarasa yang sama.
3) Dihasilkan produk makanan yang dapat diterima dan disukai konsumen, baik
rasa maupun penampilan dan cara penyajian makanan. Dapat dilakukan survei
pada konsumen untuk mengetahui penerimaan konsumen terhadap menu atau
masakan yang dimodifikasi, melalui uji citarasa atau observasi sisa makanan.
4) Dihasilkannya jumlah produk makanan hasil dari penggandaan resep asli yang
sesuai dengan kebutuhan.
5) Tercapai efisiensi dan efektifitas dalam pengelolaan sumber daya.
- Dalam resep tertulis jumlah daging sapi 250 gr, faktor konversinya
10, maka jumlah daging dalam resep baru adalah 250 gr x 10 = 2.500
gr.
- Dalam resep tertulis kacang Panjang 800 gr, factor konversi 12,
maka jumlah kacang Panjang dalam resep baru adalah 800 gr x 12 =
9.600 gr.
e. Cek ulang dengan cara membandingkan hasil penjumlahan semua bahan
makanan pada resep baru, dengan hasil perkalian jumlah bahan makanan
pada resep asli dengan faktor konversi. Bila tidak sama, cek ulang
perkalian yang telah dilakukan.
f. Rubah kembali ukuran berat ke ukuran yang lebih mudah digunakan.
g. Apabila dalam resep baru ada 3 kg santan, untuk memudahkan dapat di
rubah kedalam ukuran volume atau gelas.
h. Bulatkan jumlah bahan makanan yang berupa bilangan pecahan.
Pembulatan dapat keatas, dapat kebawah.
i. Lakukan uji coba resep, evaluasi dan perbaiki apabila dirasa ada yang
kurang sesuai.
2) Metode Prosentase
Prinsip dalam metode ini adalah menghitung prosentase dari tiap-tiap
bahan makanan terhadap total berat bahan makanan. Langkah-langkah
metoda prosentase adalah sebagai berikut:
a. Pastikan resep asli yang akan dimodifikasi sudah sesuai citarasa yang
diinginkan. Bila perlu lakukan uji coba terlebih dahulu hingga
menemukan citarasa yang sesuai.
b. Rubah semua bahan makanan dalam resep kedalam berat bersih.
Misalnya bawang merah, berat yang digunakan adalah berat setelah
dikupas dan siap digunakan.
c. Konversikan semua bahan makanan dalam resep asli kedalam ukuran
berat. Contoh putih telur 5 butir, maka putih telur 5 butir ditimbang untuk
memperoleh ukuran berat.
d. Jumlahkan berat seluruh kebutuhan bahan makanan yang digunakan
dalam resep asli.
e. Hitung persentase masing-masing bahan makanan terhadap total berat
bahan makanan dengan cara sbb:
Berat 1 macam bahan makanan X 100% Total berat bahan makanan
Contoh : berat putih telur 25 gr. Total berat seluruh bahan makanan 650
gr. Maka persentase berat putih telur terhadap total bahan makanan
adalah: 25 gr X 100% = 3.85 % 650 gr
f. Cek rasio perbandingan antar bahan makanan, harus seimbang agar
dihasilkan modifikasi yang baik.
42
g. Bagilah total berat bahan makanan dengan jumlah porsi dalam 1 resep.
h. Buat estimasi kehilangan selama proses produksi (handling loss).
Kehilangan selama proses produksi dapat disebabkan karena ada bahan
makanan yang terbuang, tercecer, atau menempel di wadah.
Resep modifikasi
1. Untuk 50 porsi = 83,5 gr perporsi x 50 = 4175 gr
2. Handling loss 2 %, total bahan makanan = 4260 gr
Handling loss merupakan perkiraan bahan yang terbuang selama proses
produksi makanan.
3) Metode penggandaan resep secara bertahap
Metode penggandaan resep dapat dilakukan secara bertahap, metode ini
dilakukan untuk memperoleh jumlah yang diinginkan. Pada setiap tahap,
resep yang di modifikasi perlu di ujicoba dulu untuk mendapatkan rasa yang
sesuai, baru dilanjutkan dengan tahapan berikutnya. Langkah-langkah yang
dilakukan dalam melakukan uji coba resep adalah:
a. Lakukan uji coba resep asli, untuk memperoleh komposisi, prosedur
pengolahan, penggunaan alat dan waktu yang tepat sampai diperoleh
resep yang sesuai. Catat setiap tahap yang dilakukan (bahan, jumlah
bahan, prosedur, waktu, alat dan lainlain), terutama yang belum
tercantum dalam resep. Berdasarkan pencatatan dan hasil yang diperoleh,
lakukan revisi resep. Kemudian di uji coba lagi hingga diperoleh resep
yang memuaskan.
b. Gandakan resep sesuai jumlah yang diinginkan.
c. Uji coba resep yang telah di revisi, lakukan perbaikan-perbaikan yang
diperlukan termasuk penyesuaian peralatan yang di butuhkan dan
perubahan waktu memasak, hingga bertemu hasil yang sesuai.
d. Perhatikan adanya kemungkinan bahan-bahan yang terbuang (Handling
loss).
e. Gandakan lagi resep apabila diperlukan jumlah yang lebih.
43
J. Uji Organoleptik
Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses
pengindraan. Pengindraan diartikan sebagai suatu proses fisio-psikologis,
yaitu kesadaran atau pengenalan alat indra akan sifat-sifat benda karena
adanya rangsangan yang diterima alat indra yang berasal dari benda
tersebut.
Penilaian dengan indra juga disebut Penilaian Organoleptik atau
Penilaian Sensorik merupakan suatu cara penilaian yang paling kuno.
Penilaian dengan indra menjadi bidang ilmu setelah prosedur penilaian
dibakukan, dirasionalkan, dihubungkan dengan penilaian secara obyektif,
analisa data menjadi lebih sistematis, demikian pula metode statistik
digunakan dalam analisa serta pengambilan keputusan.
Penilaian organoleptik sangat banyak digunakan untuk menilai mutu
dalam industri pangan. Kadang-kadang penilaian ini dapat memberi hasil
penilaian yang sangat teliti. Dalam beberapa hal penilaian dengan indera
bahkan melebihi ketelitian alat yang paling sensitif.
Uji cita rasa merupakan salah satu cara yang digunakan untuk
mengetahui keadaan dan kondisi suatu produk secara subyektif, cara ini
sangat tergantung sekali terhadap panca indera seseorang. Lidah
merupakan alat indera pengecap yang dapat membedakan empat rasa
dasar.
Penilaian indera dengan cara uji organoleptik meliputi:
1. Menilai tekstur suatu bahan adalah satu unsur kualitas bahan pangan yang
dapat dirasa dengan rabaan ujung jari, lidah, mulut atau gigi.
2. Faktor kenampakan yang meliputi warna dan kecerahan dapat dinilai melalui
indera penglihatan.
3. Flavor adalah suatu rangsangan yang dapat dirasakan oleh indera pembau dan
perasa secara sama-sama. Penilaian flavor langsung berhubungan dengan
indera manusia, sehingga merupakan salah satu unsur kualitas yang hanya bisa
diukur secara sujektif.
4. Suara merupakan hasil pengamatan dengan indera pendengaran yang akan
membedakan antara kerenyahan (dengan cara mematahkan sampel),
melempem, dan sebagainya.
Tujuan uji organoleptik adalah untuk:
1. Pengembangan produk dan perluasan pasar.
2. Pengawasan mutu terhadap bahan mentah, produk, dan komoditas.
3. Perbaikan produk.
4. Membandingkan produk sendiri dengan produk pesaing.
5. Evaluasi penggunaan bahan, formulasi, dan peralatan baru.
44
Panel konsumen terdiri dari 30 hingga 100 orang yang tergantung pada target
pemasaran komoditi. Panel ini mempunyai sifat yang sangat umum dan dapat
ditentukan berdasarkan perorangan atau kelompok tertentu.
2. Syarat Laboratorium
Laboratorium penilaian organoleptik adalah suatu laboratorium yang
menggunakan manusia sebagai alat pengukur berdasarkan kemampuan
pengendaraannya. Laboratorium ini perlu persyaratan tertentu agar
diperoleh reaksi kejiwaan yang jujur dan murni tanpa pengaruh faktor-
faktor lain.
Unsur-Unsur Penting dalam Laboratorium Penilaian Organoleptik.
a) Suasana: meliputi kebersihan, ketenangan, menyenangkan, kerapian, teratur,
serta cara penyajian yang estetis.
b) Ruang: meliputi ruang penyiapan sampel/dapur, ruang pencicipan, ruang
tunggu para panelis dan ruang pertemuan para panelis.
c) Peralatan dan Sarana: meliputi alat penyiapan sampel, alat penyajian sampel,
dan alat komunikasi (sistem lampu, format isian, format instruksi, alat tulis).
b) Kedap Suara: bilik pencicip harus kedap suara, laboratorium harus dibangun
jauh dari keramaian.
c) Kadar Bau: ruang penilaian harus bebas bau-bauan asing dari luar (bebas bau
parfum/rokok panelis), jauh dari pembuangan kotoran dan ruang pengolahan.
d) Suhu dan Kelembaban: suhu ruang harus dibuat tetap seperti suhu kamar (20-
25°C) dan kelembaban diatur sekitar 60%. e) Cahaya: cahaya dalam ruang
tidak terlalu kuat dan tidak terlalu redup.
Dapur Penyiapan
Sampel Dapur penyiapan sampel harus terpisah tetapi tidak terlalu
jauh dari ruang pencicipan. Bau-bauan dari dapur tidak boleh mencemari
ruang pencicipan. Kesibukan penyiapan sampel tidak boleh terlihat atau
terdengar panelis di ruang pencicipan. Di bawah ini disajikan gambar
denah laboratorium uji, ruang persiapan dan bilik pencicip.
47
Tujuan uji penerimaan ini untuk mengetahui apakah suatu komoditi atau
sifat sensorik tertentu dapat diterima oleh masyarakat. Uji ini tidak dapat
untuk meramalkan penerimaan dalam pemasaran. Hasil uji yang menyakinkan
tidak menjamin komoditi tersebut dengan sendirinya mudah dipasarkan.
49
Uji Penerimaan meliputi uji kesukaan atau uji hedonik dan uji mutu
hedonik. Pada uji hedonik panelis mengemukakan tanggapan pribadi suka atau
tidak suka, disamping itu juga mengemukakan tingkat kesukaannya. Tingkat
kesukaan disebut juga skala hedonik.
c) Pengujian skalar
Pada uji skalar penelis diminta menyatakan besaran kesan yang
diperolehnya. Besaran ini dapat dinyatakan dalam bentuk besaran skalar atau
dalam bentuk skala numerik. Besaran skalar digambarkan dalam bentuk garis
lurus berarah dengan pembagian skala dengan jarak yang sama dan
digambarkan dalam pita skalar yaitu dengan degradasi yang mengarah (seperti
contoh degradasi warna dari sangat putih sampai hitam). Pengujian scalar ini
meliputi uji scalar garis, uji scoring, uji perbandingan pasanagan,uji
perbandingan jamak, uji perjenjangan (uji pengurutan atau ranking).
d) Pengujian deskripsi
Pengujian-pengujian sebelumnya penilaian sensorik didasarkan pada satu
sifat sensorik, sehingga disebut “penilaian satu demensi”. Pengujian Ini
merupakan penilaian sensorik yang didasarkan pada sifat-sifat sensorik yang
lebih kompleks atau yang meliputi banyak sifat-sifat sensorik, karena mutu
suatu komoditi umumnya ditentukan oleh beberapa sifat sensorik. Pada uji
ini banyak sifat sensorik dinilai dan dianalisa sebagai keseluruhan sehingga
dapat menyusun mutu sensorik secara keseluruhan. Sifat sensorik yang dipilih
sebagai pengukur mutu adalah yang paling peka terhadap perubahan mutu dan
yang paling relevan terhadap mutu. Sifat-sifat sensorik mutu tersebut termasuk
dalam atribut mutu.
5. Analisis deskriptif
Dari hasil uji organoleptik yang dilakukan oleh panelis terhadap nasi
putih didapatkan hasil bahwa nasi putih memiliki rasa yang hambar,
warna yang putih, tidak memiliki aroma, berbentuk lonjong, dan tekstur
yang sedikit keras. Pada daging ayam didapatkan hasil bahwa memiliki
rasa yang sedikit pedas, berbentuk lonjong, tekstur yang lembut, berwarna
orange dan tidak memiliki aroma. Sedangkan tempe goreng memiliki
warna yang coklat, tidak memiliki aroma, dan memiliki rasa yang sedikit
asin, berbentuk petak dan juga memiliki tekstur yang renyah. Sedangkan
pada sayuran memiliki warna kekuningan, tekstur yang cair dan lembut,
rasa yang sudah enak, tidak memiliki aroma bentuk yang bulat
50
K. Fungsi Dapur
Fungsi dapur penyelenggaraan makanan adalah tempat untuk
memproduksi/mengolah makanan dan minuman yang berkualitas dari
bahan yang belum jadi, dipersiapkan sesuai dengan metode yang
ditetapkan untuk disajikan, dimana dapur dilengkapi dengan peralatan
yang mendukung proses pengolahan makanan dan minuman. Standar
untuk fungsi dapur instalasi gizi ialah terdapat ruang penerimaan bahan
makanan, tempat penyimpanan bahan makanan (basah dan kering), tempat
persiapan bahan, tempat pengolahan bahan makanan dari bahan makanan
mentah menjadi siap di konsumsi, tempat distribusi makanan dan terakhir
tempat pencucianan dan penyimpanan alat.
a) Prinsip perencanaan desain lay out dan tipe dapur
Pada sistem penyelenggaraan makanan seorang manajer atau pengelola harus
memahami mengenai prinsip desain dan layout dapur. Desain diartikan
merancang bangunan gedung/area yang akan dibuat yang meliputi luas dapur,
bentuk/shape dan gaya/stlyle. Luas dapur sangat tergantung dari besar
kecilnya kegiatan di dapur.Luas dapur suatu saat akan berkembang menjadi
lebih luas bila ada permintaan yang semakin meningkat. Bentuk dapur juga
perlu dirancang sesuai dengan kegiatan yang akan dilakukan dan tidak kalah
penting gaya atau model bangunan serta dekorasi perlu dirancang bersama
dengan tim interior. Layout diartikan sebagai merancang tata letak ruangan
yang diperlukan agar terjadi alur kerja dan alur produksi yang searah dan
tidak bertabrakan. Selain itu juga menyangkut tata letak alat-alat diarea
produksi dan distribusi serta menyangkut alur kerja.
Syarat alur kerja yang baik :
1) Pekerja sedapat mungkin dilakukan menurut salah satu arah/continous
(hindari arus bolak balik atau simpang siur) menggunakan sedikit waktu
dan energi.
2) Bahan makanan tidak terlalu lama menunggu sebelum proses.
3) Penggunaan ruangan dan alat semaksimal mungkin.
b) Desain Tipe Dapur
Dan untuk desain tipe dapur, bedasarkan standar desain tipe dapur ada 4 :
1. Conventional Kitchen yaitu tipe dapur dimana bahan yang dimasak
seluruhnya terdiri dari bahan mentah terlihat dari area/ruang pada dapur
yang lengkap.
2. Combined Preparation and Finishing Kitchen (dapur kombinasi antara
persiapan dan penyelesaian) adalah tipe dapur yang biasanya terdapat
pada perusahaan ukuran menengah yang memungkinkan untuk
mempersiapkan sejumlah standar menu dan porsi tertentu. Bentuk dapur
ini sangat berbeda dengan bentuk dapur conventional karena disini
50
d. Arus kerja.
e. Ada tidaknya standar resep dan standar porsi.
7) Menetukan macam ruangan yang diperlukan
Dalam menentukan ruangan ini faktor-faktor yang harus dipertimbangkan
adalah:
a. Ukuran, tipe dan lokasi dapur.
b. Sistem pelayanan.
c. Susunan bangunan.
d. Jumlah pegawai.
e. Jumlah dan macam makanan yang diselenggarakan.
Perencanaan sarana ruangan umumnya meliputi ruang peneriman, ruang
penyimpanan basah dan kering, ruang persiapan, ruang pengolahan, ruang
distribusi, ruang pencucian alat, ruang untuk pegawai (ruang istirahat, loker,
kamar mandi dan WC, wastafel), ruang kantor.
8) Menentukan luas ruangan/dapur
Dalam menentukan luas dapur, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan,
yakni meliputi:
a. Jumlah, macam dan volume makanan yang diproduksi.
b. Jumlah dan macam peralatan.
c. Jumlah tenaga kerja.
d. Macam pelayanan.
L. Penerapan HACCP
HACCP (sistem Hazard analysis Critical Control) adalah suatu system
yang, mengidentifikasi bahaya spesifik yang mungkin timbul dancara
pencegahannya untuk mengendalikan bahaya tersebut.Suatu analisis yang
dilakukan terhadap bahan, produk atau proses untuk menentukan
komponen, kondisi atau tahap proses yang harus mendapatkan
pengawasan yang ketat untuk menjamin bahwa produk yang dihasilkan
aman dan memenuhi persyaratan yang di tetapkan.
Control Point( CP: titik kendali/kontrol) adalah setiap titik,tahap atau
prosedur yang dapat mengendalikan faktor biologi, kimia dan fisik.Critical
control point ( CCP: titik kendali/kontrol kritis) adalah setiap titik,tahap
atau prosedur pada suatu sistem makanan yang jika tidak terkendali dapat
mengakibatkan resiko kesehatan yang tidak di inginkan.
1. Konsep HACCP
HACCP terdiri dari 12 langkah dimana 7 prinsip HACCP tercakup di
dalamnya. Berikut adalh langkah-langkah penyusunan dan penerapan HACCP
menurut (Dewanti, 2013) :
a) Menyusun tim HACCP
b) Deskripsikan Produk
c) Identifikasi penggunaan yang dituju
d) Menyusun diagram alir
e) Verifikasi diagram alir
f) Daftarkan semua bahaya potensial, lakukan analisis bahaya, tentukan tindakan
pengendalian.
g) Tentukan CCP
h) Tetapkan Batas kritis untuk setiap CCP
i) Tetapkan sistem pemantauan untuk setiap CCP
j) Tetapkan tindakan koreksi untuk penyimpangan yang mungkin terjadi
k) Tetapkan prosedur verifikasi
l) Tetapkan penyimpanan catatan dan dokumentasi
2. Prinsip HACCP
HACCP merupakan suatu pendekatan sistematis untuk menjamin keamanan
makanan ,berikut prinsip HACCP yaitu:
a) mengidentifikasi bahaya dan penetapan resiko
b) Penetapan CCP (Critical control point)
c) penetapan limit/batas kritis
d) Pemantauan CCP
e) Tindakan koteksi terhadap penyimpangan
f) Verivikasi
53
g) Dokumentasi
54
2) Identifikasi Bahaya
Pada tahapan ini di identifikasi bahaya-bahaya potensial yang
berhubungan dengan produksi makanan pada setiap tahap mulai dari
penerimaan,persiapan,pengolahan, distribusi sampai konsumsi,kemudian
diteliti kemungkinan terjadi bahaya,identifikasi bahaya dapat di
kelompokan menjadi 6 kategori bahaya yaitu A sampai F
pengemasan
Bahaya E Kemungkinan dapat terjadi kontaminasi
kembali selama distribusi, penjualan atau
penanganan oleh konsumen, sehingga produk
menjadi berbahaya bila di konsumsi.
Bahaya F Tidak ada proses pemanasan setelah
pengemasan yang dapat menghilangkan bahaya
biologis atau tidak ada cara konsumen untuk
mendeteksi,menghilangkan bahaya kimia atau fisik
3) Penetapan Resiko
Istilah resiko dalam HACCP yang digunakan dalam hal ini
adalahsebagai peluang kemungkinan suatu bahaya yang akan
terjadi.Penentuan resiko atau peluang terjadnya suatu bahaya dapat
dilakuakn dengan penetapan kategori resio.
Tabel 1. Penetapan kategori resiko
Karakteris Kat Jenis Bahaya
tik bahaya egori
resiko
0 0 Tidak mengandung bahaya A
sampai F
(+) I Mengandung satu bahaya B sampai
F
(++) II Mengandung dua bahaya B sampai
F
(+++) III Mengandung tiga bahaya B sampai
F
(++++) IV Mengandung empat bahaya B
sampai F
(+++++) V Mengandung lima bahaya B
sampai F
A+ VI Ketegori resiko paling tinggi
(kategori khusus) ( semua produk yang mempunyai bahaya
dengan atau tanpa A)
bahaya B-F
M. Sisa Makanan
Makanan yang disediakan oleh instalasi gizi sudah diperhitungkan
jumlah dan nilai gizinya, dan harus dihabiskan agar penyembuhannya
dapat berjalan sesuai dengan tujuan. Pasien yang tidak menghabiskan
55
makanan dalam waktu yang lama akan mengalami defisiensi zat-zat gizi.
Makanan yang disajikan instalasi gizi dapat dikonsumsi dengan baik,
maka diperlukan makanan yang berkualitas baik, berpenampilan menarik,
bercita rasa baik, bernilai gizi tinggi, bersih, aman dan tidak berbahaya
bagi kesehatan (Mukrie, 1996).
Sisa makanan merupakan indikator keberhasilan pelayanan gizi di
rumah sakit, karena sisa makanan yang melebihi 25% menunjukkan
kegagalan suatu penyelenggaraan makanan di rumah sakit. Rendahnya sisa
makanan pasien atau dengan kata lain makanan yang disajikan oleh
instalasi gizi dapat seluruhnya dikonsumsi oleh pasien sangat mendukung
dalam mengevaluasi pelayanan gizi rumah sakit (Depkes RI, 2003).
BAB III
METODOLOGI
A. Waktu
Dilakukan pada 11 januari 2021 hingga 8 februari 2021
B. Tempat
Rumah Sakit Umum Cut Meutia Aceh Utara
C. Sasaran
Pasien dan Karyawan RSU Cut Mutia
56
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
57
58
C. Standar Makanan
Berdasarkan penetapan kecukupan gizi rata-rata konsumen yang telah
dihitung maka selanjutnya menerjemahkan kedalam bahan makanan
penukar.
Standar Makanan di RS Cut Meutia seperti tabel dibawah ini, sebagai
berikut :
1. Standar makanan biasa
2. Standar makanan lunak
Waktu Bahan
Makanan
Pagi Nasi putih
Lauk
hewani
Lauk nabati
Sayur
Selingan Bubur
kacang ijo
Kacang ijo
Gula pasir
Siang Nasi putih
Lauk
hewani
Lauk nabati
Sayur
Buah
Malam Nasi putih
Lauk
hewani
Lauk nabati
Sayur
Buah
Telur
Sirup
Contoh perhitungan pada salah satu menu di RSU Cut Meutia Aceh Timur
1) Ayam : 1 porsi/hari
Standar porsi lauk hewani : 60 gr
Jumlah konsumen : 185 orang
Maka kebutuhan bahan makanan (ayam) sehari adalah :
1 kali x 60 gr x 185 orang = 11.100 gr atau setara dengan 11,1 kg.
2) Tahu : 1 porsi/hari
Standar porsi lauk nabati : 25 gr
Jumlah konsumen : 185 orang
Maka kebutuhan bahan makanan (tahu) sehari adalah
1 x 50 gr x 185 orang = 9.250 gr atau setara dengan 9,5 kg
3) Telur : 1 porsi/hari
Standar porsi telur : 60 gr
Jumlah konsumen : 185 orang
Maka kebutuhan bahan makanan (telur) sehari adalah:
1 kali x 60 gr x 185 orang = 11.100 gr atau setara dengan 11,1 kg.
4) Tempe : 1 porsi/hari
Standar porsi tempe : 25 gr
Jumlah konsumen : 185 orang
61
4. Penyimpanan
Ruang penyimpanan di RS ini mempunyai system untuk menyimpanan bahan
makanan dan ruang penyimpanan terdapat 2 ruangan yaitu ruangan penyimpanan
bahan makanan basah dan ruang penyimpanan bahan makanan kering. Didalam
ruangan penyimpanan ini terdapat fasilitas atau barang yang ada didalamnya
mulai dari kulkas, rak, dan pengatur suhu ruangan. Tidak hanya itu ruangan
penyimpanan juga dilengkapi dengan SOP, buku stok bahan makanan atau buku
catatan keluar masuknya bahan makanan.
Didalam ruangan penyimpanan ini petugas setiap harinya selalu
mengecek suhu/temperaturenya agar bakteri perusak tidak dapat mudah
berkembang biak dengan cepat. Petugas juga sudah menyimpan bahan
makanan sesuai dengan kriteria nya masing-masing seperti ikan, daging,
ayam disimpan dalam kulkas, untuk telur disimpan didalam rak
penyimpan.
Ruangan untuk menyimpan di RS tidak terlalu luas, namun terbagi
menjadi 2 ruangan yaitu ruang penyimpanan basah dan ruangan
penyimpanan kering. Letaknya juga jauh dari ruang penerimaan hanya
diberi pembatas oleh ruang pengolahan, untuk memasuki ruang
penyimpanan kita harus melewati ruang pengolahan, didalam ruangan
63
5. Penyaluran
Petugas yang bertugas sebagai penyaluran makanan di RS ini harus
meminta daftar permintaan bahan makanan dari petugas pengolah. Bahan
makanan tidak boleh keluar dari gudang penyimpanan. Dan juga jumlah
yang harus dikeluarkan gudang harus sesuai atau tepat jumlahnya yang
diminta (sesuai dengan keperluan produksi).
Metode yang digunakan di RS ini adalah metode metode penyaluran
tidak langsung yaitu bahan makanan yang diterima dari supplier tidak
langsung dikirim ke bagian produksi, tetapi dikirim di bagian
penyimpanan untuk disimpan karena tidak langsung digunakan. Dan ada
juga menggunakan metode penyaluran langsung, bahan makanan yang
diterima dari supplier langsung dibawa ke bagian produksi untuk diolah
(untuk bahan makanan yang akan diolah pada hari itu).
G. Produksi Makanan
Menurut hasil observasi yang diamati, petugas yang dibagian
persiapan ini sudah terpenuhi seperti baju kerja, celemek, penutup kepala,
dan alas kaki.Persiapan ini dilakukan sudah sesuai dengan standar porsi,
standar menu dan jumlah pasien.Lauk nabati dan lauk hewani di potong-
potong sesuai dengan standar porsi. Semua bahan makanan yang telah
dipersiapkan disalurkan ke bagian pengolahan, untuk bahan makanan yang
belum dipersiapkan, disimpan dalam wadah tertutup dengan plastik wrap.
Persiapan yang dilakukan oleh petugas yaitu mencuci, memotong,
mengupas, mengiris, memipil, mencincang.Alat persiapan yang kurang
lengkap seperti pisau yang belum lengkap untuk memotong bawang, tong
sampah yang belum sesuai dengan keinginan, air mengalir yang masih
kurang, dan juga ruangan yang sempit. Juga sesuai dengan jadwal kerja
yang dimulai pada pukul 9:00 dan di kegiatan persiapan di RSU Cut
Meutia ini tidak terlalu menerapkan prinsip hygiene seperti memakai
sarung tangan plastik tapi tetap lepas, sanitasi dalam kegiatan persiapan ini
tidak terlalu diperhatikan seperti mencuci alat-alat yang sudah dipakai
tidak cukup hanya dengan air mengalir saja. Bahan-bahan yang disiapkan
sesuai dengan porsi masing-masing seperti lauk hewani yaitu 50 gr, lauk
63
nabati 100 gr, buah 80-100 gr. Dalam kegiatan persiapan ini terdiri dari
dilakukan 1x dalam sehari yaitu jam 9:00 WIB.
Menurut hasil observasi yang di amati diruang pengolahan, petugas
memakai pakai bersih khusus kerja, dan memakai APD seperti masker,
celemek, sandal bertutup), dan petugas juga melakukan Hand Hygiene
seperi mencuci tangan sebelum melakukan pengolahan makanan. Petugas
menggunakan peralatan
64
H. Kegiatan Distribusi
Penerapan Sistem distribusi dan penyajian makanan di Rumah sakit
Cut Meutia dilakukan setelah semua proses dalam pengolahan
selesai,makanan di sajikan dalam rantang susun, proses pendistribusi
dibedakan atas dua sistem yaitu sistem sentralisasi untuk pasien di ruang
biasa dan desentralisasi untuk pasien VIP.Untuk pasien penderita penyakit
menular makanan di sajikan dalam kotak/dus makanan.
Untuk peraturan pendistribusian,petugas distribusi menggunakan APD
berupa Celemek,sarung tangan,masker,sendal bertutup.Dalam ketentuan
APD lengkap di sebutkan penutup kepala untuk pramu saji laki-laki dan
untuk pramusaji perempuan sudah menggunakan hijab untuk penutup
kepalanya,diruang distribusi sedikit tidak mudah di jangkau,tidak semua
ruang rawat inap dekat dengan ruang distribusi makanan,dikarenakan
lahan rumah sakit yang sangat luas dan agar pasien tidak terganggu dengan
suara bising dari dapur instalasi gizi dan suara-suara lainnya.
Tidak berdekatan dengan tempat pembuangan sampah, sebelum
makanan didistribusikan makanan di tutup dengan plastik warp agar tidak
terkontaminasi tetapi dalam penutupan tidak terlalu sempurna terdapat
bagian yang masih terbuka,sebaiknya di tutup dengan merata supaya
makanan tidak terkontaminasi melalu celah yang terbuka penutup
65
makanan itu sendiri bisa juga dengan menggunakan tudung saji,akan tetapi
jika menggunakan tudung saji harus mengunakan yang besar dan
membutuhkan tempat yang luas.makanan di sajikan sesuai dengan
permintaan diet dan di berikan lebel dengan identitas nama pasien, nama
ruang, jenis diet, dan makanan yang sesuai standar porsi.
