Anda di halaman 1dari 13

PENILAIAN STATUS GIZI

Rudi Sumarlin

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Email: rudisumarlin20@gmail.com

PENDAHULUAN

Menurut UU no. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, yang dimaksud kesehatan adalah
keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap
orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pengertian ini memberikan makna,
bahwa keadaan sehat akan memungkinkan setiap orang hidup sejahtera. Kesehatan merupakan
salah satu unsur bagi kesejahteraan manusia. Oleh karena itu, kesehatan harus diwujudkan sesuai
dengan cita-cita dan martabat manusia. Tingkat kesehatan seseorang dipengaruhi beberapa faktor
di antaranya bebas dari penyakit atau cacat, keadaan sosial ekonomi yang baik, keadaan
lingkungan yang baik, dan status gizi juga baik. Orang yang mempunyai status gizi baik tidak
mudah terkena penyakit, baik penyakit infeksi maupun penyakit degeneratif. Status gizi
merupakan salah satu faktor penting dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal. Namun
pada masyarakat kita masih ditemui berbagai penderita penyakit yang berhubungan dengan
kekurangan gizi. Masalah gizi pada dasarnya merupakan refleksi konsumsi zat gizi yang belum
mencukupi kebutuhan tubuh. Seseorang akan mempunyai status gizi baik, apabila asupan gizi
sesuai dengan kebutuhan tubuhnya. Asupan gizi yang kurang dalam makanan, dapat
menyebabkan kekurangan gizi, sebaliknya orang yang asupan gizinya berlebih akan menderita
gizi lebih. Jadi status gizi adalah gambaran individu sebagai akibat dari asupan gizi sehari-hari.
Status gizi dapat diketahui melalui pengukuran beberapa parameter, kemudian hasil pengukuran
tersebut dibandingkan dengan standar atau rujukan. Peran penilaian status gizi bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya status gizi yang salah. Penilaian status gizi menjadi penting karena
dapat menyebabkan terjadinya kesakitan dan kematian terkait dengan status gizi. Oleh karena itu
dengan diketahuinya status gizi, dapat dilakukan upaya untuk memperbaiki tingkat kesehatan
pada masyarakat.
PENGERTIAN STATUS GIZI
Status gizi menurut Kemenkes RI dan WHO adalah adalah keadaan yang diakibatkan oleh
keseimbangan antara asupan zat gizi dari makanan dengan kebutuhan nutrisi yang diperlukan
tubuh untuk metabolisme.
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang
diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai
status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien.
Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta
biokimia dan riwayat diit (Beck, 2000)
Sementara indikator status gizi adalah tanda-tanda yang dapat diketahui
untuk menggambarkan tingkat gizi seseorang. Seseorang dikatakan memiliki gizi seimbang jika
memenuhi kriteria tertentu setelah menjalani penilaian gizi.Sebaliknya, ketika penilaian status
gizi menunjukkan seseorang mengalami gizi kurang maupun gizi lebih, Tenaga medis akan
menyarankan pola hidup sehat untuk memperbaiki gizi Anda. Dengan berada pada gizi
seimbang, risiko terhadap penyakit tertentu juga akan berkurang.

GIZI SEIMBANG
Gizi seimbang adalah Susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis
dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip
keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan memantau berat badan secara
teratur dalam rangka mempertahankan berat badan normal untuk mencegah masalah gizi
(Kemenkes RI)
Keanekaragaman pangan adalah anekaragam kelompok pangan yang terdiri dari makanan
pokok, lauk pauk, sayuran dan buah-buahan dan air serta beranekaragam dalam setiap kelompok
pangan. Makanan beragam yaitu Berbagai makanan yang dikonsumsi beragam baik antar
kelompok pangan (makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah) maupun dalam setiap kelompok
pangan. Masing-masing contoh jenis pangan dari berbagai kelompok pangan adalah sebagai
berikut
1. Makanan pokok
Antara lain: Beras, kentang, singkong, ubi jalar, jagung, talas, sagu, sukun. Berikut ini
tabel Kelompok Makanan Pokok sebagai Sumber Karbohidrat beserta padanan porsinya
Tabel Kelompok Makanan Pokok sebagai Sumber Karbohidrat : Kandungan zat gizi per
porsi nasi kurang lebih seberat 100 gram, yang setara dengan ¾ gelas adalah: 175 Kalori, 4
gram Protein dan 40 gram Karbohidrat.

Daftar pangan sumber karbohidrat sebagai penukar 1 (satu) porsi nasi:

Sumber : Kemenkes RI
2. Lauk pauk sumber protein
Antara lain: Ikan, telur, unggas, daging, susu dan kacang-kacangan serta hasil olahannya
(tahu dan tempe). Berikut ini tabel Kelompok Lauk Pauk Sebagai Sumber Protein Nabati dan
Tabel Kelompok Lauk Pauk Sumber Protein Hewani beserta padanan porsinya :
Tabel Kelompok Lauk Pauk sebagai Sumber Protein Nabati : Kandungan zat gizi satu (1)
porsi Tempe sebanyak 2 potong sedang atau 50 gram adalah 80 Kalori, 6 gram Protein, 3
gram lemak dan 8 gram karbohidrat. Daftar pangan sumber protein nabati sebagai penukar 1
porsi tempe adalah:

Sumber : Kemenkes RI

3. Sayuran
Sayuran adalah sayuran hijau dan sayuran berwarna lainnya. Berikut ini tabel Kelompok
Pangan Sayuran beserta padanan porsinya. Berdasarkan kandungan zat gizinya kelompok
sayuran dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:
Golongan A, kandungan kalorinya sangat rendah:
Golongan B, kandungan zat gizi per porsi (100 gram) adalah: 25 Kal, 5 gram karbohidrat,
dan1 gram protein. Satu (1) porsi sayuran adalah kurang lebih 1 (satu) gelas sayuran setelah
dimasak dan ditiriskan
Jenis sayuran termasuk golongan ini:

Sumber : Kemenkes RI
Golongan C, kandungan zt gizi per porsi (100 gram) adalah : 50 Kal, 10 gram karbohidrat,
dan 3 gram protein. Satu (1) porsi sayuran adalah kurang lebih 1 (satu) gelas sayuran setelah
dimasak dan ditiriskan.
Jenis sayuran termasuk golongan ini:

Sumber : Kemenkes RI

4. Buah-buahan
Buah-buahan adalah buah yang berwarna. Berikut tabel Kelompok Buah-buahan beserta
padanan porsinya : Kandungan zat gizi perporsi buah (setara dengan 1 buah Pisang Ambon
ukuran sedang) atau 50 gram, mengandung 50 Kalori dan 10 gram Karbohidrat.
Daftar buah-buahan sebagai penukar 1 (satu) porsi buah:
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI
Menurut Call dan Levinson bahwa status gizi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu konsumsi
makanan dan tingkat kesehatan, terutama adanya penyakit infeksi, kedua faktor ini adalah
penyebab langsung. Penyakit infeksi adalah sebuah penyakit yang di sebabkan oleh sebuah agen
biologis seperti virus, bakteri atau parasit, bukan di sebabkan oleh faktor fisik seperti luka bakar
atau keracunan.status gizi seseorang selain di pengaruhi oleh jumlah asupan makan yang di
konsumsi juga terkait dengan penyakit infeksi, seseorang yang baik dalam mengonsumsi
makanan apabila sering mengalami diare atau demam maka rentan terkena gizi kurang.
Sedangkan faktor tidak langsung yang mempengaruhi pola konsumsi konsumsi adalah zat
gizi dalam makanan, ada tidaknya program pemberian makan di luar keluarga, kebiasaan makan,
dan faktor tidak langsung yang mempengaruhi penyakit infeksi adalah daya beli keluarga,
kebiasaan makan, pemeliharaan kesehatan, lingkungan fisik dan sosial. (Supariasa, Bakri, dan
Fajar, 2016)
Selain faktor-faktor diatas status gizi juga dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti Faktor
Eksternal dan faktor internal. Faktor internal meliputi : 1) Pendapatan, masalah gizi karena
kemiskinan indikatornya adalah taraf ekonomi keluarga, yang hubungannya dengan daya beli
yang dimiliki keluarga tersebut. 2) Pendidikan, pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah
pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua atau masyarakat untuk mewujudkan dengan status gizi
yang baik. 3) Pekerjaan, pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk
menunjang kehidupan keluarganya. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu.
Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. 4) Budaya,
budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaan. Salanjutnya
Faktor Internal yaitu: 1) Usia, usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang
dimiliki orang tua dalam pemberian nutrisi anak balita. 2) Kondisi Fisik, mereka yang sakit, yang
sedang dalam penyembuhan dan yang lanjut usia, semuanya memerlukan pangan khusus karena
status kesehatan mereka yang buruk. Bayi dan anak-anak yang kesehatannya buruk, adalah
sangat rawan, karena pada periode hidup ini kebutuhan zat gizi digunakan untuk pertumbuhan
cepat. 3) Infeksi , infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau
menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan. (Ilmirh, 2015)
KATEGORI STATUS GIZI SESEORANG BERDASARKAN USIA
Status gizi pada manusia dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu untuk anak di bawah usia 5
tahun, anak usia 5-18 tahun, dan orang dewasa. Berikut penjelasan selengkapnya:

1. Anak usia di bawah 5 tahun

Indikator yang bisa dipakai untuk anak usia di bawah 5 tahun adalah berat badan terhadap
umur (BB/U), tinggi badan terhadap umur (TB/U), dan berat badan terhadap tinggi badan
(BB/TB).Ketiga indikator tersebut dapat menunjukkan apakah seseorang memiliki status gizi
yang kurang, pendek (stunting), kurus, dan obesitas.

2. Anak usia 5-18 tahun

Anak usia 5-18 tahun mengalami banyak pertumbuhan dan perkembangan fungsi
tubuhnya. kita bisa mengetahui status gizi anak di usia ini dengan indikator tinggi badan
terhadap umur (TB/U) DAN indeks massa tubuh terhadap umur (IMT/U).

3. Orang dewasa usia lebih dari 18 tahun

Pada orang dewasa, hanya perlu menghitung indeks massa tubuh (IMT). IMT adalah
indikator yang diambil berdasarkan lemak tubuh dan komposisi tubuh lainnya selain lemak,
misalnya seperti tulang dan air. Kita dapat mengukur IMT dengan membagi berat badan
(dalam kg) dengan tinggi badan (dalam meter lalu dikuadratkan).Setelah menghitung indeks
massa tubuh. Dapat diketahui status gizi yang dikualifikasikan sebagaimana di bawah ini.

 Kurus: jika IMT kurang dari 18,5 kg/m²


 Normal: jika IMT berkisar antara 18,5 – 24,9 kg/m²
 Overweight (berat badan lebih): jika IMT berkisar antara 25 – 27 kg/m²
 Obesitas: jika IMT lebih dari 27 kg/m²
Dengan mengetahui IMT, kita dapat mengetahui apakah berada dalam status gizi kurus,
normal, atau kelebihan berat badan. Dengan melakukan hal ini, kita dapat mengetahui apakah
kita kekurangan atau kelebihan gizi. Kedua hal tersebut dapat membawa dampak buruk bagi
kesehatan. Berat badan kurang dapat meningkatkan risiko terkena penyakit infeksi, sementara
berat badan lebih meningkatkan risiko penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung dan
diabetes tipe 2.
JENIS STATUS GIZI PADA ANAK
Indikator penilaian gizi pada anak dengan menggunakan berat badan, umur dan tinggi
badan dapat menentukan apakah anak tersebut memiliki status gizi kurang, pendek (stunting),
kurus (wasting), atau obesitas, seperti berikut:
1. Berat kurang (underweight)
Berat kurang atau underweight adalah klarifikasi dari gizi BB/U atau berat badan
terhadap umur. BB/U menunjukkan pertumbuhan anak terhadap umurnya, apakah sesuai atau
tidak. Jika berat badan anak di bawah rata-rata berat badan anak seusianya, maka dapat
dikatakan ia mengalami berat badan kurang atau underweight. Namun, berat badan anak dapat
berubah dengan mudah. Sehingga, indikator ini bukan menjadi tolak ukur indikasi adanya
masalah gizi yang berat anak.
2. Pendek (stunting)
Stunting adalah penjelasan dari indikator tinggi badan terhadap umur (TB/U). Anak
dikatakan stunting, yakni ketika mereka memiliki tinggi badan yang tidak sesuai dengan
tinggi badan anak seusianya. Biasanya, stunting ini terjadi akibat kurangnya asupan gizi
dalam jangka waktu yang panjang. Sehingga, anak tidak bisa mengejar ketertinggalan
pertumbuhan tinggi badannya.
3. Kurus (wasting)
Wasting adalah salah satu penjelasan dari indikator gizi berat badan terhadap tinggi badan
(BB/TB). Anak yang dikatakan kurus yaitu mereka yang memiliki berat badan rendah dan
tidak sesuai dengan tinggi badan yang dimilikinya.Wasting biasanya terjadi pada anak selama
masa penyapihan atau selama 2 tahun pertama kehidupannya. Setelah anak berumur 2 tahun,
biasanya risiko wasting akan menurun. Wasting menjadi tanda bahwa anak mengalami
kekurangan gizi yang serius. Kondisi ini biasanya terjadi karena kurangnya asupan makanan
atau infeksi, seperti diare.
4. Gemuk
Gemuk adalah salah satu penjelasan yang juga diambil dari indikator gizi BB/TB. Anak
dikatakan mengalami kegemukan ketika mempunyai berat badan lebih terhadap tinggi badan
yang dimilikinya.
CARA MELAKUKAN PENILAIAN STATUS GIZI
Secara garis besar, terdapat 2 cara melakukan penilaian status gizi, yakni secara langsung
maupun tidak langsung.
1. Penilaian status gizi secara langsung
Penilaian gizi secara langsung ini juga terbagi lagi menjadi beberapa cara, yaitu sebagai
berikut ini.
a. Antropometri
Cara menghitung status gizi dengan antropometri dilakukan melalui pengukuran
dimensi dan komposisi tubuh seseorang sesuai dengan umurnya. Metode antropometri
sudah lama dikenal sebagai indikator sederhana untuk penilaian status gizi perorangan
maupun masyarakat dan biasanya dipakai untuk mengukur status gizi yang berhubungan
dengan asupan energi serta protein. Dengan antropometri, Anda akan menjalani
pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, dan lingkar perut. Menurut
Kementerian Kesehatan, orang dewasa juga bisa menjadikan lingkar perut, lingkar
pinggang, hingga indeks massa tubuh untuk menentukan status gizinya.
b. Pemeriksaan klinis
Ini merupakan cara penilaian status gizi berdasarkan perubahan yang berhubungan
dengan kekurangan maupun kelebihan asupan zat gizi. Pemeriksaan klinis ini biasanya
dilakukan dari mulai pemeriksaan bagian mata, hingga kaki. Meliputi konjungtiva mata,
mukosa mulut, pemeriksaan dada, abdomen, hingga deteksi bengkak pada bagian kaki.
Dokter juga akan mempelajari riwayat medis pasien serta melakukan pemeriksaan fisik
lainnya. Beri tahu dokter jika merasakan gejala tertentu yang Anda duga berhubungan
dengan status gizi Anda.
c. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan biokimia dikenal juga dengan istilah cek lab. Pemeriksaan ini bisa berupa
pemeriksaan darah, kadar albumin, pemeriksaan urine, pemeriksaan tinja
pemeriksaan vitamin dan mineral yang berkaitan dengan kondisi pasien.

2. Penilaian status gizi secara tidak langsung


Penilaian gizi secara tidak langsung dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal berikut
ini:
a. Survei konsumsi makanan
Cara menghitung status gizi dengan antropometri dilakukan melalui pengukuran
dimensi dan komposisi tubuh seseorang sesuai dengan umurnya. Metode antropometri
sudah lama dikenal sebagai indikator sederhana untuk penilaian status gizi perorangan
maupun masyarakat dan biasanya dipakai untuk mengukur status gizi yang berhubungan
dengan asupan energi serta protein. Dengan antropometri, Anda akan menjalani
pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, dan lingkar perut. Menurut
Kementerian Kesehatan, orang dewasa juga bisa menjadikan lingkar perut, lingkar
pinggang, hingga indeks massa tubuh untuk menentukan status gizinya.
b. Pemeriksaan klinis
Ini merupakan cara penilaian status gizi berdasarkan perubahan yang berhubungan
dengan kekurangan maupun kelebihan asupan zat gizi. Pemeriksaan klinis ini biasanya
dilakukan dari mulai pemeriksaan bagian mata, hingga kaki. Meliputi konjungtiva mata,
mukosa mulut, pemeriksaan dada, abdomen, hingga deteksi bengkak pada bagian kaki.
c. Faktor ekologi
Penilaian status gizi dengan faktor ekologi dipilih karena masalah gizi dapat muncul
akibat interaksi beberapa faktor ekologi, seperti faktor biologis, fisik, dan lingkungan
budaya. Metode ini dilakukan untuk mengetahui penyebab kejadian gizi salah
(malnutrisi) di suatu masyarakat, agar selanjutnya bisa segera ditangani.

PENGUKURAN TINGKAT KONSUMSI MAKANAN


Menurut (Supariasa, Bakri, dan Fajar, 2016) beberapa metode pengukuran konsumsi
makanan untuk individu anatara lain :
1. Metode food recall 24 jam
Prinsip dari metode recall 24 jam, dilakukan dengan mencatat jenis dan jumah bahan
makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Dalam metode ini, responden, ibu
atau pengasuh (bila anak masih kecil) diminta untuk menceritakaan semua yang dimakan dan
diminum selama 24 jam yang lalu (kemarin). Biasanya dimulai sejak ia bangun pagi kemarin
sampai dia istirahat tidur malam harinya atau dapat juga dimulai dari waktu saat dilakukan
wawancara mundur ke belakang sampai 24 jam penuh. Hal penting yang perlu diketahui
adalah bahwa dengan recall 24 jam data yang diperoleh cenderung lebih bersifat kualitatif.
Oleh karena itu, untuk mendapatkan data kuantitatif, maka jumlah konsumsi makanan
individu ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat URT (sendok, gelas, piring, dan
lain-lain) atau ukuran lainnya yang biasa dipergunakan sehari-hari.
2. Metode Estimated Food Records
Metode ini disebut juga food records atau dietary records, yang digunakan untuk
mencatat jumlah yang dikonsumsi. Responden diminta mencatat semua yang ia makan dan
minum setiap kali sebelum makan. Menimbang dalam ukuran berat pada periode tertentu,
termasuk cara persiapan dan pengelolaan makanan. Metode ini dapat memberikan informasi
konsumsi yang mendekati sebenarnya tentang jumlah energi dan zat gizi yang dikonsumsi
oleh individu. Penjelasan lain tentang metode ini yakni metode yang dilakukan untuk
mencatat jumlah yang dikonsumsi. Pada metode ini responden diminta untuk mencatat semua
yang ia makan dan minum setiap kali sebelum makan dalam Ukuran Rumah Tangga (URT)
atau menimbang dalam ukuran berat (gram) dalam 21 periode tertentu (2-4 hari berturut-
turut), termasuk cara persiapan dan pengolahahan makanan tersebut.
3. Metode Penimbangan Makanan (Food Weighing)
Responden atau petugas menimbang dan mencatat seluruh makanan yang dikonsumsi
selama 1 hari. Penimbangan makanan ini biasanya berlangsung beberapa hari tergantung dati
tujuan, dana penelitian, dan tenaga yang tersedia. Terdapatnya sisa makanan setelah makan
juga perlu ditimbang sisa tersebut untuk mengetahui jumlah sesungguhnya makanan yang
dikonsumsi.
4. Metode Riwayat Makanan (Diethary History Method)
Metode ini bersifat kualitatif karena memberikan gambaran pola kunsumsi berdasarkan p
engamatan dalam waktu yang cukup lama (bisa 1 minggu, 1 bulan, 1 tahun). Burke (1947)
menyatakan bahwa metode ini terdiri dari tiga komponen, yaitu: 1) Komponen pertama adalah
wawancara (termasuk recall 24 jam), yang mengumpulkan data tentang apa saja yang
dimakan responden selama 24 jam terakhir. 2) Komponen kedua adalah tentang frekuensi
penggunaan dari sejumlah bahan makanan dengan memberikan daftar (check list) yang sudah
disiapkan, untuk mengecek kebenaran dari recall 24 jam tadi. 3) Komponen ketiga adalah
pencatatan konsumsi selama 2-3 hari sebagai cek ulang.
DAFTAR PUSTAKA

1. Alam , S., & Karini, T.A. (2020). Islamic Parenting” Pola Asuh Anak : Tinjauan Perspektif
Gizi Masyarakat”

2. Sangadah, khotimatus. (2020). PMK No. 41 ttg Pedoman Gizi Seimbang. Orphanet Journal
of Rare Diseases, 21(1), 1–9.

3. Supariasa, i dewa nyoman, Bakri, B., & Fajar, I. (2001). Penilaian Status Gizi.
4. Thamaria, N. (2017). Penilaian Status Gizi. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 317.

5. Utami, N. W. A. (2016). Modul Survei Konsumsi Makanan. Program Studi Kesehatan


Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, 001, 9–16.

Anda mungkin juga menyukai