Anda di halaman 1dari 12

Tugas Manajemen Gizi dalam Penanggulangan Bencana

MENU DAN KEBUTUHAN BAHAN MAKANAN UNTUK


LANSIA

Disusun Oleh : Kelompok 4

Dilla Noermadani P17331112409


Fanni Asyifa P17331112412
Firli Nur Ayunita P17331112414
Futri Febriany P17331112416
Hanna Fauziah P17331112418
Imanisa Fadilla P17331112423
Nanda Zakkiyah M P17331112427
Nurul Dwi Rahmawati P17331112429
Selma La Fadla A. M. P17331112439
Sophia Pujiarti P17331112442
Yora Aghitya Khamel P17331112445

JURUSAN GIZI BANDUNG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG

2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul ‘Menu dan Kebutuhan Bahan Makanan untuk Lansia” dengan
tepat waktu. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dari dosen mata
kuliah Manajemen Gizi dalam Penanggulangan Bencana.
Dalam penyusunan makalah ini penulis mendapat banyak
hambatan, akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak, hambatan
dapat diatasi. Tak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga
bantuannya mandapat balasan yang setimpal.
Penulis mengakui bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
karena pengalaman yang dimiliki sangat kurang. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan para pembaca dapat memberikan masukan-masukan
yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Cimahi , Desember 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
Tujuan............................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................3
POKOK BAHASAN...............................................................................................................3
2.1 Manajemen Gizi Penanggulangan Bencana Pada Fase I...........................................3
2.1.1 Siklus Makan 3 Hari Fase I untuk Lansia................................................................4
2.1.3 Kebutuhan Bahan Makanan Fase I untuk Lansia...................................................5
2.2 Manajemen Gizi Penanggulangan Bencana Pada Fase II..........................................5
2.2.1 Standar Makanan Sehari Fase II untuk Lansia.......................................................6
2.2.2 Siklus Makan 5 hari Fase II untuk Lansia................................................................7
2.2.3 Kebutuhan Bahan Makanan Fase II untuk Lansia..................................................7
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Bencana merupakan kejadian luar biasa yang terjadi diluar kendali


manusia. Tanpa diketahui waktu terjadinya dan seberapa besar
dampak kerugian yang akan ditimbulkan. Dampak bencana dapat
berupa rusaknya lingkungan dan menyebabkan kematian masal.
Besarnya dampak tersebut membuat pentingannya perhatian seluruh
masyarakat untuk kesiapsiap-siagaan dalam menghadapi bencana
(Sinaga, 2015)
Tanah longsor adalah salah satu bencana alam yang telah
memberikan banyak dampak sosial dan ekonomi pada masyarakat
seperti rusaknya sarana umum, transportasi dan telekomunikasi
bahkan tidak sedikit menelan banyak korban jiwa oleh karena itu,
dibutuhkan suatu langkah mitigasi bencana supaya dampak dari
adanya bencana longsor dapat di minimalisir. Seperti halnya bencana
geologi lain, tanah longsor sangat sulit untuk diprediksi dan bisa kapan
saja terjadi namun tanah longsor ditimbulkan bukan hanya karena
gejala geologi tapi ada ulah campur tangan manusia juga menjadi
salah satu pemicu adanya longsoran tanah. Beberapa faktor geologi
yang dapat menimbulkan longsoran tanah diantaranya: hujan, tanah
yang kurang padat atau kuat, lereng yang terjal, getaran dan
tersebarnya zona jenuh air di bawah permukaan.
Dengan kondisi darurat, tenaga kesehatan diperlukan untuk
menanggulangi dampak dari bencana alam ini ahli gizi merupakan
salah satu bagian dari tenaga kesehatan yang memiliki peran penting
dalam setiap tahapan bencana, terutama di bidang gizi. Kebutuhan
layanan kesehatan dan pangan jelas akan meninggkat pada daerah
pasca bencana. Untuk itu manajemen penanggulangan terkhusus
untuk pemenuhan status gizi penyintas bencana, perlu menjadi
perhatian semua pihak. Khususnya kebutuhan nutrisi bayi, balita,

1
2

anak-anak, ibu hamil serta lansia yang rentan terserang penyakit


pasca bencana terjadi (Tumenggung, 2018)
Lansia adalah salah satu kelompok rentan yang berusia lanjut.
Lansia dinyatakan sebagai kelompok rentan karena memiliki
keterbatasan fisik karena usia yang sudah lanjut yang mengakibatkan
ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhannya. Karena memiliki
usia yang sudah lanjut, lansia mudah sekali terjangkit penyakit-
penyakit yang dapat mempengaruhi aktivitas kesehariannya. Oleh
karena itu, Penanggulangan gizi pasca bencana sangatlah penting
untuk menjadi perhatian semua pihak yang bersangkutan.
Penanggulangan gizi pasca bencana diharapkan mampu
meningkatkan dan menjaga status gizi para penyintas bencana agar
tidak terjadi masalah-masalah kesehatan lainnya yang tidak
diinginkan.

1.2 Tujuan

Untuk mengetahui menu makanan dan kebutuhan bahan makanan


pada fase I dan fase II untuk lansia sebagai pemenuhan kebutuhan
gizi.
BAB II

POKOK BAHASAN
2.1 Manajemen Gizi Penanggulangan Bencana Pada Fase I

Fase I Tanggap Darurat Awal antara lain ditandai dengan kondisi


sebagai berikut: korban bencana bisa dalam pengungsian atau belum
dalam pengungsian, petugas belum sempat mengidentifikasi korban
secara lengkap, bantuan pangan sudah mulai berdatangan dan adanya
penyelenggaraan dapur umum jika diperlukan. Lamanya fase 1 ini
tergantung dari situasi dan kondisi setempat di daerah bencana yaitu
maksimal sampai 3 hari setelah bencana. Pada fase ini kegiatan yang
dilakukan adalah:

a. Memberikan makanan yang bertujuan agar pengungsi tidak lapar


dan dapat mempertahankan status gizinya
b. Mengawasi pendistribusian bantuan bahan makanan
c. Menganalisis hasil Rapid Health Assessment (RHA)

Pada fase I, penyelenggaraan makanan bagi korban bencana


mempertimbangkan hasil analisis RHA dan standar ransum. Rasum
adalah bantuan bahan makanan yang memastikan korban bencana
mendapatkan asupan energi, protein dan lemak untuk mempertahankan
kehidupan dan beraktivitas. Ransum dibedakan dalam bentuk kering (dry
ration) dan basah (wet ration). Dalam perhitungan ransum basah
diprioritaskan penggunaan garam beriodium dan minyak goreng yang
difortifikasi dengan vitamin A.

Kegiatan yang dilakukan pada fase I akan dievaluasi untuk melihat


pencapaian pelaksanaan kegiatan dengan cara memantau hasil yang
telah dicapai yang terkat penanganan gizi dalam situasi bencana.
Kegiatan evaluasi dilaksanakan oleh pengelola kegiatan gizi bersama tim
yang dikoordinasi oleh PPKK Kementerian Kesehatan dengan
menggunakan instrument yang telah disiapkan. Berikut eveluasi kegiatan
yang dilakukan pada fase tanggap darurat:

3
a. Tersedianya data sasaran hail RHA
b. Tersedianya standar ransum di daerah bencana
c. Tersedianya daftar menu makanan di daerah bencana
d. Terlaksananya pengumpulan data antropometri balita (BB/U,
BB/TB, dan TB/U)
e. Terlaksananya pengumpulan data antropometri ibu hamil dan
menyusui (LILA)
f. Terlaksananya koneling menyusui
g. Terlaksananya konseling MP_ASI
h. Tersedianya makanan tambahan atau MP-ASI didaerah bencana
i. Tersedianya kapsul vitamin A di daerah bencana
j. Terlaksanya pemantauan bantuan pangan dan susu formula

