1. Latar Belakang
Masa puerperium atau masa nifas mulai setelah partus selesai , dan berakhir setelah kirakira 6 minggu akan tetapi alat genetalia baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan
dalam waktu 3 bulan ( Prawirohardjo, S, 1999 : 237 ). Masa Nifas (puerperium) didefinisikan
sebagai periode selama dan tepat setelah kelahiran ( Gary Cunningham, 2006 : 443 ). Nifas
merupakan suatu masa sesudahnya persalinan terhitung dari saat selesai persalinan sampai
pulihnya kembali alat kandungan ke keadaan sebelum hamil ( Farrer Helen, 2001 :225 ). Jadi,
bukan hanya di tunjukkan dengan adanya darah pasca persalinan yang berasal dari luka bekas
melekatnya plasenta ( uri ) dan biasanya dalam 10 14 hari sudah berkurang karena lukanya
mulai menutup, sesudah itu cairan yang keluar berupa lochea, dalam masa ini pula rahim
mengecil kembali.
Pasca persalinan ibu sering mengeluhkan rasa sakit pada perut bagian bawah yang
bertambah nyerinya saat menyusui. Rasa sakit bersamaan dengan masa pengecilan rahim dan
biasanya hilang sepuluh hari pasca persalinan , meskipun demikian rahim baru pulih kembali
sekitar 6 minggu (40-42 hari ). Dalam keadaan normal cairan yang keluarnya umumnya tidak
berbau, tetapi apabila terdapat bau yang tidak sedap patut di waspadai terjadinya infeksi
( Abdul Bari. S, dkk : 2002 )
Untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah terjadinya infeksi perlu di lakukan
perawatan kebersihan jalan lahir, makanan yang bergizi dan di anjurkan untuk berolah raga
senam nifas, banyak dijumpai ibu nifas enggan melakukan aktifitas pasca persalinan,
mempercepat proses involusi. Senam nifas penting sekali di lakukan oleh ibu yang telah
melahirkan untuk mengembalikan kebugaran tubuh pasca persalinan. Melalui latihan secara
teratur, calon ibu di harapkan dapat lebih tenang serta siap saat persalinan maupun setelah
proses persalinan (Abdul Bari. S, dkk : 2002 ).
Hasil survey awal yang dilakukan oleh peneliti di klinik Bidan Siti Aminah, Desa Jirkan,
Dusun Balun Tawun, Kecamatan Sukodadi, Kabupaten .............. tanggal 2 maret 2009
terdapat 10 responden 70% di antaranya ibu nifas yang tidak pernah melakukan senam nifas,
10% ibu nifas yang pernah mendapatkan penyuluhan tentang pentingnya senam nifas tapi
tidak melakukan dan 20% ibu nifas melakukan senam nifas.
Keengganan ibu melakukan senam nifas kemungkinan besar di sebabkan oleh beberapa
faktor yang mempengaruhi pola aktifitas ibu nifas, di antaranya : pengetahuan, pendidikan,
budaya, pekerjaan, peran keluarga, peran petugas kesehatan dan motivasi.
Pengetahuan merupakan penampilan dari hasil tahu dan terjadi setelah melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, S, 2003 : 127). Mempelajari
pendapat di atas bahwa apabila ibu pernah melihat, mengetahui, mendengar maupun
berupaya sesuatu yang belum pernah ia dapat, maka ibu akan memperoleh pengalaman yang
sangat berharga dalam mengembangkan pengetahuannya. Tetapi apabila ibu tidak pernah
sama sekali mendengar, mengetahui terlebih lagi mencoba dapat dipastikan para ibu tidak
akan memperoleh perubahan kehidupan dari pengalaman yang berharga. Dengan demikian
apabila ibu tidak memiliki pengetahuan tentang senam nifas, maka para ibu tidak akan
melakukan senam nifas karena tidak memahami manfaat dari senam nifas.
Disisi lain pendidikan juga memiliki pengaruh yang besar terhadap pengembangan
pengetahuan seseorang. Pendidikan merupakan segala upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhi orang lain, individu, keluarga atau masyarakat, sehingga mereka melakukan
apa yang diharapkan oleh pelaku ( Notoadmodjo, S, 2003 :16 ). Mempelajari pendapat di atas
bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang khususnya para ibu pasca melahirkan maka akan
menimbulkan dorongan dalam diri mereka untuk memperoleh informasi dan berbuat sesuatu
sehingga dapat menjaga dirinya menjadi lebih sehat dengan menghindari kebiasaan buruk
dan membentuk kebiasaan yang menguntungkan kesehatan dengan berolah raga misalnya
senam nifas. Namun sebaliknya para ibu yang berpendidikan rendah tidak menutup
kemungkinan mereka enggan untuk mencari, mendapatkan maupun melakukan sesuatu yang
baru sehingga akan beranggapan bahwa senam nifas tidak bermanfaat bagi mereka, dengan
demikian apabila ibu berpendidikan rendah maka mereka tidak akan menghiraukan tentang
pentingnya senam nifas pasca melahirkan.
Pekerjaan merupakan aktifitas yang tidak dapat dianggap remeh, karena pekerjaan
merupakan aktifitas yang menghasilkan uang, barang dan kepuasan. Mempelajari pendapat
tersebut bahwasannya pada umumnya para ibu bekerja adalah untuk memperoleh tambahan
pendapatan disamping tuntunan profesi, hal semata terlebih bagi ibu yang tingkat
ekonominya rendah bekerja adalah untuk mencukupi kebutuhan nafkah setiap hari. Bagi ibu
yang ekonominya baik bekerja tidak menjadi halangan untuk tidak melakukan senam nifas
tetapi bagi ibu yang tingkat ekonominya rendah maka lebih baik bekerja untuk memenuhi
kebutuhan pokok dari pada melakukan senam nifas. Dengan demikian, apabila ibu yang
mengutamakan pekerjaan untuk mencukupi kebutuhan tidak menutup kemungkinan mereka
enggan untuk melakukan senam nifas sehingga proses involusi akan lambat.
Budaya merupakan segala ciptaan dan tatanan perilaku manusia baik yang ada maupun
yang tidak ada ( L. Dyson & T. Santoso , 2001 : 25 ). Mempelajari pendapat tersebut
bahwasanya selama ini para ibu beranggapan pasca melahirkan mereka di haruskan untuk
bedrest, selain itu mereka juga memakai gurita, stagen atau korset pasca salin yang di tujukan
untuk memperkecil perut atau memperindah perut, padahal alat tersebut lebih karena budaya,
itulah pengaruh dari ketidaktahuan ibu terhadap perkembangan zaman sehingga budaya
tersebut tidak berubah. Beda halnya ibu yang mempunyai banyak pengetahuan, mereka akan
mencoba mengurangi lemak yang berlebihan sisa hamil atau perut yang kendur bukan
melalui pemakaian gurita tetapi dengan berolah raga yaitu senam nifas secara teratur dan
intensif. Oleh karena itu dapat diketahui bahwa seorang ibu yang pengetahuannya rendah
maka tidak menutup kemungkinanbudaya mereka tidak akan berubah.
Keluarga berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan
anggotanya, keluarga juga sebagai suatu kelompok yang dapat menimbulkan, mencegah,
mengabaikan atau memperbaiki masalah kesehatan dalam kelompoknya (Effendy, N, 1998 :
39). Mempelajari pendapat di atas bahwasanya dalam mengembangkan pengetahuan ibu agar
melakukan senam nifas keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam
memelihara kesehatan para anggotanya serta merupakan perantara yang efektif dan mudah
untuk berbagai upaya kesehatan terutama untuk ibu pasca melahirkan, peran keluarga
sangatlah penting pada saat masa nifas, karena pada waktu itu ibu memerlukan perhatian dan
pengawasan demi pulihnya kesehatan, serta mencegah terjadinya infeksi dan komplikasi,
apabila keluarga memahami kebutuhan ibu nifas untuk melakukan senam nifas maka
keluarga akan selalu memberikan dukungan pada ibu untuk melakukanya. Sebaliknya apabila
keluarga kurang memahami kebutuhan ibu nifas maka keluarga akan cenderung untuk
memanjakannya dan ibu akan semakin enggan untuk melakukan senam nifas. Dengan
demikian, bila keluarga kurang terlebih lagi tidak memperdulikan kebutuhan ibu pasca
melahirkan maka ibu tidak akan melakukan senam nifas sehingga proses involusi terhambat..
Peran petugas kesehatan harus mampu menjalankan perannya dalam memberikan
pendidikan kesehatan, bentuk pendidikan kesehatan yang di berikan oleh petugas kesehatan
yang berupa penyuluhan kesehatan ( Effendy, N, 1998 ). Mempelajari pendapat tersebut
bahwasanya petugas kesehatan sebagai pendidik harus mampu menjalankan perannya dalam
meningkatkan pengetahuan para ibu, semakin sering petugas kesehatan memberikan
penyuluhan tentang senam nifas kepada para ibu nifas maka kemungkinan besar mereka
melakukannya walaupun tanpa di dampingi seorang petugas kesehatan. Berbeda halnya bila
petugas kesehatan sebagai pendidik tidak mampu menjalankan perannya maka pengetahuan
ibu akan terbatas setelah melahirkan terlebih lagi ibu bahkan tidak di berikan penyuluhan
tentang senam nifas. Sehingga bila petugas kesehatan tidak berperan aktif maka akan
mempengaruhi kemampuan ibu dalam pengembangan pengetahuan terutama senam nifas.
Motivasi merupakan dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku
( B.Uno, Hamzah, 2007 : 1 ). Mempelajari pendapat tersebut bahwasannya manusia dalam
kehidupannya dewasa ini tidak dapat memenuhi kebutuhannya tanpa bantuan orang lain, baik
kebutuhan biologis, kebutuhan ekonomis, maupun kebutuhan penting lainnya seperti halnya
para ibu pasca melahirkan yang membutuhkan bantuan orang lain. Tanpa bantuan dan
motivasi para ibu tidak berarti sama sekali. Selain dari peran keluarga maupun peran petugas
kesehatan para ibu dapat mengembangkan pengetahuannya terutama tentang senam nifas
melalui motivasi yang mendasarinya. Dengan motivasi yang tinggi maka ibu akan selalu
berusaha untuk melakukan apa yang harus ia lakukan dan ia inginkan sehingga ibu akan
semakin aktif dalam melakukan senam nifas. Dan sebaliknya jika ibu nifas tidak bermotivasi
tinggi maka ia akan malas melakukan senam nifas. Dengan demikian bila seorang ibu tidak
ada motivasi dalam dirinya maka pengembangan pengetahuan tentang senam nifas akan lama
dan bahkan dapat membuat ibu untuk malas melakukannya.
Agar proses involusi dapat terjadi dengan cepat dan ibu nifas bersedia melakukan senam
nifas maka di harapkan peran aktif petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan tentang
pentingnya senam nifas pada ibu nifas selain itu dengan di lengkapi fasilitas dan ruangan
yang luas serta instruktur yang berpengalaman sehingga membuat para ibu merasa nyaman
selama melakukan senam nifas.
Dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu nifas
tentang senam nifas.
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka dapat di rumuskan permasalahan sebagai
berikut :
1.2.1 Bagaimana pengetahuan ibu nifas tentang pengertian dan manfaat senam nifas ?
1.2.2 Bagaimana pengetahuan ibu nifas tentang waktu pelaksanaan dan cara melakukan
senam nifas ?
1.2.3 Bagaimana pengetahuan ibu nifas tentang akibat bila tidak melakukan senam nifas ?
1. Bagaimana pengetahuan ibu nifas tentang senam nifas ?
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi pengetahuan ibu nifas tentang senam nifas di Klinik Bidan Siti Aminah
Desa Jirkan Dusun Balun Tawun Kecamatan Sukodadi Kabupaten ...............
1. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi pengetahuan ibu nifas tentang pengertian dan manfaat senam nifas.
1. Mengidentifikasi Pengetahuan ibu nifas tentang waktu pelaksanaan dan cara
melakukan senam nifas
1. Mengidentifikasi pengetahuan ibu nifas tentang akibat bila tidak melakukan senam
nifas
1. Mengidentifikasi pengetahuan ibu nifas tentang senam nifas.
1. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
1. Bagi pelayanan kesehatan
Diharapkan hasil penelitian ini memberikan masukan bagi tempat pelayanan
kesehatan guna meningkatkan pelayanan khususnya dalam pemberian penyuluhan pada ibu
nifas.
1. Bagi peneliti yang akan datang
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang pemenuhan
kebutuhan senam nifas ibu nifas , serta dapat di gunakan sebagai acuan untuk penelitian yang
akan datang.
1. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran pada para tenaga pelayanan
kesehatan tentang cara mengajarkan senam nifas untuk ibu nifas.
1. Relevansi
Senam nifas di anjurkan pada ibu nifas karena mempunyai manfaat yang banyak , tetapi
kebanyakan dari para ibu nifas enggan banyak bergerak dan tidak melakukan senam nifas .
Kurang pengetahuan ibu nifas tentang pentingnya senam nifas akan menyebabkan klien
enggan untuk melakukan senam nifas.
Pelayanan kesehatan yang salah satunya adalah bidan terutama di daerah mempunyai
peranan untuk memberikan penyuluhan tentang senam nifas setiap kali mereka kontrol.
Dengan di lengkapi fasilitas dan ruangan yang luas serta instruktur yang berpengalaman,
membuat peserta akan merasa nyaman selama menjalani latihan.
melakukan senam nifas, kondisi umum ibu jadi lebih baik, rehabilitasi atau pemulihan jadi
bisa lebih cepat. Selain menumbuhkan/ memperbaiki nafsu makan, hingga asupan makannya
bisa mencukupi kebutuhannya. Paling tidak, dengan melakukan senam nifas, ibu tak terlihat
lesu ataupun emosional. Senam nifas sebaiknya dilakukan dalam waktu 24 jam setelah
melahirkan, lalu secara teratur setiap hari. (Dedeh, 2006)
Umumnya para ibu pasca melahirkan takut melakukan banyak gerakan, sang ibu khawatir
gerakan-gerakan yang akan dilakukannya akan menimbulkan dampak yang tidak di inginkan.
Padahal, apabila ibu bersalin melakukan ambulasi dini, itu bisa memperlancar terjadinya
proses involusi uterus (kembali rahim ke bentuk semula). (Salamah, 2003). Menurut Hasnah
umumnya wanita yang habis melahirkan kerap mengeluhkan bentuknya yang melar, belum
lagi kondisi tubuhnya yang kurang prima lantaran letih dan tegang. Sementara peredaran
darah dan pernapasan belum kembali normal, hingga untuk membantu mengembalikan tubuh
ke bentuk dan kondisi semula harus melakukan senam nifas yang teratur. (Dedeh, 2006)
Dari data observasi pada tanggal 2-27 Januari 2008, di RSUD Kertosono ruang nifas terdapat
18 ibu post partum dengan persalinan normal dan 12 pasien post SC. Dari 30 ibu nifas
tersebut, yang mengetahui tentang senam nifas hanya 5 orang, bahkan ada 1 ibu post SC yang
tidak turun dari tempat tidur + 5 hari, karena ibu takut untuk bergerak.
Data PKL tanggal 21 Februari 2008 di Desa Banjarejo Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten
Kediri, ada 3 ibu nifas yang tidak mengetahui tentang senam nifas, bahkan ada 1 ibu nifas
yang oleh orang tuanya dilarang untuk bergerak, dan disuruh untuk memakai stagen agar
perutnya mengecil, sehingga kaki ibu tersebut agak bengkak. Dari penelitian Susanti P.
(2001) terhadap ibu nifas di RSU USD Gambiran, ibu yang memiliki tingkat pengetahuan
tentang senam nifas tinggi ada 7 responden (70%). Dimana pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang
Studi pendahuluan yang dilakukan di ruang nifas RS pada tanggal 5 April, di dapatkan 7 ibu
nifas. Dari 7 orang ibu nifas yang mengetahui tentang senam nifas hanya 2 orang.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu post
partum tentang senam nifas di Ruang nifas RS.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut Bagaimanakah gambaran pengetahuan ibu post partum tentang senam nifas
di RS?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui gambaran pengetahuan ibu post partum tentang senam nifas
1.3.2 Tujuan khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi pengetahuan ibu post partum tentang pengertian senam nifas.
1.3.2.2 Mengidentifikasi pengetahuan ibu post partum tentang manfaat senam nifas.
1.3.2.3 Mengidentifikasi pengetahuan ibu post partum tentang tujuan senam nifas.
1.3.2.4 Mengidentifikasi pengetahuan ibu post partum tentang indikasi dan kontra indikasi
untuk senam nifas.
1.3.2.5 Mengidentifikasi pengetahuan ibu post partum tentang cara melakukan senam nifas.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Dapat meningkatkan pemahaman dan pengetahuan peneliti mengenai pengetahuan ibu post
partum tentang senam nifas.
1.4.2 Bagi Institusi
Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan pertimbangan untuk penelitian tentang senam
nifas.
1.4.3 Bagi Lahan Praktek
Sebagai masukan informasi dan motivasi untuk bidan dan perawat yang berada di ruang nifas
dalam pemberikan penyuluhan kepada ibu post partum tentang senam nifas
1.4.4 Bagi Responden
Dapat meningkatkan pengetahuan responden tentang senam nifas.
silahkan download KTI SKRIPSI
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST PARTUM TENTANG SENAM NIFAS
Sumber Skripsipedia.com: Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Senam Nifas
http://www.skripsipedia.com/2012/10/gambaran-pengetahuan-ibu-post-partum-tentangsenam-nifas.html#ixzz4IiWyRQhg
kti skripsi kesehatan hanya di http://www.skripsipedia.com/
Follow us: @skripsipedia on Twitter | skripsipedia on Facebook
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alatalat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung
kira-kira 6 minggu.
Setelah persalinan terjadi involusi pada hampir seluruh organ tubuh
wanita.involusi ini sangat jelas terlihat pada alat alat kandungan.
sebagai akibat dari kehamilan, dinding perut menjadi lembek dan lemas
disertai adanya garis garis putih dan hitam ( striae gravidarum ) yang
dari sudut keindahan tubuh akan terasa sangat mengganggu.
Umumnya , para ibu pasca melahirkan takut melakukan banyak
gerakan. sang ibu biasanya khawatir gerakan gerakan yang dilakukan
akan menimbulkan dampak yang tidak diinginkan. padahal, apabila ibu
bersalin melakukan ambulasi dini, itu bisa memperlancar terjadinya
proses involusi uteri.
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tertinggi di ASEAN, sebesar
307/100.000 kelahiran hidup (Survei Demografi Kesehatan Indonesia SDKI
2002 2003): artinya lebih dari 18.000 ibu tiap tahun atau dua ibu tiap jam
meninggal oleh sebab yang berkaitan dengan nifas. (Depkes RI,Dirjen
Binkesmas, 2004).
Angka kematia ibu (AKI) sebaga Latar belakang Asuhan Kebidanan Ibu Nifas.
Dewasa ini derajat kesehatan ibu di Indonesia masih belum memuaskan. Hal ini
antara lain ditandai oleh tingginya angka kematian ibu (AKI) yaitu 307 per
100.000 kelahiran hidup tahun. 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam
pertama post partum. sementara itu target yang ingin dicapai pada tahun 2010
adalah 125 per 100.000 kelahiran hidup (Saifuddin, 2001).
Telah terjadi kebiasaan wanita indonesia memakai gurita dan korset
yang ketat segera setelah persalinan sebagai perawatan dini dinding
C. TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengidentifikasi seberapa besar tingkat pengetahuan ibu nifas tentang senam pasca
persalinan di BPS Reni desa Bakungan Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi.
D.MANFAAT PENELITIAN
1. Secara Teoritis.
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. BATASAN PENGETAHUAN
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan satu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra
manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba,
benar
tentang
obyek
yang
diketahui
dan
dapat
3). Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi riil (sebenarnya).
menghubungkan
keseluruhan
yang
bagian
baru.
Dengan
bagian
kata
didalam
lain
suatu
sintesis
ini
bentuk
suatu
ini
berkaitan
atau
dengan
penelitian
kemampuan
terhadap
suatu
untuk
materi
melakukan
atau
obyek
dengan
menggunakan
kemungkinan
dalam
dasar-dasar
ilmu
menemukan
pengetahuan.
Hal
teori-teori
ini
juga
dalam
merupakan
diperoleh
melalui
penggunaan
metode
ini
banyak
pepatah
mengatakan
Pengalaman
adalah
guru
suatu
cara
untuk
memperoleh
kebenaran
pengetahuan.
d). Jalan Pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia,
cara berfikir umat manusiapun ikut berkembang. Dari sini
manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam
memperoleh
pengetahuan,
memperoleh
kebenaran
menjalankan
dengan
kata
pengetahuan,
jalan pikirannya,
lain,
dalam
manusia
telah
pemikiran
secara
tidak
langsung
melalui
pembuatan
pertanyaan
khusus
sedangkan
deduksi
kesimpulan
kepada
adalah
itu
umum
melalui
pertanyaan-
dinamakan
pembuatan
induksi
kesimpulan
dari
popular
disebut
metodologi
penelitian
(Research
Methodologi)
c). Faktor yang mempegaruhi pengetahuan.
1). Usia.
Semakin cukup usia si ibu tingkat kemampuan atau kematangan akan lebih mudah untuk
berpikir dan mudah menerima informasi
2). Tingkat pendidikan.
3). Pengalaman
Merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan
pengalaman dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan
dengan benar. Sehingga dari pengalaman yang benar diperlukan
berfikir yang logis dan kritis. (Notoadmodjo, 2005).
4). Intelegensi.
Pada prinsipnya mempengaruhi kemampuan seorang untuk
menyesuaikan diri dan cara pengambilan keputusan ibu-ibu atau
masyarakat yang intelegensinya tinggi akan banyak berpartisipasi
lebih cepat dan tepat dalam mengambil keputusan di banding
dengan masyarakat yang intelegensinya rendah.
5). Sosial-Ekonomi.
Mempengaruhi tingkah laku seseorang ibu atau masyarakat
yang berasal dari sosial ekonomi tinggi di mungkinkan lebih
memiliki sikap positif memandang diri dan masa depannya, tetapi
bagi ibu - ibu atau masyarakat yang sosial ekonominya rendah akan
tidak merasa takut untuk mengambil sikap atau tindakan.
6). Sosial Budaya.
Dapat mempengaruhi proses pengetahuan khususnya dalam
penyerapan nilai-nilai sosial, ke agamaan untuk memperkuat super
egonya.
7). Lingkungan
dan
jaringan.
Selama
tahap
III
persalinan,
oksitosi
menimbulkan
komplikasi.
Waktu
untuk
sehat
sempurna
bisa
terjadinya
trombosis
dan
beraktivitas
sesuai
kesanggupannya.
2) Diet
Makanan harus bermutu bergizi dan cukup kalori, sebaiknya makanmakanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran
dan buah-buahan.
3) Miksi
Hendaknya kencing dapat di lakukan sendiri secepatnya, kadang
wanita mengalami sulit kencing karena sfingter utetra ditekan oleh
kepala janin dan iritasi M-Sphincter ani selama persalinan.
4) Defekasi
Buang air besar harus di lakukan 3-4 hari pasca persalinan.
5) Perawatan Payudara
Dianjurkan sekali untuk menyusukan bayi.
6) Laktasi
7) Pemeriksaan pasca persalinan
a) Pemeriksaan umum : tekanan darah, nadi, keluhan dan
sebagainya.
b) Keadaan umum : suhu badan dan selera makan.
c) Payudara, ASI, puting susu.
d) Dinding perut, perineum, kandung kemih dan rektum.
e) Sekret yang keluar, misal Lochea, Flour albus.
f) Keadaan alat-alat kandungan.
g). Nasehat Untuk Ibu Post Natal.
1). Fisioterapi post natal sangat baik bila diberikan.
2). Sebaiknya bayi di susui.
3). Kerjakan Gimnastek sehabis bersalin.
4). Melakukan KB.
Gambar 2.1
b. Mengencangkan kaki
diagframa
membantu
mengembalikan
senam
dengan
mengencangkan
dan
yang
terpenting
karena
perannya
Gambar2.2
Untuk memicuserat otot tipe I slow-twitch harus
dengan kontraksi lembut yang membantu stabilitas panggul.
Akan mudah dilakukan bila latihan ini dipadu dengan
aktivitas lain dan latihan ini dapat sering dilakukan dalam
otot
dasar
panggul
dan
tranaversusakan
et
bermanfaat
al,
2001).
pada
Aktivasi
masa
bersama
pascanatal,
ini
terutama
khususnya
bila
Senam
mengangkat
panggul
dapat
dilakuakn
berirama(pelvic
rocking),
untuk
membantu
nyeri
punggung
yang
mungkin
timbul
setelah
Gambar 2.3
4. Senam stabilitas batang tubuh
Untuk
memicu
transversus
demi
menstabilkan
panggul
a.
Gambar 2.5
c. Dalam posisi berbaring miring dan lutut kaki yang bawah ditekuk
kearah belakang, tarik abdomen bagian bawah dan naikkan kaki
yang atas kearah atap sejajar dengan tubuh. Tahan gerakan ini
selama 5 detik, namun tetap pastikan agar posisi punggung dan
panggul tidak berotasi. Ulangi selama 5 kali pada masing-masing
kaki. Secara perlahan tingkatan kemampuan menahan gerakan
tersebut sampai 10 detik dan ulangi gerakan sebanyak 10 kali.
Beberapa minggu kemidian tingkatkan untuk mengendalikan
panggul dan tulang belakang sambil mengangkat kaki kearah atap
dengan paha dirotasikan keluar.
Gambar 2.6
d.
Dengan
posisi berbaring telentang, tekuk kedua lutut keatas dan kaki datar di
atas lantai. Letakan tangan diatas abdomen depan paha, tarik
abdomen bawah dan biarkan lutut kanan sedikit kearah luar dengan
sedikit mengendalikan untuk memastikan bahwa pelvis tetap pada
posisinya dan panggul tetap datar. Secara perlahan kembalikan lutut
pada posisi semula yakni posis tegak lurus. Ulangi gerakan sebanyak
5 kali pada lutut yang lain. Secara bertahap tingkatkan gerakan
pengulangan tersebut sampai 10 kali. Beberapa minggu kemudian
tingkatkan pengendalian panggul dengan posisi litut lebih rendah
lagi.
Gambar 2.7
e.
Dengan posisi telentang, tekuk kedua lutut diatas dan kaki datar
diatas lantai. Letakkan tangan diatas abdomen depan paha, tarik
abdomen bawah dan secara perlahan luruskan tumit salah satu kaki
untuk
berlatih
ringan
dengan
frekuensi
sering
daripada
Gambar 2.10
c. Senam Setelah Persalinan Dengan Seksio Sesaria
Ibu harus diajarkan bagaimana naik dan turun tempat tidur dengan
menekuk kedua lutut terlebih dahulu, tarik oto abdomentnya dan
berguling kedepan, dengan dorongan tangan dan kaki, ia akan mampu
berpindah kearah atas atau bawah. Ibu tidak diperkenankan langsung
duduk dari posisi berbaring namun tetap berguling kesamping.Gerakan
Gambar 2.11
d. Senam Setelah Persalinan Bayi Lahir Mati atau Kematian
Neonatus.
Ibu yang baru mengalami kesedihan karena bayi lahir mati, mungkn
dirawat diruang khusus dan cenderung tidak mengikuti senam pasca
natal. Agar ibu mau melakukan senam serta aktivitisnya sehari hari
maka sediakan leaflet tidak menyinggung tentang bayi. Ibu ini
Dua tahun yang lazim senam abdomen, yaitu menaikan kedua kaki
bersamaam dan sit-up dengan kaki lurus. Latihan ini merupakan latihan yang
beresiko tinggi untuk siapapun dan mungkin dapat mengakibatkan cedera
kompresi terhadap diskus vertebralis atau kerusakan otot dan ligamen.terdapat
resiko tambahan bagi ibu pasca natal karena terdapat peregangan otot dan
kelenturan ligamen.
Dibawah ini dua senam yang harus dihindari ( lhat gambar 9.12).
Gambar 2.12
a. Manfaat senam nifas
senam
,berventilasi
perlu
baik
dilengkapi
dengan
dengan
lantai
yang
rungan
tidak
yang
licin,
besar
misalnya
memberi
membantu
perlindungan
menghindari
yang
regangan.
adekuat
kaos
pada
katun
kaki
yang
dan
longgar
: diteliti
: tidak diteliti
: garis penghubung yang diteliti
Dari kerangka diatas adapun variabel yang diteliti adalah tingkat pengetahuan
ibu nifas tentang senam pasca persalinan meliputi : tahu, memahami ,dan
aplikasi.sedangkan faktor faktor yang mempengaruhi ibu nifas tidak diteliti.
BAB 3
METODE PENELITIAN
A. Jenis Dan Rancang-Bangun Penelitian.
Jenis penelitian yang digunakan adalah diskriptif yaitu suatu metode
penelitian yang di lakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran
atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif.
B. Variabel.
1. Variabel yag digunakan adalah pengetahuan ibu nifas tentang senam
pasca persalinan.
2. devinisi operasional.
Tabel 3.1 Definisi Operasional Pengetahuan Ibu Nifas Tentang
Senam Pasca Persalina Di BPS Reni Desa Bakungan
Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi.
Definisi
variabel
kriteria
operasional
skala
Pengetahu
Segala
an ibu nifas
tentang
ordinal
Cukup : 56 75 %
pasca Kurang : 40 55 %
yang
meliputi:
1. tahu
2. memahami
3.
35
aplikasi
C.Populasi
Populasi dalam peneliian ini adalah ibu nifas yang memeriksakan diri si BPS Reni
Desa Bakungan Kecamatam Glagah Kabupaten Banyuwangi sejumlah 20 responden.
D.Sampel
Besarnya sample dalam penelitian ini adalah 20 responden
Tehnik pengambilannya dengan menggunakan total sampling.
E. Lokasi dan Waktu Penelitian
1.Penelitian ini dilakukan di BPS reni desa bakungan kecamatan glagah
kabupaten banyuwangi.
mendapat
persetujuan
dari
bidan,
peneliti
mulai
melakukan
dasar
pengambilan
keputusan.
Dalam
penelitian
ini
peneliti
Memindahkan
data
dari
data
kuesioner
ke
dalam
table,
x 100%
P = prosentase
f = jumlah jawaban yang benar
N = jumlah soal
Kemudian data penelitian tersebut di interprestasikan dengan
menggunakan kriteria kwalitas.
Baik : 76 100 %
Cukup : 56 75 %
Kurang : 40 55%
Tidak baik: < 40%
(Ari kunto, 2006)
H. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian peneliti mengajukan izin kepada BPS melalui
surat ijin permohonan dari Politeknik Kesehatan Majapahit Program Studi
BAB 4
A. HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan peneliti sajikan hasil pengumpulan data dari kuesioner
yang diperoleh dari pengambilan data yang dilakukan pada ibu nifas yang
memeriksakan diri di BPS Reni desa Bakungan Kecamatan Glagah Kabupaten
Banyuwangidan didapatkan jumlah responden sebanyak 20 orang. Penyajian
data dimulai dari deskripsi daerah penelitian dan hasil yang berupa data umum
dan data khusus yang kemudian tabulasi.
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Luas Wilayah
BPS Reni terletak di Propinsi Jawa Timir Kabupaten Banyuwangi
Kecamatan Glagah desa Bakungan, dengan batas wilayah :
1. Sebelah Utara : Desa Mojopanggung
2. Sebelah Selatan : Desa Rejosari
3. Sebelah Barat : Desa Banjarsari
4. Sebelah Timur : Desa Kebalenan
BPS Reni merupakan bidan praktek swasta yang terdiri dari
ruang untuk persalinan, ruang ibu nifas, 1 ruang pemeriksaan
kehamilan dan aseptor KB dan ruang tunggu.
41
BPS Reni melaksanakan kegiatan setiap hari kerja yaitu pada hari seninminggu sedangkan untuk hari raya besar tidak melakukan kegiatan. Adapun
kegiatan tersebut dimulai jam 06.00 sampai 07.00WIB dan 16.00 sampai
21.00WIB, 24 jam khusus untuk persalinan.
c. Bidang Pelayanan Meliputi
1. Pemeriksaan Ibu hamil
2. Pelayanan KB
3. Imunisasi Bayi
4. Pelayanan rawat inap (ibu bersalin)
5. Pencatatan dan pelaporan
2. Data Umum
a. Karakteristik responden berdasarkan umur
Tabel 4.1. Tabel distribusi responden berdasarkan umur di
BPS Reni Desa Bakungan Kecamatan Glagah
Kabupaten Banyuwangi Tanggal 18 juli 7 agustus
2009.
No
Umur
Jumlah
<>
20 35
20
100
> 35
20
100
Total
No
Pendidikan
Jumlah
1.
Tidak sekolah
2.
SD / MI
15
3.
SMP
30
4.
SMA / SMK
10
50
5.
PT
Total
20
100
No
Pekerjaan
1.
Tidak kerja
2.
Kerja
Total
Berdasarkan
tabel
Jumlah
11
55
45
20
100
4.3
dapat
diketahui
bahwa
jumlah
No
Kriteria
Jumlah
1.
Baik
15
2.
Cukup
20
3.
Kurang
35
4.
Tidak baik
30
20
100
Total
B. PEMBAHASAN
1. Tingkat Pengetahuan ibu nifas Tentang Senam Pasca Persalinan di BPS Reni
Desa Bakungan Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi
Berdasarkan analisa dan interpretasi data yang didapat bahwa
sebagian besar berpengetahuan kurang yaitu 7 responden (35 %).
pengetahuan
baik,
responden
(20%)
berkategori
pengetahuan
tidak
baik
yaitu10
responden
(50%),
kesempatan
dan
waktu
yang
lebih
lama
dalam
analisis
juga
dipengaruhi
oleh
pendidikan
responden
(50%)
berpendidikan
SMA/SMK,
rosponden
(0%)
lain
disebabkan
karena
status
pekerjaan
responden
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan Ibu nifas dengan tingkat
pengetahuan baik sebanyak (15%), dan dengan tingkat pengetahuan cukup
B. SARAN
1. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hendaknya dapat menambah pengetahuan tentang senam pasca
persalinan, dan menerapkan ilmu yang sudah didapat selama dibangku
kuliah serta lebih dikembangkan dan menambah pengalaman dalam
penerapan riset terutama tentang senam pasca persalinan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Agar dapat memberikan materi penelitian yang lebih mendalam dan
memantapkan dalam penyusunan karya tukis ilmiah.
3. Bagi Tempat Penelitian
Lebih meningkatkan dalam memberikan penyuluhan / memberikan
CD kepada ibu nifas tentang nifas dan senam nifas, serta menyediakan
sarana prasarana.
4. Bagi Masyarakat
Diharapkan ibu-ibu nifas dapat dan mau mengikuti senam nifas karena
dapat membantu proses involusi dan pencegan komplikasi pada masa nifas.
I. Keterbatasan
Beberapa keterbatasan peneliti dalam melakukan penelitian ini antara lain
sebagai berikut:
1. Instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner yang peneliti
buat sendiri dan belum pernah diuji cobakan sehingga reabilitas dan
validitasnya perlu di sempunakan.
2. Waktu pelaksanaan terlalu singkat sehingga mempengaruhi hasil
penelitian.
Daftar pustaka
Arikunto. Suharsimi. (2006). Prosedur penelitian. Jakarta : rineka cipta.
Brayshaw,E, (2007).senam hamil & nifas.Jakarta.EGC.
Dwi Wulandari (2008). hubungan antara pengetahuan aseptor kb pil dengan
kepatuhan aseptor dalam mengkonsumsi pil kb.STIKES ABI.
Notoatmodjo.s.(2005) metodelogi penelitian kesehatan . jakarta;rineka cipta.
Nursalam.(2003).konsep dan penerapan metodelogi penelitian ilmu keperawatan
.jakarta :salemba medika.
Manuaba I. B. G (2005). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk pndidikan bidan.Jakarta.EGC.
Prawiroharjo. Sarwono.(2005).ilmu
sarwono prawirohardjo.
kebidanan.jakarta:yayasan
bina
pustaka
Suyanto dan Ummi Salamah, (2009). Riset Kebidanan, Mitra Cendikia Press.
Jogjakarta.
Tim Poltekes Majapahit Mojokerto, (2009). Buku Pedoman Penyusun Karya
Ilmiah.
www.Geooglle.com
(http://hidupkansehat.blogspot.com/2008/12/angka-kematia-ibu-aki-sebagalatar.htm
Diposkan oleh BeJo Net Community di 10.30
Reaks
i:
Archives
2012 (5)
2011 (6)
2010 (101)
o
Desember (6)
Juli (4)
Juni (11)
Mei (44)
Efisi pleura
KTI ASI
ENSEFALITIS
Pembiayaan Kesehatan
BAYI PREMATUR
UTERUS
PENYAKIT KARDIOVASKULER
VAGINA
Ovarium
Efisi pleura
Meningitis
April (36)
Categories
ASFIKSIA (1)
BIOMEKANIKA (1)
BIOSTATISTIK (1)
BRONCHOPNEUMONI (1)
ENSEFALITIS (1)
HIPOTERMIA (1)
Konsepsi (1)
KTI (5)
MASTITIS (1)
Meningitis (1)
NADI (1)
NIFAS (1)
Ovarium (1)
PLASENTA (1)
SAP (1)
UTERUS (1)
VAGINA (1)
UBI
BEJO_NET COMMUNITY
Pengikut