Anda di halaman 1dari 215

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.

D
DI BPM DARMA BAKTI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS RANOMEETO
KONAWE SELATAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan


Pendidikan Program Studi Diploma III Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari

OLEH:

DIAN PITA SARI


NIM. P00324018009

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES KENDARI
PRODI D-III KEBIDANAN
2021
ii
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Identitas Penulis

a. Nama : Dian Pita Sari

b. NIM : P00324018009

c. Jenis Kelamin : Perempuan

d. TTL : Landono, 01-05-2000

e. Agama : Hindu

f. Suku/Bangsa : Bali

g. Nama Orang Tua

Ayah : Made Sudiasa

Ibu : Ni Ketut Sriniti

h. Alamat : Desa Kondoano, Kec. Mowila, Kab. Konawe

Selatan

2. Riwayat Pendidikan

a. Tahun 2006-2012 : SD Negeri 2 Mowila

b. Tahun 2012-2015 : SMP Negeri 22 Konawe Selatan

c. Tahun 2015-2018 : SMA Negeri 11 Konawe Selatan

d. Tahun 2018-sekarang : D III Kebidanan Politeknik Kesehatan

Kemenkes Kendari

iv
ABSTRAK

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. D


DI BPM DARMA BAKTI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS RANOMEETO
KONAWE SELATAN

Dian Pita Sari1, Sultina Sarita2, Khalidatul Khair Anwar2


Asuhan kebidanan komprehensif pada Ny.D G2P1A0 umur 24
tahun yang dilakukan mulai dari kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir
dengan menggunakan pendekatan manajemen asuhan kebidanan 7 langkah
varney dan melakukan pendokumentasian SOAP.
Asuhan kehamilan pertama dilakukan pada tanggal 15 Februari 2021
pada usia kehamilan 35 minggu 5 hari, dan kunjungan kedua dilakukan pada
tanggal 02 Maret 2021 pada usia kehamilan 38 minggu 6 hari dengan HPHT 03
Juni 2020. Asuhan yang diberikan meliputi pelayanan ANC 10 T, pengenalan
tanda bahaya kehamilan, tanda-tanda persalinan dan memberikan healt
education. Ibu bersalin pada tanggal 23 Maret 2021, asuhan dilakukan dengan
menerapkan prinsip asuhan sayang ibu dan 60 langkah APN. Asuhan masa
nifas dan bayi baru lahir pertama dilakukan pada tanggal 23 Maret 2021, asuhan
masa nifas dan bayi baru lahir kedua pada tanggal 29 Maret 2021. Pada masa
nifas ibu diajarkan cara perawatan payudara, anjurkan memberikan ASI
eksklusif, tanda bahaya masa nifas, dan melakukan pemantauan involusi uteri.
Asuhan bayi baru lahir difokuskan pada pemberian ASI eksklusif 6 bulan,
mempertahankan suhu tubuh, tanda bahaya bayi baru lahir, dan pentingnya
imunisasi.
Hasil asuhan diperoleh diagnosis Ny.D usia kehamilan 41 minggu 6 hari
fisiologis. Persalinan dengan 60 langkah APN dengan bayi baru lahir spontan,
langsung menangis, jenis kelamin laki-laki, proses persalinan ibu berjalan secara
normal dengan kala I berlangsung 6 jam, kala II 10 menit, kala III berlangsung
selama 5 menit, dan kala IV berlangsung 2 jam. Pada masa nifas dan bayi baru
lahir tidak ditemukan kelainan, involusi berjalan normal dan ASI lancar
Dengan diberikan asuhan komprehensif pada Ny. D diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan bagi mahasiswa, sebagai masukan untuk
meningkatkan mutu pelayanan bagi BPM, dan dapat menambah wawasan
masyarakat tentang asuhan kebidanan yang harus didapatkan sesuai dengan
standar dan pelayanan kesehatan yang dilakukan.
Kata Kunci :Kehamilan, Persalinan, Masa Nifas dan Bayi Baru Lahir
Daftar Pustaka : 2011-2020

1
Mahasiswa Program Studi D-III Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari
2
Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dengan

judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny.D di BPM Darma Bakti

Kota Kendari”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli

Madya Kebidanan di Program Studi Diploma III Kebidanan Politeknik

Kesehatan Kemenkes Kendari.

Laporan Tugas Akhir dapat diselesaikan berkat arahan dan

bimbingan Ibu Sultina Sarita, SKM, M.Kes sebagai pembimbing I dan Ibu

Khalidatul Khair Anwar, S.ST, M.Keb sebagai pembimbing II. Pada

kesempatan ini perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Askrening, SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Kendari..

2. Ibu Sultina Sarita, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari.

3. Ibu Sultina Sarita, SKM, M.Kes selaku pembimbing 1

4. Ibu Khalidatul Khair Anwar, S.ST, M.Keb selaku pembimbing 2

5. Ibu Aswita, S.Si.T ,MPH selaku Ketua Prodi D-III Jurusan Kebidanan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari

6. Ibu Aswita, S.Si.T ,MPH selaku penguji I, Dr.Kartini, S.Si.T, M.Kes

selaku penguji II dan Ibu Heyrani, S.SI.T, M.Kes selaku penguji III.

vi
7. Orang tua tercinta Ayahanda Made Sudiasa dan Ibunda Ni Ketut

Sriniti atas doa serta kasih sayang yang mendalam senantiasa

tercurah kepada penulis. serta seluruh keluarga besar yang telah

memberikan dukungan kepada penulis selama pendidikan.

8. Ibu “D” yang sudah bersedia menjadi subyek dalam penulisan

Laporan Tugas Akhir ini.

9. Teman-teman angkatan 2018 Prodi D-III Kebidanan atas dukungan

dan kerjasama selama perkuliahan.

Penulis berharap semoga Laporan Tugas Akhir yang dilakukan

bermanfaat bagi pembaca.

Kendari, 2021
Penulis

Dian Pita Sari

vii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................ iv
ABSTRAK .......................................................................................... v
KATA PENGANTAR .......................................................................... vi
DAFTAR ISI ...................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................ 1
B. Ruang Lingkup Asuhan ................................................... 5
C. Tujuan Penulisan ............................................................. 5
D. Manfaat Penulisan ........................................................... 6
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Kehamilan ...................................................................... 8
B. Persalinan ........................................................................ 25
C. Nifas ................................................................................ 51
D. Bayi Baru Lahir ................................................................ 65
E. Manajemen Asuhan Kebidanan 7 Langkah Varney.......... 73
F. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP) .............. 76
BAB III METODE PENULISAN
A. Jenis Penelitian ............................................................... 78
B. Waktu dan Tempat Penelitian........................................... 78
C. Subjek Penelitian ............................................................ 78
D. Instrumen Penelitian ........................................................ 79
E. Teknik Pengumpulan Data .............................................. 79
F. Trianggulasi Data ............................................................. 80

viii
BAB IV TINJAUAN KASUS
A. Gambaran Lokasi Penilitian ............................................. 81
B. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan .................... 82
C. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan ..................... 113
D. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas .............................. 147
E. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir ........................ 163
F. Pembahasan .................................................................. 178
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...................................................................... 189
B. Saran ............................................................................... 190
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Peningkatan Berat Badan Total Ibu Hamil ........................... 20
Tabel 2.2 Status Imunisasi TT ............................................................. 23
Tabel 2.3 Penilaian Apgar Score ......................................................... 68
Tabel 4.1 Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas .......................... 83
Tabel 4.2 Observasi Kala I .................................................................. 135
Tabel 4.3 Observasi Kala IV ................................................................ 144
Tabel 4.4 Penilaian Apgar Score ......................................................... 164

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Partograf
Lampiran 2 Surat Persetujuan Pasien
Lampiran 3 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 4 Dokumentasi Foto
Lampiran 5 Bebas Pustaka

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan, persalinan dan nifas merupakan peristiwa alamiah atau

natural dalam kehidupan perempuan. Meskipun alamiah kehamilan,

persalinan dan nifas dapat menimbulkan suatu komplikasi atau penyulit

sehingga perlu dilakukan pemantauan dan penanganan yang baik

(Bobak, 2005). Kehamilan dan pesalinan dapat menjadi patologis

sehingga di perlukan upaya memantau kesehatan ibu yang

berkesinambungan dan berkualitas (Kemenkes RI, 2018).

Data nasional dari kemenkes RI (2018) menyebutkan bahwa

cakupan K4 pada ibu hamil mencapai 88,03%, cakupan pertolongan

persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (PN) mencapai 86,28%,

cakupan kunjungan nifas (KF) mencapai 85,92%, cakupan akseptor

Keluarga Berencana (KB) aktif mencapai 63,27%,cakupan kunjungan

Neonatal 1 (KN 1) mencapai 97,36%, dan cakupan Imunisasi dasar

lengkap pada bayi mencapai 90,61%.

Pada tahun 2018, di Provinsi Sulawesi Tenggara bahwa cakupan

K4 pada ibu hamil mencapai 78,48%, cakupan pertolongan persalinan

yang ditolong oleh tenaga kesehatan (PN) mencapai 76,18%, cakupan

kunjungan nifas (KF) mencapai 81,61%, cakupan akseptor Keluarga

Berencana (KB) aktif mencapai 55,87%, cakupan kunjungan Neonatal 1

1
2

(KN1) mencapai 80,83%, dan cakupan Imunisasi dasar lengkap pada

bayi mencapai 85,37% (Dinkes Sultra, 2018)

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indicator untuk

melihat keberhasilan upaya kesehatan ibu. Angka Kematian Ibu (AKI)

adalah rasio kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan, nifas atau

pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan

atau terjatuh di setiap 100.000 kelahiran hidup. Selain untuk menilai

program kesehatan ibu, indikator ini juga mampu menilai derajat

kesehatan masyarakat, karena sensifitasnya terhadap perbaikan

pelayanan kesehatan, baik dari sisi aksebilitas maupun kualitas

(Kemenkes RI, 2018)

Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun

2017 menunjukan Angka Kematian Bayi Baru Lahir / Neonatal (AKN)

sebesar 15 per 1.000 kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi (AKB) 24per

1.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2019) Angka Kematian Ibu (AKI) di

Indonesia secara umum terjadi penurunan dari 390 menjadi 305 per

100.000 kelahiran hidup, walau sudah cenderung menurun namun belum

berhasil mencapai target MDGs. Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia tahun 2021 menyatakan bahwa jumlah angka kematian ibu

naik dari 4.197 di Tahun 2019 menjadi 4432 di Tahun 2020 (Kemenkes

RI, 2018) .

Kematian Ibu di Indonesia masih didominasi oleh penyebab utama

kematian yaitu kematian ibu akibat hipertensi sebanyak 33,07%,


3

perdarahan obstetrik sebanyak 27,03%, komplikasi obstetric lainnya

sebanyak 12,04%, infeksi pada Kehamilan sebanyak 6.06% dan

penyebab lainnya sebanyak 4,81%. Sementara itu penyebab kematian

neonatal tertinggi di sebabkan oleh komplikasi kejadian intrapartum

tercatat 28,3%, akibat gangguan respiratory dan kardiovaskuler sebanyak

21,3%, BBLR dan premature sebanyak19%, kelahiran kongenital

sebanyak 14,8%, akibat tetanus neonatorum sebanyak 1,2%, infeksi

sebanyak7,3% dan akibat lainnya sebanyak 8,2% (Kemenkes RI, 2019)

Indonesia terdiri dari 34 provinsi dimana di setiap masing-masing

provinsi masih mempunyai AKI dan AKN dalam jumlah besar. Salah satu

provinsi yang mempunyai AKI dan AKN yang masih tinggi adalah

Sulawesi tenggara, pada tahun 2017 jumlah kematian ibu di Sulawesi

tenggara menurut Dinas Kesehatan Sulawesi tenggara meningkat dari

tahun 2016. 2017 jumlah kematian sebanyak 75 kasus (kematian ibu di

Rumah sakit 62%, puskesmas 3%, klinik dokter 1%, rumah 10%,

perjalanan 5%, dantanpa data 19%). Sementara untuk jumlah Angka

Kematian Bayi tahun 2017 kematian bayi di Sulawesi Tenggara Sebanyak

154 kasus atau meningkat jika disbandingkan tahun 2016 yang mencapai

153 kasus, sedangkan pada tahun 2015 sebanyak 157 kasus dan pada

tahun 2014 sebanyak 211kasus (Dinkes Sultra, 2018).

Berdasarkan evaluasi Dinas Kesehatan Sulawesi Tenggara,

Tingginya AKI di sebagian Kabupaten/Kota di sebabkan berbagai hal, di

antaranya kondisi wilayah yang terpencil, tenaga kesehatan yang masih


4

kurang, sarana transportasi dan fasilitas kesehatan yang masih terbatas

menyebabkan akses masyarakat ke fasilitas kesehatan yang relative sulit

dan jauh. Semua kondisi tersebut menyebabkan rendahnya kontak

masyarakat terutama ibu hamil dengan tenaga kesehatan (bidan dan

dokter) dan cenderung melahirkan dengan bantuan tenaga non

kesehatan, sehingga bila ada kelainan pada Kehamilan menjadi tidak

terdeteksi sejak dini, hal ini menjadi masalah serius bila terjadi komplikasi

Kehamilan atau kondisi persalinan yang membutuhkan rujukan. Upaya

perbaikan pelayanan kesehatan untuk meningkatkan akses masyarakat

terus dilakukan, baik perekrutan tenaga kesehatan baru, maupun

perbaikan dan penambahan fasilitas kesehatan yang ada (Dinkes Sultra,

2018)

Upaya untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka

Kematian Neonatal (AKN) di Indonesia dapat dilakukan dengan

menjamin agar setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu

yang berkualitas, seperti pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan

persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas kesehatan,

perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan

rujukan jika terjadi komplikasi, dan pelayanan keluarga berencana

termasuk KB pasca persalinan (Kemenkes RI, 2018).

Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan

kesehatan ibu dan anak yaitu melaksanakan asuhan secara

berkelanjutanatau Continuity of Care yang sejalan dengan kompetensi


5

bidan. Kompetensi bidan sesuai Keputusan Mentri kesehatan RI No.369

tahun 2007 yaitu pemberian pelayanan kepada klien di bidang kesehatan

ibu masa hamil, masa persalinan, nifas, bayi setelah lahir serta keluarga

berencana. Menurut ICM (International Confederation of Midwives), 2010

Continuity of Care merupakan model asuhan kebidanan yang

berkelanjutan sejak hamil, bersalin, hingga nifas dan menyusui sehingga

terjalin hubungan antara bidan dan wanita. Pelayanan kebidanan harus di

sediakan mulai prakonsepsi, awal kehamilan, semua trimester dan

kelahiran sampai enam mingggu pertama postpartum (Yanti, 2015).

Berdasarkan data diatas, penulis tertarik untuk melakukan asuhan

kebidanan berkelanjutan pada pasien di mulai dari masa hamil sampai

masa nifas hingga KB sebagai laporan tugas akhir di BPM Darma Bakti

B. Ruang Lingkup Asuhan

Ruang lingkup asuhan kebidanan yang diberikan kepada Ny.D

meliputi asuhan kehamilan trimester III, asuhan persalinan, asuhan

masa nifas, dan asuhan bayi baru lahir (neonatus) secara

komperhensif.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada NY.D

G2P1A0 mulai dari asuhan kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi


6

baru lahir .di BPM Darma Bakti Wilayah Kerja Puskesmas

Ranomeeto tahun 2021 dengan pendekatan Manajemen Asuhan

Kebidanan Varney dan Pendokumentasian SOAP.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan asuhan kebidanan selama kehamilan pada NY.D

G2P1A0.di BPM Darma Bakti Wilayah Kerja Puskesmas

Ranomeeto

b. Melakukan asuhan kebidanan persalinan pada NY.D G2P1A0

.di BPM Darma Bakti Wilayah Kerja Puskesmas Ranomeeto

c. Melakukan asuhan kebidanan Nifas pada NY.D G2P1A0 .di

BPM Darma Bakti Wilayah Kerja Peskesmas Ranomeeto

d. Melakukan asuhan kebidanan Bayi Baru Lahir pada bayi NY.D

di BPM Darma Bakti Wilayah Kerja Puskesmas Ranomeeto

e. Melakukan pendokumentasian kebidanan mulai dari kehamilan,

persalinan, nifas, dan bayi baru lahir

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis

Dapat memberikan asuhan kebidanan sejak kehamilan, persalinan,

masa nifas dan bayi baru lahir sesuai dengan standar asuhan

kebidanan.
7

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai masukan untuk pengembangan materi yang telah di

berikan baik dalam perkuliahan maupun praktik lapangan agar

dapat menerapkan secara langsung dan berkesinambungan

asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan neonates

dengan pendekatan manajemen kebidanan yang sesuai standar

pelayanan kebidanan.

b. Bagi mahasiswa kebidanan

Menambah wawasan, pemahaman, pengalaman tentang asuhan

kebidanan komprehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi

baru lahir (neonatus).

c. Bagi bidan dan BPM

Meningkatkan mutu pelayanan dalam pemberian asuhan

kebidanan komperhensif pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi

baru lahir (neonatus).

d. Bagi pasien

Ibu mendapatkan pelayanan asuhan kebidanan secara

komperhensif mulai dari kehamilan, persalinan, nifas sampai bayi

baru lahir (neonatus).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan

1. Pengertian Kehamilan

Kehamilan adalah bertemunya sel telur dan sel sperma berlanjut

hingga nidasi didalam Rahim dalam kurun waktu tertentu (Manuaba,

2013). Menurut Federasi Obstetric Ginekologi Internasional,

kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi

(Wiknjosastro, 2014)

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.

Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan)

dihitung dari hari pertama haid terakhir dengan 3 triwulan yaitu

triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua

dari empat bulan sampai enam bulan, dan triwulan ketiga dari bulan

ke tujuh sampai sembilan bulan. (Saifuddin, 2013).

2. Proses Terjadinya Kehamilan

Proses terjadinya kehamilan merupakan proses mata rantai yang

berkesinambungan dimulai dari ovulasi, mirasi spermatozoa dan

ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada

uterus, pembentukan plasenta dan tumbuh kembang hasil konsepsi

sampai aterm (Sholichah, 2017).

8
9

a. Ovulasi

Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh

system hormonal yang komplek. Urutan pertumbuhan ovum

(oogenesis) yaitu oogonia, oosit pertama (primary oocyte), primary

ovarium follicle, liquor follicully, pematangan pertama ovum dan

pematangan kedua ovum pada waktu terjadi pembuahan

b. Migrasi spermatozoa dan ovum

Proses pembentukan spermatozoa dimulai dari spermatogonium

yang berasal dari sel primitive tubulus, menjadi sel spermatosit

pertama, menjadi spermatosit kedua, menjadi spermatid, akhirnya

menjadi spermatozoa (Manuaba, 2012). Ovum yang telah

dilepaskan ditangkap oleh fimbrae, setelah itu ovum yang

tertangkap terus berjalan mengikuti tuba menuju uterus,

spermatozoa yang masuk kedalam alat genital wanita hidup

selama tiga hari

c. Pembuahan (Konsepsi)

Pertemuan antara inti ovum dan inti spermatozoa disebut

konsepsi atau ferlitisasi dan membentuk zigot. Konsepsi terjadi di

pars ampularis tuba, tempat yang paling luas yang dindingnya

penuh jonjot dan tertutup sel yang mempunyai silia (Manuaba,

2013).
10

d. Nidasi (Implantasi)

Setelah terjadi konsepsi maka terbentuklah zigot yang dalam

beberapa jam telah mampu membelah diri menjadi 2 dan

seterusnya. Bersamaan dengan pembelahan inti, hasil konsepsi

disalurkan terus ke pars ismika dan pars interstisialis tuba (bagian-

bagian tuba yang sempit) dan terus disalurkan hingga kearah

cavum uteri oleh arus serta getaran silia pada permukaan sel-sel

tuba dan kontraksi tuba. Pembelahan terus terjadi dan didalam

morula terbentuk ruangan yang disebut blastula. Pertumbuhan

dan perkembangan terus terjadi, blastula dengan vili korealis yang

dilapisi sel trofoblas telah siap untuk mengadakan nidasi.

Sementara itu fase sekresi endometrium makin gembur dan

semakin banyak mengandung glikogen yang disebut desidua.

Proses tertanamnya hasil konsepsi (blastula) kedalam

endometrium/desidua disebut nidasi. Nidasi terjadi hari ke 6-7

setelah konsepsi

e. Pembentukan Plasenta

Pada blastula, penyebaran sel strofoblas yang tumbuh tidak rata,

sehingga bagian blastula dengan inner cell mass akan tertanam

kedalam endometrium, sel trofoblas menghancurkan endometrium

sampai terjadi pembentukan plasenta yang berasal dari primer vili

korealis (Manuaba, 2013).


11

3. Tanda dan Gejala Kehamilan

Tanda dan gejala kehamilan, terbagi menjadi tiga yaitu tanda

tidak pasti kehamilan, tanda kemungkinan kehamilan dan tanda pasti

kehamilan:

a. Tanda tidak pasti (presumptif)

1) Amenorea (berhentinya menstruasi)

Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukkan

folikel de graaf dan ovulasi sehingga menstruasi tidak terjadi.

Lama amenore menjadi acuan untuk memastikan Hari Pertama

Haid Terakhir (HPHT) sehingga dapat diperkirakan usia

kehamilan dan persalinan. Amenorea dapat disebabkan oleh

penyakit kronik tertentu, tumor pituitary, perubahan dan faktor

lingkungan, malnutrisi atau gangguan emosional seperti

ketakutan akan kehamilan.

2) Mual (nausea) dan muntah (emesis)

Pengaruh hormon esterogen dan progesteron menyebabkan

pengeluaran asam lambung berlebihan sehingga menimbulkan

keluhan mual muntah terutama pada pagi hari (morning

sickness). Pada kondisi tertentu dianggap fisiologis namun bila

berlebihan dapat menyebabkan gangguan kesehatan

(hiperemesis gravidarum).
12

3) Mengidam (menginginkan makanan tertentu)

Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, sering

terjadi pada awal bulan pertama kehamilan dan akan

menghilang dengan semakin bertambahnya usia kehamilan.

4) Syncope (pingsan)

Adanya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral)

menyebabkan iskemia susunan saraf pusat sehingga

menimbulkan syncope (pingsan). Sering terjadi terutama pada

tempat yang ramai dan biasanya akan menghilang setelah 16

minggu.

5) Sering miksi

Frekuensi miksi sering terjadi pada triwulan pertama akibat

pembesaran rahim yang menyebabkan tertekannya kandung

kemih sehingga cepat terasa penuh dan sering miksi, triwulan

kedua keluhan biasanya berkurang karena uterus telah keluar

dari rongga panggul dan pada akhir triwulan gejala timbul

kembali karena janin mulai masuk ke rongga panggul dan

menekan kembali kandung kemih.

6) Konstipasi atau obstipasi

Progesteron dapat menghambat peristaltik usus (tonus otot

menurun) sehingga kesulitan untuk BAB.

b. Tanda kemungkinan (probability) kehamilan

1) Adanya pembesaran perut


13

2) Tanda Hegar, pelunakan pada bagian isthmus uteri.

3) Tanda Goodel pada wanita yang tidak hamil pada bagian serviks

lunak seperti ujung hidung sedangkan pada wanita hamil

melunak seperti bibir.

4) Tanda Chadwicks, perubahan warna menjadi keunguan pada

vulva dan mukosa vagina termasuk porsio dan serviks.

5) Tanda Piscaseck, pembesaran uterus tidak simetris disebabkan

ovum berimplantasi pada daerah dekat dengan kornu sehingga

daerah tersebut yang berkembang lebih dulu.

6) Kontraksi Braxton Hicks, peregangan sel-sel otot uterus, akibat

meningkatnya actomysin dalam otot uterus. Kontraksi tidak

beritmik, sporadit, tidak nyeri biasanya timbul pada kehamilan

delapan minggu, tetapi dapat diamati dari pemeriksaan

abdominal pada trimester ketiga. Kontraksi akan terus meningkat

frekuensinya, lamanya, dan kekuatanya sampai mendekati

persalinan.

7) Teraba Ballotement, pada perabaan terdapat fenomena bandul

atau ada pantulan balik sebagai tanda adanya janin dalam

uterus, dilakukan dengan menekan dinding abdomen sehingga

akan teraba pantulan balik pada dinding abdomen atau tangan

pemeriksa. Pemeriksaan kehamilan dengan metode seperti ini

tidak cukup karena dapat saja merupakan mioma uteri.


14

8) Pemeriksaan urin positif

Pemeriksaan dilakukan untuk mendeteksi adanya Human

Chorionic Gonadotropin (hCG) yang diproduksi oleh

sinsiotropoblastik. Hormon ini disekresi di peredaran darah ibu

(pada plasma darah) dan dieskresi pada urin ibu dan dapat

terdeteksi pada 26 hari setelah konsepsi.

c. Tanda Pasti (positif) kehamilan

1) Adanya gerakan janin dalam rahim

Gerakan janin dapat diraba dengan jelas oleh pemeriksa.

Gerakan janin dapat mulai dirasakan pada usia kehamilan

sekitar 20 minggu.

2) Denyut jantung janin

Terdengarnya DJJ sejak usia kehamilan 12 minggu dengan

menggunakan alat fetal electrocardiograf (misalnya dopler) dan

menggunakan stetoskop Laenec, DJJ dapat terdengar pada usia

kehamilan 18-20 minggu.

3) Teraba bagian-bagian janin

Teraba bagian terbesar dari janin yaitu kepala dan bokong dan

bagian kecil janin (lengan dan kaki), teraba jelas pada usia

kehamilan trimester akhir. Bagian janin dapat dilihat lebih

sempurna menggunakan USG.

4) Kerangka Janin

Kerangka janin dapat dilihat melalui foto rontgen atau USG.


15

4. Perubahan Fisik Pada Ibu Hamil

Perubahan fisik ibu hamil terbagi menjadi beberapa bagian

diantaranya (Tyastuti, 2016) :

a. Perubahan Pada Sistem Reproduksi

1) Uterus

Ibu hamil uterusnya tumbuh membesar akibat pertumbuhan isi

konsepsi intrauterin. Berat uterus perempuan tidak hamil

adalah 30 gram, pada saat mulai hamil maka uterus

mengalami peningkatan sampai pada akhir kehamilan (40

minggu) mencapai 1000 gram.

2) Vagina/ vulva.

Pada ibu hamil vagin terjadi hipervaskularisasi menimbulkan

warna merah ungu kebiruan yang disebut tanda Chadwick.

3) Ovarium

Sejak kehamilan 16 minggu, fungsi diambil alih oleh plasenta,

terutama fungsi produksi progesteron dan estrogen. Selama

kehamilan ovarium tenang/ beristirahat. Tidak terjadi

pembentukan dan pematangan folikel baru, tidak terjadi

ovulasi dan tidak terjadi siklus hormonal menstruasi.

b. Perubahan Pada Payudara

Pada ibu hamil payudara membesar dan tegang, terjadi

hiperpigmentasi kulit serta hipertrofi kelenjar montgomery,

terutama daerah areola dan papilla akibat pengaruh melanofor,


16

puting susu membesar dan menonjol. Puting susu akan

mengeluarkan kolostrum yaitu cairan sebelum menjadi susu yang

berwarna putih kekuningan pada trimester ketiga.

c. Perubahan Pada Sistem Endokrin

1) Progesteron

Kadar hormon ini meningkat selama hamil dan menjelang

persalinan mengalami penurunan. Aktivitas progesteron

diperkirakan menurunkan tonus otot polos sehingga lambung

terhambat dan terjadi mual, menyebabkan reabsorbsi air

meningkat akibatnya ibu hamil mengalami konstipasi.

2) Estrogen

Kadar estrogen terus meningkat menjelang aterm. Aktivitas

estrogen adalah memicu pertumbuhan dan pengendalian

fungsi uterus, memicu pertumbuhan payudara, merubah

konsitusi kimiawi jaringan ikat sehingga lebih lentur dan

menyebabkan serviks elastis.

3) Kortisol

Kortisol secara simultan merangsang peningkatan produksi

insulin dan meningkatkan resistensi perifer ibu pada insulin.

Ada sebagian ibu hamil mengalami peningkatan gula darah

hal ini dapat disebabkan karena resistensi perifer ibu hamil

pada insulin.
17

4) Human Chorionic gonadotropin (HCG)

Hormon HCG dapat untuk mendeteksi kehamilan dengan

darah ibu hamil pada 11 hari setelah pembuahan dan

mendeteksi pada urine ibu hamil pada 12–14 hari setelah

kehamilan. Kandungan HCG pada ibu hamil mengalami

puncaknya pada 8-11 minggu umur kehamilan.

5) Hormon Hipofisis

Terjadi penekanan kadar FSH dan LH maternal selama

kehamilan, namun kadar prolactin meningkat yang berfungsi

untuk menghasilkan kolostrum.

d. Perubahan Pada Kekebalan

Pada ibu hamil terjadi perubahan pH pada vagina, sekresi vagina

berubah dari asam menjadi lebih bersifat basa sehingga pada ibu

hamil lebih rentan terhadap infeksi pada vagina.

e. Perubahan Pada Sistem Pernapasan

Wanita hamil sering mengeluh sesak napas yang biasanya terjadi

pada umur kehamilan 32 minggu lebih, hal ini disebabkan oleh

karena uterus yang semakin membesar sehingga menekan usus

dan mendorong keatas menyebabkan tinggi diafragma bergeser 4

cm sehingga kurang leluasa bergerak.

f. Perubahan Pada Sistem Perkemihan

Hormon estrogen dan progesteron dapat menyebabkan ureter

membesar, tonus otot-otot saluran kemih menurun. Kencing lebih


18

sering (poliuria), karena dinding saluran kemih dapat tertekan oleh

pembesaran uterus yang terjadi pada trimester I dan III.

g. Perubahan Pada Sistem Pencernaan

Terjadi perubahan peristaltik dengan gejala sering kembung, dan

konstipasi.

h. Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Bertambahnya beban volume dan curah jantung, tekanan darah

sistolik maupun diastolik pada ibu hamil Trimester I turun 5 sampai

10 mmHg, hal ini kemungkinan disebabkan karena terjadinya vaso

dilatasi perifer akibat perubahan hormonal pada kehamilan.

Tekanan darah akan kembali normal pada Trimester III kehamilan.

i. Perubahan Sistem Integument

Ibu hamil sering mengalami perubahan pada kulit yaitu terjadi

hiperpigmentasi atau warna kulit kelihatan lebih gelap. Hal ini

disebabkan karena adanya peningkatan Melanosit Stimulating

Hormon (MSH). Hiperpigmentsi dapat terjadi pada muka, leher,

payudara, perut, lipat paha dan aksila.

j. Perubahan Metabolisme

Basal Metabolic Rate (BMR) meningkat sampai 15% sampai 20 %

pada akhir kehamilan dan BMR akan kembali seperti sebelum

hamil pada hari ke 5 atau ke 6 setelah persalinan. Peningkatan

BMR menunjukkan adanya peningkatan kebutuhan oksigen.


19

k. Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Bentuk tubuh ibu hamil berubah secara bertahap menyesuaikan

penambahan berat ibu hamildan semakin besarnya janin,

menyebabkan postur dan cara berjalan ibu hamil berubah.

l. Perubahan Darah dan Pembekuan Darah

Ibu hamil Trimester II mengalami penurunan haemoglobin dan

hematokrit yang cepat karena pada saat ini terjadi ekspansi

volume darah yang cepat. Penurunan Hb paling rendah pada

kehamilan 20 minggu kemudian meningkat sedikit sampai hamil

cukup bulan. Ibu hamil dikatakan anemi apabila Hb < 11 gram %

pada Trimester I dan III, Hb < 10,5 gram % pada Trimester II.

m. Perubahan Berat Badan (BB) dan IMT

Peningkatan BB pada Trimester II dan III merupakan petunjuk

penting tentang perkembangan janin. Penambahan BB semua ibu

hamil tidak sama tetapi harus melihat dari Indeks Masa Tubuh

(IMT) sebelum hamil. Penambahan BB selama hamil dan

perkembangan janin berhubungan dengan BB dan TB ibu

sebelum hamil/ IMT. Cara menghitung IMT adalah BB sebelum

hamil (dalam kg) dibagi TB (dalam meter) pangkat 2, misalnya

seorang ibu hamil BB sebelum hamil 50 kg dan TB 150 cm maka

IMT adalah 50/(1,5)2 = 22,22 termasuk normal. Penambahan

berat badan (BB) ibu hamil dapat dilihat pada tabel 2.1
20

Tabel 2.1 Peningkatan Berat Badan Total Ibu Hamil

Kategori berat terhadap tinggi Peningkatan total yang

sebelum hamil direkomendasikan

Kurus BMI < 18,5 12,5-18

Normal BMI 10,5-24,9 11,5-16

Berlebih BMI 25,0-29,9 7-11,5

Obesitas BMI ≥ 30 5-9

Sumber: (Kementrian kesehatan RI, 2020a)

n. Perubahan Sistem Persarafan

Perubahan persarafan pada ibu hamil belum banyak diketahui.

Gejala neurologis dan neuromuskular yang timbul pada ibu hamil

adalah posisi ibu hamil menjadi lordosis akibat pembesaran

uterus, terjadi tarikan saraf atau kompresi akar saraf dapat

menyebabkan perasaan nyeri, oedema dapat melibatkan saraf

perifer dan dapat juga menekan saraf median di bawah karpalis

pergelangan tangan, sehingga menimbulkan rasa terbakar atau

rasa gatal dannyeri pada tangan menjalar kesiku, paling sering

terasa pada tangan yang dominan.

5. Asuhan Antenatal Care

Tujuan pelayanan antenatal menurut Kementrian kesehatan RI (2014)

adalah:
21

a. Menyediakan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif dan

berkualitas, termasuk konseling kesehatan dan gizi ibu hamil,

konseling kb dan pemberian ASI

b. Menghilangkan ‘’missed opportunity’’ pada ibu hamil dalam

mendapatkan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif dan

berkualitas.

c. Mendeteksi secara dini kelainan/ penyakit/ gangguan yang

diderita ibu hamil

d. Melakukan intervensi terhadap kelainan/ penyakit/ gangguan

pada ibu hamil sedini mungkin

e. Melakukan rujukan kasus kefasilitas pelayanan kesehatan sesuai

dengan sistem rujukan yang ada.

Frekuensi pelayanan antenatal oleh Kemenkes ditetapkan

sebanyak 6 kali kunjungan ibu hamil dalam pelayanan antenatal,

selama kehamilan dengan ketentuan 2 kali pada trimester kesatu (0-

12 minggu), 1 kali pada trimester kedua(>12 minggu-24 minggu) dan

3 kali pada trimester ketiga (>24 minggu sampai dengan kelahiran).

(Kementrian kesehatan RI, 2020c).

Standar pelayanan asuhan Antenatal Care terpadu minimal

adalah sebagai berikut (10 T) yaitu :

a. Timbang berat badan dan tinggi badan

Pengukuran tinggi badan dilakukan untuk mendeteksi adanya

resiko apabila pengukuran > 145 cm. pengukuran bera badan


22

dilakukan untuk mengetahui kenaikan atau penurunan berat

badan.

b. Tekanan darah

Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal

dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah

≥140/90 mmHg) pada kehamilan dan preeklamsia (hipertensi

disertai odema wajah dan atau tungkai bawah, dan atau

proteinuria).

c. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas/LILA)

Pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertama untuk

skrining ibu hamil beresiko kurang energi kronis (KEK), dimana

LILA kurang dari 23,5 cm.

d. Ukur Tinggi Fundus Uteri (TFU)

Pengukuran tinggi fundus uteri ada setiap kali kunjungan

antenatal dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai

atau tidak dengan umur kehamilan. Jika tinggi fundus tidak sesuai

dengan usia kehamilan, kemungkinan ada gangguan

pertumbuhan janin. Standar pengukuran menggunakan pita

pengukuran setelah kehamilan 24 minggu.

e. Tentukan presentase janin dan DJJ

f. Skrining imunisasi Tetanus Toxoid (TT)

Pemberian tetaus toxoid bertujuan untuk melindungi janin dari

tetanus tozoid.
23

Tabel 2.2 Status Imunisasi TT

Imunisasi Selang Lama

TT Waktu Perlindungan

TT1 Awal

TT2 1 bulan 3 tahun

TT3 6 bulan 5 tahun

TT4 12 bulan 10 tahun

TT5 12 bulan >25 tahun

Sumber : (Kementrian kesehatan RI, 2020a)

g. Pemberian tablet tambah darah (Tablet Fe)

Tujuan pemberian tablet Fe yaitu untuk memenuhi kebutuhan Fe

pada ibu hamil dan nifas, karena pada masa hamil kebutuhan

meningkat seiring dengan pertumbuhan janin. Tanpa pemberian

zat besi yang cukup ibu dapat mengalami anemia dan dapat

menyebabkan kehamiran premature, mudah sakit, bayi

mengalami berat badan lahir rendah dan perdarahan pasca

persalinan.

h. Tes laboratorium

i. Tata laksana / penanganan kasus sesuai kewenangan

j. Temu wicara/konseling

Bertujuan untuk membantu ibu menerima kehamilannya sebagai

upaya preventive terhadap hal-hal yang tidak diinginkan dan

membantu ibu untuk menemukan asuhan kehamilan, penolong


24

persalinan yang bersih dan aman atau tindakan klinik yang

mungkin diperlukan.

6. Rekomendasi khusus penanganan COVID-19 pada ibu hamil

Pembuatan rekomendasi ini sangat penting di tengah

ditetapkannya kasus infeksi COVID-19 sebagai pandemik dunia oleh

WHO dan perkembangannya yang cepat dan sudah mencapai

150.000 kasus sampai dengan pertengahan Maret 2020. Ibu hamil

sebagai populasi yang berisiko dipercaya akan mennjadi kelompok

yang lebih rentan terinfeksi dengan tingkat morbiditas dan mortalitas

yang lebih tinggi.

Beberapa rekomendasi saat antenatal care :

a. Untuk pemeriksaan hamil pertama kali, buat janji dengan

dokter agar tidak menunggu lama. Selama perjalanan ke

fasyankes tetap melakukan pencegahan penularan COVID-

19 secara umum.

b. Pengisian stiker Program Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi (P4K) dipandu bidan/perawat/dokter

melalui media komunikasi.

c. Pelajari buku KIA dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

d. Ibu hamil harus memeriksa kondisi dirinya sendiri dan

gerakan janinnya. Jika terdapat risiko / tanda bahaya

(tercantum dalam buku KIA), maka periksakan diri ke tenaga


25

kesehatan. Jika tidak terdapat tanda-tanda bahaya,

pemeriksaan kehamilan dapat ditunda.

e. Pastikan gerak janin diawali usia kehamilan 20 minggu dan

setelah usia kehamilan 28 minggu hitung gerakan janin

(minimal 10 gerakan per 2 jam).

f. Ibu hamil diharapkan senantiasa menjaga kesehatan dengan

mengonsumsi makanan bergizi seimbang, menjaga

kebersihan diri dan tetap mempraktikan aktivitas fisik berupa

senam ibu hamil / yoga / pilates / aerobic / peregangan

secara mandiri dirumah agar ibu tetap bugar dan sehat.

g. Ibu hamil tetap minum tablet tambah darah sesuai dosis yang

diberikan oleh tenaga kesehatan.

h. Kelas Ibu Hamil ditunda pelaksanaannya sampai kondisi

bebas dari pandemik COVID-19 (Kementrian kesehatan RI,

2020b)

B. Persalinan

1. Pengertian persalinan

Persalinan adalah proses pergerakan keluar janian, plasenta dan

membrane dari dalam uterus (rahim) melalui jalan lahir. Saat

persalinan terjadi proses membuka dan menipisnya serviks dan janin

turun ke jalan lahir. Persalinan yang normal terjadi pada umur

kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) (Bobak dan Lawdermik, 2012).


26

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi dari

rahim ibu melalui jalan lahir atau dengan jalan lain, yang kemudian

janin dapat hidup ke dunia luar. Persalinan merupakan proses

pergerakan keluarnya janin, plasenta dan membran dari dalam rahim

melalui jalan lahir. Proses ini berawal dari pembukaan dan dilatasi

serviks sebagai akibat kontraksi uterus dengan frekuensi, durasi dan

kekuatan yang teratur. Mula-mula kekuatan yang muncul kecil,

kemudian terus meningkat sampai pada puncaknya pembukaan

serviks lengkap sehingga siap untuk pengeluaran janin dari rahim ibu

(Rohani, 2013) .

2. Jenis persalinan

Pengertian persalinan menurut Jannah (2017), dapat diartikan

menjadi tiga bagian menurut cara persalinan yaitu:

a. Persalinan normal atau disebut juga persalinan spontan. Pada

persalinan ini, proses kelahiran bayi pada letak belakang kepala

(LBK) dengan tenaga ibu sendiri berlangsung tanpa bantuan alat

serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung

kurang dari 24 jam.

b. Persalinan Abnormal/ buatan adalah persalinan pervaginam

dengan menggunakan bantuan alat, seperti ekstraksi dengan

Forceps atau Vakum atau melalui dinding perut dengan operasi

sectio sesarea atau SC.


27

c. Persalinan anjuran yaitu persalinan yang tidak dimulai dengan

sendirinya, tetapi baru berlangsung setelah dilakukan

perangsangan, seperti dengan pemecahan ketuban dan

pemberian prostaglandin.

3. Proses terjadinya persalinan

Sebab yang mendasari persalinan secara teori antara lain:

a. Teori Kerenggangan

Otot rahim kekmpunyai kemampuan meregan dalam batas

tertentu.Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga

persalinan dimulai.

b. Teori Penurunan Progesteron

Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28

minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah

mengalami penyempitan dan buntu. Produksi progesterone

mengalami penurunan, sehingga otot rahim mulai berkontraksi

setelah tercapai tingkat penurunan progesterone tertentu.

c. Teori Oksitosin

Oksitosin dikeluarkan oleh Kelenjar Hipofisis Pars

Paterior.Perubahan keseimbangan estrogen dan progesterone

dapat mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi

Kontraksi Braxton Hick. Menurunnya konsentrasi progesterone

akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan

aktivitas, sehingga persalinan dapat dimulai.


28

d. Teori Pengaruh Prostaglandin

Konsentrasi prostaglandin meningkat pada usia kehamilan 15

minggu yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin

saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil

konsepsi dikeluarkan.Prostaglandin dianggap dapat merupakan

pemicu terjadinya persalinan.

e. Teori Plasenta Menjadi Tua

Seiring dengan bertambahnya usia kehamilan, plasenta menjadi

tua sehingga menyebabkan Vill Corialis mengalami perubahan

sehingga kadar estrogen dan progesterone turun. Hal ini

menimbulkan kesenjangan pembuluh darah dan menyebabkan

kontraksi rahim.

f. Teori Distensi Rahim

Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang

mengakibatkan iskemia otot-otot uterus sehingga menganggu

sirkulasi uteroplasenter.

g. Teori Berkurangnnya Nutrisi

Bila nutrisi pada janin berkurang, maka hasil konsepsi akan

segera dikeluarkan (Wiknjosastro, 2014).

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan

Terdapat lima faktor esensial yang mempengaruhi proses

persalinan dan kelahiran. Faktor-faktor tersebut dikenal dengan 5P

yaitu passanger (penumpang, yaitu janin dan plasenta), passageway


29

(jalan lahir), power (kekuatan), position (posisi ibu) dan psychologic

respons (respon psikologis) (Bobak, 2012) :

a. Passanger (penumpang)

Passanger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan

akibat interaksi beberapa factor, yakni ukuran kepala janin,

presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Karena plasenta juga

harus melewati jalan lahir, maka plasenta juga dianggap sebagai

bagian dari passanger yang menyertai janin. Namun plasenta

jarang menghambat proses persalinan pada kehamilan normal

b. Passageway (jalan lahir)

Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat,

dasar panggul, vagina dan introitus (lubang vagina). Lapisan-

lapisan otot dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi

meskipun ini jaringan lunak, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan

dalam proses persalinan. Janin harus menyesuaikan dirinya

terhadap jalan lahir yang kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk

perlu diperhatikan sebelum persalinan dimulai .

c. Power (kekuatan)

Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his,

kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari

ligamen.Kekuatan primer diperlukan dalam persalinan adalah his

yaitu kontraksi otot-otot rahim, sedangkan sebagai kekuatan


30

sekundernya adalah tenaga meneran ibu (Ahmad dan Rohani,

2011).

d. Position (posisi ibu)

Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi

persalinan.Mengubah posisi membuat rasa letih hilang, memberi

rasa nyaman, dan memperbaiki sirkulasi.Posisi yang baik dalam

persalinan yaitu posisi tegak yang meliputi posisi berdiri, berjalan,

duduk dan jongkok (Bobak, 2012).

e. Psychologic respons (respon psikologis)

Psikologis adalah kondisi psikis klien dimana tersedianya

dorongan posiitif, persiapan persalinan, pengalaman lalu dan

adaptasi/coping. Factor psikologi meliputi hal-hal berikut yaitu,

melibatkan psikologi ibu, emosi dan persiapan intelektual,

pengalaman melahirkan bayi sebelumnya, kebiasaan adat, dan

dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu (Ahmad dan

Rohani, 2011)

5. Tanda-tanda mulainya persalinan

a. Terjadinya his persalinan, mempunyai ciri khas pinggang terasa

nyeri yang menjalar kedepan, sifatnya teratur, interval makin

pendek dan kekuatannya semakin besar, mempunyai pengaruh

terhadap serviks, semakin beraktivitas kekuatanya semakin

bertambah.
31

b. Pengeluaran lendir dan darah (pembawa tanda). Dengan his

persalinan terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan

pendataran dan pembukaan. Pembukaan menyebabkan lendir

yang terdapat pada kanalis lepas. Terjadi perdarahan karena

kapiler pembuluh darah pecah.

c. Pengeluaran cairan. Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah

yang menimbulkan pengeluaran cairan. Sebagian besar ketuban

baru pecah menjelang pembukaan lengkap. Dengan pecahnya

ketuban diharapkan persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam

6. Mekanisme persalinan

Keluarnya janin dalam rahim pada proses persalinan, janin harus

melalui beberapa mekanisme persalinan. Adapun mekanisme

persalinan tersebut yaitu (Cunningham, 2012) :

a. Engagement

Engagement adalah mekanisme yang digunakan oleh diameter

biparietal-diameter transversal terbesar kepala janin pada

presentasi oksiput untuk melewati pintu atas panggul.

b. Desensus

Desensus terjadi karena faktor tekanan cairan amnion, tekanan

langsung fundus, usaha mengejan yang menggunakan otot-otot

abdomen dan ekstensi serta pelurusan badan janin.


32

c. Fleksi

Setelah kepala janin terjadi desensus, kepala akan tertahan oleh

serviks, dinding panggul atau dasar panggul, dengan demikian

kepala akan fleksi, dagu janin akan mendekati dadanya dan

diameter suboksipitobregmatika yang lebih pendek menggantikan

diameter oksipitofrontal yang lebih panjang.

d. Rotasi internal

Kepala janin akan bergerak dari posisinya menuju anterior,

menuju simpisis pubis atau yang lebih jarang ke posterior, menuju

lubang sakrum.

e. Ekstensi

Setelah kepala yang terfleksi maskimal mencapai vulva, kepala

akan mengalami ekstensi untuk melewati pintu keluar vulva yang

mengarah ke atas dan ke depan. Kepala dilahirkan melalui

ekstensi terlebih dahulu, kemudian lahir oksiput, bregma, dahi,

hidung, mulut dan dagu.

f. Rotasi eksternal

Gerakan yang sesuai dengan rotasi badan janin berfungsi

membawa diameter biakromionnya berhimpit dengan diameter

anteroposterior pintu bawah panggul, dengan demikian satu bahu

akan terletak anterior dibelakang simfisis dan yang lain di

posterior.
33

g. Ekspulsi

Setelah kedua bahu tersebut lahir sisa badan bayi lainnya akan

segera terdorong ke luar.

7. Tahapan persalinan

Tahapan-tahapan dalam persalinan fisiologi yang dialami ibu

selama persalinan dibagi dalam 4 kala yaitu :

a. Persalinan kala I (kala pembukaan)

Tanda persalinan adanya pengeluaran lendir bercampur darah

karena serviks mulai membuka dan mendatar. Kala I persalinan

dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks,

hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala I

dibagi menjadi 2 fase yaitu fase laten dan fase aktif. Fase

laten,dimana pembukaan serviks berlangsung lambat dimulai

sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan

pembukaan secara bertahap sampai pembukaan 3 cm,

berlangsung dalam 7-8 jam. Fase aktif (pembukaan 4-10 cm),

berlangsung selama 6 jam dan dibagi kedalam 3 sub fase yaitu,

periode akselerasi (berlangsung selama 2 jam, pembukaan

menjadi 4 cm), periode dilatasi maksimal (berlangsung selama 2

jam, pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm) dan periode

deselerasi (berlangsung lambat, dalam 2 jam pembukaan menjadi

10 cm atau lengkap) (Ahmad dan Rohani, 2011)


34

b. Persalinan kala II (kala pengeluaran)

Gejala dan tanda kala II, telah terjadi pembukaan lengkap, tampak

bagian kepala janin melalui bukaan introitus vagina, ada rasa ingin

meneran saat kontraksi, ada dorongan pada rectum atau vagina,

perineum terlihat menonjol, vulva dan spingter ani membuka,

peningkatan pengeluaran lendir dan darah. Kala II dimulai dari

pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi baru lahir. Proses ini

berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi. Pada kala

pengeluaran janin kepala telah turun masuk ruang panggul

sehingga terjadi tekanan pada otot-otot dasar panggul yang

secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan, karena tekanan

pada rectum ibu merasa seperti ingin buang air besar dengan

tanda anus membuka. Adanya his ibu dipimpin untuk mengedan,

maka kepala lahir diikuti seluruh badan bayi lahir. Komplikasi yang

dapat timbul pada kala II yaitu eklamsi, kegawatdaruratan janin,

tali pusat menumbung, penurunan kepala terhenti, ibu kelelahan,

persalinan lama, rupture uteri, distosia karena kelainan letak,

infeksi itra partum, inersia uteri, dan tanda-tanda lilitan tali pusat

(Ahmad dan Rohani, 2011)

c. Persalinan kala III (pelepasan plasenta)

Merupakan fase penting setelah kala I dan kala II, dimulai sejak

lahirnya bayi sampai kelahiran plasenta.Komplikasi kala III dapat

mengakibatkan kematian karena perdarahan. Kala III dimulai


35

sejak bayi lahir lengkap sampai plasenta lahir lengkap. Terdapat

dua tingkat pada kelahiran plasenta yaitu melepasnya plasenta

dari implantasi pada dinding uterus dan pengeluaran plasenta dari

kavum uteri (Wiknjosastro, 2014) . Tanda kala III terdiri dari 2 fase:

1) Fase pelepasan uri

Mekanisme pelepasan uri terdiri atas:

a) Schultze

Data ini sebanyak 80% yang lepas terlebih dahulu di

tengah kemudian terjadi reteroplasenterhematoma yang

menolak uri mula-mula di tengah kemudian seluruhnya,

menurut cara ini perdarahan biasanya tidak ada sebelum

uri lahir dan banyak setelah uri lahir

b) Dunchan

Lepasnya uri mulai dari pinggirnya, jadi lahir terlebih

dahulu dari pinggir (20%), Darah akan mengalir semua

antara selaput ketuban.

c) Serempak dari tengah dan pinggir plasenta

2) Fase pengeluaran uri

Perasat-perasat untuk mengetahui lepasnya uri yaitu:

a) Kustner

Meletakkan tangan dengan tekanan pada/di atas simfisis,

tali pusat diregangkan, bila plasenta masuk berarti belum


36

lepas, bila tali pusat diam dan maju (memanjang) berarti

plasenta sudah terlepas.

b) Klien

Sewaktu ada his kita dorong sedikit rahim, bila tali pusat

kembali berarti belum lepas, bila diam/turun berarti sudah

terlepas.

c) Strastman

Tegangkan tali pusat dan ketuk pada fundus, bila tali

pusat bergetar berarti belum lepas, bila tidak bergetar

berarti sudah terlepas.

d) Rahim menonjol di atas symfisis

e) Tali pusat bertambah panjang

f) Rahim bundar dan keras

g) Keluar darah secara tiba-tiba

Penatalaksanaan aktif kala III dilakukan dengan (1)

mengevaluasi kemajuan persalinan dan kondisi ibu,

memperhatikan tanda pelepasan plasenta, (2) pindahkan klem

pada tali pusat sekita 5-10 cm dari vulva, satu tangan ditempatkan

diabdomen ibu untuk merasakan tanpa melakukan masase. Bila

plasenta belum lepas tunggu hingga uterus berkontraksi, (3)

apabila uterus berkontraksi maka regangkan tali pusat kearah

bawah, lakukan tekanan dorsokranial hingga tali pusat makin

menjulur dan korpus uteri bergerak keatas menandakan plasenta


37

telah lepas dan dapat dilahirkan, (4) lahirkan plasenta dengan

mengangkat tali pusat keatas dan menopang plasenta dengan

tangan lainnya untuk meletakkan dalam wadah penampung, (5)

selaput ketuban mudah sobek, pegang plasenta dengan kedua

tangan dan secara lembut putar plasenta hingga selaput ketuban

terpilin menjadi satu. Lakukan penarikan dengan lembut dan

perlahan-lahan untuk melahirkan selaput ketuban.

b. Persalinan kala IV (kala pengawasan)

Setelah plasenta lahir segera lakukan rangsangan taktil (masase

uterus) yang bertujuan untuk merangsang uterus berkontraksi

dengan baik dan kuat.Lakukan evaluasi tinggi fundus uterus

dengan meletakkan jari tangan melintang dengan pusat sebagai

patokan. Umumnya, fundus uteri setinggi atau beberapa jari

dibawah pusat kemudian perkirakan kehilangan darah secara

keseluruhan. Periksa kemungkinan perdarahan dari robekan

perineum. Lakukan evaluasi keadaan umum ibu dan

dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama persalinan

kala IV (Wiknjosastro, 2014) .

Asuhan kala IV persalinan adalah 1) pemeriksaan fundus setiap

15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.

Jika kontraksi uterus tidak kuat, masase uterus sampai menjadi

keras, 2) periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih dan

perdarahan setiap 15 menit pada jam pertama dan 20 menit pada


38

jam kedua, 3) anjurkan ibu minum untuk mencegah dehidrasi, 4)

bersihkan perineum dan kenakan pakaian yang bersih dan kering,

5) biarkan ibu beristirahat karena telah bekerja keras melahirkan

bayinya, bantu ibu membuat posisi yang nyaman, 6) biarkan bayi

didekat ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi, 7)

setelah bayi telah dibersihkan setelah melahirkan, ini merupakan

saat yang tepat untuk diberikan asi, 8) pastikan ibu sudah buang

air kecil tiga jam pasca persalinan, 9) anjarkan ibu dan keluarga

mengenai bagaimana memeriksa fundus dan menimpulkan

kontraksi sera tanda bahaya bagi ibu dan bayi (Ahmad dan

Rohani, 2011)

8. Asuhan persalinan normal

Asuhan persalinan normal 60 langkah adalah sebagai berikut,

yaitu (Fitriahadi, 2017) :

Melihat Tanda dan Gejala Kala Dua

1) Mengamati tanda dan gejala kala dua yaitu : Ibu mempunyai

keinginan untuk meneran, Ibu merasa tekanan yang semakin

meningkat pada rectum dan/ vaginanya, Perineum menonjol,

Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.

Menyiapkan Pertolongan Persalinan

2) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap

digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan

menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.


39

3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastic yang bersih.

4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku,

mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang

mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali

pakai/pribadi yang bersih.

5) Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua

pemeriksaan dalam.

6) Menghisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan

memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan

meletakan kembali di partus set/wadah desinfeksi tingkat tinggi

atau steril tanpa mengontaminasi tabung suntik.

Memastikan Pembukaan Lengkap dengan Janin Baik

7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati

dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau kasa

yang sudah dibasahi air desinfeksi tingkat tinggi (DTT). Juka mulut

vagina, perineum, atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,

membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari

depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang

terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung

tangan jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangan

tersebut dengan benar di dalam larutan dekontaminasi).

8) Dengan menggunakan teknik aseptic, melakukan pemeriksaan

dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks suda


40

lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan

pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.

9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan

tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam

larutan clorin 0,5 % dan kemudian melepaskannya dalam keadaan

terbalik serta merendamnya di dalam larutan clorin 0,5 % selama

10 menit, lalu mencuci kedua tangan.

10) Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir

untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (100-180

kali/menit). Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.

Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan

semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada paertograf.

Menyiapkan Ibu dan Keluarga untuk Membantu Proses

Persalinan

11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin

baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai

dengan keinginannya. Menunggu hingga ibu mempunyai

keinginan untuk meneran. Melanjutkan pemantauan kesehatan

dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman

persalinan aktif dan pendokumentasikan temuan-temuan.

Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat

mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai

meneran.
41

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk

meneran. (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah

duduk dan pastikan ibu merasa nyaman).

13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan

yang kuat untuk meneran: Membimbing ibu untuk meneran saat

ibu mempunyai keinginan untuk meneran, Mendukung dan

memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran, Menganjurkan

ibu beristirahat di antara kontraksi, Menganjurkan keluarga untuk

mendukung dan memberi semangat pada ibu, Menganjurkan

asupan cairan per oral, Menilai DJJ setiap lima menit, Jika bayi

belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera setelah

60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera, Menganjurkan ibu

untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi yang aman.

Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk

mulai meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan

beristirahat di antara kontraksi, Jika bayi belum lahir atau

kelahiran bayi belum akan terjadi segera setelah 60 menit, ibu

belum memiliki keinginan untuk meneran, merujuk ibu dengan

segera.

Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi

14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,

letakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.


42

15) Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian di bawah bokong

ibu.

16) Membuka partus set.

17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

Menolong Kelahiran Bayi

Lahirnya kepala

18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,

lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapasi dengan kain

tadi , letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan

tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi,

membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Meganjurkan ibu

meneran perlahan-lahan atau bernapas cepat saat kepala lahir.

19) Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan

kain atau kassa yang bersih.

20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai

jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses

kelahiran bayi: Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar ,

lepaskan lewat bagian atas kepala bayi, Jika tali pusat melilit leher

dengan erat, mengklemnya di dua tempat dan memotongnya.

21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar

secara spontan
43

Lahirnya bahu

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua

tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk

meneran saat kontraksi berikutnya, dengan lembut menariknya ke

arah bawah dan ke arah luar hingga bahu anterior muncul di

bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah

atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.

23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala

bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum, membiarkan

bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut.

Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati

perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh

bayi saat dilahirkan menggunakan tangan anterior (bagian atas)

untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya

lahir.

24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di

atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangga

saat punggung dan kaki lahir. Memegang kedua mata kaki dengan

hati-hati membantu kelahiran kaki.

Penanganan Bayi baru Lahir

25) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan

bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih

rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan


44

bayi di tempat yang memungkinkan). Bila bayi asfiksia, lakukan

resusitasi.

26) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan

biarkan kontak kulit ibu-bayi. Lakukan penyuntikan oksitoksin (lihat

keterangan di bawah).

27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat

bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu

dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu).

28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari

gunting dan memotong tali pusat di anatara dua klem tersebut.

29) Menegeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan

menyelimuti bayi dengan dengan kain atau selimut yang bersih

dan kering, menutupi bagian kepala bayi membiarkan tali pusat

terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas. Jika bayi

mengalami kesulitan bernapas, ambil tindakan yang sesuai.

30) Membiarkan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk

memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu

menghendakinya.

Oksitosin

31) Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi

abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.

32) Memberitahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.


45

33) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan

oksitoksin 10 unit IM di gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu

bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.

Penegangan Tali Pusat Terkendali

34) Memindahkan klem pada tali pusat.

35) Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di

atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan

palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat

dan klem dengan tangan yang lain.

36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan

penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut.

Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah

uterus dengan cara menekan uterus kearah atas dan belakang

(dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah

terjaninya inversion uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40

detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga kontraksi

berikut mulai. Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau

seorang anggota keluarga untuk melakukan rangsangan putting

susu.

Mengeluarkan Plasenta

37) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil

menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas,

mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan


46

berlawanan arah pada uterus. Jika tali pusat bertambah panjang,

pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva. Jika

tali pusat tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat

selama 15 menit : Mengulangi pemberian oksitoksin 10 unit I.M ,

Menilai kandung kemih dan dilakukan katerisasi kandung kemih

dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu, Meminta keluarga

untuk menyiapkan rujukan, Mengulangi penegangan tali pusat

selama 15 menit berikutnya, Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir

dalam waktu 30 menit sejak kelahiran bayi

38) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran

plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang

plasenta dengan dua tangan dengan hati-hati memutar plasenta

hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan

melahirkan selaput ketuban tersebut. Jika selaput ketuban robek,

memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan

memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama.

Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forseps disinfeksi

tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian selaput yang

tertinggal.

Pemijatan Uterus

39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan

masase uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan


47

melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut

hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).

Menilai Perdarahan

40) Memeriksa kedua plasenta baik yang menempel ke ibu maupun

janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan

selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam

kantung plastik atau tempat khusus. Jika uterus tidak berkontraksi

setelah melakukan masase selam 15 detik mengambil tindakan

yang sesuai.

41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan

segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.

Melakukan Prosedur Pasca Persalinan

42) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan

baik.

43) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke

dalam larutan klorin 0,5%; membilas kedua tangan yang masih

bersarung tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan

mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.

44) Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril

atau mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati

sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.

45) Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang

berseberangan dengan simpul mati yang pertama.


48

46) Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan

klorin 0,5%.

47) Menyelimuti kembali bayi atau menutupi bagian kepalanya.

Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.

48) Menganjurkan ibu untuk melakukan pemberian ASI.

49) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan vagina

2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan, Setiap 15 menit

pada 1 jam pertama pascapersalinan, Setiap 20-30 menit pada

jam kedua pascapersalinan, Jika uterus tidak berkontraksi dengan

baik, laksanakan perawatan yang sesuai untuk menatalaksana

atonia uterus, Jika ditemukan laserasi yang memerlukan

penjahitan, lakukukan penjahitan dengan anestesia lokal dan

menggunakan teknik yang sesuai

50) Mengajarkan pada ibu / keluarga bagaimana melakukan masase

uterus dan memeriksa kontraksi uterus.

51) Mengevaluasi kehilangan darah.

52) Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih

setiap 15 menit selama satu jam pertama pascapersalinan dan

setiap 30 menit selama jam kedua pascapersalinan. Memeriksa

temperatur suhu tubuh sekali setiap jam selama dua jam pertama

pascapersalinan, Melakukan tindakan yang sesuai dengan

temuan yang tidak normal.


49

Kebersihan dan Keamanan

53) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk

dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas pakaian setelah

dekontaminasi.

54) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat

sampah yang sesuai.

55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air disenfeksi tingkat

tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah. Membantu

ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.

56) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.

Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan

makanan yang diinginkan.

57) Mendekontaminasi daerah yang digunakan dengan larutan klorin

0,5% dan membilas dengan air bersih.

58) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,

membalikkan bagian dalam ke luar untuk merendamnya dalam

larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir

Dokumentasi

60) Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang).

9. Partograf

Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama persalinan.

Tujuan utama penggunaan partograf adalah untuk (a) mencatat hasil


50

observasi dan kemajuan persalinan dan (b) mendeteksi apakah

proses persalinan berjalan normal (Prawirohardjo, 2014) .

a. Komponen yang harus diobservasi

Komponen yang harus diobservasi menggunakan partograf

meliputi (Nurjasmi, 2016) :

1) Denyut jantung janin setiap ½ jam

2) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap ½ jam

3) Nadi setiap ½ jam

4) Tempratur tubuh setiap 2 jam

5) Pembukaan serviks setiap 4 jam

6) Penurunan setiap 4 jam

7) Tekanan darah setiap 4 jam

8) Produksi urin, aseton dan protein setiap 2 sampai 4 jam

Lembar partograf halaman depan menyediakan lajur dan

kolom untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan selama fase aktif

persalinan, termasuk :(a) informasi tentang ibu, (b) kondisi janin,

(c) kemajuan persalinan, (d) jam dan waktu, (e) kontraksi uterus,

(f) obat-obatan dan cairan yang diberikan, (g) Kondisi ibu, (h)

Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya (dicatat dalam

kolom yang tersedia di sisi partograf atau di catatan kemajuan

persalinan).

Halaman belakang partograf diisi setelah kelahiran

berlangsung, semua proses, tindakan dan obat-obatan serta


51

observasi yang dilakukan dicatat dilembar ini. Data ini penting jika

tiba-tiba ibu mengalami penyulit diklinik atau setelah dirumah.

(Nurjasmi, 2016)

10. Rekomendasi khusus penanganan COVID-19 pada ibu bersalin

a. Rujukan terencana untuk ibu hamil berisiko.

b. Ibu tetap bersalin di fasilitas pelayanan kesehatan. Segera ke

fasilitas kesehatan jika sudah ada tanda-tanda persalinan.

c. Ibu dengan kasus COVID-19 akan ditatalaksana sesuai

tatalaksana persalinan yang dikeluarkan oleh PP POGI.

d. Pelayanan KB Pasca Persalinan tetap berjalan sesuai prosedur

yang telah ditetapkan sebelumnya. (Kementrian kesehatan RI,

2020b)

C. Nifas

1. Pengertian nifas (peurperium)

Masa nifas (puerperium) dimulai sejak 2 jam sejak lahirnya

plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Puerperium

yaitu dari kata puer yang artinya bayi dan parous melahirkan. Jadi,

puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi yaitu masa pulih

kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan

kembali seperti pra hamil. Sekitar 50% kematian ibu terjadi dalam 24

jam pertama post partum sehingga pelayanan pasca persalinan yang


52

berkualitas harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi

kebutuhan ibu dan bayi. (Rini dan Kumala, 2017)

Masa nifas atau peurperium adalah masa sesudah persalinan dan

kelahiran bayi, plasenta serta selaput yang diperlukan kembali untuk

memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan

waktu kurang lebih 6 minggu (Walyani, 2015)

2. Tahapan masa nifas

Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut

(Rini dan Kumala, 2017) :

a. Puerperium dini

Yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan

serta menjalankan aktivitas layaknya wanita normal lainnya (40

hari).

b. Puerperium Intermediate

Yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya

sekitar 6-8 minggu.

c. Remote puerperium

Yitu waktu yang dibutuhkan untuk pulih dan sehat sempurna

terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai

komplikasi.

3. Perubahan fisiologis masa nifas

Adapun perubahan-perubahan dalam masa nifas adalah sebagai

berikut (Rini dan Kumala, 2017) :


53

a. Perubahan Sistem Reproduksi

1) Uterus

Involusio atau pengerutan uterus merupakan suatu proses

dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat

sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta

lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus.

2) Serviks

Segera setelah post partum bentuk serviks agak menganga

seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang

dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks uteri tidak

berkontraksi, sehingga seolah-olah pada perbatasan antara

korpus dan serviks uteri terbentuk semacam cincin.Serviks

mengalami involusio bersama-sama uterus. Setelah persalinan,

ostium eksterna dapat dimasuki 2 hingga 3 jari tangan, setelah

6 minggu persalinan serviks menutup.

3) Vulva dan Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan

yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam

beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ

ini tetap kendur. Setelah 3 minggu akan kembali seperti saat

tidak hamil, rugae berangsur-angsur muncul dan labia menjadi

lebih menonjol.
54

4) Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena

sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak

maju. Pada post natal hari ke 5, perineum sudah mendapatkan

kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendor

dari pada keadaan sebelum melahirkan.

5) Rahim

Setelah melahirkan rahim akan mengecil seperti sebelum

hamil, rahim setelah melahirkan teraba keras setinggi 2 jari

dibawah pusat, 2 pekan setelah melahirkan rahim sudah tak

teraba, 6 pekan akan seperti semula. Akan tetapi biasanya

perut ibu masih terlihat membuncit dan muncul garis-garis putih

atau coklat berkelok.

b. Perubahan Sistem Pencernaan

Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan,

dikarenakan waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan

yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan

yang berlebihan pada waktu persalinan, kurang makan,

haemoroid, laserasi jalan lahir.Untuk mengatasi hal tersebut dapat

diberikan makanan mengandung serat dan pemberian cairan

cairan yang cukup.


55

c. Perubahan System Perkemihan

Pada masa kehamilan (kadar steroid tinggi) menyebabkan

peningkatan fungsi ginjal. Setelah persalinan kadar steroid

menurun sehingga fungsi ginjal akan kembali normal dalam waktu

satu bulan setelah melahirkan. Glikosaria ginjal selama kehamilan

menghilang.Laktosuria positif pada ibu menyusui merupakan hal

normal.Blood Urea Nitrogen (BUN) yang meningkat selama

postpartum merupakan akibat autolysis uterus yang berinvolusi.

d. Perubahan System Muskuloskeletal

Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah persalinan. Pembuluh

darah yang berada diantara anyaman otot-otot uterus akan

terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah

plasenta dilahirkan. Ligament, diafragma pelvis, serta fasia yang

meregang pada waktu persalinan berangsur-angsur menjadi kecil

dan pulih kembali sehingga sering uterus jatuh kebelakang dan

menjadi menjadi retrofleksi karena ligamentum rotondum menjadi

kendor. Stabilitas secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu

setelah persalinan.

e. Perubahan Tanda-Tanda Vital

Sesudah partus suhu tubuh dapat naik sekitar 0,5 ºC dari normal

dan tidak melebihi 8 ºC. sesudah dua jam pertama persalinan

umumnya suhu tubuh akan kembali normal. Denyut nadi

umumnya labil dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan


56

pernafasan akan sedikit meningkat setelah partus kemudian

kembali seperti semula. Pada beberapa kasus ditemukan keadaan

hipertensi postpartum namun akan menghilang dengan sendirinya

apabila tidak terjadi penyakit-penyakit lain yang menyertainya

dalam setengah bulan tanpa pengobatan

4. Perubahan psikologis masa nifas

Adaptasi psikologis postpartum oleh rubin dibagi dalam 3 (tiga)

periode yaitu sebagai berikut :

a. Perode Taking In

Periode ini berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan.Ibu pasif

terhadap lingkungan.Oleh karena itu, perlu menjaga komunikasi

yang baik. Ibu menjadi sangat tergantung pada orang lain.

Perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan perubahan

tubuhnya. Ibu mungkin akan bercerita tentang pengalamannya

ketika melahirkan secara berulang-ulang. Diperlukan lingkungan

yang kondusif agar ibu dapat tidur dengan tenang untuk

memulihkan keadaan tubuhnya seperti sediakala. Nafsu makan

bertambah sehingga dibutuhkan peningkatan nutrisi, kurangnya

nafu makan menandakan ketidaknormalan proses pemulihan..

b. Periode taking hold

Periode ini berlangsung 3-10 hari setelah persalinan. Pada fase ini

ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan merawat bayinya. Ibu

menjadi sangat sensitive, sehingga mudah tersinggung.Oleh


57

karena itu, ibu membutuhkan sekali dukungan dari orang-orang

terdekat. Saat ini merupakan saat yang baik bagi ibu untuk

menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya.

Dengan begitu ibu dapat menumbuhkan rasa percaya dirinya.

Pada periode ini ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi

tubuhnya, misalkan buang air kecil atau buang air besar, mulai

belajar untuk mengubah posisi seperti duduk atau jalan, serta

belajar tentang perawatan bagi diri dan bayinya.

c. Periode letting go

Periode ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan.Secara umum

fase ini terjadi ketika ibu kembali kerumah.Ibu menerima tanggung

jawab sebagai ibu dan mulai menyesuaikan diri dengan

ketergantungan bayinya.Keinginan untuk merawat bayi

meningkat.Ada kalanya, ibu mengalami perasaan sedih yang

berkaitan dengan bayinya. Keadaan ini disebut baby blues.

5. Kebutuhan dasar masa nifas

a. Nutrisi dan cairan

Kualitas dan jumlah makanan yang akan dikonsumsi akan sangat

memengaruhi produksi ASI. Selama menyusui, ibu dengan status

gizi baik rata-rata memproduksi ASI sekitar 800cc yang

mengandung 600 kkal, sedangkan ibu yang status gizinya kurang

biasanya akan sedikit menghasilkan ASI. Pemberian ASI


58

sangatlah penting, karena bayi akan tumbuh sempurna sebagai

manusia yang sehat dan pintar, sebab ASI mengandung DHA.

b. Ambulasi dini

Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin

membimbing pasien keluar dari tempat tidurnya dan

membimbingnya untuk berjalan. Ambulasi dini ini tidak

dibenarkan pada pasien dengan penyakit anemia, jantung, paru-

paru, demam, dan keadaan lain yang membutuhkan istirahat.

Keuntungannya yaitu: Penderita merasa lebih sehat dan lebih

kuat, Faal usus dan kandung kemih menjadi lebih baik,

Memungkinkan bidan untuk memberikan bimbingan kepada ibu

mengenai cara merawat bayinya, Lebih sesuai dengan keadaan

Indonesia.

Ambulasi dini dilakukan secara perlahan namun meningkat

secara berangsur-angsur, mulai dari jalan-jalan ringan dari jam ke

jam sampai hitungan hari hingga pasien dapat melakukannya

sendiri tanpa pendamping sehingga tujuan memandirikan pasien

dapat terpenuhi.

c. Eliminasi

Biasanya dalam 6 jam pertama post partum, pasien sudah dapat

buang air kecil. Semakin lama urine ditahan, maka dapat

mengakibatkan infeksi. Maka dari itu bidan harus dapat

meyakinkan ibu supaya segera buang air kecil, karena biasanya


59

ibu malas buang air kecil karena takut akan merasa sakit. Segera

buang air kecil setelah melahirkan dapat mengurangi

kemungkinan terjadinya komplikasi post partum. Dalam 24 jam

pertama, pasien juga sudah harus dapat buang air besar. Buang

air besar tidak akan memperparah luka jalan lahir, maka dari itu

buang air besar tidak boleh ditahan-tahan. Untuk memperlancar

buang air besar, anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan

tinggi serat dan minum air putih.

d. Kebersihan diri

Bidan harus bijaksana dalam memberikan motivasi ibu untuk

melakukan personal hygiene secara mandiri dan bantuan dari

keluarga. Ada beberapa langkah dalam perawatan diri ibu post

partum, antara lain:

1) Jaga kebersihan seluruh tubuh ibu untuk mencegah infeksi

dan alergi kulit pada bayi.

2) Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air, yaitu

dari daerah depan ke belakang, baru setelah itu anus.

3) Mengganti pembalut minimal 2 kali dalam sehari.

4) Mencuci tangan dengan sabun dan air setiap kali selesai

membersihkan daerah kemaluan.

5) Jika mempunyai luka episiotomi, hindari untuk menyentuh

daerah luka agar terhindar dari infeksi sekunder.


60

e. Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang cukup untuk

memulihkan kembali keadaan fisik. Kurang istirahat pada ibu post

partum akan mengakibatkan beberapa kerugian, misalnya:

Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, Memperlambat proses

involusi uterus memperbanyak perdarahan. Menyebabkan depresi

dan ketidaknyamanan untuk merawat bayi dan diri sendiri. Bidan

harus menyampaikan kepada pasien dan keluarga agar ibu

kembali melakukan kegiatan-kegiatan rumah tangga secara

perlahan dan bertahap. Namun harus tetap melakukan istirahat

minimal 8 jam sehari siang dan malam.

f. Seksual

Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual begitu

darah merah berhenti dan ibu dapat memasukan satu atau dua

jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Tetapi banyak budaya

dan agama yang melarang sampai masa waktu tertentu misalnya

40 hari atau 6 minggu setelah melahirkan. Namun keputusan itu

tergantung pada pasangan yang bersangkutan.

g. Agar pemulihan organ-organ ibu cepat dan maksimal, hendaknya

ibu melakukan senam nifas sejak awal (ibu yang menjalani

persalinan normal). (Khasanah & Sulistyawati, 2017)

6. Tanda bahaya masa nifas

Sebagian besar kehamilan berakhir dengan persalinan dan masa

nifas yang normal. Akan tetapi, 15-20 % diperkirakan akan


61

mengalami gangguan atau komplikasi. Gangguan tersebut dapat

terjadi secara mendadak dan biasanya tidak dapat diperkirakan

sebelumnya. Karena itu, tiap tenaga kesehatan, ibu hamil, keluarga

dan masyarakat perlu mengetahui dan mengenali tanda bahaya.

Tanda bahaya pada ibu di masa nifas antara lain :

a. Perdarahan Pasca Persalinan

Perdarahan yang banyak, segera atau dalam 1 jam setelah

melahirkan, sangat berbahaya dan merupakan penyebab

kematian ibu paling sering. Keadaan ini dapat menyebabkan

kematian dalam waktu kurang dari 2 jam. Ibu perlu segera

ditolong untuk penyelamatan jiwanya. Perdarahan pada masa

nifas (dalam 42 hari setelah melahirkan) yang berlangsung terus

menerus disertai bau tak sedap dan demam, juga merupakan

tanda bahaya.

b. Keluar cairan berbau dari jalan lahir

Keluarnya cairan berbau dari jalan lahir menunjukkan adanya

infeksi. Hal ini bisa disebabkan karena metritis, abses pelvis,

infeksi luka perineum atau karena luka abdominal.

c. Bengkak di wajah, tangan dan kaki, atau sakit kepala dan kejang-

kejang. Bengkak pada wajah, tangan dan kaki bila disertai

tekanan darah tinggi dan sakit kepala (pusing).


62

d. Demam lebih dari 2 hari

Demam lebih dari 2 hari pada ibu nifas bisa disebabkan oleh

infeksi. Apabila demam disertai keluarnya cairan berbau dari jalan

lahir, kemungkinan ibu mengalami infeksi jalan lahir. Akan tetapi

apabila demam tanpa disertai keluarnya cairan berbau dari jalan

lahir, perlu diperhatikan adanya penyakit infeksi lain seperti

demam berdarah, demam tifoid, malaria, dsb.

e. Payudara bengkak, merah disertai rasa sakit

Payudara bengkak, merah disertai rasa sakit bisa disebabkan

karena bendungan payudara, inflamasi atau infeksi payudara.

f. Gangguan psikologis pada masa pasca persalinan meliputi :

1) Perasaan sedih pasca persalinan (postpartum blues)

Depresi ringan dan berlangsung singkat pada masa nifas,

ditandai dengan: merasa sedih, merasa lelah, insomnia,

mudah tersinggung, sulit konsentrasi, gangguan hilang

dengan sendirinya dan membaik, setelah 2-3 hari kadang-

kadang sampai 10 hari

2) Depresi pasca persalinan (postpartum depression)

a) Gejala mungkin bisa timbul dalam 3 bulan pertama pasca

persalinan atau sampai bayi berusia setahun.

b) Gejala yang timbul tampak sama dengan gejala depresi :

sedih selama >2 minggu, kelelahan yang berlebihan dan

kehilangan minat terhadap kesenangan


63

3) Psikosis pasca persalinan (postpartum psychotic)

Ide / Pikiran bunuh diri, ancaman tindakan kekerasan

terhadap bayi baru lahir, dijumpai waham curiga/

persekutorik, dijumpai halusinasi/ ilusi (Rini & kumala, 2017) .

7. Tujuan asuhan masa nifas

Tujuan asuhan masa nifas antara lain sebagai berikut (Mansyur,

2014) :

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.

b. Melaksanakan skrining yang komperhensif, mendeteksi masalah,

mengobati/merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun

bayinya.

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan

dini, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi dan

perawatan bayi sehat.

d. Memberikan pelayanan Keluarga Berencana (KB)

Kunjungan masa nifas menurut Kemenkes RI (2019), sebagai

berikut:

Kunjungan I (6-48 jam setelah persalinan)

a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila

perdarahan berlanjut
64

c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga

bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

d. Pemberian ASI awal

e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir

f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi

g. Melakukan pencatatan pada buku KIA dan kartu ibu

Kunjungan II (3-7 hari setelah persalinan)

a. Memastikan involusi uteri berjalan normal yaituuterus

berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan

abnormal dan tidak ada bau.

b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan

abnormal.

c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan dan cairan serta

istirahat.

d. Pemberian ASI awal

e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.

g. Melakukan pencatatan dibuku KIA dan kartu ibu

Kunjungan III (8- 28 hari setelah persalinan) : Asuhan yang diberikan

sama seperti asuhan 6 hari setelah persalinan.

Kunjungan IV (29- 42 hari setelah persalinan)

a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia alami

atau bayinya
65

b. Memberikan konseling KB secara dini

c. Menganjurkan/mengajak ibu membawa bayi ke posyandu atau

puskesmas untuk penimbangan dan imunisasi.

8. Rekomendasi khusus penanganan COVID-19 pada ibu nifas

a. Ibu nifas dan keluarga harus memahami tanda bahaya di masa

nifas (lihat Buku KIA). Jika terdapat risiko/ tanda bahaya, maka

periksakan diri ke tenaga kesehatan.

b. Kunjungan nifas (KF) dilakukan sesuai jadwal kunjungan nifas

c. Pelaksanaan kunjungan nifas dapat dilakukan dengan metode

kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan atau pemantauan

menggunakan media online (disesuaikan dengan kondisi daerah

terdampak COVID-19), dengan melakukan upaya-upaya

pencegahan penularan COVID-19 baik dari petugas, ibu dan

keluarga.

d. Pelayanan KB tetap dilaksanakan sesuai jadwal dengan membuat

perjanjian dengan petugas. (Kementrian kesehatan RI, 2020b)

D. Bayi Baru Lahir

1. Pengertian Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan

37 sampai 42 minggu dengan berat lahir antara 2500-4000 gram.

(Wiknjosastro, 2014)

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan

37-42 minggu dengan berat lahir antara 2500-4000 gram, cukup bulan
66

lahir langsung menangis dan tidak ada kelainan konginetal (Depkes RI

dalam Marmi, 2015: 5).

2. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir

Ciri-ciri Bayi Baru Lahir yaitu (Marmi, 2012) :

a. Berat badan 2.500-4.000 gram.

b. Panjang badan 48-52 cm.

c. Lingkar dada 30-38 cm.

d. Lingkar kepala 33-35 cm.

e. Frekuensi jantung 120-160 x/menit.

f. Pernapasan ± 40-60 x/menit.

g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup.

h. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah

sempurna.

i. Kuku agak panjang dan lemas.

j. Genitalia: pada perempuan, labia mayora sudah menutupi labia

minora ; pada laki-laki, testis sudah turun, skrotum sudah ada.

k. Reflekx isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.

l. Moro reflekx atau gerak memeluk jika di kagetkan sudah baik.

m. Graps refleks atau menggenggam sudah baik.

n. Eiminasi baik, mekonium keluar dalam 24 jam pertama, mekonium

berwarna hitam kecokelatan.


67

3. Penilaian Bayi Baru Lahir (Neonatus)

Penilaian awal dilakukan pada setiap BBL untuk menentukan

apakah tindakan resusitasi harus segera dimulai. Segera setelah lahir

dilakukan penilaian pada semua bayi dengan melihat beberapa

kondisi antara lain

a. Apakah bayi lahir cukup bulan ?

b. Apakah air ketuban jernih dan tidak tercampur mekonium ?

c. Apakah bayi bernafas adekuat atau menangis ?

d. Apakah tonus otot baik ?

Bila jawaban dari semua pertanyaan diatas “Ya”, berarti bayi baik

dan tidak memerlukan tindakan resusitasi dan segera melakukan

Asuhan Bayi Normal. Bila salah satu atau lebih jawaban “Tidak” maka

bayi memerlukan tindakan resusitasi segera dimulai dengan langkah

awal resusitasi (Jamil & Hamidah, 2017)

4. Asuhan Bayi Baru Lahir

Manajemen asuhan segera pada BBL normal adalah asuhan yang

diberikan pada bayi pada jam pertama setelah kelahiran, dilanjutkan

sampai 24 jam setelah kelahiran. Asuhan yang diberikan kepada BBL

bertujuan untuk memberikan asuhan yang adekuat dan terstandar

pada BBL dengan memperhatikan riwayat bayi selama kehamilan,

dalam persalinan dan keadaan bayi segera setelah lahir. Hasil yang

diharapkan dari pemberian asuhan kebidanan pada BBL adalah

terlaksananya asuhan segera/rutin pada BBL termasuk melakukan


68

pengkajian, membuat diagnosis dan masalah potensial, tindakan

segera serta rencana asuhan (Walyani, 2015)

a. Penilaian Apgar Score

Table 2.3 Penilaian Apgar Score

Tanda 0 1 2

Appearance Biru, pucat Badan Semuanya

tungkai biru pucat,muda merah

Pulse Tidak teraba <100 >100

Grimace Tidak ada Lambat Menangis

kuat

Activity Lemas/lumpuh Gerakan Aktif/feksi

sedikit/fleksi tungkai

tungkai baik/reaksi

melawan

Respiratory Tidak ada Lambat, tidak Baik,

teratur menangis

kuat.

Sumber : (Jamil & Hamidah, 2017)

Hasil nilai APGAR skor dinilai setiap variabel dinilai dengan

angka 0,1 dan 2, nilai tertinggi adalah 10, selanjutnya dapat

ditentukan keadaan bayi sebagai berikut :

1) Nilai 7-10 menunjukan bahwa bayi dalam keadaan baik

(vigrous baby).
69

2) Nilai 4-6 menunjukkan bayi mengalami depresi sedang dan

membutuhkan tindakan resusitasi.

3) Nilai 0-3 menunjukkan bayi mengalami depresi serius dan

membutuhkan resusitasi segera sampai ventilasi.

b. Membersihkan jalan nafas

Bayi normal akan menangis spontan segera lahir. Apabila bayi

tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan

nafas dengan sebagai berikut:

1) Letakkan bayi pada posisi telentang di tempat yang keras dan

hangat.

2) Gulung sepotong kain dan letakkan dibawah bahu sehingga

leher bayi lebih lama dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala

diatur lurus sedikit tengadah ke belakang.

3) Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan

jari tangan yang di bungkus kassa steril.

4) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok

kulit bayi dengan kain kering dan kasar.

c. Memotong dan merawat tali pusat

Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak

begitu menentukan dan tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali

pada bayi kurang bulan.

d. Mempertahankan suhu tubuh


70

Pada waktu lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu

badannya dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk

membuatnya tetap hangat.Bayi baru lahir harus dibungkus hangat.

Suhu tubuh bayi merupakan tolak ukur kebutuhan akan tempat

tidur yang hangat sampai suhu tubuhnya sudah stabil. Suhu bayi

harus dicatat.

e. Memberi vitamin K

Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru

lahir dilaporkan cukup tinggi. Berkisar 0,25-0,5 %. Untuk

mencegah terjadinya perdarahan tersebut, semua bayi baru lahir

normal dan cukup bulan perlu di beri vitamin K per oral 1 mg/hari

selama tiga hari, sedangkan bayi berisiko tinggi di beri vitamin K

parenteral dengan dosis 0,5 mg/hari.

f. Memberi salep mata

Perawatan mata harus dikerjakan segera.Tindakan ini dapat

dilakukan setelah selesai melakukan perawatan tali pusat. Dan

harus dicatat di dalam status termasuk obat apa yang digunakan.

g. Identifikasi bayi

Apabila bayi dilahirkan di tempat bersalin yang persalinannya

kemungkinan lebih dari satu persalinan, maka sebuah alat

pengenal yang efektif harus diberikan kepada setiap bayi baru

lahir dan harus tetap di tempatnya sampai waktu bayi di

pulangkan.
71

h. Pemantauan bayi baru lahir

1) Dua jam pertama sesudah lahir

Hal-hal yang dinilai waktu pemantauan bayi pada jam pertama

sesudah lahir meliputi:

a) Kemampuan menghisap kuat atau lemah

b) Bayi tampak aktif atau lunglai

c) Bayi kemerahan atau biru

2) Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayinya.

Penolong persalinan melakukan pemeriksaan dan penilaian

terhadap ada tidaknya masalah kesehatan yang memerlukan

tindak lanjut.

3) Pemantauan Tanda-Tanda Vital

a) Suhu, suhu normal bayi baru lahir normal 36,50C - 37,50C.

b) Pernapasan, pernapasan bayi baru lahir normal 30-60 kali

per menit.

c) Denyut Jantung, denyut jantung bayi baru lahir normal

antara 100-160 kali per menit.

5. Kunjungan neonatus

a. Kunjungan pertama dilakukan 6-48 jam setelah lahir, dilakukan

pemeriksaan pernapasan, warna kulit dan gerakan aktif atau tidak,

ditimbang, ukur panjang badan, lingkar lengan, lingkar

dada,pemberian salep mata, vitamin K1, hepatitis B, perawatan

tali pusat, pencegahan kehilangan panas bayi. Bayi dimandikan 6


72

jam setelah bayi lahir. Hal ini sesuai dengan teori kepustakaan

untuk tidak memandikan bayi minimal 6 jam setelah lahir untuk

mencegah hipotermi Muslihatun (2012). Kunjungan pertama

neonatus (KN 1) dilakukan pada saat bayi berumur 8 jam, pada

kunjungan ini dilakukan pemeriksaan fisik, bayi sudah dimandikan

dan Vit.K sudahdiberikan danmelakukan perawatan tali pusat.

b. Kunjungan kedua dilakukan hari ke 3 sampai hari ke 7 hari setelah

lahir, dilakukan pemeriksaan fisik, penampilan dan perilaku bayi,

nutrisi, eliminasi, personal hygiene, pola istirahat, keamanan,

tanda-tanda bahaya yangterjadi.

c. Kunjungan ketiga dilakukan hari ke 8 sampai dengan hari ke 28

lahir, dilakukan pemeriksaan pertumbuhan dengan berat badan,

tinggi badan dan nutrisinya. (Kemenkes, 2019)

6. Rekomendasi khusus penanganan COVID-19 pada bayi baru lahir

a. Bayi baru lahir tetap mendapatkan pelayanan neonatal esensial

saat lahir (0 – 6 jam) seperti pemotongan dan perawatan tali

pusat, inisiasi menyusu dini, injeksi vitamin K1, pemberian

salep/tetes mata antibiotik dan pemberian imunisasi hepatitis B.

b. Setelah 24 jam, sebelum ibu dan bayi pulang dari fasilitas

kesehatan, pengambilan sampel skrining hipotiroid kongenital

(SHK) dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan.

c. Pelayanan neonatal esensial setelah lahir atau Kunjungan

Neonatal (KN) tetap dilakukan sesuai jadwal dengan kunjungan


73

rumah oleh tenaga kesehatan dengan melakukan upaya

pencegahan penularan COVID-19 baik dari petugas ataupun ibu

dan keluarga.

d. Ibu diberikan KIE terhadap perawatan bayi baru lahir termasuk

ASI ekslusif dan tanda – tanda bahaya pada bayi baru lahir

(sesuai yang tercantum pada buku KIA). Apabila ditemukan tanda

bahaya pada bayi baru lahir, segera bawa ke fasilitas pelayanan

kesehatan. Khusus untuk bayi dengan berat badan lahir rendah

(BBLR), apabila ditemukan tanda bahaya atau permasalahan

segera dibawa ke Rumah Sakit. (Kementrian kesehatan RI,

2020b)

E. Manajemen Asuhan Kebidanan 7 Langkah Varney

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang

digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan

berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam

rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang

berfokus pada klien (Varney, 2007). Tujuh langkah dalam manajemen

kebidanan menurut Varney adalah sebagai berikut :

1. Langkah I : Pengumpulan/Pengkajian Data Dasar

Kegiatan yang dilakukan adalah pengkajian dengan mengumpulkan

semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi klien secara

lengkap. Data yang dikumpilkan antara lain:

a. Keluhan klien
74

b. Riwayat kesehatan klien

c. Pemeriksaan fisik secara lengkap sesuai dengan kebutuhan

d. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelummnya

e. Meninjau data laboratorium

Pada langkah ini, dikumpulkan semua informasi yang akurat dari

semua sumber yang akurat dari semua sumber yang berkaitan

dengan kondisi klien

2. Langkah II : Interpretasi Data Dasar

Kegiatan yang dilakukan adalah menginterpretasikan semua data

dasar yang telah dikumpulkan sehingga menemukan diagnosis atau

masalah.Diagnosis dirumuskan adalah diagnosis dalam ruang lingkup

praktik kebidanan yang tergolong pada nomenklatur standar

diagnosis, sedangkan perihal yang berkaitan dengan pengalaman

klien ditemukan dari hasil pengkajian.

3. Langkah III : Identifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial

Mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan

rangkaian diagnosis dan masalah yang sudah teridentifikasi.

Berdasarkan temuan tersebut, bidan dapat melakukan antisipasi agar

diagnosis/masalah tersebut tidak terjadi. Selain itu, bidan harus

bersiap-siap apabila diagnosis/masalah tersebut benar-benar terjadi.

Contoh diagnosis/masalah potensial

a. Potensial perdarahan post-partum, apabila ibu hamil kembar,

polihidramnion, hamil besar akibat menderita diabetes.


75

b. Kemungkinan Distosia Bahu, apabila data yang ditemukan adalah

kehamilan besar.

4. Langkah IV : Identifikasi Perlunya Tindakan segera/Kolaborasi

Bidan melakukan identifikasi perlunya tindakan segera oleh dokter

atau bidan untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan

anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi klien. Ada

kemungkinan, data yang kita peroleh memerlukan tindakan yang

harus segera dilakukan oleh bidan, sementara kondisi yang lain masih

bisa menunggu beberapa waktu lagi. Contohnya pada kasus-kasus

kegawatdaruratan kebidanan, seperti perdarahan yang memerlukan

tindakan KBI dan KBE.

5. Langkah V : Rencana Asuhan Kebidanan

Merencanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan

berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Rencana asuhan yang

menyeluruh tidak hanya meliputi hal yang sudah teridentifikasi dari

kondisi klien atau setiap masalah yang berkaitan, tetapi dilihat juga

dari apa yang akan diperkirakan terjadi selanjutnya apakah

dibutuhkan konseling dan apakah perlu merujuk klien. Setiap asuhan

yang direncanakan harus disetujui oleh kedua bela pihak, yaitu bidan

dan pasien.

6. Langkah VI : Implementasi

Kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan rencana asuhan yang

telah dibuat pada langkah ke-5 secara aman dan efisien.Kegiatan ini
76

bisa dilakukan oleh bidan atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika

bidan tidak melakukan sendiri, bidan tetap memikul tanggung jawab

untuk mengarahkan pelaksanaannya. Dalam situasi ini, bidan harus

berkolaborasi dengan tim kesehatan lain atau dokter. Dengan

demikian, bidan harus bertanggung jawab atas terlaksananya

rencana asuhan yang menyeluruh yang telah dibuat bersama

tersebut.

7. Langkah VII : Evaluasi

Melakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan

meliputi pemenuhan kebutuhan apakah telah terpenuhi sesuai dengan

yang telah diidentifikasi dalam masalah dan diagnose. Rencana

tersebut dapat dianggap efektif jika benar efektif dalam

pelaksanaannya.Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut

telah efektif sedangkan sebagian belum efektif.

F. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan ( SOAP)

Metode SOAP merupakan metode yang bersifat sederhana, jelas,

logis dan singkat. Prinsip dari metode SOAP ini merupakan proses

pemikiran penatalaksanaan manajemen kebidanan.

1. Data Subyektif (S)

Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Halen

Varney langkah pertama (pengkajian data), terutama data yang


77

diperoleh melalui anamnesa. Data subyektif ini nantinya akan

menguatkan diagnosa yang akan disusun.

2. Data Objektif (O)

Merupakan pendokumentasian Manajemen kebidanan menurut Halen

Varney pertama (pengkajian data), terutama yang diperoleh melalui

hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan

laboratorium/pemeriksaan diagnostik lain.

3. Assesment (A)

Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Halen

Varney langkah kedua, ketiga dan keempat sehingga mencakup hal-

hal berikut ini: diagnosis/masalah kebidanan, diagnosis/masalah

potensial serta perlunya mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera

untuk antisipasi diagnosis/masalah potensial dan kebutuhan tindakan

segera harus diidentifikasi menurut kewenangan bidan meliputi:

tindakan mandiri, tindakan kaloborasi dan tindakan merujuk klien.

4. Planning (P)

Planning/ perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan

yang akan datang.


BAB III

METODE PENULISAN LAPORAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif,

dengan pendekatan studi kasus. Penelitian yang dilakukan memaparkan

asuhan kebidanan komperhensif yang dimulai sejak kehamilan,

persalinan, nifas dan bayi baru

lahir dengan menerapkan manajemen asuhan kebidanan 7 langkah

varney pada setiap asuhan.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Studi kasus di lakukan di BPM Darma Bakti Wilayah Kerja

Puskesmas Ranomeeto , kunjungan ANC I dilakukan pada tanggal 15

Februari 2021, kunjungan ANC II dilakukan pada tanggal 02 Maret 2021.

Kunjungan INC dilakukan pada tanggal 23 Maret 2021. Kunjungan PNC

dan Neonatus I dilakukan pada tanggal 24 Maret 2021, dan kunjungan

PNC dan Neonatus II dilakukan pada tanggal 29 Maret 2021.

C. Subjek Penelitian

Subyek penelitian adalah sebagai informan, yang artinya orang pada

latar penelitian yang memberikan informasi tentang kondisi dan situasi

78
79

latar penelitian (Moleong, 2011). Pada penyusunan studi kasus ini

mengambil subjeknya dilakukan pada Ny.“D” dan bayi Ny “D”

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan berupa format pengkajian ibu

hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru lahir yang telah di sediakan

oleh institusi Poltekes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan. Instrumen

lain adalah buku KIA, buku catatan register yang ada di BPM Darma

Bakti, dan partograf.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah pencatatan peristiwa-peristiwa atau hal-

hal atau keterangan atau karakteristik sebagian atau seluruh elemen

populasi yang akan menunjang atau mendukung penelitian.

Dalam penyusunan studi ini digunakan berbagai pengumpulan

data antara lain :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang langsung memberikan data kepada

pengumpul data (Sugiyono, 2015). Data primer terdiri dari :

a. Wawancara (Anamneses)

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara

sipenanya atau pewawancara dengan sipenjawab atau responden


79

dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide atau

panduan wawancara

Dalam kasus ini wawancara dilakukan dengan lembaran format

anamnesa. Wawancara dilakukan kepada Ny.D (istri) dan kepada

Tn. M (suami) wawancara dilakukan kepada Ny. D dan bidan yang

menangani kasus kehamilan, bersalin, nifas dan bayi baru lahir di

BPM Darma Bakti. Wawancara yang dilakukan meliputi biodata

klien secara lengkap, keluhan utama masuk rumah sakit, riwayat

kesehatan sekarang dan yang lalu, Riwayat kesehatan keluarga,

riwayat menstruasi, riwayat persalinan, hubungan sosial, dan data

kebiasaan sehari-hari.

a. Observasi

Observasi merupakan kegiatan pemuatan penelitian terhadap

suatu objek (Sugiyono, 2015). Pada studi kasus ini, observasi

dilakukan dengan pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV),

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang bersumber yang secara tidak

langsung memberikan data kepada pengumpul data misalnya lewat

orang lain atau dokumen (Sugiyono, 2015). Pada studi kasus ini, yang

berupa data sekunder yaitu data ibu sesuai data yang tercatat dalam

buku kesehatan ibu dan anak (KIA). Register kehamilan/persalinan,

rekam medik.
80

D. Trianggulasi Data

Dalam keabsahan data, maka dalam penelitian dilakukan teknik

pemeriksaan keabsahan data terlebih dahulu, keabsahan data pada

Penelitian kualitatif dapat diperoleh melalui trianggulasi data (Moleong,

2011). Trianggulasi menurut Sugiyono (2015) di artikan sebagai teknik

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik

pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Apabila peneliti

melakukan pengumpulan data dengan trianggulasi, maka sebenarnya

peneliti mengumpulkan data sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu

mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan

berbagai sumber data.

Adapun trianggulasi data yang digunakan pada penelitian ini

adalah

1. Trianggulasi sumber, mengecek keabsahan data yang di dapatkan

dari Ny D di sesuaikan dengan pencatatan/register, buku KIA dan

informasi bidan yang berada di BPM Darma Bakti

2. Trianggulasi pengamat, mengecek keabsahan data yang di

dapatkan dari Ny D di laporkan kembali kepada bidan pendamping

di BPM Darma Bakti sehingga informasi jelas dan terpercaya.


BAB IV

TINJAUAN KASUS

A. Gambaran Lokasi Penelitian

Lokasi studi kasus dilakukan di BPM Darma Bakti Jalan Maleo,

Kelurahan Ranomeeto, Kecamatan Ranomeeto, Kabupaten Konawe

Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara dengan batas-batas wilayah sebagai

berikut :

a. Sebelah timur : Rumah warga

b. Sebelah selatan : Sekolah dasar

c. Sebelah barat : Usaha penjahit

d. Sebelah utara : Rumah warga

Fasilitas yang tersedia di BPM Darma Bakti antara lain yaitu ; 2

ruang nifas dengan jumlah 3 ranjang, 1 ruang pemeriksaan ibu hamil, 1

ruang bersalin / VK (Verlos Kamer) dan 1 ruang tunggu. Jumlah SDM ada

4 orang bidan.

81
82

B. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan

Kunjungan ANC Pertama

No. Reg : 732

Tanggal Masuk : 15 Februari 2021 (09:55 Wita)

Tanggal Pengkajian : 15 Februari 2021 (10:00 Wita)

Nama Pengkaji : Dian Pita Sari

Tempat : BPM Darma Bakti

Langkah I. Identifikasi Data Dasar

Data Subjektif

1. Identitas Istri / Suami

Nama : Ny “D” / Tn. “M”

Umur : 24 Tahun / 32 Tahun

Agama : Islam / Islam

Suku/Bangsa :Tolaki / Tolaki

Pendidikan : SMP / SMA

Pekerjaan : IRT / Wiraswasta

Alamat : Desa Laikaaha

Lama menikah : ± 1 tahun

2. Alasan Kunjungan : Ibu datang untuk memeriksakan kehamilannya.

3. Keluhan Utama : Ibu mengatakan sering merasakan sesak sejak

usia kehamilan 8 bulan


83

4. Riwayat Menstruasi

a. Menarche : 14 Tahun

b. Siklus : 28-30 hari, teratur tiap bulan

c. Lamanya : 4-5 hari

d. Banyaknya : ± 3x ganti pembalut/hari

e. Keluhan : Tidak ada

5. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu

Tabel 4.1 Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas

Hami Usia Penyulit Bayi Nifas


Tanggal
l KehamilaPenolongkehamilan &
Partus JK BB PB ASI Penyulit
Ke n persalinan

Tidak
1 2013 Aterm Bidan Tidak ada P 3400 48 +
ada

6. Riwayat Kehamilan Sekarang

a. kehamilan yang kedua, pernah melahirkan satu kali dan tidak

pernah keguguran

b. Hari Pertama Haid Terakhir adalah 3 Juni 2020

c. Berat badan sebelum hamil adalah 50 kg

d. Kunjungan ANC rutin tiap bulan di puskesmas dan posyandu

e. Ibu mengatakan sudah mendapatkan imunisasi TT1 pada umur

kehamilan 16 minggu dan TT2 pada umur kehamilan 20 minggu.


84

f. Ibu mengatakan merasakan gerakan janinnya sejak umur

kehamilan 20 minggu sering pada bagian perut bawah ibu, namun

sekarang lebih kuat dan sering pada sisi kiri perut ibu.

g. Ibu mengatakan tidak pernah mengonsumsi obat-obatan atau jamu

selain yang diberikan oleh bidan yaitu Tablet Fe,vitamin B.Com,

kalsium Lactat.

h. Ibu mengatakan tidak pernah merasakan nyeri perut yang hebat

selama hamil.

i. Ibu mengatakan rutin mengonsumsi obat yang diberikan bidan yaitu

obat penambah darah, kalsium dan vitamin B.

7. Riwayat Penyakit yang Pernah diderita Sekarang dan yang Lalu

Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit keturunan seperti,

asma, diabetes melitus dan hipertensi.Tidak ada riwayat penyakit

menular seperti TBC, PMS, HIV/AIDS dan hepatitis.

8. Riwayat Penyakit Keluarga

Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit keturunan seperti asma,

diabetes melitus dan hipertensi.Tidak ada riwayat penyakit menular

seperti TBC, PMS, HIV/AIDS dan hepatitis.

9. Riwayat KB

a. Ibu mengatakan pernah menjadi akseptor KB suntik 3 bulan selama

± 2 tahun setelah kelahiran anak yang pertama sejak tahun 2013

sampai 2015.

b. Alasan berhenti KB karena ingin hamil


85

10. Riwayat Sosial Ekonomi dan Psikologi

a. Status pernikahan : nikah Sah

b. Lama nikah : ± 1 tahun

c. Kehamilan direncanakan dan diterima

d. Perasaan ibu dan keluarga terhadap kehamilan sangat senang

11. Pola Nutrisi

a. Sebelum hamil

1) Frekuensi makan : 2-3x sehari

2) Frekuensi minum : 4-5 gelas sehari

3) Pantang makan : Tidak ada

b. Selama hamil

Frekuensi makan ibu bertambah lebih dari 3x sehari dan

frekuensi minum ibu lebih dari 5 gelas sehari.

12. Pola Eliminasi

a. Buang Air Kecil (BAK)

1) Sebelum hamil

a) Frekuensi : 3-5x sehari

b) Bau/Warna : Khas amoniak/kuning

c) Masalah : Tidak ada

2) Selama hamil

Frekuensi BAK ibu bertambah lebih dari 5x sehari.


86

b. Buang Air Besar (BAB)

1) Sebelum hamil

a) Frekuensi : ± 1x sehari

b) Warna/Konsistensi : Kekuningan/lunak

c) Masalah : Tidak ada

2) Selama hamil

Tidak ada perubahan pada pola BAB.

13. Pola Istirahat/Tidur

a. Sebelum hamil

1) Tidur siang : 1-2 jam sehari (jam 13.00-14.00 Wita)

2) Tidur malam : 6-8 jam sehari (jam 21.00-05.00 Wita)

3) Keluhan : Tidak ada

b. Selama hamil

Tidak ada perubahan pada pola istirahat/ tidur.

14. Personal Hygiene

a. Sebelum hamil

1) Mandi 2x sehari menggunakan sabun mandi

2) Keramas 3-4x seminggu menggunakan shampo dan

conditioner

3) Sikat gigi 3x sehari menggunakan pasta gigi

4) Pakaian dan pakaian dalam diganti setiap kali mandi atau jika

kotor
87

b. Selama hamil

Tidak ada perubahan pada pola personal hygiene.

15. Aktivitas dan kebiasaan hidup

a. Pekerjaan sehari-hari : Memasak, membersihkan rumah,

mencuci pakaian, mencuci piring, dll.

b. Hubungan seksual : 2x seminggu

c. Ibu mengatakan tidak merokok, tidak mengonsumsi minuman

keras atau dan tidak minum jamu.

d. Ibu mengatakan tidak pernah mengonsumsi obat-obatan terlarang

seperti narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya.

Data Objektif

1. Tafsiran persalinan : 10 Maret 2021

2. Keadaan umum ibu : Baik

3. Kesadaran : Composmentis

4. Berat badan : 73 kg

5. Tinggi Badan : 155 cm

6. LILA : 26 cm

7. Tanda-tanda vital

a. Tekanan darah : 110/70 mmHg

b. Nadi : 80 x/menit

c. Suhu : 36,5ºC

d. Pernapasan : 20 x/menit
88

8. Kepala

Rambut tampak ikal, hitam, bersih, dan tidak ada ketombe, tidak ada

benjolan dan tidak ada nyeri tekan.

9. Wajah

Simetris kiri dan kanan, tidak ada cloasma gravidarum, tidak ada

oedema.

10. Mata

Simetris kiri dan kanan, konjungtiva merah muda, sklera berwarna

putih.

11. Hidung

Lubang hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada pengeluaran sekret

dan tidak ada polip.

12. Mulut

Mukosa bibir tampak lembab, tidak ada sariawan, tidak ada caries,

tidak ada gigi yang tanggal.

13. Telinga

Simetris kiri dan kanan, daun telinga terbentuk sempurna dan tidak

ada pengeluaran sekret.

14. Leher

Tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar

tiroid dan kelenjar limfe


89

15. Payudara

Simetris kiri dan kanan, areola mammae berwarna coklat kehitaman,

puting susu menonjol, belum ada pengeluaran kolostrum, tidak ada

benjolan.

16. Abdomen

Tampak linea nigra, tampak striae albicans, dan tidak ada luka bekas

operasi.

a. Leopold I : Tinggi fundus uteri pada pertengahan prosexus

xiphoideus dengan pusat (30 cm). Pada fundus

teraba lunak, tidak bulat dan tidak melenting

(bokong).

b. Leopold II : Pada bagian kanan perut ibu teraba keras, datar

seperti papan (punggung) dan pada bagian kiri

perut ibu teraba bagian-bagian kecil janin

(Ekstremitas)

c. Leopold III : Pada pinggir atas simfisis teraba keras, bulat dan

melenting (presentasi kepala).

d. Leopold IV : Kedua tangan masih bertemu menandakan

bagian terendah janin belum masuk pintu atas

panggul (Konvergen) (5/5)

e. Tonus otot perut tidak tegang

f. Tidak ada nyeri tekan


90

Auskultasi : DJJ positif, frekuensi 140 x/menit, irama teratur,

kekuatan terdengar jelas dan kuat. Puctum

maksimum terdengar pada kuadran kanan bawah

perut ibu

17. Genitalia luar dan anus

Tidak dilakukan pemeriksaan

18. Ekstremitas

a. Ekstremitas atas

Simetris kiri dan kanan, warna kuku merah muda, tidak ada

oedema.

b. Ekstremitas bawah

Simetris kiri dan kanan, tidak ada varises, warna kuku merah

muda, tidak ada oedema. Refleks patella kiri dan kanan positif

19. Pemeriksaan Penunjang

Hemoglobin : 12,5 gr/dl

Protein urine : Negatif

Glukosa urine : Negatif

Langkah II. Identifikasi Diagnosa Masalah Aktual

G2P1A0 umur kehamilan 35 minggu 5 hari, intrauterin, janin tunggal, janin

hidup, punggung kanan, presentasi kepala, kepala belum masuk PAP,

keadaan ibu baik, keadaan janin baik, dengan masalah sering sesak.
91

1. G2P1A0

DS : Ibu mengatakan ini kehamilan yang keduanya, sudah pernah

melahirkan satu kali dan tidak pernah keguguran.

DO:

a. Tonus otot perut ibu tampak kendor

b. Tampak adanya linea nigra

c. Tampak striae albicans

Analisis dan Interpretasi Data :

a. Perbedaan pada primigravida dan multigravida yaitu pada

primigravida otot perut tampak tegang sedangkan pada multipara

tonus otot perut ibu tampak kendor (Manuaba, 2014)

b. Pada multipara akan terjadi perubahan warna pada dinding kulit

perut menjadi kemerahan dan kusam, selain itu terdapat garis

berwarna perak yang merupakan sikratik dari striae sebelumnya

(striae albicans) dan terdapat garis vertikal antara pusar dan tepi

atas simpisis pubis (linea nigra). Perubahan ini terjadi dikarenakan

adanya peningkatan kadarmelanocyte stimulating hormone pada

masa kehamilan yang penyebab pastinya belum diketahui

(Prawirohardjo, 2016)

2. Umur kehamilan 35 minggu 5 hari

DS : Ibu mengatakan hari pertama haid terakhir 3 Juni 2020.

DO :

a. Tanggal kunjungan 15 Februari 2021


92

b. Tinggi fundus uteri pertengahan prosesus xifoideus dengan

pusat

Analisis dan Interpretasi :

a. Untuk mengetahui usia kehamilan salah satunya dengan

perkiraan usia kehamilan dengan mempergunakan Tinggi

Fundus uteri, pada Leopold I didapatkan Tinggi fundus uteri

pertengahan prosesus xifoideus dengan pusat menunjukkan

usia kehamilan sekitar 35 minggu 5 hari (Manuaba, 2014).

b. Dari HPHT tanggal 3 Juni 2020 sampai dengan tanggal

kunjungan 15 Februari 2021

HPHT : 3 Juni 2020

Kunjungan : 15 Februari 2021

Perhitungan :

Juni :3 minggu 6 hari

Juli :4 minggu 3 hari

Agustus :4 minggu 3 hari

September :4 minggu 2 hari

Oktober :4 minggu 3 hari

November :4 minggu 2 hari

Desember :4 minggu 3 hari

Januari :4 minggu 3 hari

Februari :1 minggu 1 hari

Usia Kehamilan :35 minggu 5 hari


93

Berdasarkan Rumus Neagle yang dihitung dari HPHT sampai

dengan hari pemeriksaan, kemudian dijumlah dan dijadikan

dalam hitungan minggu. Maka, masa gestasi atau umur

kehamilan ibu adalah 35 minggu 5 hari (Mochtar, 2015)

3. Intrauterin

DS:

a. Ibu mengatakan merasakan gerakan janin sejak umur

kehamilan 20 minggu sering pada bagian perut bawah ibu,

namun sekarang lebih kuat dan sering pada sisi kiri perut ibu.

b. Ibu mengatakan tidak pernah merasakan nyeri yang hebat

selama hamil.

DO:

a. Pembesaran perut ibu sesuai umur kehamilan.

b. Tidak ada nyeri tekan pada daerah abdomen bagian bawah

saat palpasi.

Analisis dan Interpretasi :

Tanda kehamilan intrauterin dapat dipastikan dengan perkembangan

rahim sesuai dengan usia kehamilan, janin teraba intrauterin, adanya

gerakan janin, pada saat palpasi terjadi kontraksi Braxton Hicks dan

ibu tidak merasakan nyeri tekan (Manuaba, 2014)

4. Janin tunggal

DS : Ibu mengatakan janinnya bergerak kuat pada perut sebelah

kanan.
94

DO :

a. Palpasi leopold I Tinggi fundus uteri pertengahan prosesus xifoideus-

pusat (30 cm), teraba lunak, tidak bulat dan tidak melenting

(bokong).

b. Palpasi leopold III teraba keras, bulat dan melenting (Presentasi

kepala)

c. DJJ terdengar jelas hanya pada satu sisi perut ibu yaitu disisi kanan

pada kuadran bawah dengan frekuensi 140x/menit.

Analisis dan Interpretasi :

a. Pada palpasi Leopold I teraba satu bagian besar janin yaitu bokong,

palpasi Leopold III teraba satu bagian janin yaitu kepala, dan DJJ

hanya terdengar jelas pada satu tempat menunjukkan bahwa janin

tunggal (Prawirohardjo, 2016)

b. Auskultasi DJJ pada hamil tunggal akan terdengar pada satu sisi,

sedangkan pada kehamilan ganda terdengar DJJ pada dua sisi

dengan perbedaan kurang lebih 10 denyutan (Prawirohardjo, 2016)

5. Janin hidup

DS : Ibu mengatakan janinnya bergerak sejak umur kehamilan 20

minggu sampai sekarang.

DO : DJJ terdengar jelas, kuat dan teratur dengan frekuensi 140x/

menit.
95

Analisis dan Interpretasi :

a. Secara normal ibu mulai merasakan gerakan janin pada bulan kelima

atau keenam kehamilan, jika bayi tidur gerakan melemah, gerakan

bayi sangat terasa apabila ibu sedang istirahat, makan, minum dan

berbaring. Biasanya bayi bergerak paling sedikit 3x dalam periode 3

jam

b. Adanya gerakan janin dan DJJ merupakan tanda bahwa janin hidup

(Prawirohardjo, 2016)

6. Punggung kanan

DS : Ibu mengatakan sering merasakan pergerakan janinnya disisi

kiri

DO : Pada leopold II di sisi kanan perut ibu teraba keras, datar

seperti papan yaitu punggung dan pada bagian kiri perut ibu

teraba bagian-bagian kecil janin (kaki dan tangan).

Analisis dan Interpretasi :

a. Pada pemeriksaan Leopold II bagian perut ibu yang teraba keras,

datar seperti papan menunjukkan letak punggung janin dan pada

bagian perut ibu yang teraba bagian-bagian kecil janin

menunjukkan letak ekstremitas (Manuaba, 2014)

b. Letak punggung dapat dinilai dari hasil leopold II dan anamnese ibu

daerah perut yang sering bergerak (Varney, 2007)

7. Presentasi kepala

DS : Tidak ada data yang mendukung


96

DO :

a. Leopold I pada fundus teraba lunak, tidak bulat dan tidak melenting

yaitu bokong.

b. Leopold III, teraba keras, bulat dan melenting yaitu kepala.

Analisis dan Interpretasi :

Pemeriksaan palpasi Leopold III teraba keras, bundar dan melenting

pada bagian segmen bawah uterus menandakan bahwa presentase

janin adalah letak kepala (Manuaba, 2014)

8. Kepala belum masuk PAP

DS : Tidak ada data yang mendukung

DO :

a. Leopold III teraba bagian terendah yaitu kepala masih dapat

digoyangkan.

b. Leopold IV kedua tangan masih bertemu menandakan bagian

terendah janin belum masuk pintu atas panggul (konvergen) (5/5).

Analisis dan Interpretasi :

Pada pemeriksaan leopold III apabila presentasi terbawah janin masih

bisa digoyangkan dan pada leopold IV kedua tangan dapat saling

bertemu (konvergen) berarti kepala belum masuk PAP

9. Keadaan ibu baik

DS : Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit yang serius

dan penyakit yang menular.


97

DO :

a. Keadaan umum ibu baik

b. Kesadaran Composmentis

c. Tanda- tanda vital

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Suhu : 36,5ºC

Pernapasan : 20 x/menit

Analisis dan Interpretasi :

KU ibu baik dan tanda-tanda vital dalam batas normal yaitu:

Tekanan darah : Sistolik 90-135 mmHg dan Diastolik 70-85 mmHg

Nadi : 60-90x/menit

Suhu : 36,5ºC - 37,5oC

Pernapasan : 16-24x/menit

Ini merupakan indikator bahwa keadaan ibu baik (Prawirohardjo, 2016)

10. Keadaan janin baik

DS : Ibu mengatakan setiap hari janinnya bergerak aktif dan kuat

dan paling sering disebelah kiri perut ibu.

DO : DJJ terdengar jelas, kuat dan teratur dengan frekuensi

140x/menit.
98

Analisis dan Interpretasi :

Gerakan janin kuat dan DJJ yang jelas, kuat dan teratur dengan

frekuensi normal yaitu antara 120-160x/menit merupakan indikator

bahwa janin dalam keadaan baik (Prawirohardjo, 2016)

11. Masalah sering sesak

DS : Ibu mengatakan sering sesak di pagi hari sejak memasuki usia

kehamilan 8 bulan

DO : Tidak ada data yang mendukung

Analisis dan interpretasi :

Pada usia kehamilan lebih dari 32 minggu, janin membesar menekan

usus-usus dan mendesak diafragma sehingga menimbulkan rasa

sesak dan nafas pendek (Maryunani, 2013)

Langkah III. Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial

Tidak ada data yang mendukung adanya masalah potensial.

Langkah IV. Evaluasi Perlunya Tindakan Segera

Tidak ada data yang mendukung untuk dilakukan tindakan segera.

Langkah V. Rencana Asuhan

A. Tujuan

1. Agar ibu dan janinnya dalam keadaan baik/normal

2. Mencegah terjadinya komplikasi kehamilan


99

3. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan

4. keluhan ibu sering merasakan sesak teratasi

B. Kriteria Keberhasilan

1. Kehamilan berlangsung normal dan tidak ada komplikasi.

2. Ibu dan janinnya baik ditandai dengan TTV dan DJJ dalam batas

normal, yaitu:

a. Tekanan darah : 90-135 mmHg (sistolik) dan 70-85 mmHg

(diastolik). (CDC, 2020)

b. Nadi : 60-90x/menit

c. Suhu : 36,5ºC - 37,5ºC

d. Pernapasan : 16-24x/menit

e. DJJ : 120-160x/menit

3. Tinggi fundus uteri sesuai dengan umur kehamilan (35 minggu 5

hari)

4. Ibu mengerti dengan semua penjelasan yang diberikan

C. Rencana Asuhan

Tanggal 15 Februari 2021 Jam 10.28 wita

1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa ibu dan janin dalam

kondisi sehat serta perkembangan kehamilan normal.

Rasional : penjelasan dan penyampaian tentang hasil

pemeriksaan kepada ibu sangat penting agar ibu dapat

mengetahui perkembangan kehamilannya dan kondisi dirinya.


100

2. Jelaskan pada ibu bahwa merasakan sesak pada kehamilan

trimester III merupakan hal yang fisiologis

Rasional : sering sesak disebabkan oleh uterus yang membesar

menekan usus-usus dan mendesak diafragma sehingga

menimbulkan rasa sesak dan napas pendek

3. Jelaskan cara mengurangi rasa sesak pada ibu hamil yaitu

dengan cara berlatih postur tubuh yang baik dan mulai melatih

pernapasan.

Rasional : postur tubuh yang baik serta melatih pernapasan

akan memberi ruang yang cukup bagi paru-paru untuk mengambil

oksigen yang dibutuhkan sehingga tidak mengalami sesak dan

membantu ibu agar lebih rileks.

4. Beri Health education pada ibu:

a. Kenalkan pada ibu tentang 10 tanda bahaya kehamilan dan

apabila menemukan salah satu tanda segera ke fasilitas

kesehatan.

Rasional : Untuk mendeteksi dini tanda bahaya kehamilan.

b. Anjurkan ibu untuk olahraga ringan seperti jalan-jalan kecil

pada pagi hari

Rasional : Menurut penelitian yang dilakukan oleh para ahli

dari Norwegia, resiko bayi lahir dengan ukuran besar bisa

berkurang hingga 28% bila dimasa kehamilan ibu tetap


101

berolahraga secara teratur terutama pada trimester dua dan

tiga.

c. Anjurkan pada ibu untuk mengonsumsi obat yang telah

diberikan bidan

Rasional :

1) SF berfungsi untuk meningkatkan sel darah merah

2) Kalsium laktat berfungsi untuk mencegah defisiensi kalsium

3) Vitamin B comp untuk penyerapan SF

d. Anjurkan ibu beristirahat yang cukup

Rasional : Dapat membuka sistem kerja jantung yang

mengalami peningkatan selama kehamilan dan mencegah

terjadinya kelelahan.

5. Anjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang pada tanggal 1

Maret 2021, atau apabila ada keluhan/komplikasi

Rasional : Dengan rajin memeriksa kehamilannya, kesehatan ibu

dan janin dapat terkontrol dengan baik.

6. Kaji persiapan persalinan yang telah dilakukan ibu dan keluarga

seperti rencana tempat persalinan, kendaraan, dana, pendonor

darah dan pakaian bayi.

Rasional : Sewaktu-waktu bisa terjadi masalah sehingga ibu dan

keluarga telah memiliki persiapan


102

7. Lakukan dokumentasi hasil asuhan kebidanan pada ibu hamil

Rasional: sebagai pertanggung jawaban petugas kesehatan

atas tindakan yang akan dilakukan

Langkah VI. Implementasi

Tanggal 15 Februari 2021

1. Jam 10.30

Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa ibu dan janin dalam

kondisi sehat serta perkembangan kehamilan normal.

2. Jam 10.32

Menjelaskan pada ibu bahwa terkadang merasakan sesak pada

kehamilan trimester III merupakan hal yang fisiologis

3. Jam 10.34

Menjelaskan pada ibu cara untuk mengurangi sesak napas yaitu

diperlukan postur tubuh yang baik dan benar serta melatih pernapasan

dengan cara usahakan selalu tegap saat duduk maupun berdiri dan

sebisa mungkin hindari posisi membungkuk, membungkuk dapat

menimbulkan tekanan pada paru-paru begitupun pada saat berbaring

hindari posisi terlentang terlalu lama karena dapat menyebabkan rasa

sesak pada ibu hamil. Melatih pernapasan dengan cara menarik napas

melalui hidung dan hembuskan melalui mulut agar membantu ibu

untuk lebih nyaman dan rileks saat bernapas pada saat timbul rasa

sesak.
103

4. Jam 10.36

Memberikan Health Education:

a. Mengenalkan pada ibu tentang 10 tanda bahaya kehamilan dan

apabila menemukan salah satu tanda segera ke fasilitas kesehatan.

1) Sakit kepala hebat dan menetap

2) Mual dan muntah yang berlebihan

3) Penglihatan kabur

4) Bengkak pada wajah dan ekstremitas

5) Nyeri ulu hati hebat

6) Letih, lesuh, lemah (anemia)

7) Terjadi penurunan gerakan janin (<10x/12 jam)

8) Pengeluaran cairan dari jalan lahir

9) Hipertensi ( > 140/90 mmHg)

10) Pendarahan disertai/tanpa rasa nyeri

b. Menganjurkan ibu untuk olahraga ringan seperti jalan-jalan kecil

pada pagi hari

c. Menganjurkan pada ibu untuk mengonsumsi obat yang telah

diberikan bidan

1) SF (60 mg) : 1x sehari

2) Kalsium laktat (500 mg) : 2x sehari

3) Vitamin B comp (150 mg ): 3x sehari

d. Menganjurkan ibu beristirahat yang cukup


104

5. Jam 10.38

Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang pada tanggal 1

Maret 2021 atau apabila ada keluhan/komplikasi

6. Jam 10.39

Mengkaji persiapan persalinan yang telah dilakukan ibu dan keluarga

seperti rencana tempat persalinan, kendaraan, dana, pendonor darah,

dan pakaian bayi

7. Jam 10.42

Melakukan dokumentasi hasil asuhan kebidanan pada ibu hamil.

Langkah VII. Evaluasi

Tanggal 15 Februari 2021 Jam 10.30 s/d 10.42 Wita

1. Ibu mengetahui bahwa keadaan umum ibu dan janinnya dalam

keadaan baik.

2. Ibu mengerti bahwa terkadang merasakan sesak merupakan hal yang

normal pada kehamilan trimester III.

3. Ibu mengerti ditandai dapat mengulang penjelasan dan bersedia untuk

melakukan sesuai anjuan yang diberikan.

a. Ibu mengerti yang ditandai dapat mengulangi penjelasan 10 tanda

bahaya kehamilan dan akan segera ke fasilitas

kesehatan apabila mengalami salah satu tanda.


105

b. Ibu mengerti yang ditandai dapat mengulangi penjelasan yang

diberikan dan bersedia meluangkan waktu untuk jalan pagi ±15

menit setiap harinya.

c. Ibu mengerti dan bersedia untuk mengkonsumsi Tablet Fe 1x

sehari, kalsium Laktat 2x sehari dan Vit.B kompleks 3x sehari

secara rutin.

d. Ibu mengerti yang ditandai dengan dapat mengulangi penjelasan

yang diberikan dan bersedia untuk beristirahat yang cukup setiap

harinya

4. Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang/ follow up pada tanggal 1

Maret 2021 atau apabila ada keluhan/komplikasi

5. Ibu telah mempersiapkan segala keperluan dalam persalinan

6. Telah dilakukan pendokumentasian hasil asuhan kebidanan pada ibu

hamil.

Kunjungan ANC kedua

No. Reg : 732

Tanggal Masuk : 2 Maret 2021 (10:59 wita)

Tanggal Pengkajian : 2 Maret 2021 (11:00 wita)

Nama Pengkaji : Dian Pita Sari

Tempat : BPM Darma Bakti


106

Data Subjektif

1. Ibu datang untuk memeriksakan kehamilannya

2. Ibu mengatakan sudah mampu mengatasi sesak napas yang ia

rasakan dengan mengikuti anjuran yang diberikan oleh bidan

3. Ibu merasakan pergerakan janin di sisi perut sebelah kiri sebanyak 3-

4x/ jam

4. Ibu mengeluh sering buang air kecil dengan frekuensi BAK 7-8x/hari

dan merasa terganggu

5. Ibu mengatakan tidak ada salah satu tanda-tanda bahaya yang terjadi

pada dirinya.

6. Ibu mengatakan rutin mengonsumsi obat yang diberikan dan

persediaan obat masih ada di rumah

Data Objektif (O)

1. Keadaan umum ibu baik

2. Kesadaran composmentis

3. Berat badan : 73,5 kg

4. Tanda-tanda vital

a. Tekanan darah : 110/70 mmHg

b. Suhu badan : 36,50C

c. Nadi : 80x/menit

d. Pernafasan : 20x/menit

5. LILA : 26 cm
107

6. Kepala

Rambut tampak ikal, hitam, bersih, dan tidak ada ketombe, tidak ada

benjolan

7. Wajah

Ekspresi wajah tenang, tidak pucat, ada cloasma gravidarum dan tidak

ada oedema pada wajah.

8. Mata

Simetris kiri dan kanan, sclera tidak ikterus dan konjungtiva tidak

anemis

9. Payudara

Simetris kiri dan kanan, Puting susu menonjol, Ada hiperpigmentasi

areola mammae, payudara tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan,

tidak ada pengeluaran ASI saat puting susu ditekan.

10. Abdomen

Tampak linea nigra, tampak striae albicans,dan tidak ada luka bekas

operasi.

Leopold I : Tinggi fundus uteri pada 3 jari di bawah prosexus

xyphoideus (33 cm). Pada fundus teraba lunak, tidak

bulat dan tidak melenting (bokong).

Leopold II : Pada bagian kanan perut ibu teraba keras, datar seperti

papan (punggung) dan pada bagian kiri perut ibu teraba

bagian-bagian kecil janin (Ekstremitas).


108

Leopold III :Pada pinggir atas simfisis teraba keras, bulat dan

melenting (presentasi kepala). Kepala masih dapat

digoyangkan.

Leopold IV : Kedua tangan masih bertemu menandakan kepala sudah

masuk pintu atas panggul (Divergen) (4/5)

Tonus otot perut tidak tegang

Tidak ada nyeri tekan

Auskultasi DJJ positif, rekuensi 140 x/menit, irama teratur, kekuatan

terdengar jelas dan kuat

TBJ menurut Jhonson – Tousach

TBJ = (TFU – n) x 155

= (33 cm – 12 ) x 155

= (21) x 155

= 3,255 gram

11. Ekstremitas

a. Ekstremitas atas

Simetris kiri dan kanan, warna kuku merah muda, tidak ada

oedema

b. Ekstremitas bawah

Simetris kiri dan kanan, warna kuku merah muda, tidak ada

oedema, dan reflex patella kiri dan kanan (+).


109

Assesment

G2P1A0, umur kehamilan 38 minggu 6 hari, intrauterin, janin tunggal,

janin hidup, punggung kanan, presentase kepala, kepala sudah masuk

PAP, keadaan ibu baik, keadaan janin baik dengan masalah sering BAK.

Planning

Tanggal 2 Maret 2021 Jam 11.20 s/d 12.00 wita

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan

Hasil:

a. Keadaan umum ibu baik

b. Pemeriksaan fisik ibu dalam batas normal

c. Pembesaran perut sesuai usia kehamilan yaitu 3 jari di bawah

prosexus xyphoideus (33 cm).

d. Kondisi janin dalam keadaan baik ditandai dengan DJJ dalam batas

normal yaitu 140x/ menit.

2. Memberitahukan ibu bahwa keluhan sering BAK yang dirasakan adalah

hal fisiologis yang disebabkan karena kepala janin sudah masuk PAP

dan menekan kandung kemih sehingga kapasitas kandung kemih

berkurang dan memunculkan keluhan sering BAK.

Hasil : ibu mengerti penjelasan yang diberikan dan menyadari

keluhan yang ia rasakan adalah hal yang normal


110

3. Memberikan health education:

a. Memberikan informasi kepada ibu untuk banyak minum di siang

hari dan mengurangi minum pada malam hari, dan menghindari

minuman kopi dan teh agar istirahat ibu tidak terganggu dengan

seringnya BAK pada malam hari

Hasil : Ibu mengerti yang ditandai dengan dapat mengulang

penjelasan yang diberikan dan bersedia mengurangi minum pada

malam hari agar istirahat tidak terganggu.

b. Memberikan informasi pada ibu tentang kebutuhan istirahat/tidur

yang cukup selama hamil idealnya yaitu ±1 jam disiang hari dan ±8

jam dimalam hari

Hasil: Ibu mengerti yang ditandai dengan dapat mengulangi

penjelasan yang diberikan dan bersedia untuk beristirahat yang

cukup setiap harinya.

c. Memberikan informasi pada ibu untuk melakukan kegiatan

mobilisasi ibu dapat dilakukan dengan melakukan jalan pagi setiap

hari ±15 menit/hari

Hasil: Ibu mengerti yang ditandai dengan dapat mengulangi

penjelasan yang diberikan dan bersedia meluangkan waktu untuk

jalan pagi ±15 menit setiap harinya.

d. Memberikan informasi kepada ibu mengenai pemenuhan

kebutuhan nutrisi yang adekuat selama hamil yang terdiri dari:


111

1) Karbohidrat, jumlah karbohidrat yang diperlukan bagi ibu hamil

untuk setiap harinya adalah 350 gram. Sumber kalori bisa

didapatkan dari mengonsumsi makanan seperti Nasi, umbi-

umbian,roti dan jagung.

2) Protein, jumlah protein yang diperlukan ibu hamil adalah 85

gram per hari. Sumber protein nabati seperti kacang-kacangan

dan sumber protein hewani seperti ikan, ayam,keju,dan susu.

3) Kalsium, jumlah kalsium yang dibutuhkan ibu hamil adalah 1,5

gram per hari. Sumber kalsium yang muda diperoleh adalah

susu, keju, dan yogurt.

4) Zat besi, jumlah yang dibutuhkan ibu hamil 30 mg per hari.

Sumber zat besi bisa didapatkan dengan mengonsumsi daging,

sayuran hijau, buah-buahan dan kacang-kacangan.

5) Asam Folat, jumlah yang dibutuhkan ibu hamil adalah 400

mikrogram per hari. Sumber asam folat yang mudah didapatkan

yaitu dengan mengonsumsi:

a) sayuran hijau: bayam, brokoli, lobak dan selada.

b) Buah-buahan: jeruk, lemon, alpukat, tomat, pisang dan

pepaya.

c) Kacang-kacangan: kacang tanah, kacang merah, kacang

hijau dan kacang polong

6) Contoh menu makan dalam sehari bagi ibu hamil:


112

a) Makan pagi: Nasi 1 porsi, ikan/daging 1 potong sedang,

tempe 2 potong, sayur 1 mangkuk dan buah

b) Makan selingan: susu 1 gelas dan buah

c) Makan siang: nasi 2 porsi, ikan/daging 1 potong sedang,

tempe 2 potong, sayur 1 mangkuk dan buah

d) Makan selingan: susu 1 gelas dan buah 1 potong sedang

e) Makan malam : nasi 1 porsi ikan/daging 1 potong sedang,

tempe 2 potong, sayur 1 mangkuk dan buah.

Hasil: ibu mengerti yang ditandai dengan dapat mengulangi

penjelasan yang telah diberikan dan bersedia untuk

mengonsumsi makanan sesuai dengan anjuran yang

diberikan.

7) Menganjurkan ibu tetap mengonsumsi tablet Fe 1x/hari,

Kalsium 2x1/hari dan B complex 3x/hari.

Hasil: ibu mengatakan akan tetap rutin mengonsumsi obat

yang telah diberikan.

3. Menjelaskan tanda-tanda persalinan kepada ibu yaitu adanya rasa sakit

/mules pada bagian perut dan menjalar sampai pada bagian

bawah dan pinggang bagian belakang, rasa sakit diawali sesekali, tidak

teratur dan semakin lama semakin sering dan teratur disertai

pengeluaran lendir campur darah dari vagina. Apabila ibu mengalami

tanda tersebut segera ke fasilitas kesehatan tedekat.


113

Hasil : ibu mengerti ditandai dengan mengulang penjelasan yang

diberikan dan akan segera ke fasilitas kesehatan apabila mengalami

tanda tersebut.

4. Melakukan pendokumentasian hasil asuhan kebidanan pada ibu hamil.

Hasil : Telah dilakukan pendokumentasian hasil asuhan kebidanan

pada ibu hamil di buku KIA dan buku register.

C. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan

No. Reg : 732

Tanggal masuk / Jam : 23 Maret 2021 (13:55 wita)

Tanggal pengkajian / Jam : 23 Maret 2021 (14:00 wita)

Tempat : BPM Darma Bakti

Langkah I. Identifikasi Data Dasar

1. Data Biologis

a. Keluhan utama: Ibu mengatakan merasakan nyeri perut tembus

belakang disertai pengeluaran lendir campur darah.

b. Riwayat keluhan utama:

1) Nyeri mulai dirasakan sejak 23 Maret 2021 jam 10:00 wita

2) Lokasi nyeri dirasakan pada bagian pinggang

3) Sifat keluhan: nyeri hilang timbul

4) Usaha ibu untuk mengatasi keluhan dengan mengelus-elus,

memijat pada daerah nyeri dan mengatur pernafasan.


114

2. Riwayat Pemenuhan Kebutuhan Dasar

a. Nutrisi

Selama Inpartu ibu sudah makan 3 kali dan minum 7-8 gelas.

b. Eliminasi

1) BAB

Selama pengkajian Ibu tidak pernah BAB

2) BAK

Ibu sudah BAK sebanyak 4 kali selama pengkajian

c. Personal hygiene

Selama Inpartu, ibu belum pernah mandi, keramas dan sikat gigi

serta melakukan kebersihan genitalia selama pengkajian

d. Istirahat

Selama Inpartu, ibu mengatakan tidak bisa tidur karena rasa sakit

yang dirasakan

3. Pemeriksaan Fisik Umum

a. Kesadaran composmentis

b. Pemeriksaan tanda-tanda vital

TD : 120/80 mmHg

Nadi : 80x/menit

Suhu : 36,50C

Pernafasan : 20 x/menit.
115

4. Pemeriksaan Fisik Khusus

a. Kepala

Rambut bersih, hitam, ikal dan tidak rontok, tidak ada benjolan dan

nyeri tekan

b. Wajah

Tampak meringis, tidak ada oedema dan tidak ada cloasma

gravidarum, tidak ada benjolan dan nyeri tekan

c. Mata

Simetris kiri dan kanan, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak

ikterus, penglihatan baik

d. Hidung

Simetris kiri dan kanan, tidak ada polip, tidak ada epitaksis, secret

tidak ada dan tidak ada nyeri tekan.

e. Mulut

Mukosa bibir lembab dan tidak pecah – pecah, tidak ada sariawan,

tidak ada gigi tanggal, tidak ada caries dan tidak ada masalah

f. Telinga

Simetris kiri dan kanan, daun telinga terbentuk sempurna, tidak ada

pengeluaran sekret dan pendengaran baik, tidak ada nyeri tekan

g. Leher

Tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada pembesaran

kelenjar tiroid dan kelenjar limfe


116

h. Payudara

Simetris kiri dan kanan, areola mammae berwarna coklat kehitaman,

puting susu menonjol, ada pengeluaran colostrums, tidak ada

benjolan.

i. Abdomen

Tampak linea nigra, tampak striae albicans,dan tidak ada luka bekas

operasi.

Leopold I : Tinggi fundus uteri pada 3 Jari dibawah

prosexus xiphoideus (34 cm). Pada fundus

teraba lunak, tidak bulat dan tidak melenting

(bokong).

Leopold II : Pada bagian kanan perut ibu teraba keras, datar

seperti papan (punggung) dan pada bagian kiri

perut ibu teraba bagian-bagian kecil janin

(Ekstremitas)

Leopold III : Pada pinggir atas simfisis teraba keras, bulat

dan kurang melenting (presentasi kepala).

Leopold IV : Kedua tangan tidak bertemu menandakan

bagian terendah janin sudah masuk pintu atas

panggul (divergen) (2/5)

1) Tonus otot perut tidak tegang

2) Tidak ada nyeri tekan

3) Lingkar perut 93 cm.


117

4) TBJ Jhonsons – Tousach

TBJ = (TFU – n) x 155

= (34 – 11) x 155

= (23) x 155

= 3.565 gram

Auskultasi DJJ (+) terdengar jelas, kuat dan teratur pada kuadran

kanan bawah perut ibu dengan frekuensi 145x/menit

j. Genitalia

Terdapat pengeluaran pervaginam lendir campur darah, tidak ada

varises, tidak ada oedema dan tidak ada massa.

Pemeriksaan dalam (VT)

Tanggal 23 Maret 2021, Jam 20.00 wita

1) Dinding vagina : elastis

2) Portio : tipis

3) Pembukaan : 7 cm

4) Ketuban : (+)

5) Presentase : kepala

6) Penurunan : hodge III

7) Kesan panggul : normal ( promontorium tidak teraba, linea

terminalis teraba sebagian, arkus pubis

membentuk sudut tumpul, dinding samping

panggul lurus, os sakrum konkraf, spina

ischiadika kiri dan kanan tidak teraba, os


118

koksigis tidak kaku, otot-otot dasar panggul

lunak)

8) Pelepasan : lendir dan darah

k. Anus

Tidak ada hemoroid dan oedema

l. Ekstremitas atas dan bawah

Ekstremitas atas : simetris kiri dan kanan, warna kuku tampak

merah muda, tidak ada oedema

Ekstremitas bawah : simetris kiri dan kanan, warna kuku tampak

merah muda, tidak ada oedema, dan refleks

patella kiri dan kanan (+)

Langkah II. Identifikasi Diagnosa Masalah Aktual

G2P1A0, umur kehamilan 41 minggu 6 hari, intrauterin, janin tunggal,

janin hidup, punggung kanan, presentase kepala, kepala sudah masuk

PAP, keadaan ibu baik, keadaan janin baik dengan Inpartu Kala I Fase

aktif dan masalah nyeri perut tembus belakang

1. G2 P1 A0

Data Dasar

DS : a. Ibu mengatakan ini kehamilan yang kedua

b. Ibu mengatakan tidak pernah mengalami keguguran


119

DO : a. Tampak linea nigra

b. Tampak striae albicans

c. Tonus otot kendor

Analisis dan Interpretasi :

a. Pada Multipara akan terjadi perubahan warna pada dinding kulit

perut menjadi kemerahan dan kusam (striae gravidarum), selain

itu terdapat garis berwarna perak yang merupakan sikratik dari

striae sebelumnya dan terdapat garis vertikal antara pusar dan

tepi atas simpisis pubis (linea nigra). Perubahan ini terjadi

dikarenakan adanya peningkatan kadar melanocyte stimulating

hormone pada masa kehamilan yang penyebab pastinya belum

diketahui

b. Pada pemeriksaan fisik tonus otot perut kendor, hal ini disebabkan

karena segmen bawah rahim sudah pernah mengalami

peregangan sebelumnya (Prawirohardjo, 2016)

2. Umur kehamilan 41 minggu 6 hari

Data Dasar

DS : Ibu mengatakan HPHT tanggal 03 Juni 2020

DO : Tanggal masuk kamar bersalin 23 Maret 2021

Analisis dan Interpretasi :

Untuk mengetahui usia kehamilan salah satunya dengan perkiraan

usia kehamilan dengan mempergunakan Tinggi Fundus uteri, pada


120

Leopold I didapatkan Tinggi fundus uteri 3 jari dibawah prosesus

xifoideus menunjukkan usia kehamilan sekitar 41 minggu 6 hari

(Manuaba, 2014)

HPHT : 03 Juni 2020

Masuk KB : 23 Maret 2021

Perhitungan :

Juni :3 minggu 6 hari

Juli :4 minggu 3 hari

Agustus :4 minggu 3 hari

September :4 minggu 2 hari

Oktober :4 minggu 3 hari

November :4 minggu 2 hari

Desember :4 minggu 3 hari

Januari :4 minggu 3 hari

Februari :4 minggu

Maret :3 minggu 2 hari

Usia Kehamilan :38 minggu 27 hari

:38 minggu (3 minggu 6 hari)

:41 minggu 6 hari

Berdasarkan Rumus Neagle : Dihitung dari Hari Pertama Haid

Terakhir (HPHT) Sampai dengan hari pemeriksaan, kemudian

dijumlah dan dijadikan dalam hitungan minggu. Maka, masa gestasi

atau umur kehamilan ibu adalah 41 minggu 6 hari


121

3. Intrauterin

Data Dasar

DS : a. Selama hamil ibu tidak pernah merasakan nyeri perut

b. Pergerakan janin mulai dirasakan pada umur kehamilan

20 minggu

DO : a. Tidak ada nyeri tekan saat palpasi abdomen

b. Pembesaran perut sesuai dengan umur kehamilan, TFU

34 cm

Analisis dan Interpretasi :

Salah satu tanda kehamilan intrauterin sejak hamil muda dapat

dipastikan, yaitu perkembangan rahim sesuai dengan usia kehamilan,

janin teraba intrauterin, dan pada saat palpasi terjadi kontraksi

Braxton Hicks dan dan ibu tidak merasakan nyeri tekan (Manuaba,

2014)

4. Janin Tunggal

Data Dasar

DS : Ibu mengatakan pergerakan janin sering dirasakan sebelah

kiri perut ibu

DO : a. Pembesaran perut sesuai usia kehamilan

b. Auskultasi DJJ (+) terdengar jelas, kuat dan irama teratur

pada bagian perut sebelah kanan pada kuadran bawah

dengan frekuensi 145 x/m


122

Analisis dan Interpretasi :

Pada kehamilan tunggal pembesaran perut akan sesuai dengan usia

kehamilan, DJJ hanya terdengar pada satu bagian saja dan hanya

akan teraba 1 kepala dan 1 bokong (Manuaba, 2014)

5. Janin Hidup

Data Dasar

DS : Ibu merasakan pergerakan janin sejak umur kehamilan 20

minggu sampai sekarang

DO : a. DJJ (+) terdengar jelas, kuat dan irama teratur

b. Frekuensi DJJ 145x/menit

Analisis dan Interpretasi :

a. Secara normal ibu mulai merasakan gerakan janin pada bulan

kelima atau keenam kehamilan, jika bayi tidur gerakan melemah,

gerakan bayi sangat terasa apabila ibu sedang istirahat, makan,

minum dan berbaring. Biasanya bayi bergerak paling sedikit 3x

dalam periode 3 jam

b. Adanya gerakan janin dan Djj merupakan tanda bahwa janin hidup

(Prawirohardjo, 2016).

6. Punggung Kanan

Data Dasar

DS : Ibu merasakan ada pergerakan janin sejak kehamilan 20

minggu
123

DO : Palpasi Leopold II Pada bagian kanan perut ibu teraba

keras, datar seperti papan (punggung) dan pada bagian

kiri perut ibu teraba bagian-bagian kecil janin (Ekstremitas)

Analisis dan Interpretasi :

Pada pemeriksaan Leopold II bagian perut ibu yang teraba keras,

datar seperti papan (punggung) dan pada bagian perut ibu yang

teraba bagian-bagian kecil janin (ekstremitas). (Manuaba, 2014)

7. Presentase Kepala

Data Dasar

DS : Tidak ada data yang menunjang

DO : a. Leopold III :Pada pinggir atas simfisis teraba

keras, bulat dan kurang melenting (presentasi

kepala).

b. Pemeriksaan dalam (VT): Presentasi Kepala

Analisis dan Interpretasi :

Pemeriksaan palpasi Leopold III teraba keras, bundar dan melenting

pada bagian segmen bawah uterus menandakan bahwa presentase

janin adalah letak kepala (Manuaba, 2014).

8. Kepala sudah masuk PAP

Data Dasar

DS : Tidak ada data yang menunjang


124

DO : a. Leopold IV : kepala sudah masuk PAP (2/5)

b. Pemeriksaan Dalam (VT): Penurunan Hodge III

Analisis dan Interpretasi :

Pemeriksaan palpasi Leopold IV kedua jari-jari tangan pemeriksa

sudah tidak bertemu lagi (divergen) menandakan kepala sudah

masuk PAP (Prawirohardjo, 2016).

9. Keadaan Ibu baik

Data Dasar

DS : a. Ibu tidak pernah menderita penyakit menular

b. Ibu tidak pernah menderita penyakit keturunan

DO : a. Kesadaran composmentis.

b. Pemeriksaan tanda-tanda vital (TD 120/80 mmHg,

Suhu badan 36,5°C, Nadi 80x/menit dan pernafasan

20 x/menit).

c. Wajah tidak pucat, tidak ada oedema pada wajah

d. Konjungtiva tidak anemis dan sclera tidak ikterus.

Analisis dan Interpretasi :

KU ibu baik dan tanda-tanda vital dalam batas normal yaitu:

a. Tekanan darah : 90-135 mmHg (sistolik) dan 70-85 mmHg

(diastolik) (CDC, 2020)

b. Nadi : 60-100x/menit

c. Suhu : 36,5ºC - 37,5oC

d. Pernapasan : 16-24x/menit
125

Ini merupakan indikator bahwa keadaan ibu baik (Prawirohardjo,

2016).

10. Keadaan janin baik

Data Dasar

DS : ibu mengatakan gerakan janin aktif dirasakan

DO : a. DJJ (+) terdengar jelas, kuat dan teratur.

b. Frekuensi 144x/menit

Analisis dan Interpretasi :

Gerakan janin kuat dan DJJ yang jelas, kuat dan teratur dengan

frekuensi normal yaitu antara 120-160x/menit merupakan indikator

bahwa janin dalam keadaan baik (Prawirohardjo, 2016).

11. Inpartu kala I Fase aktif

Data Dasar:

DS : Ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah tembus

belakang disertai pengeluaran lendir campur darah

sejak tanggal 24 Maret 2021 jam 10.00 wita

a. Ada pengeluaran lendir campur darah

DO : b. Kontraksi uterus 4x dalam 10 menit, durasi 40-45

detik,kuat dan teratur

c. Pemeriksaan dalam jam 20:00 dengan hasil: dinding

vagina (elastis), portio (tipis), pembukaan (7 cm),

ketuban (+), presentase (kepala), posisi (ubun-ubun

kecil kanan depan), moulage (tidak ada), penurunan


126

kepala (hodge III), kesan panggul (normal).

Analisis dan interprestasi :

a. Semakin bertambah usianya kehamilan, Vili chorialis dalam

plasenta mengalami beberapa perubahan, hal ini menyebabkan

turunnya kadarestrogen dan progesterone yang mengakibatkan

tegangnya pembuluh darah sehingga akan menimbulkan kontraksi

uterus

b. Dengan adanya his persalinan, terjadi perubahan pada serviks

yang menimbulkan pendataran dan pembukaan, pembukaan

menyebabkan selaput lendir yang terdapat pada kanalis sevikalis

terlepas dan terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah

pecah

12. Keluhan nyeri perut tembus belakang

Data Dasar

DS : Ibu mengeluh sering nyeri perut bagian bawah tembus

belakang

DO : a. Ekspresi ibu tampak meringis

b. Kontraksi uterus 4x dalam 10 menit

c. Durasi 40-45 detik,kuat dan teratur


127

Analisis dan Interpretasi :

Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat

mengubah sensitivitas otot rahim otot rahim, sehingga sering terjadi

kontraksi Braxton Hicks dengan menurunnya konsentrasi progesteron

akibat tuanya kehamilan maka oksitoxin dapat meningkatkan

aktivitas, sehingga persalinan dapat dimulai (Manuaba, 2014).

Langkah III. Identifikasi Diagnosis Masalah Potensial

Tidak ada data pendukung untuk diagnosis/masalah potensial.

Langkah IV. Tindakan Segera / Kolaborasi

Tidak ada data pendukung untuk dilakukannya tindakan segera.

Langkah V. Rencana Asuhan

A. Tujuan

1. Keadaan umum Ibu dan janin baik

2. Kala I berlangsung normal.

3. Kontraksi uterus dalam batas normal

B. Kriteria keberhasilan

1. Kesadaran composmentis

2. Tanda-tanda vital ibu dalam batas normal :

TD : 90-135 / 70-85 mmHg

N : 60-90x/menit
128

S : 36,5oC-37,5°

P : 16-24 x / menit

Denyut jantung janin dalam batas normal (120-160 x/menit),

terdengar jelas, kuat dan teratur.

3. Kontraksi uterus adekuat >3 kali dalam 10 menit, durasi >40 detik

C. Rencana Asuhan

1. Beritahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan

Rasional : Agar ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan

dan memberi persetujuan untuk tindakan selanjutnya.

2. Observasi kemajuan Kala I :

a. Observasi DJJ, His, Nadi setiap 30 menit

Rasional : Pemeriksaan DJJ dilakukan untuk mengetahui

kondisi janin dan kontraksi uterus mengetahui perkembangan

interval his persalinan. Tanda-tanda vital merupakan salah satu

indikator untuk menilai kondisi pasien dan menentukan

prosedur tindakan selanjutnya.

b. Observasi suhu tubuh dan volume urin setiap 2 jam

Rasional : Suhu tubuh yang meningkat mengindikasikan

terjadinya infeksi

c. Observasi TD setiap 4 jam

Rasional : Tekanan darah salah satu indikator untuk menilai

kondisi pasien
129

d. Observasi pembukaan dan penurunan kepala setiap 4 jam atau

ketika ada indikasi

Rasional : Pembukaan Menunjukan kemajuan persalinan dan

sejauh mana bagian terendah janin telah masuk kedalam

rongga panggul.

3. Ajarkan cara relaksasi yang benar

Rasional : Agar ibu dapat beradaptasi dengan rasa nyeri.

4. Anjurkan Ibu memilih posisi nyaman dengan berbaring ke kiri.

Rasional : Berganti posisi selama proses persalinan dapat

membantu turunnya kepala bayi dan memperpendek waktu

persalinan. Ibu yang berbaring terlentang maka berat uterus dan

isinya (janin, cairan ketuban, plasenta dll) akan menekan vena cava

inferior yang mengakibatkan turunnya aliran darah sirkulasi ibu ke

plasenta. Kondisi seperti ini dapat menyebabkan hipoksia atau

kekurangan pasokan oksigen pada janin. Posisi terlentang

berhubungan dengan gangguan terhadap proses kemajuan

persalinan sehingga ibu diarahkan untuk miring ke kiri.

5. Beritahu Ibu untuk makan dan minum.

Rasional : Asupan makanan dan cairan yang cukup selama

persalinan untuk memberi energi pada ibu dan mencegah

dehidrasi. Kondisi dehidrasi dapat memperlambat kontraksi atau

membuat kontraksi menjadi tidak teratur dan kurang efektif.


130

6. Beri dukungan pada Ibu

Rasional : Dukungan yang baik dapat memberi semangat dan

optimisme pada ibu dalam menghadapi proses persalinan.

Menghargai keinginan ibu dengan menghadirkan teman atau

saudara untuk menemani selama proses persalinan.

7. Bantu Ibu mengusap punggung dan pinggang Ibu saat ada his.

Rasional : Usapan pada punggung dan pinggang dapat

memblokir saraf sehingga dapat mengurangi nyeri yang dirasakan.

8. Bantu Ibu mengganti pakaian dan sarung bila basah.

Rasional : Menjaga lingkungan tetap bersih merupakan hal

penting dalam mewujudkan persalinan yang bersih dan aman bagi

ibu dan bayi sebagai salah satu unsur penting dalam asuhan

sayang ibu.

9. Anjurkan Ibu berdoa

Rasional : Ibu merasa tenang, tidak cemas, dan merasa

terlindungi selama proses persalinan.

10. Pastikan kelengkapan pertolongan persalinan.

Rasional : Kebutuhan ibu dan janin tersedia selama proses

persalinan
131

Langkah VI. Implementasi

Tanggal 23 Maret 2021 Jam 20:40 – 23.30 wita

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa ibu dan janin dalam keadaan

sehat serta sekarang pada masa persalinan dengan pembukaan 7 cm

2. Melakukan observasi Kala I

a. Mengobservasi DJJ, His, dan nadi setiap 30 menit

b. Mengobservasi suhu tubuh dan volume urin setiap 2 jam

c. Mengobservasi TD setiap 4 jam

d. Mengobservasi pembukaan dan penurunan kepala setiap 4 jam

atau ketika ada indikasi

3. Mengajarkan Ibu cara relaksasi yang benar yaitu menarik napas

panjang dari hidung dan dihembuskan lewat mulut secara perlahan.

4. Menganjurkan Ibu memilih posisi yang nyaman atau berbaring miring

ke kiri.

5. Memberi Ibu makan dan minum

6. Memberi dukungan pada Ibu

7. Membantu Ibu dengan mengusap punggung dari pinggang Ibu saat

ada his dan mengusap keringat Ibu.

8. Membantu Ibu untuk mengganti pakaian dan sarung yang basah.

9. Menganjurkan Ibu untuk berdoa.

10. Memastikan kelengkapan pertolongan persalinan.

Partus Set

a. 2 buah klem kocher


132

b. 1 buah ½ kocher

c. 1 buah gunting tali pusat

d. 1 buah kateter nelaton

e. 1 buah penjepit tali pusat

f. 2 pasang handscoon steril

g. Kasa steril

h. Kapas DTT

Hecting set

a. 1 buah gunting episiotomi

b. Jarum otot

c. Benang catgut

d. 1 buah pinset anatomi

e. 1 buah pinset sirulgis

f. 1 buah nalpuder

g. 1 buah gunting benang

h. 1 pasang handscoon steril

Alat diluar bak partus

a. Nierbeken

b. Kom

c. Cairan infus

d. Infus set

e. Abocath

f. Spuit 3 cc dan 1 cc
133

g. Tensimeter

h. Stetoskop

i. Lenec/ Doppler

j. Termometer

k. Timbangan bayi

l. Pengukur panjang badan bayi

m. Pita centimeter

n. Tempat sampah basah

o. Tempat sampah kering

p. Tempat plasenta

q. Air DTT dalam wadah

r. Larutan klorin 0,5% dalam wadah

s. Larutan DTT dalam wadah

Obat – obatan

a. Salep mata

b. Betadin

c. Vitamin K

d. Vaksin Hepatitis B

e. Oksitosin 2 ampul

Persiapan diri

a. Celemek

b. Topi

c. Handuk pribadi
134

d. Kacamata

e. Masker

f. Sepatu bot

Persiapan kelengkapan ibu

a. 2 buah sarung

b. 1 buah handuk

c. Alas bokong

d. Waslap

e. Pakaian ibu

f. Pakaian dalam

g. Pembalut

h. Gurita

Persiapan kelengkapan bayi

a. Baju bayi

b. Loyor

c. Topi bayi

d. Kaos tangan dan kaki

e. Sarung

Persiapan alat resusitasi

a. Tempat resusitasi datar, rata, bersih, kering dan hangat

b. Handuk 3 lembar

c. Alat penghisap lendir

d. Oksigen
135

e. Lampu 60 watt (jarak lampu ke bayi sekitar 60 cm)

f. Jam

g. Stetoskop

Pemantauan kemajuan persalinan : Partograf

Langkah VII. Evaluasi

1. Ibu dan keluarga telah mengetahui kondisi ibu saat ini

2. Hasil observasi kala I tanggal 23 Maret 2021

Tabel 4.2 Observasi Kala I

Tekanan VT
Pukul Volume
DJJ His Nadi Suhu darah
urin

20.40 144x/m 40’40’45’45 80x/m 36,50C 100 cc 120/80

mmHg

21.10 150x/m 40’40’40’45 85x/m

21.40 145x/m 40’40’40’45’45 80x/m

22.10 145x/m 40’40’45’45’45 85x/m Hasil VT :

Dinding vagina

elastis, portio

tidak teraba,

pembukaan 10

cm, ketuban (-),


136

presentase

kepala, posisi

ubun-ubun kecil

depan, tidak ada

moulase,

penurunan

kepala hodge IV,

kesan panggul

normal,

pengeluaran

lendir campur

darah dan

ketuban

3. Ibu mengerti cara relaksasi ditandai dengan mempraktikan sesuai

anjuran

4. Ibu bersedia untuk mengambil posisi miring ke kiri sesuai anjuran

5. Ibu diberi makan bubur oleh keluarga

6. Ibu terlihat tenang mendapat support dari suami dan keluarga

7. Suami membantu mengusap punggung dan pinggang ibu saat ada his

8. Sarung yang basah telah diganti dengan sarung yang kering dan

bersih

9. Ibu berdoa untuk keselamatan ia dan bayinya

10. Persiapan alat dan kelengkapan ibu dan bayi telah dilakukan
137

Kala II (23 Maret 2021) Jam 22.10 wita

Data Subjektif (S)

1. Ibu mengatakan ingin BAB

2. Ibu merasa ada tekanan pada anus

3. Ibu mengatakan nyeri perut bertambah

Data Objektif (O)

1. Keadaan umum ibu dan bayi baik

2. TTV dalam batas normal:

TD :120/80 mmHg

Nadi :80 x /menit

Suhu :36,5℃

Pernapasan :20 x /menit

3. Tanda dan gejala kala II:

a. Perineum dan vulva menonjol

b. Sfingter ani membuka

Assesment (A)

G2P1A0, Inpartu kala II, keadaan umum ibu dan janin baik

Planning (P)

Tanggal 23 Maret 2021 Jam 22.10–22.33 wita

1. Memastikan adanya tanda dan gejala kala II


138

Hasil : Adanya dorongan untuk meran, ibu merasakan tekanan

yang semakin meningkat pada anus, vulva dan perineum

menonjol, sfingter ani membuka.

2. Memastikan kelengkapan alat partus dan obat-obatan

Hasil : Persiapan alat sudah lengkap

3. Menyiapkan alat APD (celemek, topi, kacamata, masker, sepatu

boot).

Hasil : APD telah digunakan

4. Mencuci tangan menggunakan sabun di bawah air mengalir

Hasil : Telah dilakukan cuci tangan dengan tehnik 6 langkah

5. Memakai sarung tangan steril

Hasil : Memakai handscoon steril pada tangan kanan

6. Menghisap oksitosin dalam spuit

Hasil : Oxitosin telah dimasukkan kedalam tabung suntik

7. Melakukan vulva hygiene

Hasil : vulva hygiene dilakukan pada bagian terjauh dilanjutkan

dengan bagian terdekat dari penolong

8. Melakukan pemeriksaan dalam

Hasil : Ketuban negatif dan pembukaan sudah lengkap

9. Mendekontaminasi sarung tangan yang telah dipakai

Hasil : Sarung tangan direndam dalam larutan clorin

10. Memeriksa DJJ

Hasil : DJJ dalam batas normal (150x/mnt)


139

11. Memberitahu ibu pembukaan lengkap dan keadaan janin baik

Hasil : Ibu mengerti kondisinya saat ini

12. Menganjurkan keluarga membantu ibu mengambil posisi ½ duduk

Hasil : Suami membantu ibu melakukan posisi ½ duduk

13. Memimpin persalinan saat ada his dan istirahat di antara kontraksi

Hasil : Persalinan dipimpin

14. Menyarankan ibu bila ingin merubah posisi dengan miring ke

kiri,berjongkok dan merangkak

Hasil : Ibu tetap ingin posisi ½ duduk

15. Meletakkan handuk bersih di atas perut ibu saat kepala nampak di

depan vulva 5-6 cm.

Hasil : Kepala nampak di depan vulva 5-6 cm, handuk bersih di

pasang diatas perut ibu

16. Memasang alas bokong

Hasil : Alas bokong menggunakan kain dilipat 1/3 bagian

17. Membuka alat partus dan memakai sarung tangan steril untuk

menolong persalinan

Hasil : Penolong segera memakai sarung tangan steril

18. Memimpin persalinan, menyokong perineum dan tahan puncak

kepala

Hasil : Penolong membantu kelahiran kepala

19. Memeriksa adanya lilitan tali pusat setelah kepala lahir

Hasil : Tidak terdapat lilitan tali pusat


140

20. Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar

Hasil : Bayi telah melakukan putaran paksi luar

21. Melahirkan bahu

Hasil : Penolong memegang kepala bayi dengan posisi biparietal

kemudian menarik kepala arah bawah untuk melahirkan bahu

depan dan ke arah atas untuk melahirkan bahu belakang

22. Melahirkan badan bayi dengan sanggah susur

Hasil : Penolong melahirkan seluruh badan bayi dengan prinsip

jempol tangan kanan berada di dada. Bayi lahir tanggal 23

Maret 2021 (22:33 wita) jenis kelamin laki-laki.

23. Menilai tangis, gerak dan warna kulit

Hasil : Apgar score 8/9

24. Mengeringkan bayi

Hasil : Bayi dikeringkan dengan menggunakan handuk kering

Kala III (23 Maret 2021) jam 22.34 wita

Data Subjektif (S)

Ibu mengatakan nyeri pada perut bagian bawah

Data Objektif (O)

1. Kala II berlangsung normal selama 13 menit (22:10 - 22:33 wita)

2. Bayi lahir spontan dengan letak belakang kepala dengan jenis

kelamin laki-laki
141

3. Kontraksi uterus baik, teraba keras dan bundar

4. TFU setinggi pusat

5. Kandung kemih ibu kosong

6. Ada tanda pelepasan plasenta yaitu uterus globuler, tali pusat

bertambah panjang, adanya semburan darah tiba-tiba

Assesment (A)

P2A0, Inpartu kala III, keadaan umum ibu baik

Planning (P)

Tanggal 23 Maret 2021 Jam 22:33 - 22.43 wita

1. Memastikan kehamilan tunggal

Hasil: Fundus uteri setinggi pusat, dipastikan janin tunggal

2. Menyuntikan oksitosin 1/3 paha bagian luar

Hasil : Oksitosin 10IU disuntik pada paha kanan ibu

3. Menjepit tali pusat dengan 2 buah klem, potong tali pusat, ikat

dengan 2 simpul kunci

Hasil : Tali pusat dipotong dengan posisi tangan kiri seperti

mangkok dan tangan kanan melakukan pemotongan tali

pusat

4. Mengganti pembungkus bayi dengan kain kering dan bersih dan

letakan posisi tengkurap lebih rendah diantara kedua payudara ibu

(IMD)
142

Hasil : Bayi diletakkan di atas perut ibu, diantara payudara ibu dan

bayi skin to skin dengan ibu

5. Memindahkan klem tali pusat 5-10 cm didepan vulva

Hasil : Klem telah dipindahkan

6. Melakukan peregangan tali pusat terkendali

Hasil : PTT dilakukan dengan tangan kiri mendorong ke arah

dorsocranial dan tangan kanan meregangkan tali pusat

7. Melahirkan plasenta

Hasil : Ketika plasenta telah tampak di introitus vagina maka kedua

tangan memegang plasenta dan memutar serah jarum jam

sampai seluruh plasenta lahir. Plasenta lahir lengkap pukul

22:43 wita

8. Melakukan masase uterus dan pastikan uterus berkontraksi dengan

baik.

Hasil : Massase dilakukan dengan menggunakan ke 4 ujung jari

tangan dan digerakkan secara memutar. Kontraksi uterus

baik.

9. Memeriksa kelengkapan plasenta pada kedua sisi plasenta

Hasil : Plasenta lahir lengkap

Kala IV (23 maret 2021) pukul 22:50 wita

Data Subjektif (S)

Ibu mengatakan nyeri pada abdomen bagian bawah


143

Data Objektif (O)

1. Kala III berlangsung normal selama 10 menit (22:33 - 22:43 wita)

2. Kontraksi uterus , teraba bundar dan keras

3. TFU 1 jari bawah pusat

4. Kandung kemih kosong

Assesment (A)

P2A0, Inpartu kala IV (kala pengawasan)

Planning (P)

Tanggal 23 Maret 2021 Jam 22:45 – 01.30 wita

1. Memeriksa kembali adanya laserasi jalan lahir

Hasil : Tidak terdapat robekan jalan lahir

2. Mementau kontraksi uterus dan mengajarkan ibu / keluarga cara

massase fundus dan nilaai kontraksi

Hasil : kontraksi uterus baik, teraba bundar dan keras, dan ibu mengerti

cara untuk massase fundus ditandai dengan mempraktikan

dengan benar

3. Mengevaluasi jumlah perdarahan

Hasil : Jumlah perdarahan ± 100 cc

4. Memeriksa tekanan darah, denyut nadi, TFU, kandung kemih, kontraksi

dan perdarahan tiap 15 menit pada jam 1 dan tiap 30 menit pada jam 2

jam pertama.
144

Hasil:

Tabel 4.3 Observasi Kala IV

Tekanan Kontraksi Kandung


Jam Nadi Suhu TFU Perdarahan
Darah Uterus Kemih

36,7 ° 1
22.45 110/70 80x/m Baik Kosong ± 30cc
c Jbpst

1
23.00 110/70 80x/m Baik Kosong ± 20 cc
Jbpst

2
23.15 110/70 78x/m Baik Kosong ± 15 cc
Jbpst

2
23.30 110/70 76x/m Baik Kosong ± 15 cc
Jbpst

36,6 ° 2
00.00 110/70 78x/m Baik Kosong ± 10 cc
c Jbpst

2
00.30 110/70 80x/m Baik Kosong ± 10 cc
Jbpst

5. Memeriksa kondisi bayi.

Hasil : Bayi masih diatas perut ibu, terbungkus kain hangat dan

bernafas dengan baik.

6. Mendekontaminasi peralatan bekas pakai kedalam larutan klorin 0,5

selama 10 menit.

Hasil : Peralatan bekas pakai direndam dalam larutan klorin 0,5%


145

7. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat

sampah yang sesuai.

Hasil : Bahan yang telah terkontaminasi dibuang.

8. Membersihkan dan mengganti pakaian ibu

Hasil : Ibu dibersihkan dengan air DTT dari lendir dan darah.

9. Mendekontaminasi tempat bersalin dangan larutan klorin 0,5 %

Hasil : Tempat tidur telah dibersihkan

10. Mendekontaminasi sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5 %

selama 10 menit

Hasil: Sarung tangan telah direndam kedalam larutan klorin 0,5%.

11. Mencuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir.

Hasil: Kedua tangan penolong telah dicuci.

12. Memakai sarung tangan DTT

Hasil : Penolong telah menggunakan sarung tangan DTT.

13. Memberikan salep mata pada bayi

Hasil : Salep mata diberikan pada kedua mata bayi.

14. Memberikan suntikan hepatitis B pada bayi

Hasil : Suntik hepatitis B diberikan pada 1/3 paha luar kanan bagian

atas bayi secara IM

15. Melepas sarung tangan

Hasil : Sarung tangan penolong telah dilepas.


146

16. Mencuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir dan keringkan

dengan handuk bersih dan kering.

Hasil: Kedua tangan penolong telah dicuci.

17. Menganjurkan pada keluarga untuk memberikan makan dan minum

pada ibu.

Hasil : Keluarga telah memberikan makan dan minum kepada ibu.

18. Melakukan perawatan tali pusat pada bayi.

Hasil : Perawatan tali pusat dilakukan dengan membungkuskan tali

pusat menggunakan kasa steril yang bersih dan kering.

19. Menganjurkan kepada ibu untuk mengosumsi obat yang diberikan

yaitu Amoxylin (500 mg)3x1/hari, Methyl Ergometrin (200 mg)

3x1/hari, Vit.B comp(150 mg) 3x1/ hari, Vit.A 200.000 IU 1x segera

setelah persalinan dan 1 kali setelah 24 jam persalinan.

Hasil : Ibu sudah minum obat yang telah diberikan.

20. Melengkapi partograf

Hasil : Lembar partograf telah diisi.

21. Membantu memakaikan gurita popok dan ganti pakaian ibu dengan

pakaian yang bersih dan kering sebelum dipindahkan keruang nifas.

Hasil : Ibu telah mengenakan gurita, popok dan pakaian berih dan

kering.

22. Memindahkan ibu ke ruang nifas setelah 2 jam postpartum.

Hasil: Ibu dan bayinya telah dipindahkan keruang nifas


147

D. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas

Kunjungan PNC Pertama

Tanggal Persalinan : 23 Maret 2021 (22.33 wita)

Tanggal pengkajian : 24 Maret 2021 (09.30 wita)

Tempat : BPM Darma Bakti

Langkah I. Identifikasi Data Dasar

A. Data Biologis

1. Ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah setelah melahirkan

2. Riwayat keluhan utama

a. Mulai timbul : setelah melahirkan

b. Sifat keluhan : hilang timbul

c. Lokasi tempat : perut bagian bawah

d. Pengaruh terhadap aktifitas : tidak mengganggu

e. Usaha untuk mengatasi keluhan : istirahat di tempat tidur

3. Riwayat Persalinan sekarang

a. Ibu mengatakan melahirkan tanggal 23 Maret 2021 dengan

berakhirnya kala IV jam 01.30 wita

b. Ibu mengatakan melahirkan yang kedua kali dan tidak pernah

keguguran

c. Aterm, cukup bulan (usia kehamilan 41 minggu 6 hari)

d. Tempat persalinan : Ruang bersalin BPM Darma Bakti

e. Penolong : Bidan Ketut Andriani dan Dian Pita Sari


148

f. Plasenta lahir lengkap pukul 22:43 wita

g. Kontraksi uterus baik, teraba keras dan bundar

h. Perdarahan : ±100 cc

i. Terapi yang diberikan : Methyl Ergometrin(200 mg) 3x1/hari,

Vit.B comp(150 mg) 3x1/ hari,Vit.A Dosis tinggi (200.000 IU)

4. Riwayat pemenuhan kebutuhan sehari hari

a. Pola nutrisi

Selama Post Partum, ibu sudah makan 2 kali dan sudah minum

5 gelas air mineral

b. Pola eliminasi

Selama post partum

1) Buang Air Kecil (BAK)

Frekuensi : 2 kali/hari

Bau : amoniak

Warna : kuning jernih

2) Buang Air Besar (BAB)

Frekuensi : 1 kali/hari

Konsistensi : lunak

Warna : kuning kecoklatan

5. Pola istirahat / tidur

Perubahan setelah melahirkan (post partum), tidur/ Istirahat ibu

terganggu karena rasa nyeri pada perut bagian bawah dan ibu

menyusui bayinya.
149

6. Pengetahuan Ibu Nifas

a. Ibu mengetahui perawatan payudara untuk melancarkan

pengeluaran ASI.

b. Ibu mengetahui tanda bahaya masa nifas yaitu demam, pusing,

keluar darah segar yang banyak dan terus menerus dari jalan

lahir, lochia atau darah nifas berbau busuk, payudara berubah

menjadi merah panas dan sakit, dan merasa depresi

7. Data Sosial

a. Suami memberikan dukungan pada ibu dengan menjaga bayi

ketika ibu istirahat.

b. Keluarga memberikan dukungan pada ibu dengan membatu ibu

menjaga bayi.

c. Tidak ada masalah dalam keluarga

8. Pemeriksaan Fisik Umum

a. Kesadaran composmentis

b. Keadaan umum baik

c. Tanda-tanda vital:

TD : 110/70 mmHg

N : 80 x/menit

S : 36,5 ̊C

P : 20 x/menit
150

9. Pemeriksaan fisik

a. Kepala

Rambut tampak ikal, hitam, bersih, dan tidak ada ketombe,

tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan.

b. Wajah

Simetris kiri dan kanan, tidak ada cloasma gravidarum, tidak

ada oedema.

c. Mata

Simetris kiri dan kanan, konjungtiva merah muda, sclera

berwarna putih.

d. Hidung

Lubang hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada pengeluaran

sekret dan tidak ada polip.

e. Mulut

Mukosa bibir tampak lembab, tidak ada sariawan, tidak ada

gigi yang tanggal dan caries pada gigi.

f. Telinga

Simetris kiri dan kanan, daun telinga berbentuk sempurna,

pengeluaran secret dan pendengaran baik.

g. Leher

Tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada pembesaran

kelenjar tiroid dan kelenjar limfe


151

h. Payudara

Simetris kiri dan kanan, areola mammae berwarna coklat

kehitaman, puting susu menonjol, ada pengeluaran kolostrum,

tidak ada benjolan.

i. Abdomen

Terpasang gurita, tidak ada luka bekas operasi, tampak linea

nigra, tampak striae albicans. TFU 2 jari bawah pusat,

kontraksi uterus baik teraba bundar dan keras, kandung kemih

kosong

j. Ekstremitas atas

Simetris kiri dan kanan, warna kuku merah muda, tidak ada

oedema.

k. Ekstremitas bawah

Simetris kiri dan kanan, warna kuku merah muda, tidak ada

varises, tidak ada oedema

l. Genitalia luar

Pengeluaran lokia rubra ± 20 cc, Tidak ada oedema.

m. Anus

Tidak ada hemoroid

Langkah II. Identifikasi Diagnosa Masalah Aktual

P2A0, post partum 8 jam keadaan ibu baik dengan masalah nyeri perut

bagian bawah
152

1. P2A0

Data dasar

DS : Ibu mengatakan melahirkan yang kedua kali dan tidak pernah

keguguran

DO:

a. Ibu melahirkan 23 Maret 2021 pukul 22.33 wita

b. TFU teraba 2 jari di bawah pusat

c. Tampak pengeluaran lokia rubra

Analisis dan interprestasi

a. Setelah plasenta lahir, uterus teraba keras karena pengaruh

kontraksi dan retraksi otot-otot fundus uteri ± 3 jari dibawah pusat,

selama 2 hari berikutnya besarnya tidak seberapa berkurang, tetapi

sesudah 2 hari ini terus mengecil dengan cepat sehingga pada hari

ke 10 tidak teraba lagi dari luar (Prawirohardjo, 2016).

b. Lokia rubra berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel

desidua, vernikskaseosa, lanogo dan mekonium yang keluar selama

2 hari pasca persalinan (Prawirohardjo, 2016).

2. Post partum 8 jam

Data dasar

DS : Ibu mengatakan melahirkan tanggal 23 Maret 2021

DO:

a. Kala IV berakhir jam 01.30 wita

b. Tanggal pengkajian 24 Maret 2021 jam 09.30 wita


153

c. TFU 2 jari dibawah pusat

d. Tampak ada pengeluaran lokia rubra (warna merah segar).

Analisis dan interprestasi:

a. Dari tanggal 23 Maret 2021 pada pukul 01.30 wita selesainya kala IV

sampai dengan tanggal 24 Maret 2021 pada pukul 09:30 wita saat

pengkajian terhitung 8 jam post partum.

b. Pada pemeriksaan fisik TFU teraba 2 jari dibawah pusat karena

involusiuteri jaringan ikat dan jaringan otot mengalami proses

peristaltik berangsur-angsur akan mengecil dan setiap hari TFU akan

turun setiap 1 cm setiap harinya (Prawirohardjo, 2016).

c. Lokia rubra berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel

desidua, vernikskaseosa, lanugo dan mekonium yang keluar selama

2 hari pasca persalinan (Prawirohardjo, 2016).

3. Keadaan ibu baik

Data Dasar

DS : Ibu mengatakan dirinya dalam keadaan baik

DO :

a. Kesadaan composmentis

b. Tanda-tanda vital dalam batas normal

Analisis dan Interpretasi :

Ibu dapat berkomunikasi dengan baik dan tanda-tanda vital dalam

batas normal, menunjukan bahwa ibu dalam keadaan baik.


154

4. Nyeri perut bagian bawah

Data dasar

DS : Ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah

DO :

a. Ekspresi wajah meringis bila ada nyeri

b. Kontraksi uterus baik, teraba keras dan bundar

c. TFU 2 jari di bawah pusat

d. Pengeluaran lokia rubra

Analisis dan Interpretasi:

Nyeri disebabkan adanya kontraksi uterus, berlangsung 2-4 hari pasca

persalinan. Nyeri dapat juga ditemukan pada ibu yang menyusui bayi

Menyusui merangsang kontraksi uterus. Proses involusio uterus,

jaringan ikat dan jaringan otot mengalami proteolitik berangsur-angsur

akan mengecil setiap harinya. Segera setelah post partum otot uterus

berkontraksi, pembuluh darah yang berada diantara otot-otot uterus

terjepit. Proses ini menghentikan perdarahan setelah plasenta

dilahirkan (Prawirohardjo, 2016).

Langkah III. Identifikasi Diagnosis Masalah Potensial

Tidak ada data yang mendukung terjadinya masalah potensial


155

Langkah IV. Tindakan Segera / Kolaborasi

Tidak ada data yang mendukung untuk dilakukan tindakan segera/

kolaborasi.

Langkah V. Rencana Asuhan

A. Tujuan

1. Masa nifas berlangsung normal

2. Keadaan umum ibu baik

B. Kriteria keberhasilan

1. Involusio uteri berlangsung dengan baik

2. Perubahan darah nifas secara bertahap

3. Proses laktasi berlangsung baik

4. Tanda-tanda vital dalam keadaan normal

TD : sistol (90-135 mmHg) dan diastole (70-85 mmHg)

Nadi : 60-90x/menit

Suhu : 36,5ºC – 37,5ºC

Pernapasan : 16-24x/menit

C. Rencana Asuhan

1. Beritahu pada ibu hasil pemeriksaan.

Rasional : Agar ibu mengetahui hasil pemeriksaan yang dilakukan

sehingga ibu tidak merasa cemas dan khawatir.

2. Jelaskan pada ibu bahwa nyeri perut bagian bawah yang dirasakan

merupakan hal yang fisiologis 2-4 hari pasca persalinan.


156

Rasional : Nyeri disebabkan adanya kontraksi uterus, berlangsung

2-4 hari pasca persalinan.Nyeri dapat juga ditemukan

pada ibu yang menyusui bayi Menyusui karena dapat

merangsang kontraksi uterus. Proses involusio uterus,

jaringan ikat dan jaringan otot mengalami proteolitik

berangsur-angsur akan mengecil setiap harinya.

Segera setelah post partum otot uterus berkontraksi,

pembuluh darah yang berada diantara otot-otot uterus

terjepit. Proses ini menghentikan perdarahan setelah

plasenta dilahirkan.

3. Berikan health education:

a. Anjurkan ibu melakukan mobilisasi dini

Rasional : Mobilisasi dini dapat memperlancar pengeluaran

lochia, mempercepat involusi terus, dan

memperlancar aliran darah keseluruh tubuh.

b. Anjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene

Rasional : untuk memberikan rasa nyaman pada ibu dan

dapat menghambat masuknya mikroorganisme

penyebab infeksi akibat bakteri dan jamur.

4. Jelaskan pada ibu tanda bahaya masa nifas

Rasional : Untuk menghindari komplikasi pada masa nifas

5. Anjurkan ibu untuk rutin mengkonsumsi obatnya

Rasional : Untuk membantu proses pemulihan


157

6. Lakukan pendokumentasian

Rasional : Memudahkan mengambil keputusan dan rencana

asuhan

Langkah VI. Implementasi

Tanggal: 24 Maret 2021

1. Jam 10.00

Memberitahu ibu hasil pemeriksaan

2. Jam 10.04

Menjelaskan pada ibu bahwa nyeri perut bagian bawah yang

dirasakan merupakan hal yang fisiologis 2-4 hari pasca persalinan

nyeri dapat juga dirasan pada ibu yang menyusui bayi Menyusui

karena dapat merangsang kontraksi uterus. Proses involusio uterus,

jaringan ikat dan jaringan otot mengalami proteolitik berangsur-angsur

akan mengecil setiap harinya. Segera setelah post partum otot uterus

berkontraksi, pembuluh darah yang berada diantara otot-otot uterus

terjepit. Proses ini menghentikan perdarahan setelah plasenta

dilahirkan

3. Jam 10.07 : Memberikan Health Education:

a. Menganjurkan ibu melakukan mobilisasi dini dengan cara

berjalan-jalan kecil didalam ruangan.

b. Menganjurkan ibu menjaga personal hygienenya :

1) Keramas dengan menggunakan shampo


158

2) Mandi 2x sehari dengan sabun mandi

3) Menggosok gigi 3x sehari dengan pasta gigi

4) Memotong kuku saat kuku panjang

5) Mengganti pakaian setiap sehabis mandi, kotor, dan basah

6) Mengganti pakaian dalam saat lembab, atau sehabis BAK dan

BAB

4. Jam 10.15

Menjelaskan kepada ibu tanda-tanda bahaya masa nifas yaitu

perdarahan pasca persalinan, keluar cairan berbau dari jalan

lahir,bengkak diwajah, tangan dan kaki atau sakit kepala dan kejang-

kejang, demam lebih dari 2 hari, payudara bengkak, merah dan disertai

rasa sakit, dan mengalami depresi pasca persalinan.

5. Jam 10.15

Melakukan pendokumentasian

Langkah VII. Evaluasi

1. Ibu mengetahui bahwa keadaan dirinya baik

2. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital dalam batas normal

3. Ibu mengerti bahwa nyeri yang dirasakan merupakan hal yang fisiologis

ditandai dengan respon ibu sudah beradaptasi terhadap nyeri yang

dirasakan.
159

4. Ibu mengerti yang ditandai dengan dapat mengulangi penjelasan yang

diberikan dan akan memeriksakan diri di fasilitas kesehatan apabila

mengalami salah satu tanda bahaya.

5. a.Ibu mengerti penjelasan yang diberikan ditandai dengan bersedianya

ibu untuk melakukan mobilisasi dini.

b. Ibu mengerti ditandai dengan mengulangi kembali penjelasan cara

melakukan personal hygiene dan bersedia melakukan hal tersebut.

6. Telah dilakukan pendokumentasian

Kunjungan PNC Kedua

Tanggal Pengkajian : 29 Maret 2021 Jam 10.30 wita

Data Subjektif (S)

1. Ibu mengatakan tidak ada keluhan

2. Ibu mengatakan tidak ada tanda bahaya/komplikasi

3. Ibu mengatakan masih ada darah kecoklatan yang keluar

Data Objektif (O)

1. Keadaan umum ibu baik

2. Kesadaran : composmentis

3. Tanda-tanda vital:

4. TD: 110/80 mmhg

N : 80x/menit
160

̊
S : 36,8 C

P : 22x/menit

5. Kepala : Rambut tampak ikal, hitam, bersih, dan tidak ada ketombe,

tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan.

6. Wajah : Simetris kiri dan kanan, tidak ada cloasma gravidarum, tidak

ada oedema.

7. Mata : Simetris kiri dan kanan, konjungtiva merah muda, sclera

berwarna putih.

8. Hidung : Lubang hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada pengeluaran

sekret dan tidak ada polip.

9. Mulut : Mukosa bibir tampak lembab, tidak ada sariawan, tidak ada

gigi yang tanggal dan caries pada gigi.

10. Telinga : Simetris kiri dan kanan, daun telinga berbentuk sempurna,

pengeluaran secret dan pendengaran baik.

11. Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada pembesaran

kelenjar tiroid dan kelenjar limfe

12. Payudara : Simetris kiri dan kanan, areola mammae berwarna coklat

kehitaman, puting susu menonjol, ada pengeluaran kolostrum, tidak

ada benjolan.

13. Abdomen : Terpasang gurita, tidak ada luka bekas operasi, tampak

linea nigra, tampak striae albicans. TFU pertengahan simpisis-pusat,

kontraksi uterus baik teraba bundar dan keras.


161

14. Ekstremitas atas : Simetris kiri dan kanan, warna kuku merah muda,

tidak ada oedema.

15. Ekstremitas bawah : Simetris kiri dan kanan, warna kuku merah muda,

tidak ada varises, tidak ada oedema

16. Genitalia luar ; Pengeluaran lokia sanguinolenta (warna merah

kecoklatan) ± 10 cc, tidak ada oedema.

17. Anus : Tidak ada hemoroid

Assesment (A)

P2A0, post partum 5 hari

Planning (P)

Tanggal 29 Maret 2021 Jam 10.35-11.00 wita

1. Menyampaikan kepada ibu bahwa hasil pemeriksaan dalam batas

normal

Hasil: Ibu mengetahui bahwa kondisinya dalam keadaan baik

2. Menganjurkan ibu mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang,

yang terdiri dari:

a. Karbohidrat, jumlah karbohidrat yang diperlukan bagi ibu menyusui

saat 6 bulan pertama,yaitu 500 gr. Sumber kalori bisa didapatkan

dari mengonsumsi makanan seperti Nasi, umbi-umbian,roti dan

jagung.
162

b. Protein, sangat diperlukan untuk peningkatan produksi air susu ibu.

Ibu menyusui membutuhkan tambahan protein 17 gr. Sumber

protein nabati seperti kacang-kacangan dan sumber protein hewani

seperti ikan, daging, ayam, keju,dan susu.

c. Kalsium, ibu menyusui dianjurkan untuk 400 mg. Sumber kalsium

yang muda diperoleh adalah susu, keju, dan yogurt.

d. Zat besi, jumlah yang dibutuhkan ibu menyusui yaitu 30- 60 mg per

hari. Sumber zat besi bisa didapatkan dengan mengonsumsi

daging, sayuran hijau, buah-buahan dan kacang-kacangan.

e. Asam Folat, jumlah yang dibutuhkan ibu menyusui adalah 400

mikrogram per hari. Sumber asam folat yang mudah didapatkan

yaitu dengan mengonsumsisayuran hijau: bayam, brokoli, lobak

dan selada. Buah-buahan: jeruk, lemon, alpukat, tomat, pisang dan

pepaya. Kacang-kacangan: kacang tanah, kacang merah, kacang

hijau dan kacang polong

f. Contoh menu makan dalam sehari bagi ibu menyusui:

1) Makan pagi: Nasi 11/2 porsi, ikan/daging 2 potong sedang, tempe

2 potong, sayur 1 mangkuk dan buah

2) Makan selingan: susu 1 gelas dan buah 2 potong

3) Makan siang: nasi 2 porsi, ikan/daging 1 potong sedang, tempe 2

potong, sayur 1 mangkuk dan buah

4) Makan selingan: susu 2 gelas dan buah 1 potong sedang


163

5) Makan malam : nasi 11/2 porsi , ikan/daging 2 potong sedang,

tempe 3 potong, sayur 1 mangkuk dan buah

Hasil: ibu mengerti yang ditandai dengan dapat mengulangi

penjelasan yang telah diberikan dan bersedia untuk

mengonsumsi makanan sesuai dengan anjuran yang diberikan.

3. Menganjurkan ibu ber KB setelah 40 hari post partum

Hasil: Ibu mengerti ditandai dengan bersedianya ibu menggunakan

KB setelah 40 hari post partum.

4. Melakukan pendokumentasian hasil asuhan kebidanan pada ibu nifas

Hasil: Telah dilakukan pendokumentasian

E. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

Kunjungan Neonatus Pertama

Tanggal Lahir Bayi : 23 Maret 2021 (22:33 wita)

Tanggal Pengkajian : 24 Maret 2021 (07:33 wita)

Tempat : BPM Darma Bakti

Langkah I. Identifikasi Data Dasar

A. Identitas Bayi

Nama : By. Ny ”D”

Tanggal lahir : 23 Maret 2021 (22.33 wita)

Umur : 10 jam 23 Menit

Jenis kelamin : laki-laki


164

Anak ke : 2 (dua)

B. Data Biologis

1. Riwayat kesehatan sekarang

Bayi lahir langsung menangis kuat, tidak mengalami asfiksia, dan

tidak kejang, tidak sianosis.

2. Riwayat kelahiran

a. Tempat bersalin : BPM Darma Bakti

b. Penolong persalinan : Bidan Ketut Andriani dan Dian Pita Sari

c. Jenis persalinan : Lahir spontan, LBK, bayi langsung

menangis kuat

d. Tidak terdapat lilitan tali pusat

e. BBL/PBL : 3500 gram/ 48 cm

f. Apgar score I/V : 8/9

Tabel 4.4 Penilaian APGAR Score

Menit Menit
Nilai Tanda 0 1 2
I V

Appearance Pucat Tubuh Seluruh 2 2

(Warna kulit) lemah, tubuh

ekstremitas kemerahan

biru

Pulse Tidak <100x/menit >100x/menit 2 2

(Denyut jantung) Ada

Grimace Tidak Sedikit Reaksi 1 1


165

(Refleks) Ada gerakan melawan

Activity Tidak Ekstremitas Sedikit 1 2

(Tonus otot) Ada keadaan gerakan

fleksi

Respiration Tidak Lambat Menangis 2 2

(usaha Ada kuat

pernapasan)

Jumlah 8 9

g. Bayi telah diberi Vitamin K 0,1 cc/IM

h. Bayi telah mendapatkan salep mata

i. Bayi telah diberi imunisasi HB0/IM

j. LK : 35 cm

k. LD : 33 cm

l. LP : 31 cm

m. LILA : 11 cm

C. Kebutuhan Dasar Bayi

1. Pola Nutrisi

Jenis minum : ASI

Frekuensi : setiap bayi membutuhkan atau setiap 2 jam sekali

2. Pola Eliminasi

BAK : sejak lahir bayi telah BAK sebanyak 3x, warna kuning muda

dan bau khas amoniak.


166

BAB : sejak lahir bayi telah BAB sebanyak 1x, warna hitam

bercampur mekonium, konsistensi lunak.

3. Pola Tidur

Tidak dapat diidentifikasi sebab bayi sering tertidur

4. Pola Kebersihan Diri

Bayi dibungkus dengan pakaian bersih dan rapi, namun belum

dimandikan sampai dilakukan pengkajian

D. Pengetahuan Ibu

1. Ibu mengetahui cara merawat bayi

2. Ibu mengetahui cara merawat tali pusat

3. Ibu mengetahui pentingnya pemberian imunisasi

E. Data Sosial

1. Ibu dan ayah sangat senang dengan kelahiran bayi

2. Keluarga dari ayah maupun ibu sangat senang dengan kelahiran

bayi

F. Pemeriksaan Fisik Umum

1. Keadaan umum bayi baik

2. Kesadaran composmentis

3. Tanda-tanda Vital :

Nadi : 145x/menit

Suhu : 36,8 ˚C

Pernapasan : 48x/menit
167

G. Pemeriksaan fisik khusus

1. Kepala

Warna rambut hitam dan tipis, terdapat sisa ketuban tidak ada

caputsuccedenum dan tidak ada chepalhematoma.

2. Wajah

Ekspresi wajah tampak tenang, tidak oedema, tidak mengalami

sianosis

3. Mata

Simetris kiri dan kanan, kongjungtiva tidak anemis, sklera tidak

ikterus, tidak ada sekret

4. Hidung

Lubang hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada polip dan tidak

ada pengeluaran sekret

5. Mulut

Bibir lembab, merah muda, warna gusi kemerahan, lidah bersih

6. Telinga

Simetris kiri dan kanan, daun telinga berbentuk sempurna dan tidak

ada sekret

7. Leher

Tidak nampak pelebaran vena jugularis

8. Payudara

Simetris kiri dan kanan, putting susu normal


168

9. Abdomen

Bentuk normal, tali pusat masih basah terbungkus kasa steril, tidak

ada tanda infeksi

10. Genitalia

Testis lengkap dalam scrotum, terdapat lubang uretra pada penis

11. Anus

terdapat lubang anus dan bentuk normal

12. Ekstremitas atas

Simetris kiri dan kanan, warna kuku kemerahan jari–jari lengkap,

bergerak aktif, tidak ada kelainan.

13. Ekstremitas bawah

Simetris kiri dan kanan, warna kuku kemerahan, jari–jari lengkap,

bergerak aktif, tidak ada kelainan.

14. Kulit

tidak ada tanda lahir, warna kulit putih kemerahan

H. Penilaian Refleks

1. Tonick neck reflex (otot kuduk) : Baik

2. Morro reflex (terkejut) : Baik

3. Sucking reflex (menghisap) : Baik

4. Rooting reflex (mencari putting) : Baik

5. Swallowing reflex (menelan) : Baik

6. Graps reflex (menggenggam) : Baik


169

7. Babinski reflex (gerakan kaki) : Baik

Langkah II. Identifikasi Diagnosa Aktual

Bayi aterm sesuai masa kehamilan (SMK), umur 9 jam, keadaan umum

bayi baik.

1. Bayi aterm sesuai masa kehamilan (SMK)

DS:

a. Ibu mengatakan HPHT 3 Juni 2020

b. Ibu mengatakan bayi lahir 23 Maret 2021 (22:33 wita)

DO:

a. UK : 41 minggu 6 hari

b. BBL/PBL : 3500 gram/ 50 cm

Anaslisis dan interpretasi:

a. Bayi aterm adalah bayi yang baru lahir dengan usia kehamilan

37-42 minggu dengan BBL 2500 gram-4000 gram

(Prawirohardjo, 2016).

b. Dari HPHT 03 Juni 2020 sampai tanggal persalinan 23 Maret

2021 maka masa gestasinya adalah 41 minggu 6 hari

(Prawirohardjo, 2016).

2. Bayi umur 9 jam

DS: Ibu mengatakan melahirkan 23 Maret 2021 (22.33 wita)

DO: Pengkajian 24 Maret 2021 (07.33 wita)


170

Analisis dan interpretasi

Kelahiran bayi 23 Maret 2021 (22:33 wita) sampai dilakukan

pengkajian 24 Maret 2021 (07.33 wita) terhitung usia bayi 9 jam

(Manuaba, 2014).

3. Keadaan umum bayi baik

DS: tidak data penunjang

DO:

a. Kesadaran bayi baik (composmentis)

b. TTV : Nadi: 145x/mnt, Suhu : 36,8˚C, Pernapasan 48x/mnt

c. Tidak ada kelainan fisik

d. Tali pusat masih basah dan terbungkus kasa steril

e. Tidak ada tanda infeksi pada tali pusat

Analisis dan interpretasi

Pada pemeriksaan fisik bayi tidak ditemukan kelainan dan tanda-

tanda vital dalam batas normal, menandakan keadaan bayi baik

(Prawirohardjo, 2016).

Langkah III. Identifikasi Diagnosis Masalah Potensial

Tidak ada data yang mendukung untuk terjadinya masalah potensial.

Langkah IV. Tindakan Segera/ Kolaborasi

Tidak ada data yang mendukung untuk dilakukan tindakan segera.


171

Langkah V. Rencana Asuhan

A. Tujuan:

1. Keadaan umum bayi baik

2. TTV dalam batas normal

3. Tidak terjadi hipotermi/hipetermi

4. Tidak terjadi perdarahan dan infeksi tali pusat

5. Tidak terjadi ikterus

B. Kriteria keberhasilan

1. Tanda-tanda vital dalam batas normal

N : 120-160 x/ menit

S : 36,5-37,5 ℃

P : 40-60 x/ menit

2. Bayi tetap dalam keadaan hangat/suhu bayi normal

3. Tidak ada tanda tanda perdarahan dan infeksi tali pusat

C. Rencana Asuhan

1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan bayi dalam keadaan bayi baik

Rasional : Agar ibu mengetahui hasil pemeriksaan.

2. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin

Rasional : Dengan menyusui bayi sesering mungkin akan

memenuhi kebutuhan asupan bayi dan merangsang

produksi Asi agar lebih lancar.

3. Beritahu ibu Health Education tentang :


172

a. cara menyusui yang baik dan benar

Rasional : Dengan mengetahui cara menyusui yang baik dan

benar dapat terhindar dari masalah atau komplikasi

pada ibu, seperti putting susu lecet dan dapat

menysui dengan baik.

b. Cara perawatan tali pusat

Rasional : Untuk menghindari terjadinya infeksi pada tali pusat

bayi

c. Beri bayi kehangatan

Rasional : Untuk mencegah bayi kehilangan panas sehingga tidak

menyebabkan hipotermi.

4. Lakukan pendokumentasian hasil asuhan kebidanan bayi baru lahir.

Rasional : sebagai acuan untuk mengambil tindakan selanjutnya

Langkah VI. Implementasi

Tanggal 24 Maret 2021

1. Jam 08.00

Memberitahu ibu bahwa hasil pemeriksaan keadaan umum bayi baik

dan dalam batas normal.

2. Jam 08.02

Menganjurkan untuk menyusui bayi sesering mungkin

3. Jam 08.04

Memberitahu ibu Health Education tentang:


173

a. Cara menyusui yang baik dan benar,yaitu:

1) Pastikan ibu dan bayi dalam posisi rileks dan nyaman dengan

posisi kepala bayi lebih tinggi dari dada ibu.

2) Gendong dan pegang kepala bayi dengan satu tangan dan

pertahankan posisi payudara ibu dengan tangan yang lain.

Lalu dekatkan muka bayi ke payudara ibu, pastikan tubuh bayi

menempel betul dengan tubuh ibu.

3) Beri rangsangan pada daerah bibir bawah bayi dengan

menggunakan putting susu ibu sampai mulut bayi terbuka

lebar. Biarkan bayi memasukkan seluruh bagian gelap sekitar

putting payudara ibu kedalam mulut bayi.

4) Biarkan bayi menyusu sampai bayi melepaskan sendiri

isapannya.

5) Setelah bayi kenyang sendawakan bayi dengan menepuk

pelan-pelan sekitar punggung bayi .

b. Cara perawatan tali pusat yaitu dengan selalu menjaga kebersihan

tali pusat, menjaga tali pusat tetap kering, jangan memberikan

apapun pada tali pusat, biarkan lepas secara alami dan memasang

popok dibawah tali pusat.

c. Memberi bayi kehangatan dengan membedong bayi

4. Jam 08.15

Melakukan pendokumentasian hasil asuhan kebidanan pada bayi

baru lahir
174

Langkah VII. Evaluasi

1. Keadaan umum bayi baik

2. Kesadaran composmentis

Tanda-tanda vital dalam batas normal

N : 145 x / menit

S : 36,8℃

P : 48 x/menit

3. Ibu bersedia untuk menyusui bayinya sesering mungkin.

4. a. Ibu mengerti ditandai dengan dapat mengulangi penjelasan yang

diberikan dan bisa mempraktikan cara menyusui yang benar sesuai

dengan anjuran.

b. Ibu mengerti ditandai dengan dapat mengulangi penjelasan cara

perawatan tali pusat sesuai dengan anjuran.

c. Ibu mengerti dan bersedia untuk menjaga kehangatan bayi

5. Telah dilakukan pendokumentasian hasil asuhan kebidanan.

Kunjungan Neonatus Kedua

Tanggal Pengkajian : 29 Maret 2021 Jam 11.20 wita

Data Subjektif (S)

1. Ibu mengatakan bayi lahir tanggal 23 Maret 2021 (22:33 wita)

2. Ibu mengatakan tali pusat bayi sudah kering


175

3. Ibu mengatakan bayi menyusu dengan baik

Data Objektif (O)

1. Keadaan umum bayi baik

2. Tanda-tanda vital:

3. Nadi : 140x/menit

4. Suhu : 36,8° C

5. Pernapasan : 45x/menit

6. Berat badan : 3500 gram

7. Panjang badan : 50 cm

8. Pemeriksaan fisik

a. Kepala

Warna rambut hitam dan tipis, terdapat sisa ketuban tidak ada

caputsuccedenum dan tidak ada chepalhematoma.

b. Wajah

Ekspresi wajah tampak tenang, tidak oedema, tidak ada sianosis

c. Mata

Simetris kiri dan kanan, kongjungtiva tidak anemis, sklera tidak

ikterus, tidak ada sekret

d. Hidung

Lubang hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada polip dan tidak

ada pengeluaran secret


176

e. Mulut

Bibir lembab, merah muda, warna gusi kemerahan, lidah bersih

f. Telinga

Simetris kiri dan kanan, daun telinga berbentuk sempurna dan tidak

ada sekret

g. Leher

Tidak nampak pelebaran vena jugularis

h. Payudara

Simetris kiri dan kanan, putting susu normal

i. Abdomen

Bentuk normal, tali pusat sudah kering, tidak ada tanda infeksi

j. Genitalia

Testis lengkap dalam scrotum, terdapat lubang uretra pada penis

k. Anus

Terdapat lubang anus dan bentuk normal

l. Ekstremitas

1) Ekstremitas atas

Simetris kiri dan kanan, warna kuku kemerahan jari–jari

lengkap, bergerak aktif, tidak ada kelainan.

2) Ekstremitas bawah

Simetris kiri dan kanan, warna kuku kemerahan, jari–jari

lengkap, bergerak aktif, tidak ada kelainan.


177

m. Kulit

Tidak ada tanda lahir dan warna kulit putih kemerahan

Assesment (A)

Bayi aterm sesuai masa kehamilan (SMK), umur 5 hari, keadaan bayi baik

Planning (P)

Tanggal 29 Maret 2021 Jam 11.21 – 11.30 wita

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa bayi dalam keadaan sehat

Hasil: tidak ditemukan kelainan pada bayi

2. Memberitahu imunisasi pada bayi yaitu:

a. Imunisasi Hepatitis B, bertujuan untuk mencegah penyakit hepatitis

B yaitu komplikasi hati yang dapat menimbulkan komplikasi

berbahaya seperti sirosis dan kanker hati.

b. Imunisasi Polio, bertujuan untuk mencegah penyakit polio yang

menyerang sistm saraf di otak dan saraf tulang belakang.

c. Imunisasi BCG, bertujuan untuk melindungi tubuh dari kuman

penyebab penyakit tubercolosis atau TB yang menyerang saluran

pernapasan, tulang, otot, kulit, kelenjar getah bening, otak dan

saluran cerna.

d. Imunisasi Campak, bertujuan untuk pencegahan terhadap penyakit

campak berat yang dapat menyebabkan pneumonia, diare dan

radang otak.
178

e. Imunisasi DPT-HB-HiB, bertujuan untuk perlindungan dan

pencegahan terhadap 6 penyakit sekaligus yaitu difteri, pertusis

(batuk rejan), tetanus, hepatitis B, pneumonia dan meningitis

(radang otak).

Hasil: ibu mengerti ditandai dapat mengulangi penjelasan yang

diberikan.

4. Meganjurkan ibu untu membawa bayinya rutin ke posyandu agar

mendapat pemberian imunisasi lengkap

Hasil: ibu bersedia untuk membawa bayinya rutin ke posyandu.

5. Melakukan dokumentasi

Hasil: Telah dilakukan pendokumentasian

F. Pembahasan

1. Kehamilan

Kunjungan ANC pertama pada Ny “D” G2P1A0 usia 24 tahun

Pada tanggal 15 Februari 2021 di BPM Darma Bakti, usia kehamilan

ibu 35 minggu 5 hari. Kunjungan ANC kedua tanggal 2 Maret 2021 di

BPM Darma Bakti, usia kehamilan ibu 38 minggu 6 hari. Hari pertama

haid terakhir Ny.D Tanggal 3 Juni 2020 sehingga dapat diperhitungkan

taksiran persalinan 10 Maret 2021.

Asuhan yang diberikan pada saat ANC adalah asuhan 10 T. Hal

tersebut sesuai dengan Permenkes No. 43 Tahun 2016 bahwa

standar asuhan yang diberikan pada ibu hamil terdiri atas (a) Timbang
179

Berat badan dan ukur Tinggi badan (b) Ukur Tekanan Darah (c) Nilai

status gizi (ukur Lingkar Lengan atas /LILA) (d) ukur tinggi puncak

rahim (Fundus uteri) (e) Tentukan presentasi janin dan Denyut

Jantung Janin (f) Skrining status imunisasi tetanus dan berikan

imunisasi Tetanus Toksoid bila diperlukan (g) Pemberian tablet

tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan (h) Tes

laboratorium (i) Tatalaksana/ penangan kasus sesuai kewenangan (j)

Temu wicara)/konseling.

Pada kunjungan I tanggal 15 Februari 2021 dilakukan

pemeriksaan TTV dalam batas Normal dan keadaan umum janin baik

ditandai dengan pemeriksaan DJJ dalam batas normal, ibu

mengatakan sudah mendapat imunisasi TT1 dan TT2, pada umur

kehamilan 16 minggu dan umur kehamilan 20 minggu, BB 73 Kg, tidak

ada riwayat kesehatan yang buruk namun, ada keluhan ibu sering

mengalami sesak. Keluhan sesak pada kehamilan Trimester III

menurut Maryunani (2013) adalah hal yang fisiologis. Asuhan yang

diberikan pada Ny “D” untuk mengatasi keluhannya yaitu dengan

memberikan penjelasan pada ibu cara untuk mengurangi sesak

napas yaitu diperlukan postur tubuh yang baik dan benar serta melatih

pernapasan dengan cara usahakan selalu tegap saat duduk maupun

berdiri dan sebisa mungkin hindari posisi membungkuk, membungkuk

dapat menimbulkan tekanan pada paru-paru begitupun pada saat

berbaring hindari posisi terlentang terlalu lama karena dapat


180

menyebabkan rasa sesak pada ibu hamil. Melatih pernapasan dengan

cara menarik napas melalui hidung dan hembuskan melalui mulut

agar membantu ibu untuk lebih nyaman dan rileks saat bernapas pada

saat timbul rasa sesak

Pada kunjungan 2 Maret 2021 hasil pemeriksaan menunjukkan

TTV dalam batas normal, kenaikan BB dalam batas normal yaitu 0,5

kg kurun waktu 2 minggu dari kunjungan pertama , keadaan umum ibu

baik, tidak ada kelainan atau komplikasi dan kondisi janin baik. Namun

ada keluhan yang menyertai bahwa frekuensi BAK ibu lebih sering

dari sebelumnya, yaitu keluhan sering Buang Air Kecil (BAK). Keluhan

sering Buang Air Kecil (BAK) pada kehamilan trimester III menurut

Prawirohardjo (2016) adalah hal yang fisiologis dikarenakan

presentasi terbawah janin yang semakin turun dan berat badan janin

yang bertambah sehingga menekan kandung kemih menyebabkan

kapasitas kandung kemih yang berkurang dan mengakibatkan

timbulnya keluhan sering BAK. Asuhan yang diberikan kepada ibu

yaitu dengan menganjurkan ibu untuk mengurangi minum dimalam

hari dan memperbanyak minum di siang hari agar tidak mengganggu

istirahat ibu dimalam hari.

Asuhan yang diberikan kepada NY.D berfokus pada pengenalan

tanda-tanda bahaya kehamilan, tanda-tanda persalinan, persiapan

persalinan serta pemberian infomasi kesehatan untuk mendukung

kesehatan ibu tetap optimal selama masa kehamilan. Pengkajian


181

meliputi semua aspek ibu dimulai ada atau tidaknya keluhan, HPHT,

riwayat obstetrik, riwayat kesehatan, kebutuhan dasar, pemeriksaan

fisik, pengetahuan ibu tentang kehamilan termasuk dukungan sosial

dari keluarga. Asuhan kebidanan berfokus pada pengenalan tanda-

tanda bahaya kehamilan, tanda-tanda persalinan, persiapan

persalinan serta pemberian infomasi kesehatan untuk mendukung

kesehatan ibu tetap optimal selama masa kehamilan.

Ibu telah melakukan kunjungan ANC sebanyak 6 kali. Hal tersebut

sesuai dengan standar. Pada masa kehamilan ibu mendapatkan

pelayanan antenatal terpadu dan komprehensif sesuai standar selama

kehamilannya minimal 6 kali selama kehamilannya dengan distribusi

waktu : 2 kali pada trimester kesatu (0-12 minggu), 1 kali pada

trimester kedua (>12 minggu-24 minggu), dan 3 kali pada trimester

ketiga (>24 minggu sampai kelahiran). Dimana minimal ibu hamil 2

kali kontak dengan dokter (1 kali di trimester satu dan satu kali di

trimester tiga) (Kementrian kesehatan RI, 2020c)

2. Persalinan

Ny. D G2P1A0 usia 24 tahun masuk Kamar Bersalin BPM Darma

Bakti tanggal 23 Maret 2021 pada jam 13:00 wita. Ibu masuk dengan

keluhan sakit perut tembus belakang sejak jam 10.00 wita.

Kala I berlangsung normal dimulai dari tanggal 23 Maret 2021 jam

10.00 wita sampai jam 22:10 tanggal 23 Maret 2021. Perlangsungan

kala I menurut (Ahmad dan Rohani, 2011), terbagi menjadi 2 fase


182

yaitu fase laten dan fase aktif, fase laten dimulai sejak awal

berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks

secara bertahap berlagsung hingga serviks membuka kurang dari 4

cm dan pada umumnya berlangsung hampir atau hingga 8 jam.

Sedangkan fase aktif dimulai dari pembukaan 4 cm sampai 10 cm,

akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1-2 cm per jam pada

multigravida.

Pemantauan kala I Ny. D yaitu dengan mengobservasi DJJ, nadi,

dan his setiap 30 menit, suhu dan volume urin setiap 2 jam, tekanan

darah dan pemeriksaan dalam setiap 4 jam. Pemantauan tersebut

sesuai dengan standar APN 60 langkah.

Partograf adalah alat bantu yang digunakan untuk memantau

kelangsungan persalinan). Pendokumentasian menurut Prawirohardjo

(2016) dilakukan menggunakan lembar partograf. Hal tersebut juga

sudah sesuai dengan penulis lakukan yaitu menggunakan partograf.

Kala I berlangsung dari jam 10.00 wita sampai dengan pembukaan

lengkap jam 22.10 tanggal 23 Maret 2021.

Asuhan yang diberikan pada saat persalinan adalah sebagai

berikut : Menghadirkan orang yang di anggap penting oleh ibu seperti

suami, keluarga pasien atau teman dekat, mengatur posisi ibu sesuai

kenyamanan ibu, membimbing ibu tehnik relaksasi dengan menarik

nafas, memberikan metode pengurangan nyeri yang dilakukan sesuai

dengan pendapat Anwar bahwa pengurangan nyeri dapat dilakukan


183

dengan metode non farmakologis yaitu dengan memberikan

sentuhan/massase (Anwar. Hadju and Massi, 2019), memberikan

cukup makan dan minum pada ibu, memberikan sentuhan sesuai

dengan keinginan ibu.

Kala II berlangsung selama 13 menit dari pembukaan lengkap

sampai dengan bayi lahir. Dimana dilakukan pertolongan persalinan

dengan 60 langkah APN sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh

Prawirohardjo (2016),bahwa standar melakukan pertolongan

persalinan dengan mengikuti APN 60 langkah. Kala II berlangsung

dari jam 22.10 wita sampai bayi lahir pukul 22.33 wita, bayi lahir

spontan langsung menangis, jenis kelamin laki-laki dan A/S: 8/9

Proses persalinan kala II ibu berlangsung normal karena menurut

Sulistyawati (2013) kala II pada multigravida adalah 1 jam.

Kala III (pengeluaran) dimulai sejak kelahiran bayi sampai

plasenta lahir lengkap. Kala III Ny. D belangsung selama 10 menit

(jam 22.33 - 22.43 wita).Hal tersebut dalam batas normal karena

perlangsungan kala III dikatakan normal apabila tidak melebihi dari 30

menit (Prawirohardjo, 2016).

Pada kala III dilakukan manajemen aktif kala III yaitu segera

setelah kelahiran bayi dan dipastikan tidak ada janin kedua kemudian

dilakukan penyuntikan oksitosin 10 IU IM, melakukan PTT sambil

melihat tanda pelepasan plasenta (uterus globuler, tali pusat

bertambah panjang dan ada semburan darah tiba-tiba), setelah


184

plasenta lahir dilakukan masase fundus uteri selama 10 detik untuk

merangsang kontraksi uterus ibu. Asuhan tersebut sejalan dengan

APN 60 langkah, dimana manajemen aktif kala III dilakukan untuk

menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat

mempercepat waktu kala III, mencegah perdarahan dan mengurangi

kehilangan darah (Rohani, 2013).

Selama persalinan sebaiknya menghadirkan orang yang dianggap

penting oleh ibu (suami, keluarga pasien atau teman dekat), memberi

kesempatan kepada ibu untuk memilih posisi yang nyaman selama

masa persalinan, menjelaskan kemajuan persalinan, mengajarkan

teknik relaksasi, memberi cukup makan dan minum pada ibu,

memberikan sentuhan/massase (Marmi, 2012). Hal tersebut juga

dilakukan selama proses persalinan Ny. D. Persalinan Ny. D

didampingi oleh suami, ibu diajarkan teknik relaksasi dan penulis

memberikan masase pada pinggang serta punggung untuk mengatasi

nyeri persalinan, serta ibu juga diberi kebebasan dalam memilih posisi

persalinan.Keluarga dan suami sesekali menyuapi ibu makanan dan

memberikan minum.

Kala IV adalah tahap pengawasan selama 2 jam setelah bayi dan

plasenta lahir. Pengawasan selama 2 jam pada Ny. D berlangsung

dengan normal dan ibu dalam keadaan baik serta tidak terjadi

perdarahan postpartum. Pada pemeriksaan laserasi jalan lahir tidak

didapatkan adanya laserasi. Pemantauan yang dilakukan selama 2


185

jam Post Partum terlampir pada partograf yaitu tekanan darah 110/70

mmHg , TFU 2 jari dibawah pusat, Lochea rubra, kontraksi uterus

keras, kandung kemih kosong dan perdarahan dalam batas normal

(Marmi, 2012).

3. Nifas

Kunjungan nifas dilakukan sebanyak 2 kali. Kunjungan nifas I

dilakukan pada tanggal 24 Maret 2021, dan kunjungan nifas II

dilakukan pada tanggal 29 Maret 2021. Pada kunjungan nifas yang

dilakukan, hasil pemeriksaan normal.

Kunjungan nifas pertama (KF 1) dilakukan pada nifas jam ke-8

sesuai dengan teori Kemenkes RI (2019), bahwa jadwal KF 1 adalah

6 - 48 jam. Hasil pemeriksaan yang didapatkan pada kunjungan ini

yaitu tekanan darah 110/70 mmHg. Tinggi Fundus Uteri 2 jari

dibawah pusat sesuai dengan teori menurut Jannah (2011), bahwa

TFU setelah plasenta lahir 2 jari dibawah pusat. Kontraksi uterus

teraba keras adalah hal yang normal sesuai dengan teori menurut

Walyani (2015), uterus yang baik adalah teraba keras. Lokia rubra

adalah hal yang normal sesuai dengan teori Walyani (2015), bahwa 1-

2 hari post partum Lochea rubra. Adanya pengeluaran kolostrum pada

payudara ibu merupakan hal yang fisiologis pada masa nifas sesuai

dengan teori menurut Walyani (2015), bahwa cairan pada payudara

yang keluar adalah kolostrum.


186

Pada kunjungan pertama ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah.

Asuhan yang diberikan adalah memberitahu ibu bahwa keluhan nyeri

perut bagian bawah merupakan hal yang fisiologis terjadi pada ibu

dalam masa nifas sesuai dengan teori menurut Prawiroharjdo (2016),

bahwa Nyeri disebabkan adanya kontraksi uterus, berlangsung 2-4

hari pasca persalinan. Nyeri dapat juga ditemukan pada ibu yang

menyusui bayi karena menyusui merangsang kontraksi uterus.

Menganjurkan pada ibu untuk memberi ASI ekslusif pada bayinya

sesuai dengan teori menurut Manuaba (2014), bahwa bayi umur 0-6

bulan tidak membutuhkan makanan tambahan selain ASI.

Memberitahu tanda bahaya masa nifas sesuai dengan teori menurut

Manuaba (2014), tanda bahaya masa nifas yaitu, terjadi perdarahan,

lokia berbau busuk, pusing yang berlebihan, demam payudara

berubah menjadi merah dan bengkak, merasa depresi dan timbul

perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya.

Kunjungan nifas kedua (KF 2) dilakukan pada nifas hari ke-6

sesuai dengan teori menurut Kemenkes RI (2019), bahwa jadwal KF

2 adalah 3 - 7 hari post partum. Hasil pemeriksaan yang didapatkan

pada kunjungan ini yaitu tekanan darah 110/80 mmHg, TFU 3 jari

dibawah pusat, lokia sanguinolenta, kontraksi uterus baik teraba keras

dan bundar sesuai dengan teori menurut Walyani (2015), tentang

perubahan fisik masa nifas bahwa TFU 3 hari adalah 3 jari dibawah

pusat dan lokia sanguinolenta 3-7 hari postpartum.


187

4. Bayi Baru Lahir

Kunjungan bayi baru lahir dilakukan sebanyak 2 kali sesuai

dengan teori menurut Kemenkes RI (2011), bahwa kunjungan masa

nifas dan bayi dapat dilakukan bersamaan. Bayi Ny. D lahir cukup

bulan dengan usia kehamilan 41 minggu 6 hari, lahir spontan pukul

22.33 wita, tidak ditemukan adanya masalah, langsung menangis,

tonus otot (+), warna kulit kemerahan, jenis kelamin laki-laki, berat

badan 3500 gram, panjang badan 50 cm, lingkar kepala 35 dan dada

33 cm.

Kunjungan bayi pertama dilakukan pada bayi baru lahir usia 9 jam

sesuai dengan teori menurut Kemenkes RI (2019), bahwa KN 1

dilakukan pada 6 - 48 jam. Imunisasi unijec diberikan pada bayi Ny. D

dengan selang waktu pemberian HB0 adalah 1 jam setelah pemberian

vitamin K. HB0 diberikan secara IM pada paha sebelah kanan

anterolateral pada tanggal 23 Maret 2021 Tujuan pemberian HB0

untuk mencegah penyakit hepatitis B pada bayi. Pada kunjungan ini

menjelaskan pada ibu cara menyusui bayi yang baik dan benar dan

menjaga kehangatan bayi sesuai dengan teori menurut Jannah

(2011), bahwa tujuan melakukan cara menyusui yang baik dan benar

adalah untuk merangsang produksi ASI, memperkuat refleks

menghisap bayi dan mencegah terjadinya lecet pada puting susu ibu

akibat perlekatan yang salah. Menjaga kehangatan bayi untuk

mencegah terjadinya hipotermi pada bayi


188

Kunjungan kedua (KN 2) dilakukan pada bayi baru lahir usia 6 hari

sesuai dengan teori menurut Kemenkes RI (2019), bahwa kunjungan

bayi dilakukan 3 – 7 hari. Berdasarkan pemeriksaan yang telah

dilakukan keadaan umum bayi baik dan tidak ditemukan kelainan.

Memberitahu pada ibu tanda infeksi pada tali pusat sesuai dengan

teori menurut Jannah (2011), yaitu tercium bau busuk biasa disertai

nanah pada tali pusat, timbul ruam merah dan bengkak disekitar tali

pusat, demam dan malas menyusui.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah melakukan asuhan pada Ny.D dengan menggunakan

asuhan secara continuity of care, yaitu asuhan yang berkesinambungan

dari kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir yang dimulai pada

tanggal 15 Februari s/d 29 Maret 2021, dengan menggunakan

pendokumentasian 7 langkah Varney dan SOAP pada Ny.D maka dapat

disimpulkan :

1. Pada asuhan kebidanan pada masa Kehamilan Ny.D di lakukan BPM

Darma Bakti telah dilakukan kunjungan sebanyak 2 kali, pada tanggal

15 Februari 2021 saat usia kehamilan 35 minggu 5 hari dan tanggal 2

Maret 2021 saat usia kehamilan 38 minggu 6 hari. Dengan kondisi

kehamilan berjalan dengan normal.

2. Pada asuhan kebidanan pada masa persalinan Ny.D di lakukan di

kamar bersalin BPM Darma Bakti pada tanggal 23 Maret 2021. Ibu

masuk dengan kala I fase aktif pembukaan 7 cm pada pukul 20:00

WITA,. Pembukaan lengkap pukul 22:10 WITA dan bayi lahir pukul

22:33 WITA, artinya perlangsungan kala II selama 13 menit. Plasenta

lahir lengkap pada pukul 22:43 WITA, perlangsungan kala III selama

10 menit. Di lanjutkan dengan pengawasan pada kala IV berlangsung

selama 2 jam.

189
190

3. Pada asuhan kebidanan pada masa nifas Ny.D di lakukan 2 kali

kunjungan, yaitu pada tanggal 24 Maret 2021, Kunjungan kedua di

lakukan pada tanggal 29 Maret 2021 tidak ditemukan masalah dan

komplikasi pada masa nifas.

4. Pada asuhan kebidanan pada bayi baru lahir Ny.D bersamaan di lakukan

saat asuhan masa nifas. Tidak terjadi masalah atau komplikasi.

5. Selama pelaksanaan asuhan kebidanan dari mulai kehamilan trimester 3,

bersalin, nifas, dan Bayi Baru Lahir (BBL), telah dilakukan

pendokumentasian.

B. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan

Di harapkan Laporan Tugas Akhir ini dapat menjadi bahan referensi di

perpustakaan politeknik kesehatan kendari jurusan kebidanan dan

sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya serta lebih memperbanyak

referensi terbaru mengenai kebidanan dari dalam negeri ataupun luar

negeri sehingga dapat mempermudah mahasiswa dalam penulisan

Laporan Tugas Akhir ini.

2. Bagi institusi pelayanan kesehatan

Di harapkan bidan tetap mempertahankan dan terus meningkatkan

pelayanan asuhan kebidanan yang sudah baik kepada klien dan

meningkatkan asuhan sesuai dengan standar yang sudah menjadi


191

kebijakan pemerintah mulai dari asuhan kehamilan, persalinan, masa

nifas, dan bayi baru lahir.

3. Bagi mahasiswa

Di harapkan agar dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

yang lebih dengan perkembangan zaman yang semakin maju sera

meningkatkan mutu asuhan kebidanan yang di berikan kepada pasien

langsung secara komperhensif.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, A dan Rohani, A. (2011). Asuhan Pada Masa Persalinan. Salemba

Medika.

Anwar, K. K., Hadju, V., & Massi, M. N. (2019). Pengaruh Murottal Al-

quranTerhadap Peningkatan Kadar Beta-Endorphin Dan Penurunan Tingkat

Nyeri Pasien Post Sectio Caesarea. Jurnal Kesehatan, 10(2), 58.

https://doi.org/10.35730/jk.v10i2.394

Bobak dan Lawdermik. (2012). Buku Ajar KeperawatanMaternitas.

CDC. (2020). Society of hypertension Guidelines.

Cunningham, F. G. (2012). Obstetric Williams. EGC.

Dinas Kesehatan Sulawesi Tenggara. (2018). Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara

2017.

Fitriahadi, E. (2017). Buku Ajar Asuhan Kehamilan Disertai Daftar Tilik.

Yogyakarta: Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.

Jamil, S. N., & Hamidah, P. S. (2017). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Neonatus

Bayi, Balita Dan Anak Prasekolah. Fakultas Kedokteran Dan Kesehatan

Universitas Muhammadiyah: Jakarta. Hal, 8–9.

Jannah, N. (2017). Asuhan Kebidanan Persalinan. Ar-Ruzz Media.

Kemenkes RI. (2018). Profil Kesehatan Indonesia. Kemenkes RI.

Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia.

Kementrian kesehatan RI. (2014). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014.


Kementrian kesehatan RI. (2020a). Buku KIA Kesehatan Ibu Dan Anak.

kementrian kesehatan dan JICA (Japan International Coorperation Agency).

Kementrian kesehatan RI. (2020b). Pedoman Bagi Ibu Hamil, Ibu Nifas, Dan Bayi

Baru Lahir.

Kementrian kesehatan RI. (2020c). Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu (Edisi

Keti). Kementrian Kesehatan RI.

Khasanah, N. A., & Sulistyawati, W. (2017). Asuhan Nifas dan Menyusui. E-Book

Penerbit STIKes Majapahit, 1–177.

Mansyur, N. (2014). Buku ajar: Asuhan kebidanan masa nifas. Selaksa Media.

Manuaba, I. A. . (2013). IlmuKebidanan, PenyakitKandungan, dan KB

UntukPendidikanBidan (2nd ed.). EGC.

Manuaba, I. A. . (2014). Ilmu Penyakit Kandungan dan KB (Edisi Kedu). EGC.

Marmi, dan Rahardjo, K. (2012). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak

Prasekolah. Pustaka Belajar.

Maryunani, A. (2013). Asuhan Kegawat Daruratan Maternal & Neonatal. Trans

Info Medika.

Mochtar, R. (2015). Sinopsis Obstetri.

Moleong, L. J. (2011). Metodepenelitiankualitatif. PT Rosdakarya.

Nurjasmi, D. E. (2016). Buku Acuan Midwife Update (Cetakan1 ed.). Pengurus

Pusat Ikatan Bidan Indonesia.

Prawirohardjo, S. (2016). Ilmu Kebidanan (Edisi Keem). Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.
Rini, Susito & Kumala, Feti. (2017). Panduan asuhan nifas dan evidance based

practice (1st ed.).

Rohani, . S. dan Marisah. (2013). Asuhan Kebidanan Pada Masa Persallinan.

Salemba Medika.

Saifuddin. (2013). Ilmu Kebidanan. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sholichah, N. dan N. (2017). Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. Y. Jurnal

Komunikasi Kesehatan, VIII No.1 .

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kombinasi. In Alfabeta.

Tyastuti, S. dan H. P. W. (2016). Asuhan Kebidanan Kehamilan. Pusdik SDM

Kesehatan.

Varney, H. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan (Edisi4 ed.). EGC.

Walyani E. S. (2015). Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Pustaka Baru.

Wiknjosastro, H. (2014). Ilmu Kebidanan. PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.

Yanti. (2015). Model Asuhan Kebidanan CoC Turunkan AKI dan AKB.

https;//ugm.ac.id/.Diakses07 april 2020

Anda mungkin juga menyukai