Anda di halaman 1dari 26

Caly Sadly

..."Pecandu Menulis + Makhluk Bego + Mahasiswa Kupu-kupu + Manusia Robot"...

Supariasa, I Dewa Nyoman, dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. EGC: Jakarta.
Selasa, 08 Februari 2011
Antropometri
Penilain Status Gizi
Jurusan Gizi Poltekes Ternate
M. Sadli Umasangaji
09254
Angkatan 2009

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di masyarakat, cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan adalah antropometri
gizi. Dewasa ini dalam program gizi masyarakat, pemantauan status gizi anak balita
menggunakan metode antropometri, sebagai cara untuk menilai status gizi. Disamping itu pula
dalam kegiatan penapisan status gizi masyarakat selalu menggunakan metode tersebut.
Antropometri merupakan salah satu metode yang dapat dipakai secara universal, tidak mahal,
dan metode yang non invasif untuk mengukur ukuran, bagian, dan komposisi dari tubuh
manusia. Oleh karena itu, disebabkan pertumbuhan anak-anak dan dimensi tubuh pada segala
usia dapat mencerminkan kesehatan dan kesejahteraan dari individu dan populasi,
antropometri dapat juga digunakan untuk memprediksi performa, kesehatan, dan daya tahan
hidup.
Antropometri penting untuk kesehatan masyarakat dan juga secara klinis yang dapat
mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan sosial dari individu dan populasi. Selain itu,
aplikasi antropometri mencakup berbagai bidang karena dapat dipakai untuk menilai status
pertumbuhan, status gizi dan obesitas, identifikasi individu, olahraga, militer, teknik dan lanjut
usia.
Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos artinya tubuh dan metros
artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran dari tubuh. Antropometri gizi adalah
pengukuran yang berhubungan dengan berbagai macam dimensi tubuh dan komposisi tubuh
dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
Umumnya, antropometri digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai
ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi. Antropometri dapat dibagi menjadi dua,
yaitu Antropometri Statis/structural (Pengukuran manusia pada posisi diam, dan linier pada
permukaan tubuh) dan Antropometri Dinamis/fungsional (pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik
manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin terjadi
saat pekerja tersebut melaksanakan kegiatannya).
Pada dasarnya jenis pertumbuhan dapat dibagi dua yaitu ; pertumbuhan yang bersifat linier dan
pertumbuhan massa jaringan. Dari sudut pandang antropometri, kedua jenis pertumbuhan ini
mempunyai arti yang berbeda. Pertumbuhan linier menggambarkan status gizi yang
dihubungkan pada saat lampau dan pertumbuhan massa jaringan menggambarkan status gizi
yang dihubungkan pada saat sekarang atau saat pengukuran.
a. Linier
Bentuk dari ukuran linier adalah ukuran yang berhubungan dengan panjang. Contoh ukuran
linier adalah panjang badan, lingkar dada, lingkar kepala. Ukuran linier yang rendah biasanya
menunjukkan keadaan gizi yang kurang akibat kekurangan energi dan protein yang
dideritawaktu lampau. Ukuran linier yang paling sering digunakan adalah tinggi atau panjang
badan.
b. Massa Jaringan
Bentuk dan ukuran massa jaringan adalah massa tubuh. Contoh ukuran massa jaringan adalah
berat badan, lingkar lengan atas (LLA), dan tebal lemak bawah kulit. Apabila ukuran ini rendah
atau kecil, menunjukkan keadaan gizi kurang akibat kekurangan energi dan protein yang
diderita pada waktu pengukuran dilakukan. Ukuran massa jaringan yang paling sering
digunakan adalah berat badan.


B. Tujuan

Tujuan umum
Dapat melakukan beberapa pengukuran antropometri dengan tepat pada
orang dewasa, anak, balita, dan bayi dapat menilai status gizi seseorang berdasarkan
standar yang digunakan.

Tujuan khusus
Dapat melakukan pengukuran berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) pada orang
dewasa, anak, balita dan bayi.
Dapat melakukan pengukuran lingkar lengan atas (LLA) pada orang dewasa dan anak.
Dapat melakukan pengukuran tebal lemak bawah kulit (TLBK) pada orang dewasa.
Dapat menilai status gizi pada orang dewasa, anak, balita, dan bayi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Antropometri berasal dari kata antropos dan metros. Antropos artinya tubuh dan metros
artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran dari tubuh. Pengertian ini bersifat sangat
umum sekali. Pengertian dari sudut pandang gizi, telah banyak diungkapkan oleh para ahli
Jelliffe (1966) mengungkapkan bahwa ; Nutritional antropometry is measurement of the
variations of the physical dimensions and the gross composition of the human body at different
age levels and degree of nutrition. Dari definisi ini dapat ditarik kesimpulan pengertian bahwa
antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan
komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara
lain : berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit.
Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai ketidak
seimbangan antara asupan protein dan energi. Gangguan ini biasanya terlihat dari pola
pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh.
(Nyoman, 2002)
Dewasa ini, di masyarakat sangat lazim digunakan metode antropometri untuk menentukan
status gizi, baik pada dewasa maupun anak anak. Selain untuk tujuan tesebut, antropometri
digunakan untuk kegiatan penapisan status gizi masyarakat.
Sedangkan dari sudut pandang gizi, antropometri berarti pengukuran dari ukuran dan
komposisi tubuh pada berbagai level usia dan variasi keadaan gizi.
Jadi dapat disimpulkan, bahwa fokus utama pengukuran antropometri meliputi pengukuran
dimensi tubuh seperti berat badan, tinggi badan atau panjang badan, lingkar lengan atas dan
komposisi tubuh meliputi lemak tubuh (fat mass) dan bukan lemak tubuh (fat-free mass ) dari
berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
Antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan
komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara
lain: berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit.
Keunggulan antropometri gizi sebagai berikut :
a. Prosedurnya sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar.
b. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, tetapi cukup dilakukan oleh tenaga yang sudah
dilatih dalam waktu singkat dapat melakukan pengukuran antropometri. Kader gizi (Posyandu)
tidak perlu seorang ahli, tetapi dengan pelatihan singkat ia dapat melaksanakan kegiatannya
secara rutin.
c. Alatnya murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat di daerah setempat.
Memang ada alat antropometri yang mahal dan harus diimpor dari luar negeri, tetapi
penggunaan alat itu hanya tertentu saja seperti "Skin Fold Caliper" untuk mengukur tebal lemak
di bawah kulit.
d. Metode ini tepat dan akurat, karena dapat dibakukan.
e. Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau.
f. Umumnya dapat mengidentifikasi status gizi sedang, kurang, dan gizi buruk, karena sudah ada
ambang batas yang jelas.
g. Metode antropometri dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu, atau
dari satu generasi ke generasi berikutnya.
h. Metode antropometri gizi dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan terhadap
gizi.
Di samping keunggulan metode penentuan status gizi secara antropometri, terdapat pula
beberapa kelemahan :
a. Tidak sensitif
Metode ini tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat. Di samping itu tidak dapat
membedakan kekurangan zat gizi tertentu seperti zink dan Fe.
b.Faktor di luar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan energi) dapat menurunkan
spesifikasi dan sensitivitas pengukuran antropometri.
c.Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi, akurasi, dan
validitas pengukuran antropometri gizi.
d.Kesalahan ini terjadi karena:
1.pengukuran.
2.perubahan hasil pengukuran baik fisik maupun komposisi jaringan.
3.analisis dan asumsi yang keliru.
e.Sumber kesalahan, biasanya berhubungan dengan:
1.latihan petugas yang tidak cukup.
2.kesalahan alat atau alat tidak ditera.
3.kesulitan pengukuran. (Nyoman, 2002)

Jenis Parameter
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa
parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain: Umur, berat
badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal
lemak di bawah kulit.
1. Umur
Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan umur akan
menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat
badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat.
Menurut Puslitbang Gizi Bogor (1980), batasan umur digunakan adalah tahun umur penuh
(Completed Year) dan untuk anak umur 0-2 tahun digunakan bulan usia penuh (Completed
Month).
Contoh: Tahun usia penuh (Completed Year)
Umur : 7 tahun 2 bulan, dihitung 7 tahun
6 tahun 11 bulan, dihitung 6 tahun

Contoh: Bulan Usia penuh (Completed Month)
Umur : 4 bulan 5 hari, dihitung 4 bulan
3 bulan 27 hari, dihitung 3 bulan

2. Berat Badan
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan
pada bayi baru lahir (neonatus). Berat badan digunakan untuk mendiagnosa bayi normal atau
BBLR. Dikatakan BBLR apabila berat bayi lahir di bawah 2500 gram atau di bawah 2,5 kg. Pada
masa bayi-balita, berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik
maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi, asites, edema dan adanya
tumor. Di samping itu pula berat badan dapat dipergunakan sebagai dasar perhitungan dosis
obat dan makanan.
Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral pada tulang. Pada
remaja, lemak tubuh cenderung meningkat, dan protein otot menurun. Pada orang yang edema
dan asites terjadi penambahan cairan dalam tubuh. Adanya tumor dapat menurunkan jaringan
lemak dan otot, khususnya terjadi pada orang kekurangan gizi.

Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang. Alat yang digunakan di lapangan
sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan:
1. Mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat yang lain.
2. Mudah diperoleh dan relatif murah harganya.
3. Ketelitian penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg.
4. Skalanya mudah dibaca.
5. Cukup aman untuk menimbang anak balita.

Alat yang dapat memenuhi persyaratan dan kemudian dipilih dan dianjurkan untuk digunakan
dalam penimbangan anak balita adalah dacin.
Penggunaan dacin mempunyai beberapa keuntungan antara lain:
1. Dacin sudah dikenal umutn sampai di pelosok pedesaan.
2. Dibuat di Indonesia, bukan impor, dan mudah didapat.
3. Ketelitian dan ketepatan cukup baik.

Dacin yang digunakan sebaiknya minimum 20 kg dan maksimum 25 kg. Bila digunakan dacin
berkapasitas 50 kg dapat juga, tetapi hasilnya agak kasar, karena angka ketelitiannya 0,25 kg.

3. Tinggi Badan
Tinggi atau panjang badan merupakan indikator umum ukuran tubuh dan panjang tulang.
Namun, tinggi saja belum dapat dijadikan indikator untuk menilai status gizi, kecuali jika
digabungkan dengan indikator lain seperti usia dan berat badan. Penggunaan tinggi, atau
panjang, bukan tanpa kelemahan. Pertama, baku acuan yang tersedia umumnya terambil dari
penilaian tinggi badan subjek yang berasal dari masyarakat berstatus gizi baik di negara maju.
Kedua, defisit pertumbuhan linier baru akan terjelma manakala defisiensi telah berlangsung
lama yang berarti tidak akan termanifestasi semasa bayi. Jika bayi terukur lebih pendek
ketimbang baku acuan, tidak berarti bayi tersebut tengah malnutrisi pascanatal, melainkan
dampak dari ukuran lahir rendah. Ketiga, secara genetik setiap orang terlahir menurut ukuran
yang tidak serupa: orang yang jika dibandingkan dengan populasi "acuan" berukuran lebih
pendek tidak langsung berarti malnutrisi.
Tinggi badan diukur dalam keadaan berdiri tegak lurus, tanpa alas kaki, kedua tangan merapat
ke badan, punggung dan bokong menempel pada dinding, dan pandangan diarahkan ke depan.

4. Lingkar Lengan Atas (LLA)
Lingkar lengan atas (LLA) dewasa ini memang merupakan salah satu pilihan untuk penentuan
status gizi, karena mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat yang sulit diperoleh dengan
harga yang lebih murah.
Pengukuran LLA adalah suatu cara untuk mengetahui risiko kekurangan energi protein (KEP)
wanita usia subur (WUS). Pengukuran LLA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan
status gizi dalam jangka pendek. Pengukuran LLA digunakan karena pengukurannya sangat
mudah dan dapat dilakukan siapa saja.
Beberapa tujuan pemeriksaan LLA adalah mencakup masalah WUS baik ibu hamil maupun calon
ibu, masyarakat umum dan peran petugas lintas sektoral. Adapun tujuan tersebut adalah:
a. Mengetahui risiko KEK WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu, untuk menapis wanita yang
mempunyai risiko melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).
b. Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih berperan dalam pencegahan
dan penanggulangan KEK.
c. Mengembangkan gagasan baru di kalangan masyarakat dengan tujuan meningkatkan
kesejahteraan ibu dan anak.
d. Meningkatkan peran petugas lintas sektoral dalam upaya perbaikan gizi WUS yang menderita
KEK.
e. Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS yang menderita KEK.

Lingkar lengan atas diperiksa pada bagian pertengahan jarak antara olekranon dan tonjolan
akromion. Ambang batas LLA WUS dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila
ukuran LLA kurang 23,5 cm atau dibagian merah pita LLA, artinya wanita tersebut mempunyai
risiko KEK, dan diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR). BBLR mempunyai
risiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan dan gangguan perkembangan anak.

5. Lingkar Kepala
Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak secara praktis, yang
biasanya untuk memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala atau peningkatan ukuran
kepala. Contoh yang sering digunakan adalah kepala besar (Hidrosefalus) dan kepala kecil
(Mikrosefalus).
Lingkar kepala terutama dihubungkan dengan ukuran otak dan tulang tengkorak. Ukuran otak
meningkat secara cepat selama tahun pertama, akan tetapi besar lingkar kepala tidak
menggambarkan keadaan kesehatan dan gizi. Bagaimanapun juga ukuran otak dan lapisan
tulang kepala dan tengkorak dapat bervariasi sesuai dengan keadaan gizi.

6. Lingkar Dada
Biasanya dilakukan pada anak yang berumur 2 sampai 3 tahun, karena rasio lingkar kepala dan
lingkar dada sama pada umur 6 bulan. Setelah umur ini, tulang tengkorak tumbuh secara
lambat dan pertumbuhan dada lebih cepat. Umur antara 6 bulan dan 5 tahun, rasio lingkar
kepala dan dada adalah kurang dari satu, hal ini dikarenakan akibat kegagalan perkembangan
dan pertumbuhan, atau kelemahan otot dan lemak pada dinding dada. Ini dapat digunakan
sebagai indikator dalam menentukan KEP pada anak balita.

7. Jaringan Lunak
Otak, hati, jantung, dan organ dalam lainnya merupakan bagian yang cukup besar dari berat
badan, tetapi relatif tidak berubah beratnya pada anak malnutrisi. Otot dan lemak merupakan
jaringan lunak yang sangat bervariasi pada penderita KEP. Antropometri jaringan dapat
dilakukan pada kedua jaringan tersebut dalam pengukuran status gizi di masyarakat.
Lemak subkutan (Sub-Cutaneous Fat)
Penelitian komposisi tubuh, termasuk informasi mengenai jumlah dan distribusi lemak
subkutan, dapat dilakukan dengan bermacam metode :
1. Analisis Kimia dan Fisik (melalui analisis seluruh tubuh pada autopsi).
2. Ultrasonik.
3. Densitometri (melalui penempatan air pada densitometer)
4. Radiological anthropometry (dengan mengunakan jaringan yang lunak).
5. Physical anthropometry (menggunakan skin-fold calipers)
Dari metode tersebut diatas, hanya antropometri fisik yang paling sering atau praktis digunakan
di lapangan. Bermacam-macam skin-fold calipers telah ditemukan, tetapi pengalaman
menunjukkan bahwa alat tersebut mempunyai standard atau jangkauan jepitan (20-40 mm2),
dengan ketelitian 0,1 mm, tekanan yang konstan 10 gram/mm2). Jenis alat yang sering
digunakan adalah Harpenden Calipers. Alat itu memungkinkan jarum diputar ke titik nol apabila
terlihat penyimpangan.

Indeks Antropometri
Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi antara beberapa
parameter disebut indeks antropometri.

1. Berat badan menurut umur (BB/U)
Indeks BB/U merefleksikan berat badan relatif dibandingkan dengan umur anak. Indeks ini
menggambarkan status gizi masa kini, baik digunakan apabila data umur tidak diketahui. Karena
indeks ini menggambarkan proporsi berat badan relatif terhadap tinggi badan maka indeks ini
merupakan indikator kekurusan (wasting). Dengan sifat labil, indeks BB/U menggambarkan
status gizi pada masa kini. Indeks ini dapat mendeteksi apakah seorang anak beratnya kurang
atau sangat kurang, tetapi tidak dapat digunakan untuk mengklasifikasikan apakah seorang
anak mengalami kelebihan berat badan atau sangat gemuk.
Penting untuk diketahui bahwa seorang anak dengan BB/U rendah dapat disebabkan oleh
pendek (stunting) atau kurus(thinness) atau keduanya.
Kelebihan indeks BB/U antara lain :
1. Mudah dan cepat dimengerti masyarakat umum.
2. Sensitif melihat perubahan status gizi jangka pendek.
3. Dapat mendeteksi kelebihan berat badan (overweight).
4. Pengukuran objektif, pengulangan memberikan hasil relatif sama.
5. Alat mudah dibawa dan relatif murah.
6. Pengukuran mudah dilakukan dan teliti.
7. Pengukuran tidak makan waktu banyak.
Kekurangan indeks BB/U :
1. Kekeliruan interpretasi bila ada oedema.
2. Perlu data umur yang akurat.
3. Sering kesalahan pengukuran akibat pengaruh pakaian dan gerakan anak.
4. Secara operasional sering terjadi hambatan karena masalah sosial budaya setempat.

2. Berat badan menurut panjang atau tinggi badan (BB/PB atau BB/TB)
Berat badan mempunyai hubungan linear dengan tinggi badan. Pada keadaan normal, maka
perkembangan berat badan searah dengan pertambahan tinggi badan dengan kecepatan
tertentu. Indeks ini menggambarkan status gizi masa kini, baik digunakan apabila data umur
tidak diketahui. Karena indeks ini menggambarkan proporsi berat badan relatif terhadap tinggi
badan, maka indeks ini merupakan indikator kekurusan (wasting).
Kelebihan indeks BB/TB antara lain :
1. Hampir bebas terhadap pengaruh umur dan ras.
2. Dapat membedakan anak : kurus, gemuk, marasmus atau bentuk KEP lainnya.
Kelemahan indeks BB/TB :
1. Tidak dapat memberi gambaran apakah anak tersebut pendek, cukup tinggi badan atau
kelebihan TB, karena faktor umur tidak diperhatikan.
2. Dalam praktek sering dialami kesulitan ketika mengukur panjang badan anak baduta atau TB
anak balita.
3. Sering terjadi kesalahan membaca angka hasil pengukuran, terutama bila dilakukan oleh
tenaga non-profesional.

3. Panjang atau tinggi badan menurut umur (PB/U atau TB/U)
Tinggi badan menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal maka
tinggi badan akan tumbuh bersamaan dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan
tidak seperti berat badan, dimana tinggibadan relatif kurang sensitif terhadap defisiensi gizi
dalam jangka pendek. Indeks ini menggambarkan keadaan stunting.
Kelebihan indeks TB/U :
1. Indikator yang baik untuk mengetahui kurang gizi masa lampau.
2. Alat mudah dibawa ke lapangan dan dapat dibuat secara lokal.
3. Jarang orangtua keberatan diukur anaknya.
4. Pengukuran objektif.
Kelemahan indeks TB/U :
1. Dalam menilai intervensi harus disertai indeks lain (spt BB/U), karena perubahan TB tidak
banyak terjadi dalam waktu singkat.
2. Membutuhkan beberapa teknik pengukuran seperti : alat ukur PB untuk anak < 2 tahun, dan
alat ukur TB untuk anak >2 tahun.
3. Hasil ukur yang teliti sulit diperoleh oleh tenaga kurang terlatih, seperti kader atau petugas
yang belum berpengalaman.
4. Memerlukan tenaga 2 orang untuk mengukur panjang badan.
5. Umur tepat kadang sulit didapatkan.

4. Lingkar Lengan Atas Menurut Umur (LLA/U)

Kelebihan Indeks LLA/U
Indikator yang baik untuk menilai KEP berat.
Alat ukur murah, sangat ringan, dan dapat dibuat sendiri.
Alat dapat diberi kode warna untuk menentukan tingkat keadaan gizi, sehingga dapat
digunakan oleh yang tidak dapat membaca dan menulis.

Kekurangan Indeks LLA/U
Hanya dapat mengidentifikasi anak dengan KEP berat.
Sulit menentukan ambang batas.
Sulit digunakan untuk melihat pertumbuhan anak terutama anak usia 2 sampai 5 tahun yan
perubahannya tidak nampak nyata.

5. Indeks Massa Tubuh
Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa (usia 18 tahun) merupakan masalah
penting, karena selain mempunyai resiko penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi
produktivitas kerja. Oleh karena itu pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan secara
berkesinambungan. Salah satu cara adalah dengan mempertahankan berat badan ideal/normal.



Kategori batas ambang IMT untuk Indonesi menurut WH)/WPR/IASO/ITF (2000) :
Kategori IMT
Kurus Sangat kurus < 16,49 Kurus 16,5 18,49 Normal 18,5 22,9 Overweight 23,0 24,0
Obesitas Obesitas tingkat ringan (batas I) 23,0 29,9 Obesitas tingkat sedang (batas II) > 30
Obesitas tingkat berat (batas (III) > 40

6. Tebal Lemak Bawah Kulit Menurut Umur (TLBK/U)
Pengukuran lemak tubuh melalui pengukuran ketebalan lemak bawah kulit (skinfold) dilakukan
pada beberapa bagian misalnya pada bagian lengan atas (triceps dan biceps), lengan bawah
(foream), tulang belikat (subscapular), ditengah garis ketiak (midaxilarry).
Lemak tubuh dapat diukur secara absolute dinyatakan dalam kilogram maupun secara relative
dinyatakan dalam persen terhadap berat tubuh total.
Jumlah lemak tubuh sangat bervariasi tergantung dari jenis kelamin dan umur. Umumnya lemak
bwah kulit pria = 3,1 kg dan wanita = 5,1 kg.

Intrepretasi Hasil Pengukuran
Status gizi adalah gambaran kondisi fisik seseorang sebagai refleksi dari keseimbangan energi
yang masuk dan yang dikeluarkan oleh tubuh. Status gizi seseorang dapat dinilai dengan
mengukur dimensi tubuh (antropometri), yaitu berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas,
serta tebal lemak di bawah kulit. Akan tetapi ukuran tubuh saja tidak akan memberikan arti jika
tidak dikaitkan dengan umur dan jenis kelamin. Kombinasi antar ukuran tubuh, atau antara
ukuran tubuh dengan umur disebut indices atau indikator . Secara umum indikator
dikelompokkan menjadi dua, yaitu indikator pertumbuhan (growth indicators) dan indikator
komposisi tubuh (body composition). Indikator pertumbuhan termasuk berat badan menurut
umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), berat badan menurut tinggi badan (BB/TB),
dan lingkar kepala. Indikator komposisi tubuh antara lain ukuran lengkar lengan atas, dan tebal
lemak bawah kulit .
Untuk menilai status gizi anak balita, WHO merekomendasikan penggunaan baku rujukan dari
National Center for Health and Statistic (NCHS). Ambang batas (cut off point) yang digunakan
skor simpang baku atau z skor untuk menentukan status gizi baik adalah 2 SD (WHO, 1983).
Dengan ambang batas tersebut dapat ditetapkan underweight (BB/U <-2 SD), stunted (TB/U<-2
SD), dan wasted (BB/TB < -2 SD). Status gizi orang dewasa dapat dinilai menggunakan indeks
masa tubuh (body mass index) lebih sering disingkat BMI, yaitu suatu rasio antara berat badan
(kg) dengan kwadrat tinggi badan (dalam meter). (Pelangi Gizi, 2008) 1. Indeks BB/U Gizi baik
bila Z skor terletak antara -2 SD s/d +2 SD. Gizi kurang bila Z skor terletak antara -3 SD s/d <-
2 SD. Gizi buruk bila Z skor terletak antara < -3 SD. Gizi lebih bila Z skor terletak antara > +2 SD.


2. Indeks TB/U
Normal bila Z skor terletak antara -2 SD.
Pendek bila Z skor terletak antara < -2 SD. 3. Indeks BB/TB Normal bila Z skor terletak antara -
2 SD s/d +2 SD. Kurus bila Z skor terletak antara -3 SD s/d <-2 SD. Sangat kurus bila Z skor
terletak antara < -3 SD. Gemuk bila Z skor terletak antara > +2 SD.

Klasifikasi status gizi menurut rekomendasi lokakarya antropometri, 1975 serta puslitbang gizi,
1978 :
Kategori BB/U TB/U LLA/U BB/TB LLA/TB
Gizi baik 100 80 100 95 100 85 100 90 100 85
Gizi kurang < 80 60 < 95 85 < 85 70 < 90 70 < 85 75 Gizi buruk < 60 < 85 < 70 < 70 < 75
(Nyoman, 2002) BAB III METODE PRAKTIKUM A. Alat Yang Digunakan - Weigth scale. -
Microtoise. - Salter. - Lila meter. - Knee scale. - Lengthboard. - Kaliper. B. Metode Pengukuran
Antropometri a. Pengukuran . Pengukuran berat badan untuk orang dewasa (> 5 tahun) :
- Subjek menggunakan pakaian biasa (usahakan dengan lengan yang minimal dan
longgar). Isi kantong dikeluarkan, subjek tidak menggunakan sepatu dan kaus
kaki.
- Pastikan posisi timbangan menunjukkan angka nol.
- Subjek berdiri diatas timbangan dengan beratnya tersebar merata pada kedua
kaki dan posisi kepala dengan pandangan lurus ke depan. Jangan bergerak-
gerak.
- Bacalah berat badan subjek, dan catat pada skala 0,1 kg terdekat.

b. Pengukuran tinggi badan :
- Pilihlah tempat dengan dinding vertikal dan permukaan lantai yang horizontal.
- Letakkan microtoice di lantai dan tarik pita centimeter ke atas sepanjang
dinding sampai angka 0 muncul pada penunjuk angka microtoice, beri tanda.
- Pasang ujung microtoice pada dinding dengan paku atau lakban.
- Periksa kembali penunjuk angka pada microtoice, tarik pita centimeter ke bawah
sampai menunjukkan angka 0.
- Subjek yang diukur tidak boleh menggunakan alas kaki.
Posisi subjek tepat dibawah microtoice
- Kaki rapat, lutut lurus.
- Tumit, pantat, bahu menyentuh dinding vertikal.
- Subjek dengan pandangan lurus ke depan, kepala tidak perlu menyentuh dinding
vertikal.
- Tangan lepas (tergantung bebas) disamping badan dengan telapak tangan
menghadap paha.
- Mintalah subjek untuk menarik nafas panjang dan berdiri tegak tanpa
mengangkat tumit untuk membantu menegakkan tulang belakang. Bahu harus
tetap santai.
- Tarik microtoice sampai menyentuh ujung kepala, pegang secara horisontal.
Pengukuran tinggi badan diambil pada saat menarik nafas maksimum, dengan
mata pengukur sejajar dengan alat penunjuk angka untuk meghindari kesalahan
penglihatan. Catat tinggi badan pada skala 0,1 cm terdekat.

c. Pengukuran lingkar lengan atas :
- Subjek diminta untuk berdiri tegak.
- Mintalah subjek untuk membuka lengan pakaian yang menutup lengan kiri atas.
- Untuk menentukan titik tengah, siku subjek menekuk 90 derajat, dengan telapak
tangan menghadap ke atas. Pengukur berdiri di belakang subjek dan
menentukan titik tengah antara tulang atas pada bahu kiri dan siku.
Tandailah titik tengah tersebut dengan pena
- Dengan tangan tergantung lepas dan siku lurus di samping badan dan telapak
tangan menghadap ke paha.
- Ukurlah lingkar lengan atas pada posisi yang sudah diberi tanda, dengan pita
centi meter/ alat pengukur LILA yang menempel pada kulit.
- Lingkar lengan atas dicatat pada skala 0,1 cm terdekat. Jika LILA lebih dari 33
cm, pakai pita cm.

d. Pengukuran berat badan balita :

Dengan menggunakan salter atau dacin :
- Salter atau dacin dipasang dengan cara digantung pada balok atap rumah atau
tempat yang kuat biasanya juga cabang pohon. Gunakan tali untuk
menggantung alat ukur sampai sebatas mata atau penglihatan anda.
- Pasang sarung atau infant sling atau basket pada pengait salter atau dacin bagian
bawah. Standarisasi alat dengan mengatur pada posisi nol.
- Mintalah pada ibu/pengasuh untuk melepaskan pakaian & sepatu anak (pakaian
seminimal mungkin).
- Cek posisi anak. Perhatikan apakah ana tergantung baik, tidak tersentuh apapun
dan dalam keadaan tenang.
- Bacalah skala sesegera mungkin mendekati 0,1 kg.

Dengan menggunakan baby scale atau timbangan injak
- Siapkan alat, pastikan jarum menunjuk pada angka nol.
- Mintalah pada ibu/pengasuh untuk melepas pakaian dan sepatu anak (pakaian
seminimal mungkin) dan menenangkan bayi/anak.
- Letakkan bayi pada alat ukur, pastikan posisi bayi/anak perhatikan anggota
badan agar berada pada timbangan (tidak menyentuh apapun terutama lantai).
Baca pada skala 0,1 kg terdekat.

e. Pengukuran panjang badan :
- Pengukuran panjang badan digunakan pada bayi/anak dengan tinggi badan 85
cm atau usia 24 bulan karena belum dapat berdiri tegap tanpa bantuan.
- Dibutuhkan 2 orang pengukur untuk mengukur panjang badan. Alat yang
digunakan berupa papan (lengthboard) dengan footboard yang dapat
disetel/digerakkan. Letakkan alat pada tempat yang datar.
- Bayi/anak diletakkan terlentang dengan pandangan lurus ke atas (Frankfort
plane).
- 1 orang pengukur mengatur posisi kepala dan memastikan kepala anak melekat
pada headboard.
- Pengukur kedua mengatur posisi kaki (tidak menggunakan alas kaki, kaus kaki
diperbolehkan), pastikan telapak kaki melekat pada footboard dan lutut
diluruskan.
- Baca skala pada 0,1 cm terdekat.

f. Pengukuran lemak tubuh :
Cara pengukuran :
- Ibu jari dan jari telunjuk dari tangan kiri digunakan mengangkat kedua sisi dari
kulit dan lemak subkutan kurang lebih 1 cm proximal dari daerah yang akan
diukur.
- Lipatan kulit diangkat pada jarak kurang lebih 4 cm yang tegak lurus arah garis
kulit.
- Lipatan kulit tetap diangkat sampel pengukuran selesai.
- Kaliper dipegang dengan tangan kanan.
- Pengukuran dilakukan dalam 4 detik setelah penekanan dilepas.

Tricept skinfold
- Subjek berdiri dengan kedua lengan tergantung bebas pada kedua sisi tubuh.
Benggokkan tangan sehingga membentuk sudut 90.
- Tentukan titik tengah lengan.
- Pengukur berdiri di belakang subjek dan meletakkan telapak tangan kirinya pada
bagian lengan yang paling atas ke arah tanda yang telah dibuat dimana ibu jari
dan jari telunjuk menghadap ke bawah.
- Tricept skinfold diambil dengan menarik pada 1 cm dari proximal tanda titik
tengah nadi.
- Dalam 4 detik tricept skinfold diukur dengan mendekati 0,1 mm (2X).


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Praktikum 1



Berat Badan (BB) / Tinggi Badan (TB)
Orang Dewasa


Berat Badan Akurat :
No Nama Data 1 (kg) Data 2 (Kg) Data 3 (Kg) Data Akurat (kg)
1 Dian 48.5 46.8 48.7 48.6
2 Erni 46.5 46.6 46.6 46.56
3 Husmiati 40.7 40.8 40.8 40.8
4 Irakandi 39.2 39.2 39.1 39.16
5 Julfa 38.0 37.9 37.4 37.7
6 Kinayat 44.2 44.3 44.3 44.2
7 M. Sadli 36.8 36.8 36.9 36.8
8 Magfirsyah 57.0 57.0 57.1 57.03
9 Marhama 39.1 39.1 39.0 39.0

Tinggi Badan Akurat :
No Nama Data 1 (cm) Data 2 (cm) Data 3 (cm) Data Akurat (cm)
1 Dian 146.6 148.5 146.5 147.2
2 Erni 146 147 148 147
3 Husmiati 144 143.1 143.3 143.4
4 Irakandi 147.6 147.5 147.4 147.5
5 Julfa 149.7 149.2 149.8 149.5
6 Kinayat 148.4 148.4 149.1 148.6
7 M. Sadli 158 159 159.1 158.7
8 Magfirsyah 164.3 164 164.5 164.2
9 Marhama 145.5 145.6 145.6 145.5

Perhitungan dan penilaian status gizi
1. BB (kg) 48.5 48.5
IMT Dian = = = = 21.9 (Normal)
TB (m)2 (1.48)2 2.20

2. BB (kg) 46.5 46.5
IMT Erni = = = = 21.51 (Normal)
TB (m)2 (1.47)2 2.16

3. BB (kg) 40.8 40.8
IMT Husmiati = = = = 19.9 (Normal)
TB (m)2 (1.434)2 2.05

4. BB (kg) 39.16 39.16
IMT Irakandi = = = = 18.04 (Kurus)
TB (m)2 (1.475)2 2.17
5. BB (kg) 37.7 37.7
IMT Julfa = = = = 16.9 (Kurus)
TB (m)2 (1.495)2 2.27

6. BB (kg) 44.2 44.2
IMT Kinayat = = = = 20.1 (Normal)
TB (m)2 (1.486)2 2.20

7. BB (kg) 36.8 36.8
IMT M. Sadli = = = = 14.72 (Sangat Kurus)
TB (m)2 (1.587)2 2.5

8. BB (kg) 57.03 57.03
IMT Magfirsyah = = = = 21.27 (Normal )
TB (m)2 (1.64)2 2.68

9. BB (kg) 39.0 39.0
IMT Marhama = = = = 18.48 (Kurus)
TB (m)2 (1.455)2 2.11

Tabel BB dan TB
No Nama Umur (Tahun) BB (kg) TB (cm) Status Gizi
Baik Kurang Buruk Lebih Obesitas
1 Dian 20 48.6 147.2
2 Erni 19 46.5 147
3 Husmiati 20 40.8 143.4
4 Irakkandi 19 39.16 147.5
5 Julfa 19 37.7 149.5
6 Kinayat 20 44.2 148.6
7 M. Sadli 19 36.8 158.7
8 Magfirsyah 19 51.1 164.2
9 Marhama 20 39.0 145.5
B. Pembahasan

1. Berat Badan (BB), Tinggi Badan (TB), dan IMT Orang Dewasa

Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral pada tulang. Pada
remaja, lemak tubuh cenderung meningkat, dan protein otot menurun. Pada orang yang edema
dan asites terjadi penambahan cairan dalam tubuh.
Tinggi atau panjang badan merupakan indikator umum ukuran tubuh dan panjang tulang.
Namun, tinggi saja belum dapat dijadikan indikator untuk menilai status gizi, kecuali jika
digabungkan dengan indikator lain seperti usia dan berat badan. Penggunaan tinggi, atau
panjang, bukan tanpa kelemahan.
Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa (usia 18 tahun) merupakan masalah
penting, karena selain mempunyai resiko penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi
produktivitas kerja. Oleh karena itu pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan secara
berkesinambungan. Salah satu cara adalah dengan mempertahankan berat badan ideal/normal.

Kategori batas ambang IMT untuk Indonesi menurut WH)/WPR/IASO/ITF (2000) :
Kategori IMT
Kurus Sangat kurus < 16,49 Kurus 16,5 18,49 Normal 18,5 22,9 Overweight 23,0 24,0
Obesitas Obesitas tingkat ringan (batas I) 23,0 29,9 Obesitas tingkat sedang (batas II) > 30
Obesitas tingkat berat (batas (III) > 40

Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan ada beberapa mahasiswa yang memiliki status gizi
normal diantaranya Dian, Erni, Husmiati, Kinayat, Magfirsyah, sedangkan yang memiliki status
gizi kurang adalah Irakkandi, Julfa, Marhama, serta yang memiliki status gizi buruk adalah M.
Sadli.
3. BB/U, TB/U, BB/TB dan Cut Of Points Indeks BB/U merefleksikan berat badan relatif
dibandingkan dengan umur anak. Indeks ini menggambarkan status gizi masa kini, baik
digunakan apabila data umur tidak diketahui. Karena indeks ini menggambarkan proporsi berat
badan relatif terhadap tinggi badan maka indeks ini merupakan indikator kekurusan (wasting).
Dengan sifat labil, indeks BB/U menggambarkan status gizi pada masa kini. Indeks ini dapat
mendeteksi apakah seorang anak beratnya kurang atau sangat kurang, tetapi tidak dapat
digunakan untuk mengklasifikasikan apakah seorang anak mengalami kelebihan berat badan
atau sangat gemuk. Penting untuk diketahui bahwa seorang anak dengan BB/U rendah dapat
disebabkan oleh pendek (stunting) atau kurus(thinness) atau keduanya. Tinggi badan
menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal maka tinggi badan akan
tumbuh bersamaan dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat
badan, dimana tinggibadan relatif kurang sensitif terhadap defisiensi gizi dalam jangka pendek.
Indeks ini menggambarkan keadaan stunting. Berat badan mempunyai hubungan linear dengan
tinggi badan. Pada keadaan normal, maka perkembangan berat badan searah dengan
pertambahan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indeks ini menggambarkan status gizi
masa kini, baik digunakan apabila data umur tidak diketahui. Karena indeks ini menggambarkan
proporsi berat badan relatif terhadap tinggi badan, maka indeks ini merupakan indikator
kekurusan (wasting). a. Indeks BB/U Gizi baik bila Z skor terletak antara -2 SD s/d +2 SD. Gizi
kurang bila Z skor terletak antara -3 SD s/d <-2 SD. Gizi buruk bila Z skor terletak antara < -3
SD. Gizi lebih bila Z skor terletak antara > +2 SD.

b. Indeks TB/U
Normal bila Z skor terletak antara -2 SD.
Pendek bila Z skor terletak antara < -2 SD. c. Indeks BB/TB Normal bila Z skor terletak antara -
2 SD s/d +2 SD. Kurus bila Z skor terletak antara -3 SD s/d <-2 SD. Sangat kurus bila Z skor
terletak antara < -3 SD. Gemuk bila Z skor terletak antara > +2 SD.

Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan :
- Menurut BB/U terdapat bayi dan anak yang memilki status gizi baik diantaranya Ama, Noval,
Fais, Gita, Fardan, Risaf, dan Tamsir. Sedangkan yang status gizi kurang adalah Mita dan Ical.
Dan tak ada yang status gizi buruk dan lebih.
- Menurut TB/U terdapat bayi dan anak yang memiliki tinggi normal diantaranya Ama, Noval,
Fardan, Gita, Tamsir. Sedangkan yang pendek adalah Mita, Ical, Fais, Risaf.
- Menurut BB/TB semua bayi dan anak memiliki status gizi normal.

Klasifikasi Cara WHO, indikator yang meliputi BB/TB, BB/U, dan TB/U.

BB/TB BB/U TB/U Status Gizi
Normal Rendah Rendah Baik, pernah kurang
Normal Normal Normal Baik
Normal Tinggi Tinggi Jangkung, masih baik
Rendah Rendah Tinggi Buruk
Rendah Rendah Normal Buruk, kurang
Rendah Normal Tinggi Kurang
Tinggi Tinggi Rendah Lebih, obesitas
Tinggi Tinggi Normal Lebih, tidak obesitas
Tinggi Normal Rendah Lebih, pernah kurang
Berdasarkan hasil praktikum :
No Nama BB/TB BB/U TB/U Status Gizi
1 Ama Normal Normal Normal Baik
2 Mita Normal Rendah Rendah Baik, pernah kurang
3 Ical Normal Rendah Rendah Baik, pernah kurang
4 Noval Normal Normal Normal Baik
5 Fais Normal Normal Rendah Baik, kurang tinggi
6 Gita Normal Normal Normal Baik
7 Fardan Normal Normal Normal Baik
8 Risaf Normal Normal Rendah Baik, kurang tinggi
9 Tamsir Normal Normal Normal Baik
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan Dari laporan diatas dapat ditarik kesimpulan : -
Dengan melakukan pengukuran antropometri maka dapat menilai status gizi seseorang baik
bayi, balita, anak, maupun orang dewasa. - Antropometri gizi adalah berhubungan dengan
berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur
dan tingkat gizi. - Status gizi adalah gambaran kondisi fisik seseorang sebagai refleksi dari
keseimbangan energi yang masuk dan yang dikeluarkan oleh tubuh. Status gizi seseorang dapat
dinilai dengan mengukur dimensi tubuh (antropometri), yaitu berat badan, tinggi badan, lingkar
lengan atas, serta tebal lemak di bawah kulit. Akan tetapi ukuran tubuh saja tidak akan
memberikan arti jika tidak dikaitkan dengan umur dan jenis kelamin. Kombinasi antar ukuran
tubuh, atau antara ukuran tubuh dengan umur disebut indices atau indikator . Secara umum
indikator dikelompokkan menjadi dua, yaitu indikator pertumbuhan (growth indicators) dan
indikator komposisi tubuh (body composition). B. Saran Dari laporan diatas dapat disarankan : -
Lakukanlah praktikum ini dengan teliti dan tepat agar mendapatkan hasil yang akurat. -
Lakukanlah pengukuran antropometri agar dapat mengetahui status gizi, dengan itu ada
inisiatif untuk kita agar selalu bisa menjaga kesehatan kita. DAFTAR PUSTAKA I Dewa Nyoman
Supariasa, MPS dkk, 2002. Penilaian Status Gizi. Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Fakultas
Kedokteran. 2010. Referat Antropometri. (Artikel Online) Pelangi Gizi. 2008. Menilai Status Gizi.
(Online) http://pelangigizi.wordpress.com/menilai-status- gizi/

Anda mungkin juga menyukai