2.1.1 Siklus Makan 3 Hari Fase I untuk Lansia

Kebutuhan/ orang/
Bahan makanan URT
hari
Biskuit 200 320-24 bh
Mie instan 350 3 gls (4bks)
Sereal (instan) 100 10 sdm (4 sachet)
kornet 25 1 sachet
Susu sapi 250 1 gelas/ 1 kotak
uk.250ml
Energi (kkal) 2092,8
Protein (gr) 56,0
Lemak (gr) 50,6

4
2.1.3 Kebutuhan Bahan Makanan Fase I untuk Lansia

Kebutuhan makanan untuk 75 orang selama 5 hari

Jumlah Tambaha Jumlah Total


Bahan Kebutuhan/orang/har
Kebutuha n 10% Kebutuhan
Makanan i
n (kg) (kg) (kg)
Biskuit 200 gram 75 7,5 82,5
Mie
Instan 350 gram 131,25 13,125 144,375
Sereal
(Instan) 100 gram 37,5 3,75 41,25
Kornet 25 gram 9,4 0,94 10,34
Susu
Sapi 250 ml 93,75 9 103,125

2.2 Manajemen Gizi Penanggulangan Bencana Pada Fase II

1. Menghitung kebutuhan gizi Berdasarkan analisis hasil Rapid Health


Assessment (RHA) diketahui jumlah pengungsi berdasarkan
kelompok umur, selanjutnya dapat dihitung ransum pengungsi
dengan memperhitungkan setiap orang pengungsi membutuhkan
2.100 kkal, 5.0 g protein dan 40 g lemak, serta menyusun menu yang
didasarkan pada jenis bahan makanan yang tersedia.
2. Pengelolaan penyelenggaraan makanan di dapur umum yang
meliputi:
a. Tempat pengolahan Sumber bahan makanan
b. Petugas pelaksana
c. Penyimpanan bahan makanan basah
d. Penyimpanan bahan makanan kering
e. Cara mengolah
f. Cara distribusi
g. Peralatan makan dan pengolahan
h. Tempat pembuangan sampah sementara
i. Pengawasan penyelenggaraan makanan
j. Mendistribusikan makanan siap saji

5
k. Pengawasan bantuan bahan makanan untuk melindungi korban
bencana dari dampak buruk akibat bantuan tersebut seperti diare,
infeksi, keracunan dan lain-lain, yang meliputi :
 Tempat penyimpanan bantuan bahan makanan harus dipisah
antara bahan makanan umum dan bahan makanan khusus untuk
bayi dan anak
 Jenis-jenis bahan makanan yang diwaspadai termasuk
makanan dalam kemasan, susu formula dan makanan suplemen
 Untuk bantuan bahan makanan produk dalam negeri harus
diteliti nomor registrasi (MD), tanggal kadaluarsa, sertifikasi halal,
aturan cara penyiapan dan target konsumen
 Untuk bantuan bahan makanan produk luar negeri harus diteliti
nomor registrasi (ML), bahasa, tanggal kadaluarsa, aturan cara
penyiapan dan target consume Jika terdapat bantuan makanan
yang tidak memenuhi syarat-syarat tersebut di atas, petugas
harus segera melaporkan kepada Koordinator Pelaksana.

2.2.1 Standar Makanan Sehari Fase II untuk Lansia

Penuka Lema
Bahan Pangan Energi KH Protein
r k
Makanan Pokok 5 875 200 0 20
Pangan Hewani Lemak
3 225 0 15 21
Sedang
Pangan Nabati 3 225 21 9 15
Sayuran B 4 100 20 0 4
Buah 4 200 48 0 0
Minyak 4 200 0 20 0
Gula 4 200 48 0 0
2025 33 44 60
Jumlah
7
2228 37 48 66
Range + 10%
1
1823 30 40 54
Range – 10%
3

6
2.2.2 Siklus Makan 5 hari Fase II untuk Lansia

Bahan Siklus menu 5 hari


Makanan Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5
Makanan
Beras Beras Beras Beras Beras
pokok
Ayam Hati Ayam Telur
Hewani Telur Semur Abon Sapi
Goreng Kecap Ceplok
Tahu Tahu Tempe
Nabati Tempe Pepes Tahu
Goreng Goreng Bacem
Tumis
Sayur Kacang Tumis
Sayuran Capcay Sayur Sop
Lodeh Panjang Kangkung
Toge
Buah Jeruk Salak Pepaya Semangka Melon
Gula Gula Gula Gula Gula Gula
Lemak
Minyak Santan Minyak Minyak Minyak
Jenuh
Tepung Tepung Tepung Tepung Tepung
Snack 1
Beras Beras Beras Beras Beras
Snack 2 Biskuit Biskuit Biskuit Biskuit Biskuit

2.2.3 Kebutuhan Bahan Makanan Fase II untuk Lansia

Kebutuha Kebutuhan 75 Orang


Tambah Jumlah
n/ Lansia (kg)
Bahan Makanan an 10% Kebutuh
orang/har
Per Hari Jml Tota (kg) an (kg)
i (gr)
(kg) Hari l
Makanan Pokok            
Beras 150 11,3 5 56,3 5,6 61,9
18,7
Tepung Beras 50 3,75 5 5 1,8 20,4
Biskuit 40 3 5 15 1,5 16,5
Hewani            
Ayam 165 12,4 1 12,4 1,2 13,6
Telur 165 12,4 2 24,8 2,5 27,2
Hati Ayam 90 6,8 1 6,8 0,7 7,4
Abon Sapi 45 3,4 1 3,4 0,3 3,7
Nabati            
Tahu 330 24,8 3 74,3 7,4 81,7
Tempe 150 11,3 2 22,5 2,3 24,8
Sayuran            
Capcay 400 30 1 30 3 33

7
(wortel+brokoli)
Sop (wortel+buncis) 400 30 1 30 3 33
Lodeh (labu
400 30 1 30 3 33
siam+k.panjang)
Tumis
k.panjang+toge 400 30 1 30 3 33
Kangkung 400 30 1 30 3 33
Buah            
Jeruk 440 33 1 33 3,3 36,3
Salak 260 19,5 1 19,5 2,0 21,5
Pepaya 440 33 1 33 3,3 36,3
Semangka 720 54 1 54 5,4 59,4
Melon 760 57 1 57 5,7 62,7
Gula 52 3,9 5 19,5 1,9 21,4
Minyak dan Lemak            
Minyak 20 1,5 4 6 0,6 6,6
Santan 120 9 1 9 0,9 9,9

8
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Kesehatan RI, 2012. Pedoman Kegiatan Gizi Dalam
Penanggulangan Bencana. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI 2010

Batalipu, N. R., Sudirman, S., & Yani, A. (2019). Manajemen


Penanggulangan Gizi Pasca Bencana, 1–4.
https://doi.org/10.31227/osf.io/cb7q6

Effendi, L., Darwis, R. S., & Apsari, N. C. (2020). Potret Mantan Penderita
Skizofrenia Ditinjau Dari Strength Perspective. Share : Social Work
Journal, 10(1), 51. https://doi.org/10.24198/share.v10i1.26896

Potensi, A., Tanah, L., Zona, A., Air, J., Metode, M., Resistivitas, G., …
Sukabumi, K. (2015). Encun Yuliana, 2015 ANALISIS POTENSI
LONGSORAN TANAH AKIBAT ZONA JENUH AIR MENGGUNAKAN
METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS DI DAERAH PELABUHAN
RATU KABUPATEN SUKABUMI Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu, 1–4.

iii

Anda mungkin juga menyukai