Anda di halaman 1dari 38

PROJECT BASED LEARNING

MATA KULIAH PENENTUAN STATUS GIZI

Disusun Oleh :

KELOMPOK 9
SEMESTER/TAHUN AJARAN : VI / 2021-2022
Eugenia Azura Afifah 25000119130316
Kunia Hasna L 25000119140290
Maharani Yuniar 25000119140350
Luthfi Al Rasyid H. 25000117130120

DI BAWAH BIMBINGAN DOSEN : dr. MARTHA IRENE KARTASURYA, M.Sc., Ph.D.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET,


DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
TAHUN
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat
dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Cara
menentukan status gizi seseorang atau kelompok yaitu dengan melakukan penilaian status
gizi baik secara langsung yaitu dengan antropometri, klinis, biokimia dan biofisik dan yang
tidak langsung yaitu dengan survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi.
Metode pengukuran antropometri pada anak bermacam-macam, salah satunya dengan cara
mengukur Indeks Massa Tubuh (IMT). Interpretasi status gizi berdasarkan IMT pada anak
tergantung pada usia dan jenis kelamin karena anak laki-laki dan perempuan memiliki kadar
lemak tubuh yang berbeda. Di samping itu, pada anak terjadi perubahan tinggi badan, berat
badan, dan jumlah lemak tubuh sesuai pertambahan usia.
Masa balita adalah masa lima tahun pertama dalam setiap kehidupan anak manusia.
Masa ini sering juga disebut sebagai fase “Golden Age” yaitu suatu masa golden age yang
sangat penting terutama untuk pertumbuhan fisik. Pada masa ini 90% sel-sel otak individu
tumbuh dan berkembang. Bila pada masa golden age anak-anak terabaikan, maka akan
menjadi permasalahan bagi balita tersebut. Balita merupakan salah satu aset bangsa yang
tidak ternilai, sehingga harus mendapat perhatian khususnya pertumbuhan dan
perkembangannya. Namun demikian, kondisi balita di Indonesia pada umumnya dan di
beberapa daerah, kasus gizi kurang maupun gizi buruk masih menunjukkan angka yang
memprihatinkan. Kekurangan gizi pada masa bayi dan anak-anak selain meningkatkan risiko
penyakit infeksi dan kematian juga dapat terjadi gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar
untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. Tenaga utama pelaksana
posyandu adalah kader posyandu, yang kualitasnya dapat menentukan dalam usaha
meningkatkan kualitas pelayanan yang dilaksanakan. Posyandu mempunyai peran penting
sebagai salah satu kegiatan sosial bagi ibu-ibu untuk memantau tumbuh kembang anak.
Pemantauan pertumbuhan anak melalui penimbangan balita yang dilakukan secara
berkala pada setiap bulannya akan dicatat pada sistem Kartu Menuju Sehat (KMS).
Hambatan kemajuan pertumbuhan berat badan anak dapat segera terlihat pada kurva
pertumbuhan hasil pengukuran periodik yang tertera dan dicatat pada KMS tersebut. Naik
turunnya jumlah anak balita yang mengalami hambatan pertumbuhan dapat segera terlihat
dalam jangka waktu pendek (bulan) dan dapat segera diteliti lebih jauh penyebabnya, dan
secepat mungkin dapat dibuat rancangan untuk diambil tindakan penanggulangan. Ketelitian,
pengetahuan dan keterampilan kader posyandu dalam melakukan pengukuran antropometri
sangatlah penting, karena hal ini menyangkut dengan pertumbuhan balita. Keterampilan
kader yang kurang dapat menyebabkan interpretasi status gizi yang salah dan dapat berakibat
pula pada kesalahan dalam mengambil keputusan dan penanganan masalah tersebut. Dengan
demikian, kemampuan kader harus dikembangkan untuk berpotensi secara maksimal, dengan
bekal pengetahuan dan keterampilan yang disesuaikan dengan tugas yang diemban, dalam
mengelola posyandu agar dapat berperan aktif dalam meningkatkan kesehatan masyarakat.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan survei atau
observasi posyandu mengenai cara kader melakukan pengukuran di posyandu, sarana dan
prasarana di posyandu serta kondisi atau status gizi balita yang terdapat di posyandu.

B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui alat-alat antropometri di posyandu dan cara
penggunaannya dengan baik dan benar..
2. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran antropometri pada balita di
posyandu yang meliputi pengukuran berat badan dan tinggi badan/panjang
badan.
3. Mahasiswa dapat melakukan penilaian kecukupan asupan pangan balita
dengan menggunakan metode Food Recall 1x24 jam.
4. Mahasiswa dapat menilai status gizi balita di posyandu dengan melihat hasil
pengukuran antropometri dan penilaian kecukupan asupan pangan dengan
Food Recall 1x24 jam.
5. Mahasiswa dapat menentukan hubungan Tingkat Kecukupan Energi (TKE)
dan Tingkat Kecukupan Protein (TKP) dengan indeks Z-score BB/U dan
BB/TB.
BAB II
METODE

A. Pengukuran Antropometri
Antropometri (ukuran tubuh) merupakan salah satu cara langsung menilai status gizi,
khususnya keadaan energi dan protein tubuh seseorang. Keunggulan antropometri antara lain
prosedurnya sederhana, aman, dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar. Relatif
tidak membutuhkan tenaga ahli. Alatnya murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan
dan dibuat di daerah setempat. Tepat dan akurat karena dapat dibakukan, dapat mendeteksi
atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau, umumnya dapat mengidentifikasi status
gizi sedang, kurang dan buruk karena sudah ada ambang batas yang jelas. Dapat
mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu atau dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan gizi.
Kelemahan antropometri antara lain yaitu tidak sensitif, artinya tidak dapat
mendeteksi status gizi dalam waktu singkat. Faktor di luar gizi (penyakit, genetik dan
penurunan penggunaan energi) dapat menurunkan spesifikasi dan sensitivitas pengukuran
antropometri. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi,
akurasi dan validitas pengukuran antropometri. Kesalahan ini terjadi karena latihan petugas
yang tidak cukup, kesalahan alat atau kesulitan pengukuran.
Dibandingkan dengan metode lainnya, pengukuran antropometri lebih praktis untuk
menilai status gizi di masyarakat. Ukuran tubuh yang biasanya dipakai untuk melihat
pertumbuhan fisik adalah berat badan (BB), tinggi badan (TB), lingkar lengan atas (LILA),
lingkar kepala (LK), tebal lemak dibawah kulit (TL) dan pengukuran tinggi lutut. Penilaian
status gizi antropometri disajikan dalam bentuk indeks misalnya BB/U, TB/U, PB/U, BB/TB,
IMT/U.

