Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGUKURAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT)

Disusun Oleh:
Angelika Inri Maleke
(210111030011)

Dosen Pengampu:
dr. Shirley E. S. Kawengian, DAN, M.Si, Sp.KKLP

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan “Laporan Praktikum Perhitungan IMT” tepat pada waktunya untuk
memenuhi tugas modul “Kedokteran Gigi Pencegahan”. Dalam pembuatan laporan ini tidak
lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis berterima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu pembuatan laporan praktikum ini.
Terutama kepada dosen pengampu dr. Shirley E. S. Kawengian, DAN, M.Si, Sp.KKLP yang
telah memfasilitasi penulis dengan materi-materi yang telah diberikan sepanjang perkuliahan
gizi dan kesehatan gigi. Penulis meyadari pembuatan laporan praktikum ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu penulis mohon saran & kritik yang membangun dari dosen dan
teman-teman sekalian.

Manado, 4 Maret 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Antropometri adalah ilmu yang mempelajari berbagai ukuran tubuh manusia.
Dalam bidang ilmu gizi digunakan untuk menilai status gizi. Ukuran yang sering
digunakan adalah berat badan dan tinggi badan. Selain itu juga ukuran tubuh lainnya
seperti lingkar lengan atas, lapisan lemak bawah kulit, tinggi lutut, lingkaran perut,
lingkaran pinggul. Ukuran- ukuran antropometri tersebut bisa berdiri sendiri untuk
menentukan status gizi dibanding baku atau berupa indeks dengan membandingkan
ukuran lainnya seperti BB/U, BB/TB. TB/U (Sandjaja,dkk., 2010). Secara umum
antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka
antropometri gizi berhubungan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan
komposisi dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi (Supariasa, dkk., 2001).Status gizi
adalah salah satu indikator untuk menilai status kesehatan remaja yang mudah dan
murah, yang dibutuhkan hanya disiplin dan komitmen untuk terus menerus secara rutin
memantau berat badan dan tinggi badan. Status gizi pada remaja dihitung dengan
menggunakan rumus indeks massa tubuh atau yang biasa disingkat dengan istilah IMT
atau BMI (Body Mass Index). Akan tetapi IMT bukan tanpa kelemahan, karena IMT
hanya menggambarkan proporsi ideal tubuh seseorang antara berat badan saat ini
terhadap tinggi badan yang dimilikinya. IMT tidak mampu mengambarkan tentang
proporsi lemak yang terkandung di dalam tubuh seseorang. Meskipun demikian, jika
nilai IMT sudah menunjukkan ke arah kelebihan berat badan atau overweight/obesitas,
biasanya seseorang diminta untuk melakukan pemeriksaan lanjutan, apakah kelebihan
berat badan tersebut merupakan hasil dari timbunan lemak atau otot, bisanya dengan
menggunakan beberapa pengukuran antropometri seperti pengukuran lemak bawah kulit.
Oleh karena itu, untuk mengetahuistatus gizi seseorang, maka dilakukan pengukuran
antropometri ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara mengetahui gambaran status gizi pada individu?
2. Bagaimana cara melakukan penilaian status gizi individu berdasarkan standar IMT?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara pengukuran antropometri
2. Mahasiswa dapat mengukur Indeks Massa Tubuh (IMT) pada individu
3. Mahasiswa dapat mengetahui status gizi individu berdasarkan standar IMT
BAB II
ISI
2.1 Alat dan Bahan
1. Weight Scale
2. Microtoise
3. Alat tulis
4. Kalkulator

2.2 Cara Kerja


• Mengukur tinggi badan:
1. Siapkan microtoise
2. Posisi badan berdiri dengan tegak pandangan lurus kedepan serta
menempel secara vertikal pada dinding
3. Posisi bagian belakang kepala, bokong, dan ujung tumit kaki menyentuh
dinding dan pandangan lurus ke depan
4. Lakukan pengukuran tinggi badan
5. Catat hasil dari pengukuran tinggi badan tersebut
• Mengukur berat badan:
1. Siapkan timbangan badan
2. Posisi timbangan badan berada di permukaan yang datar dan dikalibrasi
ulang sebelum digunakan
3. Melakukan penimbangan berat badan dengan berdiri tegak dan pandangan
lurus kedepan serta tangan berada di samping badan
4. Lakukan pengukuran berat badan
5. Catat hasil dari pengukuran berat badan tersebut

2.3 Kriteria Penilaian


Untuk mengetahui nilai IMT, dapat dihitung dengan rumus berikut :

Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO. Untuk


kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi berdasarkan pengalaman klinis dan
hasil penelitian di beberapa negara berkembang. Batas ambang IMT untuk Indonesia
adalah sebagai berikut:

2.4 Hasil Pengukuran


No. Indikator Jumlah Satuan IMT
1. Berat Badan 54,8 Kg
23,87
2. Tinggi Badan 152 cm

2.5 Pembahasan
Dari hasil praktikum diatas, diperoleh berat badan individu adalah 54,8 kg dan
tinggi badan individu adalah 152cm atau 1,52 m. Berdasarkan indikator penilaian yang
telah diukur, menunjukkan Indeks Massa Tubuh (IMT) individu adalah 23,87 yang
berarti IMT subjek masuk dalam kategori overweight. Kategori Overweight atau
gemuk menunjukkan bahwa konsumsi energi sehari-hari telah melebihi dari jumlah
energi yang dibutuhkan oleh tubuh, sehingga energi yang tidak dipakai oleh tubuh
diubah menjadi lemak dan terjadi penimbunan energi dalam bentuk lemak.
Untuk memperoleh berat badan yang normal, subjek dianjurkan untuk melakukan hal-
hal sebagai berikut:
➢ Mengatur jadwal makan secara teratur (3 x sehari)
➢ Mengurangi jumlah karbohidrat sebagai sumber energi
➢ Mengurangi makanan berminyak & berlemak
➢ Mengurangi konsumsi gula
➢ Mengonsumsi banyak sayuran dan buah-buahan karena banyak mengandung serat
yang baik bagi tubuh.
➢ Olahraga teratur (3-5 x dalam 1 minggu)
➢ Kurangi stress karena dapat mengganggu pola makan yang sehat
➢ Tidur yang cukup (7-9 jam/hari)
➢ Konsisten dan perbanyak bersyukur
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan indikator penilaian yang telah diukur, menunjukkan Indeks Massa Tubuh
(IMT) individu adalah 23,87 yang berarti IMT subjek masuk dalam kategori overweight yang
berarti kelebihan berat badan tingkat ringan dan memerlukan perubahan gaya hidup untuk
mencapai berat badan normal seperti diet yang sehat, olahraga rutin, tidur teratur dan
mengurangi stress.
Pedoman/Perilaku Gizi Seimbang merupakan wujud dari “Pola hidup sehat & sadar
gizi” yang akan meningkatkan status kesehatan, kecerdasan dan produktivitas. Melalui proses
sosialisasi dan pendidikan diharapkan mampu memberi pemahaman kepada masyarakat untuk
mempunyai pola hidup yang sehat sesuai dengan 4 pilar gizi seimbang yaitu: mengkonsumsi
anekaragam pangan, membiasakan perilaku hidup bersih, melakukan aktivitas fisik dan
memantau berat badan secara teratur untuk mempertahankan berat badan normal.

3.2 Lampiran
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. (2013). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No.


1995/MENKES/SK/XIV 2010 tentang Stantar Antropometri PenilaianStatus Gizi.

Kemenkes RI. (2014). Pedoman gizi seimbang (pedoman teknis bagi petugas dalam
memberikan penyuluhan gizi seimbang).

Sandjaja, 2010, Kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga, Kompas, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai