Anda di halaman 1dari 30

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Otonomi khusus di Papua sejak tahun 2001, dalam bidang kesehatan
memberikan tantangan yang besar terutama dalam peningkatan sumber daya manusia
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Papua memiliki kebutuhan yang
mendesak untuk meningkatkan kapasitasnya dalam mengentaskan masalah kesehatan.
Salah satu masalah terpenting yaitu dibutuhkannya tenaga kesehatan yang handal dan
profesional dalam memahami konsep gizi masyarakat dan mampu menerapkannya
dalam praktek dunia kerja.
Tantangan kebutuhan tenaga kesehatan di Provinsi papua, banyak lembaga
pendidikan yang telah memberikan kontribusi dalam mencetak tenaga kesehatan.
Salah satu diantaranya adalah Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Cenderawasih yang terbentuk pada tahun 2005 dimana lulusannya telah tersebar di
seluruh Provinsi Papua dan Papua Barat.
Magang adalah salah satu mata kuliah mahasiswa yang dilaksanakan di luar
lingkungan kampus untuk mendapatkan pengalaman kerja praktis yang sesuai dengan
bidang peminatannya melalui metode observasi dan partisipasi. Kegiatan magang
dilaksanakan sesuai dengan formasi struktural dan fungsional pada instansi tempat
Magang baik pada lembaga pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM) maupun
perusahaan swasta atau lembaga lain yang relevan.
Kurikulum program Magang bagi mahasiswa FKM adalah memberi bekal
pengalaman dan keterampilan kerja praktis, penyesuaian sikap di dunia kerja sebelum
mahasiswa dilepas di dunia kerja dan sebelum mahasiswa dilepas untuk bekerja
sendiri. Fakultas Kesehatan Masyarakat melaksanakan program magang
mengharapkan para lulusan mempunyai kemampuan yang bersikap akademik dan
profesional.
Program magang ini dirancang untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa,
sehingga dengan bekal yang sudah diperoleh mahasiswa Fakultas Kesehatan
Masyarakat diharapkan juga menguasai teori dan dapat menerapkan pengetahuan dan
keterampilannya untuk kegiatan yang bersifat produktif dan mengabdi kepada
masyarakat, bangsa dan negara.

Laporan Magang FKM-UNCEN Tahun 2018 1


B. Tujuan dan Kompetensi Magang
a. Tujuan
Memperoleh pengalaman, keterampilan, penyesuaian sikap dan penghayatan
pengetahuan di dunia kerja dalam rangka memperkaya pengetahuan dan keterampilan
di bidang ilmu kesehatan masyarakat khususnya Gizi Masyarakat, serta melatih
kemampuan bekerja sama dengan baik dalam satu tim, sehingga diperoleh manfaat
bersama baik bagi peserta magang maupun instansi tempat magang.
b. Kompetensi Magang
1. Mengetahui dan memahami sistem pelaporan PWS Gizi.
2. Mampu mempraktekkan penerapan grafik pertumbuhan dan perkembangan
standar WHO.
3. Melakukan penilaian terhadap tumbuh kembang anak.
4. Mengetahui teknik penjaringan kasus gizi kurang dan gizi buruk.
5. Mengetahui dan memahami pelaksanaan program Wanita Usia Subur.
6. Mengetahui dan memahami pelaksanaan program gizi bagi ibu hamil.
7. Mengetahui dan memahami pelaksanaan program gizi bagi ibu menyusui.
8. Mengetahui dan memahami pelaksanaan program gizi bagi bayi dan balita.
9. Mengetahui dan memahami pelaksanaan program gizi bagi lansia.

C. Manfaat Magang
a. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat memperoleh pelajaran praktis serta membandingkan ilmu
yang diperoleh dari bangku perkuliahan dengan dunia kerja yang sesungguhnya.
Mempersiapkan diri dalam menghadapi kompetisi dunia kerja.
b. Bagi Perguruan Tinggi
Perguruan tinggi dalam hal ini Fakultas Kesehatan Masyrakat dapat
menambah khasanah dunia kerja serta ilmu baru melalui informasi yang diperoleh
dilokasi Magang, sehingga dapat menyesuaikan kompetensi perkuliahan sesuai
dengan tuntunan dunia kerja yang pada akhirnya akan mengasilkan lulusan yang
lebih kompetitif.
c. Bagi Tempat Magang
Puskesmas memperoleh tambahan tenaga magang yang memiliki Idealisme
dan penuh dengan ilmu-ilmu segar yang belum lama dipelajari dari bangku
perkuliahan.

Laporan Magang FKM-UNCEN Tahun 2018 2


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Antropometri Gizi
Antropometri adalah ilmu yang mempelajari berbagai ukuran tubuh manusia.
Dalam bidang ilmu gizi digunakan untuk menilai status gizi. Ukuran yang sering
digunakan adalah berat badan dan tinggi badan. Selain itu juga ukuran tubuh
lainnya seperti lingkar lengan atas, lapisan lemak bawah kulit, tinggi lutut,
lingkaran perut, lingkaran pinggul. Ukuran-ukuran antropometri tersebut bisa
berdiri sendiri untuk menentukan status gizi di banding baku atau berupa indeks
dengan membandingkan ukuran lainnya seperti BB/U, BB/TB, TB/U
(Sandjaja,dkk, 2010).
Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari
berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi. Gangguan ini
biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti
lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.

1. Antropometri pada bayi dan balita


Antropometri pada bayi dan balita digunakan parameter tinggi badan/
panjang badan, berat badan, dan umur. Parameter tersebut yang digunakan
untuk menentukan status gizi bayi dan balita. Adapun parameter tersebut
adalah sebagai berikut :
a. Umur
Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi.
Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status
gizi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan
yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan
penentuan umur yang tepat.
b. Berat badan
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting
dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonates). Berat
badan digunakan untuk mendiagnosa bayi normal atau BBLR.
Dikatakan BBLR apabila berat bayi lahir di bawah 2500 gram atau
dibawah 2,5kg. Pada masa bayi-balita, berat badan dapat

Laporan Magang FKM-UNCEN Tahun 2018 3


dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status
gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi, asites,
edema dan tumor. Disamping itu pula berat badan dapat
dipergunakan sebagai dasar perhitungan dosis obat dan makanan.
c. Tinggi badan
Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan
yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui
dengan tepat. Disamping itu tinggi badan merupakan ukuran kedua
yang penting, karena dengan menghubungkan berat badan terhadap
tinggi badan (Quac stick), factor umur dapat dikesampingkan.
Pengukuran tinggi badan untuk anak balita yang sudah dapat
berdiri dilakukan dengan alat pengukur tinggi ‘’mikrotoa’’
(microtoise) yang mempunyai ketelitian 0,1 cm.

Table Penilaian Status Gizi berdasarkan indeks BB/U, TB/U, BB/TB Standart Baku
Antropometri WHO-NCHS
No. Indeks Batal pengelompokan Status gizi
1. BB/UU < -3 SD Gizi buruk
-3 s/d < -2 SD Gizi kurang
-2 s/d +2 SD Gizi baik
> +2 SD Gizi lebih

2. TB/UU < -3 SD Sangat pendek


-3 s/d < -2 SD Pendek
-2 s/d +2 SD Normal
> +2 SD Tinggi

3. BB/TB < -3 SD Sangat kurus


-3 s/d < -2 SD Kurus
-2 s/d +2 SD Normal
> +2 SD Gemuk
Sumber : Depkes RI, (2004)

Laporan Magang FKM-UNCEN Tahun 2018 4


2. Antropometri pada ibu hamil
Antropometri pada ibu hamil digunakan parameter tinggi badan, berat
badan, dan mengukur Lingkar Lengan Atas (LILA). Tiga parameter
tersebut yang biasa digunakan untuk menentukan status gizi pada ibu
hamil di Puskesmas Abepura.
Menurut Depkes RI (1994) pengukuran LILA pada kelompok
wanita usia subur (WUS) adalah salah satu deteksi dini yang mudah dan
dapat dilaksanakan oleh masyarakat pada umumnya, untuk mengetahui
kelompok berisiko Kekurangan Energi Kronik (KEK). Wanita usia subur
adalah wanita usia 15-45 tahun.
Pengukuran LILA digunakan karena pengukurannya sangat mudah
dan dapat dilakukan oleh siapa saja.
Beberapa tujuan pengukuran LILA adalah mencakup masalah WUS
dan ibu hamil, masyarakat umum dan peran petugas lintas sektoral.
Adapun tujuan tersebut adalah:
a. Mengetahui risiko KEK WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu,
untuk menapis wanita yang mempunyai risiko melahirkan berat
bayi lahir rendah (BBLR).
b. Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih
berperan dalam pencegahan dan penanggulangan KEK.
c. Mengembangkan gagasan baru dikalangan masyarakat dengan
tujuan meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak.
d. Meningkatkan peran petugas lintas sektoral dalam upaya perbaikan
gizi WUS yang menderita KEK.
e. Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS
yang menderita KEK.

Ambang batas LILA WUS dengan risiko KEK di Indonesia adalah


23,5 cm, apabila ukuran LILA kurang 23,5 cm atau dibagian merah pita
LILA, artinya wanita tesebut mempunyai risiko KEK, dan diperkirakan
akan melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR), BBLR mempunyai risiko
kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan dan gangguan
perkembangan anak.

Laporan Magang FKM-UNCEN Tahun 2018 5


Hasil pengukuran LILA ada dua kemungkinan yaitu kurang dari
23,5 cm dan diatas atau sama dengan 23,5 cm. apabila hasil pengukuran <
23,5 cm berarti risiko KEK dan jika > 23,5 cm berarti tidak berisiko KEK.

B. Posyandu

Posyandu adalah suatu wadah komunikasi ahli teknologi dalam pelayanan


kesehatan masyarakat dari Keluarga Berencana dari masyarakat, oleh masyarakat
dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari
petugas kesehatan dan keluarga berencana yang mempunyai nilai strategis untuk
pengembangan sumber daya manusia sejak dini (Sembiring, 2004).

Menurut Zulkifli 2003, dalam posyandu dan Kader kesehatan menjelaskan


tiga definisi posyandu yaitu secara sederhana dapat diartikan sebagai pusat
kegiatan masyarakat dimana pelayanan KB Kesehatan dapat diperoleh sekaligus
oleh masyarakat dari aspek prosesnya, posyandu didefinisikan sebagai wujud
peran serta masyarakat di dalam pembangunan, khususnya didalam bidang
kesehatan dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal dengan
cara menciptakan kemampuan (upaya) untuk hidup sehat bagi setiap penduduk,
serta dipandang dari hirarki sistem upaya pelayanan kesehatan. Posyandu adalah
wadah yang menghubungkan ahli teknologi dan ahli kelola dalam hal upaya-
upaya kesehatan yang profesional yang ditujukan kepada masyarakat sebagai
upaya untuk menciptakan kemampua masyarakat agar bisa hidup sehat.

Sasaran posyandu menurut Departemen Kesehatan RI (2006) adalah bayi


berusia kurang dari 1 tahun, balita usia 1 sampai 5 tahun, ibu hamil, ibu menyusui,
ibu nifas, pasangan usia subur (PUS) dan wanita usia subur (WUS).

C. Pemberian Vitamin A

Bulan Februari dan Agustus dikenal sebagai bulan Vitamin A, dimana


seluruh anak yang berusia 6 bulan sampai 59 bulan akan mendapatkan vitamin A
gratis di Posyandu atau Puskesmas. Menurut data WHO, diperkirakan terdapat
250 juta anak pra-sekolah di seluruh dunia mengalami kekurangan vitamin A.
Setiap tahun terdapat sekitar 250.000 – 500.000 anak mengalami kebutaan dan
separuh anak ini kemudian meninggal dalam jangka waktu 12 bulan akibat

Laporan Magang FKM-UNCEN Tahun 2018 6


kekurangan vitamin A. Di Indonesia program suplementasi vitamin A aktif
dikampanyekan sejak tahun 1970-an dan masih terus digalakkan hingga saat ini.

Vitamin A adalah salah satu vitamin yang larut dalam lemak, di dalam
tubuh disimpan di hati. Vitamin A berfungsi dalam proses pembentukan dan
pertumbuhan sel darah merah, sel limfosit dan antibodi, sehingga berperan dalam
sistem kekebalan tubuh. Vitamin A juga bermanfaat bagi kesehatan mata dan
kulit, menjaga kesehatan mukosa saluran pernafasan, berperan dalam proses
perkembangan embrio dan reproduksi. Vitamin A juga merupakan antioksidan
kuat yang dapat menangkal radikal bebas berbahaya bagi tubuh.

Suplementasi secara berkala vitamin A dosis tinggi diberikan untuk


memenuhi kebutuhan terhadap vitamin A, mencegah defisiensi vitamin A, dan
untuk membangun cadangan vitamin A dalam hati. Pemberian 200.000 IU (dosis
tinggi) kepada anak usia 6-59 bulan akan memberikan pengaruh pencegahan
selama 3 hingga 6 bulan atau bergantung pada ketergantungan vitamin A dalam
bahan pangan dan kecepatan dalam menggunakan vitamin tersebut. Selain itu
pemberian vitamin A pada anak memberikan berbagai manfaat, diantaranya
mengurangi angka kesakitan, mengurangi angka kematian akibat infeksi campak,
diare, mencegah rabun senja, xeroftalmia, kerusakan kornea dan kebutaan,
meningkatkan kekebalan tubuh terhadap serangan infeksi, serta mencegah anemia.

Bayi yang usianya belum 6 bulan, sumber vitamin A sepenuhnya diperoleh


dari ASI, terutama bila ibunya mendapatkan suplemen vitamin A selama hamil
dan setelah melahirkan. Namun jika pemberian ASInya tidak mecukupi dan
selama hamil atau saat masa nifas, ibu tidak mendapatkan vitamin A, maka bayi
dapat diberikan vitamin A dengan dosis 25.000 IU maksimal pemberian 3 dosis,
hingga bayi berumur 6 bulan dan bisa diberikan vitamin A dosis 100.000 IU
(kapsul biru).

D. Lansia
Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang yang
telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada
manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok
yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process
atau proses penuaan.

Laporan Magang FKM-UNCEN Tahun 2018 7


Dengan bertambahnya usia, khususnya usia di atas 60 tahun, terjadi berbagai
perubahan dalam tubuh yaitu mulai menurunnya fungsi berbagai organ dan
jaringan tubuh, oleh karenanya berbagai permasalahan gizi dan kesehatan lebih
sering muncul pada kelompok usia ini. Perubahan tersebut meliputi antara lain
organ pengindra termasuk fungsi penciuman sehingga dapat menurunkan nafsu
makan; melemahnya sistem organ pencernaan sehingga saluran pencernaan
menjadi lebih sensitif terhadap makanan tertentu dan mengalami sembelit,
gangguan pada gigi sehingga mengganggu fungsi mengunyah, melemahnya kerja
otot jantung, pada wanita memasuki masa menopause dengan berbagai akibatnya,
dan lain-lain. Hal tersebut menyebabkan kelompok usia lanjut lebih rentan
terhadap berbagai penyakit, termasuk terlalu gemuk, terlalu kurus, penyakit
hipertensi, penyakit jantung, diabetes mellitus, osteoporosis, osteoarthritis, dll.
Oleh karena itu kebutuhan zat gizi pada kelompok usia lanjut agak berbeda pada
kelompok dewasa, sehingga minyak, makanan berlemak dan tinggi purin.
Mengonsumsi sayuran dan buah-buahan dalam jumlah yang cukup. Pola konsumsi
berbeda, misalnya membatasi konsumsi gula, garam dan minyak, makanan
berlemak dan tinggi purin. Mengonsumsi sayuran dan buah-buahan dalam jumlah
yang cukup. (Kementerian kesehatan RI 2014).
Penilaian Indeks Masa Tubuh (IMT) Menggunakan Batas Ambang
IMT Kategori

< 17,0 Kurus (Kekurangan berat badan tingkat berat)

17,0-
Kurus (Kekurangan berat badan tingkat ringan)
18,4

18,5-
Normal
25,0

25,1-
Gemuk (Kelebihan berat badan tingkat ringan)
27,0

>27,0 Obes (Kelebihan berat badan tingkat berat)

(Sumber : Depkes, Keluarga Sadar Gizi, 2009)

Laporan Magang FKM-UNCEN Tahun 2018 8


BAB III
METODE KEGIATAN MAGANG

A. Gambaran Umum Puskesmas Abepura


1. Sejarah Puskesmas Abepura
Puskesmas Abepura sudah ada sejak jaman Belanda yang berlokasi di sebelah
RSUD Abepura dengan fasilitas pelayanan yang tersedia cukup memadai seperti
adanya ruang tunggu pasien, ruang kapus, tata usaha, loket, kartu, poli umum, poli
gigi, laboratorium, KIA, imunisasi dan gizi.
Sejak tanggal 1 oktober 1998 pindah tempat pelayanan di depan Kelurahan
Hedam dengan wilayah kerja 3 kampung dan 3 kelurahannya yaitu : Kampung
Enggros, Koya Koso, Nafri dan Kelurahan Hedam, Awiyo, Asano. Mempunyai 6
pustu yaitu Perumnas IV, Awiyo, Asano, Enggros, Nafri dan Koya Koso. Fasilitas
puskesmas yang tersedia sama dengan puskesmas lama dengan adanya penambahan
ruang VCT dan ruang sanitasi.
Pada tanggal 2 oktober 2010 berdiri Puskesmas Abepantai dengan wilayah
kerja 1 Kelurahan Abepantai dan 4 kampung (Enggros, Nafri, Koya Koso, Koya
Karang). Dengan berdirinya Puskesmas Abepantai dan penataan kota (berdirinya
Distrik Heram dan masuknya Kotaraja ke Distrik Abepura) maka wilayah kera
Puskesmas Abepura saat ini meliputi 5 kelurahan mempunyai 3 puskesmas
pembantu (pustu) dan 30 posyandu dan 5 posyandu lansia.

2. Kondisi Geografi

Puskesmas Abepura merupakan salah satu diantara 12 Puskesmas yang ada di


Kabupaten Kota Jayapura, berbatasan dengan wilayah:

Laporan Magang FKM-UNCEN Tahun 2018 9


Sebelah Utara : Wilayah Puskesmas Kotaraja
Sebelah Selatan : Wilayah Distrik Arso Kabupaten Keerom
Sebelah Barat : Wilayah Puskesmas Waena
Sebelah Timur : Wilayah Puskesmas Abepantai
Luas wilayah Distrik Heram ± 159,7 dengan kepadatan penduduk 32 jiwa/km
artinya setiap satu kilo meter di huni oleh 32 jiwa, dengan perbandingan sek rasio
laki-laki 144 di antara 100 penduduk perempuan. Rasio beban tanggungan
penduduk Abepura tahun 2017 adalah 15,7, ini berarti bahwa tiap 100 orang usia
produktif (15-64 tahun) harus menanggung 15,7 orang yang tidak Produktif.

3. Keadaan Demografi

Tabel 1. Penduduk Menurut Usia


NO. GOLONGAN UMUR JUMLAH
1. 0 – 4 tahun 4.993 orang
2. 5-9 tahun 4.942 orang
3. 10-14 tahun 4.524 orang
4. 15-19 tahun 5.097 orang
5. 20-24 tahun 7.677 orang
6. 25-29 tahun 6.043 orang
7. 30-34 tahun 4.730 orang
8 35-39 tahun 3.769 orang
9 40-44 tahun 3.279 orang
10 45-49 tahun 2.348 orang
11 50-54 tahun 1.492 orang
12 55-59 tahun 1.046 orang
13 60-64 tahun 627 orang
14 65+ 701 orang
Total 51.268 orang

Laporan Magang FKM-UNCEN Tahun 2018 10


Tabel 2. Penduduk Menurut Jenis Kelamin
NO. GOLONGAN UMUR JUMLAH
L P
1. 0 – 4 tahun 2.628 2.365
2. 5 – 9 tahun 2.527 2.415
3. 10 – 14 tahun 2.325 2,199
4. 15 – 19 tahun 2.626 2.471
5. 20 – 24 tahun 4.140 3.537
6. 25 – 29 tahun 3.348 2.695
7. 30 – 34 tahun 2.598 2.132
8. 35 – 39 tahun 2.029 1.740
9. 40-44 tahun 1.779 1.500
10 45-49 tahun 1.295 1.053
11 50-54 tahun 807 685
12 55-59 tahun 583 463
13 60-64 tahun 323 304
14 60+ 376 325
Jumlah 27.384 23.884

4. Visi & Misi Puskesmas Abepura


VISI : Mewujudkan Kelurahan/Kampung sehat di Wilayah Puskesmas Abepura
MISI:
• Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan.
• Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.
• Memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan merata dan
terjangkau.
• Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, Keluarga dan Masyarakat
serta Lingkungan.
5. Program Prioritas Puskesmas Abepura
- Promosi Kesehatan.
- Kesehatan Lingkungan dan Klinik Sanitasi.
- P2M (TB, Frambusia, Kusta & Imunisasi).
- KIA & KB.

Laporan Magang FKM-UNCEN Tahun 2018 11


- Perbaikan Gizi.
- Pengobatan Dasar.

1. Kegiatan Dalam Gedung


Kegiatan dalam gedung terdiri dari :
1. Pelayanan pengobatan dasar umum, MTBS dan gigi.
2. Pemeriksaan ibu hamil dan imunisasi, Penimbangan Bayi Balita.
3. Pelayanan KB.
4. Pelayanan pengobatan TB, Kusta dan HIV.
5. Pelayanan laboratorium.
6. Pelayanan Obat-obatan (Apotik).
7. Pelayanan surkes dan pemeriksaaan Haji.
8. Penyuluhan Dalam Gedung.
9. Minilokakarya setiap bulan.
10. Pembuatan laporan PKM.
11. Administrasi.
12. Klinik sanitas.

2. Kegiatan Luar Gedung


Kegiatan luar gedung terdiri dari :
 KIA & GIZI
1. Kegiatan Posyandu Balita.
2 Pendistribusian VIT A (Posyandu dan TK).
3. Penyuluhan di Posyandu.
4. Kunjungan Rumah Bumil Resti.
5.Pemantauan Gizi Buruk.
6. Pemeriksaan Garam Beryodium.
7. Pemantauan Status Gizi TK/PAUD.
8. Pemberian TTD Remaja Putri.
 P2M & Imunisasi
1. Kunjungan rumah pasien putus obat, (kusta, TB, HIV).
2. Survey kontak serumah pada kasus tertentu.
3. Penyuluhan dan pemeriksaan HIV pada beberapa sekolah danasrama di wilayah
kerja.

Laporan Magang FKM-UNCEN Tahun 2018 12


 Kesling & Promkes
1. Survei jentik dan abatesasi.
2. Pendataan dan pemeriksaan TTU dan TPM.
3. Penyuluhan pengolahan sampah ke sekolah-sekolah.
4. Penyuluhan UKGS di sekolah-sekolah.
 Poli umum
1. Pengobatan massal.
2. Lansia.
3. Posbindu.
4. Senam pralansia.

6. Status Kesehatan Puskesmas


Status kesehatan di Wilayah kerja Puskesmas Abepura ini kami lihat dari 10
besar penyakit yang ada di Puskesmas Abepura seperti :
10 Besar Penyakit Puskesmas Abepura bulan November 2017-Januari tahun 2018
NO KODE NAMA PENYAKIT JUMLAH
PENYAKIT KASUS
1 Infeksi akut pada saluran
1302 2,341
pernafasan bagian atas
2 Penyakit lain pada saluran
1302 849
pernafasan bagian atas
3 22 Penyakit lainnya 466
4 Penyakit tekanan darah
12 392
tinggi
5 Penyakit pulpa dan jaringan
1502 389
periapikal
6 0104 Infeksi usus lainnya 360
7 Penyakit pada sistem otot
21 296
dan jaringan pengikat
8 0102 Diare 238
9 Penyakit kulit infeksi 276
10 2002 Penyakit kulit alergi 264

Laporan Magang FKM-UNCEN Tahun 2018 13


7. Fasilitas Umum yang Tersedia
a. Sarana Kesehatan
Puskesmas Abepura terdiri dari Puskesmas Induk dan Puskesmas
Pembantu.Puskesmas Induk terletak di kelurahan Hedam, sedangkan
Puskesmas Pembantu terletak di Perumnas IV (Hedam), Awiyo, dan Asano.

Sarana yang lain yaitu:


 Kasur pemeriksaan : 2 unit
 Kamera CCTV 4 kamera : 1 unit
 Amlifayer : 1 unit
 Quik-chek : 1 unit
 Luxator : 1 unit
 Ampli power jat : 1 unit
 Mix meja shune : 1 unit
 Speaker : 1 unit
 Note book : 2 unit
 Speaker : 2 unit
 Ampli toa : 1 unit
 Mix : 1 unit
 Mix : 1 unit
 Kabel mix : 2 meter
 Kabel soeaker : 30 meter
 DVD : 1 unit
 Jam dinding : 1 unit
 Lumpang : 3 unit
 Speaker : 1 pasang
 Alat nesco multichek : 1 unit
 Timbangan badan dewasa : 30 unit
 Power bank : 1 unit
 Mouse : 2 unit
 Keyboard usb : 1 unit
 Sambungan usb : 1 unit

Laporan Magang FKM-UNCEN Tahun 2018 14


 Flash disk : 2 unit
 Kursi plasti : 20 unit
 Tas ransel : 6 unit
 Cctv 8 ͯ 3 : 1 unit
 Tempat makan set : 20 unit
 Tourniquid : 3 unit

 Sarana Kesehatan Lingkungan


 Perlindungan mata air : 23 buah
 Sumur gali : 8.888 buah
 Sambungan rumah PDAM : 176 buah
 Sarana air limbah : 2.032 buah
 Jamban keluarga : 5.791 buah

