Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN GIZI ANAK DI PUSKESMAS ABEPURA

PRIODE MEI-NOVEMBER 2022

Diajukan untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Madya


di bagian SMF Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit Umum Daerah Jayapura

Oleh :
Demianus Ignatius Ayomi
Imelda R Atkana
Maikel Pakage
Okvin Dwi Kartika
Siti Nur Azizah
Zerra Stefanus Managsang
Pembimbing
dr, Paulina Watofa, Sp. Rad., MPH
SMF KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Status gizi menurut Kemenkes RI dan WHO adalah adalah
keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi
dari makanan dengan kebutuhan nutrisi yang diperlukan tubuh untuk
metabolisme.
Tingkat kesehatan seseorang dipengaruhi beberapa faktor
diantarannya bebas dari penyakit atau cacat, keadaan lingkungan
yang baik, dan status gizi yang baik. Orang yang mempunyai status
gizi baik tidak mudah terkena penyakit, baik penyakit infeksi maupun
penyakit degeneratif. Statsus gizi merupakan salah satu faktor
penting dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal. Namun
pada masyarakat kita masih ditemui berbagai penderita penyakit
yang berhubungan dengan kekurangan gizi. Masalah gizi pada
dasarnya merupakan refleksi konsumsi zat gizi yang belum
mencukupi kebutuhan tubuhnya.
Asupan gizi yang kurang dalam makanan, dapat menyebabkan
kekurangan gizi, sebailknya orang yang asupan gizinya berlebih akan
menderita gizi lebih. Jadi status gizi adalah gambaran individu
sebagai akibat dari asupan gizi sehari-hari. Status gizi dapat
diketahui melalui pengukuran beberapa parameter, kemudian hasil
pengukuran tersebut dibandingkan dengan standar atau rujukan.
Penilaian status gizi menjadi penting karena dapat menyebabkan
terjadinya kesakitan dan kematian terkait dengan status gizi.oleh
karena itu dengan diketahuinya status gizi, dapat dilakukan upaya
untuk memperbaiki tingkat kesehatan pada masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana Gambaran Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja
Puskesmas Abepura Periode Mei – November 2022

1.3 Tujuan
Mengetahui Untuk Mengetahui Gambaran Status Gizi Balita Di
Wilayah Kerja Puskesmas Abepura Periode Mei – November 2022
BAB II
Pembahasan

2.1 Pengertian status gizi


Status gizi adalah suatu keadaan yang ditentukan oleh tingkat
kebutuhan tubuh terhadap kalori dan zat - zat gizi lain yang diperoleh
dari asupan makanan dengan dampak fisik yang dapat diukur .
Status gizi adalah faktor yang terdapat dalam individu . Faktor
langsung yang mempengaruhi adalah jumlah dan jenis asupan
makanan serta kondisi infeksi . Status gizi diartikan juga sebagai
keadaan fisik seseorang atau sekelompok orang yang ditentukan
dengan salah satu atau kombinasi ukuran - ukuran gizi tertentu.

2.2 Faktor yang mempengaruhi status gizi


Menurut United Nations Children's Fund ( UNICEF ) terdapat tiga
penyebab masalah gizi pada balita , yaitu penyebab langsung ,
penyebab tidak langsung , dan penyebab mendasar. Penyebab
langsung mempengaruhi yaitu asupan gizi yang kurang dan penyakit
infeksi. Kurangnya asupan gizi dapat diakibatkan oleh kurangnya
jumlah asupan makanan yang dikonsumsi atau makanan yang tidak
memenuhi zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Sedangkan penyakit
infeksi menyebabkan rusaknya beberapa fungsi organ, sehingga
tubuh tidak dapat menyerap zat - zat makanan secara baik .
Penyebab tidak langsung yaitu kurangnya ketersediaan pangan, pola
asuh yang tidak memadai , dan sanitasi atau pelayanan kesehatan
dasar yang tidak memadai . Penyebab mendasar yaitu terjadinya
krisis ekonomi , politik dan sosial termasuk bencana alam, yang
dapat mempengaruhi ketersediaan pangan , pola asuh dalam
keluarga dan pelayanan kesehatan serta sanitasi , yang pada
akhirnya mempengaruhi status gizi balita.

2.3 Masalah gizi pada balita


Beberapa masalah gizi yang sering terjadi pada balita , antara lain :
a) Gizi lebih
Gizi lebih adalah keadaan yang disebabkan karena kelebihan
jumlah asupan energi yang disimpan dalam bentuk cadangan
berupa lemak . Simpanan lemak dalam tubuh bertambah ketika
masukan energi melebihi pengeluaran dan keadaan ini
biasanya terjadi bila ada keseimbangan energi yang berlebih
selama masa yang lama.
b) Gizi kurang
Gizi kurang merupakan gangguan yang terjadi pada kesehatan
balita akibat dari kekurangan atau ketidakseimbangan zat gizi
yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan balita .
Gizi kurang dibagi menjadi 3 , yaitu :
1) Kekurangan energi protein ringan
2) Kekurangan energi protein sedang
3) Kekurangan energi protein berat ( marasmus,
kwashiorkor, marasmus kwashiorkor )
c) Gizi buruk
Gizi buruk merupakaan keadaan balita akibat kekurangan
nutrisi , atau nutrisinya dibawah standar rata - rata kecukupan
yang seharusnya . Gizi buruk biasanya terjadi pada balita ,
dengan ciri - ciri membusungnya perut atau busung lapar Gizi
buruk juga dapat berpengaruh kepada pertumbuhan dan
perkembangan , serta kecerdasan balita

2.4 Metode penilaian status gizi


Penilaian status gizi Penilaian status gizi dapat dibagi menjadi
2 kelompok , yaitu penilaian status gizi secara langsung dan
penilaian status gizi secara tidak langsung .

a) Penilaian status gizi secara langsung. penilaian status gizi secara


langsung dapat dibagi menjadi empat , yaitu :
1) Pengukuran biokimia Pengkururan biokimia adalah salah satu
metode dalam penilaian status gizi dengan cara memeriksakan
spesimen yang diuji menggunakan laboratorium , uji ini
dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh . Jaringan
tubuh dapat yang digunakan antara lain darah , air seni ,
feses , hati , dan otot.
2) Pengukuran biofisik Penentuan status gizi secara biofisik
adalah metode dalam menentukan status gizi dengan cara
melihat kemampuan fungsi , khususnya fungsi pada jaringan
helihat perubah dari jaringan tersebut.
3) Pengukuran klinis Pengukuran klinis adalah metode yang
didasarkan pada perubahan perubahan yang terjadi ,
selanjutnya akan dihubungkan dengan ketidakcukupan zat
gizi , hal tersebut dapat dilihat pada jaringan epitel , seperti
kulit , mata , dan rambut.
4) Pengukuran antropometri Secara umum antropometri artinya
ukuran tubuh manusia . antropometri dalam kaitannya dengan
gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran
dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur
dan tingkat gizi.
- Status Gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat
konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi.
Dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik, dan
lebih. Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status
gizi seseorang. Status gizi baik bila tubuh memperoleh
cukup zat-zat gizi
- Antropometri
Menurut bahasa, antropometri adalah ukuran tubuh.
Antropometri banyak digunakan untuk mengukur status
gizi anak. Hal ini karena prosedur yang digunakan sangat
sederhana dan aman, relatif tidak membutuhkan tenaga
ahli, menghasilkan data yang tepat dan akurat serta
dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi
dimasa lampau. Parameter yang sering digunakan yaitu
umur, berat badan , dan tinggi.
- Indeks Standar Antropometri Anak
Standar Antropometri Anak didasarkan pada parameter
berat badan dan panjang/tinggi badan yang terdiri atas 4
(empat) indeks, meliputi:
1. Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U)
Indeks BB/U ini menggambarkan berat badan relatif
dibandingkandengan umur anak. Indeks ini digunakan untuk menilai
anak dengan berat badan kurang (underweight) atau sangat kurang
(severely underweight), tetapi tidak dapat digunakan untuk
mengklasifikasikananak gemuk atau sangat gemuk. Penting diketahui
bahwa seorang anak dengan BB/U rendah, kemungkinan mengalami
masalah pertumbuhan, sehingga perlu dikonfirmasi dengan indeks
BB/PB atau BB/TB atau IMT/U sebelum diintervensi.
2. Indeks Panjang Badan menurut Umur atau Tinggi Badan menurut
Umur (PB/U atau TB/U)
Indeks PB/U atau TB/U menggambarkan pertumbuhan panjang atau
tinggi badan anak berdasarkan umurnya. Indeks ini dapat
mengidentifikasi anak-anak yang pendek (stunted) atau sangat
pendek (severely stunted), yang disebabkan oleh gizi kurang dalam
waktu lama atau sering sakit. Anak-anak yang tergolong tinggi
menurut umurnya juga dapat diidentifikasi. Anak-anak dengan tinggi
badan di atas normal (tinggi sekali) biasanya disebabkan oleh
gangguan endokrin, namun hal ini jarang terjadi di Indonesia.
3. Indeks Berat Badan menurut Panjang Badan/Tinggi Badan (BB/PB
atau BB/TB)
Indeks BB/PB atau BB/TB ini menggambarkan apakah berat badan
anak sesuai terhadap pertumbuhan panjang/tinggi badannya. Indeks
ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi anak gizi kurang (wasted),
gizi buruk (severely wasted) serta anak yang memiliki risiko gizi lebih
(possible risk of overweight). Kondisi gizi buruk biasanya disebabkan
oleh penyakit dan kekurangan asupan gizi yang baru saja terjadi
(akut) maupun yang telah lama terjadi (kronis).
4. Indeks Masa Tubuh menurut Umur (IMT/U)
Indeks IMT/U digunakan untuk menentukan kategori gizi buruk, gizi
kurang, gizi baik, berisiko gizi lebih, gizi lebih dan obesitas. Grafik
IMT/U dan grafik BB/PB atau BB/TB cenderung menunjukkan hasil
yang sama. Namun indeks IMT/U lebih sensitif untuk penapisan anak
gizi lebih dan obesitas. Anak dengan ambang batas IMT/U >+1SD
berisiko gizi lebih sehingga perlu ditangani lebih lanjut untuk
mencegah terjadinya gizi lebih dan obesitas.
Faktor umur sangat penting dalam menentukan status gizi. Hasil
pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat, menjadi tidak
berarti bila tidak disertai dengan penetuan umur yang tepat.
Pengukuran status gizi balita dapat dilakukan dengan indeks
antropometri dan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT). Rumus
perhitungan IMT sebagai berikut:

Pengukuran status gizi pada anak menggunakan rumus Z-score.


Secara umum, rumus perhitungan Z-score :

simpang baku rujukan disini maksudnya adalah selisih kasus dengan


standar +1 SD atau -1 SD. Jadi apabila BB/TB pada kasus lebih
besar daripada median, maka nilai simpang baku rujukannya
diperoleh dengan mengurangi +1 SD dengan median.
Tetapi jika BB/TB kasus lebih kecil daripada median, maka nilai
simpang baku rujukannya menjadi median dikurangi dengan -1 SD.
Menurut Kemenkes RI, 2010, kategori dan ambang batas status gizi
berdasarkan Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) anak umur
5-18 tahun. Adapun kelebihan dan kelemahan dari indeks IMT/U,
Kelebihan indeks IMT/U antara lain:
1. Alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa
khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan
berat badan. Kelemahan indeks IMT/U/
2. Tidak dapat diterapkan pada keadaan khusus (penyakit) lainnya
seperti adanya edema, asites, dan hepatomegali.
2.6 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak

Keterangan:
1. Anak yang termasuk pada kategori ini mungkin memiliki masalah
pertumbuhan, perlu dikonfirmasi dengan BB/TB atau IMT/U
2. Anak pada kategori ini termasuk sangat tinggi dan biasanya tidak
menjadi masalah kecuali kemungkinan adanya gangguan endokrin
seperti tumor yang memproduksi hormon pertumbuhan. Rujuk ke
dokter spesialis anak jika diduga mengalami gangguan endokrin
(misalnya anak yang sangat tinggi menurut umurnya sedangkan
tinggi orang tua normal).
3. Walaupun interpretasi IMT/U mencantumkan gizi buruk dan gizi
kurang, kriteria diagnosis gizi buruk dan gizi kurang menurut
pedoman Tatalaksana Anak Gizi Buruk menggunakan Indeks
Berat Badan menurut Panjang Badan atau Tinggi Badan (BB/PB
atau BB/TB).

2.7 Faktor yang mempengaruhi Status Gizi

Menurut Call dan Levinson (Supariasa, ID.N., Bachyar B.,


dan Ibnu F, 2016. Penilaian Status Gizi Edisi 2) bahwa status
gizi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu konsumsi makanan dan
tingkat kesehatan, terutama adanya penyakit infeksi, kedua
faktor ini adalah penyebab secara langsung. Penyakit infeski
adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh sebuah agen
biologis seperti virus, bakteri atau parasit, bukan disebabkan
oleh faktor fisik seperti 12 luka bakar atau keracunan. Status
gizi seseorang selain dipengaruhi oleh jumlah asupan makan
yang dikonsumsi juga terkait dengan penyakit infeksi,
seseorang yang baik dalam mengonsumsi makanan apabila
sering mengalami diare atau demam maka rentan terkena gizi
kurang. Sedangkan faktor tidak langsung yang mempengaruhi
pola konsumsi adalah zat gizi dalam makanan, ada tidaknya
program pemberian makan di luar keluarga, kebiasaan makan,
dan faktor tidak langsung yang mempengaruhi penyakit infeksi
adalah daya beli keluarga, kebiasaan makan, pemeliharaan
kesehatan, lingkungan fisik dan sosial (Supariasa,dkk 2016).
Selain itu status gizi dipengaruhi oleh faktor eksternal dan
faktor internal. Berikut status gizi yang dipengaruhi oleh faktor
eksternal antara lain:
a. Pendapatan
Pendapatan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi status gizi dan pola konsumsi. Ada dua
aspek kunci yang berhubungan antara pendapatan dengan
pola konsumsi makan, yaitu pengeluaran makanan dan tipe
makanan yang dikonsumsi. Apabila seseorang memiliki
pendapatan yang tinggi maka dia dapat memenuhi
kebutuhan akan makanannya (Gesissler, 2005).
Meningkatnya pendapatan seseorang merupakan cerminan
dari suatu kemakmuran. Orang yang sudah meningkat
pendapatannya, cenderung untuk berkehidupan serba
mewah. Kehidupan mewah dapat mempengaruhi seseorang
dalam dalam hal memilih dan membeli jenis makanan yang
akan dikonsumsi.
b. Pendidikan
Pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah
pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua atau masyarakat
tentang status gizi yang baik. Pendidikan memiliki kaitan
yang erat dengan pengetahuan, semakin tinggi pendidikan
seseorang maka sangat diharapkan semakin tinggi pula
pengetahuan orang tersebut mengenai gizi dan kesehatan.
Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan tinggi, akan
mudah dalam menyerap dan menerapkan informasi gizi,
sehingga diharapkan dapat menimbulkan perilaku dan gaya
hidup yang sesuai dengan informasi yang didapatkan
mengenai gizi dan kesehatan. Tingkat pendidikan sangat
berpengaruh 13 terhadap derajat kesehatan (WNPG, 2018).
Pendidikan juga berperan penting dalam meningkatkan
status gizi seseorang. Pada umumnya tingkat pendidikan
pembantu rumah tangga masih rendah (tamat SD dan tamat
SMP). Pendidikan yang rendah sejalan dengan
pengetahuan yang rendah, karena dengan pendidikan
rendah akan membuat seseorang sulit dalam menerima
informasi mengenai hal-hal baru di lingkungan sekitar,
misalnya pengetahuan gizi. Pendidikan dan pengetahuan
mengenai gizi sangat diperlukan oleh pembantu rumah
tangga. Selain untuk diri sendiri, pendidikan dan
pengetahuan gizi yang diperoleh dapat dipratekkan dalam
pekerjaan yang mereka lakukan.
c. Pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama
untuk menunjang kehidupan keluarganya. Bekerja bagi ibu-
ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan
keluarga. d. Budaya Budaya adalah suatu ciri khas, akan
mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaan.
Status gizi yang dipengaruhi oleh faktor internal antara lain:
a. Umur
Umur akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman
yang dimiliki orang tua dalam pemberian nutrisi pada
anak dan remaja. Kebutuhan energi individu disesuaikan
dengan umur, jenis kelamin, dan tingkat aktivitas. Jika
kebutuhan energi (zat tenaga) terpenuhi dengan baik
maka dapat meningkatkan produktivitas kerja, sehingga
membuat seseorang lebih semangat dalam melakukan
pekerjaan. Apabila kekurangan energi maka produktivitas
kerja seseorang akan menurun, dimana seseorang akan
malas bekerja dan cenderung untuk bekerja lebih lamban.
b. Kondisi fisik
Seseorang yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan
dan yang lanjut usia, semuanya memerlukan pangan
khusus karena status kesehatan mereka yang buruk.
Anak dan remaja pada periode hidup ini kebutuhan zat
gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat.
c. Infeksi
Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya
nafsu makan atau menimbulkan kesulitan menelan dan
mencerna makanan.
BAB III

Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Penelitian Ini Digunakan Metode Deskriptif Kuantitatif Dengan
Pendekatan Retrospektif. Bersifat Deskriptif Karena Penelitian Ini
Dibuat Dengan Tujuan Untuk Mendapatkan Gambaran Informasi
Mengenai Prevalensi Status Gizi Balita Di Puskesmas Abepura
Dengan Data Rekam Medik Yang Tersedia.
2. Lokasi penelitian
Lokasi Yang Dipakai Sebagai Tempat Penelitian Adalah
Puskesmas Abepura Bulan Mei - November 2022
3. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan sejak tanggal 19 November – 10 Desember 2022.
4. Populasi Penelitian
- Populasi dalam penelitian ini adalah semua data rekam medik balita di
wilayah kerja Puskesmas Abepura yang hendak melakukan pengobatan
- Sampel Sampel dalam penelitian ini sama dengan populasi.
5. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas adalah variabel yang berpengaruh atau yang menyebabkan
perubahan dan timbulnya nilai dari variabel terikat (Sugiono, 2010). Variabel
bebas pada penelitian ini adalah Berat bada, jenis kelamin, tinggi badan, dan
umur. (Variabel terikat pada penelitian ini adalah status gizi pada balita.)
6. Definisi Operasional
Tabel I Definisi Operasional

N Variabel Definisi operasional Hasi ukur Skala ukur


O

1 Status Gizi Keadaan yang dapat  Gizi buruk (< - 3,0 SD)
diakibatkan oleh  Gizi kurang (-3,0 SD s/d
<-2,0 SD)
keseimbanga antara  Gizi baik(-2,0 SD s/d 1,0
asupan zat gizi dari SD) Ordinal
 Berisiko gizi lebih (>1,0
makanan dengan SD s/d 2,0 SD)
kebutuhan zat gizi yang  Gizi lebih (>2,0 SD s/d
3,0 SD)
sangat diperlukan untuk  Obesitas (>3,0 SD)
metabolisme didalam
tubuh

2 Jenis Kelamin Jenis kelamin  Laki-laki Nominal


 Perempuan

3 Tinggi Badan Tinggi Badan adalah salah  1-12 bulan: laki-laki Nominal
49,9cm – 75,7cm
satu parameter untuk
 1-12 bulan: perempuan
melihat status gizi balita, 49,1cm – 74cm
digunakan untuk  2 tahun: laki-laki 87,8 &
perempuan 86,4 cm
pengukuran tinggi badan  3 tahun: laki-laki 96,1 &
balita yang sudah dapat perempuan 95,1 cm
 4 tahun: laki-laki 103,3
berdiri. & perempuan 102,7cm
 5 tahun: laki-laki 110 &
perempuan 109,4cm.
4 Umur Jumlah tahun yang  0-3 tahun Nominal
dihitung sejak balita  3-5 tahun

dilahirkan sampai ulang


tahun terakhir
7. Sumber Data
Metode penelitian ini dilakukan dengan cara menggumpulkan data secara sekunder.Data
sekunder ialah data primer yang telah diolah oleh peneliti dan disajikan dalam bentuk
tabel atau diagram (Husein Umar, 2013). Data di dapatkan dari laporan Gizi puskesmas
Abepura (Mei-November 2022)
8. Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dari hasil yang di peroleh, di olah dan dikelompokan
berdasarkan kelengkapan dan kejelasan data, kemudian di lakukan
klasifikasi berdasarkan informasi dari tujuan penelitian.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

I. Gambaran Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas


Abepura Pada Bulan Mei – November 2022
Tabel 1. Distribusi Prevalensi Status Gizi Balita

Status Gizi Balita Jumlah Persentase


Gizi Buruk 1 0,1
Gizi Kurang 9 1,4
Gizi Baik 579 90,6
Gizi Lebih 50 7,9
Total 639 100%

Persentase Gizi
90.6

7.9
1.4
0.1

G i zi B u r u k G i zi K u r an g G i zi B ai k G i zi L eb i h

Gambaran status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Abepura


periode Mei – November didapatkan sebanyak 579 balita atau sekitar
90,6% mempunyai status gizi yang baik dan balita yang memiliki
status gizi kurang sebanyak 9 balita atau sekitar 1,4% dan status gizi
buruk 1 balita atau sekitar 0,1%.
II. Gambaran Status Gizi Balita berdasarkan Jenis Kelamin Di
Wilayah Kerja Puskesmas Abepura pada Bulan
Mei - November 2022
Table. 2 status gizi berdasarkan Jenis kelamin

Status gizi Laki-Laki perempuan jumlah Laki-laki% Perempuan%

Gizi Buruk 1 0 1 0,2% 0


Gizi Kurang 4 5 9 0,63% 1%
Gizi Baik 270 309 579 42% 48%
Gizi Lebih 35 15 50 5% 2%
jumlah 310 329 639 48,5% 51,5%

Presentase Status Gizi

11%

1% Gizi Kurang
Gizi Baik
Gizi Lebih

87%

Dari hasil penelitian yang di dapatkan pada wilayah kerja Puskesmas


Abepura, pembagian status Gizi berdasarkan jenis kelamin Laki-laki dan
perempuan mempunyai status Gizi yang berbeda, diamana Laki-laki
Mempunyai Status Gizi buruk 0,2 %,Gizi kurang 0,63%,Gizi baik 42%, Gizi
lebih 5% Jumlah keseluruhan status Gizi pada laki-laki (48,5%).
Sedangkan pada perempuan mempunyai status Gizi buruk 0%,Gizi kurang
1%,Gizi Baik 48%, Gizi lebih 2%, Jumlah keseluruhan status Gizi pada
Perempuan (51,5%)
III. Gambaran Status Gizi Balita Berdasarkan Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U) Pada
Bulan Mei Sampai November 2022.
Tabel.II Gizi Balita berdasarkan Tinggi Badan dan Umur (TB/U)

Status Bulan
Gizi Jumlah P (%)
mei juni juli agustus september oktober november
(TB/U)
Sangat
4 6 4 3 4 1 3 25 3,9%
Pendek
Pendek 6 10 16 15 13 3 17 80 13%
Normal 94 60 52 92 70 86 78 532 83%
Tinggi 0 0 0 0 1 0 1 2 0,1%
Total 104 76 72 110 88 90 99 639 100%

Gizi Balita berdasarkan Tinggi badan dan Umur (TB/U)

100 sangat pendek pendek normal tinggi


94 92
90
80 78
70
70
60
60
52
50
40
30
20 16 15 17
13
10
10 4 6 6 4 3 4 3
0 0 0 0 1 1
0
Mei juni juli agustus september november

Berdasarkan uraian Tabel di atas, Gizi balita di ukur berdasarkan


tinggi badan dan umur TB/U periode Mei – November di dapatkan,
Sangat Pendek 3,9%, Pendek 13%, Normal 83%, Tinggi 0,1
IV. Gambaran Status Gizi Balita Berdasarkan Berat Badan Menurut Umur (BB/U) Pada
Bulan Mei Sampai November 2022.

Status Bulan
Gizi Jumlah P (%)
mei juni juli agustus september oktober november
(BB/U)
Sangat
3 3 3 1 3 3 2 18 3%
Kurang
Kurang 13 13 20 21 12 13 14 106 28%
Normal 87 69 89 73 57 48 34 457 60%
Lebih 11 7 5 14 8 7 6 58 9%
jumlah 114 92 117 109 80 71 56 639 100%

Gizi Balita Berdasarkan Berat Badan Menurut Umur


(BB/U)
100

90
87 89
80

70 73
69
60
57
50
48
40

30 34

20
20 21
10 13 13 12 13 14 11
14
7 5 8 7 6
0 3 3 3 1 3 3 2
sangat kurang kurang normal lebih
mei juni juli agustus september oktober november

Pada penelitian ini menggunakan berat badan balita sebagai perbandingan umur untuk
mengukur status gizi balita di wilayah kerja puskesmas abepura pada periode bulan Mei-
November 2022, untuk balita yang mempunyai Berat Badan sangat kurang masih ada,
dimana Jumlah Populasi pada bulan Mei-November, Balita dengan berat badan sangat
kurang (3%), kurang (28%), Normal (60%), dan dengan Berat Badan lebih (9%).

 Pembahasan
Dari hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa karakteristik variable menurut status gizi
balita didapatkan hasil bahwa ternyata gizi baik yang paling banyak yaitu 579 orang dari
639 Balita, Berdasarkan jenis kelamin yang paling banyak mengunjungi puskesmas
abepura Perempuan 329 Balita, dengan status Gizi, Gizi Buruk 0 (0%), Gizi Kurang 5
(1%), Gizi Baik 309 (48%), Gizi Lebih 15 (2%). Laki-Laki 310 Balita dengan status
Gizi, Gizi Buruk 1 (0,2%), Gizi kurang 4 (0,63), Gizi Baik 270 (42%), dan Gizi Lebih 35
(5%). Karakteristik berdasarkan jenis kelamin yang paling banyak kunjungan yaitu
perempuan dari pada laki-laki. Namun, masalah status gizi yang banyak terdapat pada
laki-laki, hal ini berkaitan dengan penilaian yang berbeda antara anak laki-laki dan
perempuan dalam suatu komunitas yang menyebabkan ketidaktepatan dalam pengasuhan
anak dan rendahnya kemampuan mengakses pelayanan Kesehatan. Status gizi seseorang
tergantung dari asupan gizi dan kebutuhannya, jika antara asupan gizi dengan kebutuhan
tubuhnya seimbang, maka akan menghasilkan status gizi baik. Kekurangan asupan gizi
dari makanan dapat mengakibatkan penggunaan cadangan tubuh, sehingga dapat
menyebabkan kemerosotan jaringan. Kemerosotan jaringan ini ditandai dengan
penurunan berat badan atau terhambatnya pertumbuhan tinggi badan.
Berdasarkan hasil penelitian yang di dapatkan pada Puskesmas Abepura periode Mei-
November 2022 di dapatkan hasil Berat Badan menurut Umur (BB/U) di daptkan hampir
60% Balita dengan Gizi Normal/Gizi Baik, Gizi Buruk 3%, Gizi Kurang 28%, dan Gizi
Lebih 9%.
Penutup
Kesimpulan :
Gambaran status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Abepura
periode Mei – November didapatkan sebanyak 579 balita atau sekitar
90,6% mempunyai status gizi yang baik dan balita yang memiliki
status gizi kurang sebanyak 9 balita atau sekitar 1,4% dan status gizi
buruk 1 balita atau sekitar 0,1%.

Saran :
1. Dapat dilakukan penambahan data pengukuran status gizi balita
misalnya berat badan terhadap tinggi badan agar penilaian status gizi
balita menjadi lebih objektif.
2. Dengan penambahan jangka waktu pengambilan sampel, maka
penelitian dapat dikembangkan untuk menentukan faktor-faktor yang
mempengaruhi status gizi pada balita.
3. Alat ukur timbangan berat badan yang digunakan sebaiknya di atur
secara akurat
DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes, RI, 2008. Analisis Status Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta

2. Supariasa. 2001. Penilaian Status Gizi


3. Almatsier, S. (2011). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia

4. Thamaria, N. (2017). Penilaian Status Gizi. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia


5. Kemenkes RI,2020
6. Husein Umar. 2013. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis. Jakarta: Rajawali
7. Sugiyono. 2010,Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D; PenerbitCV Alfabeta,
Bandung.

Anda mungkin juga menyukai