Anda di halaman 1dari 16

GAMBARAN STATUS GIZI DAN KOMPOSISI TUBUH TENAGA GIZI RSCM

TAHUN 2019

Di susun oleh :
Elisa Ajeng Primasari ( P23131116011 )
Indah Ratnasari ( P23131116017 )
Naufal Maulidza ( P23131116024 )
Nisrina Putri Furiandri ( P23131115039 )

JURUSAN GIZI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
JAKARTA 2019
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Antropometri adalah suatu cabang ilmu antropologi fisik yang mempelajari
tentang teknik pengukuran tubuh manusia meliputi cara untuk mengukur dan
melakukan pengamatan pada manusia yang meliputi tulang rangka dan organ-
organ tubuh manusia dengan metode dan alat tertentu.
Komposisi tubuh manusia tersusun atas massa lemak (Fat Mass) dan
massa non lemak (Free Fat Mass). Massa lemak umumnya tersebar secara luas
lebih dari 50% tersimpan dalam jaringan subkutan, sebagian diantaranya
tersimpan dirongga abdomen sebesar 45% yang disebut lemak viseral dan
sebanyak 5% terdapat dijaringan intramuskular. Komposisi tubuh dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain dipengaruhi oleh yaitu bentuk tubuh, faktor
stress, nutrisi, usia, aktifitas fisik, jenis kelamin dan faktor genetic
(Adityawarman, 2007).
Satus gizi adalah Keadaan tubuh akibat konsumsi makanan atau ukuran
keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi; adanya keseimbangan antara jumlah
asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (required) oleh tubuh untuk
berbagai fungsi biologis seperti pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas atau
produktivitas, pemeliharaan kesehatan dan lain-lain. Sstatus gizi pada
anak diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan.(Sumber: Pemantauan
Pertumbuhan Balita, Dit. GM, Depkes, 2003).
LILA adalah salah satu indikator yang digunakan untuk melihat status gizi
dengan cara mengukur lingkar lengan atas.Lila ( lingkar lengan atas
)Pengukuran Lila pada kelompok wanita usia subur adalah suatu cara untuk
mendeteksi dini yang mudah dan dapat dilaksanakan oleh masyarakat awam
untuk mengetahui adanya kelompok beresiko kekurangan energi kronis (KEK)
wanita usia subur (WUS). Penilaian dan pemantapan keadaan kehamilan ibu
dilaksanakan melalui KMS (Kartu Menuju Sehat ) ibu hamil yang dirasakan pada
beberapa faktor, antara lain BB, TB dan usia
B. TUJUAN
1. Umum
Mengetahui gambaran status gizi dan komposisi tubuh tenaga gizi RSCM
tahun 2019
2. Khusus
a. Mengetahui berat badan tenaga gizi RSCM tahun 2019
b. Mengethaui tinggi badan tenaga gizi RSCM tahun 2019
c. Mengidentifikasi LILA tenaga gizi RSCM tahun 2019
d. Mengidentifikasi LITIS tenaga gizi RSCM tahun 2019
e. Mengidentifikasi LILEH tenaga gizi RSCM tahun 2019
f. Mengetahui gambaran status gizi tenaga gizi RSCM tahun 2019
g. Mengetahui komposisi tubuh tenaga gizi RSCM tahun 2019

C. MANFAAT
1. Bagi peneliti
Mengetahui status gizi dan komposisi tubuh tenaga kerja gizi
2. Bagi RSCM
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Status Gizi
Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang
dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di
dalam tubuh. Status gizi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu status gizi kurang, gizi
normal, dan gizi lebih (Almatsier, 2005).
Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari data yang
diperoleh dengan menggunakan berbagai macam cara untuk menemukan suatu
populasi atau individu yang memiliki risiko status gizi kurang maupun gizi lebih
(Hartriyanti dan Triyanti, 2007). Penilaian status gizi terdiri dari dua jenis, yaitu :
1. Penilaian Langsung
 Antropometri
 Klinis
 Biokimia
 Biofisik
2. Penilaian tidak langsung
 Survei konsumsi makanan
 Statistik vital
 Faktor ekologi

B. Definisi Antropometri
Antropometri berasal dari kata anthropos yang berarti manusia dan
metros yang berarti ukuran. Antropometri dapat didefinisikan sebagai suatu studi
tentang pengukuran tubuh manusia dalam hal dimensi tulang, otot, dan jaringan
lemak. Dengan pengukuran antropometri ini akan diketahui tinggi badan, berat
badan, dan ukuran badan aktual seseorang. (Mela Fitriani, dkk, 2015)
C. Parameter Pengukuran Antropometri
1. Berat Badan
Berat badan menggambarkan jumlah protein, lemak, air dan mineral yang
terdapat di dalam tubuh. Terdapat beberapa alasan kenapa berat badan
digunakan sebagai parameter antropometri. Alasan tersebut di antaranya
adalah perubahan berat badan mudah terlihat dalam waktu singkat, berat
badan dapat menggambarkan status gizi saat ini. Untuk melakukan
pengukuran berat badan diperlukan alat yang hasil ukurannya akurat. Untuk
mendapatkan ukuran berat badan yang akurat, terdapat beberapa
persyaratan di antaranya adalah alat ukur berat badan harus mudah
digunakan dan dibawa, mudah didapatkan dan harganya relatif murah,
ketelitian alat ukur 0,1 kg (100 gram), skala mudah dibaca, cukup aman
digunakan serta alat sudah dikalibrasi. Beberapa jenis alat timbang yang
biasa digunakan untuk mengukur berat badan di antaranya dacin untuk
menimbang berat badan balita, timbangan detecto, bath room scale
(timbangan kamar mandi), timbangan injak digital, dan timbangan lainnya.
Cara pengukuran Berat Badan, yaitu :
Pengukuran berat badan dilakukan dengan cara (Frisancho, 2011):
i. Lakukan kalibrasi. Kalibrasi dilakukan setiap bulan dengan
menggunakan objek yang diketahui beratnya.
ii. Subjek berdiri ditengah timbangan dengan berat tubuh merata diantara
kedua kaki
iii. Subjek menggunakan pakaian yang tipis
iv. Berat badan dicatat dengan ukuran 100 gram terdekat.

2. Tinggi Badan (TB)


Tinggi badan merupakan parameter antropometri untuk pertumbuhan
linier. Tinggi badan merupakan parameter antropometri untuk menilai
pertumbuhan panjang atau tinggi badan. Perubahan tinggi badan terjadi
dalam waktu yang lama, sehingga sering disebut akibat masalah gizi kronis.
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tinggi badan harus mempunyai
ketelitian 0,1 cm. Anak yang berusia 0–2 tahun diukur dengan ukuran
panjang badan, sedangkan anak berusia lebih 2 tahun dengan menggunakan
mikrotois.
Pengukuran tinggi badan dilakukan dengan cara (Frisancho, 2011):
i. Subjek harus berdiri dengan menggunakan kedua tumit, dan bagian
belakang dalam posisi lurus
ii. Tumit, bokong, bahu, dan kepala harus menyentuh dinding atau
permukaan dari alat pengukur Universitas Sumatera Utara 18
iii. Kepala ditempatkan pada bidang Frankfort
iv. Subjek diinstruksikan untuk untuk mengambil dan tahan napas dalam
dengan posisi tubuh lurus
v. Tuas bergerak diturunkan sampai menyentuh kepala, dan menekan
rambut
vi. Tinggi badan dicatat dengan ukuran 0,1 cm terdekat
vii. Lakukan dua kali pengukuran, jika perbedaan diantara keduanya
kurang dari 1 cm, catat rata-rata pengukuran.

3. Lingkar Lengan Atas (LLA)


Lingkar lengan atas (LILA) dewasa ini merupakan salah satu pilihan untuk
penentuan status gizi, karena mudah dilakukan dan tidak memerlukan
alatalat yang sulit diperoleh dengan harga yang lebih murah. Akan tetapi, ada
beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, terutama jika digunakan
sebagai pilihan tunggal untuk indeks status gizi, antara lain:
 Baku lingkar lengan atas yang digunakan sekarang belum mendapat
pengujian yang memadai untuk digunakan di Indonesia. Hal ini
didasarkan pada hasil-hasil penelitian yang umumnya menunjukkan
perbedaan angka prevalensi KEP yang cukup berarti antar
penggunaan LILA di satu pihak dengan berat bedan menurut umur
atau berat menurut tinggi badan maupun indeks-indeks lain di pihak
lain.
 Kesalahan pengukuran pada LILA (pada berbagai tingkat keterampilan
pengukur) relatif lebih besar dibandingkan dengan tinggi badan,
mengingat batas antara baku dengan gizi kurang, lebih sempit pada
LILA daripada tinggi badan. Ini berarti kesalahan yang sama besar
jauh lebih berarti pada LILA dibandingkan dengan tinggi badan.
 Lingkar lengan atas sensitif untuk suatu golongan tertentu
(prasekolah), tetapi kurang sensitif pada golongan lain terutama orang
dewasa. Tidak demikian halnya dengan berat badan.

4. Lingkar Leher
Lingkar leher diukur menggunakan pita metline dengan posisi berdiri
tegak, tenang, dan menghadap lurus ke depan, pengukuran lingkar leher
pada subjek perempuan terletak di bagian tengah leher di antara spina
servikalis media (mid cervicalis spine) sampai bagian tengah leher depan
(mid anterior neck). Sedangkan pada laki-laki pengukuran lingkar leher tepat
di bawah laryngeal prominience (Apple’s Adam) atau tulang rawan tiroid.17
Hasil pengukuran lingkar leher dengan satuan sentimeter (cm) dan skala
rasio. Kategori lingkar leher dibagi menjadi 3 yaitu kecil (pria 38 cm, wanita
>34 cm).
5. Lingkar Betis
6. Handgrip
Handgrip merupakan tes untuk mengukur kekuatan genggaman tangan.
Tujuan dari tes genggam tangan ialah untuk mengukur kekuatan maksimal
dari tangan dan otot tengan bawah. Kekuatan genggam tangan penting
untuk setiap aktivitas maupun olahraga dimana tangan digunakan untuk
menangkap, melempar, ataupun mengangkat. Alat untuk mengukur kekuatan
genggaman tangan adalah handgrip dynamometer.
Cara penggunaan tes dengan alat hand-grip dynamometer (Mackenziem
 Individu menggunakan tangan dominan (kanan atau kiri) mereka
untuk menggenggam dyanamometer dengan kemampuan maksimal
mereka.
 Asisten akan mencatat hasil maksimal genggaman dalam kg.
 Individu mengulangi tes ini sebanyak tiga kali.
 Asisten akan menggunakan nilai hasil genggaman yang paling
tinggi untuk dicatat sebagai hasil kekuatan individu.

D. IMT
Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index merupakan salah
satu alat untuk memantau status gizi orang dewasa, khusus yang berkaitan
dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. IMT dapat menentukan
apakah berat badan seseorang dinyatakan normal, kurus atau gemuk
(Napitupulu, 2002). IMT merupakan cara alternatif untuk menentukan
kesesuaian rasio berat tinggi seorang individu. IMT dapat dikalkulasikan
dengan membagi berat badan individu (kg) dengan tinggi individu tersebut
(m2). Menggambarkan rumus perhitungan IMT adalah
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔)
𝐼𝑀𝑇 =
𝑇𝐼𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛2 (𝑚)

Klasifikasi IMT menurut Depkes

IMT STATUS GIZI


<18 kg/m2 Kurus
18 – 25 kg/m2 Normal
25 – 27 kg/m2 Kegemukan
>27 kg/m2 Obesitas
Sumber : www.depkes.go.id

Klasifikasi IMT menurut Asia Pasifik

IMT STATUS GIZI


<18,5 kg/m2 Underweight
18,5 – 24,9 kg/m2 Normal
25 – 29,9 kg/m2 Overweight
≥30 kg/m2 Obesitas
E. Komposisi Tubuh
Tubuh memiliki komposisi yang meliputi massa lemak dan massa bebas
lemak.Massa bebas lemak, menurut Gibson (1990), biasa disebut Fat Free Mas
(FFM), terdiri dari massa protein (otot rangka dan otot non rangka) sebesar
19,4%, mineral 6.8%, dan cairan tubuh 73,8% serta mempunyai densitas
1,1g/cm3.
Selain FFM juga terdapat Lean Body Mass(LBM) yang merupakan bagian
tubuh yang terdiri dari FFM dan massa lemak esensial, yang pada pria puncak
kenaikan LBM terjadi saat usia 50 tahun, setelah itu terjadi penurunan terutama
diatas usia 80 tahun akan lebih cepat terjadi penurunan. Besar penurunan
umumnya pada pria adalah 12%, sedangkan pada wanita 19% (Kuczmarski,
1989, dalam Firdaus, 2003).
Sedangkan massa lemak sendiri umumnya tersebar secara luas hampir di
seluruh bagian tubuh dengan proporsi yang berbeda yaitu 50% pada subkutan,
45% pada sekeliling organ internal (rongga abdomen) yang biasa disebut lemak
viseral dan 5% lainnya di jaringan intramuskular. (Almatsier, 2002).
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat.
Yang di laksanakan pada tanggal 18 September 2019 sampai tanggal 21
September 2019 yang di teliti yaitu gambaran status gizi Ahli Gizi yang ada di
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.

B. Waktu dan Tempat


Pelaksanaan penelitian dilakukan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
Pusat di ruangan tenaga gizi yang ada di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo,
Jakarta Pusat. Yang dilakukan pada tanggal 18 September 2019 sampai tanggal
21 September 2019

C. Populasi dan Sampel


Sampel diambil dengan cara melakukan penimbangan kepada semua tenaga
gizi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, untuk mengetahui berat badan, tinggi
badan, lemak, umur biologis, masa tulang,kadar air dalam tubuh, kebutuhan
kalori, masa otot dan lemak viseral selain penimbangan penelitian ini juga
melakukan kekuatan genggaman tangan. Dari hasil penimbangan dan kekuatan
genggaman di dapatkan sampel sebanyak 30 ahli gizi

D. Pengumpulan Data
 Data di kumpulkan dengan cara melakukan penimbangan dan megukur
kekuatan genggaman tangan kepada setiap tenaga gizi yang ada di RSUPN
Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat.
 Kemudian di analisis untuk melihat gambaran status gizi tenaga gizi yang ada
di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat
DAFTAR PUSTAKA
1. Adityawarman. 2007. Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Komposisi Tubuh
Pada Remaja. Skrispi. FK Universitas Diponegoro : Semarang.

Anda mungkin juga menyukai