Penyajian makanan yang dilakukuan di instalasi gizi RSU Cut Meutia
Aceh Utara 3 kali dalam sehari,untuk makan pagi, untuk makan siang
dilakukan pada pukul 11:30 WIB, serta untuk makan malam di lakukan
pada pukul 17:00 WIB. Penyajian dilakukan oleh 5 pramusaji di setiap
hari nya.
Makanan yang telah matang atau telah di oleh diporsikan ke dalam
tempat penyajian makanan berupa ompreng/plato stenlees dengan 3 sekat
yang berisi makanan pokok,lauk nabati bersamaan dengan makanan
pokok,lauk hewani di tempatlkan di sebelah kiri dan sayur di sebelah
kanan untuk buah dimasukan ke dalam plastik terlebih dahulu kemudian di
tempatkan di atas makanan pokok akan tetapi lebih baik untuk buah di
pisahkan tadak disatukan kedalam ompreng tersebut karena di
kahawatirkan terjadi kontaminasi silang antara plastik pembungkus
buah,kemungkinan hal tersebut terjadi karena di ompreng tersebut tidak
ada tempat untuk buan karena hanya terdapat 3 sekat.
Peralatan yang digunakan oleh pramusaji berupa Centong
nasi,centong besi,untuk makanan berkuah centong yang di gunakan hanya
satu untuk kuah yang digunakan untuk diet yang berbeda,sebaiknya untuk
centong dipisah agar rasa kuah satu dengan kuah yang satunya lagi tidak
tercampur untuk diet yang berbeda misalkan satu kuah untuk diet rendah
natrium dan untuk kuah yang satu untuk makanan biasa maka akan
tercampur rasa untuk kuah diet rendah natrium,untuk mengambil makanan
yang di goreng/tidak berkuah para pramusaji mengambil dengan
menggunakan tangan yang di lapisi dengan sarung tangan plastik walau
terlihat tidak terjadi kontamiasi sebaiknya di ginakan penjepit makan
supaya bagian tubuh tidak kontak langsung dengan makanan.
Makanan yang di sajikan dalam keadaan hangat,makanan yang telah
diolah harus langsung dipindahkan ke ruang distribusi tidak harus
menunggu makanan lain siap,hal tersebut agar tidak terjadi kontaminasi
silang antara makan yang telah di oleh dengan makanan mentah.
Di instalasi Gizi RSU Cut Meutia Aceh Utara alat/transportasi yang
digunakan untuk pendistribusian yaitu menggunakan trolly, troly yang
terdapat di ruang instalasi gizi berbeda-beda Makanan yang disajikan ke
pasien berdasarkan jumlah pasien, diet pasien yang telah di tentukan oleh
ahli gizi yang bertugas di setiap ruangan. Rumah sakit umum Cut Meutia
65
I. Modifiasi Resep
Bahan makanan yang tersisa di RS Cut Mutia diantaranya adalah, dari
golongan sayur-sayuran, protein hewani, dan protein nabati. Maka
dilakukanlah modifikasi resep agar tidak terjadi lagi sisa makanan di RS.
Serta memastikan pasien yang mengkonsumsi 3 golongan makanan ini
akan sangat menyukai nya.Maka disini guna dari modifikasi resep untuk
meningkatkan zat gizi, cita rasa, dan teknik memasak bagi pasien.
Resep modifikasi :
a) Suwir tongkol saus padang
Dari resep diatas dihasilkan 5 porsi dengan berat 50 gr. Hasil yang didapat
yaitu rasa yang asam dari saus tomat, aroma yang pas dan kematangan yang
pas.
b) Dadar kentang sayur
Dari resep diatas dihasilkan 5 potongan untuk 5 porsi dengan berat 50 gr.
Hasil yang didapat yaitu rasa yang gurih, aroma yang wangi dikarenakan ada
seledri, dan kematangan yang pas.
c) Perkedel isi telur puyuh
Dari resep diatas dihasilkan 7 buah perkedel untuk 7 porsi dengan berat 35 gr.
Hasil yang didapat yaitu rasa, aroma, dan kematangan yang pas.
d) Tempe goreng tepung
Dari resep diatas dihasilkan 8 potongan tempe, untuk 8 porsi dengan berat 35
gr. Hasil yang didapat yaitu rasa gurih dari tepung, aroma, dan kematangan
yang pas
e) Omelet sayur
Dari resep diatas dihasilkan 6 potongan, untuk 6 porsi dengan berat 50 gr.
Hasil yang didapat yaitu rasa, aroma, dan kematangan yang pas
Latar belakang dari pemilihan resep dari modifikasi di atas tersebut
dikarenakan beberapa bahan seperti ikan tongkol, sayur-sayuran kurang
disukai oleh pasien. Hal ini yang menyebabkan terjadinya sisa makanan
pada pasien. Dengan hal tersebut, beberapa bahan diatas dapat
dimofikasikan menjadi resep baru. Dengan demikian kita dapat menarik
perhatian pasien untuk mengonsumsi makanan dari rumah sakit tanpa
menambah nafsu makan pasien tersebut.
J. Uji Organoleptik
Dari hasil uji organoleptik yang dilakukan oleh panelis terhadap nasi
putih biasa dan nasi lunak didapatkan hasil bahwa nasi putih memiliki rasa
yang hambar, warna yang putih, tidak memiliki aroma, berbentuk lonjong,
dan tekstur yang sedikit keras untuk nasi putih biasa dan tekstur yang
lembek pada makanan yang lunak. Pada telur puyuh didapatkan hasil
67
bahwa memiliki rasa yang manis, berbentuk bulat, tekstur yang lembut,
berwarna merah keorenan dan memiliki aroma harum. Sedangkan tahu
goreng memiliki warna yang coklat, tidak memiliki aroma, dan memiliki
rasa yang tawar, berbentuk petak dan juga memiliki tekstur yang lembut.
Sedangkan pada sayuran memiliki warna hijau bening, tekstur yang cair
dan lembut, rasa yang hambar karena rendah garam, tidak memiliki aroma
bentuk yang bulat.
K. Fungsi Dapur
Fungsi dapur disini sudah sesuai dengan teori yang ada yaitu sebagai
tempat mengolah makanan untuk pasien yang berkualitas dari bahan yang
belum jadi me jadi makanan yang siap saji. Standar untuk fungsi dapur
instalasi gizi yaitu terdapat ruang penerimaan bahan makanan, tempat
penyimpanan bahan makanan (basah dan kering), tempat persiapan bahan,
tempat pengolahan bahan makanan dari bahan makanan mentah menjadi
siap di konsumsi, tempat distribusi makanan dan tempat pencucian dan
penyimpan alat. Tetapi setelah melakukan observasi di instalasi gizi RSU
Cut Meutia ini masih belum lengkap ruangan yang sesuai dengan standar
fungsinya. Seharusnya adanya tempat khusus untuk ruangan penerimaan
bahan. Kemudian dilanjutkan dengan ruangan penyimpanan basah dan
kering, ruang persiapan, ruang pengolahan, dan ruang distribusi. Tata
letak ruangan yang searah agar terjadi alur kerja yang tidak bertabrakan.
Untuk ruang penyimpanan kering seharusnya memiliki ruangan yang
dingin. Dan sebaiknya ruang persiapan bahan memiliki ruangan yang
luas. Dan untuk penyimpanan bumbu di RSU ini tidak disatukan dengan
ruang pengolahan.
Lokasi RSU Cut Meutia ini berbukit. Instalasi ini terletak dibagian
belakang yang jauh dengan ruang rawat inap pasien. Kegiatan di dapur
RSU Cut Meutia ini adanya perencanaan menu, pengadaan bahan
makanan, penerimaan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan,
persiapan bahan makanan, persiapan pengolahan, dan persiapan distribusi.
Di Instalasi Gizi ini adanya standar resep dan standar porsi. Kemudian
dapur instalasi dilengkapi dengan peralatan yang mendukung proses
pengolahan makanan dan minuman. Tetapi di instalasi gisi RSU Cut
Meutia ini masih belum lengkap semua peralatan seperti oven, mixer.
Petugas yang bekerja di instalasi gizi ini harus menggunakan APD lengkap
seperti masker, memakai celemek, menutup kepala, memakai sarung
plastic, dan sandal bertutup.
Jumlah dan macam makanan yang diselenggarakan ada 4 macam yaitu
makanan biasa, makanan lunak, makanan cair, dan makanan saring. Waktu
67
yang diperlukan untuk penyediaan makanan untuk pasien 1-2 jam. Jumlah
tenaga kerja ada 44 orang.
68
L. HACCP
1. Hasil Kegiatan HACCP
Pada pengamatan HACCP, bagian pramusaji telah mengikuti prinsip
HACCP dengan memakai APD (masker, sarung tangan , celemek ) sampai
ketahap penyelesaian bekerja , bagi pihak lain , jika ingin memasuki area
bersih di wajibkan untuk memakai APD agar terhindar dari kontaminasi
silang pada bahan makanan maupun menu yang telah di olah. Pemantauan
bahan makanan di mulai dari penerimaan, persiapan, pengolahan dan
sampai pendistribusian, tergolong dalam kategori aman tanpa ada bahaya
yang kritis.
Tabel 3. Menu Lauk Nabati
Makanan biasa (MB)
Telur balado
Sayur asem
Makanan lunak
(MII)
Suop gambas
Tumis gambas+ labu
siam
Tumis tahu
M. Sisa Makanan
Dari hasil pengamatan yang kami lakukan di ruang rawat inap RSU
Cut Meutia Aceh Utara kepada beberapa pasien. Yangdi tempatkan pada
plato makanan. Terdapat sisa makanan dari beberapa pasien yaitu :
1. Devita Annisa
Nama Ruang : Nifas 2, Paru, MUZ, Arafah
Total% sisa makanan : 24%
2. Sarah Audira
Nama Ruang : paru 2, RDH 2, Nifas, MUS
Total % sisa makanan : 26,4 %
3. RiskI Shaumia
Nama Ruang : Raudah, safa, arafah,
Total% sisa makanan : 45%
4. Cut Fadillah
Nama Ruang : MUZ, Paru 2, RDH,
Total% sisa makanan : 39,2%
5. Nur azizah
Nama Ruang : Arafah, RDH, Paru 2,MUZ
Total% sisa makanan : 20%
69
Makanan yang diberikan pasien di ruang inap RSU Cut Meutia diterima
bersisa 30,9% .
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
C. Standar Makanan
Standar makanan dirumah sakit juga terdiri dari makanan pokok, lauk hewani,
lauk nabati, sayur dan buah, dengan 1 kali selingan dan 3 kali menu makan utama
D. Menu 10 Hari
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan di RSU Cut Meutia Aceh Utara, standar
makanan terdiri dari makanan biasa, makanan lunak, makanan saring, dan cair.
70
71
Kali ini kami dalam melakukan penyusunan menu 10 hari di RSU Cut Meutia
Aceh Utara terdiri dari makanan biasa dan makanan lunak dan juga dalam setiap
bahan makanan yang terdapat di dalam menu harus seuai dengan standar porsi,
standar bumbu, dan juga resep yang telah di tentukan di RSU Cut Meutia Aceh
Utara.
F. Pengadaan Makanan
Dalam pemesanan bahan makanan menggunakan formulir pemesanan. Pemesanan
biasanya dipesan 1 hari sebelumnya. Pesanan bahan harus disesuaikan dengan
jumlah, macam, dan spesifikasi produk yang akan di pesan berdasarkan surat
perjanjian jual dan beli.
Pembelian bahan makanan didatangkan langsung oleh suplier. Jadi, pihak RS
melakukan pemesanan langsung ke pihak penjual untu melakukan pembelian
berdasarkan bahan yang sudah dipesan.
Penerimaan bahan makanan yang diterima di RS harus sesuai dengan jumlah
bahan yang dipesan dalam faktur pembelian. Dalam penerimaan bahan makanan,
petugas melakukan pencatatan melaporkan macam kualitas dan jumlah sesuai
dengan bahan yang di pesan.
Penyimpanan bahan makanan dan ruang penyimpanan terdapat 2 ruangan, yaitu
penyimpanan basah dan penyimpanan kering.
Metode penyaluran yang digunakan di RS adalah metode penyaluran tidak
langsung, yaitu bahan makanan yang diterima dari suplier tidak langsung di kirim
ke bagian produksi, tetapi dikirin ke bagian penyimpanan. Metode penyaluran
langsung, bahan makanan yang diterima dari suplier langsung dibawa ke bagian
produksi untuk di olah.
G. Produksi Makanan
Persiapan ini dilakukan sesuai dengan standar porsi, standar menu, dan jumlah
pasien. Persiapan yang dilakukan oleh petugas di instalasi gizi yaitu mencuci,
memotong, mengupas, mengiris, memipil, dan mencincang. Dalam kegiatan
persiapan ini dilakukan 1 kali dalam sehari yaiu jam 09.00 WIB.
72
Waktu yang dilakukan untuk mengolah bahan makanan yang mentah yaitu
tergantung dengan jenis makanannya. Untuk bahan makanan menggoreng
menghabiskan waktu selama 10 menit dan untuk makanan yang berkuah atau
berlemak menghasilkan waktu 1-2 jam. Petugas mengolah makanan sampai
empuk, sudah mendidih, dan tidak terlalu masak atau minimal 900C. Kegiatan
pengolahan ini dilakukan 3 kali dalam sehari yaitu pada pagi, siang, dan sore hari.
H. Kegiatan Distribusi
Di RSU Cut Meutia, pendistribusian makanan dilakukan dengan 2 metode yaitu
Desentralisasi untuk pasien VIP dan Sentralisasi untuk pasien di ruang biasa.
Untuk pasien penderita penyakit menular, makanan di sajikan dalam kotas/dus.
Sedangkan untuk pasien lainnya, makanan di sajikan dalam ompreng.
Alat transportasi yang digunakan untuk pendistribusian makanan adalah
menggunakan trolley makanan. Trolley yang terdapat di ruang instalasi gizi
berbeda-beda. Makanan yang disajikan kepada pasien berdasarkan jumlah pasien,
diit pasien yang telah ditentukan oleh ahli gizi yang bertugas di setiap ruangan
masing-masing.
I. Modifikasi Resep
Modifikasi resep dilakukan atas dasar sisa makanan pasien. Pada modifikasi resep
kali ini, kami memodifikasi resep dari lauk hewani dan sayuran. Lauk hewani
berupa ikan tongkol dan sayuran berupa kentang, wortel dan bayam.
J. Uji Organoleptik
Uji organoleptik dapat dibedakan atas 2 aspek yaitu aspek penampilan dan aspek
rasa, penilaian dari aspek penampilan dilakukan meliputi warna, bentuk, besar
porsi/jumlah, aroma/bau. Sedangkan penilaian dari aspek rasa seperti bumbu,
tekstur, suhu, dan tingkat kematangan. Dalam melakukan uji organoleptik dapat
dibedakan atas penampilan makanan, yaitu indera penglihatan, penciuman, dan
perabaan. Dan penilaian rasa makanan yaitu seperti indera perasa, penciuman,
perabaan, pendengaran.
K. Fungsi Dapur
Standar untuk fungsi dapur instalasi gizi yaitu terdapat ruang penerimaan bahan
makanan, tempat penyimpanan bahan makanan (basah dan kering), tempat
persiapan bahan, tempat pengolahan bahan makanan dari bahan mentah menjadi
siap dikonsumsi. Tempat distribusi makanan, tempat pencucian, dan penyimpanan
alat di RSU Cut Meutia Aceh Utara, ruangan tersebut masih belum sesuai dengan
standar fungsinya.
73
L. HACCP
Pada penetapan HCCP, terdapat beberapa bahan dan proses dari pembuatan suatu
produk mempunyai potensi bahaya fisika, kimia, dan biologis. Pada proses
penerimaan bahan makanan hingga proses pendistribusian terdapat beberapa titik
kritis, diantaranya :
1) CCP 1 : Proses pengolahan (pengolahan menu)
2) CCP 2 : Proses penerimaan (sortasi), persiapan (pengupasan, pencucian,
pengirisan), peyajian, dan pendistribusian.
Pada proses persiapan sampai proses pendistribusian terdapat beberapa batas CCP
serta toleransinya di setiap proses yang dilakukan.
M. Sisa Makanan
Setelah dilakukan rekapulasi data, didapatkan hasil sisa makanan di Ruang rawat
inap RSU Cut Meutia Aceh Utara dengan rata- rata hasil sisa makanan 30,9%.
Dari data diatas, dapat dilihat bahwa makanan yang paling banyak tersisa adalah
kelompok sayuran.
Dari hasil tersebut dapat diambil kesimpulan, bahwa penyelenggaraan makanan
untuk pasien di RSU Cut Meutia Aceh Utara sudah memberikan pelayanan yang
baik untuk pasien, karena hampir semua makanan diterima oleh pasien RSU Cut
Meutia Aceh Utara
DAFTAR PUSTAKA
Wayansari Lastmi, Irfanny Z Anwar, dan Zul Amri. 2018. Manajemen Sistem
Penyelenggaraan Makanan Institusi. Pusat Pendidikan Sumber Daya
Manusia Kesehatan. BPPSDM. Kemenkes RI. Jakarta
Depkes RI, 2003. Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan
Indikator Provinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat. Jakarta.
Kemenkes RI, 2013. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS). Kementerian
Kesehatan RI. Jakarta.
Balai Pelatihan Kesehatan Aceh. 2016. Modul Sanitasi dan Minuman. Kota
Jantho
74
LAMPIRAN FOTO KEGIATAN
STANDAR OPERASIONAL RS CUT MUTIA
75
FORM PENYALURAN DAN PENENRIMAAN BAHAN MAKANAN
ALAT MAKAN
CARA SENTRALISASI
CARA DESENTRALISASI
ALAT KESELAMATAN