Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Tujuan Praktik
Tujuan dari praktikum Penilaian Status Gizi pada balita yang dilaksanakan di
Posyandu Menur adalah:
1. Menilai status gizi pada balita dengan metode secara langsung yaitu
 pengukuran antropometri dan pemeriksaan klinis.
2. Menilai status gizi pada balita dengan metode tidak langsung yaitu dengan
survey konsumsi makanan.
B. Latar Belakang Penilaian Status Gizi
Status gizi merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan masyarakat
yang menggambarkan keseimbangan antara keperluan dan pasokan gizi yang
diperoleh. Pada masa bayi dan balita, kekurangan gizi berkaitan dengan
gangguan intelektual, sehingga hal ini merupakan salah satu masalah yang sangat
serius. Masa balita merupakan proses pertumbuhan yang pesat dimana
memerlukan perhatian dan kasih sayang dari orang tua dan lingkungannya.
Disamping itu balita membutuhkan zat gizi yang seimbang agar status gizinya
 baik serta proses pertumbuhannya tidak terhambat, karena anak usia di bawah
lima tahun (balita) merupakan golongan yang rentan terhadap masalah kesehatan
dan gizi. Pada balita, kekurangan gizi akan menimbulkan gangguan pertumbuhan
dan perkembangan yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga
dewasa.

Kekurangan energi protein (KEP) merupakan suatu akibat dari kurang


terpenuhinya zat gizi yang diperlukan dalam tubuh. Keadaan ini disebabkan oleh
 beberapa faktor antara lain konsumsi makanan yang kurang
kuran g memberikan zat gizi
yang cukup. Selain itu kurangnya gizi balita sangat tergantung pada pemberian
air susu ibu, masa penyapihan dan pemberian makanan tambahan. KEP adalah
salah satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai pada balita di Indonesia
maupun negara-negara berkembang lainnya KEP berdampak terhadap
 pertumbuhan, perkembangan
perkemba ngan intelektual dan produktivitas antara 20-30%, selain
itu juga dampak langsung terhadap kesakitan dan kematian.
BAB II
TINJAUAN PUSATAKA

A. Status Gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
 penggunaan zat-zat gizi. Status gizi digunakan untuk mengetahui ksehatan anak.
Secara umum status gizi lebih dapat dibagi menjadi lima kategori yaitu status gizi
lebih, status gizi baik. Status gizi sedang, status gizi kurang dan status gizi buruk.
Status gizi optimal adalah keseimbagan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan
zat gizi.
Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan
dan kesejahteraan manusia. Gizi dikatakan baik apabila terdapat keseimbangan
dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat
status gizi optimal akan tercapai apabila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi
(Khoiri, 2009).
B. Dampak yang Diakibatkan oleh Kekurangan Gizi

Keadaan gizi kurang pada anak-anak mempunyai dampak pada kelambatan


 pertumbuhan dan perkemb angannya yang sulit disembuhkan. Oleh karena itu
anak yang bergizi kurang tersebut kemampuannya untuk belajar dan bekerja serta
 bersikap akan lebih terbatas dibandingkan deng an anak yang normal Dampak yang
mungkin muncul karena masalah gizi antara lain:
1. Gizi Buruk Pada Balita
Keadaan gizi kurang tingkat berat pada masa bayi dan balita ditandai
dengan dua macam sindrom yang jelas yaitu  Kwashiorkor , karena kurang
konsumsi protein dan Marasmus karena kurang konsumsi energi dan protein.
Kwarsiorkor banyak dijumpai pada bayi dan balita pada keluarga
 berpenghasilan rendah, dan umumnya kurang sekali pendidikannya.
Sedangkan Marasmus banyak terjadi pada bayi dibawah usia 1 tahun, yang
disebabkan karena tidak mendapatkan ASI atau penggantinya Kekurangan
energi yang kronis pada anak-anak dapat menyebabkan anak balita lemah,
 pertumbuhan jasmaninya terlambat, dan perkembangan selanjutnya
terganggu. Pada orang dewasa ditandai dengan menurunnya berat badan dan
menurunnya produktifitas kerja. Kekurangan gizi pada semua umur dapat
menyebabkan mudahnya terkena serangan infeksi dan penyakit lainnya serta
nampak kurus. Namun gejala klinis KEP berat secara garis besar dapat
dibedakan menjadi 2 yaitu Marasmus, Kwasiorkor, atau Marasmic-
Kwasiorkor.
Tanda – tanda marasmus meliputi anak tanpak sangat kurus, tinggal
tulang terbungkus kulit; wajah seperti orang tua, cengeng dan rewel, kulit
keriput, jaringan lemak subkitis sangat sedikit, bahkan sampai tidak ada,
sering disertai diare kronik atau konstipasi susah buang air, serta penyakit
kronik, tekanan darah, detak jantung dan pernafasan berkurang. Tanda – tanda
kwasiokor meliputi odema, umumnya seluruh tubuh terutama pada punggung
kaki, wajah membulat dan sembab, pandangan mata sayu,rambut tipis
kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit,
rontok, perubahan status mental dan rewel, pembesaran hati, otot mengecil
(hipotrofi) lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk, kelainan
kulit berupa bercak merah muda yang luas dan berubah menjadi coklat
kehitaman dan terkelupas, sering disertai penyakit infeksi, umumnya akut,
anemia dan diare ( Hariyadi, 2010).
C. Penilaian Status Gizi
Penialian status gizi merupakan perbandingan keadaan gizi menurut hasil
 pengukuran terhadap standar yang sesuai dari individu atau kelompok masyarakat
tertentu. Metode Penilaian status gizi ada 2 macam yaitu secara langsung dan tidak
langsung. Metode penilaian status gizi secara langsung dapat dilakukan melalui
 pemeriksaan fisik dan penilaian laboratoris. Sedangkan penilaian status gizi secara
tidak langsung antara lain dengan studi konsumsi pangan (Khoiri, 2009).

1. Penilaian Secara Langsung


a. Metode Biokimia
Penilaian status gizi secara biokimia disebut juga dengan metode
 pemerikasaan laboratorium. Metode biokimia dilakukan dengan cara
mengukur kadar gizi di dalam tubuh dan atau ekskresi tubuh kemudian
dibandingkan dengan suatu nilai normatif yang sudah ditetapkan. Spesimen
yang biasa digunakan dalam metode biokimia adalah darah, faces, kelenjar
tubuh, urin dan biopsi jaringan tubuh (Hariyadi, 2010).
 b. Penilaian Klinis
Penilaian status gizi secara klinis adalah mempelajari gejala yang
c. Penilaian Biofisik
Penilaian secara biofisik adalah dengan mengukur elastisitas dan
fungsi jaringan tubuh. Cara ini jarang digunakan karena membutuhkan
 peralatan yang canggih, mahal, dan tenaga terampil. Salah satu cara
 penilaian status gizi secara biofisik adalah untuk mengukur komposisi tubuh
dengan metode bioelectrical impedance.
d. Penilaian Antropometri
Antropometri berasal dari kata anthropos dan  metros.  Anthropos
artinya tubuh dan metros artinya ukuran, jadi antropometri adalah ukuran
tubuh. Penilaian antropometri merupakan teknik yang digunakan
sehubungan dengan pemeriksaan fisik. Pengukuran antropometri lebih
dianjurkan karena lebih praktis, cukup teliti, mudah dilakukan oleh siapa
saja dengan latihan yang sederhana. Pengukuran antropometri mengandung
2 maksud yaitu untuk mendeskripsikan status gizi (penilaian dilakukan pada
satu titik waktu) dan pemantauan status gizi yaitu untuk melihat trend 
 perubahan ukuran tubuh dari waktu ke waktu. Salah satu contoh
 pemantauan status gizi adalah penimbangan balita di posyandu yang diplot
hasilnya ke dalam Kartu Menuju Sehat (KMS).
Semua bagian tubuh (keseluruhan atau secara parsial) dapat digunakan
untuk menilai status gizi, namun menurut WHO hanya 3 ukuran (parameter)
saja yang dianggap valid yaitu berat badan, tinggi badan dan lingkar lengan
atas. Satu ukuran tubuh sebagai dasar dalam memnentukan status gizi
disebut parameter. Gabungan dari 2 parameter disebut indeks. Sehingga dari
 parameter yang valid tersebut dapat dinilai 4 indeks yaitu berat badan
menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), berat badan
menurut tinggi badan (BB/TB) dan lingkar lengan atas menurut umur
(LILA/U). Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status
gizi dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi.
Gangguan ini biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi
 jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
Berdasarkan pada standar baku WHO pengukuran status gizi
menggunakan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB, indeks BB/U dan BB/TB
digunakan untuk mengetahui status gizi masa sekarang, sedangkan indeks
TB/U digunakan untuk menggambarkan status gizi masa lalu. Ambang batas
2. Penilaian Secara Tidak Langsung
a. Analisis ekologi dan statistik vital: Mempelajari kondisi lingkungan berupa
 produksi pangan, pola makan, sosial budaya, ekonomi dan variabel lain yang
secara teoritis mempengaruhi status gizi. Data ini dianalisis menggunakan
statistik tertentu sehingga dapat diprediksi status gizi.
 b. Indeks Prognostik Rumah Sakit (IPRS) dan Indeks Diagnostik Rumah Sakit
(IDRS) yaitu suatu metode analisis kebiasaan sehari-hari yang berkaitan
dengan konsumsi gizi dan variabel determinannya yang digunakan untuk
menetapkan status gizi. Cara ini dilakukan di rumah sakit untuk menegakkan
diagnosa dan menentukan tindakan gizi yang harus diberikan kepada pasien,
untuk mengetahui hasil pengukuran antropometri diperlukan suatu rujukan.
c. Penilaian konsumsi pangan yaitu mengukur pangan yang dikonsumsi
kemudian dianalisis kandungan gizinya. Jumlah zat gizi yang dikonsumsi
dibandingkan dengan kebutuhan gizinya. Jumlah zat gizi yang dikonsumsi
dibandingkan dengan kebutuhan (anjuran) makan sehari sesuai umur, jenis
kelamin dan aktivitas.
Kategori Tingkat Konsumsi :
Energi:
1). Lebih : >105 % AKG
2). Baik : 100-105 % AKG
3). Kurang : <100 % AKG
BAB III

METODE PELAKSANAAN

A. Waktu Pelaksanaan
Praktikum Penilaian Gizi ini dilakukan pada:
Hari : Jumat
Tanggal: 6 Desember 2013

B. Tempat Pelaksanaan
Praktikum Penilaian Gizi ini dilakukan di Posyandu Menur, Tanjung, Purwokerto
Selatan.

C. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Baby Scale pegas dan dacin
 b. Microtoise dan Infantometer
c. Pita LILA
2. Bahan
a.  Nasi 100 gram n. Wortel 100 gram
 b. Mie 100 gram o. Kacang panjang 100 gram
c. Roti 80 gram p. Buncis 100 gram
d. Telur 60 gram q. Pisang 75 gram
e. Daging sapi 50 gram r. Jeruk 100 gram
f. Daging ayam 50 gram s. Apel 75 gram
g. Hati 50 gram t. Peer 100 gram
h. Ikan 50 gram u. Pepaya 100 gram
i. Tempe 50 gram v. Semangka 150 gram
 j. Tahu 100 gram w. Susu sapi 1 gelas
k. Kacang Ijo 25 gram x. Susu Kedele 1 gelas
l. Bayam 100 gram y. Kue 50 gram
m. Kangkung100 gram z. Bakso 100 gram
DAFTAR PUSTAKA

Hariyadi, Didik. 2010. Analisis Hubungan Penerapan Pesan Gizi Seimbang Keluarga
dan Perilaku Keluarga Sadar Gizi dengan Status Gizi Balita di Provinsi
Kalimantan Barat. Tesis. Institut Pertanian Bogor: Bogor.

Khoiri, I. 2009. Status Gizi Balita di Posyandu Kelurahan Padang Bulan. Skripsi.
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara: Medan.

 Natalia L, dkk. 2013. Hubungan Ketahanan Pangan Tingkat Keluarga dan Tingkat


 Kecukupan Zat Gizi dengan Status Gizi Batita di Desa Gondangwinangun
Tahun 2012. Jurnal Kesehatan Masyarakat 2013. Vol 2 (2): 1-19.

Purwaningrum S & Wardani Y. 2012. Hubungan Antara Asupan Makanan dan Status


 Kesadaran Gizi Keluarga dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja
 Puskesmas Sewon I Bantul . Jurnal Kesmas. Vol 6 (3): 144-211.

Purwati, A, dkk. 2012. Hubungan Pola Asuh Makan Oleh Ibu Pekerja dengan Status
 Baduta di Kecamatan Tongkuno Selatan Kabupaten Muna. Artikel Media
Gizi Masyarakat Indonesia. Vol 2 (1): 11-16.

Anda mungkin juga menyukai