Oleh :
P003200190074
i
ii
iii
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. INDENTITAS
1. Nama Lengkap : Mayang Sulviah Ningsi
2. Tempat/ Tanggal Lahir : Kioko / 02 Februari 2002
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku/ Kebangsaan : Buton
6. Alamat : Lorong Ambon
7. No. Telp/ Hp : 0852-1122-7211
II. PENDIDIKAN
1. Sekolah Dasar Negeri I Mandati II Wangi-wangi Tamat Tahun 2013
2. Sekolah Menengah Pertama 01 Kulisusu tamat tahun 2016
3. Sekolah Menengah Umum 01 Kulisusu tamat tahun 2019
4. Poltekkes Kemenkes Kendari
v
MOTTO
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat, rahmat
dan Karunia-nya, sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan
judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Post Operasi Apendiktomi dalam
pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman Nyeri Di Ruang Melati RSUD Kota
Kendari”.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, saya banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak terkhusus dosen pembimbing I dan
pembimbing II yang telah ikhlas meluangkan waktunya untuk membimbing
selama penyusunan karya tulis ilmiah ini. Pada kesempatan ini saya ingin
mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :
1. Bapak Teguh Fathurrahman, SKM., MPPM Selaku Direktur Poltekkes
Kemenkes Kendari.
2. Bapak Abd, Syukur Bau, S.Kep., Ns., MM Selaku Ketua Jurusan
Keperawatan.
3. Ibu Fitri Wijayati, S.Kep., Ns., M.Kep Selaku Sekretaris Jurusan
Keperawatan.
4. Bapak Samsuddin, S.Kep., Ns., M.Kep Selaku Ketua Prodi DIII Keperawatan.
5. Ibu DR.Lilin Rosyanti, S.Kep.,Ns.,M.Kep dan ibu Sitti Muhsinah,
S.Kep,.Ns.,M.Kep.,Sp.KMB. Selaku pembimbing I dan II yang telah
membimbing saya dengan sebaik-baiknya demi tercapainya karya tulis ilmiah
ini.
6. Ibu Rusna Tahir, S.Kep., NS., M.Kep, Ibu Dali, SKM., M.Kes dan Ibu
Prishilla Sulupadang, S.Kep., NS., M.Kep., SP.Kep.An sebagai penguji karya
tulis ilmiah.
7. Kepada Direktur RSUD Kota Kendari yang telah memberikan izin untuk
melaksanakan pengambilan data pendahuluan.
8. Semua Dosen dan Staf Program Studi D3 Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kendari yang telah membantu dan memberikan bimbingan dengan sabar dan
wawasannya serta ilmu yang bermanfaat kepeda penulis selama kuliah.
vii
9. Kepada ibu saya Adianti dan ayah saya (Alm) Muh.Sapia Faharuddin yang
saya sayangi dan cintai terima kasih telah mendidik dan mangasuh saya
hingga sekarang. kepada orang tua sambung saya yang telah memberikan
motivasi kepada saya, serta keluarga yang telah memberikan doa dan
dukungan selama penulis mengikuti pendidikan.
10. Terimakasih kepada, sahabat saya Alfitra, Romi, Ramadani, Sindi, Lilis,
Geby, Rosna, Dian, Ledi, Dwi Novita, Fira Adelia dan teman teman D-3
Keperawatan angkatan 2019 Yang telah saling berbagi ilmu, saling
memberikan masukan dan telah membantu menghilangkan titik jenuh saat
kuliah sampai proses pembuatan karya tulis ilmiah ini.
11. Dan tak lupa ucapan terimah kasih kepada sahabat tersayang saya Wulan sari,
Derliyanti dan Aprita soraya yang selalu mensuport, memberikan saya saran
dan selalu bersama saya dalam menyusun karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini masih banyak
terdapat kekurangan. Oleh karena itu saran, kiritik dan pendapat yang sifatnya
membangun sangat penulis harapkan.
viii
DAFTAR ISI
ix
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nyeri .................................... 13
3. Klasifikasi Nyeri ........................................................................... 14
4. Pengelolaan Nyeri Pada Post Op Apendiktomi............................. 15
C. Konsep Asuhan Keperawatan .............................................................. 16
1. Pengkajian Keperawatan ............................................................... 16
2. Diagnosa Keperawatan.................................................................. 20
3. Intervensi Keperawatan ................................................................. 21
4. Implementasi Keperawatan ........................................................... 24
5. Evaluasi Keperawatan .................................................................. 24
D. Analisis Tindakan Keperawatan ......................................................... 25
BAB III PENELITIAN
A. Rancangan studi kasus ......................................................................... 28
B. Subyek studi kasus ............................................................................... 28
C. Fokus studi kasus ................................................................................. 29
D. Defenisi operasional ............................................................................. 29
E. Instrumen ............................................................................................. 29
F. Tempat dan waktu ................................................................................ 30
G. Metode pengumpulan data ................................................................... 30
H. Analisa dan penyajian data................................................................... 30
I. Etika penelitian..................................................................................... 31
BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Studi Kasus ................................................................................. 32
B. Pembahasan ......................................................................................... 48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .......................................................................................... 52
B. Saran..................................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Hal.
Tabel 2.1 Rencana Keperawatan 21
Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Laboratorium 36
Tabel 4.2 Analisa Data 38
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran dokumentasi
xii
ABSTRAK
xiii
ABSTRACT
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Apendisitis merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Ada
beberapa bagian yang berperan sebagai faktor pencetusnya, namun sumbatan
lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai pencetus disamping
hyperplasia jaringan limfoid, tumor apendiks, dan cacing askaris dapat
menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan
apendisitis adalah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E.histolytica.
Penelitian epidemiologi menunjukan peran kebiasaan makan makanan rendah
serat mempengaruhi terjadinya konstipasi yang mengakibatkan timbulnya
apendisitis. Konstipasi akan menaikan tekanan intrasekal, yang berakibat
timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan
kuman flora kolon biasa (Arifuddin et al., 2017).
Apendisitis dapat memunculkan gejala yang khas pada penderitanya.
Adapun Gejala yang pertama kali dirasakan pasien adalah berupa nyeri
tumpul di daerah epigastrium atau di periumbilikal yang akan menyebar ke
kuadran kanan bawah abdomen. Selain itu, mual dan muntah sering terjadi
beberapa jam setelah muncul nyeri, yang berakibat pada penurunan nafsu
makan sehingga dapat menyebabkan anoreksia. Demam dengan derajat
ringan juga sering terjadi, tindakan lanjut pada appendicitis yang telah
terinfeksi yaitu biasanya dilakukan tindakan operasi apendiktomi (Fransisca
et al., 2019)
Apendiktomi adalah operasi pengangangkatan atau pembedahan pada
apendiks vermiformis yang telah terinfeksi. Apendiktomi dilakukan sesegera
mungkin untuk menurunkan resiko performasi lebih lanjut. (Simamora &
Dkk, 2018)
Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia atau World Health
Organization (2017) menyakatan bahwa klien yang menderita apendisitis
didunia sebanyak 1,1 juta kasus setiap 1.000 orang pertahun, angka mortalitas
akibat apendiksitis adalah 21.000 jiwa, di mana populasi laki-laki lebih
banyak dibandingkan perempuan. Angka mortalitas apendiksitis sekitar
1
12.000 jiwa pada laki-laki dan sekitar 10.000 jiwa pada perempuan (Tanjung,
2020)
Departemen Kesehatan RI pada tahun 2018, jumlah pembedahan
apendiktomi di Indonesia mencapai 591.819 orang dan meningkat pada tahun
2019 sebesar 596.132 orang. Kejadian apendiktomi di indonesia menurut data
yang dirilis oleh Kementrian Kesehatan RI pada tahun 2019 sebesar 596.132
orang dengan persentase 3.36% dan meningkat pada tahun 2020 menjadi
621.435 orang dengan persentase 3.53%. apendiktomi merupakan penyakit
tidak menular tertinggi kedua di Indonesia pada rawat inap di rumah sakit
pada tahun 2019 dan 2020 (Ayu Mira , 2021).
Berdasarkan data di Ruang Melati RSUD Kota Kendari diperoleh data
bahwa, pada bulan Desember sampai dengan Maret 2022 terdapat 36 kasus
penderita apendisitis dan dilakukan tindakan apendiktomi. Berdasarkan
wawancara peneliti kepada petugas rumah sakit, pasien dengan keluhan
utama ketidaknyamanan akibat nyeri sering ditemui terutama pada pasien
apendisitis akibat luka insisi setelah dilakukan apendiktomi (RSUD Kota
Kendari 2022).
Intervensi medis untuk appendiksitis akut, kronik, dan perforasi adalah
dengan apendiktomi. Masalah- masalah yang timbul akibat luka insisi setelah
dilakukan apendiktomi dapat berupa pendarahan, shock, gangguan
pernafasan, infeksi, dan nyeri. Nyeri biasanya akan timbul akibat luka insisi
yang dapat mempengaruhi mobilisasi, nafsu makan yang menurun, gangguan
istirahat dan merasa kurang nyaman.
Peran perawat pada klien dengan post op apendiktomi yaitu memberikan
perawatan yang sesuai dengan kondisi klien dan perawat harus dapat
mengetahui segala sesuatu yang berkenaan dengan berbagai macam penyakit,
mulai dari tanda gejala, komplikasi sampai faktor resiko penyakit tersebut,
serta perawat dapat berperan menangani klien dengan apendisitis yaitu
sebagai pendidik dalam memberikan pendidikan kesehatan agar dapat
meningkatkan pengetahuan klien serta memberikan asuhan perawatan yang
sesuai dengan kondisi klien pada penyakit apendisitis (Awaluddin, 2020)
2
Pengelolaan intensitas nyeri pada post op apendiktomi yaitu dengan
farmakologi dan nonfarmakologi. Pengelolaan intensitas nyeri dengan
nonfarmakologi antara lain adalah relaksasi nafas dalam, kompres hangat,
terapi masase, dan pemberian analgesik. Teknik relaksasi nafas dalam ini
dipercaya dapat menurunkan intensitas nyeri (Wahyu Widodo dkk 2020)
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan
keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien
bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi
secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan.
Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam
mampu merangsang tubuh untuk melepaskan epoid endogen yaitu endorphin
dan enkefalin. Endorphin dan enkefalin merupakan substansi didalam tubuh
yang berfungsi sebagai inhibitor terhadap transmisi nyeri. Penurunan intesitas
nyeri dipengaruhi oleh peralihan fokus responden pada nyeri yang dialami
terhadap penatalaksanaan teknik relaksasi napas dalam sehingga suplai
oksigen dalam jaringan akan meningkat dan otak bisa berelaksasi.
(Purbalingga, 2018)
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik melakukan analisis
“Asuhan keperawatan Pada Tn.M Dengan Post Operasi Apendiktomi dalam
pemenuhan kebutuhan rasa nyaman nyeri di Ruang Melati RSUD Kota
Kendari.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dirumuskan permasalahan
dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana pelaksanaan asuhan keperawatan
Pada Tn.M Dengan Post Operasi Apendiktomi dalam pemenuhan kebutuhan
rasa nyaman nyeri di Ruang Melati RSUD Kota Kendari.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum penelitian ini yaitu untuk menerapkan
asuhan keperawatan Pada Tn.M Dengan Post Operasi Apendiktomi
3
dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman nyeri di Ruang Melati
RSUD Kota Kendari.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada Tn.M Dengan Post
Operasi Apendiktomi dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman
nyeri di Ruang Melati RSUD Kota Kendari.
b. Merumuskan diagnosis keperawatan pada Tn.M Dengan Post
Operasi Apendiktomi dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman
nyeri di Ruang Melati RSUD Kota Kendari.
c. Merumuskan intervensi keperawatan pada Tn.M Dengan Post
Operasi Apendiktomi dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman
nyeri di Ruang Melati RSUD Kota Kendari.
d. Menerapkan implementasi keperawatan pada Tn.M Dengan Post
Operasi Apendiktomi dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman
nyeri di Ruang Melati RSUD Kota Kendari.
e. Menerapkan evaluasi keperawatan pada Tn.M Dengan Post
Operasi Apendiktomi dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman
nyeri di Ruang Melati RSUD Kota Kendari.
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Karya ilmiah ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti
mengenai asuhan keperawatan pada pasien Post Operasi Apendiktomi
dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman (Nyeri)
2. Bagi Pengembanagan Ilmu dan Teknologi Keperawatan
Manfaatnya bagi pengembangan ilmu dan teknologi terapan di
bidang keperawatan sehingga dapat memberikan teknik relaksasi napas
dalam untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman pada pasien Post
Operasi Apendiktomi.
3. Bagi Masyarakat
Manfaatnya untuk masyarakat adalah agar masyarakat dapat
menggunakan teknik relaksasi napas dalam untuk memenuhi kebutuhan
rasa aman nyaman nyeri pada pasien Post Operasi Apendiktomi
4
4. Bagi Institusi/Pendidikan
Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan tambahan
informasi dan ilmu pengetahuan untuk institusi pendidikan dan dapat
digunakan sebagai referensi di perpustakaan Poltekkes Kemenkes
Kendari yang bisa digunakan oleh mahasiswa sebagai bahan bacaan dan
dasar untuk penelitian selanjutnya.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
3) Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai
faktor pencetus disamping hyperplasia jaringan limfe, tumor
apendiks dan cacing askaris.
4) Penelitian Epidemiologi mengatakan peran kebiasaan makan
makanan yang rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap
timbulnya apendiksitis. Konstipasi akan menarik bagian intrasekal,
yang berakibat timbulnya tekanan intrasekal dan terjadi
penyumbatan sehingga meningkatnya pertumbuhan kuman flora
kolon.
5) Apendisitis disebabkan oleh adanya obstruksi yang diakibatkan
juga karena gaya hidup manusia yang kurang dalam mengkonsumsi
makanan tinggi serat (Tanjung, 2020).
3. Anatomi
Anatomi dari apendiks adalah sebagai berikut:
a. Anatomi :
1) Terletak di puncak caecum, pada pertemuan ketiga tinea coli
(tinea libera, tinea colica dan tinea omentum).
2) Bentuk tabung, panjang 7-10 cm, diameter 0,7 cm.
3) Dipangkal terhadap valvula appendicularis (Gerlachi).
4) Lumen menyempit di bagian proksimal dan melebar di bagian
distal. Sedangkan pada bayi berbentuk kerucut (Indrawan,
2019).
4. Manifestasi Klinis
Keluhan apendisitis biasanya bermula dari nyeri di daerah
umbilikus atau periumbilikus yang disertai dengan muntah. Dalam 2-12
jam nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah, yang akan menetap dan
diperberat bila berjalan. Terdapat juga keluhan anoreksia, malaise, dan
demam yang tidak terlalu tinggi. Biasanya juga terdapat konstipasi, tetapi
kadang-kadang terjadi diare, mual, dan muntah (Simamora Dkk, 2018)
5. Patofisiologi
Appendicitis terjadi karena penyumbatan lumen apendiks oleh
hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis
7
akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Obstruksi tersebut
menyebabkan mucus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan.
Makin lama mucus tersumbat makin banyak, namun elastisitas dinding
apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan piningkatan
tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat
aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi
mukosa. Pada saat inilah terjadi appendicitis akut fokal yang ditandai
oleh nyeri epigastrium. Bila sekresi mucus terus berlanjut, tekanan akan
terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema
bertambah, dan bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul
meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri
di darah kanan bawah. Keadaan ini disebut appendicitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding
appendiks yang dan apendiks lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis.
Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang
memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi
mudah terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah
Diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan appendicitis
gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh ini pecah, akan terjadi
appendicitis perforasi. Bila semua proses diatas berjalan lambat,
omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak kearah apendiks
hingga timbul suatu masa lokal yang disebut infiltrate apendikularis.
Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang. Pada
anak-anak, karena omentum lebih pendek (Wedjo, 2019)
8
6. Pathway
Obstruksi lumen
Peningkatan produksi
Apendiktomy
Pembatasan intake HCl
cairan
Insisi bedah
Mual, Muntah
7. Pemeriksaan penunjang
Menurut (Tanjung, 2020), pemeriksaan penunjanng apendisits
meliputi :
a. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi: Akan tampak adanya tanda pembengkakan (swelling),
rongga perut dimana dinding perut tampak mengencang
(distensi).
2) Palpasi: Dibagian perut kanan bawah akan terasa nyeri
9
(Blumbeng Sign) yang mana merupakan kunci dari diagnosis
apendsitis akut.
3) Dengan tindakan tungkai dan paha kanan ditekuk kuat / tungkai
di angkat tingi-tinggi, maka rasa nyeri akan semakin parah
(Psoas Sign).
4) Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin parah
apabila pemeriksaan dubur dan vagina terasa nyeri.
5) Suhu dubur atau rektal yang lebih tinggi dari suhu ketiak, lebih
menunjang lagi adanya radang usus buntu.
b. Pemeriksaan Laboratorium
1) SDP: Leukositosis diatas 12.000/mm3, Neutrofil meningkat
sampai 75%,
2) Urinalisis: Normal, tetapi eritrosit/leukosit mungkin ada.
3) Foto abdomen: Dapat menyatakan adanya pergeseran, material
apendiks (fekalit), ileus terlokalisir Kenaikan dari sel darah
putih (leukosit) hingga 10.000- 18.000/mm3. Jika peningkatan
lebih dari itu, maka kemungkinan apendiks sudah mengalami
perforasi (pecah).
c. Pemeriksaan Radiologi
1) Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit.
2) Ultrasonografi (USG)
3) CT Scan
4) Kasus kronik dapat dilakukan rontgen foto abdomen, USG
abdomen dan apendikogram.
8. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan dapat dilakukan yaitu:
a. Sebelum operasi
1) Observasi
Dalam 8-12 jam telah timbulnya keluhan, tanda dan gejala
appendisitis sering kali masih belum jelas. Dalam, keadaan
ini
observasi ketat perlu dilakukan. Pasien diminta melakukan
10
tirah baring dan dipuasakan. Pemeriksaan abdomen dan
rektal saat periksaaan darah diulang secara periodik. Foto
abdomen dan toraks tegak dilakukan untuk mencari
kemungkinan adanya penyulit lain. Pada kebanyakan kasus,
diagnosis ditegakkan dengan lokalisasi nyeri didaerah kanan
bawah dalam 12 jam setelah timbulnya keluhan.
2) Intubasi bila perlu.
3) Antibiotik.
b. Operasi appendiktomi
1) Insisi menurut Mc Burney (grip incision atau muscle splitting
incision). Sayatan dilakukan pada garis yang tegak lurus pada
garis yang menghubungkan spina iliaka anterior superior
(SIAS) dengan umbilicus pada batas sepertiga lateral (titik
Mc Burney). Sayatan ini mengenai kutis, subkutis, dan fasia.
Otot-otot dinding perut dibelah secara tumpul menurut arah
serabutnya. Setelah itu akan nampak peritoneum parietal
yang disayat secukupnya untuk meluksasi sekum. Basis
apendiks dicari pada pertemuan ketiga taenia koli.
2) Insisi menurut Roux (muscle cutting incision). Lokasi dan
arah sayatan sama dengan Mc Burney, hanya sayatannya
langsung menembus otot dinding perut tanpa memperdulikan
arah serabut sampai tampak serabut.
3) Insisi parektal. Dilakukan sayatan pada garis batas lateral m.
rektus abdomen dekstra secara ventrikal dari cranial ke
kaudal sepanjang 10 cm.
c. Pasca operasi.
Perlu dilakukan observsi TTV untuk mengetahui terjadinya
perdarahan didalam, syok, hipertermi, atau gangguan pernafasan.
Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar, sehingga aspirasi
cairang lambung dapat dicegah. Baringkan pasien dalam posisi
fowler. Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi
gangguan, Selama itu pasien dipuasakan. Bila tindakan lebih
11
besar, missalnya pada perforasi atau peritonitis umum, puasa
diteruskan sampai fungsi usus kembali normal. Kemudian berikan
minum muilai 15 ml/jam selama 4- 5 jam lalu naikkan menjadi 30
ml/jam. Keesokan harinya berikan makanan saring, dan hari
berikutnya diberikan makanan lunak.
12
2. Faktor faktor yang mempengaruhi nyeri
13
f. Ansietas
Kecemasan akan meningkatkan persepsi terhadap nyeri.
Sebaliknya, nyeri dapat menyebabkan seorang individu menjadi
cemas.
g. Pola koping
Pola koping juga memberikan pengaruh terhadap individu
untuk mengatasi nyeri, dimana pola koping yang adaptif
mempermudah dalam mengatasi nyeri sedangkan pola koping yang
maladaptive menyulitkan mengatasi nyeri.
h. Dukungan keluarga dan social
Dukungan keluaga serta teman dekat memberikan dampak
positif pada individu yang mengalami respon nyeri.
3. Klasifikasi nyeri
Menurut (Rahmawati, 2019) menyatakan bahwa nyeri
diklasifikasikan menjadi dua yaitu :
a. Nyeri akut, yairu nyeri yang penyebabnya mudah diidentifikasi dan
terjadi dalam waktu pendek serta diikuti oleh peningkatan tegang
otot dan kecemasan. Hal tersebut kemudian yang dapat
meningkatkan persepsi nyeri. Misalnya terjadi luka karena
kecelakaan atau pasca operasi.
b. Nyeri kronis, merupakan nyeri yang terjadi dalam waktu yang relatif
lebih lama daripada nyeri akut, yaitu kisaran 3-6 bulan. Serta,
penyebab tidak dapat dengan mudah dikenali.
Nyeri diklasifikasikan berdasarkan waktu terdiri atas nyeri akut,
sub akut dan kronik. Nyeri akut merupakan respon normal terhadap
jaringan dan bentuk sinyal terhadao adanya cedera atau kerusakan
jaringan misalnya pasca operasi. Nyeri ini merupakan proteksi tubuh
yang berlangsung hingga penyembuhan dan gejalanya harus segera
diatasi. Selanjutnya, nyeri sub akut merupakan fase transisi yang
ditimbulkan karena adanya kerusakan jaringan yang disertai maslah
psikologis dan sosia. Umumnya nyeri tipe ini berlangsung 1-6 bulan.
Terakhir, nyeri kronik merupakan jenis nyeri yang berlangsung selama
14
lebih dari 6 bulan. Nyeri tipe ini tidak memberikan abnormalitas secara
fisik maupun indikasi klinis seperti laboratorium. Perbedaan psikososial
tiap individu, sehingga memberikan respon emosional yang berbeda
antara satu dan lainnya. Nyeri kronik dikelompokkan menjadi dua jenis,
yakni nyeri kronik tipe maligna (nyeri kanker) dan nyeri kronik tipe non
maglina seperti nyeri sakit kepala serta nyeri punggung (PULUNGAN,
2021).
4. Pengelolaan Nyeri Pada post operasi apendiktomi
Kontrol nyeri sangat penting pada pasien post operasi, nyeri yang
dibebaskan dapat mengurangi kecemasan, bernafas lebih mudah dan
dalam, dapat mentoleransi mobilisasi yang cepat. Pengkajian nyeri dan
kesesuaian analgesik harus digunakan untuk memastikan bahwa nyeri
pasien post operasi dapat dibebaskan (Setiawan, 2019)
Tujuan keseluruhan dalam pengelolaan nyeri adalah mengurangi
nyeri sebesar-besarnya dengan kemungkinan efek samping paling kecil.
Dampak nyeri post operasi akan meningkatkan stress. Dalam pengelolaan
nyeri biasanya digunakan dua manajemen, yaitu manajemen farmakologi
dan nonfarmakologi.
a. Agen Farmakologis
Manajemen farmakologi atau dengan obat-obatan adalah bentuk
pengendalian yang sering digunakan. Obat-obatan diantaranya yaitu
analgesik, macam anagesik dibagi menjadi dua yaitu analgesik
ringan yang diantaranya adalah aspirin atau salisilat, parasetamol dan
NSAID, sedangkan analgesik kuat antara lain adalah morfin, petidin,
metadon.
Pengelolaan nyeri dengan obat-obatan analgesik sangat mudah
diberikan, namun banyak yang tidak puas dengan pemberian jangka
panjang untuk nyeri. Situasi ini mendorong berkembangnya metode
nonfarmakologik untuk mengatasi nyeri. Sedangkan pengelolaan
secara nonfarmakologik yaitu berupa teknik distraksi antara lain
distraksi visual, distraksi pernafasan, distraksi intelektual dan
imajinasi terbimbing. Sedangkan teknik relaksasi antara lain nafas
15
dalam, meditasi, pijatan, musik dan aroma terapi dan teknik
stimulasi kulit yang digunakan adalah kompres dingin atau kompres
hangat.
b. Agen Non-Farmakologis
Adapun pengelolaan intensitas nyeri pasien post operasi
apendisitis meliputi latihan nafas dalam, pemberian analgesik dan
lingkungan yang nyaman.
16
1) Keluhan Utama
Klien post operasi apendiktomi biasanya mengeluh nyeri pada
luka operasi dan keterbatasan aktivitas.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien yang telah menjalani operasi pada umumnya mengeluh
nyeri pada luka operasi yang akan bertambah saat digerakkan
atau ditekan dan umumnya berkurang setelah diberi obat dan
istirahat. Keluhan dikaji dengan menggunakan PQRST. Setelah
dilakukan pengkajian Nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk
dengan skala nyeri lebih dari lima (1-10). Nyeri akan
terlokalisasi diarea operasi dapat pula menyebar di seluruh
abdomen dan paha kanan dan umumnya menetap sepanjang
hari. Nyeri mungkin dapat mengganggu aktivitas sesuai dengan
rentang toleransi masing-masing klien.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Berisi pengalaman penyakit sebelumnya, apakah memberi
pengaruh pada penyakit yang di derita sekarang serta apakah
pernah mengalami pembedahan sebelumnya.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Perlu diketahui apakah ada anggota keluarga lainnya yang
menderita sakit yang sama seperti klien, dikaji pula mengenai
adanya penyakit keturunan atau menular dalam keluarga.
5) Riwayat Psikologis
Secara umum klien dengan post operasi apendisitis tidak
mengalami penyimpangan dalam fungsi psikologis. Namun
tetap perlu dilakukan mengenai kelima konsep diri klien (citra
tubuh, identitas diri, fungsi peran, ideal diri dan harga diri).
6) Riwayat Sosial
Klien dengan post operasi apendisitis tidak mengalami
gangguan dalam hubungan sosial dengan orang lain, akan tetapi
tetap harus dibandingkan hubungan sosial klien antara sebelum
dan sesudah menjalani operasi.
17
7) Riwayat Spiritual
Pada umumnya klien yang menjalani perawatan akan
mengalami keterbatasan dalam aktivitas, begitu juga dalam
kegiatan ibadah. Perlu dikaji keyakinan klien terhadap keadaan
sakit dan motivasi auntuk kesembuhannya.
8) Kebiasaan Sehari-hari
Setelah klien menjalani operasi apendisitis pada umumnya
mengalami kesulitan dalam beraktivitas karena nyeri dan
kelemahan. Klien dapat mengalami gangguan dalam perawatan
diri (mandi, gosok gigi, perawatan kembali kedalam rentang
normal nya). Kemungkinan klien akan mengalami mual muntah
dan konstipasi pada periode awal post operasi karena pengaruh
anastasi. Intake oral dapat mulai diberikan setelah fungsi
pencernaan kembali normal. Klien juga dapat mengalami
penurunan keluaran urin karena adanya pembatasan masukan
oral. Keluaran urin akan berangsur normal setelah peningkatan
masukan oral. Pada pola istirahat klien dapat terganggu ataupun
tidak terganggu, tergantung toleransi klien terhadap nyeri yang
dirasakan.
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi :
1) Keadaan umum
Klien post operasi apendisitis mencapai kesadaran penuh setelah
beberapa jam kembali dari meja operasi, penampilan
menunjukkan keadaan sakit ringan sampai berat tergantung pada
periode akut rasa nyeri. Tanda vital pada umumnya stabil
kecuali akan mengalami ketidakstabilan pada klien yang
mengalami perforasi apendiks.
2) Sistem Pernafasan
Klien post operasi apendisitis akan mengalami penurunan atau
peningkatan frekuensi nafas (takipneu) serta pernafasan dangkal,
sesuai yang dapat ditoleransi oleh klien.
18
3) Sistem Kardiovaskuler
Umumnya klien mengalami takikardi (sebagai respon terhadap
stres dan hipovolemia), mengalami hipertensi (sebagai respon
terhadap nyeri), hipotensi (kelemahan dan tirah baring).
Pengisian kapiler biasanya normal, dikaji pula keadaan
konjungtiva, adanya sianosis dan auskultasi bunyi jantung.
4) Sistem Pencernaan
Adanya nyeri pada luka operasi di abdomen kanan bawah saat
dipalpasi. Klien post operasi apendisitis biasanya mengeluh
mual muntah, konstipasi pada awitan awal post operasi dan
penurunan bising usus, akan tampak adanya luka operasi di
abdomen kanan bawah bekas sayatan operasi. Inspeksi abdomen
untuk memeriksa perut kembung akibat akumulasi gas.
Memantau asupan oral awal klien yang beresiko menyebabkan
aspirasi atau adanya mual dan muntah. Kaji pula kembalinya
peristaltik setiap 4-8 jam. Auskultasi perut secara rutin untuk
mendeteksi suara usus kembali normal, 5-30 bunyi keras per
menit pada masing- masing kuadran menunjukkan gerak
peristaltik yang telah kembali. Tanyakan apakah klien
membuang gas (flatus), ini merupakan tanda penting yang
menunjukkan fungsi usus normal
5) Sistem Perkemihan
Awal post operasi klien akan mengalami penurunan jumlah
output urin, hal ini akan terjadi karena adanya pembatasan
intake oral selama periode awal post operasi apendisitis.
6) Sistem Muskuluskeletal
Secara umum, klien dapat mengalami kelemahan karena tirah
baring post operasi dan kekakuan. Kekuatan otot berangsur
membaik seiring dengan peningkatan toleransi aktivitas.
7) Sistem Intergumen
Akan tampak adanya luka operasi diabdomen kanan bawah
karena insisi bedah disertai kemerahan (biasanya pada awitan).
19
8) Sistem persarafasan
Umumnya, klien tidak mengalami penyimpangan dalam
persarafan. Pengkajian fungsi persarafan meliputi tingkat
kesadaran, saraf kranial dan reflek.
9) Kenyamanan Nyeri
insisi akut menyebabkan penderita menjadi cemas dan mungkin
bertanggungjawab atas perubahan sementara tanda vital. Kaji
nyeri penderita dengan skala nyeri.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah
kesehatan yang aktual dan potensial. Yang dimaksud dengan masalah
aktual adalah masalah yang ditemukan pada saat dilakukan pengkajian.
Sedangkan masalah potensial adalah kemungkinan akan timbul kemudian
(Indrawan, 2019)
Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien post op
apendiktomi (Tim Pokja SDKI DPP PPNI., 2017). Dengan data yang
mendukung adalah :
1. Nyeri akut berhubungan dengan :
a. Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma
b. Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
c. Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik
berlebihan)
2. Resiko infeksi berhubungan dengan :
a. Penyakit kronis (mis. Diabetes mellitus)
b. Efek prosedur invasive
c. Malnutrisi
d. Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan
e. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer :
1) Gangguan peristaltic
2) Kerusakan integritas kulit
20
3. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan bagian dari fase
pengorganisasian dalam proses keperawatan sebagai pedoman untuk
mengarahkan tindakan keperawatan dalam usaha membantu,
memecahkan masalah atau untuk memenuhi kebutuhan klien (Tim Pokja
SIKI DPP PPNI., 2017).
Tabel 2.1
Diagnosis (SDKI), Luaran (SLKI), dan Intervensi (SIKI)
21
analgetik
Terapeutik:
a. Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis,
akupresur, terapi
musik, biofeedback,
terapi pijat,
aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
b. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis. suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
c. Fasilitasi istirahat
dan tidur
d. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi :
a. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
b. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
c. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
d. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
e. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
22
analgetik, Jika perlu
Intervensi dukungan :
Terapi relaksasi
Observasi :
a. Identifikasi
penurunan tingkat
energy, ketidak
mampuan
berkonsentrasi, atau
gejala lain yang
mengganggu
kemampuan kognitif
b. Identifikasi teknik
relaksasi yang
pernah efektif
digunakan
c. Identifikasi
kesediaan,
kemampuan dan
penggunaan teknik
sebelumnya
d. Periksa ketegangan
otot, frekuensi nadi,
tekanan darah, dan
suhu sebelum dan
sesudah latihan
e. Monitir respons
terhadap terapi
relaksasi
Terapeutik :
a. Ciptakan lingkungan
tenang dan tanpa
gangguan dengan
pencahayaan dan
suhu ruang nyaman,
jika memungkinkan
b. Berikan in formasi
tertulistentang
persiapan dan
prosedur teknik
relaksasi
c. Gunakan pakaian
longgar
d. Gunakan nada suara
lembut dengan
23
irama lambat dan
berirama
e. Gunakan relaksasi
sebagai strategi
penunjang dengan
analgetik atau
tindakan medis lain,
jika sesuai
Edukasi :
a. Jelaskan tujuan,
manfaat, batasan,
dan jenis relakasasi
yang tersedia (mis.
Napas dalam)
b. Jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi
yang dilakukan
c. Anjurkan
mengambil posisi
nyaman
d. Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
relaksasi
e. Anjurkan sering
mengulangi atau
melatih teknik yang
dipilih
f. Demonstrasikan dan
latih teknik relaksasi
(mis.napas dalam)
4. Implementasi keperawatan
Implementasi atau Pelaksanaan keperawatan adalah realisasi dari
perencanaan tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan meliputi pengumpulan data
berkelanjutan, mengobservasi respons klien selama dan sesudah
pelaksanaan tindakan serta menilai data yang baru (Sari, 2020)
5. Evaluasi keperawatan
Menurut Rohmah dan Walid (2014) evaluasi adalah penilaian
dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien (hasil yang
diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan (Sari, 2020).
24
Untuk memudahkan perawat dalam melakukan evaluasi atau
memantau perkembangan pasien, digunakan komponen Penggunaannya
tergantung dari kebijakan setempat. Adapun pengertian SOAP adalah
sebagai berikut:
S : Data subjektif Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih
dirasakan oleh pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan
O : Data objektif Data berdasarkan hasil pengamatan perawat secara
langsung kepada pasien dan yang dirasakan pasien setlah dilakukan
tindakan keperawatan
A : Analisis Interpretasi dari data subjektif dan data objektif. Analisis
merupakan diagnosis keperawatan yang masih terjadi atau juga dapat
dituliskan masalah/diagnosis baru yang terjadi akibat perubahan status
kesehatan pasien yang telah teridentifikasi datanya dalam data subjektif
dan objektif
P : Planning Perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan,
dihentikan, dimodifikasi atau ditambahkan dalam rencana tindakan
keperawatan yang telah di tentukan sebelumnya.
25
5) Melemaskan otot untuk menurunkan ketegangan dan kejenuhan
yang biasanya menyertai nyeri
c. Indikasi
1) Pasien yang mengalami nyeri akut tingkat ringan sampai dengan
sedang akibat penyakit yang kooperatif
2) Pasien dengan indikasi nyeri kronis
3) Pasien dengan nyeri pasca operasi
4) Pasien yang mengalami stress
d. Tahap pra interaksi
1) Membaca status klien
2) Mencuci tangan
3) Mempersiapkan alat dan bahan : satu bantal
e. Tahap orientasi
1) Memberikan salam terapeutik
2) Melakukan evaluasi atau validasi terhadap kondisi klien
3) Melakukan kontrak waktu, tempat dengan klien
4) Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan
pada klien
5) Memasang sampiran
f. Tahap kerja
1) Ciptakan lingkungan yang tenang
2) Usahakan tetap rileks dan tenang
3) Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan
udara melalui hitungan 1,2,3
4) Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil
merasakan ekstrimitas atas dan bawah rileks
5) Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
6) Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui
mulut secara perlahan-lahan
7) Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks
8) Usahakan agar tetap konsentrasi
26
9) Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa
berkurang
10) Latihan dilakukan dalam 2 sesi yaitu pada pagi haripukul 09.00
dan siang hari pukul 13.00. setiap sesi latihan nafas dalam
dilakukan sebanyak 3 kali
g. Tahap terminasi
1) Evaluasi hasil kegiatan
2) Lakukan kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
3) Mencuci tangan
h. Dokumentasi
1) Catat waktu pelaksanaan tindakan
2) Catat respon klien terhadap teknik distraksi
Adapun pengelolaan intensitas nyeri klien dengan post
appendiktomy yaitu dengan farmakologi dan nonfarmakologi.
Pengelolaan intensitas nyeri dengan nonfarmakologi antara lain adalah
Relaksasi nafas dalam, Teknik Relaksasi nafas dalam ini dipercaya dapat
menurunkan intensitas nyeri.
27
BAB III
METODE PENELITIAN
28
C. Fokus Sudi Kasus
1. Gangguan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman nyeri pada Tn.M post
operasi apendiktomi di Ruang Melati RSUD Kota Kendari
2. Penerapan teknik relaksasi napas dalam pada Tn.M post operasi
apendiktomi dengan kebutuhan rasa nyaman nyeri
D. Definisi Operasional
1. Post operasi apendiktomi dalam penelitian ini adalah pasien yang telah
diberikan tindakan pembedahan yaitu apendiktomi.
2. apendiktomi adalah operasi pengangkatan atau pembedahan pada
apendix vermiformis yang telah terinfeksi.
3. Rasa nyaman nyeri adalah sesuatu yang sangat subjektif dan tidak ada
ukuran yang objektif padanya, sehingga hanyalah orang yang
merasakannya yang paling akurat dan tepat dalam mendefinisikan
nyeri.
4. Penataklasanaan nyeri non farmakologi yang dilakukan adalah dengan
teknik relaksasi napas dalam yang dalam hal ini perawat mengajarkan
kepada klien teknik melakukan relaksasi napas dalam untuk
menurunkan rasa nyeri.
5. Studi kasus dengan menggunakan asuhan keperawatan adalah
rangkaian proses keperawatan pada individu yang mengalami
gangguan metabolisme dengan melalui pengkajian, menetapkan
diagnosis, menyusun intervensi, melakukan implementasi, serta
melakukan evaluasi pada klien
E. Instrumen
Instrumen studi kasus atau disebut alat pengumpulan data :
1. Format pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi
keperawatan
2. Format informed consent
3. Format standar operasional prosedur (SOP)
29
F. Tempat dan Waktu
Studi kasus ini dilakukan pada tanggal 20 Juni sampai 23 Juni 2022 di
Ruang Melati RSUD Kota Kendari.
30
I. Etika Penelitian
Dalam melakukan pembuatan studi kasus ini peneliti perlu melihat
kembali poin-poin penting dalam penyusunan studi kasus ini salah satunya
adalah etika dalam penelitian. Dimana perlu adanya rekomendasi dari
pihak institusi atas pihak lain dengan mengajukan permohonan izin kepada
instantsi tempat pembuatan studi kasus ini di ruang Melati RSUD Kota
Kendari. Setelah mendapatkan persetujuan maka dilakukanlah dengan
menelan masaalah etika yang meliputi :
1. Informed consent (persetujuan menjadi klien)
Diberikan kepada responden yang akan diteliti disertai judul studi
kasus ini apa bila responden menerima atau menolak, maka peneliti
harus mampu menerima keputusan responden.
2. Anonimity (Tanpa nama)
Untuk menjaga keamanan, kebersihan dan kerahasiaan. Studi
kasus ini tidak akan menyebutkan nama asli responden dan tetap akan
menggantikanya menjadi inisial atau kode responden.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Data klien digunakan hanya sebagai studi kasus dalam
pengelolaan klien post op Apendictomy. Kerahasiaan informal respon
dijamin oleh peneliti dan hanya data-data tertentu yang akan
dilaporkan sebagai hasil studi kasus
4. Baneficience
Studi kasus ini melindungi subyek agar terhindar dari bahaya dan
ketidaknyamanan fisik.
31
BAB IV
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini diuraikan pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien Tn.M usia
20 tahun dengan diagnosa medis post operasi apendiktomi di Ruang Melati RSUD
Kota Kendari dimulai sejak tanggal 20 Juni 2022 sampai tanggal 23 Juni 2022.
Pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan secara bertahap di awali dengan
pengkajian, perumusan masalah keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi yang disebut sebagai proses keperawatan, selanjutnya dijabarkan
sebagaimana uraian-uraian di bawah ini:
A. Hasil Studi Kasus
Asuhan keperawatan pada klien dengan post operasi apendiktomi dalam
pemenuhan kebutuhan rasa nyaman nyeri di ruang melati RSUD Kota
Kendari.
Nomor rekam medis : 23 81 87
Tanggal masuk rumah sakit : 18 Juni 2022
Tanggal pengkajian : 20 Juni 2022
Sumber informasi : Orang Tua Klien
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Pasien berinisial Tn.M berjenis kelamin laki-laki berusia 20 tahun,
lahir pada 14 Januari 2002, menganut agama islam, suku tolaki,
pendidikan saat ini yaitu mahasiswa, alamat rumah di kambu, tanggal
masuk rumah sakit 18 Juni 2022, pukul 16:00 WITA. Tanggal operasi
19 Juni, pukul 09:00-10:00 WITA, tanggal pengkajian 20 Juni 2022.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama : Saat di kaji Klien mengeluh nyeri pada bagian
perut kanan bawah di tempat yang telah dioperasi
2) Riwayat Keluhan
P : klien mengatakan karena adanya luka insisi pasca operasi
Q : klien mengatakan nyeri seperti tertusuk-tusuk
R : Daerah perut kanan bagian bawah
32
S : Skala nyeri 6
T : Terjadi tiba-tiba
3) Riwayat Kesehatan Sekarang : Tn.M masuk Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Kendari pada tanggal 18 Juni 2022, pukul 16:00 WITA,
klien dioperasi tanggal 19 Juni 2022, pukul 09:00-10:00 dan dirawat
diruang melati kamar C.1. Saat pengkajian post operasi tanggal
20 Juni 2022 pukul 08:30 WITA keluhan utama klien yaitu klien
mengatakan nyeri pada perut kanan bawah bagian luka operasi,
kualitas nyeri seperti tertusuk tusuk, gambaran skala nyeri 6 (sedang)
waktu terjadinya nyeri tidak menentu. Saat dikaji tekanan darah
140/100 mmHg, pernapasan 22x/menit, nadi 87x/menit dan suhu
36,5°C.
4) Riwayat Kesehatan Masa Lalu : Pada pengkajian riwayat kesehatan
masa lalu klien mengatakan tidak pernah di rawat di rumah sakit.
Klien tidak memiliki riwayat alergi obat-obatan, makanan, dan
minuman. Klien mengatakan tidak ada kebiasaan merokok, minum
alcohol, minum kopi, dan minum obat-obatan.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga : Saat dikaji klien mengatakan tidak
ada anggota keluarga yang menderita penyakit serupa.
d. Genogram :
20
33
Keterangan
Laki – laki :
Perempuan :
Meninggal :
Pasien :
Garis keturunan :
Tinggal serumah :
34
7) Hidung : hidung kiri dan kanan simetris, tidak ada secret, tidak
ada peradangan dan pendarahan, tidak ada nyeri, fungsi penciuman
normal (mampu mencium bau-bauan)
8) Tenggorokan dan mulut : fungsi berbicara normal, bibir lembab,
tidak ada gigi palsu, tidak ada nyeri saat menelan.
9) Leher : tidak ada pembekakan kelenjar tiroid, tidak ada
pemebesaran kelenjar limfe, tidak ada pelebaran vena jungularis,
mobilitas leher baik.
10) Thoraks dan paru-paru : bentuk dada simetris, pengembangan dada
baik, retraksi dinding dada baik, tidak ada tanda jejas, tidak ada
masa, suara nafas normal (tidak ada penambahan suara nafas),
tidak ada nyeri dada.
11) Abdomen : Terdapat luka post operasi apendiktomi diperut kanan
bawah yang tertutup perban dengan kondisi perban baik dan bersih.
Bising usus 10 X/ menit, terdapat nyeri tekan.
12) Ekstremitas : Pada ekstremitas atas terpasang IV line RL di tangan
sebelan kanan 20 tetes/menit, turgor kulit lembab, dan tidak ada
jejas, tidak ada oedema, ekstreminas bawah tidak ada oedema,
turgor kulil baik, tidak adanya jejas dikaki.
f. Pengkajian Kebutuhan Dasar
1) Kebutuhan Kenyamanan
Tn.M mengatakan nyeri pada perut kanan bawah bagian luka
insisi pasca operasi, klien nampak menjerit dan mengatan sakit,
klien Nampak meringis, pencetus nyeri tiba-tiba, karakteristik nyeri
tertusuk-tusuk, intensitas nyeri hilang timbul, durasi nyeri tiba-tiba,
klien mengatakan kesulitan untuk beraktivitas ketika sedang
mengalami nyeri.
2) Kebutuhan Nutrisi Dan Cairan
Sebelum sakit Tn.M mengatakan frekuensi makan sebanyak 2
kali sehari, pagi dan malam hari, porsi makanan yang dihabiskan
sebanyak 1 porsi dengan menu makan nasi, sayur mayur dan lauk
pauk.
35
3) Kebutuhan Istirahat Tidur
Klien mengatakan sulit tidur, klien mengatakan sering terjaga
saat malam hari karena nyeri yang dirasakan pada daerah perut
kanan bawah akibat luka insisi pasca operasi. Jumlah jam tidur ±
30 menit dan jumlah tidur malam ± 3 jam.
4) Kebutuhan Personal Hygiene
Sebelum sakit Tn.M mengatakan mandi sebanyak 2 kali dalam
sehari yaitu di waktu pagi dan sore hari, klien mengatakan
menyiapkan pakaian sendiri serta memakai pakaian secara mandiri.
Setelah sakit Tn.M mengatakan frekuensi mandi sebanyak 2 kali
sehari dalam satu hari pada pagi hari dan sore hari dengan bantuan
orang tua dengan cara membasahi badan menggunakan lap basah
pada seluruh badan.
5) Kebutuhan Eliminasi
Sebelum sakit Tn.M mengatakan BAB ± 2 kali sehari dengan
konsistensi feses sedikit keras dan frekuensi BAK ± 4 kali sehari
dengan kondisi urin sedikit kuning. Setelah sakit Tn.M mengatakan
BAB ± 2 kali sehari dengan konsistensi sedikit keras dan BAK ±
4 kali sehari.
6) Kebutuhan Aktivitas
Tn.M mengatakan sebelum sakit mampu berjalan dengan baik,
mampu merubah posisi secara mandiri. Setelah sakit Tn.M
mengatakan hanya dapat berbaring di tempat tidur.
7) Kebutuhan Psikososial
Tn.M mengatakan harapan terhadap penyakitnya yaitu agar
cepat sembuh, interaksi Tn.M dengan orang terdekat baik serta
hubungan klien dengan tenaga kesehatan selama dirawat sangat
bai.
8) Kebutuhan Spiritual
Tn.M mengatakan sebelum sakit dia selalu beribadah 5 waktu
dan setelah sakit Tn.M mengatakan dapat melakukan ibadah di
tempat tidur.
36
g. Pemeriksaan penunjang
Tabel 4.1
Hematologi
Pemeriksaan
37
MPV 6.5 4.0-15.2 fL
PDW 17.8 15.0-18.0 %
LED L<10,P<20 Per Jam
CT 3-7 Menit
BT 1-3 Menit
h. Tindakan medic/pengobatan
Terapi yang didapatkan klien di ruang melati yaitu :
1) Terapi infus ringer laktat 20 tetes per menit,
2) Cephaflox 1 Amp/IV/12 jam.
3) Ranitidine 1 Amp/IV/8 jam.
4) Keterolac 1 Amp/IV/8 jam..
2. Klasifikasi Data
a. Data Subjektif :
1) Klien mengatakan nyeri diperut kanan bawah pasca operasi
2) Klien mengatakan hal yang meringankan nyeri adalah istirat
P : klien mengatakan nyeri karena adanya luka insisi pasca operasi
Q : klien mengatakan seperti tertusuk-tusuk
R : daerah perut kanan bagian bawah
S : skala nyeri 6 (sedang)
T : terjadi tiba-tiba
b. Data Objektif :
1) Nampak klien meringis
2) Nampak klien lemah
3) Nampak klien menjerit menyebut sakit akibat nyeri
TTV :
TD : 140/100 RR : 22 X/menit
N : 87 X/menit S : 36oC
38
3. Analisa Data
Nama pasien : Tn.M
Ruang perawatan : Melati
No.RM : 23 81 87
Diagnosa Medik : Post Operasi Apendiktomi
Tabel 4.2
Analisa Data
39
3) Nampak klien
berteriak
menyebut sakit
akibat nyeri
TTV :
TD : 140/100
RR : 22 X/menit
N : 87 X/menit
S : 36oC
4. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik ditandai dengan
:
Data Subjektif :
1) Klien mengatakan nyeri diperut kanan bawah pasca operasi
2) Klien mengatakan hal yang meringankan nyeri adalah istirahat
P : klien mengatakan nyeri karena adanya luka insisi pasca operasi
Q : klien mengatakan nyeri seperti tertusuk-tusuk
R : daerah perut kanan bawah pasca operasi
S : skala 6 (sedang)
T : terjadi tiba-tiba
Data Objektif :
1) Nampak klien meringis
2) Nampak klien lemah
3) Nampak klien berteriak menyebut sakit akibat nyeri
TTV :
TD : 140/100 RR : 22 X/menit
N : 87 X/menit S : 36oC
40
5. Intervensi Keperawatan
Nama pasien : Tn.M
Ruang perawatan : Melati
No.RM : 23 81 87
Diagnosa Medik : Post Operasi Apendiktomi
Intervensi Keperawatan
41
nonfarmakologi)
6. Implementasi Keperawatan
Nama pasien : Tn.M
Ruang perawatan : Melati
No.RM : 23 81 87
Diagnosa Medik : Post Operasi Apendiktomi
42
mendengarkan 1) Masalah belum
11.45 8. Mengajarkan teknik relaksasi teratasi
napas dalam yang dimana
a. Anjurkan rileks dan
P:
tenang
b. Menarik nafas dalam dari 1) Intervensi 1, 2, 3, 4,
hidung dan mengisi paru- 5, 6, 7, 8, 9 dan 10di
paru dengan udara melalui lanjutkan
hitungan 1,2,3
c. Perlahan-lahan udara
dihembuskan melalui
mulut sambil merasakan
ekstrimitas atas dan
bawah rileks
d. Anjurkan bernafas dengan
irama normal 3 kali
e. Menarik nafas lagi
melalui hidung dan
menghembuskan melalui
mulut secara perlahan-
lahan
f. Membiarkan telapak
tangan dan kaki rileks
g. Usahakan agar tetap
konsentrasi
h. Anjurkan untuk
mengulangi prosedur
hingga nyeri terasa
berkurang
Hasil : Klien mampu mengikuti
teknik relaksasi napas dalam
secara perlahan-lahan
13.00 9. Menilai kemampuan
menggunakan teknik
nonfarmakologis
Hasil : jika nyeri tiba klien
belum dapat memfokuskan
teknik relaksasi napas dalam
untuk meredahkan nyeri
13.20 10.Mengkolaborasikan
pemberian analgetik
Hasil : Terapi infus Ringer
Laktat 20 tetes/menit, keterolac
1 gr/IV/8 jam.
43
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Hari Ke-2
44
b. Menarik nafas dalam dari
hidung dan mengisi paru-
paru dengan udara melalui
hitungan 1,2,3
c. Perlahan-lahan udara
dihembuskan melalui
mulut sambil merasakan
ekstrimitas atas dan
bawah rileks
d. Anjurkan bernafas dengan
irama normal 3 kali
e. Menarik nafas lagi
melalui hidung dan
menghembuskan melalui
mulut secara perlahan-
lahan
f. Membiarkan telapak
tangan dan kaki rileks
g. Usahakan agar tetap
konsentrasi
h. Anjurkan untuk
mengulangi prosedur
hingga nyeri terasa
berkurang
Hasil : Klien mampu mengikuti
arahan perawat
18.00 9. Menilai kemampuan
menggunakan teknik
nonfarmakologis
Hasil : jika nyeri tiba klien
sudah dapat memfokuskan
teknik relaksasi napas dalam
untuk meredahkan nyeri
18.10 10. Mengkolaborasikan
pemberian analgetik
Hasil : Terapi infus Ringer
Laktat 20 tetes/menit, keterolac
1 gr/IV/8 jam.
45
Implementasi Keperawatan Hari Ke-3
46
hidung dan mengisi paru-
paru dengan udara melalui
hitungan 1,2,3
c. Perlahan-lahan udara
dihembuskan melalui mulut
sambil merasakan
ekstrimitas atas dan bawah
rileks
d. Anjurkan bernafas dengan
irama normal 3 kali
e. Menarik nafas lagi melalui
hidung dan menghembuskan
melalui mulut secara
perlahan-lahan
f. Membiarkan telapak tangan
dan kaki rileks
g. Usahakan agar tetap
konsentrasi
h. Anjurkan untuk mengulangi
prosedur hingga nyeri terasa
berkurang
Hasil : Klien mampu mengikuti
arahan perawat dengan mandiri
47
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil studi kasus dan tujuan penulisan studi kasus ini, maka
penulis akan membahas tentang kesenjangan antara teori dengan hasil studi
kasus penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien Post Operasi
Apendiktomi dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman nyeri di Ruang
Melati RSUD Kota Kendari yang dilakukan pada tanggal 20 Juni 2022
sampai tanggal 23 Juni 2022 yang meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi
keperawatan.
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal proses keperawatan dan merupakan
suatu proses dimana data yang berkaitan dengan klien dikumpulkan secara
sistematis. Pengkajian digunakan untuk mengenali dan mengidentifikasi
masalah dan kebutuhan kesehatan klien secara keperawatan baik fisik,
mental, social, dan lingkungan (Setiawan, 2019).
Pengumpulan data yang dilakukan peneliti saat pengambilan kasus
pada tanggal 20 Januari 2022 pukul 08:30 WITA dengan wawancara,
observasi langsung serta pemeriksaan fisik. Hasil yang didapatkan yaitu
klien mengeluh nyeri diperut kanan bawah akibat adanya luka insisi pasca
operasi, nampak klien berteriak mengatakan sakit akibat nyeri, nyeri yang
dirasakan skala 6 (sedang), keadaan umum klien lemah, kesadaran
composmentis, di dapatkan tanda-tanda vital tekanan darah 140/100
mmHg, pernapasan 22 x/m, nadi 87 x/m dan suhu 36,5°C.
Jika dibandingkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hendra
Setiawan pada tahun 2019 yang melakukan penelitian dengan kasus post
operasi apendiktomi di dapatkan data yang sama yaitu berupa nyeri pada
daerah perut kanan bawah akibat luka insisi yang pasca operasi, klien juga
sulit rileks/gelisah, dan nyeri yang dirasakan skala 6 (sedang) hingga skala
7 (berat) (Setiawan, 2019). Dari penelitian tersebut membuktikan bahwa
tidak terjadi kesenjangan data subjektif dan objektif antara penelitian yang
48
dilakukan oleh peneliti sebelumnya dengan penelitian yang tengah
dilakukan oleh peneliti.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang biasa di tegakkan pada penderita pasien
post operasi apendiktomi yaitu berupa resiko pendarahan, resiko syok,
gangguan pernafasan, resiko infeksi, dan nyeri (Awaluddin, 2020).
Dari data pengkajian yang didapatkan peneliti tidak semua diagnosa
keperawatan yang ada dalam teori terdapat pada pasien. Adapun diagnosa
keperawatan yang tidak terdapat pada studi kasus ini yaitu resiko
perdarahan, resiko syok, gangguan pernapasan, dan resiko infeksi.
Alasan mengapa diagnosa tersebut tidak di munculkan karena kondisi
yang klien alami tidak cukup untuk mengangkat diagnosa yang lain.
Adapun diagnosa lain bisa muncul dapat diakibatkan oleh nyeri.
timbulnya nyeri inilah yang membuat masalah kebutuhan yang lain
tergangu. Ketika nyeri akut sudah teratasi maka diagnosa atau kebutuhan
yang lain juga akan kembali normal.
Maka peneliti mengangkat diagnosa keperawatan sesuai data
pengkajian atau kondisi klien yaitu nyeri akut b.d agen pencedera fisik.
3. Intervensi Keparawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang di kerjakan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai luaran (outcome) yang diharapkan. (PPNI, 2018)
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan konsep teori yang telah
dapat diterapkan secara actual terhadap pasien post operasi apendiktomi
dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman.
Tujuan intervensi keperawatan terhadap diagnosa keperawatan nyeri
akut b.d agen pencedera fisik yaitu setelah dilakukan intervensi
keperawatan selama 3x24 jam maka tingkat nyeri menurun dengan kriteria
hasil berdasarkan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) : keluhan
nyeri dari meningkat menjadi menurun, meringgis dari meningkat menjadi
49
menurun, gelisah dari meningkat menjadi membaik tekanan darah dari
memburuk menjadi membaik, kemampuan menggunakan teknik
nonfarmakologis teknik relaksasi napas dalam dari menurun menjadi
meningkat (PPNI,2018).
Berdasarkan tujuan dari kriteria hasil tersebut kemudian penulis
menyusun intervensi keperawatan berdasarkan SIKI (Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia) yaitu teknik relaksasi napas dalam : identifikasi
lokasi, karakterristik, frekuensi nyeri, mengidentifikasi skala nyeri,
jelaskan strategi meredakan nyeri, menganjurkan rileks dan tenang,
menganjurkan menarik napas melalui perhitungan 1,2,3, perlahan lahan
menganjurkan menghembuskan melalui mulut sambil merasakan rileks
guna mengalihkan nyeri, anjurkan memonitor nyeri secara mandiri dan
kolaborasi pemberian analgetik (Purbalingga, 2018).
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi atau Pelaksanaan keperawatan adalah realisasi dari
perencanaan tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan meliputi pengumpulan data
berkelanjutan, mengobservasi respons klien selama dan sesudah
pelaksanaan tindakan serta menilai data yang baru (Sari, 2020).
Berdasarkan masalah keperawatan tersebut peneliti melakukan
implementasi selama 3 hari atau 3x24 jam sesuai dengan intervensi yang
telah dibuat dengan memperhatikan aspek tujuan dan kriteria hasil dalam
rentang yang telah ditentukan. Adapun intervensi keperawatan yang telah
ditentukan berdasarkan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
yaitu : teknik relaksasi napas dalam.
Dalam jurnal penelitian yang dilakukan oleh Permatasari pada tahun
2015 menunjukan bahwa intervensi manajemen nyeri salah satu
tindakannya adalah terapi relaksasi napas dalam dapat membantu
menurunkan tingkat nyeri bagi pasien dengan kasus post operasi
apendiktomi (Permatasari, 2015), hal ini dapat sejalan dengan intervensi
pada penelitian ini yang menerapkan intervensi manajemen nyeri salah
50
satunya adalah terapi relaksasi napas dalam dengan berkolaborasi
pemberian obat analgetik.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon klien setelah dilakukan
intervensi keperawatan dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang
telah di berikan. Evaluasi keperawatan adalah kegiatan terus menerus
dilakukan untuk menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan
bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan , merevisi rencana atau
menghentikan rencana keperawatan (Manurung,2017).
Evaluasi keperawatan pada Tn.M dilakukan dengan metode SOAP
(subyektif, obyektif, analisis, dan planning), metode ini digunakan untuk
mengetahui keefektifan dari tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai
tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan.
Evaluasi keperawatan untuk diagnosa nyeri akut, pada hari pertama
selasa 21 Juni 2022 pukul 11:00 WITA yaitu klien mengatakan nyeri pada
bagian perut kanan bawah akibat adanya luka insisi pasca operasi, klien
mengatakan nyeri tertusuk tusuk, nampak klien pucat, lemah, meringis,
masalah klien belum teratasi, memgajarkan klien teknik relaksasi napas
dalam dan intervensi di lanjutkan.
Evaluasi keperawatan pada hari kedua Rabu, 22 Juni 2022 pukul
16:00 WITA yaitu klien mengatakan nyeri dibagian perut kanan bawah
akibat adanya luka insisi pasca operasi berkurang, klien mengatakan nyeri
yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk berkurang, nampak klien pucat
berkurang, nampak klien lemah berkurang, nampak klien meringis
berkurang, masalah belum teratasi, mengajarkan teknik relaksasi napas
dalam dan intervensi dilanjutkan.
Evaluasi keperawatan hari ketiga kamis, 23 Juni 2022 pukul 19:00
WITA yaitu keadaan klien sudah membaik, klien mengatakan tidak
merasakan nyeri lagi, klien mampu melakukan teknik relaksasi napas
dalam secara mandiri, masalah teratasi dan intervensi dihentikan.pasien
dipulangkan.
51
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan studi kasus melalui pendekatan proses keperawatan di
RSUD Kota Kendari tanggal 20-23 Juni 2022 dengan mengacu pada tujuan
yang dicapai, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Dalam pengkajian keperawatan Tn.M semua aspek bio, psiko, sosial,
spiritual, dan kultural harus dikaji dan melibatkan kerja sama keluarga
untuk mendapatkan data yang lengkap dan akurat karena setiap individu
memberikan respon yang berbeda-beda terhadap stimulus baik internal
maupun eksternal sehingga membutuhkan kejelian dalam menilai setiap
respon atau gejala yang di tampakkan oleh klien serta memerlukan
kepekaan dan kemampuaan khusus dalam menginterpretasikan dan
menganalisa data pada klien dengan Apendiktomi dalam pemenuhan
kebutuhan rasa nyaman nyeri.
2. Pada tahap diagnosa keperawatan, penulis menegakkan diagnosa
keperawatan berdasarkan data-data yang didapatkan pada klien sesuai
dengan kondisi dan keadaan klien pada saat itu serta berdasarkan teori
yang ada, kemudian diperioritaskan berdasarkan kebutuhan dasar manusia
menurut maslow dan keluhan klien yang betul-betul mengancam
kesehatan klien. Diagnosa yang diangkat berdasarkan data yang diperoleh
yaitu Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisik.
3. Pada tahap perencanaan, penulis membuat dan menyusun rencana
tindakan yang disusun berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SIKI) yaitu teknik relaksasi napas dalam dengan kriteria hasil
berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) nyeri
berkurang dan disesuaikan dengan kebutuhan dan masalah klien untuk
mengatasi masalah pada pasien apendiktomi berdasarkan ilmu dan
prosedur tindakan keperawatan
4. Pada tahap implementasi dalam melakukan asuhan keperawatan,
disesuaikan dengan rencana tindakan asuhan keperawatan yang dibuat
52
berdasarkan aplikasi teori SDKI, SLKI, dan SIKI sehingga tidak terjadi
kesenjangan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
5. Pada tahap evaluasi, setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan
selama 3 hari dan kemudian dievaluasi akhir pada tanggal 23 Juni 2022
dengan hasil nyeri hilang dan klien mampu mengatasi nyeri secara efektif.
B. Saran
Dengan memperhatikan kesimpulan diatas, peneliti memberi saran
sebagai berikut :
1. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan memberikan pelayanan kepada pasien lebih optimal dan
meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
2. Bagi institusi pendidikan
Memberikan kemudahan dalam pemakaian sarana dan prasarana
yang merupakan fasilitas bagi mahasiswa untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dan keterampilan dalam melalui praktek klinik dan
pembuatan laporan.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan peneliti dapat menggunakan atau memanfaatkan waktu
lebih efektif, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien
secara optimal.
53
DAFTAR PUSTAKA
Arifuddin, A., Salmawati, L., & Prasetyo, A. (2017). Faktor Resiko Kejadian
Apendisitis di Bagian Rawat Inap RSU Anutapura Palu. Jurnal Preventif,
8(1), 26–33.
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/Preventif/article/view/8344
Ayu Mira Darma Yani Martini Listrikawati, S.Kep., Ns, M. K. (2021). Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Apendiktomy Dengan Gangguan Pemenuhan
Kebutuhan Aman Dan Nyaman. 6.
Rahmawati. (2019). Penerapan Teknik Relaksasi Nafas Dalam Pada Pasien Post
Operasi fraktur tibia Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman
Nyaman Di Rsud. Karya Tulis Ilmiah.
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1983/9/KTI LUTFIANA.pdf
Simamora, F. A., & Dkk. (2018). Jurnal kesehatan ilmiah indonesia (indonesian
health scientific journal). Jurnal Kesehatan Ilmiah Indonesia, 3(2), 22–28.
54
TANJUNG, A. A. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien Yang Mengalami
Post Operasi Apendisitis Dengan Kerusakan Integritas Kulit Dalam
Penerapan Perawatan Luka. 151–156.
Wahyu Widodo, Neli Qoniah. (2020). Penerapan Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Menurunkan Intensitas Nyeri Pada Pasien Appendicitis Di Rsud Wates.
Nursing Science Journal (NSJ), 1(1), 25–28.
https://doi.org/10.53510/nsj.v1i1.17
55
Lampiran Dokumentasi Kegiatan Asuhan Keperawatan Pada Tn.M Di
Ruang Melati Rsud Kota Kendari
1. Melakukan pengkajian dan menerapkan intervensi kepada pasien Tn.M
56
Lampiran surat izin penelitian
57
Lampiran surat telah melakukan penelitian
58
Lampiran surat bebas administrasi
59
Lampiran bebas pustaka
60
Lampiran surat badan penelitian dan pengembangan
61
Lampiran surat informant consent
62
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN
63
4. Riwayat alergi : ya/tidak, terhadap zat/ obat/
minuman/ makanan:
5. Kebiasaan/ketergantungan terhadap zat:
a. Merokok (berapa batang sehari) :
b. Minum alcohol : Lamanya:
c. Minum kopi : Lamanya:
d. Minum obat-obatan : Lamanya:
IV. Riwayat Keluarga/ Genogram (diagram 3 generasi)
a. Buat genogram 3 generasi ( lembaran sendiri )
b. Riwayat kesehatan anggota keluarga
1. Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit serupa :
2. Apakah ada keluarga yang mempunyai penyakit menular atau menurun :
V. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda vital
1. Tekanan darah : mmHg
2. Pernapasan : kali/menit, irama :
3. Nadi : kali/menit, regular/ireguler :
kekuatan :
4. Suhu badan : °C
5. Berat badan dan tinggi badan
a. Berat badan : Kg
b. Tinggi badan : Cm
c. IMT :
b. Kepala
1. Bentuk kepala :
2. Keadaan kulit kepala :
3. Nyeri kepala/pusing :
4. Distribusi rambut :
5. Rambut mudah tercabut :
6. Alopesia :
7. Lain-lain :
c. Mata
1. Kesimetrisan :
2. Edema kelopak mata :
3. Ptosis :
64
4. Sklera :
5. Konjungtiva :
6. Ukuran pupil :
7. Ketajaman penglihatan :
8. Pergerakan bola mata :
9. Lapang pandang :
10. Diplopia :
11. Photohobia :
12. Nistagmus :
13. Reflex kornea :
14. Nyeri :
15. Lain-lain :
d. Telinga
1. Kesimetrisan :
2. Sekret :
3. Serumen :
4. Ketajaman pendengaran :
5. Tinnitus :
6. Nyeri :
7. Lain-lain :
e. Hidung
1. Kesimetrisan :
2. Perdarahan :
3. Sekresi :
4. Fungsi penciuman :
5. Nyeri :
6. Lain-lain :
f. Mulut
1. Fungsi berbicara :
2. Kelembaban bibir :
3. Posisi uvula :
4. Mukosa
5. Keadaan tonsil :
6. Stomatitis :
7. Warna lidah :
65
8. Tremor pada lidah :
9. Kebersihan lidah :
10. Bau mulut :
11. Kelengkapan gigi :
12. Kebersihan gigi :
13. Karies :
14. Suara parau :
15. Kesulitan menelan :
16. Nyeri menelan :
17. Kemampuan mengunyah :
18. Fungsi mengecap :
19. Lain-lain :
g. Leher
1. Mobilitas leher :
2. Pembesaran kel. Tiroid :
3. Pembesaran kel. Limfe :
4. Pelebaran vena jugularis :
5. Trakhaea :
6. Lain-lain :
h. Thoraks
Paru-paru
1. Bentuk dada :
2. Pengembangan dada :
3. Retraksi dinding dada :
4. Tanda jejas :
5. Taktil fremitus :
6. Massa :
7. Dispnea :
8. Ortopnea :
9. Perkusi thoraks :
10. Suara nafas :
11. Bunyi nafas tambahan :
12. Nyeri dada :
13. Lain-lain :
i. Jantung
66
1. Iktus kordis :
2. Ukuran jantung :
3. Nyeri dada :
4. Palpitasi :
5. Bunyi jantung :
6. Lain-lain :
j. Abdomen
1. Warna kulit :
2. Distensi abdomen
3. Ostomy :
4. Tanda jejas :
5. Peristaltik :
6. Perkusi abdomen :
7. Massa : Lokasi :
8. Nyeri Abdomen :
9. Nyeri tekan : Lokasi :
10. Lain-lain :
k. Payudara
1. Kesimetrisan :
2. Keadaan puting susu :
3. Pengeluaran dari putting susu :
4. Massa :
5. Kulit paeu d’orange :
6. Nyeri :
7. Lesi :
8. Lain-lain :
l. Genitalia Pria
1. Keadaan meatus uretra eksterna :
2. Lesi pada genital :
3. Scrotum :
4. Pembesaran prostat :
5. Pendarahan :
6. Lain-lain :
Wanita
1. Keadaan meatus uretra eksterna :
67
2. Leukorrhea :
3. Perdarahan :
4. Lesi pada genital :
5. Lain-lain :
68
o. Ekstremitas
1. Warna kulit :
2. Tugor kulit :
3. Purpura/ekimosis : Lokasi :
4. Atropi :
5. Hipertropi :
6. Lesi :
7. Pigmentasi :
8. Luka : Lokasi : Ukuran :
9. Deformitas sendi :
10. Deformitas tulang :
11. Parastesia :
12. Tremor :
13. Varises :
14. Edema :
15. Turgor kulit :
16. Kelembaban kulit :
17. Capillary Tefilling Time (CRT) :
18. Pergerakan :
19. Rentang gerak (ROM) :
20. Kekakuan sendi :
21. Kekuatan otot :
22. Tonus otot :
23. Kekuatan sendi :
24. Nyeri :
25. Diaphoresis :
26. Akral :
27. Lain-lain :
VI. Pengkajian Kebutuhan Dasar
a. Kebutuhan Oksigenasi
1. Batuk : produktif/tidak :
2. Kemampuan mengeluarkan sputum :
3. Karakteristik sputum : jumlah :
4. Dispnea :
5. Ortopnea :
69
6. Otot bantu pernafasan :
7. Sianosis :
8. Kesulitan bicara karena sesak :
b. Kebutuhan Nutrisi
Keterangan Sebelum sakit Setelah sakit
Frekuensi makan sehari
Waktu makan
Porsi makan yang habiskan
Penggunaan alat bantu makan
Makanan pantang/yang tidak
disukai
Makanan yang disukai
Pembatasan makanan
Jenis makanan yang dibatasi
Konsumsi makanan berserat :
jenis dan jumlah
Nafsu makan
Mual
Hipersalivasi
Sensasi asam pada mulut
Muntah
Perasaan cepat kenyang
setelah makan
Dorongan Ingin Muntah
Perasaan kembung
Lain-lain
70
Jenis minuman yang tidak
disukai
Jenis minuman yang disukai
Perasaan haus
Kelemahan
Program pembatasan cairan
Lain-lain
Cairan intravena
Obat cair
Lain-lain
Total
Output cairan
Sensible water loss (SWL)
BAK outpu
BAB
Muntah
Cairan stoma
Drainase
Insesible water loss (IWL)
Pernafasan
Kulit
Peningkatak suhu tubuh
Lain-lain
Total Output cairan
71
Input cairan -output cairan
d. Kebutuhan Eliminasi
1. Buang air kecil (BAK)
Keterangan Sebelum sakit Setelah sakit
Frekwensi BAK
Pancaran Urine
Jumlah
Warna
Disuria
Nokturia : jika ya, berapa
kali saat tidur
Mengompol
Perasaan penuh pada
kandung kemih
Perasaan tuntas setelah
BAK
Urine menetes
Kesulitan memulai
berkemih
Dorongan/desakan
Keinginan berkemih
Inkontinensia urine
Distensi kandung kemih
Total reproduksi urine 24
jam
Lain-lain
Frekwensi
Konsistensi
72
Bau
Warna
Feses keluar sedikit-
sedikit dan sering
Flatulans
Nyeri saat defekasi
Sensasi penuh pada rectal
Dorongan kuat untuk
defekasi
Kemempuan menahan
defekasi
Tidak mampu menunda
defekasi
Mengejan yang kuat saat
defekasi
Kesulitan mengeluarkan
feses
Lain-lain
73
Perasaan mengantuk
Lain-lain
f. Kebutuhan aktivitas
Keterangan Sebelum sakit Setelah sakit
Mengeluh lelah
Frekuensi jantung 20% saat
istirahat
Dispenea setelah beraktivitas
Merasa lemah
Tekanan berubah lebih dari
20% saat istirahat
Perasaan kurang bertenaga
Merasa kurang berenegergi
meskipun telah tidur
Tidak dapat menyelesaikan
pekerjaan sehari-hari
Kesulitan menggerakkan
ekstremitas
Nyeri saat bergerak
Enggan melakukan
pergerakan
Merasa cemas jika bergerak
Gerakan tidak terkoordinasi
Kemampuan berjalan
Kemampuan merubah posisi
saat berbaring
Kemampuan merubah posisi :
berbaring ke duduk
Kemampuan mempertahan
posisi duduk
Kemampuan merubah posisi :
74
duduk ke berdiri
Kemampuan
memperatahankan posisi
berdiri
Kemampuan berjalan
Penggunaan alat bantu dalam
pergerakan
Dispnea setelah beraktifitas
Ketidaknyamana setelah
beraktifitas
Pergerakan lambat
Lain-lain
75
perlengkapan mandi
Kemampuan membasuh
tubuh saat mandi
Kamampuan
mengeringkan tubuh saat
mandi
Lain-lain
76
Lain-lain
77
h. Kebutuhan Keamanan
1. Riwayat paparan terhadap kontaminan :
2. Riwayat perdarahan :
3. Riwayat pemeriksaan dengan media kontras :
4. Pemasangan kateter IV dalam waktu lama :
5. Penggunaan larutan IV yang mengiritasi :
6. Penggunaan larutan IV dengan aliran yang cepat :
7. Pemasangan kateter urine dalam waktu lama :
8. Imobilisasi :
9. Luka pada kulit / jaringan :
10. Benda asing pada luka :
11. Riwayat jatuh :
12. Penyebab jatuh :
13. Kelemahan umum :
14. Lain – lain :
i. Kebutuhan Kenyamanan
1. Keluhan nyeri : Lokasi :
2. Pencetus nyeri :
3. Upaya yang meringankan nyeri :
4. Karakteristik nyeri :
5. Intensitas nyeri :
6. Durasi nyeri :
7. Dampak nyeri terhadap aktivitas :
8. Lain-lain :
j. Kebutuhan Seksualitas
Keterangan Sebelum sakit Setelah sakit
Sulit melakukan aktivitas
seksual
Perubahan aktivitas seksual
Gangguan kepuasan seksual
Penurunan hasrat sekseual
Perilaku seksual berubah
Orientasi sekseual berubah
Hubungan dengan pasangan
78
berubah
Dispareunia
Lain-lain
k. Kebutuhan Psikososial
1. Persepsi terhadap penyakit :
2. Harapkan klien terhadap kesehatannya :
3. Pengaruh penyakit terhadap pekerjaan :
4. Perasaan sedih :
5. Perasaan bersalah :
6. Merasa bingung :
7. Merasa khawatir dengan kondisinya :
8. Merasa tidak berdaya
9. Penilaian negative terhadap diri :
10. Merasa tidak memiliki kelebihan positif :
11. Merasa tidak mampu melakukan apapun :
12. Pola interaksi dengan orang terdekat :
13. Sejauh mana keterlibatan orang terdekat bila klien menghadapi
masalah :
14. Pola pemecahan klien yang digunakan bila mempunyai masalah :
15. Hubungan dengan orang lain :
16. Hubungan klien dengan tenaga kesehatan/keperawatan selama dirawat
:
17. Organisasi kemasyarakatan yang diikuti: sebagai apa :
18. Lain-lain :
l. Kebutuhan Spiritual
1. Kemampuan menjalankan ibadah
2. Hambatan mengikuti ritual keagamaan
3. Perasaan yang dialami terkait aktivitas keagamaan
4. Lain-lain
79
VII. Pemeriksaan Penunjang
A. Laboratrium
B. Studi diagnostic
ANALISA DATA
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. …………………..
2. …………………..
3. ………………….
80
RENCANA KEPERAWATAN
81
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
0=
A=
P=
82
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM
A. Pengertian
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan
keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien
bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi
secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan
(Purbalingga, 2018)
B. Tujuan
1) Mengurangi rasa nyeri yang dirasakan
2) Untuk menciptakan perasaan yang nyaman dan tenang
3) Untuk mengurangi kecemasan yang memperburuk presepsi nyeri
4) Agar pasien tidak mengalami stress
5) Melemaskan otot untuk menurunkan ketegangan dan kejenuhan yang
biasanya menyertai nyeri
C. Indikasi
1) Pasien yang mengalami nyeri akut tingkat ringan sampai dengan sedang
akibat penyakit yang kooperatif
2) Pasien dengan indikasi nyeri kronis
3) Pasien dengan nyeri pasca operasi
4) Pasien yang mengalami stress
D. Tahap pra interaksi
1) Membaca status klien
2) Mencuci tangan
3) Mempersiapkan alat dan bahan : satu bantal
E. Tahap orientasi
1) Memberikan salam terapeutik
2) Melakukan evaluasi atau validasi terhadap kondisi klien
3) Melakukan kontrak waktu, tempat dengan klien
4) Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan pada
klien
5) Memasang sampiran
83
F. Tahap kerja
11) Ciptakan lingkungan yang tenang
12) Usahakan tetap rileks dan tenang
13) Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara
melalui hitungan 1,2,3
14) Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan
ekstrimitas atas dan bawah rileks
15) Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
16) Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut
secara perlahan-lahan
17) Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks
18) Usahakan agar tetap konsentrasi
19) Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang
20) Latihan dilakukan dalam 2 sesi yaitu pada pagi haripukul 09.00 dan siang
hari pukul 13.00. setiap sesi latihan nafas dalam dilakukan sebanyak 3
kali
G. Tahap terminasi
1) Evaluasi hasil kegiatan
2) Lakukan kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
3) Mencuci tangan
H. Dokumentasi
1) Catat waktu pelaksanaan tindakan
2) Catat respon klien terhadap teknik distraksi
84