Laporan Magang FKM-UNCEN Tahun 2018 15


BAB IV
HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

A. Kegiatan di Dalam Gedung


1. Kegiatan Pelayanan Gizi di Dalam Gedung
a. Penimbangan berat badan bayi dan balita
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan
paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonates). Berat badan
digunakan untuk mendiagnosa bayi normal atau BBLR. Dikatakan BBLR
apabila berat bayi lahir di bawah 2500 gram atau dibawah 2,5kg. Pada
masa bayi-balita, berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju
pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis
seperti dehidrasi, asites, edema dan tumor. Disamping itu pula berat badan
dapat dipergunakan sebagai dasar perhitungan dosis obat dan makanan.
b. Pengukuran LILA (Lingkar Lengan Atas)
Merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena
mudah, murah, dan cepat. LILA memberikan gambaran tentang keadaan
jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit. LILA mencerminkan
cadangan energi, sehingga dapat mencerminkan status KEP (Kekurangan
Energi Protein) pada balita. Ambang batas pengukuran LILA pada bayi
balita 10,5 cm.
c. Pengukuran panjang badan dan tinggi badan
Pengukuran panjang badan dilakukan pada bayi dan balita yang
berusia dibawah 2 tahun. Pengukuran panjang badan ini dimaksudkan
untuk mendapatkan data panjang badan anak yang bias berdiri agar
diketahui status gizi anak tersebut. Untuk mengukur panjang badan bayi
dan balita yang berusia dibawah 2 tahun digunakan alat ukur yang disebut
Length Board atau Infantometer.
Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang
telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat.
Disamping itu tinggi badan merupakan ukuran kedua yang penting, karena
dengan menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan (Quac stick),
factor umur dapat dikesampingkan. Pengukuran tinggi badan untuk anak

Laporan Magang FKM-UNCEN Tahun 2018 16


balita yang sudah dapat berdiri dilakukan dengan alat pengukur tinggi
‘’mikrotoa’’(microtoise) yang mempunyai ketelitian 0,1 cm.

Tabel 4.1
Pengukuran Dalam Gedung Pada Bayi Balita
Tahun 2018 Jumlah yang diukur
Bulan Februari- BB TB PB LILA
Maret 14 orang 13 orang 14 orang 13 orang
(Sumber : Data Puskesmas Abepura, 2018)
Dari tabel diatas, jumlah pengukuran yang dilakukan dalam gedung
dari bulan februari - maret adalah sebanyak 54 orang.

d. Pengisian KMS
1. Isikan bulan lahir anak pada 0 bulan lahir.
2. Tulis semua kolom penimbangan pada kolom sesuai umurnya.
3. Tulis bulan saat penimbangan pada kolom sesuai umurnya.
4. Tulis semua kolom bulan penimbangan berikutnya secara berurutan.
5. Tulis berat badan di bawah kolom bulan saat penimbangan.
6. Letakkan titik berat badan pada titik temu garis tegak (umur) dan garis
datar (berat badan).
7. Hubungkan titik berat badan bulan ini dengan bulan lalu. Jika bulan
sebelumnya anak ditimbang, hubungkan titik berat badan bulan lalu
dengan bulan ini dalam bentuk garis lurus.
8. Jika anak bulan lalu tidak ditimbang, maka garis pertumbuhan tidak
dapat dihubungkan.

e. Pemberian vitamin A
Pemberian vitamin A dilakukan saat posyandu dan di puskesmas.
Pemberian vitamin A di lakukan di puskesmas jika anak tersebut tidak
datang saat posyandu. Pemberian vitamin A dilakukan setahun dua kali
yaitu pada bulan februari dan bulan agustus.
Ada dua kapsul vitamin A yang dapat diberikan pada bayi balita serta
ibu nifas. Kapsul vitamin A biru dengan dosis 100.000 IU diberikan untuk
bayi usia 6-11 bulan, kapsul vitamin A warna merah dengan dosis 200.000

Laporan Magang FKM-UNCEN Tahun 2018 17


IU diberikan untuk anak balita usia 12-60 bulan atau 1-5 tahun, dan
diberikan pada ibu nifas vitamin A merah dengan dosisi tinggi 200.000 IU
diberikan ibu nifas satu kapsul setelah melahirkan dan kapsul kedua
diberikan dengan selang waktu 24 jam pada masa nifas dan tidak lebih dari
42 hari.
Tabel 4.2
Pemberian vitamin A merah dan biru di dalam gedung

Tahun 2018 Jumlah vitamin A


Merah Biru
Bulan februari 699 250

(Sumber : Data Puskesmas Abepura, 2018)


Dari tabel diatas, jumlah Vitamin A Merah yang diberikan sebanyak
699 kapsul dan jumlah Vitamin A Biru yang diberikan sebanyak 250
kapsul. Jumlah yang didapat diambil dari Puskesmas, Pustu Perumnas IV,
Pustu Awiyo, Pustu Asano, BPS.

2. Pengukuran LILA (Lingkar Lengan Atas) pada ibu hamil

Pengukuran LILA adalah suatu cara untuk mengetahui risiko Kekurangan


Energi Protein (KEP) wanita usia subur (WUS). Pengukuran LILA tidak dapat
digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek.
Pengukuran LILA digunakan karena pengukurannya sangat mudah dan dapat
dilakukan oleh orang yang terlatih.

Beberapa tujuan pengukuran LILA adalah mencakup masalah WUS dan


ibu hamil, masyarakat umum dan peran petugas lintas sektoral. Adapun tujuan
tersebut adalah:

a. Mengetahui risiko KEK WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu, untuk
menapis wanita yang mempunyai risiko melahirkan bayi lahir rendah
(BBLR).
b. Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih berperan
dalam pencegahan dan penanggulangan KEK.

Laporan Magang FKM-UNCEN Tahun 2018 18


c. Mengembangkan gagasan baru dikalangan masyarakat dengan tujuan
meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak.
d. Meningkatkan peran petugas lintas sektoral dalam upaya perbaikan gizi
WUS yang menderita KEK.
e. Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS yang
menderita KEK.

Ambang batas LILA WUS dengan risiko KEK di Indonesia adalah


23,5 cm. apabila ukuran LILA kurang 23,5 cm atau dibagian merah pita LILA,
artinya wanita tesebut mempunyai risiko KEK, dan diperkirakan akan
melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR), BBLR mempunyai risiko
kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan dan gangguan perkembangan
anak.

Hasil pengukuran LILA ada dua kemungkinan yaitu kurang dari 23,5
cm dan diatas atau sama dengan 23,5 cm. Apabila hasil pengukuran < 23,5 cm
berarti risiko KEK dan > 23,5 cm berarti tidak berisiko KEK.

Tabel 4.3

Pengukuran Lingkar Lengan Atas Pada WUS dan Ibu Hamil Dalam Gedung

Tahun 2018 <23,5 > 23,5


Bulan Februari - Maret 5 orang 14 orang
(Sumber : Data Puskesmas Abepura, 2018)

Dari tabel diatas, jumlah WUS/Ibu hamil yang diukur lilanya < 23,5
sebanyak 5 orang sehingga beresiko KEK (Kekurangan Energi Kronik) dan
jumlah WUS/Ibu hamil yang diukur lilanya > 23,5 sebanyak 14 orang berarti
tidak beresiko KEK (Kekurangan Energi Kronik).

3. Mengisi register penimbangan bayi dan balita di setiap posyandu


Pengisian register penimbangan bayi dan balita dilakukan untuk mengetahui
berapa banyak jumlah anak yang datang di timbang ke posyandu. Hasil yang di isi
berupa berat badan , tinggi badan serta status gizi bayi dan balita berdasarkan
indikator Berat Badan/Panjang Badan (BB/PB), Berat Badan/Tinggi Badan (
BB/TB), dan Berat Badan/Umur (BB/U).

Laporan Magang FKM-UNCEN Tahun 2018 19


Berdasarkan WHO 2010 jika yang diketahui berat badan dan umur maka hasil
status gizi bayi dan balita tersebut adalah baik, kurang dan lebih.Sedangkan
diketahui berat badan dan panjang badan atau tinggi maka hasil status gizi bayi
dan balita adalah normal,kurus,gemuk, sangat kurus, obesitas.

B. Kegiatan diluar gedung


1. Pemantauan Status Gizi dan pemberian Vitamin A di PAUD/TKdalam
wilayah kerja Puskesmas Abepura.
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untukanak
yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga di
definisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara
kebutuhan dan asupan gizi.
Penilaian status gizi anak di fasilitas kesehatan (Puskesmas, rumah sakit, dan
lain-lain) tidak didasarkan pada Berat badan anak menurut umur (BB/U).
Pemeriksaan BB/U dilakukan untuk memantau berat badan anak sekaligus untuk
melakukan deteksi dini anak yang kurang gizi (Gizi kurang dan gizi buruk).
Pemantauan berat badan anak dapat dilakukan di masyarakat ( Misalnya posyandu)
atau sarana pelayanan kesehatan seperti puskesmas, dalam bentuk kegiatan
pemantauan tumbuh Kembang anak dengan menggunakan KMS (Kartu Menuju
Sehat), yang di bedakan antara anak laki-laki dan perempuan. Buku KMS yang
berwarna biru untuk anak laki-laki sedangkan yang berwarna pink untuk anak
perempuan.
Status gizi anak <2 tahun di tentukan dengan menggunakan indikator
berdasarkan Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB), sedangkan anak umur >2
tahun di tentukan dengan menggunakan indikator Berat Badan menurut Tinggi Badan
(BB/TB).
Penilain status gizi yang dilakukan pada setiap TK-PAUD digunakan
berdasarkan indikator Berat Badan menurut Umur (BB/U), indikator Berat Badan
menurut Tinggi Badan, dan IMT menurut Umur (IMT/U).
Dalam melakukan penilaian status gizi di setiap PAUD/TK dilakukan
pengukuran antropometri (mengukur tinggi badan dan menimbang berat badan) dari
setiap siswa. Setelah melakukan antropometri, bagi siswa yang berumur < 5 tahun
langsung diberikan vitamin A.

Laporan Magang FKM-UNCEN Tahun 2018 20


Adapun PAUD/TK yang di kunjungi untuk melakukan penilaian status gizi
dan pemberian vitamin A tahun 2018 pada bulan februari yaitu:

Tabel 4.4
Pemberian Vitamin A di TK/PAUD
Jumlah Pemberian
Nama TK/PAUD
Vitamin A
Narwastu 6
Kanaan 35
Aisyah 200
Betesda Ceria 16
Kecapi Sion 42
Pelangi Ceria 12
Jamiatul Muslimin 33
Puspita 161
PGRI 30
Cahaya Kasih 20
Nusantara 48
Bintang kecil 231
Kairos 22
Hermon 8
Harapan 58
Gunung Sion 27
Pemulihan 46
Marampa 38
Qurrota Ayun 118
Marten Luther 40
Bukit Sion 26
Satu Atap 34
Brigita Organda 16
Kristus Gembala 28
Ananda Kids 12
Dandelion 45

Laporan Magang FKM-UNCEN Tahun 2018 21


Cendrawasih 66
Paud Anisa 18
Margareth 22
(Sumber : Data Puskesmas Abepura, 2018)

2. Posyandu
Posyandu merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memantau
perkembangan bayi, balita, ibu hamil, Pasangan Usia Subur ( PUS ) dan ibu
menyusui yang dilakukan sebulan sekali. Posyandu dilakukan dengan
mengunjungi tiap-tiap kelurahan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Abepura.

Kegiatan yang dilakukan diposyandu yaitu antropometri pada bayi, balita,


dan bumil. Setelah dilakukan antropometri langsung diberikan vitamin A merah
dan biru, diberikan pada bulan Februari dan Agustus.

Pada lingkungan kerja Puskesmas Abepura ini ada posyandu yang setiap
bulan rutin dilaksanakan. Posyandu tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Posyandu Rebali
2. Posyandu Walikambay
3. Posyandu Bahagia
4. Posyandu Emerew
5. Posyandu Raboria
6. Posyandu Onomi
7. Posyandu Setia
8. Posyandu Kasih Mama 2
9. Posyandu Nauri
10. Posyandu Wilmari
11. Posyandu Sakura
12. Posyandu Sejahtera
13. Posyandu Rambay
14. Posyandu Cenderawasih
15. Posyandu Nusantara
16. Posyandu Flamboyan
17. Posyandu Merpati

Laporan Magang FKM-UNCEN Tahun 2018 22


18. Posyandu Widuri
19. Posyandu Sepakat 2
20. Posyandu Nuri Indah
21. Posyandu Sepakat 1
22. Posyandu Rumwani
23. Posyandu Bukit Indah
24. Posyandu Kelapa Mas
25. Posyandu Kasih Ibu
26. Posyandu Abemoko
27. Posyandu Pelangi
28. Posyandu Nusa Indah
29. Kasih Mama 1
30. Posyandu Pantai Enggros

Tabel 4.5
Pemberian Vitamin A Merah dan Vitamin A Biru di Posyandu
Tahun Jumlah Vitamin A
2018
Merah Biru

Februari 486 356


(Sumber : Data Puskesmas Abepura, 2018)

Grafik 4.1
Pemberian Vitamin A Merah dan Vitamin A Biru di Posyandu

Februari

600
400
200
0
Merah Biru
Jumlah Vitamin A
Februari 486 356

(Sumber : Data Puskesmas Abepura, 2018)

Laporan Magang FKM-UNCEN Tahun 2018 23


Tabel 4.6

tempat Vit A
No. Bulan Total
pelaksanaan Bayi Balita
Posyandu 356 486 842
Dlm
Februari
1 gedung 250 699 949
TK 0 1418 1418
jumlah 606 2603
(Sumber : Data Puskesmas Abepura, 2018)

Tabel 4.7
Tabel Distribusi Vitamin A Bulan Februari 2018

CAKUPAN
NO SASARAN TARGET
FEB %
1 BAYI 1074 606 56,42
2 BALITA 5319 2603 48,94
(Sumber : Data Puskesmas Abepura, 2018)

Grafik 4.2

DISTRIBUSI VITAMIN A BULAN FEBRUARI


2018
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
FEB %
TARGET CAKUPAN
2 BALITA 5319 2603 48.94
1 BAYI 1074 606 56.42

(Sumber : Data Puskesmas Abepura, 2018)

Jadi, dari grafik 4.2 capaian pemberian vitamin A belum mencapai target bayi dan
balita, sehingga harus dikejar pada bulan agustus.

Laporan Magang FKM-UNCEN Tahun 2018 24


Grafik 4.3
CAKUPAN SKDN tahun 2017 Puskesmas Abepura

CAKUPAN SKDN 2017

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
K/S 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
BGM/D 1.14 1.26 1.55 0.64 0.88 1.30 1.70 0.24 0.22 0.23 0.14 0.18
D/S 20.09 19.73 15.99 26.99 32.44 27.83 16.81 64.18 53.15 48.99 52.94 52.88
N/D 31.31 25.99 50.77 25.78 23.33 24.52 42.29 14.32 14.67 13.31 13.86 12.76
N/S 6.29 5.13 8.12 6.96 7.57 6.82 7.11 9.19 7.80 6.52 7.34 6.75

(Sumber : Data Puskesmas Abepura, 2017)

Tabel 4.8
TABEL SKDN JANUARI-FEBRUARI 2018

INDIKATOR CAKUPAN
NO BULAN BGM
S K D N N/S N/D D/S BGM/D K/S
1. JANUARI 5319 5319 2771 385 14 7,24 13,89 52,10 0,51 100
2. FEBRUARI 5319 5319 3271 297 7 5,58 9,08 61,50 0,21 100
(Sumber : Data Puskesmas Abepura, 2018)

Grafik 4.4
SKDN JANUARI-FEBRUARI 2018

SKDN Januari-Februari 2018


6000
4000
2000
0
BGM/
S K D N N/S N/D D/S K/S
D
INDIKATOR BGM CAKUPAN
JANUARI 5319 5319 2771 385 14 7.24 13.89 52.10 0.51 100
FEBRUARI 5319 5319 3271 297 7 5.58 9.08 61.50 0.21 100

(Sumber : Data Puskesmas Abepura, 2018)

Laporan Magang FKM-UNCEN Tahun 2018 25


Dari grafik 4.4 dapat dilihat bahwa keberhasilan program bulan Januari
dan Februari (N/D) mengalami penurunan dari 13,89% (bulan Januari) ke 9,08%
(bulan Februari), sedangkan partisipasi masyarakat yang dilihat pada cakupan
(D/S) mengalami kenaikan dari bulan Januari 52,10% ke bulan Februari yaitu
61,50%, serta pada cakupan (BGM/D) mengalami penurunan yang menandakan
keberhasilan program dalam penangan kasus BGM di bulan Januari yaitu 0,51%
ke bulan Februari 0,21%, sedangkan untuk jangkauan program sudah sangat baik
karena semua sasaran bayi balita memiliki KMS/KIA hal ini dapat dilihat pada
cakupan (K/S).

3. Penyuluhan
Penyuluhan adalah suatu proses yang dilakukan oleh seseorang untuk
menyampaikan informasi kepada orang lain dari semula yang tidak tahu menjadi
tahu dan yang tahu menjadi lebih tahu.
Penyuluhan dilakukan di TK Aisyah, TK Kristus Gembala, TK Cahaya Kasih,
TK Satu Atap, TK Dandelion, TK Betesda Ceria, dengan sasaran adik-adik TK.
Metode yang digunakan adalah metode ceramah. Penyuluhan yang diberikan
mengenai materi Vitamin A. Vitamin A adalah vitamin yang sangat dibutuhkan
oleh tubuh karena vitamin a kaya akan manfaat seperti : mencegah kekeringan
pada mata, mencegah kebutaan, meningkatkan daya tahan tubuh, bersifat
antioksidan. Sumber vitamin a terdapat pada sayuran dan buah-buahan.

C. Analisa SWOT
1. Strenght (kekuatan)
Merupakan bagian analisis internal, mengupas kekuatan organisasi yang dapat
menjadi keunggulan di Puskesmas Abepura, khususnya bagian Gizi.
a. SDM (Tenaga Kesehatan)
1) Petugas Ahli Gizi yang kompeten.
2) Petugas Gizi yang selalu siap melayani masyarakat.
b. Dana
1) Dana BPJS adalah dana Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dibayarkan
oleh BPJS kesehatan kepada puskesmas sebagai penyelenggara pelayanan
kesehatan bagi peserta JKN. Sumber dana berasal dari hasil pengolahan dan

Laporan Magang FKM-UNCEN Tahun 2018 26


iuran dana peserta JKN oleh BPJS kesehatan. Tarif kapitasi JKN untuk setiap
puskesmas ditentukan oleh BPJS Kesehatan dan Dinas Kesehatan.
Tujuan Dana BPJS adalah untuk membiayai jasa pelayanan kesehatan dan
biaya oprasional pelayanan kesehatan ( obat, alat-alat kesehatan, oprasional
puskesmas keliling dan kunjungan rumah, bahan cetak atau alat tulis kantor)
2) Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) merupakan bantuan dana dari
Pemerintah melalui Kementrian Kesehatan untuk membantu Pemerintah Kota
dan Kabupaten dalam melaksanakan pelayanan kesehatan, guna meningkatkan
kinerja pelayanan kesehatan di Puskesmas.
c. Bahan
Tersedianya sarana dan prasarana penunjang kegiatan, seperti Peralatan
Antropometri yang lengkap.

2. Weakness (kelemahan)
Merupakan kelemahan organisasi yang dapat menjadi hambatan. Adapun kelemahan
pada Puskesmas Abepura Bidang Gizi ditinjau dari :
a. SDM
- Kurangnya kesadaran dan partisipasi orang tua untuk datang menimbang
bayi dan balita rutin setiap bulan.
- Kurangnya petugas gizi dengan banyak sasaran bayi dan balita.
b. Bahan
- Sarana dan prasarana dalam hal ini transportasi belum memadai sehingga
terhambatnya kegiatan luar gedung seperti Posyandu, Posyandu Lansia,
Pengobatan Massal, Posbindu, dll. Dan ruangan Gizi yang belum
memadai.
3. Oportunity (peluang/kesempatan)
Merupakan analisa eksternal yang dapat dijadikan acuan dalam proses.
Adapun peluang/kesempatan di Puskesmas Abepura, Bidang Gizi ditinjau dari :
a. SDM
- Pemerintah menyediakan bantuan untuk Posyandu.
- Adanya kader posyandu yang siap membantu
b. Material
Akses Puskesmas yang mudah dijangkau karena berada di Pusat Kota, dan
petugas gizi selalu siap melayani di luar maupun dalam gedung

Laporan Magang FKM-UNCEN Tahun 2018 27


c. Dana
Dukungan dari Dinas Kesehatan dan lintas program baik termasuk dukungan dana
untuk gizi kurang dan gizi buruk.
4. Threat (hambatan/ancaman)
a. SDM (Sumber Daya Manusia)
- Masyarakat kurang memahami tata cara pendaftaran di posyandu dan kurang
memahami Deteksi Dini Tumbuh kembang bayi dan balita berdasarkan Grafik
Pertumbuhan.
- Tingginya mobilitas penduduk dan angka kelahiran serta kurangnya partisipasi
orang tua untuk menjaga kesehatan bayi dan balita.
b. Material
Sarana dan prasarana posyandu serta kesadaran pemanfaatan posyandu
masih kurang.

Identifikasi Masalah

Dari analisis diatas, masalah yang dapat diindentifikasi adalah sebagai berikut :

1. Kurangnya petugas gizi dengan banyak sasaran bayi dan balita di wilayah pelayanan
Puskesmas Abepura.
2. Sarana dan prasarana belum memadai, seperti jumlah sarana transpotrasi untuk
melakukan kegiatan luar masih kurang dan ruangan gizi dengan ukuran yang belum
memadai.
3. Masyarakat kurang memahami tata cara pendaftaran di posyandu dan kurang
memahami Deteksi Dini Tumbuh kembang bayi dan balita berdasarkan Grafik
Pertumbuhan.
4. Tingginya mobilitas penduduk dan angka kelahiran serta kurangnya partisipasi orang
tua untuk menjaga kesehatan bayi dan balita.
5. Sarana dan prasarana posyandu serta kesadaran pemanfaatan posyandu masih kurang.
Oleh masyarakat dalam hal ini ibu-ibu yang memiliki bayi dan balita.

Laporan Magang FKM-UNCEN Tahun 2018 28


Strategi Pemecahan Masalah

EKSTERNAL INTERNAL
Strenght Weakness
Oportunity Strategi Oportunity Strenght Strategi Oportunity Weakness
1. Tenaga Ahli Gizi dapat 1. Dukungan dana dari Dinas
memberikan pelayanan yang kesehatan dalam bentuk dana
bermutu bagi masyarakat. BPJS dapat dipakai untuk
2. Program pemulihan gizi melengkapi sarana dan prasarana
kurang dan gizi buruk dapat yang masih kurang.
terlaksana dengan baik, sebab 2. Tuntutan kesempurnaan kinerja
adanya dukungan dari lintas pelayanan kesehatan, karena letak
sektor yaitu dinas kesehatan. Puskesmas sangat mudah untuk
dijangkau.
Threat Strategi Threat Strenght Strategi Threat Weakness
1. Adanya tenaga kesehatan yang 1. Menambah sarana transportasi
berkompeten dalam program untuk kegiatan luar gedung agar
gizi yang selalu siap melayani program yang dijalankan dapat
masyarakat, dapat menjangkau masyarakat yang
meningkatkan kesadaran orang berada di wilaya kerja Puskesmas
tua tentang kesehatan bayi dan Abepura.
balita, sehingga angka 2. Mengembangkan program yang
mobilitas yang tinggi dapat dapat menambah pemahaman
ditekan dan jarak angka masyarakat tentang kesehatan
kelahiran dapat diminimalisir, bayi dan balita, lansia, maupun
serta pemanfaatan posyandu masyarakat, seperti penyuluhan
yang rutin dijalankan. atau mengadakan konseling
2. Pemahaman dan kesadaran ditiap-tiap program yang ada
masyarakat tentang diluar gedung.
pemanfaatan posyandu dapat
dibangun, sebab petugas Gizi
selalu siap melayani
masyarakat.

Laporan Magang FKM-UNCEN Tahun 2018 29


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Selama kegiatan magang berlangsung mahasiswa telah memperoleh pengalaman
keterampilan dan mampu melakukan penyesuaian sikap dan pengetahuan di dunia kerja
dalam rangka memperkaya pengetahuan dan keterampilan di bidang ilmu kesehatan
masyarakat sesuai dengan kompetensi masing-masing peminatan, serta melatih
kemampuan bekerasama dengan baik dalam satu tim sehingga diperoleh manfaat bersama
baik bagi mahasiswa magang maupun intansi tempat magang.
Ada 2 Kegiatan yang di lakukan yaitu kegiatan di dalam gedung maupun di luar
gedung. Kegiatan di dalam gedung seperti antropometri pada bayi, balita, dan ibu hamil,
pemberian vitamin A bagi bayi, balita, pengukuran LILA bagi ibu hamil. Sedangkan
kegiatan yang di lakukan di luar gedung seperti di posyandu, posyandu lansia, posbindu
dan TK/PAUD sama halnya yang kami lakukan di dalam gedung seperti antropometri,
pemberian vitamin A, dan penyuluhan.

B. Saran
1. Diharapkan bagi ibu-ibu agar rajin membawa anaknya ke posyandu setiap bulan
untuk dipantau pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita, sehingga dapat
dideteksi secara dini gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
2. Untuk Puskesmas diharapkan adanya penambahan pegawai gizi, dikarenakan
banyaknya jumlah sasaran bayi dan balita yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Abepura.
3. Sarana dan prasarana dalam hal ini transportasi roda 2 atau roda 4 belum memadai
sehingga perlu penambahan transportasi guna menunjang kegiatan di luar gedung.

Laporan Magang FKM-UNCEN Tahun 2018 30

Anda mungkin juga menyukai