Anda di halaman 1dari 53

PEMBERIAN TINDAKAN RELAKSASI (AROMATERAPI

LAVENDER OIL) PADA ASUHAN KEPERAWATAN Ny. S


SEBELUM TINDAKAN OPERASI UNTUK
MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN
DIRUANG KANTIL 2 RSUD
KARANGANYAR

Disusun Oleh:
NIKMATUL FITRIYAH
P12041

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015

i
PEMBERIAN TINDAKAN RELAKSASI (AROMATERAPI
LAVENDER OIL) PADA ASUHAN KEPERAWATAN Ny. S
SEBELUM TINDAKAN OPERASI UNTUK
MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN
DIRUANG KANTIL 2 RSUD
KARANGANYAR

Karya Tulis Ilmiah Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan


Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

Disusun Oleh:
NIKMATUL FITRIYAH
P12041

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015

i
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH Azza wajalla

karena berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan Judul :Pemberian Tindakan

Relaksasi (Aromaterapi Lavender Oil) Pada Asuhan Keperawatan Ny. S

Sebelum Tindakan Operasi Untuk Menurunkan Tingkat Kecemasan

diruang Kantil 2 RSUD Karanganyar.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak

mendapati bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu

pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan

setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Atiek Murharyati, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Ketua Prodi Studi DIII

Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat

menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta dan sekaligus

selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dengan cermat,

memberikan masukan-masukan, inspirasi, dan perasaan nyaman dalam

membimbing serta memfasilitasi demi sempurnanya karya tulis ilmiah

ini.

2. Meri Oktariani, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Sekertaris Prodi Studi DIII

Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat

menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.

v
3. Joko Kismanto, S.Kep,.Ns, selaku penguji yang telah membimbing

dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan

nyaman, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi

sempurnanya studi kasus ini.

4. Diyah Ekarini, S.Kep,.Ns, selaku penguji yang telah membimbing

dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan

nyaman, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi

sempurnanya studi kasus ini.

5. Semua dosen Prodi Studi DIII Keperawatan yang telah

memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang

bermanfaat.

6. Sigit Nian Prasetyo S.Kep.,Ns, selaku pembimbing klinik yang telah

membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan,

inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi

sempurnanya karya tulis ilmiah ini.

7. Direktur RSUD karanganyar yang telah memberikan kesempatan pada

penulis untuk melaksanakan asuhan keperawtan pada Ny. S di RSUD

karanganyar.

8. Kedua orang tuaku yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

semangat, kepercayaan, kasih sayang, kesabaran, nasihat dan dukungan

dalam segala bentuk serta atas doanya selama ini yang tidak terbalas

oleh apapun.

vi
9. Sahabat dan teman-teman angkatan 2012 Program Studi DIII

Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak

yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah memberikan

dukungan moril dan spiritual.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam laporan Karya

Tulis Ilmiah ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan

saran yang bersifat membangun demi kesempurnan Karya Tulis Ilmiah ini.

Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan

ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin

Surakarta, Mei 2015

Penulis

vii
8
88

HALAMAN PERSEMBAHAN

1. Puji Syukur Alhamdulillah pada ALLAH AZZA


WAJALLA
dengan Rahmat Dan Hidayah-NYA dan dengan segala
rendah hati saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
2. saya persembahkan untuk orang yang kusayangi Ayahanda
Saeri dan Ibunda tercinta saemurtu yang tiada henti-hentinya
memberi doa restu, kasih sayang, perhatian dan dukungan untuk
menjadikanku orang sukses.
3. Ketiga saudaraku Purwaningsih, Fakih dan Tri Sujannah
yang selalu memberikan dukungan dan support setiap
langkahku.
4. Ibu Atiek murharyati, S.,kep., Ns., M. Kep, terima kasih atas
bimbingannya selama ini telah membimbing dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan cermat,
memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman
dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi
kasus ini.
5. Seseorang yang begitu special Muhammad Heru prasetyo,
S.Pt
dan Ali Maruf, A.H yang telah memberikan motivasi,
support,
dan doa.
6. Serta tidak lupa sahabat-sahabatku tercinta Mugi Widodo,
Novita Wahyu anggraeni, Nila wahyuningsih, Putri indarwati,
Hendra Sugiharta, Lailatul Mubarokhah, Wahyu Fitriyana,
Ruben Eka Mulya, Dewi Tri lestari, dan juga Teman-teman
seperjuangan angkatan tahun 2012 yang tidak bisa saya
sebutkan satu per satu, semoga perjalanan yang kita
tempuh selama ini mampu menjadikan kita lebih baik,
bijaksana dan dewasa.
7. Almameterku tercinta STIKes Kusuma Husada Surakarta.
9
9

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i

PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ........................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................... iv

KATA PENGANTAR ........................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. viii

DAFTAR ISI .......................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xiii

DAFTAR TABEL .................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................... 1

B. Tujuan Penulisan ........................................................................ 4

C. Manfaat Penulisan ...................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori ............................................................................ 6

1. Kecemasan ........................................................................... 6

2. Asuhan keperawatan kecemasan .......................................... 20

3. Pembedahan ......................................................................... 26

4. Aromaterapi .......................................................................... 26

B. Kerangka Teori ........................................................................... 31


1
0

C. Kerangka Konsep ....................................................................... 32

BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET

A. Subjek aplikasi riset ................................................................... 33

B. Tempat dan waktu ...................................................................... 33

C. Media atau alat yang digunakan ................................................. 34

D. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ............................. 37

E. Alat ukur evaluasi tindakan aplikasi riset .................................. 38

BAB IV LAPORAN KASUS

A. Identitas pasien ........................................................................... 39

B. Pengkajian .................................................................................. 39

C. Perumusan masalah keperawatan ............................................... 46

D. Intervensi .................................................................................... 48

E. Implementasi .............................................................................. 51

F. Evaluasi ...................................................................................... 56

BAB V PEMBAHASAN

A. Pengkajian .................................................................................. 59

B. Perumusan masalah keperawatan ............................................... 62

C. Intervensi .................................................................................... 67

D. Implementasi .............................................................................. 71

E. Evaluasi ...................................................................................... 78

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................ 82

B. Saran ........................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Pathways ................................................................... 17

Gambar 1.2 Kerangka Teori ......................................................... 31

Gambar 1.3 Kerangka Konsep ...................................................... 32

Gambar 1.4 Genogram .................................................................. 38

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Usulan Judul

Lampiran 2 Lembar Konsul

Lampiran 3 Surat Pernyataan

Lampiran 4 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 5 Jurnal Acuan

Lampiran 6 Askep Fotokopi

Lampiran 7 Log Book

Lampiran 8 Pendelegasian

Lampiran 9 Lembar Observasi Kecemasan (HRS-A)

Lampiran 10 SAP Perawatan Pre Operasi

Lampiran 11 Leaflet Perawatan Pre Operasi

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel. 1 Instrumen Penilaian Relaksasi Aromaterapy Lavender Oil ...... 37

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembedahan merupakan tindakan pengobatan yang menggunakan teknik

invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani

melalui sayatan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka

(Sjamsuhidayat, 2005). Pada tindakan pembedahan, walaupun bertujuan untuk

menyembuhkan klien, namun akan menghasilkan reaksi cemas terhadap aspek

fisiologis dan psikologis tanpa memandang besar kecilnya operasi (Ibrahim,

2008). Tindakan pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi hampir

semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan bisa

membahayakan bagi pasien. Maka tidak heran jika seringkali pasien dan

keluarganya menunjukkan sikap yang agak berlebihan dengan kecemasan yang

mereka alami (Faradisi: 2013).

Kondisi psikologis seseorang tidak selamanya berada pada kondisi stabil,

berbagai respon kejiwaan muncul pada seseorang dalam berbagai kondisi, respon

tersebut bisa berupa senang, sedih, cemas dan lain sebagainya. Kecemasan adalah

respon adaptif, dipengaruhi oleh karekteristik individual atau proses psikologis,

yaitu akibat dari tindakan, situasi atau kejadian eksternal yang menyebabkan

tuntutan fisik atau psikologis terhadap seseorang. Pada umumnya kecemasan

merupakan fenomena normal pada pengalaman-pengalaman baru dan hal-hal yang

belum pernah dicoba (Ibrahim, 2008). Kecemasan ini biasanya dilatar belakangi

1
2

berbagai alasan di antaranya adalah ancaman kematian, nyeri, perdarahan,

perubahan peran dan kemandirian, kerusakan integritas kulit, anestesi yang

digunakan, kehilangan waktu kerja, kehilangan pekerjaan dan tanggung jawab

terhadap keluarga. Besarnya kecemasan tergantung pada harapan hasil operasi.

manfaat dan jenis organ yang diangkat (Mau, 2013:1-6).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ferlina (2008) ditemukan sekitar 80%

pasien pre operasi mengalami kecemasan dan 60% diantaranya mengalami

kecemasan sedang dan berat. Hal ini didasari karena berbagai kemungkinan buruk

bisa saja terjadi dan akan membahayakan pasien. Maka, tak heran jika seringkali

pasien menunjukkan sikap yang berlebihan terhadap kecemasan yang dialaminya

(Yustin, 2011). Beberapa penelitian menemukan bahwa 75%-85% pasien

cemas sebelum operasi sehingga membutuhkan intervensi keperawatan

berupa pemberian pendidikan kesehatan, latihan teknik relaksasi, menerapkan

praktek spiritual yang biasanya dilakukan oleh pasien seperti berdoa,

membaca alkitab, menyanyi atau mendengarkan lagu rohani, sering spiritual

(Brunner dan Suddarth, 2000; Asmadi, 2008; Alimul, 2006; Ann Isaacs, 2005;

Mau, 2013).

Relaksasi merupakan salah satu strategi koping yang digunakan untuk

menghadapi stres dan kecemasan, strategi koping adalah suatu proses atau upaya

yang dilakukan oleh individu untuk menghadapi dan mengantisipasi situasi dan

kondisi yang menekan yang mengancam fisik maupun psikis yang dapat

membebani atau melampaui kemampuan dan ketahanan individu. Banyak sekali

metode yang akhir-akhir ini dikembangkan untuk memulihkan stress dan


kecemasan, salah satunya adalah dengan menggunakan berbagai teknik dan

metode relaksasi (Siahaan, 2013:18). Salah satu metode relaksasi untuk

menurunkan kecemasan adalah dengan pemberian aromaterapi. Beberapa

penelitian menunjukkan bahwa dengan menghirup aromaterapi mampu

menurunkan tingkat kecemasan seseorang (Davis, dkk, 2005).

Menurut Cuncic (2012) dalam Pande, dkk (2013:3) Aroma terapi terdiri dari

minyak tumbuhan atau minyak esensial untuk meningkatkan kesejahteraan

psikologis. Aromaterapi dianjurkan untuk orang yang memiliki masalah

kecemasan, untuk menenangkan tubuh, pikiran dan saraf. Wewangian seperti

lavender, chamomile dan vanili memiliki efek menenangkan. Aroma yang paling

populer adalah Lavender. Lavender digunakan terutama untuk relaksasi, untuk

mengurangi susah tidur, kecemasan, dan depresi, serta untuk penyakit fisik seperti

sakit perut dan sakit kepala. Menurut Appleton (2012) dalam Pande, dkk (2013)

Aromaterapi lavender adalah aroma terapi yang menggunakan minyak esensial

dari bunga lavender, dimana memiliki komponen utama berupa Linalool dan

Linali Asetat yang dapat memberikan efek relaksasi.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di RSUD Karanganyar ruang Kantil 2,

saat observasi ditemukan bahwa penatalaksanaan pada pasien yang akan

menjalani operasi biasanya hanya dianjurkan untuk melakukan relaksasi nafas

dalam dan diberikan edukasi, belum terintegrasi dengan tindakan yang sesuai

dengan jurnal penelitian terbaru khususnya relaksasi aromaterapi lavender oil.

Hasil wawancara dengan perawat yaitu perawat belum pernah menerapkan hasil
penelitian tentang relaksasi aromaterapi lavender oil sebagai penurunan tingkat

kecemasan pada penderita sebelum menjalani operasi.

Pasien yang terdapat di ruang kantil 2 salah satunya pasien dengan pre

operasi sejumlah 2 orang (tertanggal 11-12 Maret 2015). Berdasarkan hasil

penelitian dari oleh Arwani et.al. (2013:129-134) menyebutkan bahwa

aromaterapi lavender oil berpotensi untuk menurunkan tingkat kecemasan

sebelum dilakukannya tindakan operasi, karena itu penulis tertarik untuk

mengaplikasikan hasil metode penurunan kecemasan dengan pengunaan

aromaterapi lavender oil, selain itu penulis bermaksud untuk mensosialisasikan

hasil penelitian tersebut kepada perawat dan rumah sakit. Karya Tulis Ilmiah yang

disusun penulis berjudul pemberian tindakan relaksasi (aromaterapi lavender oil)

pada asuhan keperawatan Ny. S sebelum tindakan operasi untuk menurunkan

tingkat kecemasan diruang Kantil 2 RSUD Karanganyar.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umun

Melaporkam hasil aplikasi pemberian tindakan relaksasi (aromaterapi

lavender oil) pada asuhan keperawatan Ny. S sebelum tindakan operasi untuk

menurunkan tingkat kecemasan diruang Kantil 2 RSUD Karanganyar.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Ny. S dengan kecemasan.

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny. S dengan

kecemasan.
c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Ny. S dengan

kecemasan.

d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Ny. S dengan kecemasan.

e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Ny. S dengan kecemasan.

f. Penulis mampu menganalisa hasil pengaruh pemberian tindakan relaksasi

(aromaterapi lavender oil) pada asuhan keperawatan Ny. S sebelum tindakan

operasi untuk menurunkan tingkat kecemasan diruang Kantil 2 RSUD

Karanganyar.

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi Penulis

Menambah wawasan dan pengalaman dalam memberikan asuhan

keperawatan pada pasien dengan kecemasan.

2. Bagi Institusi

Digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam

pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan di masa yang akan datang.

3. Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan pertimbangan oleh pihak rumah sakit dalam menjalankan

asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah keperawatan kecemasan.

4. Bagi Pasien dan Keluarga

Ny. S dan keluarga mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang cara

mengontrol atau menurunkan kecemasan sebelum dilakukan tindakan

pembedahan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori

1. Kecemasan

a. Pengertian

Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari

Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti

mencekik (Pratiwi, 2010:1). Kecemasan adalah fungsi ego untuk

memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya

sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Kecemasan merupakan

kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan

perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Kecemasan ini tidak memiliki objek

yang spesifik, yang dialami secara subyektif dan dikomunikasikan secara

interpersonal (Stuart, 2006). Kecemasan adalah suatu respons emosional

dimana seseorang merasa takut pada suatu sumber ancaman yang belum

jelas dan tidak teridentifikasi (Solehati dan kasosih, 2015:152).

Beberapa teori kecemasan menurut kaplan dan saddock (1996) dalam

Solehati dan kasosih (2015:153) adalah sebagai berikut:

1) Teori genetik

Pada sebagian manusia yang menunjukkan kecemasan, riwayat

hidup, dan riwayat keluarga merupakan predisposisi untuk berperilaku

cemas. Penelitian mengenai riwayat keluarga dari anak kembar

6
7

menentukan, bahwa faktor genetik ikut berperan dalam gangguan

kecemasan.

2) Teori katekolamin

Teori ini menyatakan, bahwa reaksi cemas berkaitan dengan peningkatan

kadar katekolamin yang beredar didalam tubuh.

3) Teori psikoanalisa

Kecemasan berasal dari diri sendiri, ketakutan berpisah, kecemasan

kastrasi, dan ketakutan terhadap perasaan dosa yang menyiksa.

4) Teori sosial

Kecemasan sebagai suatu respons terhadap sensor lingkungan, seperti

pengalaman-pengalaman hidup yang penuh dengan ketegangan dan

respons terhadap kehidupan hampa yang tidak berarti.

Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme yang melindungi ego karena

kecemasan memberi sinyal kepada kita bahwa ada bahaya dan kalau tidak

dilakukan tindakan yang tepat maka bahaya itu akan meningkat sampai ego

dikalahkan. Kecemasan ialah suatu pengalaman subjektif mengenai

ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dan

ketidakmampuan menghadapi masalah atau adanya rasa aman. Perasaan

yang tidak menyenangkan ini umumnya menimbulkan gejala-gejala

fisiologis (seperti gemetar, berkeringat, detak jantung meningkat, dan lain-

lain) dan gejala-gejala psikologis seperti panik, tegang, bingung, tak dapat

berkonsentrasi, dan sebagainya (Pratiwi, 2010).


Menurut Maramis (2005) dalam Widosari (2010) kecemasan dan

ketakutan memiliki komponen fisiologis yang sama tetapi kecemasan tidak

sama dengan ketakutan. Penyebab kecemasan berasal dari dalam dan

sumbernya sebagian besar tidak diketahui sedangkan ketakutan merupakan

respon emosional terhadap ancaman atau bahaya yang sumbernya biasanya

dari luar yang dihadapi secara sadar. Kecemasan dianggap patologis

bilamana mengganggu fungsi sehari-hari, pencapaian tujuan, dan kepuasan

atau kesenangan yang wajar walaupun merupakan hal yang normal dialami

namun kecemasan tidak boleh dibiarkan karena lama kelamaan dapat

menjadi neurosa cemas melalui mekanisme yang diawali dengan kecemasan

akut, yang berkembang menjadi kecemasan menahun akibat represi dan

konflik yang tak disadari. Adanya stres pencetus dapat menyebabkan

penurunan daya tahan dan mekanisme untuk mengatasinya sehingga

mengakibatkan neurosa cemas.

Pasien yang akan dioperasi biasanya menjadi agak gelisah dan takut.

Perasaan gelisah dan takut kadang tidak tampak jelas. Tetapi kadang-kadang

pula kecemasan itu dapat dilihat dalam bentuk lain. Pasien yang takut sering

bertanya terus-menerus dan berulang walaupun pertanyaannya telah

dijawab. Pasien tidak mau bicara dan memperlihatkan sekitarnya, tetapi

malah sebaliknya pasien mengalihkan perhatiannya atau sebaliknya pasien

bergerak terus-menerus dan tidak bisa tidur (E.Oswari, 1993 dan Ibrahim

2008).
b. Penyebab kecemasan

Beberapa faktor pencetus yang dapat menyebabkan terjadinya

kecemasan menurut Stuart (2006) antara lain :

1) Ancaman terhadap integritas fisik meliputi disabilitas fisiologis yang

akan terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas

hidup sehari-hari.

2) Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri,

dan fungsi sosial yang terintegrasi pada individu.

Mc Farlan dan Wasli (1997) dalam Solehati dan kasosih (2015: 155)

mengatakan bahwa faktor yang berkontribusi pada terjadinya kecemasan

meliputi ancaman pada Konsep diri, Personal security system, Kepercayaan,

lingkungan, fungsi peran, hubungan interpersonal dan status kesehatan.

c. Gejala klinis kecemasan

Kecemasan adalah suatu respons emosional dimana seseorang merasa

takut pada suatu sumber ancaman yang belum jelas dan tidak teridentifikasi

(Solehati dan kasosih, 2015:152). Nevid dkk (2005) menjelaskan bahwa

kecemasan dapat ditandai oleh ciri-ciri fisik, behavioral, kognitif. Ciri fisik

meliputi, (a) gangguan pada tubuh seperti berkeringat, panas dingin, dan

lemas atau mati rasa, (b) gangguan kepala seperti pusing atau sakit kepala,

(c) gangguan pernafasan seperti sulit nafas, jantung berdebar atau berdetak

kencang, (d) gangguan pencernaan seperti mual, diare dan sering buang air

kecil.
10
10

Menurut Dadang Hawari (2013) keluhan-keluhan yang terjadi yang

sering dikemukakan orang yang mengalami gangguan kecemasan antara lain

sebagai berikut:

1) Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah

tersinggung

2) Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.

3) Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.

4) Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.

5) Gangguan konsentrasi dan daya ingat

6) Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang,

pendengaran berdenging atau tinitus, berdebar-debar, sesak nafas,

gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala, dsb.

Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan

fisiologis dan perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala

atau mekanisme koping sebagai upaya untuk melawan timbulnya

kecemasan (Kaplan & Sadock, 1998). Menurut Stuart (2006) pada orang

yang cemas akan muncul beberapa respon yang meliputi:

1) Respon fisiologis

a) Kardiovasklar: tekanan darah meningkat, tekanan darah menurun,

denyut nadi menurun.

b) Pernafasan: nafas cepat dan pendek, nafas dangkal dan terengah-engah

.
c) Gastrointestinal: nafsu makan menurun, tidak nyaman pada perut,

mual dan diare.

d) Neuromuskular: tremor, gugup, gelisah, insomnia dan pusing.

e) Traktus urinarius: sering berkemih.

f) Kulit: keringat dingin, gatal, wajah kemerahan.

2) Respon perilaku

Respon perilaku yang muncul adalah gelisah, tremor, ketegangan

fisik, reaksi terkejut, gugup, bicara cepat, menghindar, kurang

kooordinasi, menarik diri dari hubungan interpersonal dan melarikan diri

dari masalah.

3) Respon kognitif

Respon kognitif yang muncul adalah perhatian terganggu, pelupa,

salah dalam memberikan penilaian, hambatan berfikir, kesadaran diri

meningkat, tidak mampu berkonsentrasi, tidak mampu mengambil

keputusan, menurunnya lapangan persepsi dan kreatifitas, bingung, takut,

kehilangan kontrol, takut pada gambaran visual dan takut cedera atau

kematian.

4) Respon afektif

Respon afektif yang sering muncul adalah mudah terganggu, tidak

sabar, gelisah, tegang, ketakutan, waspada, gugup, mati rasa, rasa

bersalah dan malu.


d. Tingkat kecemasan

Menurut Stuart dan sundeen (1998) dalam Solehati dan Kasosih

(2015:158), mengidentifikasi kecemasan dalam empat tingkatan dan

menggambarkan efek dari tiap tingkatan, diantaranya adalah:

1) Cemas ringan

Cemas ringan merupakan cemas yang normal yang berhubungan

dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan

seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya, seperti

melihat, mendengar dan gerakan menggenggam lebih kuat. Kecemasan

tingkat ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan

kreativitas.

2) Cemas sedang

Cemas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada

hal yang penting dan mengesampingkan hal yang lain, sehingga

seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan

sesuatu yang lebih terarah. Kecemasan ini mempersempit lapang presepsi

individu, seperti penglihatan, pendengaran, dan gerakan menggenggam

berkurang.

3) Cemas berat

Cemas berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang.

Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan

spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku
ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tidak mampu berpikir

lagi dan membutuhkan banyak pengarahan atau tuntunan.

4) Panik

Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror.

Rincian terpecah dari proporsinya. Individu yang mengalami panik tidak

mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan hal itu

dikarenakan individu tersebut mengalami kehilangan kendali, terjadi

peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk

berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan

kehilangan pemikiran yang rasional. Panik melibatkan disorganisasi

kepribadian. Individu yang mengalami panik juga tidak dapat

berkomunikasi secara efektif. Tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan

kehidupan, dan jika berlangsung terus menerus dalam waktu yang lama,

dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian.

Menurut Dadang Hawari (2013), tingkat kecemasan dapat diukur

dengan menggunakan alat ukur (instrumen) yang dikenal dengan nama

Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) yang terdiri dari 14 kelompok

gejala antara lain adalah sebagai berikut :

a) Perasaan cemas: cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri dan

mudah tersinggung.

b) Ketegangan: merasa tegang, lesu, tidak dapat beristirahat dengan tenang,

mudah terkejut, mudah menangis, gemetar dan gelisah.


c) Ketakutan: pada gelap, pada orang asing, ditinggal sendiri, pada binatang

besar, pada keramaian lalu lintas dan pada kerumunan orang banyak.

d) Gangguan tidur: sukar untuk tidur, terbangun pada malam hari, tidur

tidak nyenyak, bangun dengan lesu, banyak mimpi, mimpi buruk dan

mimpi yang menakutkan.

e) Gangguan kecerdasan: sukar berkonsentrasi, daya ingat menurun dan

daya ingat buruk.

f) Perasaan depresi (murung): hilangnya minat, berkurangnya kesenangan

pada hobi, sedih, terbangun pada saat dini hari dan perasaan berubah-

ubah sepanjang hari.

g) Gejala somatik atau fisik (otot): sakit dan nyeri di otot, kaku, kedutan

otot, gigi gemerutuk dan suara tidak stabil.

h) Gejala somatik atau fisik (sensorik): tinnitus (telinga berdenging),

penglihatan kabur, muka merah atau pucat, merasa lemas dan perasaan

ditusuk-tusuk.

i) Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah): takikardi (denyut

jantung cepat), berdebar-debar, nyeri di dada, denyut nadi mengeras, rasa

lesu atau lemas seperti mau pingsan dan detak jantung menghilang atau

berhenti sekejap.

j) Gejala respiratori (pernafasan): rasa tertekan atau sempit di dada, rasa

tercekik, sering menarik nafas dan nafas pendek atau sesak.

k) Gejala gastrointestinal (pencernaan): sulit menelan, perut melilit,

gangguan pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan, perasaan


terbakar di perut, rasa penuh atau kembung, mual, muntah, BAB

konsistensinya lembek, sukar BAB (konstipasi) dan kehilangan berat

badan.

l) Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin): sering buang air kecil, tidak

dapat menahan BAK, tidak datang bulan (tidak dapat haid), darah haid

berlebihan, darah haid sangat sedikit, masa haid berkepanjangan, masa

haid sangat pendek, haid beberapa kali dalam sebulan, menjadi dingin

(frigid, ejakulasi dini, ereksi melemah, ereksi hilang dan impotensi.

m) Gejala autonom: mulut kering, muka merah, mudah berkeringat, kepala

pusing kepala terasa berat, kepala terasa sakit dan bulu-bulu berdiri.

n) Tingkah laku atu sikap: gelisah, tidak tenang, jari gemetar, kening atau

dahi berkerut, wajah tegang, otot tegang atau mengeras, nafas pendek dan

cepat serta wajah merah.

Menurut Dadang Hawari (2013) masing-masing kelompok gejala

diberi penilaian angka (skore) antara 0-4, dengan penilaian sebagai berikut :

Nilai 0 = tidak ada gejala (keluhan)

Nilai 1 =gejala ringan

Nilai 2 = gejala sedang

Nilai 3 = gejala berat

Nilai 4 = gejala berat sekali atau panik

Menurut Dadang Hawari (2013) masing- masing nilai angka (skore)

dari 14 kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan

tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu:


Total nilai (skore) :

kurang dari 14 = tidak ada kecemasan

14 20 = kecemasan ringan

21 27 = kecemasan sedang

28 41 = kecemasan berat

42 56 = kecemasan berat sekali atau panik

e. Patofisiologi

Reaksi takut dapat terjadi melalui perangsangan hipotalamus dan

nuclei amigdaloid. Sebaliknya amigdala dirusak, reaksi takut beserta

manisfestasi otonom dan endokrinnya tidak terjadi pada keadaan- keadaan

normalnya menimbulkan reaksi dan manisfestasi tersebut, terdapat banyak

bukti bahwa nuclei amigdaloid bekerja menekan memori- memori yang

memutuskan rasa takut, masuknya sensorik afferent yang memicu respon

takut terkondisi berjalan langsung dengan peningkatan aliran darah bilateral

ke berbagai bagian ujung anterior kedua sisi lobus temporalis. Sistem saraf

otonom yang mengendalikan berbagai otot dan kelenjar tubuh. Pada saat

pikiran dijangkiti rasa takut, sistem saraf otonom menyebabkan tubuh

bereaksi secara mendalam, jantung berdetak lebih keras, nadi dan nafas

bergerak meningkat, biji mata membesar, proses pencernaan dan yang

berhubungan dengan usus berhenti, pembuluh darah mengerut, tekanan

darah meningkat, kelenjar adrenal melepas adrenalin ke dalam darah.

Akhirnya, darah di alirkan ke seluruh tubuh sehingga menjadi tegang dan

selanjutnya mengakibatkan tidak bisa tidur (Ganong, 2003).


Pathways
Faktor pencetus hipotalamus

Nuclei Amigdaloid

Menekan memori-memori MK: Ansietas


yang memutuskan rasa takut

Sensorik afferent
Kebagian ujung anterior

Peningkatan aliran
Kedua posisi lobus temporal
darah bilateral

Sistem saraf otonom

Pengendali berbagai otot Ganguan gastrointestinal,


dan kelenjar tubuh urogenital, kardiovaskuler, pola
tidur, respirasi, autonom maupun
gangguan motorik

Gambar 1.1
Pathways

f. Penatalaksanaan

1) Penatalaksanaan Farmakologi

Pengobatan untuk anti kecemasan terutama benzodiazepine, obat

ini digunakan untuk jangka pendek, dan tidak dianjurkan untuk jangka

panjang karena pengobatan ini menyebabkan toleransi dan

ketergantungan. Obat anti kecemasan nonbenzodiazepine, seperti

buspiron (Buspar) dan berbagai antidepresan juga digunakan (Isaacs,

2005).
2) Penatalaksanaan nonfarmakologi

a) Distraksi

Distraksi merupakan metode untuk menghilangkan kecemasan

dengan cara mengalihkan perhatian pada hal-hal lain sehingga pasien

akan lupa terhadap cemas yang dialami. Stimulus sensori yang

menyenangkan menyebabkan pelepasan endorfin yang bisa

menghambat stimulus cemas yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli

cemas yang ditransmisikan ke otak (Potter & Perry, 2005). Salah satu

distraksi yang efektif adalah dengan memberikan dukungan spiritual

(membacakan doa sesuai agama dan keyakinannya), sehingga dapat

menurunkan hormon-hormon stressor, mengaktifkan hormon endorfin

alami, meningkatkan perasaan relaks, dan mengalihkan perhatian dari

rasa takut, cemas dan tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh

sehingga menurunkan tekanan darah serta memperlambat pernafasan,

detak jantung, denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak. Laju

pernafasan yang lebih dalam atau lebih lambat tersebut sangat baik

menimbulkan ketenangan, kendali emosi, pemikiran yang lebih dalam

dan metabolisme yang lebih baik.

b) Relaksasi

Terapi relaksasi yang dilakukan dapat berupa relaksasi,

meditasi, relaksasi imajinasi dan visualisasi serta relaksasi progresif

(Isaacs, 2005). Relaksasi adalah salah satu teknik dalam terapi

perilaku yang dikembangkan oleh Jacobson dan Wolpe untuk


mengurangi ketegangan dan kecemasan. Dari sudut pandang ilmiah

relaksasi merupakan 2 perpanjangan serabut otot skeletal, sedangkan

ketegangan merupakan kontraksi terhadap perpindahan serabut otot

(Ramadhani dan Adhiyos, 2011:1).

Relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stress atau

ketegangan jiwa. Relaksasi dilaksanakan dengan mengencangkan dan

melonggarkan otot tubuh sambil membayangkan sesuatu dengan

damai, indah dan menyenangkan. Relaksasi dapat pula dilakukan

dengan mendengarkan musik atau bernyanyi (Lany G, 2012:25).

Menurut Smeltzer dan Bare (2002) dalam Solehati dan kasosih

(2015:155) relaksasi merupakan satu dalam terapi perilaku yang

berguna untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan. Relaksasi

merupakan suatu terapi yang diberikan kepada pasien dengan cara

menegangkan otot-otot tertentu kemudian relaks.

Terapi relaksasi merupakan bagian dari penurunan umum

fisiologis, kognitif, dan stimulasi perilaku. Relaksasi membantu

seseorang untuk membangun keterampilan kognitif serta untuk

mengurangi cara negatif dalam merespons situasi dalam lingkungan

mereka (Solehati dan kasosih, 2015).

Menurut Synder & Lindquist (2006) dalam Rawiti et.al

(2014:129-134) menjelaskan aromaterapi merupakan cara yang

populer untuk menggunakan minyak esensial karena aromaterapi

bekerja masuk melalui pernapasan, keharuman dari aromaterapi


20
20

tersebut akan ditangkap oleh reseptor di hidung lalu menyalurkan

informasi itu ke area di otak tempat pengontrol emosi dan memori.

Kemudian bau itu masuk ke hipotalamus yang merupakan pengatur

sistem internal tubuh, seperti sistem seksualitas, suhu tubuh, dan

reaksi terhadap stres. Inilah yang membuat ketenangan dan perasaan

sangat relaks ketika pemberian relaksasi dengan aromaterapi lavender.

Pada pemberian tindakan relaksasi aromaterapi yang berfungsi

untuk menurunkan kecemasan sebelum operasi aromaterapi yang

dipilih adalah minyak essensial lavender karena pada lavender

terdapat kandungan utama senyawa aktif linalool utama yang berperan

pada efek anti cemas (relaksasi) (Pengelly, 2003).

2. Asuhan Keperawatan Kecemasan

a. Pengkajian

Pengkajian adalah pemikiran dasar yang bertujuan untuk

mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat

mengidentifikasi, mengenal masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan

keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Dermawan,

2012). Menurut stuart (2006) Pengkajian ditujukan pada fungsi fisiologis

dan perubahan perilaku melalui gejala atau mekanisme koping sebagai

pertahanan terhadap kecemasan.

1) Kaji faktor predisposisi


Faktor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang

dapat menyebabkan timbulnya kecemasan seperti:

a) Peristiwa traumatic yang dapat memicu terjadinya kecemasan dengan

krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau

situasional.

b) Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan

dengan baik. Konflik antara id dan super ego atau antara keinginan

dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu.

c) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan

individu berpikir secara realistis sehingga akan menimbulkan

kecemasan.

d) Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil

keputusan yang berdampak terhadap ego.

e) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan

ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep

diri individu.

f) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani setres

akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang

dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari

dalam keluarga.

g) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi

respon individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi

kecemasannya.
h) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah

pengobatan yang mengandung benzodiepin, karena benzodizepin

dapat menekan neurotransmiter gamma amino butyric acid (GABA)

yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab

menghasilkan kecemasan.

2) Kaji stressor presipitasi

Kaji stressor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan

yang dapat mencetuskan timbulnya kecemasan. Stressor presipitasi

kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian:

a) Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam

integritas fisik meliputi:

i. Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem

imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya:

hamil)

ii. Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus

dan bakteri, polutan lingkungan, kekurangan nutrisi, tidak

adekuatnya tempat tinggal.

b) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.

i. Sumber internal: kesulitan dalam berhubungan interpersonal

dirumah dan di tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru.

Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam

harga diri.
ii. Sumber eksternal: kehilangan orang yang dicintai,

perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial

budaya.

3) Kaji perilaku secara langsung kecemasan dapat diekspresikan melalui

respon fisiologis dan psikologis dan secara tidak langsung melalui

pengembangan mekanisme koping sebagai pertahanan melawan

kecemasan.

a) Respon fisiologis. Mengaktifkan system saraf otonom (simpatis dan

parasimpatis).

b) Respon psikologis. Kecemasan dapat mempengaruhi aspek

intrapersonal maupun personal.

c) Respon kognitif. Kecemasan dapat mempengaruhi kemampuan

berpikir baik proses pikir maupun krisis pikir, diantaranya adalah

tidak mampu memperhatikan, konsentrasi menurun, mudah lupa,

menurunnya lapangan persepsi, bingung.

d) Respon afektif. Klien akan mengekspresikan dalam bentuk

kebingungan dan curiga berlebihan sebagai reaksi emosi terhadap

kecemasan.

4) Kaji penilaian terhadap stressor.

5) Kaji sumber dan mekanisme koping.

6) Rentang perhatian menurun .

7) Gelisah, iritabilitas
8) Control impuls buruk Perasaan tidak nyaman, ketakutan, atau tidak

berdaya

9) Defisit lapang persepsi

10) Penurunan kemampuan berkomunikasi secara verbal

b. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik mengenai respon

individu, keluarga dan komunitas terhadap masalah kesehatan / proses

kehidupan yang actual / potensial yang merupakan dasar untuk memilih

intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang merupakan tanggung

jawab perawat. (Dermawan, 2012). Masalah keperawatan pada kecemasan

adalah Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status kesehatan.

Ansietas adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar

disertai respon autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak

diketahui oleh individu): perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi

terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang

memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan individu

untuk bertindak menghadapi ancaman (NANDA, 2012).

c. Intervensi

Perencanaan adalah suatu proses di dalam pemecahan masalah yang

merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yan akan dilakukan,

bagaimana dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang melakukan dari semua

tindakan keperawatan (Dermawan, 2012 : 84).

1) Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status kesehatan


Kriteria hasil:

a) Ansietas berkurang, dibuktikan oleh bukti tingkat Ansietas hanya

ringan sampai sedang, dan selalu menunjukkan pengendalian diri

terhadap ansietas, konsentrasi, dan koping.

b) Klien memiliki tanda-tanda vital dalam batas normal.

c) Klien menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas dengan

menggunakan teknik relaksasi untuk meredakan ansietas.

Intervensi:

a. Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien, termasuk reaksi

fisik.

b. Kurangi rangsangan yang berlebihan dengan menyediakan lingkungan

ynag tenang, kontak yang terbatas dengan orang lain (jika

dibutuhkan), serta pembatasan pemberian kafein dan stimulan lain.

c. Berikan tindakan relaksasi (aromaterapi lavender oil) untuk

menurunkan kecemasan pasien.

d. Yakinkan kembali pasien melalui sentuhan, dan sikap empatik secara

verbal dan nonverbal secara bergantian.

3. Pembedahan

Operasi atau pembedahan merupakan pengalaman traumatik yang

mengancam setiap orang yang akan menjalani pembedahan (Mau,

2012:1). Pembedahan merupakan tindakan medis yang penting dalam

pelayanan kesehatan dan salah satu tindakan yang bertujuan untuk


menyelamatkan nyawa, mencegah kecacatan dan komplikasi (Muttaqin dan

kumala, 2009).

Pembedahan merupakan tindakan pengobatan yang menggunakan teknik

invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani

melalui sayatan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka

(Sjamsuhidayat, 2005). Pembedahan dilakukan karena beberapa alasan

seperti diagnostik (biopsi, laparotomi eksplorasi), kuratif (eksisi massa tumor,

pengangkatan apendiks yang mengalami inflamasi), reparatif (memperbaiki

luka multiplek), rekonstruksi dan paliatif (Smeltzer & Bare, 2002).

Pembedahan menurut jenisnya dibedakan menjadi dua jenis yaitu bedah mayor

dan bedah minor. Bedah mayor merupakan tindakan bedah yang menggunakan

anestesi umum/general anesthesi yang merupakan salah satu bentuk dari

pembedahan yang sering dilakukan. (Nadeak & Jenita, 2011).

4. Aromaterapi

Aromaterapi berasal dari kata aroma yang berarti harum atau wangi, dan

therapy yang dapat diartikan sebagai cara pengobatan atau penyembuhan.

Sehingga aromaterapi dapat diartikan sebagai suatu cara perawatan tubuh atau

penyembuhan penyakit dengan menggunakan minyak esensial (essential oil)

(Jaelani, 2009). Menurut Muchtaridi (2008:6) aromaterapi didefinisikan dalam

dua kata yaitu aroma yang berarti wangi-wangian (fragrance) dan therapy yang

berarti perlakuan pengobatan, jadi secara ilmiah diartikan sebagai wangi-

wangan yang memiliki pengaruh terhadap fisiologis manusia.


Aromaterapi merupakan terapi modalitas atau pengobatan alternatif

dengan menggunakan sari tumbuhan aromatik murni berupa bahan cairan

tanaman yang mudah menguap dan senyawa aromatik lain dari tumbuhan.

Cairan tersebut diperoleh melalui berbagai macam cara pengolahan yang

dikenal sebagai minyak esensial. Aromaterapi merupakan terapi tambahan

yang dilakukan di samping terapi konvensional (Kushariyadi, 2011).

Aromaterapi adalah terapi komplementer dalam praktek keperawatan dan

menggunakan minyak esensial dari bau harum tumbuhan untuk mengurangi

masalah kesehatan dan memperbaiki kualitas hidup. (Argi dan Susi, 2009:

121). Aromaterapi adalah sebuah istilah yang mengacu pada penggunaan

volatile oil hasil ekstrak dari tanaman sebagai salah satu bentuk terapi. Cara

penggunaan aromaterapi adalah dengan melalui inhalasi atau penggunaan

topikal setelah diencerkan dalam carrier oil. Cara kerja aromaterapi adalah

dengan menstimulus otak (apabila di inhalasi) sehingga menimbulkan efek

emosi tertentu. (Wina S, 2011 : 2).

Aromaterapi merupakan salah satu terapi alternatif dengan

memanfaatkan minyak menguap minyak atsiri (essential oil) yang melibatkan

organ penciuman manusia. Bau yang segar, harum, merangsang sensori,

reseptor dan akhirnya mempengaruhi organ yang lain. Aroma terapi tidak

dianggap benda asing oleh tubuh, sehingga tidak memperberat kerja organ-

organ tubuh. Minyak esensial akan masuk ke sirkulasi tubuh dan menuju

organ sasaran untuk memberikan reaksi (Niken, 2007). Definisi universal

untuk aromaterapi, yaitu terapi menggunakan senyawa aromatik atau senyawa


yang mudah menguap (volatile) untuk mengobati, mengurangi atau mencegah

suatu penyakit, infeksi dan kegelisahan dengan cara menghirupnya.

Definisikan bahwa aromaterapi adalah terapi menggunakan minyak tumbuhan,

dengan penyerapan melalui kulit atau melalui sistem olfactory. (Muchtaridi,

2008 : 6).

Menurut Cuncic (2012) dalam Pande, dkk (2013:3) Aroma terapi terdiri

dari minyak tumbuhan atau minyak esensial untuk meningkatkan kesejahteraan

psikologis. Aromaterapi dianjurkan untuk orang yang memiliki masalah

kecemasan, untuk menenangkan tubuh, pikiran dan saraf. Wewangian seperti

lavender, chamomile dan vanili memiliki efek menenangkan. Aroma yang

paling populer adalah Lavender. Lavender digunakan terutama untuk relaksasi,

untuk mengurangi susah tidur, kecemasan, dan depresi, serta untuk penyakit

fisik seperti sakit perut dan sakit kepala.

Koensoemardiyah (2009) dalam arwani et.al (2013: 129-134), dampak

positif aromaterapi terhadap penurunan tingkat kecemasan ini disebabkan

karena aromaterapi lavender diberikan secara langsung (inhalasi). Mekanisme

melalui penciuman jauh lebih cepat karena hidung atau penciuman mempunyai

kontak langsung dengan bagian-bagian otak yang bertugas merangsang

terbentuknya efek yang ditimbulkan oleh aromaterapi. Ketika aromaterapi

dihirup, molekul yang mudah mengguap dari minyak tersebut dibawa oleh

udara ke atap hidung dimana silia-silia yang lembut muncul dari sel-sel

reseptor. Ketika molekul-molekul itu menempel pada rambut-rambut tersebut,

suatu pesan elektro kimia akan ditransmisikan melalui bola dan olfactory ke
dalam sistem limbik. Hal ini akan merangsang memori dan respons emosional.

Hipotalamus berperan sebagai relay dan regulatory, memunculkan pesan-pesan

ke bagian otak serta bagian tubuh yang lain. Pesan yang diterima kemudian

diubah menjadi tindakan yang berupa pelepasan senyawa elektrokimia yang

menyebabkan euporia, relaks atau sedative. Sistem limbic ini terutama

digunakan untuk sistem ekspresi emosi. Pada pemberian tindakan relaksasi

aromaterapi yang berfungsi untuk menurunkan kecemasan sebelum operasi

aromaterapi yang dipilih adalah minyak essensial lavender karena pada

lavender terdapat kandungan utama senyawa aktif linalool utama yang

berperan pada efek anti cemas (Pengelly, 2003).

Menurut Appleton (2012) dalam pande, dkk (2013) Aroma terapi

lavender adalah aroma terapi yang menggunakan minyak esensial dari bunga

lavender, dimana memiliki komponen utama berupa Linalool dan Linali

Asetat yang dapat memberikan efek relaksasi. Kandungan linalool asetat linalyl

yang merupakan bahan aktif utama pada minyak lavender, Linalool asetat

linalyl dapat menunjukan efek relaksasi, sehingga tidak ada kontraindikasi dan

efek samping, atau interaksi obat pada lavender.

Lavender memiliki nama latin Lavandula afficinalis syn. L. Angustifolia.

Tumbuhan yang termasuk dalam suku Lamiaceae ini memiliki 25-30 spesies.

Kini Lavender berkembang diseluruh Eropa Selatan, Australia, dan Amerika

Serikat. Lavender adalah tumbuhan pendek bercabang yang tumbuh hingga

ketinggian sekitar 60 cm. Minyak Lavender dari bunga yang berwarna ungu

memberikan aroma yang harum dan menenangkan (Hartanto, 2010). Yarnel


30
30

and Abascal (2004) dalam Pande (2013) mengatakan bahwa penggunaan

lavender dikatakan dapat membantu memberikan ketenangan, mengurangi

sakit kepala, anti mikroba, anti serangga, penyembuhan luka ringan, anti

depresan dan anti septik.


B. Kerangka Teori
Persiapan Pre operasi Pembedahan atau Luka operasi
atau pembedahan operasi

Koping maladaptif Nyeri Kerusakan Resiko tinggi


integritas kulit infeksi
MK: Ansietas Gangguan otonom

Gangguan persepsi sensori maupun otot Ganguan gastrointestinal,


urogenital, maupun kardiovaskuler
Gangguan tidur

Senyawa aktif Pemberian Penatalaksaanaan dengan


linool asetat aromaterapi non-farmakologis
linalyl lavender oil

melalui inhalasi masuk reseptor di hidung Silia-silia yang lembut


melalui pernapasan

hipotalamus Suatu pesan elektrokimia

Pengatur sistem Sistem limbik Olfactory


internal tubuh

Relaks, stress menurun

Gambar 1.2
Konsep teori
C. Kerangka Konsep
Pemberian tindakan relaksasi
MK: Ansietas
aromaterapi lavender oil untuk
menurunkan kecemasan pasien

Gambar 1.3
Kerangka konsep
BAB III

METODE APLIKASI RISET

A. Subjek aplikasi riset

Pada penelitian yang dilakukan oleh Arwani dkk (2013) subjek aplikasi

riset pada penelitian ini adalah semua pasien yang dilakukan tindakan operasi

dengan anestesi spinal di Instalasi Bedah Sentral. Sampel penelitian adalah

anggota polulasi dengan kriteria:

1. Berusia 25 55 tahun

2. Merupakan tindakan operasi elektif

3. Merupakan pengalaman operasi yang pertama

4. Belum pernah melakukan terapi dengan aromaterapi.

5. Dan menyenangi aromaterapi lavender oil.

B. Tempat dan waktu

Pada penelitian yang dilakukan oleh arwani dkk (2013) tempat yang

digunakan pada penelitian ini adalah di bangsal sebelum pasien dipindahkan

ke ruang instalasi bedah sentral dan waktu yang diperlukan untuk pemberian

relaksasi aromaterapi lavender oil selama 15 menit. Aromaterapi diberikan

kepada responden pada saat 2 jam sebelum dioperasi.

33
34
34

C. Media dan alat yang digunakan

Pada penelitian yang dilakukan oleh arwani dkk (2013) media yang

digunakan dalam riset ini untuk menurunkan tingkat kecemasan pada pasien

sebelum dilakukannya operasi antara lain adalah masker, aromaterapi

lavender oil, Pengumpulan data menggunakan lembar kuesioner yang

digunakan untuk mengumpulkan data karakteristik responden yang meliputi

umur, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan. Data kecemasan diukur

dengan menggunakan Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS- A).

Menurut Dadang Hawari (2013), tingkat kecemasan dapat diukur

dengan menggunakan alat ukur (instrumen) yang dikenal dengan nama

Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) yang terdiri dari 14 kelompok

gejala antara lain adalah sebagai berikut :

o) Perasaan cemas: cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri dan

mudah tersinggung.

p) Ketegangan: merasa tegang, lesu, tidak dapat beristirahat dengan tenang,

mudah terkejut, mudah menangis, gemetar dan gelisah.

q) Ketakutan: pada gelap, pada orang asing, ditinggal sendiri, pada binatang

besar, pada keramaian lalu lintas dan pada kerumunan orang banyak.

r) Gangguan tidur: sukar untuk tidur, terbangun pada malam hari, tidur

tidak nyenyak, bangun dengan lesu, banyak mimpi, mimpi buruk dan

mimpi yang menakutkan.

s) Gangguan kecerdasan: sukar berkonsentrasi, daya ingat menurun dan

daya ingat buruk.


t) Perasaan depresi (murung): hilangnya minat, berkurangnya kesenangan

pada hobi, sedih, terbangun pada saat dini hari dan perasaan berubah-

ubah sepanjang hari.

u) Gejala somatik atau fisik (otot): sakit dan nyeri di otot, kaku, kedutan

otot, gigi gemerutuk dan suara tidak stabil.

v) Gejala somatik atau fisik (sensorik): tinnitus (telinga berdenging),

penglihatan kabur, muka merah atau pucat, merasa lemas dan perasaan

ditusuk-tusuk.

w) Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah): takikardi (denyut

jantung cepat), berdebar-debar, nyeri di dada, denyut nadi mengeras, rasa

lesu atau lemas seperti mau pingsan dan detak jantung menghilang atau

berhenti sekejap.

x) Gejala respiratori (pernafasan): rasa tertekan atau sempit di dada, rasa

tercekik, sering menarik nafas dan nafas pendek atau sesak.

y) Gejala gastrointestinal (pencernaan): sulit menelan, perut melilit,

gangguan pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan, perasaan

terbakar di perut, rasa penuh atau kembung, mual, muntah, BAB

konsistensinya lembek, sukar BAB (konstipasi) dan kehilangan berat

badan.

z) Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin): sering buang air kecil, tidak

dapat menahan BAK, tidak datang bulan (tidak dapat haid), darah haid

berlebihan, darah haid sangat sedikit, masa haid berkepanjangan, masa


haid sangat pendek, haid beberapa kali dalam sebulan, menjadi dingin

(frigid, ejakulasi dini, ereksi melemah, ereksi hilang dan impotensi.

aa) Gejala autonom: mulut kering, muka merah, mudah berkeringat, kepala

pusing kepala terasa berat, kepala terasa sakit dan bulu-bulu berdiri.

bb) Tingkah laku atu sikap: gelisah, tidak tenang, jari gemetar, kening atau

dahi berkerut, wajah tegang, otot tegang atau mengeras, nafas pendek dan

cepat serta wajah merah.

Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka (score) antara

0-4, dengan penilaian sebagai berikut :

Nilai 0 = tidak ada gejala (keluhan)

Nilai 1 =gejala ringan

Nilai 2 = gejala sedang

Nilai 3 = gejala berat

Nilai 4 = gejala berat sekali atau panik

Masing- masing nilai angka (skore) dari 14 kelompok gejala tersebut

dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat

kecemasan seseorang, total skore HRS-A dikarakteristikkan sebagai berikut :

1. kurang dari 14 = tidak ada kecemasan

2. 14 20 = kecemasan ringan

3. 21 27 = kecemasan sedang

4. 28 41 = kecemasan berat

5. 42 56 = kecemasan berat sekali atau panik


Penilaian Relaksasi Aromaterapy Lavender Oil
Nilai
No Aspek Yang Dinilai Bobot
Ya Tidak
A Fase Orientasi
1 Memberi salam 3
2 Memperkenalkan diri 3
3 Menjelaskan tujuan tindakan 4
4 Menjelaskan langkah prosedur 4
5 Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien 3
6 Mencuci tangan 3
B Fase Kerja
1 Menjaga privasi pasien 5
2 Mempersiapkan alat dan instrumen 5
3 Mengkaaji tingkat kecemasan pasien 5
Teteskan aromaterpi lavender oil ke masker
4 (5 tetes) 10
Memakaikan masker pada pasien selama 15
5 menit 10
Menganjurkan pasien untuk menghirup
6 5
aromaterapi Lavender
C Fase terminasi
1 Merapikan dan membereskan pasien 5
2 Mengevaluasi tindakan 5
3 Mencuci tangan 5
4 Berpamitan 5
D Penamapilan selama tindakan
1 Ketenangan selama melakukan tindakan 5
2 Ketelitian selama tindakan 5
3 Keamanan selama tindakan 5
Melakukan komunikasi terapeutik selama
4 tindakan 5

Tabel. 1
Instrumen Penilaian Relaksasi Aromaterapy Lavender Oil

D. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset

Pada penelitian yang dilakukan oleh arwani dkk (2013) pengambilan

data awal tingkat kecemasan dilakukan 2 jam sebelum operasi. Kemudian

responden diberikan aromaterapi dengan cara meneteskan 5 tetes aromaterapi

(lavender oil) pada masker untuk dipakaikan selama 15 menit. Penulis


kemudian melakukan pengukuran kedua (post test) tingkat kecemasan yakni 1

jam sebelum operasi untuk dilakukan pengolahan dan analisis data.

E. Alat ukur evaluasi dari aplikasi tindakan berdasarkan Riset

Pada penelitian yang dilakukan oleh arwani dkk (2013) kemudian

melakukan pengukuran kedua (post test) tingkat kecemasan yakni 1 jam

sebelum operasi untuk dilakukan pengolahan dan analisis data. Penilaian

kecemasan menggunakan alat ukur Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-

A).

Anda mungkin juga menyukai