Anda di halaman 1dari 32

Konsep Dasar

GIZI BENCANA
Dini Junita, S.Gz, M.Si

Semester IV
DIV Gizi Poltekkes Kemenkes Aceh
Sub Bahasan

01 Definisi Bencana

02 Ruang lingkup kegiatan Gizi


dalam bencana
Definisi Bencana (WHO 2009)
Suatu gangguan serius terhadap keberfungsian masyarakat, sehingga
menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari segi
materi, ekonomi atau lingkungan yang melampaui kemampuan
masyarakat yang bersangkutan untuk mengatasi nya dengan
menggunakan sumberdaya mereka sendiri.

Bencana alam
Bencana non-alam Bencana sosial
Definisi Bencana (UU No. 24 tahun 2007)

peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu


kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau non-alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda dan dampak psikologis

Bencana alam
Bencana non-alam Bencana sosial
01 Bencana Alam

Bencana yang diakibatkan


oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh perubahan
fenomena alam antara lain
berupa gempa bumi,
tsunami, gunung meletus,
banjir, kekeringan, angin
topan, dan tanah longsor.
02 Bencana non-alam

peristiwa atau rangkaian peristiwa non-


alam yang antara lain berupa gagal
teknologi, gagal modernisasi, epidemi,
dan wabah penyakit. Bencana non-
alam termasuk terorisme biologi dan
biokimia, tumpahan bahan kimia,
radiasi nuklir, kebakaran, ledakan,
kecelakaan transportasi, penyakit
pandemi.
03 Bencana sosial

peristiwa atau rangkaian peristiwa yang


diakibatkan oleh manusia yang meliputi
konflik sosial antar kelompok atau antar
komunitas masyarakat. Misalnya,
kerusuhan, perang, gerakan separatis.
Siklus Bencana
Dampak Bencana
MASALAH GIZI PASCA BENCANA

 Kurang gizi pada bayi dan balita,


 Bayi tidak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI)
 Bantuan makanan terlambat, tidak
berkesinambungan
 terbatasnya ketersediaan pangan lokal
 Bantuan pangan mendekati kadaluarsa, label
tidak ada halal, bahasa asing
 Kurang pengetahuan mengolah pangan lokal
untuk bayi dan balita
PERAN AHLI GIZI
DALAM PENANGANAN
BENCANA
Penanganan Gizi Bencana

Upaya penanganan gizi dalam situasi bencana


merupakan rangkaian kegiatan yang dimulai sejak
sebelum terjadinya bencana (pra bencana), pada
situasi bencana yang meliputi tahap tanggap
darurat awal, tahap tanggap darurat lanjut dan
pasca bencana.
Kegiatan Gizi Bencana
a. Penghitungan kebutuhan ransum;
b. Penyusunan menu 2.100 kkal, 50 g protein dan 40 g lemak;
c. Penyusunan menu untuk kelompok rentan;
d. Pendampingan penyelenggaraan makanan sejak dari persiapan
sampai pendistribusian;
e. Pengawasan logistik bantuan bahan makanan, termasuk bantuan
susu formula bayi;
f. Pelaksanaan surveilans gizi untuk memantau keadaan gizi pengungsi
khususnya balita dan ibu hamil;
g. Pelaksanaan tindak lanjut atau respon sesuai hasil surveilans gizi;
h. Pelaksanaan konseling gizi khususnya konseling menyusui dan
konseling MP-ASI;
i. Suplementasi zat gizi mikro (kapsul vitamin A untuk balita dan tablet
besi untuk ibu hamil);
Ransum Makanan
Ransum adalah bantuan bahan makanan yang
memastikan korban bencana mendapatkan asupan
energi, protein dan lemak untuk mempertahankan
kehidupan dan beraktivitas. Ransum dibedakan dalam
bentuk kering (dry ration) dan basah (wet ration).
Dalam perhitungan ransum basah diprioritaskan
penggunaan garam beriodium danminyak goreng yang
difortifikasi dengan vitamin A.
Tahapan Kegiatan Gizi Bencana

A. Pra Bencana
sosialisasi dan pelatihan petugas seperti manajemen
gizi bencana, penyusunan rencana kontinensi kegiatan
gizi, konseling menyusui, konseling Makanan
Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI), pengumpulan data
awal daerah rentan bencana, penyediaan bufferstock
MP-ASI, pembinaan teknis dan pendampingan kepada
petugas terkait dengan manajemen gizi bencana
Tahapan Kegiatan Gizi Bencana

B. Keadaan Darurat Bencana


1. Siaga darurat : sesuai dg situasi dan kondisi yang ada
dapat dilaksanakan kegiatan gizi seperti pada tanggap
darurat (1-3 hari)
2. Tanggap Darurat ; bantuan pangan sudah mulai
berdatangan dan adanya penyelenggaraan dapur
umum jika diperlukan,
Fase I Tanggap Darurat Awal, Kegiatan: Memberikan
makanan yang bertujuan agar pengungsi tidak lapar
dan dapat mempertahankan status gizinya,
Mengawasi pendistribusian bantuan bahan makanan,
Menganalisis hasil Rapid Health Assessment (RHA)
Standar Ransum
Standar Ransum
Fase II Tanggap Darurat Awal, kegiatan:
a) Menghitung kebutuhan gizi , Berdasarkan analisis hasil Rapid Health
Assessment (RHA) diketahui jumlah pengungsi berdasarkan kelompok umur,
selanjutnya dapat dihitung ransum pengungsi dengan memperhitungkan setiap orang
pengungsi membutuhkan 2.100 kkal, 50 g protein dan 40 g lemak, serta menyusun
menu yang didasarkan pada jenis bahan makanan yang tersedia.
b) Pengelolaan penyelenggaraan makanan di dapur umum yang meliputi:
• Tempat pengolahan
• Sumber bahan makanan
• Petugas pelaksana
• Penyimpanan bahan makanan basah
• Penyimpanan bahan makanan kering
• Cara mengolah
• Cara distribusi
• Peralatan makan dan pengolahan
• Tempat pembuangan sampah sementara
• Pengawasan penyelenggaraan makanan
• Mendistribusikan makanan siap saji
• Pengawasan bantuan bahan makanan untuk melindungi korban bencana dari
dampak buruk akibat bantuan tersebut seperti diare, infeksi, keracunan dll
Tanggap Darurat Lanjut
Pada tahap ini sudah ada informasi lebih rinci tentang
keadaan pengungsi, seperti jumlah menurut golongan
umur dan jenis kelamin, keadaan lingkungan, keadaan
penyakit, dan sebagainya. Kegiatan penanganan gizi
pada tahap ini meliputi:
1) Analisis faktor penyulit berdasarkan hasil Rapid Health
Assessment (RHA).
2) Pengumpulan data antropometri balita (berat badan,
panjang badan/tinggi badan), ibu hamil dan ibu
menyusui (Lingkar Lengan Atas).
3) Menghitung proporsi status gizi balita kurus (BB/TB <-
2SD) dan jumlah ibu hamil dengan risiko KEK (LILA
<23,5 cm).
4) Menganalisis adanya faktor penyulit seperti kejadian
diare,campak, demam berdarah dan lain-lain.
Transisi Darurat
Transisi darurat adalah suatu keadaan
sebelum dilakukan rehabilitasi dan
rekonstruksi. Kegiatan penanganan gizi
pada situasi transisi darurat disesusaikan
dengan situasi dan kondisi yang ada, dapat
dilaksanakan kegiatan gizi seperti pada
tanggap darurat
Pasca Bencana
Kegiatan penanganan gizi pasca bencana pada dasarnya adalah
melaksanakan pemantauan dan evaluasi sebagai bagian dari
surveilans, untuk mengetahui kebutuhan yang diperlukan (need
assessment) dan melaksanakan kegiatan pembinaan gizi
sebagai tindak lanjut atau respon dari informasi yang diperoleh
secara terintegrasi dengan kegiatan pelayanan kesehatan
masyarakat (public health response) untuk meningkatkan dan
mempertahankan status gizi dan kesehatan korban bencana.
Penanganan
kelompok rentan
1. Penanganan bayi (0-23 bulan)
Pemantauan &
Evaluasi
Pemantauan dan evaluasi kegiatan penanganan
gizi pada situasi bencana merupakan kegiatan yang
dilakukan mulai tahap pra bencana, tanggap darurat
dan pasca bencana secara terus menerus dan
berkesinambungan. Kegiatan ini dilakukan dengan
mengevaluasi pencapaian pelaksanaan kegiatan
dengan cara memantau hasil yang telah dicapai yang
terkait penanganan gizi dalam situasi bencana yang
meliputi input, proses dan output.
Diskusi Mandiri

Bagaimana Peran Ahli


Gizi dalam Bencana?
Berdasarkan penjelasan kegiatan gizi dalam
bencana, coba diskusikan bersama
kelompok apa saja peran Ahli Gizi dalam
Situasi Bencana pada aspek
1. Manajerial/perencana gizi
2. Pelaksana pelayanan gizi
3. Pendidikan gizi dan kesehatan
4. Pengumpulan data gizi/ surveilans
Thank`s
dinijunitapoltekkesaceh@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai