PENDAHULUAN
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari percobaan ini :
a. Dapat melakukan pengukuran dacin secara perseorangan
b. Dapat melakukan pengukuran menggunakan baby scale dan panjang badan secara
perseorangan
c. Dapat melakukan menggunakan microtoice secara perseorangan
d. Dapat melakukan pengukuran menggunakan timbangan injak secara perseorangan
e. Dapat melakukan pengukuran menggunakan Metlin dan pita Lila secara
perseorangan
f. Dapat melakukan penyuluhan dengan baik terhadap responden
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Di masyarakat, cara pengukuran status gizi yang paling sering dilakukan adalah antropometri
gizi. Dewasa ini dalam program gizi masyarakat, pemantauan status gizi anak balita menggunakan
metode antropometri sebagai cara untuk menilai status gizi. Konsep pertumbuhan dan
perkembangan digunakan sebagai dasar antropometri gizi. Kedua istilah ini mempunyai
pengertian yang berbeda. Pertumbuhan lebih menekankan pada fisik, sedangkan perkembangan
lebih menekankan pada mental dan kejiwaan seseorang. Pada anak yang sehat biasanya kecepatan
pertumbuhan dan perkembangan beriringan secara paralel.
2.1 Antropometri
2.1.1 Pengertian Antropometri
Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros yang berarti tubuh dan ukuran. Jadi,
antropometri berarti ukuran tubuh. Sedamgkan menurut Jelliffe (1966) menyatakan, “nutritional
anthropometry is measurement of the variations of the physical dimensions and gross compotition
of the human body at different age levels and degree of nutrition”. Dari definisi tersebut dapat
ditarik pengertian bahwa antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran
dimensi tubuh daan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan gizi.
B. Berat badan
Berat badan merupakan pnegukuran antropometri terpenting dan paling sering
digunakan. Berat badan digunakan untuk mendeteeksi apakah bayi tersebut BBLR atau
lahir normal. Dikatakan BBLR apabila berat badan bayi baru lahir kurang dari 2.500 gram
atau dibawah 2.5 kg. Pada massa bayi balita, berat bdan dapt digunakan untuk melihat laju
pertumbuhan fisik dan status gizi, kecuali terddapat kelainan klinis seperti dehidrasi, asites,
edema, adanya tumor, dan lain-lain. Berat badan merupakan parameter antropometri pilihan
utama karena berbagai perhitungan antara lain:
a) Parameter paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat karena
perubahan-perubahan konsumsi makanan dan kesehatan.
b) Memberikan gambaran status gizi sekarang dan jika dilakukann secara periodic
memberikan gambaran yang baik mengenai pertumbuhan.
c) Merupakan ukuran antropometri yang sudah digunakan secara umum dan luas di
Indonesia.
d) Ketelitiannya tidak banyak dipengaruhi oleh keterampilan.
e) KMS yang digunakan sebagai alat yang baik untuk pendidikan dan monitoring
kesehatan anak juga menggunakan berat badan sebagai dasar pengisiannya.
Penimbangan bayi biasanya digunakan alat yang bernama baby scale. Baby scale adalah
alat untuk menimbang berat badan bayi usia 0-12 bulan yang bertujuan mengetahui status
gizi. Timbangan ini memiliki kapasitas 20 kg dengan ketelitian 0,1 kg. Skala yang
digunakan adalah kg dan lb. Untuk menggunakan baby scale, bayi di letakkan di bagian
atas dengan diberi alas kain tipis. Sebelum ditimbang, baby scale terlebih dahulu di nolkan
dengan menggeser jarum di bagian belakang alat. Selain itu, baby scale memiliki dua jarum
yaitu merah dan biru. Jarum bewarna merah digunakan untuk membaca hasil penimbangan
dengan skala kecil yaitu 0-10 kg. Sedangkan, jarum bewarna biru untuk hasil penimbangan
dengan skala besar yaitu 10-20 kg. Pada saat penimbangan, diupayakan ibu melihat
bayinya. Jika kaki sudah melebihi panjang atau tempat baby scale maka bayi harus
dipindahkan ketimbangan dacin dan timbangan injak.
Cara menimbang balita yang dianjurkan adalah dacin. Dacin yang digunakan
sebaiknya memiliki kapasitas ukur 20 kg dan maksimal 25 kg. Alat lain yang digunakan
adalah kantong timbang, tali yang kuat untuk menyangga dacin atau kaki tiga, atau dahan
podon yang kuat dan lain-lain. Cara menimbang/mengukur berat badan dengan
menggunakan dacin adalah:
a. Gantungkan dacin pada dahan pohon/palang rumah/penyangga kaki tiga.
b. Periksa apakah dacin sudah terpasang kuat-kuat.
c. Sebelum dipakai letakkan bandul gesr pada angka nol. Batang dacin dikaitkan
dengan tali pengaman.
d. Pasanglah celana timbang/kotak timbang/sarung timbang.
e. Seimbangkan dacin yang sudah dibebani celana timbang/kotak timbang/sarung
timbang dengan cara memasukkan passir kedalam kantong plastic dan diletakkan
pada ujung dacin hingga seimbang.
f. Anak ditimbang dan seimbangkan dacin.
g. Tentukan berat badan anak dengan membaca angka diujung bandul geser.
h. Catat hasil penimbangan tersebut pada kertas yang telah ditentukan.
i. Geser bandul keangka nol, letakkan batang dacin dalam tali pengaman, lalu balita
dapat diturunkan.
C. Tinggi Badan
a) Pengukuran dengan mikrotoa
Microtoa adalah alat yang digunakan untuk mengukur tinggi badan. Panjang standar
mikrotoa adalah 200 cm. Pengukuran dengan mikrotoa ini dilakukan dari telapak kaki
sampai ujung puncak kepala yang menempel di dinding bata. Hal-hal yang harus
diperhatikan ketika mengukur tinggi badan menggunakan mikrotoa adalah mikrotoa
harus dipasang lurus dan dipaku dengan kuat pada tembok agar tidak melenceng pada
saat pengukuran. Dan pada saat pengukuran, posisi anak harus sejajar dengan mikrotoa.
Sedangkan untuk pengukur, ketika melihat mikrotoa harus sejajar dengan angka yang
terdapat dalam mikrotoa.
Cara mengukurnya adalah:
1) Tempelkan mikrotoa dengan paku pada dinding yang lurus dan datar setinggi
2 meter. Angka 0 (nol) pada lantai yang datar dan rata.
2) Lepaskan sepatu atau sandal.
3) Responden harus berdiri tegak seperti sikap sempurna dalam baris berbaris,
kaki lurus, tumit, pantat, punggung, dan kepala bagian belakang harus
menempel pada dinding dengan muka mebghadap lurus ke depan.
4) Turunkan mikrotoa sampai rapat dengan kepala bagian atas, siku-siku harus
menempel pada dinding.
5) Baca angka pada skala yang tampak pada lubang dalam gulungan mikrotoa.
Angka tersebut menunjukkan tinggi badan orang yang diukur.
E. Lingkar Kepala
Pengukuran lingkar kepala dilakukan guna memeriksa keadaan patologi dari
besarnya kepala atau peningkatan besarnya ukuran kepala atau peningkatan ukuran kepala.
Contoh keadaan kepala besar (hidrosefalus) dan kepala kecil (mikrosefagus). Lingkar
kepala berhubungan ukuran otak dan tulang tengkorak. Ukuran otak meningkat secara cepat
selama tahub pertama. Akan tetapi besar lingkar kepala tidak menggambarjan keadaan
kesehatan dan gizi. Alat yang sering digunakan untuk mengukur lingkar kepala dibuat dari
serat kaca (fiberglass) dengan lebar kurang dari 1 cm, fleksibel dan tidak mudah patah.
Hasil ukur sebaiknya dibuat mendekati 1 desimal. Caranya dengan melingkarkan pita pada
kepala.
Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan adalah berat badan menurut umur
(BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).
Perbedaan menggunakan indeks tersebut akan memberikan gambaran prvalensi status gizi yang
berbeda.
2.2 PENYULUHAN
2.2.1 PENGERTIAN PENYULUHAN
Penyuluhan adalah proses perubahan perilaku dikalangan masyarakat agar mereka
tahu, mau dan mampu melakukan perubahan demi tercapainya peningkatan produksi,
pendapatan atau keuntungan dan perbaikan kesejahteraannya (Subejo, 2010).
Pengertian penyuluhan kesehatan sama dengan pendidikan kesehatan masyarakat
(Public Health Education), yaitu suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan
kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan harapan bahwa dengan
adanya pesan tersebut atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang
lebih baik. Akhirnya pengetahuan tersebut diharapkan dapat berpengaruh terhadap
perilakunya. Dengan kata lain, dengan adanya pendidikan tersebut dapat membawa akibat
terhadap perubahan perilaku sasaran.
A. Media cetak yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual. Media cetak
terdiri dari :
1) Booklet atau brosur adalah suatu media untuk menyampaikan pesan kesehatan dan
bentuk buku, baik tulisan ataupun gambar. merupakan barang cetakan yang berisikan
gambar dan tulisan (lebih dominan) yang berupa buku kecil setebal 10-25 halaman,
dan paling banyak 50 halaman. Booklet ini dimaksudkan untuk memepengaruhi
pengetahuan dan keterampilan sasaran tetapi pada tahapan menilai, mencoba dan
menerapkan.
2) Leaflet atau folder adalah suatu bentuk penyampaian informasi melalui lembar yang
dilipat. Isi informasi dapat berupa kalimat maupun gambar. sama hal nya dengan
pamflet keduanya merupakan barang cetakan yang juga dibagi-bagikan kepada sasaran
penyuluhan. Bedanya adalah umumnya dibagikan langsung oleh penyuluh, leaflet
selembar kertas yang dilipat menjadi dua (4 halaman) sedangkan folder dilipat menjadi
3 (6 halaman ) atau lebih, leaflet dan folder lebih banyak berisikan tulisan daripada
gambarnya dan keduanya ditujukan kepada sasaran untuk emepengaruhi pengrtahuan
dan keterampilannya pada tahapan minat, menilai dan mencoba.
3) Selebaran adalah suatu bentuk informasi yang berupa kalimat maupun
kombinasi. Selebaran yaitu barang cetakan yang berupa selebar kertas bergambar atau
bertulisan yang dibagi-bagikan oleh penyuluh secara langsung kepada sasarannya,
disebarkan ke jalan raya atau disebarkan dari udara melalui pesawat terbang atau
helikopter. Alat peraga seperti ini dimaksudkan untuk menumbuhkan kesadaran dan
minat sasarannya meskipun demikian, jika berisi informasi yang lebih lengkap dapat
dimanfaatkan oleh sasaran pada tahapan menilai dan mencoba.
4) Flip chart adalah media penyampaian pesan atau informasi kesehatan dalam bentuk
lembar balik berisi gambar dan dibaliknya berisi pesan yang berkaitan dengan gambar
tersebut. adalah sekumpulan poster selebar kertas karton yang digabungkan menjadi
satu. Masing-masing berisikan pesan terpisah yang jika digabungkan akan merupakan
satu kesataun yang tidak terpisahkan yang ingin disampaikan secara utuh. Flipcard
dimaksudkan untuk mempengaruhi sikap, penegtahuan atau keterampilan. Akan tetapi,
karena biasa digunakan dalam pertemuan kelompok, alat peraga ini lebih efektif dan
efisien untuk disediakan bagi sasaran pada tahapan minat, menilai, mencoba.
5) Rubrik atau tulisan pada surat kabar mengenai bahasan suatu masalah kesehatan.
6) Poster adalah bentuk media cetak berisi pesan kesehatan yang biasanya ditempel di
tempat umum. merupakan barang cetakan yang ukurannya relatif besar untuk ditempel
atau direntangkan di pinggir jalan. Berbeda dengan placard yang banyak berisiskan
tulisan, poster justru lebih banyak berisi gambar. Keduanya dimaksudkan untuk
mempengaruhi perasaan/sikap dan pengalaman pada tahapan sadar dan minat.
7) Foto yang mengungkap informasi kesehatan yang berfungsi untuk member informasi
dan menghibur. merupakan alat peraga yang dimaksudkan untuk mengenalkan inovasi
atau menunjukkan bukti-bukti keberhasilan/keunggulan satu inovasi yang ditawarkan.
Photo ini dimaksudkan untuk mempengaruhi sikap dan pengetahuan sasaran pada
tahapan sadar, minat, menilai.
B. Media Elektronik yaitu suatu media bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan didengar
dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektronika.adapun macam media
elektronik :
1) Televisi
2) Radio
3) Video
4) Slide
5) Film
C. Luar ruangan yaitu media yang menyampaikan pesannya di luar ruangan secara umum
melalui media cetak dan elektronika secara statis, misalnya :
1) Pameran
2) Banner
3) TV Layar Lebar
4) Panduk
5) Papan Reklame
g) Metode Simposium
Adalah serangkaian ceramah yang diberikan oleh 2 sampai 5 orang dengan topik
yang berlebihan tetapi saling berhubungan erat.
h) Metode Seminar
Adalah suatu cara di mana sekelompok orang berkumpul untuk membahas suatu
masalah dibawah bimbingan seorang ahli yang menguasai bidangnya
BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah
No Status Gizi
n %
1. Gizi Buruk 0 0
Total 33 100
Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa berat badan bayi menurut umur rata-rata memiliki status
gizi baik(90,91%) dari total 34 responden, dua diantaranya memiliki status gizi kurang( 6,06%),
dan sisanya memiliki status gizi lebih(3,03%) sebanyak 1 orang. Hal ini menunjukkan bahwa bayi
pada beberapa Posyandu dalam wilayah kerja Puskesmas Rampal Celaket mayoritas memiliki
status gizi baik berdasarkan berat badan menurut umur. Sedangkan status gizi responden bayi
berdasarkan panjang badan menurut umur disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Distribusi Responden Bayi berdasarkan Panjang Badan menurut Umur
Jumlah
No Status Gizi
n %
2. Pendek 0 0
3. Normal 31 93,94
4. Tinggi 1 3,03
Total 33 100
Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa tinggi badan menurut umur rata-rata responden bayi
normal (93,94%) dari total 34 responden, satu diantaranya sangat pendek( 3,03%), dan sisanya
tinggi(3,03%) sebanyak 1 orang. Hal ini menunjukkan bahwa bayi pada beberapa Posyandu dalam
wilayah kerja Puskesmas Rampal Celaket mayoritas memiliki tinggi badan normal. Untuk status
gizi responden bayi berdasarkan berat badan menurut panjang badan disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Distribusi Responden Bayi berdasarkan Berat Badan menurut Panjang Badan
Jumlah
No Status Gizi
n %
1. Sangat Kurus 0 0
2. Kurus 1 3,03
3. Normal 32 96,97
4. Gemuk 0 0
Total 33 100
Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa berat badan menurut tinggi badan rata-rata responden bayi
normal(96,97%) sebanyak 32 bayi dari total 33responden, dan satu diantaranya kurus( 3,03%). Hal
ini menunjukkan bahwa bayi pada beberapa Posyandu dalam wilayah kerja Puskesmas Rampal
Celaket mayoritas dengan berat badan menurut tinggi badan cenderung memiliki status gizi
normal.
Sedangkan untuk status gizi balita, Status gizi balita dapat diukur berdasarkan indeks BB/U,
PB/U atau TB/U, dan BB/PB atau BB/TB. Berikut adalah persentase status gizi balita di wilyah
Tabel 4. Persentase Katerogi Status Gizi Balita berdasarkan Indeks BB/U, PB/U atau TB/U,
dan BB/PB atau BB/TB Di Puskesmas Rampal Celaket
Tabel 5. Distribusi Rata-rata Ukuran LILA pada Wanita Usia Subur Tidak Beresiko KEK
dan Wanita Usia Subur Beresiko KEK
Berdasarkan tabel 5, jumlah Wanita Usia Subur yang tidak beresiko KEK lebih banyak
daripada Wanita Usia Subur Beresiko KEK dengan jumlah masing-masing yang tidak beresiko
KEK yaitu 7 orang untuk kelompok umur 15-24 tahun, 26 orang untuk kelompok 25-34 tahun,
dan 12 orang untuk kelompok umur 35-45 tahun. Sedangkan untuk Wanita Usia Subur Beresiko
KEK hanya berjumlah 2 dari keseluruhan 47 responden, masing-masing 1 orang untuk kelompok
umur 15-24 dan 25-34 tahun. Kategori responden WUS yang tidak beresiko KEK paling banyak
terdapat pada kelompok umur 25-34 tahun dengan presentase sebesar 57,7%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa kebanyakan responden sudah memiliki status gizi yang baik karena dari hasil
pengukuran diperoleh data ukuran LILA ≥23,5 dan Wanita Usia Subur lebih cenderung tidak
Beresiko KEK. LILA memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak
dibawah bawah kulit. Kejadian KEK dapat disebabkan karena kurangnya intake energy atau zat
gizi makro.
Menurut Supariasa, dkk (2014) apabila ukuran LILA kurang dari 23,5 cm atau di bagian
merah pita LILA, maka seorang wanita dikatakan beresiko KEK, dan diperkirakan akan melahirkan
bayi berat lahir rendah (BBLR). Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) mempunyai resiko
kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan, dan gangguan perkembangan anak. Maka dari itu
apabila LILA seorang wanita sebelum hamil kurang dari 23,5 maka sebaiknya kehamilan ditunfda
terlebih dahulu agar tidak melahirkan bayi BBLR (Kristiyanasari, 2010).
Pada tabel 4, WUS yang beresiko KEK hanya berjumlah 2 orang dan kebanyakan tidak
beresiko KEK, maka dapat disimpulkan bahwa status gizi WUS cenderung baik. Hal tersebut
dikarenakan pengetahuan tentang gizi dan pola makan yang baik. Menurut Djamilah (dalam
Pramata 2019), faktor pendidikan dapat mempengaruhi pola makan ibu hamil. Ibu hamil dengan
tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan memiliki pengetahuan atau informasi tentang gizi
yang lebih baik sehingga dapat memenuhi asupan gizinya. Pemilihan makanan dan kebiasaan diet
dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap terhadap makanan dan praktek/perilaku pengetahuan tentang
gizi melandasi pemilihan makanan. Maka dari itu Ibu hamil dengan tingkat pengetahuan gizi yang
baik akan cenderung tidak beresiko KEK.
Pengukuran antropometri juga dilakukan pada lansia. Pengukuran berat badan dilakukan
menggunakan timbangan injak. Di beberapa posyandu pengukuran dilakukan menggunakan
timbangan detecto. Sedangkan untuk tinggi badan , pengukuran dilakukan dengan menggunakan
mikrotois/mikrotoa. Dari hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan responden, dapat
diketahui indeks massa tubuh untuk menentukan status gizi responden. Distribusi status gizi
responden berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Distribusi Status Gizi Lansia berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Tabel 6 menunjukkan bahwa lebih banyak lansia yang memiliki status gizi gemuk (51,72%)
dibandingkan dengan lansia status gizi normal (35,63%) dan kurus(2,29%). Hal ini disebabkan
oleh penurunan aktifitas yang tidak diikuti perubahan pola makan juga metabolism tubuh lansia
yang semakin menurun.
Selain melakukan pengukuran pada bayi, balita, wanita usia subur, dan lansia. Pengukuran
juga dilakukan pada Anak sekolah. Pengukuran dilakukan pada 25 responden dengan rentang usia
8-10 tahun. Pengukuran berat badan dilakukan menggunakan timbangan injak. Sedangkan untuk
pengukuran tinggi badan dilakukan dengan menggunakan mikrotoa. Pemantauan status gizi pada
anak sekolah penting dimulai pada saat anak baru masuk sekolah. Hal ini dapat menjadi deteksi
awal gangguan gizi pada anak usia sekolah. Faktor wilayah juga dapat menjadi faktor penyebab
terjadinya perubahan pola konsumsi makanan. Masalah kesehatan banyak diderita oleh anak usia
sekolah, termasuk masalah status gizi. Distribusi status gizi responden berdasarkan indeks massa
tubuh menurut umur disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Distribusi Status Gizi Anak Sekolah di SDN Rampal Celaket berdasarkan Indeks
Massa Tubuh menurut Umur
Kurus 0 0 0
Normal 17 68 -0,73
Gemuk 3 12 1,32
Obesitas 4 16 4,16
Total 25 100
Tabel 7 Menunjukkan bahwa status gizi anak sekolah cenderung dalam kategori normal
yang didukung oleh BB/TB dan diolah menjadi IMT/U untuk memperoleh z-score sehingga dapat
dinyatakan status gizi anak tersebut, dalam tabel tersebut kelompok kategori normal didapatkan
68% dari total keseluruhan, sedangkan pada kelompok kurus didapatkan 0% dari total keseluruhan.
Hal ini menunjukkan bahwa Berat Badan dan Tinggi Badan mempengaruhi status gizi seseorang,
Salah satu cara untuk memperbaiki status gizi anak yaitu dengan mengkonsumsi makanan yang
beragam serta membiasakan konsumsi jajanan yang sehat.
Menurut data WHO (2014) , sebanyak 51 juta anak di seluruh dunia berada pada status gizi
kurus, sebanyak 161 juta mengalami pendek dan 42 juta mengalami kasus kegemukan dan
Obesitas. Menurut (Victora, 2008) Kurang gizi pada masa balita maupun anak sekolah akan
berdampak pada kondisi kesehatan saat dewasa. Anak-anak yang kurang gizi tersebut akan
menunjukkan fenomena peningkatan kadar gula, tekanan darah, dan kolesterol saat dewasa. Hal
ini disebabkan adanya gangguan metabolisme yang kronis dan berlanjut pada saat dia dewasa.
Selain melakukan pengukuran antropometri, kami juga melakukan penyuluhan di beberapa
posyandu. Posyandu pertama dilakukan pada tanggal 19 oktober 2019 Posyandu Mekarsari
Samaan. Penyuluhan dengan materi Junk Food dengan sasaran ibu balita disampaikan oleh Ressa
Febriana dan Vivi Widya Kusuma. Penyuluhan dilakukan dengan metode Ceramah dan Tanya
Jawab pada akhir penyuluhan. Lokasi penyuluhan cukup memadai, memudahkan kedua pihak baik
pemateri dan sasaran dalam berjalannya penyuluhan. Kegiatan dihadiri oleh 5 orang saja yaitu Ibu-
ibu balita. Materi yang disampaikan oleh pemateri diperhatikan baik, ibu balita memperhatikan
dari awal penyuluhan hingga selesai dan sangat responsif menanggapi pemateri. Pada akhir
penyuluhan tidak ada yang mengajukan pertanyaan sehingga dianggap bahwa sudah memahami
materi penyuluhan yang disampaikan. Sedangkan untuk saran posyandu, pada posyandu lansia
tidak ada microtoice untuk pengukuran tinggi badan, terdapat satu kesalahan yang dilakukan oleh
kader mengenai penghitungan lingkar perut lansia, kader kurang bisa membaca hasil pada
timbangan injak sedangkan pada posyandu bayi dan balita kebanyakan alat sudah baik, contohnya
dacin sudah diseimbangkan sebelum pelaksanaan posyandu dengan diberikan pemberat yang tidak
menggantung dan diberi tali pengaman juga, alat pengukuran lain juga dalam kondisi baik.
Kerjasama antara kader dengan mahasiswa terlaksana dengan baik, saling membantu dan
membenarkan.
Posyandu yang kedua dilakukan pada 21 oktober 2019 di Posyandu Apel Rw 02 Samaan.
Materi penyuluhan adalah MP-ASI dengan sasaran ibu bayi dilakukan oleh Puji Rahayu Eka
Ningrum dan Faza Anggraeni. Penyuluhan dilakukan dengan metode Ceramah dan Tanya Jawab
pada akhir penyuluhan. Lokasi penyuluhan kurang memadai, dikarenakan tempat yang begitu
sempit, jadi agak susah dan bingung karena terlalu banyak orang aka tetrapi sasaran sangat
memperhatikan penyuluhan. Kegiatan diikuti oleh 7 orang Ibu Balita. Sasaran memperhatikan
dengan baik, ikut merespon pemateri, dan aktif mengikuti arahan-arahan pemateri. Pada akhir
penyuluhan, banyak beberapa ibu-ibu memberikan pertanyaan untuk menanyakan lebih jelas dan
detail tentang MP-ASI dan aturan-aturannya. Dan dapat disimpulkan sasaran telah memahami isi
materi yang disampaikan. Pada posyandu lansia tidak terdapat microtoice untuk menghitung tinggi
badan, jadi hanya ada lingkar perut dan Berat badan saja. Sedangkan pada bayi dan balita dacin
tidak diseimbangkan pada saat diberikan celana timbang. Kader sangat menerima mahasiswa dan
saling mempercayai dan membantu.
Posyandu yang ketiga dilakukan pada tanggal 1 november di Posyandu Dahlia Rw 07
Klojen. Penyuluhan dengan materi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ditujukan untuk ibu balita dan
lansia disampaikan oleh Desi Catur Kurnia dan Wanda Athifah Azza. Penyuluhan dilakukan
dengan metode Ceramah dan Tanya Jawab pada akhir penyuluhan. Lokasi penyuluhan sangat
memadai, memudahkan bagi pemateri dalam penyampaian materi dan sasaran dalam
memperhatikan penyuluhan. Kegiatan diikuti oleh 5 orang gabungan dari ibu balita dan lansia.
Sasaran memperhatikan dengan baik, ikut merespon pemateri, dan aktif mengikuti arahan-arahan
pemateri. Pada akhir penyuluhan, tidak ada yang mengajukan pertanyaan maka disimpulkan
sasaran telah memahami isi materi yang disampaikan. Sedangkan untuk evaluasi pada posyandu
lansia tidak terdapat microtoice untuk menghitung tinggi badan, dacin belum diseimbangkan
sebelum kegiatan padahal sudah ada beban penyimbangnya, papan pengukur tinggi badan
disiapkan lebih baik dengan ditambah lembar kertas setinggi 10cm. Kader sangat menerima
mahasiswa dan saling mempercayai dan membantu.
Posyandu kelima dilakukan pada tanggal 11 november 2019 di Posyandu Kemuning Rw 02.
Penyuluhan dengan materi Kebiasaan Olahraga dengan sasaran lansia disampaikan oleh Allis
Martayanti dan Varadinda Tami. Penyuluhan dilakukan dengan metode Ceramah dan Tanya Jawab
pada akhir penyuluhan. Lokasi sangat memadai, luas dengan banyak kursi sehingga kegiatan
berjalan lancar tidak mengganggu kegiatan lain. Penyuluhan diikuti oleh 10 orang lansia yang
memperhatikan dengan seksama. Pemateri dengan mudah menyampaikan materi dengan
pemberian contoh-contoh karena kondisi yang sangat kondusif. Sasaran ikut menjawab
pertanyaan-pertanyaan singkat yang disampaikan pemateri. Pada akhir penyuluhan, ada satu orang
yang mengajukan pertanyaan. Sarana dan alat-alat pada posyandu sudah baik, lengkap dan sudah
disiapkan sebelum kegiatan posyandu dilaksanakan. Kerjasama kader dengan mahasiswa juga
baik, saling membantu dan saling membenarkan.
Posyandu yang terakhir dilakukan pada tanggal 12 november 2019 di Posyandu Belimbing
Rw 05 Samaan. Penyuluhan dengan materi Jajanan Sehat Untuk Anak Usia Sekolah ditujukan
untuk ibu balita disampaikan oleh Mellisa Try A, Citra Diana. Penyuluhan dilakukan dengan
metode Ceramah dan Tanya Jawab pada akhir penyuluhan. Lokasi sangat memadai, luas dengan
banyak kursi sehingga kegiatan berjalan lancar tidak mengganggu kegiatan lain. Penyuluhan
diikuti oleh 6 orang Ibu Balita yang memperhatikan dengan seksama. Pemateri dengan mudah
menyampaikan materi karena kondisi yang sangat kondusif. Pada akhir penyuluhan tidak ada yang
mengajukan pertanyaan sehingga dianggap bahwa sudah memahami materi penyuluhan yang
disampaikan. Sarana dan alat-alat pada posyandu sudah baik, lengkap dan sudah disiapkan sebelum
kegiatan posyandu dilaksanakan. Akan tetapi pada microtoice tidak ditempel dengan benar jadi
sempat menjatuhi kepala balita yang sedang melakukan pengukuran. Selebihnya alat-alat yang
tersedia sudah baik dan sesuai. Kerjasama kader dengan mahasiswa juga baik, saling membantu
dan saling membenarkan.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil pengukuran antropometri didapatkan status gizi bayi laki-laki dan
perempuan rata-rata berada pada status gizi baik/normal, balita laki-laki dan perempuan
rata-rata berada pada status gizi baik/normal, anak usia sekolah laki-laki dan perempuan
rata-rata berada pada status gizi baik/normal, LILA WUS rata-rata di atas 23,5 sehingga
tidak beresiko KEK, dan lansia laki laki rata-rata berada pada status gizi baik/normal
sedangkan lansia perempuan pada status gizi baik/normal dan ada juga yang berada pada
status gizi gemuk (kelebihan berat badan tingkat berat dan ringan) sehingga beresiko
terkena penyakit degeneratif.
4.2 Saran
4.3 Untuk kader
Dalam melakukan pengukuran antropometri, sebaiknya mendata sesuai dengan hasil
pengukuran yang ada.
4.4 Untuk posyandu
Lebih dilengkapi alat pengukuran antropomertri seperti mikrotoa, karena hampir setiap
posyandu belum terdapat fasilitas tersebut.
4.5 Untuk Puskesmas
Mempertahankan pelayanan yang sudah berjalan.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes. 1994. Pedoman Praktis Pemantauan Status Gizi Orang Dewasa. Jakarta
Jelliffe D, B. 1966. Assesment of The Nutritional Status of The Community. WHO. Geneva
Kemenkes RI. 2010. Keputusan Menteri Kesehatan R1 Nomor: 1995/Menkes/XII/ 2010 tentang
Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta
Kristiyanasari, W. 2010. Gizi Ibu Hamil. Yogyakarta : Nuha Medika
Pratama, Y., & Sandalayuk, M. 2019. Kurang Energi Kronis pada Wanita Usia Subur di Wilayah
Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo. Gorontalo Journal of Publich Health Vol. 2
April 2019
Puslitbang Gizi. 1980. Pedoman Ringkas Cara Pengukuran Antropometri dan Penentuan Gizi.
Bogor
Supariasa, dkk. 2016. Penilaian Status Gizi. Jakarta. EGC
Sundari L. 2016. MAKALAH PENYULUHAN KESEHATAN.
(http://keperawatanlenisundari.blogspot.com/ 2016/05/makalah-penyuluhan-
kesehatan.html.) Di akses 11 November 2019