B. Recall Konsumsi
Metode food recall 24 jam adalah metode mengingat tentang pangan yang dikonsumsi
pada periode 24 jam terakhir (dari waktu tengah malam sampai waktu tengah malam lagi,
atau dari bangun tidur sampai bangun tidur lagi) yang dicatat dalam ukuran rumah tangga
(URT). Data survei konsumsi pangan diperoleh melalui wawancara antara petugas survei
(disebut enumerator) dengan subjek (sasaran survei) atau yang mewakili subjek (disebut
responden). Pangan yang dicatat meliputi: nama masakan atau makanan, porsi masakan
dalam ukuran rumah tangga (URT), bahan makanan dalam URT, serta informasi harga per
porsi. Informasi tentang resep dan cara persiapan serta pemasakan perlu dicatat (dalam kolom
keterangan pada form K1) agar estimasi berat pangan lebih tepat.
● Keuntungan menggunakan metode food recall 24 jam adalah:
1. Dapat digunakan pada subjek yang buta huruf
2. Relatif murah dan cepat.
3. Dapat menjangkau sampel yang besar.
4. Dapat dihitung asupan energi dan zat gizi sehari.
● Keterbatasan atau kelemahan metode food recall 24 jam adalah:
1. Sangat tergantung pada daya ingat subjek.
2. Perlu tenaga yang terampil.
3. Adanya The flat slope syndrome
4. Tidak dapat diketahui distribusi konsumsi individu bila digunakan untuk
keluarga.
Recall 24 Jam Konsumsi Gizi
Nama Responden/Subjek : Nafiza (P)
Nama Pewawancara : Maharani Yuniar Sokawati
Hari/tanggal wawancara : Jumat, 20 Mei 2022

No. Nama Makanan Bahan Makanan URT Berat


(gram)

A. Makan Pagi

Nasi putih Beras dan air ½ porsi 50

Sayur sop makaroni Wortel, makaroni, kentang, 1 mangkok 100


kembang kol, daun bawang,
daun seledri, bumbu, minyak
goreng, air dan penyedap rasa

Ayam goreng Daging ayam, bumbu, tepung 1 potong 40


dan minyak goreng

Selingan

Apel 1 buah 100

B. Makan Siang

Nasi putih Beras dan air ½ porsi 50

Sayur sop makaroni Wortel, makaroni, kentang, 1 mangkok 100


kembang kol, daun bawang,
daun seledri, bumbu, minyak
goreng, air dan penyedap rasa

Ayam goreng Daging ayam, bumbu, tepung 1 potong 40


dan minyak goreng

Selingan

Pepaya 1 mangkok 55
(potong
dadu)

Susu 1 gelas 100

C. Makan Malam

Nasi goreng Nasi putih, telur, sosis, daun 1 porsi 100


bawang, bawang merah,
bawang putih, kubis, wortel
dan bumbu nasi goreng

Selingan

Apel 1 buah 100

Nama Responden/Subjek : Almeera (P)


Nama Pewawancara : Luthfi Al Rasyid
Hari/tanggal wawancara : Sabtu, 21 Mei 2022

No Nama Makanan Bahan Makanan URT Berat (g)

1 Makan Pagi Nasi Beras 1 porsi 100g

Ikan mujair Ikan 1 ekor 100g


goreng

Sayur bayam Bayam 1 porsi 100g


Selingan

2 Makan Nasi Beras 1 porsi 100g


Siang

Semur Ayam Ayam 1 ptg 100g

Selingan

Puding vanilla Puding vanilla 1 ptg 100g

3 Makan Nasi Nasi 1 porsi 100g


Malam

Semur telur Telur 1 ptg 100g

Selingan

Jus Alpukat Alpukat 1 gelas 150g

Nama Responden/Subjek : Zaura (LK)


Nama Pewawancara : Kunia Hasna Lailatusyfa
Hari/tanggal wawancara : Senin, 18 April 2022

No Waktu Menu Bahan URT Berat (g)


makanan

1 Pagi Nasi 1 centong 50 g

Sup macaroni Daging ayam 2 sdm 10 g

Makaroni 2 sdm 20 g
Wortel 2 sdm 20 g

Tomat 1 ptg 10 g

Telur 1 butir 60 g

Air Putih 2 gelas 400 ml

Selingan Roti marie 3 buah 45 g

Nagasari 1 buah 50 g

Papaya 1 ptg sedang 50 g

2. Siang Nasi 1 centong 50

Sup macaroni Daging ayam 2 sdm 10

Makaroni 2 sdm 20 g

Wortel 2 sdm 20 g

Tomat 1 ptg 10 g

Air Putih 2 gelas 400 ml

3. Malam Nasi 50

Sup macaroni Daging ayam 2 sdm 10

Makaroni 2 sdm 20 g

Wortel 2 sdm 20 g

Tomat 1 ptg 10 g

Pisang ambon 1 buah 100 g

Air putih 2 gelas 400 ml

Nama Responden/Subjek : Azzahra (P)


Nama Pewawancara : Eugenia Azura Afifah
Hari/tanggal wawancara : Senin, 23 Mei 2022

No. Nama Makanan Bahan Makanan URT Berat


(gram)

A. Makan Pagi
Nasi goreng Nasi putih, telur, sosis, daun ½ porsi 100
bawang, bawang merah,
bawang putih, kubis, wortel
dan bumbu nasi goreng

Susu dancow coklat Susu bubuk, air 1 mangkok 100

Kerupuk udang Kerupuk udang. minyak 1 potong 15


goreng

Air Putih 2 gelas 400 ml

B. Makan Siang

Nasi putih Beras dan air ⅖ porsi 80

Soto ayam Daging ayam, bawang merah, ½ 40


bawang putih, kemiri, daun mangkok
salam, lengkuas, kunyit,
sereh, bumbu dapur instan,
gula, garam, kol, bihun,
bawang goreng

Air Putih 2 gelas 400 ml

C. Makan Malam

Nasi putih Beras dan air ½ porsi 100

Soto ayam Daging ayam, bawang merah, 1/2 50


bawang putih, kemiri, daun mangkok
salam, lengkuas, kunyit,
sereh, bumbu dapur instan,
gula, garam, kol, bihun,
bawang goreng

Air Putih 2 gelas 400 ml

C. Observasi Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar
untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamatan,
dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran. Teknik
observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis fenomena-fenomena yang
diselidiki. Dalam arti yang luas, observasi sebenarnya tidak hanya terbatas pada pengamatan
yang dilaksanakan baik secara langsung maupun tidak langsung. Dari pengertian di atas
metode observasi posyandu dapat dimaksudkan suatu cara pengambilan data melalui
pengamatan langsung terhadap situasi atau peristiwa yang ada di lapangan khususnya
posyandu.
D. Analisis Data Asupan Makanan
Data asupan makanan diperoleh dengan metode Food Recall 24 jam. Metode
ini adalah metode yang berfokuskan pada kemampuan subjek dalam mengingat
seluruh makanan dan minuman yang telah dikonsumsi selama 24 jam terakhir. Maka
dari itu, kemampuan mengingat menjadi kunci pokok pada metode ini. Setelah
dilakukan pengumpulan data dengan Food Recall, data dianalisis dengan menghitung
jumlah energi dan protein berdasarkan asupan makanan.
Penentuan jumlah energi dan protein dari asupan makanan didasarkan pada
NutriSurvey. Asupan makanan yang sudah diketahui jumlah energi dan protein,
selanjutnya dihitung jumlah keseluruhan selama satu hari. Hasil dari penjumlahan
masing-masing energi dan protein selama satu hari, digunakan untuk menghitung
tingkat kecukupan energi dan juga tingkat kecukupan protein. Adapun rumus untuk
menghitung Tingkat Kecukupan Energi (TKE) dan Tingkat Kecukupan Protein (TKP)
antara lain:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑠𝑢𝑝𝑎𝑛 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 (𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑠𝑒ℎ𝑎𝑟𝑖)
● TKE = 𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝐾𝑒𝑐𝑢𝑘𝑢𝑝𝑎𝑛 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 (𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑎𝑟𝑖)
× 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑠𝑢𝑝𝑎𝑛 𝑝𝑟𝑜𝑡𝑒𝑖𝑛(𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑠𝑒ℎ𝑎𝑟𝑖)
● TKP = 𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝐾𝑒𝑐𝑢𝑘𝑢𝑝𝑎𝑛 𝑃𝑟𝑜𝑡𝑒𝑖𝑛 (𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑎𝑟𝑖)
× 100%

1. Posyandu Mangga

No. Nama Balita Asupan Energi (Kkal) Asupan Protein (Gram)

1 Keano (L) 990,24 56.17

2 Zaura (P) 1.057,25 31,9

3 Asyraf (L) 806,39 47


4 Nafisya (P) 1.382,3 70,2

5 Naura (P) 243,7 5,39

6 Aisyah (P) 401,16 20,8

7 Fadhillah (P) 877,57 37,2

2. Posyandu Elok

No. Nama Balita Asupan Energi (Kkal) Asupan Protein (Gram)

1. Nafiza (P)
1300,9 kkal 67,5 g

2. Bima (L)
1330,8 kkal 72,8 g

3. Astra (L)
1271,7 kkal 67,4 g

4. Alea (P)
1433,8 kkal 76,8 g

5. Freya (P)
1359,8 kkal 56,8 g

6. Rakry (L)
1288 kkal 50,2 g

3. Posyandu Dahlia

No Nama Balita Asupan Energi (Kkal) Asupan Protein (Gram)

1 Almeera N (P) 1402 70.95

2 Sofia Putri (P) 598 28.91

3 Syaquel (P) 438 37.71


4 Arfan (L) 1004 37.44

5 Azalfa (P) 1243 50.16

6 Raffasya (L) 673.2 37.36

4. Posyandu Yanita

No Nama Balita Asupan Energi (Kkal) Asupan Protein (Gram)

1 Azzahra (P) 1179 29,4

2 Maleeq (L) 931,5 25,4

3 Yavus (L) 1228 51,4

4 Bennet (L) 1222 51,8

5 Aisyah (P) 461,4 15

6 Mikhayla (P) 884 45,6

E. Analisis Normalitas Data Skor Z Indeks BB/U dan BB/TB Dengan Tingkat
Kecukupan Energi dan Protein
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah populasi berdistribusi
normal apa tidak. Dalam penelitian ini untuk menguji normalitas data dengan
menggunakan lilliefors correction. Analisis menggunakan bantuan komputer program
SPSS. Asumsi yang digunakan adalah menggunakan alpha 5%, yaitu apabila nilai
statistik kolmogorov smirnov dan shapiro wilk memiliki probabilitas > 0.05 maka
data berdistribusi normal. Sebaliknya apabila nilai statistik memiliki probabilitas <
0.05 maka distribusi data tidak normal.
Berdasarkan dari hasil perhitungan uji normalitas data dengan menggunakan SPSS
dapat disimpulkan bahwa nilai residual berdistribusi normal karena nilai
signifikansinya 0,69 (> 0,05).

F. Analisis Hubungan Skor Z Indeks BB/U dan TB/U Dengan Tingkat Kecukupan
Energi dan Protein
Status gizi balita dinilai menurut 3 indeks, yaitu Berat Badan Menurut Umur
(BB/U), Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U), Berat Badan Menurut Tinggi Badan
(BB/TB).
1. BB/U adalah berat badan anak yang dicapai pada umur tertentu.
2. TB/U adalah tinggi badan anak yang dicapai pada umur tertentu.
3. BB/TB adalah berat badan anak dibandingkan dengan tinggi badan yang
dicapai.
Ketiga nilai indeks status gizi diatas dibandingkan dengan baku pertumbuhan
WHO Z-score adalah nilai simpangan BB atau TB dari nilai BB dan TB normal
menurut baku pertumbuhan WHO. Batasan untuk kategori status gizi balita menurut
indeks BB/U, TB/U, BB/TB menurut WHO dapat dilihat pada tabel Permenkes.
Setelah mengetahui status gizi maka dilihat berdasarkan hasil konsumsi bagaimana
tingkat kecukupan protein dan energi dengan status gizi berdasarkan z-score yang
didapatkan. Untuk mengetahui hubungan z-score dengan indeks TB/U dan BB/U
dilakukan analisis dengan uji korelasi person menggunakan spss.
1. Nilai signifikansi TKE dengan skor Z indeks BB/U adalah sebesar 0,137 yaitu
“lebih dari 0,05” yang berarti tidak berkorelasi atau tidak memiliki
hubungan yang signifikan.
2. Nilai signifikansi TKP dengan skor Z indeks BB/U adalah sebesar 0,200 yaitu
“lebih dari 0,05” yang berarti nilai TKP dengan skor Z indeks BB/U tidak
berkorelasi atau tidak memiliki hubungan yang signifikan.

1. Nilai signifikansi TKE dengan skor Z indeks BB/TB adalah sebesar 0,556,
yaitu “lebih dari 0,05” yang berarti tidak berkorelasi atau tidak memiliki
hubungan yang signifikan.
2. Nilai signifikansi TKP dengan skor Z indeks BB/TB adalah sebesar 0,138,
yaitu “lebih dari 0,05” yang berarti nilai TKP dengan skor Z indeks BB/TB
tidak berkorelasi atau tidak memiliki hubungan yang signifikan.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Alat-alat antropometri yang digunakan di posyandu
a. Posyandu Mangga
Alat-alat yang digunakan untuk pengukuran berat badan dan tinggi
badan/panjang badan pada balita di Posyandu Mangga adalah timbangan
injak digital, timbangan baby scale, microtoise, dan meteran pita. Untuk alat
ukur berat badan dan tinggi badan yang digunakan sudah memenuhi standar,
sedangkan untuk pengukuran panjang badan masih belum memenuhi standar.
Alat yang seharusnya digunakan untuk mengukur panjang badan adalah
infantometer, tetapi di Posyandu Mangga menggunakan meteran pita.
b. Posyandu Elok
Alat-alat yang digunakan untuk pengukuran BB/TB/PB pada balita di
Posyandu Elok adalah timbangan injak digital, timbangan baby scale, dan
meteran pita. Untuk alat ukur berat badan dan tinggi badan yang digunakan
sudah memenuhi standar. Sedangkan untuk pengukuran panjang badan masih
belum memenuhi standar karena belum tersedianya infantometer, yaitu alat
yang digunakan untuk mengukur panjang badan balita.
c. Posyandu Dahlia
Alat-alat yang digunakan untuk pengukuran BB/TB/PB pada balita di
Posyandu Dahlia adalah timbangan injak digital, timbangan dacin, timbangan
baby scale digital, stature meter, meteran pita dan pengukur panjang badan
bayi kayu. Untuk alat ukur berat badan dan tinggi badan sudah memenuhi
standar dan sangat lengkap. Untuk alat pengukur panjang bayi dari terbuat
dari kayu dan sudah cukup baik, namun ada alat pengukur panjang badan
yang lebih modern yaitu infantometer.
d. Posyandu Yanita
Alat-alat yang digunakan untuk pengukuran BB/TB/PB pada balita di
Posyandu Yanita pada saat saya kunjungan kemarin hanyalah berupa
timbangan injak digital dan meteran pita. kemungkinan besar minimnya alat
dikarenakan sistem posyandu saat itu adalah door to door sehingga alatnya
pun seadanya. Untuk alat ukur berat badan dan tinggi badan belum
memenuhi standar dan masih kurang lengkap. Untuk alat pengukur panjang
bayi yang sesuai standar juga belum ada.
2. Hasil pengamatan penimbangan dan pengukuran tinggi badan oleh kader di
posyandu
a. Posyandu Mangga
Secara keseluruhan, pengukuran yang dilakukan oleh kader sudah
hampir memenuhi standar. Namun, masih terdapat kesalahan yang dilakukan
oleh kader, antara lain: dalam melakukan pengukuran berat badan maupun
tinggi badan, aksesoris (seperti, topi, hijab, topeng, dll) yang digunakan oleh
balita tidak dilepas terlebih dahulu, balita yang diukur masih sering bergerak,
dan penggunaan alat yang tidak sesuai (misalnya, pengukuran panjang badan
yang menggunakan meteran pita dilakukan pada alas yang tidak datar).
b. Posyandu Elok
Pengukuran yang dilakukan oleh kader di Posyandu Elok secara
keseluruhan hampir memenuhi standar. Hal ini dikarenakan masih terdapat
kesalahan yang dilakukan oleh kader, antara lain: dalam melakukan
pengukuran berat badan maupun tinggi badan, aksesoris (seperti, topi, hijab,
topeng, dll) yang digunakan oleh balita tidak dilepas terlebih dahulu, balita
yang diukur masih sering bergerak, dan penggunaan alat yang tidak sesuai
(misalnya, pengukuran panjang badan yang menggunakan meteran pita
dilakukan pada alas yang tidak datar).
c. Posyandu Dahlia
Pengukuran yang dilakukan oleh kader di Posyandu Dahlia secara
keseluruhan sudah memenuhi standar. Setiap kader sudah memperhatikan
tata cara pengukuran tinggi dan panjang badan seperti melepas sepatu, topi,
aksesoris dll. Untuk pengukuran berat badan juga sudah memenuhi standar
(seperti meletakkan timbangan di bidang yang datar, dan melepas aksesoris
atau sepatu yang dikenakan oleh balita) karena terlihat dari 3 macam
timbangan yang dimiliki oleh posyandu dahlia, khususnya timbangan digital
(injak dan baby scale) sudah mencantumkan angka dengan akurat.
d. Posyandu Yanita
Secara keseluruhan, pengukuran yang dilakukan oleh kader sudah
hampir memenuhi standar. Namun, masih terdapat kesalahan yang dilakukan
oleh kader, antara lain: dalam melakukan pengukuran berat badan maupun
tinggi badan balita yang diukur masih sering bergerak, dan penggunaan alat
yang tidak sesuai (misalnya, pengukuran panjang badan menggunakan
meteran pita serta saat pengukuran tidak lurus masih miring, pandangan mata
pengukur belum sejajar dengan kepala anak yang diukur).
3. Karakteristik balita dan skor z
a. Posyandu Mangga

No. Nama Balita Usia BB PB/TB Skor Z Skor Z Skor Z


(BB/U) (BB/TB) (TB/U)

1 Keano (L) 48 bln 24,2 - +7,54 (> - -


+3 SD)

2 Zaura (P) 10 bln 7,5 72 -1,23 (-1 -1,7 (-2 0,02


SD) SD sd -1 (Median
SD) sd +1
SD)

3 Asyraf (L) 44 bln 12,8 92 -1,71 (-2 -0,53 (-1 -2,35 (-3
SD sd SD sd SD sd <-
+1 SD) Median) 2 SD)

4 Nafisya (P) 21 bln 8,6 77,5 -2,03 (-2 -1,42 (-2 -1,92 (-2
SD) SD sd -1 SD)
SD)

5 Naura (P) 9 bln 7,5 70 -0,77 (-1 -1,15 (-1 0,21


SD sd SD) (Median)
Median)

6 Aisyah (P) 24 bln 8,9 77,6 -2,28 (-3 -1,05 (-1 -2,73 (-3
SD sd <- SD sd SD sd -2
2 SD) Median) SD)

7 Fadhillah (P) 40 bln 11,5 90,5 -1,95 (-2 -1,20 (-2 -1,94 (-2
SD sd -1 SD sd -1 SD sd -1
SD) SD) SD)
Jumlah balita yang diambil datanya di Posyandu Mangga adalah 7 balita, dengan 2
balita berjenis kelamin laki-laki, dan 5 balita berjenis kelamin perempuan. Rentang umur dari
sampel penelitian dari umur 10 bulan hingga 47 bulan.
b. Posyandu Elok

No. Nama Balita Usia BB TB/PB Skor-Z Skor-Z Skor-Z


(BB/U) (BB/TB) (TB/U)

1. Nafiza (P) 44 bln 13,5 103 -0,94 -1,85 -0,52


(Median (-2SD sd (-2SD sd
sd +2SD +1SD) +3SD)

2. Bima (L) 57 bln 15 104 -1,32 -1,02 -1,11


(-2SD sd (-1SD sd (-2SD sd
Median) Median) Median)

3. Astra (L) 26 bln 13 88,5 0,25 0,62 -0,42


(Median (Median (-2SD sd
sd sd +1SD) Median)
+2SD)

4. Alea (P) 29 bln 15 97 1,39 0,58 1,80


(Median (Median (+2SD sd
sd sd +1SD) +3SD)
+2SD)

5. Freya (P) 37 bln 15 98 0,47 0,38 0,35


(Median (Median (Median
sd sd +1SD) sd +2SD)
+2SD)

6. Rakry (L) 29 bln 12 87 -0,70 0,01 -1,35


(-2SD sd (Median (-2SD sd
Median) sd +1SD) Median)
Jumlah balita yang diambil datanya di Posyandu Elok adalah 6 balita, dengan 3 balita
berjenis kelamin laki-laki, dan 3 balita berjenis kelamin perempuan. Rentang umur dari
sampel penelitian dari umur 26 bulan hingga 57 bulan.

c. Posyandu Dahlia

No. Nama Balita Usia BB TB/P Skor-Z Skor-Z Skor-Z


B (BB/U) (BB/TB) (TB/U)

1. Almeera N (P) 43 bln 15,4 102 0,04 0,43 -0,37


(Median) (Median (-1SD sd
sd +2SD) Median)

2. Sofia Putri (P) 9 bln 10,2 71 1.54 -0.08 2.14


(Median (Median) (+2SD sd
sd +2 SD) +3SD)

3. Syaquel (P) 10 bln 7,52 70,5 -1.16 -0.76 -1.01


(-2 SD sd (-2SD sd ( -1SD)
Median) Median)

4. Arfan (L) 36 bln 11,4 93 -1.58 -0.57 -1.90


(-2SD sd (-2SD sd (-2SD)
Median) Median)

5. Azalfa (P) 23 bln 11 78 -0.30 -2.33 1.59


(-2SD sd (-2SD) (+1SD sd
Median) + 2SD)

6. Raffasya (L) 11 bln 9,61 73 0.67 0.09 0.84


(Median (Median) (Median
sd +2SD ) sd +1SD)

Jumlah balita yang diambil datanya di Posyandu Dahlia adalah 6 balita, dengan 2
balita berjenis kelamin laki-laki, dan 4 balita berjenis kelamin perempuan. Rentang umur
dari sampel penelitian dari umur 9 bulan hingga 44 bulan.
d. Posyandu Yanita

No. Nama Balita Usia BB TB/P Skor-Z Skor-Z Skor-Z


(bulan) B (BB/U) (BB/TB) (TB/U)

1 Azzahra (P) 59 bln 17 103 -0,47 0,57 -1,35


(Median (+1SD (Median s.d
s.d -2SD) s.d -2SD)
Median)

2 Maleeq (L) 55 bln 21,9 104 1,59 3,18 -0,84


(+2SD s.d (Lebih (Median s.d
Median) dari -2SD)
+3SD)

3 Yavus (L) 55 bln 22,5 115 1,79 1,06 1,61 (+2SD


(+2SD s.d (+2SD s.d Median)
Median) s.d
+1SD)

4 Bennet (L) 51 bln 17,8 104 0,35 0,86 -0,35


(+2SD s.d (+1SD (Median s.d
Median) s.d -2SD)
Median)

5 Aisyah (P) 24 bln 9,9 84 -1,36 -1,36 -0,77


(Median (-1SD (Median s.d
s.d -2SD) s.d -2SD)
-2SD)

6 Mikhayla (P) 26 bln 16,6 89 2,43 3,11 0,24 (+2SD


(+3SD s.d (Lebih s.d Median)
+2SD) dari
+3SD)
Jumlah balita yang diambil datanya di Posyandu Yanita adalah 6 balita, dengan 3
balita berjenis kelamin laki-laki, dan 3 balita berjenis kelamin perempuan. Rentang umur
dari sampel penelitian dari umur 24 bulan hingga 59 bulan.

4. Status antropometri berdasarkan skor Z


a. Posyandu Mangga

No. Nama Usia Skor Z Status Skor Z Status Skor Z Status


Balita (BB/U) Gizi (BB/TB) Gizi (TB/U) Gizi

1 Keano (L) 48 bln +7,54 (> Risiko - - - -


+3 SD) BB lebih

2 Zaura (P) 10 bln -1,23 (-1 BB -1,7 (-2 Gizi 0,02 Normal
SD) Normal SD sd -1 Baik (Median
SD) sd +1
SD)

3 Asyraf (L) 44 bln -1,71 (-2 BB -0,53 (-1 Gizi -2,35 (-3 Pendek
SD sd +1 Normal SD sd Baik SD sd
SD) Median) <- 2
SD)

4 Nafisya 21 bln -2,03 (-2 BB -1,42 (-2 Gizi -1,92 (-2 Normal
Salsabila A SD) Normal SD sd -1 Baik SD)
(P) SD)

5 Naura (P) 9 bln -0,77 (-1 BB -1,15 (-1 Gizi 0,21 Normal
SD sd Normal SD) Baik (Median
Median) )

6 Aisyah 24 bln -2,28 (-3 BB -1,05 (-1 Gizi -2,73 (-3 Pendek
Ayudia SD sd <- Kurang SD sd Baik SD sd
Inara (P) 2 SD) Median) -2 SD)

7 Fadhillah 40 bln -1,95 (-2 BB -1,20 (-2 Gizi -1,94 (-2 Normal
NA (P) SD sd -1 Normal SD sd -1 Baik SD sd
SD) SD) -1 SD)
Balita pada Posyandu Mangga berdasarkan skor indeks BB/U, didapatkan 1 orang
dengan status gizi BB kurang, 1 orang dengan risiko BB lebih, dan 5 orang dengan BB
normal. Sementara berdasarkan skor indeks BB/TB(PB), didapatkan semua balita memiliki
status gizi normal kecuali 1 orang karena data yang didapat kurang lengkap. Lalu,
berdasarkan skor indeks TB(PB)/U didapatkan 2 balita dengan status gizi pendek, 4 dengan
status gizi normal, dan 1 orang tidak diketahui status gizinya karena kurangnya data.

b. Posyandu Elok

No. Nama Balita Usia Skor Z Status Skor Z Status Skor Z Status
(BB/U) Gizi (BB/TB) Gizi (TB/U) Gizi

1 Nafiza (P) 44 bln -0,94 BB 1,85 Gizi -0,52 Normal


(Median Normal (-2SD sd Baik (-2SD sd
sd +2SD) +1SD) +3SD)

2 Bima (L) 57 bln -1,32 BB -1,02 Gizi -1,11 Normal


(-2SD sd Normal (-1SD sd Baik (-2SD sd
Median) Median) Median)

3 Astra (L) 26 bln 0,25 BB 0,62 Gizi -0,42 Normal


(Median Normal (Median Baik (-2SD sd
sd +2SD) sd +1SD) Median)

4 Alea (P) 29 bln 1,39 Risiko 0,58 Gizi 1,80 Normal


(Median BB lebih (Median Baik (+2SD sd
sd +2SD) sd +1SD) +3SD)

5 Freya (P) 37 bln 047 BB 0,38 Gizi 0,35 Normal


(Median Normal (Median Baik (Median
sd +2SD) sd +1SD) sd +2SD)

6 Rakry (L) 29 bln -0,70 BB 0,01 Gizi -1,35 Normal


(-2SD sd Normal (Median Baik (-2SD sd
Median) sd +1SD) Median)
Balita pada Posyandu Elok berdasarkan skor indeks BB/U, didapatkan 1 orang dengan
status gizi resiko BB lebih dan 5 orang dengan BB normal. Sementara berdasarkan skor
indeks BB/TB, didapatkan semua balita memiliki status gizi baik/ normal. Lalu, berdasarkan
skor indeks TB/U didapatkan semua balita dengan status gizi normal.

b. Posyandu Dahlia

No. Nama Balita Usia Skor-Z Status Skor-Z Status Skor-Z Status
(BB/U) Gizi (BB/TB) Gizi (TB/U) Gizi

1. Almeera N (P) 43 bln 0,04 BB 0,43 Gizi Baik -0,37 Normal


(Median) Normal (Median (-1SD sd
sd +2SD) Median)

2. Sofia Putri (P) 9 bln 1.54 Resiko -0.08 Gizi Baik 2.14 Tinggi
(Median BB (Median) (+2SD sd
sd +2 Kurang +3SD)
SD)

3. Syaquel (P) 10 bln -1.16 Resiko -0.76 Gizi Baik -1.01 Resiko
(-2 SD sd BB (-2SD sd ( -1SD) TB
Median) Kurang Median) Pendek

4. Arfan (L) 36 bln -1.58 Resiko -0.57 Gizi Baik -1.90 Resiko
(-2SD sd BB (-2SD sd (-2SD) TB
Median) Kurang Median) Pendek

5. Azalfa (P) 23 bln -0.30 BB -2.33 Gizi 1.59 Resiko


(-2SD sd Normal (-2SD) Kurang (+1SD sd TB
Median) + 2SD) Pendek

6. Raffasya (L) 11 bln 0.67 BB 0.09 Gizi Baik 0.84 Normal


(Median Normal (Median) (Median
sd +2SD) sd +1SD)

Balita pada Posyandu Dahlia berdasarkan skor indeks BB/U, didapatkan 3 orang
dengan status gizi resiko BB kurang dan 3 orang dengan BB normal. Sementara berdasarkan
skor indeks BB/TB, didapatkan 5 balita memiliki status gizi baik/ normal dan 1 orang dengan
status gizi kurang. Lalu, berdasarkan skor indeks TB/U didapatkan 2 balita dengan status gizi
normal, 3 balita dengan resiko TB pendek, dan 1 balita dengan status gizi tinggi.

c. Posyandu Yanita

No. Nama Balita Usia BB/U Status BB/TB Status TB/U Status
(bulan) Gizi Gizi Gizi

1 Azzahra (P) 59 bln -0,47 BB 0,57 Normal -1,35 Normal


(Median Normal (+1SD s.d (Median
s.d Median) s.d
-2SD) -2SD)

2 Maleeq (L) 55 bln 1,59 Risiko 3,18 Obesitas -0,84 Normal


(+2SD BB Lebih (Lebih (Median
s.d dari s.d
Median) +3SD) -2SD)

3 Yavus (L) 55 bln 1,79 Risiko 1,06 Risiko 1,61 Normal


(+2SD BB Lebih (+2SD s.d Gizi (+2SD
s.d +1SD) Lebih s.d
Median) Median)

4 Bennet (L) 51 bln 0,35 Risiko 0,86 Gizi -0,35 Normal


(+2SD BB Lebih (+1SD s.d Baik (Median
s.d Median) s.d
Median) -2SD)

5 Aisyah (P) 24 bln -1,36 BB -1,36 Gizi -0,77 Normal


(Median Normal (-1SD s.d Baik (Median
s.d -2SD) s.d
-2SD) -2SD)

6 Mikhayla (P) 26 bln 2,43 Risiko 3,11 Obesitas 0,24 Normal


(+3SD BB Lebih (Lebih (+2SD
s.d dari s.d
+2SD) +3SD) Median)

5. Asupan energi dan protein balita


a. Posyandu Mangga

No. Nama Balita Asupan Energi Asupan Protein

1 Keano (L) 990,24 56.17

2 Zaura (P) 1.057,25 31,9

3 Asyraf (L) 806,39 47

4 Nafisya (P) 1.382,3 70,2

5 Naura (P) 243,7 5,39

6 Aisyah (P) 401,16 20,8

7 Fadhillah (P) 877,57 37,2

b. Posyandu Elok

No. Nama Balita Asupan Energi (Kkal) Asupan Protein (Gram)

1. Nafiza
1300,9 kkal 67,5 g

2. Bima
1330,8 kkal 72,8 g

3. Astra
1271,7 kkal 67,4 g
4. Alea
1433,8 kkal 76,8 g

5. Freya
1359,8 kkal 56,8 g

6. Rakry
1288 kkal 50,2 g

c. Posyandu Dahlia

No Nama Balita Asupan Energi (kkal) Asupan Protein (gram)

1 Almeera N (P) 1402 kkal 70.95 g

2 Sofia Putri (P) 598 kkal 28.91 g

3 Syaquel (P) 438 kkal 37.71 g

4 Arfan (L) 1004 kkal 37.44 g

5 Azalfa (P) 1243 kkal 50.16 g

6 Raffasya (L) 673.2 kkal 37.36 g

d. Posyandu Yanita

No Nama Balita Asupan Energi Asupan Protein

1 Azzahra (P) 1179 29,4

2 Maleeq (L) 931,5 25,4

3 Yavus (L) 1228 51,4


4 Bennet (L) 1222 51,8

5 Aisyah (P) 461,4 15

6 Mikhayla (P) 884 45,6

6. Tingkat kecukupan energi dan tingkat kecukupan protein balita


a. Posyandu Mangga

No. Nama Balita Usia TKE Kategori TKP Kategori


(%) (%)

1 Keano (L) 48 bln 70,7% Defisit 216% Lebih


tingkat
sedang

2 Zaura (P) 10 bln 132% Lebih 212% Lebih

3 Asyraf (L) 44 bln 59,7% Defisit 235% Lebih


berat

4 Nafisya (P) 21 bln 102% Normal 351% Lebih

5 Naura (P) 9 bln 30,4% Defisit 35,9% Defisit


berat berat

6 Aisyah (P) 24 bln 7,73% Defisit 104% Normal


berat

7 Fadhillah (P) 40 bln 65% Defisit 186% Lebih


berat
b. Posyandu Elok

No. Nama Balita Usia TKE Kategori TKP Kategori


(%) (%)

1 Nafiza (P) 44 bln 96,3% Normal 338% Lebih

2 Bima (L) 57 bln 95% Normal 291% Lebih

3 Astra (L) 26 bln 94,2% Normal 337% Lebih

4 Alea (P) 29 bln 106,2 Normal 384% Lebih

5 Freya (P) 37 bln 100,6 Normal 284% lebih

6 Rakry (L) 29 bln 95,4% Normal 251% Lebih

c. Posyandu Dahlia

No. Nama Balita Usia TKE Kategori TKP Kategori


(%) (%)

1 Almeera N 43 bln 103.8% Normal 354,7% Lebih


(P)

2 Sofia Putri 9 bln 74.75% Defisit 192.7% Normal


(P) tingkat
sedang

3 Syaquel (P) 10 bln 54.75% Defisit 251.4% Lebih


berat

4 Arfan (L) 36 bln 74.3% Defisit 187.2% Lebih


tingkat
sedang
5 Azalfa (P) 23 bln 92% Normal 250.8% Lebih

6 Raffasya (L) 11 bln 84.15% Defisit 249% Lebih


ringan

d. Posyandu Yanita

No. Nama Balita Usia TKE Kategori TKP Kategori


(%) (%)

Azzahra (P) 59 bln


1 94% Normal 131% Normal

Maleeq (L) 55 bln


2 58% Defisit 88% Normal
berat

Yavus (L) 55 bln


3 74% Defisit 174% Lebih
ringan

Bennet (L) 51 bln


4 93% Normal 221% Lebih

Aisyah (P) 24 bln


5 40,5% Defisit 98,5% Normal
berat

Mikhayla (P) 26 bln


6 51,3% Defisit 179% Lebih
berat

7. Normalitas data skor Z BB/U, BB/TB

Berdasarkan dari hasil uji normalitas data skor z indeks BB/U dan BB/TB
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-wilk, pada BB/U dihasilkan
nilai p= 0,2 (kolmogorov-smirnov) dan 0,21 (shapiro-wilk), yang artinya data
tersebut berdistribusi normal. Sementara, pada BB/TB dihasilkan nilai p= 0,2
(kolmogorov-smirnov) dan 0,20 (shapiro-wilk), yang artinya data tersebut
berdistribusi normal.

8. Hasil uji hubungan TKE dan TKP dengan skor Z indeks BB/U

Berdasarkan dari hasil perhitungan korelasi Pearson dengan menggunakan


aplikasi SPSS, dapat disimpulkan bahwa :
1. Nilai signifikansi TKE dengan skor Z indeks BB/U adalah sebesar
0,137 yaitu “lebih dari 0,05” yang berarti tidak berkorelasi atau tidak
memiliki hubungan yang signifikan.
2. Nilai signifikansi TKP dengan skor Z indeks BB/U adalah sebesar
0,200 yaitu “lebih dari 0,05” yang berarti nilai TKP dengan skor Z
indeks BB/U tidak berkorelasi atau tidak memiliki hubungan yang
signifikan.

9. Hasil uji hubungan TKE dan TKP dengan skor Z indeks BB/TB

Berdasarkan dari hasil perhitungan korelasi Pearson de

Dengan menggunakan aplikasi SPSS, dapat disimpulkan bahwa :


1. Nilai signifikansi TKE dengan skor Z indeks BB/TB adalah sebesar
0,556, yaitu “lebih dari 0,05” yang berarti tidak berkorelasi atau
tidak memiliki hubungan yang signifikan.
2. Nilai signifikansi TKP dengan skor Z indeks BB/TB adalah sebesar
0,138, yaitu “lebih dari 0,05” yang berarti nilai TKP dengan skor Z
indeks BB/TB tidak berkorelasi atau tidak memiliki hubungan yang
signifikan.

B. Pembahasan
Alat-alat antropometri di Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat
(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Salah satu tujuan dari
posyandu adalah mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka kematian
Bayi. Posyandu banyak jenisnya, salah satunya adalah posyandu balita. Salah satu
kegiatan yang dilakukan di posyandu balita adalah melakukan pengukuran
antropometri.
Antropometri adalah studi yang mempelajari tentang ukuran tubuh manusia.
Tujuan dari pengukuran dengan antropometri adalah untuk menjadi acuan dalam
penentuan status gizi seseorang. Beberapa contoh dari antropometri yang sering
digunakan untuk menilai status gizi adalah berat badan, panjang atau tinggi badan,
lingkar lengan atas, lapisan lemak bawah kulit, lingkar kepala, lingkar dada, dan
lainnya.
Alat yang digunakan dalam pengukuran antropometri harus memenuhi
persyaratan, adapun persyaratannya adalah alat antropometri harus mudah didapat dan
digunakan, hasil ukuran harus objektif, biaya pembuatan alat relatif murah,
pengukuran dapat dilakukan dengan pelatihan yang sederhana, hasilnya mudah
disimpulkan dan kebenaran ukuran diakui secara ilmiah.Alat ukur yang sesuai dengan
standar diharapkan dapat menghasilkan data yang akurat sehingga akan kecil
kemungkinan adanya kesalahan dalam menentukan status gizi.
Berdasarkan hasil observasi, alat-alat yang digunakan untuk mengukur
antropometri pada balita diantaranya timbangan injak digital, timbangan dacin,
timbangan baby scale digital, microtoise, stature meter, meteran pita, dan pengukur
panjang badan bayi kayu. Dari ke-3 posyandu, alat ukur berat badan sudah lengkap
dan memenuhi syarat, namun untuk pengukuran panjang badan di Posyandu Elok dan
Posyandu Mangga hanya menggunakan meteran pita saja, sedangkan di Posyandu
Dahlia menggunakan alat ukur yang terbuat dari kayu (alat ukur tradisional). Namun,
hal tersebut tidak masalah jika alat ukur yang digunakan untuk mengukur tinggi badan
mempunyai ketelitian 0,1 cm.
Pengukuran Berat Badan dan Tinggi/Panjang Badan oleh Kader
Untuk dapat mengoptimalkan pelaksanaan posyandu, diperlukan kader
kesehatan. Kader memegang peranan penting dalam pelaksanaan posyandu, maka dari
itu kemampuan kader yang meliputi pengetahuan dan keterampilan harus
ditingkatkan. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan kader adalah dengan dilakukannya pelatihan.
Berdasarkan penelitian terdahulu, masih ditemukan kader yang memiliki keterampilan
rendah yaitu sebesar 90% kader membuat kesalahan. Salah satu kesalahan yang paling
sering dijumpai adalah teknik penimbangan yang kurang tepat sesuai prosedur.
Berdasarkan hasil kunjungan, keterampilan kader pada beberapa posyandu
tersebut secara umum cukup baik. Namun masih terdapat kader posyandu pada
hal-hal mendasar dalam pengukuran, seperti melepaskan aksesoris yang digunakan
pada balita masih banyak tidak dilakukan. Hal tersebut sangat disayangkan, karena
dapat mempengaruhi hasil pengukuran sehingga juga dapat mempengaruhi penentuan
status gizi balita.

Status Gizi Balita Berdasarkan Skor Z


Untuk menentukan status gizi pada balita, terdapat standar yang sudah
ditetapkan. Standar tersebut dinamakan dengan standar antropometri. Di Indonesia,
sudah ditetapkan standar resmi antropometri anak yang diputuskan melalui Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri
Penilaian Status Gizi Anak. Tujuan dari ditetapkan standar ini adalah untuk
menetapkan acuan dalam penilaian status gizi dan tren pertumbuhan Anak Indonesia.
Terdapat 4 indeks yang digunakan pada parameter berat badan dan panjang/tinggi
badan dalam standar antropometri, antara lain Berat Badan menurut Umur (BB/U);
Panjang/Tinggi Badan menurut Umur (PB/U atau TB/U); Berat Badan menurut
Panjang/Tinggi Badan (BB/TB atau BB/PB); dan Indeks Massa Tubuh menurut Umur
(IMT/U).
Berdasarkan hasil kunjungan pada empat posyandu didapatkan hasil sebagai
berikut:
1. Berdasarkan indeks BB/U, terdapat 1 (4%) balita dengan status gizi BB
kurang, 3 (12%) balita dengan status gizi risiko BB kurang, 6 (24%) balita
dengan status gizi berisiko BB lebih, dan 15 (60%) balita dengan gizi
normal.
2. Berdasarkan indeks BB/TB atau BB/PB, terdapat 1 (4%) balita dengan
status gizi kurang, 1 (4%) balita berisiko gizi lebih, 2 (8%) balita dengan
obesitas, 20 (80%) balita berstatus gizi normal dan 1 (4%) balita tidak
diketahui kategorinya karena kekurangan data mengenai tinggi badan.
3. Berdasarkan indeks PB/U atau TB/U, terdapat 2 (8%) balita berstatus gizi
pendek, 3 (12%) balita dengan risiko TB pendek, 1 (4%) balita dengan
status gizi tinggi, 18 (72%) balita berstatus gizi normal, dan 1 (4%) balita
tidak diketahui kategorinya karena kekurangan data mengenai tinggi
badan.

Gambaran Pola Asupan Gizi dan Tingkat Kecukupan Gizi di Wilayah Setempat
yang Mempengaruhi BB dan PB/TB Balita
Pola makan merupakan suatu tingkah laku manusia dalam memenuhi
kebutuhan akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan, dan pilihan makanan
dipengaruhi oleh fisiologis, psikologis, budaya, dan sosial (Sulistyoningsih, 2011
dalam Arifin, 2015). Sementara itu, pola makan seimbang merupakan pola makan
yang sesuai dengan kebutuhan seseorang. Pola makan terdiri dari beberapa poin,
antara lain frekuensi makan per hari, kualitas makanan, kuantitas makanan, variasi
makanan, dan gizi seimbang.
Menurut Soenardi (2006) dalam Arifin (2015), frekuensi makan dibagi
menjadi 3 kategori yaitu pola makan seimbang, bila frekuensi makan 3x atau lebih
dalam sehari dan makanan selingan jumlahnya banyak serta jenis makanannya
seimbang. Pola makan cukup, bila frekuensi makan 3x dan makanan selingan
jumlahnya sedang dan jenis makannya seimbang. Sementara, untuk pola makan
kurang, bila makan kurang dari 3x sehari dan makanan selingan jenisnya hanya
sejenis. Menurut Widodo (2008) dan Santoso (20090 dalam Arifin (2015), makan
pada balita harus bervariasi menunya hal ini untuk menumbuhkan rasa ingin tahu
anak. Terdapat beberapa teknik pengolahan dalam variasi menu yaitu teknik digoreng,
direbus, disetup, dan lain sebagainya sehingga memberikan penampilan, tekstur, dan
rasa yang berbeda.
Pola makan antara anak yang satu dengan yang lain berbeda-beda. Terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi pola makan pada balita yaitu, pola asuh dari
orang tua atau pengasuh, pengetahuan ibu mengenai makanan yang bergizi,
pendidikan ibu, pendapatan keluarga, faktor lingkungan keluarga atau kebiasaan
makan pada keluarga, dan faktor sosial budaya atau kepercayaan. Hal ini sesuai
dengan hasil kunjungan pada posyandu setempat, bahwa pola makan balita pada tiap
wilayah memiliki pola makan yang berbeda-beda. Berikut ini gambaran dari pola
makan balita pada tiap wilayah:
1. Posyandu Mangga yang berlokasi di Kelurahan Danukusuman,
Kecamatan Serengan, Kota Surakarta didapatkan 7 balita dengan
gambaran pola makan antara lain, berdasarkan frekuensi makan per
harinya terdapat 3 balita yang memiliki pola makan kurang dengan
frekuensi makan utamanya sudah 3x, namun untuk selingannya masih
kurang dari segi jenis, jumlah dan frekuensi. Sementara terdapat 4 balita
yang memiliki pola makan cukup dengan frekuensi makan utamanya 3x
dan makanan selingannya frekuensinya sering, jumlahnya sedang, dan
jenisnya seimbang. Sementara dari segi variasi menunya sebagian besar
balita di Posyandu Mangga memiliki variasi menu yang beragam per
balitanya, hanya terdapat 2 balita yang hanya memiliki 1 menu makanan
utama yang sama di satu harinya.
2. Posyandu Elok yang berlokasi di RW 12 Perumahan Villa Tangerang
Elok, Kelurahan Kutajaya, Kecamatan Pasar Kemis, Kabupaten
Tangerang didapatkan 6 balita dengan gambaran pola makan antara lain
berdasarkan frekuensi makan per harinya terdapat 1 balita yang memiliki
pola makan kurang dengan frekuensi makan utamanya yang sudah 3x,
namun untuk selingannya masih kurang dari segi jenis, jumlah dan
frekuensi. Kemudian terdapat 4 balita yang memiliki pola makan cukup
dengan frekuensi makan sebanyak 3x dan makanan selingannya dengan
frekuensi sering, jumlahnya sedang dan jenisnya seimbang. Sementara
ada 1 balita yang pola makannya berlebih dengan frekuensi makan
sebanyak 3x dan makanan selingannya lebih, jumlahnya lebih dan
jenisnya banyak. Dari segi variasi menu sebagian besar balita di
Posyandu Elok memiliki variasi yang beragam.
3. Posyandu Dahlia yang berlokasi di Jomblang Perbalan RW 2, Kelurahan
Candi, Kecamatan Candisari, Kota Semarang didapatkan 6 balita dengan
gambaran pola makan antara lain, frekuensi makan per harinya terdapat
2 balita dengan pola makan normal dengan frekuensi makan utama 3 kali
sehari disertai dengan selingan dan 4 lainnya mengalami defisit dari
defisit tingkat ringan hingga berat dengan frekuensi makan 3 kali sehari
namun dari jumlah makanan masih tergolong kurang untuk memenuhi
gizi dari balita tersebut.
4. Posyandu Yanita yang berlokasi di Komplek DEPKES II, Kelurahan
Jatibening, Kecamatan Pondok Gede, Kota Bekasi didapatkan 6 balita
dengan gambaran pola makan antara lain berdasarkan frekuensi makan
per harinya memiliki pola makan kurang dengan frekuensi makan
utamanya yang sudah 3x, namun untuk selingannya masih kurang dari
segi jenis, jumlah dan frekuensi. Dari segi variasi menu sebagian besar
balita di Posyandu Yanita memiliki variasi yang beragam. Hanya saja
takarannya yang sering kali belum sesuai sehingga masih banyak balita
yang tidak tercukupi ataupun kelebihan asupan gizi nya.
Nutrisi merupakan salah satu komponen yang penting dalam menunjang
proses pertumbuhanan dan perkembangan anak. Beberapa penelitian telah
membuktikan mengenai hubungan pola makan dengan pertumbuhan anak.
Berdasarkan penelitian oleh … dihasilkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
2 2
pada anak usia 1-5 tahun dengan nilai 𝑋 hitung (7,5) lebih besar dari nilai 𝑋 tabel
(3,84) yang artinya semakin baik pola makan anak, maka semakin baik
pertumbuhannya. Hal ini berbeda dengan hasil dari penelitian ini, dimana nilai TKE
dan TKP menjadi indikator dari pola makan. Berdasarkan hasil kunjungan pada 4
posyandu, didapatkan kategori TKP dan TKE antara lain, pada TKE didapatkan 8
(32%) balita masuk kategori defisit berat, 3 (12%) balita defisit sedang, 2 (8%) defisit
ringan, 1 (4%) balita masuk kategori lebih dan 12 (46%) balita dalam kategori
normal. Sementara pada TKP didapatkan 1 (4%) balita defisit berat, 13 (52%) dalam
kategori lebih, dan 11 (44%) kategori normal.
Berdasarkan hasil korelasi menggunakan SPSS, dihasilkan bahwa nilai
signifikansi TKE dengan skor Z indeks BB/TB adalah 0,556 yang berarti tidak
berkorelasi atau tidak memiliki hubungan yang signifikan. Selain itu, dihasilkan juga
nilai signifikansi TKP dengan skor Z indeks BB/TB adalah 0,138 yang berarti nilai
TKP dengan skor Z indeks BB/TB tidak berkorelasi atau tidak memiliki hubungan
yang signifikan.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Untuk alat-alat dari posyandu yang digunakan di beberapa posyandu hampir
memenuhi standar. Dilihat dari timbangan yang dimiliki oleh posyandu telah
memenuhi standar dan memiliki sedikitnya 2 jenis timbangan berbeda, namun
untuk pengukuran tinggi dan panjang badan ada beberapa posyandu yang
kurang memadai.
2. Untuk pengetahuan para kader posyandu beberapa anggota kader kurang
memahami khususnya di bagian penempatan timbangan yang masih miring,
dan saat mengukur pandangan mata pengukur tidak sejajar dengan kepala
anak. Selain itu, kader juga tidak melepas aksesoris (seperti, hijab, topi,
topeng, dan lainnya) yang dipakai oleh balita
3. Untuk status antropometri balita sebagian besar bergizi baik, berat badan
normal, tinggi badan normal.
4. Untuk tingkat kecukupan energi sebanyak 46% balita masuk dalam kategori
normal. Sementara pada tingkat kecukupan protein, sebanyak 52% balita
masuk dalam kategori lebih.
5. Berdasarkan hasil uji korelasi, disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara
TKE dengan indeks BB/U; tidak ada hubungan antara TKP dengan indeks
BB/U; tidak ada hubungan antara TKE dengan TB/U atau BB/U dan tidak ada
hubungan antara TKP dengan TB/U atau BB/U.

B. Saran
1. Beberapa posyandu perlu melengkapi alat pengukuran antropometri seperti
alat ukur tinggi badan dan panjang badan.
2. Untuk para kader posyandu kedepannya dapat memperhatikan hal hal kecil
yang dapat mempengaruhi hasil pengukuran. Maka, perlu dilakukannya
pelatihan dasar mengenai pengukuran antropometri pada balita.
DAFTAR PUSTAKA

1. Hamariyana., Syamsianah, A., & Winaryati., E (2013). Hubungan Pengetahuan dan


Lama Kerja dengan Keterampilan Kader dalam Menilai Kurva Pertumbuhan Balita di
Posyandu Kelurahan Tegalsari Kecamatan Candisari Kota Semarang. Jurnal Gizi
Universitas Muhammadiyah Semarang. Volume 2 No. 1.
2. Handarsari, E., Syamsianah, A., & Astuti, R. (2015). Peningkatan Pengetahuan dan
Keterampilan Kader Posyandu di Kelurahan Purwosari Kecamatan Mijen Kota
Semarang. Jurnal Kesehatan. Hal: 621-630.
3. Kemenkes RI. (2012). Buku Pegangan Kader Posyandu. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
4. Marmi, S., & Kukuh. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
5. Mubarak, W.I. (2012). Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsep dan Aplikasi dalam
Kebidanan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
6. Nurainun., Ardiani, F., & Sudaryati, E. (2015). Gambaran Keterampilan Kader dalam
Pengukuran BB dan TB berdasarkan Karakteristik Kader di Wilayah Kerja Puskesmas
Langsa Timur Provinsi Aceh tahun 2015. Jurnal Gizi. Hal 1-10.
7. Sutiani, R., Lubis, Z., Siagian, A (2014). Gambaran Pengetahuan dan Keterampilan
Kader Posyandu dalam Pemantauan Pertumbuhan Bayi dan Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Desa Lalang tahun 2014. Jurnal Gizi. Hal 1-8.
8. Wally, JB., Emma B, Kimberly AC., & Terry, W. (2013). Attitudes and Perceptions
towards Men in Nursing Education. Journal of Nursing. The Internet Journal of Allied
Health Sciences and Practice.
9. Mardiana, Mardiana, and Hida F. M. 2011. "Pelatihan terhadap Keterampilan Kader
Posyandu." KEMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7 (1),
doi:10.15294/kemas.v7i1.1789.
10. Thamaria, Netty. 2017. Penilaian Status Gizi. Kementerian Kesehatan RI: Jakarta.
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 tentang
Standar Antropometri Anak.
12. Kristanti, L. A. (2019). HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN PERTUMBUHAN
ANAK USIA 1-5 TAHUN. Jurnal Kesehatan Madani Medika, 10 (2).
13. Arifin, Z. (2016). Gambaran pola makan anak usia 3-5 tahun dengan gizi kurang di
pondok bersalin Tri Sakti Balong Tani kecamatan Jabon–Sidoarjo. Jurnal Kebidanan
Midwiferia, 1(1), 16-29.

Anda mungkin juga menyukai