Anda di halaman 1dari 232

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.

Y
DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KONDA
KABUPATEN KONAWE SELATAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan


Pendidikan Program Studi Diploma III Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Kendari

OLEH :
WIWIN LESTARI
NIM P00324019149

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES KENDARI
PRODI D-III KEBIDANAN
2022

i
ii
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Identitas penulis

a. Nama : Wiwin Letari

b. Tempat/tanggal lahir : Karya Bhakti, 31 Januari 2001

c. Jenis Kelamin : Perempuan

d. Agama : Islam

e. Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

f. Nama orang tua

Ayah : Slamet Rianto

Ibu : Sukarti

g. Alamat : Jln. Kurapu, Desa. Karya Mulya

2. Riwayat Pendidikan

a. Tahun 2005-2007 : TK Tunas Agung

b. Tahun 2007-2013 : SD Negri 33 Kulisusu Barat

c. Tahun 2013-2016 : SMPN 2 Satap

d. Tahun 2016-2019 : SMA 1 Kulisusu

e. Tahun 2019- Sekarang : DIII Politeknik Kesehatan Kemenkes

Kendari

iv
ABSTRAK
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. Y
DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KONDA
KABUPATEN KONAWE SELATAN
Wiwin1, Dr.Kartini 2,Farming2
Latar Belakang : Pelayanan kesehatan merupakan bagian integral
dari pelayanan dasar yang terjangkau oleh seluruh masyarakat,
didalamnya termasuk pelayanan kesehatan ibu yang berupaya agar
setiap ibu hamil dapat melalui kehamilan dan persalinanya dengan
selamat. Upaya ini dapat tercapai bila pelayanan bermutu dan
berkesinambungan. Kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir
merupakan suatu proses fisiologis dimana dalam prosesnya terdapat
kemungkinan yang akan mengancam jiwa ibu dan bayi bahkan dapat
menyebkan kematian. Upaya untuk menurunkan angka kematian ibu
dan bayi salah satunya dengan asuhan kebidanan berkesinambungan
Tujuan : Memberikan asuhan kebidanan secara continuity of care
pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir sesuai manajemen
kebidanan dan pendokumentasian SOAP.
Metode : Jenis penelitian adalah deskriptif studi kasus dilakukan di
Puskesmas Konda pada Ny.Y mulai tanggal 20 Maret 2022 sampai
tanggal 15 April 2022
Hasil : Asuhan kebidanan komprehensif pada Ny.Y umur 36 tahun
mulai dari kehamilan trimester III, Kunjungan ANC I pada usia
kehamilan 38 minggu, Kunjungan ANC II pada usia kehamilan 39
minggu dan kunjungan PNC pada 6 jam dan 6 hari post partum. Saat
proses persalinan ibu bersalin secara normal dengan Asuhan APN 60
langkah, bayi lahir spontan dengan BBL 3000 gram, PB 50 cm dan
segera dilakukan asuhan bayi baru lahir.
Kesimpulan : Asuhan kebidanan secara komprehensif yang telah
dilakukan pada Ny.Y saat hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir
dalam batas normal dan tidak ada penyulit yang menyertai.
Diharapkan profesi bidan dalam memberikan asuhan kebidanan
secara komprehensif, mempertahankan dan meningkatkan kompetensi
dalam memberikan asuhan sesuai standar pelayanan kebidanan
Kata Kunci : Kehamilan, Persalinan , Masa Nifas dan Bayi Baru Lahir
1
Mahasiswa Program Studi D-III Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Kendari
2
Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT karena atas

limpahan rahmat dan hidayahnya penulis bisa menyelesaikan Laporan Tugas

Akhir ini dengan judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. Y G4P3A0

mulai dari Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir Di Wilayah Kerja

Puskesmas Konda Tahun 2022’’ yang merupakan salah satu syarat dalam

menyelesaikan pendidikan di Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari Prodi D-

III Jurusun Kebidanan dengan lancar.

Sejak persiapan, pelaksanaan dan pengolahan hingga terselesaikannya

Laporan Tugas Akhir ini penulis memperoleh banyak bantuan bimbingan, arahan

dan motivasi dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih dan rasa syukur khususnya

pada Ibu Dr. Kartini, S.Si.T, M.Kes selaku Pembimbing I dan Ibu Farming,

SST,M.Kes selaku Pembimbing II, yang telah ikhlas meluangkan waktunya

untuk membimbing penulis selama penyusunan Laporan Tugas Akhir ini. Dan

tak lupa juga penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Teguh Faturrahman, SKM., MPPM selaku Direktur Politeknik

Kesehatan Kemenkes Kendari.

2. Ibu Arsulfa, S.Si.T, M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik

Kesehatan Kemenkes Kendari.

3. Ibu Melania Asi, S.Si.T, M.Kes selaku penguji I. Ibu Heyrani, S.Si. T, M.Kes
Selaku Penguji II. Ibu Khalidatul Khair Anwar, S.ST.,M.Keb selaku Penguji
III, yang telah meluangkan waktu untuk menguji dan

vi
memberikan arahan kepada penulis hingga Laporan Tugas Akhir ini dapat
terselesaikan dengan baik.
4. Puskesmas Konda terkhususnya Kepala Bidan Pitriani yang telah membantu
saya selama melaksanakan tugas Akhir.
5. Kepada seluruh dosen dan staff Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan
Kebidanan yang membantu penulis dalam menempuh pendidikan.
6. Teristimewa ucapan terima kasih tak terhingga kepada keluarga saya terutama
kepada Ayah Tercinta Slamet Rianto, Ibu Tercinta Sukarti dan Adik saya
Alfarizqi Yanto yang telah memberikan doa dan kasih sayang serta motivasi
dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
7. Terimakasih kepada Ny.”Y” dan keluarga telah bersedia untuk menjadi
subjek studi kasus saya dalam Laporan Tugas Akhir ini.
8. Terimakasih kepada Anwar, terimakasih telah membantu saya dan
memberikan dukungan serta semangat untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
9. Sahabat-sahabatku Nurmila, Evitrinita, Amalia, Rati, Asma, Rani, Dillah
Hasanah Anggraeni, dan yang lain yang tidak bisa saya sebut satu persatu.
Saya selaku penulis mengucapkan terimakasih serta dukungan yang diberikan
kepada saya, dan terimakasih kepada Teman-teman Angkatan 2019 Prodi D-
III Kebidanan terkhusus kelas IIIC atas dukungan dan kerjasama selama
perkuliahan.
Penulis menyadari bahwa penulisan Laporan Tugas Akhir ini tidak
luput dari kesalahan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun demi kesempurnaanya. Akhir kata, penulis berharap semoga
Laporan Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi setiap orang yang
menggunakannya.

Kendari, 27 Juni 2022

WIWIN LESTARI

vii
DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN SAMPUL...........................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................iii
RIWAYAT HIDUP.................................................................................iv
KATA PENGANTAR............................................................................v
ABSTRAK..............................................................................................viii
DAFTAR ISI...........................................................................................ix
DAFTAR TABEL...................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................xii
DAFTAR ARTI,LAMBANG, SINGKATAN, DANISTILAH............xiii
BAB IPENDAHULUAN
Latar Belakang................................................................................1
Ruang Lingkup Asuhan..................................................................4
Tujuan Penulisan............................................................................5
Manfaat Penulisan..........................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kehamilan. 6
Persalinan........................................................................................37
Nifas 73
Bayi Baru Lahir..............................................................................90
Manajemen Tujuh Langkah varney................................................99
Pendokumentasian SOAP...............................................................102
BAB III METODE PENULISAN LAPORAN
Jenis Penelitian...............................................................................105
Waktu dan Tempat Penelitian.........................................................105
Subjek Penelitian............................................................................106
Instrumen Penelitian.......................................................................106
Teknik Pengumpulan Data.............................................................106
Trianggulasi Data...........................................................................107

viii
BAB IV TINJAUAN KASUS
Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan.....................................109
Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan......................................134
Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas..............................................158
Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir......................................173
Pembahasan....................................................................................185
BAB V PENUTUP Kesimpulan 197
Saran...............................................................................................198
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Tabel2.1 TFU Menurut penambahan pertigaan...........................................11

Tabel 2.2 Diagnosa banding primipara dan multipara.................................28

Tabel 2.3 Pemberian vaksin TT....................................................................35

Tabel 2.4 PemantauanUraian APN...............................................................60

Tabel 2.5 Perbedaan masing-masing lochea.................................................77

Tabel 2.6 Kunjungan masa nifas...................................................................85

Tabel 2.7 Apgar score...................................................................................96

Tabel 4.1 Observasi his................................................................................147

Tabel 4.2 Penilaian Apgar score....................................................................174

x
xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Partograf

Lampiran 2. Surat keterangan telah melakukan asuhan komprehensif Lampiran 3.

Surat persetujuan telah menjadi klien

Lampiran 4. Surat keterangan bebas pustaka

Lampiran 5. Dokumentasi

xi
DAFTAR ARTI, LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH

ABORTUS : Ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi


sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.
A/S : Apgar Score
AKI : Angka Kematian Ibu
AKB : Angka Kematian Bayi
BAB : Buang Air Besar
BB : Berat Badan
BAK : Buang Air Kecil
DJJ : Detak Jantung Janin
GRAVIDA : Seorang ibu yang hamil
HPHT : Hari Pertama Haid Terakhir
LBK : Letak Belakang Kepala
LD : Lingkar Dada
LK : Lingkar Kepala
LP : Lingkar Perut
TTV : Tanda-Tanda Vital
TD : Tekanan Darah
N : Nadi
P : Pernapasan
S : Suhu
PAP : Pintu Atas Panggul
PB : Panjang Badan

xii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan merupakan proses yang alamiah. Perubahan- perubahan

yang terjadi pada wanita selama kehamilan normal adalah bersifat

fisiologis, bukan patologis. Oleh karenanya, asuhan yang diberikan pun

adalah asuhan yang meminimalkan intervensi (Gultom dan Hutabarat,

2020).

Berdasarkan hasil estimasi, jumlah penduduk Indonesia pada

tahun 2020 adalah sebesar 270.203.917 jiwa yang terdiri atas 136.661.899

jiwa penduduk laki-laki dan 133.542.018 jiwa penduduk perempuan

(BPS, 2020). Penurunan jumlah pertumbuhan penduduk terbesar terjadi

pada tahun 2019-2020 dari 3,06 juta per tahun menjadi 2,99 juta per tahun.

Keberhasilan program kesehatan ibu dapat dinilai melalui indikator utama

Angka Kematian Ibu (AKI). Kematian ibu dalam indikator ini

didefinisikan sebagai semua kematian selama periode kehamilan,

persalinan, dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan

nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena sebab lain seperti

kecelakaan atau insidental. (Kemenkes,RI 2021)

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, jumlah kematian ibu

mencapai 4.627 jiwa pada 2020. Angka tersebut meningkat 10,25%

dibandingkan dengan tahun sebelumnya hanya 4.197 jiwa.\


2

Penyebab kematian ibu pada tahun 2019, antara lain diakibatkan

oleh pendarahan (28,29%), hipertensi (23%), dan gangguan sistem

peredaran darah (Kemenkes,RI 2020). Jumlah angka kematian ibu semakin

membludak di masa pandemi covid-19. Berdasarkan data dari Kementerian

Kesehatan, angka kematian ibu pada 2021 mencapai 6.865 orang. Jumlah

tersebut meningkat dibanding 2019 yang tadinya 4.197 orang

(Kemenkes RI, 2021). Hasil Survey Demografi dan Kesehatan

Indonesia (SDKI) Tahun 2017 menunjukan Angka Kematian Bayi Baru

Lahir / Neonatal (AKN) sebesar 15/1.000 kelahiran hidup, AKB

24/1.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2019).

Jumlah kematian ibu di Provinsi Sulawesi Tenggara adalah

149 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Tingginya AKI disebabkan

oleh beberapa faktor, antara lain keterlambatan penanganan pada kasus

komplikasi, rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk

memeriksakan kehamilan ketenaga kesehatan dan kecenderungan enggan

melahirkan di fasilitas kesehatan yang tersedia dan lebih memilih kedukun

ketika melahirkan. Data tersebut tampaknya berkaitan dengan cakupan

kunjungan K4 yang relatif rendah (Dinkes Sultra, 2018).

2
3

Secara umum AKI kota Kendari mengalami fluktuasi dimana pada

tahun 2015 sampai dengan 2019, yaitu 8 kasus (114 per

100.000kelahiran hidup) menjadi 4 kasus (45 per 100.000 kelahiran

hidup ). Namun demikian, tahun 2018 menunjukkan peingkatan AKI yaitu

6 kasus (70 per 100.000 kelahiran hidup) (Dinkes Kendari, 2020). upaya

percepatan dalam penurunan AKI dapat dilakukan dengan menjamin

setiap ibu untuk mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu yang

berkualitas, seperti pelayanan kesehatan pada ibu hamil, pertolongan

persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas pelayanan kesehatan,

perawatan pascapersalinan pada ibu dan bayi, perawatan khusus serta

rujukan jika terjadi komplikasi, dan pelayanan keluarga berencana

(Kemenke RI, 2019).

Data AKB di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2017 adalah 3 per

1000 kelahiran hidup. Angka Kematian Balita (AKABA) per

1.000 kelahiran hidup selama periode 2013-2017 cenderung mengalami

penurunan, namun dalam 3 tahun terakhir AKABA relative tetap berkisar

pada 5 balita per 1000 kelahiran hidup (Dinkes Kota Kendari, 2020).

Bidan merupakan salah satu profesi atau tenaga kesehatan yang

menjadi ujung tombak pembangunan kesehatan dalam upaya percepatan

penurunan AKI dan AKB. Oleh karena itu, dibutuhkan bidan yang

terampil dalam melakukan prosedural klinis yang memiliki kemampuan

analisis, kritis, dan tepat dalam melakukan


penatalaksanaan asuhan. Keterlibatan bidan dalam asuhan normal dan

fisiologis berpengaruh dalam penyelamatan jiwa ibu dan bayi.

Upaya yang dilakukan bidan dalam menurunkan AKI dan AKB

adalah dengan memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dan

professional kepada ibu dan bayi serta Continuity of care. Asuhan

kebidanan komprehensif berupaya untuk menurunkan angka kematian ibu

(AKI) dan angka Kematian Bayi (AKB) serta menurunkan mordibitas.

Asuhan komprehensif yang dilakukan yaitu manajeman asuhan pada ibu

hamil, bersalin, bayi baru lahir, dan nifas. Hal ini dilakukan untuk

mendeteksi dini kelainan yang mungkin terjadi untuk segera ditangani.

Continuity of Care dalam asuhan kebidanan merupakan layanan

melalui model asuhan berkelanjutan pada perempuan sepanjang masa

kehamilan, kelahiran serta masa post partum. serta asuhan keluarga

berencana yang menghubungkan kebutuhan kesehatan perempuan

khususnya dan keadaan pribadi setiap individu. Karena semua perempuan

berisiko terjadinya komplikasi selama masa prenatal, natal dan post natal.

Filosofi model continuity of care menekankan pada kondisi alamiah

yaitu membantu perempuan agar mampu melahirkan dengan intervensi

minimal dan pemantauan fisik, kesehatan psikologis, spiritual dan sosial

perempuan dan keluarga. Siklus persalinan merupakan paket pelayanan

yang meliputi pelayanan yang berkelanjutan selama

4
hamil, bersalin dan pasca persalinan. Memberikan informasi dan arahan

perseorangan kepada perempuan. Sehingga perawatan yang dilakukan oleh

bidan terpercaya selama persalinan dan nifas serta mengidentifikasi dan

merujuk apabila membutuhkan perawatan lanjutan ke spesialis obstetri

atau spesialis lainnya (Ningsih, 2017).

UPTD Puskesmas Konda merupakan fasilitas pelayanan kesehatan

masyarakat yang berada di kabupaten konawe selatan yang memberikan

pelayanan kesehatan terpadu dan berkualitas jenis pelayanan kesehatan di

Puskesmas Konda antara lain, poli umum, UGD, poli gigi, poned, poli anak

MTBs, rawat inap, klinik gizi, poli KIA-KB, klinik akupressur, klinik

kesling, kefarmasian, laboratorium dan kamar bersalin. Poli KIA-KB di

UPTD Puskesmas Konda memberikan pelayanan kesehatan pada Ibu dan

anak yang Komprehensif yang terdiri dari Asuhan Antenatal Care,

pelayanan alat kontrasepsi dan imunisasi. Kamar Bersalin di UPTD

Puskesmas Konda memberikan Asuhan Intranatal Care menggunakan

Asuhan Persalinan Normal 60 langkah dengan prinsip sayang ibu dan bayi

serta asuhan postnatal care dan asuhan neonatus dan bayi

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik melakukan Asuhan

Kebidanan Komprehensif Pada Ny Y G4P3A0 Di Wilayah

5
Kerja UPTD Puskesmas Konda Kabupaten Konawe Selatan

Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2022.

B. Ruang Lingkup Asuhan

Ruang lingkup laporan ini adalah asuhan kebidanan yang diberikan

kepada Ny.Y meliputi asuhan kehamilan trimester III, asuhan persalinan,

asuhan masa nifas dan asuhan bayi baru lahir (neonatus).

6
7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KEHAMILAN

1. Pengertian

Kehamilan adalah masa yang dimulai dari pembuahan sampai

lahirnya janin dalam rahim. Usia Kehamilan dengan normal mulai dari

280 hari 40 minggu atau 9 bulan 7 hari. Pada Kehamilan akan terbagi

menjadi atas 3 trimester diantaranya kehamilan trimester pertama mulai

yang dimulai pada kehamilan 0 – 14 minggu kehamilan, kehamilan

trimester kedua dimulai dari 14 – 28 minggu, dan kehamilan trimester

ketiga mulai dari usia kehamilan 28 – 42 minggu (Prawirohardjo, 2018)

Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan PUS tentang

pemeriksaan IVA di Puskesmas Poasia Kota Kendari sebagian besar

dalam kategori pengetahuan kurang. Sikap PUS tentang pemeriksaan

IVA di Puskesmas Poasia Kota Kendari sebagian besar dalam kategori

sikap negatif. Wanita usia subur yang bersikap positif sebagian besar

memiliki pengetahuan yang cukup, sedangkan PUS yang memiliki

sikap negatif sebagian besar memiliki pengetahuan kurang. Ada

hubungan pengetahuan dengan sikap ibu tentang pemeriksaan

Inspeksi
Visual Asam Asetat (IVA) di Puskesmas Poasia Kota Kendari

(X2= 29,816; p=0,000). (Kartini, 2017a)

2. Proses Terjadinya Kehamilan

1) Ovulasi

Proses kehamilan dimulai dari ovulasi yaitu keluarnya sel

telur yang matang dari indung telur (ovarium). Setelah sel telur

dilepaskan bergerak ke tuba fallopi, sel telur memiliki waktu 12

sampai 24 jam bertahan pada saluran reproduksi wanita menunggu

sel sperma membuahi. Ovulasi terjadi kira

– kira 14 hari sebelum menstruasi datang, sekitar dua minggu

setelah hari pertama menstruasi terakhir (sering disebut masa

subur). Jika tidak ada sel sperma yang masuk dan membuahi sel

telur, maka tidak terjadi proses kehamilan dan sel telur akan

bergerak menuju rahim (uterus) kemudian hancur. Kadar hormon

yang dihasilkan korpus luteum tadi kembali normal sehingga

lapisan rahim yang menebal tadi menjadi luruh, disebut menstruasi

atau haid.

2) Fertilisasi (Pembuahan)

Bila saat ovulasi terjadi hubungan intim, sel sperma masuk ke

dalam vagina menuju mulut rahim, rahim dan tuba fallopi dan

bertemu dengan sel telur, terjadi proses pembuahan yang ± 18 jam

maka proses kehamilan dimulai

8
pada tahap ini. Sel telur akan mengubah dirinya sehingga tidak

ada sperma lain bisa masuk (membuahi).

3) Implantasi

Telur yang telah dibuahi (zigot) mulai membelah diri

(embrio). Sel embrio terus membelah ketika bergerak melalui tuba

fallopi menuju rahim. Ketika sampai rahim embrio akan menempel

dan tertanam dalam dinding rahim yang sudah menebal (subur),

disebut implantasi (penanaman). Rahim kemudian menebal dan

mulut rahim diselaputi oleh operculum (selaput mucus pada mulut

rahim) sampai bayi keluar saat persalinan.

3. Tanda Kehamilan

Menurut (Jannah, 2017) tanda – tanda kehamilan dibagi

menjadi tiga yaitu tanda dugaan hamil (presumtif sign), tanda tidak

pasti hamil (probable sign), dan tanda pasti hamil (positive sign).

1) Tanda Tidak Pasti Hamil

a. Peningkatan suhu basal tubuh

Kenaikan suhu basal lebih dari 3 minggu, kemungkinan

adanya kehamilan. Kenaikan ini berkisar antara 37,2 °C

sampai dengan 37,8 °C.

9
b. Perubahan warna kulit

Cloasma Gravidarum berupa berwarna kehitaman sekitar mata,

hidung, dan pelipis yang umumnya terjadi pada kehamilan

mulai 16 minggu. Warna akan semakin gelap jika terpapar sinar

matahari. Perubahan kulit lainnya bisa berupa hiperpigmentasi

di sekitar aerola dan putting mamae, munculnya linea nigra

yaitu pigmentasi pada linea medialis perut yang tampak jelas

mulai dari pubis sampai umbilikus. Perubahan pada kulit terjadi

karena rangsangan Melanotropin Stimulating Hormone/MSH.

Striae gravidarum berupa garis−garis tidak teratur sekitar perut

berwarna kecoklatan, dapat juga berwarna hitam atau ungu tua

(striae livide) atau putih (striae albicans) yang tejadi dari

jaringan kolagen yang retak diduga karena pengaruh

adrenocortikosteroid. Seringkali terjadi bercak – bercak

kemerahan (spider) karena kadar esterogen yang tinggi.

c. Perubahan Payudara

Pembesaran dan hipervaskularisasi mamae terjadi sekitar

kehamilan 6 sampai 8 minggu. Pelebaran aerola dan

menonjolnya kalenjer montgomery, karena rangsangan hormon

steroid. Pengeluaran kolostrum

10
biasanya kehamilan 16 minggu karena pengaruh prolaktin dan

progesteron.

d. Pembesaran Perut

Biasanya tampak setelah 16 minggu karena pembesaran uterus.

Ini bukan tanda diagnostik pasti tapi harus dihubungkan degan

tanda kehamilan lain. Perubahan kurang dirasakan

primigravida, karena kondisi otot – otot masih baik.

Pembesaran perut mungkin dapat ditemui pada obesitas,

kelemahan otot perut, tumor pelvik dan perut, ascites, hernia

perut bagian depan.

e. Balotement

Pada kehamilan 16 sampai 20 minggu pemeriksaan palpasi

kesan seperti ada masa yang keras, mengapung dan memantul

di uterus. Dapat terjadi pada tumor uterus, mioma, acites, dan

kista ovarium.

f. Kontraksi Uterus

Kontraksi uterus yang dirasakan seperti tertekan dan kencang,

disebut kontraksi brackston Hicks. Uterus mudah terangsang

oleh peninggian hormon oksitosin gejala ini biasanya mulai

usia kehamilan 28 minggu pada primi dan semakin lanjut

kehamilannya semakin sering dan kuat.

11
g. Tanda Chadwick dan Goodell

Terjadi perubahan warna pada vagina atau porsio menjadi

kebiruan atau ungu yang disebut tanda chadwick. Perubahan

konsistensi serviks menjadi lunak disebut tanda goodell.

2) Tanda Mungkin Hamil

a. Amenorea

Haid dapat berhenti karena konsepsi namun dapat pula terjadi

pada wanita dengan stres atau emosi, faktor hormonal,

gangguan metabolisme, serta kehamilan yang terjadi pada

wanita yang tidak haid karena menyusui ataupun sesudah

kuretase. Amenorea penting dikenali untuk mengetahui hari

pertama haid terakhir (HPHT) dan hari perkiraan lahir (HPL).

b. Mual dan muntah

Keluhan yang sering dirasakan wanita hamil sering disebut

dengan morning sickness yang dapat timbul karena bau rokok,

keringat, masakan, atau sesuatu yang tidak disenangi. Keluhan

ini umumnya terjadi hingga usia 8 minggu hingga 12 minggu

kehamilan.

12
c. Mengidam

Ibu hamil ingin makanan atau minuman atau meginginkan

sesuatu. Penyebab mengidam ini belum pasti dan biasanya

terjadi pada awa kehamilan.

d. Mastodynia

Pada awal kehamilan mamae dirasakan membesar dan sakit. Ini

karena pengaruh tingginya kadar hormon esterogen dan

progesteron. Keluhan nyeri payudara ini dapat terjadi pada

kasus mastitis, ketegangan prahaid, penggunaan pil KB.

e. Perubahan Berat Badan

Berat Badan Berat badan meningkat pada awal kehamilan

karena perubahan pola makan dan adanya timbunan cairan

berebihan selama hamil.

f. Quickening

Ibu merasakan adanya gerakan janin untuk yang pertama kali.

Sensasi ini bisa juga karena peningkatan peristaltik usus,

kontraksi otot perut, atau pergerakan isi perut yang dirasakan

seperti janin bergerak.

3) Tanda Pasti Hamil

a. Teraba bagian−bagian janin

Umumnya pada kehamilan 22 minggu janin dapat diraba pada

wanita kurus dan otot perut relaksasi. Kehamilan 28

13
minggu jelas bagian janin dapat diraba demikian pula gerakan

janin dapat dirasakan oleh ibu.

b. Gerakan Janin

Pada kehamilan 20 minggu gerakan janin dapat dirasakan oleh

pemeriksa.

c. Terdengar Denyut Jantung Janin

Dengan menggunakan ultrasound denyut jantung janin dapat

terdengar pada usia 6 sampai 7 minggu. Jika menggunakan

dopler pada usia 12 minggu sedangkan jika menggunakan

stetoskop leannec 18 minggu. Frekuensi deyut jantung janin

antara 120 sampai dengan 160 kali permenit yang akan jelas

terdengar bila ibu tidur terlentang atau miring dengan

punggung bayi di depan.

d. Ultrasonografi

USG dapat digunakan umur kehamilan 4 sampai 5 minggu

untuk memastikan kehamilan dengan melihat adanya kantong

gestasi, gerakan janin dan deyut jantung janin.

4. Perubahan Fisiologi Pada Ibu Hamil

1) Sistem Reproduksi

a. Uterus

Ibu hamil uterusnya tumbuh membesar akibat

pertumbuhan isi konsepsi intrauterin. Hormon

14
Estrogen menyebabkan hiperplasi jaringan, hormon

progesteron berperan untuk elastisitas /kelenturan uterus.

Taksiran kasar pembesaran uterus pada perabaan tinggi

fundus:

a) Tidak hamil/normal : sebesar telur ayam (+ 30 gr)

b) Kehamilan 8 minggu : telur bebek

c) Kehamilan 12 minggu : telur angsa

d) Kehamilan 16 minggu : pertengahan simfisis – pusat

e) Kehamilan 20 minggu : pinggir bawah pusat

f) Kehamilan 24 minggu : pinggir atas pusat

g) Kehamilan 28 minggu : sepertiga pusat – xyphoid

h) Kehamilan 32 minggu : pertengahan pusat – xyphoid

Serviks uteri mengalami hipervaskularisasi akibat

stimulasi estrogen dan perlunakan akibat progesteron

(tanda Goodell). Sekresi lendir serviks meningkat pada

kehamilan memberikan gejala keputihan. Ismus uteri

mengalami hipertropi kemudian memanjang dan

melunak yang disebut tanda Hegar. Berat uterus

perempuan tidak hamil adalah 30 gram, pada saat mulai

hamil maka uterus mengalami peningkatan

sampai pada akhir kehamilan (40 minggu) mencapai 1000

gram (1 kg).

15
b. Vagina dan perineum

Pada ibu hamil vagina terjadi hipervaskularisasi menimbulkan

warna merah ungu kebiruan yang disebut tanda Chadwick.

Vagina ibu hamil berubah menjadi lebih asam, keasaman (pH)

berubah dari 4 menjadi 6,5 sehingga menyebabkan wanita

hamil lebih rentan terhadap infeksi vagina terutama infeksi

jamur. Hipervaskularisasi pada vagina dapat menyebabkan

hypersensitivitas sehingga dapat meningkatkan libido atau

keinginan atau bangkitan seksual terutama pada kehamilan

trimester dua.

c. Ovarium

Sejak kehamilan 16 minggu, fungsi diambil alih oleh plasenta,

terutama fungsi produksi progesteron dan estrogen. Selama

kehamilan ovarium tenang/ beristirahat. Tidak terjadi

pembentukan dan pematangan folikel baru, tidak terjadi

ovulasi, tidak terjadi siklus hormonal menstruasi.

2) Payudara

Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya

menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua payudara akan bertambah

ukurannya dan vena-vena dibawah kulit akan lebih terlihat. Puting

payudara akan lebih

16
membesar, kehitaman dan tegak. Setelah bulan pertama kehamilan

suatu cairan berwarna kekuningan yang dapat keluar disebut

kolostrum. Kolostrum ini berasal dari kelenjar- kelenjar asinus yang

mulai bersekresi.

3) Kulit

Pengaruh hormon kehamilan merangsang pigmentasi kulit di beberapa

tempat :

a) Daerah pipi : Cloasma gravidarum (penghitaman pada daerah

dahi, hidung, pipi dan leher)

b) Daerah leher : Terlihat tampak lebih hitam

c) Dinding perut : Strie livide / gravidarum yaitu tanda yang

dibentuk akibat serabut-serabut elastis lapisan kulit terdalam

terpisah dan putus/merenggang, berwarna kebiruan, kadang

dapat menyebabkan rasa gatal (pruritus), linea alba atau garis

keputihan pada perut menjadi lebih hitam (linea nigra atau garis

gelap vertikal mengikuti garis perut (dari pusat simpisis)

d) Sekitar payudara : Hiperpigmentasi areola mamae.

Pigmentasi areola berbeda pada tiap wanita, ada yang merah

muda pada wanita kulit putih, coklat tua pada wanita kulit coklat

dan hitam pada wanita kulit hitam. Selain itu, kelenjar

montgomeri menonjol dan pembuluh darah sekitar payudara.

17
4) Sistem Kardiovaskuler

Sejak pertengahan kehamilan pembesaran uterus akan menekan

vena cafa inferior dan aorta bawah ketika berada dalam posisi

terlentang. Penekanan vena cafa inferior ini akan mengurangi darah

balik vena ke jantung. Akibatnya terjadi penurunan preload dan

cardiac output menyebabkan hipotensi arterialyang dikenal sindrom

hipotensi supine dan pada keadaan yang cukup berat akan

mengakibatkan ibu kehilangan kesadaran. Penekanan pada aorta ini

juga akan mengurangi aliran darah uteroplasenta ke ginjal. Selama

trimester terakhir posisi terlentang akan membuat fungsi ginjal

menurun jika dibandingkan posisi miring.

5) Sistem Pernapasan

Kebutuhan oksigen selama hamil meningkat 15 – 20 % sehingga

terjadi peningkatan inspirasi dan ekspirasi dalam pernafasan.

Semakin bertambah usia kehamilan dan pembesaran rahim, wanita

hamil sering mengeluh sesak dan pendek napas disebabkan

penekanan pada diafragma akibat dorongan rahim yang membesar.

Kerja jantung dan paru bertambah berat selama hamil, jantung

memompa darah untuk ibu dan janin, paru-paru menghisap zat asam

(pertukaran O2 dan CO2) untuk kebutuhan ibu dan janin.

18
6) Sistem Perkemihan

Selama kehamilan ginjal bekerja lebih berat karena menyaring

darah, volume darah meningkat 30 % - 50 % atau lebih. Hemodelusi

menyebabkan metabolisme air lancar sehingga pembentukan air

seni bertambah. Pembesaran uterus menekan kandung kemih

menyebabkan sering berkemih. Gejala akan menghilang pada

trimester 2 kehamilan dan muncul kembali pada akhir trimester 3

karena turunnya kepala janin ke rongga panggul yang menekan

kandung kemih.

7) Kenaikan Berat Badan

Pertambahan berat badan ibu hamil dipengaruhi oleh perubahan

fisiologis selama hamil, karakteristik lain dan faktor biologis

(metabolisme plasenta). Fungsi plasenta sebagai perantara ibu dan

janin. Perubahan homeostatis dapat merubah struktur dan fungsi

plasenta berdampak terhadap kondisi pertumbuhan janin. Plasenta

mempengaruhi sistem metabolisme ibu karena adanya perubahan

hormon insulin sehingga berakibat pada pertambahan berat badan

ibu hamil.

19
Tabel 2.1
Penambahan berat badan
Presentasi perubahan berat
Kehamilan bulan ke
badan

0–3 10 %

3–5 25 %

5–7 45 %

7–9 20 %

Sumber: (Walyani, 2015)

Tabel 2.2
Penambahan berat badan menyebar pada bagian-bagiannya
BAGIAN TUBUH PENAMBAHAN

Berat janin 2,5 – 3,5

Plasenta +/- 0,5 kg

Cairan ketuban 0,5 – 1 kg

Darah +/- 2 kg

Rahim 0,5 – 1 kg

Payudara +/- 0,5 kg

Cadangan lemak +/- 3 – 5 kg

Sumber : (Walyani, 2015)

20
Tabel 2.3
Standar Penambahan Berat Badan Selama Hamil
BB PRA – REKOMENDASI
IMT PRA –
TANDA KEHAMILAN PENINGKATAN
KEHAMILAN
BB

≥ 18,5 ± 12,5 – 18 kg

10,5 – 24,9 11,5 – 16 kg

25,0 – 29,9 7 – 11,5 kg

≥ 30 5 – 9 kg

Sumber : (Kemenkes, 2020)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai gizi tepung tulang

thunnus albacares per 100 gram mengandung kalsium 19,28%,

kubis 14,06%, lemak 6,52%, protein 23,41%, air 4,49%, dan abu

51,52%. Tidak terdapat perbedaan daya terima warna, aroma, dan

rasa cookies yang disubstitusi dengan thunnus albacares pada

konsentrasi 10%, 15%, dan 20%. Terdapat perbedaan daya terima

tekstur cookies yang disubstitusi dengan tuna tengah malam

(thunnus albacares) pada konsentrasi 10%, 15%, dan 20% (p =

0,023). Akseptabilitas tekstur yang disukai adalah pada konsentrasi

15%. (Fatmawati, Kartini, Aisa, 2019)

21
8) Sistem Pencernaan

Estrogen dan HCG meningkat dengan efek samping mual dan

muntah-muntah, Apabila mual muntah terjadi pada pagi hari disebut

Morning Sickness. Selain itu terjadi juga perubahan peristaltic

dengan gejala sering kembung, dan konstipasi. Pada keadaan

patologik tertentu dapat terjadi muntah-muntah banyak sampai lebih

dari 10 kali per hari (hiperemesis gravidarum). Aliran darah ke

panggul dan tekanan vena yang meningkat dapat mengakibatkan

hemoroid pada akhir kehamilan. Hormon estrogen juga dapat

mengakibatkan gusi hyperemia dan cenderung mudah berdarah.

Tidak ada peningkatan sekresi saliva, meskipun banyak ibu hamil

mengeluh merasa kelebihan saliva (ptialisme), perasaan ini

kemungkinan akibat dari ibu hamil tersebut dengan tidak sadar

jarang menelan saliva ketika merasa mual sehingga terkesan saliva

menjadi banyak.

5. Perubahan Psikologi Pada Ibu Hamil

1) Trimester I

Pada awal kehamian sering muncul perasaan ambivalen

dimana ibu hamil merasa ragu terhadap kenyataan bahwa dirinya

hamil. Ambivalen dapat terjadi sekalipun kehamilan ini

direncnakan dan sangat diharapkan. Gambaran respon terhadap

ambivalen ini yaitu selama

22
beberapa minggu awal kehamian apakah ibu hamil atau tidak serta

menghabiskan banyak waktu untuk membuktikan kehamilan.

Pada trimester I ini saat terjadi labilitas emosional, yaitu

perasaan yang mudah berubah dalam waktu singkat dan tak dapat

diperkirakan. Dapat timbul perasaan khawatir seandainya bayi

yang dikandungnya cacat atau tidak sehat, khawatir akan jatuh,

cemas dalam melakukan hubungan seksual dan sebagainya.

2) Trimester II

Di trimester kedua ini ibu hamil akan mengalami dua fase,

yaitu fase praquickening dan pasca – quickening. Di masa fase

praquickening ibu hamil akan mengalami lagi dan mengevaluasi

kembali semua aspek hubungan yang dia alami dengan ibunya

sendiri. Di trimester kedua sebagian ibu hamil akan mengalami

kemajuan dalam hubungan seksual. Hal itu disebabkan di trimester

kedua relatif terbebas dari segala ketidaknyamanan fisik,

kecemasan, kekhawatiran yang sebelumnya menimbulkan

ambivalensi pada ibu hamil kini mulai mereda dan menuntut kasih

sayang dari pasangan maupun dari keluarganya (Prawirohardjo,

2018).

3) Trimester III

23
Trimester ini ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran

bayinya. Kadang – kadang ibu merasa khawatir bahwa bayinya

akan lahir sewaktu-waktu ini menyebabkan ibu meningkatkan

kewaspadaannya akan timbulnya tanda dan gejala akan terjadinya

persalinan. Respon terhadap perubahan gambaran diri yaitu ibu

merasa dirinya aneh dan jelek. Ibu mulai merasa sedih karena akan

berpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian kusus yang

diterima selama hamil. Pada trimester inilah ibu memerlukan

ketenangan dan dukungan yang lebih dari suami, keluarga dan

bidan. Trimester ini adalah saat persiapan aktif untuk kelahiran

bayi dan menjadi orang tua. (Prawirohardjo, 2018)

6. Tanda Bahaya Pada Kehamilan

1) Perdarahan pervaginam

Pada masa awal sekali kehamilan ibu mungkin akan mengalami

perdarahan yang sedikit atau spotting disekitar waktu pertama

haid terlambat. Pada waktu yang lain dalam kehamilan

perdarahan kecil mungkin pertanda darifriable cervix.

Perdarahan pada awal kehamilan yang tidak normal ditandai

dengan perdarahan yang banyak, berwarna merah segar dan

dapat disertai rasa sakit. (Jannah, 2017).

24
2) Sakit kepala yang hebat

Sakit kepala pada masa kehamilan sering terjadi dan dapat

memberi rasa tidak nyaman. Sakit kepala yang menunjukkan

suatu masalah yang serius adalah sakit kepala yang hebat,

menetap dan tidak hilang dengan istirahat. Terkadang sakit

kepala yang hebat menjadikan pandangan mata ibu menjadi

kabur atau terbayang. Sakit kepala jenis ini menandakangejala

preeklamsi (Jannah, 2017)

3) Gangguan penglihatan

Pandangan kabur karena akibat pengaruh hormonal dalam masa

kehamilan. Masalah penglihatan yang mengindikasikan keadaan

yang mengancam jiwa adalah perubahan visual secara

mendadak, misalnya pandangan kaburatau terbayang dan

berbintik-bintik, perubahan penglihatan mungkin disertai dengan

sakit kepala yang hebat (Jannah, 2017)

4) Bengkak pada muka dan tangan

Sebagian besar ibu akan mengalami yang namanya bengkak pada

masa kehamilan, yang normal pada kaki yang biasanya muncul

pada sore hari dan biasanya hilang setelah beristirahat atau saat

kaki diletakkan lebih tinggi. Bengkak dapat menunjukkan

adanya masalah serius

25
apabila muncul pada permukaan muka, dan tangan, dan akan

hilang setelah beristirahat dan biasanya akan diikuti dengan

keluhan fisik yang lain. (Jannah, 2017).

5) Nyeri abdomen yang hebat

Nyeri perut akut (acute abdomen) merupakan keluhan yang

sering didapatkan pada ibu hamil. Nyeri perut akut adalah setiap

keadaan akut intra abdomen ditandai dengan rasa nyeri, otot

perut tegang, nyeri tekan serta memerlukan tindakan bedah

emergensi (Prawirohardjo, 2018)

6) Gerakan janin berkurang

Ibu mulai merasakan gerakan janin pada bulan ke 5 atau ke 6.

Janin harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode jam,

gerakan janin lebih mudah terasa jika ibu berbaring atau

beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik. Tanda

bahaya adalah bila gerakan janin mulai berkurang bahkan tidak

ada sama sekali (Kuswanti, 2014)

7) Demam

Demam menunjukkan adanya infeksi, hal ini berbahaya bagi ibu

maupun janin. Oleh karena itu harus segera mendapatkan

pertolongan dari bidan maupun dokter (Kuswanti, 2014)

26
8) Keluar cairan pervaginam secara tiba – tiba

Keluar cairan berupa air dari vagina setelah kehamilan 22

minggu, ketuban pecah dini jika terjadi sebelum proses

persalinan berlangsung. Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi

pada sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm

(Prawirohardjo, 2018)

9) Keluar ketuban sebelum waktunya

Harus dapat membedakan antara air kencing dengan air ketuban.

Jika keluarnya cairan ibu tidak terasa, berbau amis, dan

warnanya putih keruh, berarti yang keluar adalah air ketuban.

Jika kehamilan belum cukup bulan, dapat menyebabkan adanya

persalinan preterm dan komplikasi infeksi intrapartum.

10) Berat badan ibu tidak naik

Jika berat badan ibu hamil tidak naik sebagaimana mestinya, hal

ini dapat menimbulkan sejumlah gangguan kesehatan serius yang

juga berdampak pada ibu dan kondisi janin dalam kandungan.

Jika berat badan ibu hamil tidak naik sesuai dengan berat yang

dianjurkan, maka kondisi tersebut berisiko menimbulkan

gangguan kesehatan pada ibu maupun janin, seperti kelahiran

prematur hingga berat badan lahir rendah pada bayi. Disamping

itu juga berat badan yang tidak bertambah pada

27
ibu hamil dikhawatirkan merupakan faktor dari anemia pada

kehamilan. Kenaikan berat badan normal selama hamil berkisar

antara 11 – 16 kg. Pada trimester pertama, ibu hamil dapat

mengalami kenaikan berat badan 2 – 4 kg. Pada trimester

selanjutnya sampai kelahiran, berat badan akan mengalami

peningkatan sekitar 0,5 – 1,5 kg setiap minggunya.

(Prawirohardjo, 2018)

7. Asuhan Kehamilan (Antenatal Care)

a. Pengertian

Antenatal Care (ANC) merupakan pelayanan kesehatan oleh

tenaga profesional yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilan

yang dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal.

Pemeriksaan ini bertujuan memeriksa keadaan ibu dan janin secara

berkala diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang

ditemukan, dengan standar 6 kali kunjungan sebagai upaya

menurunkan angka kematian prenatal dan kualitas perawatan pada

frekuensi pelayanan antenatal oleh

Kemenkes ditetapkan 6 kali

kunjungan ibu hamil dalam pelayanan antenatal, selama kehamilan

dengan ketentuan 2 kali pada trimester pertama atau K1 (UK 0 – 12

minggu), 1 kali pada trimester kedua (UK > 13 minggu – 27 minggu)

dan 3 kali pada trimester ketiga atau K4 (UK > 28 minggu – lahir)

(Kemenkes, 2020)

28
b. Tujuan

Menurut (Jannah, 2017), tujuan antenatal care adalah:

a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan, serta

kesejatreaan janin dan bayi.

b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, maternal, sosial

ibu dan bayi.

c. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat

ibu dan bayinya dengan trauma semininal mungkin.

d. Mendukung dan mendorong penyesuaian psikologis dalam kehamilan,

melahirkan, menyusui dan menjadi orang tua.

e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal, dan dalam

pemberian ASI ekslusif.

f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran

bayi agar dapat tumbuh dan berkembang secara normal.

c. Pelayanan

Standar pelayanan kebidanan pada kehamilan menurut

(Varney et al., 2007) adalah sebagai berikut:

a) Standar 1 (Identifikasi Ibu Hamil)

Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan

masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan

memotivasi ibu, suami dan anggota

29
keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan

kehamilannya sejak dini dan secara teratur.

b) Standar 2 (Pemeriksaan dan Pemantauan)

Pemeriksaan meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin

dengan seksama dengan melakukan 10 T. Pelayanan tersebut

dikelompokkan dalam usia kehamilan menjadi trimester I,

trimester II dan trimester III. Dalam pemeriksaan antenatal,

selain kuantitas (frekuensi kunjungan), perlu diperhatikan pula

kualitas pemeriksaannya. Menurut (Kemenkes, 2020), yaitu :

1) Timbang Berat Badan dan Tinggi Badan

Pertambahan berat badan hamil sesuai dengan Indeks

Massa ubuh (IMT) seseorang. Namun secara perlahan berat

badan ibu hamil akan bertambah antara 11,5 – 16 kg selama

kehamilan berlangsung, atau 0,5 kenaikan perminggu atau

2 kg/ bulan. Penimbangan dilakukan pada setiap kali

kunjungan antenatal.

Pengukuran tinggi badan dilakukan pada pertama

kali kunjungan. Mengukur tinggi badan salah satu tujuan

deteksi dini kehamilan dengan faktor resiko, dimana bila

tinggi badan ibu hamil kurang dari

30
145 cm atau dengan kelainan bentuk panggul dan

tulang belakang.

Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh

pendidikan dengan menggunakan modifikasi modul terhadap

asupan gizi selama kehamilan. Peningkatan asupan gizi lebih

tinggi pada ibu hamil dengan menggunakan modul kelas

modifikasi. (Kartini, Syafar, M, Arsin, A.A., Bahar, B.,

Fitriyanti, 2016)

2) Ukur Tekanan Darah

Setiap kali kunjungan antenatal dilakukan pengukuran

darah untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah ≥

140/90 mmHg) pada kehamilan dan preeklamsia (hipertensi

disertai dengan edema wajah dan atau tungkai bawah, dan

proteiurian)

3) Tetapkan status gizi (LILA)

Pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak

pertama oleh tenaga kesehatan di trimester I untuk

skrinning ibu hamil beresiko Kurang Energi Kronik (KEK)

yaitu ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah

berlangsung lama (beberapa bulan/ tahun) dimana LILA

kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil

31
dengan KEK dapat melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah

(BBLR).

Hasil penelitian menunjukkan Jumlah kejadian KEK

pada ibu hamil di Puskesmas Mekar Kota Kendari

sebanyak 26 orang (44,8%). Jumlah ibu hamil yang

mengalami penyakit infeksi di Puskesmas Mekar Kota

Kendari sebanyak 11 ibu hamil (19,0%). Ada hubungan

penyakit infeksi dengan kejadian kek pada ibu hamil Di

Puskesmas Mekar Kota Kendari (X2=10,847; pvalue

=0,001). Ibu hamil yang mengalami penyakit infeksi

berisiko 6,171 kali untuk mengalami KEK (OR=6,171;

95%CI=2,155-17,675).

(Kartini, 2017b)

4) Ukur Tinggi Fundus Uteri

Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan

antenatal untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau

tidak dengan umur kehamilan. Jika tinggi fundus tidak

sesuai dengan umur kehamilan akan terjadi gangguan

pertumbuhan janin. Pada standar pengukuran menggunakan

pita pengukur setelah usia kehamilan 24 minggu.

32
Tabel 2.5
Tinggi Fundus Uteri Dalam Usia Kehamilan

USIA DALAM KEHAMILAN


NO TINGGI FUNDUS UTERI
DALAM MINGGU
1 12 cm 12
2 16 cm 16
3 20 cm 20
4 24 cm 24
5 28 cm 28
6 32 cm 32
7 36 cm 36
8 37 cm 40

5) Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Lengkap Ibu

hamil harus mendapatkan imunisasi TT

lengkap untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum.

Pada saat kunjungan pertama ibu hamil dilakukan skrinning

status imunisasinya. Pemberian status imunisasi TT ibu hamil

disesuaikan dengan status imunisasi TT ibu saat ini. Ibu

hamil minimal memiliki status imunisasi T2 untuk

melindungi dari

33
infeksi tetanus. Ibu hamil dengan status imunisasi T5 tidak

diperlukan imunisasi TT lagi.

Tabel 2.6
Pemberian Imunisasi TT
Selang waktu

Imunisasi minimal
Lama Perlindungan
TT Pemberian
imunisasi

Langkah pertama pembentukan


TT 1 kekebalan tubuh terhadap penyakit
tetanus

1 bulan setelah TT 1
TT 2 3 tahun

6 bulan setelah TT 2
TT 3 5 tahun

12 bulan setelah TT 3
TT 4 10 tahun

12 bulan setelah TT 4
TT 5 ≥ 25 tahun

5. Pemberian Tablet Besi

Minimal 90 tablet selama kehamilan. Pada ibu

hamil diberikan tablet tambah darah untuk mengurangi

resiko defisiensi zat besi pada ibu hamil. Defisensi zat besi

dapat terjadi tanda bahaya bagi ibu

34
hamil mengakibatkan resiko komplikasi saat pada

persalinan dan resiko melahirkan berat badan rendah.

7) Tentukan Presentasi Janin dan Hitung DJJ Menentukan

presentasi janin dapat dilakukan

pada akhir trimester II dan selanjutnya pada setiap kali

kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini bertujuan untuk

mengetahui letak janin. Penghitungan DJJ dilakukan pada

akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali pada

kunjungan antenatal. Detak jantung janin normalnya yaitu

120 – 160 x/menit. Jika lebih atau kurang dari nomal yaitu

menunjukkan adanya gawat janin.

8) Temu Wicara (Konseling dan pemecahan masalah)

Temu wicara dilakukan pada ibu hamil oleh

petugas kesehatan pada setiap kali kunjungan.

Tindakan bidan dalam melakukan temu wicara antara lain:

a) Kesehatan ibu

b) Perilaku hidup bersih dan sehat

c) Peran suami / keluarga dalam kehamilan dan

perencanaan persalinan

d) Tanda bahaya kehamilan serta menghadapi

komplikasi

35
e) Asupan gizi seimbang

f) Gejala penyakit menular dan tidak menular

g) Penawaran untuk melakukan tes HIV dan konseling di

daerah epidemi meluas dan terkonsentrasi atau ibu

hamil dengan IMS dan TB di daerah epidemi rendah

h) KB pasca persalinan

9) Tatalaksana Kasus

Jika ibu hamil ditemukan penyakit setelah tes

laboratorium, ibu hamil tersebut mendapatkan penanganan

khusus oleh petugas kesehatan. Kasus – kasus yang dapat

ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.

10) Tes Laboratorium

Pada standar asuhan pelayanan kehamilan terdapat tes

laboratorium yaitu guna ibu hamil dan petugas kesehatan

dapat mendeteksi penyakit yang diderita ibu. Pemeriksaan

laboratorium yang harus dilakukan setiap ibu hamil yaitu

golongan darah, hemoglobin, protein dalam urin, kadar gula

darah, sifilis dan HIV.

36
c) Standar 3 (Palpasi Abdominal)

Bidan melakukan pemeriksaan abdomen dengan seksama

melakukan partisipasi untuk memperkirakan usia kehamilan.

Bila umur kehamilan bertambah, memeriksa posisi, bagian

terendah, masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul,

untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.

d) Standar 4 (Pengelolaan Anemia pada Kehamilan)

Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan

dan rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

Hasil penelitian menyatakan ada hubungan anemia dalam

kehamilan dengan panjang badan badan bayi ( X 2 = 12,5 ; p=0,00

). Ibu yang mengalami anemia berisiko 5,59 kali bayinya

memiliki panjang badan lahir <48 cm (OR=5,95; 95 % CI=2,27

– 15,6) . (Kartini, 2018)

e) Standar 5 (Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan) Bidan

menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada

kehamilan dan mengenali tanda serta gejala preeklamsia

lainnya serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.

37
f) Standar 6 (Persiapan Persalinan)

Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami

serta keluarganya pada trimester ketiga, untuk memastikan

bahwa persiapan persalinan yang bersih dan aman serta suasana

yang menyenangkan akan direncanakan dengan baik, di samping

persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba

terjadi keadaan gawat darurat

B. PERSALINAN

1. Pengertian

Persalinan menurut WHO adalah persalinan yang dimulai

secara spontan, beresiko rendah pada awal persalinan, dan tetap

demikian selama proses persalinan. Bayi dilahirkan secara spontan

dalam presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37

minggu sampai dengan 42 minggu lengkap. Setelah persalinan ibu

maupun bayi berada dalam kondisi sehat. (Organization, 2019)

Persalinan merupakan proses membuka dan menipisnya serviks

dan janin turun kedalam jalan lahir kemudian berakhir dengan

pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hamper cukup bulan atau

dapat hidup diluar kandungan disusul dengan pengeluaran plasenta

dan selaput janin dari tubuh ibu melalui

38
jalan lahir atau bukan jalan lahir, dengan bantuan atau tanpa

bantuan (kekuatan sendiri). (Organization, 2019)

2. Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

a. Faktor Passage (Jalan Lahir)

Keadaan jalan lahir atau passage terdiri atas panggul ibu, yakni

bagian tulang keras, dasar panggul, vagina dan introitus. Panggul

terdiri atas bagian keras dan bagian lunak.

b. Faktor Power (Tenaga Mengejan)

Tenaga mengejan power meliputi his (kontraksi ritmis otot polos

uterus), kekuatan mengejan ibu, keadaan kardiovaskular, respirasi

dan metabolik ibu. Ibu melakukan kontraksi involunter dan volunter

secara bersamaan untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus.

Kontraksi uterus involunter, yang disebut kekuatan primer,

menandai permulaan persalinan.

c. Faktor Passanger (Janin dan Plasenta)

Cara penumpang (passanger) atau janin bergerak disepanjang jalan

lahir merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yakni ukuran

kepala janin, presentasi, letak, sikap dan posisi janin, karena harus

melalui jalan lahir, plasenta juga dianggap sebagai penumpang yang

menyertai janin. Akan tetapi, plasenta jarang menghambat proses

persalinan pada kelahiran normal.

39
d. Faktor psikologi ibu

Kondisi psikologi ibu mempengaruhi proses persalinan. Dukungan

mental berdampak positif bagi keadaan psikis ibu, yang berpengaruh

pada kelancaran proses persalinan.

e. Faktor penolong

Pengetahuan dan kompetensi yang baik yang di miliki penolong,

diharapkan tidak terjadi kesalahan atau malpraktik dalam

memberikan asuhan (Jannah, 2017)

3. Mekanisme Persalinan

Menurut (Walyani, 2015) Gerakan – gerakan utama dari

mekanisme persalinan adalah sebagai berikut:

1) Penurunan Kepala

Pada primigravida, masuknya kepala kedalam pintu atas panggul

biasanya sudah terjadi pada bulan terakhir pada kehamilan, tetapi pada

multigravida biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan.

Masuknya kepala melewati pintu atas panggul (PAP) dapat dalam

keadaan asinklitismus yaitu bila sutura sagitalis terdapat di tengah-

tengah jalan lahir tepat diantara simfisis dan promontorium.

2) Fleksi

Pada persalinan, kepala bayi dalam keadaan fleksi yang ringan dengan

majunya kepala biasanya fleksi juga bertambah Pada pergerakan ini,

dagu dibawah lebih dekat kearah dada janin

40
sehingga ubun-ubun kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar. Hal ini

disebabkan karena adanya tahanan dari dinding serviks, dinding pelvis,

dan lantai pelvis.

3) Rotasi Dalam (Putaran Paksi Dalam)

Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sehingga

bagian terendah dari bagian depan janin memutar ke depan ke bawah

simfisis. Pada presentasi belakang kepala, bagian yang terendah ialah

daerah ubun – ubun kecil dan bagian inilah yang akan memutar kedepan

kearah simfisis.

4) Ekstensi

Sesudah kepala janin sampai didasar panggul dan ubun – ubun kecil

berada dibawah simfisis, maka terjadilah ekstensi dari kepala janin. Hal

ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul

mengarah kedepan dan keatas sehingga kepala harus mengadakan fleksi

untuk melewatinya.

5) Rotasi Luar (Putaran Paksi Luar)

Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi yaitu kepala

bayi memutar kembali kearah punggung anak untuk menghilangkan

torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam. Bahu melintasi

pintu dalam keadaan miring. Didalam rongga panggul, bahu akan

menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya sehingga

didasar panggul setelah kepala bayi lahir, bahu mengalami putaran

dalam dimana ukuran bahu

41
menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah

panggul.

6) Ekspulsi

Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai dibawah simfisis dan

menjadi hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Setelah kedua

bahu bayi lahir, selanjutnya seluruh badan bayi dilahirkan searah sumbu

jalan lahir.

4. Perubahan Fisiologi Pada Persalinan

a. Perubahan fisiologis kala I:

a) Tekanan darah.

b) Metabolisme

c) Suhu tubuh

d) Detak Jantung

e) pernapasan

b. Perubahan fisiologis kala II:

Kala II merupakan peristiwa normal yang diakhiri dengan kelahiran

normal tanpa intervensi. Saat pembukaan sudah lengkap, anjurkan ibu

untuk meneran sesuai dengan dorongan alamiahnya dan beristirahat

diantara dua kontraksi. Jika menginginkan, ibu dapat mengubah

posisinya biarkan ibu mengeluarkan suara selama persalinan dan

proses kelahiran berlangsung (Prawirohardjo, 2018)

42
c. Perubahan fisiologis kala III

Pada kala III persalinan, otot uterus menyebabkan berkurangnya

ukuran rongga uterus secara tiba – tiba setelah lahirnya bayi.

Penyusutan rongga uterus ini menyebabkan implantasi plasenta karena

tempat implantasi menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta

tidak berubah. Oleh karena itu plasenta akan menekuk, menebal,

kemudian terlepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan

turun kebagian bawah uterus atau bagian atas vagina (Prawirohardjo,

2018)

d. Perubahan fisiologis kala IV

Menurut (Sulistyawati, 2010) perubahan fisiologi pada kala IV adalah :

a) Tanda – tanda vital

Dalam 2 jam setelah persalinan, tekanan darah, nadi, dan

pernapasan akan berangsur kembali normal. Suhu pasien

biasanya akan mengalami sedikit peningkatan, tapi masih

dibawah 38 °C. Hal ini disebabkan oleh kurangnya cairan dan

kelelahan. Jika intake cairan baik, maka suhu akan berangsur

normal kembali setelah 2 jam.

b) Gemetar

Kadang dijumpai pasien pasca persalinan mengalami gemetar.

Gemetar terjadi karena hilangnya ketegangan dan sejumlah

energi selama melahirkan dan merupakan

43
respon fisiologis terhadap penurunan volume intraabdominal

serta pergesaran hematologi.

c) Sistem Gastrointestinal

Selama 2 jam pasca persalinan kadang dijumpai pasien merasa

mual sampai muntah, atasi hal ini dengan posisi tubuh yang

memungkinkan dapat mencegah terjadinya aspirasi korpus

aleanum ke saluran pernapasan dengan setengah duduk atau

duduk ditempat tidur. Perasaan haus pasti dirasakan pasien, oleh

karena itu hidrasi sangat penting diberikan untuk mencegah

dehidrasi.

d) Sistem Renal

Selama 2 – 4 jam pasca persalinan kandung kemih masih dalam

keadaan hipotonik akibat adanaya alostaksis, sehingga sering

dijumpai kandung kemih dalam keadaan penuh dan mengalami

pembesaran. Setelah melahirkan, kandung kemih sebaiknya tetap

kosong guna mencegah uterus berubah posisi dan terjadi atonia

uteri.

e) Sistem kardiovaskuler

Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk

menampung aliran darah yang meningkat yang diperlukan oleh

plasenta dan pembuluh darah uterus. Pada persalinan pervaginam

kehilangan darah sekitar 200 – 500 ml.

44
f) Serviks

Terjadi segera setelah lahir, agak menganga seperti corong.

Bentuk ini disebabkan oleh korpus uterus yang dapat

mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi

sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks

berbentuk semacam cincin.

g) Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena

sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju.

Pada hari ke 5 pasca melahirkan, perineum sudah mendapatkan

kembali sebagian tonusnya sekalipun tetap lebih kendur

dibanding keadaan sebelum hamil.

h) Vulva dan vagina

Vulva dan vagina mengalami penekan serta peregangan yang

sangat besar selama proses melahirkan, dalam beberapa hari

pertama sesudah proses tersebut kedua organ ini tetap dalam

keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali

pada keadaan tidak hamil dan rugae vagina dalam vagina secara

berangsur – angsur akan muncul kembali, sementara labia

menjadi lebih menonjol

45
i) Pengeluaran ASI

Dengan menurunnya hormone estrogen, progesterone, dan

human placenta laktogen hormone setelah plasenta lahir,

prolaktin dapat berfungsi membentuk ASI dan mengeluarkannya

kedalam alveoli bahkan sampai duktus kelenjar ASI. Isapan

langsung pada putung susu ibu menyebabkan reflek yang dapat

mengeluarkan okstosin dari hipofisis sehingga mioepitel yang

terdapat disekitar alveoli dan duktus kelenjar ASI berkontraksi

dan mengeluarkan ASI kedalam sinus yang disebut “let down

refleks”.

5. Kala I Persalinan

Kala I atau kala pembukaan berlangsung dari pembukaan nol (0

cm) sampai pembukaan lengkap (10 cm). Kala I untuk primigravida

berlangsung 12 jam, sedangkan multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan

kuva Friedman, diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm/Jam dan

pembukaan multigravida 2 cm/ jam.

Kala I (Pembukaan) dibagi menjadi dua fase, yakni:

a. Fase Laten

a) Pembukaan serviks berlangsung lambat

b) Pembukaan 0 sampai pembukaan 3 cm

c) Berlangsung dalam 7 – 8 jam

46
b. Fase Aktif

Berlangsung selama 6 jam dan dibagi menjadi tiga subfase.

c. Periode akselerasi: Berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm

d. Periode dilatasi maksimal (steady): selama 2 jam, pembukaan

berlangsung cepat menjadi 9 cm

e. Periode deselerasi: Berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam


pembukaan menjadi 10 cm atau lengkap (Prawirohardjo, 2018)
6. Kala II Persalinan

Kala II adalah kala pengeluaran bayi, dimulai dari pembukaan

lengkap sampai bayi lahir. Uterus dengan kekuatan hisnya ditambah

kekuatan meneran akan mendorong bayi lahir. Proses ini biasanya

berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida.

Diagnosis persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan

dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkap dan kepala janin

sudah tampak di vulva dengan diameter 5 – 6 cm (Prawirohardjo, 2018)

Gejala utama kala II, yaitu:

a. His semakin kuat dengan interval 2 – 3 menit, dengan durasi 50

– 100 detik.

b. Menjelang akhir kala I, ketuban pecah yang ditandai dengan

pengeluaran cairan secara mendadak.

47
c. Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan

meneran karena tertekannya fleksus frankenhouser.

d. Dua kekuatan, yaitu his dan meneran akan mendrong kepala bayi

sehingga kepala membuka pintu: suboksiput bertindak sebagai

hipomoclon, berturut – turut lahir ubun – ubun besar dahi, hidung dan

muka, serta kepala seluruhnya.

e. Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putaran paksi luar, yaitu

penyesuaian kepala pada punggung.

f. Setelah putaran paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong

dengan jalan berikut:

1) pegang kepala pada tulang oksiput dan bagian bawah dagu, kemudian

ditarik ke bawah untuk melahirkan bahu anterior, dan keatas untuk

melahirkan bahu posterior.

2) setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi

yang berada dibagian bawah kearah perineum, membiarkan bahu

dengan lengan posterior lahir ketangan tersebut. Mengendalikan

kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan

lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan.

Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku

dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir. Setelah tubuh dari

lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada diatas (anterior) dari

punggung kearah kaki bayi untuk menyangganya saat

48
punggung kaki lahir, memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-

hati membantu kelahiran kaki.

g. Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit dan multigravida 30

menit. (Prawirohardjo, 2018).

7. Kala III Persalinan

Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengeluaran plasenta.

Setelah kala II yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit, kontraksi

uterus berhenti sekitar 5 – 10 menit. Dengan lahirnya bayi dan proses

retraksi uterus, maka plasenta lepas dari lapisan Nitabusch. Lepasnya

plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda

pelepasan plasenta, yaitu:

a. Uterus menjadi berbentuk bundar (globuler)

b. Uterus terdorong keatas, karena plasenta dilepas ke segmen bawah

Rahim

c. Tali pusat bertambah Panjang

d. Terjadi perdarahan (Prawirohardjo, 2018)

8. Kala IV Persalinan

Setelah plasenta lahir lakukan rangsangan taktil (masase uterus)

yang bertujuan untuk merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat.

Lakukan evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara

melintang dengan pusat sebagai patokan. Lakukan evaluasi keadaan

umum ibu dan dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama

persalinan kala IV (Prawirohardjo, 2016). Kala

49
IV dimulai dari lahirnya plasenta selama 1 – 2 jam. Kala IV dilakukan

observasi terhadap perdarahan pasca persalinan, paling sering terjadi 2

jam pertama.

Observasi yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Tingkat kesadaran pasien

b. Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu, dan

pernafasan.

c. Kontraksi uterus

d. Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal bila

jumlahnya tidak melebihi 400 – 500 cc. (Prawirohardjo, 2018)

Asuhan kala IV persalinan adalah sebagai berikut:

a) Pemeriksaan fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30

menit jam ke 2. Jika kontraksi uterus tidak kuat, masase uterus sampai

menjadi keras.

b) Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih, dan perdarahan tiap 15

menit pada jam pertama dan 30 menit pada jam ke 2.

c) Anjurkan ibu untuk minum untuk mencegah dehidrasi.

d) Bersihkan perineum dan kenakan pakaian yang bersih dan kering.

e) Biarkan ibu beristirahat karena telah bekerja keras melahirkan

bayinya, bantu ibu posisi yang nyaman.

f) Biarkan bayi di dekat ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi.

50
g) Bayi sangat bersiap segera setelah melahirkan. Hal ini sangat tepat

untuk memberikan ASI

h) Pastikan ibu sudah buang air kecil tiga jam pascapersalinan.

i) Anjurkan ibu dan keluarga mengenal bagaimana memeriksa fundus

dan menimbulkankontraksi serta tanda-tanda bahaya ibu dan bayi

(Prawirohardjo, 2018)

9. 60 Apn Langkah Persalinan

Asuhan persalinan normal (APN) adalah asuhan yang bersih

dan aman dari setiap tahapan persalinan yaitu mulai dari kala satu

sampai dengan kala empat dan upaya pencegahan komplikasi terutama

perdarahan pasca persalinan, hipotermi serta asfiksia pada bayi baru lahir

(Prawirohardjo, 2018) terdiri atas : Melihat Tanda dan gejala Kala

Dua

1) Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua.

a. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

b. Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan

vaginanya.

c. Perineum menonjol.

d. Vulva – vagina dan spingter anal membuka

Menyiapkan pertolongan persalinan

2) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat – obatan esensial siap

digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan

51
menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.

3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.

4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku, mencuci

kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan

mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/ pribadi yang

bersih.

5) Memakai satu sarung tangaan DTT atau steril untuk semua

pemeriksaan dalam.

6) Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai

sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan

kembali di partus set/wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa

mengotaminasi tabung suntik).

Memastikan Pembukaan Lengkap dengan Janin Baik

7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati – hati

dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang

sudah dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina,

perineum, atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,

membersihkannya dengan cara seksama dengan cara menyeka dari

depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi

dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika

terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan

benar di dalam larutan dekontaminasi).

52
8) Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam

untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila

selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap,

lakukan amniotomi.

9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan

yang masih memakai sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5

% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan (seperti diatas).

10) Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir

untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 – 160

x/menit).

a. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal

b. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan

semua hasil – hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.

Menyiapkan Ibu dan keluarga untuk Membantu proses

Pimpinan Meneran

11). Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin bayi.

Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan

keinginannya.

a. Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu

53
serta janin sesuai dengan pedoman persalinan aktip dan

pendokumentasikan temuan – temuan.

b. Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat

mendukung dan member semangat kepada ibu saat ibu mulai

meneran.

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk

meneran. (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk

dan pastikan ibu merasa nyaman).

13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang

kuat untuk meneran:

a. Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai

keinginan untuk meneran.

b. Mendukung dan member semangat atas usaha ibu untuk

meneran.

c. Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai

dengan pilihannya (tidak meminta ibu berbaring terlentang)

d. Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.

e. Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi

semangat pada ibu.

f. Mengajurkan asupan per oral.

g. Menilai DJJ setiap 5 menit.

h. Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi

segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu

54
primipara atau 60 menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk

segera. Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran.

i. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil

posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit,

anjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi –

kontraksi tersebut dan beristirahat di antara kontraksi.

j. Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera

setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.

Persiapan pertolongan kelahiran bayi

14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm,

letakkan handuk bersih di atas perutibu untuk mengeringkan bayi

15) Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.

16) Membuka partus set

17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan

Menolong kelahiran bayi lahirnya kepala

18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm, lindungi

perineum dengan satu tangan yang dilapasi dengan kain tadi, letakkan

tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan

tidak menghambat pada kepala bayi,

55
membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Meganjurkan ibu meneran

perlahan – lahan atau bernapas cepat saat kepala lahir.

19) Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain

atau kasa yang bersih.

20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika

hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran

bayi:

a. Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat

bagian atas kepala bayi.

b. Jika tali pusat melilit leher dengan erat, mengklemnya di dua

tempat dan memotongnya.

21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara

spontan Lahir bahu.

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua

tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk

meneran saat kontraksi berikutnya, dengan lembut menariknya ke

arah bawah dan ke arah luar hingga bahu anterior muncul di bawah

arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke

arah luar untuk melahirkan bahu posterior

23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala

bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum,

56
membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut.

Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati

perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh

bayi saat dilahirkan menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk

mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.

24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di

atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangga saat

punggung dan kaki lahir. Memegang kedua mata kaki dengan hati-

hati membantu kelahiran kaki.

Penanganan Bayi Baru Lahir

25) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan

bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah

dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di

tempat yang memungkinkan). Bila bayi asfiksia, lakukan resusitasi.

26) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan

biarkan kontak kulit ibu – bayi. Lakukan penyuntikan oksitoksin

(lihat keterangan di bawah).

27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira – kira 3 cm dari pusat

bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu

dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu)

57
28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari

gunting dan memotong tali pusatdi anatara dua klem tersebut.

29) Menegeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti

bayi dengan dengan kain atau selimut yang bersih dan kering,

menutupi bagian kepala bayi membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi

mengalami kesulitan bernapas. Jika bayi mengalami kesulitan

bernapas, ambil tindakan yang sesuai.

30) Membiarkan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk

memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu

menghendakinya oksitosin.

31) Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi

abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua

32) Memberitahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik

33) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan

oksitoksin 10 unit IM di gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu bagian

luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.

Penegangan Tali Pusat Terkendali

34) Memindahkan klem pada tali pusat

35) Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di

atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan

palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan

klem dengan tangan yang lain.

58
36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan

ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang

berlawanan arah pada bagian.

Mengeluarkan Plasenta

37) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil

menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas,

a. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga

berjarak sekitar 5 – 10 cm dari vulva

b. Jika tali pusat tidak lepas setelah melakukan penegangan tali

pusat selama 15 menit :

a) Mengulangi pemberian oksitoksin 10 unit IM

b) Menilai kandung kemih dan dilakukan katerisasi kandung

kemih dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu

c) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan

d) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit

berikutnya.

e) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit

sejak kelahiran bayi

38) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran

plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta

dengan dua tangan dengan hati – hati memutar plasenta hingga

selaput ketuban terpilin. Dengan lembut

59
perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut. Jika selaput ketuban

robek, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan

memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan

jari – jari tangan atau klem atau forseps disinfeksi tingkat tinggi atau

steril untuk melepaskan bagian selaput yang tertinggal.

Pemijatan Uterus

39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase

uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase

dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi

(fundus menjadi keras).

Menilai perdarahan

40) Memeriksa kedua plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin

dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan selaput

ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung

plastik atau tempat khusus. Jika uterus tidak berkontraksi setelah

melakukan masase selam 15 detik mengambil tindakan yang sesuai.

41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera

menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.

Melakukan prosedur pasca persalinan

42) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.

60
43) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam

larutan klorin 0,5 %, membilas kedua tangan yang masih bersarung

tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan

mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.

44) Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau

mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati

sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.

45) Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang berseberangan

dengan simpul mati yang pertama.

46) Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin

0,5 %.

47) Menyelimuti kembali bayi atau menutupi bagian kepalanya.

Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.

48)Menganjurkan ibu untuk melakukan pemberian ASI 49)Melanjutkan

pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan

vagina.

a. 2 – 3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan

b. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan

c. Setiap 20 – 30 menit pada jam kedua pascapersalinan

d. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan

perawatan yang sesuai untuk penatalaksanaan atonia uteri.

61
e. Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan

penjahitan dengan anestesia lokal dan menggunakan teknik yang

sesuai.

50) Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus

dan memeriksa kontraksi uterus.

51) Mengevaluasi kehilangan darah.

52) Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih setiap

15 menit selama satu jam pertama pascapersalinan dan setiap 30

menit selama jam kedua pascapersalinan.

a. Memeriksa temperatur suhu tubuh sekali setiap jam selama dua jam

pertama pascapersalinan.

b. Melakukan tindakan yang sesuai dengan temuan yang tidak normal

Kebersihan dan keamanan

53) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5 % untuk

dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas pakaian setelah

dekontaminasi.

54) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat

sampah yang sesuai.

55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air disenfeksi tingkat tinggi.

Membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah. Membantu ibu

memakai pakaian yang bersih dan kering.

62
56) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.

Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan

makanan yang diinginkan.

57) Mendekontaminasi daerah yang digunakan dengan larutan klorin 0,5

% dan membilas dengan air bersih.

58) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 %,

membalikkan bagian dalam ke luar untuk merendamnya dalam

larutan klorin 0,5 % selama 10 menit.

59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

60)Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang).

10. Partograf

Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama

persalinan. Tujuan utama penggunaan partograf adalah untuk

a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan

b. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal

(Prawirohardjo, 2018)

Halaman depan partograf terdiri dari:

a. Denyut jantung janin, dicatat setiap 30 menit

b. Air ketuban, dicatat setiap melakukan pemeriksaan vagina: U :

Selaput utuh

J : selaputpecah, air ketuban jernih M :

air ketuban bercampur mekonium D : air

ketuban bernodadarah

63
K : tidak ada cairan ketuban (kering)

c. Perubahan bentuk kepala janin (molding dan molase) :

0 : sutura terpisah

1 : Sutura tepat bersesuaian

2 : Sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki

3 : Sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki

d. Pembukaan mulut rahim (serviks), dinilai setiap 4 jam dan di beri

tanda silang (x).

e. Penurunan, mengacu pada bagian yang teraba (pada pemeriksaan

abdomen/luar) diatas simpisispubis, dicatat dengan tanda lingkaran

(O).

f. Waktu, menyatakan berapa jam waktu yang telah diajalani sesudah

pasien diterima dan jam dicatat yang sesungguhnya

g. Kontraksi, dicatat setiap 30 menit, melakukan palpasi untuk

menghitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya tiap

kontraksi dalam hitungan detik

h. Nadi dicatat setiap 30 – 60 menit pada fase aktif serta ditandai dengan

sebuah titik besar (.) (Prawirohardjo, 2018)

C. NIFAS

1. Pengertian

Masa nifas (Post Partum) adalah masa di mulai setelah kelahiran

plasenta dan berakhir ketika alat kandungan kembali semula seperti

sebelum hamil, yang berlangsung selama 6

64
minggu atau 42 hari. Selama masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu

akan mengalami banyak perubahan fisik yang bersifat fisiologis dan

banyak memberikan ketidak nyamanan pada awal postpartum, yang tidak

menutup kemungkinan untuk menjadi patologis bila tidak diikuti dengan

perawatan yang baik. (Prawirohardjo, 2018)

Menurut Wulandari (2020). Ada beberapa tahapan yang di alami

oleh wanita selama masa nifas, yaitu sebagai berikut :

1) Immediate puerperium, yaitu waktu 0 – 24 jam setelah melahirkan.

ibu telah di perbolehkan berdiri atau jalan-jalan.

2) Early puerperium, yaitu waktu 1 – 7 hari pemulihan setelah

melahirkan. pemulihan menyeluruh alat-alat reproduksi berlangsung

selama 6 – minggu Later puerperium, yaitu waktu 1 – 6 minggu

setelah melahirkan, inilah waktu yang diperlukan oleh ibu untuk

pulih dan sehat sempurna. Waktu sehat bisa berminggu – minggu,

bulan dan tahun,

2. Perubahan Fisiologis

Menurut Walyani dan Purwoastuti (2015) perubahan –

perubahan yang terjadi yaitu:

1) Sistem Kardiovaskuler

Volume darah Perubahan pada volume darah tergantung pada

beberapa variable. Contohnya kehilangan darah selama

persalinan, mobilisasi dan pengeluaran cairan

65
ekstravaskular. Kehilangan darah mengakibatkan perubahan volume

darah tetapi hanya terbatas pada volume darah total.

2) Sistem reproduksi

a. Uterus

a) Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus

1000 gr.

b) Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari

bawah pusat dengan berat uterus 750 g.

c) Satu minggu postpartum tinggi fundus uteri teraba

pertengahan pusat simpisis dengan berat uterus 500 gr.

d) Dua minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba

diatas simpisi dengan berat uterus 350 gr.

e) Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil

dengan berat uterus 50 gr.

Tabel 2.7

tabel perubahan uterus pada masa nifas

WAKT
TFU BERAT UTERUS
U

Bayi Setinggi
1000 gr
lahir pusat

2 jari
Uri
dibawah 750 gr
lahir
pusat

1 500 gr
½ pst
mingg

66
u simfisis

2
Tidak
mingg 350 gr
teraba
u

6
Betamb
mingg 50 gr
ah kecil
u

8
mingg Normal 30 r
u

b. Lochea

a) Lochea rubra: berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban,

sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium,

selama 2 hari postpartum.

b) Lochea sanguinolenta: berwarna kuning berisi darah dan

lendir, hari 3 – 7 postpartum.

c) Lochea serosa: berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi,

pada hari ke 7 – 14 postpartum.

d) Lochea alba: cairan putih, setelah 2 minggu.

e) Lochea purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah

berbau busuk.

f) Locheastasis: lochea tidak lancar keluarnya

67
c. Serviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah

persalinan, ostium eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari

tangan, setelah 6 minggu persalinan serviks menutup.

d. Vulva dan vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang

sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa

hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada

dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vuva dan vagina kembali

kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara

berangsur- angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi

lebih menonjol.

e. Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena

sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak

maju. Pada postnatal hari ke 5, perineum sudah mendapatkan

kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur

daripada keadaan sebelum melahirkan.

f. Payudara

Kadar prolaktin yang disekresi oleh kelenjar hypofisis anterior

meningkat secara stabil selama kehamilan, tetapi hormone plasenta

menghambat produksi ASI. Setelah

68
kelahiran plasenta, konsentrasi estrogen dan progesterone

menurun, prolaktin dilepaskan dan sintesis ASI dimulai. ASI yang

dapat dihasilkan oleh ibu pada setiap harinya ± 150 – 300 ml,

sehingga kebutuhan bayi setiap harinya terpenuhi.

g. Sistem perkemihan

Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama kemungkinan

terdapat spasine sfringter dan edema leher buli- buli sesudah

bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang

pubis selama persalinan. Ureter yang berdilatasi akan kembali

normal dalam waktu 6 minggu.

3. Perubahan Psikologis

Berikut ini 3 tahap penyesuaian psikologi ibu dalam masa post

partum Menurut Sutanto (2019) :

1) Fase Talking In (Setelah melahirkan sampai hari ke dua)

a. Perasaan ibu berfokus pada dirinya

b. Ibu masih pasif dan tergantung dengan orang lain.

c. Perhatian ibu tertuju pada kekhawatiran perubahan

tubuhnya.

d. Ibu akan mengulangi pengalaman pengalaman waktu

melahirkan.

e. Memerlukan ketenangan dalam tidur untuk

mengembalikan keadaan tubuh ke kondisi normal.

69
f. Nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga

membutuhkan peningkatan nutrisi.

g. Kurangnya nafsu makan menandakan proses

pengembalian kondisi tubuh tidak berlangsung normal.

h. Gangguan psikologis yang mungkin dirasakan ibu pada fase ini

adalah sebagai berikut:

2) Fase Taking Hold (Hari ke – 3 sampai 10)

a. Ibu merasa merasa khawatir akan ketidakmampuan merawat

bayi, muncul perasaan sedih (baby blues).

b. Ibu memperhatikan kemampuan men jadi orang tua dan

meningkatkan teng gung jawab akan bayinya.

c. Ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh,

BAK, BAB dan daya tahan tubuh.

d. Ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayi seperti

menggendong, menyusui, memandikan, dan mengganti popok.

e. Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena merasa

tidak mampu membesarkan bayinya.

f. Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena

merasa tidak mampu membesarkan bayinya.

g. Wanita pada masa ini sangat sensitif akan ketidakmampuannya,

cepat tersinggung, dan cenderung menganggap pemberi tahuan

bidan sebagai teguran.

70
Dianjur kan untuk berhati – hati dalam berko munikasi dengan

wanita ini dan perlu memberi support.

3) Fase Letting Go (Hari ke – 10 sampai akhir masa nifas)

a. Ibu merasa percaya diri untuk merawat diri dan bayinya.

Setelah ibu pulang ke rumah dan dipengaruhi oleh dukungan serta

perhatian keluarga.

b. Ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi dan

memahami kebutuhan bayi.

4. Kunjungan Masa Nifas

1) Kunjungan I (6 – 48 jam setelah persalinan)

Tujuan Kunjungan:

a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

b. Mendeteksi dan merawat penyebab lainperdarahan rujuk jika

perdarahan belanjut

c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota

keluarga bagaimana mencegah pedarahan masa nifas karena

atonia uteri

d. Pemberian ASI awal

e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir

f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hypotermi

71
2) Kunjungan II (6 hari setelah persalinan)

Tujuan kunjungan:

a. Memastikan involusi uterus berjalan normal yaitu uterus

berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan

abnormal, tidak ada bau.

b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan

abnormal.

c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan

istirahat.

d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak

memperlihatkan tanda-tanda penyulit.

e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,

tali pusat menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari –

hari.

3) Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan)

Tujuan kunjungan:

a. Memastikan involusi uterus berjalan normal yaitu uterus

berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada

perdarahan abnormal, tidak ada bau.

b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan

abnormal.

c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan

istirahat.

72
d. Memastikan Ibu menyusui bayinya dengan baik dan tidak

memperlihatkan tanda – tanda penyulit.

e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,

tali pusat menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari

– hari.

4) Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan)

Tujuan kunjungan:

a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit – penyulit yang dia atau

bayi alami.

b. Memberikan konseling untuk KB secara dini (Wahyuni, 2018).

5. Tanda bahaya pada masa nifas

1) Tanda bahaya pada masa nifas

a. Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba

– tiba (melebihi haid biasa atau jika perdarahan tersebut

membasahi lebih dari 2 pembalut saniter dalam waktu setengah

jam).

b. Pengeluaran cairan vaginal dengan bau busuk yang keras.

c. Rasa nyeri di perut bagian bawah atau punggung sakit sepala yang

terus menerus. nyeri epigastrium, atau, masalah penglihatan.

d. Pembengkakan pada wajah dan tangan Deman muntah, rasa sakit

sewaktu buang air seni, atau merasa tidak enak badan Payudara

yang memerah panas atau sakit.

73
e. Kehilangan selera makan untuk waktu yang berkepanjangan Rasa

sakit. warna merah, kelembutan atau pembengkakan pada kaki.

f. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengurus diri sendiri atau

merasa sangat letih atau bernafas terengah – engah (Wilujeng &

Hartati, 2018).

2) Gejala infeksi pada masa nifas

Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua pera dangan alat-

alat genitalia dalam masa nifas. Infeksi setelah persalinan disebabkan

oleh bakteri atau kuman. Infeksi masa nifas ini menjadi penyebab

tertinggi angka kematian ibu (AKI) (Prawirohardjo, 2018)

a. Tanda dan Gejala Masa Nifas

Demam dalam nifas sebagian besar disebabkan oleh infeksi nifas.

Oleh karena itu, demam menjadi gejala yang penting untuk

diwaspadai apabila terjadi pada ibu postpartum. Demam pada

masa nifas sering disebut morbiditas nifas dan merupakan indeks

kejadian infeksi nifas. Morbiditas nifas ini ditandai dengan suhu

38 °C atau lebih yang terjadi selama 2 hari berturut-turut.

Kenaikan suhu ini terjadi sesudah 24 jam postpartum dalam 10

hari pertama masa nifas.

Gambaran klinis infeksi nifas dapat berbentuk:

74
b) Infeksi Lokal

Pembengkakan luka episiotomi, terjadi penanahan, perubahan

warna kulit, pengeluaran lokhea bercampur nanah, mobilitasi

terbatas karena rasa nyeri, temperatur badan dapat meningkat.

a) Infeksi Umum

Tampak sakit dan lemah, temperatur meningkat, tekanan

darah menurun dan nadi meningkat, pernapasan dapat

meningkat dan terasa sesak, kesadaran gelisah sampai

menurun dan koma, terjadi gangguan involusi uterus, lokhea

berbau dan bernanah kotor.

b. Faktor Penyebab Infeksi

a) Persalinan lama, khususnya dengan kasus pecah ketuban

terlebih dahulu.

b) Pecah ketuban sudah lama sebelum persalinan.

c) Pemeriksaan vagina berulang – ulang selama persalinan,

khususnya untuk kasus pecah ketuban.

d) Teknik aseptik tidak sempurna.

e) Tidak memperhatikan teknik cuci tangan.

f) Manipulasi intrauteri (misal: eksplorasi uteri, penge luaran

plasenta manual).

75
g) Trauma jaringan yang luas atau luka terbuka seperti laseri yang

tidak diperbaiki.

h) Hematoma.

i) Hemorargia, khususnya jika kehilangan darah lebih dari

1.000 ml.

D. BAYI BARU LAHIR

a. Pengertian

Bayi baru lahir atau neonatus adalah masa kehidupan (0

– 28 hari), dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan

di dalam rahim menuju luar rahim dan terjadi pematangan organ

hampir pada semua sistem. Bayi hingga umur kurang satu bulan

merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan

paling tinggi dan berbagai masalah kesehatan bisa muncul, sehingga

tanpa penanganan yang tepat bisa berakibat fatal (Kemenkes, 2020)

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru lahir pada usia

kehamilan genap 37 – 42 minggu, dengan presentasi belakang kepala

atau letak sungsang yang melewati vagina tanpa memakai alat.

(Prawirohardjo, 2018)

b. Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir Normal

Ciri-ciri bayi baru lahir normal adalah lahir aterm antara 37

– 42 minggu, berat badan 2500 – 4000 gram, panjang lahir

48 – 52 cm. lingkar dada 30 – 38 cm, lingkar kepala 33 – 35 cm,

76
lingkar lengan 11 – 12 cm, frekuensi denyut jantung 120 – 160 kali

permenit, kulit kemerah – merahan dan licin karena jaringan subkutan

yang cukup, rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya

telah sempurna, kuku agak panjang dan lemas, nilai Appearance Pulse

Grimace Activity Respiration (APGAR) > 7, gerakan aktif, bayi

langsung menangis kuat, genetalia pada laki – laki kematangan

ditandai dengan testis yang berada pada skrotum dan penis yang

berlubang sedangkan genetalia pada perempuan kematangan ditandai

dengan labia mayora menutupi labia minora, refleks rooting susu

terbentuk dengan baik, refleks sucking sudah terbentuk dengan baik

(Armini, 2017).

Ciri-ciri bayi normal adalah, sebagai berikut :

1) Berat badan 2.500 – 4.000 gram.

2) Panjang badan 48 – 52.

3) Lingkar dada 30 – 38.

4) Lingkar kepala 33 – 35.

5) Frekuensi jantung 120 – 160 x/menit.

6) Pernapasan ± 40 – 60 x/menit.

7) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan

cukup.

8) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala baisanya telah

sempurna.

77
9) Kuku agak panjang dan lemas.

10) Genitalia: pada perempuan labia mayora sudah menutupi labia

minora, dan pada laki – laki, testis sudah turun dan skrotum sudah

ada.

11) Refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.

12)Refleks Moro atau gerak memeluk jika di kagetkan sudah

baik.

13)Refleks grap atau menggenggam sudah baik.

Eliminasi baik, mekonium keluar dalam 24 jam pertama, mekonium

berwarna hitam kecoklatan (Prawirohardjo, 2018)

c. Klasifikasi Bayi Baru Lahir

Neonatus dikelompokkan menjadi dua kelompok (Juwita & Prisusanti,

2020), yaitu:

1) Neonatus menurut masa gestasinya

Masa gestasi atau dapat disebut dengan umur kehamilan merupakan

waktu dari konsepsi yang dihitung dari ibu hari pertama haid

terakhir (HPHT) pada ibu sampai dengan bayi lahir (Prawirohardjo,

2018)

a. Bayi kurang bulan: bayi yang lahir < 259 hari (37 minggu).

b. Bayi cukup bulan: bayi yang lahir antara 259 – 293 hari (37

minggu – 42 minggu).

c. Bayi lebih bulan: bayi yang lahir > 294 hari (> 42 minggu).

78
2) Neonatus menurut berat badan saat lahir Bayi lahir ditimbang berat

badannya dalam satu jam pertama jika bayi lahir di fasilitas

kesehatan dan jika bayi lahir di rumah maka penimbangannya

dilakukan dalam waktu 24 jam pertama setelah kelahiran

(Novieastari et al., 2020) :

a. Bayi berat badan lahir rendah: bayi yang lahir dengan berat

badan < 2,5 kg.

b. Bayi berat badan lahir cukup: bayi yang lahir dengan berat

badan antara 2,5 kg – 4 kg.

c. Bayi berat badan lahir lebih: bayi yang lahir dengan berat

badan > 4 kg.

4. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir

1) Pengertian

Asuhan bayi baru lahir adalah menjaga bayi agar tetap hangat,

membersihkan saluran nafas, mengeringkan tubuh bayi (kecuali

telapak tangan), memantau tanda bahaya, memotong dan mengikat

tali pusat, melakukan IMD, memberikan suntikan vitamin K1,

memberi salep mata antibiotik pada kedua mata, memberi immunisasi

Hepatitis B, serta melakukan pemeriksaan fisik. (Prawirohardjo,

2018)

2) Asuhan Bayi Baru Lahir

a. Menjaga bayi agar tetap hangat. Langkah awal dalam menjaga

bayi tetap hangat adalah dengan menyelimuti

79
bayi sesegera mungkin sesudah lahir, tunda memandikan bayi

selama 6 jam atau sampai bayi stabil untuk mencegah hipotermi.

b. Membersihkan saluran napas dengan menghisap lendir yang ada

di mulut dan hidung (jika diperlukan). Tindkaan ini juga

dilakukan sekaligus dengan penilaian APGAR skor menit

pertama. Bayi normal akan menangis spontan segera setelah

lahir. Apabila bayi tidak langsung menangis, jalan napas segera

dibersihkan.

c. Mengeringkan tubuh bayi dari cairan ketuban dengan

menggunakan kain atau handuk yang kering, bersih dan halus.

Dikeringkan mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya

dengan lembut tanpa menghilangkan verniks. Verniks akan

membantu menyamankan dan menghangatkan bayi. Setelah

dikeringkan, selimuti bayi dengan kain kering untuk menunggu 2

menit sebelum tali pusat diklem, Hindari mengeringkan

punggung tangan bayi. Bau cairan amnion pada tangan bayi

membantu bayi mencari putting ibunya yang berbau sama.

d. Memotong dan mengikat tali pusat dengan teknik aseptik dan

antiseptik. Tindakan ini dilakukan untuk menilai APGAR skor

menit kelima. Cara pemotongan dan pengikatan tali pusat adalah

sebagai berikut :

80
a) Klem, potong dan ikat tali pusat dua menit pasca bayi lahir.

Penyuntikan oksitosin dilakukan pada ibu sebelum tali pusat

dipotong (oksotosin IU intramuscular)

b) Melakukan penjepitan ke – I tali pusat dengan klem logam

DTT 3 cm dari dinding perut (pangkal pusat) bayi, dari titik

jepitan tekan tali pusat dengan dua jari kemudian dorong isi

tali pusat kearah ibu (agar darah tidak terpancar pada saat

dilakukan pemotongan tali pusat). Lakukan penjepitan ke – 2

dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan ke – 1 ke arah ibu.

c) Pegang tali pusat diantara kedua klem tersebut, satu tangan

menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan

yang lain memotong tali pusat diantara kedua klem tersebut

dengan menggunakan gunting DTT (steril).

d) Mengikat tali pusat dengan benang DTT pada satu sisi,

kemudian lingkarkan kembali benang tersebut dan ikat

dengan simpul kunci pada sisi lainnya.

e) Melepaskan klem penjepit tali pusat dan masukkan ke dalam

larutan klorin 0,5 %. Meletakkan bayi tengkurap di dada ibu

untuk upaya inisisasi menyusui dini.

81
e. Melakukan IMD, dimulai sedini mungkin, eksklusif selama 6 bulan

dilanjutkan sampai 2 tahun dengan makanan pendamping ASI

sejak usia 6 bulan. Pemberian ASI pertama kali dapat dilakukan

setelah mengikat tali pusat. Langkah IMD pada bayi baru lahir

adalah lakukan kontak kulit ibu dengan kulit bayi selama paling

sedikit satu jam dan biarkan bayi mencari dan menemukan putting

dan mulai menyusui.

f. Memberikan identitas diri segera setelah IMD, berupa gelang

pengenal tersebut berisi identitas nama ibu dan ayah, tanggal, jam

lahir, dan jenis kelamin.

g. Memberikan suntikan Vitamin K1. Karena sistem pembekuan

darah pada bayi baru lahir belum sempurna, semua bayi baru

lahir beresiko mengalami perdarahan. Untuk mencegah terjadinya

perdarahan pada semua bayi baru lahir, terutama bayi BBLR

diberikan suntikan vitamin K1 (phytomenadione) sebanyak 1 mg

dosis tunggal, intra muscular pada anterolateral paha kiri. Suntikan

vit K1 dilakukan setelah proses IMD dan sebelum pemberian

imunisasi Hepatitis B.

h. Memberi salep mata antibiotik pada kedua mata untuk mencegah

terjadinya infeksi pada mata. Salep ini sebaiknya diberikan 1 jam

setelah lahir.

i. Memberikan imunisasi Hepatitis B pertama (HB – O) diberikan 1

– 2 jam setelah pemberian vitamin K1 secara

82
intramuscular. Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah

infeksi Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-

bayi. Imunisasi Hepatitis B harus diberikan pada bayi usia 0 – 7

hari.

j. Melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir untuk mengetahui

apakah terdapat kelainan yang perlu mendapat tindakan segera

serta kelainan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan

kelahiran. Memeriksa secara sistematis head to toe (dari kepala

hingga jari kaki). Diantaranya :

a) Kepala : pemeriksaan terhadap ukuran, bentuk, sutura

menutup/melebar adanya caput succedaneum, cepal hepatoma.

b) Mata : Pemeriksaan terhadap perdarahan, subkonjungtiva dan

tanda – tanda infeksi.

c) Hidung dan mulut : Pemeriksaan terhadap labioskisis,

labiopalatoskisis dan reflex isap.

d) Telinga : Pemeriksaan terhadap kelainan daun telinga dan

bentuk telinga.

e) Leher : Perumahan terhadap serumen atau simetris.

f) Dada : Pemeriksaan terhadap bentuk, pernapasan dan ada

tidaknya retraksi.

83
g) Abdomen : pemeriksaan terhadap membuncit (pembesaran

hati, limfa, tumor).

h) Tali pusat : Pemeriksaan terhadap perdarahan jumlah darah

pada tali pusat, warna dan besar tali pusat, hernia di tali pusat

atau selangkangan.

i) Alat kelamin : Untuk laki – laki, apakah testis berada dalam

skrotum, penis berlubang pada ujung, pada wanita vagina

berlubang dan apakah labia mayora menutupi labio minora.

j) Anus : Tidak terdapat atresia ani

k) Ekstremitas : Tidak terdapat polidaktili dan sindaktili

(Prawirohardjo, 2018)

f. Kunjungan Neonatus

Pelayanan kesehatan neonatus menurut (Kemenkes, 2020) adalah

pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan

kepada neonates sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari

setelah lahir.

1) Kunjungan neonates ke – 1 (KN I) dilakukan 6 – 48 jam setelah lahir,

dilakukan pemeriksaan pernapasan, warna kulit gerakan aktif atau tidak,

ditimbang, ukur panjang badan, lingkar lengan, lingkar dada, pemberian

salep mata, vitamin K1, Hepatitis B, perawatan tali pusat dan pencegahan

kehilangan panas bayi.

84
2) Kunjungan neonatus ke – 2 (KN 2) dilakukan pada hari ke – 3 sampai

hari ke – 7 setelah lahir, pemeriksaan fisik, melakukan perawatan tali

pusat, pemberian ASI eksklusif, personal hygiene, pola istirahat,

keamanan dan tanda-tanda bahaya.

3) Kunjungan neonatus ke – 3 (KN 3) dilakukan pada hari ke – 8 sampai

hari ke – 28 setalah lahir, dilakukan pemeriksaan pertumbuhan dengan

berat badan, tinggi badan dan nutrisinya.

E. MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN VARNEY

a. Pengumpulan Data Dasar

Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan

semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien.

Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan yang berkaitan dengan

kondisi pasien dan semua informasi yang akurat dari semua sumber

(Ambarwati, dkk, 2014).

1) Data Subjektif

a. Identitas

Identitas ini untuk mengidentifikasi pasien dan menentukan status

sosial ekonominya yang harus kita ketahui seperti anjuran apa yang

akan diberikan (Hani, dkk. 2010).

a) Nama pasien dikaji untuk memperlancar komunikasi dalam

asuhan sehingga tidak terlalu kaku dan lebih akrab (Astuti,

2012).

85
b) Umur pasien dikaji untuk mengetahui apakah klien dalam

kehamilan yang beresiko atau tidak. Usia dibawah 16 tahun

dan 35 tahun adalah umur yang beresiko tinggi untuk hamil.

Umur yang baik untuk kehamilan maupun persalinan adalah

19 – 25 tahun (Yuliani, dkk, 2017).

c) Agama pasien dikaji sebagai pedoman asuhan yang diberikan

sesuai dengan kepercayaan yang dianut (Astuti, 2012).

d) Suku pasien dikaji untuk mengetahui adat dan kebiasaan

yang berhubungan dengan masalah yang merugikan kesehatan

ibu hamil. Tenaga kesehatan harus dapat menyikapi hal ini

dengan bijaksana jangan sampai menyinggung kearifan lokal

yang sudah berlaku didaerah tersebut (Jannah, 2012).

e) Pendidikan pasien dikaji untuk mengetahui tingkat

pengatahuan dan metode komunikasi yang akan disampaikan

Tingkat pendidikan seorang ibu hamil sangat berperan dalam

kualitas perawatan kehamilan. Penguasaan pengetahuan juga

erat kaitannya dengan tingkat pendidikan seseorang (Jannah,

2012).

86
f) Pendidikan pasien dikaji untuk mengetahui tingkat

pengetahuan dan metode komunikasi yang akan disampaikan.

(Ambarwati, 2014).

g) Pekerjaan pasien dikaji untuk mengetahui tingkat sosial

ekonomi pasien, tingkat ekonomi terbukti sangat berpengaruh

terhadap kondisi kesehatan fisik dan psikososial ibu hamil,

yang lebih tinggi sosial ekonominya maka ibu akan lebih

fokus untuk mempersiapkan fisik dan mentalnya sebagai

seorang ibu. Sementara ibu hamil yang lebih rendah

ekonominya maka ia akan mendapat banyak kesulitan

terutama masalh pemenuhan kebutuhan primer (Jannah,

2012).

h) Alamat pasien dikaji untuk mempermudah hubungan jika

diperlukan dalam keadaan mendesak sehingga bidan

mengetahui tempat tinggal pasien (Astuti, 2012).

b. Keluhan utama

Keluhan utama dikaji untuk mengetahui keluhan yang dirasakan pesien

yang berhubungan dengan system tubuh, meliputi kapan mulainya,

bentuknya seperti apa, faktor pencetus, perjalanan penyakit termaksud

durasi dan kekambuhan (Yuliani dkk, 2017).

87
c. Riwayat obstetri

Riwayat obstetri dikaji untuk mengetahui kesehatan reproduksi yang

dialami oleh pasien baik riwayat menstruasi, riwayat kehamilan,

persalinan dan nifas (Ambarwati, dkk, 2014).

d. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Tanggal kelahiran, usia kehamilan aterm atau tidak, bentuk persalinan

(spontan, SC, forcep atau vakum), penolong, tempat, masalah obstetri

dalam kehamilan (preeklamsi, ketuban pecah dini, dll), dalam persalinan

(malpresentasi, drip oksitosin, dll), dalam nifas (perdarahan, infeksi

kandungan, dll), jenis kelamin bayi (laki-laki/perempuan), berat badan

bayi, adakah kelainan kongenital, kondisi anak sekarang (Hani, 2011).

e. Riwayat kehamilan sekarang

a. HPHT

Untuk mengetahui usia kehamilan (Hani, 2011).

b. HPL

Untuk mengetahui perkiraan kelahiran (Nursalam, 2009)

c. ANC (Antenatal Care)

Untuk mengetahui periksa teratur atau tidak, tempat ANC dimana

(Prawirohardjo, 2010).

88
F. Riwayat ginekologi

Riwayat ginekologi dengan mengkaji perdarahan diluar haid, riwayat

keputihan, perdarahan post koitus, riwayat tumor ganas. Riwayat

kesehatan merupakan sumber data subjektif tentang status kesehatan

pasien yang memberikan gambaran tentang masalah kesehatan aktual

maupun Psikososial (Robert, 2015)

G. Riwayat KB

Kontrasepsi yang pernah dipakai, lamanya pemakaian kontrasepsi, alasan

berhenti, rencana yang akan datang (Janah, 2011).

H. Riwayat kesehatan

a) Riwayat Kesehatan Sekarang adalah riwayat kesehatan yang diderita

saat ini oleh pasien. Penyakit menular seperti TBC, hepatitis,

Malaria, HIV/AIDS, Penyakit keturunan seperti jantung, hipertensi,

DM, Asma, Alergi Obat (Jannah, 2011).

b) Riwayat Kesehatan Dahulu merupakan riwayat penyulit yang dahulu

pernah diderita seperti Jantung, Hipertensi, DM, Asma, Hepar dan

HIV/AIDS (Astuti, 2012).

c) Riwayat Kesehatan Keluarga adalah riwayat kesehatan yang pernah

diderita keluarga seperti Jantung, Asma, Hipertensi, DM, Kembar,

kanker, penyakit ginjal, TB, epilepsi (Hani, 2011).

d) Riwayat Penyakit Menular yaitu menanyakan kepada klien apakah

mempunyai keluarga yang mmenderita penyakit menular. Apabila

klien mempunyai keluarga yang menderita

89
penyakit menular, sebaiknya bidan menyarankan kepada klien untuk

menghindari secara langsung bersentuhan dengan fisik agar tidak

menular pada ibu hamil dan janinnya (Astuti, 2012).

I. Pola kebutuhan sehari-hari

a) Pola Nutrisi

Tanyakan kepada klien, apa jenis makanan yang biasa

dikonsumsi, porsi makanan, frekuensi makan klien per hari (Astuti,

2012).

b) Pola Eliminasi

Untuk memastikan keadaan kesehatan keluarga (Sulistyawati,

2009). Dikaji BAB berapa kali/hari, BAK berapa kali /hari,

keluhan.

c) Pola Istirahat

Untuk mengetahui hambatan yang mungkin muncul jika

didapatkan data yang senjang tentang pemenuhan kebutuhan

istirahat (Sulistyawati, 2009). Dikaji tidur siang dan tidur malam

berapa jam, keluhan.

d) Pola Aktivitas

Memberikan gambaran tentang seberapa berat aktivitas yang

dilakukan di rumah (Sulistyawati, 2009). Dikaji pekerjaan dirumah

atau pekerjaan yang dikerjakan sehari – hari.

90
J. Personal Hygiene

Data yang mempengaruhi kesehatan pasien dan bayinya (Sulistyawati,

2009). Dikaji mandi berapa kali/hari, keramas berapa kali/minggu, ganti

baju berapa kali/hari, ganti celana dalam berapa 1kali/hari, sikat gigi

berapa kali/hari, potong kuku berapa kali/minggu.

a. Aktivitas Seksual

Untuk mengetahui keluhan dalam aktivitas seksual yang

mengganggu (Sulistyawati, 2009). Dikaji frekuensi, keluhan.

b. Psikososial Spiritual

Perlu dikaji untuk kenyamanan psikologis ibu (Sulistyawati, 2009).

Dikaji respon terhadap kehamilan ini senang atau tidak, respon

suami terhadap kehamilan ini mendukung atau tidak, respon

keluarga terhadap kehamilan ini, adat istiadat.

K. Data Objektif

Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda

vital, meliputi: pemeriksaan khusus (terdiri dari inspeksi, palpasi,

perkusi, dan auskultasi) dan pemeriksaan penunjang yaitu laboratorium

dan catatan terbaru serta catatan sebelumnya (Suryani, 2014).

Pemeriksaan yang dilakukan kepada pasien sebagai berikut:

91
b) Keadaan Umum

Untuk mengetahui data ini kita cukup dengan mengamati keadaan

pasien secara keseluruhan. Hasil pengamatan kita laporkan dengan

criteria sebagai berikut :

1) Baik

Jika pasien memperlihatkan respon yang baik terhadap

lingkungan dan orang lain, serta secara fisik pasien tidak

mengalami ketergantungan berjalan.

2) Lemah

3) Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang atau tidak

memberikan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang

lain dn pasien sudah tidak mampu lagi berjalan sendiri

(Sulistyawati,2010).

c) Kesadaran

Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita dapat

mengakaji tingkat kesadaran mulai dari composmentis sampai koma

(Sulistyawati,2010).

d) Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan salah satu ukuran pertumbuhan seseorang.

Tinggi badan dapat diukur dengan stasiometer atau tongkat pengukur

(Tambunan, dkk. 2011).

92
e) Berat Badan

Perkiraan kenaikan berat badan yang dianjurkan adalah 4 kg pada

kehamilan di TM I 0,5 kg/minggu pada kehamilan TM II sampai TM

III jadi keseluruhan total kenaikan berat badannya yaitu 11,5 – 16 kg

selama kehamilan. (Sulistyawati, 2010).

f) Pengukuran LILA

Untuk mengetahui lingkar lengan atas sebagai indicator untuk

menilai status gizi ibu hamil, ukuran lingkar lengan yang normal

adalah 23,5 cm (Yuliani dkk, 2017).

g) Tanda-tanda vital

1. Tekanan darah

Tekanan darah arteri mengganbarkan dua hal, yaitu besar

tekanan yang dihasilkan vertikel kiri sewaktu berkontraksi

(angka sistolik). Nilai normal rata-rata tekanan sistol pada orang

dewasa adalah 90 sampai 130 mmHg, sedangkan rata-rata diastol

adalah 70 sampai 90 mmHg (Prawiroharjo, Sarwono.2014).

2. Nadi

Nadi adalah gelombang yang diakibatkan oleh adanya

perubahan pelebaran (vasodilatasi) dan penyempitan

(Vasokontriksi) dari pembuluh darah arteri akibat kontraksi

vebtrikel melawan dinding aorta. Tekanan nadi adalah tekanan

yang ditimbulkan oleh perbedaan sistolik dan

93
diastolik. Normalnya 80 – 100 kali per menit (Tambunan, dkk.

2011).

3. Pernafasan

Pernafasan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui

fungsi sistem pernafasan yang terdiri dari mempertahankan

pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam paru dan

penganturan asam basal. Adapun pernapasan pada orang dewasa

yaitu 16 – 24 x/menit (Prawiiroharjo, Sarwono.2014).

4. Suhu

Suhu adalah derajat panas yang dipertahankan oleh tubuh dan

diatur oleh hipotalamus (dipertahankan dalam batas normal

yaitu ± 36,5 °C sampai 37,5 °C) dengan menyeimbangkan

anatara panas yang dihasilkan dan panas yang dilepaskan.

(Tambunan, dkk. 2011).

g. Pemeriksaan fisik head to toe

1. Kepala

Inspeksi dengan memperhatiakan bentuk kepala terdapat

benjolan atau tidak, nyeri tekan dan dan kebersihan kepala

(Prawiroharjo, Sarwono.2014).

2. Muka

Pada daerah wajah/muka dilihat simetris atau tidak, apakah

kulitnya normal atau tidak, pucat/tidak, atau

94
ikhterus dan lihat apakah terjadi hiperpigmentasi. Pada kulit

terdapat deposit pigmen dan hiperpigmentasi alat – alat tertentu,

pigmentasi ini disebabkan pengaruh Melanophore stimulating

Hormone (MSH) yang meningkat (Wiknjosastro, 2014).

3. Mata

Pemeriksaan mata dilakukan untuk menilai adanya visus atau

ketajaman pengelihatan. Pemeriksaan skelera bertujuan untuk

menilai warna, apakah dalam keadaan normal yaitu putih.

Apabila ditemukan warna lain. Pemeriksaan pupil, secara

normal berbentuk bulat dan simetris. Apabila diberikan sinar,

akan mengecil. Midriasis atau dilatasi pupil menunjukkan

adanya rangsangan simpatis. Sedangkan miosis menunjukkan

kadaan pupil yang mengecil. Pupil yang berwarna putih

menunjukkan kemungkinan adanya pnyakit katarak.

4. Telinga

Pada pemeriksaan telinga bagian luar dapat dimulai dengan

pemeriksaan daun telinga dan liang telinga dengan menentukan

bentuk, besar dan posisinya. Pemeriksaan pendengaran

dilaksanakaan dengan bantuan grfutala untuk mengetahui ada

gangguan pendengaran atau tidak. (Mufdillah, dkk. 2016).

95
5. Hidung

Hidung dikaji dengan tujuan untuk mengetahui keadaan atau

bentuk dan fungsi hidung (Prawiroharjo, Sarwono. 2014).

6. Mulut

Pemeriksaan mulut bertujuan untuk menilai ada tidaknya

trismus, halitosis dan labioskisis. Trismus yaitu kesukaran

membuka mulut. Halitosis yaitu bau mulut tidak sedap karena

personal hygine yang kurang. Labioskisis yaitu keadaan bibir

tidak simetris. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan pada gusi

untuk menilai edema atau tanda- tanda radang (Mufdilah, dkk.

2016).

7. Leher

Palpasi pada leher dilakukan untuk mengetahui keadaan dan

lokasi kelenjar limfe, kelenjar tyroid dan trakea. Pembesaran

kelanjar limfe dapat disebabkan oleh berbagai penyakit,

misalnya peradangan akut/kronis. Pembesaran limfe juga terjadi

dibeberapa kasus seperti tuberculosis atau sifilis. Palpasi

kelenjar tyroid dilakukan untuk mengetahui adanya pembesaran

kelenjar tyroid yang biasanya disebabkan oleh kekurangan

garaam yodium (Prawiroharjo, Sarwono. 2014).

96
8. Payudara

Pada awal kehamilan permpuan akan merasakan payudaranya

menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua payudara akan

bertambah ukurannya dan vena – vena dibawah kulit akan lebih

terlihat. Setelah bulan pertama suatu cairan yang berwarna

kekuningan yang disebut colostrums dapat keluar

(Prawirroharjo, Sarwono. 2014).

9. Abdomen

Pemeriksaan leopold dengan cara palpasi abdominal dimulai

dari leopold I untuk mengetahui TFU dan bagian teratas janin,

leopold II untuk mengetahui bagian di sebelah kanan dan kiri

perut ibu, leopold III untuk mengetahui bagian janin dibagian

bawah uterus ibu, leopold IV untuk mengetahui apakah kepala

sudah masuk PAP atau belum Kepala masuk PAP pada

primigravida yaitu pada usia kehamilan 36 minggu (Manuaba,

2015).

10. Ekstermitas

Ada varises, lakukan pengetukan dengan reflex hammer di

daerah tendon muskulus kuadriser femoris di bawah patella.

11. Genetalia

Genetalia berkaitan dengan system reproduksi wanita. Sietem

reproduksi wanita terdiri atas dua bagian utama

97
yaitu genitalia dalam dan genitalia luar yang berkembang dan

berfungsi sesuai dengan pengaruh hormone-hormon yang juga

mempengaruhi fertilitas, kehamilan dan seksual (Tambunan,

dkk. 2011).

h. Pemeriksaan penunjang

Menurut Yuliani dkk, 2017, adalah :

1) Pemeriksaan Kadar Hemoglobin (HB)

Dikatakan anemia jika kadar HB < 11gr/dl pada trimester 1

dan 3 atau <10,5 gr/dl pada trimester 2

2) Pemeriksaan Golongan Darah

Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk

mengetahui jenis golongan darah, tapi juga untuk

mempersiapkan calon pendonor jika terjadi kegawatdaruratan.

3) Urinalisasi

Pemeriksaan urinalisasi yang dilakukan pada kehamilan

terutama protein pada trimester kedua dan ketiga jika terjadi

hipertensi. Protein urin pada ibu hamil merupakan indikasi

adanya preeklamsi.

4) Pemeriksaan USG

Pemeriksaan USG direkomendasikan pada awal kehamilan

(idealnya sebelum usia kehamilan 15 minggu), untuk

menentukan usia gestasi, viabilitas janin, letak dan

98
jumlah janin serta deteksi abnormalitas Janin yang berat serta

dilakukan pada trimester ketiga untuk persiapan persalinan.

2. Identifikasi Diagnosa Aktual / Masalah Aktual

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap

diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan

interpretasi yang benar atas data – data yang telah dikumpulkan.

Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga

dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik. Masalah

dan diagnosis keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak

dapat diselesaikan, seperti diagnosis, tetapi sungguh

membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam sebuah rencana

asuhan terhadap klien. Masalah sering berkaitan dengan

pengalaman wanita yang diidentikasi oleh bidan sesuai dengan

pengarahan. Masalah juga sering menyertai diagnosis. (Asrinah,

2012)

3. Identifikasi Diagnosa Potensial / Masalah Potensial

Pada langkah ketiga ini, bidan dituntut untuk mampu

mengantisipasi masalah potensial tidak hanya merumuskan

masalah potensial yang akan terjadi, tetapi juga merumuskan

tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosis potensial tidak

terjadi. Dengan demikian, langkah

99
ini benar merupakan langkah yang bersifat antisipasi yang

rasional/logis. Kaji ulang diagnosis atau masalah potenial yang

diidentifikasi sudah tepat. Tujuan dari langkah ketiga ini adalah

untuk mengantisipasi semua kemungkinan yang dapat muncul.

Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi diagnosis dan masalah

potensial berdasarkan diagnosis dan masalah yang sudah

teridentifikasi atau diagnosis dan masalah aktual (Asrinah, 2012)

4. Identifikasi Perlunya Tindakan Segera / Kolaborasi /

Rujukan

Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari

proses manajemen kebidanan yang terjadi dalam kondisi darurat.

Kondisi darurat dapat terjadi pada saat pengelolaan ibu hamil, ibu

bersalin, nifas dan bayi baru lahir. Kondisi darurat merupakan

kondisi yang membutuhkan tindakan dengan segera untuk

menangani diagnosis maupun masalah darurat yang terjadi dan

apabila tidak segera dilakukan tindakan segera akan dapat

menyebabkan kematian ibu maupun anak. Pada langkah ini

mungkin saja diperlukan data baru yang lebih spesifik agar dapat

mengetahui penyebab langsung diagnosis dan masalah yang ada.

Oleh karena itu, diperlukan tindakan segera untuk mengetahui

penyebabnya. Jadi, tindakan segera selain diatas bisa juga

10
berupa observasi/pemeriksaan. Pada penjelasan diatas

menunjukkan bahwa bidan dalam melakukan tindakan harus sesuai

dengan prioritas masalah/kebutuhan yang dihadapi kliennya.

Setelah bidan merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk

mengantisipasi diagnosis/masalah potensial pada langkah

sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan darurat/segera

yang harus dirumuskan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Dalam

rumusan ini, termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan

secara mandiri atau bersifat rujukan. Kaji ulang apakah tindakan

segera ini benar-benar dibutuhkan (Asrinah, 2012)

5. Rencana Asuhan

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa

yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap

masalah yang berkaitan, tetapi juga dari kerangka pedoman

antisipasi terhadap wanita tersebut, seperti apa yang diperkirakan

akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan,

konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada msalah-

masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi, kultural atau

masalah psikologis. Dengan kata lain asuhan terhadap wanita

tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua

aspek asuhan kesehatan. Setiap rencana asuhan haruslah

10
disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien agar

dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan

melaksanakan rencana tersebut. Oleh karena itu pada langkah ini

tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil

pembahasan rencana asuhan bersama klien kemudian membuat

kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya. Semua keputusan

yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional

dan benar- benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang

terbaru, serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan

dilakukan klien. Kaji ulang apakah rencana asuhan sudah meliputi

semua aspek asuhan kesehatan terhadap wanita. Rasional berarti

tidak berdasarkan asumsi, tetapi sesuai dengan keadaan klien dan

pengetahuan teori yang benar dan memadai atau berdasarkan

suatu data dasar yang lengkap dan bisa dianggap valid sehingga

menghasilkan asuhan klien yang lengkap dan tidak berbahaya

(Asrinah, 2012).

6. Implementasi

Pada langkah ini dilakukan pelaksanaan asuhan langsung secara efisien

dan aman. Pada langkah keenam ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang

telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman.

Perencanaan ini dapat

10
dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota

tim lainnya. Walau bidan tidak melakukan sendiri, ia tetap memikul tanggung

jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya

7. Evaluasi

Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang

telah diberikan. Hal yang dievaluasi meliputi apakah kebutuhan telah

terpenuhi dan mengatasi diagnosis dan masalah yang telah diidentifikasi.

Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar-benar efektif

dalam pelaksanaannya.

Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif, sedangkan

sebagian lain belum efektif. Mengingat proses manajemen asuhan ini

merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan, maka perlu mengulang

kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui manajemen untuk

mengidentifikasi mengapa proses manajemen tidak efektif, serta melakukan

penyesuaian pada rencana asuhan tersebut. (Asrinah, 2012)

10
B. PENDOKUMENTASIAN SOAP

SOAP adalah catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan tertulis.

Seorang bidan hendaknya menggunakan SOAP setiap kali ia bertemu dengan

pasiennya. Selama masa antepartum, seorang bidan dapat menuliskan satu

catatan SOAP untuk setiap kali kunjungan; sementara dalam masa

intrapartum, seorang bidan boleh menuliskan lebih dari satu catatan untuk

satu pasien dalam satu hari. Selain itu juga, seorang bidan harus melihat

catatan-catatan SOAP terdahulu bilamana ia merawat seorang klien untuk

mengevaluasi kondisinyayang sekarang. Tujuan Pendokumentasian :

a) Menciptakan catatan permanen tentang asuhan yang diberikan kepada

pasien.

b) Memungkinkan berbagai informasi diantara para pemberi asuhan.

c) Memfasilitasi pemberian asuhan yang berkesinambungan.

d) Memungkinkan pengevaluasian dari asuhan yang diberikan.

e) Memberikan data untuk catatan nasional, riset dan statistik

mortalitas/morbiditas.

f) Meningkatkan pemberian asuhan yang lebih aman dan bermutu tinggi

kepada klien (Asrinah, 2012).

10
1. DATA SUBJEKTIF (S)

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui

amnesis (langkah I Varney) (Yulifah, 2014). Menurut sudarti (2011), data

subyektif yang dikaji pada ibu hamil adalah sebagai berikut:

a) Menanyakan keadaan ibu

b) Menanyakan pengetahuan ibu tentang seberapa jauh ibu

memahami keadaanya.

2. DATA OBJEKTIF (O)

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil

labratorium dan uji diagnosis lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk

mendukung asuhan (langkah I Varney) (Yulifah dan Surachmindari, 2014).

Menurut sudarti (2011), data obyektif yang dikaji pada ibu hamil adalah

sebagai berikut :

1) Memeriksa TTV

2) Inspeksi

3) Palpasi

4) Auskultasi

5) Perkusi

6) Laboratorium dan USG (bila diperlukan)

10
3. ASSESMENT (A)

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi data

subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi:

1) Diagnosis/masalah

2) Antisipasi diagnosis/masalah potensial

3) Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter/konsultasi/ kolaborasi

dan atau rujukan (langkah II, III dan IV Varney) (Yulifah, 2014)

4. PLANNING (P)

Menggambarkan pendokumentasian tindakan dan evaluasi perencanaan

berdasarkan assessment (langkah V, VI dan VII Varney) (Yulifah dan

Surachmindari, 2014). Menurut sudarti (2011), perencanaa pada ibu hamil

adalah sebagai berikut :

1) Jelaskan kondisi kehamilan dan rencana asuhan yang akan dilaksanakan

2) Diskusikan jadwal pemeriksaan dan hasik yang diharapkan

3) Jelaskan pada ibu, bila diperlukan pemeriksaan khusus konsultasikan ke

disiplin ilmu lain bila perlu, ibu dapat dirujuk ke tenaga ahli fasilitas

kesehatan yang lebih lengkap.

10
107

BAB III

METODE PENULISAN LAPORAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah kualitatif deskriptif. Dalam hal ini memerlukan

pendekatan yang nantinya mampu untuk menganalisis setiap kejadian,

persepsi, motivasi, tindakan dan lain sebagainya untuk kemudian dijelaskan

serta diuraikan dalam sebuah data berupa kalimat ataupun kata-kata. Maka

dari itu, laporan ini menggunakan pendekatan secara kualitatif deskriptif.

Menurut Moleong (2016), menjelaskan dalam penelitian deskriptif, data yang

dikumpulkan adalah data yang berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-

angka. Data tersebut bisa diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,

video, foto, dan dokumentasi pribadi. Hasil laporan ini berupa kutipan dari

transkrip hasil wawancara yang sebelumnya telah diolah dan kemudian

disajikan secara deskriptif.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu pelaksanaan asuhan komprehensif mulai tanggal 20 April 2022

sampai 10 Mei 2022 (mulai kontak saat hamil trimester III, persalinan, sampai

masa nifas). Dilakukan di wilayah Kerja UPTD Puskesmas Konda, Kota

Kendari.
C. Subjek Penelitian

Dalam laporan kasus ini, subjek yang menjadi fokus adalah ibu hamil

trimester III. Adapun karakteristik subjek laporan kasus yaitu Ny. Y usia 36

tahun dengan umur kehamilan 38 minggu yang kesehariannya bekerja sebagai

ibu rumah tangga dan memiliki empat anak laki-laki serta Lokasi rumah

subjek Desa Ambololi, Konawe Selatan. Subjek yang bersangkutan dalam

keadaan sehat jasmani dan rohani juga bersifat terbuka kepada semua orang

sehingga sangat mudah dalam pengkajian data laporan kasus ini.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam LTA antara lain: catatan

perkembangan kebidanan (SOAP), format pengkajian dan buku KIA/KMS.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara dilakukan langsung kepada ibu dan suami ibu pada

kunjungan pertama kehamilan sebagai pengkajian data awal meliputi

biodata, keluhan ibu, riwayat kesehatan ibu dan keluarga, riwayat haid,

riwayat pernikahan, riwayat obstetric lalu dan sekarang, riwayat keluarga

berencana, pola kebiasaan sehari-hari, serta riwayat sosial. Wawancara

dilakukan pada bidan mengenai kunjungan yang dilakukan ibu hamil.

10
2. Observasi

Observasi dilakukan pada setiap kunjungan dalam bentuk

pemeriksaan kepada ibu melalui inspeksi, palpasi, auskultasi maupun

perkusi serta pada kunjungan pertama kehamilan didukung dengan

adanya pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan kadar Hb dalam darah.

Dokumentasi

Mendukung hasil pengamatan yang maksimal, maka digunakan

dokumen pendukung. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah

berlalu. Dokumen pendukung ini berupa data yang diperoleh dari catatan

perkembangan kebidanan (SOAP), format pengkajian dan buku

KIA/KMS.

3. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu semua bentuk sumber informasi yang

berhubungan dengan dokumentasi baik dokumentasi resmi maupun

dokumentasi tidak resmi

F. Trianggulasi Data

Dalam pengumpulan data ini dilakukan trianggulasi yaitu

memverifikasi, mengecek, dan memperluas informasi yang diperoleh dari

orang lain maupun sumber informasi lainnya untuk mendapatkan data yang

sebenarnya. Trianggulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan

dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

Dalam studi kasus ini pengujian data dilakukan berdasarkan hasil observasi

atau wawancara lebih dari satu

10
subjek dalam hal ini Bidan di Puskesmas Konda. Wawancara dilakukan dengan

tujuan mengecek data pasien Ny. Y dan memastikan identitas dan usia

kehamilan pasien. Selain itu, dilakukan pengujian data dengan melihat buku

KIA pasien lalu membandingkan dengan hasil pemeriksaan.

Trianggulasi Data dilakukan pada keluarga dalam hal ini, klien, suami

dan tenaga kesehatan yaitu bidan yang mengetahui awal dari proses kunjungan

kehamilan Ny.Y umur 36 tahun.

11
111

BAB IV

TINJAUAN KASUS

A. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan


1. Kunjungan Antenatal Care 1

Hari/Tanggal pengkajian : Rabu, 20-04-2022

Waktu Pengkajian : Jam 10:00 wita

Langkah I. Identifikasi Data Dasar

a. Identitas Istri/Suami

Nama : Ny. “Y” / Tn. “O”

Umur : 36 tahun / 36 tahun Suku

bangsa : Tolaki / Makassar Agama

: Islam / Islam Pendidikan

: SMA / SI Pertambangan

Pekerjaan : IRT / Swasta

Alamat : Desa Ambololi

Lama menikah : ± 10 tahun

b. Data Biologis

1) Keluhan utama: Ibu mengatakan sakit pinggang

2) Riwayat Obstetri

a) Ibu mengatakan kehamilan sekarang adalah kehamilan yang

ke empat, dan tidak pernah keguguran

b) Ibu mengetahui kehamilannya pada saat umur kehamilan 4

minggu dengan melakukan tes kehamilan di rumah


c) HPHT: 28-07-2021

d) TP : 04-05-2022

e) Gerakan janin :Pergerakan janin sudah dirasakan sejak umur

kehamilan 20 minggu pada sisi kiri perut ibu

f) Ibu mengatakan tidak pernah mengalami tanda bahaya

kehamilan seperti ( perdarahan dari jalan lahir dan tidak ada

nyeri tekan pada perut, bengkak pada wajah dan ekstremitas,

sakit kepala hebat, tekanan darah tinggi, penglihatan kabur,

mual dan muntah yang berlebihan janin tidak bergerak seperti

biasanya.

g) Keluhan saat hamil muda : Kadang-kadang mual

h) Pemeriksaan kehamilan yang lalu : Setiap bulan rutin

keposyandu

i) Imunisasi TT , Ibu mengatakan telah mendapatkan

imunisasi TT lengkap

j) Ibu sedang mengkonsumsi tablet Fe, dan Calk

3) Riwayat haid

a) Menarche : 14 tahun

b) Siklus : 28-30 hari

c) Lamanya : 5-7 hari

d) Banyaknya :Sehari 2-3x ganti pembalut

112
4) Riwayat kehamilan, persalinan & nifas yang lalu

Hamil Penyulit Anak Nifas


Ke Tah Usia Jenis Penol Kehamil
un Keha Partus ong an & JK BB PB ASI Pen
Part milan Persalin yulit
us an
1 200 Ater Normal Duku - L 2800 47 + -
5 m n gram cm
2 201 Ater Normal Bidan - L 2900 48 + -
0 m gram cm
3 201 Ater Normal Bidan - L 2800 47 + -
4 m gram cm
4 Kehamilan Sekarang

5) Riwayat Ginekologi

Ibu tidak mempunyai riwayat infertilitas, massa, penyakit lain maupun

operasi.

6) Riwayat KB

a. Kontrasepsi yang lalu : Suntik 3 Bulan

b. Keluhan : Tidak ada

c. Lamanya Pemakaian : 4 Tahun

d. Alasan berhenti : Ibu mengatakan karena ingin

hamil lagi

11
7) Riwayat penyakit yang lalu Ibu tidak mempunyai riwayat penyakit

asma, TBC, hepatitis B, jantung,lambung, hipertensi,diabetes melitus,

maupun penyakit lainnya.

8) Riwayat pemenuhan kebutuhan dasar

a) Pola Nutrisi

Kebiasaan

(1) Pola makan : Teratur

(2) Jenis makanan : Nasi, sayur, lauk pauk, kadang

buah dan susu.

(3) Frekuensi makan : 3 x/ hari

(4) Frekuensi minum : 6-8 gelas/hari

(5) Pantangan makanan : tidak ada

Selama kehamilan : tidak ada perubahan saat

hamil

b) Pola eliminasi

Kebiasaan

(1) BAK

(a) Frekuensi : 5-6x/ hari

(b) Warna : Kuning jernih

(c) Bau : Khas amoniak

(d) Masalah : Tidak ada

11
(2) BAB

(a) Frekuensi : 1-2x/ hari


(b) Konsistensi : Kuning / lunak
(c) Masalah : Tidak ada
Selama Hamil : Ibu mengatakan lebih sering
BAK.

c) Kebersihan diri

Kebiasaan

(1) Mandi 2 kali sehari menggunakan sabun mandi

(2) Sikat gigi 2 kali sehari menggunakan pasta gigi

(3) Keramas 3 kali seminggu menggunakan shampo

(4) Pakaian diganti setiap kali kotor dan setelah mandi

(5) Kuku tangan dan kaki dipotong setiap kali panjang

Selama Hamil: tidak ada perubahan saat hamil

d) Pola Istirahat/ tidur

Kebiasaan

(1) Istirahat/ tidur Malam: ±8 jam (21.00-05.00 Wita)

(2) Istirahat/ tidur Siang: ±2 jam (13.00-15.00 wita)

Selama Hamil : Ibu mengatakan selama hamil lebih

susah tidur.

c. Pengetahuan Ibu Hamil

1) Ibu mengetahui pentingnya pemeriksaan kehamilan kefasilitas

kesehatan

11
2) Ibu mengatakan belum mengetahui tentang makanan bergizi

seimbang bagi janin dan dirinya

3) Ibu mengetahui manfaat ASI eksklusif

d. Data Sosial

1) Dukungan suami :Suami mendukung kehamilan ibu

2) Dukungan keluarga: : Keluarga sangat senang dengan

kehamilanya

e. Pemeriksaan Fisik

1) Pemeriksaan umum

a) Kesadaran : Composmentis

b) BB hamil : 64 kg

c) BB sebelum hamil : 60 kg

d) Tinggi badan : 152 cm

e) LILA : 28 cm

f) Tanda-tanda vital

TD : 100/70 mmHg,

Nadi : 80x/menit,

Suhu : 36,50C,

Pernapasan : 20x/menit.

11
2) Pemeriksaan head to toe

a) Kepala

Rambut hitam, lurus, panjang dan tebal, tidak ada ketombe, tidak

rontok dan tidak ada benjolan

b) Wajah

Ekspresi wajah tenang, tidak ada cloasma gravidarum dan tidak ada

oedema

c) Mata

Simetris kiri dan kanan, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak

icterus dan pengelihatan baik

d) Hidung

Simetris kiri dan kanan tidak ada polip, tidak ada secret, tidak ada

epitaksis, dan tidak ada pengeluaran secret.

e) Mulut dan gigi

Bibir nampak lembab, tidak ada sariawan, tidak ada gigi tanggal

dan ada caries gigi.

f) Telinga

Simetris kiri dan kanan, daun telinga terbentuk dengan

sempurna,tidak ada pengeluaran secret dan pendengaran baik.

11
g) Leher

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan tidak ada pembesaran

vena jugularis

h) Payudara

Simetris kiri dan kanan, puting susu menonjol, areola mamae

mengalami hiperpigmentasi dan tidak ada benjolan serta sekresi (+)

i) Abdomen

(1) Inspeksi: tampak striae albica dan linea nigra, tidak ada bekas

luka operasi, dan tonus otot perut nampak tidak tegang.

(2) Palpasi

(a) Leopold I: Tinggi fundus uteri setinggi prosesus

xypodeus (31cm)

(b) Leopold II: teraba keras, memanjang seperti papan pada

sisi kiri perut ibu

(c) Leopold III: teraba keras, bundar dan melenting pada

bagia terendah (presentasi kepala)

(d) Leopold IV: Kepala belum masuk PAP

(e) LP: 94 cm : TBJ : LP X TFU : 94 X 31 =2.914 gram

(3) Auskultasi: terdengar denyut jantung janin 146x/ menit, kuat

jelas dan teratur

11
j) Genetalia luar

Tidak dilakukan pemeriksaan pada daerah genetalia

k) Anus

Tidak dilakukan pemeriksaan anus

l) Ekstremitas

(1) Ekstremitas atas

Simetris kiri dan kanan, tidak ada oedema dan warna kuku

merah muda

(2) Ekstremitas bawah

Simteris kiri dan kanan, tidak ada oedema, tidak ada varises,

warna kuku tidak pucat refleks patela (+)/(+)

m) Pemeriksaan panggul luar


(1) Distansia spinarum : 24 cm
(2) Distansia kristarum : 29 cm
(3) Konjugata eksterna : 19 cm
n) Data penunjang
(1) Pemeriksaan HB : 14,1 gr/dL
(2) Pemeriksaan Glukosa : (-)
(3) Protein urine : (-)
Langkah II Identifikasi Diagnosa / Masalah Aktual

G4P3A0, usia kehamilan 38 minggu, intra uterin, janin hidup, janin tunggal,

punggung kiri, presentasi kepala, kepala sudah masuk PAP dan keadaan

umum ibu dan janin baik dengan masalah sakit pinggang.

11
a. G4P3A0

DS :Ibu mengatakan ini kehamilan keempat, melahirkan tiga kali dan

tidak pernah keguguran.

DO :Tanus otot perut ibu nampak tidak tegang/ kendor ,tampak linea

nigra, dan striae albicans

Analisis dan Interpretasi

Tonus perut nampak tidak tegang karena perut ibu sudah pernah

meregang sebelumnya dan terdapat striae albicans karena ibu sudah

pernah hamil serta terdapat linea nigra yaitu garis hitam yang terbentang

dari simpisis sampai pusat pada saat kehamilan warnanya akan menjadi

lebih hitam (Prawirohardjo, 2014).

b. Usia kehamilan 38 minggu

DS : Ibu mengatakan HPHT tanggal 28-07-2021

DO :Tanggal kunjungan 20 April 2021, tafsiran persalian 04 Mei 2021,

tinggi fundus uteri 31 cm setinggi prosesus xifoideus

Analisis dan interpretasi

HPHT tanggal 28-07-2021 sampai dengan tanggal 20 April 2022.

Maka masa gestasi 38 minggu(Prawirohardjo, 2014).

HPHT : 28-07-2021

TK : 20-04-2022

Rincian HPHT 28-07-2021 - 3 hari

08 - 4 minggu 3 hari

12
09 - 4 minggu 2 hari

10 - 4 minggu 3 hari

11 - 4 minggu 2 hari

12 - 4 minggu 3 hari

01 - 4 minggu 3 hari

02 - 4 minggu 0 hari

03 - 4 minggu 3 hari

20-04-2022 - 2 minggu 6 hari

38 minggu

c. Intrauterin

DS : Ibu mengatakan tidak pernah perdarahan dan tidak ada nyeri tekan

pada perut

DO : Palpasi leopold ibu tidak merasakan nyeri tekan Analisis

dan interpretasi

Tidak ada nyeri tekan perut menandakan bahwa kehamilan intrauterin

(Prawirohardjo, 2014).

d. Janin hidup

DS :Ibu mengatakan merasakan gerakan janin sejak umur

kehamilan 20 minggu sampai sekarang

DO : Auskultasi DJJ 146x/ menit terdengar jelas dan kuat.

Analisis dan interpretasi

12
Gerakan janin dapat dirasakan pertama terjadi diantara gestasi 20 minggu

dan pada pemeriksaan DJJ terdengar jelas dan kuat menandakan bahwa

janin hidup (Prawirohardjo, 2014).

e. Janin tunggal

DS : Ibu mengatakan merasakan gerakan janin pada sisi kanan perut

ibu

DO: Pembesaran perut sesuai masa kehamilan, leopold satu, prosesus

xypodeus dan DJJ terdengar jelas, teratur dan kuat.

Analisis dan interpretasi

Pemeriksaan palpasi dengan teknik leopold I ditemukan bagian bulat dan

lunak difundus uteri merupakan tanda janin tunggal dan pada saat

dilakukan pemeriksaan DJJ terdengar pada satu bagian disisi kanan perut

ibu (Prawirohardjo, 2014).

f. Punggung Kiri

DS : Ibu mengatakan merasakan gerakan janin pada sisi kanan perut

DO :Pemeriksaan Leopold II teraba keras, panjang seperti papan disisi

kiri perut ibu.

Analisis dan interprestasi

Ibu mengatakan merasakan gerakan disisi kanan perut ibu dan pada

pemeriksaan Leopold II teraba keras dan panjang seperti

12
papan disisi kiri perut ibu yang merupakan punggung janin

(Prawirohardjo, 2014).

g. Presentasi kepala

DS : -

DO : Pemeriksaan Leopold III teraba bulat, keras dan melenting pada

daerah bawah perut ibu

Analisis dan interprestasi

Pemeriksaan leopold III untuk menentukan daerah terendah janin.

Apabila teraba bulat, keras dan melenting menandakan presentase

kepala, dan apabila teraba bulat, tidak keras dan tidak melenting

menandakan presentase bokong. (Muliani, 2017)

h. Sudah masuk PAP

DS : -

DO :Pemeriksaan Leopold IV kepala sudah masuk PAP

Analisis dan interprestasi

Pemeriksaan leopold IV untuk menentukkan penurunan kepala dengan

cara tangan kanan berada di bagian bawah kanan perut ibu dan tangan kiri

berada disebelah kiri perut ibu. Apabila kedua tangan bertemu

(konvergen), menandakan kepala sudah masuk PAP. (Prawirohardjo,

2014).

12
i. Keadaan ibu baik

DS: -

DO:Pemeriksaan fisik tidak ada kelainan, kesadaran

composmentis, TTV dalam batas normal.

TD : 100/70 mmHg

N : 80 x/ menit

S :36,5 ºC

P : 20x/ menit

Analisis dan interpretasi

Pemeriksaan tidak ditemukan adanya kelainan, kesadaran composmentis,

tanda-tanda vital dalam batas normal yang menandakan keadaan umum

ibu baik (Prawirohardjo, 2014).

j. Keadaan janin baik

DS : Ibu mengatakan dapat merasakan pergerakan janin sejak umur

kehamilan 22 minggu

DO :DJJ+, jelas, kuat dan teratur, frekuensi 146 x/ menit

Analisis dan interprestasi

Adanya pergerakan janin, DJJ terdengar jelas dan teratur dengan

frekuensi normal yaitu 120-160x/menit menandakan janin dalam keadaan

baik. DJJ kurang dari 120 x/menit atau lebih dari 160 x/menit atau tidak

teratur menandakan janin dalam asfiksia (kekurangan O2).

(Manuaba.2013).

12
k. Dengan masalah sakit pinggang

DS :ibu mengeluh sering merasakan sakit pinggang DO :

Analisis dan interpretasi

Sakit pinggang merupakan keluhan yang umum dialami ibu hamil, yang

disebabkan oleh perubahan hormon terutama tingkat hormon HCG dan

estrogen yang akan menyebabkan peregangan ligamen secara normal

untuk mempersiapakan persalinan dan ukuran janin yang bertambah berat

sehingga menambah beban pinggang dan punggung (Muliani, 2017).

Langkah III. Identifikasi Diagnosa /Masalah Aktual

Tidak ada data yang mendukung terjadinya masalah potensial Langkah

IV. Evaluasi Perlunya Tindakan Segera/Kolaborasi Tidak ada

data yang mendukung perlunya dilakukannya tindakan segera/ kolaborasi

Langkah V. Rencana Asuhan

a. Tujuan

1) Keadaan ibu dan janin baik

2) Mendeteksi dini adanya tanda bahaya kehamilan dan

mencegah terjadinya komplikasi kehamilan

3) Perkembangan janin sesuai dengan umur kehamilan

12
b. Kriteria keberhasilan

1) Ibu dan janin dalam kondisi sehat dan TTV dalam baatas

normal

TD : 100-130 sistole dan 60-90 diastole mmHg N :

80- 100x/ menit

S : 36,5-37,5˚C

P : 16-24x/ menit

DJJ (+) Frekuensi 120-160x/menit

2) Tidak ditemukan tanda bahaya kehamilan dan komplikasi

c. Rencana tindakan

1) Jelaskan tentang tindakan yang akan dilakukan

Rasional:

Agar pasien mengerti dan tahu tentang /terhada

tindakan yang akan dilakukan terhadap dirinya.

2) Jelaskan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan

Rasional :

Menjelaskan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan agar ibu

tidak khawatir dan merasa senang dapat mengetahui

perkembangan kehamilannya.

2) Anjurkan pada ibu untuk memperbanyak istirahat dan tidak


mengangkat beban berat

12
Rasional:
Istirahat yang cukup dapat memulihkan stamina dan mengurangi
beban kerja jantung yang mengalami peningkatan karena
kehamilan serta dengan tidak mengangkat beban berat dapat
mengurangi nyeri pada pinggang
3) Anjurkan pada ibu untuk menggunakan bantal penyangga

dipunggung pada saat duduk atau berbaring dalam waktu lama dan

berolahraga ringan seperti jalan kaki atau senam hamil dapat

mengurangi rasa sakit pinggang

Rasional :

Menggunakan bantal sebagai penyangga dipunggung membuat

ibu menjadi lebih rileks dan dapat mengurangi rasa nyeri.

4) Jelaskan keadaan sering BAK yang di alami ibu pada trimester III

Rasional :

Ibu sering mengalami BAK pada Trimester III karena adanya

penekanan kandung kemih oleh bagian terendah janin yang

menyebabkan ibu sering BAK

5) Anjurkan pada ibu untuk tidak banyak minum pada saat malam

hari

12
Rasional :

Minum yang terlalu banyak pada malam hari akan membuat ibu

akan sering BAK dan ibu akan sulit tidur karena merasa tidak

nyaman

6) Berikan pendidikan kesehatan tentang

a) Gizi ibu hamil

Rasional :

Untuk mengetahui makanan atau pentingnya nutrisi bagi

pertumbuhan diri dan janinnya seperti karbohidrat protein,

vitamin, mineral, dan zat besi

b) Personal hygene

Rasional :

Kebersihan yang kurang terutama di daerah genitalia dapat

menyebabkan ISK (Infeksi Saluran kemih) karenabakteri

penyebab infeksi menyukai tempat yang lembab.

7) Memberikan healt education yang berhubungan dengan personal

hygiene, dan gizi yang seimbang

Rasional:

Dengan memberitahu ibu dapat menjaga kebersihan dirinya dan

makan makanan yang bergizi

12
8) Ajarkan ibu cara perawatan payudara

Rasional :

Perawatan payudara secara dini pada masa hamil

merupakan tahapan penting untuk persiapan menyusui.

9) Kenalkan kepadan ibu tentang 10 tanda bahaya dalam kehamilan.

Rasional :

Dengan memberi tahu tentang adanya tanda bahaya dalam

kehamilan, ibu akan mengerti dan mendengarkan anjuran bidan

jika mengalami salah satu tanda bahaya ibu harus segera dating ke

fasilitas kesehatan.

10) Lakukan pendokumentasian

Rasioanal :
Sebagai tanda pertanggung jawaban atas asuhan yang telah
dilakukan
Langkah VI. Implementasi

Tanggal: 20-04-2022 Jam : 10.30

1) Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan

Hasil: Ibu mengerti dan mau bekerja sama dengan bidan tentang tindakan yang

dilakukan.

2) Menyampaikan hasil pemeriksaan pada ibu

Hasil: Ibu merasa senang mengetahui kehamilannya dalam

12
keadaan normal dan ibu merasa lega karena mengetahui kandungannya

dalam keadaan baik

3) Menganjurkan pada ibu untuk memperbanyak istirahat dan tidak

mengangkat beban yang berat

Hasil: Ibu bersedia untuk melakukannya

4) Menganjurkan pada ibu untuk menggunakan bantal penyangga

dipunggung pada saat duduk atau berbaring dalam waktu lama dan

berolahraga ringan seperti jalan kaki atau senam hamil.

Hasil :Ibu bersedia melakukannya untuk mengurangi rasa sakitnya

5) Menjelaskan keadaan BAK yang sering di alami pada trimester III Hasil

: Ibu mengerti dengan penjelasan bidan

6) Menganjurkan pada ibu untuk tidak banyak minum pada malam hari

agar dapat mengurangi BAK dimalam hari

Hasil : Ibu mengerti dan bersedia melakukannya

7) Memberikan health education yang berhubungan dengan

personal hygene, dan gizi yang seimbang

Hasil: Ibu bersedia menjaga kebersihan dirinya, dan

mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang.

8) Mengajarkan pada ibu tentang perawatan payudara

a) Melicinkan tangan dengan minyak/baby oil secukupnya

13
b) Tempatkan kedua tangan diantara payudara ibu kemudian diurut

kearah atas, terus kesamping, kebawah melintang sehinggga

menyangga payudara, lakukan 20-30 kali.

c) Menyokong payudara kiri dengan tangan kiri kemudia 3 jari tangan

kanan membuat gerakan memutar sambil menekan mulai dari

pangkal payudara berakhir pada puting susu. Lakukan tahapan yang

sama pada payudara kanan lakukan 2 kali gerakan pada setiap

payudara.

d) Menyokong payudara kiri dengan tangan kiri, telapak tnagan kiri

menopang payudara kiri dan jari-jari tangan sisi kelingking

mengurut payudara kearah puting susu, gerakan diulang sebanyak

20-30 kali. Untuk setiap payudara.

e) Telapak tangan kiri menyokong payudara, tangan dikepalkan

kemudian buku-buku jari tangan mengurut payudara mulai dari

pangkal kearah puting susu, gerakan ini diulang sebanyak 20-3- kali

untuk setiap payudara.

f) Setelah pengurutan, kompres kedua payudara dengan air hangat

selama 2 menit kemudian kompres kembali menggunakan air

dingin selama 1 menit

g) Keringkan payudara dengan handuk kering dan pakaikan bra Hasil:

ibu mengerti dan bersedia melakukan perawatan payudara

13
9) Mengenalkan 10 tanda bahaya dalam kehamilan yaitu sakit kepala yang

hebat, penglihatan kabur, mual dan muntah yang berlebihan, nyeri

epigastrium, hipertensi pergerakan janin berkurang, keluar air-air dari

jalan lahir, erdarahan pervaginam, oedema dan kejang, dan apabila

merasakan salah satu tanda segera dating ke fasilitas kesehatan.

Hasil: Ibu mengerti dan memahami 10 tanda bahaya kehamilan serta

bersedia datang ke fasiltas kesehatan apabila merasakan salah

satu tanda bahaya kehamilan.

10) Melakukan pendikumentasian

Hasil: Telah dilakukan pendokumentasian

Langkah VII. Evaluasi

Tanggal : 20-04-2022, Pukul 11.00 wita

1) Keadaan ibu dan janin baik

2) Tidak terdapat adanya tanda bahaya kehamilan dan tidak terjadi

komplikasi kehamilan

3) Perkembangan janin sesuai dengan umur kehamilan


4) Ibu mengerti dan mau bekerja sama dengan bidan tentang tindakan yang
dilakukan.
2. Kunjungan Antenatal Care Ke-2

Hari/Tanggal pengkajian : Rabu, 27-04-2022

Waktu Pengkajian : jam 11.00 wita

13
a. Data Subjektif (S)

1) Ibu mengatakan ini kehamilan yang keempat, melahirkan tiga kali

dan tidak pernah keguguran

2) Ibu mengatakn HPHT tanggal 28-07-2021

3) Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit menular atau keturunan

pada ibu atau keluarga klien

4) Ibu mengatakan tidak pernah merasakan nyeri tekan perut dan tidak

pernah mengalami perdarahan selama kehamilan

5) Ibu mengatakan mulai merasakan gerakan janinnya pada usia

kehamilan 20 minggu

6) Ibu mengatakan masih merasakan sakit pada pinggang

7) Ibu mengatakan gerakan janinnya semakin kuat

8) Ibu mengatakan sering BAK

9) Ibu mengatakan merasa tidak nyaman saat tidur

b. Data Objektif (O)

1) Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis 2)

TP : 04-05-2022
3) TTV
TD :110/80mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 36,80C
Pernafasan : 20x/menit

13
4) BB hamil : 65 kg

5) BB sebelum hamil : 60 kg

6) TB : 152 cm

7) LILA : 28,5 cm

8) Abdomen

a) Inspeksi: tampak striae albicans dan linea nigra, tidak ada bekas

luka operasi dan tonus otot perut tampak kendor

b) Palpasi

(1) Leopold I: tinggi fundus uteri 3 jari dibawah prosesus

xypodeus

( 32 cm )

(2) Leopold II: teraba keras, memanjang seperti papan pada sisi

kiri perut ibu

(3) Leopold II: teraba keras, bundar dan melenting

(presentasi kepala)

(4) Leopold IV: kepala sudah masuk PAP

(5) LP: 96 cm

c. Auskultasi: DJJ (+),frekuensi 143 X/ menit, Irama kuat, jelas dan

teratur

c. Assesment (A)

G4P3A0, usia kehamilan 39 minggu, intra uterin, janin hidup, janin tunggal,

punggung kiri, presentasi kepala, kepala sudah masuk

13
PAP dan keadaan umum ibu dan janin baik, dengan masalah sakit pinggang

d. Planning (P)

Tanggal: 27-04-2022 Jam : 11:30 wita

1) Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan

Hasil: Ibu mengerti dan mau bekerja sama dengan bidan tentang

tindakan yang dilakukan.

2) Menyampaikan hasil pemeriksaan pada ibu

Hasil: Ibu merasa senang mengetahui kehamilannya dalam keadaan

normal

3) Menganjurkan pada ibu untuk memperbanyak istirahat dan tidak

mengangkat beban yang berat

Hasil: Ibu bersedia melakukannya

4) Menganjurkan pada ibu untuk melakukan pijatan halus pada

pinggang yang sakit

Hasil: Ibu bersedia melakukannya

5) Menganjurkan pada ibu untuk tidak minum banyak air pada

malam hari

Hasil : Ibu bersedia melakukannya

6) Menjelaskan pada ibu tentang keadaan BAK yang sering di

alaminya pada trimester III

Hasil : ibu mengerti dengan penjelasan bidan

13
7) Memberikan health education yang berhubungan dengan personal

hygene, dan gizi yang seimbang

Hasil: Ibu bersedia menjaga kebersihan dirinya dan

makanan yang bergizi seimbang

8) Mengajarkan pada ibu tentang perawatan payudara

a) Melicinkan tangan dengan minyak/baby oil secukupnya

b) Tempatkan kedua tangan diantara payudara ibu kemudian diurut

kearah atas, terus kesamping, kebawah melintang sehinggga

menyangga payudara, lakukan 20-30 kali.

c) Menyokong payudara kiri dengan tangan kiri kemudian 3 jari

tangan kanan membuat gerakan memutar sambil menekan mulai

dari pangkal payudara berakhir pada puting susu. Lakuakan

tahapan yang sama pada payudara kanan lakukan 2 kali gerakan

pada setiap payudara.

d) Menyokong payudara kiri dengan tangan kiri, telapak tnagan kiri

menopang payudara kiri dan jari-jari tangan sisi kelingking

mengurut payudara kearah puting susu, gerakan diulang

sebanyak 20-30 kali. Untuk setiap payudara.

e) Telapak tangan kiri menyokong payudara, tangan dikepalkan

kemudian buku-buku jari tangan mengurut

13
payudara mulai dari pangkal kearah puting susu, gerakan ini

diulang sebanyak 20-3- kali untuk setiap payudara.

f) Setelah pengurutan, kompres kedua payudara dengan air hangat

selama 2 menit kemudian kompres kembali menggunakan air

dingin selama 1 menit

g) Keringkan payudara dengan handuk kering dan pakaikan bra

Hasil: Ibu mengerti dan bersedia melakukan perawatan payudara

9) Mengenalkan 10 tanda bahaya dalam kehamilan yaitu, sakit kepala

yang hebat, penglihatan kabur, mual dan muntah yang berlebihan,

nyeri epigastrium, hipertensi, pergerakan janin berkurang, keluar air-

air dari jalan lahir, perdarahan pervaginnam, oedema, dan kejang.

Hasil: Ibu mengerti dan memahami 10 tanda bahaya

kehamilan.

10) Menganjurkan pada ibu untuk rutin berjalan-jalan pagi atau sore

Hasil: Ibu bersedia melakukannya

11) Mengenalkan pada ibu tanda-tanda persalinan


a) Rasa sakit/mules diperut dan menjalar keperut bagian bawah
sampai kepinggang bagian belakang

13
b) Rasa sakit ini terjadi secara teratur dan semakin lama semakin
sering
c) Adanya pengeluaran lender campur darah dari vagina Hasil: Ibu
mengetahui tanda-tanda persalinan dan bersedia datang ke pelayanan
kesehatan jika merasakan tanda tersebut.
12) Mendiskusikan tentang persiapan persalinan
Hasil: Ibu mengatakan rencana bersalin di Puskesmas Konda
13) Melakukan pendikumentasian
Hasil: Telah dilakukan pendokumentasian.
B. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan

No Register :-

Hari/Tanggal Masuk :Senin, 09-05-2022 Jam 03.00 wita

Hari/Tangga Pengkajian :Senin, 09-05-2022 Jam 03.00 wita

1. Kala I Persalinan

Langkah I : Identitifikasi Data Daar

A. Data Biologis / Fisiologis

1. Keluhan Utama : Nyeri perut tembus belakang disertai pengeluaran

lendir darah sejak pukul 21.00 wita tanggal 08-05- 2022

2. Riwayat Keluhan Utama :

a. Mulai timbulnya : Sejak pukul 23.00 wita tanggal 08-05-2022

b. Sifat keluhan : Hilang timbul

c. Lokasi keluhan : Pinggang

d. Faktor pencetus : Adanya his (kontraksi uterus)

13
e. Usaha klien untuk mengatasi keluhan : dengan mengelus– elus

dan memijat daerah pinggang.

f. Pengaruh keluhan terhadap fungsi tubuh sangat mengganggu

3. Riwayat pemenuhan kebutuhan dasar :


a. Pola nutrisi
1) Kebiasaan sebelum inpartu
a) Frekuensi makan: 3x sehari (pagi, siang dan malam)
b) Jenis makanan : Nasi, ikan, telur, tahu, tempe, sayur-
sayur, buah-buahan, dan kadang-
kadang susu.
c) Kebutuhan cairan: ± - 8 gelas sehari
2) Perubahan selama inpartu

Nafsu makan ibu menjadi berkurang karena sakit yang

dirasakan.

b. Kebutuhan eliminasi BAB / BAK

1) Kebiasaan sebelum inpartu

a) Frekuensi : 4 - 5 x sehari

b) Warna : Kekuningan

c) Bau khas : khas amoniak

d) Tidak ada gangguan pola BAK dan BAB

2) Perubahan selama inpartu

a) Dysurhia : Tidak

b) Hemoroid : Tidak

c) Obstipasi : Tidak

13
c. Kebutuhan personal hygiene
1) Kebiasaan sebelum inpartu
a) Kebersihan rambut : rambut dikeramas 3 x seminggu dengan
menggunakan shampo.
b) Kebersihan gigi dan mulut : dibersihkan setiap kali mandi dan
sebelum tidur
c) Kebersihan badan : mandi 2–3 x sehari
d) Kebersihan genitalia dibersihan setiap kali selesai BAB, BAK dan
pada saat mandi
2) Perubahan selama inpartu
Ibu tidak dapat membersihkan dirinya dengan baik karena terdapat
pengeluaran lendir campur darah.

d. Istirahat/tidur

1) Kebisaan sebelum inpartu

a) Istirahat / tidur siang : ±2 jam (pukul 14.00 -16. 00 wita)

b) Istirahat / tidur malam: ± 5 jam (pukul 23.00 - 05.00 wita).

2) Perubahan selama inpartu

Ibu tidak dapat beristirahat karena sakit yang dirasakan.

4. Pemeriksaan fisik dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi

1. Kesadaran composmentis

2. Tanda – tanda vital

a) TD : 110/70 mmHg

b) N : 82 ×/ menit

14
c) S : 36,5 º c

d) P : 22 ×/ menit

3. Abdomen
a) Inspeksi
1) Bentuk: Pembesaran perut sesuai umur kehamilan
2) Striae Albican : Tidak ada
3) Bekas luka operasi : Tidak ada
b) Palpasi
1) Tonus otot perut: Tegang
2) Leopold I : TFU 3 jari bawah prosesus xifoideus (32
cm)
3) Leopold II : Punggung kiri
4) Leopold III : Presentasi kepala
5) Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP ( divergen ) 2/5
6) Lingkar perut : 99 cm
7) Kontraksi uterus: Kuat, 3x/10 menit durasi 40-45 detik.
c) Auskultasi

1) DJJ : (+)

2) Frekuensi : 142 x / menit

3) Irama : Teratur

4) Kekuatan : Terdengar jelas dan kuat pada kuadran kiri

bawah perut ibu.

4. Genitalia Luar

a) Varises : Tidak ada

b) Oedema : Tidak

14
c) Massa/kista : Tidak ada

d) Pengeluaran pervaginam : Lendir bercampur darah

5. Pemeriksaan dalam

Pukul 03.00 wita dengan indikasi untuk mengetahui kemajuan

persalinan

1) Vulva / vagina : Elastis


2) Portio : Tidak teraba
3) Pembukaan : 5 cm
4) Ketuban : Masih utuh ( + )
5) Presentasi : Kepala
6) Posisi UUK : Ubun-ubun kecil kiri depan
7) Penurunan kepala : Hodge III
8) Kesan panggul : Normal
9) Pelepasan : lendir bercampur darah
10) Penumbungan : tidak ada

6. Anus

a) Hemoroid : Tidak

b) Oedema : Tidak

7. Ekstremitas

a) Simetris : Kiri dan kanan

b) Oedema : Tidak

c) Varises : Tidak ada

14
Langkah II : Identifikasi Diagnosa / Masalah Aktual

G4P3A0, Umur kehamilan 40 minggu 5 Hari, Intrauterin, janin hidup, janin

tunggal, punggung kiri, presentasi kepala, Kepala sudah masuk PAP (2/5), Inpartu

Kala I Fase aktif, Keadaan Ibu dan Janin baik, dengan masalah nyeri perut tembus

belakang disertai pengeluaran lendir bercampur darah.

1. G4P3A0

DS :Ibu mengatakan ini kehamilan keempat, melahirkan tiga kali dan tidak

pernah keguguran.

DO :Tanus otot perut ibu nampak tidak tegang/ kendor ,tampak linea nigra,

dan striae albicans

Analisis dan Interpretasi :

Tonus perut nampak tidak tegang karena perut ibu sudah pernah meregang

sebelumnya dan terdapat striae albicans karena ibu sudah pernah hamil serta

terdapat linea nigra yaitu garis hitam yang terbentang dari simpisis sampai

pusat pada saat kehamilan warnanya akan menjadi lebih hitam

(Prawirohardjo, 2014).

2. Umur kehamilan 40 minggu 5 hari

DS :

HPHT : 28-07-2021

DO :

a. Tanggal pengkajian : 09-05-2022

b. TFU 3 jari bawah prosesus xifoideus

14
Analisis dan interpretasi :

Dari HPHT tanggal 28-07-2022 sampai dengan tanggal ibu datang ke

puskesmas 09-05-2022 maka umur kehamilan 40 minggu 5 hari

(Prawirohardjo, 2014).

3. Intrauterin

DS : Ibu mengatakan tidak pernah perdarahan dan tidak ada nyeri tekan

pada perut

DO : Palpasi leopold ibu tidak merasakan nyeri tekan

Analisis dan interpretasi :

Tidak ada nyeri tekan perut menandakan bahwa kehamilan intrauterin

(Prawirohardjo, 2014).

4. Janin hidup
DS : Ibu mengatakan merasakan gerakan janin sejak umur kehamilan 20
minggu sampai sekarang
DO : Auskultasi DJJ 142x/ menit terdengar jelas dan kuat.
Analisis dan interpretasi :
Gerakan janin dapat dirasakan pertama terjadi diantara gestasi 20 minggu dan
pada pemeriksaan DJJ terdengar jelas dan kuat menandakan bahwa janin
hidup (Prawirohardjo, 2014).
5. Janin tunggal

DS : Ibu mengatakan merasakan gerakan janin pada sisi kanan perut ibu

DO: Pembesaran perut sesuai masa kehamilan, leopold satu3 jari

14
dibawah prosesus xypodeus dan DJJ hanya terdengar disebelah kiri

perut ibu jelas, teratur dan kuat.

Analisis dan interpretasi :

Pemeriksaan palpasi dengan teknik leopold I ditemukan bagian bulat dan

lunak difundus uteri merupakan tanda janin tunggal dan pada saat dilakukan

pemeriksaan DJJ terdengar pada satu bagian disisi kiri perut ibu

(Prawirohardjo, 2014).

6. Punggung Kiri

DS : Ibu mengatakan merasakan gerakan janin pada sisi kanan perut ibu

DO :Pemeriksaan Leopold II teraba keras, panjang seperti papan disisi kiri

perut ibu.

Analisis dan interprestasi

Ibu mengatakan merasakan gerakan disisi kanan perut ibu dan pada

pemeriksaan Leopold II teraba keras dan panjang seperti papan disisi kiri

perut ibu yang merupakan punggung janin (Prawirohardjo, 2014).

7. Kepala sudah masuk PAP (2/5)

DS : -

DO: a. Pada leopold IV sudah masuk PAP

c. Pada pemeriksaan dalam bagian terendah janin turun setinggi SIAS kiri

dan kanan.

14
Analisis dan interprestasi :

a. Leopold IV digunakan untuk menentukan seberapa jauh masuknya bagian

terendah janin dalam rongga panggul.

b. Pada leopold IV kedua tangan tidak bertemu, hal ini menandakan bahwa

kepala janin sudah masuk PAP (divergen) (Wiknjosastro, 2014).

8. Inpartu kala I fase aktif

DS :

Ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah tembus belakang disertai

pengeluaran lendir campur darah sejak pukul 21.00 wita.

DO :

a. Adanya pelepasan lendir bercampur darah

b. Kontraksi uterus yang ade kuat ( 3 kali dalam 10 menit, durasi 45

detik)

c. Pemeriksaan dalam jam 03.00 dengan hasil pembukaan (5 cm)

Analisis dan interpretasi :

Adanya kontraksi uterus yang ade kuat dengan jarak yang makin pendek

disertai pengeluaran lender bercampur darah dan dilakukan pemeriksaan

dalam dengan hasil pembukaan 5 cm menandakan bahwa sudah memasuki

inpartu kala I fase aktif (Prawirohardjo dan Wiknjosastro, 2016).

14
9. Keadaan ibu dan janin baik

DS :

Ibu telah merasakan pergerakan janin sejak umur kehamilan 20

minggu.

DO :

a. Kesadaran ibu composmentis

b. Tanda – tanda vital ibu dalam batas normal : 1)

TD : 110/70 mmHg

2) N : 82 ×/ menit

3) S : 36,5º c

4) P : 22 ×/ menit

c. Tidak ada oedema pada wajah dan ekstremitas.

d. Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus.

e. DJJ (+), terdengar jelas dan kuat dengan frekuensi 142x/ menit.

Analisis dan interpretasi :

a. Kesadaran ibu composmentis, TTV dalam batas normal, tidak ada

oedema pada wajah dan ekstremitas, konjungtiva tidak anemi, serta

sklera tidak ikterus menunjukkan keadaan ibu baik.

b. Janin dalam kedaan baik dimana detak jantungnya terdengar jelas dan

kuat serta frekuensinya dalam batas normal yaitu 120- 160 x / menit

(Prawirohardjo, 2014).

14
10. Masalah nyeri perut tembus belakang disertai pengeluaran lendir bercampur

darah

DS :Ibu mengeluh nyeri perut tembus belakang disertai pengeluaran lendir

bercampur darah pada tanggal 09-04-2022 jam 21.00 wita

Data Objektif :

a. Kontraksi uterus 3 kali dalam 10 menit, durasi 40-45 detik.

b. Tampak pengeluaran lendir bercampur darah.

Analisis dan interpretasi :

a. Nyeri his disebabkan oleh anoxia dari sel–sel otot–otot waktu kontraksi,

tekanan pada ganglion dalam serviks dan segmen bawah rahim oleh

serabut–serabut otot–otot yang berkontraksi.

b. Lendir yang bercampur darah ini berasal dari lendir kanalis karena serviks

mulai membuka atau mendatar sedangkan darahnya berasal dari

pembuluh-pembuluh kapiler (Wiknjosastro, 2014).

Langkah III. Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial

Tidak ada data yang mendukung untuk terjadinya masalah potensial.

Langkah IV. Evaluasi Perlunya Tindakan Segera / Kolaborasi

Tidak ada data yang mendukung untuk tindakan segera/kolaborasi

Langkah V. Rencana Tindakan

a. Tujuan :

1) Ibu dapat beradaptasi terhadap nyeri akibat kontraksi uterus.

2) Ibu mendapat dukungan psikologis dari keluarga dan petugas.

14
3) Kala I dapat berlangsung normal.

4) Keadaan ibu dan janin baik.

b. Kriteria keberhasilan :

1) Ibu bisa menerima nyeri yang dirasakan, ditandai saat nyeri wajah ibu

tampak tidak terlalu meringis.

2) Ibu dapat menerima dukungan dari keluarga dan petugas.

3) Kala I berlangsung normal.

4) Tanda – tanda vital ibu dan DJJ dalam batas normal : a)

TD : 100/70 – 120/90 mmHg

b) N : 60 – 90 x / menit

c) S : 36,5oC – 37,5 ° C

d) P : 16 – 24 x / menit

e) DJJ : 120 – 160x / menit

c. Rencana Asuhan :

1. Sampaikan hasil pemeriksaan pada ibu

Rasional : Agar ibu mengetahui hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh

bidan

2. Memberikan informasi tentang nyeri kala I.

Rasional : Agar ibu mengerti bahwa nyeri yang dirasakan disebabkan

oleh kontraksi uterus dan yang dialaminya fisiologis dalam persalinan.

14
3. Memberikan dukungan pada ibu.

Rasional : Dukungan yang baik dalam memberikan semangat dan sikap

optimis seorang ibu dalam menghadapi persalinan.

4. Menganjurkan ibu untuk memilih posisi yang menguntungkan bagi janin

dengan tidur miring ke salah satu sisi secara bergantian. Rasional : Tidur

miring ke salah satu sisi secara bergantian dapat meningkatkan

oksigenasi janin karena tidur miring di salah satu sisi mencegah

penekanan vena kava inferior oleh uterus yang berkontraksi.

5. Mengobservasi kontraksi uterus, tanda- tanda vital dan detak jantung

janin.

Rasional : Untuk mengetahui kontraksi yang adekuat pada saat ada

his dan membantu memantau kemajuan persalinan

6. Melakukan pemeriksaan dalam (VT) Setiap 4 jam

Rasional : untuk memantau kemajuan persalinan dan mengetahui berapa

pembukaan serviks

7. Memberikan ibu makan dan minum sebagai sumber kalori.

Rasional : Makan dan minum dapat mencegah dehidrasi dan kelelahan

serta memberi kekuatan saat mengedan dalam proses persalinan.

15
8. Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih.

Rasional : Agar kontraksi uterus tidak terganggu dengan kandung kemih

yang penuh.

9. Mengjarkan pada ibu untuk mengedan yang baik dan benar saat ada

his.

Rasional : His dan proses mengedan yang baik dan benar berguna untuk

proses persalinan.

10. Mempersiapan alat pakai.

Rasional : Agar dalam melakukan suatu tindakan berjalan dengan lancar

karena semua alat telah disiapkan dengan baik dan ergonomis.

Langkah VI. Implementasi

Tanggal 09-05-2022 Jam 03.30 wita

1. Menjelaskan tentang prosedur intervensi yang akan di lakukan Hasil

: Ibu bersedia dengan tindakan yang akan dilakukan

2. Memberikan informasi tentang nyeri pada kala I.

Hasil : Ibu dapat merespon dengan baik tentang nyeri yang di alaminya dan

dapat beradaptasi dengan nyeri akibat kontraksi uterus ditandai dengan ibu

mengelus-elus bagian nyeri

3. Memberikan dukungan pada ibu.

Hasil : Ibu terlihat bersemangat dalam menghadapi persalinannya dan ibu

terlihat bahagia menyambut bayinya

15
4. Menganjurkan ibu untuk memilih posisi yang menguntungkan bagi janin

dengan tidur miring ke salah satu sisi secara bergantian.

Hasil : Ibu bersedia mengikut anjuran bidan

5. Mengobservasi kontraksi uterus, tanda- tanda vital dan detak jantung janin.

Hasil :

Tabel 4.1 Observasi his

Tekanan Nadi Suhu


Jam Frekuensi Durasi DJJ
darah

110/70 82x/m 36.5OC


03.00 3 kali 45’’ 45’’ 45’’ 142x/m
mmHg

03.30 3 kali 45’’45’’45’’ 145x/m 82x/m

04.00 3 kali 45’’45’’45’’ 140x/m 82x/m

04.30 4 kali 45’’45’’45’’45’’ 140x/m 84x/m

120/80 84x/m 36,7OC


05.00 4 kali 50’’50’’50’’50’’ 145x/m
mmHg

05.30 5 kali 50’’50’’50’’50’’50 145x/m 88x/m


’’
6. Lakukan pemeriksaan dalam (VT) setiap 4 jam

Hasil :Pukul 05.40 wita dengan indikasi ketuban pecah spontan

1) Vulva / vagina : Elastis

2) Portio : Tidak traba

3) Pembukaan : 10 cm

4) Ketuban : Pecah (-)

15
5) Presentasi : Kepala

6) Posisi UUK : Ubun-ubun kecil depan

7) Penurunan kepala : Hodge IV

8) Kesan panggul : Normal

9) Pelepasan : lendir bercampur darah

10) Penumbungan : tidak ada

7. Memberikan ibu makan dan minum sebagai sumber kalori.

Hasil : Ibu makan dan minum sebelum persalinan

8. Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih.

Hasil : Kandung kemih kosong

9. Mengajarkan pada ibu untuk mengedan yang baik dan benar saat ada his.

Hasil : Ibu mengerti dan dapat mengedan dengan benar

10. Mempersiapkan alat pakai

a. Bak partus ( dalam )

Menyiapkan 2 pasang handscone, 2 buah klem koher, 1 buah ½ koher, 1

buah gunting tali pusat, 2 buah pengikat tali pusat dan kasa secukupnya

b. Bak partus ( luar )

Menyiapkan nierbeken, timbangan bayi, tensi meter, stetoskop, leanec,

betadine, celemek, larutan clorin, air DTT, tempat sampah basah,

tempat sampah kering dan spoit 3 cc

15
c. Hecting set

Menyiapkan 1 buah gunting, buah nalfuder, 1 buah jarum hecting,

Benang catgut, 1 buah pingset, kapas secukupnya

d. Persiapan obat – obatan Oxytocin 2

ampul, Hb0, vitamin K

e. Persiapan pakaian ibu


Ibu perlu mempersiapkan baju, gurita, duk / softeks, pakaian dalam, alas
bokong dan waslap
f. Pakaian bayi
Menyiapkan handuk, sarung,baju bayi, kaos tangan dan kaki dan loyor

Langkah VII. Evaluasi

Tanggal 09-05-2022 Jam 03.40 wita

1. Ibu mengetahui hasil pemeriksaan yang dilakukan bidan.

2. Ibu mengerti dan bersedia melakukan anjuran bidan

3. Hasil pemantauan kontraksi 5x dalam 10 menit dengan durasi 40-45 detik,

tanda – tanda vital ibu dan DJJ dalam batas normal.

4. Ibu diberi makan dan minum.

5. Kandung kemih ibu kosong.

6. Ibu mengerti dengan cara mengedan yang baik dan benar saat ada his.

15
7. Persiapan alat lengkap.

2. Kala II Persalinan : 09-05-2022, Jam 05.40 wita

Data Subjektif (S)

1. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran

2. Ibu merasakan ingin BAB

3. Ibu mengatakan nyeri tembus belakang menjalar sampai paha Data

Objektif (O)

1. Tanda – tanda vital :

a. TD : 100 / 80 mmHg

b. N : 82x / menit

c. S : 36,70 C

d. P : 22x / meni

2. Tanda dan gejala kala II

a. Adanya dorongan untuk meneran

b. Adanya tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina

c. Perineum tampak menonjol

d. Vulva dan sfingter ani membuka

3. Kontraksi uterus 5 kali dalam 10 menit dengan durasi > 45 detik

4. Dilakukan pemeriksaan dalam :

Dinding vagina elastis, pembukaan serviks 10 cm, portio tidak

teraba, ketuban (-), presentasi kepala, posisi UUK depan, tidak ada

15
moulage, penurunan kepala hodge IV, tidak ada penumbungan tali pusat,

tidak teraba bagian–bagian kecil janin seperti kaki dan tangan, kesan

panggul normal, dan DJJ 140x / menit.

Assesment (A)

G4P3A0 , Inpartu kala II, keadaan ibu dan janin baik.

Planning (P)

Tanggal 09-05-2022 Jam 05.40 wita

1. Memastikan adanya tanda dan gejala kala II

Hasil : adanya dorongan ibu untuk meneran, adanya tekanan yang semakin

meningkat pada rectum dan vagina, perineum tampak menonjol, vulva dan

sfingter ani membuka.

2. Memastikan alat partus yang lengkap dan steril

Hasil : persiapan alat sudah lengkap.

3. Menyiapkan ibu dan diri untuk menolong, pakai celemek.


Hasil : celemek telah dipakai
4. Mencuci tangan sebelum menolong.

Hasil : telah mencuci tangan

5. Memakai sarung tangan DTT.

Hasil : sarung tangan telah terpasang

6. Menyiapkan oxytocin dalam spoit.

Hasil oksitosin telah dimasukan dalam tabung suntik.

15
7. Menggunakan sarung tangan dan membersihkan vulva dan perineum dengan

kapas DTT.

Hasil : telah dilakukan vulva hygiene.

8. Melakukan pemeriksaan dalam.

Hasil : telah dilakukan pemeriksaan dalam, pembukaan serviks 10cm

9. Mendekontaminasi sarung tangan yang sudah dipakai.

Hasil : sarung tangan telah didekontaminasi

10. Mendengarkan DJJ

Hasil : DJJ 140x/menit

11. Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin

baik.

Hasil : Ibu mengetahui pembukaan sudah lengkap dan keadaan janinnya

baik.

12. Memberitahu keluarga untuk membantu menyiapkan posisi ibu yaitu

setengah duduk.

Hasil : keluarga membantu menyiapkan posisi ibu.

13. Memimpin ibu meneran jika ada his dan anjurkan ibu istirahat diantara
kontraksi.
Hasil : ibu meneran saat ada his.
14. Mengajurkan ibu untuk mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum

merasa ada dorongan untuk meneran.

Hasil : Ibu tetap memilih posisi terlentang

15
15. Memasang handuk bersih dan kering di atas perut ibu Hasil

: handuk diletakan diatas perut ibu.

16. Memasang kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dan diletakkan di bawah

bokong ibu.

Hasil : telah dipasang alas bokong.

17. Membuka partus set untuk memastikan kelengkapan alat dan bahan.

Hasil : alat dan bahan lengkap.

18. Memakai handscone pada kedua tangan.

Hasil : handscoon telah terpasang

19. Memimpin persalinan dengan menyokong perineum dan tahan puncak

kepala.

Hasil : perineum ibu telah disokong dan menahan puncak kepala

20. Memeriksa lilitan tali pusat pada bayi.

Hasil : tidak ada lilitan tali pusat.

21. Menunggu sampai kepala melakukan putaran paksi luar.

Hasil : kepala melakukan putaran paksi luar secara sempurna.

22. Melahirkan kepala dan bahu dengan kedua tangan secara biparietal.

Hasil : kepala dan bahu bayi lahir.

23. Melahirkan seluruh badan bayi kemudian sanggah dan susur sampai

tungkai.

Hasil : badan dan tungkai lahir

15
24. Menilai bayi dengan cepat yaitu tangis, gerak, dan warna kulit

Hasil : pukul 06.00 wita bayi lahir spontan, LBK, langsung menangis, bergerak

aktif

25. Mengeringkan dan menghangatkan seluruh badan bayi

Hasil: bayi segera dikeringkan.

26. Mengecek fundus pastikan bayi tunggal.

Hasil : janin tunggal.

27. Menjepit dan memotong tali pusat.

Hasil : tali pusat dijepit menggunakan klem kocher dan dilakukan

pemotongan tali pusat.

28. Meletakan bayi di dada ibu.

Hasil: bayi diletakan di dada ibu.

29. Menyelimuti ibu dan bayi.

Hasil : bayi dan ibu diselimuti.

3. Kala III Persalinan : 03-05-2022 Jam 06.00 wita

Data Subjektif (S)

Ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah

Data Objektif (O)

1. Kontraksi uterus baik teraba keras dan bundar.

2. TFU setinggi pusat.

3. Adanya pelepasan darah

15
Assesment (A)

Kala III (Pelepasan plasenta), keadaan ibu dan bayi baik.

Planning (P)

Tanggal 09-05-2022 Jam 06:00 wita

1. Memastikan apakah janin tunggal atau ganda

Hasil : Janin tunggal.

2. Memberitahu ibu bahwa akan disuntik oksitosin pada paha kanan Hasil

: ibu bersedia untuk disuntik.

3. Memberikan suntikan oxytocin 10 unit secara IM.

Hasil : telah disuntikan oksitosin

4. Memindahkan klem 5-10 cm di depan vulva

Hasil : klem telah dipindahkan 5-10 cm di depan vulva.

5. Meletakan tangan kiri diatas perut ibu dan tangan kanan memegang klem

pada tali pusat. Perhatikan tanda pelepasan plasenta yaitu uterus teraba

globuler, tali pusat bertambah panjang, dan semburan darah secara tiba-

tiba.

Hasil : telah ada tanda pelepasan plasenta.

6. Melakukan PTT (peregangan tali pusat terkendali) Hasil :

peregangan tali pusat terkendali telah dilakukan.

7. Melahirkan plasenta dengan hati-hati, saat plasenta nampak di introitus

vagina lahirkan plasenta dengan kedua tangan putar searah jarum jam

sampai tali pusat terpilin.

16
Hasil : plasenta telah lahir lengkap pukul 06.05 wita

8. Melakukan masase fundus uteri setelah segera setelah plasenta

lahir

Hasil : masase fundus telah dilakukan.

9. Memeriksa kelengkapan plasenta dan selaput ketuban

Hasil : plasenta lahir lengkap, kotiledon utuh dan selaput amnion utuh

10. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum.

Hasil : Tidak ada laserasi pada jalan lahir

11. Pukul : 06.10 wita, mengobservasi kontraksi uterus Hasil :

kontraksi uterus baik, teraba keras dan bundar.

12. Pukul : 06.15 wita, memeriksa kandung kemih

Hasil : kandung kemih ibu kosong.

4. Kala IV Persalinan :09-05-2022 Jam 06.05 wita

Data Subjektif (S)

Ibu mengeluh masih nyeri pada perut bagian bawah dan perineum Data

Objektif (O)

1. Keadaan umum baik, kesadaran composmentis

2. Tanda – tanda vital Ibu

TD : 110/80 mmHg

N : 82 x / menit

16
S : 36,7° C

P : 22 x / menit

3. Kontraksi uterus baik teraba keras dan bundar.

4. Tinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat

5. Perdarahan ± 100 cc

6. Kandung kemih kosong

Assesment (A)

Kala IV (Pengawasan)

Planning (P)

Tanggal 09-05-2022 Jam : 06.05 wita

1. Mengobservasi tanda-tanda vital

a. Tekanan Darah : 110/70 mmHg

b. Nadi : 80x/menit

c. Suhu : 36,70C

d. Pernapasan : 20x/menit

Hasil : Tanda - tanda vital ibu dalam batas normal

2. Mengobservasi kontraksi uterus

Hasil : kontraksi uterus baik, teraba keras dan bundar.

3. Memeriksa kandung kemih Hasil

: kandung kemih kosong

4. Mengajarkan pada ibu dan keluarganya bagaimana melakukan masase

uterus dan cara memeriksa kontraksi uterus

16
Hasil : ibu dan keluarga telah mengerti.

5. Mengevaluasi jumlah perdarahan

Hasil : perdarahan dalam batas normal yaitu ± 100 cc

6. Merendam alat dengan menggunakan larutan clorin 0,5 % selama 15

menit

Hasil : semua alat sudah direndam.

7. Membuang sampah basah dan sampah kering ke dalam tempatnya Hasil :

sampah basah dan kering telah dibuang.

8. Membersihkan ibu dari darah, lendir dan sisa air ketuban Hasil

: membersihkan dengan menggunakan air DTT.

9. Membantu ibu memakai pakaiannya dan memakaikan ibu

duk/pembalut.

Hasil : ibu telah memakai pakaian.

10. Menganjurkan pada keluarga untuk memberikan makan dan minum pada

ibu

Hasil : ibu telah diberi makan dan minum.

11. Mendekontaminasi tempat persalinan menggunakan larutan clorin 0,5 %.

Hasil : tempat bersalin telah didekontaminasi

12. Mencelup tangan dalam larutan clorin, buka sarung tangan secara

terbalik rendam selama 10 menit

Hasil : sarung tangan telah di dekontaminasi.

16
13. Mencuci tangan dibawah air mengalir dan keringkan menggunakan handuk

pribadi, pakai kembali sarung tangan untuk pemeriksaan fisik bayi.

Hasil: sarung tangan telah dipakai.

14. Melakukan pemeriksaan fisik pada bayi, pengukuran panjang badan bayi

dan pengukuran berat badan bayi.

Hasil : telah dilakukan pemeriksaan fisik, pengukuran panjang badan dan

penimbangan berat badan bayi.

15. Melakukan pemberian salep mata dan suntikan vitamin K pada pada kiri

bayi.

Hasil: Telah dilakukan pemberian salep mata dan suntikan vitamin K.

16. Memberikan suntikan hepatitis B pada paha kanan bayi, 1 jam setelah

pemberian suntik vitamin K.

Hasil : telah dilakukan pemberian suntik hepatitis B.

17. Melepaskan sarung tangan, dan mencuci tangan.

Hasil: sarung tangan telah dilepaskan.

18. Melakukan pemantauan Kala IV

Hasil : Kala IV berlansung normal

19. Melengkapi Partograf

Hasil : partograf telah dilengkapi

16
B. Asuhan Kebidanan Masa Nifas

Hari/Tanggal Pengkajian : Senin, 09-05-2022

Waktu Pengkajian : 12.05 wita

1. Kunjungan nifas I (Postpartum ± 6 jam)

Langkah I. Identifikasi Data Dasar

A. Data Biologis

1. Keluhan utama : ibu merasakan nyeri pada perut bagian bawah

2. Riwayat keluhan utama

a. Mulai timbulnya : Setelah persalinan tanggal 09-05-2022 Sifat

keluhan : Hilang timbul

b. Lokasi keluhan : Perut bagian bawah

c. Pengaruh keluhan terhadap aktivitas ibu sedikit

mengganggu karena ibu meringis kesakitan

d. Usaha klien untuk mengatasi keluhan : Berbaring di tempat tidur

3. Riwayat Persalinan Sekarang

1. Ibu mengatakan melahirkan tanggal 09-05-2022 jam 06.00 wita

2. Ibu mengatakan melahirkan yang ke empat kali dan tidak

pernah keguguran

3. Aterm, cukup bulan

4. Tempat persalinan : Ruang bersalin Puskesmas Konda

16
5. Penolong : bidan

6. Jenis persalinan: spontan, LBK

7. Apgar score : menit 1 / menit 5 : 8/9

8. Jenis kelamin : Perempuan

9. BBL/PBL : 3000 gr/ 50 cm

10. Plasenta lahir lengkap pukul 06.05 wita

11. TFU 2 jari di bawah pusat

12. Kontraksi uterus baik, teraba keras dan bundar

13. Perdarahan : ±50 cc

14. Terapi yang diberikan : Amoxylin 3x1 dosis 500 mg/tab dan

Asam Mefenamat 3x1 dosis 500 mg/tab.

4. Pola nutrisi

Kebiasaan sebelum pesalinan

a. Frekuensi makan : 3-4x/hari

b. Frekuensi minum : 6-8 gelas/hari

c. Pantang makan : tidak ada

Kebiasaan pasca persalinan

a. Frekuensi makan : 3x sehari

b. Frekuensi minum : 6-8 gelas/ hari

16
5. Pola eliminasi

Kebiasaan sebelum persalinan

a. BAK

1) Frekuensi : 3-4x/hari

2) Warna : kuning jernih

3) Bau : khas amoniak

4) Masalah : tidak ada

b. BAB

1) Frekuensi : 1-2x/hari

2) Konsistensi : lunak

3) Masalah : tidak ada

6. Pola istirahat/tidur
Kebiasaan sebelum persalinan
a. Malam: ± 8 jam (pukul : 21.00-05.00 wita)
b. Siang : ± 2 jam (pukul : 13.00-15.00 wita)

c. Masalah : tidak ada

Kebiasaan pasca persalinan:

Ibu mengatakan sudah tidur kurang lebih 3 jam setelah melahirkan.

2) Pengetahuan Ibu Nifas

a. Ibu mengetahui perawatan payudara untuk melancarkan

pengeluaran ASI

16
b. Ibu mengetahui tanda bahaya masa nifas yaitu demam, pusing,

keluar darah segar yang banyak dan terus menerus dari jalan lahir,

lochea atau darah nifas berbau busuk, payudara berubah menjadi

merah panas dan sakit, dan merasa depresi.

3) Data Sosial

1. Suami memberikan dukungan pada ibu dengan menjaga bayi ketika ibu
istirahat.
2. Keluarga memberikan dukungan pada ibu dengan membantu ibu
menjaga bayi.
3. Tidak ada masalah dalam keluarga.
4) Pemeriksaan

1. Kesadaran composmentis

2. Keadaan umum baik

3. Tanda- tanda vital

TD : 110/80 mmHg

N : 80 x/menit

S : 36,50C

P : 20 x/menit

16
Langkah II. Interprestasi Data Dasar

P4A0, post partum 6 jam dengan masalah nyeri perut bagian bawah

1. P4A0

DS :

a. Ibu mengatakan melahirkan tanggal 09-05-2022

b. Ibu mengatakan melahirkan ke empat kali dan tidak pernah keguguran DO :

a. Ibu melahirkan tanggal 09-05-2022

b. TFU teraba 2 jari di bawah pusat

c. Tampak pengeluaran lochea rubra

d. Tampak striae albicans dan linea nigra

Analisis dan interpretasi

Data P (para/paritas) didapatkan dari hasil anamnesis jumlah anak yang dilahirkan

A (abortus) didapatkan dari riwayat abortus atau keguguran. (Prawirohardjo dan

Wiknjosastro, 2016)

1. Post partum 6 jam

Dasar

DS :

Ibu mengatakan melahirkan tanggal 09-05-2022 jam 06.00 wita DO :

a. TFU teraba 2 jari di bawah pusat

b. tampak pengeluaran lochea rubra

16
c. kontraksi uterus baik, teraba keras dan bundar

Analisis dan interpretasi

a. Dari tanggal 09-05-2022 pada pukul 06.05 wita saat plasenta lahir sampai

dengan tanggal 09-05-2022 pada pukul 12.05 wita saat pengkajian

terhitung post partum 6 jam. Pada pemeriksaan fisik TFU teraba 2 jari

dibawah pusat karena involusi uteri jaringan ikat dan jaringan otot

mengalami proses peristaltik berangsur-angsur akan mengecil dan setiap

hari TFU akan turun setiap 1 cm setiap harinya.

b. Lochea rubra adalah sekret luka plasenta yang keluar dari vagina yang

berwarna merah segar seperti darah haid karena banyak mengandung

darah segar dari sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa,

lanugo, mekonium, pengeluaran segera setelah persalinan sampai dua hari

pasca persalinan (Wiknjosastro, 2014).

3. Nyeri perut bagian bawah


Dasar
DS :
Ibu mengatakan merasakan nyeri perut bagian bawah DO :
a. kontaraksi uterus baik
b. Ibu tampak meringis jika kesakitan
Analisis dan interpretasi

17
After pains atau mules-mules sesudah partus akibat kontraksi uterus, kadang-
kadang sangat mengganggu 2-3 hari post partum. Perasaan mules ini lebih
terasa bila ibu sedang menyusui dan timbul bila masih terdapat sisa-sisa
selaput ketuban, plasenta atau gumpalan darah didalam kavum uteri
(Wiknjosastro, 2014).

Langkah III. Identifikasi Diagnosa/ Masalah Potensial

Tidak ada data yang mendukung untuk terjadinya masalah potensial.

Langkah IV. Evaluasi Perlunya Tindakan Segera/ Kolaborasi

Tidak ada data yang mendukung untuk dilakukannya tindakan segara/kolaborasi

Langkah V. Rencana Asuhan

a. Tujuan

1. KU ibu baik dan TTV dalam batas normal

2. Nyeri perut dapat teratasi

3. Tidak terjadi perdarahan

4. Memenuhi kebutuhan fisiologis anak/bayi serta kebutuhan biologisnya

5. Memberi pemahaman kepada ibu tentang KB dan memilih alat kontrasepsi

yang baik

6. Memberi pemahaman kepada ibu tentang pemenuhan kebutuhan dasar ibu

nifas

7. Memberi pemahaman kepada ibu tentang ASI dan manfaat ASI serta teknik

menyusui.

17
b. Kriteria Keberhasilan

1. Tanda-tanda vital dalam batas normal Tekanan

Darah : Sistolik (90-135 mmHg)

Diastolik (70-80 mmHg)

Nadi : 60-80 x/menit

Pernapasan : 16-20 x/menit

Suhu : 36,50C-37,70C

2. Involusi uterus berlangsung normal

3. Ibu memberikan ASI kepada bayinya dengan teknik yang baik dan benar

4. Pemenuhan kebutuhan dasar ibu nifas dapat dipahami dengan baik oleh

ibu dan keluarga

5. Ibu dan suami bersedia jika ibu menggunakan KB minimal pada 40-42 hari

post partum.

c. Rencana tindakan

Tanggal: 9 Mei 2022 Jam:11.20 wita

1. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan

Rasional : ibu mengetahui hasil pemeriksaan yang dilakukan.

2. Jelaskan pada ibu bahwa nyeri perut bagian bawah yang

dirasakannya adalah hal yang fisiologi.

Rasional : agar dapat mengurangi kecemasan yang dirasakan ibu,

sehingga ibu mampu beradaptasi dengan nyeri yang timbul.

17
3. Ajarkan pada ibu teknik relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri seperti

menarik napas.

Rasional : teknik relaksasi akan membuat ibu lebih rileks dan sirkulasi O2

dalam darah kejaringan menjadi lancar, sehingga proses penyembuhan luka

menjadi cepat.

4. Anjurkan ibu untuk mengganti pembalut saat terasa penuh atau terasa tidak

nyaman.

Rasional : dengan mengganti pembalut sesering mungkin dapat mencegah

kuman penyebab infeksi berkembang disekitar luka.

5. Berikan pada ibu pendidikan kesehatan tentang:

a. Nutrisi ibu nifas

Ibu harus mendapatkan asupan nutrisi yang cukup dari berbagai sumber

makanan yang mengandung protein, lemak, karbohidrat, zink, DHA,

vitamin, magnesium. Selain itu ibu nifas juga perlu minum sedikitnya 3

liter setiap hari.

b. Ambulasi dini (24-48 jam setelah persalinan)

Manfaat ambulasi dini yaitu :

1) Ibu merasa sehat dan kuat

2) Fungsi usus, paru-paru, sirkulasi dan perkemihan lebih baik

3) Mencegah thrombosis pada pembuluh tungkai

17
c. Eliminasi

BAK penting untuk membantu berlangsungnya kontraksi sehingga

involusi uteri berlangsung normal, jika kandung kemih penuh dapat

menganggu kontraksi uterus

d. Personal hygiene

e. Pada hari pertama persalinan ibu masih dibantu untuk mandi.

Saat mandi mulut, gigi, rambut dan daerah kewanitaan dapat dibersihkan

sendiri oleh ibu. Ibu harus mandi 2x sehari.

f. Istirahat

Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup. Tidur yang dibutuhkan ibu

nifas yaitu 8 jam pada malam hari dan 1-2 jam pada siang hari.

g. Perawatan payudara

Dengan melakukan perawatan payudara, dapat menjaga kebersihan

payudara, terutama kebersihan putting susu agar terhindar dari infeksi,

sehingga bayi dapat menyusu dengan baik, merangsang kelenjar-kelenjar

air susu sehingga produksi menjadi lancar.

Rasional : dengan menjelaskan kebutuhan dasar ibu nifas, ibu menjadi

paham dan mampu menggali kesadaran ibu untuk memperhatikan

kondisi kesehatan selama masa nifas, serta mengetahui apa yang boleh

dan apa yang tidak boleh dilakukan selama masa nifas.

17
6. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI esklusif pada bayinya

Rasional : dengan menyusui bayinya secara eksklusif dapat memberikan

manfaat, seperti memberikan gizi terbaik untuk bayi, meningkatkan

kekebalan tubuh bayi, meningkatkan IQ pada bayi, meningkatkan kasih

sayang antara ibu dan bayi.

7. Dokumentasikan semua tindakan yang telah dilakukan

Rasional : pendokumentasian merupakan pegangan atau bukti bidan dari

setiap tindakan yang dilakukan dan dipertanggung jawabkan

Langkah VI. Implementasi

Tanggal 09-05-2022 Jam 12.15 wita

1. Memberitahu ibu tindakan yang akan dilakukan dan menjelaskan tujuan

tindakan

Hasil : Ibu mengerti dengan tindakan yang akan di lakukan

2. Mengobservasi tanda-tanda vital ibu

Hasil :

TD : 110/80 mmHg

N : 80 x/menit

S : 36,50C

P : 20 x/menit

3. Mengobservasi kontraksi, TFU, lochea dan kandung kemih ibu

4. Hasil : Kontraksi ibu baik, teraba keras dan bundar serta nampak pengeluaran

lochea rubra

17
5. Melakukan massase fundus uteri

Hasil : Fundus ibu teraba 2 jari di bawah pusat teraba keras dan bundar

6. Menjelaskan pada ibu bahwa nyeri perut bagian bawah yang

dirasakannya adalah hal yang fisiologi

Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan bidan

7. Ajarkan pada ibu teknik relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri seperti

menarik napas

Hasil : Ibu mengerti apa yang diajarkan bidan

8. Menganjurkan ibu untuk mengganti pembalut saat terasa penuhatau terasa tidak

nyaman

9. Hasil : Ibu bersedia mengikuti anjuran bidan

10. Memberikan pada ibu pendidikan kesehatan tentang

a. Nutrisi : mengkonsumsi tambahan kalori 500 kalori/ hari, diet seimbang

(cukup protein, mineral dan vitamin), minum minimal 3 liter/hari, suplemen

besi diminum sebanyak 3 bulan pasca salin, dan suplemen Vitamin A 1

kapsul 200.000 IU diminum setelah persalinan dan 1 kapsul 200.000 IU

diminum 24 jam kemudian.

b. Ambulasi dini : yaitu melakukan aktifitas ringan terlebih dahulu

c. Istirahat : beristirahat yang cukup dan kembali melakukan aktivitas rumah

tangga secara bertahap

d. Vulva hygiene : membersihkan daerah vulva dari depan kebelakang setelah

buang air kecil atau besar dengan sabun dan air, menganti

17
pembalut 2 kali sehari atau jika penuh, mencuci tangan dengan sabun dan air

mengalir sesudah membersihkan daerah kelamin dan menghindari

menyentuh luka perineum atau episiotomy.

e. Perawatan payudara : dengan menjaga payudara (terutama putting susu) tetap

kering dan bersih, memakai bra yang menyokong payudara, mengoleskan

kolostrum atau ASI pada putting susu yang lecet, apabila lecet sangat berat,

ASi dikeluarkan dan tamping dengan menggunakan sendok atau botol susu

dan menghilangkan nyeri dengan minum parasetamol 1 tablet 500 mg dan

dapat dulangi settiap 6 jam.

Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan bidan

11. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI esklusif pada bayinya.

Hasil : Ibu bersedia mengikuti anjuran bidan

12. Mendokumentasikan semua tindakan yang telah dilakukan.

Hasil : Telah di lakukan pendokumentasian

Langkah VII. Evaluasi

Tanggal 09-05-2022 Jam 12.30 wita

1. Ibu mengertahui tindakan yang akan dilakukan serta mengetahui tujuannya

2. TFU ibu teraba 2 jari dibawah pusat.

3. Ibu mengerti dengan penjelasan yang di berikan dan bersedia

melakukannya.

17
4. Telah dilakukan pendokumentasian.

2. Kunjungan Nifas II (Postpartum 6 hari)

Hari/Tgl Pengkajian : Minggu, 15-05-2022

Waktu Pengkajian : Jam 15.00 wita

Subyektif (S)

1. Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan yang keempat dan tidak

pernah mengalami keguguran.

2. Ibu mengatakan tidak ada keluhan

3. Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular dan penyakit

menahun.

4. Ibu mengatakan tidak ada riwayat alergi terhadap obat atau makanan.

5. Ibu mengatakan tidak ada kelainan dalam persalinan, plasenta lahir spontan

dan lengkap.

6. Ibu mengatakan bayinya lahir tanggal 09-05-2022 pukul 06.00 wita.di

Puskesmas Konda

Obyektif (O)

1. Pemeriksaan umum ; keadaan ibu baik kesadaran composmetis

2. Pemeriksaan TTV (TD: 110/70 mmhg, N: 80 x/menit, S: 36,50C, P: 20

x/menit).

3. Pemeriksaan fisik tidak ada kelainan.

4. Pengeluaran lochia sanguinolenta

17
5. TFU teraba di atas simpisis.

6. Tidak ada nyeri tekan pada abdomen.

7. Tampak linea nigra pada abdomen.

8. Produksi ASI lancar

Asesment (A)

P4A0, postpartum hari ke enam, keadaan ibu baik.

Planning (P)

Tanggal 09-05-2022 Jam 15.10 wita

1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan yaitu ibu dalam kondisi baik

Hasil :

Ibu mengetahui hasil pemeriksannya dalam keadaan baik

2. Memberikan Health Education pada ibu tentang

a. Vulva hygiene : membersihkan daerah vulva dari depan kebelakang setelah

buang air kecil atau besar dengan sabun dan air, mengganti pembalut 2 kali

sehari atau jika penuh, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir

sesudah membersihkan daerah kelamin

b. Istirahat : beristirahat yang cukup dan kembali melakukan aktivitas

c. Cara memerah dan menyimpam ASI

1) Mencuci tangan terlebih dahulu dan bersihkan payudara

2) Kemudian ASI bisa diperah menggunakan tangan atau

menggunakan pompa ASI

17
3) ASI yang sudah diperah disimpan pada gelas kaca atau botol kaca

kemudian diberi label waktu (tanggal, jam) untuk mengetahui waktu

penyimpanan

4) Kemudian dapat disimpan pada lemari pendingin atau kulkas dengan suhu

<4ºC dengan lama penyimpanan 2-3 hari, pada freezer kulkas 1 pintu

lama penyimpanan 2-3 minggu, dan pada freezer kulkas 2 pintu lama

penyimpanan 3-6 bulan

5) Sebelum diberikan ke bayi ASIP dihangatkan terlebih dahulu dengan cara

merendam botol ASIP di mangkok yang berisi air hangat

d. Tanda-tanda bahaya masa nifas

1) Perdarahan berlebihan

2) Sekret vagina berbau

3) Demam

4) Nyeri perut berat

5) Kelelahan atau sesak

6) Bengkak di lengan, wajah, tungkai, atau sakit kepala atau pandangan

kabur

7) Nyeri payudara, pembengkakan payudara, luka atau peradangan putting

18
Hasil :

ibu mengerti dan mampu menjelaskan kembali tentang Health Education

yang diberikan yaitu:

a. Ibu dapat menjelaskan kembali Vulva Hygiene dan sudah dapat

mempraktekkannya

b. Ibu sudah beristirahat dengan baik

c. Ibu mengerti tentang cara memerah ASI dan cara menyimpannya agar ASI

nya tidak terbuang dan masih bisa di konsumsi oleh bayinya

d. Ibu dapat menyebutkan satu persatu tanda bahaya dalam masa nifas dan

berusaha lebih menjaga kesehatannya selama masa nifas

3. Menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan tali pusat pada bayi

a. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah

memegang bayi

b. Jangan memberikan apapun pada tali pusat

c. Rawat tali pusat terbuka dan kering

d. Jika kotor/basah, cuci dengan air bersih dan sabun lalu keringkan Hasil :

ibu bersedia untuk melakukan perawatan tali pusat

4. Menganjurkan ibu untuk ber KB setelah 40 hari Post Partum

Hasil :

Ibu mengerti ditandai dengan bersedianya ibu menggunakan KB setelah 40 hari

Post Partum

18
5. Melakukan pendokumentasian

Hasil :

telah dilakukan pendokumentasian

D. Asuhan kebidanan bayi baru lahir

Hari/Tanggal Pengkajian : Senin 09-05-2022

Waktu Pengkajian : Jam 12.00 Wita

1. Kunjungan neonatus I (Umur 6

Jam) Langkah I: Identifikasi Data

Dasar

A. Identitas Bayi

Nama : Bayi NY ”Y”

Tanggal/jam lahir : 09-05-2022 jam 06.00 wita

Umur : 6 jam

Jenis kelamin : Perempuan

Anak ke : 4 (empat)

B. Data Biologis

1. Keluhan utama : tidak ada keluhan

2. Riwayat kesehatan sekarang

Bayi lahir tidak mengalami asfiksia,sianosis dan tidak kejang

3. Riwayat kelahiran bayi

a. Bayi lahir tanggal/jam: 09-05-2022, jam 06.00 wita

18
b. Tempat bersalin : Ruang Bersalin Puskesmas Konda

18
c. Penolong persalinan : Bidan

d. Jenis persalinan : lahir spontan, LBK, menangis kuat

e. BBL / PBL : 3000 gram / 50 cm

f. LK : 32 cm

g. LD : 31 cm

h. LP : 30 cm

i. LILA : 11cm

j. Jenis kelamin : Perempuan

k. Apgar Score : 8/9

l. Bayi diberi suntikan vitamin K, salep mata dan HB-0 (+)

Tabel 4.2 Penilaian apgar skor

Menit Menit
Nilai tanda 0 1 2
1 5
Tubuh lemah Seluruh
Appearance Biru
ekstremitas tubuh 2 2
(warna kulit) Pucat
biru kemerahan
Pulse ( denyut Tidak
100x/menit 100x/menit 2 2
jantung) ada
Grimance
Tidak Sedikit Reaksi
(iritabilitas 1 1
bertoksi gerakan melawan
refleks)
Ekstremitas
Tidak Sedikit
Activity (tonus otot) dlm keadaan 1 2
ada gerakan
fleksi

18
Respiration Tidak Menangis
Lambat 2 2
(usaha bernafas) ada kuat
Jumlah 8 9
C. Data Kebutuhan Dasar Bayi

1. Pola nutrisi

a. Jenis minum : ASI (IMD)

b. Frekuensi : setiap bayi membutuhkan

2. Pola eliminasi

a. BAK

Bayi sudah BAK saat dikaji

b. BAB

Bayi belum BAB saat dikaji

3. Pola tidur

Pola tidur bayi belum dapat di tentukan, sebab bayi sering tertidur

4. Pola kebersihan diri Bayi

sudah dimandikan

C. Pengetahuan Ibu

1. Ibu mengetahui cara merawat bayi yaitu menciptakan hubungan atau

ikatan antara ibu dan bayi, memperhatikan kebutuhan bayinya yaitu

mengganti popok setiap popok bayi penuh, cara menyusui bayinya secara

ekslusif terutama pada 6 bulan pertama, memberikan ASI kapanpun bayi

membutuhkan, cara memandikan

18
bayi terutama pada bayi yang tali pusatnya belum terlepas dan

menyiapkan perlengkapan seperti pakaian dan kebutuhan lainnya serta

memberikan kehangatan pada bayi.

2. Ibu mengetahui cara merawat tali pusat yaitu tidak memberikan apapun

pada tali pusat, merawat tali pusat terbuka atau kering dan jika kotor atau

basah cuci dengan air bersih dan sabun lalu keringkan

3. Ibu mengetahui pentingnya pemberian imunisasi yaitu ibu mengetahui

pentingnya datang ke posyandu selain untuk memantau pertumbuhan dan

perkembangan bayinya juga pemberian imunisasi untuk menambah

kekebalan tubuh bayi agar terhidar dari virus dan penyakit yang dapat

mebahayakan si bayi.

D. Data Sosial

1. Ibu dan ayah sangat senang dengan kelahiran bayinya

2. Keluarga dari ayah maupun ibu sangat senang dengan kelahiran bayi

E. Pemeriksaan Fisik

a. Pemeriksaan fisik umum

1. Keadaan umum bayi baik

2. BBL/PBL : 3000 gram/50 cm

18
3. Tanda-tanda vital

Nadi : 122x/menit

Suhu : 36,60c

Pernapasan : 40x/menit

b. Pemeriksaan fisik khusus

1. Kepala

Rambut hitam dan tebal, terdapat sisa ketuban, tidak ada caput

succedaneum, tidak ada cephal hematoma.

2. Wajah

Ekspresi wajah tenang, tidak ada oedema.

3. Mata

Simetris kiri dan kanan, konjungtifa tidak anemis, sklera tidak

ikterus.

4. Hidung

Lubang hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada pengeluaran sekret.

5. Mulut

Warna bibir merah mudah, warna gusi kemerahan, lidah bersih.

6. Telinga

Simetris kiri dan kanan, daun telinga terbentuk sempurna tidak ada

pengeluaran secret.

18
7. Leher

Tidak nampak pelebaran vena jugularis dan pembesaran kelenjar

tyroid.

8. Dada

Gerakan dada sesuai dengan gerakan napas, dada simetris kiri dan

kanan.

9. Payudara

Simetris kiri dan kanan, terdapat puting susu menonjol.

10. Abdomen

Tali pusat masih basah dan terbungkus kasa steril.

11. Genetalia luar

Terdapat lubang uretra, testis sudah masuk ke dalam skrotum.

12. Anus

Terdapat lubang anus, tampak bersih.

13. Kulit

Tidak ada tanda lahir, warna kulit merah mudah, tampak bersih dan

tidak ada kelainan.

14. Ekstremitas

a. Tangan

Simetris kiri dan kanan, jari-jari tangan lengkap, warna kuku

merah muda panjang, bergerak aktif, tidak ada kelainan.

18
b. Kaki

Simetris kiri dan kanan, jari kaki lengkap, warna kuku merah.

15. Penilaian reflex

a. Reflex morrow (terkejut) : baik

b. Reflex sucking (mengisap) : baik

c. Reflex rooting (menelan) : baik

d. Reflex graps (menggenggam) : baik

e. Reflex babysky (gerakan kaki) : baik

f. Reflex swallowing (menelan ) : baik

g. Reflex graps ( menggenggam) : baik

16. Pengukuran antropometri

a. Lingkar kepala pronto occipital : 32 cm

b. Lingkar dada : 31 cm

c. Lingkar perut : 30 cm

d. Lingkar lengan : 11 cm

Langkah II: Identifikasi Diagnosis/Masalah Aktual

Bayi baru lahir aterm, sesuai masa kehamilan (SMK), umur 6 jam, dan keadaan

umum bayi baik.

1. Bayi aterm sesuai masa kehamilan (SMK) DS

a. Ibu mengatakan HPHT tanggal 28-07-2021

b. bu mengatakan melahirkan bayinya tanggal 09-05-2022,Jam 06.00 wita

18
DO :
a. BBL : 3000 garm
b. PBL : 50 cm
c. UK : 40 minggu 5 hari
Analisis dan interpretasi

Bayi aterm adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37-42 minggu dengan

berat badan lahir 2500 gram–4000 gram. Dari HPHT 28-07-2021 sampai tanggal

persalinan 09-05-2022 maka masa gestasinya adalah 40 minggu 5 hari

(Wiknjosastro, 2014).

2. Bayi umur 6 jam

DS :

a. Ibu mengatakan melahirkan tanggal 09-05-2022, jam 06.00 wita

b. Ibu mengatakan bayi sudah disusui

DO :

a. Tanggal pengkajian 09-05-2022 jam 12.05 wita

b. Keadaan umum bayi baik

c. Bayi lahir spontan letak belakang kepala, bayi langsung menangis kuat.

d.Jenis kelamin : Perempuan

e. Apgar sore : menit 1 / menit 5 : 8/9

f. BBL/PBL : 3000 gram / 50 cm

19
Analisis dan interpretasi

a. Dari tanggal lahir 09-05-2022, pukul 06.00 wita, sampai tanggal pengkajian

09-05-2022, pukul 12.05 wita, terhitung usia bayi 6 jam.

b. Bayi lahir normal melalui persentase kepala melalui vagina dan tanpa

melakukan alat, dengan persentase letak belakang kepala, dengan BBL 3000

gram dan PBL 50 cm, serta tidak terjadi komplikasi lain yang menyertai

(Wiknjosastro, 2014).

3. Keadaan umum bayi baik

DS : Ibu mengatakan bayinya sehat DO

a. Keadaan umum bayi baik

b. Tanda-tanda vital

1. Nadi : 122x/menit

2. Suhu : 36,60c

3. Pernapasan : 40x/menit

c. Tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan fisik


d. Tali pusat masih basah dan terbungkus kasa steril
e. Bayi tidak magap-magap
Analisis dan interpretasi
Pada pemeriksaan fisik bayi tidak ditemukan kelainan, dan tanda-tanda vital dalam
batas normal, menandakan keadaan bayi baik( Wijaksono,2014)
Langkah III: Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial

Tidak ada data yang mendukung untuk terjadinya masalah potensial.

19
Langkah IV: Evaluasi Perlunya Tindakan Segera

Tidak ada data yang mendukung untuk terjadinya tindakan segera

Langkah V: Rencana Asuhan

a. Tujuan

1) Keadaan umum bayi baik


2) Tanda-tanda vital dalam batas normal
3) Tidak terjadi hipotermi
4) Tidak terjadi infeksi tali pusat
b. Kriteria keberhasilan

1) Keadaan umum bayi baik

2) Tanda-tanda vital dalam batas normal Tekanan

darah : Sistolik : 60-80 mmHg

Diastolik: 40-45 mmHg

Nadi : 120-160x/menit

Pernapasan : 30-60x/menit

Suhu : 36,5-37,5ºC

3) Bayi tidak mengalami hipotermi

4) Tidak terjadi infeksi tali pusat

c. Rencana Tindakan

1. Beri bayi kehangatan dengan membedong/menyelimuti

Rasional : untuk mencegah terjadinya hipotermi.

2. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin

19
Rasional : untuk merangsang produksi ASI dan refleks hisap bayi, ASI juga

merupakan makanan yang terbaik bagi bayi.

3. Beritahu ibu Health education tentang :

a. Pentingnya memberikan ASI eksklusif

Rasional : agar bayi tumbuh sehat dan cerdas serta tidak mudah Sakit
b. Tanda dan gejala infeksi tali pusat

Rasional: agar ibu dapat mengetahui tanda dan gejala infeksi tali pusat

sehingga pengawasan dilakukan sedini mungkin.

4. Melakukan pendokumentasian.

Rasional : untuk mempertangungjawabkan asuhan yang telah diberikan

Langkah VI: Implementasi

Tanggal 09.-05-2022 Jam : 12.05 wita

1. Memberi bayi kehangatan dengan membedong/menyelimuti Hasil

: Bayi telah disemangati

2. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin

Hasil : Ibu bersedia menyusui bayinya sesering mungkin jika bayinya

membutuhkan

3. Beritahu ibu Health education tentang

a. Pentingnya memberikan ASI eksklusif

b. Tanda dan gejala infeksi tali pusat

Hasil : Ibu mengerti tentang penjelasan bidan

19
4. Melakukan pendokumentasian.

Hasil : Telah di lakukan pendokumentasian

Langkah VII: Evaluasi

Tanggal 09-05-2022 Jam 12.30 wita

1. Keadaan umum bayi baik

2. Tanda-tanda Vital dalam batas normal

Nadi : 122x/menit

Suhu : 36,6oc

Pernapasan : 40x/menit

3. Ibu mengerti dan bersedia melakukan anjuran yang diberikan oleh bidan

4. Ibu dapat menyusui bayinya dengan baik dan benar

5. Telah dilakukan pendokumentasian.

2. Kunjungan Neonatus II (Umur 6 Hari) Hari/Tanggal

pengkajian : Minggu, 15-05-2022

Waktu pengkajian : Jam 16.00 wita

Subjektif (S)

Ibu mengatakan tidak ada keluhan, bayi dapat menyusui dengan benar, BAB 3

kali/hari (kuning) BAK 7-8 kali/hari (kuning jernih) gerak bayi aktif dan tidak ada

tanda bahaya pada bayi.

Objektif (O)

19
A. Pemeriksaan Umum

1. Keadaan umum ibu baik

2. Jenis kelamin Perempuan

3. Tanda-tanda vital dalam batas normal

Nadi : 120 x/m

Pernafasan : 40 x/m

Suhu : 36,8 0c

5. PB Saat Lahir : 50 cm

PB Saat Ini : 54 cm

BB Saat Lahir : 3100 gram

BB saat ini : 3300 gram

6. pemeriksaan fisik dalam batas nomral Assesment

(A)

Neonatus cukup bulan usia 6 hari fisiologis.

Planning (P)

Tanggal : 15-05-2022 jam : 16.10. wita

1. Memberitahu ibu tindakan yang akan dilakukan.

Hasil : ibu mengerti tindakan yang akan dilakukan.

2. Memberi tahu hasil Observasi TTV

Nadi : 120 x/m Pernafasan

: 40 x/m

Suhu : 36,8 0c

19
Hasil : TTV bayi dalam batas normal

3. Menjelaskan tanda bahaya neonatal seperti kemungkinan infeksi bakteri, ikterus,

diare, berat badan rendah dan masalah pemberian ASI.

Hasil : ibu mengerti dan tidak terdapat salah satu tanda bahaya neonatal.

4. Menganjurkan ibu membawa bayinya ke posyandu untuk diberikan imunisasi.

Hasil : Ibu bersedia untuk membawa bayinya ke posyandu

5. Memberikan health education tentang menjaga tali pusat dalam keadaan bersih

dan kering dan menjaga suhu bayi agar tetap hangat.

Hasil : Ibu mengerti tentang health education yang diberikan dan bersedia

mengikuti anjuran bidan

6. Melakukan pendokumentasian

Hasil : telah dilakukan pendokumentasian.

E. Pembahasan

1. Kehamilan

Anamnesa pertama kali dilakukan penulis pada tanggal 20 April 2022

diRumah Ny.Yustina, klien menyatakan bahwa usianya sekarang 36 tahun.

Usia ini merupakan usia yang baik untuk bereproduksi. Ibu yang melahirkan

pada usia diatas 40 tahun, memiliki penyakit yang beresiko, misalnya kelainan

bawaan dan penyulit pada waktu persalinan yang disebabkan oleh otot rahim

kurang baik untuk menerima kehamilan. Proses reproduksi sebaiknya

berlangsung pada

19
ibu berumur antara 20 hingga 34 tahun karena jarang terjadi penyulit kehamilan

dan persalinan (Prawirohardjo, 2014).

Menurut Mochtar (2015) Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) sangat

penting dinyatakan untuk mengetahui lebih pasti usia kehamilan ibu dan

taksiran persalinan. Maka dapat dijabarkan tafsiran tanggal persalinan memakai

rumus neagle. Pada Ny.Y mengatakan hari pertama haid terakhir pada tanggal

28-07-2021, dan diperkirakan tafsiran persalinan pada tanggal 04-05-2022

sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena Ny.Y dapat

memberikan keterangan yang jelas mengenai hari pertama haid terakhir

sehingga memudahkan untuk memperkirakan tafsiran persalinan.

Pada teori dinyatakan bahwa pemeriksaan yang lengkap adalah K1, K2,

K3 dan K4. K merupakan singkatan dari kunjungan. Hal ini berarti minimal

dilakukan satu kali kunjungan antenatal pada trimester pertama, satu kali

kunjungan pada trimester kedua dan dua kali kunjungan antenatal pada

trimester ke tiga. (Manuaba, 2014). Sesuai dengan teori tersebut, Ny.Y

melakukan pemeriksaan antenatal 5 kali yaitu 1 kali pada trimester I, 2 kali

pada trimester II, 2 kali pada trimester III.

Kenaikan berat badan ibu selama kehamilan memberikan kontribusi

yang sangat penting bagi proses dan output persalinan. Berat badan Ny.Y

sebelum hamil adalah 60 kg dengan tinggi badan 152 cm.

19
Berdasarkan hasil pengukuran terakhir berat badan Ny. Y adalah 65 kg dan

kenaikan berat badan selama kehamilan adalah 5 kg.. Berdasarkan hasil

perhitungan didapatkan bahwa ibu dalam kondisi normal berdasarkan IMT dan

kenaikan berat badan yaitu 5 kg, sesuai dengan rentang total kenaikan yang

dianjurkan yaitu 11,5 – 16 kg untuk kategori IMT normal (IMT 19,8 – 26)

(Wiknjosastro, 2014).

Pada pemeriksaan tekanan darah selama kunjungan antenatal yaitu

110/70 mmHg, tidak ditemukannya tekanan darah melebihi batas normal pada

Ny. Y Mengukur tekanan darah pada ibu hamil guna mendeteksi adanya faktor

risiko berupa hipertensi dalam kehamilan. Tekanan darah normal 110/70

mmHg, bila tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg, ada

faktor risiko hipertensi (tekanan darah tinggi) dalam kehamilan (Mufdillah,

2018). Pada pemeriksaan LILA (lingkar lengan atas) guna penilaian status

gizi didapatkan LILA ibu adalah 28,5 cm. Ambang batas LILA wanita usia

subur dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Bila < 23,5cm

menunjukkan ibu hamil menderita Kurang Energi Kronis (Ibu hamil KEK) dan

beresiko melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) (Mufdillah, dkk 2018).

Sehingga hasil tersebut menunjukkan bahwa ibu tidak termasuk ke dalam

klasifikasi KEK (kekurangan energi kronis).

Pada pemeriksaan antenatal dilakukan pemeriksaan palpasi abdomen

yang mencangkup manuver leopold untuk mendeteksi

19
keadaan letak janin. TFU Ny. Y pada usia kehamilan 38 minggu adalah 31

cm. Selama kehamilan TFU Ny. Y mengalami peningkatan sehingga keadaan

dan letak janin dalam keadaan baik, pengukuran tinggi fundus uteri dapat

menghitung taksiran berat janin dengan menggunakan rumus Formula Dare =

(LP X TFU). Taksiran berat janin yang didapatkan saat usia kehamilan 40

minggu 5 hari dan sudah masuk pintu atas panggul, dengan tinggi fundus uteri

99 X 32 cm adalah 3168 gram. Keadaan ini masih dalam batas normal sesuai

dengan teori yang menyatakan berat badan bayi lahir normal adalah 2500 gram-

4000 gram (Prawirohardjo, 2014).

Pemeriksaan auskultasi dilakukan untuk mengetahui denyut jantung

janin. Selama pemeriksaan kehamilan denyut jantung janin dalam kondisi

normal. Pada kunjungan pertama didapatkan 146 x/menit, kunjungan kedua 143

x/menit. Hasil pemeriksaan ini masih sesuai dengan teori yang menyatakan

denyut jantung janin normal ialah 120- 160 x/menit (Wiknjosastro, 2014).

Ny. Y melakukan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan Hb. Pada

pemeriksaan tersebut didapatkan Hb ibu sebesar 14,1 gr/dl. Dari hasil

pemeriksaan Hb klien, klien dapat dikatakan tidak mengalami anemia. Karena

batasan anemia pada ibu hamil yaitu memiliki Hb < 11 gr/dl pada trimester ke

III (Prawirohardjo, 2014).

Keluhan Ny.Y selama hamil yang berhubungan dengan

19
perubahan fisiologis yaitu nyeri pinggang, sering berkemih, dan Braxton

Hicks, hal ini merupakan hal yang fisiologis pada kehamilan trimester ke

III. Sering berkemih dikeluhan oleh ibu selama kehamilan akibat dari

meningatnya laju Filtrasi Glomerolus. Keluhan sering berkemih karena

tertekannya kandung kemih oleh uterus yang semakin membesar dan

menyebabkan kapasitas kandung kemih berkurang serta frekuensi berkemih

meningkat. Rasa nyeri pada bagian punggung ibu dialami oleh ibu hamil,

keluhan ini dimulai pada usia 38 minggu sampai menjelang persalinan. Pada

akhir kehamilan, Braxton Hicks dapat menyebabkan rasa tidak nyaman dan

menjadi peyebab persalinan palsu. Salah satu dampak klinis yang baru-baru ini

dibuktikan adalah bahwa 75% wanita dengan 12 atau lebih kontraksi per jam

didiagnosis memasuki persalinan aktif dalam 24 jam. (Wiknjosastro, 2014)

Penulis memberikan pendidikan kesehatan mengenai tanda- tanda

bahaya pada kehamilan seperti perdarahan dari jalan lahir, gerakan janin tidak

terasa, nyeri perut hebat, demam, sakit kepala, pandangan berkunang-kunang,

bengkak dibagian wajah dan tangan, nyeri ulu hati (Prawiroharjo, 2014).

Selama kehamilan tidak ditemukan adanya tanda-tanda bahaya kehamilan pada

ibu.

Sesuai dengan program Kementrian Kesehatan (2016) mengenai

Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), Ny.Y berencana

ingin melahirkan di Puskesmas Konda didampingi oleh

20
keluarga, menggunakan kendaraan mobil untuk menuju BPM.

Selain P4K, program Kementrian Kesehatan yang termasuk ke dalam

10 T yaitu perencanaan KB, setelah klien dijelaskan mengenai jenis-jenis KB

klien memilih untuk menggunakan kontrasepsi jenin suntik 3 bulan setelah

masa nifasnya selesai.

2. Persalinan

Pada tanggal 09 Mei 2022 pukul 03.00 wita Ny. Y datang ke Puskesmas

Konda ditemani oleh keluarga. Klien mengatakan mules- mules sejak pukul

21.00 wita. Pada pemeriksaan dalam, didapatkan ibu sudah masuk kala I fase

aktif yaitu pembukaan 5. Sesuai dengan teori bahwa persalinan dimulai

(inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks

(membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap.

Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks

(Jannah, 2017).

Pada kala 1 fase aktif, penulis melakukan beberapa asuhan kebidanan

seperti menganjurkan ibu untuk didampingi oleh pendamping persalinan dan

ibu memilih untuk didampingi oleh Keluarga, membimbing Ny.Y melakukan

teknik relaksasi, dan membimbing keluarga untuk melakukan pijatan ringan

kepada ibu. Sesuai dengan penelitian bahwa pendamping persalinan memiliki

pengaruh yang cukup dominan terhadap keberhasilan persalinan yang aman,

sangat kecil

20
kemungkinan gangguan emosional dan fisiknya, komplikasi pada bayi yang

akan dilahirkan, serta akan memudahkan persalinan. Teknik relaksasi nafas

dalam dan terapi pijat dapat mengurangi tingkat nyeri persalinan.

Menganjurkan ibu untuk makan dan minum agar tetap memiliki

tenaga yang akan digunakan saat ibu memasuki kala II. Serta mempersilahkan

ibu untuk tidak menahan BAK dan BAB demi lancarnya proses kala 1 fase

aktif. Asuhan kebidanan yang penulis lakukan sesuai dengan asuhan kebidanan

kala I yang dianjurkan (Prawirohardjo, 2014).

Kala I persalinan pada Ny.Y berlangsung ± 8 jam 40 menit, dihitung

dari ibu merasakan mules pukul 21.00 wita sampai pembukaan lengkap pukul

05.40 wita. Faktor pendukung dalam proses persalinan yaitu dengan adanya

power, pasenger, dan passege ketiga faktor utama ini sangat mendukung

jalannya persalinan ( Manuaba, 2014). Kala II pada Ny.Y berlangsung 20

menit dari pembukaan lengkap pukul

05.40 wita dan bayi lahir spontan pukul 06.00 wita. Menurut teori yang ada,

Kala II berlangsung 1 jam pada primi dan ½ jam pada multi. Dalam hal ini

tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktek hal ini dikarenakan oleh

beberapa faktor seperti paritas (multipara), his yang adekuat, faktor janin dan

faktor jalan lahir sehingga terjadi proses pengeluaran janin yang lebih cepat

(Saifuddin, 2016). Setelah dilakukan

20
pemotongan tali pusat bayi diletakkan di dada ibu dengan posisi tengkurap

untuk IMD. Kala III berlangsung selama 5 menit. Menurut teori yang ada,

Kala III berlangsung selama kurang dari 30 menit, dalam hal ini tidak terjadi

kesenjangan antara teori dan praktek (Prawirohardjo,2014).

3. Nifas

Masa nifas (puerperium) adalah masa sesudah persalinan, masa

perubahan, pemulihan, penyembuhan, dan pengembalian alat-alat

kandungan/reproduksi, seperti sebelum hamil yang lamanya 6 minggu atau 40

hari pascapersalinan (Jannah, 2017).

Penulis melakukan kunjungan masa nifas pada 6 jam dan 6 hari. Dengan

tujuan memonitor masa nifas klien, dan mendeteksi apakah adanya gangguan

yang dirasakan oleh klien pada masa nifas serta menginformasikan tentang KB.

Sesuai dengan teori bahwa kunjungan masa nifas diperlukan dengan tujuan,

mendeteksi adanya perdarahan masa nifas, melaksanakan skrining secara

komprehensif, memberikan pendidikan kesehatan diri, memberikan pendidikan

mengenai laktasi dan perawatan payudara dan konseling mengenai KB

(Kemenkes, 2015).

Masa nifas Ny.Y berlangsung normal, keadaan umum dan tanda- tanda

vital dalam batas normal. Proses involusi uteri pada Ny.Y berlangsung normal

pada 6 jam postpartum TFU setinggi 2 jari dibawah

20
pusat tampak pengeluaran loche rubra, kontraksi uterus baik. Pada hari ke 6

hari post partum TFU teraba di atas simpisis. Hal ini sesuai dengan teori yang

dikemukakan oleh Prawirohardjo (2014).

Pada masa nifas ibu memiliki keluhan pada pola eliminasi, BAB yang

tidak teratur dan konsistensi yang sedikit keras yang muncul pada hari ke 1

masa nifas sedikit membuat ibu terganggu. Penulis telah menyarankan untuk

tetap mengonsumsi makanan yang dapat memperlancar proses eliminasi BAB,

dan tetap memenuhi hidrasi agar tidak terjadi dehidrasi. BAB yang tidak teratur

pada masa nifas nyatanya adalah hal yang wajar dikarenakan terdapat

perubahan pada sistem pencernaan. Hal ini disebabkan karena pada waktu

melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan kolon

menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan

(dehidrasi), kurang makan, haemoroid, laserasi jalan lahir. Supaya buang air

besar kembali teratur dapat diberikan diet/makanan yang mengandung serat dan

pemberian cairan yang cukup. Bila usaha ini tidak berhasil dalam waktu 2 atau

3 hari dapat ditolong dengan pemberian huknah atau glyserin spuit atau

diberikan obat yang lain (Wiknjosastro, 2014).

Lokhea adalah secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina pada

masa nifas (Prawirohardjo, 2014). Pada pengeluaran lokhea Ny.Y berlangsung

fisiologis yaitu pada pemeriksaan nifas pertama yaitu 6 jam

20
postpartum, pengeluaran lokhea pada Ny.Y adalah lokhea rubra dengan

warna kemerahan. Pada pemeriksaan nifas kedua yaitu 6 hari post partum,

pengeluaran lokhea pada Ny. Y adalah lokhea alba dengan warna putih berisi

lendir. Berdasarkan hasil pemantauan lokhea, dapat disimpulkan bahwa Ny. Y

memiliki pengeluaran lokhea yang fisiologis. Hal ini sesuai teori

(Prawirohardjo, 2014).

Selama masa nifas, proses laktasi berjalan dengan baik dan tidak terjadi

pembengkakan pada payudara ibu. Segera setelah lahir, penulis menganjurkan

agar ibu memberikan hanya ASI saja tanpa makanan atau minuman tambahan

apapun. Penulis juga memberikan pujian kepada ibu karena hingga pada

kunjungan nifas ke 6 hari ibu masih tetap memberikan ASI kepada bayinya dan

bertekad akan memberikan ASI Ekslusif hingga bayi berusia 6 bulan. Penulis

juga memberikan penkes mengenai manfaat dari pemberian ASI, sesuai dengan

teori yang dikemukakan, Air Susu Ibu (ASI) mempunyai sifat melindungi bayi

terhadap infeksi seperti gastro enteritis, radang jalan pernafasan dan paru-paru,

otitis media, karena air susu ibu mengandung lactoferrin, lysozyme dan

immune globulin A (Prawirohardjo, 2014).

Penulis juga memberikan konseling tentang penggunaan KB,

memberitahu jenis-jenis KB serta manfaat dari penggunaan KB. Ny.Y

memutuskan ingin menggunakan kontrasepsi jenis suntik 3 bulan

20
setelah masa nifasnya usai, Ny.Y memilih suntik 3 bulan karena ibu bertekad

untuk ASI esklusif 6 bulan sampai 2 tahun juga ingin menunda kehamilan.

Berdasarkan teori, kunjungan 40 hari setelah persalinan, asuhan yang diberikan

adalah memberikan konseling KB secara dini (Kemenkes, 2015).

4. Bayi Baru Lahir (BBL)

Setelah bayi Ny.Y lahir, langsung dilakukan IMD (Inisiasi Menyusu

Dini) bersama ibu dengan meletakkan bayi diatas ibu dengan posisi telungkup

tanpa menggunakan baju agar terjadi kontak kulit antara ibu dan bayi, bayi

diselimuti badan dan ujung kaki bayi sebagai upaya pencegahan kehilangan

panas, selama satu jam pertama dan IMD telah berhasil terbukti dengan bayi

tampak mencari puting susu ibu (Kemenkes 2015). Bayi juga langsung

menyusu setelah dilakukan IMD. Inisiasi Menyusu Dini akan menentukan

kesuksesan menyusui selanjutnya, karena ibu yang memberikan ASI dalam satu

jam pertama setelah melahirkan mempunyai peluang 2-8 kali lebih besar untuk

memberikan ASI eksklusif. Kontak awal ini merupakan periode sensitif,

sehingga apabila terlambat, perkembangan anak dan keberhasilan menyusui

akan terganggu.

Pada kunjungan neonatus pertama, penulis melakukan kunjungan 6 jam.

Penulis melakukan antropometri dan pemeriksaan fisik secara lengkap mulai

dari pengukuran berat badan, panjang badan

20
terhadap bayi baru lahir. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan terhadap bayi

Ny.Y didapatkan bahwa berat badan bayi Ny.Y sebesar 3000 gram, hal tersebut

menunjukkan bahwa berat badan bayi Ny. Y termasuk normal. Sesuai dengan

ciri-ciri bayi baru lahir normal menurut Pawirohardjo (2014) bahwa berat

badan bayi baru lahir normal ialah berkisar dari 2500 gram–4000 gram.

Panjang badan bayi Ny.Y ialah 50 cm, sesuai dengan teori yang dikemukakan

oleh (Wiknjosastro, 2014) bahwa panjang badan bayi baru lahir normal ialah 48

cm – 52 cm. Selain berat badan dan panjang badan, pemeriksaan antropometri

lain yang diperiksa adalah lingkar kepala dan lingkar dada, dari pemeriksaan

dihasilkan bayi Ny. Y memiliki lingkar kepala 33 cm dan lingkar dada 32 cm,

hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa bayi Ny.Y termasuk normal

dikarenakan menurut teori bahwa lingkar kepala dan lingkar dada bayi baru

lahir normal ialah 33-35 cm, dan 30 -38 cm (Prawiroharjo, 2014).

Selain pemeriksaan antropometri, penulis juga melakukan pemeriksaan

fisik pada bayi Ny.Y berdasarkan pemeriksaan didapatkan hasil bahwa bayi

Ny.Y dalam keadaan normal, hal ini sesuai dengan teori bahwa bunyi jantung

normal 120-160 x/menit, pernapasan pada menit pertama sekitar 40-60

kali/menit, kulit kemerah-merahan, licin dan diliputi verniks caseosa, rambut

lanugo telah tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna, kuku telah

agak panjang dan lemas,

20
pada alat genetalia testis sudah turun dan berbagai refleks telah terlihat baik

(Wiknjosastro, 2014).

Bayi Ny.Y diberikan salep mata chlorampenicole 1% pada kedua

konjungtiva mata, yang berguna untuk mencegah penularan infeksi dari ibu ke

bayi. Sesuai dengan teori, setiap bayi baru lahir perlu diberi salep mata.

Pemberian obat mata eritromosin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk

pencegahan penularan infeksi (Kemenkes, 2015). Penulis juga memberikan

vitamin K setelah 1 jam persalinan pada 1/3 paha luar kiri. Menurut teori,

semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K untuk mencegah perdarahan

pada otak akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian BBL

(Kemenkes, 2014). Penulis juga melakukan perawatan tali pusat seperti

menjaga tali pusat dalam kondisi kering dan bersih, hal ini sesuai dengan

asuhan kebidanan yang diberikan pada bayi baru lahir (IDAI, 2016).

Pada kunjungan neonatus kedua yaitu pada usia 6 hari (15 Mei 2022).

Penulis melakukan kunjungan rumah. Pada kunjungan ini ibu mengatakan

bahwa tali pusat bayi belum puput. Hal ini sesuai dengan teori bahwa tali pusat

biasanya lepas dalam satu minggu setelah lahir, beberapa kasus dapat lebih

lambat hingga 10-14 setelah bayi lahir (IDAI, 2016).

Bayi Ny.Y juga diberikan imunisasi HB-0 yang pertama kali pada paha

1/3 paha kanan secara I.M dengan dosis 0,5 cc. Imunisasi HB-0

20
bermanfaat untuk mencegah infeksi hepatitis B pada bayi, terutama jalur

penularan ibu ke bayi. Dalam buku kesehatan Ibu dan Anak (2016) yang

menyatakan bahwa pemberian imunisasi HB-0 adalah saat bayi berusia 0-7

hari.

Selama melakukan kunjungan baik kunjungan di Puskesmas Konda

pada KN 1 ataupun kunjungan rumah pada KN 2, tidak ditemukannya tanda

bahaya bayi baru lahir seperti, sulit bernapas atau lebih dari 60 kali/menit, suhu

terlalu tinggi (>38oC) atau terlalu dingin (< 36oC), biru, pucat atau memar,

hisapan saat menyusui lemah, rewel, sering muntah, tali pusat memerah,

bengkak, keluar cairan dan berdarah, tanda-tanda infeksi seperti suhu tubuh

meningkat, merah, bengkak, bau busuk, keluar cairan dan pernapasan sulit,

tidak BAB dalam 3 hari, tidak BAK dalam 24 jam, tinja lembek/encer,

berwarna hijau tua ada lendir atau darah, menggigil, rewel, lemas, mengantuk,

kejang, dan menangis terus- menerus (Saifuddin, 2016).

20
209

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Asuhan Kebidanan Kehamilan pada Ny.Y umur 36 tahun hamil normal dan

tidak ditemukan kesenjangan teori dan praktik.

2. Asuhan Kebidanan Persalinan pada Ny. Y umur 36 tahun persalinannya

normal dan tidak ditemukan kesenjangan teori dan praktik.

3. Asuhan Kebidanan masa Nifas pada Ny.Y umur 36 tahun nifas normal, tidak

ditemukan kelainan atau komplikasi pada Ny. Y dan tidak ditemukan

kesenjangan teori dan praktik.

4. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir pada Ny.Y umur 36 tahun neonatal

normal, tidak ada kelainan atau komplikasi pada bayi Ny.Y dan tidak

ditemukan kesenjangan teori dan praktik.

5. Implementasi telah dilakukan secara komprehensif sesuai dengan standar

kebidanan pada masa kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir.

6. Selama proses kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir

mendapatkan asuhan yang aman dan nyaman.

7. Mengevaluasi hasil tindakan secara komprehensif pada masa

kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir tidak ditemukan

penyulit pada ibu dan kondisi ibu sehat


B. Saran

1. Bagi Ibu Hamil

Sangat penting bagi ibu hamil memeriksakan dirinya sedini mungkin jika

sudah mengetahui dirinya sedang hamil sehingga mendeteksi kelainan atau

komplikasi pada kehamilan maupun persalinannya.

2. Bagi Ibu Bersalin

Peran pendamping saat proses persalinan sangat penting bagi ibu karena pada

saat proses persalinan ibu sangat membutuhkan dukungan dari orang

terdekatnya sehingga proses persalinan pun dapat berjalan dengan baik

3. Bagi Ibu Nifas

Psikologi ibu sangat berpengaruh bagi ibu nifas karena jika ibu nifas

psikologinya terganggu dapat mempengaruhi produksi Asi sehingga proses

laktasi dapat terhambat begitupula dengan personal hygiene ibu harus

diperhatikan karena sangat penting dalam proses penyembuhan jalan lahir

agar tidak tejadi infeksi

21
DAFTAR PUSTAKA

BPS. (2020). Sensus Penduduk 2020 - Badan Pusat Statistik.


Dinkes Kendari. (2020). Profil Kesehatan 2019. Dinas Kesehatan Kota
Kendari.
Dinkes Kota Kendari. (2020). Profil Kesehatan 2019 (A. Tombili (ed.)). Dinas
Kesehatan Kota Kendari.
Fatmawati, Kartini, Aisa, S. (2019). Acceptance and nutritional value of cookies
substituted with tuna fish meal Madidihang (Thunnus albacares). KnE Life
Sciences, 68–73.
Gultom, L., & Hutabarat, J. (2020). ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN -
Lusiana Gultom, SST, M.Kes, Julietta Hutabarat, S.Psi, M.Keb - Google
Buku. Zivatama Jawara.
Jannah, N. (2017). ASKEB II: persalinan berbasis kompetensi.
Kartini, Syafar, M, Arsin, A.A., Bahar, B., Fitriyanti, F. (2016). THE EFFECT OF
EDUCATION USING MODIFICATION MODULE TOWARDS
NUTRITIONAL INTAKE DURING PREGNANCY IN KENDARI,
INDONESIA. Public Health of Indonesia, 2(2), 84–92.
Kartini, K. (2017a). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Pemeriksaan
Inspeksi Visual Asam Asetat (Iva) di Puskesmas Poasia Kota Kendari.
Health Information, 9(2), 27–34.
Kartini, K. (2017b). Risiko Penyakit Infeksi terhadap Kejadian Kekurangan Energi
Kronik (KEK) pada Ibu Hamil di Puskesmas Mekar Kota Kendari. Health
Information: Jurnal Penelitian, 9(1), 10–14.
Kartini, K. (2018). Hubungan Anemia dalam Kehamilan dengan Panjang
Badan Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit Benyamin Guluh Kabupaten
Kolaka Tahun 2018. Health Information, 10(1), 33–38.
Kemenke RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2019.
Kemenkes, R. I. (2020). Buku kia kesehatan ibu dan anak. Jakarta:
Kementeri Kesehat Dan JICA (Japan Int Coorperation Agency).
Kemenkes RI. (2021). Angka Kematian Ibu Membludak Selama Pandemi.
Kementerian Kesehatan. (2020). 10 Provinsi dengan Angka Kematian Ibu
Terbanyak pada 2020 | Databoks.

21
Kesehatan, K., & Indonesia, R. (2021). Laporan Kesehatan Indonesia 2020
(B. Hardhana, F. Sibuea, & W. Widiantini (eds.)).
Kuswanti, I. (2014). Asuhan kehamilan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 18–19. Ningsih, D.
A. (2017). Continuity Of Care Kebidanan. Oksitosin: Jurnal Ilmiah
Kebidanan, 4(2), 67–77.
Organization, W. H. (2019). Maternal mortality: evidence brief. World Health
Organization.
Prawirohardjo, S. (2018). Ilmu kandungan. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Sulistyawati, A. (2010). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin: Jakarta.
Salemba Medika. Hlm, 63.
Varney, H., Kriebs, J. M., & Gegor, C. L. (2007). Buku ajar asuhan kebidanan.
Jakarta: Egc, 672–788.
Walyani, E. S. (2015). Asuhan kebidanan pada kehamilan.

21
LAMPlRAN

Anda mungkin juga menyukai