Anda di halaman 1dari 22

Tugas Manajemen Gizi dalam Penanggulangan Bencana

Menu dan Kebutuhan Bahan Makanan Ibu Hamil dan Menyusui


pada Fase I dan Fase II

Disusun oleh :

Kelompok 3

Amelia Savira P17331112402 Ellizka Shifa Tazkiyah P17331112411


Arina Annisa Wardah P17331112404 Felia Zahrawani P P17331112413
Dea Anugerahayati P17331112407 Ijni Kusmuliya P17331112420
Devi Nur Khoirunnisa P17331112408 Rifqi Muharram P17331112434
Shalsabila Maharifa P17331112440 Ulfah Nurul Hikmah P17331112443
Ulfi Lutfiah P17331112444 Zeani Nur Nisa P17331112446

JURUSAN GIZI BANDUNG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG


2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Menu dan Kebutuhan Bahan Makanan Ibu Hamil dan Menyusui
pada Fase I dan Fase II” dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah
Manajemen Gizi dalam Penanggulangan Bencana.

Dalam penyelesaian makalah ini, penulis mendapat banyak


bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada

1) Pak Mamat Rahmat, SKM, M.Kes selaku koordinator mata kuliah


Manajemen Gizi dalam Penanggulangan Bencana.memberi
bimbingan kepada penulis dalam penulisan makalah ini.
2) Ibu Ir.Mimin Aminah, M.Kes, selaku dosen mata kuliah Manajemen
Gizi dalam Penanggulangan Bencana.
3) Rekan-rekan kelas D-IV Alih Jenjang yang telah memberikan
motivasi dan saran dalam penyelesaian makalah ini.
4) Orang tua yang tidak pernah lelah memberikan motivasi dan doa
dalam penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan.


Oleh karena itu, penulis berharap pembaca dapat memberi kritik dan
saran agar dapat memperbaiki makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Bandung, Desember 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Penulisan 3

BAB II POKOK BAHASAN 4


2.1 Penangan Gizi Fase I 4
2.1.1 Pengertian Fase I 4
2.1.2 Kegiatan Penanganan Gizi Situasi Bencana 4
2.1.3 Menu Ransum Fase I 8
2.2 Penangan Gizi Fase II 9
2.2.1 Pengertian Fase II 9
2.2.2 Menu Ransum II 10

DAFTAR PUSTAKA 15

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Posisi wilayah Indonesia secara geografis dan demografis rawan
terjadinya bencana alam dan non alam seperti gempa tektonik, tsunami,
banjir dan angin puting beliung. Bencana non alam akibat ulah manusia
yang tidak mengelola alam dengan baik dapat mengakibatkan timbulnya
bencana alam, seperti tanah longsor, banjir bandang, kebakaran hutan
dan kekeringan. Selain itu, keragaman sosio-kultur masyarakat Indonesia
juga berpotensi menimbulkan gesekan sosial yang dapat berakibat terjadi
konflik sosial. Berbagai krisis yang terjadi di Indonesia seperti konflik
sosial, konflik politik, bencana alam menyebabkan terjadi banyak
penduduk terpaksa meninggalkan tempat tinggalnya dan hidup di
pengungsian (Departemen Kesehatan RI, 2001).
Berdasarkan data Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan,
Kementerian Kesehatan RI, pada tahun 2009 tercatat 287 kali kejadian
bencana dengan korban meninggal sebanyak 1.513 orang, luka
berat/rawat inap sebanyak 1.495 orang, luka ringan/rawat jalan 56.651
orang, korban hilang 72 orang dan mengakibatkan 459.387 orang
mengungsi. Selanjutnya, pada tahun 2010 tercatat 315 kali kejadian
bencana dengan korban meninggal sebanyak 1.385 orang, luka
berat/rawat inap sebanyak 4.085 orang, luka ringan/rawat jalan 98.235
orang, korban hilang 247 orang dan mengakibatkan 618.880 orang
mengungsi. Sementara itu, pada tahun 2011 tercatat 211 kali kejadian
bencana dengan korban meninggal sebanyak 552 orang, luka berat/rawat
inap sebanyak 1.571 orang, luka ringan/rawat jalan 12.396 orang, korban
hilang 264 orang dan mengakibatkan 144.604 orang mengungsi. Dampak
bencana tersebut, baik bencana alam maupun konflik sosial,
mengakibatkan terjadinya kedaruratan di segala bidang termasuk

1
kedaruratan situasi masalah kesehatan dan gizi (Kementerian Kesehatan
RI, 2012).

2
3

Dampak akibat bencana secara fisik umumnya adalah rusaknya


berbagai sarana dan prasarana fisik seperti permukiman, bangunan
fasilitas pelayanan umum dan sarana transportasi serta fasilitas umum
lainnya. Namun demikian, dampak yang lebih mendasar adalah timbulnya
permasalahan kesehatan dan gizi pada kelompok masyarakat korban
bencana akibat rusaknya sarana pelayanan Kesehatan terputusnya jalur
distribusi pangan sehingga ketersediaan pangan sangat terbatas,
rusaknya sarana air bersih dan sanitasi lingkungan yang buruk
(Kementerian Kesehatan RI, 2012).
Pada situasi darurat seperti bencana alam ada beberapa kelompok
yang rentan terkena dampak dari kejadian ini. Kerentanan ini akan
mempengaruhi kemampuan seseorang untuk bertahan dan menghadapi
keadaan yang terjadi seperti bencana alam. Orang-orang yang
diprioritaskan dalam kelompok ini diantaranya adalah ibu hamil dan ibu
menyusui. Bagi ibu hamil dan menyusui, jika kebutuhan zat gizinya tidak
tercukupi maka resiko komplikasi pada kehamilan, bayi yang kekurangan
berat badan dan pemberian ASI yang tidak lengkap akan meningkat
karena anak terpisah dari ibunya, bantuan makanan yang sering
terlambat, tidak berkesinambungan dan terbatasnya ketersediaan pangan
lokal dapat memperburuk kondisi yang ada. Masalah lain yang seringkali
muncul adalah adanya bantuan pangan dari dalam dan luar negeri yang
mendekati atau melewati masa kadaluarsa, tidak disertai label yang jelas,
tidak ada keterangan halal, dan lain-lain. Masalah tersebut diperburuk lagi
dengan kurangnya pengetahuan dalam penyiapan makanan buatan lokal
khususnya untuk ibu hamil dan ibu menyusui (Kementerian Kesehatan RI,
2012).
Pada pelaksanaannya, upaya penanganan gizi dalam situasi
bencana merupakan rangkaian kegiatan yang dimulai sejak sebelum
terjadinya bencana (pra bencana), pada situasi bencana yang meliputi
tahap tanggap darurat awal, tahap tanggap darurat lanjut dan pasca
bencana. Kegiatan penanganan gizi pada tahap tanggap darurat awal
adalah kegiatan pemberian makanan agar pengungsi tidak lapar dan
4

mempertahankan status gizinya, sementara penanganan kegiatan gizi


pada tahap tanggap darurat lanjut adalah untuk menanggulangi masalah
gizi melalui intervensi sesuai masalah gizi yang ada (Kementerian
Kesehatan RI, 2012).
Maka dari itu, pada awal kedatangan pengungsi sangat tergantung
pada bantuan pangan dan kesehatan lainnya. Apabila hal ini tidak segera
diatasi maka kondisi kesehatan akan menjadi buruk. Untuk
mengoptimalkan tatalaksana penanganan masalah gizi dalam keadaan
darurat maka diperlukan pedoman yang dapat memuat hal-hal pokok yang
perlu diperhatikan dalam penanggulangan masalah gizi di pengungsian
agar penanganan gizi dapat dilakukan secara cepat dan tepat.

1.2 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui kegiatan penanganan gizi pada situasi bencana.
2. Untuk mengetahui pengertian fase 1 dan 2 tahap tanggap darurat
awal pada penanganan gizi situasi bencana.
3. Untuk mengetahui contoh menu ransum 5 hari pada fase 1 dan 2
bagi ibu hamil dan menyusui.
4. Untuk mengetahui kebutuhan gizi ibu hamil dan menyusui pada
fase 1 dan 2.
BAB II
POKOK BAHASAN

2.1 Penangan Gizi Fase I


2.1.1 Pengertian Fase I
Fase 1 tanggap darurat awal antara lain ditandai dengan kondisi
sebagai berikut :
a. Korban bencana bias dalam pengungsian atau belum dalam
pengungsian.
b. Petugas belum sempat mengidentifikasi korban secara lengkap.
c. Bantuan pangan sudah mulai berdatangan dan adanya
penyelenggaraan dapur umum jika diperlukan.

Lamanya fase 1 ini tergantung dari situasi dan kondisi setempat di


daerah bencana yaitu maksimal sampai 3 hari setelah bencana. Pada
fase ini kegiatan yang dilakukan antara lain :

1. Memberikan makanan yang bertujuan agar pengungsi tidak lapar


dan dapat mempertahankan status gizinya.
2. Mengawasi pendistribusian bantuan bahan makanan.
3. Menganalisis hasil rapid health assessment (RHA).

Pada fase ini, penyelenggaraan makanan bagi korban bencana


mempertimbangkan hasil analisis RHA dan standar ransum. Ransum
adalah bantuan bahan makanan yang memastikan korban bencana
mendapatkan asupan energi, protein dan lemak untuk mempertahankan
kehidupan dan beraktivitas. Ransum dibedakan dalam bentuk kering (dry
ration) dan basah (wet ration). Dalam perhitungan ransum basah di
prioritaskan penggunaan garam beriodium dan minyak goreng yang
difortifikasi dengan vitamin A.

5
2.1.2 Kegiatan Penanganan Gizi Situasi Bencana
Penanganan gizi pada situasi bencana melibatkan lintas program
dan lintas sektor termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) nasional

6
7

maupun internasional. Kegiatan penanganan gizi pada situasi bencana


perlu dikoordinasikan agar efektif dan efisien antara lain sebagai berikut :
a. Penghitungan kebutuhan ransumPenyusunan menu 2.100 kkal, 50
g protein dan 40 g lemak.
b. Penyusunan menu untuk kelompok rentan.
c. Pendampingan penyelenggaraan makanan sejak dari persiapan
sampai pendistribusian.
d. Pengawasan logistik bantuan bahan makanan, termasuk bantuan
susu formula bayi.
e. Pelaksanaan surveilans gizi untuk memantau keadaan gizi
pengungsi khususnya balita dan ibu hamil.
f. Pelaksanaan tindak lanjut atau respon sesuai hasil surveilans gizi.
g. Pelaksanaan konseling gizi khususnya konseling menyusui dan
konseling MP-ASI.
h. Suplementasi zat gizi mikro (kapsul vitamin A untuk balita dan
tablet besi untuk ibu hamil).

Penanganan gizi dalam situasi bencana terdiri dari penanganan gizi


pada kelompok rentan dan dewasa selain ibu menyusui dan ibu hamil.
Penjelasan lebih rinci penanganan pada kelompok tersebut sebagai
berikut :
A. Penanganan Gizi Kelompok Rentan
Penanganan gizi kelompok rentan diprioritaskan bagi anak usia 0-
23 bulan, anak usia 24-59 bulan, ibu hamil dan ibu menyusui serta lanjut
usia.
1. Penanganan Gizi Anak Usia 0 – 23 Bulan
Bayi dan anak usia 0-23 bulan atau di bawah dua tahun (baduta)
merupakan kelompok yang paling rentan sehingga memerlukan
penanganan gizi khusus. Pemberian makanan yang tidak tepat serta
kekurangan gizi pada kelompok tersebut dapat meningkatkan risiko
kesakitan dan kematian yang lebih tinggi pada situasi bencana. Penelitian
di pengungsian menunjukkan bahwa kematian anak balita 2-3 kali lebih
8

besar dibandingkan kematian pada semua kelompok umur. Kematian


terbesar terjadi pada kelompok umur 0-6 bulan (WHO-UNICEF, 2001).
Oleh karena itu penanganan gizi bagi kelompok ini dalam situasi bencana
menjadi bagian penting untuk menangani pengungsi secara cepat dan
tepat.
a. Penanganan Gizi Bayi 0 – 5 Bulan
- Bayi tetap diberikan ASI.
- Bila bayi piatu, bayi terpisah dari ibunya atau ibu tidak dapat
memberikan ASI, upayakan bayi mendapat bantuan ibu susu atau
donor dengan syarat sebagai berikut :
1) Permintaan ibu kandung atau keluarga bayi yang bersangkutan.
2) Identitas agama dan alamat pendonor ASI diketahui dengan jelas
oleh keluarga bayi.
3) Persetujuan pendonor setelah mengetahui identitas bayi yang
diberi ASI.
4) Pendonor ASI dalam kondisi Kesehatan baik dan tidak mempunyai
indikasi medis.
- Bila tidak memungkinkan bayi mendapat ibu susu atau donor, maka
bayi diberikan susu formula dengan pengawasan atau didampingi
oleh petugas Kesehatan.

b. Penanganan Gizi Anak Usia 6 – 23 Bulan


- Baduta tetap diberikan ASI.
- Pemberian MP-ASI ang difortifikasi dengan zat gizi mikro, pabrikan
atau makanan local pada usia 6 – 23 bulan.
- Pemberian makanan olahan yang berasal dari bantuan ransum-
ransum umum yang mempunyai nilai gizi tinggi.
- Pemberian kapsul vitamin A biru (100.000 IU) bagi yang berusia 6 –
11 bulan dan kapsul vitamin A merah (200.000 IU) bagi anak
berusia 12 – 59 bulan. Bila bencana terjadi dalam waktu kurang
dari 30 hari setelah pemberian kapsul vitamin A (Februari dan
9

Agustus), maka balita tersebut tidak dianjurkan lagi mendapat


kapsul vitamin A.
- Dapur umum sebaiknya menyediakan makanan untuk anak usia 6
– 23 bulan.
- Air minum dalam kemasan diupayakan selalu tersedia di tempat
pengungsian.

2. Penanganan Gizi Anak Balita 24 - 59 Bulan


a. Hindari penggunaan susu dan makanan lain yang penyiapannya
menggunakan air, penyimpanan yang tidak higienis, karena
berisiko terjadinya diare, infeksi dan keracunan.
b. Keragaman menu makanan dan jadwal pemberian makanan
disesuaikan dengan kemampuan tenaga pelaksana. Daftar menu
harian ditempel di tempat yang mudah dilihat oleh pelaksana
pengolahan makanan.
c. Pemberian kapsul vitamin A.
d. Makanan utama yang diberikan sebaiknya berasal dari makanan
keluarga yang tinggi energi, vitamin dan mineral. Makanan pokok
yang dapat diberikan seperti nasi, ubi, singkong, jagung, lauk pauk,
sayur dan buah. Bantuan pangan yang dapat diberikan berupa
makanan pokok, kacang-kacangan dan minyak sayur.

3. Penanganan Gizi Ibu Hamil dan Ibu Menyusui


Ibu hamil dan menyusui, perlu penambahan energi sebanyak 300
kkal dan 17 gram protein, sedangkan ibu menyusui perlu penambahan
energi 500 kkal dan 17 gram protein. Selain itu ibu hamil dan ibu
menyusui perlu diberikan nasehat atau anjuran gizi dan kesehatan melalui
kegiatan konseling menyusui dan konseling MP - ASI serta
pendistribusian Tablet Tambah Darah (TTD) bagi ibu hamil.

4. Penanganan Gizi Lanjut Usia


10

Usia lanjut perlu makanan dalam porsi kecil tetapi padat gizi dan
mudah dicerna. Dalam pemberian makanan pada usia lanjut harus
memperhatikan faktor psikologis dan fisiologis agar makanan yang
disajikan dapat dihabiskan. Dalam kondisi tertentu, kelompok usia lanjut
dapat diberikan bubur atau biskuit.

B. Penanganan Gizi Kelompok Dewasa


1) Pemilihan bahan makanan disesuaikan dengan ketersediaan bahan
makanan.
2) Keragaman menu makanan dan jadwal pemberian disesuaikan
dengan kemampuan tenaga pelaksana. Daftar Menu Harian
ditempel di tempat yang mudah dilihat oleh pelaksana pengolahan
makanan.
3) Pemberian makanan/minuman suplemen harus didasarkan pada
anjuran petugas kesehatan yang berwewenang.
4) Perhitungan kebutuhan gizi korban bencana disusun dengan
mengacu pada rata-rata Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan.
Menyediakan paket bantuan pangan (ransum) yang cukup untuk
semua pengungsi dengan standar minimal 2.100 kkal, 50 g protein dan 40
g lemak per orang per hari. Menu makanan disesuaikan dengan
kebiasaan makan setempat, mudah diangkut, disimpan dan didistribusikan
serta memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral.

2.1.3 Menu Ransum Fase I


A. Standar Ransum Fase 1 2100 Kkal 50 Protein

Penuka Karbohidra
Gol Bahan Makanan t Protein Lemak Energi
r
      (gram) (gram) (gram) (kalori)
I Sumber Karbohidrat 6 240 24 0 1050
Sumber Protein
       
II Hewani  
  Rendah Lemak   0 0 0 0
  Lemak Sedang   0 0 0 0
  Tinggi Lemak 3 0 21 39 450
Sumber Protein
  0 0 0 0
III Nabati
11

IV Sayuran          
  Golongan A          
  Golongan B   0 0 0 0
  Golongan C   0 0 0 0
V Buah-buahan   0 0 0 0
VI Susu          
  Tanpa Lemak   0 0 0 0
  Lemak Sedang 1 10 7 6 125
  Tinggi Lemak   0 0 0 0
VII Minyak          
  Lemak Tidak Jenuh   0 0 0 0
  Lemak Jenuh 4 0 0 20 200
VIII Gula dan Madu 2 1/2 30 0 0 125
TOTAL 280 52 65 1950
KEBUTUHAN 315 50 70 2100
PRESENTASE 90% 104% 93% 93%

B. Menu Ransum Fase 1 2100 Kkal 50 Protein

Kebutuhan Per Ukuran Rumah


Bahan Makanan
Orang Per Hari Tangga
Mie Instan 50 1 gls
Biskuit 80 8 bh
Beras 300 3 gls
Abon 40 4 sdm
Susu 60 12 sdm
Kornet/ makanan kaleng 45 3 sdm
Minyak Goreng 15 3 sdt
Energi 2113,55
Protein 59,03

C. Kebutuhan Bahan Makanan


Kebutuhan bahan makanan perhari sesuai dengan siklus menu dan
jumlah orang pada fase 1. Diketahui jumlah pengungsi sebanyak 50 orang
dan kebutuhan dalam 3 hari.

Bahan Makanan Kebutuhan Jumlah Total Total


Per Orang Pengungs Kebutuha kebutuhan
12

n Bahan Bahan
Per Hari i
Makanan Makanan
(gr)
(gr) 3 hari (gr)
Mie Instan 50 2.500 7.500 gr
Biskuit 80 4.000 12.000 gr
Beras 300 15.000 45.000 gr
Abon 40 2.000 6.000 gr
Susu 60 50 3.000 9.000 gr
Kornet/makanan 45 2250 6.750 gr
kaleng
Minyak Goreng 15 750 2.250 gr

2.2 Penangan Gizi Fase II


2.2.1 Pengertian Fase II
Fase II Tanggap Darurat Awal terkait dengan penanganan gizi,
meliputi :
a. Kegiatan menghitung kebutuhan gizi
b. Pengelolaan penyelenggaraan makanan di dapur umum yang
meliputi :
- Tempat pengolahan.
- Sumber bahan makanan.
- Petugas pelaksanan.
- Penyimpanan bahan makanan basah.
- Penyimpanan bahan makanan kering.
- Cara mengolah.
- Cara distribusi.
- Peralatan makan dan pengolahan.
- Pengawasan penyelenggaraan makanan.
- Mendistribusikan makanan siap saji.
- Pengawasan bantuan bahan makanan untuk melindungi korban
bencana dari dampak buruk akibat bantuan tersebut, seperti diare,
infeksi, keracunan dan lain-lain yang meliputi :
a. Tempat penyimpanan bantuan bahan makanan harus dipisah
antara bahan makanan umum dan bahan makanan khusus untuk
bayi dan anak.
13

b. Jenis-jenis bahan makanan yang diwaspadai termasuk makanan


dalam kemasan, susu formula dan makanan suplemen.
c. Untuk bantuan bahan makanan produk dalam negeri harus diteliti
nomor registrasi (MD), tanggal kadaluarsa, sertifikasi halal, aturan
cara penyiapan dan target konsumen.
d. Untuk bantuan bahan makanan produk luar negeri harus diteliti
nomor registrasi (ML), bahasa, tanggal kadaluarsa, aturan cara
penyiapan dan target konsumen.
e. Jika terdapat bantuan makanan yang tidak memenuhi syarat-syarat
tersebut di atas, petugas harus segera melaporkan kepada
Koordinator Pelaksana.

2.2.2 Menu Ransum II


A. Siklus Menu

Hari/Jadwa Menu hari Menu hari Menu hari Menu hari Menu hari
l 1 2 3 4 5
Nasi
Nasi Nasi gurih
nasi uduk Nasi danTumis
Pagi kuning dan dan ikan
dan abon goreng Dendeng
abon sarden
manis
bola mie
Biskuit dan
corned Buah Biskuit Biskuit dan
Selingan susu
beef dan kaleng kacang teh manis
manis
teh manis dan susu
Nasi
nasi putih Nasi putih Nasi putih
goreng Nasi dan
Siang dan ikan opor ayam dan corned
kornet dan ikan teri
suir kaleng beef
ikan teri
Biskuit
buah Buah Buah Buah
Selingan regal dan
kaleng kaleng Kaleng kaleng
teh manis
nasi putih Nasi putih Mie Kuah
Nasi gurih
dan rendang Siram
Malam dan ikan Mie goreng
perkedel sapi Daging
sarden
corned kaleng Kaleng

B. Standar Makanan Sehari

Bahan Penuka Karbohidrat Protein Lemak Energi


Gol
Makanan r (gr) (gr) (gr) (gr)
I Sumber 8 1/2 340 34 0 1487.5
14

Karbohidrat
Sumber Protein
       
II Hewani  
Rendah Lemak   0 0 0 0
Lemak Sedang   0 0 0 0
Tinggi Lemak 4 0 28 52 600
Sumber Protein
  0 0 0 0
III Nabati
IV Sayuran          
Golongan A          
Golongan B   0 0 0 0
Golongan C   0 0 0 0
V Buah-buahan 1 12 0 0 50
VI Susu          
Tanpa Lemak   0 0 0 0
Lemak Sedang   0 0 0 0
Tinggi Lemak   0 0 0 0
VII Minyak          
Lemak Tidak
  0 0 0 0
Jenuh
Lemak Jenuh 3 0 0 15 150
VIII Gula dan Madu 2 24 0 0 100
TOTAL 376 62 67 2387.5
KEBUTUHAN 400 67 69.4 2500
PRESENTASE 94% 93% 97% 96%

C. Kebutuhan Bahan Makanan


1. Kebutuhan Bahan Makanan Hari ke – 1

Kebutuhan
Bahan
per orang Jumlah orang Total kebutuhan bahan
makanan
perhari (gr) makanan (gr) +10%

Beras 300 16500


Abon 10 550
Mie 80 4400
Tepung terigu 100 5500
Corned beef 70 50 3850
Minyak kelapa 20 1100
Teh 3 165
Gula pasir 26 1430
Ikan sarden 40 2200
15

kaleng
Buah kaleng 80 4400
Energi 2360 kkal
Protein 65,9 gr

2. Kebutuhan Bahan Makanan Hari ke – 2

Kebutuhan
Bahan
per orang Jumlah orang Total kebutuhan bahan
makanan
perhari (gr) makanan (gr) +10%

Beras 300 16500


Biskuit 80 4400
Abon 50 2750
Telur 30 1650
Ikan sarden
50 2750
kaleng
Kornet 45 2475
Ikan teri kaleng 15 50 825
Mentega 10 550
Santan 15 825
Minyak kelapa
30 1650
sawit
Susu kental
40 2200
manis
Buah kaleng 50 2750
Energi 2325 kkal
Protein 68.34 r

3. Kebutuhan Bahan Makanan Hari ke – 3

Kebutuhan
Bahan
per orang Jumlah orang Total kebutuhan bahan
makanan
perhari (gr) makanan (gr) +10%

Beras 300 16500


Biskuit 75 4125
Opor ayam
50 2750
kaleng
Rendang sapi 50
70 3850
kaleng
Minyak kelapa
15 825
sawit
Mentega 20 1100
16

Telur ayam 40 2020


Gula 26 1430
Teh 3 165
Buah kaleng 50 2750
Energi 2326.8 kkal
Protein 67,5 gr

4. Kebutuhan Bahan Makanan Hari ke – 4

Kebutuhan
Bahan
per orang Jumlah orang Total kebutuhan bahan
makanan
perhari (gr) makanan (gr) +10%

Beras 200 11000


Biskuit kacang 40 2200
Mie Kuah 100 5500
Dengdeng 30 1650
Daging sapi 75 4125
Ikan teri kaleng 40 50 2200
Gula 25 1375
Minyak kelapa
sawit 40 2200
Susu kental
manis 40 2200
Buah kaleng 50 2750
Energi 2343 kkal
Protein 67.7 gr

5. Kebutuhan Bahan Makanan Hari ke – 5

Kebutuhan
Bahan
per orang Jumlah orang Total kebutuhan bahan makanan
makanan
perhari (gr) (gr) + 10%

Beras 300 50 16500


17

Biskuit 80 4400
Mie 50 2750
Ikan sarden
70 3850
kaleng
Corned beef 90 4950
Minyak kelapa 15 825
Buah kaleng 50 2750
Teh 3 165
Gula 26 1430
Energi 2475 kkal
Protein 65,4 gr
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan RI. 2012. Pedoman Kegiatan Gizi dalam


Penanggulangan Bencana. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan
Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. 2018. Tabel Komposisi Pangan Indonesia.


Direktorat Gizi Masyarakat. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2001. Pedoman Penanggulangan Masalah


Gizi dalam Keadaan Darurat. Jakarta: Direktorat Gizi Masyarakat.

Kementerian Kesehatan RI. 2012. Pedoman Kegiatan Gizi dalam


Penanggulangan Bencana. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai