Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

PENILAIAN STATUS GIZI SECARA ANTROPOMETRI

Oleh:

Kelompok 1

Safira / M.20.02.050

KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MEGA BUANA PALOPO

2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Gizi merupakan suatu proses organisme menggunakan makanan yang di
konsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak di gunakan lagi.

Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak
yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga
didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara
kebutuhan dan masukan nutrien. Penelitian status gizi merupakan pengukuran
yang didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diri
(Almatsier, 2005). Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari
data yang diperoleh dengan menggunakan berbagai macam cara untuk
menemukan suatu populasi atau individu yang memiliki risiko status gizi kurang
maupun gizi lebih (Hartriyanti dan Triyanti, 2007).
Terdapat beberapa jenis teknik penilaian status gizi, yaitu penilaian staus gizi
langsung dan penilaian status gizi tidak langsung. Penilaian statu gizi langsung
dibagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia dan biofisik,
sedangkan penilaian status gizi tidak langsung dibagi menjadi tiga penilaian yaitu
survei konsumsi, statistik vital, dan faktor ekologi (Supariasa, 2002).
B. Tujuan
1. Mengenal alat pengukur antropometri
2. Menggunakan alat antropometri dengan benar
3. Menilai status gizi secara antropometri
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Antropometri berasal dari kata anthropo yang berarti manusia dan metri
adalah ukuran. Metode antropometri dapat diartikan sebagai mengukur fisik dan
bagian tubuh manusia. Jadi antropometri adalah pengukuran tubuh atau bagian tubuh
manusia. Dalam menilai status gizi dengan metode antropometri adalah menjadikan
ukuran tubuh manusia sebagai metode untuk menentukan status gizi. Konsep dasar
yang harus dipahami dalam menggunakan antropometri untuk mengukur status gizi
adalah konsep dasar pertumbuhan.

Pertumbuhan adalah terjadinya perubahan sel-sel tubuh, terdapat dalam 2


bentuk yaitu bertambahnya jumlah sel dan atau terjadinya pembelahan sel, secara
akumulasi menyebabkan terjadinya perubahan ukuran tubuh. Jadi pada dasarnya
menilai status gizi dengan metode antropometri adalah menilai pertumbuhan.
Mengapa antropometri digunakan sebagai indikator status gizi? Terdapat beberapa
alasan kenapa antropometri digunakan sebagai indikator status gizi, yaitu:

1. Pertumbuhan seorang anak agar berlangsung baik memerlukan asupan gizi yang
seimbang antara kebutuhan gizi dengan asupan gizinya.

2. Gizi yang tidak seimbang akan mengakibatkan terjadinya gangguan pertumbuhan,


kekurangan zat gizi akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan, sebaliknya
kelebihan asupan gizi dapat mengakibatkan tumbuh berlebih (gemuk) dan
mengakibatkan timbulnya gangguan metabolisme tubuh.

3. Oleh karena itu antropometri sebagai variabel status pertumbuhan dapat digunakan
sebagai indikator untuk menilai status gizi.
Beberapa contoh ukuran tubuh manusia sebagai parameter antropometri yang sering
digunakan untuk menentukan status gizi misalnya berat badan, tinggi badan, ukuran
lingkar kepala, ukuran lingkar dada, ukuran lingkar lengan atas, dan lainnya. Hasil
ukuran anropometri tersebut kemudian dirujukkan pada standar atau rujukan
pertumbuhan manusia.

1. Berat Badan

Berat badan menggambarkan jumlah protein, lemak, air, dan mineral


yang terdapat di dalam tubuh. Berat badan merupakan komposit pengukuran
ukuran total tubuh. Beberapa alasan mengapa berat badan digunakan sebagai
parameter antropometri. Alasan tersebut di antaranya adalah perubahan berat
badan mudah terlihat dalam waktu singkat dan menggambarkan status gizi
saat ini.

Pengukuran berat badan mudah dilakukan dan alat untuk menimbang


berat badan mudah diperoleh. Pengukuran berat badan memerlukan alat yang
hasil ukurannya akurat. Untuk mendapatkan ukuran berat badan yang akurat,
terdapat beberapa persyaratan alat ukur berat di antaranya adalah alat ukur
harus mudah digunakan dan dibawa, mudah mendapatkannya, harga alat
relatif murah dan terjangkau, ketelitian alat ukur sebaiknya 0,1kg (terutama
alat yang digunakan untuk memonitor pertumbuhan), skala jelas dan mudah
dibaca, cukup aman jika digunakan, serta alat selalu dikalibrasi.

2. Tinggi Badan atau Panjang Badan

Tinggi badan atau panjang badan menggambarkan ukuran


pertumbuhan massa tulang yang terjadi akibat dari asupan gizi. Oleh karena
itu tinggi badan digunakan sebagai parameter antropometri untuk
menggambarkan pertumbuhan linier. Pertambahan tinggibadan atau panjang
terjadi dalam waktu yang lama sehingga sering disebut akibat masalah gizi
kronis.

Tinggi badan dapat di ukur dengan menggunakan Stature Meter / Alat


Ukur Tinggi Badan 2 meter merupakan alat ukur tinggi badan yang
ditempelkan ke dinding dengan tinggi 2 meter dari bawah lantai.

3. Lingkar Lengan Atas (LILA)

Lingkar lengan atas (LILA) merupakan gambaran keadaan jaringan


otot dan lapisan lemak bawah kulit. LILA mencerminkan tumbuh kembang
jaringan lemak dan otot yang tidak berpengaruh oleh cairan tubuh.

Ukuran LILA digunakan untuk skrining kekurangan energi kronis


yang digunakan untuk mendeteksi ibu hamil dengan risiko melahirkan BBLR.
Pengukuran LILA ditujukan untuk mengetahui apakah ibu hamil atau wanita
usia subur (WUS) menderita kurang energi kronis (KEK). Ambang batas
LILA WUS dengan risiko KEK adalah 23.5 cm. Apabila ukuran kurang dari
23.5 cm, artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK, dan diperkirakan
akan melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR).

4. Lingkar Pinggang

Lingkar pinggang menunjukkan simpanan lemak. Kandungan lemak


yang terdapat disekitar perut menunjukkan adanya perubahan metabolisme
dalam tubuh. Perubahan metabolisme tersebut dapat berupa terjadinya
penurunan efektivitas insulin karena beban kerja yang terlalu berat.
Peningkatan jumlah lemak di sekitar perut juga dapat menunjukkan terjadinya
peningkatan produksi asam lemak yang bersifat radikal bebas.

Lingkar Pinggang memiliki hubungan paling kuat dengan risiko


kesehatan dibandingkan dengan IMT dan persen lemak. Seseorang dikatakan
obesitas abdominal jika nilai lingkar pinggang pada laki-laki >90 cm dan pada
perempuan >80 cm.

5. Lingkar Panggul
RLPP tetap tidak mampu membedakan lemak viseral dan subkutan sehingga
cara ukur ini tidak tepat untuk mengestimasikan lemak viseral saja. Rasio yang
tinggi berkaitan dengan peningkatan risiko diabetes melitus dan penyakit
kardiovaskular karena RLPP mengukur simpanan intra-abdominal fat.

6. Tebal Lipatan Kulit

Pengukuran lemak tubuh melalui pengukuran ketebalan lemak bawah kulit


(skinfold) dilakukan pada beberapa bagian tubuh, misalnya pada bagian lengan
atas (biceps dan triceps) dan tulang belikat (subscapular).
BAB III

METODE PELAKSANAAN

Prosedur-prosedur pelaksanaan selama lab :

1. Hal-hal yang harus di perhatikan :


- Kelengkapan alat ukur
- Buku catatan
2. Alat yang di butuhkan :
1. Timbangan berat badan digital
2. microtoice
3. Pita lila
4. Metaline(meteran)
5. Lengthboard
6. Skinfold Caliper
7. Handscoon
8. Masker
3. Pelaksanaan :
 Tahap Persiapan :
 Dengarkan instruksi
 Mencuci tangan
 Mengambil alat dan bahan
 Prosedur kerja :
 Pengukuran Berat Badan :
1. Alas kaki tidak digunakan oleh subjek.
2. Pastikan timbangan berada pada penunjukkan skala dengan
angka 0,0.
3. Subjek berdiri di atas timbangan dan posisi kepala dengan
pandangan lurus ke depan.
4. Skala berat badan yang ditampilkan kemudian dibaca.
 Pengukuran Tinggi Badan :
1. Alas kaki tidak digunakan oleh subjek, subjek tepat di bawah
microtoice.
2. Kaki rapat, lutut lurus. Tumit, pantat, dan bahu dirapatkan pada
dinding vertical.
3. Dinding vertical tidak perlu disentuh oleh kepala, pandangan
diluruskan ke depan. Tangan dilepaskan ke samping badan
dengan telapak tangan menghadap paha.
4. Subjek diminta menarik nafas panjang dan berdiri tegak tanpa
tumit diangkat . usahakan bahu tetap santai.
5. Microtoice ditarik hingga menyentuh ujung kepala, dipegang
secara horizontal. Pengukuran tinggi badan diambil pada saat
nafas ditarik maksimum. Tinggi badan dicatat pada skala 0,1
cm terdekat.
 Pengukuran Linggar Pinggang :
1. Pakaian yang longgar digunakan oleh subjek sehingga alat ukur
dapat diletakkan dengan sempurna. Sebaiknya pita pengukur
tidak berada di atas pakaian yang digunakan.
2. Subjek berdiri tegak dengan perut dalam keadaan relaks.
3. Pengukur menghadap ke subjek dan alat ukur diletakkan
melingkar pinggang secara horizontal dimana merupakan
bagian yang paling kecil dari tubuh.
4. Pengukuran dilakukan di akhir dari ekspresi yang normal dan
alat ukur tidak menekan kulit.
5. Dibaca dengan teliti hasil pengukuran pada pita.
 Pengukuran Linggar Panggul :
1. Pakaian yang tidak terlalu menekan digunakan oleh subjek.
2. Subjek berdiri tegak dengan kedua lengan berada pada kedua
sisi tubuh dan kaki rapat.
3. Alat pengukur dilingkarkan secara horizontal tanpa menekan
kulit.
4. Dibaca dengan teliti hasil pengukuran pada pita.
 Pengukuran LILA :
1. Subjek diminta untuk berdiri tegak.
2. Subjek membuka lengan pakaian ( lengan yang tidak aktif ).
3. Lengan subjek ditekukkan membentuk sudut 900 dengan
telapak tangan menghadap ke atas. Titik tengah ditentukan
anatar tulang pada bahu kiri dan siku.
4. Titik tengah ditandai dengan pena.
5. Siku diluruskan di samping badan, telapak tangan menghadap
ke bawah.
6. Lingkar lengan atas diukur pada posisi mid point dengan pita
LILA menempel pada kulit.
7. LILA dicatat.
 Pengukuran Tebal Lipatan Kulit
- Mengukur TLK pada Tricep :
1. Subjek berdiri dengan kedua lengan tergantung bebas
pada kedua sisi tubuh.
2. Pengukuran dilakukan pada mid point.
3. Pengukur berdiri dibelakang subjek dan telapak tangan
kirinya diletakkan pada bagian lengan yang paling atas
ke arah tanda yang telah dibuat dimana ibu jari dan
telunjuk menghadap ke bawah. Tricep skinfold diambil
dengan ditari 1 cm dari tanda titik tengah tadi.
4. Tricep skinfold diukur.
- Mengukur TLK pada Subscapular :
1. Subjek berdiri tegak dengan kedua lengan tergantung
bebas padakedua sisi tubuh.
2. Tangan kiri diletakkan ke belakang.
3. Agar tempat pengukuran didapatkan, scapula diraba
oleh pemeriksa dan dicari ke arah bawah lateral
sepanjang batas vertebrata sampai menentukan sudut
bawah scapula.
4. Subsscapular ditarik dalam arah diagonal kurang lebih
450 ke arah horizontal garis kulit. Titik scapula terletak
pada bagian bawah sudut scapula.
5. Caliper diletakkan 1 cm infero-lateral dari ibu jari dan
jari telunjuk yang mengangkat kulit dan subkutan dan
ketebalan kulit diukur.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Praktikum
Menilai status gizi klien : Muthmainnah Usman
Umur : 20
BB : 75
TB : 160
Lingkar Pinggang : 93
Lingkar Pinggul : 96
LILA : 33
Tricep : 2,1
Subscapular : 2,1

B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan pengukuran berat badan, tinggi badan,
lingkar lengan atas, lingkar pinggang, lingkar panggul, dan tebal lipatan kulit.
Tinggi badan atau panjang badan adalah ukuran pertumbuhan massa tulang yang
terjadi akibat dari asupan gizi. Pada praktikum yang dilakukan, didapatkan hasil
yaitu tinggi badan subjek 160 cm. Berat badan menggambarkan jumlah protein,
lemak, air, dan mineral yang terdapat di dalam tubuh. Berat badan merupakan
komposit pengukuran ukuran total tubuh. Pada pengukuran berat badan subjek,
didapatkan hasil 75 kg. Dari berat badan dan tinggi badan dapat diketahui indeks
massa tubuh seseorang yang merupakan penentu status gizi, yaitu dengan
memasukkan TB dan BB seseorang ke dalam rumus IMT.
 Indeks Massa Tubuh (IMT)

IMT = (BB/TBm²)

= (75+160²)

= 75+25,6

= 2,92

Rumus IMT di atas menggunakan BB dalam kg dan TB dalam meter.


Sehingga dari perhitungan tersebut diperoleh nilai 18 yang
menandakan responden memiliki status gizi berat badan berlebihan,
karena diperoleh IMT >2,92

 Waist to Hip Ratio (WHR)


Lingkar Pinggang (LPi) = 93cm
Lingkar Panggul (LPa) = 96cm
WHR = (LPi/LPa)
= 93/96
= 0,96
Dari hasil perhitungan WHR dengan jenis kelamin Perempuan
diperoleh nilai WHR subjek sebesar 0,96. Nilai ini diperoleh dari
perbandingan lingkar pinggang dan lingkar panggul.
Dengan lingkar pinggang = 93 cm dan lingkar panggul = 96
cm. Berdasarkan teori dari buku ataupun referensi lain menyebutkan
bahwa wanita dengan umur 20-29 tahun dengan nilai WHR antara >
0.82 berada pada klasifikasi very high. Jadi, subjek dengan tingkat
resiko high berarti tingkat resiko terkena penyakit very high yang
berarti bahwa subjek beresiko terkena penyakit jika pola makan
ataupun aktivitas yang tidak teratur. Pola makan yang tidak teratur
jelas akan mempengaruhi kesehatan seseorang terlebih lagi makan
yang dimakan tidak memperhatikan kandungan nilai gizi. Untuk
mencapai tingkat moderate atau low, subjek harus menjaga pola
makan, rajin berolahraga dan memperhatikan diet yang diterapkan.
Misalnya, mengurangi konsumsi lemak ataupun karbohidrat. Intake
gizi harus diseimbangkan dengan kebutuhan fisiologis tubuh.

 Persentase Body Fat (%BF)


Db = 1,0897-0,00133 (∑ tricep+scapula)
= 1,0897-0,00133 (2,1+2,1)
= 1,0897-0,00133 (4,2)
= 1,0083 . 4,2
= 4,57
%BF = {(4,76/Db)-4,28} x 100
= {(4,76/4,57)-4,28}x 100
= (1,04 – 4,28) x 100
= 32,3 %
Ket : ≥32%
BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan Hasil Laporanda Pembahasan Praktikum yang telah disampaikan


diatas, dapat ditarik beberapa kesimpilan yaitu :

1. Berdasarkan perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT), subjek memiliki status


gizi berat badan berlebihan dengan nilai IMT 2,92

2. Berdasarkan perhitungan Waist to Hip Ratio (WHR), subjek berada pada


resiko very high terkena penyakit kardiovaskularnya dengan nilai WHR 0,96

3. Berdasarkan perhitungan persentase Body Fat (%BF), responden berada pada


klasifikasi optimal dengan nilai 32,3%
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia


Pustaka Utama.

Apriadji, W. H. 1986. Gizi Keluarga. Jakarta : PT. Penebar Swadaya.

Ariawan, I. 1998. Besar dan Metode Sampel pada Penelitian Kesehatan.


Depok : Jurusan Biostatistik dan Kependudukan, FKM UI.

Gabr, M. 2001. IUNS in the Twenty Century on the shoulders of the


Twentieth Century giants of Nutrition. VIIth International Congress of
Nutrition 27-29 Agustus 2001.

Hartriyanti, Y. dan Triyanti. 2007. Penilaian Status Gizi, dalam Gizi dan
Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
LAMPIRAN

1. Pengukuran Berat Badan

2. Pengukuran Tinggi Badan

3. Pengukuran Lingkar Pinggang


4. Pengukuran Lingkar Panggul

5. Pengukuran LILA

6. Pengukuran TLK pada Tricep


7. Pengukuran TLK pada Subscapular

Anda mungkin juga menyukai