1096/MENKES/PER/ VI/2011
TENTANG HIGIENE SANITASI JASABOGA TERHADAP
KELAYAKANAN FISIK JASABOGA DI
KOTA SIBOLGA TAHUN 2014
SKRIPSI
OLEH
HENGKI HABAYAHAN
NIM. 101000436
1
Universitas Sumatera Utara
2
SKRIPSI
OLEH
HENGKI HABAYAHAN
NIM. 101000436
HALAMAN PENGESAHAN
Disahkan Oleh,
Komisi Pembimbing
ABSTRAK
ABSTRACT
ii
Tapanuli Tengah
Riwayat Pendidikan
Riwayat Kerja
Tahun 2005 sampai dengan sekarang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan RahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa apa yang disajikan dalam skripsi masih terdapat kekurangan, oleh
sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang sifatnya membangun yang
bermanfaat bagi skripsi ini. Adapun judul skripsi ini adalah “Implementasi
Dr. dr. Wirsal Hasan, MPH, selaku Ketua Penguji dan Bapak dr. Surya Dharma,
MPH selaku Penguji I, yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiranya dalam
memberikan petunjuk, saran dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak. Untuk itu, penulis dengan rasa hormat menyampaikan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
2. Ibu Ir. Evi Naria, M.Kes, selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan
3. Bapak dr. Taufik Ashar, M.K.M dan Ibu dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes, selaku
Penguji II dan Penguji III yang telah banyak memberikan arahan dan masukan
iv
4. Bapak M. Yusuf Batubara, S.K.M., selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota Sibolga
yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian sehingga
5. Kepada istriku tercinta Riamin Sihotang, dan buah hatiku tersayang Heliza
studi.
terima kasih atas dukungannya sehingga menambah semangat bagi saya dalam
Akhirnya pada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
yang telah banyak memberikan bantuan dan dorongan semangat. Semoga Tuhan
Yang Maha Esa senantiasa memenuhi kehidupan Bapak, Ibu, dan teman-teman
sekalian. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian.
Hengki Habayahan
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan
Abstrak .............................................................................................................. i
Abstract .............................................................................................................. ii
Daftar Riwayat Hidup ...................................................................................... iii
Kata Pengantar ................................................................................................. iv
Daftar Isi ........................................................................................................... vi
Daftar Tabel ...................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah ..................................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................... 5
1.3.1. Tujuan Umum .................................................................. 5
1.3.2. Tujuan Khusus ................................................................. 5
1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................... 6
vi
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Kelayakan Bangunan ................................................................... 56
5.2. Kelayakan Fasilitas Sanitasi ......................................................... 61
5.3. Kelayakan Peralatan .................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA
KUESIONER
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Distribusi Pemilik Jasaboga Berdasarkan Umur di Kota Sibolga ..... 44
Tabel 4.5. Hasil Observasi Terhadap Indikator Kondisi Pintu dan Jendela
Jasaboga di Kota Sibolga ................................................................ 47
Tabel 4.6. Kondisi Pintu dan Jendela Jasaboga di Kota Sibolga ....................... 48
Tabel 4.12. Hasil Observasi Terhadap Tempat Cuci Tangan Jasaboga di Kota
Sibolga ........................................................................................... 51
Tabel 4.13. Kondisi Tempat Cuci Tangan Jasaboga di Kota Sibolga ................. 52
Tabel 4.14. Hasil Observasi Terhadap Indikator Kondisi Air Bersih Jasaboga
di Kota Sibolga ............................................................................... 52
viii
ix
ABSTRAK
ABSTRACT
ii
PENDAHULUAN
kegiatan pengelolaan makanan yang disajikan di luar tempat usaha atas dasar
pesanan. Usaha jasaboga telah berkembang dengan pesat selaras dengan kemajuan
pembangunan pada bidang lain. Usaha jasaboga yang semula hanya merupakan
kegiatan masak memasak sebagai penyaluran hobi ibu-ibu dalam mengisi waktu
luang serta hanya merupakan usaha sampingan pendapatan keluarga, kini telah
berkembang menjadi suatu unit usaha yang diandalkan dan dikelola secara
profesional.
tempat memasak dan tempat penyajian atau tempat makan serta jarak antara waktu
tersebut dimakan pada waktu yang bersamaan oleh banyak orang. Hal tersebut
apabila tidak ditangani secara baik akan menimbulkan risiko rusak atau tercemarnya
keracunan makanan di Inggris & Wales, setelah dianalisis 67% disebabkan oleh
1
Universitas Sumatera Utara
2
makanan yang diproduksi dalam skala besar, dan 60% dari kejadian tersebut
(Charles, 1999).
tahun 2001 sampai dengan 2005, terdapat 17 kejadian keracunan makanan dengan
2.478 penderita atau 389 orang rata-rata pertahun yang diperkirakan keracunan
makanan dari 30 buah jasaboga yang tersebar di Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan
Jawa Timur menunjukkan 53,2% tidak memenuhi syarat (Depkes RI, 2006). Keadaan
Sanitasi makanan yang buruk dapat disebabkan 3 faktor yakni faktor fisik,
faktor kimia dan faktor mikrobiologi. Faktor fisik terkait dengan kondisi ruangan
yang tidak mendukung pengamanan makanan seperti sirkulasi udara yang kurang
baik, temperatur ruangan yang panas dan lembab. Tempat pengolahan makanan
ataupun makanan jadi biasanya disebut dapur, memerlukan syarat sanitasi, baik dari
konstruksinya, perlengkapan yang ada maupun tata letak perlengkapan yang lazim
ada di dapur. Untuk konstruksi, hal-hal yang harus diperhatikan yaitu lantai, dinding,
tempat/bak pencuci tangan dan alat-alat dapur, perlindungan dari serangga, tikus dan
makanan, minuman jasa boga atau katering yang akan dikonsumsi untuk umum; 2)
perlindungan dan informasi kepada masyarakat agar terhindar dari makanan dan
dari penyebaran penyakit akibat pencemaran lingkungan dan sanitasi yang kurang
tempat sampah untuk menjaga agar sampah tidak dibuang sembarangan. Pengertian
perpindahan penyakit.
makanan dan memudahkan pembersihan. Luas lantai dapur yang bebas dari peralatan
sedikitnya 2 meter persegi untuk setiap orang pekerja. Ruang pengolahan makanan
tidak boleh berhubungan langsung dengan jamban, peturasan dan kamar mandi. Pada
bangunan yang dipergunakan untuk memasak harus dapat ditutup dengan baik dan
membuka ke arah luar. Jendela, pintu dan lubang ventilasi tempat makanan diolah
dilengkapi kasa yang dapat dibuka dan dipasang. Semua pintu dari ruang tempat
pengolahan makanan dibuat menutup sendiri atau dilengkapi dengan peralatan anti
Dari hasil survei awal yang dilakukan di salah satu jasa boga di Kota Sibolga
terlihat bahwa jasa boga tersebut cukup strategis karena dekat dengan jalan raya,
sehingga jasa boga tersebut banyak dikenal oleh masyarakat luas. Jasa boga tersebut
bersatu dengan rumah makan, sehingga halaman yang dimiliki jasa boga tersebut
kecil dan biasanya dijadikan tempat parkiran. Bangunan gedung kokoh, kuat, aman,
terpelihara, bersih dan bebas dari barang-barang yang tidak berguna atau barang sisa,
tetapi bangunannya tidak rapat dari serangga dan tikus. Hal ini disebabkan karena
tidak ada ventilasi yang dilapisi dengan kawat kasa. Selain itu pintu yang digunakan
tidak membuka kedua arah hanya satu arah. Pembagian ruangnya kurang baik, karena
1.2. Permasalahan
langit, pintu dan jendela, pencahayaan, ventilasi, dan ruang pengolahan makanan
2014.
2. Untuk mengetahui kondisi fasilitas sanitasi jasaboga, yang meliputi: tempat cuci
tangan, air bersih, jamban, kamar mandi, dan tempat sampah berdasarkan
2. Bagi peneliti, dapat menjadi wahana pembanding antara teori yang didapat di
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Pengertian
kebersihan subjeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk
bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan
(Depkes RI, 2004). Hygiene adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitik
beratkan pada usaha kesehatan perseorangan atau manusia beserta lingkungan tempat
kegiatan pada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia (Widyati, 2002). Sanitasi
lingkungan dari subyeknya. Misalnya menyediakan air yang bersih untuk keperluan
mencuci tangan, menyediakan tempat sampah untuk mewadahi sampah agar tidak
dibuang sembarangan. Hygiene dan sanitasi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang
lain karena erat kaitannya. Misalnya hygiene sudah baik karena mau mencuci tangan,
tetapi sanitasinya tidak mendukung karena tidak cukup tersedia air bersih, maka
(Purawidjaja, 1995):
yang dimakan dalam keadaan mentah harus diangkut dan disimpan terpisah dari
bahan baku lain dan bahan-bahan yang bukan bahan pangan. Bahan pangan harus
Kerusakan bahan makan dapat terjadi karena tercemar bakteri, karena alam dan
perlakuan manusia, adanya enzim dalam makanan yang diperlukan dalam proses
bakteri seperti sifat hidupnya, daya tahan panas, faktor lingkungan hidup,
3. Pengolahan makanan
menjadi makanan yang siap santap. Pengolahan makanan yang baik adalah yang
4. Pengangkutan makanan
risikonya daripada pencemaran bahan makanan. Oleh karena itu titik berat
5. Penyimpanan makanan
Bakteri akan tumbuh dan berkembang dalam makanan yang berada dalam
banyak protein dan banyak air (moisture), pH normal (6,8-7,5), suhu optimum
(10°-60°C).
Faktor risiko kejadian foodborne diseases yaitu pada proses pembersihan alat
makan kontak dengan makanan. Faktor risiko juga dapat disebabkan oleh
temperatur dan waktu penyimpanan tidak baik, rendahnya personal hygiene, dan
6. Penyajian makanan
Makanan yang disajikan adalah makanan yang siap santap/laik santap. Laik
santap dapat dinyatakan bilamana telah dilakukan uji organoleptik dan uji
biologis. Dalam prinsip penyajian makanan wadah untuk setiap jenis makanan
makanan tidak terkontaminasi silang, bila satu makanan tercemar yang lain dapat
kerawanan pangan.
A. Bangunan
1. Lokasi
a. Halaman
(1) Terpampang papan nama perusahaan dan nomor Izin Usaha serta nomor
(2) Halaman bersih, tidak bersemak, tidak banyak lalat dan tersedia tempat
(3) Pembuangan air limbah (air limbah dapur dan kamar mandi) tidak
kebersihannya.
b. Konstruksi
Konstruksi selain kuat juga selalu dalam keadaan bersih secara fisik dan bebas
c. Lantai
Kedap air, rata, tidak retak, tidak licin, kemiringan/kelandaian cukup dan
mudah dibersihkan.
d. Dinding
Permukaan dinding sebelah dalam rata, tidak lembab, mudah dibersihkan dan
berwarna terang. Permukaan dinding yang selalu kena percikan air, dilapisi
bahan kedap air setinggi 2 (dua) meter dari lantai dengan permukaan halus,
tidak menahan debu dan berwarna terang. Sudut dinding dengan lantai
debu/kotoran.
2. Langit-langit
a. Bidang langit-langit harus menutupi seluruh atap bangunan, terbuat dari bahan
berwarna terang.
a. Pintu ruang tempat pengolahan makanan dibuat membuka ke arah luar dan
b. Pintu dan jendela ruang tempat pengolahan makanan dilengkapi peralatan anti
serangga/lalat seperti kassa, tirai, pintu rangkap dan lain-lain yang dapat
4. Pencahayaan
b. Setiap ruang tempat pengolahan makanan dan tempat cuci tangan intensitas
d. Cahaya terang dapat diketahui dengan alat ukur lux meter (foot candle meter)
5. Ventilasi/penghawaan/lubang angin
ruangan.
a. Luas tempat pengolahan makanan harus sesuai dengan jumlah karyawan yang
b. Luas lantai dapur yang bebas dari peralatan minimal dua meter persegi (2 m2)
Jumlah karyawan yang bekerja di dapur 6 orang, maka tiap pekerja mendapat
luas ruangan 20/6 = 3,3 m2, berarti luas ini memenuhi syarat (luas 2 m2 untuk
pekerja dan luas 1,3 m2 perkiraan untuk keberadaan peralatan). Luas ruangan
orang, maka tiap karyawan mendapat luas ruangan 12/6 = 2 m2, luas ini tidak
d. Peralatan di ruang pengolahan makanan minimal harus ada meja kerja, lemari/
tempat penyimpanan bahan dan makanan jadi yang terlindung dari gangguan
B. Fasilitas Sanitasi
a. Tersedia tempat cuci tangan yang terpisah dari tempat cuci peralatan maupun
bahan makanan dilengkapi dengan air mengalir dan sabun, saluran pembuangan
b. Tempat cuci tangan diletakkan pada tempat yang mudah dijangkau dan dekat
cuci tangan. 11 - 20 orang : 2 buah tempat cuci tangan Setiap ada penambahan
karyawan sampai dengan 10 orang, ada penambahan 1 (satu) buah tempat cuci
tangan.
2. Air bersih
jasaboga.
b. Kualitas air bersih harus memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
higiene sanitasi.
4. Kamar mandi
a. Jasaboga harus mempunyai fasilitas kamar mandi yang dilengkapi dengan air
kesehatan.
5. Tempat sampah
a. Tempat sampah harus terpisah antara sampah basah (organik) dan sampah
b. Tempat sampah harus bertutup, tersedia dalam jumlah yang cukup dan
C. Peralatan
c. Pencucian bahan makanan yang tidak dimasak atau dimakan mentah harus
70% selama 2 menit atau dicelupkan ke dalam air mendidih (suhu 80°C -
d. Peralatan dan bahan makanan yang telah dibersihkan disimpan dalam tempat
tempat sampah untuk menjaga agar sampah tidak dibuang sembarangan. Pengertian
perpindahan penyakit.
pengelolaan makanan yang disajikan di luar tempat usaha atas dasar pesanan yang
dilakukan oleh perseorangan atau badan usaha. Usaha Jasaboga dibagi menjadi tiga
A. Jasaboga Golongan A
1. Jasaboga Golongan A1
a. Kriteria
makanan yang menggunakan dapur rumah tangga dan dikelola oleh keluarga.
b. Persyaratan Teknis
1) Pengaturan ruang
2) Ventilasi/penghawaan
terhadap lingkungan.
Tersedia tempat cuci tangan dan tempat cuci peralatan yang terpisah dengan
4) Penyimpanan makanan
Untuk tempat penyimpanan bahan pangan dan makanan jadi yang cepat
2. Jasaboga Golongan A2
a. Kriteria
b. Persyaratan Teknis
a) Pengaturan ruang
b) Ventilasi/penghawaan
ruangan.
c) Penyimpanan makanan
3. Jasaboga golongan A3
a. Kriteria
b. Persyaratan teknis
a) Pengaturan ruang
tinggal.
b) Ventilasi/penghawaan :
Pembuangan asap dari dapur harus dilengkapi dengan alat pembuangan asap
atau cerobong asap atau dapat pula dilengkapi dengan alat penangkap asap
(smoke hood).
50C dengan kapasitas yang cukup untuk melayani kegiatan sesuai dengan
Pada setiap kotak (box) yang dipergunakan sekali pakai untuk mewadahi
umum.
B. Jasaboga Golongan B
1. Kriteria
Jasaboga yang melayani kebutuhan masyarakat khusus untuk asrama jemaah haji,
asrama transito, pengeboran lepas pantai, perusahaan serta angkutan umum dalam
tenaga kerja.
2. Persyaratan teknis
1) Halaman
trap) sebelum dialirkan ke bak penampungan air kotor (septic tank) atau
2) Lantai
Pertemuan antara lantai dan dinding tidak terdapat sudut mati dan harus
3) Pengaturan ruang
Memiliki ruang kantor dan ruang untuk belajar/khusus yang terpisah dari
4) Ventilasi/penghawaan
Pembuangan asap dari dapur harus dilengkapi dengan penangkap asap (hood),
(a). Fasilitas pencucian dari bahan yang kuat, permukaan halus dan mudah
dibersihkan.
tempat cuci tangan dengan air mengalir yang diletakkan dekat pintu dan
(1) Tersedia ruang tempat pengolahan makanan yang terpisah dari ruang
C. Jasaboga Golongan C
1. Kriteria
2. Persyaratan
1) Ventilasi/penghawaan
pembuang asap, cerobong asap, saringan lemak yang dapat dibuka dan
a) Terbuat dari bahan logam tahan karat dan tidak larut dalam makanan
daging, telur, unggas, ikan, sayuran dan buah dengan suhu yang dapat
2.4.1. Pengertian
guna menjamin kontribusi secara maksimal, menggali sumber daya potensial, serta
masyarakat, dan dari sisi seorang dokter maka kebijakan kesehatan diartikan sebagai
serupa dengan politik dan segala penawaran terbuka kepada orang yang berpengaruh
mungkin dapat dipahami sebagai suatu proses, suatu keluaran (output) maupun
suatu proses, atau serangkaian keputusan dan tindakan yang ditujukan agar
mengutip apa yang disampaikan oleh Ripley dan Franklin dalam Bureucracy and
policy Implementation yang berpendapat bahwa implementasi adalah apa yang terjadi
keuntungan, atau suatu jenis keluaran yang nyata. Istilah implementasi menunjuk
kajian mengenai studi kebijakan yang mengarah pada proses pelaksanaan dari suatu
begitu kompleks bahkan tidak jarang bermuatan politis dengan adanya intervensi
berbagai kepentingan. Selain hal tersebut, Agustino (2008), dalam bukunya Dasar-
Dasar Kebijakan Publik, mengutip pernyataan yang dikemukakan oleh seorang ahli
studi kebijakan yakni Eugene Bardach yang melukiskan kerumitan dalam proses
implementasi, yaitu: “adalah cukup untuk membuat sebuah program dan kebijakan
umum yang kelihatannya bagus di atas kertas. Lebih sulit lagi merumuskannya dalam
kata-kata dan slogan yang kedengarannya mengenakkan bagi telinga para pemimpin
dan para pemilih yang mendengarkannya. Dan lebih sulit lagi untuk
melaksanakannya dalam bentuk cara yang memuaskan semua orang termasuk mereka
anggap klien.”
secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk
kebijakan publik, ada dua pilihan langka yang ada, yaitu langsung
derivate atau turunan dari kebijakan tersebut. Kebijakan publik dalam bentuk
memerlukan kebijakan publik penjelas atau yang sering diistilahkan sebagai peraturan
pelaksana. Kebijakan publik yang bisa langsung operasional antara lain: Keppres,
Inpres, Kepmen, Keputusan Kepala Daerah, Keputusan Kepala Dinas, dan lain-lain.
Hogwood dan Gun dalam Nugroho (2008), menyebutkan bahwa secara umum
kebijakan yang buruk. Sejak awal perumusan kebijakan tersebut dilakukan secara
salah memilih masalah, tujuan dan target yang tidak jelas. Kedua, karena
tidak cukup sarana dan sarana penunjang. Ketiga, adanya faktor nasib yang tidak
tetapi ada hambatan-hambatan yang tidak dapat ditanggulangi dengan cara rasional
sekalipun.
dan lain-lainnya.
adalah untuk menetapkan arah agar tujuan kebijakan publik dapat direalisasikan
1. Model Goggin
keseluruhan implementasi, yakni: (1) Bentuk dan isi kebijakan, termasuk di dalamnya
organisasi dengan segala sumber daya berupa dana maupun insentif lainnya yang
akan mendukung implementasi secara efektif, dan (3) Pengaruh lingkungan dari
2. Model Grindle
ditransformasikan menjadi program aksi maupun proyek individual dan biaya telah
Kepentingan yang terpengaruhi oleh kebijakan, (2) Jenis manfaat yang akan
kebijakan, (5) Siapa pelaksana program, dan (6) Sumber daya yang dikerahkan.
strategi aktor yang terlibat, (2) Karakteristik lembaga dan penguasa, dan (3)
hubungan antar berbagai faktor yang memengaruhi hasil atau kinerja suatu kebijakan.
2005):
e. Kondisi sosial ekonomi dan politik yang dapat mempengaruhi hasil kebijakan dan
merupakan fungsi dari tiga variabel, yaitu: (1) Karakteristik masalah, (2) Struktur
akan efektif apabila birokrasi pelaksananya mematuhi apa yang telah digariskan oleh
peraturan (petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis). Oleh karena itu model ini disebut
Model Edward III mengajukan empat faktor atau variabel yang berpengaruh
faktor tadi antara lain meliputi variabel atau faktor communication, resources,
a) Faktor Komunikasi
dan pihak lain yang terkait dengan kebijakan. Dimensi kejelasan menghendaki agar
kebijakan yang ditransmisikan kepada para pelaksana, target grup, dan pihak lain
diterima dengan jelas sehingga di antara mereka mengetahui apa yang menjadi
maksud, tujuan, dan sasaran serta substansi dari kebijakan publik tersebut.
b) Sumber Daya
manusia ini harus cukup (jumlah) dan cakap (ahli). Selain itu sumber daya manusia
tersebut harus mengetahui apa yang harus dilakukan. Oleh karena itu, sumber daya
manusia pelaku kebijakan tersebut juga membutuhkan informasi yang tidak saja
arti penting (esensi) data mengenai kepatuhan pihak lain yang terlibat terhadap
peraturan dan pengaturan berlaku. Tidak cukupnya sumber daya berarti peraturan
(law) tidak akan bisa ditegakkan (enforced), pelayanan tidak disediakan, dan
selain sumber daya manusia adalah dana (anggaran) dan peralatan yang diperlukan
tersedia menyebabkan kualitas pelayanan pada publik yang harus diberikan kepada
melaksanakan tugas dan fungsinya secara optimal. Terbatasnya insentif tersebut tidak
akan mampu mengubah sikap dan perilaku (disposisi) para pelaku kebijakan. Oleh
karena itu, agar para pelaku kebijakan memiliki disposisi (sikap dan perilaku) tinggi
insentif tersebut dapat mempengaruhi sikap dan perilaku (disposisi) pelaku kebijakan.
efisiensi dan tidak mendorong motivasi para pelaku dalam melaksanakan kebijakan.
juga menjadi faktor penting dalam implementasi kebijakan. Terutama, informasi yang
suatu kebijakan. Kewenangan juga merupakan sumber daya lain yang mempengaruhi
menjamin dan meyakinkan bahwa kebijakan yang akan dilaksanakan adalah sesuai
c) Disposisi
mana pelaku kebijakan mengetahui apa yang harus dilakukan dan mampu
melakukannya, tetapi juga ditentukan oleh kemauan para pelaku kebijakan tadi
Mereka akan tahu bahwa kebijakan akan menguntungkan organisasi dan dirinya,
manakala mereka cukup pengetahuan (cognitive), dan mereka sangat mendalami dan
pemahaman kebijakan ini akan menimbulkan sikap menerima (acceptance), acuh tak
d) Struktur Birokrasi
sebagainya. Oleh karena itu, struktur birokrasi mencakup dimensi fragmentasi dan
standar prosedur operasi yang akan memudahkan dan menyeragamkan tindakan dari
para pelaksana kebijakan dalam melaksanakan apa yang menjadi bidang tugasnya.
dipenuhi sebelum suatu tindakan hukum, yakni peraturan atau norma, bisa memiliki
melaksanakannya.
Syarat kedua merupakan syarat yang lemah, yang mudah ditemui dalam kasus
biasa. Suatu hukum yang memerintahkan orang untuk terbang tentu saja akan sia-sia
saja. Selain itu, peraturan atau hukum harus dikomunikasikan karena sangat vital bagi
sistem hukum manapun. Sudah menjadi aksinoma bahwa tidak seorangpun yang bisa
memasuki tahap implementasi kebijakan, yang dianggap sebagai tahap yang paling
pengarahan yang sah dari suatu kebijakan yang meliputi upaya input menghasilkan
3.2.1. Lokasi
lokasi ini didasarkan atas pertimbangan belum pernah dilakukan penelitian yang sama
07 Juni 2011.
3.2.2. Waktu
3.3.1. Populasi
3.3.2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah total populasi, yaitu seluruh populasi dijadikan
36
Universitas Sumatera Utara
37
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer. Data
primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil observasi dengan
fenomena alam maupun sosial yang diamati. Pada penelitian ini, instrumen yang
rumah tangga atau dapur khusus dan memperkerjakan tenaga kerja, yang terdiri
makanan
d. Fasilitas sanitasi adalah kelayakan fisik jasaboga berdasarkan tempat cuci tangan,
air bersih, jamban dan peturasan, kamar mandi, dan tempat sampah
tanda “” pada kolom hasil. Untuk setiap nomor yang dinilai hanya ada satu diantara
2 pilihan, yaitu memenuhi syarat atau tidak. Bilamana hasil observasi lebih cenderung
kepada memenuhi persyaratan, maka diberi tanda “” pada kolom ‘Ya”. Bilamana
hasil observasi lebih cenderung tidak memenuhi persyaratan, maka diberi tanda “”
1. Bangunan
a. Lokasi
indikator.
Tidak memenuhi syarat: bila satu atau lebih indikator tidak terpenuhi.
b. Langit-langit
indikator.
Tidak memenuhi syarat: bila satu atau lebih indikator tidak terpenuhi.
dengan 3 indikator.
Tidak memenuhi syarat: bila satu atau lebih indikator tidak terpenuhi.
d. Pencahayaan
indikator.
Tidak memenuhi syarat: bila satu atau lebih indikator tidak terpenuhi.
e. Ventilasi
indikator.
Tidak memenuhi syarat: bila satu atau lebih indikator tidak terpenuhi.
Tidak memenuhi syarat: bila satu atau lebih indikator tidak terpenuhi.
2. Fasilitas Sanitasi
dengan 2 indikator.
Tidak memenuhi syarat: bila satu atau lebih indikator tidak terpenuhi.
b. Air Bersih
indikator.
Tidak memenuhi syarat: bila satu atau lebih indikator tidak terpenuhi.
c. Jamban
indikator.
Tidak memenuhi syarat: bila satu atau lebih indikator tidak terpenuhi.
d. Kamar Mandi
2 indikator.
Tidak memenuhi syarat: bila satu atau lebih indikator tidak terpenuhi.
e. Tempat Sampah
dengan 2 indikator.
Tidak memenuhi syarat: bila satu atau lebih indikator tidak terpenuhi.
3. Peralatan
indikator.
Tidak memenuhi syarat: bila satu atau lebih indikator tidak terpenuhi.
fisik jasaboga di Kota Sibolga. Data yang sudah dikumpulkan tersebut dianalisis
HASIL PENELITIAN
Sibolga terletak di pantai Barat Sumatera Utara. Jaraknya lebih kurang 344
Km dari Kota Medan, ibukota Provinsi Sumatera Utara. Kota Sibolga berada pada
sisi pantai Teluk Tapian Nauli menghadap ke arah lautan Hindia. Bentuk Kota
memanjang dari Utara ke Selatan mengikuti garis pantai. Sebelah Timur terdiri dari
gunung dan sebelah Barat adalah lautan. Lebar kota yaitu jarak dari garis pantai ke
pegunungan sangat sempit hanya lebih kurang 500 meter sedangkan panjangnya
adalah 8.520 Km. Karena sempitnya daratan yang tidak sebanding dengan jumlah
penduduk, akhirnya banyak tepian pantai yang ditimbun manjadi daratan untuk
lautan. Daratan kepulauan yang termasuk dalam kawasan Sibolga yaitu Pulau
Panjang, Pulau Sarudik, Pulau Poncan Gadang (Besar), dan Pulau Poncan Ketek
(Ketek). Melihat kondisi geografis kota Sibolga yang mempunyai lautan yang luas
tersebut, dapat dipastikan bahwa mayoritas mata pencaharian dari penduduk Sibolga
adalah nelayan. Di samping itu, mata pencaharian dari penduduk kota Sibolga adalah
pertanian. Sementara itu, sungai-sungai yang termasuk dalam kawasan kota Sibolga
antara lain, Sungai Aek Doras, Sungai Sihopo-hopo, Sungai Muara Baiyon, dan
42
Universitas Sumatera Utara
43
Kota Sibolga dipengaruhi oleh letaknya yang berada pada daratan pantai,
lereng dan pegunungan, terletak pada ketinggian di atas permukaan laut berkisar
antara 0 - 150 meter. Keadaan alamnya relatif kurang beraturan. Kemiringan (lereng)
Wilayah Kota Sibolga merupakan daerah yang curam dan arena kecuraman
tersebut Sibolga tidak mempunyai kemungkinan akan banjir. Selain itu, pelabuhan
Kota Sibolga cukup ramai disinggahi kapal-kapal yang akan menuju pulau Nias. Hal
tersebut juga sedikit banyak mempengaruhi banyaknya masyarakat dari luar Kota
Curah hujan di Kota Sibolga cenderung tidak tetap dan tidak teratur sepanjang
tahunnya. Jumlah hujan per tahun berkisar antara 2000-3000 mm. Curah hujan
tertinggi terjadi pada bulan September yaitu 526,1 mm sedangkan hari hujan
terbanyak terjadi pada bulan November yaitu 25 hari. Kota Sibolga berada pada
ketinggian antara 1-50 meter diatas permukaan laut dan beriklim cukup panas.
Temperatur udara di Sibolga antara 220-330C kondisi ini cenderung tetap dan tidak
berubah. Batas-batas wilayah Kota Sibolga antara lain: Sebelah Utara berbatasan
Kecamatan Sibolga Utara dengan empat kelurahan luas area 3,333 Km2, Kecamatan
Sibolga Kota dengan empat kelurahan luas area 2,7732 Km2, Kecamatan Sibolga
Selatan dengan empat kelurahan luas area 3,138 Km2, dan Kecamatan Sibolga
4.2.1. Umur
diperoleh paling banyak berumur antara 46-50 tahun (40.9%). Sementara pemilik
jasaboga lainnya berumur > 50 tahun (27.3%), 41-45 tahun (22.7%), dan < 40 tahun
(9.0%).
4.2.3. Pendidikan
1. Lokasi
Tabel 4.3. Hasil Observasi Terhadap Indikator Kondisi Lokasi Jasaboga di Kota
Sibolga
Hasil Observasi
No. Indikator Kondisi Lokasi Ya Tidak n %
f % f %
1. Lokasi jasaboga tidak berdekatan dengan
sumber pencemaran seperti tempat sampah 22 100.0 0 0.0 22 100.0
umum dan WC umum.
2. Terpampang papan nama perusahaan dan
22 100.0 0 0.0 22 100.0
nomor Izin Usaha.
3. Halaman bersih, tidak bersemak, tidak
banyak lalat dan tersedia tempat sampah
yang bersih dan bertutup, tidak terdapat 22 100.0 0 0.0 22 100.0
tumpukan barang-barang yang dapat
menjadi sarang tikus.
4. Tempat pembuangan air limbah (air limbah
dapur dan kamar mandi) tidak menimbulkan
22 100.0 0 0.0 22 100.0
sarang serangga dan dipelihara
kebersihannya.
5. Pembuangan air hujan lancar, tidak terdapat
22 100.0 0 0.0 22 100.0
genangan air.
6. Konstruksi bangunan untuk kegiatan
22 100.0 0 0.0 22 100.0
jasaboga kokoh dan aman.
7. Konstruksi dalam keadaan bersih secara
fisik dan bebas dari barang-barang sisa atau 22 100.0 0 0.0 22 100.0
bekas yang ditempatkan sembarangan.
8. Lantai kedap air, rata, tidak retak, tidak
licin, kemiringan/kelandaian cukup dan 22 100.0 0 0.0 22 100.0
mudah dibersihkan.
9. Permukaan dinding sebelah dalam rata,
tidak lembab, mudah dibersihkan dan 22 100.0 0 0.0 22 100.0
berwarna terang.
indikator. Memenuhi syarat bila semua indikator terpenuhi, dan tidak memenuhi
syarat bila satu atau lebih indikator tidak terpenuhi. Berdasarkan hasil observasi
terhadap keadaan lokasi jasaboga di Kota Sibolga, diperoleh bahwa semua jasaboga
fisik jasaboga.
2. Langit-Langit
Hasil Observasi
No. Indikator Kondisi Langit-Langit Ya Tidak n %
f % f %
1. Bidang langit-langit menutupi seluruh atap
22 100.0 0 0.0 22 100.0
bangunan.
2. Bidang langit-langit terbuat dari bahan yang
22 100.0 0 0.0 22 100.0
permukaannya rata.
3. Bidang langit-langit mudah dibersihkan. 22 100.0 0 0.0 22 100.0
4. Bidang langit-langit tidak menyerap air dan
22 100.0 0 0.0 22 100.0
berwarna terang.
5. Tinggi langit-langit minimal 2,4 meter di
22 100.0 0 0.0 22 100.0
atas lantai.
indikator. Memenuhi syarat bila semua indikator terpenuhi, dan tidak memenuhi
syarat bila satu atau lebih indikator tidak terpenuhi. Berdasarkan hasil observasi
langit-langit yang dimiliki jasaboga di Kota Sibolga telah memenuhi syarat, yaitu
Tabel 4.5. Hasil Observasi Terhadap Indikator Kondisi Pintu dan Jendela
Jasaboga di Kota Sibolga
Hasil Observasi
No. Indikator Kondisi Pintu dan Jendela Ya Tidak n %
f % f %
1. Pintu ruang tempat pengolahan makanan
dibuat membuka ke arah luar dan dapat 12 54.5 10 45.5 22 100,0
menutup sendiri.
2. Pintu ruang tempat pengolahan makanan
dilengkapi peralatan anti serangga/lalat 8 36.4 14 63.6 22 100,0
seperti kassa, tirai, pintu rangkap dll.
3. Pintu dan jendela ruang tempat pengolahan
makanan dilengkapi peralatan anti lalat
8 36.4 14 63.6 22 100,0
seperti kassa, tirai, pintu rangkap yang dapat
dibuka dan dipasang untuk dibersihkan.
dengan 3 indikator. Memenuhi syarat bila semua indikator terpenuhi, dan tidak
memenuhi syarat bila satu atau lebih indikator tidak terpenuhi. Berdasarkan hasil
observasi terhadap kondisi pintu dan jendela jasaboga di Kota Sibolga, diperoleh
55.5% jasaboga memiliki pintu ruang tempat pengolahan makanan yang dibuat
membuka ke arah luar dan dapat menutup sendiri. Sebesar 36.4% jasaboga memiliki
pintu ruang tempat pengolahan makanan yang dilengkapi peralatan anti serangga/lalat
seperti kassa, tirai, dan pintu rangkap. Sebesar 36.4% jasaboga memiliki pintu dan
jendela ruang tempat pengolahan makanan dilengkapi peralatan anti lalat seperti
kassa, tirai, pintu rangkap yang dapat dibuka dan dipasang untuk dibersihkan.
Pengkategorian kondisi pintu dan jendela jasaboga di Kota Sibolga dapat dilihat pada
Masih banyak kondisi pintu dan jendela jasaboga di Kota Sibolga tidak
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hanya 8 jasaboga (36.4%) yang ada di Kota
4. Pencahayaan
Hasil Observasi
No. Indikator Kondisi Pencahayaan Ya Tidak n %
f % f %
1. Intensitas pencahayaan cukup untuk dapat
melakukan pemeriksaan dan pembersihan
22 100.0 0 0.0 22 100.0
serta melakukan pekerjaan-pekerjaan secara
efektif.
2. Setiap ruang tempat pengolahan makanan
dan tempat cuci tangan memiliki 5 22.7 17 77.3 22 100.0
pencahayaan yang baik.
3. Semua pencahayaan tidak menimbulkan
22 100.0 0 0.0 22 100.0
silau.
indikator. Memenuhi syarat bila semua indikator terpenuhi, dan tidak memenuhi
syarat bila satu atau lebih indikator tidak terpenuhi. Berdasarkan hasil observasi
jasaboga memiliki intensitas pencahayaan yang cukup dan tidak menimbulkan silau.
kemampuan untuk membaca koran di tempat tersebut, bila koran tidak terbaca dapat
disimpulkan cahayanya masih kurang. Dari hasil observasi juga diketahui bahwa
masih banyak jasaboga (77.3%) yang tidak memiliki ruang tempat pengolahan
makanan dan tempat cuci tangan dengan intensitas pencahayaan yang baik.
atas dapat dilihat bahwa hanya 5 jasaboga (22.7%) yang ada di Kota Sibolga
5. Ventilasi
Hasil Observasi
No. Indikator Kondisi Ventilasi Ya Tidak n %
f % f %
1. Bangunan atau ruangan tempat pengolahan
makanan dilengkapi dengan ventilasi 17 77.3 5 22.7 22 100.0
sehingga terjadi sirkulasi/peredaran udara.
2. Luas ventilasi 20% dari luas lantai 11 50.0 11 50.0 22 100.0
indikator. Memenuhi syarat bila semua indikator terpenuhi, dan tidak memenuhi
syarat bila satu atau lebih indikator tidak terpenuhi. Berdasarkan hasil observasi
terhadap kondisi ventilasi jasaboga di Kota Sibolga, diperoleh 77.3% jasa boga
memiliki luas ventilasi 20% dari luas lantai. Pengkategorian kondisi ventilasi
atas dapat dilihat bahwa sebesar 50.0% jasaboga yang ada di Kota Sibolga memiliki
Hasil Observasi
Indikator Kondisi Ruang
No. Ya Tidak n %
Pengolahan Makanan
f % f %
1. Luas tempat pengolahan makanan sesuai
dengan jumlah karyawan yang bekerja dan 2 9.1 20 90.9 22 100.0
peralatan yang ada di ruang pengolahan.
2. Luas lantai dapur yang bebas dari peralatan
minimal dua meter persegi (2 m2) untuk 0 0.0 22 100.0 22 100.0
setiap orang pekerja.
observasi dengan 4 indikator. Memenuhi syarat bila semua indikator terpenuhi, dan
tidak memenuhi syarat bila satu atau lebih indikator tidak terpenuhi. Berdasarkan
Sibolga, diperoleh hanya 9.1% jasaboga yang memiliki luas tempat pengolahan
makanan yang sesuai dengan jumlah karyawan, 40.9% jasaboga memiliki peralatan di
ruang pengolahan makanan, dan bahkan ditemukan semua jasaboga tidak memiliki
luas lantai dapur yang bebas dari peralatan minimal dua meter persegi.
Tabel 4.12. Hasil Observasi Terhadap Tempat Cuci Tangan Jasaboga di Kota
Sibolga
Hasil Observasi
No. Indikator Kondisi Tempat Cuci Tangan Ya Tidak n %
f % f %
1. Tersedia tempat cuci tangan yang terpisah
dari tempat cuci peralatan maupun bahan
makanan dilengkapi dengan air mengalir dan 2 9.1 20 90.9 22 100.0
sabun, saluran pembuangan tertutup, bak
penampungan air dan alat pengering.
2. Tempat cuci tangan diletakkan pada tempat
yang mudah dijangkau dan dekat dengan 2 9.1 20 90.9 22 100.0
tempat bekerja.
dengan 2 indikator. Memenuhi syarat bila semua indikator terpenuhi, dan tidak
memenuhi syarat bila satu atau lebih indikator tidak terpenuhi. Berdasarkan hasil
observasi terhadap kondisi tempat cuci tangan jasaboga di Kota Sibolga, diperoleh
masing-masing hanya 9.1% jasaboga memiliki tempat cuci tangan yang terpisah dari
tempat cuci peralatan dan tempat cuci tangan diletakkan pada tempat yang mudah
dijangkau. Pengkategorian kondisi tempat cuci tangan jasaboga di Kota Sibolga dapat
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hanya sebanyak 9.1% jasaboga di Kota
2. Air Bersih
Tabel 4.14. Hasil Observasi Terhadap Indikator Kondisi Air Bersih Jasaboga di
Kota Sibolga
Hasil Observasi
No. Indikator Kondisi Air Bersih Ya Tidak n %
f % f %
1. Air bersih tersedia cukup untuk seluruh
22 100.0 0 0.0 22 100.0
kegiatan penyelenggaraan jasaboga.
2. Kualitas air bersih memenuhi persyaratan
22 100.0 0 0.0 22 100.0
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
indikator. Memenuhi syarat bila semua indikator terpenuhi, dan tidak memenuhi
syarat bila satu atau lebih indikator tidak terpenuhi. Berdasarkan hasil observasi
terhadap kondisi air bersih jasaboga di Kota Sibolga, diperoleh bahwa semua air
bersih yang dimiliki jasaboga di Kota Sibolga telah memenuhi syarat, yaitu
kelayakan air bersih ditentukan berdasarkan visualisasi atau secara kasat mata dengan
uji fisik, yaitu tidak berwarna, tidak bau, tidak keruh, dan tidak adanya endapan
terlarut.
3. Jamban
Hasil Observasi
No. Indikator Kondisi Jamban Ya Tidak n %
f % f %
1. Jasaboga mempunyai jamban dan
peturasan yang memenuhi syarat higiene 16 72.7 6 27.3 22 100,0
sanitasi
2. Jumlah jamban cukup, dengan
perbandingan sebagai berikut : 1 - 10 22 100.0 0 0.0 22 100.0
orang : 1 buah
indikator. Memenuhi syarat bila semua indikator terpenuhi, dan tidak memenuhi
syarat bila satu atau lebih indikator tidak terpenuhi. Berdasarkan hasil observasi
terhadap kondisi jamban jasaboga di Kota Sibolga, diperoleh sebagian besar jasaboga
(72.7%) mempunyai jamban dan peturasan yang memenuhi syarat higiene sanitasi,
dan semua jasaboga memiliki jumlah jamban cukup. Pengkategorian kondisi jamban
atas dapat dilihat bahwa 72.7% jasaboga memiliki kondisi jamban yang memenuhi
syarat kesehatan.
3. Kamar Mandi
Hasil Observasi
No. Kamar Mandi Ya Tidak n %
f % f %
1. Jasaboga mempunyai fasilitas kamar mandi
yang dilengkapi dengan air mengalir dan
22 100.0 0 0.0 22 100.0
saluran pembuangan air limbah yang
memenuhi persyaratan kesehatan
2. Jumlah kamar mandi mencukupi kebutuhan,
paling sedikit tersedia : Jumlah karyawan : 1 22 100.0 0 0.0 22 100.0
- 30 orang : 1 buah
2 indikator. Memenuhi syarat bila semua indikator terpenuhi, dan tidak memenuhi
syarat bila satu atau lebih indikator tidak terpenuhi. Berdasarkan hasil observasi
terhadap kondisi kamar mandi jasaboga di Kota Sibolga, diperoleh bahwa semua
kamar mandi yang dimiliki jasaboga di Kota Sibolga telah memenuhi syarat, yaitu
4. Tempat Sampah
Hasil Observasi
No. Indikator Kondisi Tempat Sampah Ya Tidak n %
f % f %
1. Tempat sampah tersedia. 22 100.0 0 0.0 22 100.0
2. Tempat sampah bertutup, tersedia dalam
jumlah yang cukup dan diletakkan sedekat 22 100.0 0 0.0 22 100.0
mungkin dengan sumber produksi sampah.
indikator. Memenuhi syarat bila semua indikator terpenuhi, dan tidak memenuhi
syarat bila satu atau lebih indikator tidak terpenuhi. Berdasarkan hasil observasi
terhadap tempat sampah jasaboga di Kota Sibolga, diperoleh bahwa semua tempat
sampah yang dimiliki jasaboga di Kota Sibolga telah memenuhi syarat, yaitu
4.3.3. Peralatan
Hasil Observasi
No. Indikator Kondisi Peralatan Ya Tidak n %
f % f %
1. Tersedia tempat pencucian peralatan, jika
memungkinkan terpisah dari tempat 6 27.3 16 72.7 22 100,0
pencucian bahan pangan
2. Pencucian peralatan menggunakan bahan
22 100.0 0 0.0 22 100.0
pembersih/deterjen.
3. Pencucian bahan makanan yang tidak
0 0.0 22 100.0 22 100.0
dimasak atau dimakan mentah.
4. Peralatan dan bahan makanan yang telah
dibersihkan disimpan dalam tempat yang
22 100.0 0 0.0 22 100.0
terlindung dari pencemaran serangga, tikus
dan hewan lainnya.
indikator. Memenuhi syarat bila semua indikator terpenuhi, dan tidak memenuhi
syarat bila satu atau lebih indikator tidak terpenuhi. Berdasarkan hasil observasi
terhadap kondisi peralatan jasaboga di Kota Sibolga, diperoleh hanya 27.3% jasaboga
PEMBAHASAN
bahwa jasaboga yang diamati termasuk dalam golongan A1 dan A2. Karena jasaboga
di Kota Sibolga adalah industri jasaboga yang melayani kebutuhan masyarakat umum
(pesta) pernikahan, ulang tahun dan hajatan lainnya dengan skala relatif kecil. Selain
itu, jasaboga tersebut masih menggunakan dapur rumah tangga dan biasanya
menerima pesanan dibawah 100 porsi serta memiliki tenaga kerja rata-rata sebanyak
kondisi lokasinya, kondisi langit-langit, dan kondisi ruang pengolahan makanan telah
bawah masih banyak kondisi pintu dan jendela (36.4%), kondisi pencahayaan
Masih banyaknya kondisi pintu dan jendela jasaboga di Kota Sibolga tidak
memenuhi syarat dikarenakan jasaboga tersebut tidak memiliki pintu ruang tempat
pengolahan makanan yang dibuat membuka ke arah luar dan dapat menutup sendiri.
Jasaboga juga belum memiliki pintu ruang tempat pengolahan makanan yang
dilengkapi peralatan anti serangga/lalat seperti kassa, tirai, dan pintu rangkap.
57
Universitas Sumatera Utara
58
Jasaboga juga belum memiliki pintu dan jendela ruang tempat pengolahan makanan
dilengkapi peralatan anti lalat seperti kassa, tirai, pintu rangkap yang dapat dibuka
dan dipasang untuk dibersihkan. Kondisi ventilasi jasaboga di Kota Sibolga yang
tidak memenuhi syarat dikarenakan jasa boga belum memiliki bangunan atau ruangan
sirkulasi/peredaran udara, dan belum memiliki luas ventilasi 20% dari luas lantai.
syarat, namun berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa semua jasaboga telah
mendapatkan izin usaha dari Dinas Kesehatan. Hal tersebut dapat dilihat dari
terpampangnya papan nama perusahaan dan nomor Izin Usaha serta nomor Sertifikat
Laik Higiene Sanitasi. Hasil tersebut tidak sejalan dengan Soebijanto (2007), dalam
berikut: 1) Setiap rumah makan dan restoran harus memiliki izin usaha dari
berlaku; 2) Untuk memiliki izin usaha jasaboga harus memiliki sertifikat laik hygiene
berkaitan dengan: 1) lokasi dan bangunan; 2) fasilitas sanitasi; 3) dapur dan gudang
tenaga baik secara fisik maupun bakteriologis; dan 7) pengawasan serangga tikus dan
hewan piaraan.
perundangan yang berlaku dilengkapi dengan Sertifikat Laik Hygiene Sanitasi dari
Kepala Dinas Kesehatan Kota Sibolga diketahui bahwa setiap jasaboga yang ada di
Kota Sibolga harus memiliki izin usaha dari Pemerintah Daerah sesuai peraturan
harus memiliki sertifikat hygiene sanitasi yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan.
jasaboga yang memenuhi syarat hygiene sanitasi. Penanggung jawab jasaboga yang
menerima laporan atau mengetahui adanya kejadian keracunan atau kematian yang
diduga berasal dari makanan yang diproduksinya wajib melaporkan kepada Dinas
tersebut dilakukan secara aktif oleh pengusaha. Dan apabila usaha jasaboga sudah
terdaftar maka diberikan plakat atau sertifikat tanda bahwa sudah terdaftar kemudian
lingkungan seperti keadaan fisik bangunan, fasilitas, ventilasi, pencahayaan dan lain
Hasil observasi terlihat bahwa halaman jasaboga yang ada di Kota Sibolga
bersih, tidak banyak lalat, tersedia tempat sampah, dan tidak terdapat tumpukan
barang-barang yang dapat menjadi sarang tikus. Bangunan jasaboga tidak menyatu
bahan makanan.
Bangunan jasaboga kokoh, kuat, aman, terpelihara, bersih dan bebas dari
barang-barang yang tidak berguna atau barang sisa, tetapi bangunannya tidak rapat
dari serangga dan tikus. Hal ini disebabkan karena ventilasi tidak dilapisi dengan
kawat kasa. Selain itu pintu yang digunakan tidak membuka kedua arah hanya satu
arah. Pembagian ruangnya kurang baik, karena antara ruang memasak dengan ruang
cukup dan tidak menimbulkan silau. Namun masih banyak jasaboga (77.3% ) yang
tidak memiliki ruang tempat pengolahan makanan dan tempat cuci tangan dengan
Kota Sibolga, diperoleh masing-masing hanya 9.1% jasaboga memiliki tempat cuci
tangan yang terpisah dari tempat cuci peralatan dan tempat cuci tangan diletakkan
pada tempat yang mudah dijangkau. Sehingga diketahui bahwa hanya sebanyak 9.1%
jasaboga di Kota Sibolga memiliki tempat cuci tangan yang memenuhi syarat
untuk mencuci tangan ada 2 di depan (ruang makan) dan di dapur sendiri. Untuk
toilet di tempat tersebut tersedia 2 toilet tetapi tidak terpisah antara toilet pria dan
wanita. Dari hasil pangamatan yang telah dilakukan, untuk air bersih sudah
memenuhi syarat dari beberapa indikator seperti air bersih harus tersedia cukup untuk
Sibolga, diperoleh bahwa semua tempat sampah yang dimiliki jasaboga di Kota
tempat pembuangan sampah (tong/ bak sampah) yang tersedia telah cukup
menampung sampah dan dilapisi oleh plastik sehingga apabila sudah penuh langsung
dapat dibuang tanpa memindahkan sampahnya lagi tetapi, bak sampah atau tong
sampah tidak tertutup hal ini bisa menyebabkan lalat atau serangga bisa berkembang
biak.
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan ada beberapa hal yang harus di
perhatikan seperti tempat-tempat sampah seperti kantong plastik / kertas, bak sampah
tertutup harus tersedia dalam jumlah yang cukup dan diletakkan sedekat mungkin
semua bangunan dan fasilitas atau alat-alat dengan baik untuk menghindari
genangan-genangan air.
Sistem pembuangan sampah di jasa jasaboga tersebut sudah dapat dinilai baik
karena proses pembuangannya sudah dilakukan secara teratur sehingga tidak ada
sampah yang berserakan tetapi sebaiknya tempat sampahnya tertutup yang akan
memungkinkan terjadinya kontaminasi. Pada saat tempat sampah itu penuh sampah
Sibolga, diperoleh hanya 27.3% jasaboga yang memiliki tempat pencucian peralatan.
berdasarkan kriteria penilaian diperoleh bahwa untuk peralatan semua jasaboga telah
Hasil ini senada dengan Shinta (2008), yang menemukan bahwa peralatan
pada tempat pengelolaan makanan di Universitas ”X”, sebanyak 82% telah memenuhi
syarat kesehatan. Demikian juga dengan hasil penelitian Djaj (2000), dilaporkan
dengan sarana pencucian peralatan masak dan makan, mencuci dengan air yang
berbagai keperluan. Misalnya, untuk mengeringkan peralatan yang basah. Selain itu,
peralatan yang sudah dicuci diletakkan dalam keadaan terbuka. Hal ini serupa dengan
hasil penelitian Susanna (2003) yang menyatakan penempatan piring dilakukan pada
tempat terbuka dan tidak bersih serta penggunaan kain lap pada saat mengeringkan
piring, sendok dan garpu. Hal tersebut dapat memberi kontribusi terhadap
6.1. Kesimpulan
diperoleh bahwa semua jasa boga berdasarkan kondisi lokasinya, kondisi langit-
langit, dan kondisi ruang pengolahan makanan telah memenuhi syarat kesehatan.
Namun berdasarkan hasil penelitian juga diketahui bawah masih banyak kondisi
pintu dan jendela jasaboga di Kota Sibolga tidak memenuhi syarat (36.4%),
diperoleh bahwa semua jasa boga telah memiliki kondisi kamar mandi, dan
hanya sebanyak 9.1% jasaboga memiliki tempat cuci tangan yang memenuhi
syarat kesehatan.
6.2. Saran
Kota Sibolga:
65
Universitas Sumatera Utara
66
bagi pemiliki jasaboga tentang hygiene dan sanitasi jasaboga dalam hal kelayakan
sertifikasi.
Badjuri H. Abubakar dan Yuwono Tcguh, 2002, “Kebijakan Publik, Konsep dan
Strategi”, JIP FISIP Univcrsitas Diponcgoro, Semarang.
Buse Kent, 2009. Making Health Policy: Understanding Public Helath, Second
Edition, London: Open University Press Mc Graw Hill Education.
Friedman, Lawrence M., 2009. Sistem Hukum : Perspektif Ilmu Sosial. Penerbit
Nusa Media. Bandung.
Michael Laver, 1986, “Social Choice and Public Policy”, Basil Blackwell, New
York.
67
Universitas Sumatera Utara
68
Winarno, Budi, 2007. Kebijakan Publik: Teori Dan Proses. Edisi Revisi. Jakarta:
PT. Buku Kita
LEMBAR OBSERVASI
(Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1096/Menkes/Per/VI/2011 Tentang Higiene Sanitasi Jasaboga)
Hari/Tanggal :
Waktu : Pukul .......... s/d ..........
Nama Perusahaan :
Alamat Perusahaan :
Kapan mulai beroperasi :
Jumlah Karyawan :
Jumlah Kamar Mandi :
Luas lahan :
Luas Bangunan :
Luas Dapur :
Luas Lantai :
Luas Ventilasi :
1. Nama Pengusaha :
2. Umur :
3. Pendidikan : a. Tidak sekolah/tidak tamat SD
b. SD
c. SMP
d. SMA
e. Perguruan Tinggi
Hasil
No. Uraian
Ya Tidak
I BANGUNAN
A. Lokasi
1. Lokasi jasaboga tidak berdekatan dengan sumber pencemaran
seperti tempat sampah umum, WC umum, pabrik cat dan sumber
pencemaran lainnya.
2. Terpampang papan nama perusahaan dan nomor Izin Usaha serta
nomor Sertifikat Laik Higiene Sanitasi.
3. Halaman bersih, tidak bersemak, tidak banyak lalat dan tersedia
tempat sampah yang bersih dan bertutup, tidak terdapat
tumpukan barang-barang yang dapat menjadi sarang tikus.
4. Pembuangan air limbah (air limbah dapur dan kamar mandi)
tidak menimbulkan sarang serangga, jalan masuknya tikus dan
dipelihara kebersihannya.
5. Pembuangan air hujan lancar, tidak terdapat genangan air.
6. Konstruksi bangunan untuk kegiatan jasaboga kokoh dan aman.
7. Konstruksi dalam keadaan bersih secara fisik dan bebas dari
barang-barang sisa atau bekas yang ditempatkan sembarangan.
8. Lantai kedap air, rata, tidak retak, tidak licin,
kemiringan/kelandaian cukup dan mudah dibersihkan.
9. Permukaan dinding sebelah dalam rata, tidak lembab, mudah
dibersihkan dan berwarna terang.
B. Langit-langit
1. Bidang langit-langit menutupi seluruh atap bangunan.
2. Bidang langit-langit terbuat dari bahan yang permukaannya rata.
3. Bidang langit-langit mudah dibersihkan.
4. Bidang langit-langit tidak menyerap air dan berwarna terang.
5. Tinggi langit-langit minimal 2,4 meter di atas lantai.
C. Pintu dan Jendela
1. Pintu ruang tempat pengolahan makanan dibuat membuka ke
arah luar dan dapat menutup sendiri.
2. Pintu ruang tempat pengolahan makanan dilengkapi peralatan
anti serangga/lalat seperti kassa, tirai, pintu rangkap dan lain-lain.
3. Pintu dan jendela ruang tempat pengolahan makanan dilengkapi
peralatan anti serangga/lalat seperti kassa, tirai, pintu rangkap
yang dapat dibuka dan dipasang untuk dibersihkan.
D. Pencahayaan
1. Intensitas pencahayaan cukup untuk dapat melakukan
pemeriksaan dan pembersihan serta melakukan pekerjaan-