Anda di halaman 1dari 13

MODUL PRAKTIKUM

KONSEP TUMBUH KEMBANG


PEMERIKSAAN ANTROPOMETRI
PADA BAYI/BALITA

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


KEBIDANAN
STIKES KARYA HUSADA SEMARANG

1
Kegiatan Belajar
Natural Basic Therapy Persalinan
 150 Menit

PENDAH ULUAN
Mata kuliah Deteksi dini tumbuh kembang dan kesehatan anak usia dini
merupakan salah satu mata kuliah wajib pada jurusan sarjana terapan kebidanan di
Karya Husada Semarang, oleh sebab itu setiap mahasiswa wajib mengikuti dan wajib
lulus pada mata kuliah ini. Kewajiban tersebut menuntut setiap mahasiswi Karya Husada
Semarang untuk dapat terampil dan menguasai setiap materi yang diberikan pada saat
perkuliahan dan praktikum Deteksi dini tumbuh kembang dan kesehatan anak usia dini.

Salah satu media pembelajaran yang perlu ada terutama untuk pelaksanaan
praktikum mata kulaih ini adalah modul praktikum. Modul praktikum ini disusun
terutama dalam rangka untuk menjadi pedoman dalam pelaksanaan kegiatan
praktikum mata kuliah Deteksi dini tumbuh kembang dan kesehatan anak usia dini
para mahasiswi jurusan sarjana terapan kebidanan di Karya Husada Semarang.

Modul praktikum ini berisi tahapan-tahapan dalam pelaksanaan kegiatan


praktikum, uraian dan penjelasan mengenai masing-masing tahapan yang
dilaksanakan serta penilaian dari tiap-tiap tahapan hingga penilai akhir dari
keseluruhan pelaksanaan praktikum.

Penyusunan modul praktikum ini disadari masih belum sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan modul ini
agar modul ini lebih bermanfaat dan berhasil guna dalam membantu pelaksanaan
praktikum di masa mendatang.

TUJUAN MATA KULIAH


1. Mengetahui, memahami dan menguasai antropometri.

2
2. Dapat menghitung BB, TB anak sesuai umur.

3. Dapat menghitung Lingkar Kepala Anak (PLKA)

URAIAN MATERI

KONSEP DAN TATALAKSANA RESUSITASI BAYI BARU LAHIR


A. Kompetensi Dasar dan Indikator

NO Kompetensi Dasar Indikator


1. Mampu melakukan pengukuran 1. Melakukan pengukuran antropometri
antropometri

2. Mampu menyiapkan alat antropometri 2. Menyiapkan alat antropometri


dengan lengkap

B. MATERI
Antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi. Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi
dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi. Gangguan
biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh
seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. Berbagai jenis ukuran tubuh
dalam antropometri antara lain berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas,
lingkar pinggang, lingkar panggul, lingkar lengan atas. Adapun syarat-syarat yang
mendasari penggunaan antropometri adalah:
1. Alatnya mudah didapat dan digunakan.
2. Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif.
3. Pengukuran bukan hanya dilakukan oleh tenaga khusus profesional, tetapi
juga oleh tenaga lain setelah dilatih untuk itu.
4. Biaya relatif murah, karena alat mudah didapat dan tidak memerlukan
bahan-bahan lainnya.
5. Hasilnya mudah disimpulkan karena mempunyai ambang batas (cut off
points) dan baku rujukan yang sudah pasti.

3
6. Secara ilimiah diakui kebenarannya. Hampir semua negara menggunakan
antropometri sebagai metode untuk mengukur status gizi masyarakat,
khususnya penapisan (screening) status gizi. Hal ini dikarenakan
antropometri diakui kebenarannya secara ilmiah.

Dengan memperhatikan faktor-faktor diatas, maka di bawah ini merupakan


keunggulan antropometri gizi, yaitu:
1. Prosedurnya sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel
yang besar.
2. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, tetapi cukup dilakukan oleh tenaga
yang sudah dilatih dalam waktu singkat.
3. Alatnya murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat di
daerah setempat.
4. Metode ini tepat dan akurat karena dapat dibakukan.
5. Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau.
6. Umumnya dapat mengidentifikaasi status gizi sedang, kurang, dan gizi buruk
karena sudah ada ambang batas yang jelas.
7. Metode antropometri dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada
periode tertentu, atau dari satu generasi ke generasi berikutnya.
8. Metode antropometri gizi dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang
rawan terhadap gizi.
Namun disamping keunggulan tersebut, penentuan status gizi secara
antropometri juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu:
1. Tidak sensitif. Metode ini tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu
singkat. Di samping itu tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi
tertentu seperti Zinc dan Fe (zat besi).
2. Faktor di luar gizi (penyakit, geneik, dan penurunan penggunaan energi)
dapat menurunkan spesifikasi dan sensitivitas pengukuran antropometri.
3. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi,
akurasi, dan validitas pengukuran antropometri gizi.

4
4. Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan
mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari
tubuh manusia, antara lain:

a. Umur
Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan
penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi
salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat, akan
menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang
tepat.
Menurut Puslitbang Gizi Bogor (1980), batasan umur yang
digunakan adalah tahun umur penuh (Completed Year) dan untuk anak
umur 0-2 tahun digunakan bulan usia penuh (Completed Month).
b. Berat Badan
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan
paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat badan
digunakan untuk mendiagnosa bayi normal atau BBLR. Dikatakan BBLR
apabila berat bayi lahir di bawah 2500 gram atau di bawah 2,5 kg. Pada
masa bayi-balita, berat badan dapat digunakan untuk melihat laju
pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis
seperi dehidrasi, asites, edema, dan adanya tumor. Di samping itu pula
berat badann dapat dipergunakan sebagai dasar perhitungan obat dan
makanan.
Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan
mineral pada tulang. Pada remaja, lemak tubuh cenderung meningkat dan
protein otot menurun.
Pada orang yang edema dan asites terjadi penambahan cairan dalam
tubuh. Sedangkan adanya tumor dapat menurunkan jaringan lemak dan
otot, khususnya terjadi pada orang kekurangan gizi.
c. Tinggi Badan

5
Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang
telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat.
Di samping itu, tinggi badan merupakan ukuran kedua yang penting
karena dengan menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan (Quac
stick), faktor umur dapat dikesampingkan. Pengukuran tinggi badan pada
umumnya dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut Microtoice
yang mempunyai ketelitian 0,1 cm.
d. Lingkar Lengan Atas
Lingkar lengan atas (LILA) merupakan salah satu pilihan untuk
penentuan status gizi, karena mudah dilakukan dan tidak memerlukan
alat-alat yang sulit diperoleh dengan harga yang lebih murah. Akan
tetapi, ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, terutama jika
digunakan sebagai pilihan tunggal untuk indeks status gizi, antara lain:
o Baku lingkar lengan atas yang dugunakan sekarang belum mendapat
pengujian yang memadai untuk digunakan di Indonesia. Hal ini
didasarkan pada hasil-hasil penelitian yang umumnya menunjukkan
perbedaan angka prevalensi KEP yang cukup berarti antara penggunaan
LILA di satu pihak dengan berat bedan menurut umur atau berat
menurut tinggi badan maupun indeks-indeks lain di pihak lain.
o Kesalahan pengukuran pada LILA (pada berbagai tingkat keterampilan
pengukur)relatif lebih besar dibandingkan dengan tinggi badan,
mengingat batas antara baku dengan gizi kurang, lebih sempit pada
LILA daripada tinggi badan. Ini berarti kesalahan yang sama besar
jauh lebih berarti pada LILA dibandingkan dengan tinggi badan.
o Lingkar lengan atas sensitif untuk suatu golongan tertentu
(prasekolah), tetapi kurang sensitif pada golongan lain terutama orang
dewasa. Tidak demikian halnya dengan berat badan
e. Lingkar Kepala
Secara normal, pertambahan ukuran lingkar pada setiap tahap relatif
konstan dan tidak dipengaruhi oleh faktor ras, bangsa dan letak geografis.
Saat lahir, ukuran lingkar kepala normalnya adalah 34-35 cm. Kemudian akan
bertambah sebesar + 0,5 cm/bulan pada bulan pertama atau menjadi + 44 cm.
Pada 6 bulan pertama ini, pertumbuhan kepala paling cepat dibandingkan

6
dengan tahap berikutnya, kemudian tahun-tahun pertama lingkar kepala
bertambah tidak lebih dari 5 cm/tahun, setelah itu sampai usia 18 tahun
lingkar kepala hanya bertambah + 10 cm

f. Lingkar Dada
Pengukuran lingkar dada biasanya dilakukan pada anak yang
berumur 2-3 tahun, karena rasio lingkar kepala dan lingkar dada sama
pada umur 6 bulan. Setelah umur ini, tulang tengkorak tumbuh secara
lambat dan pertumbuhan dada lebih cepat. Umur antara 6 bulan dan 5
tahun, rasio lingkar kepala dan lingkar dada adalah kurang dari 1. Hal ini
dikarenakan akibat kegagalan perkembangan dan pertumbuhan atau
kelemahan otot dan lemak pada dinding dada. Ini dapat digunakan
sebagai indikator dalam menentukan KEP pada anak balita.

7
C. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

TATALAKSANA PENGUKURAN ANTROPOMETRI


STANDAR Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh
OPERASIONAL .................. Ketua STIKES karya Husada
PROSEDUR Semarang

Ns. Fery Agusman MM, SKM,


M.Kep, Sp.Kom
Pengukuran antropometri adalah pengukuran yang
dilakukan untuk mengetahui ukuran-ukuran fisik
PENGERTIAN
seorang anak dengan menggunakan alat ukur tertentu,
seperti timbangan dan pita pengukur (meteran)
1. Mengetahui BB
2. Mengetahui TB
TUJUAN 3. Mengetahui LILA
4. Mengetahui Lingkar Kepala
5. Mengetahui Lingkar Dada
KEBIJAKAN Semua pasien bayi/balita yang periksa
Tenaga professional (dokter, bidan, perawat, dll) , orang
PETUGAS yang terlatih dan trampil dalam melakukan pemeriksaan
antropometri.
1. Timbangan Seca
2. Microtoice
PERALATAN
3. Pita LILA

4. Pita Lingkar Kepala dan Dada/Metline


PROSEDUR A. SIKAP
PELAKSANAAN 1. Menyambut dan memberi salam
2. Memperkenalkan diri
3. Mempersilahkan duduk dan komunikatif
4. Memberikan informasi tindakan dan minta persetujuan
tindakan (inform consent)
B. ISI
1. Berat Badan
a. Subjek mengenakan pakaian biasa (usahakan
dengan pakaian yang minimal) serta tidak
mengenakan alas kaki.
b. Pastikan timbangan berada pada penunjukan
skala dengan angka 0,0.
c. Subjek berdiri diatas timbangan dengan berat
yang tersebar merata pada kedua kaki dan
posisi kepala dengan pandangan lurus ke

8
depan. Usahakan tetap tenang.
d. Bacalah berat badan pada tampilan dengan
skala 0,1 kg terdekat.
2. Tinggi Badan
a. Subjek tidak mengenakan alas kaki, lalu
posisikan subjek tepat di bawah Microtoice.
b. Kaki rapat, lutut lurus, sedangkan tumit, pantat
dan bahu menyentuh dinding vertikal.
c. Subjek dengan pandangan lurus ke depan,
kepala tidak perlu menyentuh dinding vertikal.
Tangan dilepas ke samping badan dengan
telapak tangan menghadap paha.
d. Mintalah subjek untuk menarik napas panjang
dan berdiri tegak tanpa mengangkat tumit
untuk membantu menegakkan tulang
belakang. Usahakan bahu tetap santai.
e. Tarik Microtoice hingga menyentuh ujung
kepala, pegang secara horisontal. Pengukuran
tinggi badan diambil pada saat menarik napas
maksimum, dengan mata pengukur sejajar
dengan alat penunjuk angka untuk
menghindari kesalahan penglihatan.
f. Catat tinggi badan pada skala 0,1 cm terdekat.
3. LILA
a. Subjek diminta untuk berdiri tegak.
b. Tanyakan kepada subjek lengan mana yang
aktif digunakan. Jika yang aktif digunakan
adalah lengan kanan, maka yang diukur adalah
lengan kiri, begitupun sebaliknya.
c. Mintalah subjek untuk membuka lengan
pakaian yang menutup lengan yang tidak aktif
digunakan.
d. Untuk menentukan titik mid point lengan
ditekuk hingga membentuk sudut 90 o, dengan
telapak tangan menghadap ke atas. Pengukur
berdiri di belakang subjek dan menentukan
titik tengah antara tulang atas pada bahu dan
siku.
e. Tandailah titik tersebut dengan ballpoint.
f. Tangan kemudian tergantung lepas dan siku
lurus di samping badan serta telapak tangan
menghadap ke bawah.
g. Ukurlah lingkar lengan atas pada posisi mid

9
point dengan pita LILA menempel pada kulit.
Perhatikan jangan sampai pita menekan kulit
atau ada rongga antara kulit dan pita.
h. Catat hasil pengukuran pada skala 0,1 cm
terdekat
4. LINGKAR KEPALA
a. Siapkan pita pengukur (meteran)
b. Lingkarkan pita pengukur pada daerah glabella
(frontalis) atau supra orbita bagian anterior
menuju oksiput pada bagian posterior. Kemudian
tentukan hasilnya.
c. Cantumkan hasil pengukuran pada kurva lingkar
kepala
5. LINGKAR DADA
a. Siapkan pita pengukur
b. Lingkarkan pita pengukur pada daerah dada
melewati 2 puting
c. Catat hasil pengukuran pada KMS

C. TEKNIK
1. Melakukan secara sistematis
2. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti pasien
3. Melakukan komunikasi selama tindakan
4. Tenang dan percaya diri
5. Menggunakan alat dengan efektif dan efisien
Pemeriksaan fisik bayi baru lahir
DOKUMEN
TERKAIT

10
SKILL LABORATORIUM

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA


SEMARANG

No : ................................ Institusi : ................................

Nama : ............................. Tanggal : ................................

Stase : ............................. Observer : ...............................

TATALAKSANA PENGUKURAN ANTROPOMETRI

NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A FASE ORIENTASI 10%
1 Menyambut dan memberi salam pasien
2 Memperkenalkan diri
3 Mempersilahkan duduk dan komunikatif
4 Memberikan informasi tentang tindakan dan minta
persetujuan tindakan (inform consent)
B FASE KERJA 70%
1 Berat Badan
a. Subjek mengenakan pakaian biasa (usahakan
dengan pakaian yang minimal) serta tidak
mengenakan alas kaki.
b. Pastikan timbangan berada pada penunjukan skala
dengan angka 0,0.
c. Subjek berdiri diatas timbangan dengan berat yang
tersebar merata pada kedua kaki dan posisi kepala
dengan pandangan lurus ke depan. Usahakan tetap
tenang.
d. Bacalah berat badan pada tampilan dengan skala
0,1 kg terdekat.

2 Tinggi Badan
a. Subjek tidak mengenakan alas kaki, lalu posisikan
subjek tepat di bawah Microtoice.
b. Kaki rapat, lutut lurus, sedangkan tumit, pantat dan
bahu menyentuh dinding vertikal.
c. Subjek dengan pandangan lurus ke depan, kepala
tidak perlu menyentuh dinding vertikal. Tangan
dilepas ke samping badan dengan telapak tangan
menghadap paha.
d. Mintalah subjek untuk menarik napas panjang dan
berdiri tegak tanpa mengangkat tumit untuk

11
membantu menegakkan tulang belakang. Usahakan
bahu tetap santai.
e. Tarik Microtoice hingga menyentuh ujung kepala,
pegang secara horisontal. Pengukuran tinggi badan
diambil pada saat menarik napas maksimum,
dengan mata pengukur sejajar dengan alat
penunjuk angka untuk menghindari kesalahan
penglihatan.
f. Catat tinggi badan pada skala 0,1 cm terdekat.
3 LILA
a. Subjek diminta untuk berdiri tegak.
b. Tanyakan kepada subjek lengan mana yang aktif
digunakan. Jika yang aktif digunakan adalah lengan
kanan, maka yang diukur adalah lengan kiri,
begitupun sebaliknya.
c. Mintalah subjek untuk membuka lengan pakaian
yang menutup lengan yang tidak aktif digunakan.
d. Untuk menentukan titik mid point lengan ditekuk
hingga membentuk sudut 90o, dengan telapak
tangan menghadap ke atas. Pengukur berdiri di
belakang subjek dan menentukan titik tengah
antara tulang atas pada bahu dan siku.
e. Tandailah titik tersebut dengan ballpoint.
f. Tangan kemudian tergantung lepas dan siku lurus
di samping badan serta telapak tangan menghadap
ke bawah.
g. Ukurlah lingkar lengan atas pada posisi mid point
dengan pita LILA menempel pada kulit. Perhatikan
jangan sampai pita menekan kulit atau ada rongga
antara kulit dan pita.
h. Catat hasil pengukuran pada skala 0,1 cm terdekat

4 LINGKAR KEPALA
a. Siapkan pita pengukur (meteran)
b. Lingkarkan pita pengukur pada daerah glabella
(frontalis) atau supra orbita bagian anterior menuju
oksiput pada bagian posterior. Kemudian tentukan
hasilnya.
c. Cantumkan hasil pengukuran pada kurva lingkar
kepala
5 LINGKAR DADA
a. Siapkan pita pengukur
b. Lingkarkan pita pengukur pada daerah dada
melewati 2 putting
c. Catat hasil pengukuran pada KMS
C FASE TERMINASI 10%

12
1 Rapikan alat kembali
2 Berikann rasa nyaman kepada bayi
3 Sampaikan hasil tindakan ke keluarga bayi
D PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN 10%
1 Melakukan secara sistematis
2 Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti pasien
3 Melakukan komunikasi selama tindakan
4 Tenang dan percaya diri
5 Menggunakan alat dengan efektif dan efisien
Total 100%
`
TES FORMATIF

Ny. L dating bersama anaknya balita berumur 4 tahun.


Bagaimanakah pengukuran antropometri yang dilakukan
pada anak Ny.L ?

DAFTAR PUSTAKA

DTES FORMATI
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. (2007). Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan
Anak.Infomedika: Jakarta.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. (2007). Buku Kuliah II Ilmu Kesehatan
Anak.Infomedika: Jakarta.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. (2007). Buku Kuliah III Ilmu Kesehatan
Anak. Infomedika: Jakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai