OLEH:
NIM : P21120075
KELOMPOK : 6 (ENAM)
UNIVERSITAS TADULAKO
2022
LAPORAN PRAKTIKUM
OLEH:
NIM : P21120075
KELOMPOK: 6 (ENAM)
UNIVERSITAS TADULAKO
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Tujuan dari percobaan penilaian status gizi metode biokimia adalah untuk
mengetahui penilaian status gizi metode biokimia, untuk mengetahui fisik klinis
pada gizi kurang dan lebih, untuk mengetahui penilaian fisik klinis dehidrasi, untuk
mengetahui penilaian fisik klinis pada defisiensi zat besi, untuk mengetahui
pengukuran ukuran tubuh pada anak di bawah dua tahun, untuk mengetahui
pengukuran tubuh pada anak usia lebih dari dua tahun, untuk mengetahui penilaian
status menggunakan Software WHO Anthro, untuk mengetahui pengukuran ukuran
tubuh pada orang dewasa, untuk mengetahui pengukuran komposisi tubuh: tebal
lemak bawah kulit, untuk mengetahui pengukuran komposisi tubuh lingkar
pinggang lingkar pinggul, lingkar perut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.3.2 Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera peraba dengan
cara yaitu meletakkan tangan pada bagian tubuh yang dapat di jangkau
tangan. Palpasi adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan indera peraba
5 tangan dan jari-jari, untuk mendeterminasi ciri-ciri jaringan atau organ
seperti temperatur,keelastisan, bentuk, ukuran, kelembaban dan penonjolan
Hal yang di deteksi adalah suhu, kelembaban, tekstur, gerakan, vibrasi,
pertumbuhan atau massa, edema, krepitasi dan sensasi (Rabbani, n.d.).
Area tangan yang digunakan untuk palpasi memiliki kekhususan untuk
membedakan temuan-temuan klinis. Pemeriksa yang ahli akan menggunakan
bagian tangan yang paling sensitif untuk melakukan setiap jenis palpasi.
Tangan juga dapat digunakan untuk mendeteksi massa atau mengevaluasi
cairan yang terkumpul secara abnormal. Apabila seseorang mengalami
dehidrasi maka kulit tangan akan terasa kering dan tampak (Rabbani, n.d.).
METODE PERCOBAAN
4.1 Hasil
4.1.1 Hasil Penilaian Fisik Klinis Dehidrasi
No Tanda dan gejala dehidrasi keterangan
2 mata normal
6 Kulit normal
Dari pengamatan fisik klinis dan pengamatan warna urin yang dilakukan
untuk mengidentifikasi dehidrasi, diperoleh hasil yaitu keadaan umum baik dan
sadar, keadaan mata normal dan ada air mata, keinginan untuk minum normal,
turgor kulit cepat kembali kulit dalam keadaan normal dan hangat, mulut dan
lidah dalam keadaan lembab, serta warna urin berwarna coklat yang menandakan
bahwa mengalami dehidrasi.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pembahasan Penilaian Klinis Dehidrasi
Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air pada tubuh.
Hal ini terjadi karena pengeluaran air lebih banyak daripada pemasukan (misalnya
minum). Gangguan kehilangan cairan tubuh ini disertai dengan gangguan
keseimbangan elektrolit tubuh (Sari, 2017).
Dehidrasi adalah kehilangan cairan dari keseluruhan kompartemen tubuh.
Dehidrasi disebabkan karena kebutuhan cairan lebih banyak dari asupan yang
mengakibatkan volume cairan dalam darah berkurang. Seseorang dikatakan
dehidrasi ringan (cairan tubuh berkurang 1-3%) bila mengalami gejala-gejala
seperti keringnya mukosa, turgor kulit menurun, lesu, gelisah, mata cekung urin
keruh, menurunnya tekanan darah, hingga gejala gangguan fisik, psikologis,
suasana hati (mood), dan gangguan fungsi kognitif (Husada, 2020).
Kehilangan cairan yang terus berlangsung dan tidak diimbangi dengan
penggantian yang cukup, maka akan berakhir menjadi dehidrasi. Dan jika keadaan
ini berlangsung terus maka dapat terjadi dehidrasi berat dan bahkan kematian.
Resiko dehidrasi pada anak balita lebih besar karena komposisi cairan tubuh yang
besar dan ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan sendiri secara bebas.
Cara terbaik untuk menentukan derajat dehidrasi adalah persentase kehilangan
volume cairan yang bisa dihitung dari selisih berat badan sebelum sakit dan berat
badan saat sakit dibagi dengan berat badan sebelum sakit. Namun data berat badan
sebelum sakit masih sulit diperoleh terutama di negara-negara berkembang
termasuk juga Indonesia (Indahdari, 2018).
Pada pemeriksaan dehidrasi terhadap keadaan umum diperoleh hasil baik,
sadar , mata normal,ubun ubun tidak cekung,keinginan untuk minum normal,
turgor kulit Kembali cepat, kulit normal tidak kering, mulut dan lidah basah hal
ini menunjukan pasien dalam keadaan normal. Sedangkan pada penelitian
(Nuraeni et al., 2019) Dehidrasi sedang terjadi apabila terdapat dua atau lebih dari
tanda-tanda berikut yaitu anak menjadi gelisah dan rewel/marah,gejala lesu atau
mudah marah, mata cekung, haus dan cubitan kulit lambat Kembali mungkin baru
ada pada saat dehidrasi 5-10% berat badan, pasien dikategorikan dehidrasi sedang
bila didapatkan dua gejala berikut yaitu lesu atau mudah marah, mata cekung,
haus dan cubitan kulit lambat kembali. Pasien dikategorikan tidak dehidrasi bila
tidak cukup gejala untuk mengklasifikasikan sebagai dehidrasi ringan atau berat.
Menurut literatur, gejala haus mungkin terjadi pada dehidrasi 3-5% berat badan.
gejala lesu atau mudah marah, mata cekung, haus dan cubitan kulit lambat
kembali mungkin baru ada pada saat dehidrasi 5-10% berat badan.
Pada pemeriksaan warna urin di peroleh urin berwarna coklat muda Hal ini
menunjukan tanda bahwa pasien mengalami dehidrasi. Namun pada penelitian
(Romadhon & Purnomo, 2016a) Urin memilki tingkatan warna yang berbeda
dipengaruhi oleh tingkat konsumsi cairan yang di minum. Konsumsi cairan yang
banyak akan menghasilkan warna urin yang bening dan cerah, sebaliknya
kekurangan cairan akan menyebabkan warna urin menjadi pekat. Adapun bau urin
dipengaruhi oleh andungan amonia, dimana kadar amonia dalam urin sebanding
dengan jumlah konsumsi cairan. Berdasarkan uraian masalah serta fakta terkait
dehidrasi yang disebutkan diatas, diperlukan suatu alat yang dapat mendeteksi dini
tingkat dehidrasi secara otomatis dan objektif melalui
warna dan kadar amonia dalam urin. Artinya mendeteksi dehidrasi dengan warna
urin tidak akurat karena tidak di sertai dengan gejala lain. Warna urin juga bisa di
pengaruhi oleh (pewarna) urine yang disebut urokrom dan urobilin. Selain itu,
warna urine juga dipengaruhi asupan cairan dan apa yang Anda konsumsi. Air
kencing yang sehat berwarna jernih hingga kuning muda. Semakin banyak air
yang Anda minum, semakin jernih pula warna urine yang terbentuk. Jadi pada
pengamatan fisik klinis dehidrasi tidak sesuai dengan literatur
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah
5.1.1 Penilaian Fisik Dehidrasi
Dari pengamatan fisik klinis dan pengamatan warna urin yang dilakukan
untuk mengidentifikasi dehidrasi, diperoleh hasil yaitu keadaan umum baik
dan sadar, keadaan mata normal dan ada air mata, keinginan untuk minum
normal, turgor kulit cepat kembali kulit dalam keadaan normal dan hangat,
mulut dan lidah dalam keadaan lembab hal ini menunjukan pasien atau
resonden dalam keadaan normal , sedangkan warna urin berwarna coklat yang
menandakan bahwa pasien atau responden mengalami dehidrasi.
5.2 Saran
Dalam melakukan pemeriksaan klini pada dehidrasi di harpakan lebih teliti dan
memahami melakukan percobaan ini sehingga hasil yang di peroleh dengan baik
dan mendapatkan data yang akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier Sunati,., A. (2010). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama.
Andini, R., Susetyowati, S., & Sulistyoningrum, D. C. (2017). Studi komparasi
beberapa metode skrining penilaian status gizi pada pasien dewasa rawat inap
rumah sakit. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 14(2), 64.
https://doi.org/10.22146/ijcn.22066
Departemen Kesehatan RI. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36
Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Kementrian Kesehatan RI.
Gates, R. (2006). A Mata Geweke-Hajivassiliou-Keane multivariate normal simulator.
Stata Journal, 6(2), 190–213. https://doi.org/10.1177/1536867x0600600203
Gibson, Rosalind S. (2005). Principles of Nutritional Assessment. Second Edition.
Oxford University Press.
Indahdari. (2018). Asuhan Keperawatan Pada An. Z dan An. H Dengan Diare Dengan
Masalah Keperawatan Kekurangan Volume Cairan Di RSUD dr. Haryoto
Lumajang Tahun 2018. Repository.Unej.Ac.Id.
Manoppo, J. I. Ch. (2016). Profil Diare Akut dengan Dehidrasi Berat di Ruang
Perawatan Intensif Anak. Sari Pediatri, 12(3), 157.
https://doi.org/10.14238/sp12.3.2010.157-61
Nuraeni, R., Sari, P., Martini, N., Astuti, S., & Rahmiati, L. (2019). Peningkatan Kadar
Hemoglobin melalui Pemeriksaan dan Pemberian Tablet Fe Terhadap Remaja
yang Mengalami Anemia Melalui “ Gerakan Jumat Pintar ” putri usia 13-18
tahun dengan prevalensi 22 , 7 %. Remaja putri lebih rentan terkena anemia.
5(2), 200–221.
Rabbani, I. S. (n.d.). II DETEKSI KEBUNTINGAN PASTURA HEYTESBURY CATTLE
COMPANY VICTORIA ...
Romadhon, A., & Purnomo, A. S. (2016a). Sistem Pendukung Keputusan Untuk
Menentukan Status Gizi Balita Menggunakan Metode Fuzzy Inferensi Sugeno
( Berdasarkan Metode Antropometri ). 1(3), 78–87.
Romadhon, A., & Purnomo, A. S. (2016b). Sistem Pendukung Keputusan Untuk
Menentukan Status Gizi Balita Menggunakan Metode Fuzzy Inferensi Sugeno
(Berdasarkan Metode Antropometri). Informatics Journal, 1(3), 78–87.
Sari, M. P. (2017). Iklim Kerja Panas dan Konsumsi Air Minum Saat Kerja Terhadap
Dehidrasi. HIGEIA (Journal of Public Health Research and Development), 1(2),
108–118.
Shofia, A., Setiawan, D. P., Nur Amin, I. N., & Saeful Fadly. (2021). HUBUNGAN
STATUS GIZI DENGAN KEKUATAN OTOT LENGAN Correlation Between
Nutritional Status with Arm Muscular Strength of. Nutrition Research and
Development Journal, 01(01), 1–5.
Lampiran 1
Dokumentasi
Urine Hikma
Lampiran 2