Anda di halaman 1dari 69

pengetahuan ibu nifas tentang senam nifas di Klinik Bidan Siti Aminah Desa

Jirkan Dusun Balun Tawun


BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Masa puerperium atau masa nifas mulai setelah partus selesai , dan berakhir setelah kirakira 6 minggu akan tetapi alat genetalia baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan
dalam waktu 3 bulan ( Prawirohardjo, S, 1999 : 237 ). Masa Nifas (puerperium) didefinisikan
sebagai periode selama dan tepat setelah kelahiran ( Gary Cunningham, 2006 : 443 ). Nifas
merupakan suatu masa sesudahnya persalinan terhitung dari saat selesai persalinan sampai
pulihnya kembali alat kandungan ke keadaan sebelum hamil ( Farrer Helen, 2001 :225 ). Jadi,
bukan hanya di tunjukkan dengan adanya darah pasca persalinan yang berasal dari luka bekas
melekatnya plasenta ( uri ) dan biasanya dalam 10 14 hari sudah berkurang karena lukanya
mulai menutup, sesudah itu cairan yang keluar berupa lochea, dalam masa ini pula rahim
mengecil kembali.
Pasca persalinan ibu sering mengeluhkan rasa sakit pada perut bagian bawah yang
bertambah nyerinya saat menyusui. Rasa sakit bersamaan dengan masa pengecilan rahim dan
biasanya hilang sepuluh hari pasca persalinan , meskipun demikian rahim baru pulih kembali
sekitar 6 minggu (40-42 hari ). Dalam keadaan normal cairan yang keluarnya umumnya tidak
berbau, tetapi apabila terdapat bau yang tidak sedap patut di waspadai terjadinya infeksi
( Abdul Bari. S, dkk : 2002 )

Untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah terjadinya infeksi perlu di lakukan
perawatan kebersihan jalan lahir, makanan yang bergizi dan di anjurkan untuk berolah raga
senam nifas, banyak dijumpai ibu nifas enggan melakukan aktifitas pasca persalinan,
mempercepat proses involusi. Senam nifas penting sekali di lakukan oleh ibu yang telah
melahirkan untuk mengembalikan kebugaran tubuh pasca persalinan. Melalui latihan secara
teratur, calon ibu di harapkan dapat lebih tenang serta siap saat persalinan maupun setelah
proses persalinan (Abdul Bari. S, dkk : 2002 ).
Hasil survey awal yang dilakukan oleh peneliti di klinik Bidan Siti Aminah, Desa Jirkan,
Dusun Balun Tawun, Kecamatan Sukodadi, Kabupaten .............. tanggal 2 maret 2009
terdapat 10 responden 70% di antaranya ibu nifas yang tidak pernah melakukan senam nifas,
10% ibu nifas yang pernah mendapatkan penyuluhan tentang pentingnya senam nifas tapi
tidak melakukan dan 20% ibu nifas melakukan senam nifas.
Keengganan ibu melakukan senam nifas kemungkinan besar di sebabkan oleh beberapa
faktor yang mempengaruhi pola aktifitas ibu nifas, di antaranya : pengetahuan, pendidikan,
budaya, pekerjaan, peran keluarga, peran petugas kesehatan dan motivasi.
Pengetahuan merupakan penampilan dari hasil tahu dan terjadi setelah melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, S, 2003 : 127). Mempelajari
pendapat di atas bahwa apabila ibu pernah melihat, mengetahui, mendengar maupun
berupaya sesuatu yang belum pernah ia dapat, maka ibu akan memperoleh pengalaman yang
sangat berharga dalam mengembangkan pengetahuannya. Tetapi apabila ibu tidak pernah
sama sekali mendengar, mengetahui terlebih lagi mencoba dapat dipastikan para ibu tidak
akan memperoleh perubahan kehidupan dari pengalaman yang berharga. Dengan demikian
apabila ibu tidak memiliki pengetahuan tentang senam nifas, maka para ibu tidak akan
melakukan senam nifas karena tidak memahami manfaat dari senam nifas.

Disisi lain pendidikan juga memiliki pengaruh yang besar terhadap pengembangan
pengetahuan seseorang. Pendidikan merupakan segala upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhi orang lain, individu, keluarga atau masyarakat, sehingga mereka melakukan
apa yang diharapkan oleh pelaku ( Notoadmodjo, S, 2003 :16 ). Mempelajari pendapat di atas
bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang khususnya para ibu pasca melahirkan maka akan
menimbulkan dorongan dalam diri mereka untuk memperoleh informasi dan berbuat sesuatu
sehingga dapat menjaga dirinya menjadi lebih sehat dengan menghindari kebiasaan buruk
dan membentuk kebiasaan yang menguntungkan kesehatan dengan berolah raga misalnya
senam nifas. Namun sebaliknya para ibu yang berpendidikan rendah tidak menutup
kemungkinan mereka enggan untuk mencari, mendapatkan maupun melakukan sesuatu yang
baru sehingga akan beranggapan bahwa senam nifas tidak bermanfaat bagi mereka, dengan
demikian apabila ibu berpendidikan rendah maka mereka tidak akan menghiraukan tentang
pentingnya senam nifas pasca melahirkan.
Pekerjaan merupakan aktifitas yang tidak dapat dianggap remeh, karena pekerjaan
merupakan aktifitas yang menghasilkan uang, barang dan kepuasan. Mempelajari pendapat
tersebut bahwasannya pada umumnya para ibu bekerja adalah untuk memperoleh tambahan
pendapatan disamping tuntunan profesi, hal semata terlebih bagi ibu yang tingkat
ekonominya rendah bekerja adalah untuk mencukupi kebutuhan nafkah setiap hari. Bagi ibu
yang ekonominya baik bekerja tidak menjadi halangan untuk tidak melakukan senam nifas
tetapi bagi ibu yang tingkat ekonominya rendah maka lebih baik bekerja untuk memenuhi
kebutuhan pokok dari pada melakukan senam nifas. Dengan demikian, apabila ibu yang
mengutamakan pekerjaan untuk mencukupi kebutuhan tidak menutup kemungkinan mereka
enggan untuk melakukan senam nifas sehingga proses involusi akan lambat.

Budaya merupakan segala ciptaan dan tatanan perilaku manusia baik yang ada maupun
yang tidak ada ( L. Dyson & T. Santoso , 2001 : 25 ). Mempelajari pendapat tersebut
bahwasanya selama ini para ibu beranggapan pasca melahirkan mereka di haruskan untuk
bedrest, selain itu mereka juga memakai gurita, stagen atau korset pasca salin yang di tujukan
untuk memperkecil perut atau memperindah perut, padahal alat tersebut lebih karena budaya,
itulah pengaruh dari ketidaktahuan ibu terhadap perkembangan zaman sehingga budaya
tersebut tidak berubah. Beda halnya ibu yang mempunyai banyak pengetahuan, mereka akan
mencoba mengurangi lemak yang berlebihan sisa hamil atau perut yang kendur bukan
melalui pemakaian gurita tetapi dengan berolah raga yaitu senam nifas secara teratur dan
intensif. Oleh karena itu dapat diketahui bahwa seorang ibu yang pengetahuannya rendah
maka tidak menutup kemungkinanbudaya mereka tidak akan berubah.
Keluarga berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan
anggotanya, keluarga juga sebagai suatu kelompok yang dapat menimbulkan, mencegah,
mengabaikan atau memperbaiki masalah kesehatan dalam kelompoknya (Effendy, N, 1998 :
39). Mempelajari pendapat di atas bahwasanya dalam mengembangkan pengetahuan ibu agar
melakukan senam nifas keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam
memelihara kesehatan para anggotanya serta merupakan perantara yang efektif dan mudah
untuk berbagai upaya kesehatan terutama untuk ibu pasca melahirkan, peran keluarga
sangatlah penting pada saat masa nifas, karena pada waktu itu ibu memerlukan perhatian dan
pengawasan demi pulihnya kesehatan, serta mencegah terjadinya infeksi dan komplikasi,
apabila keluarga memahami kebutuhan ibu nifas untuk melakukan senam nifas maka
keluarga akan selalu memberikan dukungan pada ibu untuk melakukanya. Sebaliknya apabila
keluarga kurang memahami kebutuhan ibu nifas maka keluarga akan cenderung untuk
memanjakannya dan ibu akan semakin enggan untuk melakukan senam nifas. Dengan

demikian, bila keluarga kurang terlebih lagi tidak memperdulikan kebutuhan ibu pasca
melahirkan maka ibu tidak akan melakukan senam nifas sehingga proses involusi terhambat..
Peran petugas kesehatan harus mampu menjalankan perannya dalam memberikan
pendidikan kesehatan, bentuk pendidikan kesehatan yang di berikan oleh petugas kesehatan
yang berupa penyuluhan kesehatan ( Effendy, N, 1998 ). Mempelajari pendapat tersebut
bahwasanya petugas kesehatan sebagai pendidik harus mampu menjalankan perannya dalam
meningkatkan pengetahuan para ibu, semakin sering petugas kesehatan memberikan
penyuluhan tentang senam nifas kepada para ibu nifas maka kemungkinan besar mereka
melakukannya walaupun tanpa di dampingi seorang petugas kesehatan. Berbeda halnya bila
petugas kesehatan sebagai pendidik tidak mampu menjalankan perannya maka pengetahuan
ibu akan terbatas setelah melahirkan terlebih lagi ibu bahkan tidak di berikan penyuluhan
tentang senam nifas. Sehingga bila petugas kesehatan tidak berperan aktif maka akan
mempengaruhi kemampuan ibu dalam pengembangan pengetahuan terutama senam nifas.
Motivasi merupakan dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku
( B.Uno, Hamzah, 2007 : 1 ). Mempelajari pendapat tersebut bahwasannya manusia dalam
kehidupannya dewasa ini tidak dapat memenuhi kebutuhannya tanpa bantuan orang lain, baik
kebutuhan biologis, kebutuhan ekonomis, maupun kebutuhan penting lainnya seperti halnya
para ibu pasca melahirkan yang membutuhkan bantuan orang lain. Tanpa bantuan dan
motivasi para ibu tidak berarti sama sekali. Selain dari peran keluarga maupun peran petugas
kesehatan para ibu dapat mengembangkan pengetahuannya terutama tentang senam nifas
melalui motivasi yang mendasarinya. Dengan motivasi yang tinggi maka ibu akan selalu
berusaha untuk melakukan apa yang harus ia lakukan dan ia inginkan sehingga ibu akan
semakin aktif dalam melakukan senam nifas. Dan sebaliknya jika ibu nifas tidak bermotivasi
tinggi maka ia akan malas melakukan senam nifas. Dengan demikian bila seorang ibu tidak

ada motivasi dalam dirinya maka pengembangan pengetahuan tentang senam nifas akan lama
dan bahkan dapat membuat ibu untuk malas melakukannya.
Agar proses involusi dapat terjadi dengan cepat dan ibu nifas bersedia melakukan senam
nifas maka di harapkan peran aktif petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan tentang
pentingnya senam nifas pada ibu nifas selain itu dengan di lengkapi fasilitas dan ruangan
yang luas serta instruktur yang berpengalaman sehingga membuat para ibu merasa nyaman
selama melakukan senam nifas.
Dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu nifas
tentang senam nifas.
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka dapat di rumuskan permasalahan sebagai
berikut :
1.2.1 Bagaimana pengetahuan ibu nifas tentang pengertian dan manfaat senam nifas ?
1.2.2 Bagaimana pengetahuan ibu nifas tentang waktu pelaksanaan dan cara melakukan
senam nifas ?
1.2.3 Bagaimana pengetahuan ibu nifas tentang akibat bila tidak melakukan senam nifas ?
1. Bagaimana pengetahuan ibu nifas tentang senam nifas ?

1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi pengetahuan ibu nifas tentang senam nifas di Klinik Bidan Siti Aminah
Desa Jirkan Dusun Balun Tawun Kecamatan Sukodadi Kabupaten ...............
1. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi pengetahuan ibu nifas tentang pengertian dan manfaat senam nifas.
1. Mengidentifikasi Pengetahuan ibu nifas tentang waktu pelaksanaan dan cara
melakukan senam nifas
1. Mengidentifikasi pengetahuan ibu nifas tentang akibat bila tidak melakukan senam
nifas
1. Mengidentifikasi pengetahuan ibu nifas tentang senam nifas.
1. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
1. Bagi pelayanan kesehatan
Diharapkan hasil penelitian ini memberikan masukan bagi tempat pelayanan
kesehatan guna meningkatkan pelayanan khususnya dalam pemberian penyuluhan pada ibu
nifas.
1. Bagi peneliti yang akan datang

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang pemenuhan
kebutuhan senam nifas ibu nifas , serta dapat di gunakan sebagai acuan untuk penelitian yang
akan datang.
1. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran pada para tenaga pelayanan
kesehatan tentang cara mengajarkan senam nifas untuk ibu nifas.
1. Relevansi
Senam nifas di anjurkan pada ibu nifas karena mempunyai manfaat yang banyak , tetapi
kebanyakan dari para ibu nifas enggan banyak bergerak dan tidak melakukan senam nifas .
Kurang pengetahuan ibu nifas tentang pentingnya senam nifas akan menyebabkan klien
enggan untuk melakukan senam nifas.
Pelayanan kesehatan yang salah satunya adalah bidan terutama di daerah mempunyai
peranan untuk memberikan penyuluhan tentang senam nifas setiap kali mereka kontrol.
Dengan di lengkapi fasilitas dan ruangan yang luas serta instruktur yang berpengalaman,
membuat peserta akan merasa nyaman selama menjalani latihan.

Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Senam Nifas


KTI SKRIPSI
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST PARTUM TENTANG SENAM NIFAS
ABSTRAK
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST PARTUM TENTANG SENAM NIFAS DI
RS
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai
alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil, masa nifas ini yaitu 6-8 minggu. Dalam masa
nifas alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Dimana pada saat hamil beberapa otot mengalami penguluran
terutama otot tahim dan perut, setelah melahirkan rahim tidak secara cepat kembali seperti
semula tetapi melewati proses. Oleh karena itu, untuk mengembalikan ke kondisi semula
diperlukan suatu senam yang dikenal dengan senam nifas. Akan tetapi umumnya para ibu
pasca melahirkan takut melakukan banyak gerakan, sang ibu khawatir gerakan- gerakan yang
dilakukannya akan menimbulkan dampak yang tidak di inginkan. Tujuan dari penelitian ini
adalah mengetahui gambaran pengetahuan ibu post partum tentang senam nifas di RS.
Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Nifas RS pada tanggal 13-20 Juli. Desain penelitian ini
merupakan jenis penelitian deskriptif. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu nifas yang
fisiologis dan patologis yang ada di ruang nifas RS yang berjumlah 11 orang. Teknik
sampling adalah Sampling Jenuh. Alat ukur yang digunakan adalah angket yang bersifat
tertutup. Data yang diperoleh di tabulasi kemudian dikelompokkan dan dianalisa.
Hasil penelitian diperoleh 11 responden dimana 3 responden (27,27%) mempunyai
pengetahuan baik, 8 responden (72,73%) mempunyai pengetahuan cukup serta tidak ada
responden yang mempunyai pengetahuan kurang dan tidak baik. Sebagian besar responden
berpengetahuan cukup yaitu 72,73%. Saran yang disampaikan perlu ditingkatkan
pengetahuan ibu post partum tentang senam nifas melalui penyuluhan-penyuluhan yang
dilakukan oleh bidan / perawat.
Kata kunci : pengetahuan, ibu post partum, senam nifas.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai
alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil, masa nifas ini yaitu 6-8 minggu (Rustam,
1998). Dalam masa nifas alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur
pulih kembali seperti kadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetalia ini dalam
keseluruhannya disebut involusi (Sarwono, 2002)
Pada saat hamil, beberapa otot mengalami penguluran, terutama otot rahim dan perut
(Mellyana, 2003). Dinding perut menjadi lembek dan lemas disertai adanya garis-garis putih
dan hitam (strie gravidarum) yang dari sudut keindahan tubuh akan terasa sangat
mengganggu. (Rustam, 1998). Setelah melahirkan, rahim tidak secara cepat kembali seperti
semula tetapi melewati proses. Oleh karena itu, untuk mengembalikan ke kondisi semula
diperlukan suatu senam yang dikenal dengan senam nifas. Senam nifas memberikan latihan
gerak secepat mungkin agar otot-otot yang mengalami penguluran selama kehamilan dan
persalinan kembali normal, seperti sebelum hamil sehingga terhindar dari segala perasaan
yang kurang nyaman (Mellyana, 2003)
Manfaat senam nifas untuk mengencangkan otot perut, liang senggama, otot-otot sekitar
vagina maupun otot-otot dasar panggul, selain memperlancar sirkulasi darah. Dengan

melakukan senam nifas, kondisi umum ibu jadi lebih baik, rehabilitasi atau pemulihan jadi
bisa lebih cepat. Selain menumbuhkan/ memperbaiki nafsu makan, hingga asupan makannya
bisa mencukupi kebutuhannya. Paling tidak, dengan melakukan senam nifas, ibu tak terlihat
lesu ataupun emosional. Senam nifas sebaiknya dilakukan dalam waktu 24 jam setelah
melahirkan, lalu secara teratur setiap hari. (Dedeh, 2006)
Umumnya para ibu pasca melahirkan takut melakukan banyak gerakan, sang ibu khawatir
gerakan-gerakan yang akan dilakukannya akan menimbulkan dampak yang tidak di inginkan.
Padahal, apabila ibu bersalin melakukan ambulasi dini, itu bisa memperlancar terjadinya
proses involusi uterus (kembali rahim ke bentuk semula). (Salamah, 2003). Menurut Hasnah
umumnya wanita yang habis melahirkan kerap mengeluhkan bentuknya yang melar, belum
lagi kondisi tubuhnya yang kurang prima lantaran letih dan tegang. Sementara peredaran
darah dan pernapasan belum kembali normal, hingga untuk membantu mengembalikan tubuh
ke bentuk dan kondisi semula harus melakukan senam nifas yang teratur. (Dedeh, 2006)
Dari data observasi pada tanggal 2-27 Januari 2008, di RSUD Kertosono ruang nifas terdapat
18 ibu post partum dengan persalinan normal dan 12 pasien post SC. Dari 30 ibu nifas
tersebut, yang mengetahui tentang senam nifas hanya 5 orang, bahkan ada 1 ibu post SC yang
tidak turun dari tempat tidur + 5 hari, karena ibu takut untuk bergerak.
Data PKL tanggal 21 Februari 2008 di Desa Banjarejo Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten
Kediri, ada 3 ibu nifas yang tidak mengetahui tentang senam nifas, bahkan ada 1 ibu nifas
yang oleh orang tuanya dilarang untuk bergerak, dan disuruh untuk memakai stagen agar
perutnya mengecil, sehingga kaki ibu tersebut agak bengkak. Dari penelitian Susanti P.
(2001) terhadap ibu nifas di RSU USD Gambiran, ibu yang memiliki tingkat pengetahuan
tentang senam nifas tinggi ada 7 responden (70%). Dimana pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang
Studi pendahuluan yang dilakukan di ruang nifas RS pada tanggal 5 April, di dapatkan 7 ibu
nifas. Dari 7 orang ibu nifas yang mengetahui tentang senam nifas hanya 2 orang.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu post
partum tentang senam nifas di Ruang nifas RS.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut Bagaimanakah gambaran pengetahuan ibu post partum tentang senam nifas
di RS?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui gambaran pengetahuan ibu post partum tentang senam nifas
1.3.2 Tujuan khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi pengetahuan ibu post partum tentang pengertian senam nifas.
1.3.2.2 Mengidentifikasi pengetahuan ibu post partum tentang manfaat senam nifas.
1.3.2.3 Mengidentifikasi pengetahuan ibu post partum tentang tujuan senam nifas.
1.3.2.4 Mengidentifikasi pengetahuan ibu post partum tentang indikasi dan kontra indikasi
untuk senam nifas.
1.3.2.5 Mengidentifikasi pengetahuan ibu post partum tentang cara melakukan senam nifas.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Dapat meningkatkan pemahaman dan pengetahuan peneliti mengenai pengetahuan ibu post
partum tentang senam nifas.
1.4.2 Bagi Institusi

Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan pertimbangan untuk penelitian tentang senam
nifas.
1.4.3 Bagi Lahan Praktek
Sebagai masukan informasi dan motivasi untuk bidan dan perawat yang berada di ruang nifas
dalam pemberikan penyuluhan kepada ibu post partum tentang senam nifas
1.4.4 Bagi Responden
Dapat meningkatkan pengetahuan responden tentang senam nifas.
silahkan download KTI SKRIPSI
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST PARTUM TENTANG SENAM NIFAS
Sumber Skripsipedia.com: Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Senam Nifas
http://www.skripsipedia.com/2012/10/gambaran-pengetahuan-ibu-post-partum-tentangsenam-nifas.html#ixzz4IiWyRQhg
kti skripsi kesehatan hanya di http://www.skripsipedia.com/
Follow us: @skripsipedia on Twitter | skripsipedia on Facebook

Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Senam Pasca Persalinan

Senin, 09 Juli 2012


BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6
minggu.
Setelah persalinan terjadi involusi pada hampir seluruh organ tubuh
wanita.involusi ini sangat jelas terlihat pada alat alat kandungan. sebagai
akibat dari kehamilan, dinding perut menjadi lembek dan lemas disertai adanya
garis garis putih dan hitam ( striae gravidarum ) yang dari sudut keindahan
tubuh akan terasa sangat mengganggu.
Umumnya , para ibu pasca melahirkan takut melakukan banyak gerakan. sang
ibu biasanya khawatir gerakan gerakan yang dilakukan akan menimbulkan
dampak yang tidak diinginkan. padahal, apabila ibu bersalin melakukan ambulasi
dini, itu bisa memperlancar terjadinya proses involusi uteri.
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tertinggi di ASEAN, sebesar 307/100.000
kelahiran hidup (Survei Demografi Kesehatan Indonesia SDKI 2002 2003): artinya
lebih dari 18.000 ibu tiap tahun atau dua ibu tiap jam meninggal oleh sebab
yang berkaitan dengan nifas. (Depkes RI,Dirjen Binkesmas, 2004).
Angka kematia ibu (AKI) sebaga Latar belakang Asuhan Kebidanan Ibu Nifas.
Dewasa ini derajat kesehatan ibu di Indonesia masih belum memuaskan. Hal ini
antara lain ditandai oleh tingginya angka kematian ibu (AKI) yaitu 307 per
100.000 kelahiran hidup tahun. 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam
pertama post partum. sementara itu target yang ingin dicapai pada tahun 2010
adalah 125 per 100.000 kelahiran hidup (Saifuddin, 2001).
Telah terjadi kebiasaan wanita indonesia memakai gurita dan korset yang ketat
segera setelah persalinan sebagai perawatan dini dinding perut.disamping itu
menghilangkan garis garis pada perut dipakai ramuan ramuan tradisional
berupa bedak cair yang dioleskan pada dinding perut, muka dan badan.
Tindakan tirah baring dan senam pasca persalinaan membantu proses fisiologi
ini secara perlahan. senam pasca persalinan adalah senam yang dilakukan ibu
ibu setelah melahirkan untuk memulihkan, merawat dan mengembalikan
keindahan tubuh setelah melahirkan.
Sekarang telah dipasarkan sejenis krim (diadal post natal cream) Yang dioleskan
pada tempat tempat yang dimana dijumpai stiae: dinding perut, paha,
payudara, dan lain lain. krim ini dapat meningkatkan metabolisme, tonus dan
elastisitas dari kulit. ( sinopsis obstetri, 2001)

B. BATASAN DAN RUMUSAN MASALAH

Dari beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan maka peneliti


membatasi hanya pada tingkat tahu, memahami, dan aplikasi tentang senam
pasca persalinan.
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, maka rumusan masalah yang
muncul adalah sebagai berikut Seberapa besarkah tingkat pengetahuan ibu nifas
tentang senam pasca persalinan di BPS Desa Kecamatan Glagah Kabupaten
C. TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengidentifikasi seberapa besar tingkat pengetahuan ibu nifas tentang
senam pasca persalinan di BPS desa Kecamatan Glagah Kabupaten
D.MANFAAT PENELITIAN
Secara Teoritis.
Penelitian ini sangat bermanfaat untuk mengetahui secara spesifik mengenai
tingkat pengetahuan ibu nifas tentang senam pasca persalinan.
Secara Praktis.
Meningkatkan kualitas pengetahuan kesehatan khususnya senam nifas.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini sebagai sarana untuk belajar menerapkan teori yang telah
diperoleh dalam bentuk nyata dan meningkatkan daya fikir dalam menganalisa
suatu masalah.
4. Bagi Institusi Pelayanan
Sebagai bahan masukan tentang pentingnya senam pasca persalinan
5. Bagi Pendidikan
Sebagai bahan bacaan kepustakaan dan penelitian lebih lanjut.

KTI PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG SENAM PASCA PERSALINAN

KARYA TULIS ILMIAH


PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG
SENAM PASCA PERSALINANDI BPS RENI DESA
BAKUNGANKECAMATAN GLAGAH
KABUPATEN BANYUWANGI

BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alatalat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung
kira-kira 6 minggu.
Setelah persalinan terjadi involusi pada hampir seluruh organ tubuh
wanita.involusi ini sangat jelas terlihat pada alat alat kandungan.
sebagai akibat dari kehamilan, dinding perut menjadi lembek dan lemas

disertai adanya garis garis putih dan hitam ( striae gravidarum ) yang
dari sudut keindahan tubuh akan terasa sangat mengganggu.
Umumnya , para ibu pasca melahirkan takut melakukan banyak
gerakan. sang ibu biasanya khawatir gerakan gerakan yang dilakukan
akan menimbulkan dampak yang tidak diinginkan. padahal, apabila ibu
bersalin melakukan ambulasi dini, itu bisa memperlancar terjadinya
proses involusi uteri.
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tertinggi di ASEAN, sebesar
307/100.000 kelahiran hidup (Survei Demografi Kesehatan Indonesia SDKI
2002 2003): artinya lebih dari 18.000 ibu tiap tahun atau dua ibu tiap jam
meninggal oleh sebab yang berkaitan dengan nifas. (Depkes RI,Dirjen
Binkesmas, 2004).

Angka kematia ibu (AKI) sebaga Latar belakang Asuhan Kebidanan Ibu Nifas.
Dewasa ini derajat kesehatan ibu di Indonesia masih belum memuaskan. Hal ini
antara lain ditandai oleh tingginya angka kematian ibu (AKI) yaitu 307 per
100.000 kelahiran hidup tahun. 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam
pertama post partum. sementara itu target yang ingin dicapai pada tahun 2010
adalah 125 per 100.000 kelahiran hidup (Saifuddin, 2001).
Telah terjadi kebiasaan wanita indonesia memakai gurita dan korset
yang ketat segera setelah persalinan sebagai perawatan dini dinding

perut.disamping itu menghilangkan garis garis pada perut dipakai


ramuan ramuan tradisional berupa bedak cair yang dioleskan pada
dinding perut, muka dan badan.
Tindakan tirah baring dan senam pasca persalinaan membantu proses
fisiologi ini secara perlahan. senam pasca persalinan adalah senam yang
dilakukan ibu ibu setelah melahirkan untuk memulihkan, merawat dan
mengembalikan keindahan tubuh setelah melahirkan.
Sekarang telah dipasarkan sejenis krim (diadal post natal cream) Yang
dioleskan pada tempat tempat yang dimana dijumpai stiae: dinding
perut, paha, payudara, dan lain lain. krim ini dapat meningkatkan
metabolisme, tonus dan elastisitas dari kulit. ( sinopsis obstetri, 2001)

B. BATASAN DAN RUMUSAN MASALAH


Dari beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan maka peneliti
membatasi hanya pada tingkat tahu, memahami, dan aplikasi tentang senam
pasca persalinan.
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, maka rumusan masalah
yang muncul adalah sebagai berikut Seberapa besarkah tingkat pengetahuan
ibu nifas tentang senam pasca persalinan di BPS Reni Desa Bakungan
Kecamatan Glagah Kabupatn Banyuwangi?.

C. TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengidentifikasi seberapa besar tingkat pengetahuan ibu nifas tentang senam pasca
persalinan di BPS Reni desa Bakungan Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi.

D.MANFAAT PENELITIAN
1. Secara Teoritis.

Penelitian ini sangat bermanfaat untuk mengetahui secara spesifik


mengenai tingkat pengetahuan ibu nifas tentang senam pasca persalinan.
2. Secara Praktis.
Meningkatkan kualitas pengetahuan kesehatan khususnya senam nifas.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini sebagai sarana untuk belajar menerapkan teori yang telah
diperoleh dalam bentuk nyata dan meningkatkan daya fikir dalam
menganalisa suatu masalah.
4. Bagi Institusi Pelayanan
Sebagai bahan masukan tentang pentingnya senam pasca persalinan
5. Bagi Pendidikan
Sebagai bahan bacaan kepustakaan dan penelitian lebih lanjut.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. BATASAN PENGETAHUAN
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan satu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra
manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba,

sehingga sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata


dan telingga. Jadi, pengetahuan merupakan hasil pengindraan kita
(Notoatmodjo.2002:127-128)
a).Tingkat pengetahuan
1).Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai menggugat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, pada tingkatan ini reccal (menggugat kembali) terhadap
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsang yang diterima. Oleh sebab itu tingkatan ini adalah yang
paling rendah.
2). Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara

benar

tentang

obyek

yang

diketahui

dan

dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar tentang obyek


yang dilakukan dengan menjelaskan, menyebutkan contoh dan lain
lain.

3). Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi riil (sebenarnya).

Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan


hukum - hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam
kontak atau situasi yang lain.
4). Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau
obyek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu
struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitan satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja
dapat menggambarkan,membedakan,memisahkan, mengelompokkan
dan sebagainya.
5). Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau

menghubungkan

keseluruhan

yang

bagian

baru.

Dengan

bagian
kata

didalam
lain

suatu

sintesis

ini

bentuk
suatu

kemampuan untuk menyusun, dapat merencanakan, meringkas,


menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.
6). Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi
justifikasi

ini

berkaitan

atau

dengan

penelitian

kemampuan

terhadap

suatu

untuk

materi

melakukan
atau

obyek

penelitian penelitian itu berdasarkan suatu criteria yang ditentukan


sendiri atau menggunakan criteria criteria yan gtelah ada.
b). Cara memperoleh pengetahuan

Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang


berasal dari berbagai macam sumber, misalnya ; media massa, media
elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat
dekat dan sebagainya.
Menurut Notoatmodjo (2002) dari berbagai macam cara yang telah
digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang
sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni :.
1. Cara Tradisional atau Non Ilmiah
Cara tradisional terdiri dari empat cara yaitu :
a). Trial and Error
Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan
mungkin sebelum adanya peradaban. Pada waktu ini bila
seseorang menghadapi persoalan atau masalah, upaya yang
dilakukan

dengan

menggunakan

kemungkinan

dalam

memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak


berhasil, maka dicoba kemungkinan yang lain sampai berhasil,
oleh karena itu cara ini disebut dengan metode Trial (coba) dan
Error (gagal atau salah) atau metode coba-salah adalah cobacoba. Metode ini telah banyak jasanya terutama dalam
meletakkan
berbagai

dasar-dasar

ilmu

menemukan

pengetahuan.

Hal

teori-teori

ini

juga

dalam

merupakan

pencerminan dari upaya memperoleh pengetahuan, walaupun


pada taraf yang masih primitive. Disamping itu, pengalaman
yang

diperoleh

melalui

penggunaan

metode

ini

banyak

membantu perkembangan berfikir dan kebudayaan manusia


kearah yang lebih sempurna
b) . Kekuasaan atau Otoritas
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan
dan tradisi-tradisi yang bila dilakukan oleh orang, penalaran,
apakah yang dilakukan itu baik atau tidak. kebiasaan ini tidak
hanyak terjadi pada masyarakat tradisional saja, melainkan
kebiasaan ini seolah - olah diterima dari sumbernya berbagai
kebenaran yang mutlak. Sumber pengetahuan in dapat berupa
pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal ataupun informal,
ahli agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya. Dengan
kata lain pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada
otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemrintah,
otoritas pemimpin agama, maupun ahli pengetahuan.
c). Berdasarkan Pengalaman Pribadi.
Adapun

pepatah

mengatakan

Pengalaman

adalah

guru

terbaik. Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman


itu meruakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu
merupakan

suatu

cara

untuk

memperoleh

kebenaran

pengetahuan.
d). Jalan Pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia,
cara berfikir umat manusiapun ikut berkembang. Dari sini
manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam

memperoleh

pengetahuan,

memperoleh

kebenaran

menjalankan

dengan

kata

pengetahuan,

jalan pikirannya,

lain,

dalam

manusia

telah

baik melalui induksi atau

deduksi. Induksi dan deduksi pada dasarnya adalah cara


melahirkan

pemikiran

secara

tidak

langsung

melalui

pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan. Kemudian dicari


hubungannya sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan. Apabila
proses

pembuatan

pertanyaan

khusus

sedangkan

deduksi

kesimpulan
kepada
adalah

itu

umum

melalui

pertanyaan-

dinamakan

pembuatan

induksi

kesimpulan

dari

pertanyaan - pertanyaan umum kepada khusus.


2. Cara Ilmiah atau Cara Modern
Dalam memperoleh pengetahuan dewasa ini menggunakan cara
yang sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode ilmiah
atau

popular

disebut

metodologi

penelitian

(Research

Methodologi)
c). Faktor yang mempegaruhi pengetahuan.
1). Usia.

Semakin cukup usia si ibu tingkat kemampuan atau kematangan akan lebih mudah untuk
berpikir dan mudah menerima informasi
2). Tingkat pendidikan.

Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah menerima informasi, sehingga


semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan
menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai yang di perkenalkan.
(Nursalam,2001).

3). Pengalaman
Merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan
pengalaman dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan
dengan benar. Sehingga dari pengalaman yang benar diperlukan
berfikir yang logis dan kritis. (Notoadmodjo, 2005).
4). Intelegensi.
Pada prinsipnya mempengaruhi kemampuan seorang untuk
menyesuaikan diri dan cara pengambilan keputusan ibu-ibu atau
masyarakat yang intelegensinya tinggi akan banyak berpartisipasi
lebih cepat dan tepat dalam mengambil keputusan di banding
dengan masyarakat yang intelegensinya rendah.
5). Sosial-Ekonomi.
Mempengaruhi tingkah laku seseorang ibu atau masyarakat
yang berasal dari sosial ekonomi tinggi di mungkinkan lebih
memiliki sikap positif memandang diri dan masa depannya, tetapi
bagi ibu - ibu atau masyarakat yang sosial ekonominya rendah akan
tidak merasa takut untuk mengambil sikap atau tindakan.
6). Sosial Budaya.
Dapat mempengaruhi proses pengetahuan khususnya dalam
penyerapan nilai-nilai sosial, ke agamaan untuk memperkuat super
egonya.
7). Lingkungan

Lingkungan berpikiran luas tingkat pengetahuan lebih baik dari


pada orang yang tinggal di lingkungan berfikir sempit.
8). Pekerjaan
Seseorang yang bekerja pengetahuannya akan lebih luas dari
pada seseorang yang tidak bekerja, karena dengan bekerja akan
mempunyai banyak informasi dan pengalaman. (Wahyudin,2007)
d). Kriteria pengetahuan
Baik : 76 100 %
Cukup : 56 75 %
Kurang : 40 55 %
Tidak baik : 40 %
(Ari kunto, 2006)
2. BATASAN NIFAS
Nifas adalah waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan
pada keadaan yang normal dan berlangsung selama 6 12 minggu. Atau
42 hari yang meliputi dua kejadian penting yaitu involusi uterus dan
proses laktasi (Manuaba, 1999)
Kala nifas adalah proses pulihnya alat kandungan menuju keadaan normal
sejak saat persalinan berakhir yang berlangsung selama 42 hari.
(manuaba. 1999)

a). Perubahan perubahan sosiologi dan psikologi pada masa


nifas :
1. Organ organ reproduksi kembali ke kondisi tidak hamil.
2. Perubahan fisiologis lain yang terjadi selama kehamilan dikembalikan
3. Involusi uterus dan pengeluaran lochea
4. Laktasi / pengeluaran air susu ibu terbentuk
5. Dasar hubungan antara bayi dan orang tua disiapkan
6. Ibu pulih dari ketegangan pada waktu kehamilan dan persalinan,
serta menerima tanggung jawab untuk merawat dan mengasuh
bayinya.
b). Fisiologi Puer Perium (nifas)
Perubahan pada aktivitas endokrin:
1) .Oksitosin
Oksitosin dikeluarkan dari hifofise posterior bertindak karena otot
uterin

dan

jaringan.

Selama

tahap

III

persalinan,

oksitosi

menyebabkan pemisahan placenta, urat otot yang menahan


kontraksi mengurangi tempat placenta dan mencegah perdarahan
2). Prolaktin
Luruhnya estrogen

menimbulkan

prolaktin (dikeluarkan oleh

hyporise anterior) bertindak atas pembesaran payudara untuk


merangsang produksi susu. Pada wanita menyusui, prolaktin tetap

tinggi dan permulaan pada rangsangan kolikal dalam ovarium


ditekan.
c). Nifas dibagi dalam 3 peroide :
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap telah bersih
dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2. Purperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat alat
genetalia yang lamanya 6 8 minggu.
3. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai

komplikasi.

Waktu

untuk

sehat

sempurna

bisa

berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.


d). Tujuan Perawatan Nifas:
1) Untuk memulihkan kesehatan umum penderita.
2) Untuk mendapat kesehatan emosi.
3) Agar masa nifas dapat berjalan lancar dan dapat memelihara
bayinya dengan baik, agar pertumbuhan dan perkembangan bayi
normal.
e). Involusi Alat Kandungan:
1). Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (Involusi) sehingga
akhirnya kembali seperti sebelum hamil.

2). Bekas Implantasi uri : placenta belum mengecil karena kontraksi


dan menonjol ke Kavum Uteri dengan diameter 7,5 cm, sesudah 2
minggu menjadi 3,5 cm, pada minggu ke enam 2,4 cm dan akhirnya
pulih.
3). Luka-luka pada jalan lahir bila tidsak di setai infeksi akan sembuh
dalam 6-7 hari.
4). Rasa sakit yang disebut after pains ( mules-mules) disebabkan
kontraksi rahim biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan
perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila
terlalu mengganggu dapat di berikan obat-obat antisakit dan
antimules.
5). Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari Kavum Uteri dan
vagina dalam masa nifas,yaitu:
a.Lochea Sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi darah
dan lendir, hari ke 3-7 pasca persalinan.
b.Lochea Serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi
pada hari ke 7-14 pasca persalinan.
c.Lochia Alba : cairan putih, setelah 2 minggu.
d.Lochea Purulenta : terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah
berbau busuk.
6). Serviks

Setelah persalinan, bentuk Servik agak menganga seperti corong


berwarna merah kehitaman.
7). Ligamen ligamen.
Ligamen, Fasia dan Diafragma Pelvis yang meregang pada waktu
persalinan, setelah bayi lahir secara berangsur-angsur menjadi ciut
dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang
dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi
kendor.
f). Perawatan Pasca Persalinan:
1) Mobilitas
Karena telah sehabis bersalin, ibu harus istirahat atau tidur. Tidur
terlentang selama 8 jam pasca persalinan, kemudian miring untuk
mencegah

terjadinya

trombosis

dan

beraktivitas

sesuai

kesanggupannya.
2) Diet
Makanan harus bermutu bergizi dan cukup kalori, sebaiknya makanmakanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran
dan buah-buahan.
3) Miksi
Hendaknya kencing dapat di lakukan sendiri secepatnya, kadang
wanita mengalami sulit kencing karena sfingter utetra ditekan oleh
kepala janin dan iritasi M-Sphincter ani selama persalinan.

4) Defekasi
Buang air besar harus di lakukan 3-4 hari pasca persalinan.
5) Perawatan Payudara
Dianjurkan sekali untuk menyusukan bayi.
6) Laktasi
7) Pemeriksaan pasca persalinan
a) Pemeriksaan umum : tekanan darah, nadi, keluhan dan
sebagainya.
b) Keadaan umum : suhu badan dan selera makan.
c) Payudara, ASI, puting susu.
d) Dinding perut, perineum, kandung kemih dan rektum.
e) Sekret yang keluar, misal Lochea, Flour albus.
f) Keadaan alat-alat kandungan.
g). Nasehat Untuk Ibu Post Natal.
1). Fisioterapi post natal sangat baik bila diberikan.
2). Sebaiknya bayi di susui.
3). Kerjakan Gimnastek sehabis bersalin.
4). Melakukan KB.

5). Bawalah bayi untuk memperoleh imunisasi.


3. KONSEP SENAM PASCA PERSALINAN
Senam nifas adalah perawatan dan pemeliharaan keindahan tubuh
pasca persalinaan, untuk memulihkan otot otot yang kendor dan
mengencangkan otot abdomen.atau senam yang dilakukan ibu ibu setelah
melahirkan. Senam nifas bertujuan untuk mempercepat penyembuhan,
mencegah timbulnya komplikasi, memulihkan dan menguatkan otot-otot
punggung, otot dasar panggul dan otot perut.
Perawatan dan pemeliharaan keindahan tubuh dapat pula dilakukan
dengan senam pasca persalinan. Umunya yang menjadi perhatian wanita
setelah persalinan adalah bagaimana memulihkan bentuk tubuh dan dinding
perut seindah mungkin. Pada beberapa ditemui adanya pelebaran pebuluh
darah balik (varices) pada tungkai dan liang dubur (anus).
Macam Macam Senam Pasca Persalinan:
a. Senam pasca persalinan normal
Mobilisasi dan gerakan-gerakan sederhana sudah dapat dimulai selagi
ibu mondok diklinik atau dirumah sakit, supaya involusi tubuh berjalan
dengan baik, dan otot-otot mendapatkan tonus, elastisitas, dan
fungsinya kembali.
Gerakan - gerakan yang dapat menigkatkan tonus dan kekuatan otototot yang terlihat dalam proses persalinan, yaitu :
1. Senam sirkulasi

Jenis senam ini harus dilakukan sesering mungkin setelah


persalinan. Senam bertujuan mempertahankan dan meningkatkan
sirkulasi ibu pada masa pascapartus segera ketika ia mungkin
beresiko mengalami trombosis vena atau komplikasi sirkulasi lain.
Senam dapat dilakukan ditempat tidur beberapa kali sertiap bangun
tidur dan harus dilanjutkan sampai ibu mampu mobilisasi total dan
tidak ada edema pergelangan kaki. Senam ini khususnya tepat
setelah pemberian anestesi epidural, karena pada saat ini ada
resiko edema kaki dan pergelangan kaki serta sirkulasi lebih
melambat. Ambulasi dini dapat mencegah trombosis vena profunda.
a. Senam kaki
Duduk atau berbaring dengan posisi lutut lurus. Tekuk
atau regangkan secara perlahan sedikitnya 12 kali, ingat
untuk lebih memilih gerakan dorsifleksi bukan plantarfleksi
untuk mencegah kram. Petahankan posisi lutut dan paha,
putar kedua pergelangan sebesar mungkin putarannya,
sedikitnya 12 kali untuk satu arah.

Gambar 2.1
b. Mengencangkan kaki

Duduk atau berbaring dengan kaki lurus. Tarik kedua


kaki ke atas pada pergelangan kaki dan tekankan bagian
belakang lutut ditempat tidur. Tahan posisi ini dalam hitungan
lima, bernapaslah secara normal, lalu relaks. Ulangi gerakan
sebanyak 10 kali.
c. Nafas dalam
Pernafasan

diagframa

membantu

mengembalikan

aliran vena melalui kerja pemompaan diagframa pada vena


kava inferior dan harus diulangi beberapa kali sehari sampai
ibu dapat mobilisasi.
Dalam posisi apapun, tarik napas dalam sebanyak 3
atau 4 kali (tidak boleh lebih) untuk memungkinkan ventilasi
penuh paru-paru.
Petunjuk yang diberikan pada antenatal, misalnya
menghindari berdiri dan duduk lama atau berbaring dengan
kaki disilangkan, berlaku

pula pada waktu pascanatal.

Anjurkan ibu berbaring kapanpun bisa. Senam sirkulasi


bermanfaat kapan pun, tetapi bila ibu dapat melakukannya
ada senam yang lebih penting dilakukan bila waktunya
terbatas.
2. Dasar panggul
Senam dasar panggul menguatkan otot dasar panggul
pascapartus, tujuannya mengembalikan fungsi penuhnya sesegera
mungkin dan membantu mencegah masalah atau prolaps urine

jangka panjang. Namun, kontraksi dan relaksasi otot-otot ini juga


membantu meredakan ketidaknyamanan pada perineum, rasa ini
juga mungkin timbul akibat persalinan, dan tujuan pemulihan
dengan meningkatkan sirkulasi lokal dan mengurangi edema.
Senam dasar panggul harus dimulai sesegera mungkin setelah
persalinan untuk mencegah hilangnya kendali kortikal pada otototot karena nyeri perineum dan cemas tentang kerusakan jahitan.
a. Latihan dasar panggul
Kencangkan anus seperti menahan defekasi, kerutkan
utera dan vagina juga seperti menahan berkemih, kemudian
lepaskan ketiganya. Tahan yang kuat selama mungkin sampai
10 detik, bernapas secara normal. Relaks dan istirahat
selama 3 detik. Ulangi dengan perlahan sebannyak mungkin
sampai maksimum 10 kali.
Ulangi

senam

dengan

mengencangkan

dan

mengendurkan, gerakan lebih cepat sampai 10 kali tanpa


menahan kontraksi. Jumlah pengulangan akan bertambah
secara bertahap bila ibu hanya menyanggupi beberapa kali
melakukan senam ini pada awalnya, namun ibu perlu diberi
tahu bahwa hal ini normal.
3. Senam abdomen
Selama kehamilan, korset abdomen mengalami peregangan
mencapai kira-kiradua kali lipat dari panjang semula pada akhir
minggu masa kehamilan. Seluruh otot abdomen memerlukan
latihan untuk mencapai panjang dan kekuatan semula, namun otot

yang

terpenting

karena

perannya

dalam menjaga kestabilan

panggul ialah otot transversus. Tindakan membebani terlalu kuat


pada otot rektus seperti curls-up dalam posisi duduk tegak atau
oblik tidak dianjurkan, sampai otot transversus obdominis bekerja
efisien untuk membuat panggul menjadi stabil. Latihan transversus
dapat dimulai kapan pun ibu merasa mampu dan harus dilakukan
sering sambil ibu melakukan aktivitasnya bersama bayi.
a. Senam trasversus
Berbaring dan kedua lutut ditekuk dan kaki datar
menampak di tempat tidur. Letakkan kedua tangan di
abdomen bawah pada di depan paha. Tarik napas dan pada
saat akhir embuskan napas, kencangkan bagian bawah
abdomen dibawah ubilikus dan tahan dalam hitungan 10,
lanjutkan dengan bernapas normal. Ulangi sampai 10 kali.

Gambar2.2
Untuk memicuserat otot tipe I slow-twitch harus
dengan kontraksi lembut yang membantu stabilitas panggul.
Akan mudah dilakukan bila latihan ini dipadu dengan
aktivitas lain dan latihan ini dapat sering dilakukan dalam

banyak posisi misalnya, posisi miring, duduk, atau berdiri.


Posisi berlutut-telungkup pada permulaan kehamilan tidak
boleh dilakukan, sementara terdapat perdarahan sebagai
respons terhadap adanya embolus udara yang memasuki sisi
plasenta yang imatur. Karena penyebab inilah, disarankan
untuk tidak melakukan latihan dalam posisi tersebut selama
empat sampai enam minggu pascapartum.
Pada kehamilan, otot dasar panggul dan transversus
akan bekerjasama dengan baik dan harus dipertahankan
untuk memperbaiki stabilitas panggul.
b. Senam dasar panggul dan transversus
Kerja

otot

dasar

panggul

dan

tranaversusakan

bertambah dengan mengombinasikan kedua latihan tersebut


(Sapford

et

bermanfaat

al,

2001).

pada

Aktivasi

masa

bersama

pascanatal,

ini

terutama

khususnya

bila

tranversus terlebih dahulu lalu otot dasar panggul atau


sebaliknya. Penting untuk menggunakan kontraksi kombinasi
ini secara fungsional selama melakukan aktivitas untuk
melindungi sendi panggul dan tulang belakang. Seorang ibu
baru melakukan banyak tugas yang melibatkan gerakan
mengangkat, misalnya, ketika sedang mengganti popok bayi,
meletakkan bayi ketempat tidur bayi, menyusui,. Ibu juga
perlu diingatkan untuk menggunakan otot dasar panggul dan
trasversus sebelum mulai melakukan tugas apapun.
a. Mengangkat Panggul

Senam

mengangkat

panggul

dapat

dilakuakn

diawal pascapartum, dan khususnya bermanfaat bila ibu


memiliki riwayat nyeri punggung postural.
Berbaring terlentang dan kedua lutut ditekuk dan
kaki ditapakkan kelantai, kencangkan otot-otot abdomen,
kencangkan juga otot panggul dan tekan sedikit area
belakang kelantai. Tahan posisi ini sampai hitungan
kelima, lalu bernpas dengan irama normal, kemudian
relaks seperti biasa. Ulangi gerakan ini 5 kali, tingkatkan
hingga pengulangan mencapai hitungan 10 Kali atau lebih
pada minggu-minggu selanjutnya. Ulangi latihan dengan
lebih

berirama(pelvic

rocking),

untuk

membantu

meredakan kekakuan yang timbul akibat pengruh postural


atau

nyeri

punggung

yang

mungkin

timbul

setelah

persalinan. Latihan ini dapat dilakukan dengan berbagai


posisi, misalnya, posisi duduk dan berdiri lebih nyaman
dibandingkan berbaring bila ibu tinggal dirumah dan
sibuk.

Gambar 2.3
4. Senam stabilitas batang tubuh
Untuk

memicu

transversus

demi

menstabilkan

panggul

sambil menggerakkan tungkai bawah, senam berikut mulai dapat


dilakukan kira-kira 5-10 hari setelah persalinan normal bila tidak
ada masalah musculoskeletal panggul.

a.

Dengan posisi duduk dan kaki

datar diatas lantai serta tangan diatas otot abdomen bawah,


tarik otot dasar panggul dan transversus serta naikkan satu lutut
hingga kaki beberapa inci diatas lantai. Tahan selama lima detik
dengan bagian panggul dan tulang belakang tetap pada
posisinya. Ulangi sebanyak lima kali gerakan untuk setiap kaki.
Secara bertahap tingkatan pengulangan, sehingga ibu mampu
menahan gerakan tersebut diatas, sampai 10 detik dan ulangi
sebanyak 10 kali.
Ganbar 2.4
b. Dengan posisi berbaring miring, tekuk kedua lutut kea rah atasdepan, tarik otot transversus dan otot dasar panggul seta angkat
lutut atas dengan cara memutar paha keluar sementara tumit
tetap saling berdekatan. Tahan selama lma detik pastikan bahwa
posisi panggul atau tulang belakang tidak turut berotasi. Ulangi
5 kali untuk masing-masing kaki. Secara bertahap tingkatan

penahanan gerakan tersebut sampai 10 detik dan ulangi


sebanyak 10 kali.

Gambar 2.5
c. Dalam posisi berbaring miring dan lutut kaki yang bawah ditekuk
kearah belakang, tarik abdomen bagian bawah dan naikkan kaki
yang atas kearah atap sejajar dengan tubuh. Tahan gerakan ini
selama 5 detik, namun tetap pastikan agar posisi punggung dan
panggul tidak berotasi. Ulangi selama 5 kali pada masing-masing
kaki. Secara perlahan tingkatan kemampuan menahan gerakan
tersebut sampai 10 detik dan ulangi gerakan sebanyak 10 kali.
Beberapa minggu kemidian tingkatkan untuk mengendalikan
panggul dan tulang belakang sambil mengangkat kaki kearah atap
dengan paha dirotasikan keluar.

Gambar 2.6

d.

Dengan

posisi berbaring telentang, tekuk kedua lutut keatas dan kaki datar di
atas lantai. Letakan tangan diatas abdomen depan paha, tarik
abdomen bawah dan biarkan lutut kanan sedikit kearah luar dengan
sedikit mengendalikan untuk memastikan bahwa pelvis tetap pada
posisinya dan panggul tetap datar. Secara perlahan kembalikan lutut
pada posisi semula yakni posis tegak lurus. Ulangi gerakan sebanyak
5 kali pada lutut yang lain. Secara bertahap tingkatkan gerakan
pengulangan tersebut sampai 10 kali. Beberapa minggu kemudian
tingkatkan pengendalian panggul dengan posisi litut lebih rendah
lagi.
Gambar 2.7
e.

Dengan posisi telentang, tekuk kedua lutut diatas dan kaki datar
diatas lantai. Letakkan tangan diatas abdomen depan paha, tarik
abdomen bawah dan secara perlahan luruskan tumit salah satu kaki

dengan tetap mempertahankan punggung datar setinggi panggul.


Hentikan bila panggul mulai bergerak. Secara perlahan kembalikan
posisi lutut menekuk. Ulangi gerakan 5 kali tiap kali secara
bergantian. Secara bertahap tingkatkan pengulangan hingga 10 kali.
Beberapa minggu kemudian tingkatkan pengendalian panggul untuk
tujuan menguatkan kaki juga.
Gambar 2.8
Seluruh latihan ini akan lebih efektif bila dilakukan dengan
perlahan dan jumlah pengulangan ditingkatkan secara bertahap
bergantung pada kemampuan masing-masing individu. Akan lebih
baik

untuk

berlatih

ringan

dengan

frekuensi

sering

daripada

memaksakan diri melakukan latihan sekaligus dalam sehari. Namun


bila ibu merasa lelah atau sedang sakit, sebaiknya ia menuruti apa
yang direfleksikan oleh tubuhnya sendiri dan menunda berlatih
hingga ia merasa lebih sehat. Senam lainnya harus ditinggalkan
sampai stabilitas panggul kembali seperti semula.
b. senam pasca persalinan dengan bantuan
Ibu yang baru menjalani persalinan dengan forsep atau ekstraksi
vakum akan mengalami penjahitan dan mungkin memar serta edema.
Ibu ini akan ragi-ragu malakukan senam, namun harus dianjurkan
untuk melakukan senam sirkulasi (khususnya bila mereka pernah
mengalami anestesi epidural) dan senam dasar panggul ringan yang
akan membantu penyembuhan perineum. Senam transversus harus
diperkenalkan kapanpun ibu siap.

Posisi istirahat yang nyaman adalah berbaring miring dengan bantal


diletakan diantara kedua kaki ( lihat gambar 9.9) dan posisi berbaring
telungkup ( banyak ibu yang lupa bahwa ia sudah bisa telungkup lagi),
dengan satubuah bantal diletakkan dibawah pinggang dan lainnya
dibawah kepala dan bahu ( lihat ganbar 9.10).. Menyusui akan lebih
nyaman dengan posisi miring daripada duduk.
Gambar 2.9

Gambar 2.10
c. Senam Setelah Persalinan Dengan Seksio Sesaria
Ibu harus diajarkan bagaimana naik dan turun tempat tidur dengan
menekuk kedua lutut terlebih dahulu, tarik oto abdomentnya dan
berguling kedepan, dengan dorongan tangan dan kaki, ia akan mampu
berpindah kearah atas atau bawah. Ibu tidak diperkenankan langsung
duduk dari posisi berbaring namun tetap berguling kesamping.Gerakan

ini juga cara termudah untk bangun dari tempat tidur-kencangkan


bagian tranversus dan dorong keposisi dudu disamping tempat tidur.
Napas dalam diikuti dengan huffing (ekspirasi paksa singkat), akan
membantu mengeluarka sekresi di paru-paru yang mungkin dapat
terjadi setelah pemberian anastesi umum. Bila ibu perlu batuk, ia harus
menekuk lututnya dan menahan lukanya dengan tekanan tangan atau
bantal, sementara ibu bersandar atau duduk ditepi tempat tidur ( lihat
ganbar 9.11). Posisi ini mencegah regangan berlebihan pada sutura,
meningkatkan rasa percaya diri, dan mengurangi rasa nyeri.

Gambar 2.11
d. Senam Setelah Persalinan Bayi Lahir Mati atau Kematian
Neonatus.
Ibu yang baru mengalami kesedihan karena bayi lahir mati, mungkn
dirawat diruang khusus dan cenderung tidak mengikuti senam pasca
natal. Agar ibu mau melakukan senam serta aktivitisnya sehari hari
maka sediakan leaflet tidak menyinggung tentang bayi. Ibu ini

biasanya kembali kerja lebih awal dari perencanaan semula dan


memerlukan reedukasi senam otot dasar panggul dan abdoment,
khususnya ketika harus melakukan aktivitas fumgsional. Mereka
menginginkan pertemuan tindak lanjut dengan ahli fisioterapi setelah
beberapa minggu kemudian, karena sangat tidak tepat mengikuti kelas
pasca natal.
e. Senam yang harus dihindari

Dua tahun yang lazim senam abdomen, yaitu menaikan kedua kaki
bersamaam dan sit-up dengan kaki lurus. Latihan ini merupakan latihan yang
beresiko tinggi untuk siapapun dan mungkin dapat mengakibatkan cedera
kompresi terhadap diskus vertebralis atau kerusakan otot dan ligamen.terdapat
resiko tambahan bagi ibu pasca natal karena terdapat peregangan otot dan
kelenturan ligamen.
Dibawah ini dua senam yang harus dihindari ( lhat gambar 9.12).

Gambar 2.12
a. Manfaat senam nifas

1. Meningkatkan kebugaran kardiovaskular


2. Retensi berat badan yang sedikit signifikan
3. Peningkatan kesejahteraan psikologi
b. tujuan senam pasca persalinan
1. Mengurangi rasa sakit pada otot-otot
2. Memperbaiki peredaran darah
3. Mengencangkan otot-otot perut dan perineum
4. Melancarkan pengeluaran lochia
5. Mempercepat involusi Menghindari emboli dan trombosis
c. Fasilitas dan perlengkapan
Ruang

senam

,berventilasi

perlu

baik

dilengkapi

dengan

dengan

lantai

yang

rungan
tidak

yang

licin,

besar

misalnya

beralaskan karpet atau lantai terbuat dari kayu.


Sediakan sebuah bangku, dengan sedikitnya dua buah bantal dan
sebuah matras kecil diperlukan untuk setiap peserta senam. bila
tidak terdapat sistem alat musik yang lengkap, cukup sediakan
sebuah radio kaset yang mudah dibawa. Sandal yang tepat penting
untuk

memberi

membantu

perlindungan

menghindari

mungkin lebih nyaman.


B. KERANGKA KONSEPTUAL

yang

regangan.

adekuat
kaos

pada

katun

kaki

yang

dan

longgar

Sumer : Nutoatmodjo,2003 dan Arikunto, 2006


Ket :

: diteliti

: tidak diteliti
: garis penghubung yang diteliti

Gambar 2.13 : Kerangka konseptual tentang tingkat pengetahuan ibu nifas


tentang senam pasca persalinan.

Dari kerangka diatas adapun variabel yang diteliti adalah tingkat pengetahuan
ibu nifas tentang senam pasca persalinan meliputi : tahu, memahami ,dan
aplikasi.sedangkan faktor faktor yang mempengaruhi ibu nifas tidak diteliti.
BAB 3

METODE PENELITIAN
A. Jenis Dan Rancang-Bangun Penelitian.
Jenis penelitian yang digunakan adalah diskriptif yaitu suatu metode
penelitian yang di lakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran
atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif.
B. Variabel.
1. Variabel yag digunakan adalah pengetahuan ibu nifas tentang senam
pasca persalinan.
2. devinisi operasional.
Tabel 3.1 Definisi Operasional Pengetahuan Ibu Nifas Tentang
Senam Pasca Persalina Di BPS Reni Desa Bakungan
Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi.

Definisi
variabel

kriteria
operasional

skala

Pengetahu

Segala

an ibu nifas

yang diketahui ibu


nifas
senam
persalinan,

sesuatu Baik : 76 100%

tentang

ordinal

Cukup : 56 75 %

pasca Kurang : 40 55 %
yang

meliputi:
1. tahu

Tidak baik : 40%


( Arikunto,2006)

2. memahami
3.

35
aplikasi

C.Populasi
Populasi dalam peneliian ini adalah ibu nifas yang memeriksakan diri si BPS Reni
Desa Bakungan Kecamatam Glagah Kabupaten Banyuwangi sejumlah 20 responden.
D.Sampel
Besarnya sample dalam penelitian ini adalah 20 responden
Tehnik pengambilannya dengan menggunakan total sampling.
E. Lokasi dan Waktu Penelitian
1.Penelitian ini dilakukan di BPS reni desa bakungan kecamatan glagah
kabupaten banyuwangi.

2.Pengambilan data dilakukan pada bulan 18 juli sampai 7 agustus 2009.


F.Teknik dan Instrument Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang relevan maka peneliti memperoleh
dengan cara peneliti terlebih dahulu meminta surat pengantar dari institusi,
setalah

mendapat

persetujuan

dari

bidan,

peneliti

mulai

melakukan

pengumpulan data. dalam penelitian ini instrument pengumpulan data yang


digunakan adalah berupa angket atau kuesioner. Kuesioner yaitu suatu cara
pengumpulan data atau suatu penelitian mengenai suatu masalah dengan
menyediakan pertanyaan kepada sejumlah obyek (Notoatmodjo, 2005).
Dalam pengumpulan data pada penelitian digunakan alat berupa
kuesioner tertutup yang diberikan pada responden yang memenuhi kriteria.
Untuk kuesioner pengetahuan ibu tentang perawatan payudara, Bila jawaban
benar diberi nilai 1, bila jawaban salah diberi nilai 0. (Yanto dan Ummi, 2009)
Sebelumnya peneliti membuat inform concent (persetujuan) terlebih
dulu kepada responden bahwa responden bersedia akan dilakukan penelitian
setelah responden setuju baru peneliti membagikan kuisioner tersebut yang
berisi daftar pertanyaan yang diajukan secara tertulis.
G.Teknik Analisa Data
Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data merupakan kegiatan untuk merubah data
mentah menjadi bentuk data yang ringkas dan disajikan serta dianalisis
sebagai

dasar

pengambilan

keputusan.

Dalam

penelitian

ini

peneliti

menggunakan kuesioner tertutup yaitu kuesioner yang sudah disediakan


jawabannya sehingga responden tinggal memilih (Nursalam, 2003).
Langkah langkah pengolahan data sebagai berikut :
1. Editing
Proses editing dengan memeriksa kembali data yang telah
dikumpulkan dari rekam medic. Ini berarti semua data harus
diteliti kelengkapan data yang diberikan
2. Scoring
Yaitu tahapini dilakukan setelah ditetapkan hasil setiap
jawaban responden dapat diberikan skor.dengan kriteria
sebagai berikut:
Bila jawban benardiberi nilai 1
Bila jawaban salah diberi nilai 0.
(yanto dan ummi,2009)
3. Tabulasi
Tabulasi dengan memuat tabel-tabel sesuai dengan analisis yang
dibutuhkan.
Analisis data.
Analisis Data dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian.
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran / Diskriptif
cukup menyajikan tabel distribusi.

Memindahkan

data

dari

data

kuesioner

ke

dalam

table,

selanjutnya diadakan presentasi tersebut dengan membagi


frekuensi setiap alternatif jawaban dengan jumlah responen
kemudian dikalikan 100% atau dengan rumus :
P=

x 100%

P = prosentase
f = jumlah jawaban yang benar
N = jumlah soal
Kemudian data penelitian tersebut di interprestasikan dengan
menggunakan kriteria kwalitas.
Baik : 76 100 %
Cukup : 56 75 %
Kurang : 40 55%
Tidak baik: < 40%
(Ari kunto, 2006)
H. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian peneliti mengajukan izin kepada BPS melalui
surat ijin permohonan dari Politeknik Kesehatan Majapahit Program Studi

kebidanan Mojokerto. Untuk mendapatkan persetujan melakukan penelitian,


beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam penelitian ini adalah :
1). Imfomed concent (Lembar Persetujuan Menjadi Responden ).
adalah lembar persetujuan yang akan di berikan pada subyek yang
akan di teliti
2). Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan
mecantunkan nama responden pada lembar pengumpulan data
(kuesioner) yang diisi oleh responden, lember tersebut hanya diberi
nomor kode tertentu.
3).Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh reponden dijamin oleh
peneliti, karena hanya kelmpok data tertentu saja yang akan
disajikan atau dilaporkan sebagai hasil penelitian.

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan peneliti sajikan hasil pengumpulan data dari kuesioner
yang diperoleh dari pengambilan data yang dilakukan pada ibu nifas yang
memeriksakan diri di BPS Reni desa Bakungan Kecamatan Glagah Kabupaten
Banyuwangidan didapatkan jumlah responden sebanyak 20 orang. Penyajian
data dimulai dari deskripsi daerah penelitian dan hasil yang berupa data umum
dan data khusus yang kemudian tabulasi.
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Luas Wilayah
BPS Reni terletak di Propinsi Jawa Timir Kabupaten Banyuwangi
Kecamatan Glagah desa Bakungan, dengan batas wilayah :
1. Sebelah Utara : Desa Mojopanggung
2. Sebelah Selatan : Desa Rejosari
3. Sebelah Barat : Desa Banjarsari
4. Sebelah Timur : Desa Kebalenan
BPS Reni merupakan bidan praktek swasta yang terdiri dari
ruang untuk persalinan, ruang ibu nifas, 1 ruang pemeriksaan
kehamilan dan aseptor KB dan ruang tunggu.

41

b. Manajemen Tenaga Kerja


1. BPS Reni terdiri dari orang tenaga kerja yang meliputi
a.. Bidan: : 1 orang
b. Pembantu bidan : 1 orang
2. Jam Kerja

BPS Reni melaksanakan kegiatan setiap hari kerja yaitu pada hari seninminggu sedangkan untuk hari raya besar tidak melakukan kegiatan. Adapun
kegiatan tersebut dimulai jam 06.00 sampai 07.00WIB dan 16.00 sampai
21.00WIB, 24 jam khusus untuk persalinan.
c. Bidang Pelayanan Meliputi
1. Pemeriksaan Ibu hamil
2. Pelayanan KB
3. Imunisasi Bayi
4. Pelayanan rawat inap (ibu bersalin)
5. Pencatatan dan pelaporan
2. Data Umum
a. Karakteristik responden berdasarkan umur
Tabel 4.1. Tabel distribusi responden berdasarkan umur di
BPS Reni Desa Bakungan Kecamatan Glagah
Kabupaten Banyuwangi Tanggal 18 juli 7 agustus
2009.

No

Umur

Jumlah

<>

20 35

20

100

> 35

20

100

Total

Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat Diketahui responden yang


berumur <>35 tahun 0 responden ( 0%).
b. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan.
Tabel 4.2. Tabel distribusi responden berdasarkan tingkat
pendidikan
di
BPS
Reni
desa
bakungan
Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi
Tanggal 18 juli 7 agustus 2009.

No

Pendidikan

Jumlah

1.

Tidak sekolah

2.

SD / MI

15

3.

SMP

30

4.

SMA / SMK

10

50

5.

PT

Total

20

100

Berdasarkan gambar tabel 4.2 dapat diketahui bahwa jumlah


responden yang tidak sekolah sebanyak 1 responden (5%), 3
responden (15%) yang berpendidikan SD/MI, 6 responden (30%)
berpendidikan SMP, 10 responden (50%) berpendidikan SMA/SMK, 0
rosponden (0%) berpendidikan perguruan tinggi.
c. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan
Tabel

No

4.3. Tabel distribusi responden berdasarkan


pekerjaan
di
BPS
Reni
desa
bakungan
Kecamatan
Glagah
Kabupaten
Banyuwangi
tanggal 18 juli 7 agustus 2009.

Pekerjaan

1.

Tidak kerja

2.

Kerja

Total

Berdasarkan

tabel

Jumlah

11

55

45

20

100

4.3

dapat

diketahui

bahwa

jumlah

responden yang tidak bekerja sebanyak 11 (55%), 9 responden


(45%) bekerja
3. Data Khusus
a. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pengetahuan
ibu nifas tentang senam Pasca persalinan di BPS Reni desa
bakungan Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi.

Tabel 4.4. Tabel distribusi responden berdasarkan tingkat


pengetahuan ibu nifas tentang senam pasca
persalinan di BPS Reni desa bakungan Kecamatan
Glagah Kabupaten Banyuwangi tanggal 18 juli 7
agustus 2009.

No

Kriteria

Jumlah

1.

Baik

15

2.

Cukup

20

3.

Kurang

35

4.

Tidak baik

30

20

100

Total

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui pengetahuan ibu nifas


tentang pengertian nifas sebanyak 3 responden (15%) berkategori
pengetahuan baik, 4 responden (20%) berkategori pengetahuan
cukup, 7 responden (35%) berkategori pengetahuan kurang, 6
responden (30%) berkategori tidak baik.

B. PEMBAHASAN
1. Tingkat Pengetahuan ibu nifas Tentang Senam Pasca Persalinan di BPS Reni
Desa Bakungan Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi
Berdasarkan analisa dan interpretasi data yang didapat bahwa
sebagian besar berpengetahuan kurang yaitu 7 responden (35 %).

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui pengetahuan ibu nifas tentang


senam nifas sampai ranah tahu (know) sebanyak 3 responden (15%)
berkategori

pengetahuan

baik,

responden

(20%)

berkategori

pengetahuan cukup, 5 responden (25%) berkategori pengetahuan


kurang, 8 responden (40%) berkategori tidak baik.
Berdasarkan tabel 4.5. dapat diketahui bahwa tingkat pemahaman
ibu nifas tentang manfaat senam nifas sebanyak 3 responden (15%)
berkategori baik, 5 responden (25%) berkategori cukup, 7 responden
(35%) berkategori kurang, 5 responden (25%) berkategori tidak baik.
Berdasarkan tabel 4.6 didapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan
ibu nifas tentang senam pasca persalina sampai ranah aplikasi yaitu
dengan

pengetahuan

tidak

baik

yaitu10

responden

(50%),

berpengetahuan kurang yaitu 6 responden (30%), berpengetahuan


cukup yaitu 1 responden (5%), dan berpengetahuan baik yaitu 3
responden (15%).
Hasil analisis ini didukung oleh umur responden dari data dapat
Diketahui responden yang berumur < style=""> >35ahun.
Semakin banyak umur atau semakin tua seseorang maka akan
mempunyai

kesempatan

dan

waktu

yang

lebih

lama

dalam

mendapatkan informasi dan pengetahuan. Dengan demikian semakin


tua umur responden asalkan dalam batasan reproduktif maka tingkat
pengetahuan ibu tentang senam pasca persalinan semakin baik.
Hasil

analisis

juga

dipengaruhi

oleh

pendidikan

responden

Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa jumlah responden yang


tidak sekolah sebanyak 1 responden (5%), 3 responden (15%) yang

berpendidikan SD/MI, 6 responden (30%) berpendidikan SMP, 10


responden

(50%)

berpendidikan

SMA/SMK,

rosponden

(0%)

berpendidikan perguruan tinggi.


Menurut Nursalam (2001) bahwa makin tinggi pendidikan seseorang,
maka makin mudah menerima informasi sehangga makin banyak pula
pengetahuan yang dimiliki. Responden yang berpendidikan tinggi akan
mudah menyerap informasi, sehingga ilmu pengetahuan yang dimiliki
lebih tinggi namun sebaliknya orang tua yang berpendidikan rendah
akan mengalami hambatan dalam penyerapan informasi sehingga ilmu
yang dimiliki juga lebih rendah yang berdampak pada kehidupannya.
Faktor

lain

disebabkan

karena

status

pekerjaan

responden

Berdasarkan data diatas diketahui bahwa jumlah responden yang tidak


bekerja sebanyak 11 (55%), 9 responden (45%) bekerja.
Nursalam dan Pariani (2001), menyebutkan bahwa bekerja umumnya
pekerjaan yang menyita waktu untuk mendapatkan informasi dan
pengetahuan yang benar.
BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan Ibu nifas dengan tingkat
pengetahuan baik sebanyak (15%), dan dengan tingkat pengetahuan cukup

(20%), serta dengan tingkat pengetahuan kurang (35%), sedangkan dengan


tingkat pengetahuan Tidak baik (30%).
Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan ibu nifas
tentang senam pasca persalinan di BPS Reni desa Bakungan Kecamatan Glagah
Kabupaten Banyuwangi masih kurang.

B. SARAN
1. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hendaknya dapat menambah pengetahuan tentang senam pasca
persalinan, dan menerapkan ilmu yang sudah didapat selama dibangku
kuliah serta lebih dikembangkan dan menambah pengalaman dalam
penerapan riset terutama tentang senam pasca persalinan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Agar dapat memberikan materi penelitian yang lebih mendalam dan
memantapkan dalam penyusunan karya tukis ilmiah.
3. Bagi Tempat Penelitian
Lebih meningkatkan dalam memberikan penyuluhan / memberikan
CD kepada ibu nifas tentang nifas dan senam nifas, serta menyediakan
sarana prasarana.
4. Bagi Masyarakat
Diharapkan ibu-ibu nifas dapat dan mau mengikuti senam nifas karena
dapat membantu proses involusi dan pencegan komplikasi pada masa nifas.

Serta melakukan pendekatan dengan tenaga kesehatan, mencari informasi


tentang pentingnya senam pasca persalinan.

I. Keterbatasan
Beberapa keterbatasan peneliti dalam melakukan penelitian ini antara lain
sebagai berikut:
1. Instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner yang peneliti
buat sendiri dan belum pernah diuji cobakan sehingga reabilitas dan
validitasnya perlu di sempunakan.
2. Waktu pelaksanaan terlalu singkat sehingga mempengaruhi hasil
penelitian.
Daftar pustaka
Arikunto. Suharsimi. (2006). Prosedur penelitian. Jakarta : rineka cipta.
Brayshaw,E, (2007).senam hamil & nifas.Jakarta.EGC.
Dwi Wulandari (2008). hubungan antara pengetahuan aseptor kb pil dengan
kepatuhan aseptor dalam mengkonsumsi pil kb.STIKES ABI.
Notoatmodjo.s.(2005) metodelogi penelitian kesehatan . jakarta;rineka cipta.
Nursalam.(2003).konsep dan penerapan metodelogi penelitian ilmu keperawatan
.jakarta :salemba medika.
Manuaba I. B. G (2005). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk pndidikan bidan.Jakarta.EGC.
Prawiroharjo. Sarwono.(2005).ilmu
sarwono prawirohardjo.

kebidanan.jakarta:yayasan

Rustam, M. (2002). Sinopsis obstetri.Jakarta.EGC.

bina

pustaka

Suyanto dan Ummi Salamah, (2009). Riset Kebidanan, Mitra Cendikia Press.
Jogjakarta.
Tim Poltekes Majapahit Mojokerto, (2009). Buku Pedoman Penyusun Karya
Ilmiah.
www.Geooglle.com
(http://hidupkansehat.blogspot.com/2008/12/angka-kematia-ibu-aki-sebagalatar.htm
Diposkan oleh BeJo Net Community di 10.30
Reaks
i:

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan


ke Pinterest
Label: KTI PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG SENAM PASCA PERSALINAN
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Link ke posting ini

Buat sebuah Link


Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Archives

2012 (5)

2011 (6)

2010 (101)
o

Desember (6)

Juli (4)

Juni (11)

Mei (44)

KTI PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN MAKANAN...

KTI GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMENUH...

KTI TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG...

KTI SIKAP WANITA DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN F...

KTI PENGETAHUAN WANITA USIA 35 55 TAHUN TEN...

KTI HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PLASENT...

KTI PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG HIPEREMESIS...

KTI PENGARUH OBESITAS TERHADAP TERJADINYA HY...

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN ANTARA PENGE...

KTI GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA REPROD...

Penyakit Jantung Pada Kehamilan

TERMOLOGI PADA BAYI BARULAHIR

KECEMASAN MENGHADAPI PERSALINAN

IMKOMPATIBILITAS DARAH RHESUS

Efisi pleura

KTI HUBUNGAN PEMAKAIAN KONTRASEPSI DENGAN ...

KTI TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI DALAM MENGG...

KTI TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG EFEK SAM...

KTI PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG IMUNISASI ...

KTI TINGKAT PENgetahuAN IBU TENTANG PERAWATAN TA...

KTI GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG BIANG KE...

KTI PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PEMILIHAN AL...

KTI TINGKAT KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI M...

KTI PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA -TANDA...

KTI PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG SENAM PASC...

KTI PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PERAWATAN PA...

KTI GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN IBU INPARTU D...

KTI PENGETAHUAN IBU INPARTU TENTANG PROSES ...

KTI PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSK...

KTI PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG SENAM HAMIL

KTI PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG SENAM HAMIL

KTI TINGKAT PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG ...

PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANTENATAL CARE

KTI ASI

ENSEFALITIS

Pembiayaan Kesehatan

BAYI PREMATUR

golongan darah sistem ABO

UTERUS

PENYAKIT KARDIOVASKULER

VAGINA

Ovarium

Efisi pleura

Meningitis

April (36)

Categories

Amd. Keb (1)

ANEMIA PADA NEONATUS (1)

ASFIKSIA (1)

ASI Eksklusif (1)

ASKEB ANC (1)

ASKEB BBL (1)

ASKEB DIARE PADA ANAK (1)

ASKEB IMUNISASI (1)

ASKEB KEHAMILAN (1)

ASKEB Kehamilan post mature (1)

ASKEB KELUARGA (1)

ASKEB LETAK SUNGSANG (1)

ASKEB PERSALINAN (1)

Aspek Feminisme Dan Maskulinitas Keperawatan (1)

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU M DENGAN KONTRASEPSI IMPLANT (1)

Asuhan Kebidanan Pada Ny W P30003 NIFAS Hari Ke 2 (1)

ASUHAN KEBIDANAN BAYI H NEONATUS DENGAN ASFIKSIA (1)

ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN PATOLOGIS (1)

ASUHAN KEBIDANAN. POST PARTUM NORMAL HARI INI DENGAN


BENDUNGAN PAYUDARA (1)

BAYI PREMATUR (1)

BIO OPTIK (1)

BIOMEKANIKA (1)

BIOSTATISTIK (1)

BRONCHOPNEUMONI (1)

DI DESA KARETAN (1)

Efisi pleura (2)

ENSEFALITIS (1)

GAMBARAN PELAKSANAAN 7T PADA IBU HAMIL (1)

golongan darah sistem ABO (1)

HEPATITIS AKUT (1)

Hiperemesis gravidarum (1)

HIPOTERMIA (1)

IBU HAMIL DENGAN VARISES VULVA (1)

Ikterus Neonatorum (1)

IMKOMPATIBILITAS DARAH RHESUS (1)

INFEKSI SITOMEGA LOVIRUS PADA BAYI BARU LAHIR (1)

KABUPATEN BANYUWANGI (1)

KARYA TULIS ILMIAH (1)

KECAMATAN PURWOHARJO (1)

KECEMASAN MENGHADAPI PERSALINAN (1)

Konsepsi (1)

KTI (5)

KTI GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA REPRODUKSI SEHAT TENTANG


KONTRASEPSI HORMONAL DI DESA PONDOKREJO KECAMATAN TEMPUREJO
KABUPATEN JEMBER (1)

KTI PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG HIPEREMESIS GRAVIDARUM DI


PUSKESMAS GRAJAGAN PURWOHARJO BANYUWANGI (1)

KTI GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMENUHAN GIZI PADA ANAK


RETARDASI MENTAL DI SLB PGRI CLURING (1)

KTI HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA DI RSUD


GENTENG - BANYUWANGI TAHUN 2008 - 2009 (1)

KTI PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG SENAM PASCA PERSALINAN (1)

KTI PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI


YANG TEPA (1)

KTI PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI


UMUR 0-6 BULAN (1)

KTI PENGARUH OBESITAS TERHADAP TERJADINYA HYPERTENSI DALAM


KEHAMILAN DI PUSKESMAS SILO I DESA SEMPOLAN KECAMATAN SILO
KABUPATEN JEMBER (1)

KTI PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PADA


BAYI UMUR 6 - 12 BULAN DI DESA WRINGINPITU KECAMATAN TEGALDLIMO
BANYUWANGI (1)

KTI PENGETAHUAN WANITA USIA 35 55 TAHUN TENTANG KANKER


SERVIKS DI DESA BENCULUK KECAMATAN CLURING KABUPATEN
BANYUWANGI (1)

KTI SIKAP WANITA DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN FISIK PADA MASA


PREMENOPAUSE DI DESA KAJARHARJO KECAMATAN KALIBARU KABUPATEN
BANYUWANGI (1)

KTI TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG EFEK SAMPING IMUNISASI DPT I


(1)

KTI TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PENDIDIKAN SEKSUAL


DI SMA NEGERI I GLENMORE (1)

KTI GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG BIANG KERINGAT PADA BAYI


0 1 TAHUN (1)

KTI GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN IBU INPARTU DALAM MENGHADAPI


PROSES PERSALINAN FISIOLOGIS (1)

KTI HUBUNGAN PEMAKAIAN KONTRASEPSI DENGAN PENINGKATAN BERAT


BADAN (1)

KTI PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA


BAYI (1)

KTI PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG SENAM HAMIL (2)

KTI PENGETAHUAN IBU INPARTU TENTANG PROSES PERSALINAN FISIOLOGI


KALA II (1)

KTI PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA -TANDA BAHAYA MASA


NIFAS (1)

KTI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PEMBERIAN ASI SECARA


DINI DI BIDAN PRAKTEK HENY WAHYUNI (1)

KTI TINGKAT PENgetahuAN IBU TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT PADA


BAYI (1)

KTI TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI DALAM MENGGUNAKAN CAIRAN


PEMBERSIH GENETALIA (1)

KTI ASI (1)

KTI TINGKAT PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG KONTRASEPSI


SUNTIK 3 BULAN (1)

KUMPULAN ASKEB (1)

KUMPULAN LEALET KESEHATAN (1)

MASTITIS (1)

Meningitis (1)

NADI (1)

NEONATUS PADA PERSALINAN PATOLOGI. (1)

NIFAS (1)

Ovarium (1)

Pembiayaan Kesehatan (1)

PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANTENATAL CARE (1)

pengetahuan keluarga tentang perkembangan motorik pada anak usia


toddler (1)

Penyakit Jantung Pada Kehamilan (1)

PENYAKIT KARDIOVASKULER (1)

PLASENTA (1)

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN


AKSEPTOR KB PIL DENGAN KEPATUHAN AKSEPTOR DALAM
MENGKONSUMSI PIL KB DI BPS ANIS DESA LEDOKOMBO KECAMATAN
SEMPOLAN KABUPATEN JEMBER (1)

Proses Sosialisasi Penderita Autisme (2)

PROTEIN ASAM AMINO AKPER (1)

SAP (1)

Sepsis Neonatorum (1)

SIKLUS MENSTRUASI (1)

SISTEM ORGAN REPRODUKSI WANITA (1)

Sumplemen Fe (Besi) (1)

Tentang Pembiayaan Kesehatan (1)

TERMOLOGI PADA BAYI BARULAHIR (1)

tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia di BPS Hj.Indriyati srono


(1)

TUBA FALLOPI (1)

UTERUS (1)

VAGINA (1)

VAGINA KANDIDIASIS (1)

UBI

BEJO_NET COMMUNITY

RADEN MAS BAGUS SASONGKO ALIAS BEJO

BeJo Net Community


Masih Belum sukses
Lihat profil lengkapku

Pengikut

Anda mungkin juga menyukai